View
34
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA)
(STUDI KASUS PADA SD NEGERI 1 AMPENAN KOTA MATARAM)
OLEH:
ZAENUDDIN NIM. 15.1.14.9.128
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2018
IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA)
(STUDI KASUS PADA SD NEGERI 1 AMPENAN KOTA MATARAM)
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai
gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
OLEH:
ZAENUDDIN NIM. 15.1.14.9.128
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2018
iii
iv
vi
MOTTO
{كبيرناليس منا من لم يرحم صغيرنا ويوقر }
Artinya, “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak
menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang yang
dituakan diantara kami.”
(HR. Imam at-Tirmidzi)1
1 At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut: al-Maktabah Daarul al-Fikr, 2005), Jilid 3,
hlm.369.
vii
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur serta do’a yang penuh pengharapan semoga
orang-orang yang telah berjasa dalam hidup penulis diberikan balasan oleh
Allah SWT dengan balasan yang sebaik-baiknya. Oleh karena itu penulis
mempersembahkan karya tulis ini teristimewa untuk:
1. Kedua orang tua penulis H. Alimuddin dan Hj. Siti Hasma yang telah banyak berjasa dalam kehidupan penulis serta memberikan dukungan, baik berupa dukungan moril maupun materil, kepercayaan dan kasih sayangnya serta do’a restunya selama ini sehingga penulis bisa sampai pada posisi saat ini, tanpa kalian penulis tak akan bisa berdiri sendiri dan berjuang hingga akhir. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan engkau wahai Ayah dan Ibuku umur yang panjang, serta diberi kesehatan dan selalu berada dalam rahmat dan ridha-Nya dan diberikan balasan syurga-Nya.
2. Semua guru-guru dan dosen-dosenku terutama untuk kedua dosen pembimbing penulis yakni Ibu Dr. Hj. Warni Djuwita M. Pd dan Bapak Khairil Anwar, M. Pd yang telah membimbing dan memotivasi penulis untuk berjuang hingga akhir dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Saudara-saudara kandung penulis yang tersayang. Dek Kahrudin, Dek Nurtija, Dek Umar Ali, Dek Nur Caya dan Dek Nur Halik. Terima kasih yang tiada tara semoga kebersamaan yang telah terjalin selama ini akan terus dan tetap terjalin serta tidak akan pernah lekang oleh waktu.
4. Sahabat dan teman terbaik penulis (Yuyun Indalestari) yang selalu menemani penulis selama ini, selalu mendampingi penulis dalam keadaan susah maupun senang, selalu mendukung dan memberi semangat hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Teman-teman jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah (PGMI) angkatan 2014 khususnya kelas C Fitri, Rahma, Hadimah, Wilda, Ifye Mega dan Wahyu. Indahnya kebersamaan yang telah kita jalani beberapa tahun kiranya tidak terputus begitu saja, tetapi tetap terjalin erat dalam bingkai persahabatan yang abadi hingga kita sukses bersama-sama.
6. Almamaterku tercinta, Universitas Islam Negeri (UIN)
Mataram.
viii
IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK (SRA) (STUDI KASUS PADA SD NEGERI 1 AMPENAN KOTA MATARAM)
Oleh
Zaenuddin NIM: 15.1.14.9.128
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan Kota Mataram. Deskripsi tersebut terkait dengan program Sekolah Ramah Anak dan faktor pendukung maupun faktor penghambat di dalam mengimplementasikan program Sekolah Ramah Anak (SRA) serta solusi dalam menghadapi hambatan tersebut.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan menggunakan metode studi kasus. Subjek dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa dengan objek penelitian meliputi implementasi program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan. Metode pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Adapun validasi data atau pengecekan keabsahan data, peneliti mengambil kriteria kredibilitas (derajat kepercayaan) yang diperiksa dengan menggunakan ketekunan pengamatan, triangulasi sumber, dan triangulasi teknik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan Kota Mataram berdasarkan pada prinsip 3 P, yaitu provisi, proteksi dan partisipasi. Provisi berupa kasih sayang, kepedulian dan cinta kasih terhadap anak. Proteksi berupa perlindungan terhadap anak dari berbagai macam tindakan kekerasan baik yang bersifat fisik maupun psikis selama berada di sekolah. Partisipasi berupa pelibatan anak dalam pembuatan kebijakan dan peraturan di dalam kelas dan dalam berbagai kegiatan. Faktor pendukung berupa dukungan dari berbagai pihak, sarana prasarana, kegiatan dan program yang menunjang program Sekolah Ramah Anak (SRA), serta komitmen semua elemen dalam memaksimalkan program Sekolah Ramah Anak (SRA). Faktor penghambat berupa keterbatasan dana yang dianggarkan hanya dari dana BOS. Solusi Faktor penghambatnya adalah dengan adanya partisipasi dan sumbangsih orang tua siswa baik secara moril maupun materil.
Kata Kunci: Implementasi Program, Sekolah Ramah Anak, SD Negeri 1 Ampenan
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
Tuhan semesta alam karena atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya
penulis dapat menyusun skripsi ini dan dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Aamiin.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan
untuk mencapai gelar kesarjanaan strata 1 (S-1) pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Penulis menyadari bahwa
dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan, dukungan
dan keterlibatan dari berbagai pihak, sebab tanpa adanya bantuan, dukungan dan
keterlibatan tersebut rasanya sulit skripsi ini terselesaikan tepat waktu.
Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka
antara lain adalah:
1. Ibu Dr. Hj. Warni Djuwita, M. Pd. sebagai pembimbing I dan Bapak Khairil
Anwar, M. Pd. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan, motivasi dan koreksi yang mendetail, terus menerus dan tanpa bosan
di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih
matang dan dapat terselesaikan dengan baik.
x
2. Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah (PGMI)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dalam mengenyam
pendidikan Strata 1 (S-1).
3. Bapak Dr. Ahmad Sulhan, M. Pd.I. selaku ketua jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtida’iyah (PGMI).
4. Ibu Dr. Hj. Lubna, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
5. Bapak Prof. Dr. H. Mutawali, M. Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu
dan memberi bimbingan serta peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus
tanpa pernah selesai.
6. Ibu Hj. Johar Yuni, S. Pd. selaku kepala SD Negeri 1 Ampenan yang telah
memberikan izin dan kemudahan selama proses penelitian.
7. Ayah dan Ibu beserta seluruh keluarga tercinta yang selalu mencurahkan
segala perhatian, kasih sayang, dan dukungan moril maupun materil selama
menjalani masa perkuliahan.
8. Yuyun Indalestari yang selalu memberikan semangat dan dukungan demi
kelancaran penulisan skripsi ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa di jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram khususnya Fitri, Rahma, Hadimah,
Wilda dan Ifye yang telah memberikan dukungan-dukungan dan masukan
dalam penyusunan skripsi ini.
xi
10. Serta semua pihak yang yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu yang
telah banyak memberikan bantuan baik moril ataupun materil selama
penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga amal kebaikan dari berbagai pihak
tersebut mendapatkan pahala yang berlipat-ganda dari Allah SWT dan semoga
karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Mataram, 26 April 2018
Penulis,
Zaenuddin
xii
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................................... v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ....................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................................ viii
ABSTRAK ......................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. xvi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ............................................................... 7
E. Telaah Pustaka ...................................................................................................... 8
F. Kerangka Teori ..................................................................................................... 14
1. Program Sekolah Ramah Anak (SRA)......................................................... 14
a. Pengertian Sekolah Ramah Anak ............................................................ 14
b. Indikator Sekolah Ramah Anak .............................................................. 16
c. Tahapan Pembentukan Sekolah Ramah Anak ...................................... 18
xiii
xiv
d. Model Pembelajaran Sekolah Ramah Anak .......................................... 30
e. Prinsip Dalam Penerapan Sekolah Ramah Anak ................................... 33
f. Ciri-Ciri Sekolah Ramah Anak ................................................................ 36
g. Karakteristik Guru yang Disenangi Oleh Siswa .................................... 41
h. Karakteristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar ................................... 42
2. Tinjauan Mengenai Kebijakan Sekolah Ramah Anak (SRA) ................... 46
a. Landasan Hukum Kebijakan Sekolah Ramah Anak .......................... 46
b. Maksud dan Tujuan Kebijakan Sekolah Ramah Anak ...................... 48
G. Metode Penelitian .................................................................................................. 49
1. Pendekatan Penelitian ...................................................................................... 49
2. Kehadiran Peneliti ............................................................................................ 52
3. Lokasi Penelitian............................................................................................... 53
4. Sumber Data ..................................................................................................... 54
5. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 55
6. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 61
7. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................................... 65
H. Sistematika Pembahasan ...................................................................................... 69
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................................... 70
A. Gambaran Umum SD Negeri 1 Ampenan .......................................................... 70
1. Lokasi dan Keadaan Sekolah .......................................................................... 71
2. Visi dan Misi Sekolah ....................................................................................... 71
3. Sumber Daya yang Dimiliki............................................................................. 72
B. Implementasi Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1
Ampenan ................................................................................................................ 75
1. Latar Belakang Penyelenggaraan Program Sekolah Ramah Anak
(SRA) di SD Negeri 1 Ampenan ...................................................................... 77
2. Tahapan Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD
Negeri 1 Ampenan ............................................................................................ 79
3. Tim Pelaksana Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1
Ampenan............................................................................................................ 86
xiv
xv
4. Penerapan Model Pembelajaran Saintifik yang Berbasis PAIKEM
Dalam Konsep Program Sekolah Ramah Anak (SRA) ................................. 87
5. Interaksi Antara Guru dan Siswa Dalam Konsep Program Sekolah
Ramah Anak (SRA) .......................................................................................... 90
6. Kegiatan-Kegiatan yang Menunjang Pengimplementasian Program
Sekolah Ramah Anak (SRA) ........................................................................... 91
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pengimplementasian
Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan .................... 96
1. Faktor Pendukung Pengimplementasian Program Sekolah Ramah
Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan ............................................................ 97
2. Faktor Penghambat Pengimplementasian Program Sekolah Ramah
Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan ............................................................ 102
D. Solusi Dalam Mengatasi Faktor Penghambat di Dalam
Pengimplementasian Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD
Negeri 1 Ampenan ................................................................................................. 103
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 105
A. Implementasi Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1
Ampenan ................................................................................................................ 105
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pengimplementasian
Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan .................... 124
C. Solusi Dalam Mengatasi Faktor Penghambat di Dalam
Pengimplementasian Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD
Negeri Ampenan ................................................................................................... 130
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 132
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 132
B. Saran-Saran ........................................................................................................... 135
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 137
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................... 139
xv
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pendekatan Child Friendly Teaching Model, 32.
Tabel 2. Jumlah Peserta Didik, 72.
Tabel 3. Pendidikan Terakhir Tenaga Pendidik, 73.
Tabel 4. Pendidikan Terakhir Tenaga Kependidikan, 74.
Tabel 5. Tim Pelaksana Sekolah Ramah Anak (SRA), 87.
xvi
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Alur Pengaduan, 25.
Bagan 2. Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model), 65.
xvii
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gedung Depan, 177.
Gambar 2. Gedung Kelas, 177.
Gambar 3. Toilet/WC Siswa, 177.
Gambar 4. Pojok Baca, 177.
Gambar 5. Sosialisasi Program SRA, 178.
Gambar 6. Peresmian SRA, 178.
Gambar 7. Penandatanganan Deklarasi SRA, 178.
Gambar 8. Deklarasi SRA, 178.
Gambar 9. Outing Class di Sangkareang, 179.
Gambar 10. Outing Class di Mako Brimob Polda NTB, 179.
Gambar 11. Pembelajaran di kelas, 179.
Gambar 12. Pembelajaran di kelas, 179.
Gambar 13. Penunjuk Arah, 180.
Gambar 14. SERBU (Segera Buang) Sampah, 180.
Gambar 15. Program Peduli Sesama, 180.
Gambar 16. Program Berayan Nyampah, 180.
xviii
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Catatan Lapangan, 140.
Lampiran 2. Pedoman Wawancara, 151.
Lampiran 3. Transkrip Wawancara yang Telah Direduksi, 157.
Lampiran 4. Foto Dokumentasi, 177.
Lampiran 5. Data Kepegawaian SDN 1 Ampenan, 181.
Lampiran 6. SK Walikota Mataram Tentang Sekolah Ramah Anak
Lampiran 7. SK Tim Pelaksana Sekolah Ramah Anak SDN 1 Ampenan
Lampiran 8. Indikator Sekolah Ramah Anak (SRA) Dalam 8 Standar Nasional Pendidikan
Lampiran 9. Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 10. Berita Acara Ujian Proposal Jurusan PGMI
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Lampiran 12. Surat Keluar Dari SD Negeri 1 Ampenan
xix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebijakan program Sekolah Ramah Anak yang selanjutnya disingkat
menjadi SRA merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang dikeluarkan
melalui Peraturan Menteri (Permen) Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA) No. 8 Tahun 2014
Tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak (SRA). Kebijakan ini dikeluarkan
agar anak merasa aman dan terlindungi dari kekerasan dalam dunia
pendidikan khususnya di sekolah. Di dalam Permen PPPA pasal 1 dijelaskan
bahwa, Sekolah Ramah Anak yang selanjutnya disingkat SRA adalah satuan
pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat,
peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi,
menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi,
dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam
perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme
pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.3
Tujuan dari dikeluarkannya kebijakan program Sekolah Ramah Anak
(SRA) adalah untuk memenuhi, menjamin, dan melindungi hak anak melalui
Sekolah Ramah Anak, serta memastikan bahwa satuan pendidikan
mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan anak. Adapun pengertian anak
3 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 8 Tahun 2014 Pasal 1, hlm. 4.
2
itu sendiri sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
pasal 1 tentang Perlindungan Anak, anak didefinisikan sebagai seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.4 Baik anak dan orang dewasa dapat tumbuh dan mengembangkan
potensi dirinya secara optimal jauh dari ketakutan akan kekerasan. Negara
berkewajiban memenuhi hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang, berpartisipasi serta mendapatkan perlindungan dari tindak
kekerasan dan diskriminasi baik di dalam dunia pendidikan ataupun
lingkungan sekitarnya.
Muhammad Yaumi mengatakan bahwa “kekerasan guru terhadap
murid dapat ditinjau dari empat dimensi, yakni: (1) kekerasan verbal (2)
kekerasan fisik (3) kekerasan psikologis, dan (4) kekerasan profesionalisme.”5
Kekerasan verbal mencakup penggunaan stereotipe dan penamaan yang
bermuatan seks, rasis, kultur, sosio-ekonomi, ketidak sempurnaan fisik dan
homofibik. Kekerasan fisik meliputi tindakan mendorong, mencubit,
menjambak, menjewer, memukul dengan penggaris atau melemparkan
sesuatu. Kekerasan psikologis terjadi melalui tindakan berteriak, berbicara
dengan kasar, menyobek hasil kerja, mengadu domba siswa dan membuat
ancaman. Adapun kekerasan yang berkaitan dengan profesionalisme dapat
terjadi melalui penilaian yang tidak adil, menerapkan hukuman dengan pilih
4 Undang-undang Perlindungan Anak (UU RI No.23 Th. 2002) Pasal 1, (Jakarta: Sinar-
Grafika, 2011), hlm.3. 5 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi,
(Jakarta:Prenada Media Grup, 2014), hlm.147.
3
kasih, menggunakan cara-cara pendisiplinan yang tidak pantas, mengarahkan
pada kegagalan dengan menetapkan standar yang tidak wajar bagi siswa.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) menurut survei International Center for Research on
Women (ICRW) menyatakan bahwa Sebanyak 84 persen anak di Indonesia
mengalami kekerasan di sekolah. Angka kasus kekerasan di sekolah di
Indonesia ini lebih tinggi dari Vietnam (79 persen), Nepal (79 persen),
Kamboja (73 persen), dan Pakistan (43 persen). Disamping itu juga, kekerasan
terhadap anak selalu meningkat setiap tahun. Hasil pemantauan KPAI dari
2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang signifikan. Tahun 2011 terjadi
2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada
5066 kasus, kata Wakil Ketua KPAI, Maria Advianti. 6
Adapun untuk Provinsi NTB, berdasarkan data yang dihimpun oleh
Lembaga Pelindungan Anak (LPA) Kota Mataram tercatat sebanyak 18 kasus
kekerasan terhadap anak pada tahun 2017.7 Beberapa kasus diantaranya
berupa kekerasan seksual, kasus penelantaran, dan kasus kekerasan fisik.
Sedangkan data yang dihimpun oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram mencatat hingga bulan Oktober
tahun 2017 terdapat 68 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Pada
tahun 2015 jumlah kasus kekerasan yang diadukan pada Dinas P3A sebanyak
89 kasus. Sementara pada tahun 2016 sebanyak 96 kasus.
6 Davit Setyawan, “Indonesia Peringkat Tertinggi Kasus Kekerasan di Sekolah”, dalam
http //www.kpai.go.id/berita/indonesia, diakses tanggal 3 Januari 2018, pukul 20.20. 7 Observasi, 8 Januari 2018
4
Berdasarkan dari data-data yang penulis kemukakan di atas, bahwa
kekerasan terhadap anak kian marak terjadi, hal ini bukanlah menjadi suatu
hal yang baru lagi apabila banyak kalangan yang menilai jika pendidikan yang
berlangsung di sekolah selama ini masih jauh dari nilai-nilai demokratis dan
humanisme. Oleh karena itu, untuk mewujudkan program Kota Layak Anak
(KLA) di Kota Mataram, ada beberapa sekolah yang ditunjuk oleh Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram
sebagai sekolah percontohan program Sekolah Ramah Anak (SRA) yaitu: SD
Negeri 1 Ampenan, SD Negeri 5 Mataram, SMP Negeri 2 Mataram, SMP
Negeri 6 Mataram.8
Berdasarkan kondisi yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang terkait dengan Implementasi Program
Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan Kota Mataram. Alasan
empirik Peneliti melakukan penelitian tersebut karena SD Negeri 1 Ampenan
telah ditunjuk oleh Dinas Perlindungan Anak dan Perempuan Kota Mataram
sebagai sekolah percontohan Sekolah Ramah Anak (SRA). Penunjukan ini
sebagai bentuk persiapan Kota Layak Anak (KLA) Kota Mataram tahun 2018.
Penelitian mengenai program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan
belum pernah diteliti oleh peneliti lainnya pada pengimplementasian
programnya.
8 Dokumentasi SK Walikota Mataram tentang penetapan Sekolah Ramah Anak kota
Mataram tahun 2017 No. 1023/x/2017.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya dalam pengimplementasian program Sekolah Ramah
Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan ?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pengimplementasian
program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan ?
3. Apa saja solusi dalam mengatasi faktor penghambat di dalam
pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1
Ampenan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setiap usaha yang dilakukan tentu mengandung nilai dan tujuan-
tujuan tertentu, demikian juga halnya dengan penelitian ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui upaya dalam pengimplementasian program
Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan.
2. Untuk mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam
pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD
Negeri 1 Ampenan.
3. Untuk mengidentifikasi solusi dalam mengatasi faktor penghambat di
dalam pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak (SRA) di
SD Negeri 1 Ampenan.
6
2. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat. Manfaat tersebut
bisa bersifat teoritis dan praktis, adapun manfaat teoritis dan praktis
tersebut adalah:
1. Secara Teoritis
Manfaat dalam dunia penelitian ada dua hal, yang pertama
menyangkut masalah keilmuan dan yang kedua masalah manfaat
praktis. Dalam manfaat keilmuan ini juga dapat memperkaya sumber-
sumber pengetahuan khususnya dalam konteks implementasi program
Sekolah Ramah Anak (SRA) agar nantinya bisa dijadikan rujukan oleh
pemerintah daerah/kota setempat terutama yang berkaitan dengan
sekolah ramah anak.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a. Bagi Guru
Penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu informasi
dan evaluasi bagi guru dalam menjalankan tugasnya dengan
sungguh-sungguh, dalam upaya belajar mengajar yang ramah anak
di dalam kelas.
b. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam
mengetahui apa saja hak-hak anak dalam mendapatkan pendidikan
yang ramah anak.
7
c. Bagi Sekolah/lembaga pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah
satu masukan, dalam memberikan informasi dan referensi serta
sebagai deskripsi dan bahan monitoring dalam
pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak (SRA)
berikutnya lebih baik lagi.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan, serta
menambah wawasan bagi peneliti dalam menyusun suatu karya
ilmiah.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah berkisar pada
pembahasan tentang pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak
serta mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta
solusi dalam mengatasi faktor penghambat di dalam pelaksanaan program
Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan Kota Mataram.
2. Setting Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Ampenan yang
berada di Jln. Malomba No. 1 kelurahan Ampenan selatan Kota Mataram
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Adapun alasan peneliti mengambil
lokasi penelitian di SD Negeri 1 Ampenan adalah:
8
a. Karena SD Negeri 1 Ampenan merupakan salah satu sekolah yang
menerapkan program Sekolah Ramah Anak ( SRA ) di Kota Mataram.
b. Karena SD Negeri 1 Ampenan menjadi sekolah percontohan Sekolah
Ramah Anak (SRA) tahun 2017.
c. Karena sejauh pengetahuan penulis masalah ini belum pernah diangkat
oleh siapapun sehingga menarik untuk dikaji.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan salah satu cara untuk mengetahui studi-
studi atau karya terdahulu yang terkait dengan penelitian yang dilakukan,
dengan tujuan untuk menghindari adanya plagiasi serta menjamin keaslian dan
keabsahan data penelitian.
Keterkaitan dalam sebuah penelitian merupakan suatu hal yang tidak
jarang terjadi. Adanya keterkaitan tersebut menunjukkan bahwa suatu
penelitian bisa merupakan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya, atau
memiliki hubungan dan relevansi yang sangat erat kaitannya dengan
penelitian tersebut. Akan tetapi, hubungan maupun relevansi tersebut bukan
berarti memiliki kesamaan dan kemiripan yang persis sama dengan penelitian-
penelitian yang dilakukan sebelumnya. Setiap penelitian memiliki fokus
masalah yang berbeda-beda dan beragam, begitu pula dengan penelitian ini.
Berkenaan dengan penelitian mengenai implementasi program sekolah
ramah anak (SRA), ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
diantaranya:
9
1) Ayu Kartika Sari (2017) dengan judul “Implementasi Program Sekolah
Ramah Anak Dalam Penanggulangan Kekerasan Pada Anak (Studi pada
SD Negeri 3 Panggungrejo Kabupaten Pringsewu)”. Berdasarkan hasil
penelitian yang ditemukan oleh Ayu Kartika Sari, bahwa implementasi
program program SRA ini di SDN 3 Panggung Rejo Pringsewu telah
terlaksana cukup baik. Dilihat dari persiapan program berupa sosialisasi
mengenai SRA kepada sekolah dan pemerintah desa sudah berjalan baik.
