View
14
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
HAMBATAN BELAJAR BAHASA JAWA BAGI SISWA ETNIS TIONGHOA DI SMA KEBON DALEM SEMARANG
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
oleh
Yosefin Ika Karinawati
2601413135
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
� Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku
(Mazmur 62:5).
� “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan
mendapatkan; ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu (Matius 7:7).
� Ketika jalan buntu kau temui, berdoalah, maka jalan keluar akan segera
dibukakan untukmu.
Persembahan:
� Kedua orang tuaku yang tercinta, Bapak Sukarno
dan Ibu Muji Rahayu, yang setia memberikan
bantuan, dukungan, semangat, serta doa agar
skripsi ini terselesaikan dengan baik.
� Kakek dan nenekku tercinta, Bapak Dharmo
Maeran, Ibu Djuminten, dan Alm. Ibu Amini
yang selalu memberikan semangat serta doa
terbaiknya.
� Adik-adikku yang terkasih, Vianey Nani
Karinawati dan Theresia Rantika Karinawati
yang selalu memberikan doa sera dukungan
terbaiknya.
� Roy Ardika Gunojo yang selalu memberikan
bantuan, dukungan, serta doa terbaik sehingga
skripsi ini terselesaikan dengan baik.
vi
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Hambatan Belajar Bahasa Jawa bagi Siswa Etnis Tionghoa di SMA Kebon
Dalem Semarang.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dan bimbingan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah tulus, ikhlas,
dan penuh kesabaran memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis. Ucapan
terima kasih dan rasa hormat juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis, yaitu sebagai berikut.
1. Dra. Esti Sudi Utami B., M.Pd., pembimbing I dan Joko Sukoyo, S.Pd.,
M.Pd., pembimbing II yang telah membimbing, memotivasi, dan mendorong
peneliti menjelajahi berbagai pengetahuan berkaitan dengan topik penelitian
ini sehingga proses penyusunan skripsi ini berjalan lancar.
2. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyusun skripsi.
3. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan izin penelis melaksanakan penelitian ini.
4. Drs. Widodo, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu dan motivasi, serta arahan
dalam penyusunan skripsi ini.
vii
5. Drs. Agus Yuwono, M.Si., M.Pd., penguji yang telah memberikan arahan dan
perbaikan dalam skripsi ini.
6. Prembayun Miji Lestari, S.S., M.Hum., Dosen Wali yang telah memberikan
arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
7. Segenap Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa yang telah memberikan ilmu
selama penulis menjalani perkuliahan.
8. Thio Hok Lay, S.Si., Kepala SMA Kebon Dalem Semarang yang telah
memberikan izin penelitian.
9. Drs. Michael Sudwiyono, guru Bahasa Jawa SMA Kebon Dalem Semarang
yang telah membantu penulis dalam proses penelitian untuk penulisan skripsi
ini.
10. Siswa kelas XI SMA Kebon Dalem Semarang yang telah berpartisipasi dalam
penelitian ini.
11. Teman-Teman Rombel 5 Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa angkatan 2012,
sabahat-sahabat saya, Kak Elisa Happy A. dan Kak Cahyaning Gita, serta
teman-teman Kost Griya Rainbow atas semangat dan bantuan yang diberikan.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas setiap kebaikan yang telah
diberikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan para pembaca. Terima kasih.
Semarang, Agustus 2016
Penulis
viii
ABSTRAK
Karinawati, Yosefin I. 2016. Hambatan Belajar Bahasa Jawa bagi Siswa Etnis
Tionghoa di SMA Kebon Dalem Semarang. Skripsi. Jurusan Bahasa
dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I: Dra. Esti Sudi Utami B., M.Pd.,
Pembimbing II: Joko Sukoyo, M.Pd.
Kata Kunci: hambatan belajar, bahasa Jawa, etnis Tionghoa.
SMA Kebon Dalem merupakan salah satu sekolah swasta di Kota
Seamarang yang mayoritas siswanya adalah etnis Tionghoa. Setelah adanya
peraturan pemerintah tentang diwajibkannya bahasa Jawa untuk diajarkan di
sekolah Jawa Tengah, SMA Kebon Dalem baru mengajarkan mata pelajaran
bahasa Jawa untuk para siswanya. Oleh karena budaya Jawa yang berbeda dengan
budaya Tionghoa, menyebabkan siswa tersebut mengalami hambatan dalam
belajar bahasa Jawa. Faktor internal dan eksternal siswa menyebabkan siswa etnis
Tionghoa mengalami hambatan dalam belajar bahasa Jawa.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana proses
belajar bahasa Jawa pada siswa etnis Tionghoa di SMA Kebon Dalem Semarang,
(2) apa saja hambatan yang dialami oleh siswa etnis Tionghoa di SMA Kebon
Dalem Semarang saat belajar bahasa Jawa.
Subjek penelitian dalam penellitian ini adalah siswa etnis Tionghoa kelas
XI di SMA Kebon Dalem. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
teknik kuesioner, dan teknik wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan
yaitu lembar observasi, kuesioner, dan pedoman wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saat proses belajar bahasa Jawa
berlangsung, bahasa yang digunakan guru adalah bahasa Indonesia. Beberapa
materi yang tidak diajarkan oleh guru, yaitu mendengarkan musyawarah,
mendengarkan wawancara, membaca pemahaman paragraf berhuruf Jawa, dan
menulis wacana sederhana menggunakan bahasa Jawa. Berdasarkan hasil
wawancara dengan siswa didapatkan banyak siswa yang belum merasakan
manfaat yang berarti dalam mempelajari bahasa Jawa. Siswa juga merasa
kesulitan untuk berbahasa Jawa dengan baik dan benar saat berkomunikasi dengan
masyarakat sekitar. Hambatan belajar bahasa Jawa yang dialami siswa disebabkan
oleh faktor internal (minat dan perhatian) dan faktor eksternal (keluarga, sekolah,
dan lingkungan) yang tidak saling mendukung. Hambatan yang dialami siswa
pada aspek mendengarkan, yaitu siswa kesulitan untuk memahami isi dari materi
yang didengar. Hambatan yang dialami siswa pada aspek berbicara, yaitu
mininnya pengetahuan kosakata bahasa Jawa yang dimiliki saat membahas atau
mendiskusikan isi geguritan dan tembang macapat secara mandiri, kesulitan
untuk membedakan kapan suatu kata harus dilafalkan [a], [ɔ], [Ι], [i], [e], [ɛ], [ə],
[o], [ɔ], dan [t], [d], [ɖ], [ʈ], kesulitan untuk menyampaikan sambutan dalam
bentuk pambagyaharja dan berdialog sesuai intonasi yang baik dan benar.
Hambatan yang dialami siswa pada aspek membaca, yaitu siswa kesulitan untuk
melafalkan cakepan tembang, kesulitan untuk menirukan nada tembang macapat,
ix
kesulitan untuk membedakan kapan suatu kata harus dilafalkan [a], [ɔ], [Ι], [i], [e],
[ɛ], [ə], [o], [ɔ], dan [t], [d], [ɖ], [ʈ] saat membaca nyaring naskah pidato, dan
kesulitan untuk membaca sesuai intonasi yang baik dan benar. Hambatan yang
dialami siswa pada aspek menulis, yaitu minimnya pengetahuan kosakata bahasa
Jawa yang dimiliki siswa, sehingga mengalami kesulitan untuk menulis
menggunakan bahasa Jawa secara mandiri.
Berdasarkan temuan tersebut, saran yang diberikan yaitu (1) perlu adanya
peningkatan sarana belajar bahasa Jawa, seperti kamus Bahasa Jawa, yang akan
membiasakan siswa untuk mencari kosakata bahasa Jawa secara mandiri, (2)
siswa perlu dibiasakan menggunakan bahasa Jawa mulai dari hal yang sederhana,
seperti memberi salam, meminta ijin, bertanya atau berkomunikasi, sehingga
pengetahuan kosakata bahasa Jawa mereka semakin bertambah, (3) hendaknya
guru menggunakan dan menerapkan model serta media pembelajaran yang
membantu siswa dalam proses belajar bahasa Jawa.
x
SARI
Karinawati, Yosefin I. 2016. Hambatan Belajar Bahasa Jawa bagi Siswa Etnis
Tionghoa di SMA Kebon Dalem Semarang. Skripsi. Jurusan Bahasa
dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I: Dra. Esti Sudi Utami B., M. Pd.,
Pembimbing II: Joko Sukoyo, M. Pd.
