View
0
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
II-1
I. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wireless Sensor Network (WSN)
Wireless Sensor Network (WSN) atau jaringan sensor nirkabel yaitu salah satu
jenis dari jaringan nirkabel terdistribusi, yang memanfaatkan teknologi Embedded
System dan seperangkat node sensor, untuk melakukan proses sensor, monitoring,
pengiriman data, dan penyajian informasi ke pengguna, melalui komunikasi di
internet(Pratama, I Putu Agus Eka; Suakanto, 2015). WSN juga bisa diartikan suatu
kesatuan dari proses pengukuran, komputasi, dan komunikasi yang dapat
memberikan kemampuan administratif terhadap sebuah perangkat, observasi, dan
melakukan penanganan terhadap setiap kejadian atau fenomena yang terjadi pada
lingkungan dengan menggunakan teknologi wireless. Dengan menggunakan
Wireless Sensor Network (WSN) sistem yang dibangun akan jauh lebih efisien
dibandingkan dengan menggunakan kabel(Hariyawan, Gunawan and Putra, 2013).
2.1.1. Topologi Bintang
Topologi bintang seperti pada Gambar 2.1 adalah topologi di dalam jaringan
komputer, dimana terdapat sebuah komputer (ataupun perangkat jaringan komputer
berupa hub atau switch) yang menjadi pusat dari semua komputer yang terhubung
ke dalamnya. Komputer pusat ini bertindak sebagai server. Komputer-komputer
lainnya, yang dalam hal ini bertindak sebagai client, tidak dapat berkomunikasi satu
sama lain. Mereka harus melalui komputer pusat (maupun berupa hub dan switch)
terlebih
II-2
dahulu, untuk dapat bertukar dengan sesama komputer lainnya(Pratama, I Putu
Agus Eka; Suakanto, 2015).
Gambar 2.1 Topologi bintang
2.2 Plug and Play Sensor
Plug and Play sensor merupakan jaringan manajemen sensor yang terhubung
pada device serta mengetahui sensor mana yang terhubung ke jaringan dan kapan
sensor baru ditambahkan ke jaringan(Dunbar, 2001).
Konsep sensor Plug and Play mendefinisikan arsitektur antarmuka kelistrikan
standar ke jaringan, memungkinkan berbagai jenis sensor untuk digunakan pada
jaringan yang sama dan protokol identifikasi diri, memungkinkan jaringan untuk
mengkonfigurasi secara dinamis dan menjelaskan dirinya sendiri(Dunbar, 2001).
2.3 Arduino
Arduino adalah suatu perangkat prototipe elektronik berbasis mikrokontroler
yang fleksibel dan open-source, perangkat keras dan perangkat lunaknya mudah
digunakan(Andrianto, Heri; Darmawan, 2016). Arduino dapat digunakan
mendeteksi lingkungan dengan menerima masukan dari berbagai sensor dan dapat
mengendalikan peralatan disekitarnya(Andrianto, Heri; Darmawan, 2016).
II-3
Arduino merupakan development kit mikrokontroler yang memiliki macam
jenis papan seperti arduino nano, arduino uno, arduino pro mini arduino mega,
arduino yun dan lain-lain. Arduino juga dapat diprogram melalui software arduino
IDE.
2.3.1 Arduino Nano
Arduino Nano di Wireless Sensor Network (WSN) bertindak sebagai media
sensor. Arduino terdiri dari pin antarmuka analog dari A0-A7. Sensor yang
memiliki keluaran analog biasanya dihubungkan dengan pin analog Arduino Nano.
Output dari node sensor juga dapat dibandingkan dengan tegangan yang dapat
diberikan ke pin Ref analog. Output yang berasal dari node sensor juga dapat
dipantau pada monitor serial yang disediakan oleh perangkat lunak pemrograman
Arduino. Arduino banyak digunakan platform perangkat keras dan perangkat lunak
sumber terbuka untuk mengembangkan Wireless Sensor Network (WSN)
menghasilkan standar daya yang murah dan rendah dan sistem yang paling fleksibel
mempekerjakan dengan pemantauan nirkabel(Deshmukh, 2016).
