View
82
Download
8
Category
Preview:
Citation preview
A. Hubungan Manusia dan AgamaPengertian Agama
Kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan “din” dalam bahasa
Arab dan Semit, atau dalam bahasa Inggris “religion”. Dari arti bahasa (etimologi)
agama berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi
turun temurun. Sedangkan kata “din” menyandang arti antara lain menguasai,
memudahkan, patuh, utang, balasan atau kebiasaan.
Secara istilah (terminologi) agama, seperti ditulisoleh Anshari bahwa
walaupun agama, din, religion, masing-masing mempunyai arti etimologi sendiri-
sendiri, mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, namun dalam pengertian
teknis terminologis ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu:
a) Agama, din, religion adalah satu sistem credo (tata keimanan atau tata
keyakinan) atas adanya Yang Maha Mutlak diluar diri manusia;
b) Agama juga adalah sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang
dianggapnya Maha Mutlak tersebut.
c) Di samping merupakan satu sistema credo dan satu sistema ritus, agama juga
adalah satu sistem norma (tata kaidah atau tata aturan) yang mengatur
hubungan manusia sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam
lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan
termaktub diatas.
MANUSIA
Dewasa ini banyak sekali bermunculan definisi akan hakekat manusia.Para ahli pun
memilki sudut pandang tersendiri dalam menafsirkan makna dari manusia itu
sendiri.Dalam bahasa Sansekerta manusia berasal dari 2 suku kata yakni manu dan
homo.Manu, Laten:mens = berpikir, berakal budi sedangkan homo berarti seorang
yang dilahirkan dari tanah.Homo berasal dari kata humus yang berartikan
tanah.Sedangkan manusia dalam Al Qur’an sendiri disebut dalam beberapa
istilah.Beberapa istilah tersebut adalah :
1. Al-insu,dimana telah disebutkan sebanyak 18 kali dalam Al Qur’an.
(Muhammad Fuad Abdul Baqi,1987:93), misalnya dalam ayat yang berartikan
demikian :
1
“Wahai jamaa’ah jin adan manusia, jika kamu sanggup
menembus(melintasi)penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak
dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”(Q.S Al-Rahman,55:33)
2. Al-insaan, dimana telah disebutkan sebanyak 61 kali dalam Al
Qur’an(Muhammad Fuad Abdul Baqi,1987:94)Kata Al-insaan menurut bahasa
berasal dari kata anisa-ya’nasu-anasan yang artinya suka, senang, jinak, ramah
dan mesra.Namun selain diartikan seperti di atas. Kata Al-insaan juga
disebutkan berasal dari kata nasiya-yansa-nasyan wa nisyanan, yang memiliki
arti makhluk sering lupa.Seperti yang diriwayatkan pleh Ibnu Abbas r.a, beliau
menuturkan bahwa :
“Sesungguhnya manusia dinamai Al-insan, karena sesungguhnya ia berjanji
kepada-Nya kemudian lupa.(al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Shahghir,
III/64: 924,Ibn Mandzur, VI, 1992: 11).
