View
228
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
HUBUNGAN KADAR GARAM MASAKAN RUMAH DENGAN
PROFIL TEKANAN DARAH IBU RUMAH TANGGA DI
CIPUTAT TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Oleh:
MUHAMAD NURCHOYIN
NIM: 1110104000039
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate Thesis, June 2014
Muhamad Nurchoyin, NIM: 1110104000039
The Relationship Salt Levels in Home Cooking and Blood Pressure Profiles
Housewife in East Ciputat.
xviii + 75 pages + 14 tables + 6 schemes + 7 attachments
ABSTRACT
Hypertension is a major health problem recently. Incident of hypertension has
increase every year. The prevalence of hypertension patients aged more than 25
years reach 40%. The number of uncontrolled hypertension rose from 600 million
in 1980 to nearly 1 billion in 2008. Increased blood pressure may cause 7.5
million or 12,8% of all deaths. Hypertension is associated with the salt closely.
High salt intake is a major cause of increased blood pressure and a reduction in
salt intake (9-12 g / day) to the recommended level (<5g/hari) can lower blood
pressure. This study is a descriptive quantitative study wich is to determine the
levels of salt in home cooking and blood pressure profiles housewife in East
Ciputat. Data collection was conduction on 47 respondents using Tanita Salt
Meter Digital as research instrument. The results showed that the blood pressure
profile of respondents tends to rise, which contained 44.7% of respondents have
hypertension, and the majority of Betawi, Javanese, and Sundanese Ethnica have
home cooking salinity > 1.2%. Respondents with levels of salt in home cooking
<0.8% had normal blood pressure profile, respondents with higher levels of salt in
home cooking 0.9-1.1% had hypertension (54.55%), and the levels of salt in
cooking > 1.2% had hypertension as much as 76.2% of respondent. The study
obtained that there isi strong positive relation between the salt levels in home
cooking and blood pressure profiles, which r value is 0.592 and p value is 0.000 at
α=0.01 in Spearman's rho test.
Key Word: Salt, Salinity, Blood Pressure, Hypertension.
References : 70 (`1989-2014)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2014
Muhamad Nurchoyin, NIM: 1110104000039
Kadar Garam Masakan Rumah dan Profil Tekanan Darah Ibu Rumah
Tangga di Ciputat Timur.
xviii + 75 halaman + 14 tabel + 6 Bagan + 7 lampiran
ABSTRAK
Hipertensi menjadi masalah kesehatan utama saat ini. Setiap tahun hipertensi
selalu mengalami peningkatan. Secara global prevalensi kenaikan pasien
hipertensi usia lebih dari 25 tahun mencapai 40%. Jumlah pasien hipertensi yang
tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1 milyar
pada tahun 2008. Peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta
kematian atau menyumbang sekitar 12,8% dari total semua kematian. Hipertensi
ini sangat erat kaitannya dengan garam. Asupan tinggi garam adalah penyebab
utama peningkatan tekanan darah dan pengurangan asupan garam (9-12 g/hari) ke
tingkat yang direkomendasikan (< 5g/hari) dapat menurunkan tekanan darah.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif untuk meneliti kadar
garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah ibu rumah tangga Ciputat
Timur tahun 2014, denga menggunakan alat Tanita Salt Meter Digital. Responden
berjumlah 47 orang yang diambil secara sampling kuota.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat hubungan positif yang kuat antara
kadar garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah, yaitu nilai r hitung
0,592 dengan signifikansi (p value) = 0,000 pada α=0,01 pada uji Spearman's rho.
Kata Kunci: Garam, Kadar Garam dalam Masakan, Profil Tekanan Darah,
Hipertensi.
Daftar Bacaan: 70 (1989-2014)
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : MUAHAMAD NURCHOYIN
Tempat, tanggal Lahir : Martapura, 11 Agustus 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Kota baru Martapura Kabupaten OKU Timur
Prov. Sumatera Selatan Kode Pos 32161
Hp : +6281909970300
E-mail : choymuhamad@gmail.com
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. SDN 149 OKU 1998-2004
2. MTs Nurul Huda Sukaraja Buay Madang 2004-2007
3. MA Nurul Huda Sukaraja Buay Madang 2007-2010
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-sekarang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah...... dengan Ridho-Mu ya Allah Skripsi ini telah selesai, sebuah langkah untuk menaiki
tangga cita-cita. Ini adalah langkah awalku untuk meuju Ridhomu Ya Robb.
Ummy.... Aby.....
Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayang Aby dan Ummy
Setulus hatimu Ummy, searif arahanmu Aby...
Do’amu hadirkan keridhoan untukku, petuahmu tunjukkan jalanku
Pelukmu berkahi hidupku, di antara perjuangan dan tetesan doa malammu
Dan sebait doa telah merangkul diriku, menuju dari depan yang cerah
Kini diriku tealh selesai dalam menempuh satu langkah dalam studiku
Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhoaan-Mu ya Allah,
Kupersembahkan skripsi ini untuk yang termulia Ummy dan Aby...
Ummy... Aby.. Kaka-kakaku dan Adik-Adikku...
Terimakasih atas cintanya, semoga karya ini dapat mengobati beban kalian walu hanya sejenak,
semua jasa-jasa kalian tak kan dapat kulupakan.
Somoga Allah beserta kita semua
Sahabat-sahabatku...., Terimakasih.... Semoga persahaban kita menjadi persaudaraan yang abadi
selamanya, bersama kalian warna indah dalam hidupku, suka dan duka berbaur dalam kasih.
Serta terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu... Ku tak bisa membalsa budi dan
jasamu, hanya lantunan do’a semoga Allah memberikan yang terbaik untukmu sebagai kereta
menuju surga-Nya.
Semoga Allah memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua.
Amiin..
x
KATA PENGANTAR
السالم عليكم ورحمة اهلل وبركاته
Puji dan syukur kehadirat Al-Qowy, Dzat yang selalu memberikan rahmat,
hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya
penysusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Kadar Garam Masakan Rumah
dan Profil Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga di Ciputat Timur” dapat
diselesaikan. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Khotamul Anbiya’
wal Mursalin Muhammad Ibnu Abdilah SAW.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa, ikhtiar dan do’a peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini jauh dari kata kesempurnaan dan banyak ditemukan
kekurangan yang mesti diperbaiki, baik dari segi isi maupun metodologi. Oleh
karena itu segala masukan dan saran yang membangun mengenai tulisan ini
sangat penulis harapkan.
Penulis Juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberi bantuan, dorongan, dan do’a serta kerjasama. Penulis menyadari tidak
akan mampu membalas jasa-jasa tersebut, hanya lantuanan do’a semoga Ar-
Rahman memberikan balasan dengan khoirul-jaza yang dapat mengantarkan ke
pintu ridho dan Surga-Nya, terkhusus kepada:
1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.
2. Ns. Waras Budi Utomo, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta.
xi
3. Kepada Orang tua tercinta ayahanda tercinta yang telah berpulang ke
rhamatullah Alm. Suparman ghofarullauhulahu, dan Ibunda Suwarni
yang senantiasa memberikan dukungan dan doanya dalam menyelesaikan
perkuliahan dan tugas akhir ini.
4. Ibu Ita Yuanita, S. Kp, M. Kep. dan Ibu Maftuhah, M. Kep., PhD selaku
dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar
memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis
selama perkuliahan hingga penyususnan skripsi ini.
5. Bapak H. Alex Noerdin Gubernur Sumatera Selatan yang dengan
komitmennya telah mengantarkan penulis sampai ke pintu akhir
pendidikan akademik.
6. Seluruh Dosen staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakrta yang telah memberikan banyak kemudahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada Bpk. M. Napis selaku Pengurus TPA Musholla Ar-rahmah yang
telah memberikan arahan dan bantuan dalam melakuakan pengambilan
data dan penyusunan skripsi.
8. Kepada Seluruh Jama’ah Musholla Ar-Rahmah yang telah memberikan
bantuan, inspirasi, dan do’a dalam menyelesaikan penysusunan skripsi ini.
9. Kepada seluruh Keluarga PSIK, Kakak-Kakak, Adik-Adik, terkhusus
teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angakatan
2010, yang telah membantu, memotivasi untuk sama-sama berjuang dalam
mencapai cita-cita.
xii
10. Kepada teman-teman seperjuangan Santri jadi Dokter Sumatera Selatan
(SJDSS), terkhsusus kepada (Tiga Serangkai) Program Studi Ilmu
Keperawatan: Saya, Rosi Pratiwi, dan Rustiana.
Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis
berharap mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis khusunya.
والسالم عليكم ورحمة اهلل وبركاته
Ciputat, Juni 2014
Muhamad Nurchoyin
xiii
DAFTAR ISI
Lembar Judul i
Pernyataan Keaslian Karya ii
Absrak iii
Pernyataan Persetujuan v
Lembar Pengesahan vi
Daftar Riwayat Hidup viii
Lembar Persembahan ix
Kata Pengantar x
Daftar Isi xiii
Daftar Tabel xvi
Daftar Bagan xvii
Daftar Lampiran xviii
Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Pertanyaan Penelitian 6
1.4 Tujuan Penelitian 7
1.4.1. Tujuan Umum 7
1.4.2. Tujuan Khusus 7
1.5 Manfaat Penelitian 7
1.5.1. Bagi Profesi Keperawatan 7
1.5.2. Bagi Bagi Masyarakat 7
1.5.3. Bagi Peneliti 8
1.5.4. Bagi Penelitian Lain 8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian 8
Halaman
Halaman
xiv
Bab II Tinjauan Pustaka 9
2.1 Garam 9
2.1.1 Definisi Garam 9
2.1.2 Manfaat Garam 10
2.1.3 Angka Kebutuhan Garam 12
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nafsu Makan 13
2.1.5 Metode Untuk Memperkirakan Intake Garam 14
2.2 Tekanan Darah 17
2.2.1 Definisi Tekanan Darah 17
2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah 17
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah 19
2.2.4 Fisiologi Tekanan Darah 20
2.2.5 Patofisiologi Pengaruh Garam Terhadap Tekanan Darah 28
2.2.6 Upaya Pengurangan Konsumsi Garam 31
2.3 Penelitian Terkait 36
2.4 Kerangka Teori 41
BAB III Kerangka Konsep Dan Definisi Istilah 43
3.1 Kerangka Konsep 43
3.2 Definisi Operasional 44
BAB IV Metodologi Penelitian 48
4.1 Desain Penelitian 48
4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 48
4.3 Populasi Dan Sampel 48
4.3.1 Populasi 48
xv
4.3.2 Sampel 49
4.4 Metode Pengumpulan Data Dan Prosedur Penelitian 51
4.4.1 Metode Pengumpulan Data 51
4.4.2 Alat Pengumpulan Data 52
4.4.3 Uji Validitas Reliabilitas Alat 53
4.4.4 Prosedur Penelitian 54
4.5 Pengolahan Data 55
4.6 Analisa Data 56
4.7 Etika Penelitian 56
BAB V Hasil 57
5.1 Karakteristik Responden 58
5.2 Kadar Garam dalam Masakan 58
5.3 Profil Tekanan Darah 60
5.4 Distribusi Frekuensi Suku Berdasarkan Kadar Garam dalam
masakan 61
5.5 Distribusi Frekuensi Profil Tekanan Darah Berdasarkan Kadar Garam
dalam Masakan 63
5.6 Analisa Hubungan kadar Garam dengan Tekanan Darah 63
BAB VI Pembahasan 65
BAB VII Penutup 74
7.1 Kesimpulan 74
7.2 Saran 75
Daftar Pustaka 76
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Metode Untuk Memperkirakan Intake Garam 14
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah 18
Tabel 2.3 Program Dan Metode Beberapa Guna Membatasi Intake Garam 34
Tabel 3.1 Definisi Operasional 45
Tabel 4.1 Interpretasi Hasil Tanita Salt Meter 51
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia 58
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingakt Pendidnikan 59
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdarkan Suku 60
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdarakan Kadar Garam
Dalam Masakan 60
Tabel 5.5 Distribsusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah 61
Tabel 5.6 Distribsui Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Usia 62
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Suku Berdarkan Kadar Garam Dalam
Masakan 62
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Profil Tekanan Darah Berdasarkan Kadar
Gara dalam Masakan 63
Tabel 5.9 Asosiasi Kadar Garam dalam Masakan dengan Tekanan Darah 64
Halaman
Halaman
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Sistem Renin-Angiotensin Aldosteron 26
Bagan 2.2 Mekanisme Tekanan Darah 27
Bagan 2.3 Pengaruh Garam Berlebih Terhadap Tekanan Darah 31
Bagan 2.4 Kerangka Teori 42
Bagan 3.1 Kerngka Konsep 44
Bagan 4.1 Alur Penelitian 54
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
Lampiran 1 Penjelasan Penelitian
Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data dan penelitian
Lampiran 3 Lembar Informed Concent
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Reliabilitas Instrumen
Lampiran 5 Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 6 Data Hasil Penelitain
Lampiran 7 Hasil Uji Statistik
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat
mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai jaringan tubuh
manusia untuk mengangkut oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi
kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana
pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh
(Gunawan, 2007).
Gunawan (2007) menyebutkan tekanan darah manusia dapat digolongkan
menjadi tiga kelompok, yaitu tekanan darah rendah (hipotensi) yang timbul
akibat penurunan curah jantung atau penurunan retensi perifer, tekanan darah
normal (normotensi), dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Baradero, dkk.
(2005) menjelaskan hipotensi adalah penurunan tekanan darah yang terjadi saat
kondisi kegawatdaruratan, seperti perdarahan, tidak adekuatnya penggantian
cairan tubuh hilang, pneumotoraks, vasodilatasi yang disebabkan oleh obat atau
anestesia, dan emboli paru. Sedangkan hipertensi adalah keadaan meningkatnya
tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan/atau diastolik lebih besar
dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang (Depkes, 2007).
Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO, 2013)
menyebutkan, hipertensi menjadi masalah kesehatan utama saat ini. Setiap
tahun penyakit hipertensi selalu mengalami peningkatan. Secara global
2
prevalensi kenaikan pasien hipertensi usia lebih dari 25 tahun mencapai 40%
dan jumlah pasien hipertensi yang tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pada
tahun 1980 menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008. Peningkatan pasien
hipertensi tertinggi terjadi di Negara Afrika yang mencapai 46% dan
peningkatan kejadian hipertensi terendah terdapat di Amerika Serikat sebesar
35%.
Prevalensi pasien hipertensi di Indonesia sebanyak 31,7% orang, dimana
hipertensi saat ini tidak hanya dialami oleh orang tua, namun juga dialami oleh
remaja dengan penderitanya berusia mulai 18 tahun ke atas (Depkes, 2007).
Tahun 2006, hipertensi menduduki urutan ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pada
pasien rawat jalan, setelah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
dengan jumlah pasien mencapai 4, 67 %, dan hipertensi menjadi penyebab
kematian nomor dua di Indonesia setelah stroke (Depkes, 2007). Tahun 2010,
hipertensi juga termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat inap di Rumah Sakit
dengan jumlah pasien mencapai 4, 81 % (Depkes, 2011).
Peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian
atau menyumbang sekitar 12,8% dari total semua kematian. Peningkatan
tekanan darah juga merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung
koroner dan iskemik (45%), serta stroke hemoragik (51%) yang menjadi
pembunuh nomor satu di dunia saat ini. Tingkat tekanan darah telah terbukti
positif dan terus berhubungan dengan risiko stroke dan penyakit jantung
koroner. Dalam beberapa kelompok usia, risiko penyakit kardiovaskular dua
kali lipat untuk setiap kenaikan 20/10 mmHg tekanan darah. Selain penyakit
jantung koroner dan stroke, komplikasi peningkatan tekanan darah adalah
3
gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, perdarahan
retina dan gangguan penglihatan (WHO, 2013).