Tata Letak Pin Arduino Nano dalam sistem ini kami telah menggunakan
Arduino Nano 3.0 yang merupakan papan 30 pin yang memiliki ATMega328
sebagai mikrokontroler yang ditanamkan ke dalamnya. Arduino Nano memiliki 14
pin I / O digital, 8 pin referensi Analog dan memiliki frekuensi clock 16MHz.
Seperti yang terlihat dari jumlah port I / O, dimungkinkan untuk menghubungkan
jumlah node sensor ke papan ini. Arduino Nano dapat ditenagai oleh Mini-B USB
dan memiliki tegangan operasi 5V. Data yang dikumpulkan oleh sensor node
sedang diteruskan ke stasiun pangkalan melalui komunikasi serial Rx dan Tx.
Pengiriman dan penerimaan dilakukan oleh Pin no 0 dan 1(Deshmukh, 2016).
II-4
Arduino Nano seperti pada Gambar 2.2 adalah salah satu board mikrokontroler
yang berukuran kecil. Arduino Nano diciptakan dengan basis mikrokontroler
ATmega328 (untuk Arduino Nano versi 3.x) atau Atmega16(untuk Arduino versi
2.x). Arduino Nano dapat dihubungkan ke komputer menggunakan port USB Mini-
B. Arduino Nano dirancang dan diproduksi oleh perusahaan Gravitech.
Gambar 2.2 Arduino Nano V3
2.3.2 Konfigurasi Pin
Arduino Nano memiliki 30 Pin. Konfigurasi pin seperti yang diperlihatkan
pada Tabel 2.1.
1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya digital.
2. GND merupakan pin ground untuk catu daya digital.
3. AREF merupakan Referensi tegangan untuk input analog. Digunakan
dengan fungsi analogReference().
4. RESET merupakan Jalur LOW ini digunakan untuk me-reset
(menghidupkan ulang) mikrokontroler. Biasanya digunakan untuk
menambahkan tombol reset pada shield yang menghalangi papan utama
Arduino
5. Serial RX (0) merupakan pin yang berfungsi sebagai penerima TTL data
serial.
II-5
6. Serial TX (1) merupakan pin yang berfungsi sebagai pengirim TTL data
serial.
7. External Interrupt (Interupsi Eksternal) merupakan pin yang dapat
dikonfigurasi untuk memicu sebuah interupsi pada nilai yang rendah,
meningkat atau menurun, atau perubahan nilai.
8. Output PWM 8-Bit merupakan pin yang berfungsi untuk analogWrite( ).
9. SPI merupakan pin yang berfungsi sebagai pendukung komunikasi.
10. LED merupakan pin yang berfungsi sebagai pin yag di set bernilai HIGH,
maka LED akan menyala, ketika pin diset bernilai LOW maka LED padam.
LED tersedia secara built-in pada papan Arduino Nano.
11. Input Analog (A0-A7) merupakan pin yang berfungsi sebagai pin yang dapat
diukur/diatur dari mulai Ground sampai dengan 5 Volt, juga memungkinkan
untuk mengubah titik jangkauan tertinggi atau terendah mereka
menggunakan fungsi analogReference().
