View
10
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai
Berdasarkan taksonominya tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo :Rosales
Famili :Leguminosae
Genus :Glycine
Spesies :Glycine max (L.) Merril.
Struktur morfologi tanaman kedelai pada umumnya terdiri atas biji, kulit biji,
embrio, akar, batang, daun, bunga, polong, dan perkecambahan. Tanaman kedelai
pada umumnya merupakan tanaman semusim, tanaman ini tumbuh tegak dengan
tinggi 40-90 cm, bercabang, memiliki daun tunggal dan daun bertiga (trifoliate),
bulu pada daun dan polong tidak terlalu pada dan umur tanaman antara 72-90 hari.
Pada umumnya percabangan yang tumbuh pada tanaman kedelai sangat sedikit
dan sebagian bertrikoma padat baik pada daun maupun polong (Adie dan
Krisnawati, 2007).
8
Terdapat beberapa morfologi pada tanaman kedelai, diantaranya :
1. Biji
Biji merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis. Bentuk
dari biji kedelai beragam dari lonjong hingga bulat, dan sebagian besar kedelai
yang dibudidayakan di Indonesia berkriteria lonjong. Pengelompokan ukuran
biji kedelai berbeda antar negara, di Indonesia kedelai dikelompokkan dengan
kriteria besar (berat >14 g/100 biji), sedang (10-14 g/100 biji), dan kecil (< 10
g/100 biji). Sebagian besar biji tersusun oleh kotiledon dan dilapisi oleh kulit
biji (testa). Antara kulit biji dan kotiledon terdapat lapisan endosperm (Adie
dan Krisnawati, 2007).
2. Kulit Biji
Kulit biji kedelai terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, hipodermis, dan
parenkim. Pada epidermis terdapat sel-sel palisade yang diselubungi oleh
lapisan kutikula. Lapisan parenkim terdiri dari 6-8 lapisan tipis yang terdapat
pada keseluruhan kulit biji kecuali pada hilum yang tersusun oleh tiga lapisan
parenkim, pada lapisan terluar terdapat ruang interseluler yang berhubungan
langsung dengan sel hourglass. Sel palisade bersifat impermeable terhadap
udara, yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran udara dari dalam
embrio dengan lingkungan luar sebagai hilum (Adie dan Krisnawati, 2007).
9
3. Embrio
Tanaman kedelai memiliki embrio yang terdiri atas dua kotiledon, sebuah
plumula dengan dua daun yang telah berkembang sempurna, dan sebuah
radikel hipokotil. Ujung radikula dikelilingi jaringan yang dibentuk oleh kulit
biji. Pada lapisan epidermis terdapat stomata yang terletak pada lapisan atas
maupun bawah. Sel mesofil tersusun oleh satu sampai tiga lapisan palisade
yang menyatu dengan parenkim gabus di bagian tengah kotiledon. Sel mesofil
berisi aleuron dan minyak. Pada kotiledon tersebar beberapa kristal oksalat.
Panjang plumula sekitar 2 mm dan mempunyai dua helai daun yang
berhadapan, masing-masing dilengkapi dengan sepasang stipula. Sistem
vaskular dari daun pertama adalah menjari dan berisi inisiasi protosilem,
metasilem dan beberapa elemen protofloem yang telah matang. Panjang radikel
hipokotil sekitar 5 mm, terletak pada ujung poros embrio. Hipokotil tersusun
oleh jaringan epidermis, kortek, dan stele (Adie dan Krisnawati, 2007).
4. Warna Biji
Warna kulit biji kedelai bervariasi dari kuning, hijau, coklat, hitam hingga
kombinasi berbagai warna atau campuran. Pigmen kulit biji sebagian besar
terletak di lapisan palisade, terdiri dari pigmen antosianin dalam vakuola,
klorofil dalam plastida, dan berbagai kombinasi hasil uraian produk-produk
pigmen tersebut. Lapisan palisade dan parenkim dalam hilum juga
mengandung pigmen sehingga intensitas warnanya lebih gelap.
Kotiledon pada embrio yang sudah tua umumnya berwarna hijau, kuning, atau
kuning tua. Kombinasi berbagai pigmen yang ada di kulit biji dan kotiledon
10
akan membentuk warna biji yang bermacam-macam pada kedelai (Adie dan
Krisnawati, 2007).