Tembung Pangrunut: hambatan belajar, bahasa Jawa, etnis Tionghoa
SMA Kebon Dalem menika salah satunggiling sekolah swasta ing Kitha Semarang. Siswa ingkang sinau ing sekolah menika kathah-kathahipun etnis Tionghoa. Awit saking basa Jawi kedah dipunwucalaken ing sekolah, SMA Kebon Dalem nembe mucalaken basa Jawi. Ngengingi budaya Tionghoa menika benten kaliyan budaya Jawi, nyebabaken siswa etnis Tionghoa nggadhahi pambeng nalikanipun sinau basa Jawi. Faktor-faktor ingkang dadosaken pambeng nalikanipun sinau basa Jawi tumrapipun siswa etnis Tionghoa ing SMA Kebon Dalem inggih menika faktor internal kaliyan faktor eksternal.
Panaliten menika nggadhahi undering perkawis, inggih menika (1) kados pundi kahanan sinau basa Jawi siswa etnis Tionghoa ing SMA Kebon Dalem Semarang, (2) menapa kemawon ingkang dados pambengipun sinau basa Jawi tumprapipun siswa etnis Tionghoa ing SMA Kebon Dalem Semarang.
Subjek panalitenanipun inggih menika siswa etnis Tionghoa kelas XI ing SMA Kebon Dalem. Anggenipun ngempalaken data migunakaken teknik observasi, teknik kuesioner, kaliyan teknik wawancara. Instrumen penelitian ingkang dipunginakaken inggih menika lembar observasi, kuesioner, kaliyan pedoman wawancara.
Awit saking panaliten menika, basa ingkang dipunginakaken guru nalikanipun mucal basa Jawi inggih menika basa Indonesia. Wonten saperangan materi ingkang boten dipunginakaken guru kadosta, mirengaken musyawarah, mirengaken wawanrembung, maos paragrap ingkang migunakaken Aksara Jawi, kaliyan nyerat wacana migunakaken Aksara Jawi. Para siswa dereng saged ngraosaken mumpangat sasampunipun sinau basa Jawi. Siswa ugi taksih rumaos awrat menawi kedah gineman migunakaken basa Jawi. Faktor internal ingkang dados pambeng inggih menika minat lan perhatian, wondene faktor eksternal kadosta kaluwarga, sekolah, lan lingkungan. Pambengipun sinau basa Jawi ing aspek mendengarkan inggih menika siswa kawratan mengertosi wosing materi. Kawruh bab tembung-tembung basa Jawi ingkang winates, dadosaken pambeng ing aspek berbicara. Para siswa ugi kawratan menawi kedah ngucap kanthi sae vokal [a], [ɔ], [Ι], [i], [e], [ɛ], [ə], [o], [ɔ], kaliyan konsonan [t], [d], [ɖ], [ʈ]. Pambengipun sinau Basa Jawi wonten ing aspek membaca inggih menika siswa rumaos kawratan kangge ngucapaken cakepan tembang macapat, nirokaken titilaras tembang macapat, taksih rumaos kawratan kangge ngucapaken vokal [a], [ɔ], [Ι], [i], [e], [ɛ], [ə], [o], [ɔ], lan konsonan [t], [d], [ɖ], [ʈ] nalikanipun maos kanthi sora naskah sesorah, lan kawratan kangge maos miturut intonasi ingkang leres. Pambeng ingkang dipunraosaken para siswa ing aspek menulis
xi
inggih menika dereng saged nyerat migunakaken Basa Jawi kanthi mandiri, amargi kawruh tembung-tembung Basa Jawi para siswa ingkang winates. Adhedhasar bab menika, prayoginipun (1) prelu ngawontenaken sarana sinau basa Jawi kadosta Kamus Basa Jawi, ingkang saged ngulinakaken para siswa madosi tembung-tembung Basa Jawi kanthi mandiri, (2) siswa prelu dipunkulinakaken ngginakaken basa Jawi awit saking bab ingkang alit/ prasaja, kadosta paring salam, nyuwun idin, nyuwun pirsa utawi gineman, (3) kedahipun guru ngginakaken lan ngecakaken model ugi sarana pasinaon ingkang saged nyengkuyung para siswa nalikanipun sinau Basa Jawi.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSAMBAHAN ........................................................................ v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
SARI ........................................................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN LANDASAN TEORI ............................... 8
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................... 8
2.2 Landasan Teoritis ..................................................................................... 14
2.2.1 Hambatan Belajar ........................................................................... 14
2.2.2 Belajar Bahasa Jawa ....................................................................... 16
2.2.3 Etnis Tionghoa ............................................................................... 21
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................... 24
xiii
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 27
3.1 Pendekatan Penelitian .............................................................................. 27
3.2 Data dan Sumber Data ............................................................................. 27
3.3 Instrumen Penelitian ................................................................................ 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 33
3.5 Teknik Analisis Data................................................................................ 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 38
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 38
4.1.1 Proses Belajar Bahasa Jawa di Sekolah .......................................... 38
4.1.2 Proses Belajar Bahasa Jawa di Rumah ........................................... 47
4.1.3 Hambatan Belajar Bahasa Jawa yang Berasal dari Faktor
Internal ............................................................................................ 49
4.1.4 Hambatan Belajar Bahasa Jawa yang Berasal dari Faktor
Eksternal ......................................................................................... 50
4.1.5 Hambatan Belajar Bahasa Jawa pada Aspek Keterampilan
Mendengarkan ................................................................................. 53
4.1.6 Hambatan Belajar Bahasa Jawa pada Aspek Keterampilan
Berbicara .......................................................................................... 54
4.1.7 Hambatan Belajar Bahasa Jawa pada Aspek Keterampilan
Membaca ......................................................................................... 56
4.1.8 Hambatan Belajar Bahasa Jawa pada Aspek Keterampilan
Menulis ............................................................................................ 58
4.2 Pembahasan ............................................................................................. 61
4.2.1 Proses Belajar Bahasa Jawa ............................................................ 61
4.2.2 Hambatan Belajar Bahasa Jawa ...................................................... 69
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 83
5.1 Simpulan .................................................................................................. 83
5.2 Saran ........................................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86
LAMPIRAN .......................................................................................................... 89
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Silabus Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas XI Semester 1 ................... 19
Tabel 2.2 Silabus Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas XI Semester 2 ................... 20
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Observasi ................................................................ 29
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Hambatan Belajar Bahasa Jawa Siswa ...................... 30
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara untuk Siswa ........................................ 32
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara untuk Guru ......................................... 33
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 2.3 Lembar Observasi I ........................................................................ 89
Tabel 2.4 Lembar Observasi II ....................................................................... 90
Tabel 2.5 Angket Hambatan Belajar Bahasa Jawa Siswa di SMA Kebon
Dalem Semarang ............................................................................ 92
Tabel 2.6 Pedoman Wawancara Guru ............................................................ 94
Tabel 2.7 Pedoman Wawancara Siswa ........................................................... 95
Tabel 2.8 Hasil Observasi I .......................................................................... 100
Tabel 2.9 Hasil Observasi II ......................................................................... 102
Tabel 2.10 Hasil Analisis Angket Siswa ........................................................ 104
Tabel 2.11 Hasil Wawancara Guru................................................................. 111
Tabel 2.12 Hasil Wawancara Siswa ............................................................... 119
Tabel 2.13 SK Pembimbing............................................................................ 130
Tabel 2.14 Surat Observasi ............................................................................. 131
Tabel 2.15 Surat Keterangan Penelitian ......................................................... 132
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Jawa merupakan muatan lokal wajib yang harus diberikan di
sekolah, mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Diwajibkannya
bahasa Jawa sebagai muatan lokal tersebut sesuai dengan Surat Keputusan
Gubernur Jawa Tengah 423.5/5/2010 dan Nomor 423.5/27.2011 tentang muatan
lokal bahasa Jawa wajib diberikan untuk jenjang SD/SDLB/MI,
SMP/SMPLB/MTs, dan SMA/SMALB/SMK/MA di Jawa Tengah, baik bagi
sekolah negeri ataupun swasta.
