View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
C A U D E C T O M Y
Kelompok 8
Fachira Ulfa, drh. Dedy Rendrawan
Praktikum Ilmu Bedah Khusus Veteriner 1
Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Hasanuddin
Amelia Ramadhani Anshar
O111 11 001
Abstrak
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui indikasi dilakukannya caudectomy, dan
juga untuk mengetahui bagaimana teknik pemotongan ekor pada anjing sesuai dengan standar
breed.
Kata kunci : anjing, caudectomy, inflamasi cauda, metode operasi, terapi post opersasi
Pendahuluan
Untuk memperindah penampilan
ketika mengikuti lomba, sejak dahulu sudah
dikenal operasi plastik untuk anjing. Awalnya
operasi ini ditujukan untuk anjing-anjing tipe
gladiator, yakni jenis anjing yang diadu dengan
sesamanya, salah satunya adalah operasi
memperpendek ekor (Untung, 2007).
Tail docking adalah operasi kosmetik
pada anaka anjing dilakukan pada umur antara
3 dan 5 hari. Secara alami, anesthesia tidak
harus diberikan; bagaimanapun, harus
diberikan pengertian yang baik pada pemilik
akibat dari rasa sakit yang ditimbulkan dan itu
adalah ketentuan manajemen untuk dapat
digunakan anastesi local, dengan atau tanpa
sedasi (Bojrab, 1975).
Tail docking pada anjing dewasa lebih
dari 1 minggu dibutuhkan anastesi umum atau
epidural. Tempat yang akan dibedah harus
diamati dari adanya bengkak, cairan,
peradangan dan sakit. Penyembuhan setelah
dilakukan tail docking tidak ada komplikasi
jika terjadiketegangan kulit yang berlebihan
dan menghindari trauma (Fossum, 1997).
Untuk memotong ekor bisa dilakukan
tindakan operasi bedah minor dengan cara
memotong tendon di beberapa bagian dorsal
ekor hewan. Lurus dan melingkar atau
berkeloknya ekor anjing ditentukan oleh ruas-
ruas tulang ekor, panjang atau pendeknya
tendon dibagian ekor (Getty, 1975).
Sayatan kulit dilakukan dibagian dorsal
ekor di beberapa tempat terutama di tempat
terjadi lekukan. Sayatan biasanya dilakukan di
dua sampai lima tempat (rata-rata tiga tempat)
tergantung bentuk ekor yang dihadapi dan
bentuk yang diinginkan. Sisihkan arteri
koksigealis (kaudalis) lateralis superfisialis
yang ada pada sisi ekor. Ikatlah arteri ini bila
dipandang perlu dengan benang yang mudah
diserap pada bagian paling kranial sayatan.
Guna mencapai dan mengenali arteri ini bisa
dilakukan dengan mendorong kulit ke depan
dan ke bawah dan dengan hati-hati sisihkan
jaringan yang ada diatasnya (Rehmel, 1979).
Arteri koksigealis lateral superfisialis ini
biasanya tepat berada pada sisi lateral ekor
(Hickman dan Walker, 1980), namun kadang-
kadang sedikit agak di bawah (Fossum et al.,
1997).
Kasus
Inflamasi akut pada ekor anjing akibat
gigitan induk saat post partum merupakan
suatu infeksi akut dan progresif yang dicirikan
oleh adanya pus dan jaringan yang telah
nekrosisi serta adanya ulserasi dijaringan
tendon. Penyebab umum dari inflamasi cauda
adalah gigitan induk saat pasca kelahiran yang
menggigit anaknya menuju kadang dimana
kondisi ekor yang masih terlalu kecil dan
tulang masih rawan, menyebabkan mudah
terjadi vulnus yang menghasilkan kondisi
abses dan reaksi terhadap benda asing.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan
antara lain penimbangan berat badan,
pengukuran suhu, penghitungan pulsus, denyut
jantung, frekuensi nafas, refleksi pupil,
mukosa mulut, dan capillary refill time (CRT).
Pada caudectomy, sebelum melakukan operasi,
maka dilakukan pemeriksaan fisik terlebih
dahulu. Karena anjing yang digunakan
merupakan anjing liar, jadi kami tidak
memperoleh informasi anamnese.