Tabel 2.1Konfigurasi Pin Pada Arduino Nano
Nomor Pin Arduino Nano Nama Pin Arduino Nano
1 Digital Pin 1 (TX)
2 Digital Pin 0 (RX)
3 & 28 Reset
4 & 29 GND
5 Digital Pin 2
6 Digital Pin 3 (PWM)
7 Digital Pin 4
8 Digital Pin 5 (PWM)
9 Digital Pin 6 (PWM)
10 Digital Pin 7
11 Digital Pin 8
II-6
12 Digital Pin 9 (PWM)
13 Digital Pin 10 (PWM-SS)
14 Digitl Pin 11 (PWM-MOSI)
15 Digital Pin 12 (MISO)
16 Digital Pin 13 (SCK)
18 AREF
19 Analog Input 0
20 Analog Input 1
21 Analog Input 2
22 Analog Input 3
23 Analog Input 4
24 Analog Input 5
25 Analog Input 6
26 Analog Input 7
27 VCC
30 Vin
2.4 ESP32
ESP32-WROOM-32 seperti pada Gambar 2.3 adalah modul Wi-Fi + BT + BLE
MCU generik yang kuat yang menargetkan berbagai aplikasi, mulai dari jaringan
sensor berdaya rendah hingga tugas yang paling berat, seperti pengkodean suara,
streaming music dan decoding MP3 (Espressif Systems, 2019b).
Inti dari modul ini adalah chip ESP32-D0WDQ6. Chip yang ditanamkan
dirancang agar dapat diskalakan dan adaptif. Ada dua inti CPU yang dapat dikontrol
secara individual, dan frekuensi clock CPU dapat disesuaikan dari 80 MHz hingga
240 MHz. Pengguna juga dapat mematikan CPU dan menggunakan co-prosesor
berdaya rendah untuk terus memantau periferal untuk perubahan atau melintasi
ambang batas. ESP32 mengintegrasikan seperangkat periferal yang kaya, mulai dari
II-7
sensor sentuh kapasitif, sensor Hall, antarmuka kartu SD, Ethernet, SPI kecepatan
tinggi, UART, IΒ²S dan IΒ²C (Espressif Systems, 2019b).
Gambar 2.3 ESP32
(Sumber : Circuitsivyou.com)
2.5 Logic Level Converter
Logic Level Converter seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.4 untuk
Arduino berfungsi sebagai regulator tegangan 5v ke 3,3v maupun sebaliknya,
dengan menggunakan asas transistor-transistor logic (TTL). Logic Level Converter
(LLC) digunakan sebagai pengaman tegangan pin RX pada modul ESP32 , karena
pin RX pada modul ESP32 memiliki tegangan kerja sebesar 3,3v(Hidayat, 2018).
II-8
Gambar 2.4 Logic Level Converter
2.6 Error dan Validitas
Error pembacaan sensor didapat dari nilai asli di kurangi nilai ukur dibagi
dengan nilai asli dan dikalikan 100%. Nilai asli adalah nilai yang berasal dari hasil
ukur alat ukur dan nilai ukur adalah nilai yang berasal dari hasil ukur alat pada
sistem yang diteliti. %error dihitung menggunakan persamaan 2.1, sebagai (Bruno,
2019).
%πππππ =|πππππ ππ ππβπππππ π’ππ’π|
πππππ ππ πππ₯ 100% (2.1)
Validitas adalah ketepatan atau kelayakan instrumen yang digunakan untuk
mengukur sesuatu yang diukur (Arifin, 2017). Dari penjelasan tersebut validitas
ialah tingkat kemampuan alat ukur untuk mengukur sesuatu dan mampu
menjalankan fungsi pengukurannya. Untuk menghitung validitas mengikuti
persamaan 2.2, hal ini menggunakan korelasi pearson product moment.
Signifikansi koefisien korelasi antara dua instrument termasuk signifikan apabila t
hitung > dari t tabel(Yusup, 2018).
ππ₯π¦ =π(βπ₯ππ¦π)β(β π₯π)(β π¦π)
β(π(βπ₯π2)(π₯π)2(π(βπ¦π2)β(π¦π)2) (2.2)
rxy = koefisien korelasi Product Moment
II-9
n = jumlah responden
xi = skor setiap item pada percobaan pertama
yi = skor setiap item pada percobaan selanjutnya
2.7 Sensor
Sensor merupakan sebuah perangkat keras komputer (Hardware) maupun
perangkat (device) yang bertugas untuk melakukan respon terhadap hasil
pemindaian yang mereka lakukan kepada lingkungan sekitar, dalam bentuk
stimulus panas, cahaya, tekanan, suara, gerakan, dan lain-lain. Sensor menjalankan
fungsi inputan terhadap semua stimulus di lingkungan(Pratama, I Putu Agus Eka;
Suakanto, 2015).