5. Akar
Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbetuk
dari calon akar, sejumlah akar sekunder yang tersusun dalam empat barisan
sepanjang akar tunggang, cabang akar sekunder, cabang akar adventif yang
tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Bintil akar pertama terlihat 10 hari setelah
tanam. Panjang akar tunggang ditentukan oleh berbagai faktor, seperti
kekerasan tanah, populasi tanaman, varietas, dan sebagainya. Akar tunggang
dapat mencapai kedalaman 200 cm, namun pada pertanaman tunggal dapat
mencapai 250 cm. Populasi tanaman yang rapat dapat mengganggu
pertumbuhan akar. Umumnya sistem perakaran terdiri dari akar lateral yang
berkembang 10-15 cm di atas akar tunggang.
Kedelai yang tergolong tanaman leguminosa dicirikan dengan kemampuannya
untuk membentuk bintil akar seperti Rhizobium japonicum, yang mampu
menambat nitrogen dan bermanfaat bagi tanaman. Akar mengeluarkan
beberapa substansi khususnya triptofan yang menyebabkan perkembangan
bakteri dan mikrobia lain disekitar daerah perakaran. Pembesaran bintil akar
berhenti pada minggu keempat setelah terjadinya infeksi bakteri. Ciri bintil
akar yang telah matang adalah berwarna merah muda yang disebabkan oleh
adanya leghemoglobin, yang diduga aktif menambat nitrogen, sebaliknya bintil
akar yang berwarna hijau diduga tidak aktif. Bintil akar telah lapuk pada
minggu keenam hingga minggu ketujuh (Adie dan Krisnawati, 2007).
11
6. Batang
Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji
masak. Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio, yang
berbatasan dengan bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian
kecil dari poros bakal akar hipokotil. Bagian atas poros embiro berakhir pada
epikotil yang terdiri dari dua daun sederhana, yaitu primordia daun bertiga
pertama dan ujung batang. Sistem perakaran diatas hipokotil berasal dari
epikotil dan tunas aksiler. Pola percabangan akar dipengaruhi oleh varietas dan
lingkungan, seperti panjang hari, jarak tanam, dan kesuburan tanah (Adie dan
Krisnawati, 2007).
7. Daun
Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe yaitu : (1) kotiledon atau daun biji, (2)
dua helai daun primer sederhana, (3) daun bertiga, dan (4) profilia. Daun
primer berbentk oval dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak
berseberangan pada buku pertama diatas kotiledon. Setiap daun memiliki
sepasang stipula yang terletak pada dasar daun yang menempel pada sepasang
stipula yang terletak pada dasar daun yang menempel pada batang. Tipe daun
yang lain terbentuk pada batang utama, dan pada cabang lateral terdapat daun
trifoliat yang secara bergantian dalam susunan yang berbeda. Anak daun
bertiga mempunyai bentuk yang bermacam-macam, mulai bulat hingga lancip.
Lapisan pertama pada permukaan bagian atas menjadi epidermis atas daun.
Lapisan kedua dan ketiga akan berkembang menjadi jaringan palisade. Sel-sel
pada lapisan keempat atau tengah berkontribusi dalam pembentukan jaringan
12
urat daun. Namun pada umumnya sel-sel dari lapisan tersebut akan
berkembang menjadi parenkim gabus, seperti juga jaringa pada lapisan kelima
dan keenam. Lapisan ketujuh atau terluar pada permukaan bawah akan menjadi
epidermis bawah daun (Adie dan Krisnawati, 2007).
8. Bunga
Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang bersifat kleistogami.