Hipertensi sangat erat kaitannya dengan garam (Appel, dkk. 2001),
(Roberts, 2001), (Sacks, dkk. 2001), (Hooper, dkk. 2002), (Molina, dkk. 2003),
(Cappuccio, dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Erdem, dkk. 2010), (He dan
MacGregor, 2010). Asupan tinggi garam adalah penyebab utama peningkatan
tekanan darah dan pengurangan asupan garam (9-12 g/hari) ke tingkat yang
direkomendasikan (< 5g/hari) dapat menurunkan tekanan darah (He dan
MacGregor, 2010).
Hasil penelitian Sukarno, dkk., (2013) menunjukkan bahwa jumlah
penduduk dengan tekanan darah normal lebih banyak di temukan pada orang yang
tinggal di dataran tinggi yaitu 55% orang, dibandingkan dengan dataran rendah
hanya 36,25% orang, serta lebih banyak ditemukan hipertensi dengan sistole 45%
dan diastole 63,75% di dataran rendah yang lebih banyak mengkonsumsi garam
di bandingkan dengan dataran tinggi masing-masing 25% dan 27,5%.
Garam yang juga dikenal dengan garam dapur, merupakan senyawa ionik
yang terdiri atas ion Natrium dan Klorida, dengan rumus kimia NaCl (Caldwell,
dkk. 2004). Ion Natrium dan Klorida merupakan dua komponen yang sangat
dibutuhkan oleh sel dalam tubuh. Natrium adalah kation ekstra sel utama di
tubuh, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan, dan
sebagian kecil (sekitar 10- 14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel (Matfin and
Porth, 2009). Natrium berperan penting dalam osmolalitas plasma, memelihara
potensial membran dan konduksi saraf (Corwin, 2009), sehingga perubahan
4
tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi
natrium (Darwis, dkk. 2008).
Saat seseorang mengkonsumsi garam dalam jumlah berlebih, garam tidak
akan mampu dieksresikan oleh tubuh dan menumpuk di dalam darah, jumlah
natrium yang terlalu banyak berdampak pada peningkatan penyerapan air yang
berakibat peningkatan viskositas darah (Sitepoe, 2009). Volume cairan tubuh
yang meningkat membuat jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras
untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh, tekanan darah
pun meningkat dan berakibat pada hipertensi (Sutomo, 2009).
Garam menjadi bahan tambahan yang hampir selalu digunakan dalam
membuat masakan. Rasa asin dalam garam menjadi salah satu sensasi dasar
yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang sebagai penyedap rasa dalam
masakan karena makanan tanpa dibubuhi garam akan terasa hambar (Caldwell,
dkk. 2004). Hal inilah yang menjadi faktor tingginya konsumsi garam oleh
penduduk dunia.
Data dari penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa populasi,
terlepas dari kondisi klinis mereka, mengkonsumsi 3400-5000 mg Natrium per
hari (Molina, dkk. 2003), (Khaw, dkk. 2004), (Ajani, dkk. 2005), (Corne'lio,
2008), (Brown, dkk. 2009), (Ferreira-Sae, dkk. 2009). Angka tersebut
merupakan tingkat konsumsi garam yang jauh melebihi tingkat yang
direkomendasikan saat ini, yaitu tidak lebih dari 2400 mg sodium (6 g garam)
per hari untuk masyarakat umum dan 1500 mg sodium (4 g garam) per hari bagi
penderita hipertensi (US Department of Health and Human Services dan US
Department of Agriculture, 2005); (WHO), 2006). Pada negara maju 75%
5
garam yang dikonsumsi berasal dari makanan olahan dan makanan siap saji,
sedangkan negara berkembang konsumsi natrium kebanyakan berasal dari
garam yang ditambahkan di rumah dalam memasak dan garam meja atau
melalui bumbu seperti kecap (WHO, 2010).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi garam tinggi
sekitar 15 gram/hari (Depkes, 2013). Budaya yang menjadikan lidah
masyarakat Indonesia menyukai rasa asin melebihi kebutuhan tubuh,
menyebabkan menu masakan orang Indonesia cenderung memiliki kandungan
garam yang berlipat-lipat. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah banyak
orang saat ini cenderung meninggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas 2007 dan 2010) diketahui hampir seperempat (24,5 persen)
penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengonsumsi makanan asin setiap
hari, satu kali atau lebih (Depkes, 2013).
Studi Pendahulaun peneliti pada lima ibu rumah tangga di Jl. Jambu RT
002/RW 011, diperoleh bahwa setiap keluarga selalu menggunakan garam pada
setiap masakan seperti sayur tumis, sayur sop, dan digoreng, menaburkan garam
saat dalam proses memasak tanpa memperhitungkan jumlah garam secara rinci
hanya berdasarkan pada rasa asin di lidah, satu ibu rumah tangga dengan kadar
garam dalam masakan 0,6-0,8% memiliki tekanan darah 119/75 mmHg,
sedangkan dua ibu rumah tangga dengan kadar garam dalam masakan 0,9-1,1%
memiliki tekanan darah masing-masing 125/87 mmHg dan 143/85 mmHg, serta
2 ibu rumah tangga dengan kadar garam dalam masakan 1,2% memiliki tekanan
darah masing-masing 135/92 mmHg dan 145/90 mmHg.
6
Berdasarkan uraian diatas rasa asin pada masakan yang disajikan oleh ibu
rumah tangga berbeda-beda, belum dibahas secara pasti kadar garam yang
tepat dalam masakan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Kadar garam dalam Masakan Rumah dengan
Profil Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga di Ciputat Timur”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, perilaku ibu rumah
tangga dalam mengkonsumsi garam masih tinggi yang berisiko tinggi terhadap
kejadian hipertensi yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Melihat permasalahan yang ada, maka perlu adanya upaya penanggulangan
hipertensi, salah satunya dengan pembatasan konsumsi garam. Rasa merupakan
hal yang subyektif, sehingga mempengaruhi tingkat keasinan dan jumlah
garam yang dikonsumsi dalam makanan. Dalam upaya melaksanakan dan
mengevaluasi pembatasan konsumsi garam tersebut, perlu diketahui kadar
garam dalam masakan yang dikonsumsi oleh masyarakat terhadap tekanan
darah.
1.3 Pertanyaan Penelitan
Berdasarkan rumusan di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah:
1.3.1 Bagaimana karakteristik ibu rumah tangga Ciputat Timur
berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan suku?
1.3.2 Bagaimana gambaran profil tekanan darah ibu rumah tangga di
Ciputat Timur?
7
1.3.3 Berapakah kadar garam dalam masakan rumah ibu rumah tangga
Ciputat Timur?
1.3.4 Apakah ada hubungan antara Kadar Garam dalam Masakan dengan
Profil Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga di Ciputat Timur?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan kadar garam dalam masakan rumah dengan
profil tekanan darah ibu rumah tangga di Ciputat Timur.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Mengidentifikasi karakteristik ibu rumah tangga Ciputat Timur
berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan suku.
1.4.2.2 Mengidentifikasi profil tekanan darah ibu rumah tangga di
Ciputat Timur.
1.4.2.3 Mengidentifikasi kadar garam dalam masakan rumah ibu
rumah tangga di Ciputat Timur.
1.4.2.4 Mengidentifikasi apakah ada hubungan antara kadar garam
dalam masakan dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga
di Ciputat Timur.
8
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Untuk Program Studi Ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk perkembangan ilmu
keperawatan khususnya bagi mata ajar Keperawatan Medikal Bedah,
sebagai upaya preventif terhadap hipertensi dan komplikasinya.
1.5.2 Manfaat Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan pendidikan tentang kadar garam dalam
masakan yang dikonsumsi.
1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti
Proses penelitian ini menjadi wahana untuk belajar, berfikir kritis,
pengembanagan daya nalar dan pengaplikasian ilmu yang didapat
diperkuliahan.
1.5.4 Manfaat Bagi Penelitian Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dasar atau bahan
rujukan untuk penelitian selanjutnya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analitik kuantitatif dengan desain
studi cross sectional untuk mengetahui hubungan kadar garam masakan rumah
dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga di Ciputat Timur. Penelitian ini
akan dilakukan di wilayah Jalan Jambu RT 002/RW 011 Kelurahan Pisangan
Ciputat Timur tahun 2014. Populasi dan Informan adalah Ibu Rumah Tangga di
Jalan Jambu RT 002/ RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
"Perilaku" merupakan istilah umum yang menggambarkan dua hal yang
saling berhubugan antara rangsangan internal dan eksternal dengan perilaku
spesifik yang dapat diamati dari individu. Perilaku merupakan bagian (part of)
dari kebiasaan, dimana perilaku dan kebiasaan merupakan bagian (part of) dari
gaya hidup individu. Jadi gaya hidup dapat didefinisikan gambaran kebiasaan dan
perilaku spesifik yang dapat diamati dari individu yang berhubungan dengan
promosi, perlindungan, atau pemeliharaan kesehatan (Carulla, dkk. 2013).
Data dari penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa populasi terlepas
dari kondisi klinis mereka, mengkonsumsi 3400-5000 mg sodium per hari
(Molina, dkk. 2003), (Khaw, dkk. 2004), (Ajani, dkk. 2005), (Corne'lio, 2008),
(Brown, dkk. 2009), (Ferreira-Sae, dkk. 2009). Angka tersrebut merupakan
tingkat konsumsi garam yang jauh melebihi tingkat yang direkomendasikan saat
ini, yaitu tidak lebih dari 2400 mg sodium (6 g garam) per hari untuk masyarakat
umum dan 1500 mg sodium (4 g garam) per hari bagi penderita hipertensi (US
Department of Health and Human Services dan US Department of Agriculture,
2005), (WHO, 2006).
2.1 Garam
2.1.1 Definisi Garam
Garam adalah senyawa ionik sederhana berbentuk padatan rapuh
dengan titik leleh 801 0C, terdiri dari unsur natrium dan klorida (NaCl),
yaitu bahan kimia yang berfungsi sebagai pemberi rasa asin (He dan
10
MacGregor, 2010). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) garam adalah senyawa kristalin NaCl yang terdiri atas klorida dan
sodium, dan dapat larut di dalam air, serta memiliki rasa asin. Sedangkan
rasa adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, seperti manis,
pahit, masam, asin terhadap indera pengecap, atau panas, dingin, dan nyeri
terhadap indra perasa. (setiwan, 2012).
2.1.2 Manfaat Garam
Garam dapur terdiri atas Ion Natrium dan Klorida (NaCl), yang
merupakan elektrolit penting dalam tubuh. Elektrolit berperan untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa dan volume cairan tubuh.
Garam memiliki rasa asin yang digunakan sebagai penyedap rasa dalam
masakan. Selain itu, garam juga dimanfaatkan sebagai bahan pengawet
makanan (Caldwell, dkk. 2004).
a. Natrium
Natrium merupakan kation penting dalam ekstraseluler.
Sebagai ion ekstraseluler utama di tubuh, natrium berperan penting
dalam mengontrol osmolalitas cairan ekstraseluler (Asmadi, 2008
dan Corwin, 2009). Natrium sebagian besar (98 persen)
direabsorbsi oleh ginjal pada tubulus renalis yang disesuaikan oleh
kebutuhan tubuh (Asmadi, 2008 dan Corwin, 2009), yang
bergantung pada ada atau tidaknya hormon aldosteron. Rangsangan
yang ditimbulkan oleh hormon angiotensi II memicu korteks
adrenal mensekresikan aldosteron, yang berfungsi untuk
meningkatkan reabsorbsi natrium (Corwin, 2009).
11
Konsentrasi normal dari natirum adalah sekitar 138-145
mEq/L. Bila natrium hilang dari cairan tubuh, maka cairan
menjadi hipotonis. Kehilangan natrium dari kompartemen
intravaskuler dapat menyebabkan cairan dari darah berdifusi ke
ruangan interstitial, yang dapat menyebabkan shock dan koma
(Asmadi, 2008) .
Berikut adalah fungsi natrium (Ramayulis, 2010):
1. Sebagai kation ekstra seluler utama
2. Berperan penting dalam menjaga keseimbangan
osmolalitas plasma
3. Memelihara potensial membran dan konduksi saraf
4. Berperan dalam tranmisi neurokimia dan neuromuskular
yang mempengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas
jantung.
b. Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Jumlah
klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat
badan. Sekitar (88 persen) klorida berada dalam cairan ekstraseluler
dan (12 persen) dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi
lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan dewasa. Klorida
berperan penting dalam menjaga keseimbangna asam dan basa (Klutts
dan Scott, 2006). Sebagai anion utama dalam cairan ektra seluler,
klorida juga berperan dalam memelihara cairan dan elektrolit. Klor
akan bergerak secara bebas melintasi membran sel dan berasosiasi
dengan natrium atau kalium (Almatsier, 2009).
12
2.1.3 Angka Kebutuhan Garam
Ramayulis (2010), Kecukupan natrium yang dianjurkan dalam
sehari kurang lebih 2400 mg. 2000 mg dipenuhi dari penggunaan garam
dapur sebagai pemberi rasa pada masakan dan 400 mg natrium terkandung
dalam bahan makanan yang digunakan. 1 gram garam dapur mengandung
387,6 mg natrium. Oleh karena itu dianjurkan konsumsi garam dapur
sekitar 5 gram (setara dengan 1 ½ sendok) perhari. Selain pembatasan
natrium yang terdapat dalam garam dapur, perlu dibatasi juga natrium
yang terdapat dalam kue, baking powder, dan natrium benzoat.
Makanan yang mengandung natrium tinggi yaitu sebagai berikut :
Sumber karbohidrat dari roti, biskuit, serta kue-kue yang dimasak
dengan garam dapur dan/atau baking powder, dan soda.
Sumber protein hewani dari otak, ginjal, lidah, sardin, daging,
ikan, susu, dan telur yang diawetkan dengan garam dapur seperti
daging asap, dendeng, keju, ikan asin, ikan kaleng, kornet, udang
kering, telur asin, dan telur pindang.
Sumber protein nabati dari keju, kacang-kacangan dan hasilnya
yang dimasak dengan garam dapur dan natrium lain.
Sayuran yang dimasak dan diawetkan dengan garam dapur dan
ikatan natrium lainya seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin,
asinan, dan acar.
Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur dan ikatan
natrium lainya seperti buah kaleng.
Lemak dari margarin dan mentega biasa.
13
Minuman ringan
Bumbu seperti garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin,
kecap, terasi, kaldu instan, saus tomat, petis, dan tauco.
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nafsu Makan
Guyton & Hall (2007), nafsu makan adalah keinginan untuk
mendapatkan jenis makanan tertentu yang berguna untuk dimakan. Nafsu
makan seseorang dapat dipengaruhi oleh gangguan proses makan dan
pengaruh psikologis.
Gangguan proses makan atau menolak makan merupakan gangguan
konsumsi makan atau minum dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara
fisiologis, mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah,
menelan hingga sampai terserap di pencernaan secara baik tanpa paksaan
dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Jadi gangguan dalam proses
makan itu sendiri adalah gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan
dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh seseorang. Sedangkan
pengaruh psikologis berhubungan dengan perilaku makan yang kadang
ditentukan oleh kondisi lingkungan, sosial dan mental yang dapat
dikendalikan secara sadar misalnya kebiasaan makan dalam sehari, rasa
lapar, makan karena kelezatan makanan yang disajikan dengan
meningkatkan selera, kondisi stres, cemas dan depresi yang dengan mudah
mengubah pola makan.