2.7.1 Sensor Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut (DO) sangat penting untuk kesehatan tubuh dan kehidupan
akuatik. Banyak organisme laut membutuhkan konsentrasi DO setidaknya 5 ppm
untuk bertahan hidup. Sensor DO optik mengukur oksigen dengan kemampuannya
untuk memadamkan emisi fluoresensi dari fluorofor sensitif oksigen. Kompleks
Ruthenium (Ru) yang di imobilisasi dalam matriks polimer organik telah digunakan
sebagai bahan yang peka terhadap oksigen untuk penginderaan DO. Pewarna
Ruthenium berfluoresensi secara tabrakan oleh oksigen yang ada di sekitar yang
mengurangi intensitas fluoresensi steady state dan masa pakai fluoresensi(Mahoney
et al., 2019).
Sensor oksigen terlarut yaitu alat yang berfungsi untuk mengukur kadar
oksigen pada suatu cairan. Bentuk sensor DO seperti yang ditunjukkan oleh
Gambar 2.5.
II-10
Gambar 2.5 Sensor Dissolved Oxygen
2.7.2 Sensor pH
Sensor pH seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.6 yaitu berfungsi mengukur
pH larutan dengan memperkirakan perbedaan potensial listrik antara dua elektroda.
Sensor pH kombinasi adalah jenis sensor pH elektrokimia yang mencakup
elektroda pengukur dan elektroda referensi. Elektroda pengukur merasakan
perubahan nilai pH sementara referensi memberikan sinyal yang stabil untuk
korelasi. Perangkat impedansi tinggi digunakan untuk menunjukkan sinyal
millivolt dalam satuan pH. Meteran kemudian berubah dari potensi ini menjadi
pembacaan pH. Mereka menawarkan pembacaan bahkan hingga 0,01 unit pH. Alat
pengukur pH genggam yang mudah digunakan adalah wajar untuk pekerjaan
lapangan dan pemeriksaan pH cepat di laboratorium. Namun pH meter
membutuhkan kalibrasi dan pemeliharaan lebih dari perangkat keras pengujian pH
lainnya. Sangat penting bahwa elektroda meteran tetap bersih dan dipelihara atau
diganti sesuai dengan pedoman pabrikan. Dalam sistem yang diusulkan, pH air
limbah akan diukur dengan menggunakan strip pH (untuk metode semi-otomatis)
atau pH meter / sensor pH (untuk metode yang sepenuhnya otomatis)(Kingsta,
2019).
II-11
Gambar 2.6 Sensor pH
2.7.3 Sensor TDS
Menurut Indriawati, K., (2008), sensor salinitas seperti yang ditunjukkan oleh
Gambar 2.7 dibuat dengan mengasumsikan bahwa kandungan garam terlarut pada
miniplant tambak adalah NaCl. Prinsip yang digunakan untuk mendeteksi
kandungan garam NaCl tersebut adalah prinsip kapasitor keping sejajar.
