View
238
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
bezit menurut perdata
Citation preview
Hak Kebendaan yang Memberi Kenikmatan
Hak Milik
Dalam Pasal 570 KUHPerdata hak milik adalah hak untuk menikmati
suatu benda dengan sepenuhnya untuk dan menguasai benda itu dengan
sebebas-bebasnya asal tidak bertentangan dengan undang-undang atau
peraturan umum yang diadakan oleh kekuasaan yang mempunyai wewenang
unutk itu, dan asal tidak mengganggu hak orang lain, kesemuanya dengan
tidak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu untuk kepentingan
umum dengan pembayaran pengganti kerugian yang layak dan menurut
ketentuan undang-undang.1
Dari ketentuan ini dapat terlihat bahwa hak milik merupakan hak yang
paling utama jika dibandingkan dengan hak-hak lain karena yang dapat
menikmati dan menguasai sepenuhnya dan sebebasnya yaitu dalam arti
dapat mengalihkan, membebani atau menyewakan atau dapat memetik
hasilnya, memeliharanya, bahkan merusaknya.2
Pengertian hak milik dalam Pasal 570 KUHPerdata ini hanya berlaku
untuk benda bergerak, karena hak milik atas barang tak bergerak berupa
tanah dan segala sesuatu yang melekat pada tanah itu telah diatur oleh
Undang-undang Pokok Agraria, UU No. 5 Tahun 1960. Hak milik memberikan
dua hak dasar kepada pemegangnya:3
1 Djaja S. Meliala, Hukum Perdata Dalam Perspektif BW, Bandung: Nuansa Aulia, 2013, hlm. 116. 2 Ibid,.3 Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Kedudukan Berkuasa dan Hak Milik Dalam Sudut
1
1. Hak untuk menikmati kegunaan dari suatu kebendaan, dan
2. Hak untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan
sepenuhnya. Dalam konteks ini pemegang hak milik bebas untuk
menjual, menghibahkannya, menyerahkan benda yang dimilikinya
kepada siapapun juga, selama hal tersebut tidak bertentangan dengan
kepentingan umum.
Ciri- ciri Hak Milik
Sebagai hak kebendaan, hak milik adalah yang paling sempurna. Ciri-ciri hak
milik ialah:4
a. Hak milik merupakan hak induk terhadap hak kebendaan yang lain,
sedangkan hak kebendaan lain merupakan hak anak terhadap hak milik.
b. Hak milik dilihat dari segi kualitasnya merupakan hak yang selengkap-
lengkapnya
c. Hak milik bersifat tetap, artinya tidak akan lenyap terhadap hak
kebendaan lain, sedangkan hak kebendaan yang lain dapat lenyap
menghadapi hak milik.
d. Hak milik adalah hak yang paling pokok (utama) sedangkan hak
kebendaan lain hanya merupakan bagian daripada hak milik.
Pandang KUHPerdata, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm 138. 4 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 2000, hlm.140.
2
Cara memperoleh hak milik
Pasal 584 KUHPerdata mengatur lima cara untuk memperoleh hak milik atas
benda yaitu:5
1. Pemilikan/pendakuan
2. Perlekatan
3. Lampau waktu/daluarsa
4. Pewarisan
5. Penyerahan
Ad. 1 Pendakuan
Pendakuan ini diatur di dalam Pasal 585 KUH Perdata, yang menyatakan
bahwa hak milik atas kebendaan bergerak yang semula bukan milik siapapun
juga, adalah pada orang yang pertama-tama mengambilnya dalam
kemilikannya. Maksudnya yaitu memperoleh hak milik atas benda yang tidak
ada pemiliknya (res nullius). Misalnya berburu binatang di hutan, menemukan
harta karun, dan lain-lain.
Ad. 2 Perlekatan
Perlekatan diatur dalam Pasal 500-502 dan Pasal 586-609 KUH Perdata,
yang maksudnya adalah suatu cara memperoleh hak milik, di mana benda itu
bertambah besar karena alam atau benda itu mengikuti benda yang lain. Jadi
5 Djaja S. Meliala, Op. Cit, hlm. 118.
3
terjadi antara dua benda yang tidak sama tapi tergabung menjadi satu.
Misalnya sekrup pada kursi, tanaman pada tanah, dan lain-lain.