14
2.1.5 Metode Untuk Memperkirakan Intake Garam
Tabel 2.1 Metode untuk Memperkirakan Intake Garam (Elliott and Brown, 2006)
Metode Penemu Deskripsi Kelebihan Kekurangan
Pendekatan dengan
wawancara/mengkaji
makanan yang
dikonsumsi selama 24
jam ( Misal mengkaji
intake makanan 24 jam
selama 7 hari).
Clark dan
Mossholder, 1986
Makanan dan minuman
konsumsi direkam /
diperkirakan, untuk
ditentukan
asupan Na berdasarkan
tabel standar data gizi untuk
makanan.
Data tersebut
dikumpulkan secara rutin
untuk survei diet,
data tabel makanan
tersedia di banyak
negara.
Beban responden sedang,
Sulit untuk menilai secara akurat
jumlah garam ditambahkan
selama memasak dan garam di
meja. Na isi makanan yang
diproduksi dari waktu ke waktu
bervariasi. Survei diet
tergantung pada pelaporan dan
kesalahan pengamat, yang dapat
menimbulkan bias.
Pengumpulan urin 24
jam
Bingham dkk.
1988
Urin dikumpulkan selama
24 jam.Volume urin yang
dikumpulkan dicatat dan
konsentrasi Na diukur
dalam laboratorium.
Ekresi Natrium hampir
sama dengan Asupan,
karena hemodinamik,
tidak tergantung pada
pengamat yang dapat
terjadi bias.
Beban peserta yang tinggi, harus
membawa botol koleksi setiap
saat. Dapat terjadi bias saat
pengumpulan urin.
15
Duplicate portion Clark dan
Mossholder, 1986
Sampel duplikat dari segala
sesuatu yang dimakan
dikumpulkan untuk jangka
waktu tertentu. Sampel
diangkut ke laboratorium, di
mana jenis makanan
tersebut homogen dan
dianalisis untuk konten Na.
Analisis langsung dari
konten Na, sehingga
tidak ketergantungan
pada tabel makanan.
Beban peserta yang tinggi.
Masak harus mempersiapkan
porsi ekstra. Mungkin tidak
memperhitungkan garam
ditambahkan di meja.
Pengumpulan urin
semalam
Liu dkk. 1979 Urin dikumpulkan selama
(biasanya 8 atau 12 jam)
beban peserta relatif
sedang dibandingkan
koleksi urin 24 jam,
pengumpulan urin
semalam tidak terlalu
mengganggu rutinitas
sehari-hari.
ekskresi semalam
berkorelasi baik (r =
0.72) dengan 24 jam
ekskresi selama individu
tersebut sehat.
Koleksi harus lengkap dan
akurat waktunya. Membutuhkan
asumsi bahwa rasio ekresi siang
dan malam hari konstan, bukan
kasus individu dengan hipertensi.
16
Pengumpulan Urin
Sewaktu
Watson dan
Langford, 1970
Sebuah berkemih tunggal
dikumpulkan dan Na
Konsentrasi diukur dalam
laboratorium.
Beban peserta relatif
rendah dibandingakan
mengumpulan urin 24
jam atau urin semalam.
Berkemih dapat dibuat di
sebuah klinik, di mana
data lain mungkin
dikumpulkan secara
bersamaan.
Konsentrasi tidak hanya
mengukur konsumsi Na, tetapi
juga intake cairan yang
diminum, karena mempengaruhi
keluaran urin, khususnya pagi
hari.
17
2.2 Tekanan Darah
2.2.1 Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah suatu tenaga atau tekanan di dalam
pembuluh darah ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh
(Ramayulis, 2010). Istilah Tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh
nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia (Gunawan,
2007). Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik
(Gunawan, 2007, Ramayulis, 2010).
Tekanan darah sistolik adalah jumlah tekanan di pembuluh darah
saat jantung berkontraksi memompa darah. Sedangkan tekanan darah
diastolik adalah jumlah tekanan di pembuluh darah saat jantung berada
dalam keadaan istirahat yaitu saat berada di antara dua denyutan
(Ramayulis, 2010).
2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah
Anies (2006) dan Gunawan (2007) menyebutkan tekanan darah
manusia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu tekanan darah
rendah (hipotensi), tekanan darah normal (normotensi), dan tekanan darah
tinggi (hipertensi).
Hipotensi adalah tekanan darah rendah sehingga tidak mencukupi
untuk perfusi dan oksigenasi jaringan adekuat. Hipotensi timbul akibat
penurunan curah jantung atau penurunan retensi perifer. Hipotensi dapat
primer atau sekunder (misal penurunan curah jantung, syok hipovolemik
dan penyakit addison) atau postural (ortostatik), dan syok (Brooker, 2008).
18
Baradero, dkk. (2008) mendefinisikan Hipertensi sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas
140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan
tekanan darah yang sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk
dan berbaring. Sedangkan menurut Depkes, (2007) dan National Institute
for Health and Clinical Excellence (NICE), (2011). Hipertensi adalah
keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg
dan/atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Jadi, dapat disimpulakn bahwa Hipertensi adalah meningkatnya
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit diukur
dalam posisi duduk atau berbaring dan pasien dalam keadaan tenang.
Menurut Baradero, dkk. (2008) dan Vitahealt (2009), NICE (2011)
dan Mancia, dkk. (2013) tekanan darah dan hipertensi dapat
diklasifikasikan dalam beberapa stadium yaitu :
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah dan Stadium Hipertensi
(Baradero, dkk. 2008), (Vitahealth, 2009), (NICE, 2011) dan (Mancia,
dkk. 2013).
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal < 120 Dan <80
2 Normal 120-129 Dan/atau 80-84
3 Normal Tinggi 130-139 Dan/atau 85-89
4 Hipertensi grade 1 140-159 Dan/atau 90-109
5 Hipertensi grade 2 160-179 Dan atau 100-109
6 Hipertensi grade 3 > 180 Dan/atau > 110
19
2.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tekanan Darah
Secara umum tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung,
resistensi perifer total, dan volume darah (Sherwood, 2012). Soenardi dan
Soetarjo (2005) menambahkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
peningkatan tekanan darah adalah curah jantung, tahanan perifer
(pembuluh darah halus), keturunan, hormon renin, angiotensin, dan
aldosteron, serta sistem syaraf simpatis yang terlalu aktif, faktor
hemodinamik, gangguan kemampuan ginjal mengeluarkan natrium. Faktor
lingkungan seperti stres psikososial, kegemukan, konsumsi garam
berlebih, dan kurang olah raga. Sedangkan menurut Grey, dkk. (2005)
menyebutkan beberapa faktor primer yang dapat meningkatkan tekanan
darah adalah: keturunan, jenis kelamin, umur, obesitas, konsumsi garam
berlebih, konsumsi kolestrol berlebih, kurang oleh raga, merokok dan
konsumsi alkohol.
Baradero, dkk. (2008) menambahkan tekanan darah meninggi
(hipertensi sekunder) dapat diakibatkan oleh penyakit atau gangguan
tertentu seperti:
a. Penyakit ginjal (glomerunefrotis, gagal ginjal)
b. Masalah kelenjar adrenal
sindrom Cushing yang menyebabkan peningkatan volume
darah.
Aldosteronisme primer yaitu kelebihan aldosteron yang
menyebakan retensi natrium dan air, sehingga menyebabkan
volume darah meningkat.
20
Fenokromositoma menyebabkan sekresi berlebihan dari
katekolamin (noreprinefrin yang membuat tahanan vaskular
perifer meningkat)
c. Koartasi aorta yaitu tekanan darah meningkat pada ekstremitas atas
dan berkurangnya perfusi pada ekstremitas bawah
d. Trauma kepala atau tumor kranial yang meningkatkan tekanan
intrakranial sehingga mengakibatkan perfusi serebral berkurang,
iskemia yang timbul akan merangsang pusat vasometer medula
untuk meningkatkan tekanan darah.
e. Obat-obatan
f. Hipertensi dalam kehamilan Merupakan peningkatan tekanan darah
saat kehamilan (Baradero dkk. 2008)
2.2.2 Fisiologi Tekanan Darah
Corwin (2009) Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak di pusat kardiovaskular di otak, yaitu
bagian dari farmasioretikularis dan terletak di medula bagain bawah dan
pons. Sinyal-sinyal yang berkaitan dengan tekanan darah diintegrasikan di
sini. Apabila terjadi perubahan tekanan darah, pusat kardiovaskular
mengaktifkan sistem saraf otonom, sehingga terjadi perubahan stimulasi
simpatis dan parasimpatis ke jantung, dan terjadi perubahan stimulasi
simpatis ke seluruh sistem vaskular. Resistensi pembuluh darah berubah
dan aliran darah serta tekanan darah juga terpengaruh.
21
Saraf simpatis merangsang kecepatan denyut dan kontraktilitas
jantung melalui ikatan dengan reseptor- β1 di jantung. Saraf parasimpatas
menurunkan kecepatan denyut jantung melalui ikatan dengan reseptor
kolinergik. Saraf simpatis mengeluarkan norepinefrin di sebagian besar
pembuluh darah, yang berikatan dengan reseptor spesifik di sel-sel otot
polos yang disebut reseptor alfa (α). Perangsangan reseptor alfa
menyebabkan sel otot polos berkontraksi, sehingga pembuluh darah
mengalami penyempitan. Hal ini meningkatkan TPR dan akibatnya
tekanan darah meningkat (Corwin, 2009).
Secara umum tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung,
resistensi perifer total, dan volume darah (Corwin, 2009, dan Sherwood,
2012). Curah jantung dipengaruhi oleh kecepatan jantung dan isi
sekuncup, resistensi periver dipengaruhi oleh kekentalan darah dan jari-jari
arteriol, sedangkan volume darah dipengaruhi oleh keseimbangan garam
dan air dan pergeseran cairan bukflow pasif antara kompartemen vaskular
dan cairan intrstisium (Sherwood, 2012).
a. Kontrol Kecepatan Jantung.
Layaknya sistem saraf otonom biasa, efek parasimpatis
dan simpatis pada jantung bersifat antagonis (saling
bertentangan). Kecepatan jantung ditingkatkan oleh
peningkatna aktivitas simpatis disertai penurunan aktivitas
parasimpatis, dan kecepatan jantung diperlambat oleh
peningkatan aktivitas parasimpatis disertai penurunan aktivitas
simpatis. Kekuatan relatif aktivitas kedua cabang otonom ke
22
jantung ini selanjutnya dikendalikan terutama oleh pusat
kardiovaskular di batang otak.
Kecepatan jantung juga dipengaruhi oleh hormon
epinefrin. Epinefrin adalah suatu hormon pada stimulasi
simpatis yang diekresikan ke dalam darah dari medula adrenal
dan bekerja pada jantung dengan cara serupa dengan
norepinefrin (neurotransmiter simpatis) untuk meningkatkan
kecepatan jantung. Oleh karena itu epinefrin memiliki efek
secara langsung yang ditimbulkan oleh sistem saraf simpatis
pada jantung (Sherwood, 2012).
b. Isi Sekuncup
Komponen lain di samping kecepatan jantung yang
menentukan curah jantung adalah isi sekuncup, jumlah darah
yang dipompa keluar oleh masing-maisng ventrikel pada setiap
denyut jantung. Dua jenis kontrol yang mempengaruhi isi
sekuncup yaitu: kontrol intrinsik, berkaitan dengan aliran balik
vena, dan kontrol ekstrinsik yang berkaitan dengan tingkat
stimulasi simpatis pada jantung. Kedua faktor ini meningkatkan
isi sekuncup dengan meningkatkan kekuatan kontraksi jantung.
Aliran balik vena juga mempengaruhi volume diastolik yang
menentukan peningkatan isi sekuncup. Sedangkan aliran balik
vena sendiri ditingkatkan oleh vasokontriski vena yang
diinduksi oleh saraf simpatis, pompa otot rangka, pompa
pernapasan, dan penghisapan jantung (Sherwood, 2012).
23
c. Resistensi Perifer Total
Resistensi perifer total dipengaruhi oleh jari-jari arteriol
dan kekentalan darah. Jari-jari arteri dipengaruhi oleh aktivitas
simpatis, suatu mekanisme kontrol ektrinsik yang
menyebabkan vasokontriksi arteriol untuk meningkatkan
resistensi perifer total. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi secara
ekstrinsik oleh hormon vasopresin dan angiotensin II
(Sherwood, 2012).
Terdapat beberapa hormon yang mengendalikan resistensi sistem
vaskular. Hormon-hormon ini dilepaskan secara langsung sebagai respon
terhadap perubahan tekanan darah, dan sebagai respon terhadap rangsangan
saraf atau keduanya (Corwin, 2009). Hormon-hormon tersebut yaitu:
a. Norepinefrin dan epinefrin
Norepinefrin dan Epinefrin dikeluarkan dari medula adrenal
sebagai respon terhadap pengaktifan sistem saraf simpatis. Kedua zat
tersebut bekerja dengan berikatan pada reseptor α untuk meningkatkan
vasokontriksi, atau dengan reseptor β2 untuk menyebabkan
vasodilatasi atriol yang memperdarahi otot rangka. Norepinefrin dan
epinefrin juga berikatan dengan reseptor β1 dan meningkatkan
kecepatan denyut jantung (Corwin, 2009).
24
b. Sistem Renin Angiotensin
Perubahan tekanan darah juga dirasakan oleh baroreseptor di
ginjal. Apabila tekanan darah meningkat, pelepasan hormon renin
menurun, dan apabila tekanan darah menurun, pelepasan renin
meningkat. Pelepasan renin juga dirangsang oleh saraf simpatis ke
ginjal. Renin mengendalikan pembentukan hormon lain, yaitu
angiotensin II.
Angiotensin II merupakan suatu vasokontriktor kuat yang terutama
menyebabkan vasokontriksi ateriol halus. Hal ini menyebabkan
peningkatan retensi terhadap aliran darah dan peningkatan tekanan
darah. Angiotensin II juga bersirkulasi menuju kelenjar adrenal dan
menyebabkan sel korteks adrenal membentuk hormon lain, yaitu
aldosteron (Corwin, 2009).
c. Aldosteron
Aldosteron bersirkulasi dalam darah menuju ginjal dan
menyebabkan sel tubulus distal meningkatkan reabsorbsi natrium
dalam berbagai keadaan, reabsorbsi air mengikuti penyerapan natrium
sehingga terjadi peningkatan volume plasma. Peningkatan voume
plasma meningkatkan volume sekuncup dan curah jantung. Hal ini
juga menyebabkan peningkatan tekanan darah (Corwin, 2009).
25
d. Hormon Antidiuretik (ADH)
Hormon anti diuretik (ADH) atau vasopresin, dikeluarkan oleh
hipofisis posterior sebagai respon terhadap peningkatan osmolitas
plasama (penurunan konsentrasi air) atau penurunan tekanan darah.
ADH adalah suatu vasokonstriktor kuat yang berpotensi
meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi terhadap
aliran darah (Corwin, 2009).
26
Bagan 2.1 Sistem RAA (Sherwood, 2012.)