3. Al-basyar, dimana telah disebutkan sebanyak 36 kali dalam Al Qur’an.
(Muhammad Fuad Abdul Baqi,1987:120-121).Kata Al-basyar sendiri berasl
dari kata Al-basyarah yang artinya kulit bagian luar manusia yang begitu
sensitif.Misalnya dalam lafadz yang berartikan demikian :
"Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan dia, kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau
dengan mengutus seorang utusan(malaikat), lalu diwahyukan kepadanya
dengan seizin-Nya apa yang Dia dikehendaki.Sesungguhnya Dia Maha Tinggi
lagi Maha Bijaksana.(Q.S Al-syura’,42:51)
4. Al-naas, dimana telah disebutkan sebanyak 237 kali(Muhammad Fuad Abdul
Baqi,1987:726-729).Lafadz al-naas menunjukkan jama’ dan tidak ada
mufradnya, karena lafadz insaanun jama’nya adalah unaasu.Contoh
pengaplikasian istilah ini dalam Al Qur’an adalah :
“Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang yang sebelummu,agar kamu bertakwa.(Q.S Al-baqarah, 2:21)
5. Al-abd, dimana telah disebutkan sebanyak 133 kali dalam Al Qur’an dengan
bentuk mufrad, mutsanna, dan jama’(Muhammad Fuad Abdul Baqi,
1987:443-446),misalnya :
Berkata Isa : “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-
Kitab(Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.(Q.S Maryam, 19:30)
2
6. Bani Adam, dimana telah disebutkan sebanyak 7 kali dalam Al Qur’an dengan
menggunakan jama’(Banii Adam) dan 1 kali dengan menggunakan
mutsanna(Ibnai Adam).(Muhammad Fuad Abdul Baqi, 1987:24-25).Misalnya
dalam ayat yang berartikan demikian :
“Wahai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.Dan
pakaian takwa itulah yang paling baik, yang demikian itu adalah sebagian
dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.(Q.S
Al-A’raf, 7: 26)
Disebutkan dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah bahwa manusia adalah makhluk yang
paling mulia dan memilki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran
dalam menjalani kehidupan di dunian dan akhirat.Setelah pembahasan akan beberapa
definisi akan manusia, selanjutnya adalah pembahasan mengenai agama ditinjau dari
segi pengertiannya.Sama halnya dengan manusia, agama menurut pengertiannya juga
memilki beberapa teori, diantaranya adalah :
1. Berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a(tidak) dan gama(kacau).Disini
agama diartikan tidak kacau(Tahir Abdul Mu’in, 1972: 8).Dimaknai demikian
sebab agama mengatur kehidupan umat manusia dan menetapkan hukum-
hukum yang ditaati dalam kehidupan mereka.Karena itu agama dapat
mengantarkan manusia pada ketenteraman hidup serta terlepas dari kekacauan
dan petaka.
2. Berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata gam,mendapat awalan dan akhiran a,
sehingga menjadi agama.Terkadang kata gam mendapat awalan I menjadi
igama, ataupun mendapat awalan u sehingga menjadi ugama.Kata gam sendiri
memilki pengertian dasar yang sama dengan kata go dalam bahasa Inggris
atau ga-gam dalam bahasa Belanda yaitu pergi.Lalu awalan dan akhiran a,
diartikan sebagai jlan.(Daud Ali, 1998: 35)Agama diartikan sebagai jalan,
karena ia adalah jalan yang harus ditempuh umat manusia untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3. Dalam dunia pesantren, dikenal agama berasal dari bahasa Arab(aqama)
diambil dari kata aqama al-din, yaitu melaksanakan dan menunaikann ajaran
agama.
3
Sejak dahulu pembahasan akan hubungan keduanya yakni manusia dengan agama
merupakan hal yang sangat menarik bagi para cendekiawan.Agama adalah sebuah
wadah tempat manusia menjadikan kehidupannya penuh arti.Agamalah yang
mendorong manusia membangun kepribadiannya.Bukankah dalam ajaran agama
Islam, selain diperintahkan untuk menerima kenyataan yang ada, kita juga
diperintahkan untuk melakukan perombakan demi perbaikan kedaan
kita?”SesungguhnyaAllah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka
mengubah keadaan mereka sendiri”(Q.S. Al-Ra’d:11)
Bisa disimpulkan bahwa agama memilki 3 bagian yang tidak dapat terpisah, yaitu
akidah (kepercayaan hati),syari’at(perintah-perintah dan larangan Tuhan) dan
akhlak(konsep untuk meningkatkan sisi rohani manusia untuk dekat kepada-
Nya).Agama memberikan petunjuk kepada manusia siapa Pencipta dan apa yang
wajib dilakukan kepada Penciptanya itu.Agama juga mengajarkan bahwa manusia
memilki fungsi ganda, yaitu: 1) Sebagai hamba Allah;menjalin hubungan vertikal
kepada Pencipta dengan tugas melakukan pengabdian atau beribadah semata kepada
Allah(hablun minallah), 2) Sebagai khalifah menjalin hubungn horizontal terhadap
sesama dan lingkungannya dengan berbuat kebajikan dan melakukan berbagai
aktivitas dalam rangka memakmurkan dunia ini(hablun minannas).