Ad. 3 Lampau Waktu / daluarsa
Lampaunya waktu / daluwarsa diatur dalam Pasal 610 KUH Perdata yang
berisi hak milik atas sesuatu kebendaan diperoleh karena daluwarsa, apabila
seseorang telah memegang kedudukan berkuasa atasnya selama waktu
yang ditentukan undang-undang dan menurut syarat-syarat beserta cara
membeda-bedakannya seperti termaktub dalam bab ke tujuh buku keempat
kitab ini. Maksudnya yaitu untuk memperoleh hak milik atau membebaskan
dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-
syarat yang telah ditentukan oleh UU. Terdapat dua macam daluwarsa,
yaitu :6
a. Acquisitieve verjaring , cara memperoleh hak milik karena lewatnya waktu
(memperoleh hak kebendaan), Pasal 1963 KUHPerdata.
b. Extinctieve verjaring , membebaskan seseorang dari penagihan atau
tuntutan hukum yang telah lewat waktunya (membebaskan suatu
perikatan), Pasal 1967 KUHPerdata
Syarat-syarat terjadinya daluwarsa ada enam, yaitu sebagai berikut :
1. Bezitter sebagai pemilik.
6 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm.103.
4
2. Bezitter harus beritikad baik.
3. Bezit harus terus menerus tidak terputus-putus.
4. Bezit tidak terganggu
5. Bezit diketahui umum
6. Bezit itu harus selama 20 tahun atau 30 tahun.
Ad. 4 Pewarisan
Pewarisan yaitu cara memperoleh hak milik yang diberikan dari pewaris
kepada ahli waris berdasar alas hak umum, sehingga tidak hanya haknya
saja yang beralih tetapi juga kewajibannya. Pewarisan dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu pewarisan karena UU dan pewarisan karena
wasiat. Hal ini diatur dalam hukum waris.
Ad. 5 Penyerahan
Penyerahan yaitu perbuatan hukum memindahkan hak milik dari pemilik
kepada pihak lainnya yang dikehendaki sehingga orang lain memperoleh
benda itu atas namanya. Menurut Prof. Subekti, penyerahan mempunyai dua
arti, yaitu :7
a. Perbuatan yang berupa penyerahan kekuasaan belaka “feitelijke
levering”
b. Perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak milik kepada orang
7 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT Intermasa, 1983, hlm. 71.
5
lain “juridische levering”
Kesimpulannya, hak milik atas atas suatu benda baru dapat beralih
kepada orang lain, apabila telah terjadi penyerahan bendanya. Tetapi, cara
untuk melakukan penyerahan atas benda itu dapat dibedakan sesuai dengan
sifat benda yang akan diserahkan.
Cara penyerahan dari benda dapat dikategorikan sesuai dengan sifat
bendanya, yaitu :
1. Benda bergerak : berwujud dan tidak berwujud.
2. Benda tidak bergerak.
Menurut Pasal 612 ayat 1 KUH Perdata, untuk benda bergerak yang
berwujud, penyerahannya dapat dilakukan dengan cara Penyerahan nyata
“feitelijke levering”, yaitu penyerahan dari tangan ke tangan. Tetapi
adakalanya penyerahan itu tidak perlu dilakukan, yakni dalam hal Pasal 612
ayat (2) KUHPerdata, yaitu:8
a. Penyerahan dalam bentuk traditio brevi manu yaitu penyerahan dengan
tangan pendek. Contohnya, Andi meminjam kipas milik si Beni, karena
Beni membutuhkan uang maka dia menjual kipasnya kepada Andi. Andi
yang tadinya sebagai peminjam sekarang menjadi pemilik karena
hubungan hukum tersebut.
b. Penyerahan dalam bentuk traditio longa manu, atau penyerahan secara
tangan panjang. Dalam penyerahan tangan panjang ini, kebendaan yang
8 Djaja S. Meliala, Op. Cit, hlm. 120-121.
6
diperjualbelikan berada ditangan seorang pihak ketiga, yang dengan
tercapainya kesepakatan mengenai kebendaan dan harga kebendaan
yang dijual itu akan menyerahkannya kepada pembeli. Jadi dalam hal ini
penyerahan tidak dilakukan sendiri oleh penjual, melainkan oleh pihak
ketiga yang pada umumnya adalah orang yang ditunjuk dan dipercaya
oleh pembeli maupun penjual secara bersama-sama.
c. Penyerahan dalam bentuk Constitutum possessorium yaitu penyerahan
dengan melanjutkan penguasaan atas bendanya. Contohnya, Cipa
memiliki tas karena Cipa membutuhkan uang akhirnya Cipa menjual
tasnya tersebut kepada Dono. Akan tetapi Cipa masih membutuhkan tas
tersebut untuk study tour, sehingga Cipa meminjam tas tersebut kepada
Dono. Cipa yang tadinya sebagai pemilik sekarang menjadi peminjam.