Bahasa Jawa dijadikan salah satu mata pelajaran yang digunakan sebagai
sarana penanaman watak, budi pekerti, menumbuhkan jati diri bangsa, serta
sebagai sarana pembentuk karakter bangsa melalui sikap dan perilaku yang
berdasar pada budaya dan adat istiadat. Pada setiap materi yang diberikan
mengandung nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan sebagai contoh yang baik
dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Siswa di Jawa Tengah tidak hanya berasal dari etnis Jawa saja. Selain siswa
yang berasal dari etnis Jawa juga terdapat siswa yang berasal dari berbagai macam
etnis lain, seperti siswa yang berasal dari keturunan Tionghoa atau yang disebut
sebagai etnis Tionghoa. Dikarenakan mereka bersekolah di Jawa Tengah, mereka
juga harus belajar bahasa Jawa, karena bahasa Jawa merupakan muatan lokal
2
wajib. Salah satu sekolah swasta yang mengajarkan bahasa Jawa bagi siswanya
adalah SMA Kebon Dalem Semarang.
SMA Kebon Dalem adalah sekolah swasta yang terletak di Jalan Wotgandul
nomor 31 Semarang. Sekolah ini berada di kawasan Pecinan Semarang. Jumlah
siswa di SMA Kebon Dalem yang beretnis Tionghoa sebanyak 99% dari jumlah
seluruh siswa. Sebelum adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan bahasa
Jawa diajarkan di sekolah, SMA Kebon Dalem tidak mengajarkan mata pelajaran
bahasa Jawa bagi siswanya. Hal ini dikarenakan mata pelajaran bahasa Jawa
kurang begitu bermanfaat bagi siswanya, kerena sebagian besar dari mereka
berasal dari kalangan etnis Tionghoa. Setelah adanya peraturan pemerintah
mengenai diwajibkannya bahasa Jawa untuk diajarkan di sekolah Jawa Tengah,
SMA Kebon Dalem baru memberikan mata pelajaran bahasa Jawa untuk
diajarkan. Hal ini yang membuat siswa di sekolah ini wajib belajar bahasa Jawa.
Belajar merupakan kewajiban bagi siswa. Banyak hal yang bisa
didapatkan dari belajar. Salah satunya adalah mencapai sebuah kesuksesan di
masa depan. Kesuksesan akan didapatkan apabila siswa memiliki sikap disiplin,
tekun, ulet, dan menyukai apa yang akan dipelajari. Dengan belajar siswa akan
mengalami suatu perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu. Ada dua faktor yang
mempengaruhi proses belajar siswa, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal berasal dari dalam diri siswa, sedangkan faktor ekternal berasal dari luar
diri siswa (Kartono, 1985:1). Proses belajar akan berhasil apabila faktor internal
dan faktor eksternal saling mendukung. Keadaan akan berbeda apabila faktor satu
3
dengan yang lain tidak saling mendukung. Apabila keduanya tidak saling
mendukung akan menimbulkan adanya suatu hambatan belajar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa di SMA Kebon Dalem
dapat disimpulkan bahwa minat siswa untuk belajar bahasa Jawa tergolong masih
cukup rendah. Mereka menganggap bahwa bahasa Jawa adalah mata pelajaran
pelengkap. Prioritas utama mereka adalah belajar mata pelajaran lain yang
nantinya diujikan pada Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Ujian Masuk Perguruan
Tinggi (UMPT) seperti matematika, fisika, biologi, dan lain sebagainya.
Hasil wawancara tersebut menjelaskan adanya hambatan belajar bahasa
Jawa pada siswa di SMA Kebon Dalem Semrang. Hambatan tersebut antara lain
dipengaruhi oleh faktor internal, salah satunya adalah kurangnya minat siswa pada
bahasa Jawa sehingga mereka cenderung akan mengabaikan mata pelajaran
muatan lokal ini. Selain itu hambatan terjadi karena pengaruh faktor eksternal
seperti kurangnya dukungan dari keluarga untuk belajar bahasa Jawa. Bagi siswa,
keluarga tidak bisa dijadikan sebagai sumber belajar, karena keluarga kurang
begitu mengetahui tentang budaya Jawa.
Pada saat proses belajar bahasa Jawa berlangsung, ada beberapa hambatan
lain yang dialami oleh siswa. Dari segi bahasa misalnya, banyak dari mereka
merasa asing saat mendengar istilah atau ungkapan Jawa, serta merasa asing saat
mempelajari materi yang menggunakan bahasa Jawa krama. Hal ini terjadi karena
mereka tidak terbiasa mendengar dan mengetahui hal tersebut baik dari keluarga,
lingkungan rumah, ataupun saat di sekolah. Mereka terbiasa berkomunikasi
menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Jawa. Bahasa Jawa
4
yang mereka peroleh berasal dari pergaulan dengan teman di sekolah atau di
lingkungan, dari orang tua, dan dari sekolah. Dalam kemampuan berbahasa Jawa
kecenderungan mereka hanya menggunakan ngoko (Rokhman, dkk. 2001).
Saat proses belajar di kelas berlangsung, guru lebih menggunakan bahasa
Indonesia, dibandingkan bahasa ngoko ataupun krama. Alasan mengapa
menggunakan bahasa Indonesia adalah untuk memudahkan siswa dalam
memahami materi dan soal yang diberikan. Apabila menggunakan bahasa ngoko
ataupun krama siswa merasa kesulitan untuk memahami isi materi yang diberikan.
Guru juga tidak menuntut siswanya untuk bisa berbahasa krama secara fasih.
Berdasarkan penuturan dari salah satu siswa, mereka jarang menggunakan
waktunya untuk belajar atau mengerjakan tugas bahasa Jawa di rumah, mereka
hanya belajar bahasa Jawa saat di sekolah. Hal ini terjadi karena keluarga tidak
dapat membantu mereka saat belajar bahasa Jawa. Banyak dari orang tua siswa
yang tidak mengerti atau kurang menguasai bahasa Jawa. Contohnya saat mereka
menanyakan tugas bahasa Jawa kepada orangtua atau anggota keluarga, mereka
tidak mendapatkan jawaban yang dikehendaki. Saat mereka merasa kesulitan,
mereka akan mencari tahu lewat akses internet atau menanyakan langsung kepada
guru bahasa Jawa saat di sekolah. Apabila di kelasnya terdapat seorang teman
yang merupakan keturunan Jawa tulen mereka akan mengandalkannya untuk
belajar dan berdiskusi saat mengerjakan tugas. Selain itu siswa tidak memiliki
sumber belajar lain selain LKS yang diberikan dari pihak sekolah, sehingga materi
bahasa Jawa yang mereka dapatkan tidak berkembang karena hanya berasal dari
satu sumber.
5
Berdasarkan studi kasus di lapangan, proses belajar bahasa Jawa yang
dialami siswa etnis Tionghoa dirasa menarik untuk dikaji lebih dalam, oleh sebab
itu disusunlah penelitian dengan judul Hambatan Belajar Bahasa Jawa bagi Siswa
Etnis Tionghoa di SMA Kebon Dalem Semarang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana proses belajar bahasa Jawa pada siswa etnis Tionghoa di SMA
Kebon Dalem Semarang?
2) Apa saja hambatan yang dialami oleh siswa etnis Tionghoa di SMA Kebon
Dalem Semarang saat belajar bahasa Jawa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan sebagai
berikut.
1) Mendeskripsikan proses belajar bahasa Jawa pada siswa etnis Tionghoa di
SMA Kebon Dalem Semarang.
2) Mendeskripsikan hambatan yang dialami oleh siswa Tionghoa di SMA Kebon
Dalem Semarang saat belajar bahasa Jawa.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan pemahaman hambatan belajar bahasa Jawa bagi siswa etnis
Tionghoa di SMA Kebon Dalem Semarang dan memberikan sumbangan
6
informasi yang selanjutnya dapat memberi motivasi penelitian tentang masalah
sejenis guna penyempurnaan penelitian ini.
2) Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan membuat siswa etnis Tionghoa di SMA
Kebon Dalem menyadari akan adanya hambatan yang mereka alami saat
belajar bahasa Jawa. Dengan menyadari adanya hambatan yang dialami,
siswa akan berusaha mengatasi hambatan tersebut sesuai kemampuan yang
mereka miliki, seperti dengan mencari sumber belajar lain yang lebih
mendukung. Selain itu, siswa tidak menjadikan hambatan yang mereka
alami untuk tidak tertarik dan berkeinginan belajar bahasa Jawa.
Keinginan untuk belajar bahasa Jawa bukan hanya sebagai formalitas
untuk mencari nilai, tetapi karena belajar bahasa Jawa bermanfaat bagi
kehidupannya di masyarakat serta karena bahasa Jawa memiliki keunikan
tersendiri tentang bahasa, sastra, dan budayanya.
b. Bagi pendidik
Penelitian ini diharapkan membuat pendidik mengetahui hambatan
yang dialami siswanya saat belajar Bahasa Jawa, agar meningkatkan mutu
dan cara mengajar bahasa Jawa, sehingga siswa merasa tertarik dan mudah
memahami setiap materi yang diberikan. Dengan demikian masalah
mengenai hambatan yang dialami oleh siswa etnis Tionghoa saat belajar
bahasa Jawa dapat teratasi dengan baik.
7
c. Bagi SMA Kebon Dalem Semarang
Penelitian ini diharapkan akan menambah informasi bagi lembaga,
termasuk para pendidik yang ada didalamnya, serta bagi penentu kebijakan
dalam lembaga pendidikan mengenai Hambatan Belajar bahasa Jawa bagi
Siswa Etnis Tionghoa di SMA Kebon Dalem Semarang. Selain itu akan
memberikan sumbangan informasi yang selanjutnya dapat memberi
motivasi penelitian tentang masalah sejenis guna penyempurnaan
penelitian ini, dengan menciptakan media atau model pembelajaran untuk
mengatasi hambatan belajar bahasa Jawa di SMA Kebon Dalem
Semarang.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian tentang hambatan belajar bahasa Jawa masih jarang diteliti. Hal
ini yang kemudian menjadi alasan diadakannya penelitian ini. Penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan tinjauan pustaka,
antara lain penelitian yang dilakukan oleh Rokhman, dkk (2001), Khafid (2007),
Pambudi (2008), Khan (2011), Syafa’ati (2011), Muizzuddin (2011), Ningsih
(2012).
Rokhman, dkk. (2001) telah melakukan penelitian berjudul Masyarakat
Tionghoa di Kota Semarang : Studi Sosiolinguistik. Hasil penelitian Rokhman,
dkk. menyatakan bahwa latar belakang bahasa masyarakat Tionghoa di Semarang
mencakup bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Bahasa Jawa diperoleh dari
pergaulan di lingkungan masyarakat maupun di sekolah. Bahasa yang selalu
digunakan yaitu bahasa Indonesia, baik di sekolah ataupun di lingkungan
masyarakat. Apabila menggunakan bahasa Jawa, mereka lebih menggunakan
bahasa Jawa ngoko yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Rokhman, dkk. dengan
penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang etnis Tionghoa. Selain itu
penelitian yang telah dilakukan Rokhman, dkk. juga memiliki
9
perbedaan, penelitian Rokhman, dkk. mengkaji studi sosiolonguistik dari etnis
Tionghoa itu sendiri, sedangkan penelitian ini lebih mengarah pada hambatan
belajar bagi siswa etnis Tionghoa di SMA Kebon Dalem Semarang.
Khafid (2007) telah melakukan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Akuntansi. Penelitian ini meneliti tentang
faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar akuntasi siswa kelas XII
IPS di MA AL-Asror Gunung Pati Semarang dan seberapa besar faktor-faktor
tersebut mempengaruhi kesulitan belajar siswa siswa kelas XII IPS di MA AL-
Asror Gunung Pati Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor intern
meliputi kondisi kesehatan, minat belajar, motivasi, dan kebiasaan belajar
berpengaruh negatif terhadap kesulitan belajar akuntansi siswa, faktor ekternal
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat
berpengaruh negatif terhadap kesulitan belajar mata pelajaran akuntansi siswa,
dan faktor internal dan ekternal berpengaruh negatif terhadap kesulitan belajar
siswa kelas XII IPS di MA AL-Asror Gunung Pati Semarang.
Persamaan penelitian Khafid dengan penelitian ini adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa memiliki persamaan dengan faktor-
faktor yang menghambat belajar siswa. Selain memiliki persamaan, penelitian ini
juga memiliki perbedaan. Penelitian Khafid meneliti kesulitan belajar untuk mata
pelajaran Akuntansi sedangkan penelitian ini meneliti hambatan belajar untuk
mata pelajaran bahasa Jawa.
Pambudi (2008) telah melakukan penelitian berjudul Hubungan Hambatan
Belajar dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas XI
10
Semester II SMA Muhammadiyah Bantul Tahun Pelajaran 2007/2008. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan hambatan belajar dengan minat
belajar kimia siswa kelas XI pada semester pertama di SMA Muhammadiyah 1
Bantul. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pambudi menyatakan bahwa
didapatkan hubungan yang negatif dan signifikan antara hambatan belajar dengan
prestasi belajar kimia sebesar -0,124937, dan didapatkan hubungan yang positif
dan signifikan antara minat belajar dengan prestasi belajar kimia sebesar
0,081614.
Penelitian yang dilakukan oleh Pambudi memiliki persamaan dengan
penelitian ini yaitu meneliti tentang hambatan belajar siswa. Selain memiliki
persamaan, penelitian yang dilakukan Pambudi juga memiliki perbedaan dengan
penelitian ini, yaitu pada mata pelajaran yang diteliti dan jenis penelitiannya.
Penelitian ini meneliti hambatan belajar Bahasa Jawa, sedangkan penelitian
Pambudi meneliti hambatan belajar mata pelajaran kimia, lalu penelitian ini
adalah jenis penelitian kualitatif, sedangkan penelitian Pambudi merupakan jenis
penelitian kuantitatif untuk mencari hubungan hambatan belajar dan minat belajar
siswa saat belajar kimia.
Khan (2011) telah melakukan penelitian berjudul An Analysis of Learning
Barriers: The Saudi Arabian Context. Penelitian ini membahas tentang faktor-
faktor penghambat dalam belajar. Selain itu penelitian ini juga membahas
bagaimana cara siswa dan guru agar termotivasi dalam belajar dan mengajar,
bagaimana dedikasi dan komitmen mereka dalam belajar dan mengajar, peran
11
guru dalam belajar dan mengajar, karakteristik guru, strategi pengajaran yang
dilakukan oleh guru, pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru.
Penelitian Khan memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu meneliti
tentang hambatan belajar siswa, yang disebabkan oleh faktor yang
mempengaruhinya. Namun, penelitian Khan juga memiliki perbedaan dengan
penelitian ini, penelitian Khan juga membahas tentang cara siswa dan guru agar
termotivasi dalam belajar dan mengajar, bagaimana dedikasi dan komitmen
mereka dalam belajar dan mengajar, peran guru dalam belajar dan mengajar,
karakteristik guru, strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru, pelatihan dan
pengembangan profesional bagi guru.
Syafa’ati (2011) telah melakukan penelitian berjudul Kesulitan Belajar
Siswa Berdasarkan Analisis Hasil Ulangan Harian Bahasa Jawa. Penelitian ini
meneliti tentang jenis dan penyebab kesulitan belajar siswa pada ulangan harian
bahasa Jawa kelas VIII di SMP 1 Lebaksiu. Hasil penelitian yang dilakukan
Syafa’ati pada ulangan harian pertama menunjukkan adanya kesulitan yang
dialami siswa saat menerapkan penggunaan kosa kata ngoko dan krama dalam
sebuah kalimat, siswa tidak dapat meneruskan pepindhan dari kata panase, siswa
tidak dapat mengidentifikasi beberapa bagian dari laporan kunjungan, serta siswa
merasa kesulitan saat diminta menyebutkan bagian pembuka, isi, dan penutup dari
sebuah laporan kunjungan. Pada ulangan harian yang kedua siswa tidak dapat
menyebutkan pokok-pokok suatu paragraf, siswa tidak dapat menyebutkan
padanan kata anjrah, siswa kesulitan saat mengartikan wangsalan, siswa merasa
kesulitan saat mengartikan arti wangsalan “jenang gula kowe aja lali”, kurangnya
12
pengetahuan siswa pada materi purwakanthi, siswa mengalami kesulitan saat
mengartikan tembung entar.