Agama memilki peranan penting dalam kehidupan manusia dikarenakan beberapa hal
di bawah ini:
1. Agama sebagai sumber moral
Dapat disimpulkan, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan
oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, padahal moral bersumber dari
agama.Agama menjadi sumber moral, karena agama mengajarkan iman
kepada Tuhan dan kehidupan akhirat, serta karena adanya perintah dan
larangan dalam agama.
2. Agama sebagai Petunjuk Kebenaran
Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran ? Sebagai jawaban atas
pertanyaan ini Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul di berbagai masa dan
tempat, sejak Nabi pertama yaitu Nabi Adam a.s sampai dengan Nabi terakhir yaitu
Nabi Muhammad SAW.Para nabi dan rasul ini diberi wahyu atau agama untuk
4
disampaikan kepada manusia.Wahyu atau agama inilah agama Islam, dan ini pula
sesungguhnya kebenaran yang dicari-cari oleh manusia sejak dahulu kala, yaitu
kebenaran yang mutlak dan universal.Dapat disimpulkan bahwa agama sangat
penting dalam kehidupan karena kebenaran yang gagal dicari-cari oleh manusia sejak
dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata apa yang dicarinya itu terdapat dalam
agama.Agama adalah petunjuk kebenaran karena sejatinya agama itu sendiri adalah
kebenaran yaitu kebenaran yang mutlak dan universal.
3. Agama sebagai Sumber Informasi Metafisika
Sesungguhnya persoalan metafisika sudah masuk wilayah agama atau iman dan
hanya Allah-lah yang mengetahuinya.Dan Allah Yang Maha Mengetahui perkara
yang gaib ini dalam batas-batas yang dianggap perlu telah menerangkan perkara yang
gaib tersebut melalui wahyu atau agama-Nya.Dengan demikian agama adalah sumber
informasi tentang metafisika, dan karena itu pula hanya dengan agama dapat
mengetahui tentang metafisika.Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang
berkaitan dengan alam barzah, alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan dan sifat-sifat-
Nya, dan hal-hal gaib lainnya.Dapat disimpulkan bahwa agama sangat penting bagi
manusia karena manusia dengan akal, dengan ilmu atau filsafatnya tidak sanggup
menyingkap rahasia metafisika.Hal itu hanya dapat diketahui dengan agama, sebab
agama adalah sumber informasi tentang metafisika.
4. Agama sebagai Pembimbing Rohani bagi Manusia
Dengan sabdanya ini Nabi mengajarkan, hendaknya orang beriman bersyukur kepada
kepada Allah pada waktu memperoleh sesuatu yang menggembirakan dan tabah atau
sabar pada waktu ditimpa ksesuatu yang menyedihkan.Bersyukur di kala suka dan
sabar di kala duka, inilah sikap mental yang hendaknya selalu dimilki oleh orang
beriman.Dengan begitu kehidupan orang beriman akan stabil, tidak ada goncangan-
goncangan , bahkan tenteram dan bahagia , inilah hal menakjubkan dari orang
beriman seperti yang dikatakan oleh nabi.Keadaan hidup seluruhnya serba
baik.Bagaimana tidak serba baik, kalau di kala suka orang beriman itu bersyukur,
padahal “Jika engkau bersyukur akan Aku tambahi”,kata Allah sendiri
berjanji(Ibrahim ayat 7).Sebaliknya, orang beriman tabah atau sabar di kala duka,
padahal dengan tabah di kala duka ia memperoleh berbagai keutamaan , seperti
pengampunan dari dosa-dosanya”H.R Bukhari dan Muslim) atau bahkan mendapat
surga (H.R Bukhari) dan sebagainya.Bahkan ada pula keuntungan lain sebagai akibat
dari kepatuhan menjalankan agama, seperti yang telah dikatakan oleh seorang
psikiater, Dr. A.A Brill, “Setiap orang yang betul-betul menjalankan agama, tidak
bisa terkena penyakit syaraf.Yaitu penyakit karena gelisah risau yang terus menerus.