Serta mambangun kerjasama dengan beberapa pihak seperti pemerintah
daerah Kabupaten Pringsewu, dan LPA. Jika dilihat dari tugas, dalam
implementasi program SRA tugas dari organisasi dan pihak yang terlibat
sudah dijalankan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dan selaras
dengan tujuan dari program SRA yang tercantum dalam Permen PPPA
No.8 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak. Dilihat dari
perencanaan program yang diberikan melalui pelatihan-pelatihan
soft skill guna memberdayakan pendidik dan perangkat pendidik serta
masyarakat guna meningkatkan standar kinerja telah diterapkan dengan
cukup baik di lingkungan sekolah. Sedangkan pada pelaksanaanya, kinerja
organisasi pelaksana sudah baik, sarana prasarana yang di butuhkan SRA
hampir terpenuhi, lingkungan sekolah sudah kondusif dan tenaga pendidik
sudah cukup memiliki standar kompetensi yang baik.
Kontroling yang dilakukan juga telah memenuhi standar yang tercantum
pada Permen PPPA No 8 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Sekolah Ramah
Anak. Pengawasan perilaku warga sekolah dilakukan dengan menerapkan
10
tata tertib yang bersifat mengikat telah berjalan dengan baik. Kemudian,
kontrol terhadap isu kekerasan yang dilakukan dengan mapping, hasilnya
tingkat kekerasan di SRA masih tinggi, dan pihak L-PAMAS maupun
pihak sekolah belum menemukan metode dan solusi guna menurunkan
tingkat kekerasan di SRA. Semua bentuk kontroling berjalan dengan baik.
Pada implementasi program SRA, yang menjadi faktor penghambat diawal
program diimplementasikan adalah pihak L-PAMAS kesulitan dalam
menyatukan persepsi dan mengajak warga sekolah untuk merubah
kebiasaan-kebiasaan serta faktor lainnya yaitu minimnya dana dalam
pembangunan sarana dan prasarana sekolah. Serta akses transportasi yang
masih buruk untuk mencapai SDN 3 Panggungrejo.
Letak persamaan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan
penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah konteks penelitiannya
sama-sama mengkaji tentang seputar implementasi program sekolah
ramah anak, adapun perbedaannya adalah jika peneliti terdahulu
memfokuskan pengimplementasian program sekolah ramah anak dalam
upaya penanggulangan kekerasan terhadap anak dengan bekerja sama
dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) L-PAMAS, sedangkan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lebih memfokuskan kepada
pelaksanaan atau pengimplementasian program sekolah ramah anak di SD
Negeri 1 Ampenan sebagai sekolah percontohan sekolah ramah anak
dalam mendukung program Kota Layak Anak (KLA) di Kota Mataram.
11
2) Siti Nur Rofi’ah (2013) dengan judul “Implementasi Pendidikan Ramah
Anak Dalam Pembentukan Karakter Siswa Kelas Rendah SD
Muhammadiyah Program Khusus Kota Barat Tahun Pelajaran
2013/2014”. Hasil penelitian yang ditemukan oleh Siti Nur Rofi’ah
menemukan 5 temuan dalam implementasi pendidikan ramah anak yaitu,
1) Implementasi pendidikan ramah anak di SD Muhammadiyah Program
Khusus Kota Barat melalui kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara
rutin (tahfidz, iqro, sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah, dan doa-doa),
keteladanan guru dalam bersikap dan berperilaku, proses pembelajaran
(menghargai pendapat siswa, memajang hasil karya siswa) dan motivasi
dan nasehat yang diberikan kepada siswa. 2) Upaya pembentukan karakter
siswa di SD Muhammadiyah Program Khusus Kota Barat melalui
beberapa kegiatan yang berhubungan dengan ramah anak. Intinya karakter
siswa terbentuk melalui pendidikan ramah anak yang diterapkan.
Menyikapi siswa yang melanggar tata tertib guru harus tetap menjaga
emosinya, memperhatikan harkat dan martabat kemanusiaan yang ada
dalam diri siswa serta menghindar kekerasan dan diskriminasi kepada
siswa. 4) Pembentukan karakter siswa dilakukan dengan ramah anak.
Hubungan antara karakter dan ramah anak terdapat kesinambungan
sehingga ada kesesuaian antara keduanya. 5) Kendala dalam pembentukan
karakter yakni pola asuh orang tua, lingkungan sekitar dan teknologi yang
semakin canggih. Solusi untuk mengatasi kendala tersebut antara lain
home visit, buku penghubung dan komunikasi dengan orang tua siswa.
12
Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada konteks
penelitian implementasi program. Sedangkan perbedaannya terletak pada
permasalahan yang dikaji yaitu pada penelitian Siti Nur Rofi’iah mengkaji
mengenai program pendidikan ramah anak sedangkan peneliti akan
mengkaji program sekolah ramah anak (SRA).
3) Ranti Eka Utari (2016) dengan judul “Implementasi Program Sekolah
Ramah Anak di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tempuran
Kabupaten Magelang”. Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan oleh
Ranti Eka Utari Program Sekolah Ramah Anak di SMP Negeri 1
Tempuran berbasis 3P, yaitu provisi, proteksi, partisipasi. Peneliti
mengkaji implementasi Program Sekolah Ramah Anak berdasarkan pada
komponen-komponen sebagai berikut: a. Komunikasi berupa sosialisasi
dan pelatihan kepada guru, sosialisasi kepada orang tua siswa serta
pengarahan kepada peserta didik di SMP Negeri 1 Tempuran mengenai
Program Sekolah Ramah Anak. b. Sumber Daya berupa sumber daya
manusia maupun sumber daya sarana dan prasarana. Hanya pada sumber
daya finansial yang mengambil dari dana BOS untuk
mengimplementasikan Program Sekolah Ramah Anak di SMP Negeri 1
Tempuran. c. Disposisi berupa sikap positif dalam mengimplementasikan
Program Sekolah Ramah Anak serta adanya komitmen dari pihak sekolah
yang ditunjukkan dengan adanya tindakan untuk terus
mengimplementasikan Program Sekolah Ramah Anak.
13
d. Struktur Birokrasi yaitu tidak adanya struktur organisasi tentang
program sekolah ramah anak dan hanya disesuaikan dengan struktur
organisasi sekolah. Model pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri 1
Tempuran yaitu model pembelajaran CFTM yang berbasis pada 3P yaitu
Provisi, Proteksi, dan Partisipasi.
Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada
konteks penelitian implementasi program sekolah ramah anak (SRA),
sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian yang akan diteliti.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ranti Eka dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Tempuran Kota Magelang, sedangkan lokasi penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti adalah di SD Negeri 1 Ampenan Kota
Mataram.
Dengan demikian penelitian yang berjudul “Implementasi Program
Sekolah Ramah Anak (SRA) (Studi Pada SD Negeri 1 Ampenan Kota
Mataram), tidak memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu.
14
F. Kerangka Teori
1. Program Sekolah Ramah Anak (SRA)
a. Pengertian Sekolah Ramah Anak (SRA)
Kata ramah anak mulai marak dipakai setelah diadopsinya
Hak-hak Anak oleh PBB yang kemudian diratifikasi oleh hampir
seluruh anggota PBB pada tahun 1989. Sejarah Hak Anak sebagai
turunan langsung dari Hak Asasi Manusia adalah salah satu kisah
perjalanan panjang sejarah perjuangan hak asasi manusia. Setelah
perang dunia II yang menyebabkan banyaknya anak-anak yang
menjadi korban, pada tahun 1979 dibentuk sebuah kelompok kerja
untuk merumuskan hak anak. Kelompok kerja ini kemudian
merumuskan Hak-hak Anak yang kemudian pada tanggal 20
November 1989 diadopsi oleh PBB dan disahkan sebagai Hukum
Internasional melalui konveksi PBB yang ditanda tangani oleh negara-
negara anggota PBB.9
Adapun pengertian Sekolah Ramah Anak (SRA) itu sendiri
sebagaimana dijelaskan dalam Permen PPPA pasal 1 dijelaskan
bahwa, Sekolah Ramah Anak yang selanjutnya disingkat SRA adalah
satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih
dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin,
memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari
kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung
9 Ibid.
15
partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran,
pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan
perlindungan anak di pendidikan.10
Sedangkan menurut Kristanto bahwa Sekolah Ramah Anak
adalah sebuah konsep sekolah yang terbuka, berusaha mengaplikasikan
pembelajaran yang meperhatikan perkembangan psikologis siswanya.
Mengembangkan kebiasaan belajar sesuai dengan kondisi alami dan
kejiwaan anak.11 Disamping itu, sekolah ramah anak tidak menekan,
memaksa, dan mengintimidasi anak sehingga anak memiliki
kemerdekaan memilih belajar dan mengembangkan potensinya dengan
senang dan riang.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Aqib
bahwa model sekolah ramah anak lebih banyak memberikan prasangka
baik kepada anak, guru menyadari tentang potensi yang berbeda dari
semua peserta didiknya sehingga dalam memberikan kesempatan
kepada siswanya dalam memilih kegiatan dan aktivitas bermain sesuai
minatnya. 12
Sedangkan menurut Bashori Muchsin menyatakan bahwa
pola pendidikan berbasis ramah anak yaitu suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memperlakukan anak
10 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia No. 8 Tahun 2014 Pasal 1, hlm. 4. 11 Agus Yulianto, “Pendidikan Ramah Anak: Studi Kasus SDIT Nur Hidayah Surakarta”,
At-Tarbawi, Vol. 1, Nomor 2, Juli-Desember, 2016, hlm.144 12 Ibid.
16
sebagai subyek yang hidup, punya hak berekspresi, hak menikmati kegembiraan, hak bermain, hak berkomunikasi inklusif, dan hak berdemokratisasi.13 Dalam hal ini sekolah ramah anak itu tidak hanya terfokus pada
penyelenggaraan proses pembelajaran yang menihilkan
(menghilangkan) praktik radikalitas atau gaya represif terhadap anak
didik, tetapi juga terhadap setiap kebijakan dari pengelola pendidikan
yang membuatnya kehilangan hak-hak fitri atau fundamentalnya
sebagai subjek pendidikan.
Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa Sekolah Ramah
Anak (SRA) merupakan sekolah yang menjunjung tinggi hak-hak anak
di sekolah. Hak-hak anak tersebut meliputi hak anak dalam
memperoleh pendidikan, hak anak dalam memperoleh kenyamanan,
keamanan, maupun kebebasan berekspresi selama berada dalam
lingkungan belajar yang ramah, dan penuh kasih sayang yang sangat
berpengaruh dalam perkembangan anak tanpa adanya diskriminasi.
b. Indikator Sekolah Ramah Anak (SRA)
Sekolah Ramah Anak (SRA) ini bisa terwujud apabila pusat
pendidikan (sekolah, keluarga dan masyarakat) bisa bahu membahu
membangun Sekolah Ramah Anak (SRA) ini. Keluarga adalah
komunitas terdekat bagi anak didik. Lingkungan keluarga yang ideal
bagi anak adalah sebuah lingkungan keluarga yang harmonis, sehat
13 Ibid.
17
baik lahir maupun batin. Lingkungan semacam ini hanya dapat tercipta
manakala sebuah keluarga dapat memenuhi beberapa indikator sebagai
berikut :14
a. Mampu memberikan hidup yang layak yakni sandang, pangan,
papan, kesehatan dan pendidikan yang memadai bagi anak.
b. Mampu memberikan ruang kepada anak untuk berkreasi,
berekspresi, dan berpartisipasi sesuai dengan tingkat umur dan
kematangannya.
c. Mampu memberikan perlindungan dan rasa aman bagi anak.
d. Dalam sebuah keluarga yang harmonis, sejahtera dan terlindungi
anak akan tumbuh dan berkembang secara wajar dan mampu
mengoptimalkan setiap potensi yang ada dalam dirinya.
e. Lingkup selanjutnya adalah lingkungan (masyarakat). Lingkungan
masyarakat yang mampu melindungi, nyaman dan aman akan
sangat mendukung perkembangan anak. Anak sebagai pribadi yang
berkembang dan mencari jati diri. Dalam pencariannya anak
mempunyai kecenderungan untuk mencoba hal baru serta mencari
pengakuan dari sekitarnya. Dalam kerangka ini anak seringkali
berusaha meniru atau menjadi beda dengan sekitarnya.
f. Sebuah komunitas yang sehat bagi anak adalah komunitas yang
mampu menerima dan menghargai anak sebagai pribadi, apa
adanya. Komunitas ini juga harus mengakomodir kepentingan anak
14 Kristanto, Ismatul Khasanah, Mila Karmila, “Identifikasi Model Sekolah
Ramah Anak (SRA) ..., hlm.45.
18
untuk berekspresi, berapresiasi dan berpartisipasi. Selain itu yang
tak kalah penting adalah bagaimana komunitas mampu
memberikan perlindungan pada anak sehingga anak meraasa aman
tinggal dan berinteraksi di dalam komunitasnya.
c. Tahapan Pembentukan Sekolah Ramah Anak (SRA)
Langkah-langkah dalam penerapan Kebijakan Sekolah Ramah
Anak (SRA) dimulai dari persiapan dan perencanaan melalui kegiatan
Sosialisasi tentang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak, dan SRA,
Penyusunan Kebijakan SRA di masing-masing satuan pendidikan,
Konsultasi anak, dan Pembentukan Tim Pelaksana SRA, pelaksanaan
dan pemantauan sebagaimana proses manajemen yang selama ini kita
kenal.15 Selengkapnya langkah-langkah dalam tahapan pembentukan
SRA adalah adalahsebagai berikut :
1. Persiapan
a) Sosialisasi tentang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak
Sosialisisasi menekankan hakikat sekolah ramah anak
untuk memastikan bahwa di dalam lingkungan sekolah anak
mendapatkan haknya, serta mendapat perlindungan. Ketika anak
bersekolah, anak sudah mendapatkan haknya atas pendidikan,
namun hak atas pendidikan itu tidak boleh meninggalkan
prinsip-prinsip KHA, oleh karena itu sosialisasi tentang
15 Panduan sekolah ramah anak, Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2015, hlm.21.
19
Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak harus dilakukan baik
sekolah bekerjasama dengan instansi terkait.
Dalam proses sosialisasi ditekankan akan pentingnya
warga sekolah menyadari bahwa sekolah bukanlah lembaga
yudikatif yang berfungsi memberikan hukuman untuk efek
penjeraan kepada anak melainkan dikembalikan kepada fungsi
sekolah sebagai lembaga pendidikan, pembinaan dan tempat
dimana 8 jam sehari atau 1/3 waktu anak sehari-hari berada
dalam pengasuhan guru sebagai pengganti orang tua, sehingga
kata hukuman, atau sanksi tidak ada dalam kamus SRA
melainkan diganti dengan konsekuensi yang harus dijalankan
anak jika terjadi kelalaian dalam proses pendidikan selama anak
berada di sekolah. Konsekuensi itulah yang mencerminkan
adanya disiplin positif yang harus dijalankan tanpa mengurangi
hak anak untuk mendapat pendidikan dan hak lainnya,
melainkan justru membantu anak untuk dapat lebih mandiri dan
siap menghadapi tantangan.
Adapun tujuan dari adanya sosialisasi tersebut adalah
1. Meningkatkan pemahaman stakeholder bidang pendidikan
tentang hak anak.
2. Meningkatkan komitmen para stakeholder bidang
pendidikan untuk pemenuhan hak anak.
20
b) Penyusunan Kebijakan Sekolah Ramah Anak di masing-masing
Satuan Pendidikan.
Komitmen tentang pemenuhan dan perlindungan anak di
satuan pendidikan melalui Sekolah Ramah Anak perlu diperkuat
dengan menyusun kebijakan tentang pelaksanaan Sekolah
Ramah Anak di masing-masing satuan pendidikan.
Adapun tujuan penyusunan kebijakan Sekolah Ramah
Anak yaitu 16:
1. Membangun komitmen bersama antar warga sekolah untuk
membentuk atau mengembangkan Sekolah Ramah Anak
sebagai kebutuhan bersama.
2. Menuangkan komitmen menjadi landasan dalam pelaksanaan
kebijakan Sekolah Ramah Anak di sekolah.
c) Konsultasi Anak
Sesuai dengan salah satu prinsip dalam Konvensi Hak
Anak yakni menghargai pandangan anak, maka perlu dilakukan
konsultasi dengan anak untuk memberikan ruang kepada anak
untuk turut berpartisipasi dalam persiapan dan perencanaan
Sekolah Ramah Anak.
Tujuan dari adanya konsultasi anak adalah:
1. Identifikasi kebutuhan dan aspirasi anak di sekolah.
16 Ibid.
21
2. Memetakan pemenuhan hak dan perlindungan anak yang
dilaksanakan di sekolah.
3. Menyediakan ruang bagi anak untuk berpartisipasi
menyuarakan pendapatnya.
d) Pembentukan Tim Pelaksana Sekolah Ramah Anak
Susunan keanggotaan Tim Pelaksana SRA :Ada dua Tim
SRA yang harus dibentuk untuk mengawal pelaksanaan SRA,
yaitu:
1. Pembentukan Tim SRA di Satuan Pendidikan yang berasal
dari unsur Kepala Sekolah/Madrasah, Wakil Guru, Wakil
Guru BK, Wakil OSIS, Wakil peserta didik dari setiap
jenjang kelas, wakil dari Komite Sekolah/madrasah, wakil
dari persatuan Orang Tua/Wali atau dapat ditambahkan juga
wakil dari alumni.
2. Pembentukan Tim SRA yang merupakan gabungan dari Tim
internal di satuan pendidikan (poin 1) dengan tim Gugus
tugas KLA pada Kluster 4.
Adapun susunan tim pelaksana dan keanggotaan Sekolah
Ramah Anak mulai dari pembina, penanggung jawab, dan ketua
pelaksana. Untuk penanggung jawab masing-masing bidang
mulai dari bidang pengawasan pelaksanaan kurikulum yang
ramah anak, bidang pengawasan kesehatan dan lingkungan,
22
bidang koordinasi dan sosialisasi, dan tim monitoring dan
evaluasi.
Kemudian tugas dan fungsi tim pelaksana Sekolah
Ramah Anak yaitu
a) Tugas Tim Pelaksana SRA secara umum adalah
mengkoordinasikan berbagai upaya pengembangan SRA,
sosialisasi pentingnya SRA, memantau proses pengembangan
SRA dan evaluasi SRA.
b) Tugas masing-masing bidang:
1. Pembina: mendampingi dan memfasilitasi proses
pembentukan dan pengembangan SRA;
2. Penanggung Jawab: memastikan semua program berjalan
baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku;
3. Ketua Pelaksana: memastikan dan mengontrol semua
pelaksanaan SRA dari mulai pembentukan sampai
pelaksanaan program untuk mendukung tercapainya SRA;
4. Bidang Pengawasan pelaksanaan kurikulum yang ramah
anak: memastikan dan mengawasi penggunaan disiplin
positif dalam proses ajar mengajar di sekolah termasuk
menginventarisir dan membuat komitment penggunaan
disiplin positive yang akan diterapkan;
5. Bidang Koordinasi dan Sosialisasi: mengkoordinasikan
semua program dengan pihak terkait termasuk memastikan
23
keterlibatan anak dalam proses pembentukan dan
pengembangan SRA;
6. Bidang Monitoring dan Evaluasi : melakukan monitoring
atas pelaksanaan semua program sejak pembentukan
sampai pelaksanaan program. Perlu dicatat anggota Tim
monitoring harus melibatkan unsur peserta didik/anak.
e) Identifikasi Potensi
Proses mengidentifikasi potensi dilakukan bersama wakil
pendidik dan tenaga kependidikan bersama saam wakil anak
serta wakil dari kelompok yang ada di sekolah. Dalam proses
dipetakan potensi yang telah dimiliki atau yang dapat
dikembangkan oleh sekolah untuk membantu mewujudkan
SRA.
2. Perencanaan
Dalam tahap ini dilakukan proses penyusunan rencana atau
program inovasi untuk mewujudkan SRA termasuk merencanakan
kesinambungan program dan kerjasama menyusun skema
pengembangan SRA di sekolah sebagai komponen penting dalam
perencanaan pengembangan SRA ke dalam RKAS dengan jejaring,
khususnya dengan dinas atau lembaga yang sudah mempunyai
program yang berbasis sekolah dan program tersebut mendukung
SRA. Contoh: Sekolah Adiwiyata, Sekolah/Madrasah Aman
Bencana, Sekolah Aman, Sekolah Tanpa Kekerasan,
24
Sekolah/kawasan Tanpa Rokok, Kawasan Anti NAPZA, Pangan
Jajan Sehat, Kantin Kejujuran, Perilaku Hidup Bersih Sehat
(PHBS), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Gerakan Makan Ikan,
Sosialisasi Kesehatan Reproduksi dan lain-lain.
Diperlukan upaya untuk menyesuaikan situasi, kondisi dan
kemampuan satuan pendidikan dengan mengoptimalkan semua
sumberdaya sekolah, bermitra dengan pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, dunia usaha dan pemangku kepentingan
lainnya.
Selain itu jika diperlukan dibuat perbaikan tata tertib agar
dapat mengakomodir suara anak dan isi tata tertib tidak larangan
maupun bersifat hukuman namun dibuat sebagai suatu konsekuesi
yang disepakati bersama antara pendidik dan tenaga kependidikan
bersama anak. Dalam tahapan ini pula dibuat mekanisme pengaduan
(contoh terlampir) sebagai upaya pencegahan dan penanganan kasus
pelanggaran hak anak.
Mekanisme pengaduan dibuat untuk tiga kondisi yaitu 1).
Korban, 2). Saksi yang melihat adanya korban dan 3). warga
sekolah yang melihat adanya situasi yang dapat mengakibatkan
adanya korban segera dapat meminta bantuan untuk mencegah hal
tersebut terjadi atau untuk korban dapat segera ditangani.
Mekanisme pengaduan melibatkan Tim SRA yang ada di Sekolah
dan jejaring penanganan kasus yang berada di luar sekolah.
25
Mekanisme pengaduan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan dan
sarana yang ada. Berikut contoh mekanisme pengaduan yang dapat
dijadikan salah satu acuan:
Bagan 1. Alur Pengaduan
Sumber: Panduan Sekolah Ramah Anak 17 Keterangan :
1. Pelapor : siswa (korban/ saksi), guru, tenaga kependidikan,
orang tua, masyarakat.
Saksi : Setiap orang yang menyaksikan kejadian.
2. Pengaduan diterima oleh tim pengaduan :
SD/ Sederajat : Guru Kelas/ Guru yang dipercaya murid,
Kepala Sekolah, Pengawas, petugas Guru Kelas/ Guru yang
dipercaya murid.