Periode perkembangan vegetatif bervariasi tergantung pada varietas dan
keadaan lingkungan, termasuk panjang hari dan suhu. Tanaman memasuki fase
reproduktif saat tunas aksiler berkembang menjadi kelompok bunga dengan 2
hingga 35 kuntum bunga setiap kelompok. Ada dua tipe pertumbuhan batang
dan permulaan pembungaan pada kedelai. Tipe pertama adalah indeterminate,
yaitu tunas terminal melanjutkan fase vegetatif selama pertumbuhan. Tipe
kedua adalah determinate dimana pertumbuhan vegetatif tunas terminal
terhenti ketika terjadi pembungaan. Buku pada bunga pertama berhubungan
dengan tahap perkembangan tanaman. Ketika buku kotiledon, daun primer, dan
daun bertiga dalam fase vegetatif, bunga pertama muncul pada buku kelima
atau keenam dan atau buku diatasnya. Bunga muncul kearah ujung batang
utama dan kearah ujung cabang. Periode berbunga dipengaruhi oleh waktu
tanam, berlangsung 3-5 minggu. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa tidak
semua bunga kedelai berhasil membentuk polong, dengan tingkat keguguran
20-80 %.
Proses kemasakan kedelai dikendalikan oleh fotoperiodisitas (panjang hari) dan
suhu. Kedelai diklasifikasikan sebagai tanaman hari pendek dikarenakan hari
13
yang pendek akan menginisiasi pembungaan. Jumlah bunga dari 20 varietas
kedelai di Indonesia berkisar 47-75 buah (rata-rata 57 bunga) dan kisaran
jumlah polong isi dari 33 hingga 64 buah (rata-rata 48 polong isi) (Adie dan
Krisnawati, 2007).
9. Perkembangan Polong
Jumlah polong bervariasi mulai 2-20 dalam satu pembungaan dan lebih dari
400 dalam satu tanaman. Satu polong berisi 1-5 biji, namun pada umumnya
berisi 2-3 biji per polong. Polong berlekuk lurus atau ramping dengan panjang
± 2-7 cm. Polong masak berwarna kuning muda sampai kuning kelabu, cokelat,
atau hitam. Warna polong tergantung pada keberadaan pigmen karoten dan
xantofil, warna trikoma, dan ada-tidaknya pigmen antosianin.
Ketika terjadi pembuahan, ovari mulai berkembang menjadi buah, namun
tangkai putik dan benang sari mengering. Kelopak buka tetap ada selama
perkembangan buah dan kadang mahkota bunga juga masih tersisa ketika buah
masak.
Periode pengisian biji (seed filling period) pada kedelai merupakan fase paling
kritis dalam pencapaian hail optimal. Pada fase tersebut terjadinya kekurangan
atau kelebihan air, serangan hama atau penyakit, dan sebagainya akan
berpengaruh buruk pada proses pengisian biji. Polong muda berwarna hijau
dan berubah menjadi kuning atau coklat setelah matang (Adie dan Krisnawati,
2007).
14
10. Perkecambahan
Biji kedelai dari varietas yang telah dibudidayakan umumnya mampu
melakukan imbibisi setelah biji ditanam pada kondisi tanah yang lembab.
Garis terang (light line) yang terdapat pada sel epidermis diduga menjadi
penyebab kejadian tersebut, sekaligus menjadi penentu tingkat
impermeabilitas biji. Air imbibisi melalui keseluruhan permukaan biji,
termasuk daerah hilum dan mikrofil. Setelah kulit biji dan embrio berimbibisi
maksimal, biji akan kehilangan bentuk ovalnya dan berubah bentuk
menyerupai bentuk ginjal.
Apabila kondisi kelembaban dan suhu sesuai, calon akar akan muncul dari
kulit biji yang retak di daerah mikrofil dalam 1-2 hari. Pertumbuhan calon
akar ke dalam tanah terjadi sangat cepat ketika mencapai panjang 2-3 cm,
cabang akar pertama akan muncul. Kotiledon terangkat keatas tanah akibat
pertumbuhan hipokotil, selanjutnya bagian atas hipokotil mencapai
permukaan tanah terlebih dahulu dan mendorong kotiledon dari dalam tanah,
sekaligus kulit bijinya. Pertumbuhan hipokotil mengangkat kotiledon yang
kemudian menjadi hijau. Selama tahapan awal pertumbuhan kecambah,
kotiledon membawa hasil fotosintesis sebagai tambahan untuk memasok
mineral tersimpan dan cadangan makanan pada proses perkecambahan hingga
daun dan akar terbentuk sempurna (Adie dan Krisnawati, 2007).
15
B. Syarat Tumbuh
Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak dapat
optimal apabila salah satu dari kedua komponen tersebut tidak optimal. Hal ini
dikarenakan kedua komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga
pertumbuhan kedelai optimal (Irwan, 2006).