Nacl, volume CES, Tekanan
Darah Arteri (turun)
Hati
angiotensinogen
Ginjal
Angiotensi 1
Renin
Paru-paru
Angiotensiconver
ting enzyme
Angiotensin II
Korteks Adrenal
aldosteron
Hipotalamus
Vasopresin
Hipofisis posterior
Vasopresin dilepas ke darah
TKD Ginjal:
rabsorbsi H2O
Haus
Asupan cairan
Vasokontriksi
arteriol
Ginjal
Reabsorbsi Na oleh TKD
(reabsorbsi Cl
mengikuti secara pasif)
Na dan Cl dihemat
Na dan Cl menahan
lebih banyak H2O di CES
H2O dihemat
27
Bagan 2.2 Mekanisme Tekanan Darah (Sherwood, 2012)
Tekanan Darah
Curah Jantung Retensi Perifer
Total
Kecepatan
Jantung Isi Sekuncup Jari-Jari Arteriol Kekentalan Darah
Aktivitas
Parasimpatis ( ) Aktifitas Simpatis
Dan Epinefrin
Aliran Balik
Vena
Kontrol
Vasokontriktor
Ekstrinsik
Jumlah Sel Darah
Merah
Vasopresin
(ADH) Dan
Angiotensi II
Aktivitas Simpatis
Dan Epinefrin
Sistem Vasopresin, Renin-
Angiotensin-Aldosteron
Keseimbangan
Garam dan Air
Pergeseran cairan bulkflow pasif
antara kompartemen vaskular dan
cairan interstisium
Volume Darah
28
2.2.2 Patofisiologi Pengaruh Garam Terhadap Tekanan Darah
Tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume
sekuncup dan TPR (resistensi perifer total). Peningkatan salah satu dari
ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi
(Corwin, 2009).
Peningkatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan saraf
simpatis atau hormonal yang abnormal pada nodus SA. Peningkatan
volume sekuncup yang kronis dapat terjadi jika volume plasma meningkat
dalam waktu lama, karena peningkatan volume plasma, yang direfleksikan
dengan peningkatan volume diastolik akhir, sehingga volume sekuncup
dan tekanan darah meningkat. Peningkatan volume diastolik akhir
berhubungan dengan preload jantung. Peningkatan preload biasanya
berhubungan dengan peningkatan hasil pengukuran tekanan darah sistolik.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat
gangguan penangan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam
berlebih (corwin, 2009).
Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia dan
hewan, memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi
garam dan peningkatan tekanan darah (Appel, dkk. 2001), (Roberts,
2001), (Sacks, dkk. 2001), (Hooper, dkk. 2002), (Molina, dkk. 2003),
(Cappuccio, dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Erdem, dkk. 2010), (Corwin,
2009), (He dan MacGregor, 2010). Telah terbukti bahwa asupan tinggi
garam adalah penyebab utama peningkatan tekanan darah, dan
pengurangan asupan garam (9-12 g/hari) ke tingkat yang
29
direkomendasikan (< 5g/hari) dapat menurunkan tekanan darah (He dan
MacGregor, 2010). Pengaruh konsumsi garam terhadap kenaikan tekanan
darah terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan
kenaikan tekanan darah (Soenardi dan Soetardjo, 2005). Apabila jumlah
garam terlalu banyak maka tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan
garam, dan menumpuk di dalam darah, sehingga terjadi peningktan retensi
penyerapan air yang berdampak pada peningkatan viskositas darah
(Sitepoe, 2009). Volume cairan tubuh yang meningkat membuat jantung
dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa darah dan
mengalirkannya ke seluruh tubuh, tekanan darah pun meningkat dan
berakibat pada hipertensi (Soenardi danSoetarjo, 2005, Sutomo, 2009).
Natrium tinggi juga dapat mngecilkan diameter pembuluh darah dan arteri
sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat (Ramayulis, 2010) .
Soenardi dan Soetarjo (2005) menyebutkan konsumsi garam
merupakan hal yang sangat penting pada patofisiologi kenaikan tekanan
darah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan:
1. Penduduk dengan konsumsi garam antara 5-15 gram sehari,
prevalensi hipertensi antara 5-20 persen.
2. Pada masyarakat yang konsumsi garam rendah, yaitu dibawah 3
gram sehari, maka prevalensi hipertensi kecil, demikian juga pada
masyarakat vegetarir.
3. Program untuk mengontrol hipertensi, termasuk konsumsi garam,
ternyata dapat menurunkan tekanan darah pada beberapa individu
(Soenardi danSoetarjo, 2005). Penelitian oleh MacGregor, dkk.
(1998) pada 20 pasien hipertensi, dengan pengurangan asupan
30
garam selama 30 hari dari (11,2 - 6,4 g/hari) menjadi (2,9 g/hari),
menunjukkan: Dengan mengonsumsi garam 11,2 g/hari, tekanan
darah pasien adalah 163/100 mmHg, Asupan garam 6,4 g/hari
tekanan darah menjadi 155/95 mmHg (penurunan dari 8/5 mmHg),
asupan garam 2,9 g/hari tekanan darah turun lagi menjadi 147/91
mmHg. Setelah penelitian selesai, intervensi dilanjutkan pada 19
responden, 16 responden mendapatkan asupan garam 3,2 gram
tanpa obat antihipertensi dan menghasilakan tekanan darah rata-
rata 142/87 mmHg (MacGregor, dkk. 1998).
4. Penduduk di daerah dengan perairan tinggi natrium, prevalensi
hipertensi lebih banyak dibandingkan penduduk di daerah yang
memiliki perairan tinggi kalsium dan magnesium. Hasil penelitian
Sukarno, dkk., (2013) menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan
tekanan darah normal lebih banyak di temukan pada orang yang
tinggal di dataran tinggi yaitu 55% orang, dibandingkan dengan
dataran rendah hanya 36,25% orang, serta lebih banyak ditemukan
hipertensi dengan sistole 45% dan diastole 63,75% di dataran
rendah yang lebih banyak mengkonsumsi garam di bandingkan
dengan dataran tinggi masing-masing 25% dan 27,5%.
5. Beberapa orang secara genetik sensitif terhadap konsumsi natrium.
31
Bagan 2.3 Pengaruh Intake Garam Berlebih Terhadap Tekanan Darah
(Soenardi dan Soetarjo, 2005), (Sutomo, 2009), (Corwin, 2009), (Ramayulis,
2010)
2.1.5 Upaya Pengurangan Konsumsi Garam
Asupan garam yang berlebihan adalah masalah kesehatan utama
saat ini (WHO, 2006), yang berdampak pada peningkatan hipertensi (He
dan MacGregor, 2009), selain itu, telah terbukti bahwa asupan garam
berlebih dapat merugikan kondisi kesehatan seperti stroke dan penyakit
DIET TINGGI
GARAM
Peningkatan
natrium Vaskular
Vikositas cairan
meningkat
Cairan darah
meningkat
Peningkatan
volume diastolik
akhir
Beban kerja Janutng
Meningkat
Peningkatan
volume sekuncup
Peningkatan
Tekanan Darah
Hipertensi
32
jantung koroner (He dan MacGregor, 2009), kanker lambung (Tsugane,
2005), dan osteoporosis (Woo, dkk. 2009). Peningkatan tekanan darah
bertanggung jawab terhadap sekitar setengah dari global kardiovaskular
yang merupakan penyebab utama kematian saat ini (Ezzati, dkk. 2002).
Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)
merekomendasikan tingkat maksimum asupan garam per orang kurang
dari 5 g/hari (WHO, 2006). Namun menurut data yang tersedia
menunjukkan bahwa sebagin besar populasi di seluruh dunia memiliki
asupan garam rata-rata setiap orang lebih dari 6 g/hari. Bahkan di banyak
negara-negara Eropa dan Asia Timur, mengkonsumsi garam lebih tinggi
dari 12 g/hari (Brown, dkk. 2009). Secara khusus, di Negara-Negara
Benua Amerika, juga mengonsumsi garam berlebih, yaitu Argentina (12
g/hari) (Ministerio, 2008), Brazil (11 g/hari) (Sarno, dkk. 2009), Kanada
(8 g/ hari) (Garriguet, 2007), Chile (9 g/hari) (Legetic dan Campbell,
2011), dan Amerika Serikat (8,7 g/hari) (Institute of Medicine USA,
2010).
Upaya untuk mengurangi diet garam yang dianjurkaan oleh WHO
harus didasarkan pada:
1) memantau dan mengevaluasi berapa banyak garam yang
dikonsumsi, mengidentifikasi makanan sumber garam,
menentukan sikap konsumen, pengetahuan, dan perilaku
terhadap diet garam sebagai risiko terhadap kesehatan.
2) mengurangi jumlah garam yang ditambahkan dalam makanan
3) memperkenalkan program untuk meningkatkan pengetahuan
konsumen dan perilaku kesehatan untuk mengurangi konsumsi
33
garam (WHO United Kingdom) (Institute of Medicine USA,
2010 dan Smith, 2010).
Organisasi Kesehatan Amerika Pan American Health Organization
(PAHO), pada bulan September 2009, membentuk kelompok ahli untuk
memeriksa diet garam yang berlebihan sebagai risiko kesehatan di
Amerika, masalah didasarkan pada bukti-rekomendasi kebijakan untuk
pengurangan garam di wilayah tersebut, dan mengembangkan alat dan
sumber daya untuk membantu daerah untuk mengurangi asupan garam
(Campbell, dkk. 2011 dan PAHO, 2009). Badan ini telah menetapkan
tujuan bagi setiap daerah, untuk pengurangan bertahap dan berkelanjutan
asupan garam guna mencapai tingkat rata-rata per orang kurang dari 5
g/hari pada tahun 2020 (Legetic dan Campbell, 2011).
34
Tabel. 2.3 Prorgam Dan Metode Beberapa Negara Guna Membatasi Intake Garam (WHO, 2010)
NO NEGARA PROGRAM DAN METODE
1 Brazil Sejak tahun 1990, Brazil menggunakan Survey Badget rumah tangga yang digunakan untuk membeli garam
2 Canada Multi-Stakeholder Sodium Working Group (SWG) membuat 33 rekomendasi untuk pengurangan konsumsi garam.
Tujuan SWG adalah pengurangan konsumsi garam dari 3400 mg/hari menjadi 2300 mg/hari. Metode yang
digunakan untuk mengkaji intake garam adalah 24 jam dietary recall.
3 Ghana Ghana merupakan negara terbesar ke-dua pengekspor garam ke Afrika. Garam digunkan sebagai bahan pengawet
makanan, garam dan ikan salad merupakan makanan favorit. Perilaku menambahkan garam dalam masakan
menajadi masalah utama. Ghana menerapkan “program Kumasi” sebagai upaya preventif terhadap hipertensi dan
konsumsi garam, dan pencegahan faktor-faktor risiko hipertensi lain.
4 Singapura Nasional Nutrisi Singapura menerapakan monitoring intake garam setiap 6 tahun. Metode yang digunakan adalah
singgle day 24-hour recoll sodium intake tahun 1998, dan two-day 24-hour recall pada tahun 2010.
5 Thailand Tahun 2005-2007, stroke menjadi masalah kesehatan paling banyak di derita oleh penduduk Thailand. Badan
35
kesehatan pemerintah, NGOs dan perwakilan asosiasi rumah makan dan restoran berkerja sama dalam upaya
pengurangan konsumsi garam. Menghasilan : membentuk Badan Nasional Nutrisi guna promosi, mengkaji dan
mensurvey diat garam. Tahun 2007 Depertemen Kesehatan bekerja sama dengan Mahidol University dan
UNICEF, mengkaji intake garam rumah tangga dan mengkaji konsumsi garam selama 7 hari.
6 USA Konsum garam di USA terbanyak dari makanan kemasan dan restoran. Tahun 2009, New York City Departement
of Helath and Mental Hygiene (DOHMH) mendukung National Salt Reduction Initiative (NSRI) dalam upaya
pengurangan konsumsi garam. NSRI menerapkan Universal Product Codes (UPC) sebagai link melihat level
nutrisi pada lebih dari 7500 paket makanan, dan target pada tahun 2014 membatasi jumlah garam di restoran dari
maksimal 1500 mg menjadi 1200 mg.
36
2.3 Penelitian Terkait
1. Penelitian oleh MacGregor, dkk. (1998) Dalam Paul Elliott and Ian Brown
(2007) pada 20 pasien hipertensi, dengan pengurangan asupan garam
selama 30 hari dari (11,2 - 6,4 g/hari) menjadi (2,9 g/hari), menunjukkan:
Dengan mengonsumsi garam 11,2 g/hari, tekanan darah pasien adalah
163/100 mmHg, Asupan garam 6,4 g/hari tekanan darah menjadi 155/95
mmHg (penurunan dari 8/5 mmHg ), asupan garam 2,9 g/hari tekanan
darah turun lagi menjadi 147/91 mmHg. Setelah penelitian selesai,
intervensi dilanjutkan pada 19 responden, 16 responden mendapatkan
asupan garam 3,2 gram tanpa obat antihipertensi dan menghasilakan
tekanan darah rata-rata 142/87 mmHg (MacGregor dkk. 1998).
2. Penelitian Oleh Feng J. He, Norm R. C. Campbell, and Graham A.
MacGregor dengan Judul “Reducing salt intake to prevent ypertension
and cardiovascular disease” Ada bukti kuat bahwa konsumsi garam
berlebih adalah penyebab utama naiknya tekanan darah dan pengurangan
asupan garam dari 9-12 g/hari di sebagian besar negara ke tingkat yang
direkomendasikan kurang dari 5 g/hari menurunkan tekanan darah.
Penurunan lebih lanjut untuk 3-4 g/hari memiliki efek yang lebih besar.
Penelitian kohort dan uji coba hasil telah menunjukkan bahwa asupan
garam yang lebih rendah berkaitan dengan penurunan risiko penyakit
kardiovaskular. Pengurangan garam adalah salah satu yang paling murah
(costeffective) untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di seluruh
dunia. Sumber garam dalam diet sangat bervariasi antara negara maju dan
berkembang. Di negara maju, 75 % garam berasal dari makanan olahan,
37
sedangkan di negara-negara berkembang seperti bagian dari Brazil, 70 %
berasal dari garam masakan atau garam meja. Untuk mengurangi asupan
garam pada populasi negara berkembang, industri makanan seharusnya
mengurangi pengguanaan garam secara bertahap dan berkelanjutan. Di
negara berkembang, Promosi kesehatan masyarakat memainkan peran
yang lebih penting dalam mendorong konsumen untuk mengurangi
konsumsi garam. Banyak negara di Amerika telah memulai program
pengurangan garam. Tantangan sekarang adalah upaya melibatkan
negara-negara lain guna menerapakan program pengurangan asupan
garam. Penurunan asupan garam populasi akan menghasilkan peningkatan
kesehatan masyarakat bersama dengan penghematan biaya utama yang
berhubungan dengan kesehatan.
3. Penelitian oleh Sukarno, Inka A. T., Sylvia Marunduh J. J. V
Rampengan., (2013) dengan judul “Perbandingan Tekanan Darah Antara
Penduduk Yang Tinggal Di Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah” Pada
160 Responden menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan tekanan
darah normal lebih banyak di temukan pada orang yang tinggal di dataran
tinggi yaitu 55% orang, dibandingkan dengan dataran rendah hanya
36,25% orang, serta lebih banyak ditemukan hipertensi dengan sistole
45% dan diastole 63,75% di dataran rendah di bandingkan dengan dataran
tinggi masing-masing 25% dan 27,5%.
4. Penelitian Oleh Rafael Moreira Claro, Hubert Linders, Camila Zancheta
Ricardo, Branka Legetic, dan Norm R. C. Campbell dengan Judul
“Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt
consumption in sentinel countries of the Americas” Untuk
38
menggambarkan sikap individu, pengetahuan, dan perilaku tentang asupan
garam, sumber makanan, serta label makanan yang berkaitan dengan
garam di lima Centinel negara-negara Amerika. Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 1992 orang (berusia ≥ 18 tahun) dari Argentina, Kanada,
Chili, Kosta Rika, dan Ekuador (sekitar 400 dari masing-masing negara).