17 Ibid, hlm.26.
26
SMP/ Sederajat : Guru BK/ Guru yang dipercaya murid,
Wali Kelas, Kepala Sekolah, Pengawas.
SMA/ SMK/ Sederajat : Guru BK/ Guru yang dipercaya
murid, Wali Kelas, Kepala Sekolah, Pengawas.
3. Teknis Pengaduan :
a. Pelapor/ Saksi Menyampaikan laporan pengaduan kepada
tim pengaduan.
b. Tim pengaduan.
c. Guru BK menanyakan kronologis kejadian (Harus ada
saksi) merujuk Permendikbud No 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah.
4. Tim Pengaduan melakukan klarifikasi masalah mengenai
kebenaran informasi serta mendokumentasikan bukti kejadian/
kasus.
5. Analisis Masalah
Kasus yang biasa terjadi antara lain hamil/menghamili, narkoba
dan pencurian.
6. Menetapkan Tindakan
a. Diselesaikan secara internal (mediasi, terminasi),
memerlukan keahlian/ pengetahuan mengenai kasus.
b. Membutuhkan rujukan/referral ke pihak lain (Orang Tua,
Puskesmas, P2TP2A, Polisi, Pusat layanan)
27
c. Jika sekolah tidak sanggup menyelesaikan, meminta
bantuan ke UPT Kecamatan Dinas Pendidikan dan/ atau
kepolisian.
d. Menyampaikan informasi kepada pemohon/ penyampai
pengaduan tentang tindakan/ rujukan yang akan diambil
3. Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan adalah tahapan dimana Tim dan
seluruh warga sekolah melaksanakan program yang telah dibuat
bersama untuk mewujudkan Sekolah Ramah Anak. Dalam tahapan
ini komitment dan kerjasama antara Tim dan jejaring dan warga
sekolah sangatlah penting dan diuji agar program yang sudah
direncanakan dan disepakati bersama dapat dilaksanakan secara
benar dan berkesinambungan.18
4. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Dalam tahapan ini dilakukan proses pemantauan, evaluasi
dan pelaporan dengan melibatkan Tim Sekolah dan Tim gabungan
dengan sasaran pada anak, pendidik dan tenaga kependidikan.
A. Pelaksanaan pemantauan disarankan dilakukan dengan cara :
1. Memberikan kuesioner kepada Kepala Sekolah dan wakil
dari pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam proses ini
18 Ibid, hlm.27.
28
diperlukan terlebih dahulu penyusunan kuesioner sebagai
instrument pemantauan.
2. Pemantauan bersama yang merupakan gabungan dari dinas
dan lembaga terkait SRA ke sekolah untuk melihat
langsung dan berbincang langsung serta mendapatkan
informasi dari sekolah khususnya anak mengenai kondisi
sekolah secara riil, apa yang mereka rasakan serta
keluhkan.
Dalam pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasinya
saling berkaitan erat dengan Gugus Tugas KLA. Pemantauan
dan evaluasi dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi dengan
program terkait lainnya agar lebih efektif dan efisien sesuai
dengan mekanisme yang sudah diatur. Hal ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Pemantauan Internal
Tim Internal satuan pendidikan melakukan :
1) Menyusunan instrumen pemantauan dengan bantuan
pendamping dengan mengacu kepada instrumen yang
dibuat oleh KPPPA.
Instrumen dibuat 2 jenis, yaitu :
instrument untuk pendidik dan tenaga kependidikan,
orang tua dan semua yang terlibat kecuali anak
didik. Instrumen berisikan hal –hal yang terkait
29
dengan program sekolah terkait SRA dan
dampaknya untuk anak.
instrument untuk anak didik, berisikan pertanyaan
terkait dengan apa yang mereka rasakan di sekolah.
(Contoh ada dalam lampiran)
2) Melakukan pemantauan sebanyak 2 kali dalam satu
tahun atau sesuai dengan kesepakatan di Tim
b. Pemantauan Eksternal
Tim SRA yang melibatkan gugus tugas KLA kluster
4 dan Dinas/ lembaga lainnya melakukan pemantauan
dengan mengacu kepada instrument yang dibuat oleh
KPPPA dan dimungkinkan disesuaikan dengan
kebutuhan.Tidak menutup kemungkinan pemantauan
dilakukan oleh KPP dan PA sesuai dengan kebutuhan.
c. Pelaksana : Gugus Tugas KLA/ Tim Koordinasi SRA dan
Anak.
B. Evaluasi
Evaluasi dilakukan oleh Tim internal maupun oleh Tim
telah tergabung dengan kluster 4 Gugus Tugas KLA
beradasarkan hasil dari instrument yang telah disebarkan dan di
isi oleh responden, selanjutnya ditelaah dan dianalisa serta
30
dibuat kesimpulan dan rekomendasi yang ditujukan kepada
pihak-pihak terkait.19
Dalam satu tahun proses pemantauan dapat dilakukan
sesuai dengan kebutuhan tapi minimal harus dilakukan satu
tahun 1 kali untuk mengetahui efektifitas program SRA yang
telah dilakukan dan dampaknya terhadap pemenuhan dan
perlindungan anak di sekolah.
C. Pelaporan
Pelaporan dilakukan oleh Tim dan dilaporkan kepada
Gugus Tugas KLA Kabupaten/Kota yang akan melaporkan
secara berjenjang kepada Gugus Tugas Provinsi dan
selanjutnya dilaporkan kepada Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak.
d. Model Pembelajaran Sekolah Ramah Anak (SRA)
Terdapat banyak model pembelajaran di Indonesia.
Diantaranya adalah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yang telah
di kembangkan di Indonesia, dan berkembang menjadi PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
Pendekatan ini lebih menekankan pada cara belajar siswa mandiri.
Cara belajar yang menyenangkan (Joyful Learning) merupakan ciri
utama yang digunakan model pembelajaran ini karena dapat
19 Ibid, hlm.28.
31
memotivasi siswa. Model pembelajaran yang kontekstual ini memiliki
4 prinsip utama. Pertama adalah Interactional Process. Prinsip ini
menekankan pada interaksi aktif siswa dengan teman, guru, dan
lingkungan. Kedua adalah Communication Process yaitu siswa
mengkomunikasikan pengalaman belajarnya dengan guru dan teman
mereka. Ketiga adalah Reflection process yaitu siswa mengingat
kembali apa yang telah mereka pelajari dan lakukan. Keempat adalah
Exploration process yaitu siswa secara langsung melakukan kegiatan
seperti observasi, demonstrasi, experimen, dan interview.
Walaupun model pembelajaran ini menarik, tapi ada sesuatu
yang terlupakan, yakni hak-hak anak. Model pembelajaran
PAKEM/PAIKEM lebih menekankan pada aktivitas siswa sehingga
tanpa kita sadari model model pembelajaran kita sangat
mengeksploitasi anak. Anak terbebani dengan banyak tugas.
Pendekatan ini akan lebih bermakna jika pendidik/guru memberikan
anak hak-hak mereka. Melalui CRC, kita akan mengenal hak-hak anak.
Model pembelajaran PAKEM/PAIKEM dapat kita padukan dengan
Child Friendly Teaching Model (CFTM) (dalam buku pedoman Child
Friendly Teaching Model).
Child Friendly Teaching Model (CFTM) adalah model
pembelajaran yang berbasis 3P (Provisi, Proteksi, dan Partisipasi).
Model pembelajaran ini, sangat tepat diterapkan untuk pendidikan
anak kebutuhan dasar karena akan lebih terperhatikan. Anak merasa
32
nyaman dan terlindungi karena ancaman dan hukuman jauh dari
kehidupan anak. Perkembangan anak akan lebih maksimal. Anak
menjadi lebih berani karena diberi kesempatan untuk berpartisipasi.20
Berikut adalah pendekatan yang dimanfaatkan oleh Child
Friendly Teaching Model yang berbasis 3P.
Tabel 1. Pendekatan Child Friendly Teaching Model
Sumber : Buku Panduan Child Friendly Teaching Model.21
Experience (Pengalaman) Understanding (Pengertian)
Skill (Kecakapan) Fact (Fakta)
Anak memiliki pengalaman (latar belakang) yang berbeda, baik
yang berasal dari dalam rumah maupun lingkungan. Latar belakang
dari dalam rumah ekonomi, aktivitas, kebiasaan, keyakinan akan
dibawa anak ke dalam sekolah. Begitu pula dengan lingkungan, akan
mewarnai kehidupan anak. Dengan latar belakang yang berbeda, tentu
dibutuhkan pemahanan terhadap anak yang berbeda pula. Konsep
pemahaman ini lebih pada membedakan keberadaan anak karena
mereka memiliki pengalaman yang berbeda.
Walaupun anak memiliki pengalaman yang berbeda dan butuh
pemahaman yang berbeda, seorang anak tetap memiliki hak untuk
memperoleh kecakapan yang sama. Anak perempuan berhak
20 Muhdi, Senowarsito, Listyaning S, “Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Melalui Child Friendly Teaching Model (CFTM) Sebagai Dasar Membangun Karakter Siswa”, E-Dimas (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat), Vol. 3, No. 1, September 2012.hlm.44.
21 Ibid.
33
mendapatkan kecakapan yang biasa dilakukan anak laki-laki. Begitu
pula sebaliknya, anak laki-laki berhak memiliki kecakapan yang sama
sebagaimana yang dilakukan anak perempuan.
Sebagai misal, beri kesempatan anak laki-laki untuk menjahit,
dan beri kesempatan anak perempuan bermain bola. Hal ini
dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan minat dan bakat mereka.
Sebagai faktanya, anak dengan pengalaman (latar belakang) yang
berbeda apabila diberi kesempatan yang sama akan memperoleh hasil
yang sama.
e. Prinsip Dalam Penerapan Sekolah Ramah Anak
Menurut Senowarsito dan Ulumudin bahwa sekolah ramah
anak adalah pendidikan yang berdasarkan prinsip 3P (Provisi, Proteksi,
dan Partisipasi) dalam proses pembelajarannya.22 Ketiga prinsip
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Provisi
Provisi adalah ketersediaan kebutuhan anak seperti
cinta/kasih-sayang, makanan, kesehatan, pendidikan dan rekreasi.
Cinta dan kasih-sayang merupakan kebutuhan
dasar anak yang sangat penting untuk dikembangkan dalam
kehidupan di sekolah. Hubungan kasih sayang yang tulus dan
22 Risminawati, Siti Nur Rofi’ah, “Implementasi Pendidikan Ramah Anak”, Profesi
Pendidikan Dasar, Vol. 2, Nomor 1, Juli 2015, hlm.71.
34
hangat antara guru dan anak dapat menghilangkan rasa takut. Rasa
takut yang tumbuh dalam diri anak hanya akan
menghalangi kebebasan anak berekspresi, berpendapat, bertanya,
menjawab dan apalagi menyela. Kebebasan ini yang sebenarnya
harus kita tumbuh-kembangkan untuk terciptanya siswa aktif.
2. Proteksi
Proteksi adalah perlindungan terhadap anak dari ancaman,
diskriminasi, hukuman, salah perlakuan, dan segala bentuk
pelecehan serta kebijakan yang kurang tepat (sebagaimana yang
dijamin oleh Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak, November
1989). Pemerintah kita telah meratifikasi Konvensi PBB pada tgl
25 Agustus 1990 dengan dekrit presiden nomor 36/1990 dan UU
nomor 23/2002 dan diperbaharui lagi dalam UU nomor 35/2014
tentang perlindungan anak. Namun, proteksi merupakan persoalan
yang sangat serius di Indonesia misalnya perlakuan yang kurang
pas terhadap siswa, pelecehan seksual (sekalipun dalam bentuk
verbal) dan hukuman fisik masih ditemukan diberbagai sekolah.
3. Partisipasi
Partisipasi adalah hak untuk bertindak yang digunakan
siswa untuk mengungkapkan kebebasan berpendapat, bertanya,
berargumentasi, berperan aktif di kelas dan di sekolah. Kebebasan
berekspresi, bertanya, menjawab harus ditanamkan sejak anak usia
35
dini karena pada usia ini karakter individu mulai terbentuk. Pada
umumnya, karakteristik pendidik di Indonesia belum memberikan
kebebasan anak didik untuk berekspresi, dalam diri anak masih
terdapat rasa takut, rasa tidak percaya diri, rasa ragu-ragu, dan rasa
malu.23
Pendidikan ramah anak yang berbasis 3 P ini dapat lebih
melihat pada peran siswa dalam keaktifannya berekspresi, bertanya,
menjawab, berargumentasi, bahkan siswa diperkenankan untuk
menginterupsi pada saat pendidik sedang menjelaskan. Partisipasi
dapat diberikan dalam bentuk partisipasi klasikal, kelompok, dan
individual sesuai dengan layanan bimbingan dan konseling yang ada
selama ini. Partisipasi klasikal adalah partisipasi yang dilakukan oleh
seluruh anak dalam satu kelas, dalam satu satuan waktu dengan
kegiatan yang sama. Partisipasi kelompok adalah partisipasi yang
biasanya dilaksanakan pada kegiatan inti, dimana terdapat beberapa
kegiatan dan antar kelompok melakukan kegiatan yang berbeda dalam
satu-satuan waktu tertentu, dan partisipasi individual adalah partisipasi
yang memungkinkan anak memilih kegiatan sesuai dengan minat dan
kemampuannya masing-masing.
23 Hardi Prasetiawan, “Peran Bimbingan Konseling Dalam Pendidikan Ramah Anak”,
Jurnal CARE (Children Advisory, Research, and Education). Vol. 4, Nomor 1, Juli 2016, hal.57.
36
f. Ciri-Ciri Sekolah Ramah Anak
Menurut Kristanto ada beberapa ciri-ciri Sekolah Ramah Anak
yang ditinjau dari beberapa aspek:24
1. Sikap Terhadap Murid
Perlakuan adil bagi murid laki-laki dan perempuan, cerdas-
lemah, kaya-miskin, normal-cacat, anak pejabat-anak buruh,
Penerapan norma agama, sosial dan budaya setempat. Serta Kasih
sayang kepada murid, memberikan perhatian bagi mereka yang
lemah dalam proses belajar karena memberikan hukuman fisik
maupun nonfisik bisa menjadikan anak trauma. Saling
menghormati hak-hak anak, baik antar murid, antar tenaga,
kependidikan serta antara tenaga kependidikan dan murid. Seorang
pendidik harus menyadari bahwa setiap peserta didik mempunyai
potensi yang kadang-kadang tidak dapat terungkap, tidak diterima,
dan tidak dihargai dalam proses pendidikan.
Oleh karena itu, seorang guru harus mengembangkan cara
pandang yang positif terhadap siswa dan tidak boleh membeda-
bedakan antara siswa satu dengan siswa yang satunya. Cara
pandang yang positif akan mendorong guru untuk mengembangkan
perilaku yang konstruktif, suportif, humanis, demokratis, dan tidak
24 Kristanto, Ismatul Khasanah, Mila Karmila, “Identifikasi Model Sekolah Ramah Anak
(SRA) ..., hal.47.
37
menggunakan cap negatif atau perilaku-perilaku yang
menghancurkan harga diri siswa
2. Metode Pembelajaran
Terjadi proses belajar sedemikian rupa sehingga siswa
merasakan senang mengikuti pelajaran, tidak ada rasa takut, cemas
dan waswas, siswa menjadi lebih aktif dan kreatif serta tidak
merasa rendah diri karena bersaing dengan teman siswa lain.
Terjadi proses belajar yang efektif yang dihasilkan oleh penerapan
metode pembelajaran yang variatif dan inovatif. Dalam proses
pembelajaran seorang guru harus mampu mengorganisasi setiap
kegiatan belajar- mengajar dan menghargai anak didiknya sebagai
suatu subjek yang memiliki bekal dan kemampuan.
Oleh karena itu, interaksi antara seorang guru dengan siswa
harus lebih banyak berbentuk pemberian motivasi dari guru kepada
siswa, agar siswa merasa senang, memiliki semangat, potensi dan
kemampuan yang dapat meningkatkan harga dirinya. Dengan
demikian siswa diharapkan dapat lebih aktif dalam melakukan
kegiatan belajar.
3. Fasilitas Pembelajaran
Proses belajar mengajar didukung oleh media ajar seperti
buku pelajaran dan alat bantu ajar/peraga sehingga membantu daya
serap murid. Guru sebagai fasilitator menerapkan proses belajar
38
mengajar yang kooperatif, interaktif, baik belajar secara individu
maupun kelompok. Terjadi proses belajar yang partisipatif. Murid
lebih aktif dalam proses belajar. Guru sebagai fasilitator proses
belajar mendorong dan memfasilitasi murid dalam menemukan
cara/ jawaban sendiri dalam suatu persoalan. Suatu proses belajar-
mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Dalam tata kelola
pembelajaran, guru tidak hanya memberi sejumlah teori, wawasan,
dan pengalaman saja kepada siswa, karena boleh jadi ada siswa
yang malas, tidak punya semangat, motivasinya rendah, dan tidak
memiliki kepercayaan diri yang baik.
Untuk itu, dalam proses pembelajaran guru harus mampu
memerankan dirinya sebagai pelayan belajar. Selaku pelayan
belajar, guru tidak mengartikan mengajar sebagai upaya
mentransfer sejumlah ilmu pengetahuan, teori, maupun informasi
semata kepada para peserta didik. Mengajar adalah proses
membantu kesulitan belajar siswa dalam menemukan dan
mengembangkan potensi dan jati dirinya secara utuh.
4. Pelibatan Murid
Murid dilibatkan dalam berbagai aktifitas yang
mengembangkan kompetensi dengan menekankan proses belajar
melalui berbuat sesuatu (learning by doing), demo, praktek, dan
39
lain sebagainya). Melalui berbagai aktivitas dapat menjadi tempat
yang menunjang bagi berbagai kegiatan dan kesempatan belajar
bagi anak-anak. Hal ini karena dengan melakukan aktivitas dapat
merangsang perkembangan serta pertumbuhan fisik dari seorang
anak. Melalui kegiatan anak-anak dapat mengembangkan rasa
percaya diri, menjadi lebih sosial, belajar mandiri,
mengembangkan intelektualnya, dan belajar menyelesaikan
permasalahan yang muncul.
5. Penataan Kelas
Murid dilibatkan dalam penataan bangku, dekorasi dan
ilustrasi yang menggambarkan ilmu pengetahuan, dan lain
sebagainya. Penataan bangku secara klasikal (berbaris ke belakang)
mungkin akan membatasi kreatifitas murid dalam interaksi sosial
dan kerja dikursi kelompok, Murid dilibatkan dalam menentukan
warna dinding atau dekorasi dinding kelas sehingga murid menjadi
betah di dalam kelas, Murid dilibatkan dalam memajang karya
murid, hasil ulangan atau test, bahan ajar dan buku sehingga
artistik dan menarik serta menyediakan space untuk baca (pojok
baca). Bangku dan kursi sebaiknya ukurannya disesuaikan dengan
ukuran postur anak Indonesia serta mudah untuk digeser guna
menciptakan kelas yang dinamis.
40
Penataan ruang kelas yang baik, rapih, indah, terstruktur
dan terintergrasi, akan lebih memudahkan guru dan anak dalam
melakukan pembelajaran. Ruang kelas yang baik akan membuat
anak semakin terdorong untuk aktif melakukan kegiatan yang
dipilih oleh mereka sendiri. Penataan dan iklim yang baik juga
akan membantu anak memahami hak dan perasaan dirinya serta
hak dan perasaan orang lain.
Dengan penataan yang baik anak akan lebih memahami
aturan-aturan yang harus diikutinya tanpa harus mendengarkan
penjelasan gurunya setiap hari.
6. Lingkungan Kelas
Murid dilibatkan dalam mengungkapkan gagasannya dalam
menciptakan lingkungan sekolah (penentuan warna dinding kelas,
hiasan, kotak saran, majalah dinding, taman kebun sekolah),
tersedia fasilitas air bersih, higienis dan sanitasi, fasilitas
kebersihan dan fasilitas kesehatan, fasilitas sanitasi seperti toilet,
tempat cuci, disesuaikan dengan postur dan usia anak. Di sekolah
diterapkan kebijakan/peraturan yang mendukung kebersihan dan
kesehatan.
41
g. Karakteristik Guru yang Disenangi Oleh Siswa
Sifat-sifat atau karakteristik guru-guru yang disenangi oleh
para siswa adalah guru-guru yang (1) demokratis, (2) suka bekerja
sama (kooperatif), (3) baik hati, (4) sabar, (5) adil, (6) konsisten, (7)
bersifat terbuka, (8) suka menolong, dan (9) ramah tamah. Sifat-sifat
lain yang disenangi siswa adalah (1) suka humor, (2) memiliki
bermacam ragam minat, (3) menguasai bahan pelajaran, (4) fleksibel,
dan (5) menaruh minat yang baik terhadap siswa. 25
Guru yang demokratis memberikan kebebasan kepada anak
disamping mengadakan pembatasan-pembatasan tertentu, tidak bersifat
otoriter, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan
serta dalam berbagai kegiatan. Guru yang suka bekerja sama bersikap
saling memberi dan saling menerima dan dilandasi oleh kekeluargaan
dan toleransi yang tinggi. Guru yang baik hati bersikap suka memberi
dan berkorban untuk kepentingan anak didiknya.
Guru yang sabar tidak suka marah dan lekas tersinggung serta
suka menahan diri. Guru yang adil tidak bersikap membeda-bedakan
anak dan memberi anak sesuai dengan kesempatan yang sama bagi
semuanya. Guru yang konsisten selalu berkata sama dan bertindak
sama sesuai dengan ucapannya, baik dulu maupun seterusnya. Guru
yang bersifat terbuka akan bersedia menerima kritik dan saran dan,
25 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2012), hlm.39-40.
42
kalau perlu mengakui kekurangannya dan kelemahannya. Guru yang
suka menolong senantiasa siap membantu anak-anak yang mengalami
kesulitan atau masalah tertentu. Guru yang ramah tamah mudah
bergaul dan disenangi oleh semua orang; dia tidak sombong dan
bersedia bertindak sebagai pendengar yang baik disamping sebagai
pembicara yang menarik.
Guru yang suka humor banyak disenangi oleh anak-anak
dengan kepandaiannya membuat anak-anak menjadi gembira dan tidak
tegang atau terlalu serius. Guru yang memiliki berbagai macam niat
akan merangsang siswa dan dapat melayani berbagai minat anak. Guru
yang menguasai bahan pelajaran dapat menyampaikan materi pelajaran
dengan lancar dan menumbuhkan semangat dikalangan anak. Guru
yang fleksibel umumnya tidak bersikap kaku. Guru yang berminat
terhadap anak menyebabkan anak merasa diperhatikan dan dihargai.
h. Karakteristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar
Karakteristik belajar anak usia Sekolah Dasar di dalam Oemar
Hamalik dijelaskan sebagai berikut :26
1. Anak menyenenangi suatu proses
Anak-anak tidak mempunyai tilikan dan pengalaman yang
memungkinkan mereka dapat menerima dengan sepenuh hati
tujuan-tujuan yang dirumuskan oleh orang dewasa. Kalau anak
26 Ibid, hlm.102.
43
bertanya sesuatu, yang penting bukanlah jawabannya yang menjadi
tujuan, melainkan proses berbicaranya itu sendiri atau bertanyanya
itu sendiri. Itulah sebabnya anak selalu bertanya sekalipun orang
dewasa sudah memberikan jawabannya.