Iklim
Pertumbuhan tanaman kedelai dipengaruhi oleh beberapa faktor iklim seperti
:lama penyinaran dan intensitas sinar matahari (panjang hari), suhu, kelembaban
udara dan curah hujan. Kemampuan adaptasi kedelai terhadap keberagaman faktor
iklim tersebut sebenarnya sangat luas, namun “kondisi iklim” yang sesuai perlu
diidenttifikasi (Sumarno, 2007).
1. Panjang Hari (Lama Penyinaran)
Kedelai tergolong tanaman hari pendek, yaitu tidak mampu berbunga bila
panjang hari (lama penyinaran) >16 jam, dan mempercepat pembungaan bila
lama penyinaran <12 jam. Varietas kedelai pada umumnya peka terhadap
photo-periodisitas (panjang penyinaran), sehingga setiap wilayah dengan
perbedaan hari satu jam atau lebih, memerlukan varietas yang spesifik bagi
wilayah itu (Sumarno, 2007).
16
2. Suhu
Interaksi antara suhu-intensitas radiasi matahari-kelembaban tanah sangat
menentukan laju pertumbuhan tanaman kedelai. Suhu tinggi berasosiasi dengan
transpirasi yang tinggi, defisit tegangan uap air yang tinggi dan suhu atmosfer
berpengaruh terhadap pertumbuhan Rhyzobium, akar dan tanaman kedelai.
Suhu yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar antara 22-27ºC
(Sumarno, 2007).
3. Kelembaban Udara
pengaruh langsung kelembaban udara terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tidak terlalu besar, tetapi secara tidak langsung
berpengaruh terhadap perkembangan hama dan penyakit tertentu. Kelembaban
udara terutama berpengaruh terhadap proses pematangan biji dan kualitas
benih. Kelembaban udara yang optimal berkisar antara RH 75-90% selama satu
periode tumbuh hingga stadia pengisian polong dan kelembaban udara rendah
(RH 60-75%) pada waktu pematangan polong hingga panen (Sumarno, 2007).
4. Curah Hujan
Tanaman kedelai memiliki kemampuan yang baik dalam memanfaatkan air
yang berasal dari kelembaban tanah. Secara umum kebutuhan air tanaman
kedelai, dengan umur panen 100-190 hari, berkisar antara 450-825 mm, atau
rata-rata 4,5 mm per hari. Hal ini berarti untuk tanaman kedelai dengan umur
panen 80-90 hari berkisar antara 360-405 mm, setara dengan curah hujan
120-1135 mm per bulan (Sumarno, 2007).
17
Tanah
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun
demikian untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal,
kedelai harus ditanam pada jenis tanah yang berstruktur lempung berpasir atau liat
berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung
pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain.
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu
kedalaman olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar.
Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka tersedia ruang pertumbuhan akar
yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan
dalam (Irwan, 2006).
C. Teknik Budidaya
Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem dengan jenis tanah,
iklim, dan pola tanam yang berbeda sehingga kendala satu agroekosistem akan
berbeda dengan agroekosistem yang lain. Hal ini akan mengindikasikan adanya
spesifikasi cara bertanam kedelai. Oleh karena itu, langkah-langkah utama yang
harus diperhatikan dalam bertanam kedelai yaitu pemilihan benih, persiapan
lahan, penanaman, dan pemeliharaan. Menurut Irwan (2006) ada beberapa teknik
budidaya tanaman kedelai diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan benih
Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani kedelai. Pada
penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung sehingga apabila
18
kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi per satuan luas akan
berkurang. Di samping itu, kedelai tidak dapat ditutup oleh tanaman yang ada.
Oleh karena itu, agar dapat memberikan hasil yang memuaskan, harus dipilih
varietas kedelai yang sesuai dengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan
kondisi lapang, dan memenuhi standar mutu benih yang baik. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan varietas yaitu umur panen, ukuran dan
warna biji, serta tingkat adaptasi dengan lingkungan tumbuh yang tinggi.