Kapasitansi elektrik di antara dua konduktor yang terpisah oleh jarak tertentu (d)
merupakan sifat penting dalam instrumen ini. Besarnya kapasitansi yang dimiliki
oleh dua konduktor dapat dinyatakan dalam hubungan :
πΆ =β°πΎπ΄
d (2.3)
dengan:
C : Kapasitansi
β° : Permeabilitas listrik
K : Konstanta dielektrik
A : Luasan
D : Jarak kedua konduktor
II-12
Variabel yang digunakan untuk mendeteksi kandungan NaCl pada persamaan
di atas adalah permeabilitas listrik bahan dielektrik. Dalam hal ini, larutan NaCl
dianggap sebagai bahan dielektrik yang disisipkan di antara dua keping pelat
sejajar. Semakin banyak kandungan NaCl di antara dua plat tersebut, maka semakin
besar pula permeabilitas listrik yang diberikan sehingga akan semakin besar pula
kapasitansi listrik yang dihasilkan(Indriawati, 2008). Sensor TDS seperti pada
Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Sensor TDS (Salinitas)
2.7.4 Sensor Turbidity
Sensor kekeruhan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.8 bekerja dengan
fisis sinar infrared dipancarkan oleh LED kemudian sinar infrared tersebut akan
melalui air dan ditangkap oleh fototransistor. Intensitas yang diterima oleh
fototransistor berbanding lurus dengan tingkat kekeruhan dari air(Myre and Shaw,
2006). Prinsip tersebut menggunakan hukum Lambert-Beer yang menyatakan
jumlah radiasi cahaya yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan
merupakan fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan. Fungsi tersebut
ditunjukkan oleh persamaan 2.3.
II-13
πΌ = πΌπ π β ππ (2.4)
Dengan Io merupakan cahaya datang, I merupakan intensitas setelah melewati
sampel dan eksponensial merupakan konstanta tingkat kekeruhan(Pramusinto and
Suryono, 2016). Sensor Turbidity ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Sensor Turbidity (Kekeruhan)
2.7.5 Sensor Suhu
Sensor suhu DS18B20 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.9 adalah sensor
suhu yang memiliki keluaran digital. DS18B20 memiliki tingkat akurasi yang
cukup tinggi, yaitu 0,5Β°C pada rentang suhu -10Β°C sampai +85Β°C. Sensor suhu pada
umumnya membutuhkan ADC dan beberapa pin port pada mikrokontroler, namun
DS18B20 ini tidak membutuhkan ADC agar dapat berkomunikasi dengan
mikrokontroler dan hanya membutuhkan 1 wire saja. Data yang dikeluarkan berupa
data digital dengan nilai ketelitian 0,5Β°C(Ramdhani et al., 2017). Sensor Suhu air
ditunjukkan pada Gambar 2.9.
II-14
Gambar 2.9 Sensor DS18B20
2.7.6 Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik tipe HC SR04 merupakan perangkat yang digunakan untuk
mengukur jarak dari suatu objek. Kisaran jarak yang dapat diukur sekitar 2-450 cm.
Perangkat ini menggunakan dua pin digital untuk mengkomunikasikan jarak yang
terbaca. Prinsip kerja sensor ultrasonik ini bekerja dengan mengirimkan pulsa
ultrasonik sekitar 40 KHz, kemudian dapat memantulkan pulsa echo kembali, dan
menghitung waktu yang diambil dalam mikrodetik sebagaimana digambarkan
dalam Gambar 2.10. Kita dapat memicu pulsa secepat 20 kali per detik dan itu bisa
tentukan objek hingga 3 meter(Puspasari et al., 2019)
Gambar 2.10 Ultrasonik
II-15
2.8 OLED
OLED adalah perangkat solid state atau perangkat elektronik yang biasanya
terdiri dari film tipis organik yang diapit di antara dua elektroda konduktif film tipis.
Ketika arus listrik diterapkan, cahaya terang dipancarkan. OLED menggunakan
berbasis karbon molekul perancang yang memancarkan cahaya ketika arus listrik
lewat melaluinya. Ini disebut electro phosphorescence. Bahkan dengan sistem
berlapis, sistem ini tipis. Biasanya kurang dari 500 nm atau sekitar 200 kali lebih
kecil dari rambut manusia. Saat terbiasa menghasilkan display. Teknologi OLED
menghasilkan bercahaya sendiri tampilan yang tidak memerlukan cahaya latar dan
karenanya lebih banyak energi efisien. Properti ini menghasilkan tampilan yang
tipis dan sangat kompak. Layar memerlukan daya yang sangat kecil, yaitu hanya 2-
10 volt. Teknologi OLED menggunakan zat yang memancarkan merah, hijau, biru
atau cahaya putih. Tanpa sumber penerangan lain, OLED materi menyajikan video
dan gambar yang terang dan jelas yang mudah lihat di hampir semua sudut.