Jadi, anak-anak tertarik akan prosesnya. Kalau ia berbicara,
yang sangat menarik baginya dan yang menjadi tujuannya adalah
kegiatan bicaranya itu sendiri.
2. Kebutuhan tentang tujuan-tujuan yang dekat.
Bagi anak kecil, hari ini dan besok lebih penting dari pada
minggu yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh keadaan anak
kecil belum memiliki konsep waktu yang jelas. Anak cepat merasa
lelah, karena itu guru harus pandai mengalihkan perhatian mereka
dari objek atau pelajaran yang satu kepada yang lain. Dalam
mengerjakan sesuatu ia ingin segera mencapai tujuannya. Kalau
membuat suatu benda, misalnya, hendaknya segera diselesaikan.
3. Kebutuhan akan sukses.
Perasaan berhasil atau gagal tak perlu berasal dari ukuran
mutlak dari suatu pekerjaannya. Apa yang merupakan sukses bagi
seseorang, mungkin berupa kegagalan bagi anak-anak bergantung
pada jenis pengalaman yang telah dimilikinya, pada konsep tentang
dirinya dan pada harapan-harapan yang diajarkan oleh
subkulturalnya. Para siswa yang berhasil cenderung memiliki
44
aspirasi yang sejalan dengan pekerjaanya yang lampau. Apa yang
menjadi aspirasi anak-anak bergantung pada apa yang menurut
persepsinya dapat dicapainya.
Apabila anak sering mengalami kegagalan, mereka akan
kehilangan harga dirinya, dan hal ini akan berkecendrungan bahwa
mereka akan menetapkan tingkat aspirasinya di bawah kemampuan
mereka yang sesungguhnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa
anak-anak membutuhkan keberhasilan-keberhasilan tertentu dalam
usahanya agar harga dirinya tidak hilang dan aspirasinya tetap
tinggi.
4. Kebutuhan terhadap hal-hal yang rutin dan konsisten
Bahwa anak-anak membutuhkan hal-hal yang rutin jelas
tampak pada reaksinya terhadap lingkungannya. Perubahan-
perubahan yang mendadak sering menimbulkan gangguan-
gangguan emosional, dan kebiasaan-kebiasaan keluarga yang tidak
menentu (cepat berubah-ubah) merupakan faktor yang
menyebabkan problem perilaku. Nilai-nilai yang bertentangan
yang ditemukan mereka di rumah dan di sekolah merupakan
penyebab lain bagi kesulitan dalam penyesuaian diri. Para siswa
yang sering kali mempunyai masalah adalah mereka yang
menghadapi cara-cara yang ditetapkan oleh orang tuanya.
Sedapat mungkin guru hendaknya bersifat konsisten dalam
perasaannya, sikapnya berhubungan dengan hal-hal yang rutin,
45
disiplin, dan pendekatan terhadap siswa. Mengapa konsistensi
sikap dan tindakan guru itu penting ? Hal ini adalah karena:
a. konsistensi cenderung mengurangi rasa cemas dan
kekhawatiran para siswa.
b. Konsistensi yang membenarkan serta tidak membenarkan
tindakan tertentu akan memberikan gambara yang jelas bagi
para siswa tentang tujuan-tujuan yang akan dicapai.
c. Kebiasaan-kebiasaan yang didasari oleh hal-hal yang bersifat
kognitif dan diperkuat dengan model yang konsisten akan
mempermudah penguasaan kebiasaan-kebiasaan tersebut.
5. Kebutuhan untuk bermain
Para ahli psikologi anak menekankan pentingnya bermain
bagi anak-anak. Bagi anak-anak, bermain merupakan kegiatan
yang alami dan sangat berarti. Dengan bermain, anak mendapatkan
kesempatan untuk mengadakan hubungan yang erat dengan
lingkungannya.
Piaget dalam Oemar Hamalik 27 memandang permainan
sebagai perkenalan dan arena untuk melatih perilaku berpikir simbolis
dan pemecahan masalah. Disamping itu, permainan sangat penting
untuk melatih otot-otot, keterampilan fisik, keseimbangan, bekerja
sama dengan orang lain, belajar bercakap-cakap, persahabatan dan
latihan tata krama.
27 Ibid, hlm.104.
46
2. Tinjauan Mengenai Kebijakan Sekolah Ramah Anak (SRA)
Undang-undang perlindungan anak No. 23 Tahun 2002 adalah
salah satu undang-undang mengenai hak-hak anak yang menjelaskan
secara rinci tentang perlindungan anak. Upaya perlindungan anak
merupakan bagian integral dari usaha mensejahterakan anak. Namun
demikian, dalam kenyataan perlakuan terhadap anak masih rentan terhadap
pelanggaran hak-hak mereka, termasuk tindak kekerasan terhadap anak.
a. Landasan Hukum Kebijakan Sekolah Ramah Anak
Dari beberapa-fenomenea-fenomena mengenai maraknya kasus
kekerasan terhadap anak di dunia pendidikan khususnya di sekolah,
pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) PPPA
No. 8 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak (SRA).
Kebijakan ini dikeluarkan agar anak merasa aman dan terlindungi dari
kekerasan dalam dunia pendidikan.
Kebijakan Sekolah Ramah Anak memiliki landasan hukum
sebagai berikut.
Ketentuan Internasional meliputi:
a. Deklarasi Umum mengenai Hak Asasi Manusia pada tahun 1948;
b. Konvensi Hak Anak oleh PBB tahun 1989;
c. Deklarasi Dakar Education For All (EFA) tahun 2000;
d. Deklarasi Millenium Development Goals (MDGs); dan
47
e. Deklarasi World Fit for Children tahun 2002. 28
Ketentuan Nasional meliputi:
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak;
b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan
International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights
(Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya);
d. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan
Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak
Anak);
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009
tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa;
f. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 11 Tahun 2011 tentang kebijakan
pengembangan kabupaten/kota layak anak.29
28
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 8 Tahun 2014 Pasal 1, hlm. 17.
29 Ibid, 18.
48
b. Maksud dan Tujuan Kebijakan Sekolah Ramah Anak
Maksud dari Kebijakan Sekolah Ramah Anak ialah menjadi
acuan bagi pemangku kepentingan termasuk anak dalam
mengembangkan Sekolah Ramah Anak sebagai upaya untuk
mewujudkan salah satu indikator Kabupaten/Kota Layak Anak.
Sadangkan tujuannya yaitu meliputi dua poin, yang pertama
memenuhi, menjamin, dan melindungi hak anak melalui Sekolah
Ramah Anak.
Kedua, memastikan bahwa satuan pendidikan mengembangkan
minat, bakat, dan kemampuan anak serta mempersiapkan anak untuk
bertanggungjawab kepada kehidupan yang toleran, saling
menghormati, dan bekerjasama untuk kemajuan dan semangat
perdamaian.30 Dengan demikian belajar akan menjadi sangat bermakna
dan mampu mencetak pribadi-pribadi yang berkualitas.
30 Ibid, 17
49
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.31 Adapun
dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti
adalah penelitian yang bersifat kualitatif dengan menggunakan metode
studi kasus, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.32
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research), yang
bertujuan untuk menggambarkan bagaimana implementasi program
sekolah ramah anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan Kota Mataram.
Kirk dan Miller dalam Moleong mendefinisiskan bahwa:
“penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya.33 Menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.34 Sedangkan menurut N.S. Sukmadinata (dalam buku penelitian pendidikan) mengatakan bahwa penelitian kualitatif
31 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm.3. 32 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), hlm.6. 33 Ibid, hlm.4. 34 Ibid, hlm.6
50
adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganlisis fenomena, peristiwa aktifitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi dan pemikiran orang baik secara individu maupun kelompok.35
Adapun menurut penulis buku penelitian kualitatif lainnya yaitu
Denzin dan Lincoln di dalam Moleong menyatakan bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.36
Jadi, dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pendekatan
kualitatif merupakan metode untuk mengumpulkan data dalam bentuk
tertulis atau lisan dari orang perorang maupun kelompok yang diamati dan
fenomena yang bertujuan untuk membuat deskriptif ataupun gambaran
secara sistematis mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, aktifitas sosial,
kepercayaan serta hubungan fenomena-fenomena yang diamati.
Adapun metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus atau atau
penelitian kasus adalah peelitian yang dilakukan untuk mengungkap suatu
keadaan secara mendalam, intensif, baik mengenai perseorangan, secara
individual, maupun kelompok, atau lembaga masyarakat.37 Dalam studi
kasus ini peneliti mengumpulkan data mengenai diri subjek dari keadaan
masa sebelumnya, masa sekarang dan lingkungan sekitarnya.
35 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja-
Rosdakarya, 2010), hlm.60. 36 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif..., hlm.5. 37 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm.102.
51
Alasan peneliti memilih menggunakan metode kualitatif merujuk
dari pendapat yang dikemukakan oleh Moleong, yaitu:
a. Untuk penelitian konsultatif. b. Untuk memahami isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang
dihadapi oleh seseorang; c. Untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti
melalui penelitian kuantitatif; d. Untuk menemukan perspektif baru tentang hal-hal yang sudah
banyak diketahui; e. Untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar
belakang subyek penelitian; f. Untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai
sekarang belum banyak diketahui.38
Adapun alasan peneliti melakukan studi kasus dengan landasan
teori sebagai acuan ketika peneliti akan menggali suatu hal yang berkaitan
dengan subjek. Diharapkan dengan landasan teori yang telah disebutkan
pada bab sebelumnya dapat mendasari setiap langkah yang dilakukan oleh
peneliti, baik ketika menyusun pedoman wawancara, ketika melakukan
wawancara, dan ketika menggali data dari sumber lain yang terkait.
Oleh karena itu, berdasarkan alasan-alasan yang peneliti
kemukakan di atas berkaitan dengan alasan peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus adalah
untuk mengetahui bagaimana implementasi program Sekolah Ramah Anak
(SRA), serta faktor pendukung dan penghambat dalam
pengimplementasian programnya.
38 Ibid, hlm.7.
52
2. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan penelitian kualitatif, yaitu salah satunya adalah
peneliti sebagai instrumen kunci, karena peneliti sebagai aktor utama
dalam keseluruhan penelitian di lapangan, maka kehadiran peneliti di
lapangan sangat mutlak dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Dalam
penelitian ini kedudukan peneliti adalah sebagai pengamat biasa, di mana
peneliti tidak ikut masuk langsung ke dalam kehidupan objek peneliti.
Tujuan utama penelitian di lapangan adalah untuk mendapatkan data dan
informasi yang dibutuhkan yang berkenaan dengan masalah yang akan
diteliti.
Oleh karena itu, dalam mengumpulkan data peneliti menciptakan
hubungan sosial yang akrab dengan responden yang menjadi sumber data,
agar data yang diperoleh betul-betul valid. Dalam hal ini peneliti sebagai
pengumpul data berusaha semaksimal mungkin mengumpulkan data,
keabsahan data ini diperoleh, baik dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi selama proses penelitian.
Hal-hal yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah:
a. Melakukan observasi mengenai keadaan lokasi penelitian, keadaan
sosial guru dan peserta didik serta bagaimana implementasi program
Sekolah Ramah Anak (SRA).
53
b. Mengadakan dialog atau wawancara dengan pihak-pihak terkait,
yaitu kepala Madrasah, guru-guru, dan peserta didik sebagai sumber
informasi dan mempunyai peran aktif dalam lingkungan pendidikan.
c. Menarik kesimpulan berupa gambaran umum keadaan sosial di dalam
lingkungan Sekolah, menguraikan berbagai manfaat dan kelemahan
serta solusi untuk mengatasi berbagai kelemahan atau kekurangan.
Adapun dalam pelaksanaan penelitian biasanya hari-hari pertama
merupakan ujian mental bagi peneliti. Peneliti akan melakukan petunjuk
yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor yang dikutip Moleong
sebagai berikut:
a. tidak mengambil sesuatu dari lapangan secara pribadi; b. merencanakan kunjungan pertama untuk menemui perantara
yang nantinya akan memperkenalkan peneliti. c. tidak berambisi untuk mendapatkan informasi pada hari-hari
pertama dan mempersingkat kunjungan pertama ke lokasi penelitian;
d. bertindak secara pasif; e. bertindak lemah lembut;39
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian
berlangsung untuk mencari dan menggali berbagai informasi dan data.
Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Ampenan yang
berada di Jln. Malomba No. 1 kelurahan Ampenan Selatan Kota Mataram
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
39 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ..., hlm.167-168.
54
4. Sumber Data
Adapun yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian yaitu
subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan
kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data
disebut responden. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka
sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu.40 Pendapat
lain yang senada yaitu menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.41
Jadi sumber data adalah subjek dari mana data dan informasi itu
diperoleh baik itu menggunakan metode observasi, wawancara, maupun
dokumentasi, guna mendapatkan data dan informasi yang peneliti
butuhkan ketika melakukan penelitian. adapun menurut Supardi dalam
bukunya yang berjudul bacaan cerdas penulisan skripsi diuraikan berbagai
jenis dan sumber data dalam penelitian kualitatif yaitu:
Jenis-jenis data yang sangat diperlukan untuk kebutuhan penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli atau pelaku aktivitas. Adapun data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dari orang kedua atau ketiga dan bukan diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti.42
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah
pihak sekolah seperti; kepala sekolah, guru-guru dan terlebih lagi peserta
40 Suharsismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT-
Rineka Cipta, 2010), hlm.172. 41 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ..., hlm.157. 42 Supardi, Bacaan Cerdas Menyusun Skripsi, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta,
2011), hlm.111
55
didik sendiri yang terlibat langsung sebagai sumber data utama.
Sedangkan sumber data sekunder adalah orang tua siswa, masyarakat
sekitar dan dokumen pendukung seperti foto dan dokumen lainnya.
5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian yang sangat urgen dalam
suatu penelitian yang bersifat alamiah. Penelitian kualitatif berupaya
mengungkap berupa kondisi perilaku masyarakat yang diteliti dan situasi
lingkungan di sekitarnya. Hal ini merupakan keharusan bagi peneliti.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi.
a. Metode Observasi (Pengamatan)
Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai “perhatian
yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu.”43 Sutrisno Hadi
dalam Moleong mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses
biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-
proses pengamatan dan ingatan.44
Menurut Jekoda yang dikutip Imam Gunawan berpendapat
bahwa:
Observasi dapat menjadi teknik pengumpulan data secara ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat, yaitu: (1) diabadikan pada pola dan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan; (2) direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, dan tidak
43 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Dta, (Jakarta: PT. RajaGrafindo-
Persada, 2010), hlm.37-38. 44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ..., hlm.203.
56
secara kebetulan (accidental) saja; (3) dicatat secara sistematis, dan dikaitkan dengan proposisi-proposisi yang lebih umum, dan tidak karena didorong oleh impuls dan rasa ingin tahu belaka; dan (4) kredibilitasnya dicek dan dikontrol seperti pada data ilmiah lainnya.45
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif
pengamatan dimanfaatkan dengan sebenar-benarnya. Hal ini
dijelaskan oleh Guba dan Lincoln yang dikutip Moleong sebagai
berikut:
1. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung;
2. Teknik pengamatan ini juga memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri. Kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya;
3. Pengamatan memungkinkan penelitian mampu memahami situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh dari data;
4. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti; 5. Teknik pengamatan memungkinkan penelitian memahami
situasi-situasi yang rumit; 6. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik-teknik
komunikasi lainnya tidak memungkinkan, pengamatan menjadi alat yang sangat bermanfaat.46
Berdasarkan peran peneliti, kegiatan observasi dibedakan
menjadi observasi partisipan (participant observation) dan observasi
non-partisipan (non-participant observation).
Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang berperan serta dalam kehidupan masyarakat topik penelitian. Biasanya peneliti tinggal atau hidup bersama anggota masyarakat dan ikut terlibat dalam semua aktivitas dan perasaan mereka. Selanjutnya peneliti mermainkan dua peran, yaitu pertama
45 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi-
Aksara, 2015), hlm.144. 46 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif..., hlm.174-175.
57
berperan sebagai anggota peserta dalam kehidupan masyarakat, dan kedua sebagai peneliti yang mengumpulkan data tentang perilaku masyarakat dan perilaku individunya.
Observasi non-partisipan adalah observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Dalam observasi jenis ini peneliti melihat atau mendengarkan pada sisi sosial tertentu tanpa pasrtisipasi aktif di dalamnya. Peneliti berada jauh dari fenomena topik yang diteliti. Observasi non-partisipan memiliki kelebihan dari dari sudut objektivitas, karena jauhnya peneliti dari fenomena topik yang diteliti mengurangi bias pengaruh peneliti pada fenomena tersebut. 47
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi
non-partisipan (keterlibatan pasif), yaitu “peneliti dalam kegiatan
pengamatannya tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh para pelaku yang diamatinya, dan juga tidak melakukan sesuatu
bentuk interaksi sosial dengan para pelaku atau para pelaku yang
diamati. Keterlibatannya dengan para pelaku terwujud dalam bentuk
keberadaannya dalam arena kegiatan yang diwujudkan oleh tindakan-
tindakan pelakunya.”48 Teknik ini digunakan untuk mengamati dan
memahami secara cermat dan mendalam serta terfokus pada subjek
penelitian. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan
instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan dan mengembangkan instrumen pertanyaan menjadi butir
pertanyaan yang tidak terpaku hanya pada satu pokok pertanyaan saja.
Dalam hal ini peneliti melakukan pencarian dan pengumpulan
data hanya sebatas mengamati tentang implementasi program Sekolah
47 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data ..., hlm.39-40. 48 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif ..., hlm.155.
58
Ramah Anak (SRA), pembelajaran yang ramah terhadap anak, serta
mengamati ciri-ciri sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan Kota
Mataram.
b. Metode Interview (wawancara)
Menurut Moleong wawancara adalah “percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu.”49
Sedangkan menurut Kartono yang dikutip oleh Imam Gunawan
menyatakan bahwa:
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Terdapat dua pihak dengan kedudukan yang berbeda dalam proses wawancara. Pihak pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula interviewer, sedang pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi (informan supplyer), interviewee atau informan.50
Dari kedua pendapat di atas, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa metode wawancara adalah suatu teknik dalam
rangka mengumpulkan data dan informasi melalui tanya jawab.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
49 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ..., hlm.186. 50 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif ..., hlm.160-161.
59
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil.51
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, wawancara
dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1) Wawancara tertutup, yaitu wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang menuntut jawaban-jawaban tertentu. Misalnya pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak, setuju, ragu-ragu, tidak setuju. Wawancara jenis ini mempunyai keistimewaan dalam hal mudahnya mengklasifikasikan dan menganalisis data secara statistik. Wawancara jenis ini lebih cocok digunakan dalam penelitian kuantitatif.
2) Wawancara terbuka, yaitu wawancara yang dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan yang mengandung jawaban terbuka. wawancara terbuka memiliki kelebihan dari segi kekayaan datanya, akan tetapi sulit untuk mengklasifikasikan jawaban yang diajukan. Wawancara jenis ini lebih banyak dipergunakan dalam penelitian kualitatif yang menuntut lebih banyak informasi apa adanya tanpa intervensi peneliti.
3) Wawancara tertutup terbuka, yaitu merupakan gabungan wawancara jenis pertama dan kedua. Wawancara jenis ini paling banyak dipergunakan karena menggabungkan kelebihan dari kedua jenis wawancara di atas dari segi kekayaan data dan kemungkinan pengklasifikasian dan analisis data secara statistik.52
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terbuka.
Penggunaan wawancara terbuka ini oleh peneliti dimaksudkan agar
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, peneliti dapat secara
leluasa dan bebas tanpa terikat oleh suasana pertanyaan di samping itu
wawancara dapat berlangsung secara luas, terbuka dan terarah serta
51 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ..., hlm.194. 52 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data ..., hlm.51.
60
mendalam sehinga dapat memperoleh informasi yang lebih kaya,
pembicaraan tidak terlalu terpaku sehingga dapat menjernihkan kedua
belah pihak. Wawancara yang peneliti lakukan untuk memperoleh
berbagai informasi dan keterangan mengenai pelaksanaan
implementasi program Sekolah Ramah Anak (SRA), model
pembelajaran ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan Kota Mataram
serta permasalahan yang dihadapi baik berupa faktor pendukung
maupun faktor penghambatnya serta solusi dalam mengatasi faktor
penghambat tersebut.
c. Metode Dokumentasi
Menurut Bungin yang dikutip oleh Imam Gunawan menyatakan
bahwa “teknik dokumentasi adalah salah satu mode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data
historis”. 53 Penggalian sumber data melalui metode dokumentasi
menjadi pelengkap dalm penelitian kualitatif. Bahkan menurut Guba
dan Lincon mengatakan bahwa ”tingkat kredibilitas suatu hasil
penelitian kualitatif sedikit banyaknya ditentukan pula oleh
penggunaan dan pemanfaatan dokumen yang ada.”54
Teknik ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan data yang
berupa data sekunder (data yang telah dikumpulkan orang lain). Secara
prosedural, teknik ini sangat praktis sebab menggunakan benda-benda
53 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif ..., hlm.177. 54 Ibid, hlm.178.
61
mati, yang seandainya terdapat kesalahan atau kekurang jelasan bisa
dilihat kembali data aslinya.55
Berdasarkan berbagai pengertian di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa dokumen merupakan sumber data yang
digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis,
film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semuanya itu
memberikan informasi bagi proses penelitian.
Dengan demikian melalui penerapan metode dokumentasi ini
peneliti akan menjaring data-data yang terdapat pada SD Negeri 1
Ampenan baik berkenaan dokumen yang berkaitan dengan
implementasi program sekolah ramah anak (SRA) di SD Negeri 1
Ampenan, Kota Mataram serta informasi dalam bentuk surat, foto,
maupun berkas lainnya serta data guru, siswa, gambaran umum SD
Negeri 1 Ampenan, sejarah berdirinya SD Negeri 1 Ampenan, dan
struktur kepengurusan di SD Negeri 1 Ampenan.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Dalam hal ini Nasution dalam Sugiyono menyatakan “analisis telah
dimulai sejak merumuskan dan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun
ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.56
55 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan..., hlm.183. 56 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ..., hlm.336.