Penelitian yang dilakukan oleh Syafa’ati memiliki persamaan dengan
penelitian ini karena bertujuan untuk mengetahui kesulitan atau hambatan belajar
bahasa Jawa siswa, selain itu terdapat juga perbedaan pada jenjang sekolah,
penelitian yang dilakukan Syafa’ati meneliti jenjang SMP, sedangkan penelitian
ini meneliti jenjang SMA. Perbedaan lain terdapat pada kesulitan atau hambatan
yang dialami siswa, penelitian Syafa’ati meneliti nilai ulangan harian siswa,
sedangkan penelitian ini meneliti tentang belajar bahasa Jawa siswa etnis
Tionghoa.
Mu’izzuddin (2011) telah melakukan penelitian berjudul Kesulitan Belajar
Bahasa Arab. Hasil penelitian Mu’izzuddin menunjukkan adanya kesulitan belajar
yang disebabkan adanya hambatan belajar siswa yang disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal. Kesulitan dialami antara lain berkaitan dengan bidang
linguistik bahasa Arab itu sendiri, seperti tata bunyi, kosa kata, tata kalimat
(sintaksis) dan makna (semantik). Selain itu, siswa mengalami kesulitan dalam
psikologisnya, seperti adanya perbedaan dalam hal intelektual, kemampuan fisik,
latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar.
Penelitian Mu’izzuddin memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu
pada kesulitan belajar yang terjadi karena adanya faktor penghambat belajar pada
siswa. Namun, juga terdapat perbedaan dengan penelitian ini, yaitu pada bidang
studi yang dikaji, penelitian Mu’izzuddin meneliti mata pelajaran bahasa Arab,
sedangkan penelitian ini meneliti mata pelajaran bahasa Jawa.
13
Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Ningsih (2012) yang berjudul
Hambatan-Hambatan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Membuat Pola
(Pattern Making) dengan Teknik Konstruksi di SMK Negeri IV Angkek Kab.
Agam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hambatan-
hambatan belajar yang dihadapi siswa saat mengambil pola ukuran badan dan
pembuatan pola pada membuat pola dengan teknik konstruksi pada mata pelajaran
Tata Busana. Hasil penelitian menunjukkan hambatan-hambatan belajar yang
dialami siswa saat saat mengambil pola ukuran badan dan pembuatan pola pada
membuat pola dengan teknik konstruksi masih cukup tinggi. Hal ini terlihat
bahwa dari tingkat capaian saat siswa mengukur badan sebesar 76,77%, dan saat
pembuatan pola tingkat capaiannya sebesar 78,84%. Tingkat capaian ini
menunjukkan bahwa siswa masih mengalami hambatan-hambatan saat belajar
membuat pola.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ningsih ini memiliki persamaan
dengan penellitian ini, keduanya meneliti tetang hambatan belajar yang dialami
siswa. Namun, penelitian Ningsih juga memiliki perbedaan dengan penelitian ini,
yaitu pada mata pelajaran yang diteliti. Penelitian Ningsih meneliti hambatan
belajar pada mata pelajaran Tata Busana, sedangkan penelitian ini meneliti
hambatan belajar pada mata pelajaran bahasa Jawa.
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
belum pernah dilakukan penelitian tentang hambatan belajar bahasa Jawa di SMA
Kebon Dalem Semarang. Untuk itu penelitian ini dianggap relevan dan penting
untuk dilakukan.
14
2.2 Landasan Teoritis
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) hambatan
belajar, 2) belajar bahasa Jawa, dan 3) etnis Tionghoa.
2.2.1 Hambatan Belajar
Saat kegiatan belajar dilakukan oleh siswa tentu tidak selalu sesuai dengan
apa yang diharapkan. Ada beberapa kendala atau hambatan yang terjadi saat siswa
belajar bahasa Jawa.
Menurut Natawijaya (dalam Sutriyanto 2009:7) hambatan belajar adalah
suatu hal yang menghambat atau yang menjadi kendala bagi siswa saat `proses
belajar berlangsung.
Maharani (2014:478) memiliki pendapat yang sama bahwa hambatan belajar
adalah suatu kendala atau hambatan yang dialami siswa dalam proses belajar saat
melakukan upaya untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut pendapat Ningsih (2012:124) hambatan belajar adalah suatu
halangan atau rintangan yang dihadapi siswa yang menyebabkan proses belajar
terganggu dan tidak dapat berjalan dengan lancar.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan hambatan belajar mengacu
pada pendapat Maharani bahwa hambatan belajar adalah suatu kendala atau
hambatan yang dialami siswa dalam proses belajar saat melakukan upaya untuk
memperoleh pengetahuan.
Adapun faktor-faktor penghambat belajar menurut Kartono (1985:61)
meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor
penghambat belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal yang
15
menghambat belajar siswa salah satunya adalah faktor psikologi. Faktor
psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan siswa, misalnya:
perhatian, minat, dan bakat. Namun faktor bakat tidak diuukur dalam penelitian
ini, karena untuk mengukur bakat membutuhkan tes khusus. Adapun faktor
eksternal merupakan faktor penghambat belajar yang berasal dari luar diri siswa.
Faktor eksternal yang menghambat belajar siswa misalnya: (1) faktor
keluarga, seperti faktor orang tua, (2) faktor sekolah, seperti cara penyajian
pelajaran yang kurang baik, standart pelajaran tidak sesuai dengan ukuran normal
kemampuan anak, dan alat-alat pelajaran di sekolah yang kurang lengkap, dan (3)
faktor-faktor lain, seperti faktor masyarakat, metode belajar yang kurang terbaik,
misalnya pembagian cara belajar yang salah, seperti tidak melakukan latihan akan
menghambat belajar anak. Selain itu adanya tugas dari guru yang berlebihan
membuat anak tidak mempunyai waktu untuk belajar mata pelajaran yang lainnya.
Sukardi (dalam Nurhayati 2010:16) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya hambatan belajar berasal dari faktor internal dan eksternal
siswa. Salah satu faktor internal yang menghambat belajar siswa adalah faktor
psikologis, yang meliputi perhatian, minat, dan bakat. Sedangkan faktor eksternal
meliputi (1) faktor lingkungan keluarga, seperti faktor orang tua, (2) faktor
sekolah, seperti interaksi guru dengan murid, cara penyajian pelajaran, media
pendidikan, dan tugas-tugas, dan (3) faktor lingkungan masyarakat, seperti budaya
masyarakat.
Menurut Khan (2011:242) The following barriers are some of those that are
very influential: social, cultural, parental, attitudinal, motivational,
16
psychological, personal and pedagogical factors. Pedagogical factors in
particular include teachers, action researches, teaching strategies, teaching
resources and administration. Pernyataan diatas menjelaskan bahwa berikut
adalah beberapa hambatan yang sangat berpengaruh dalam belajar, antara lain
faktor sosial, budaya, orangtua, sikap, motivasi, psikologi, pribadi dan faktor
pedagogis khususnya termasuk guru, penelitian tindakan, strategi pengajaran,
sumber-sumber pengajaran dan administrasi.
2.2.2 Belajar Bahasa Jawa
Setiap siswa tentu akan mengalami kegiatan belajar. Saat belajar seorang
siswa akan memperoleh hal baru, yaitu memahami sesuatu. Pengertian belajar
menurut Gagne (dalam Slameto 2010:13) adalah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Proses
pemerolehan motivasi dalam belajar terdiri atas sikap, perhatian, dan minat siswa
saat proses belajar berlangsung. Pemerolehan pengetahuan didapatkan oleh siswa
dalam bentuk pemerolehan bahasa, materi, dan informasi yang diberikan guru.
Pemerolehan keterampilan yang terdiri dari pemerolehan informasi verbal
(berbicara dan menulis), kemampuan intelektual (dalam membedakan huruf),
strategi kognitif (keterampilan yang internal) untuk mengingat dan berpikir
(membaca dan mendengar). Kebiasaan terdiri dari kebiasaan berbahasa, kebiasaan
berlatih, mengerjakan tugas, dan kebiasaan belajar. Sedangkan, tingkah laku
terjadi kerana adanya pembiasaan dari waktu ke waktu yang tercermin pada sikap
siswa saat belajar, sperti keaktifan dan keterlibatan siswa saat proses belajar
berlangsung.