2. Persiapan Lahan
Tanaman kedelai biasanya ditanam pada lahan kering (tegalan) atau tanah
persawahan. Pengolahan tanah bagi pertanaman kedelai di lahan kering
sebaiknya dilakukan pada akhir musim kemarau, sedangkan pada lahan sawah,
umumnya dilakukan pada musim kemarau.
Persiapan lahan penanaman kedelai di areal lahan kering atau tegalan,
sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanah dicangkul atau
dibajak sedalam 15-20 cm. Di sekeliling lahan dibuat parit selebar 40 cm
dengan kedalaman 30 cm. Selanjutnya, dibuat petakan-petakan dengan panjang
antara 10-15 cm, lebar antara 3 -10 cm, dan tinggi 20-30 cm. Antara petakan
yang satu dengan yang lain (kanan dan kiri) dibuat parit selebar dan sedalam
25 cm. Antara petakan satu dengan petakan di belakangnya dibuat parit selebar
30 cm dengan kedalaman 25 cm. Selanjutnya, lahan siap ditanami benih.
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dahulu diberi pupuk dasar.
Pupuk yang digunakan berupa TSP sebanyak 75-200 kg/ha, KCl 50-100 kg/ha,
19
dan urea 50 kg/ha. Pupuk disebar secara merata di lahan, atau dimasukkan ke
dalam lubang di sisi kanan dan kiri lubang tanam sedalam 5 cm.
3. Penanaman
Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu dengan
membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5-2 cm.
Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3-4 biji dan diupayakan 2 biji yang bisa
tumbuh. Observasi dilapangan dijumpai bahwa setiap lubang tanam diisi 5 biji,
bahkan ada yang sampai 9 biji sehingga terjadi pemborosan benih yang cukup
banyak. Di sisi lain, pertumbuhan tanaman mengalami etiolasi sehingga dapat
mengakibatkan tanaman menjadi mudah roboh. Kebutuhan benih yang optimal
dengan daya tumbuh lebih dari 90% yaitu 50-60 kg/ha. Penanaman ini
dilakukan dengan jarak tanam yaitu 40 x 10 – 15 cm. Pada lahan subur, jarak
dalam barisan dapat diperjarang menjadi 15-20 cm. Populasi tanaman yang
optimal berkisar 400.000 – 500.000 tanaman per hektare. Penempatan arah
tanam di daerah tropik tidak menunjukan perbedaan antara ditanam arah timur-
barat dengan utara-selatan. Hal yang terpenting yaitu arah tanam harus sejajar
dengan arah saluran irigasi atau pematusan sehingga air tidak menggenang
dalam petakan.
4. Pemeliharaan
Untuk mengurangi penguapan tanah pada lahan, dapat digunakan mulsa berupa
jerami kering. Mulsa ditebarkan di antara barisan tempat penanaman benih
dengan ketebalan 3-5 cm.
20
Satu minggu setelah penanaman, dilakukan kegiatan penyulaman. Penyulaman
bertujuan untuk mengganti benih kedelai yang mati atau tidak tumbuh.
Keterlambatan penyulaman akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan tanaman
yang jauh berbeda.
Tanaman kedelai sangat memerlukan air saat perkecambahan (0-5 hari setelah
tanam), stadium awal vegetatif (15-20 hari setelah tanam), masa pembungaan
dan pembentukan biji (35-65 hari). Pengairan sebaiknya dilakukan pada pagi
atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan menggenangi saluran drainase
selama 15-30 menit. Kelebihan air dibuang melalui saluran pembuangan.
Jangan sampai terjadi tanah terlalu becek atau bahkan kekeringan.
Pada saat tanaman berumur 20-30 hari setelah tanaman, dilakukan kegiatan
penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai
selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh
menggunakan tangan atau alat. Selain itu, dilakukan pula penggemburan tanah.
Penggemburan tanah dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran
tanaman.