62
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam
Moleong adalah
“Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”57
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
Dengan demikian, data atau informasi yang dikumpulkan dan
berhubungan dengan pertanyaan penelitian akan dianalisis berupa
pengelompokan dan pengkategorian data dalam aspek-aspek yang telah
ditentukan, hasil pengelompokan tersebut dihubungkan dengan data yang
lainnya untuk mendapatkan suatu kebenaran.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode non
statistik yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis data
dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
57 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ..., hlm.248.
63
drawing/verification.58 Komponen dalam analisis data secara interaktif
meliputi :
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam
mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan
dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan.59
Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian,
menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum
memiliki pola, justru itula yang harus diperhatikan peneliti dalam
mereduksi data.60
Jadi, peneliti dalam mereduksi data, peneliti mensaring data-data
dari koleksi data yang didapatkan di lapangan. Peneliti memilih dan
memilah mana data yang dianggap bermanfaat dan membuang data
maupun informasi yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan
peneliti.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini
dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan
58 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ..., hlm.337. 59 Ibid, hlm.339. 60 Ibid.
64
sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan“yang paling
penting sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah bagan teks yang bersifat naratif.”61
Dengan mendisplaykan data, maka peneliti akan mudah untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah difahami tersebut.
c. Conclusion Drawing /Verification (Penarikan Kesimpulan)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
61 Ibid, hlm.341.
65
mengkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan.62
Dalam pengolahan data ini, peneliti mengacu pada metode penelitian
yaitu penelitian kualitatif yang mengacu pada pengungkapan data sesuai
dengan realita dan tidak menggunakan data statistik.
Berikut bagan model teknik analisis data secara interaktif menurut
Miles dan Huberman:
Bagan 2. Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model)
Sumber: Sugiyono (2017:338)
7. Pengecekan Keabsahan Data
Peneliti pada bagian ini perlu menjelaskan usaha-usaha yang
dilakukan untuk lebih menjamin keabsahan data dan temuan. Dalam hal
ini untuk pengecekan keabsahan data, peneliti mengambil kriteria
kredibilitas (derajat kepercayaan) yang diperiksa dengan dua teknik
62 Ibid, hlm.345.
Data Reduction
Data Collection Data Display
Conclusions: Drawing/Verifying
66
pemeriksaan yaitu ketekunan pengamatan dan triangulasi,63 seperti yang
akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Ketekunan/keajegan pengamatan
Meningkatkan ketekunan berarti “melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut
maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara
pasti dan sistematis.64 Keajegan pengamatan berarti mencari secara
konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan
proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha
membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat
diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.65
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Hal itu berarti bahwa peneliti hendaknya
mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Dengan
kekuatan pengamatan ini peneliti bisa mendapatkan data yang relevan
dengan persoalan yang sedang diteliti.
63 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ..., hlm.327. 64 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ..., hlm.370. 65 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ..., hlm.329.
67
b. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data.66 Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan
triangulasi waktu.67
Adapun dalam penelitan ini peneliti menggunakan triangulasi
sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber berarti untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
yang sama. Atau dalam pengertian lainnya yaitu menguji kredibilitas
data dilakukann dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas
data tentang perilaku murid, maka pengumpulan dan pengujian data
yang diperoleh dapat dilakukan ke guru, teman murid yang
bersangkutan dan orang tuanya. 68
66 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ..., hlm.330. 67 Ibid, hlm.372. 68 Ibid, hlm.330, 373
68
Triangulasi teknik yaitu berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang
sama secara serempak. Misalnya data diperoleh dengan wawancara,
lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila
dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan
data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih
lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk
memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin
semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.69
Dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi
teknik, peneliti bertujuan mendapatkan informasi yang sejenis dari
informan atau sumber yang berbeda dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda terhadap suatu hal yang
menjadi fokus penelitian peneliti, sehingga data yang didapat bisa
dicek kebenarannya.
69 Ibid.
69
H. Sistematika Pembahasan
Skripsi secara sistematis terdiri dari empat Bab yaitu Bab I, Bab II,
Bab III dan Bab IV. Pada Bab I terdiri dari pendahuluan yang berisikan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang
lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode
penelitian dan sistematika pembahasan. Adapun untuk metode penelitian
mencakup pada pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi
penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis data dan
pengecekan keabsahan data. Kemudian pada Bab II berisikan tentang paparan
data dan temuan pada saat penelitian yang mencakup gambaran umum lokasi
penelitian, profil SD Negeri 1 Ampenan yang mencakup sejarah berdirinya
sekolah, lokasi dan keadaan sekolah, visi-misi sekolah, dan sumber daya yang
dimiliki, pengimplementasian program sekolah ramah anak di SD Negeri 1
Ampenan, faktor pendukung dan penghambat dalam pengimplementasian
program Sekolah Ramah Anak, dan solusi-solusi dalam menghadapi
hambatan-hambatan pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak.
Adapun pada Bab III mencakup pembahasan-pembahasan mengenai
pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan,
dan faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan program
Sekolah Ramah Anak, serta solusi-solusi dalam menghadapi hambatan-
hambatan pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak. Kemudian
pada Bab IV yaitu penutup yang mencakup kesimpulan dan saran-saran
sebagai masukan dari peneliti.
70
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum SD Negeri 1 Ampenan
1. Lokasi dan Keadaan Sekolah
SD Negeri 1 Ampenan beralamatkan di Jl. Malomba No. 1
Ampenan kota Mataram. Tempat tersebut berada pada posisi yang
strategis karena berada di dekat pusat kota Mataram serta dekat dengan
jalan raya protokoler yang dapat diakses dari berbagai arah. Batas wilayah
SD Negeri 1 Ampenan yaitu sebelah utara adalah kantor Bea dan Cukai
Provinsi NTB, sebelah timur yaitu kantor Polisi Resort (Polres) Mataram,
sebelah barat yaitu lapangan sepak bola angkatan laut (AL), dan sebelah
selatan yaitu Markas Komando Pangkalan Angkatan Laut (Mako Lanal)
TNI AL.
Secara fisik, SD Negeri 1 Ampenan memiliki tiga buah gedung
bangunan berlantai dua yang memadai sebagai penunjang kegiatan belajar
dan mengajar, serta memiliki halaman bermain yang luas bagi anak-anak
yang dimanfaatkan untuk berkumpul dan bermain-main pada jam istirahat.
Sekolah memanfaatkan pula halaman di depan kelas-kelas untuk ditanam
berbagai macam tumbuh-tumbuhan sehingga memberikan kesan yang
sejuk dan alami di setiap depan kelas serta berbagai macam slogan-slogan
yang selalu mengingatkan anak dalam berbagai macam pembiasaan
kebaikan dan prestasi yang mencerminkan kepada penerapan nilai-nilai
71
karakter bagi anak-anak.70 Adapun di dalam lingkungan sekolah terdapat
pula kantin sehat yang menyediakan berbagai macam makanan dan
minuman sehat yang telah mendapatkan prestasi bintang satu dari Badan
Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) kota Mataram, sehingga anak akan
aman dan terlindungi dari berbagai macam makanan dan minuman yang
berbahaya bagi anak-anak.
2. Visi dan Misi Sekolah
Visi di SD Negeri 1 Ampenan yaitu Terwujudnya warga sekolah
Yang bertaqwa, berbudi pekerti luhur, berprestasi, mandiri, dan peduli
lingkungan. 71
Adapun misi di SD Negeri 1 Ampenan yaitu:
1. Meningkatkan mutu pengelolaan peserta didik pada pendidikan dasar
melalui penyelenggaraan pendidikan formal yang berorientasi
kecakapan hidup berasakan imteq dan imtaq dengan mengacu kepada
kebijakan pendidikan nasional.
2. Memantapkan koordinasi dan sistem informasi manajemen dalam
pengelolaan pendidikan berdasarkan kebutuhan masyarakat.
3. Meningkatkan input, proses dan output pendidikan untuk
menyukseskan program wajib belajar 9 tahun.
4. Mendorong peran masyarakat kota Mataram dalam pengelolaan
pendidikan dasar.
70 Observasi, 12 Maret 2018 71 Observasi, 15 Maret 2018
72
5. Membina dan mengendalikan pengelolaan pendidikan dasar.
3. Sumber Daya yang Dimiliki
Sumber daya sekolah merupakan komponen penting bagi
keberlangsungan kegiatan di sekolah. Sumber daya yang dimiliki oleh
sekolah merupakan daya tarik tersendiri bagi orang tua siswa dalam
mendaftarkan anaknya sekolah ke sekolah tersebut. Berikut merupakan
sumber daya sekolah di SD Negeri 1 Ampenan baik sumber daya peserta
didik, tenaga pendidik, serta tenaga kependidikan
a. Data Siswa 3 Tahun Terakhir Tabel. 2
Jumlah Peserta Didik Sumber: Dokumentasi profil sekolah 72
Tahun
Pelajaran
2015/2016 2016/2017 2017/2018
Kelas L P J L P J L P J
I 51 62 113 60 43 103 45 37 82
II 68 68 136 51 61 112 59 47 106
III 52 65 117 65 65 130 47 70 117
IV 54 34 88 54 58 112 65 63 128
V 44 44 88 50 32 82 55 59 114
VI 23 9 32 44 43 87 50 33 83
Jumlah 292 282 574 324 302 626 321 309 630
72 Dokumentasi, 15 Maret 2018
73
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dilihat dari jumlah
peserta didik kelas I dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
peserta didik. Ini membuktikan bahwa di SD Negeri 1 Ampenan juga
mengalami peningkatan peminat dari kalangan orang tua siswa dan
siswi yang menyekolahkan anaknya
b. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan sangat
mendukung keberlangsungan prosses belajar mengajar. Tenaga
pendidik yang memiliki kualitas dan profesional dalam bidangnya
dibutuhkan dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
Adapun keadaan tenaga pendidik di SD Negeri 1 Ampenan adalah
sebagai berikut:
Tabel. 3 Pendidikan Terakhir Tenaga Pendidik
Sumber: Dokumentasi profil sekolah 73 Pendidikan
Tertinggi Jumlah
PNS CPNS GTT
D-II 2 - -
D-III - - -
S1 14 - 11
S2 - - 1
S3
- - -
Jumlah
16 - 12
T o t a l
-
28
73 Dokumentasi, 15 Maret 2018
74
Dari hasil gambaran tabel di atas dapat disimpulkan bahwa guru
dengan tingkat pendidikan terakhir S 1 adalah yang terbanyak dengan
jumlah 24 orang, kemudian yang telah menempuh pendidikan S 2
hanya satu orang saja, sedangkan guru dengan pendidikan terakhir D II
hanya berjumlah 2 orang. Adapun untuk tenaga kependidikan di SD
Negeri 1 Ampenan adalah sebagai berikut:
Tabel. 4 Pendidikan Terakhir Tenaga Kependidikan
Sumber: Dokumentasi profil sekolah 74 Pendidikan
Tertinggi Tenaga Kependidikan
Tetap Tidak Tetap Jumlah
SMA/SLTA - 3 3
D-II - - -
D-III - 1 1
S1 - 2 2
S2
- - -
S3
- - -
T o t a l
-
6
Adapun untuk jumlah keseluruhan tenaga kependidikan di SD
Negeri 1 Ampenn berjumlah 6 orang dengan perincian yang berlatar
belakang pendidikan terakhir S-1 Berjumlah 2 orang dengan status
tenaga kependidikan tidak tetap, sedangkan tenaga kependidikan
74 Dokumentasi, 15 Maret 2018
75
dengan pendidikan terakhir D III berjumlah 1 orang dan 3 orang
lainnya berlatar belakang SMA/SLTA.
B. Implementasi Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1
Ampenan
Sebagai perwujudan dari indikator serta pengembangan Kota Layak
Anak (KLA) di Kota Mataram, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DP3A) kota Mataram menunjuk SD Negeri 1 Ampenan
sebagai salah satu sekolah yang menerapkan program Sekolah Ramah Anak
(SRA). Penunjukan ini sesuai dengan surat keputusan (SK) Walikota Mataram
nomor: 1023/x/2017 tentang penetapan Sekolah Ramah Anak kota Mataram
tahun 2017.75
Program Sekolah Ramah Anak merupakan program yang menjunjung
tinggi hak anak di sekolah dengan memberikan kenyaman, keamanan dan
kebebasan dalam mengungkapkan pendapat, terutama dalam proses
pembelajarannya yang menyenangkan bagi anak. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Kepala SD Negeri 1 Ampenan Ibu Hj. Johar Yuni bahwa
“sekolah ramah anak adalah sekolah yang berdasarkan prinsip provisi, proteksi dan partisipasi yaitu yang dalam proses pembelajarannya menyenangkan bagi anak, memperhatikan hak-hak anak baik hak tumbuh kembangnya, hak perlindungan anak, mengakomodir partisipasi anak dalam setiap kebijakan.”76
75 Dokumentasi, 21 Maret 2018 76 Johar Yuni, Wawancara, Ampenan, 21 Maret 2018.
76
Hal senada juga dikatakan oleh bapak Suherlan, guru kelas 5 C yang
telah menerapkan program sekolah ramah anak di kelasnya bahwa sekolah
ramah anak adalah
“sekolah yang memberikan rasa nyaman, anak menjadi senang di dalam kegiatan pembelajarannya menggunakan pendekatan PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Edukatif dan Menyenangkan), serta memegang prinsip 3 P, yaitu provisi, proteksi dan partisipasi dan menjunjung tinggi hak-hak anak serta pihak sekolah berusaha semaksimal mungkin memberikan rasa aman, nyaman dan menyenangkan selama berada di lingkungan sekolah.”77
Kemudian ditambahkan pula oleh ibu Masitah selaku ketua tim
pelaksana Sekolah Ramah Anak SD Negeri 1 Ampenan bahwa
”sekolah ramah anak adalah sekolah yang lingkungnnya ramah terhadap anak anak sesuai dengan kata-katanya yang menggunakan istilah ramah anak. Baik dari segi lingkungan, orang tua, siswa, satpam dan semua linier yang berada di lingkungan sekolah membuat nyaman dengan memegang pada prinsip 3 P dalam kesehariannya”.78
Oleh karena itu, program Sekolah Ramah Anak bukan hanya
memperlakukan anak secara ramah, tetapi memberikan apa yang menjadi
kebutuhan anak seperti rasa aman, nyaman dan menyenangkan selama berada
di sekolah. Sesuai dengan pengamatan di lapangan bahwa Sekolah Ramah
Anak memberikan provisi, proteksi, dan partisipasi kepada anak. Provisi
sebagai guru di sini yaitu dengan memberikan pelayanan yang baik dalam
pembelajaran. Kemudian provisi sebagai suatu lembaga yaitu sekolah harus
memenuhi kebutuhan anak misalnya pada sarana dan prasarana. Saat berada
di sekolah anak juga membutuhkan proteksi atau perlindungan. Kemudian
partisipasi, anak juga harus diberi kebebasan dalam berekspresi dan
77 Suherlan, Wawancara, Ampenan, 21 Maret 2018. 78 Masitah, Wawancara, Ampenan, 2 April 2018
77
berpendapat serta berpartisipasi dalam setiap pengambilan kebijakan-
kebijakan di sekolah. Berikut akan dipaparkan beberapa temuan penelitian
dalam pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1
Ampenan.
1. Latar Belakang Penyelenggaran Program Sekolah Ramah Anak
(SRA) di SD Negeri 1 Ampenan
Adapun yang menjadi latar belakang penyelenggaraan program
Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan adalah dari hasil studi
banding yang diikuti oleh ibu kepala sekolah, Hj. Johar Yuni di Depok
Jawa Barat. Dari hasil studi banding itulah yang menjadi cikal bakal
penerapan program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan. Dari
berbagai program yang telah dijalankan yakni program sekolah sehat,
sekolah peduli lingkungan, sekolah yang peduli terhadap makanan dan
minuman siswa-siswi, semuanya merupakan cikal bakal serta bibit dari
ciri-ciri program Sekolah Ramah Anak. Sehingga Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) kota Mataram menunjuk SD
Negeri 1 Ampenan sebagai salah satu sekolah yang menerapkan program
Sekolah Ramah Anak di kota Mataram pada Oktober tahun 2017 lalu.
Sebagai upaya untuk mewujudkan program Kota Layak Anak
(KLA) di kota Mataram, ada empat sekolah yang ditetapkan oleh oleh
DP3A untuk menerapkan program Sekolah Ramah Anak yaitu SD Negeri
1 Ampenan, SD Negeri 5 Mataram, SMP Negeri 2 Mataram dan SMP
78
Negeri 6 Mataram. Kemudian setelah ditetapkaan oleh DP3A sebagai
salah satu sekolah yang menerapkan program Sekolah Ramah Anak,
diadakanlah sosialisasi program oleh DP3A di sekolah dengan
mengundang orang tua siswa, para dewan guru, serta seluruh kepala-
kepala sekolah yang berada di gugus 1 Ampenan dan ketua-ketua gugus
se-Ampenan dan se-Sekarbela dengan harapan sekolah-sekolah lain dapat
menerapkan program sekolah Ramah Anak di sekolahnya masing-masing.
Menindak lanjuti dari adanya sosialisasi tersebut, kemudian pada
tanggal 14 Februari 2018 lalu, Pemerintah kota Mataram yang dalam hal
ini diwakili oleh ketua TP PKK kota Mataram Ibu Hj. Suryani Ahyar
Abduh dan ibu wakil Walikota Mataram, Ibu Noviani Danar Kinnastri
serta pejabat Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(DP3A) kota Mataram mendeklarasikan Program Sekolah Ramah Anak di
SD Negeri 1 Ampenan, sekaligus meresmikan program tersebut untuk
dilaksanakan di SD Negeri 1 Ampenan.79
Sejak diresmikannya program Sekolah Ramah Anak (SRA)
tersebut, pihak sekolah sudah mulai berbenah mulai dari sarana dan
prasarana yang menunjang program tersebut mulai dari penunjuk arah
ketika menaiki tangga, membenahi meja-meja yang sudutnya tajam
diubah menjadi sudut yang tumpul.
79 Dokumentasi, 15 Maret 2018
79
2. Tahapan Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD
Negeri 1 Ampenan
Dari hasil temuan penelitian yang ditemukan oleh peneliti di
lapangan terkait dengan tahapan pelaksanaan program Sekolah Ramah
Anak di SD Negeri 1 Ampenan akan dipaparkan sebagai berikut.80
a. Tahap Persiapan
1) Sosialisasi
Sebelum diterapkan atau dilaksanakannya sebuah
program, terlebih dahulu diadakan sebuah sosialisasi atau
penyampaian kepada khalayak ramai agar diketahui dan dipahami
maksud dan tujuan serta manfaat dari dilaksanakannya program
tersebut.
Begitupula dengan pelaksanaan program Sekolah Ramah
Anak di SD Negeri 1 Ampenan. Dalam tahapan sosialisasi
mengenai program Sekolah Ramah Anak tersebut, Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) kota
Mataram bersamaan dengan Pihak sekolah mengadakan
sosialisasi program Sekolah Ramah Anak pada hari sabtu 7
Oktober 2017 lalu dengan mengundang dewan komite sekolah,
para tenaga pendidik dan kependidikan di internal sekolah,
sekolah-sekolah yang berada di gugus 1 Ampenan, forum-forum
80 Observasi, 21 Maret 2018
80
kelas, serta seluruh orang tua siswa-siswi yang bertempat di Aula
SD Negeri 1 Ampenan.
Dalam tahapan sosialisasi ini, DP3A kota Mataram
menjelaskan mengenai maksud dan tujuan diterapkannya program
Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan. Selain itu,
dijelaskan pula mengenai hak-hak anak, baik hak untuk tumbuh
kembang anak dan perlindungan anak dari berbagai macam
tindakan kekerasan di sekolah. Kemudian dalam pengambilan
setiap kebijakan di dalam kelas maupun di sekolah, peran siswa
pun harus dilibatkan dan mengakomodir keikutsertaan mereka
dalam setiap kegiatan.
2) Penyusunan Kebijakan Sekolah Ramah Anak
Agar sebuah komitmen dapat berjalan dengan maksimal
dan sesuai dengan yang diharapkan maka perlu dibuat sebuah
kebijakan agar dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan
sebuah program.
Adapun bentuk komitmen bersama yang dilakukan oleh
dinas terkait yakni Dinas Pendidikan Kota Mataram dan Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A)
dengan pihak SD Negeri 1 Ampenan adalah penandatanganan
deklarasi bersama Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1
Ampenan pada tanggal 14 Februari 2018 lalu.81 Dalam
81 Dokumentasi, 21 Maret 2018
81
kesempatan tersebut turut hadir Ibu Hj. Suryani Ahyar Abduh
selaku ketua TP PKK Kota Mataram yang ikut serta
menandatangani deklarasi bersama Sekolah Ramah Anak
sekaligus meresmikan pelaksanaan program Sekolah Ramah
Anak di SD Negeri 1 Ampenan Kota Mataram.
3) Konsultasi Anak
Terkait dengan konsultasi anak dalam penerapan program
Sekolah Ramah Anak adalah bagaimana aspirasi dan pandangan
anak dijadikan pertimbangan di dalam pembuatan kebijakan baik
di lingkungan kelas maupun lingkungan sekolah. Sebagaimana
yang telah ditemukan oleh peneliti di lapangan terkait dengan
konsultasi anak sebagai contoh adalah di kelas V, baik V A, V B,
dan V C.82 Masing-masing guru kelas telah melakukan konsultasi
dengan anak terkait dengan peraturan-peraturan di dalam kelas.
Sehingga peraturan tidak sepenuhnya dibuat oleh gurunya,
melainkan melibatkan anak dalam perumusan peraturan kelas
sehingga ketika anak yang melanggar peraturan yang telah
disepakatinya, dia akan menjadi malu dan akan memberikan efek
perubahan dalam tingkah laku anak. Jadi tidak lagi dengan cara
kekerasan untuk menertibkan anak.
82 Observasi, 21 Maret 2018
82
Ketika seorang pendidik mengakomodir partisipasi anak
dalam pengambilan keputusan dan kebijakan maka anak akan
merasa bahwa mereka diprioritaskan, serta dapat menjadi
pembelajaran bagi mereka agar apapun keputusan yang telah
ditetapkan secara bersama-sama harus dilaksanakan dan
menanamkan rasa malu apabila melanggar sendiri keputusan yang
telah disepakati.