5
B. Manusia Menurut Tinjauan
Islam
Manusia tercipta dari tanah yang ditiupkan ruh kepadanya. Terlahir sebagai makhluk
yang paling sempurna, manusia memiliki tugas selama hidupnya di dunia, yaitu untuk
menyembah dan berdo’a kepada Allah SWT, sang Pencipta dan Rahmatan Semesta
Alam. Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan suatu pedoman yang
dapat mengantarkannya ke depan gerbang kehidupan dunia dan akhirat yang lebih
baik. Tuntunan tersebut membatasi segala perilaku manusia dan membantunya untuk
memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Pedoman itu adalah agama. Sebagai
manusia yang beriman, kita tidak dapat melepaskan diri dari agama. Hal ini
dikarenakan hanya agamalah yang dapat menyelamatkan kehidupan kita dari kerasnya
dunia dan perihnya hari akhir.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasar. Para
penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku
interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di
dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan
subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak
nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran ini
segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap
lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens
(manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk
yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir.
Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu
6
tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir ,
memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan
manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan
makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan
dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa
basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu).
Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah
liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-
mu’minuum : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq :
5), yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual
manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-
ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju
ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi
manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk
pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk sosial yang
tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani
saja.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan
pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan
7
pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan
filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus
makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa
manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada
orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi
segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.
Dalam proses penciptaan manusia, telah dijelaskan dalam Al-Quran:
“…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam
selaput yang menutup anak dalam rahim)…”
Berikut adalah tahapan penciptaan manusia menurut Al-Quran:
Tahapan Pertama
NUTFAH : iaitu peringkat pertama bermula selepas persenyawaan atau
minggu pertama. Ianya bermula setelah berlakunya percampuran air mani
Maksud firman Allah dala surah al-Insan : 2
" Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia daripada setitis air mani yang
bercampur yang Kami (hendak mengujinya dengan perintah dan larangan), kerana itu
Kami jadikan dia mendengar dan melihat "
Menurut Ibn Jurair al-Tabari, asal perkataan nutfah ialah nutf ertinya air yang
sedikit yang terdapat di dalam sesuatu bekas samada telaga, tabung dan sebagainya.
Sementara perkataan amsyaj berasal daripada perkataan masyj yang bererti
percampuran.
Berasaskan kepada makna perkataan tersebut maksud ayat di atas ialah
sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan manusia daripada air mani lelaki dan air
mani perempuan.
Daripada nutfah inilah Allah menciptakan anggota-anggota yang berlainan ,
tingkahlaku yang berbeza serta menjadikan lelaki dan perempuan. Daripada nutfah
lelaki akan terbentunya saraf, tulang dan fakulti , manakala dari nutfah perempuan
akan terbentuknya darah dan daging.
8
A- Sperma B-Sperma menembusi ovum
Tahapan Kedua
ALAQAH : Peringkat pembentukan alaqah ialah pada hujung minggu
pertama / hari ketujuh . Pada hari yang ketujuh telor yang sudah disenyawakan itu
akan tertanam di dinding rahim (qarar makin). Selepas itu Kami mengubah nutfah
menjadi alaqah.
Firman Allah yang bermaksud :
" Kemudian Kami mengubah nutfah menjadi alaqah" (al-Mukminun : 14)
Kebanyakan ahli tafsir menafsirkan alaqah dengan makna segumpal darah. Ini
mungkin dibuat berasaskan pandangan mata kasar. Alaqah sebenarnya suatu benda
yang amat seni yang diliputi oleh darah. Selain itu alaqah mempunyai beberapa
maksud :
sesuatu yang bergantung atau melekat
pacat atau lintah
suatu buku atau ketulan darah
Peringkat alaqah adalah peringkat pada minggu pertama hingga minggu ketiga
did alam rahim.