D. Cendawan Mikoriza Arbuskular
Simbiosis cendawan mikoriza arbuskular (CMA) merupakan hubungan yang
memberikan banyak manfaat besar bagi kebanyakan tanaman darat, karena
mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan resistensi terhadap
cekaman faktor biotis dan abiotis, dan meningkatkan diversifitas ekologi. CMA
21
berperan dalam aliran fotosintat dari tanaman inang ke cendawan dan aliran hara
dari cendawan ke tanaman inang. Siklus hidup CMA dimulai ketika propugal
(spora, hifa intraradikal, dan hifa ekstraradikal) mulai tumbuh. Tahap ini
dikatakan sebagai a simbiotik, karena ini Cendawan belum bergantung pada
inang. Pada tahap ini terjadi mobilisasi triacylglycerides (TAG) dan glikogen
sebagai senyawa simpanan karbon utama. Mobilisasi ini menjadi energi bagi
perkembangan coenocytic tabung kecambah dan menyediakan karbon skeleton
untuk anabolisme, termasuk de novo sintetis dinding sel kitin yang mengelilingi
struktur. Tahapan simbiotik bertahan antara 1-2 minggu dan perkembangan
tabung kecambah bisa mencapai belasan sentimeter. Jika simbiosis gagal terjadi
pada periode tumbuh terbatas ini, maka cendawan akan istirahat tumbuh yang
ditandai dengan pembentukan septat pada tabung kecambah dan inti sel
mengalami autolysis. Selanjutnya propagul memasuki kondisi dorman dan
mempunyai kemampuan untuk berkecambah berulang kali. Istirahat tumbuh
sebenarnya merupakan strategi untuk mendapatkan akar yang sesuai untuk
dikolonisasi (Hidayat, 2012).
Cendawan mikoriza arbuskular membentuk hubungan simbiosis mutualisme
dengan perakaran tanaman. Prinsip kerja dari cendawan mikoriza arbuskular
adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jaringan hifa
secara intensif sehingga akar tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan
luas zona eksploitasi hingga 20 kali (Hildebrant et al. 2002), sehingga
meningkatkan kapasitas penyerapan unsur hara terutama P dan N (Cruz et al.
2004).
22
Cendawan mikoriza arbuskular dibagi menjadi dua golongan yaitu : 1).
Ektotropik mikoriza atau ektomikoriza, dimana cendawan ini berasosiasi diluar
sel akar tanaman yang selubung Cendawannya membungkus permukaan akar,
sehingga Cendawan ini umumnya ditemukan pada tanaman hutan. 2). Endotropik
mikoriza atau endomikoriza, dimana cendawan ini berasosiasi dalam akar sel
tanaman yang umumnya ditemukan pada tanaman perkebunan. Cendawan
mikoriza arbuskular memiliki struktur yang terdiri dari hifa eksternal, internak,
gelung, vesicular, dan arbuskular. Hifanya tidak bersekat, dan tumbuh diantara
sel-sel korteks daun didalamnya bercabang-cabang. Hifa CMA tidak masuk
sampai jaringan stele, dan didalam sel yang terinfeksi terbentuk hifa yang
bergelembung dan apabila bercabang-cabang disebut arbuskular. Arbuskular
diduga sebagai alat pemindah unsur hara. Spora yang dihasilkan oleh CMA
terbentuk atas eksternatikal hifa yang melewati permukaan akar. Spora ini dapat
terbentuk dan bersatu di dalam tanah dalam bentuk kelompok-kelompok spora
yang bebas atau dalam bentuk kumpulan porakarp (Talanca, 2010).
E. Pengomposan
Kompos adalah proses yang dihasilkan dari suatu proses dekomposisi sisa-
sisa bahan organik yang secara biologi terkontrol (sengaja dibuat dan diatur)
menjadi bagian-bagian yang terhumuskan. Kompos sengaja dibuat karena proses
tersebut jarang sekali dapat terjadi secara alami, hal ini dikarenakan daya dukung
lingkungan seperti kelembaban, suhu yang tidak stabil (Firmansyah, 2010).
23
Proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pengomposan antara lain : ukuran bahan, ratio karbon-nitrogen (C/N),
kelembaban dan aerasi, temperatur pengomposan, derajad keasaman, dan
mikroorganisme yang terlibat (Yanqoritha, 2013).