17
Slameto (2010:17) menyatakan bahwa dalam belajar di sekolah, guru
hendaknya melakukan beberapa aktivitas mengajar yang terdiri atas; 1)
menyajikan materi, kegiatan belajar, dan aspek-aspek lain yang mengundang
perhatian siswa saat proses belajar berlangsung; 2) membantu siswa melalui
diskusi tujuan pengajaran, tugas-tugas yang harus dikerjakan dan sebagainya; 3)
menyediakan sumber-sumber pengajaran; 4) mengatur latihan, studi, diskusi,
memberikan bimbingan kepada siswa dalam memperoleh pengetahuan dan
keterampilan; 5) menilai kemajuan siswa, membetulkan kesalahan, dan
memperkuat yang baik; 6) mengadakan evaluasi; 7) menciptakan kondisi yang
memungkinkan dalam penerapapan pengetahuan dan keterampilan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pada saat di sekolah, siswa akan belajar berbagai macam pelajaran. Salah
satunya adalah belajar bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan muatan lokal wajib
yang harus diberikan di sekolah, mulai dari jenjang sekolah dasar hingga
menengah. Surat keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 095.5/01/2005
menyebutkan bahwa pelajaran bahasa Jawa merupakan pelajaran wajib yang
harus diajarkan di sekolah pada semua jenjang pendidikan di Jawa Tengah,
mulai dari SD sampai dengan SMA. Dalam keputusan tersebut memuat
ketetapan bahwa mata pelajaran bahasa Jawa wajib dilaksanakan di semua
lembaga pendidikan SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/ MTs, dan
SMA/SMALB/SMK/MA Negeri maupun swasta di Jawa Tengah dan berlaku
mulai tahun 2005/2005. Keputusan ini merupakan tonggak bersejarah yang
sangat monumental tehadap upaya pelestarian dan pengembangan bahasa Jawa
18
sebagai salah satu media pendidikan dan penanaman budi pekerti melalui jalur
pendidikan formal di Jawa Tengah (Utami dkk, 2007:7).
Wibawa (2011:6) menjelaskan bahwa pada Kurikulum Muatan Lokal Mata
Pelajaran bahasa Jawa, dinyatakan bahwa fungsi mata pelajaran bahasa Jawa
antara lain yaitu sebagai sarana pembina rasa bangga terhadap bahasa Jawa,
sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan
pengembangan budaya Jawa, sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Jawa yang baik dan benar untuk
berbagai keperluan, dan sarana pemahaman budatya Jawa melalui kesusasteraan
Jawa. Hal tersebut yang membuat mata pelajaran bahasa Jawa sebagai pelajaran
muatan lokal di sekolah setidaknya mempunyai fungsi sebagai fungsi alat
komunikasi, kebudayaan, dan perorangan. Berkaitan dengan fungsi komunikasi
berkaitan dengan upaya agar siswa dapat menggunakan bahasa Jawa secara baik
dan benar sesuai unggah-ungguh basa dalam berkomunikasi dengan keluarga dan
masyarakat. Fungsi kebudayaan berkaitan dengan pemerolehan nilai-nilai budaya
(muatan lokal) untuk keperluan pembentukan kepribadian dan identitas bangsa.
Fungsi perorangan berkaitan dengan fungsi instrumental, khayalan, dan
informatif.
Mata pelajaran bahasa Jawa dimaknai sebagai wahana pembentukan
karakter bangsa yang ditandai dengan sikap dan perilaku yang berdasar pada
budaya dan adat istiadat Jawa. Hal ini merupakan wujud implementasi hasil
pendidikan dari hasil Proses Belajar Mengajar bahasa dan sastra Jawa di sekolah-
19
sekolah. Hakikat dan makna pendidikan, watak, karakter dan pekerti bangsa, akan
diaplikasikan dalam model-model PBM dan materi bahasa Jawa, sehingga akan
terjadi perubahan pada diri siswa yang akan mempelajari, memahami, dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Pembelajaran bahasa Jawa yang diajarkan meliputi empat aspek yaitu: aspek
mendengarkan, aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis. Keempat
aspek ini tidak dapat dipisahkan, karena antara satu aspek dengan yang lain saling
berkaitan Rahayu (2006:8).
Berikut merupakan silabus mata pelajaran muatan lokal bahasa Jawa untuk
jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas yang memuat Standart Kompetensi
dan Kompetendi Dasar untuk kelas XI.
Tabel 2.1 Silabus Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas XI Semester 1
No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar1. MENDENGARKAN
Mampu mendengarkan dan
memahani wacana lisan nonsastra
maupun sastra dalam berbagai
ragam bahasa Jawa.
1.1 Mendengarkan sambutan atau
khotbah yang disampaikan
secara langsung atau rekaman
1.2 Mendengarkan wawancara
1.3 Mendengarkan geguritan yang
disampaikan secara langsung
atau berupa rekaman
2. BERBICARAMampu mengungkapkan pikiran,
pendapat, gagasan, dan perasaan
secara lisan sastra maupun nonsastra
dengan menggunakan berbagai
ragam dan unggah-ungguh bahasa
Jawa.
2.1 Menyampaikan sambutan
dalam bentuk pambagyaharja2.2 Berdialog sesuai dengan tingkat
kesantunan
2.3 Membahas atau mendiskusikan
isi geguritan
20
3. MEMBACAMampu membaca dan memahami
bacaan sastra maupun nonsastra,
berhuruf Latin maupun Jawa dengan
berbagai keterampilan dan teknik
membaca.
3.1 Membaca pemahaman paragraf
berdasarkan letak kalimat utama
3.2 Membaca pemahaman wacana
berhuruf Jawa 10-15 kalimat
3.3 Nembang macapat4. MENULIS
Mampu mengungkapkan pikiran,
pendapat, gagasan, dan perasaan
dalam berbagai jenis karangan
nonsastra maupun sastra mengguna-
kan berbagai ragam bahasa Jawa
sesuai dengan unggah-ungguh dan
menulis dengan huruf Jawa.
4.1 Menulis wacana sederhana
dengan mempertimbangkan
letak kalimat utama
4.2 Menulis wacana sederhana
menggunakan huruf Jawa
4.3 Menulis geguritan
Tabel 2.2 Silabus Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas XI Semester 2
No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar5. MENDENGARKAN
Mampu mendengarkan dan
memahani wacana lisan nonsastra
maupun sastra dalam berbagai
ragam bahasa Jawa.
5.1 Mendengarkan kegiatan
musyawarah yang disampaikan
secara langsung atau berupa
rekaman
5.2 Mendengarkan tembang
macapat yang disampaikan
secara langsung atau berupa
rekaman
6. BERBICARAMampu mengungkapkan pikiran,
pendapat, gagasan, dan perasaan
secara lisan sastra maupun nonsastra
dengan menggunakan berbagai
ragam dan unggah-ungguh bahasa
Jawa.
6.1 Membahas atau mendiskusikan
isi tembang macapat
7. MEMBACAMampu membaca dan memahami
bacaan sastra maupun nonsastra,
berhuruf Latin maupun Jawa dengan
berbagai keterampilan dan teknik
membaca.
7.1 Membaca nyaring naskah pidato
7.2 Nembang campursari
21
8. MENULISMampu mengungkapkan pikiran,
pendapat, gagasan, dan perasaan
dalam berbagai jenis karangan
nonsastra maupun sastra mengguna-
kan berbagai ragam bahasa Jawa
sesuai dengan unggah-ungguh dan
menulis dengan huruf Jawa.
8.1 Menulis wacana persuasi dalam
bentuk naskah pidato
8.2 Menulis parikan dan atau
wangsalan
2.2.3 Etnis Tionghoa
Kata etnich berasal dari kata Yunani yang berarti “bangsa”. Etnisitas
(ethnicity) merujuk pada pola karakteristik seperti warisan budaya, kebangsaan,
ras, agama, dan bahasa (Santrock, 2007:177).