4) Pembentukan Tim Pelaksana Sekolah Ramah Anak
Adapun pada tahapan pembentukan tim pelaksana Sekolah
Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan telah terbentuk yang telah
tertuang dalam surat keputusan Kepala Sekolah Dasar Negeri 1
Ampenan nomor: 424/021/ SDN 1 AMP/II/2018 tentang tim
pelaksana Sekolah Ramah Anak tahun 2018 pertanggal 14
Februari 2018. Untuk susunan kepengurusan tim pelaksana
Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan akan dijelaskan
secara rinci pada pembahasan nomor 3 tentang tim pelaksana
Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan.
b. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini, telah ada beberapa program sekolah yang
sudah dijalankan dan mendukung kepada perencanaa program
Sekolah Ramah Anak. Beberapa program tersebut yaitu program
sekolah sehat, pangan jajan sehat, kantin kejujuran, dan beberapa
program lainnya yang berkaitan dengan pendidikan karakter anak
83
yaitu sambut pagi, sapa kabar, yel-yel dan gerakan SERBU (segera
buang sampah).
Dari beberapa program tersebut adalah merupakan cikal bakal
dari program Sekolah Ramah Anak yang sebelumnya telah
dilaksanakan di SD Negeri 1 Ampenan. Sehingga, dibuatlah
kesinambungan kebijakan, program dan kegiatan yang sudah ada
tersebut serta program lainnya. Dalam tahap perencanaan ini pihak
sekolah telah membuat mekanisme pengaduan di dalam
permasalahan-permasalahan mengenai anak sebagai upaya untuk
pencegahan dan penanganan kasus anak dan kekerasan terhadap anak
di sekolah. Adapun untuk mekanisme pengaduan yang diterapkan di
SD Negeri 1 Ampenan mengikuti kepada Petunjuk Teknis (Juknis)
Panduan Sekolah Ramah Anak yang dikeluarkan oleh Deputi Tumbuh
Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Sebelum dideklarasikannya program Sekolah Ramah Anak di
SD Negeri 1 Ampenan, beberapa persiapan dan perencanaan pun telah
disiapkan yakni dalam hal mengakomodir dan melibatkan siswa dalam
membuat kebijakan dan tata tertib yang diterapkan di sekolah.
Peraturan dan kebijakan tersebut tidak ada yang berupa hukuman fisik
melainkan penekanan pada aspek konsekuensi peraturan yang telah
disepakati bersama, sehingga siswa-siswi telah mengetahui
84
konsekuensi hukuman yang diterimanya dari peraturan yang telah
disepakati bersama.
Dari tahapan perencanaan tersebut sehingga program Sekolah
Ramah Anak dapat dilaksanakan di SD Negeri 1 Ampenan, karena
telah ada beberapa program dan kegiatan yang telah menjadi cikal
bakal dan bibit program Sekolah Ramah Anak. Begitupula dengan
sarana prasarana yang mendukung kepada tahap pelaksanaan program
tersebut.
c. Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan ini, program yang telah disosialisasikan dan
direncanakan sebelumnya, akan dilaksanakan sesuai dengan
komitmen bersama saat pendeklarasian program tersebut. Dalam
pelaksanaannya, sebuah program dapat terlaksana dengan maksimal
apabila ada kerjasama semua pihak serta dukungan baik materil
maupun moril demi tercapainya sebuah hasil yang maksimal dalam
pelaksanaannya.
Pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1
Ampenan telah berjalan kurang lebih dua bulan sejak dideklarasikan
dan diresmikan pada tanggal 14 Februari 2018. Tim pelaksana
Sekolah Ramah Anak telah melakukan berbagai macam kegiatan di
sekolah diantaranya yang ditemukan oleh peneliti adalah pada sumber
daya finansialnya telah dianggarkan oleh Tim bendahara Sekolah
Ramah Anak dalam RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran
85
Sekolah) dan dana BOS untuk pembelian meja dan bangku yang tidak
memiliki sisi yang tajam. Kemudian dalam hal sarana prasarana yaitu
membuat penunjuk arah, diantaranya adalah di tangga ketika akan
menaiki tangga, meja dan bangku serta kantin sehat. Hingga saat ini
sarana dan prasarana yang lain telah diperbaiki dan diperbaharui demi
memaksimalkan program Sekolah Ramah Anak. Pihak sekolah pun
telah menyediakan pojok-pojok baca di setiap sudut bangunan
sekolah, mengadakan outing class di luar sekolah sebagai salah satu
tujuan agar anak bisa belajar dari lingkungan sekitarnya dan tidak
hanya belajar dan mendapatkan ilmu di dalam kelas.
Dengan adanya program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1
Ampenan, banyak pihak yang mendukung keberlangsungan program
tersebut baik para pendidik, dewan komite sekolah dan orang tua
siswa-siswi.
d. Tahapan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Khusus untuk tahapan ini, belum dilaksanakan sama sekali
karena pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1
Ampenan baru berjalan kurang lebih dua bulan sehingga belum bisa
dilaksanakan pemantauan. Adapun tahapan yang dilaksanakan baru
sebatas evalusi jangka pendek yang dilaksankan pada setiap bulan saja
untuk mengevalusi keberlangsungannya program tersebut dan
mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami oleh pihak
sekolah.
86
3. Tim Pelaksana Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan
Dalam mengimplementasikan sebuah program perlu adanya
struktur birokrasi agar sebuah program dapat terkoordinasi dengan baik.
Struktur tim pelaksana program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1
Ampenan telah tertuang dalam surat keputusan kepala Sekolah Dasar
Negeri 1 Ampenan nomor: 424/021/SDN 1 AMP/II/2018 tentang tim
pelaksana Sekolah Ramah Anak tahun 2018.
Berikut akan dipaparkan struktur tim pelaksana Sekolah Ramah
Anak SD Negeri 1 Ampenan kota Mataram melalui tabel di bawah ini.
Tabel. 5 Tim Pelaksana Sekolah Ramah Anak (SRA)
Sumber: Dokumentasi profil sekolah 83 No Nama NIP Jabatan Ket 1 Hj. Johar Yuni, S. Pd 196204121982032009 Penanggung
Jawab
2 Masitah, S. Pd 197305122003122008 Ketua 3 Dede Mulyadi, AKS - Wakil Ketua 4 Suherlan, S. Pd 198511202010011008 Bendahara 5 Catur Adhyaksa - Sekretaris 6 Ernawati, S. Pd 198102202007012007 Seksi Proses
Pembelajaran
7 Diah Lestari, S. Pd 198703292011012001 Seksi Kesiswaan
8 Ni Wayan Candrawati 195812141978032020 Anggota 9 Ni Nyoman Siwiarni 195912201982012019 Anggota 10 Sahlanudin, S. Pd 196912172005011006 Anggota 11 Nur Hayati, S. Pd. I 198603072009012002 Anggota
Dari tabel di atas telah dipaparkan dengan jelas bahwa kepala
Sekolah SD Negeri 1 Ampenan yakni Ibu Hj. Johar Yuni, S. Pd bertugas
83 Dokumentasi, 21 Maret 2018.
87
sebagai penanggung jawab SRA, sedangkan yang bertindak sebagai ketua
tim pelaksana SRA yakni Ibu Masitah, S. Pd yang kesehariannya sebagai
guru kelas V B. Adapun untuk posisi wakil ketua dijabat oleh Bapak
Dede Mulyadi selaku ketua komite SD Negeri 1 Ampenan, dan posisi
sekretaris dan bendahara masing-masing dijabat oleh Bapak Suherlan, S.
Pd serta Bapak Catur Adhyaksa.
4. Penerapan Model Pembelajaran Saintifik yang Berbasis PAIKEM
Dalam Konsep Program Sekolah Ramah Anak (SRA)
Dalam dunia pendidikan kita mengenal model pembelajaran
PAIKEM. Istilah ini merupakan singkatan dari pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Model pembelajaran
PAIKEM ini telah diterapkan di SD Negeri 1 Ampenan yang telah
menerapkan program Sekolah Ramah Anak.84
Dari hasil temuan penelitian yang ditemukan oleh peneliti di
lapangan bahwa model pembelajaran PAIKEM termasuk dari indikator
implementasi Sekolah Ramah Anak (SRA) dalam 8 Standar Nasional
Pendidikan. Salah satu dari delapan standar nasional pendidikan tersebut
adalah standar proses yakni proses pembelajan interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berperan
aktif, memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik serta
84 Observasi, 29 Maret 2018.
88
psikologis peseta didik yang dalam pengimplementasian pembelajaran di
dalam kelas menggunakan pendekatan saintifik yang berbasis PAIKEM
Adapun indikator-indikator di dalam standar prosesnya adalah
sebagai berikut.
1. Guru menggunakan pendekatan saintifik berbasis PAIKEM dalam
pembelajaran.
2. Guru melayani kebutuhan peserta didik secara individu atau
kelompok.
3. Guru memberi kesempatan anak untuk menerima haknya secara layak.
4. Guru tidak memberi ancaman dan kekerasan yang berupa hukuman.
fisik atau non fisik kepada anak.
5. Guru memberi rasa aman dan kasih sayang kepada semua anak.
6. Guru berperilaku toleransi dan tidak ada diskriminasi.
7. Guru memfasilitasi keberlangsungan pendidikan anak berhadapan
hukum (ABH) dan anak berkebutuhan khusus (ABK).
8. Guru memberikan kebebasan dan kesempatan anak untuk
melaksanakan kegiatan peringatan hari besar keagamaan.
9. Guru mengembangkan budaya lokal dan kecakapan hidup sosial
dalam pembelajaran.
10. Guru membiasakan anak meminta maaf jika melakukan kesalahan.
11. Guru membiasakan anak untuk bersikap empati dan saling
menghormati sesama teman.
89
12. Guru tidak memotong pembicaraan saat siswa sedang memberikan
pendapat.
13. Guru membiasakan budaya mengangkat tangan ketika akan berbicara
dan setelah dipersilahkan baru berbicara.
14. Guru membiasakan anak berbicara dengan sopan.
15. Guru membiasakan anak mendengarkan pendapat teman dan tidak
menertawakan jawaban anak yang kurang tepat.
16. Siswa mendapat peluang untuk berprestasi tanpa diskriminasi.
Untuk proses kegiatan belajar mengajar tidak hanya memfungsikan
ruangan-ruangan kelas saja, melainkan halaman sekolah ataupun
berkunjung ke tempat-tempat wisata, museum dan lainnya yang dapat
menjadi bahan pembelajaran bagi siswa yang tidak ia dapati di dalam
kelas. Sebagaimana yang peneliti temukan ketika mengadakan wawancara
dengan bapak Suherlan yang menjadi bendahara program Sekolah Ramah
Anak sekaligus wali kelas 5 C mengatakan bahwa
“adakalanya pembelajaran tidak terus menerus dilakukan di sekolah seperti misalnya pembelajaran Ipa, mereka akan melakukan penelitian, percobaan-percobaan di luar lingkungan sekolah. Dan ada juga beberapa kegiatan yang kami masukkan dalam RKAS yaitu outing class yang berarti setiap kelas diberikan kesempatan untuk melakukan pembelajaran di luar sekolah yang terkait dengan materinya.”85
Dari kutipan wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan
bapak Suherlan telah tergambar dengan jelas bahwa di dalam penerapan
sekolah ramah anak, pembelajaran tidak terus menerus dilaksanakan di
85 Suherlan, Wawancara, Ampenan, 21 Maret 2018.
90
dalam kelas, melainkan di luar kelas pun bisa karena akan membuat
semangat belajar anak semakin bertambah dan bergairah dalam mengikuti
proses pembelajaran.
5. Interaksi Antara Guru dan Siswa Dalam Konsep Sekolah Ramah
Anak (SRA)
Dalam konsep Sekolah Ramah Anak, sebuah hubungan yang baik
antara seorang guru dan siswa perlu dibentuk sebagai upaya untuk
memperhatikan hak-hak anak. Anak perlu diberikan kebebasan dalam
mengeluarkan pendapatnya dan mengakomodirnya dalam setiap
penentuan kebijakan di dalam kelas maupun di sekolah.
Dari hasil temuan penelitian yang ditemukan oleh peneliti di
lapangan bahwa, di SD Negeri 1 Ampenan, setiap pagi sebelum
dimulainya kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru menanyakan
keadaan dan kabar kepada setiap anak didiknya, guru menampakkan rasa
kepedulian kepada peserta didiknya, sehingga anak menjadi terbuka dan
menceritakan tentang apa yang dialaminya dan yang dilakukannya pada
hari kemarin kepada gurunya. Dari situlah guru mendapatkan berbagai
macam informasi mengenai apa saja kebutuhan yang diinginkan oleh anak
didiknya.
Dengan adanya kepedulian seorang pendidik kepada peserta
didiknya, maka telah terjalin hubungan yang baik sehingga anak akan
merasa bahwa guru mereka adalah sekaligus sebagai orang tua kedua
91
mereka di sekolah yang selalu mengawasi mereka dan memperhatikan
terhadap setiap kebutuhan mereka. Dengan demikian, pola interaksi yang
dilakukan oleh guru dalam membangun hubungan yang baik dengan
peserta didik dalam konsep Sekolah Ramah Anak akan menjadi sebuah
alternatif cara untuk mengetahui mengenai kebutuhan-kebutuhan yang
diinginkan oleh mereka baik dalam permasalahan belajar maupun
permasalahan pribadinya.
6. Kegiatan-Kegiatan yang Menunjang Pengimplementasian Program
Sekolah Ramah Anak (SRA)
Jauh hari sebelum ditetapkannya SD Negeri 1 Ampenan sebagai
sekolah yang menerapkan Program Sekolah Ramah Anak, ada beberapa
macam kegiatan yang sejak lama telah diterapkan di SD Negeri 1
Ampenan yang berfungsi sebagai upaya untuk mendekatkan hubungan
emosional antara seorang pendidik dengan peserta didik. Berikut akan
dipaparkan beberapa kegiatan yang berfungsi sebagai penunjang dalam
pengimplementasi program Sekolah Ramah Anak .
a) Sambut Gerbang Pagi
Sambut gerbang pagi merupakan salah satu kegiatan yang telah
lama diterapkan di SD Negeri 1 Ampenan. Maksud dari kegiatan
tersebut adalah sebagai sebuah cara penyambutan bagi anak yang akan
masuk sekolah. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap pagi pukul
06.50 WITA. Para guru dan seluruh staf serta karyawan sekolah telah
92
tiba terlebih dahulu sebelum para siswa dan siswi, lalu menyambut
mereka di depan pintu gerbang sekolah dengan ucapan selamat
datang, selamat pagi dan assalamu’alaikum. 86
Dengan adanya penyambutan yang dilakukan oleh guru serta
perangkat sekolah lainnya, akan membuat para peserta didik menjadi
sumringah dan senang untuk mengikuti proses belajar di sekolah
karena anak telah merasa nyaman, senang dan betah selama berada di
lingkungan sekolah yang ramah bagi anak-anak.
b) Sapa Kabar
Sapa kabar merupakan cara ampuh bagi guru untuk
mendekatkan hubungan emosional antara pendidik dan peserta didik
dikarenakan telah terjalinnya sebuah kepedulian seorang guru
terhadap murid-muridnya mengenai segala macam permasalahan yang
dihadapinya baik di rumah, di lingkungan bermainnya maupun
permasalahan di sekolah itu sendiri. Cara ini sangat ampuh untuk
mengkorek berbagai macam masalah serta informasi apa saja yang
dialaminya, sehingga seorang guru menjadi seorang yang bisa
memberikan solusi dan jalan keluar dari permasalahan yang dialami
oleh peserta didiknya. 87
86 Observasi, 29 Maret 2018. 87 Observasi, 29 Maret 2018.
93
Adapun cara pelaksanaan sapa kabar ini dilaksanakan setelah
semua peserta didik tiba di sekolah. Guru kelas menghampiri
siswanya masing-masing dan menanyakan kabar mereka serta
memberikan semangat dan motivasi setiap harinya agar semakin
terpacu semangatnya dalam mengikuti proses pembelajaran di
sekolah. Namun, jika ada siswanya yang duduk termenung sendiri
maka guru akan menyapanya dan menanyakan tentang permasalahan
apa yang dihadapinya dan mendengarkan seluruh keluh kesahnya
sehingga siswa merasa ada yang peduli terhadap masalah yang ia
hadapi dan merasa tidak sendiri.
c) Berayan Nyampah (Sarapan Bersama)
Berayan nyampah yang bila diartikan ke dalam bahasa
Indonesia memiliki arti dan makna sarapan bersama. Kegiatan ini
dilaksanakan agar anak terbiasa untuk sarapan dan ikut berpartisipasi
dengan teman-temannya yang lain sehingga mereka akan makan
secara bersama-sama serta saling berbagi makanan.88
Para guru pun ikut berpartisipasi pula dalam kegiatan ini
dengan membawa makanan yang telah disimpan dalam kotak
makanan mereka masing-masing dan makan dan minum di tengah-
tengah siswa-siswi sehingga suasananya pun menjadi sangat hangat
88 Observasi, 29 Maret 2018.
94
serta penuh keceriaan. Kegiatan ini dilaksanakan setiap pagi sebelum
kegiatan belajar mengajar dimulai.
d) Kantin Sehat
Salah satu indikator Sekolah Ramah Anak adalah memiliki
warung atau kantin sehat yang terdapat di dalam lingkungan sekolah.
Hal ini merupakan wujud kepedulian terhadap tumbuh kembang anak
agar terlindungi dari berbagai macam makanan dan minuman yang
berbahaya bagi anak-anak. Adapun kantin atau warung yang peneliti
temukan di SD Negeri 1 Ampenan telah sejak lama menjadi kantin
sehat dan bahkan telah meraih beberapa penghargaan diantaranya
adalah penghargaan Bintang satu katagori kantin/warung sehat dari
Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) NTB.
Dengan adanya kantin atau warung sehat inilah, semua yang
dikonsumsi siswa dapat terkendali sehingga siswa akan menjadi aman
dan terlindungi dari berbagai macam makanan dan minuman
berbahaya yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang serta daya
pikir anak.
e) Gemar Bersedeqah
Untuk membiasakan siswa dan siswi untuk gemar bersedekah,
saling menolong terhadap sesama, pihak sekolah pun telah bermitra
dengan LAZDASI NTB dalam hal pembiasaan bersedekah dengan
slogan Celengan Ikhlas Beramal. Adapun untuk pengelolaan dana
95
sedekah tersebut, 50% dikelola oleh LAZDASI dan 50% dikelola
oleh pihak sekolah, kemudian dana 50% yang dikelola oleh sekolah
tersebut dirinci lagi dengan perincian 30% untuk tabungan Qurban
dan 20% untuk tabungan kepedulian jika ada siswa yang sakit.89
f) Yel-yel
Yel-yel atau teriakan yang dilakukan untuk memberikan
semangat dan motivasi bagi anak memiliki pengaruh yang cukup
besar dalam menanamkan sebuah kebiasaan dan pembiasaan yang
baik. Diantaranya adalah yel-yel ACIMAS yang kepanjangannya
adalah aku cinta makanan sehat. Yel-yel ini dilakukan ketika jam
istirahat tiba agar para siswa dapat menahan diri mereka masing-
masing dari makanan atau jajanan yang kurang sehat dan berbahaya.
g) Gerakan Serbu (Segera Buang)
Bagi anak-anak kata yang singkat dan memiliki daya tarik
membuat mereka akan selalu mengingat kata-kata tersebut dan jika
kata itu diingat maka secara otomatis mereka akan mengerti dengan
makna dari kata tersebut. Salah satunya kata yang diterapkan dalam
implementasi Sekolah Ramah Anak ini yaitu kata “SERBU” serbu
merupakan sebuah singkatan yang artinya segera buang. Segera buang
89 Observasi, 23 Maret 2018.
96
ini memiliki makna untuk memberi tahukan kepada para peserta didik
tentang membuang sampah pada tempatnya. 90
Gerakan serbu ini memberikan stimulasi yang bagus terhadap
peserta didik dan pendidik yang dimana pendidik hanya dengan
mengeluarkan satu kata “SERBU” maka peserta didik akan mengerti
dan langsung melaksanakan perintah yang terdapat pada kata serbu
tersebut. Tindakan ini merupakan tindakan yang memberikan rasa
tanggung jawab terhadap peserta didik untuk peduli akan lingkungan
sekitarnya.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pengimplementasian
Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan
Dalam mengimplementasikan sebuah program pasti memiliki beberapa
faktor baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Begitupula di dalam
pengimplemtasian program Sekolah Ramah Anak tentunya terdapat faktor
pendukung dan penghambat.
Adapun faktor pendukung sangat berperan besar dalam pelaksanaan
suatu program, berhasil atau tidaknya tergantung seberapa besar dukungan dan
pasrtisipasi dalam menyukseskan program tersebut. Sedangkan faktor
penghambat dapat menjadi kendala yang bisa menjadikan program yang
dijalankan menemui jalan buntu dan akhirnya tidak dapat berjalan dengan
maksimal. Berikut akan dipaparkan beberapa macam faktor pendukung dan
90 Observasi, 29 Maret 2018
97
faktor penghambat di dalam pengimplementasian program Sekolah Ramah
Anak di SD Negeri 1 Ampenan.
1. Faktor Pendukung Pengimplementasian Program Sekolah Ramah Anak di
SD Negeri 1 Ampenan
Faktor pendukung dalam pengimplementasian program Sekolah
Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan yaitu terletak pada dukungan
berbagai pihak, sarana dan parasarana, dan kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang memadai serta berkomitmen dalam mengimplementasikan
Program Sekolah Ramah Anak. Berikut akan dipaparkan beberapa faktor
pendukung dalam pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak di
SD Negeri 1 Ampenan.
a) Dukungan Dari Berbagai Pihak
Setelah ditunjuknya SD Negeri 1 Ampenan oleh Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) sebagai
salah satu sekolah yang menerapkan program Sekolah Ramah Anak di
kota Mataram, dewan komite sekolah, forum-forum kelas dan orang
tua siswa-siswi menyambut positif program ini dan mendukung penuh
terhadap pengimplementasian program tersebut di SD Negeri 1
Ampenan.
Dukungan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DP3A) pun sangat besar, mereka pun berharap
setelah ditunjuknya SD Negeri 1 Ampenan sebagai sekolah
98
percontohan program Sekolah Ramah Anak, sekolah-sekolah yang
lain yang berada di wilayah kota Mataram dapat menerapkan pula
program tersebut.
b) Sarana dan Prasarana Penunjang Program Sekolah Ramah Anak
Salah satu dari indikator sekolah ramah anak yang tercantum
dalam delapan standar nasional pendidikan adalah mengenai standar
sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana memiliki peranan yang
sangat penting pula sebagai faktor pendukung dalam keberhasilan
mengimplementasikan sebuah program, baik berupa fasilitas
pembelajaran, maupun lingkungan sekolah. Dari temuan penelitian di
lapangan, ada beberapa sarana dan prasarana yang mendukung pada
pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1
Ampenan. Berikut paparan temuan penelitian mengenai sarana dan
prasarana di SD Negeri 1 Ampenan.