Tahapan Ketiga
MUDGHAH : Pembentukan mudghah dikatakan berlaku pada minggu
keempat. Perkataan mudghah disebut sebanyak dua kali di dalam al-Quran iaitu surah
al-Hajj ayat 5 dan surah al-Mukminun ayat 14
Firman Allah yang bermaksud
"lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging" (al-Mukminun :
14)
9
Diperingkat ini sudah berlaku pembentukan otak, saraf tunjang, telinga dan
anggota-anggota yang lain. Selain itu sistem pernafasan bayi sudah terbentuk.Vilus
yang tertanam di dalam otot-otot ibu kini mempunyai saluran darahnya sendiri.
Jantung bayi pula mula berdengup. Untuk perkembangan seterusnya, darah mula
mengalir dengan lebih banyak lagi kesitu bagi membekalkan oksigen dan pemakanan
yang secukupnya. Menjelang tujuh minggu sistem pernafasan bayi mula berfungsi
sendiri.
Tahapan Keempat
IZAM DAN LAHM : Pada peringkat ini iaitu minggu kelima, keenam dan
ketujuh ialah peringkat pembentukan tulang yang mendahului pembentukan oto-otot.
Apabila tulang belulang telah dibentuk, otot-otot akan membungkus rangka tersebut.
Firman Allah yang bermaksud :
"Lalu Kami mengubahkan pula mudghah itu menjadi izam da kemudiannya Kami
membalutkan Izam dengan daging" (al-Mukminun : 14)
Kemudian pada minggu ketujuh terbentuk pula satu sistem yang kompleks.
Pada tahap ini perut dan usus , seluruh saraf, otak dan tulang belakang mula
terbentuk. Serentak dengan itu sistem pernafasan dan saluran pernafasan dari mulut ke
hidung dan juga ke pau-paru mula kelihatan. Begitu juga dengan organ pembiakan,
kalenjar, hati, buah penggang, pundi air kencing dan lain-lain terbentuk dengan lebih
sempurna lagi. Kaki dan tangan juga mula tumbuh. Begitu juga mata, telinga dan
mulut semakin sempurna. Pada minggu kelapan semuanya telah sempurna dan
lengkap.
Janin pada usia 12 minggu
10
Tahapan Kelima
NASY'AH KHALQAN AKHAR : Pada peringkat ini iaitu menjelang
minggu kelapan , beberapa perubahan lagi berlaku. Perubahan pada tahap ini bukan
lagi embrio tetapi sudah masuk ke peringkat janin.Pada bulan ketiga, semua tulang
janin telah terbentuk dengan sempurnanya Kuku-kukunya pun mula tumbuh. Pada
bulan keempat, pembentukan uri menjadi cukup lengkap menyebabkan baki pranatel
bayi dalam kandungan hanya untuk menyempurnakan semua anggota yang sudah
wujud. Walaupun perubahan tetap berlaku tetapi perubahannya hanya pada ukuran
bayi sahaja.
Janin mendapat makanan melalui uri
Tahapan Keenam
NAFKHUR-RUH : Iaitu peringkat peniupan roh. Para ulamak Islam
menyatakan bilakah roh ditiupkan ke dalam jasad yang sedang berkembang? Mereka
hanya sepakat mengatakan peniupan roh ini berlaku selepas empat puluh hari dan
selepas terbentuknya organ-organ tubuh termasuklah organ seks. Nilai kehidupan
mereka telah pun bermula sejak di alam rahim lagi. Ketika di alam rahim
perkembangan mereka bukanlah proses perkembangan fizikal semata-mata tetapi
telahpun mempunyai hubungan dengan Allah s.w.t melalui ikatan kesaksian
sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di dalam al-Quran surah al-A'raf : 172.