Sedangkan penyerahan benda untuk benda bergerak tidak berwujud
dikategorikan sebagai berikut :
1. Penyerahan dari piutang op naam, yaitu penyerahan dari piutang atas
nama yang dilakukan dengan cessie yaitu dengan cara membuat akta
otentik atau akta di bawah tangan. Diatur dalam Pasal 613 ayat 1 KUH
Perdata.
2. Penyerahan dari piutang aan order, yaitu penyerahan dari piutang atas
pengganti yang dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan
Endosemen yaitu menuliskan dibalik surat piutang yang berisi kepada
siapa piutang itu dipindahkan. Diatur dalam Pasal 613 ayat 3 KUH
7
Perdata.
3. Penyerahan dari piutang aan tonder, yaitu penyerahan dari surat piutang
atas bawa yang dilakukan dengan penyerahan nyata. Diatur dalam Pasal
613 ayat 3 KUH Perdata.
Untuk benda yang bergerak penyerahan dari tangan ke tangan dan untuk
benda tidak bergerak yaitu dilakukan dengan cara balik nama “akte van
transport” dalam register eigendom.9 Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen
Sofwan, untuk sahnya penyerahan itu harus memenuhi syarat-syarat tertentu
:10
a. Harus ada perjanjian yang zakelijk.
b. Harus ada titel (alas hak).
c. Harus dilakukan oleh orang yang wenang menguasai benda-benda tadi
(orang yang beschikkingsbevoegd).
d. Harus ada penyerahan nyata.
Ad. a Perjanjian yang zakelijk adalah perjanjian yang menyebabkan
berpindahnya hak-hak kebendaan (zakelijk rechten) misalnya hak milik, bezit,
hipotik, gadai. Perjanjian yang zakelijk ini tidak dapat menimbulkan
verbintenis namun hanya menimbulkan hak-hak persoonlijk.
9 Subekti, Op. Cit, hlm. 71-72. 10 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata: Hukum Benda, Yogyakarta: Liberty, 1981, hlm. 72.
8
Ad. b Harus ada titel (alas hak) merupakan hubungan hukum yang dapat
mengakibatkan penyerahan atau peralihan barang, biasanya perjanjian.
Misalnya perjanjian jual beli, tukar menukar, dan lain-lain. Terdapat dua pokok
pendapat syarat sahnya penyerahan, yaitu :
1. Ajaran Causaal
Ajaran yang dikemukakan oleh Diephuis, Scholten ini menyatakan bahwa
untuk sahnya penyerahan tergantung pada alas haknya, apabila alas haknya
sah maka penyerahannya sah. Begitu pula sebaliknya. Diperlukan titel yang
nyata antara alas hak dan penyerahannya itu terdapat hubungan causaal.
2. Ajaran Abstract
Menjelaskan bahwa alas hak dan penyerahan itu terpisah satu sama lain.
Penyerahan tidak bergantuk pada alas hak nyata. Jadi penyerahan itu akan
sah walaupun titel tidak sah maupun tanpa titel.
Menurut Pasal 584 KUH Perdata untuk sahnya penyerahan itu harus
terdapat titel. Sehingga untuk ajaran abstract pasal tersebut bahwa untuk
penyerahan itu tidak perlu adanya titel yang nyata hanya terdapat titel saja
sudah cukup atau putatieve title.
Ad. c Kewenangan untuk menguasai bendanya (beschikkings
Bevoegheid) merupakan pelaksanaan dari Azas Nemoplus yang artinya
bahwa seseorang itu tidak dapat memperalihkan hak melebihi apa yang
menjadi haknya. Lazimnya yang berwenang untuk menguasai benda adalah
9
pemiliknya sendiri.
Ad. d Penyerahan nyata dan penyerahan yuridis yaitu penyerahan dari
tangan ke tangan. Terhadap benda bergerak penyerahannya jatuh
bersamaan, yaitu Pasal 1612 KUH Perdata menyatakan bahwa penyerahan
itu terjadi dengan overgave menyerahkan benda itu. Sedangkan untuk benda
tidak bergerak antara penyerahan yuridis dan penyerahan nyata berpisah.