Penelitian dilakukan pada bulan September 2010 sampai Februari 2011.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi 33 pertanyaan.
Hasil : Hampir 90% dari peserta mengonsumsi garam berlebih, lebih dari
60% mengindikasikan bahwa mereka berusaha untuk mengurangi asupan
garam. Hanya 26% peserta mengaku mengetahui batasan nilai maksimum
yang disarankan untuk konsumsi garam atau asupan natrium dan 47% dari
mereka menyatakan mereka mengetahui isi garam dalam makanan. Lebih
dari 80% dari peserta mengatakan bahwa mereka ingin label makanan
menunjukkan tinggi, sedang, dan rendah garam atau sodium, dan ingin
melihat label peringatan yang jelas pada paket makanan tinggi garam.
Dalam penelitian ini Menyimpulkan bahwa Upaya tambahan diperlukan
dalam upaya meningkatkan pengetahuan konsumen tentang adanya batas
maksimum konsumsi garam dan meningkatkan kapasitas mereka untuk
secara akurat memonitor dan mengurangi konsumsi garam pribadi mereka.
5. Penelitian oleh M. E. Corne´ lio, M.-C. B. J. Gallani, G. Godin, R. C. M.
Rodrigues, W. Nadruz Jr, dan R. D. R. Mendez tahun 2012. Tentang
“Behavioural Determinants Of Salt Consumption Among Hypertensive
Individuals”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor perilaku
yang mempengaruhi konsumsi garam pasien hipertensi dengan mengkaji 3
perilaku, yaitu Perilaku 1- menggunakan < 4 g garam per hari selama
39
memasak, Perilaku 2- menghindari menambahkan garam ke makanan siap
saji, dan Perilaku 3- menghindari konsumsi makanan dengan kadar garam
yang tinggi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 108 orang dengan
usia 18 tahun ke atas yang diagnosis hipertensi selama minimal 6 bulan.
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil:
Perilaku 1 dipengaruhi oleh niat/keinginan/motivasi [odds ratio (OR) =
6,23, 95% confidence interval (CI) = 1,81-21,52], begitujua efektivitas diri
dan kebiasaan dipengaruhi oleh niat/keinginan/motivasi. Perilaku 2
menunjukkan rata-rata skor tinggi, diperkirakan dipengaruhi oleh persepsi
diri terhadap kualitas diet (OR = 2,56, 95% CI = 1,03-6,36). Perilaku 3
dipengaruhi oleh penentu hedonis (OR = 1,42, 95% CI = 1,01-1,98).
Kesimpulan: penelitian menunjukkan bahwa perilaku tentang konsumsi
garam dipengaruhi oleh berbagai faktor penentu, diantara faktor-faktor
penentu tersebut, pertimbangan khusus harus diberikan kepada aspek
motivasi dan hedonis (pengalaman).
6. Penelitian Oleh Donna G Rhodes, Théophile Murayi, John C Clemens,
David J Baer, Rhonda S Sebastian, dan Alanna J Moshfegh. (2013).
Tentang “The USDA Automated Multiple-Pass Method acourately
assesses population sodium intake” untuk mengetahui cara mengkaji
intake natrium. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung Intake
natrium dalam 24 jam, dan Ekskresi natrium urin (24 jam) pada 465
sampel usia 30-69 tahun. Hasil: rata-rata (95% CI) melaporkan akurasi
adalah 0,93 (0.89, 0.97) untuk laki-laki (n = 232) dan 0,90 (0,87, 0,94)
untuk perempuan (n= 233).
40
7. Penelitian oleh Hyun Ju Kim MSc, Hee Young Paik ScD, Sim Yeol Lee
PhD, Jae Eun Shim PhD and Young Sik Kim MD, PhD tahun 2007
tentang “Salt usage behaviors are related to urinary sodium excretion in
ormotensive Korean adults” pada 189 responden dengan usia 18 tahun ke
atas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (15
item pertanyaan) dan kadar natrium dalam urin 24 jam. Penelitian ini
bertujun untuk mengetahui hubungan perilaku konsumsi garam dengan
ekresi natrium urin. Hasil: Konsumsi natrium orang Korea tinggi, Di
antara pertanyaan lima belas, skor tiga pertanyaan pada perilaku
penggunaan garam secara signifikan berkorelasi dengan ekskresi natrium
urin (r = 0.17 ~ 0.19, p <0,05) dan jumlah skor dari tiga pertanyaan
menunjukkan nilai koefisien korelasi yang lebih tinggi (r = 0,26, p
<0,001).
8. Review artikel oleh Beverley Bostock-Cox, tahun 2013 tentang “Nurse
Prescribing For The Management Of Hypertension” Artikel ini berfokus
pada pentingnya membuat diagnosis yang benar dari hipertensi sejalan
dengan Institut Nasional untuk Kesehatan dan Perawatan Bimbingan
Excellence. Pendekatan berbasis bukti (evidance base) untuk mengelola
hipertensi dibahas dengan mengacu pada pengobatan farmakologis dan
intervensi gaya hidup. Penting bagi perawat untuk mengetahui bagaimana
mengukur tekanan darah dengan benar, terutama karena pemantauan
tekanan darah rawat jalan dan di rumah harus memberikan dasar untuk
diagnosis dan keputusan yang berkaitan dengan manajemen pasien
hipertensi. Berbagai jenis hipertensi (tahap 1, tahap 2, dan hipertensi yang
41
parah) dijelaskan. Pendekatan evidance base untuk me-manage hipertensi
dibahas dengan mengacu pada pengobatan farmakologis dan gaya hidup.
2.3 Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi antara teori
faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan (Guyton dan Hall, 2007),
faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Sherwood, 2012), faktor-
faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah oleh (Soenardi dan Soetarjo,
2005, Grey, dkk. 2005, Baradero, dkk. 2008), dan fisiologi peningkatan
tekanan darah (Corwin, 2009, Sherwood, 2012). Menurut Guyton dan Hall
(2007), faktor yang dapat mempengaruhi Nafsu makan seseorang dapat
dipengaruhi oleh gangguan proses makan dan pengaruh psikologis. Grey,
dkk. (2005) menjelaskan faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan
darah adalah keturunan, usia, jenis kelamin, obesitas, stres, diet konsumsi
garam berlebih, diet konsumsi kolestrol, kurang olahraga, merokok,
konsumsi alkohol. Baradero, dkk. (2008) menambahkan faktor sekunder
yang meliputi penyakit ginjal, masalah kelenjar adrenal, kehamilan, dan
trauma kepala. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran
kadar garam dalam masakan dan tekanan darah.
Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia dan
hewan, memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi
garam dan peningkatan tekanan darah (Appel dkk. 2001), (Roberts, 2001),
(Sacks dkk. 2001), (Hooper dkk. 2002), (Molina dkk. 2003), (Cappuccio
dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Corwin, 2009), (Erdem dkk. 2010), (He dan
MacGregor, 2010).
42
Bagan 2. 4 Kerangka Teori
(Soenardi dan Soetarjo, 2005), (Grey, dkk. 2005), (Guyton dan Hall, 2007). (Baradero, dkk. 2008), (Corwin, 2009), (Sherwood,
2012), (Appel dkk. 2001), (Roberts, 2001), (Sacks dkk. 2001), (Hooper dkk. 2002), (Molina dkk. 2003), (Cappuccio dkk. 2006),
(Conlin, 2007), (Corwin, 2009), (Erdem dkk. 2010), (He dan MacGregor, 2010).
Faktor
Keturunan
Kurang
Olahraga
Obesitas
Kadar Garam
Masakan
Rumah
Konsumsi
Garam
berlebih
Jenis
Kelamin
Usia
Merokok
Konsumsi
Alkohol
Konsumsi
Kolestrol
berlebih
Penyakit Ginjal
Aktifitas Simpatis
Meningkat
RAA meningkat
ADH meningkat
Volume Cairan
Meningkat
Retensi Perifer Total
Meningkat
Curah Jantung
Meningkat
Tekanan Darah
Meningkat
Faktor Skunder
Faktor Primer
Masalah kelenjar
Adrenal
Trauma Kepala
Hamil
Gangguan
Proses
Makan
Pengaruh
Psikologis
Sosial, Mental,
Kelezatan
Makanan, Pola
makan, Rasa
Lapar.
Ganggauan
anatomi,
Fisiologi
43
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
bebrapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2008).
Pengembangan kerangka konsep dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu dengan
melihat hubungan variabel dependent-independent dan melalui pendekatan input-
output (Wasis, 2006).
Kerangka konsep dalam penelitian ini diambil dari modifikasi antara teori
faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan (Guyton dan Hall, 2007), faktor-
faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Sherwood, 2012), faktor-faktor yang
dapat meningkatkan tekanan darah oleh (Soenardi dan Soetarjo, 2005, Grey, dkk.
2005, Baradero, dkk. 2008), dan fisiologi peningkatan tekanan darah (Corwin,
2009, Sherwood, 2012).
Guyton dan Hall (2007), faktor yang dapat mempengaruhi nafsu makan
seseorang dapat dipengaruhi oleh gangguan proses makan dan pengaruh psikologis.
Grey, dkk. (2005) menjelaskan faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan
darah adalah keturunan, usia, jenis kelamin, obesitas, stres, diet konsumsi garam
berlebih, diet konsumsi kolestrol, kurang olahraga, merokok, konsumsi alkohol.
Baradero, dkk. (2008) menambahkan faktor sekunder yang meliputi penyakit
ginjal, masalah kelenjar adrenal, kehamilan, dan trauma kepala. Dalam penelitian
ini, peneliti ingin mengetahui hubungan kadar garam dalam masakan dengan
44
profil tekanan darah. Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia
dan hewan, memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi garam
dan peningkatan tekanan darah (Appel dkk. (2001), Roberts (2001), Sacks dkk.
(2001), Hooper dkk. (2002), Molina dkk. (2003), Cappuccio dkk. (2006), Conlin,
(2007), Corwin, (2009), Erdem dkk. (2010), He dan MacGregor, (2010).
Bagan 3.1 Kerangka Konsep: Konsumsi Garam dan Tekanan Darah
(Appel dkk. 2001), (Roberts, 2001) (Sacks dkk. 2001), (Hooper dkk. 2002),
(Molina dkk. 2003), (Cappuccio dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Erdem dkk. 2010),
(He dan MacGregor, 2010)
Variabel Independent Variabel Dependent
Kadar garam masakan Profile Tekanan Darah
Faktor Primer yang dapat
meningkatkan tekanan darah
Keturunan
Kurang Olahraga
Obesitas
Jenis kelamin
Usia
Merokok
Konsumsi Alkohol
Konsumsi Kolestrol berlebih
Stress Psikosiosial
Faktor Sekunder:
Penyakit ginjal
Masalah kelenjar adrenal
Kehamilan
Trauma kepala
Keterangan :
Variabel
diteliti
Variabel tidak
diteliti
45
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan varibel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secar cermat terhadap suatu objek atau
fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
ukuran penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara di mana variabel
dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2008).
46
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Sekala
Ukur
1 Kadar garam
masakan
Jumlah kadar garam dalam 100 g (cc)
masakan
Tanita Salt Meter
Digital
a. < 6 %
b. 0,6-0,8 %
c. 0,9-1,1 %
d. 1,2 %
Imterval
2 Tekanan
Darah
Kekuatan yang diperlukan agar darah dapat
mengalir di dalam pembuluh darah dan
beredar mencapai jaringan tubuh manusia
untuk mengangkut oksigen serta zat-zat lain
yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel
Sphygmomanometer
Digital
Tekanan Sistolik (mmHg)
Tekanan Diatolik (mmHg)
Rasio
47
tubuh (Gunawan, 2007).
3 Usia Usia responden sejak tanggal lahir sampai
ulang tahun terakhir.
Kuesioner 1. 18-24
2. 25-34
3. 35-44
4. 45-54
5. 55-64
6. 65-74
7. > 75
(Rahajeng dan Sulistyowati 2009)
Rasio
4 Tingkat
Pendidikan
Tingkat pendidikan formal yang telah
diselesaikan oleh responden.
Kuesioner 1. Tidak sekolah
2. SD/MI/Sederajat
3. SMP/MTs/Sederajat
4. SMA/MA/SMK/Sederajat
Ordinal
48
5. D III
6. S 1 (Strata Satu)
7. S 2 (Strata Dua)
8. S 3 (Strata 3)
5 Suku Jenis kelompok sosial seseorang dalam
sistem sosial atau kebudayaan yang
mempunyai arti atau kedudukan sama
karena keturunan, agama,sistem nilai,adat
istiadat atau tradisi. (Ensiklopedia
Indonesia, 2014)
Kuesioner - Nominal
49
3.3 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitain (Nursalam, 2009).Berdasarkan kerangka konsep yang
telah dibuat, maka yang menjadi hipotesis penelitian adalah:
Hipotesis Nol (Ho) : Tidak ada hubungan antar kadar garam dalam
masakan rumah dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga di ciputat
timur.
Hipotesis alternatif (Ha) : Ada hubungan antara kadar garam dalam
masakan rumah dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga di Ciputat
Timur.
49
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain studi
cross sectional untuk mengetahui hubungan kadar garam dalam masakan rumah
dengan profil tekanan darah ibu rumah tangga Kelurahan Pisangan Ciputat Timur
tahun 2014.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jalan Jambu RT 002/ RW 011 Kelurahan
Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
dengan waktu pelaksanaan yaitu bulan Maret s.d Juni 2014.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan pengukuran, objek, atau individu yang akan
dikaji (Harinaldi, 2005). Wasis (2006) menyebutkan populasi adalah keseluruhan
subjek yang akan diteliti, dan terbagi atas populasi finite (terbatas) yaitu populasi
yang diketahui jumlahnya dan infinite (tidak terbatas) yang tidak diketahui
jumlahnya. Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu Rumah Tangga di Jalan
Jambu RT 002/ RW 011 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan dengan jumlah 102 orang.
50
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan
cara tertentu (Wasis, 2006). Hidayat (2008) menjelaskan dalam penelitian
keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Karena
sampel memiliki sifat heterogen, maka peneliti menggunakan cara purposive
(Hidayat, 2008), yaitu cara pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri
tertentu (sesuai dengan kriteria inklusi) dan dengan pertimbangan tertentu sesuai
dengan yang dikehendaki oleh peneliti.
Adapun Kriteria Inklusi dalam penelitian ini yaitu:
1. Ibu Rumah Tangga usia 18 tahun ke atas.
2. IMT 18,5 - 23
3. Tidak ada hipertensi keturunan
4. Tidak mengkonsumsi alkohol
5. Tidak merokok
6. Tidak memiliki penyakit ginjal, dan/ atau pasca trauma kepala,
dan/atau gangguan kelenjar dan/atau tidak sedang hamil.
7. Ibu Rumah Tangga yang memakan masakan sehari-hari.
51
Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus
estimasi data proporsi dengan populasi finite (diketahui) (Hidayat, 2008), yaitu:
N Z2
1-/2 P (1-P)
n = -------------------------------
(N-1) d2 + Z
21-/2 P (1-P)
Keterangan:
n = besar sampel minimum
N = besar populasi = 102
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu = 1,96
P = harga proporsi di populasi = 102 (Usia 18 thn keatas) = 0,26
395 (total penduduk Gg. Jambu)
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir = 0,1
Jadi Jumlah Sampel adalah = 102 x (1,96)2 x 0,26 x (1-0,26)
(102-1) x (0,1)2
+ (1,96)2 x 0,26 x (1-0,26)
= 75,3906317 = 75,3906317
1,01 + 0,73912384 1,74912384
= 43.1019405 = 43 orang.