Proses pembuatan kompos berlangsung dengan menjaga keseimbangan
kandungan nutrient, kadar air, pH, temperature dan aerasi yang optimal melalui
penyiraman dan pembalikan. Pada tahap awal proses pengkomposan, temperature
kompos akan mencapai 65-70ºC sehingga organisme pathogen seperti, bakteri,
virus, dan parasite, bibit penyakit tanaman serta bibit gulma yang berada pada
limbah yang dikomposkan akan mati. Pada kondisi tersebut gas-gas yang
berbahaya dan baunya menyengat tidak akan muncul. Proses pengkomposan pada
umumnya berakhir setelah 6-7 minggu yang ditandai dengan tercapainya suhu
terendah yang konstan dan kestabilan mater (Cahaya, 2008).
Aktivator/mikroorganisme mempengaruhi proses pengomposan melalui dua
cara, cara pertama yaitu dengan menginokulasi strain mikroorganisme yang
efektif dalam menghancurkan bahan organik (pada aktivator organik), kedua yaitu
meningkatkan kadar N yang merupakan makanan tambahan bagi mikroorganisme
(Yanqoritha, 2013).
EM4 (Effective microorganism 4) merupakan mikroorganisme fermentasi dan
dapat bekerja secara efektif dalam mempercepat proses fermentasi pada bahan
organic. Proses pembuatan kompos dengan menggunakan EM4 dapat lebih efektif
24
apabila kondisi operasi optimal dan hasil yang diperoleh dapat maksimal.
Kompos yang baik memiliki ciri-ciri warna yang berbeda dengan bahan
pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah, dan mempunyai suhu ruang
(Yuniwati et al, 2012).
F. Gulma Siam
Berdasarkan taksonominya gulma siam dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Super divisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Sub kelas :Asteridae
Ordo :Asterales
Famili :Asteraceae
Genus :Chromolaena
Spesies :Chromolaena odorata (L.) king & H. Rob.
25
Gambar 2. Tanaman Gulma Siam Gambar 3. Daun Gulma Siam
Gulma siam atau Chromolaena odorata (L) yang dalam bahasa inggris
disebut siam weed merupakan gulma padang rumput yang sangat luas
penyebarannya di Indonesia. Gulma ini diperkirakan sudah tersebar di Indonesia
sejak tahun 1910-an. Gulma ini tidak hanya terdapat dilahan kering atau
pegunungan tetapi juga banyak terdapat dilahan rawa dan lahan basah lainnya
(Thamrin dan asikin, 2007).
Tanaman yang merupakan pesaing agresif ini tumbuh pada ketinggian 100-
2.800 m diatas permukaan laut (dpl). Gulma siam berpotensi sebagai gulma
penting karena pertumbuhannya sangat cepat dan sulit untuk dikendalikan
sehingga dapat menjadi permasalahan di berbagai lahan pertanian. Selain itu
gulma siam juga dapat menjadi sangat merugikan karena dapat menyebabkan
keracunan, bahkan bisa mengakibatkan kematian bagi ternak (Prawiradiputra,
2007).
26
Menurut Suntoro et al, (2001) dalam Kastono (2005) bahwa kandungan unsur
hara yang dimiliki oleh C.odorata adalah C, Ca, Mg, K dan N yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pupuk kendang sapi, sehngga C.odorata dapat dijadikan
sebagai alternatif pupuk organik. Komposisi kimia bahan organik C. odorata dan
pupuk kendang sapi dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Kandungan unsur hara kompos gulma siam
BahanOrganik
Komposisi
C(%) N(%) P(%) C/N C/PK
(%)Ca(%)
Mg(%)
Chromolaenaodorata
50,40 2,42 0,26 20,82 195,34 1,60 2,02 0,78
Pupukkandang sapi
20,10 1,62 0,28 17,94 104,94 0,29 0,53 0,96
Sumber:Suntoro et al (2001) dalam kastono (2005)
Berdasarkan hasil penelitian kastono (2005) bahwa pemberian kompos gulma
siam dengan dosis 30 ton/ha mampu memberikan peningkatan hasil pada kedelai
yaitu 1,53 ton/ha, namun tidak memberikan pengaruh nyata pada takaran kompos
gulma siam dengan dosis 10 dan 20 ton/ha.
G. Hipotesis
Pemberian cendawan mikoriza arbuskular dikombinasikan dengan kompos
gulma siam dengan dosis 187,5 g/tanaman (30 ton/ha) mampu meningkatkan
pertumbuhan dan hasil kedelai.
Recommended