Pemeriksaan fisik selanjutnya adalah
memeriksa pulsus, suhu, dan pernapasan, serta
menimbang berat badan. Tidak lupa untuk
membersihkan daerah ekor dari rambut
disekitarnya.
Gambar 1. Pemeriksaan fisik Pra-operasi
Gambar 2. Pencukuran rambut dibagian ekor
Tabel 2. Hasil pemeriksaan fisik
Berat Badan 1,2 Kg
Suhu 38,7 0C
Pulsus 144x/menit
Frekuensi nafas 20x/menit
Capillary Refil
Time (CRT)
Normal
Pemeriksaan fisik yang dilakukan
terhadap hewan diperoleh beberapa hasil
sebagaimana yang tertera pada Tabel 2 diatas.
Berdasarkan literatur yang diperoleh suhu
tubuh normal pada anjing berkisar antara 37,6-
39,4oC dan pengukuran yang dilakukan
menunjukkan suhu tubuh 38,7oC sehingga
anjing dalam kategori normal (Widodo,2011).
Pulsus yang didapatkan melalui palpasi pada
arteri femoralis menunjukkan frekuensi
144x/menit dan perhitungan nafas sebanyak
20x/menit sementara pulsus dan nafas normal
pada anjing adalah 76-148x/menit sehingga
pasien masih dalam kategori normal
(Subronto,2008). Adapun pemeriksaan refleks
pupil dikatakan normal karena ketika
disorotkan cahaya pupil mengalami
pengecilan. Kemudian warna mukosa
mulutnya berwarna merah yang juga
menandakan bahwa mukosa mulutnya normal.
Selain itu CRT juga normal karena saat
dilakukan penekanan pada gusi, gusi kembali
berwarna merah tidak lebih dari satu detik.
Diagnosa dilakukan dengan
mendapatkan informasi dari kegiatan
anamnesa kemudian melakukan inspeksi jauh
maupun dekat. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanyaakumulasi nanah pada
bagian ekor, terlihat jaringan yang telah
nekrosis, dan ketidakmampuan anjing untuk
menggerakkan ekornya.
Prognosa akan menunjukkan
kesembuhan terhadap pasien kasus ini dimana
prognosanya yaitu fausta, dapat
disembuhkan.Tetapi, kondisi pasien harus
tetap dikontrol untuk menghindari munculnya
infeksi yang dapat mengganggu proses
kesembuhan.
Terapi yang diberikan yaitu pasien
diberikan obat antibiotik menggunakan
chlorhexidine, rivanol, nebacetyn, dan enbatic
topical. Chlorhexidine dan rivanol digunakan
sebagai antiseptik untuk membersihkan
luka/ulcer, sedangkan nebacetyn dan enbatic
digunakan sebagai antibiotik topikal pada
daerah ulcer tersebut. Pemberian antibiotik
topikal atau antibiotik sistemik dapat
membantu mengurangi infeksi sekunder oleh
bakteri, tetapi penggunaan jangka panjang
antibiotik ini belum tepat karena bakteri bukan
merupakan penyebab utama dari fistula
perianal.
Gambar 3. Operasi pemotongan ekor
Gambar 4. Operasi pemotongan ekor
Gambar 5. Penjahitan kulit ekor
Hasil tindakan post operasi dilakukan
dengan pemberian antibiotik berupa
amoxicilin sirup diberikan dua kali sehari
secara oral pada pagi dan sore, kemudian
pergantian perban dilakukan setiap hari, dan
pembukaan perban dan jahitan dilakukan 5
hari post operasi. Pembukaan jahitan
dilakukan cepat, karena kondisi ekor yang
menunjukkan proses penyembuhan yang
signifikan.
Gambar 6. Post operasi
Diskusi
Dalam menangani kasus caudectomy
ada beberapa hal yang herus dipersiapkan
sebelum operasi dilakukan. Setelah dilakukan
persiapan, selanjutnya anjing tersebut
ditimbang untuk menentukan berat badan
anjing. Alasan dilakukan penimbangan berat
badan anjing ialah sebagai bahan acuan dalam
penghitungan volume dosis premedikasi
maupun anastesi yang akan diinjeksikan.