Setelah dilakukan perhitungan, maka didapatkan n (sampel) = 43 responden
kemudian ditambahkan 10 % untuk mengantisipasi adanya kemungkinan
hilangnya data atau ketidak lengkapan pengkajian. 43 x 10% = 4,3 = 4 orang.
Maka total sampel dalam penelitian ini adalah : 43+4 = 47 Orang.
52
4.4 Metode Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian
4.4.1 Metode Pengumpulan Data
a. Pengukuran Kadar Garam dalam Masakan
Metode pengumpulan data untuk pengukuran kadar garam
dalam masakan yang dikonsumsi dengan menggunakan Tanita
Salt Meter Digital dan wawancara. Kadar garam masakan
dianalisa dalam bentuk cairan pada suhu 60-80 0C dengan
menggunakan Tanita Salt Meter Digital. Jumlah sampel dalam
masakan yang akan diteliti sebanyak 100 g (cc), jika responden
membuat empat jenis menu masakan, maka masing-masing
diambil sebanyak 25 g (cc). Konsentrasi garam akan ditunjukkan
dalam persen (%) . Misal, ketika mengukur 100 cc kaldu dan
mendapatkan hasil l%, maka kadar garam dalam kaldu tersebut
adalah 100 (cc) × 0,01 = 1g.
Tabel 4.1 Interpretasi Hasil Tanita Salt Meter
Hasil Jumlah garam dalam 100
cc Jumlah garam dalam 200cc
0,6% 0,6 gr 1,2 gr
1,0% 1,0 gr 2,0 gr
1,3% 1,3 gr 2,6 gr
b. Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan
Sphygmomanometer Digital. Pengukuran dilakukan dalam keadaan
istirahat dengan posisi duduk atau berbaring.
53
c. Pengkajian Karakteristik Responden
Pengkajian karakteristik responden dengan menggunakan kuesioner
untuk mengkaji usia, tingkat pendidikan, dan suku.
d. Pengkajian IMT
Menggunakan rumus:
IMT = BB (Kg)
TB2 (m)
Keterangan:
BB = Berat badan
TB = Tinggi badan
4.4.2 Alat Pengumpulan Data
a. Tanita Salt Meter Digital
Tanita Salt meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur
kadar garam masakan.
b. Sphygmomanometer Digital
Sphygmomanometer Digital digunakan sebagai alat untuk
mengukur kadar garam dalam masakan.
c. Timbangan Berat Badan
Timbangan berat badan digunakan untuk mengukur berat badan
responden.
d. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur tinggi badan responden.
e. Gelas Ukur
Gelas Ukur digunakan untuk mengukur cairan masakan.
54
f. Blender Pelumat dan Penumbuk
Blender Pelumat dan Penumbuk digunakan untuk menghaluskan
makanan padat menjadi makanan cair.
g. Kuesioner dan Lembar penilaian
Kuesioner dan Lembar Penilaian digunakan untuk mencatat
kadar garam masakan yang dikonsumsi, karakteristik responden
yaitu: nama (inisial), usia, tingkat pendidikan, dan suku,
mengkaji perilaku responden seperti merokok, konsumsi alkohol,
serta mengkaji penyakit yang meliputi kelainan anatomi dan
fisiologi sistem pencernaan, gangguan ginjal, trauma kepala, dan
gangguan kelenjar adrenal.
4.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 5 responden
dengan alat yang sama, pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali
setiap 5 menit. Responden dikaji dalam keadaan istirahat dan
tenang.
a. Tanita Salt Meter Digital merupakan alat pengukur
kadar garam dalam masakan yang diproduksi oleh
Negara Jepang. Alat ini masih baru dan memiliki
garansi 1 tahun, serta telah lulus uji validitas dan
reliabilitas. Oleh karena itu alat ini tidak perlu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas lagi samapi 1
tahun yang akan datang.
55
b. Uji validitas reliabilitas Timbangan Berat Badan
dilakukan dengan cara membandingkan alat yang
digunakan untuk meneliti dengan 3 jenis alat
penimbang berat badan lain. Selain itu, uji validitas dan
relaibilitas dilakukan dengan mengukur Berat Badan 5
orang responden, pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali
stiap 5 menit.
c. Uji validitas dan reliabilitas Sphygmomanometer
Digital dilakukan dengan menguji 5 responden dengan
satu alat yang sama, pengukuran dilakukan sebanyak 3
kali setaip 5 menit. Responden dikaji dalam keadaan
istirahat dan tenang.
56
4.4.4 Prosedur Penelitian
Peneliti menghubungi ketua RT 002/ RW 011 Kelurahan Pisangan
untuk memintak data jumlah warga yang sesuai kriteria, kemudian
mendatangi warga untuk melakukan seleksi dengan didampingi oleh ketua
RT atau yang mewakili serta menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian
secara jelas kepada calon responden. Informed consent dilakukan di rumah
responden sebelum dilakaukan pengambilan data. Setelah responden
menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian, responden diukur tekanan
darahnya dengan menggunakan alat Sphygmomanometer digital, kemudian
dilanjutkan dengan pengukuran kadar garam dalam masakan yang
dikonsumsi dengan menggunakan Tanita Salt Meter. Pengambilan data
setiap responden dilakukan selama 3 hari (mengacu pada panduan WHO
2010 tentang “A Eview Of Methods To Determine The Mainsources Of Salt
In The Diet”) kemudian dihitung mean konsumsi garam masakan/hari dan
mean tekanan darah. Setelah itu data yang diperoleh dimasukkan dalam
lembar penilaian. Berikut peneliti alur penelitian:
Gambar 4.1 Alur Penelitian
Ibu rumah
tangga
Pemilihan
responden
Informed
consent
Pengambilan
data
Pencatatan
dalam lembar
penilaian
57
4.5 Pengolahan Data
Menurut Setiadi (2007) dalam pengolahan data penelitian menggunakan
langkah-langkah diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer.
3. Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel
kontingensi .
4. Cleaning Data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah
dientry,apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi saat
meng-entry data ke komputer.
58
4.6 Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan data secara sederhana dengan menganalisa 1 variabel
yang diteliti. Adapaun cara untuk menyajikan hasil analisa univariat
dapat menggunakan prosentase atau tabel distribusi frekuensi, batang,
diagram map, dan diagram pie (Budihartono. 2006). Analisa univariat
mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dari masing-masing variabel
yang diteliti untuk data numerik dengan menghitung mean, median,
simpangan baku (SD), nilai minimal dan maksimal. Analisa univariat
pada penelitain ini menjelaskan atau mendeskripsikan tentang profile
tekanan darah, dan Tingkat konsumsi garam masakan.
b. Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas data adalah untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak normal, guna menentukan jenis analisa
bivariat yang digunakan untuk menganalisa data. Jika data berdistribusi
normal maka uji bivariat data yang dapat digunakan adalah uji
parametrik dan jika data berdistribusi tidak normal maka analisa data
adalah uji non-parametik (Hastono, 2006). Terdapat dua macam uji
kenormalan distribusi data yang bisa digunakan, yaitu:
1. Kolmogorov smirnov yaitu dengan membandingkan nilai Sig.
(Signifikansi) atau nilai probabilitas dengan 0,05. Jika nilai
probabilitas , 0,05 menunjukkan bahwa distribusi data tidak
normal (simetris) dan apabila nilai probabilias > 0,05 berarti
distribusi data normal (Santoso, 2010).
59
2. Shapiro Wilk. Cara menginterpretasi data hampir sama dengan
metode Kolmogrov Smirnov, yaitu dengan membandingkan
nilai probabilitas (Sig.) dengan 0,005. Jika nilai probabiltias <
0,05 berarti data berdistribusi tidak normal, namun jika nilai
probabilitas > 0,05 menunjukkan bahwa data berdistribusi
normal (Santoso, 2010).
Analisa parametrik yang dapat digunakan untuk mengolah data
adalah z test, t test, dan uji Anova yang digunakan untuk menguji
apakah ada perbedaan yang jelas antara rata-rata populasi. Sedangkan
untuk uji korelasi dapat menggunakan uji korelasi dan regresi sederhana
jika menghubungkan dua variabel, dan korelasi dan regresi berganda
untuk variabel lebih dari dua (Santoso, 2010). Tabel berikut
menjelaskan berbagai jenis uji data baik data berdistribusi normal
maupun tidak normal.
Tabel 4.2 Metode Analisa Data
Aplikasi Test Parametrik Test Non-Parametrik
Satu sampel Uji t (t test)
Uji z (z test)
Uji Binomial
Uji Runs
Uji Kolmogorov-Smirnov untuk satu
sampel
Dua sampel saling
berhubungan
(Two Dependent
Samples)
t test paired
z test paired
Sign test
Wilcoxon Signed-Rank test
Mc Nemar Change test
60
Dua sampel tidak
berhubungan (two
independent
samples)
t test
z test
Mann-Whytney U test
Moses Extreme reaction
Chy-Square test
Kolmogorov-Smirnove test
Walt-Wolfowitz runs
Beberapa Sampel
Berhubungan
Friedman Test
Kendal W test
Cochran’s Q
Beberapa sampel
tidak
berhubungan
ANOVA (F test) Kruskal-Wallis test
Chy Square test
Median test
Mengetahui
hubungan antara
variabel
Regresi
Kolerasi Pearson
Korelasi Spearman
Korelasi Kendall
c. Analisa Bivariat
Analisa ini digunakan untuk menjelaskan hubungan anatara dua
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terkait (budiharto, 2006).
Dalam penelitian ini guna menganalisa hubungan kadar garam dalam
masakan dengan profil tekanan darah peneliti menggunakan analasia
korelasi Person jika distribusi data normal, namun jika distribusi data
tidak normal, maka peneliti menggunakan analisa Korelasi Spearman
dan Korelasi kendall.
61
4.7 Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat peneliti dalam keperawatan
akan berhubungan secara langsung dengan manusia, maka segi etika harus
diperhatikan karena mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian
(Hidayat, 2008). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan dan
diberikan sebelum penelitian dilakukan. Lembar persetujuan ini
diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang
memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian, serta manfaat
penelitan dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan
penelitian, dan dampaknya.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Anonimity merupakan upaya untuk menjaga kerahasiaan identitas
responden. Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data yang diisi responden, tetapi lembar tersebut hanya
diberi kode tertentu dan nama inisial.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
62
BAB V
HASIL PENELITIAN
Peneliti menyajikan dan menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan
di dalam bab ini. penelitian ini dilakukan di Jalan Jambu RT 002/ RW 011
Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tangerang Selatan Provinsi Banten. Hasil
Penelitian disajikan dalam analisa univariat. Analisa univariat menggambarkan
secara deskriptif data demografi responden yang meliputi usia, tingkat pendidikan,
dan suku, serta menggambarkan secara deskriptif data kadar garam dalam masakan
dan data profil tekanan darah.
Jumlah warga yang bertempat di Jalan Jambu RT 002 RW 011 Kelurahan
pisangan adalah 395 orang dengan 107 keluarga. Responden dalam penelitian ini
adalah ibu rumah tangga usia 18 tahun ke atas berjumlah 47 orang dari 102 ibu
rumah tangga yang ada.
5.1 Uji Normalitas Data
Tabel 5.1 Analisa Normalitas Data Profil Tekanan Darah
(n=47)
Variabel Kolmogorov-Smirnov Distribusi Data
Usia 0,00 Tidak Normal
Suku 0,00 Tidak Normal
Tingkat Pendidikan 0,00 Tidak Normal
Profil Tekanan Darah 0,00 Tidak Normal
Kadar Garam 0,00 Tidak Normal
Tabel 5.1 di atas menunjukkan distribusi data tekanan darah dan kadar
garam dalam masakan. Menunjukkan bahwa distribusi data setiap variabel
usia, Suku, profil tekanan darah, dan kadar garam mempunyai nilai
63
signifikansi (p value) 0,00 < 0,05 pada Uji Kolmogorov-Smirnov. Jadi dapat
disimpulkan bahwa distribusi data adalah tidak normal.
5.2 Karakteristik Responden
5.2.1 Usia
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di RT 002
RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat
(n = 47)
Usia Frekuensi
(n)
Persentase
18-24 3 6.4%
25-34 15 31.9%
35-44 17 36.2%
45-54 9 19.1%
55-64 2 4.3%
65-74 1 2.1%
> 75 0 0%
Total 47 100%
Sumber: Data Primer (2014)
Tabel 5.1 di atas menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan usia. Jumlah persentase terbanyak responden adalah
termasuk pada ibu rumah tangga usia 35-44 tahun sebanyak (36,2%), dan
jumlah persentase paling sedikit adalah ibu rumah tangga usia 65-74
tahun (2,1%).
5.2.2 Tingkat pendidikan
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
pendidikan di RT 002 RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur
(n = 47)
Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Sekolah 2 4,26
SD 26 55,32
SMP/Sederajat 8 17,02
64
SMA/SMK/MA 11 23,4
D III (Akademi) 0 0
S-1 (Strata satu) 0 0
S-2 (Strata Dua) 0 0
S-3 (Strata Tiga) 0 0
Jumlah 47 100
Sumber : Data Primer (2014)
Tabel 5.2 diatas menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan tingkat pendidikan, dalam penelitian ini tingkat
pendidikan dibagi menjadi delapan tingkat pendidikan berdasarkan
Keputusan Mentri Pendidikan yaitu, tidak sekolah, pendidikan Dasar
(SD, SMP/Sederajat), Pendidikan menengah (SMA/SMK/MA), dan
Pendidikan tinggi (D III (Akademi), Strata satu, Strata Dua, dan
Strata Tiga). Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar tingkat
pendidikan ibu rumah tangga adalah sekolah dasar (SD) dan 0% ibu
rumah tangga yang memiliki pendidikan perguruan tinggi.
5.2.3 Suku
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku di RT
002 RW 011 kelurahan Pisangan Ciputat Timur
(n = 47)
Suku Frekuensi Persentase (%)
Jawa 34 72,34
Betawi 7 14,89
Sunda 5 10,64
Batak 1 2,13
Total 47 100
Sumber: Data Primer (2014)
Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
responden adalah suku jawa sebanyak 34 orang (72,34%), kemudian
65
Betawi 7 orang (14,89%), sunda 5 orang (10,64%), serta Suku Batak
1 orang (2,13%).
5.3 Kadar Garam Dalam Masakan
Tabek 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Garam Dalam
Masakan di RT 002/ RW 011 kelurahan Pisangan Ciputat Timur
(n = 47)
Kadar Garam dalam
100 g masakan
Frekuensi (n) Persentase (%)
< 0,6 % 6 12,77%
0,6 – 0,8% 9 19,15%
0,9-1,1% 11 23,4%
1,2% 21 44,68%
Total 47 100%
Sumber: Data Primer (2014)
Tabel 5.4 di atas menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan kadar garam dalam maskan. persentase sebagian besar kadar
garam dalam masakan responden adalah 1,2% yaitu sebanyak 21 orang
(44,68%), dan persentase kadar garam paling sedikit adalah < 0,6% hanya 6
orang (12,77%).