Penyerahan yuridisnya terjadi dengan pendaftaran benda di daftar umum di
dalam Kepala Seksi Pendaftaran Tanah, sedangkan penyerahan nyatanya
dengan penyerahan kunci dari satu rumah ke rumah lainnya. Kesimpulannya
hak milik atas atas suatu benda baru dapat beralih kepada orang lain, apabila
telah terjadi penyerahan bendanya. Tetapi, cara untuk melakukan
penyerahan atas benda itu dapat dibedakan sesuai dengan sifat benda yang
akan diserahkan.
Selain dari Pasal 584 KUH Perdata masih terdapat pula cara
memperoleh hak milik lainnya, yaitu :
1. Penjadian benda (zaaksvorming);
2. Penarikan buahnya (vruchtttrekking);
3. Persatuan benda (vereniging);
4. Pencabutan hak (onteigening);
5. Perampasan (verbeurdverklaring);
6. Pencampuran harta (boedelmenging);
10
7. Pembubaran dari sebuah badan hukum;
8. Abandonnement ( dalam hukum perdata laut – pasal 663 KUHD).
Ad. 1 Penjadian benda (zaaksvorming) yaitu membuat suatu benda baru
dari benda yang sudah ada. Diatur dalam pasal 606 KUH Perdata. Misalnya,
kayu diubah menjadi kursi.
Ad. 2 Penarikan buahnya (vruchtttrekking) yaitu seorang bezitter
mendapatkan hasil dari benda yang dibezitnya. Diatur dalam pasal 575 KUH
Perdata.
Ad. 3 Persatuan benda (vereniging) yaitu perolehan hak dari bercampurnya
beberapa benda dari beberapa bezitter menjadi satu kesatuan benda. Diatur
dalam pasal 607-609 KUH Perdata.
Ad. 4 Pencabutan hak (onteigening) yaitu untuk memperoleh hak milik
dengan pencabutan hak. Pencabutan hak sendiri memiliki tiga syarat, yaitu:
a. Berdasar UU pencabutan hak milik.
b. Adanya kepentingan umum.
c. Adanya penggantian kerugian yang layak.
Ad. 5 Perampasan (verbeurdverklaring) yaitu penguasa memperoleh hak
milik dengan cara perampasan, diatur dalam pasal 10 KUH Perdata.
11
Ad. 6 Percampuran harta (boedelmenging) yaitu seperti harta kekayaan
bersama antara suami istri setelah menikah, diatur dalam pasal 119 KUH
Perdata.
Ad. 7 Pembubaran dari suatu badan hukum (ontbinding daripada badan
hukum) yaitu jika terjadi pembubaran suatu badan hukum maka semua
anggota badan hukum tersebut berhak memperoleh harta kekayaan dari
badan hukum tersebut. Diatur dalam pasal 1665 KUH Perdata.
Ad. 8 Abandonnement yaitu kapal-kapal serta barang-barang yang
dipertanggungjawabkan dapat diabandonir atau diserahkan pada si
penanggung, jika terjadi hal seperti pecahnya kapal, karamnya kapal, dan
lain-lain. Abandonnement diatur dalam pasal 663 Wvk.
Hapusnya Hak milik11
a. Karena orang lain memperoleh hak milik itu dengan salah satu cara untuk
memperoleh hak milik seperti telah diuraikan diatas
b. Karena musnahnya benda yang dimiliki
c. Karena pemilik melepaskan benda yang dimilikinya dengan maksud
untuk melepaskan hak miliknya
11 Riduan Syahrani, Op. Cit, hlm. 150.
12
Bezit
Menurut Pasal 529 KUHPerdata, yang dimaksud dengan bezit ialah
kedudukan seseorang yang menguasai suatu kebendaan, baik dengan diri
sendiri maupun dengan perantaraan oraing lain, dan yang mempertahankan
atau menikmatinya selaku orang yang memiliki kebendaan itu.12 Orang yang
yang menguasai benda itu, yang bertindak seolah-olah sebagai pemiliknya itu
disebut bezitter.