Suryadinata (dalam Lowa 2011:2) menjelaskan bahwa etnis Tionghoa
adalah orang-orang keturunan Cina di Indonesia yang secara khusus disebaut
sebagai orang Tionghoa. Penyebutan orang Cina dan Tiongho dibedakan, karena
yang disebut sebagai Cina adalah seorang Warga Negara Asing (WNA), dan yang
disebut sebagai Tionghoa adalah seorang Warga Negara Indonesia (WNI).
Di Pulau Jawa, kaum Tionghoa di Jawa telah berakulturasi ke dalam
masyarakat setempat. Kurang lebih sekitar abad ke 20 hubungan peranakan
Tionghoa dengan negeri Cina sudah mulai pasif. Orang laki-laki Tionghoa tidak
membawa keluarganya ke Indonesia, melainkan mereka menikah dengan
perempuan pribumi dan menetap di Jawa. Seiring berjalannya waktu, tumbuhlah
sekelompok masyarakat Tionghoa peranakan yang nyata dan mantap (Suryadinata
1986:20).
Menurut Skinner (dalam Suryadinata 1986:32) para peneliti sejarah modern
orang Tionghoa Indonesia mengakui adanya dua jenis masyarakat Tionghoa yang
22
berada di Indonesia, yaitu peranakan dan totok. Sebagian besar dari mereka hidup
di Jawa.
Yuanzhi (dalam Setiono 2002:13) adalah ada kemungkinan besar bahwa
sebagian besar bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia selatan dan tidak
menutup kemungkinan berasal dari daerah sekitar Yunnan yang terletak di
Tiongkok barat daya. Yunnan merupakan daerah asal perpindahan orang Melayu
pra-sejarah yang menyebar dalam jumlah besar ke selatan sampai di kepulauan
Nusantara, sehingga timbulah hubungan darah antara bangsa Tionghoa dengan
bangsa Indonesia.
Setiono (2002:53) menjelaskan bahwa sebelum kedatangan orang Belanda
ke Indonesia, orang Tionghoa di Indonesia hidup damai dengan penduduk
setempat. Mereka hidup membaur dengan saling membawa budaya masing-
masing. Orang Tionghoa hidup berdagang, bertani, dan menjadi tukang. Pada
permulaan abad XIX, jumlah penduduk Tionghoa di pulau Jawa diperkirakan
sekitar lima juta orang. Mereka hidup menyebar di seluruh pulau Jawa, ke daerah
pedalaman dan di sepanjang pesisir utara. Mereka adalah bangsa yang paling
rajin, dan pada umumnya mereka adalah orang-orang yang menyukai hidup damai
dan menghindari keributan. Orang-orang Tionghoa ini tetap bermukim di
perantuan sampai beberapa keturunan tanpa pernah kembali negera asalnya.
Mereka membaurkan diri baik dalam soal bahasa, makanan, pakaian maupun
agama dan biasa disebut golongan “peranakan”. Kebudayaan Tionghoa membaur
dan beradaptasi dengan kebudayaan lokal baik bahasa, makanan, musik, tarian,
kesenian, cara berpakaian, dan sebagainya. Pengaruh bahasa Tionghoa juga
23
terdapat dalam bahasa Jawa, ini disebabkan banyaknya pedagang Tionghoa yang
berdiam di Jawa. Selain itu, dalam bidang budaya, ada kemiripan pada kesenian
wayang Tionghoa dengan wayang Jawa. Kemiripan tersebut terletak pada jenis
wayang Jawa (wayang kulit dan wayang golek) dengan penampilan boneka Cina
(wayang potehi), yang juga dikenal dalam berbagai bentuknya sulit untuk
dibuktikan keterkaitannya, tetapi bukan suatu hal yang yang tidak mungkin.
Demikian juga gamelan Jawa dengan kesenian Barong Jawa dab Bali yang mirip
dengan pertunjukan Barongsai dari Tiongkok. Wayang, gamelan, tari-tarian dan
barongan, sangat mengakar dalam budaya Jawa, sehingga hal ini memiliki
kemiripan dengan budaya Tionghoa, maka kebudayaan dari dua bangsa ini dapat
dianggap telah berhubungan sejak lama sekali.
Suryadinata (2002:17) pun juga menjelaskan tentang generasi muda
Tionghoa di Indonesia sesungguhnya sudah menjadi peranakan, apalagi mereka
yang menetap di Pulau Jawa. Setelah pemerintahan Orde Baru, masyarakat
Tionghoa di Indonesia telah mengalami proses peranakanisasi dan Indonesianisasi
karena kebijakan asimilasi yang diambil oleh Presiden Soeharto. Sejak Orde Baru
berdiri, pemerintah Indonesia mulai menggunakan istilah Cina (sebelum tahun
1972, dieja sebagai Tjina) untuk menyebut orang Tionghoa (Chinese) dan
Tiongkok (China).
Identitas etnis juga menunjukkan adanya suatu tingkat keterpaduan antara
para anggota suatu kelompok etnis. Semakin tinggi tingkat keterpaduan anggota
suatu kelompok etnis maka semakin kuat pula identitas etnis tersebut, tidak
terkecuali bagi etnis Jawa dengan Etnis Tionghoa (Rahoyo 2010:14).
24
Masyarakat Tionghoa di Indonesia bukan merupakan minoritas yang
homogenya. Dari sudut budaya, orang Tionghoa terbagi atas peranakan dan totok.
Peranakan adalah orang Tionghoa yang sudah lama tinggal di Indonesia dan
umumnya sudah “terbaur”. Mereka berbahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-
hari dan bertingkah laku seperti pribumi. Totok adalah pendatang baru, umumnya
baru tinggal di negeri ini selama satu sampai dua generasi dan masih menguasai
bahasa Tionghoa (Suryadinata 2010:183).
Mengenai bahasa yang digunakan, Rokhman, dkk. (2001:8) menjelaskan
bahwa latar belakang kebahasaan remaja keturunan Tionghoa mencakupi bahasa
Indonesia dan bahasa Jawa. Bahasa Jawa mereka peroleh dari pergaulan dengan
teman baik di lingkungan masyarakat, dari orang tua, dan dari sekolah. Dalam
kemampuan berbahasa Jawa kecenderungan remaja keturunan Tionghoa hanya
sebatas menggunakan ngoko.
2.3 Kerangka Berpikir
SMA Kebon Dalem Semarang merupakan salah satu sekolah swasta di Jawa
Tengah yang mengajarkan bahasa Jawa, meskipun sebagian besar siswanya
merupakan etnis Tionghoa. Berdasarkan hasil observasi awal, menunjukkan
bahwa minat siswa untuk belajar bahasa Jawa tergolong masih cukup rendah.
Siswa lebih mementingkan mata pelajaran lain yang dianggap lebih penting
dibandingan belajar bahasa Jawa. Hal ini terjadi karena belajar bahasa Jawa
kurang memberikan manfaat bagi mereka.
Dalam keseharian baik di sekolah ataupun di rumah, siswa lebih sering
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Apabila berkomunikasi
25
menggunakan bahasa Jawa, mereka menggunakan bahasa Jawa yang dicampur
dengan bahasa Indonesia. Saat proses belajar di kelas berlangsung, guru lebih
menggunakan bahasa ngoko serta bahasa Indonesia. Hal ini terjadi untuk
mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Saat belajar bahasa Jawa siswa mengalami beberapa kendala atau hambatan.