5.4 Profil Tekanan Darah
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi responden Berdasarkan Profil Tekanan
Darah di RT 002 RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat timur
(n=47)
Tekanan
darah
Frekuensi Persentase Std. Deviasi
Sistol Diastol
Normotensi 26 55,3% 22.33
5
13.553
Hiepertensi 21 44,7%
Total 47 100%
Sumber : Data Primer (2014)
66
Tabel 5.5 di atas menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan profil tekanan darah. Dari data di atas terlihat bahwa
Responden yang memiliki tekanan darah tinggi sebanyak 21 orang (44,7%),
dan responden yang memiliki tekanan darah normal sebanyak 26 orang
(55,7%), dengan standar deviasi sistol 22,335 dan diastol 13,553.
b. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Usia
(n=47)
Usia Jumlah Persentase Tekanan Darah
Normal Hipertensi
18-24 3 100% 0%
25-34 15 66,7% 33,3%
35-44 17 53% 47%
45-54 9 22,2% 77,8%
55-64 2 50% 50%
65-74 1 100% 0%
> 75 0 - -
Total 47
Sumber: Data Primer (2014)
Tabel 5.6 di atas menjelaskan distribusi frekuensi tekanan darah
berdasarkan usia responden. Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase
terbesar responden yang memiliki hipertensi adalah usia 45-54 tahun yang
67
mencapai (77,8%), dan persentase responden yang memiliki profil tekanan
darah normal adalah usia 18-24 tahun (100%) dan usia 65-74 tahun (100%).
.
5.5 Distribusi Frekuensi Suku berdasarkan Kadar Garam dalam
Masakan
Tabel 5.7 Frekuensi Suku Berdasarkan Kadar Garam dalam Masakan di
Jalan Jambu RT 002 / RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur
(n = 47)
Kadar
garam (%)
Persentase (%)
Batak Betawi Jawa Sunda
N % N % N % N %
< 0,6 0 0 2 28,6 3 8,8 1 20
0,6-0,8 1 100 0 0 7 20,6 1 20
0,9-1,1 0 0 2 28,6 8 23,5 1 20
> 1,2 0 0 3 42,8 16 47,1 2 40
1 100% 7 100% 34 100% 5 100%
Sumber: Data Primer (2014)
Tabel 5.7 di atas menunjukkan distribusi frekuensi Suku berdasarkan
kadar garam dalam masakan. Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase
sebagian besar kadar garam dalam masakan Suku Betawi, Suku Jawa, dan
Suku Sunda adalah 1,2% yaitu masing-masing sebanyak 42,86% untuk
Suku Betawi, 47,1% untuk Suku Jawa, dan 40% untuk Suku Sunda.
5.6 Distribusi Frekuensi Profil Tekanan Darah Berdasarkan Kadar Garam
dalam Masakan
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Profil Tekanan Darah Berdasarkan Kadar
Garam Dalam Masakan
(n = 47)
Kadar Garam dalam
Masakan 0,6-0,8% /
100 g Jumlah (n)
Persentase %
Normotensi Hipertensi
68
< 0,6% 6 100% 0%
0,6-0,8% 9 100% 0%
0,9-1,1% 11 45, 45% 54,55%
> 1,2 21 23,8% 76,2%
Total 47
Sumber : Data Primer (2014)
Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki
kadar garam dalam masakan > 1,2% memiliki persentase hipertensi
tertinggi mencapai 76,2%, sedangkan responden yang memiliki kadar
garam dalam masakan < 0,6% dan 0,6-0,8% memiliki profil tekanan
darah normal.
5.7 Analisa Hubungan Kadar Garam Terhadap Tekanan Darah
Hasil uji normalitas data tekanan darah dan kadar garam menunjukkan
bahwa data berdistribusi tidak normal, sehingga analisa korelasi antar kadar
garam dalam masakan dengan tekanan darah menggunakan uji koelasi non-
parametrik. Pada penelitian ini, variabel yang dihubungkan adalah variabel
kadar garam dalam masakan sebagai variabel independent, dan variebel
tekanan darah sebagai variabel dependent. Variabel-variabel tersebut
berskala interval dan rasio, sehingga dalam peneltian ini analisa korelasi
menggunakan uji Spearman's rho (Dahlan, 2010).
69
Tabel 5.13 Analisa Hubungan Kadar Garam dalam Masakan dengan
Tekanan Darah (n=47)
Korelasi Spearman's rho
r P
Kadar gram dalam Masakan dengan
Tekanan Darah
0.592**
.000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data Primer (2014)
Table 5.12 di atas menunjukkan korelasi antara kadar garam dalam
masakan dengan tekanan darah. Terdapat hubungan positif yang kuat antara
kadar garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah, yaitu nilai r
hitung 0,592 dengan signifikansi (p value) = 0,000 pada α=0,01 pada uji
Spearman's rho. Hali ini dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang
kuat antara kadar garam dalam masakan dengan profil tekanan darah. Yaitu
semakin tinggi kadar garam dalam masakan maka semakin tinggi pula risiko
seseorang untuk mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi).
65
BAB VI
PEMBAHASAN
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat
mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai jaringan tubuh
manusia untuk mengangkut oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi
kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana
pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh
(Gunawan, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profil tekanan darah responden
cenderung tinggi, hal ini terlihat pada persentase responden yang mengalami
hipertensi mencapai 44,7%. Angka ini jauh di atas prevalensi hipertensi di
Indonesia yaitu 31,7%. Ini sesuai dengan pernyataan WHO (2013),
hipertensi menjadi masalah kesehatan utama saat ini, setiap tahun penyakit
hipertensi selalu mengalami peningkatan.
Tingginya angka hipertensi pada ibu rumah tangga diasumsikan dapat
disebabkan oleh perilaku ibu rumah tangga yang monoton, terlalu banyak
mengkonsumsi garam, dan kurang aktivitas fisik. Jika dilihat dari teori,
berbagai faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah keturunan,
jenis kelamin, usia, obesitas, konsumsi garam berlebih, konsumsi kolestrol
berlebih, kurang oleh raga, merokok dan konsumsi alkohol( Grey, dkk, 2005).
Untuk memastikan penyebab peningkatan angka hipertensi tersebut, maka
yang perlu ditinjau dalam penelitian selanjutnya adalah bagaimana tingkat
66
aktivitas fisik ibu rumah tangga. Karena jika dilihat dari aktifitas fisik, ibu
rumah tangga hanya melakukan aktivitas ringan seperti memasak, dan
mengasuh anak. Selain itu, yang harus menjadi perhatian adalah seberapa
banyak kolestrol yang dikonsumsi dan berapa tingkat stres yang dialami ibu
rumah tangga sehingga menyebabkan angka hipertensi cenderung meninggi.
Profil Tekanan Darah dengan Usia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tekanan darah untuk usia 18-24 tahun mempunyai profil tekanan
darah normal, usia 25-34 tahun persentase responden hipertensi adalah
33,3%. Usia 35-44 tahun persentase responden hipertensi adalah 47%. untuk
usia 45-54 tahun persentase responden hipertensi meningkat menjadi 77,8%.
Namun terjadi penurunan persentase hipertensi pada usia 55-64 tahun
terdapat 50% responden yang mengalami hipertensi, dan 0% usia 65-74
tahun.
Data di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita
hipertensi dari 0% pada usia 18-24 tahun menjadi 77,8% pada usia 45-54
tahun. Ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tekanan darah akan
meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Ini disebabkan
karena dengan bertambahnya usia, dinding pembuluh darah mengalami
perubahan struktur dan fungsi. Jumlah sel otot polos berkurang dan elasitas
berkurang sehingga tahanan tepi meningkat yang dapat menyebabkan jantung
bekerja lebih untuk memompa darah yang berakibat peningkatan pembuluh
darah (Grey, et al 2005). Prevalensi hipertensi ringan sebesar 2% pada usia
67
25 tahun atau kurang, meningkat menjadi 25% pada usia 50 tahun dan 50%
pada usai 70 tahun (Davy, 2006).
Peningkatan usia terhadap risiko hipertensi ini sesuai dengan penelitian
oleh Zamhir Setiawan (2004), semakin meningkat usia responden semakin
tinggi risiko hipertensi. Pada usia 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar
29%, pada usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada usia >65 Tahun sebesar
65%. Penelitian Hasurungan (2002) pada lansia menemukan bahwa
dibandingkan usia 55-59 tahun, pada usia 60-64 tahun terjadi peningkatan
risiko hipertesi sebesar 2,18 kali, usia 65-69 tahun 2,45 kali dan usia >70
tahun 2,97 kali. Serta penelitian oleh Rahajeng dan Sulistyowati 2009, yang
menyatakan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat antara peningkatan usia
dengan kejadian hipertensi. Kelompok usia 25-34 tahun mempunyai risiko
hipertensi 1,56 kali dibandingkan usia 18-24 tahun. Risiko hipertensi
meningkat bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dan kelompok usia
>75 tahun berisiko 11,53 kali.
Hasil penelitain menunjukkan bahwa persentase hipertensi menurun
pada usia 55-64 tahun, yaitu hanya terdapat 50% responden yang mengalami
hipertensi, dan 0% pada responden usia 65-74 tahun. Hasil ini bertentangan
dengan penelitian oleh Zamhir Setiawan (2004), Hasurungan (2002), Serta
penelitian oleh Rahajeng dan Sulistyowati (2009) yang menyatakan bahwa
peningkatan usia sangat berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Hal ini
dikarenakan jumlah responden hanya 2 orang untuk usia 55-64 tahun dan 1
orang untuk usia 65-74 tahun, begitu juga untuk responden usia 18-24 tahun
68
yang hanya berjumlah 3 orang dengan persentase hipertensi 0%. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat sebaiknya dalam peneltian selanjutnya
agar membagi jumlah responden secara merata pada setiap kelompok usia.
Dilihat dari usia, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
responden adalah berusia 35-44 tahun dengan persentase 36.2% orang,
dengan usia rata-rata responden adalah 38,8 tahun. Levinson, dkk, (1978)
dalam Perry & Potter, (2005) menyebutkan usia 33 sampai 39 tahun
merupakan masa dimana seseorang mengalami stabilitas yang lebih besar
dalam mengatasi setiap stressor dalam kehidupan.
Edelman dan Mandle (1994) dalam Perry & Potter (2005)
menyebutkan usia 38,8 tahun termasuk kedalam dewasa tengah, yaitu
merupakan masa tenang, sedangkan levinson et al (1978) dalam Perry &
Potter (2008) menyatakan dewasa tengah sebagai masa keberhasilan. Perry &
Potter (2005) sendiri mendefinisikan dewasa tengah merupakan usia
maturiatas dimana seseorang sudah mencapai keseimbangan pertumbuhan
fisiologis, psikologis, dan kognitif. Individu yang matur merasa nyaman
dengan kemampuan, pengetahuan, dan respon yang telah mereka
kembangkan bertahun-tahun. Mereka melihat dunia dengan pandangan yang
luas, berdasarkan panduan penglihatan, emosi, dan imajinasi. Mereka
menghadapi masalah yang dapat dipecahkan dan belajar untuk hidup dengan
masalah yang tidak terpecahkan.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini berada
dalam masa kesetabilan, ketenangan, produktifitas tinggi, dan masa
69
keemasan. Namun jika dilihat dari tingkat penidikan menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan responden tergolong rendah, tidak ada yang mencapai
pendidikan perguruan tinggi, hanya 23,4% responden yang memiliki tingkat
pendidikan sekolah menengah, persentase terbesar pendidikan responden
adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 55,32%, dan juga terdapat
4,26% responden yang tidak sekolah. Padahal Notoatmodjo (2005)
menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan
pentingnya arti kesehatan baik pada diri sendiri maupun pada lingkungannya
yang dapat mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan
sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan perilaku responden dalam
membuat upaya mempertahankan kesehatannya (Elfiky, 2014).
Carulla, dkk (2013) mendefinisikan perilaku sebagai istilah umum yang
menggambarkan dua hal yang saling berhubugan antara rangsangan internal
dan eksternal dengan perilaku spesifik yang dapat diamati dari individu.
Perilaku merupakan bagian dari kebiasaan, dimana perilaku dan kebiasaan
merupakan bagian dari gaya hidup individu. Jadi gaya hidup dapat
didefinisikan gambaran kebiasaan dan perilaku spesifik yang dapat diamati
dari individu yang berhubungan dengan promosi, perlindungan, atau
pemeliharaan kesehatan.
Pendidikan yang rendah ini berhubungan dengan perilaku responden
untuk menjaga kesehatannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
rata-rata usia responden 38,8 tahun terdapat 44,7% responden yang memiliki
hipertensi. padahal Grey et al (2005) menyebutkan pada umumnya, hipertensi
70
menyerang pria di atas 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia
45 tahun. Hal ini karena laki-laki banyak memiliki faktor pendorong
terjadinya hipertensi, seperti stres, kelelahan, merokok, dan makan tidak
terkontrol. Adapun pada perempuan peningkatan risiko terjadi setelah masa
menopose (sekitar 45 tahun). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Rahajeng
dan Sulistyowati (2009), Proporsi hipertensi terendah ditemukan pada
responden yang bersekolah mempunyai risiko 1,42 kali terkena hipertensi
dibandingkan responden yang bersekolah.
Selain itu, pendidikan yang rendah juga berhubungan terhadap perilaku
responden dalam menggunakan garam dalam memasak yang cenderung
tinggi. Hasil penelitian didapatkan bahwa persentase sebagian besar kadar
garam dalam masakan responden adalah 1,2% yaitu sebanyak 21 orang
(44,68%), dan hanya 12,77% responden yang memiliki kadar garam < 6%
dalam memasak. Dilihat dari distribusi frekuensi suku berdasarkan kadar
garam dalam masakan juga menunjukkan bahwa rata-rata setiap Suku Betawi,
Jawa dan Sunda memiliki kadar garam > 1,2% yaitu masing-masing sebanyak
42,86 % untuk Suku Betasi, 47,1% untuk Suku Jawa, dan 40% untuk Suku
Sunda.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Depkes 2013, Indonesia merupakan
salah satu negara dengan konsumsi garam tinggi sekitar 15 gram/hari. Budaya
yang menjadikan lidah masyarakat Indonesia menyukai rasa asin melebihi
kebutuhan tubuh, menyebabkan menu masakan orang Indonesia cenderung
memiliki kandungan garam yang berlipat-lipat.
71
Garam menjadi bahan tambahan yang hampir selalu digunakan dalam
membuat masakan. Rasa asin dalam garam menjadi salah satu sensasi dasar
yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang sebagai penyedap rasa dalam
masakan karena makanan tanpa dibubuhi garam akan terasa hambar
(Caldwell, dkk. 2004). Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah banyak
orang saat ini cenderung meninggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas 2007 dan 2010) diketahui hampir seperempat (24,5 persen)
penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengonsumsi makanan asin setiap
hari, satu kali atau lebih (Depkes, 2013).
Hasil penelitian menunjukkan profil tekanan darah responden
dengan kadar garam dalam masakan < 0,6% dan 0,6-0,8 % memiliki
profil tekanan darah normal, responden dengan dengan kadar garam
masakan 0,9-1,1% persentase hipertensi sebanyak 54,55% orang, dan
kadar garam dalam masakan > 1,2% memiliki persentase hipertensi
sebanyak 76,2% orang.
Hasil analisa korelasi menghasilkan terdapat hubungan positif yang
kuat antara kadar garam dalam masakan rumah dan profil tekanan darah,
yaitu nilai r hitung 0,592 dengan signifikansi (p value) = 0,000 pada
α=0,01 pada uji Spearman's rho. Hali ini dapat disimpulkan bahwa
terdapat korelasi yang kuat antara kadar garam dalam masakan dengan
profil tekanan darah. Yaitu semakin tinggi kadar garam dalam masakan
maka semakin tinggi pula risiko seseorang untuk mengalami peningkatan
tekanan darah (hipertensi). Oleh karena itu masalah garam menjadi
72
menjadi consent kesehatan dunia saat ini (WHO, 2007). Namun, yang
menjadi perhatian bagi peneliti selanjutnya adalah berapa proporsi, jenis
dan frekuensi masakan yang dikonsumsi.