Dengan ini entiti roh dan jasad saling bantu membantu untuk meningkatkan martabat
dan kejadian insan disisi Allah s.w.t
Manusia memiliki tujuan tersendiri dalam penciptaannya. Tujuan penciptaan
manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah. Pengertian
11
penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya
membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti
ketundukan manusia dalam hokum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka
bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia
dengan manusia.
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan pertama kali
ditegaskan dalam ajaran Islam. Yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia
sebelumnya. Manusia belum mengenal kenyataaan ini. Baru masa ini, muncul
beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya dalam keagamaan yang
ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangnya perlunya manusia pada
agama.oleh karenanya ketika datang wahyu tuhan yang menyeru manusia agar
beragama, maka seruan tersebut memang pukulan dengan fitrahnya itu, dalam konteks
ini minsalnya membacakan yang berbunyi.
اهيلعسانلارطفىتلاهللاةرطفاينحنيدللكهجومقأف
Artinya : “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dngan fitrah itu”. (QS.Al-Rum :
30).
Adanya potensi fitarah agama yang terdapat pada manusia tersebut dafat pua
dianalisis melalui istilah Ihsan yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjukan
manusia. Mengacu kepada informasi yang diberikan Al-Qur’an, Musa Asy’ari sampai
pada suatu kesimpulan, bahwa manusia Ihsan adalah manusia yang menerima
pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya.
Melalui uraian tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa latar belakang
perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat
potensi untuk beragama. Potensi beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan,
dan seterusnya dengan mengenal agama kepadanya.
Hal ini tentunya sesuia dengan teori Rasionalitas yang di paparkan oleh Henry
Nelson Wieman “Bahwa setiap penghayatan manusia terhadap dunia luar akan
melahirkan dua pengalaman yang saling bertentangan, yaitu pengalaman Rasionalis
dan religious, sehingga segala pengalaman manusia dalam kehidupannya akan
melahirkan dua tuntutan pemahaman. ”
Faktor lain yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah karena
disamping manusia memiliki berbagi kesempurnaan juga memiliki kekurangan. Hal
ini antara lain digunakan oleh kata Al-Nafs menurut Quraish Shihab. Bahwa dalam
12
pandangan Al-Qur’an Nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi
menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena
itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al-Qur’an dianjurkan untuk diberi perhatia
lebih besar. Kita minsalnya membacakan ayat yang berbunyi.
اهمهالف سفنو اهوقتواهروجف اهوسامو
Artinya : “Demi nafs serta demi penyempurna ciptaan, Allah mengilhamkan
kepadanya kefasikan dan ketaqwaan”.(QS.Al-Syams : 78)
Dari pemaparan di atas beiringan dengan teori Trasendental C.G Jung. Yaitu
Bersumber pada pengamatan manusia pada dirinya sendiri. Santo Agustinus dengan
Teori mistiknya mengatakan bahwa Mengarahkan perhatinnya pada sesuatu yang
supranatural.
Hadits yang memperkuat argument tersebut adalah :
“Kuntu Kazan Makhfiyyan fa ahbabtu ‘an u’raf fa khalaqa li kayu’raf”
Artinya :
Aku adalah khazanah (Dzat) yang tersmbunyi dan aku ingin diketahui. Oleh karena
itu, aku lalu menciptakan makhluk agar aku bisa di ketahui.
Dalam Firman Allah, Allah Berfirman :
Yang Artinya :
“akan kami perlihatkan kepada mereka dalil-dalil kekuasaan kami disegenap penjuru
alam dan pada dirinya sendiri sehingga jelas bagi mereka bahwa yang kami
wahyukan itu (Al-Quran) adalah benar. Tidak cukupkah bahwa Rabbmu menjadi
saksi atas segala sesuatu?”
Kemudian ada hadits yang mengatakan, “Man arafa nafsahu, a’rofa Rabbahu”
Artinya: barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Rabbnya.
Sehingga munculah berbagai Type hubungan diantaranya adalah:
a. Tipe Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas)
Fase penghayatan gejala alam : - keterikatan atau keterlibatan dengan alam, -
mengahayati seluruh gejala alam sehingga mendatangkan pengalaman.