Hambatan tersebut antara lain dipengaruhi oleh faktor internal, salah satunya
adalah kurangnya minat siswa pada bahasa Jawa sehingga mereka cenderung akan
mengabaikan mata pelajaran muatan lokal ini. Selain itu hambatan terjadi karena
pengaruh faktor eksternal seperti kurangnya dukungan dari keluarga untuk belajar
bahasa Jawa. Bagi siswa, keluarga tidak bisa dijadikan sebagai sumber belajar,
karena keluarga kurang begitu mengetahui tentang budaya Jawa.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian tentang hambatan belajar bahasa
Jawa yang dialami oleh siswa etnis Tionghoa di SMA Kebon Dalem Semarang
perlu diadakan. Dalam penelitian ini akan mengambil siswa kelas XI sebagai
subjek penelitian. Alasan hanya memilih kelas XI kelompok siswa ini merupakan
kriteria ideal dibandingkan dengan kelas X dan XII. Siswa kelas X tidak
digunakan sebagai subjek penelitian karena mereka baru memasuki masa
pengenalan pada pelajaran bahasa Jawa untuk jenjang SMA. Dasar pertimbangan
untuk siswa kelas XII adalah mereka sedang fokus untuk mempersiapkan Ujian
Sekolah, Ujian Nasional, dan persiapan memasuki Perguruan Tinggi. Adapun
bagan alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
26
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Mata Pelajaran Bahasa Jawa
Siswa Etnis Tionghoa Kelas
XI di SMA Kebon Dalem
Semarang
BahasaLingkunganBudaya
Hambatan Belajar
Faktor-faktor penghambat
belajar menurut Kartono
(1985:61)
EkternalInternal
Minat Perhatian
Faktor lainnya
Keluarga Sekolah
Hambatan Belajar Bahasa Jawa bagi
Siswa Etnis Tionghoa Di SMA Kebon
Dalem Semarang
83
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil simpulan
sebagai berikut.
Pertama, saat proses belajar bahasa Jawa, minat dan perhatian siswa
cenderung rendah. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Saat
menjelaskan materi, guru lebih menggunakan bahasa Indonesia dibanding bahasa
ngoko dan krama. Beberapat materi yang tidak diajarkan oleh guru yaitu
mendengarkan wawancara, mendengarkan kegiatan musyawarah, membaca
pemahaman wacana berhuruf Jawa 10-15 kalimat, dan menulis wacana
menggunakan huruf Jawa. Dari keseluruham materi, hanya materi nembang
campursari yang dikuasai dan menarik bagi mereka. Siswa masih mengalami
kesulitan jika belajar bahasa Jawa secara mandiri, karena terbiasa dengan
pendampingan guru. Selain itu, siswa juga belum merasakan manfaat yang berarti
selama belajar bahasa Jawa.
Kedua, faktor yang menghambat siswa saat belajar bahasa Jawa
disebabkan oleh adanya berasal dari faktor internal yang berupa minat dan
perhatian, dan faktor eksternal yang berupa faktor sekolah, keluarga, dan
lingkungan yang tidak saling mendukung. Pada aspek keterampilan
mendengarkan, hambatan yang dialami, yaitu ketidakmampuan siswa untuk
memahami isi sambutan atau khotbah, geguritan dan
84
tembang macapat yang mereka dengarkan. Pada aspek keterampilan berbicara,
hambatan yang dialami siswa yaitu kesulitan untuk membedakan kapan suatu kata
harus dilafalkan [a], [ɔ], [Ι], [i], [e], [ɛ], [ə], [o], [ɔ], dan [t], [d], [ɖ], [ʈ], kesulitan
untuk menghafalkan teks dialog yang akan dipraktekkan di depan kelas, serta
minimnya pengetahuan kosakata bahasa Jawa yang dimiliki oleh siswa sehingga
mereka kesulitan saat membahas atau mendiskusikan isi geguritan tembang
macapat. Pada aspek keterampilan membaca, hambatan yang dialami, yaitu siswa
kesulitan saat melafalkan cakepan tembang macapat, naskah pidato, dan tembang
campursari karena tidak dapat membedakan kapan suatu kata harus dilafalkan [a],
[ɔ], [Ι], [i], [e], [ɛ], [ə], [o], [ɔ], dan [t], [d], [ɖ], [ʈ], kesulitan untuk menirukan
nada tembang macapat, kesulitan untuk membacakan pidato sesuai intonasi yang
baik dan benar, dan kesulitan untuk menghafalkan lirik tembang campursari. Pada
aspek keterampilan menulis hambatan yang dialami siswa, yaitu minimnya
pengetahuan kosakata bahasa Jawa yang mereka miliki, sehingga saat menulis
siswa kesulitan untuk menulis menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah perlu adanya peningkatan sarana
belajar bahasa Jawa, seperti kamus Bahasa Jawa, yang akan membiasakan siswa
untuk mencari kosakata bahasa Jawa secara mandiri. Siswa juga perlu dibiasakan
menggunakan bahasa Jawa mulai dari hal yang sederhana, seperti memberi salam,
meminta ijin, bertanya atau berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa, sehingga
pengetahuan kosakata bahasa Jawa mereka semakin bertambah. Selain itu,
85
hendaknya guru menggunakan dan menerapkan model serta media pembelajaran
yang membantu siswa dalam proses belajar bahasa Jawa.
86
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Herwati, Nanik. 2012. Pengajaran Bahasa Jawa di Sekolah. [Online]. Tersedia:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=253064&val=6818&title=PENGAJARAN%20BAHASA%20JAWA%20DI%20SEKOLAH[diakses 29 Desember 2015].
Kartono, Kartini. 1985. Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali.
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor 420/03004
tentang Perubahan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah Nomor 420/02584 Tentang Pedoman Penyusanan Kalender
Pendidikan Tahun Pelajaran 2015/2016. 2015. Semarang: Dinas Pendidikan.
Tersedia: http://dikpora.tegalkab.go.id/?wpfb_dl=47. [diakses 15 Desember
2015].
Khafid, Muhammad. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Akuntansi”. Jurnal Pendidikan Ekonomi. Februari 2007. Vol.2 No. 1. Hlm.
1-30. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Khan, Intakhab A.. 2007. “An Analysis of Laerning Barriers: The Saudi Arabian Context”. International Education Studies. Februari 2011. Vol. 4 No. 1.
Hlm. 242-246. Jedah, Saudi Arabia: King Abdul Aziz University
Community College.
Maharani, Anggita. Ferry Ferdianto. Setiyani. 2014. “Analisis Hambatan Belajar (Learning Obstacle) pada Mata Kuliah Kalkulus III. Jurnal FKIP. Desember
2014. ISSN :9 772407 749004. Cirebon. Universitas Swadaya Gunung Jati.
Moleong, LJ. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Mu’issuddin, Moch. “Kesulitan Belajar Bahasa Arab”. Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Bahasa Arab. Januari-Juni 2011. Hlm. 31-46. Banten. IAIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
87
Ningsih, Yani Dwi. 2012. Hambatan-hambatan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Makinhg) dengan Teknik Konstruksi di SMK Negeri 1 IV Angkek Kab. Agam. Skripsi. Universitas Padang. Sumatra
Barat.
Nurhayati, Siti. 2010. Hubungan Kebiasaan Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Jakarta. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta. Pambudi, Ratno. 2008.
Hubungan Hambatan Belajar dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester II SMA Muhammadiyah 1 Bantul Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Yogyakarta.
Rafa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Pusat Pengembangan MKU-MKDK Unnes.
Rahayu, Endhang. 2006 .http://ki-demang.com/kbj5/index.php/makalah-komisi-b/1148-14-pembelajaran-bahasa-jawa-sebagai-wahana-pembentukan-watak-pekerti-bangsa-penerapan-unggah-ungguh-berbahasa (19 Desember
2015).
Rahoyo, Stefanus. 2010. Dilema Tionghoa Miskin. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Rokhman, Fathur. M. Solehatus Mustofa,dan Nagiyanto. 2001. Masyarakat Tionghoa di Kota Semarang : Studi Kasus Sosiolinguistik. Laporan
Penelitian. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Setiono, Benny G. 2002. Tionghoa dalam Pusaran Politik. Jakarta: Elkasa.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1991. Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Suryadinata, Leo. 2002. “Negara dan Etnis Tionghoa” Kasus Indonesia. Jakarta:
Pustaka LP3ES.
-----. 2005. Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900- 2002. Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia.
-----.2010. Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia. Jakarta: Kompas
Amazon.
88
Syafa’ati, Yuni. 2011. Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan Analisis Hasil Ulangan Harian Bahasa Jawa Kelas VIII SMPN 1 Lebaksiu Semester Genap Tahun 2010/2011. Skripsi. Universita Negeri Semarang, Semarang.
Wibawa, Sutrisna. 2011. Struktur Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa di Sekolah. Makalah Seminar Dalam Rangka Sosialisai Keberadaan Program
Studi Pendidikan Bahasa Jawa Pbs-Fkip Universitas Sebelas Maret,
Surakarta, Kamis, 14 April 2011.
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/civilengineering/2008/Artik
el_20304071.pdf [diakses pada 09 Maret 2016].
Recommended