Pada kasus kali ini, hewan kami tidak
diberikan anastesi umum dikarenakan kondisi
fisiologis yang tidak memungkinkan,
mengingat umur anjing yang masih terlalu
muda. Sehingga anjing tersebut diberikan
anastesi lokal dengan pemberian Lidocaine
dengan dosis 2mL yang diberikan secara
random dibagian ekor.
Setelah diberikan anastesi lokal, anjing
direbahkan dorsal recumbency. Kaki anjing
tidak difiksasi atau diikat karena kondisi
emosional anjing yang tidak terlalu agresif.
Pada bagian pangkal ekor diligasi terlebih
dahulu dengan mengikatnya menggunakan
kain kasi, dimana tujuannya adalah untuk
mengurangi resiko perdarahan saat
pemotongan operasi. Selanjutnya melakukan
insisi pada kulit, tetapi sebelumnya kulit
ditarik mendekati pangkal ekor kemudian
sayatan kulit dilakukan pada bagian dorsal dan
ventral ekor dengan membentuk sayatan
berbentuk elips atau huruf V, untuk
memudahkan proses penjahitan nanti.
Pada saat penyayatan, dikelompok kami tidak
terjadi perdarahan yang berarti. Setelah itu,
ekor dipotong tanpa meligasi pembuluh darah
karena pembuluh darah belum nampak jelas
atau masih kecil. Kemudian ekor dijahit
dengan menyatukan kulit ekor bagian dorsal
dan ventral dengan menggunakan benang non-
absorbable silk 2/0 dengan jahitam simple
interrupted. Dan setelahnya itu olesi daerah
yang dijahit dengan betadin kemudian dibalut
menggunakan kasa dan hapafix guna
mencegah terjadi kontaminasi bakteri.
Kesimpulan
Caudectomy merupakan salah satu
tindakan pembedahan pengamputasian atau
pemotongan sebagian ekor dilakukan untuk
melakukan terapi pada bagian ekor selain itu
caudectomy juga dapat dijadikan bedah
kosmestika untuk memperbaiki bentuk dari
ekor bila terdapat kelainan bentuk ekor.
Pemotongan ekor dilakukan dengan
membendung aliran darah dengan cara
mengikat pangkal ekor terlebih dahulu, setelah
itu menginsisi ekor dengan bentuk insisi elips
ataupun berbentuk huruf Vguna memudahkan
proses penyatuan kulit saat menjahit. Setelah
itu, ekor dipotong menggunakan guntiang
ataupun scalpel. Kemudian dijahit
menggunakan benang non-absorbable silk 2/0
dan dijahit terputus sederhana kemudian diberi
betadine dan selanjutnya diperban. Dari kasus
diatas, maka prognosanya adalah fausta, dalam
artian dapat disembuhkan melihat dari kondisi
fisiologis yang menunjukkan kemajuan yang
baik.
Pustaka Acuan
Bojrab M. J. 1975. Current Techniques in
Small Animal Surgery. Lea and
Febriger, Philadepia.
Fossum, T.W., C.S. hedlund, D.A. Hugle, A.L.
Johnson, M.D. Willard, and G.L.Carroll.
1997. Small Animal Surgery. Mosby
Singapore.
Getty, R. 1975 Sisson and Grossmans-The
Anatomy of the Domestic Animal.
Hickman, J., and R.G. Walker. 1980. An Atlas
of Veterinary Surgery. John Wright &
Son Bristol.
Rehmel, R.A. 1979. Caudectomy in Small
Animal Surgery An Atlas of
OperativeTechniques. Edited by W.E.
Wigfield and C.A. Rawlings. W.B.
Saunders.London
Subronto. 2008. Ilmu Penyakit Ternak I-a
(Mammalia). Gajah Mada University
Press: Yogyakarta.
Untung, Onny. 2007. Merawat dan Melatih
Anjing. Penebar Swadaya : Jakarta
Widodo S, Dkk. 2011. Diagnostik Klinik
Hewan Kecil Edisi 1. IPB Press:
Bogor.
Recommended