Fase pertemuan dengan yang Mha Kuasa : - pengahayatan terhadap gejala alam akan
dijadikan akibat dari adanya sebab Yang Maha Kuasa.
Fase mengembangkan Hubungan : - adanya pemikiran untuk lebih jauh memahami
sesuatu yang diangga maha kuasa, sehingga melahirkan bentuk ppengabdian tertentu.
Fase hubungan yang situasional : - Keyakinan ditetukan oleh situasi lingkungan.
b.Tipe Hubungan Atas Bawah
13
Merupakan kristalisasi imajinasi kemanusiaan orang yang beragama dalam
melaksanakan hubunganya denganTuhan adalah keterikatan terhadap kesadaran
bahwa dirinya adalah makhluk yang ada di bawah yang seba tergantung kepada
Khalik yang ada di atas.
Adanya kesadaran bahwa manusia adalah makhluk lemah ,mempunyia keterbatsan
sedangka Tuhan adalah sesuatu yang maha Kuasa.
Hal ini terlihat dalam berbagai ekspresi bentuk peribadatan orang yang beragama.
c. Tipe Hubungan Fungsional
Kehidupan manusia yang berkaitan erat dengan hadirnya berbagai unsur
pengalaman hidup yang berakar pada ketidak pastian, ketidak berdayaan
Adanya hambatan pencapaian kebutuhan-kebuthan dalam diri manusia
Enam hirarki kebutuhan Abrhama Maslow:
- Kebuthan dasar (makanan, air, udara,dll.)
- Kebutuhan Biologis (seksual, kesenangan, kegiatan, dll)
- Kebutuhan rasa nyaman
- Kebutuhan kasih sayang (Cinta, kedekatan dengan orang lain, dll)
- Kebutuhan akan harga diri
- Kebutuhan aktualisasi diri.
Berbagai Tipe di atas tentunya adalah hasil dari berbgai pendekatan yang
dilakukan oleh masing-masing individual atau suatu kelompok, bebagai pendekatan
bisa dilakuka, dari mulai pendekatan Theologis, Sosial, filosofis, budaya, normatif,
dll. Sehingga manusia dapat dengan pasti mengetahui akan Hubungannya dengan
agama selaku aturan dari sang kahliq.
Intinya adalah bahwa manusia sebagaimanapun dia menolak tentang Agama,
namun dalam hatinya pasti terbesit kata Agama. Tidak pernah ada masyarakat yang
tanpa Agama (Henri Bergsons; 1958). Tidak pernah ada kebudayaan dimasa lampau,
sebagaimana tidak aka nada kebudayaan masnusia dimasa datag yang tidak memiliki
agama (Erich Fromm; 1976)
14
Daftar Pustaka :
Abdul Rais. Manusia Dengan Agama http://abdulrais12415.blogspot.com/2013/02/hubungan-manusia-dengan-agama.html (akses pada 14 September 2013)
Ahmad Hafidh Alkaf. Manusia dan Agama.
http://www.al-shia.org/html/id/service/maqalat/Manusia&Agama.htm. (akses pada 14 September 2013)
Kaelany HD, Dr., MA, Islam Agama Universal, Midada Rahma Press, Jakarta, 2010
Muthmainnah M. 2013. Pendidikan Agama Islam dan Hubungan Agama dengan
Manusia.
15
https://docs.google.com/document/d/1GqS0ACM1NYHepKmT9zk0ZpTC6N9Gkg5P
RfBd0hTimeg. (akses pada 14 September 2013)
Suwardi Sagama. 2013. Hubungan Manusia dengan Agama. http://suwardisagama94.blogspot.com/2013/04/hubungan-manusia-dengan-agama.html. (akses pada 14 September 2013)
Zakky Mubarak, Dr., MA, Menjadi Cendekiawan Muslim, PT Magenta Bhakti Guna,
Jakarta, 2007.
16
Recommended