Meningkatkan bahan organik membantu mengontrol kecerahan dan warna
cahaya(Patel and Prajapati, 2014).
Gambar 2.11 LCD OLED
II-16
OLED seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.11 yang akan digunakan pada
penelitian kali ini adalah OLED 128x64 tipe SSD1306, layar ini berbasis
monokrom yang memiliki resolusi 128 piksel untuk lebar dan 64 piksel untuk tinggi
dengan ukuran 0,96 inch.
2.9 JSON
JSON atau Java Script Object Nation, merupakan sebuah format sederhana
berbentuk teks dalam pertukaran data. Format JSON biasanya digunakan untuk
mentransmisikan data terstruktur melalui koneksi jaringan. Secara umum JSON
digunakan untuk mentransmisikan antara server dengan aplikasi web. Dalam JSON
juga dikenal dengan JSON parsing yaitu sebuah metode yang mengubah data dari
database hingga ke JSON.
JSON terdiri dari dua struktur, yaitu:
a. Kumpulan pasangan nama/nilai. Pada beberapa bahasa, hal ini
dinyatakan sebagai objek (object), rekaman (record), struktur (struct),
kamus (dictionary), Tabel hash (hash table), daftar terkunci (keyed
list), atau associative array.
b. Daftar nilai terurutkan. Pada kebanyakan bahasa hal ini dinyatakan
sebagai larik (array), vektor (vector), daftar (list), atau urutan
(sequence) (Kusrini et al., 2016).
2.10 State of the art
Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya
No Judul jurnal Nama Peneliti Tempat dan
tahun penelitian
Pembahasan Jurnal
II-17
1 Online Monitoring
Kualitas Air pada
Budidaya Udang
Berbasis WSN dan
IoT(Maulana, Wiranto
and Kurniawan, 2017).
Yudi
Yuliyus
Maulana,
Goib Wiranto,
Dayat
Kurniawan
Pusat
Penelitian
Elektronika dan
Telekomunikasi
βLIPI Bandung,
2016
Penelitian ini
membahas sebuah
sistem monitoring
kualitas air pada
budidaya udang
berbasis WSN dan
IoT.
Mikrokontroler
Arduino Uno
digunakan untuk
node sensor yang
terdapat sensor
DO, pH, Salinitas,
dan temperatur.
Raspberry Pi
digunakan pada
master.
2 Sistem Monitoring
Kualitas Air Pada
Budidaya Udang
Vanname Berbasis
Wireless Sensor
Network Di Dusun
Taipa Kecamatan
Mappakasunggu
Kabupaten
Takalar(Zainuddin,
Azis and Idris, 2018).
Zaryanti
Zainuddin,
Asmawaty
Azis, Riswan
Idris
Universitas
Fajar, Makassar
2018
Penelitian ini
membahas
mengenai sistem
monitoring kualitas
air pada budidaya
udang berbasis
WSN.
Mikrokontroler
Arduino Mega
2560 (unit
pengirim) terdiri
dari sensor pH,
Suhu, Kekeruhan.
II-18
Unit penerima
menggunakan
Mikrokontroler
Atmega 328,
ESP8266, LCD,
dan modul RTC.
3 Sistem Monitoring
Ph Dan Suhu Air Pada
Tambak Udang
Menggunakan
Protokol
Websocket(Kurniawan
and Nurwasito, 2019).
Adhi
Kurniawan,
Heru
Nurwasito
Universitas
Brawijaya,
Malang 2019
Penelitian ini
membahas
mengenai sistem
monitoring kualitas
air pada budidaya
udang berbasis
WSN.
Node MCU
digunakan sebagai
node sensor dengan
sensor meliputi
sensor pH dan
Suhu. Raspberry Pi
digunakan sebagai
server.