1. Fasilitas Gedung dan Bangunan
Untuk fasilitas gedung dan bangunan di SD Negeri 1
Ampenan sudah termasuk dalam katagori bangunan yang mewah
dan sangat layak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil pengamatan di lapangan, terdapat ada tiga bangunan
berlantai dua dengan desain khusus yang terlihat mewah.
Kemudian terdapat pula musholla, UKS dan aula serta pojok baca
yang diempatkan disetiap sudut-sudut bangunan.
99
2. Ruang Kelas
Adapun untuk ruang kelas, masing-masing kelas memiliki
ruangan yang cukup besar dalam menunjang kegiatan belajar
mengajar setiap harinya. Faktor jumlah peserta didik yang terus
bertambah setiap tahunnya, dengan data terakhir jumlah peserta
didik sebanyak 630 orang sehingga setiap kelas memiliki
komposisi peserta didik yang gemuk sehingga masih terdapat
kelas yang jumlah peserta didiknya mencapai 30 orang., akhirnya
ada beberapa kelas yang di pecah menjadi 3 kelas. Sebagai contoh
adalah kelas 5 yang terbagi menjadi 3 kelas yakni kelas 5 A, 5 B
dan 5 C sebagai salah satu solusi untuk mengurangi jumlah kelas
yang gemuk.91
3. Meja dan Bangku Siswa yang Ramah Anak
Adapun yang dimaksud dengan meja dan bangku siswa
yang ramah anak adalah meja dan kursi yang digunakan oleh
siswa di sekolah tidak membahayakan bagi siswa, yaitu pada
sudut ataupun ujung meja tidak berbentuk persegi panjang
melainkan memiliki sudut yang tumpul.
Hal ini telah di antisipasi oleh ibu kepala sekolah dengan
memasukkan rencana pembelian meja dan kursi siswa yang tidak
memiliki sisi yang tajam melainkan yang tumpul pada setiap
91 Observasi, 29 Maret 2018.
100
sisinya. Pendanaannya melalui rencana anggaran kegiatan
sekolah, dan telah dipesan sehingga tinggal menunggu saja untuk
diperbaharuinya sarana meja dan kursi siswa yang ramah terhadap
anak.
4. Tempat Bermain Anak
SD Negeri 1 Ampenan memiliki halaman bermain yang
cukup luas bagi anak-anak serta terdapat pula berbagai macam
tumbuh-tumbuhan dan pepohonan yang ditanam di depan kelas
sehinnga membuat kesan sekolah yang sejuk dan peduli
lingkungan serta membuat anak menjadi betah selama berada di
lingkungan sekolah. Disamping memiliki tempat atau halaman
bermian yang luas bagi anak-anak, terdapat pula berbagai macam
fasilitas bermain bagi anak-anak, diantaranya yaitu prosotan,
ayunan dan lain-lain yang ramah terhadap anak yang dalam
pengertiannya adalah tidak membahayakan bagi anak.92
5. Pemasangan Penunjuk Arah
Fungsi dari adanya pemasangan penunjuk arah adalah
agar anak dapat memahami dan mengerti terhadap setiap tanda
yang dilihatnya. Adapun untuk pemasangan penunjuk arah ini
telah dipasang di setiap tangga pada bangunan sekolah sehinnga
terpisah antara siswa yang akan menaiki tanggah diberi tanda
92 Observasi, 29 Maret 2018.
101
panah ke atas di bagian sebelah kiri tangga, sehinnga tangga yang
sebelah kanan terdapat tanda setop yang memiliki arti bahwa
tidak boleh menaiki tangga dari sebelah kanan, karena tangga
yang sebelah kanan digunakan oleh teman-temannya yang lain
ketika akan menuruni tangga.93
c) Sumber Daya Manusia (SDM)
Ketersediaan sumber daya manusia mempengaruhi keefektifan
pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak. Sumber daya manusia
(SDM) di SD Negeri 1 Ampenan dalam mengimplementasikan
Program Sekolah Ramah Anank diukur dari kualifikasi
pendidikannya. Hampir semua guru di SD Negeri 1 Ampenan telah
menyelesaikan studi sarjana strata 1 (S 1). Total secara keseluruhan
jumlah guru di SD Negeri 1 Ampenan adalah 28 orang. Dengan
perincian kualifikasi S 1 sebanyak 24 orang, kemudian yang telah
menempuh pendidikan S 2 hanya 1 orang saja, sedangkan guru
dengan pendidikan terakhir D II hanya berjumlah 2 orang.
Oleh karena itu, kelayakan seorang pendidik di SD Negeri 1
Ampenan dalam meimplementasikan Program Sekolah Ramah Anak
diukur dari kualifikasi pendidikan guru. Hal ini juga sesuai dengan
pengamatan peneliti di lapangan bahwa guru mengajar berdasarkan
bidang keahliannya. Serta tidak ada lagi hukuman fisik yang
dilakukan oleh guru kepada siswa.
93 Observasi, 29 Maret 2018
102
d) Komitmen Guru
Sebuah komitmen memiliki peranan yang sangat penting
dalam menjalankan sebuah program. Komitmen berkaitan dengan
kemauan dan keinginan dengan sungguh-sungguh. Di SD Negeri 1
Ampenan semua dewan guru memiliki komitmen yang sama dalam
menjalankan program Sekolah Ramah Anak.
Penandatanganan deklarasi penyelenggaraan Sekolah Ramah
Anak pun telah di laksanakan pada tanggal 14 Februari 2018 lalu
dengan melibatkan berbagai pihak mulai dari Pemerintah kota
Mataram, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(DP3A), Komite Sekolah, dewan guru dan orang tua wali siswa-siswi
agar memiliki visi dan misi yang sama agar bisa memaksimalkan
program tersebut sehingga dapat ditiru oleh sekolah-sekolah lainnya.
2. Faktor Penghambat Pengimplementasian Program Sekolah Ramah Anak di
SD Negeri 1 Ampenan
Dalam mengimplementasikan suatu program pasti akan ada faktor-
faktor yang menghambat keberhasilan program tersebut. Adapun faktor
penghambat dalam mengimplementasikan program Sekolah Ramah Anak
di SD Negeri 1 Ampenan yaitu terletak pada sumber daya finansial.
Sumber daya finansial sebagai sumber pendanaan pun tak kalah
pentingnya dalam mensukseskan suatu program agar bisa menampakkan
hasil yang maksimal.
103
Begitu pula dengan penerapan program Sekolah Ramah Anak di
SD Negeri 1 Ampenan. Untuk sumber daya finansialnya telah dianggarkan
dari RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah), namun
pendanaannya hanya dianggarkan dari dana BOS saja, sehingga kurang
masksimal dalam pembiayaan baik untuk sarana dan parsarana serta
kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan program Sekolah Ramah
Anak. Sehingga untuk pemenuhan sarana dan prasarana yang ramah anak
belum dapat dimkasimalkan karena keterbatasan dana. Karena
keterbatasan dana tersebut sehingga untuk pengadaannya hanya beberapa
kelas saja yang sudah di sediakan meja dan bangku yang ramah anak.
D. Solusi Dalam Mengatasi Faktor Penghambat di dalam
Pengimplementasian Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri
1 Ampenan.
Adapun untuk solusi mengatasi faktor penghambat di dalam
mengimplementasikan program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1
Ampenan yang berkaitan dengan sumber daya finansial adalah melibatkan
orang tua dalam sumbangan sekolah. Partisipasi orang tua sangat membantu
dalam mengatasi hambatan-hambatan yang berupa pendanaan, karena latar
belakang pendidikan dan pekerjaan orang tua siswa yang menyekolahkan
anaknya di SD Negeri 1 Ampenan adalah tergolong kelas ekonomi menengah
ke atas mulai dari profesi anggota Polri, TNI, PNS dan lain-lain, sehingga di
setiap kelas ada forum-forum kelas yang membahas permasalahan yang ada di
dalam kelas kemudian akan di bahas dengan pihak sekolah.
104
Dari hasil wawancara dengan ibu Masitah, selaku ketua Tim Pelaksana
Sekolah Ramah Anak mengatakan bahwa
“alhamdulillah, partisipasi orang tua sudah banyak memberikan kontribusi dalam permasalahn di sekolah, kemarin orang tua siswa menyumbangkan karpet untuk kebutuhan Imtaq setiap hari jum’at. Jadi kita terbantu dengan adanya partisipasi orang tua.”94
Jadi dengan adanya partisipasi orang tua sehingga masalah yang
berkaitan dengan sumber daya finansial dalam pendanaannya dapat
terselesaikan walaupun bentuk bantuan dan sumbangsih yang diberikan tidak
terlalu banyak dan besar tetapi dapat menjadi kontribusi yang besar sebagai
bentuk partisipasi orang tua siswa dan siswi yang menyekolahkan anaknya di
SD Negeri 1 Ampenan.
94 Masitah, Wawancara, Ampenan 2 April 2018
105
BAB III
PEMBAHASAN
A. Implementasi Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1
Ampenan
Pengertian sekolah ramah anak sebagaimana yang diungkapkan oleh
Aqib bahwa model sekolah ramah anak lebih banyak memberikan prasangka
baik kepada anak, guru menyadari tentang potensi yang berbeda dari semua
peserta didiknya sehingga dalam memberikan kesempatan kepada siswanya
dalam memilih kegiatan dan aktivitas bermain sesuai minatnya. 95
Program Sekolah Ramah Anak berbasis 3P yaitu Provisi, proteksi, dan
partisipasi. Provisi yaitu memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan anak di
sekolah. provisi sebagai guru yaitu memberikan pelayanan mengajar yang
baik dan juga ramah. Sehingga materi tersampaikan dan anak merasa nyaman.
Anak dapat belajar tanpa tekanan dan tanpa paksaan. Guru juga mengajar
sesuai dengan bidang keahliannya. Sedangkan provisi sebagai lembaga yaitu
sekolah berusaha memberikan fasilitas dan sarana prasarana yang memadai.
Baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas. Di dalam kelas, sekolah
memberikan fasilitas baik fasilitas penunjang akademik maupun non
akademik. Kemudian partisipasi yaitu memberikan kebebasan anak dalam
mengemukakan pendapat dan berekspresi serta melibatkan anak dalam
pembuatan kebijakan dan keputusan.
95 Agus Yulianto, “Pendidikan Ramah Anak: Studi Kasus SDIT Nur Hidayah Surakarta”, At-Tarbawi, Vol. 1, Nomor 2, Juli-Desember, 2016, hlm.144.
106
Oleh karena itu program Sekolah Ramah Anak sebagai suatu program
yang bersifat menjunjung tinggi hak-hak anak di sekolah, baik dari segi
keamanan, pelayanan dan kenyamanan dalam proses pembelajaran di dalam
kelas, menyediakan berbagai macam fasilitas yang ramah terhadap anak baik
dari segi sarana dan prasarana di dalam kelas maupun di sekolah, kemudian
menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat bagi anak, serta melibatkan
siswa dalam pembuatan kebijakan dan peraturan yang telah disepakati
bersama antara pendidik dan peserta didik tanpa adanya unsur kekerasan di
dalam peraturan tersebut yang nantinya akan membuat siswa terintimidasi dan
tertekan selama berada di sekolah, sehingga apabila hukuman atau
konsekuensi yang dibuat sendiri oleh siswa dari peraturan sebelumnya yang
telah disepakati, maka siswa akan sadar sendiri mengenai hukuman yang akan
dilaksanakannya tanpa diperintah oleh guru itu sendiri.
Sebagai upaya untuk mewujudkan program Kota Layak Anak (KLA)
di Kota Mataram, ada beberapa sekolah yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota
Mataram untuk menerapkan program Sekolah Ramah Anak. Diantara sekolah
yang menerapkan program tersebut adalah SD Negeri 1 Ampenan yang
merupakan salah satu sekolah yang menerapkan program Sekolah Ramah
Anak di Kota Mataram sekaligus menjadi sekolah percontohan program
Sekolah Ramah Anak. Selain SD Negeri 1 Ampenan yang menerapkan
program tersebut di sekolahnya, SD Negeri 5 Mataram, SMP Negeri 2
Mataram, SMP Negeri 6 Mataram merupakan sekolah yang ditunjuk oleh
107
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota
Mataram untuk menerapkan program Sekolah Ramah Anak.
Adapun SD Negeri 1 Ampenan menjadi model Sekolah Ramah Anak
berdasarkan pada Surat Keputusan (SK) Walikota Mataram nomor:
1023/x/2017 tentang penetapan Sekolah Ramah Anak Kota Mataram tahun
2017. Program Sekolah Ramah Anak merupakan program yang memberikan
hak-hak anak di sekolah baik itu dalam hal kenyamanan, keamanan, maupun
kebebasan dalam berekspresi serta mengakomodir partisipasi anak dalam
setiap pengambilan kebijakan dan keputusan di sekolah.
Program Sekolah Ramah Anak yang diimplementasikan di SD Negeri
1 Ampenan telah berjalan kurang lebih dua bulan sejak dideklarasikannya
program tersebut pada tanggal 14 Februari 2018 oleh Dinas Pendidikan Kota
Mataram dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(DP3A) Kota Mataram. Sebelum dideklarasikannya program tersebut di SD
Negeri 1 Ampenan, DP3A telah melakukan program sosialisasi mengenai
Sekolah Ramah Anak pada tanggal 7 Oktober 2017.
Walaupun usia program tersebut baru berjalan dua bulan, namun cikal
bakal dan bibit program Sekolah Ramah Anak sudah ada dan telah lama
dilaksanakan di SD Negeri 1 Ampenan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
ibu Hj. Johar Yuni selaku kepala sekolah yang diwawancarai oleh peneliti
bahwa dalam studi banding yang diikutinya di Depok Jawa Barat yang
berkaitan dengan Program Sekolah Ramah Anak, ternyata dari beberapa
108
program yang diterapkan oleh sekolah lainnya dalam program Sekolah Ramah
Anak, telah diterapkan pula di SD Negeri 1 Ampenan.
Dari hasil studi banding itulah yang kemudian menjadi latar belakang
pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan,
karena SD Negeri 1 Ampenan memiliki berbagai macam fasilitas, kegiatan-
kegiatan serta program-program yang merupakan indikator-indikator program
Sekolah Ramah Anak yang mendukung dalam pengimplementasian program
tersebut. Adapun dari indikator-indikator Sekolah Ramah Anak yang telah
terlaksana di SD Negeri 1 Ampenan telah tertuang dalam berbagai kegiatan-
kegiatan yang menunjang dalam pengimplementasian program Sekolah
Ramah Anak yakni baik dari segi sandang, pangan, papan, kesehatan dan
pendidikan yang memadai bagi anak ketika berada di sekolah semuanya telah
dilaksanakan dan sudah berjalan lama sebelum ditunjuknya SD Negeri 1
Ampenan sebagai sekolah yang menerapkan program Sekolah Ramah Anak
sebagaimana yang telah dibahas oleh peneliti di atas terkait dengan progarm
dan kegiatan Sekolah Ramah Anak.
Sebuah lembaga pendidikan, terutama sekolah dapat dikatagorikan
sebagai sekolah yang mengimplementasikan program sekolah ramah anak
(SRA) apabila telah memenuhi beberapa indikator sekolah ramah anak baik
berupa program dan kegiatan-kegiatannya. Adapun kegiatan-kegiatan dan
program yang telah dilaksanakan sebagai upaya pengimplementasian program
sekolah ramah anak diantaranya adalah program sambut gerbang pagi yang
dilaksanakan setiap hari pada pukul 06.45 WITA oleh guru-guru untuk
109
menyambut siswa-siswi ketika tiba di sekolah. Tujuan dari adanya program
tersebut adalah untuk membuat anak merasa nyaman dan senang ketika tiba di
sekolah, dan ini merupakan cara untuk mendekatkan hubungan emosional
antara seorang pendidik dan peserta didik serta sebagai bentuk keramahan
terhadap anak saat anak berada di sekolah.
Selain program sambut gerbang pagi yang diterapkan di SD Negeri 1
Ampenan, ada beberapa program dan kegiatan lainnya yang dapat
menggambarkan pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak di SD
Negeri 1 Ampenan yakni sapa kabar, berayan nyampah, kantin sehat, gemar
bersedeqah, yel-yel, dan gerakan serbu sampah.
Pada kegiatan sapa kabar, seorang pendidik menyapa dan menanyakan
kabar anak didiknya kemudian pengalamannya pada hari kemarin dan lain
sebagainya, karena hal yang demikian merupakan letak kepedulian seorang
pendidik dalam mendekati dan menanyakan kabar anak didiknya. Selain itu
sapa kabar merupakan cara ampuh bagi guru untuk mendekatkan hubungan
emosional antara pendidik dan peserta didik dikarenakan telah terjalinnya
sebuah kepedulian seorang guru terhadap murid-muridnya mengenai segala
macam permasalahan yang dihadapinya baik di rumah, di lingkungan
bermainnya maupun permasalahn di sekolah itu sendiri. Cara ini sangat
ampuh untuk mengkorek berbagai macam masalah serta informasi apa saja
yang dialaminya, sehingga seorang guru menjadi seorang yang bisa
memberikan solusi dan jalan keluar dari permasalahan yang dialami oleh
peserta didiknya.
110
Lalu pada kegiatan berayan nyampah yang diterapkan di SD Negeri 1
Ampenan merupakan kegiatan makan bersama yang diikuti oleh semua siswa-
siswi sebelum memulai pembelajaran. Makan bersama ini dilaksanakan di
dalam kelas masing-masing dan diikuti pula oleh guru kelasnya sekaligus
mengontrol anak didiknya. Pada kegiatan ini sangat terlihat sekali bahwa
dalam konsep Sekolah Ramah Anak, kepedulian sekolah terhadap anak
didiknya di mulai dari hal-hal yang kecil seperti sarapan bersama yang
mungkin sebagian siswa yang lain telah sarapan bersama sebelumnya di
rumah dengan orang tua mereka masing-masing, tetapi mungkin juga ada
siswa-siswa lain yang belum sempat untuk sarapan pagi bersama dikarenakan
belum dipersiapkan oleh orang tua mereka karena sibuk sehingga hanya
diberikan bekal saja.
Dengan adanya berayan nyampah atau sarapan bersama ini para
peserta didik tetap akan tetap terkontrol sarapannya pada setiap pagi sehingga
mereka tetap akan semangat dan penuh antusias dalam mengikuti pelajaran di
sekolah sampai selesai. Tujuan dari adanya berayan nyampah ini adalah untuk
menjalin keakraban baik antara sesama siswa maupun dengan guru kelasnya
misalnya dengan saling berbagi makanan dan bertukar makanan antara siswa
yang satu dengan yang lainnya.
Lalu terdapat pula kantin sehat yang berada di lingkungan sekolah.
Kantin sehat ini menyediakan berbagai macam makanan dan minuman yang
aman bagi anak. Karena salah satu dari indikator penetapan program Sekolah
Ramah Anak adalah memiliki warung atau kantin sehat serta menerapkan
111
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal itulah yang menjadi pedoman
dan pegangan bagi sekolah-sekolah yang mengimplementasikan program
Sekolah Ramah Anak di sekolahnya. Adapun untuk SD Negeri 1 Ampenan
telah lama menerapkan program kantin sehat tersebut, dikarenakan SD Negeri
1 Ampenan juga mengimplementasikan program sekolah sehat sehingga
sebagai aturannya adalah menyediakan makanan dan minuman yang sehat dan
aman dikonsumsi bagi anak. Program kantin sehat tersebut mendapatkan
apresiasi dari Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) Kota Mataram
dengan memberikan penghargaan bintang satu katagori warung/kantin sehat.
Kemudian sebagai cara untuk mengingatkan anak agar selalu
mengkonsumsi jajanan dan makanan yang sehat, anak-anak diajarkan sebuah
yel-yel yaitu Acimas yang memiliki kepanjangan aku cinta makanan sehat.
Penggunaan cara ini terbukti efektif untuk selalu mengingatkan anak apabila
hendak membeli jajanan atau makanan di luar selain yang disediakan oleh
pihak sekolah yaitu kantin sehat. Tetapi tetap ada saja sebagian siswa yang
membeli jajanan dan makanan di luar karena, karena dari hasil pengamatan
yang ditemui oleh peneliti pada saat penelitian bahwa masih sangat banyak
para pedagang yang menjajakan dagangannya di depan gerbang sekolah,
sehingga pada saat jam istirahat sebagian siswa ada yang membeli makanan
dan jajanan di luar, dan cara membelinya pun cukup dengan memanggil
penjualnya saja kemudian penjual tersebut menghampiri siswa. Walaupun ada
satpam yang menjaga, tugas merekapun hanya menjaga agar anak tidak keluar
gerbang dan tidak menegur para pedagang tersebut.
112
Untuk mengatasi permasalahan ini pihak sekolah telah memberitahu
para pedagang yang menjajakan makanannya agar tidak melayani anak apabila
berbelanja pada saat jam pelajaran berlangsung dan tidak menghiraukan
panggilan anak apabila mereka ingin membeli sesuatu baik berupa makanan
atau jajanan. Jika mereka tetap ingin mecoba jajanan tersebut terlebih dahulu
para pedagang harus berkonsultasi dengan orang tua mereka, apakah
diperbolehkan atau tidak. Sehingga dengan cara ini baik pihak sekolah dan
orang tua dapat mengontrol makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh
anaknya pada saat di sekolah.
Selain itu terdapat pula kegiatan atau program gemar bersedeqah yang
diinisiasi oleh pihak sekolah sebagai bentuk pembiasaan bagi anak untuk
saling tolong menolong terhadap sesama mereka. Kegiatan ini biasanya
dilakukan pada saat kegiatan imtaq yang digelar setiap hari jum’at. Dalam
melaksanakan kegiatan ini, pihak sekolah bekerjasama dengan Lembaga Amil
Zakat Dompet Amal Sejahtera Ibnu Abbas (LAZ DASI) NTB dalam hal
pengelolaan uang hasil sedeqah yang dikeluarkan oleh siswa.
Adapun untuk mekanisme atau tata cara pengelolaannya adalah 50%
untuk dikelola oleh pihak sekolah dan 50% yang sisanya dikelola oleh LAZ
DASI NTB. Kemudian 50% yang dikelola oleh pihak sekolah dirinci lagi
dalam penggunaannya dengan perincian 30% ditabung untuk Qurban ketika
Idul Adha, dan 20% untuk biaya pengobatan bagi siswa-siswi yang sakit
dengan dispensasi biaya sebesar Rp. 200.000 bagi setiap anak. Sehingga
dengan adanya program gemar bersedeqah yang diterapkan di SD Negeri 1
113
Ampenan yang mengimplementasikan program Sekolah Ramah Anak sangat
berdampak besar bagi pembentukan karakter serta sebagai pembiasaan anak
agar dapat memberikan bantuan dan pertolongan bagi teman-temannya yang
lain apabila menghadapi kesusahan.