Untuk adanya bezit harus ada dua unsur yaitu: (1) unsur keadaan dimana
seseorang menguasai suatu benda (corpus); dan (2) unsur kemauan orang
yang menguasai benda tersebut untuk dimilikinya (animus).13
Dari ketentuan Pasal 529 KUHPerdata ini dapat diketahui bahwa pada
dasarnya kedudukan berkuasa atau hak menguasai memberikan kepada
pemegang kedudukan berkuasa tersebut kewenangan untuk
mempertahankan atau menikmati benda yang dikuasainya sebagaimana
layaknya seorang pemilik. Dengan demikian atas suatu benda yang tidak
diketahui pemiliknya secara pasti, seorang pemegang kedudukan berkuasa
dapat dianggap sebagai pemikik dari kebendaan tersebut.14
Khusus mengenai bezit terhadap benda bergerak berlaku asas yang
tercantum pada Pasal 1977 ayat (1) BW yang menyatakan: 15
12 Djaja S. Meliala, Op. Cit, hlm. 122. 13 Riduan Syahrani, Op. Cit, hlm.129.14 Djaja S. Meliala, Loc. Cit. 15 Riduan Syahrani, Op. Cit, hlm. 130.
13
"Terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga, maupun
piutang yang tidak harus dibayar kepada si pembawa maka barang
siapa yang menguasai benda dianggap pemiliknya".
Terhadap perumusan Pasal 1977 ayat (1) BW itu kemudian timbul
beberapa macam pendapat yang memberikan penafsiran terhadap
kedudukan bezit mengenai benda bergerak sebagaimana tercantum dalam
Pasal 1977 ayat (1) BW itu. Ada dua macam pendapat yang terkenal dengan
teorinya masing-masing yaitu eigendomstheorie dan legitimatietheorie.16
Eigendomstheorie yang memberikan penafsiran secara gramatikan
terhadap Pasal 1977 ayat (1) BW dikemukakan oleh Meijers. Menurut teori ini
bezit terhadap benda bergerak berlaku sebagai alas hak yang sempurna,
sedangkan hak yang paling sempurna adalah eigendom. Jadi bezit terhadap
benda bergerak sama dengan eigendom (bezitter sama dengan eigenaar).
Jadi jelasnya barang siapa yang membezit benda bergerak, tidak peduli
apakah bezit itu diperoleh dengan titel yang sah atau tidak, apakah berasal
dari orang yang berwenang mengusai benda itu atau tidak, maka bezit itu
sama dengan eigendom. Tentu saja bezitternya yang jujur.
Legitimatie-theorie yang dikembangkan oleh Scholten berpendapat
bahwa bezit tidak sama dengan eigendom. Akan tetapi menurut teori ini
barang siapa yang membezit benda bergerak dengan itikad yang baik/jujur
( te goeder trouw) maka ia akan dalam keadaan aman. Jadi keadaan bezit itu
16 Ibid,.
14
fungsinya mengesankan bezitter dari benda itu sebagai eigenaar (sebagai
orang yang mempunyai hak penuh) dikuasainya itu adalah miliknya sendiri.
Sedangkan bezitter yang beritikad tidak baik (to kwader trouw) adalah
bezitter yang mengetahui benda yang dikuasainya itu bukan miliknya (Pasl
532 ayat (1) BW). Misalnya bezitter mengetahui bahwa benda yang ada
padanya itu besal curian.
Undang-undang memberikan perlindungan yang berbeda terhadap
bezitter yang beritikad baik dengan bezitter yang beritikad tidak baik.
Perbedaan perlindungan yang diberikan terhadap bezitter beritikad baik dan
bezitter yang tidak beritikad baik ini berkaitan dengan fungsi zakenrechlijk
bezit dalam 3 hal berikut ini:17
1. Kemungkina untuk menjadi eigenaar
2. Hak untuk memetik hasilnya dari benda itu; dan
3. Hak untuk mendapat penggantian kerugian berupa ongkos-ongkos yang
dikeluarkan untuk benda yang bersangkutan.
Bagi bezitter yang beritikad baik memperoleh ketiga hak tersebut,
sedangkan bezitter yang beritikad tidak baik hanya memperoleh hak yang
kedua saja, inipun kurang daripada hak bezitter yang beritikad baik.