Hal ini sejalan dengan penelitain (Appel, dkk. 2001), (Roberts, 2001),
(Sacks, dkk. 2001), (Hooper, dkk. 2002), (Molina, dkk. 2003), (Cappuccio,
dkk. 2006), (Conlin, 2007), (Erdem, dkk. 2010), (He dan MacGregor, 2010),
bahwa Hipertensi sangat erat kaitannya dengan garam. Asupan tinggi garam
adalah penyebab utama peningkatan tekanan darah dan pengurangan asupan
garam (9-12 g/hari) ke tingkat yang direkomendasikan (< 5g/hari) dapat
menurunkan tekanan darah (He dan MacGregor, 2010). Dari penjabaran di
atas mungkin yang perlu ditinjau dalam penelitian selanjutnya adalah
menganalisa jumlah intake garam terhadap kejadian hipertensi.
Pengaruh konsumsi garam terhadap kenaikan tekanan darah terjadi
melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan kenaikan tekanan
darah (Soenardi dan Soetardjo, 2005). Apabila jumlah garam terlalu
banyak maka tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan garam, dan
menumpuk di dalam darah, sehingga terjadi peningktan retensi penyerapan
air yang berdampak pada peningkatan viskositas darah (Sitepoe, 2009).
Volume cairan tubuh yang meningkat membuat jantung dan pembuluh
darah bekerja lebih keras untuk memompa darah dan mengalirkannya ke
seluruh tubuh, tekanan darah pun meningkat dan berakibat pada hipertensi
(Soenardi danSoetarjo, 2005, Sutomo, 2009). Natrium tinggi juga dapat
73
mengecilkan diameter pembuluh darah dan arteri sehingga jantung harus
memompa darah lebih kuat (Ramayulis, 2010) .
6.2 Keterbatasan Penelitian
1. Instrumen: Alat yang digunakan dalam penelitian ini hanya untuk
mengukur kadar garam dalam masakan, sehingga tidak dapat
mengukur secara pasti berapa jumlah garam yang dikonsumsi oleh
seseorang.
2. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini hanya mengukur
sampel dalam satu waktu.
74
BAB VII
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
1. Responden dalam penelitain ini adalah ibu rumah tangga berjumlah 47
orang, mayoritas berusia 35-44 tahun, terdiri atas Suku Batak, Betawi,
Jawa dan Sunda. Tingkat penidikan responden terbanyak adalah SD
sebanyak 26 orang (55,32%), namun juga terdapat responden yang
tidak sekolah sebanyak 2 orang (4,26%).
2. Responden yang memiliki tekanan darah tinggi sebanyak 21 orang
(44,7%), dan responden yang memiliki tekanan darah normal
sebanyak 26 orang (55,7%)
3. Persentase sebagian besar kadar garam dalam masakan responden
adalah 1,2% sebanyak 21 orang (44,68%).
4. Rata-rata kadar garam dari setiap Suku Betawi, Jawa, dan Sunda
adalah > 1,2%, yaitu masing-masing sebanyak 42,86% untuk Suku
Betawi, 47,1% untuk Suku Jawa, dan 40% untuk Suku Sunda.
5. Terdapat hubungan positif yang kuat antara kadar garam dalam
masakan rumah dan profil tekanan darah, yaitu nilai r hitung 0,592
dengan signifikansi (p value) = 0,000 pada α=0,01 pada uji
Spearman's rho. Hali ini dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi
yang kuat antara kadar garam dalam masakan dengan profil tekanan
darah. Yaitu semakin tinggi kadar garam dalam masakan maka
75
semakin tinggi pula risiko seseorang untuk mengalami peningkatan
tekanan darah (hipertensi).
7.2 SARAN
1. Bagi Puskesmas Tangerang Selatan
a. Melakukan kunjungan rumah untuk memastikan jenis, proporsi, dan
frekuensi makanan yang dikonsumsi oleh Warga Jl. Jambu RT
002/RW 011 Kelurahan Pisangan Ciputat Timur.
b. Hendaknya memberikan penyuluhan secara detail dan mendalam
tentang fakor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi dan
pencegahanya sebagai upaya preventif mengenai hipertensi dan
komplikasinya sesuai dengan jenjang pendidikan masyarakat.
2. Bagi Penelitan Selanjutnya
Bagi penelitan selanjutnya diharapkan dapat melakukan
penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai Intake garam
terhadap tekanan darah dengan menggunakan alat yang lebih baik,
metode Eksperimental atau Kohort dengan waktu pengamatan yang
lebih lama, serta melakukan pengukuran intake natrium dengan
sampel dalam urin 24 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Ajani, U.A., Dunbar, S.B., Ford, E.S., Mokdad, A.H. & Mensah, G.A. (2005)
Sodium intake among people with normal and high blood pressure. Am. J.
Prev. Med. 29, 63–67.
Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Anies. (2006). Waspadai Ancaman penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan
dari Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Appel, L.J., Espeland, M.A., Easter, L.M.S., Wilson, A.C., Folmar, S. & Lacy,
C.R. (2001) Effects of reduced sodium intake on hypertension control in
older individuals: results from the Trial of Nonpharmacologic
Interventions in the Elderly (TONE). Arch. Intern. Med. 161, 685–693.
Asmadi. (2008). Tehnik prosedural keperawatan: Konsep dan applikasi
kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.
Baradero, Mary dkk. (2008). Klin Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakrta : EGC.
___________________. (2005). Prinsip dan Praktik Keperawatan Periopratif.
Jakarta: EGC.
Brooker, Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC.
Brown, I.J., Tzoulaki, I., Candeias, V. & Elliott, P. (2009) Salt intakes around the
world: implications for public health. Int. J. Epidemiol. 38, 791–813.
Budihartono. (2006). Metodologi penelitian kesehatan Dengan Contoh Bidang
Ilmu Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.
Caldwell, Jh, dkk.. (2004, 30 Oktober 2014). Proceedings of the "Dietary
Reference Intakes for Water, Potassium, Sodium, chloride and sulfate”;
The National Academies. Accessed via www.nap.edu/.
Campbell NRC, dkk. (2011). Dalam Claro, Rafael Moreira. dkk.(2012).
Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption
in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica.
32(4):265–73.
Cappuccio, F.P., Kerry, S.M., Micah, F.B., Plange-Rhule, J. & Eastwood, J.B.
(2006) A community programme to reduce salt intake and blood pressure
in Ghana. BMC Public Health 6, 13.
Carulla, Salvador, dkk. (2013). Basic Concepts in the Taxonomy of Health-
Related Behaviors, Habits and Lifestyle. International Journal of
Environmental Research and Public Health ISSN 1660-4601.
Conlin, P.R. (2007) Eat your fruits and vegetables but hold the salt. Circulation
116, 1530–1531.
Corne´lio, M.E. (2008) Salt Consumption Among Hypertensive Subjects:
Behavioural Individual Determinants. Master’s dissertation. Campinas,
SP: Universidade Estadual de Campinas. Available at:
http://cutter.unicamp.br/document/ ?code=000433967 (accessed on 20
April 2014).
Corwin, Elizaabeth J. (2009). Buku Saku patofisiologi Edisi 3. Alih Bahasa, Nike
Budhi Subekti; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha, dkk..
Jakarta : EGC.
Dahlan, M. Sopiyudin. (2010). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
Darwis D, dkk. (2008). Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit’ dalam
Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi,
Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, ed. ke-2, FK-UI, Jakarta.
Departemen Kesehatan Indonesia. (2007). Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2007. Diakses dari www.depkes.go.id. tanggal 10 Nopember 2013.
_____________________________. (2011). Profil Data Kesehatan Indonesia
Tahun 2011. Diakses dari www.depkes.go.id tanggal 25 April 2014.
Elliott, Paul and Ian Brown. (2007). Sodium Intakes Around The World. WHO
Library Cataloguing.
Ensiklopedia Indonesia. (2014). dalam http://www.anneahira.com/pengertian-
suku-bangsa.htm. Diakses tanggal 04 Juni 2014.
Erdem, Y., Arici, M., et al. (2010) The relationship between hypertension and salt
intake in Turkish population: SALTURK study. Blood Press.19, 313–318.
Ezzati M. dkk. (2002). Dalam Claro, Rafael Moreira. dkk. (2012). Consumer
attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel
countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73.
Ferreira-Sae, M.C., Gallani, M.C., Nadruz, W., Rodrigues, R.C., Franchini, K.G.,
Cabral, P.C. & Sales, M.L. (2009) Reliability and validity of a semi-
quantitative FFQ for sodium intake in low-income and low-literacy
Brazilian hypertensive subjects. Public Health Nutr. 28, 1–6.
Garriguet D. (2007). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. (2012). Consumer
attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel
countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73.
Gray, Huon H. dkk. (2005). Lecture Notes : Kariologi Edisi Empat. Jakarta :
Erlangga.
Gunawan, Lany. (2007). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi Edisi 8. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI).
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2007). Tjahjono, Dalam Hendro Djoko. (2011).
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nafsu Makan Pada Pasien
Dengan Penyakit Pernafasan Obstruksi Kronis Di Rsud Dr. M.
Soewandhie Surabaya. Tesis Universitas Indonesia.
Harinaldi. (2005). Prinsiip-Prinsip Statistik untuk Penelitian dan Sains. Jakarta :
Erlangga.
He, F.J. & MacGregor, G.A. (2010) Reducing population salt intake worldwide:
from evidence to implementation. Prog. Cardiovasc. Dis. 52, 363–382.
________________________. (2009). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. (2012).
Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption
in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica.
32(4):265–73.
Hermawan, Asep. (2006). Buku penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Metode Penelitian Keperawaatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Hooper, L., Bartlett, C., Smith, G.D. & Ebrahim, S. (2002) Systematic review of
ling term effects of advice to reduce dietary salt in adults. BMJ 325, 628.
Institute of Medicine. (2010). Strategies to reduce sodium intake in the United
States. Washington, D.C.: IOM. Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk.
Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption
in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica.
2012;32(4):265–73.
Istijanto, (2005). Riset Sumber Daya Manusia Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-
Dimensi Kerja Karyawan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Khaw, K.T., et, all. (2004) Blood pressure and urinary sodium in men and
women: the Norfolk Cohort of the European Prospective Investigation into
Cancer (EPIC – Norfolk). Am. J. Clin. Nutr. 80, 1397–1403.
Klutts J.S. and Scott M.G. (2006). ‘Physiology and disorders of Water,
Electrolyte, and Acid- Base Metabolism’ In: Tietz Text Book of Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol.1, Elsevier Saunders
Inc:Philadelphia.
Legetic B and Campbell N. (2011). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk.(2012).
Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption
in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica.
32(4):265–73.
MacGregor GA, dkk. (1989). Dalam Paul Elliott and Ian Brown. (2007). Sodium
Intakes Around The World. WHO Library Cataloguing.
Mancia dkk. (2013). Dalam Bostock-Cox, Beverley. (2013). Nurse prescribing
for the management of hypertension. British Journal of Cardiac Nursing.
Matfin G. and Porth C.M. (2009). ‘Disorders of Fluid and Electrolyte Balance’
In: Pathophysiology Concepts of Altered Health States, 8th Edition,
McGraw Hill Companies USA, pp. 761-803.
Ministerio de Salud de Argentina. (2008). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk
(2012). Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt
consumption in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud
Publica. 32(4):265–73.
Molina, M.C.B., Cunha, R.S., Herkenhoff, L.F. & Mill, J.G. (2003) Hipertensa˜o
arterial e consumo de sal em populac¸a˜o urbana. Rev. Saude Publica. 37,
743–750.
National Institute for Health and Care Excellence. (2011). Dalam Bostock-Cox,
Beverley. (2013). Nurse prescribing for the management of hypertension.
British Journal of Cardiac Nursing.
Pan American Health Organization. First meeting of expert group on CVD
prevention through dietary salt reduction. Washington, D.C.: PAHO; 2009.
Available from: http://new.paho.org/hq/index.php? option=com_
contentdantask =viewdanid =2024danItemid=1963 Accessed 19 Maret
2014.
Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses,
dan Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC.
Ramayulis, Rata. (2010). Menu dan Resep Untuk Penderita Hipertensi. Jakarta :
PT Penebar Plus.
Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nusa Medika.
Roberts, W.C. (2001) High salt intake, its origins, its economic impact, and its
effect on blood pressure. Am. J. Cardiol. 88, 1338–1346.
Sacks, F.M., Svetkey, L.P., Vollmer, W.M., Appel, L.J., Bray, G.A., Harsha, D.,
Obarzanek, E., Conlin, P.R., Miller, E.R., Simons-Morton, D.G., Karanja,
N. & Lin, P.H. (2001) Effects on blood pressure of reduced dietary sodium
and the Dietary Approaches to Stop ypertension (DASH) diet. N. Engl. J.
Med. 344, 3–10.
Sarno F. dkk. (2009). Dalam Claro, Rafael Moreira. dkk. (2012). Consumer
attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel
countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Setiawan, Ebta. (2012-2014). Rasa. Diakses dari http://kbbi. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) web.id/rasa. Diakses tanggal 07 Maret 2014.
Sherwood, Lauralee. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem, Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Sitepoe, Mengku. (2008). Coret-coret Anak Desa Berprofesi Ganda. Jakarta :
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Smith-Spangler CM, dkk. (2010). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk.(2012).
Consumer attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption
in sentinel countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica.
32(4):265–73.
Soenardi, Tuti dan Soetardjo, Susirah. (2005). Hidup Sehart Untuk Penderita
Hipertensi, Edisi 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sutomo, Budi. (2009). Menu Sehat Penakluk Hipertensi. Jakarta : Gramedia.
Tsugane S. (2005). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. (2012). Consumer
attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel
countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73.
US Department of Health and Human Services dan US Department of
Agriculture. (2005). Dalam Corne´ lio dkk. (2012). Public Health Nutrition
And Epidemiology Behavioural Determinants Of Salt Consumption
Among Hypertensive Individuals: A Literature review. Journal of Human
Nutrition and Dietetics.
Vitahealth. (2009). Inforamasi Lengkap Untuk Penderita Hipertensi Dan
Keluargannya. Jakarta : Gramedia Utama.
Wasis. (2006). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Who/Paho Regional Expert Group For Cardiovascular Disease Prevention
Through Population‐Wide Dietary Salt Reduction. (2010). A Review Of
Methods To Determine The Main Sources Of Salt In The Diet.
Woo J. dkk. (2009). Dalam Claro, Rafael Moreira.dkk. (2012). Consumer
attitudes, knowledge, and behavior related to salt consumption in sentinel
countries of the Americas. Rev Panam Salud Publica. 32(4):265–73.
World Health Organization (WHO). (2006). Reducing salt intake in populations:
report of a WHO forum and technical meeting, 5–7 October 2006, Paris,
France. Geneva.
World Health Organization. (2006) Dalam Corne´ lio dkk. (2012). Public Health
Nutrition And Epidemiology Behavioural Determinants Of Salt
Consumption Among Hypertensive Individuals: A Literature
review.:Journal of Human Nutrition and Dietetics.
World Health Organization. (2013). Faktors blood pressure. Diakses dari
http://www.who.int/gho/ncd/risk_ factors/blood _pressure_
mean_text/en/index.html. Mean Systolic Blood Pressure (SBP) . 2013.
Diakses tanggal 10 Nopember 2013.
Recommended