4 Sistem Monitoring
Online Pada Budidaya
Udang Menggunakan
Wireless Sensor
Network dan Internet
Of Things(Al Barqi,
Santyadiputra and
Darmawiguna, 2019).
Urwah Al
Barqi, Gede
Saindra
Santyadiputra,
I Gede
Mahendra
Darmawiguna
Universitas
Pendidikan
Ganesha, 2019
Penelitian ini
membahas sebuah
sistem monitoring
kualitas air pada
budidaya udang
berbasis WSN dan
IoT.
Node MCU
digunakan sebagai
II-19
node sensor yang
eliputi sensor pH,
salinitas, DO, dan
suhu, node sensor
juga mampu
mengontrol kincir
air. Node router
menggunakan
arduino mega dan
ESP 8266.
Pada Tabel 2.2 berisi penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan
sebelumnya yang pertama akan dibahas yaitu penelitian dengan judul βOnline
Monitoring Kualitas Air pada Budidaya Udang Berbasis Wireless Sensor Network
(WSN) dan IoTβ hanya menggunakan 4 jenis sensor yaitu DO, Suhu, pH, dan
Salinitas, sedangkan dalam mengukur kualitas air tambak udang ada parameter lain
yang tidak kalah penting untuk diukur yaitu kekeruhan air(Maulana, Wiranto and
Kurniawan, 2017).
Pada penelitian dengan judul βSistem Monitoring Kualitas Air Pada Budidaya
Udang Vaname Berbasis Wireless Sensor Network Di Dusun Taipa Kecamatan
Mappakasunggu Kabupaten Takalarβ hanya menggunakan 3 jenis sensor yaitu pH,
Suhu, dan Kekeruhan, sedangkan dalam mengukur kualitas air tambak udang ada
parameter lain yang sangat penting yaitu DO dan Salinitas. Pada jurnal ini node
sensor yang digunakan hanya satu buah, padahal dalam membangun wireless
sensor network dibutuhkan minimal dua node sensor(Pratama, I Putu Agus Eka;
Suakanto, 2015)
II-20
Pada penelitian dengan judul βSistem Monitoring pH Dan Suhu Air Pada
Tambak Udang Menggunakan Protokol Websocketβ hanya menggunakan dua jenis
sensor yaitu sensor pH dan Suhu, sedangkan dalam mengukur kualitas air tambak
udang ada parameter lain yang sangat penting yaitu DO, Kekeruhan, dan
Salinitas(Kurniawan and Nurwasito, 2019).
Pada penelitian dengan judul βSistem Monitoring Online Pada Budidaya Udang
Menggunakan Wireless Sensor Network dan Internet Of Thingsβ hanya
menggunakan 4 jenis sensor yaitu DO, Suhu, pH, dan Salinitas, sedangkan dalam
mengukur kualitas air tambak udang ada parameter lain yang tidak kalah penting
untuk diukur yaitu kekeruhan air(Al Barqi, Santyadiputra and Darmawiguna,
2019).
Pada penelitian ini menggunakan 5 jenis sensor yaitu sensor DO, Suhu,
Salinitas (TDS), Kekeruhan, dan pH, sehingga parameter yang didapat lebih banyak
dan dapat mengetahui kualitas air pada tambak udang lebih baik lagi. Pada
penelitian ini juga menggunakan 3 buah node sensor dalam membangun Wireless
Sensor Network (WSN) dengan Plug and Play Sensor sehingga dapat mengetahui
jika ada penambahan atau pengurangan sensor kedalam jaringan. Hal ini juga
menjadi keunggulan dibandingkan penelitian sebelumnya, dikarenakan petani
dapat menyesuaikan kebutuhan sensor yang harus dipasang untuk mengukur
kualitas air tambaknya dan alat ini dapat membaca keadaan tambak dengan normal
meskipun sensor yang terpasang berbeda ataupun kurang. Dengan sistem ini device
juga akan mengetahui jika ada sensor baru yang dipasangkan, lalu akan membaca
parameter kualitas air sesuai dengan sensor yang terpasang.
Recommended