Perlindungan yang sama-sama diberikan oleh undang-undang baik
terhadap bezitter yang beritikad baik dengan bezitter yang beritikad tidak baik
ialah disebutkan dalam Pasal 584 ayat (1) dan (4) BW untuk bezitter yang
17 Ibid,.
15
beritikad baik, dalam Pasal 549 ayat (1) dan (3) BW untuk bezitter yang
beritikad tidak baik. Pasal-pasal BW ini menentukan:
a. Bahwa mereka selama tidak ada gugatan dianggap sebagai pemilik sejati
b. Bahwa apabila mereka diganggu dalam hal menguasai bendanya,
mereka harus dibebaskan dari gangguan itu, atau apabila mereka
kehiilangan daya untuk menguasai bendanya, mereka dipulihkan kembali
dalam keadaan dapat menguasai benda itu.
Perlindungan sub a berarti bahwa kalau ada orang yang merasa
sebagai pemilik sejati maka untuk dapat menguasai benda miliknya itu, ia
harus menggugat bezitter di muka Pengadilan dan harus membuktikan
bahwa bezitter bukan pemilik sejati benda itu. Bilamana hal ini tidak dapat
dibuktikan atau bezitter dapat menangkis, maka bezitter tetap dianggap
sebagai pemilik sejati.
Perlindungan sub b berarti bahwa bezitter dalam hal dua macam
gangguan itu dapat bertindak dengan perantaraan hakim melawan semua
pengganggu siapapun juga. Gugatan bezitter dinamakan "bezitsactie" yang
hanya dapat dilakukan bezitter dengan tujuan untuk memulihkan kembali
keadaan kekuasaan bezitter. Menurut Pasal 565 dan 558 BW, gugatan ini
harus diajukan dalam tenggang waktu satu tahu, sebab hak bezit dapat
dinyatakan hilang apabila orang lain menguasai benda itu selama satu tahun
dan bezitter tinggal diam saja (Pasal 545 BW).
16
Cara memperoleh bezit
Menurut ketentuan Pasal 538 KUHPerdata, bezit atas suatu benda itu
diperoleh dengan tindakan berupa menempatkan suatu benda di dalam
kekuasaannya dengan maksud untuk tetap mempertahankannya bagi diri
sendiri.18
Sebagaimana halnya dengan hak milik, sifat memperoleh bezit juga
dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu occupatio (pendakuan) dan secara
derivatief (traditio). Occupatio atau pendakuan yaitu pengambilan bendanya
pengambilan benda yang tidak ada pemiliknya dengan tanpa bantuan orang
lain, sedangkan traditio merupakan penyerahan benda dari bezitter lama
kepada bezitter baru.19
Syarat adanya bezit
Harus adanya hubungan antara orang yang bersangkutan dengan
bendanya (corpus) dan hubungan itu harus dikehendaki oleh orang tersebut
(animus). Di samping itu bezit mempunyai dua fungsi yaitu, fungsi polisionil
(yudisial) dan fungsi zakenrechtelijk (kebendaan).20
1. Fungsi polisionil berarti bezit mendapat perlindungan hukum tanpa
mempersoalkan siapa sebenarnya pemilik sejati benda itu. Siapapun
yang membezit suatu benda meskipun dia pencuri, ia mendapat
18 Djaja S. Meliala, Op. Cit, hlm. 123.19 Riduan Syahrani, Op. Cit, hlm. 131. 20 Djaja S. Meliala, Op. Cit, hlm. 124.
17
perlindungan hukum sampai terbukti di muka Pengadilan bahwa
sebenarnya ia tidak berha. Barangsiapa yang merasa haknya dilanggar
maka ia harus meminta penyelesaian lebih dahulu kepada Polisi atau
Pengadilan
2. Fungsi zakenrechtelijk berarti bezit dapat berubah menjadi hak milik, dan
ini hanya berlaku untuk benda bergerak sedang untuk benda tidak
bergerak sudah tidak mungkin lagi, karena verjaring sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1963 KUHPerdata sudah tidak berlaku lagi.
Hapusnya Bezit
Sebab hapunya bezit adalah sebagai berikut:21
a. Karena bendanya diserahkan sendiri oleh bezitternya kepada orang lain;
b. Karena bendanya diambil oleh orang lain dari kekuasaan bezitternya dan
kemudia selama satu tahun menikmatinya tidak ada gangguan apapun
juga;
c. Karena bendanya telah dibuang (dihilangkan) oleh bezitter;
d. Karena bendanya tidak diketahui lagi dimana adanya;
e. Karena bendanya musnah sebab peristiwa yang luar biasa atau karena
alam.
21 Riduan Syahrani, Op. Cit, hlm. 138.
18
Recommended