Kepedulian terhadap lingkungan sekolah pun baik berupa kebersihan
kelas, kamar mandi, WC, dan lain sebagainya telah ditanamkan kepada siswa-
sisiwi melalui kegiatan Serbu Sampah. Kegiatan serbu sampah memiliki
kepanjangan yaitu segera buang sampah. Kegiatan ini dimulai sebelum
dimulainya kegiatan belajar mengajar, dan pada saat lima menit sebelum jam
istirahat. Dan cara yang digunakan terbilang unik yaitu hanya dengan
menggunakan pengeras suara saja atau speaker yang berada di depan kantor
kepala sekolah, guru cukup mengkomando serbu dari corong speaker maka
semua siswa akan bergerak memunguti sampah-sampah yang berserakan di
sekitar kelas mereka, depan-depan kelas dan halaman sekolah dengan
kemauan dan kesadaran diri mereka sendiri tanpa dipaksa-paksa dan disuruh-
suruh oleh guru mereka.
Penggunaan cara yang seperti ini merupakan cara yang ramah terhadap
anak, karena dengan pengemasan model yang unik dan cara yang bersahabat
dengan anak maka anak akan selalu mengingat tujuan dan maksud dari
kegiatan serbu sampah. Kemudian cara ini dikembangkanan lebih menarik
lagi dalam pengemasannya oleh wali kelas V C yakni Bapak Suherlan dengan
konsep Serdadu yang kepanjangannya adalah segera buang sampah dalam dua
menit. Jadi cukup dengan mengkomando serdadu maka siswa sudah tahu apa
114
yang harus di lakukan yaitu segera membersihakan kelasnya dan membuang
sampah dalam dua menit saja.
Dari beberapa kegiatan-kegiatan dan program yang telah dilaksanakan
di atas, telah dipaparkan dengan jelas bahwa program dan kegiatan tersebut
sangat membantu dalam pengimplementasian program sekolah ramah anak.
Tidak hanya berupa program dan kegiatan yang ramah terhadap anak
sebagaimana yang telah dibahas oleh peneliti di atas, terdapat pula sarana dan
prasarana ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan yang mendukung pada
pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak diantaranya yaitu
penunjuk arah ketika menaiki tangga yang berfungsi untuk membiasakan anak
ketika menaiki tangga dari sisi kiri, bukan dari sisi kanan karena digunakan
oleh teman-temannya yang lain ketika hendak turun, disamping sebagai cara
untuk pembiasaan terhadap sisiwa-siswi juga berfungsi agar anak-anak tidak
saling berebut ketika menaiki ataupun menuruni tangga serta tidak saling
bertabrakan anatara yang hendak naik maupun turun.
Adapun di dalam pelaksanaan program tersebut, perlu dikedepankan
prinsip-prisnip dalam penerapan program sekolah ramah anak, yang
memperhatikan dan menjunjung tinggi hak-hak anak di sekolah. Menurut
Senowarsito dan Ulumudin bahwa sekolah ramah anak adalah pendidikan
yang berdasarkan prinsip 3P (Provisi, Proteksi, dan Partisipasi) dalam proses
pembelajarannya.96 Provisi berupa cinta dan kasih sayang terhadap anak,
96 Risminawati, Siti Nur Rofi’ah, “Implementasi Pendidikan Ramah Anak”, Profesi
Pendidikan Dasar, Vol. 2, Nomor 1, Juli 2015, hlm.71.
115
proteksi berupa perlindungan terhadap anak dari ancaman, diskriminasi,
hukuman, salah perlakuan, dan segala bentuk pelecehan. Serta partisipasi yang
berupa keikut sertaan peserta didik dalam berbagai kegiatan di sekolah yang
digunakan siswa untuk mengungkapkan kebebasan berpendapatnya, bertanya,
berargumentasi, berperan aktif di kelas dan di sekolah.
Oleh karena itu sudah selayaknya sekolah dapat memberikan ruang
kepada anak untuk berkreasi, berekspresi, dan berpartisipasi dalam semua
kegiatan yang berlangsung baik di dalam kelas maupun di sekolah. Pelibatan
terhadap anak dalam pembuatan kebijakan dan peraturan ini telah terlaksana
disemua kelas, hal ini terbukti dari setiap kelas yang ada di SD Negeri 1
Ampenan masing-masing kelas telah membuat peraturan kelas yang dibuat
sendiri oleh siswa-siswi Kemudian memberikan perlindungan dan rasa aman
bagi anak selama berada di lingkungan sekolah baik rasa aman dalam
mengikuti proses pembelajaran maupun rasa aman selama berada di sekolah.
Kemudian pada tahapan pembentukan program Sekolah Ramah Anak
sebagaimana dijelaskan dalam panduan sekolah ramah anak bahwa, dalam
tahapan pembentukannya terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh oleh
pihak penyelenggara program, yakni sekolah dalam mengimplementasikan
program sekolah ramah anak. Langkah-langkah dalam penerapan Kebijakan
Sekolah Ramah Anak (SRA) dimulai dari persiapan dan perencanaan melalui
kegiatan Sosialisasi tentang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak, dan
SRA, Penyusunan Kebijakan SRA di masing-masing satuan pendidikan,
116
Konsultasi anak, dan Pembentukan Tim Pelaksana SRA, pelaksanaan dan
pemantauan sebagaimana proses manajemen yang selama ini kita kenal.97
Adapun untuk tahapan-tahapan dan langkah-langkah dalam
pembentukan program sekolah ramah anak SD Negeri 1 Ampenan, Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram
selaku pemangku kebijakan dan program Sekolah Ramah Anak terlebih
dahulu melakukan sosialisasi mengenai program tersebut di SD Negeri 1
Ampenan pada tanggal 7 Oktober 2017 dengan mengundang seluruh orang tua
siswa-siswi, para siswa-siswi, guru-guru serta kepala-kepala sekolah yang
berada di gugus 1 Ampenan. Dalam tahapan sosialisasi ini Dinas terkait
menjelaskan dan memaparkan tentang pengertian, tujuan dan manfaat Sekolah
Ramah Anak. Menjelaskan apa saja hak-hak anak dalam pendidikan baik hak
untuk mendapatkan perlindungan, hak memperoleh pendidikan serta rasa
aman, nyaman dan senang selama berada di sekolah.
Setelah diadakannya program sosialisasi tersebut, kemudian dibuatlah
sebuah komitmen bersama tentang pemenuhan kebutuhan dan perlindungan
anak di satuan pendidikan melalui program Sekolah Ramah Anak. Komitmen
tersebut tertuang dalam deklarasi bersama yang dilaksanakan pada tanggal 14
Februari 2018 dan dihadiri oleh Dinas Pendidikan Kota Mataram, Pemerintah
Kota Mataram serta Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kota Mataram. Dengan adanya deklarasi bersama tersebut bertujuan untuk
97 Panduan sekolah ramah anak, Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2015, hlm.21.
117
membangun komitmen bersama antar warga sekolah untuk membentuk atau
mengembangkan program Sekolah Ramah Anak sebagai kebutuhan bersama
dan menuangkan komitmen tersebut menjadi landasan dalam pelaksanaan
kebijakan Sekolah Ramah Anak di sekolah. Sesuai dengan salah satu prinsip
dalam konvensi hak anak yakni menghargai pandangan anak, maka diperlukan
konsultasi dengan anak untuk memberikan ruang kepada anak agar dapat turut
serta berpartisipasi dalam persiapan dan perencaan program Sekolah Ramah
Anak ini. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan dan aspirasi
anak serta memetakan pemenuhan hak dan perlindungan anak yang akan
dilaksanakan di sekolah.
Untuk mengawal dan memonitoring pengimplementasian program
Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan dibentuklah tim pelaksana
Sekolah Ramah Anak yang tertuang dalam Surat Keputusan Kepala SD
Negeri 1 Ampenan nomor: 424/021/SDN 1 AMP/II/2018 pertanggal 14
Februari 2018 yang diketuai oleh Ibu Masitah. Dengan dibentuknya sebuah
tim pelaksana dalam sebuah program tentunya akan memaksimalkan program
tersebut sehingga bisa terealisasikan berbagai macam kegiatan dan program-
program yang berkaitan dengan pengembangan Sekolah Ramah Anak.
Adapun tugas dari tim pelaksana Sekolah Ramah Anak adalah untuk
mengkoordinasikan berbagai macam upaya yang dilakukan sebagai bentuk
pengembangan Sekolah Ramah Anak, mulai dari mensosialisasikan Sekolah
Ramah Anak, memantau proses pengembangan Sekolah Ramah Anak hingga
mengevaluasi program Sekolah Ramah Anak.
118
Lalu pada tahapan berikutnya yaitu menyusun perencanaan atau
program inovasi sebagai upaya untuk mewujudkan program Sekolah Ramah
Anak. Dalam hal ini diperlukan upaya untuk menyesuaikan situasi, kondisi
dan kemampuan satuan pendidikan dengan mengoptimalkan semua sumber
daya sekolah, bermitra dengan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
dunia usaha dan pemangku kepentingan lainnya. Adapun untuk keadaan,
situasi dan kondisi di SD Negeri 1 Ampenan cukup layak sebagai lembaga
pendidikan yang menerapkan program Sekolah Ramah Anak. Hal ini
dikarenakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak serta sarana dan
prasarana penunjang yang ada di SD Negeri 1 Ampenan dapat dikatakan
lengkap dan memenuhi indikator-indikator Sekolah Ramah Anak dan
kemudian pada program-program sekolah yang telah berjalan cukup lama di
SD Negeri 1 Ampenan merupakan bibit-bibit serta cikal bakal program
tersebut.
Selain didukung oleh berbagai macam sarana prasarana penunjang,
faktor sumber daya manusia pula memiliki peranan penting dalam tahapan
perencanaan program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan. Para
tenaga pendidik dan kependidikan di SD Negeri 1 Ampenan telah terlatih
dalam menangani berbagai macam permasalahan anak baik yang berkaitan
dengan permasalahan di dalam kelas maupun di luar kelas. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam tahapan perencanaan program Sekolah Ramah
Anak, semua elemen dapat berpartisipasi dalam merumuskan berbagai macam
kebutuhan yang harus disiapkan sebagai bentuk kesiapan baik berupa
119
lingkungan yang nyaman dan aman, program-program serta kegiatan-kegiatan
yang ramah terhadap anak serta tenaga pendidik dan kependidikan yang telah
telatih dalam menghadapi permasalahan anak sehingga semuanya saling
mendukung dalam mensukseskan program Sekolah Ramah Anak.
Kemudian pada tahapan pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak
atau dalam pengimplementasiannya di SD Negeri 1 Ampenan telah terlaksana
dengan baik, hal ini dapat terlihat mulai dari siswa-siswi tiba di sekolah telah
disambut oleh guru-guru yang sudah menunggu mereka di depan pintu
gerbang sekolah, menyapa mereka dengan penuh kasih sayang dan perhatian
terhadap anak. Kemudian dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar
mengajar tidak selalu berada di dalam kelas karena dapat membuat anak
menjadi jenuh ketika mengikuti pelajaran, sebagai salah satu bentuk untuk
mengatasi permasalahan tersebut, pihak sekolah mengadakan pembelajaran di
luar kelas atau outing class yang sumber pendanaannya dianggarkan dari dana
BOS. Dengan adanya kegiatan seperti ini, maka pembelajaran akan menjadi
sangat menyenangkan bagi anak dan akan membuat mereka menjadi senang
dan menambah pengetahuan mereka yang tidak mereka dapatkan ketika
belajar di dalam kelas.
Salah satu contohnya adalah kegiatan outing class yang dilaksanakan
di Mako Brimob Polda NTB. Dengan tema cinta tanah air, anak akan
dikenalkan pada profesi Kepolisian sebagai salah satu alat pertahanan negara
yang bertugas menjaga stabilitas keamanan di Indonesia. Mereka nantinya
akan mengetahui tugas-tugas Polisi, fungsi Polisi dengan mendengarkan
120
instruksi dari salah seorang personel kepolisian. Disamping mengajarkan
mereka terhadap tugas dan fungsi kepolisian, dapat pula membangkitkan cita-
cita mereka kelak agar menjadi seorang Polisi yang bertugas menjaga
keamanan negara Republik Indonesia.
Model pembelajaran yang berkaitan dengan konsep program Sekolah
Ramah Anak yang diterapkan di SD Negeri 1 Ampenan selain berupa outing
class terdapat pula model pembelajaran saintifik yang berbasis PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Aktif
berarti di dalam proses pembelajaran pendidik harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga membuat anak didik aktif mengemukakan ide dan
gagasannya dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Inovatif berarti guru harus menciptakan model
pembelajarn yang menyenangkan, karena dalam konsep program Sekolah
Ramah Anak pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat anak didik
selalu aktif, bergembira dan antusias dalam belajar. Kreatif berarti pendidik
harus menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa, karena jika proses pembelajaran itu rutin
dan monoton dapat menyebabkan anak didik menjadi cepat bosan dan lelah.
Efektif berarti proses pembelajaran diselenggarakan dengan suatu pengukuran
keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh
pendidik.
Pembelajaran yang menyenangkan adalah pendidik perlu menciptakan
dan mengusahakan agar proses pembelajaran berlangsung dengan nyaman dan
121
menyenangkan. Model pembelajaran yang menyenangkan ini sangat
membantu pertumbuhan fisik dan psikis anak didik, karena mereka tidak
merasa dipaksa untuk belajar, tetapi ia memiliki motivasi dari dalam dirinya
untuk belajar.
Selain pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan
bagi anak, pelibatan anak dalam pembuatan kebijakan dan peraturan di dalam
konsep Sekolah Ramah Anak harus diperhitungkan. Karena sesuai dengan
salah satu prinsip dalm konvensi hak anak yaitu menghargai hak anak, maka
keterlibatan anak harus diutamakan agar anak tidak merasa tertekan dan
merasa nyaman di sekolah. Jika peraturan dibuat tanpa adanya partisipasi anak
maka hak-hak anak telah dilanggar dan dapat mengintimidasi mereka selama
berada di sekolah.
Apabila peraturan dan kebijakan yang diterapkan melibatkan
partisipasi anak atau anak itu sendiri yang membuat peraturan kemudian
disetujui oleh semua teman-temannya dan guru kelasnya maka apabila dia
melanggar peraturan yang telah disepakati bersama, hukumannya pun sesuai
dengan yang telah dia setujui tanpa adanya campur tangan dari guru. Hal ini
telah terwujud pada hampir semua kelas di SD Negeri 1 Ampenan. Para siswa
sendiri yang menentukan hukuman apa yang akan mereka jalani apabila
melanggar peraturan bersama yang telah disepakatinya, misalkan apabila
siswa terlambat masuk sekolah maka hukumannya adalah membaca dzikir
sebanyak 100 x, dan jika tidak membersihkan kelas maka hukumannya adalah
membuat puisi. Semua hukuman dan konsekuensi hukuman tersebut
122
dirumuskan oleh siswa itu sendiri tanpa adanya keterlibatan guru. Sehingga
anak akan merasa malu apabila melanggar peraturan yang telah disepakatinya
tanpa harus menyuruhnya. Untuk penggunaan kekerasan di sekolah telah
ditiadakan sama sekali karena hal demikian dapat melanggar hak-hak anak
terutama hak perlindungan anak dari berbagai macam tindakan kekerasan.
Disamping itu pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak di
SD negeri 1 Ampenan tidak hanya dalam proses pembelajaran dan pelibatan
anak dalam pembuatan dan perumusan kebijakan di sekolah tetapi lebih
melihat pada peran siswa dalam keaktifannya berekspresi, bertanya,
menjawab, berargumentasi, bahkan siswa diperkenankan untuk menginterupsi
pada saat pendidik sedang menjelaskan.
Adapun ciri-ciri Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan telah
tercermin dari berbagai macam kegiatan dan program-program yang telah
dijalankan di SD Negeri 1 Ampenan yakni sikap terhadap murid yang tanpa
membedakan latar belakang mereka dan orang tuanya, cerdas ataupun lemah,
kaya dan miskin, normal maupun cacat, perbedaan agama mereka. Para guru
telah menggunakan cara pandang yang positif serta berperilaku konstruktif,
suportif, humanis, demokratis, dan tidak menggunakan cap negatif terhadap
siswa. Kemudian pada aspek metode pembelajaran yang menyenangkan
sebagaimana telah dibahas oleh peneliti pada bagain sebelumnya. Fasilitas
pembelajaran pun telah memadai sebagai penunjang proses belajar dan
mengajar di dalam kelas berupa meja yang ramah anak yaitu yang sisi-sisinya
123
tidak memiliki sudut yang tajam serta tersedianya LCD di setiap kelas sebagai
media pembelajaran penunjang bagi siswa-siswi.
Adapun untuk pelibatan murid dalam berbagai kegiatan dan aktivitas
pembelajaran di dalam kelas di SD Negeri 1 Ampenan hampir seluruhnya
telah melibatkan siswa mulai dari pembuatan peraturan di dalam kelas,
pembentukan kelompok belajar, komitmen bersama antara siswa maupun
ketertiban dan sanksi-sanksi yang akan dilakukan apabila melanggar peraturan
yang telah disepakati. Sehingga guru hanya mengontrol jadwal piket dan
tugas-tugas kelas yang akan dilaksanakan oleh siswa pada hari itu serta
mengingatkan siswa apabila melanggar peraturan yang telah disepakati
bersama diantaranya membaca dzikir sebanyak 100 x, membuat puisi,
membuat cerita, membawa tanaman, dan membersihkan kelas.
Tidak hanya pelibatan siswa dalam proses pembelajaran dan
pembuatan peraturan dan kebijakan di dalam kelas, melainkan dalam konsep
program Sekolah Ramah Anak penataan kelas pun dengan melibatkan siswa-
siswi baik itu berupa penataan bangku, dekorasi kelas dan lain sebagainya.
Sebagai salah satu contohnya adalah pada kelas V C, penataan bangku di
dalam kelas selalu berubah-ubah disesuaikan sengan keinginan siswa pada
setiap minggunya dengan berbagai bentuk atau pola tempat duduk siswa,
misalnya poal letter U, pola deret-berderet ke belakang dan lain sebagainya.
Karena penataan ruang kelas yang baik, rapih, indah, terstruktur dan
terintegrasi, akan lebih memudahkan guru dan siswa dalam melakukan
pembelajaran. Ruang kelas yang baik akan membuat siswa semakin terdorong
124
untuk aktif melakukan kegiatan yang dipilih oleh mereka sendiri. Karena
dengan penataan yang baik anak akan lebih memahami aturan-aturan yang
harus diikutinya tanpa harus mendengarkan penjelasan guru setiap harinya.
Begitupun diluar kelas telah disediakan pojok-pojok baca serta pada kelas IV
telah diubah bentuk kursi dan meja yang ramah anak, sehingga tidak
membahayakan mereka.
Kemudian pada lingkungan kelasnya telah tertata dengan baik, hal ini
dapat terlihat dari tersedianya tempat cuci tangan bagi siswa di setiap depan
kelas, serta fasilitas air bersih dan sanitasi yang bersih dan terawat bagi anak
yang telah disesuaikan dengan postur dan usia anak, dan telah dibuat suatu
kebijakan dan peraturan yang mendukung kebersihan dan kesehatan terhadap
anak karena di SD Negeri 1 Ampenan menerapkan program sekolah sehat.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pengimplementasian
Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam pengimplementasian program Sekolah
Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan terletak pada dukungan dari
berbagai pihak terutama dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram, selaku Dinas terkait yang
menunjuk SD Negeri 1 Ampenan sebagai sekolah yang
mengimplementasikan program tersebut sekaligus sekolah percontohan
Sekolah Ramah Anak. DP3A berharap sekolah-sekolah lainnya dapat
125
meniru program ini agar nantinya dapat diimplementasikan di sekolah
mereka masing-masing. Selain dukungan dari DP3A, dewan komite
sekolah, forum-forum kelas dan orang tua siswa-siswi menyambut positif
program ini dan mendukung penuh terhadap keberhasilan
pengimplementasian program tersebut di SD Negeri 1 Ampenan.
Selain berupa dukungan dari berbagai pihak, ketersedian sarana
dan parsarana memadai yang dimiliki oleh SD Negeri 1 Ampenan menjadi
salah satu indikator Sekolah Ramah Anak yang menunjang
keberlangsungan program tersebut. Sarana dan prasarana memiliki peranan
yang sangat penting pula sebagai faktor pendukung dalam keberhasilan
mengimplementasikan sebuah program, baik berupa fasilitas
pembelajaran, maupun lingkungan sekolah.
Diantara sarana dan prasarana penunjang program Sekolah Ramah
Anak yang dimiliki oleh SD Negeri 1 Ampenan yaitu dari segi gedung dan
bangunannya. Terdapat tiga buah gedung atau bangunan yang berlantai
dua serta sebuah laboratorium, UKS, dan Musholla. Lalu pada setiap kelas
memiliki ruang yang besar dan memiliki ventilasi udara yang baik dan ada
dibeberapa kelas telah menggunakan fasilitas AC, sehingga anak akan
menjadi nyaman dan betah selama mengikuti proses pembelajaran di
dalam kelas. Selain didukung oleh ketersediaan fasilitas bangunan yang
memadai bagi anak, terdapat pula meja dan bangku yang ramah anak.
126
Adapaun yang dimaksud dengan bangku dan meja yang ramah
anak yakni yang tidak membahayakan keselamatan anak terutama meja
yang bentuknya persegi panjang memiliki sudut yang tajam pada sisi-
sisinya sehingga dapat membahayakan bagi anak. Bentuk meja yang
persegi panjang tersebut telah diganti dengan meja yang ujungnya tumpul.
Pengadaan meja dan bangku ramah anak ini dianggarkan dari dana BOS
sehingga yang menggunkan sarana tersebut baru kelas IV dan pihak
sekolah kedepannya akan berusaha agar setiap kelas telah menggunakan
fasilitas meja dan bangku yang ramah anak.
Tidak hanya sarana dan prasarana yang berada di dalam kelas saja
yang menunjang dalam pengimplementasian program Sekolah Ramah
Anak, melainkan pula ketersedian fasilitas bermain bagi anak seperti
lapangan yang cukup luas dan sarana bermain anak yang aman seperti
ayunan, prosotan dan lain sebagainya. Karena dengan bermain anak akan
menjadi senang dan betah selama berada di sekolah. Dan hal ini menjadi
perhatian kepala sekolah SD Negeri 1 Ampenan selaku pemegang
kebijakan dan wewenang di sekolah tersebut. dan dari hasil wawancara
antara peneliti dengan ibu kepala sekolah bahwa kedepannya ia akan
meminta kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(DP3A) Kota Mataram untuk menyediakan fasilitas bermain anak yang
edukatif seperti bola dunia, boneka tangan dan lain-lain.
Selain itu pada setiap tangga yang berada di SD Negeri 1 Ampenan
telah dipasang penunjuk arah ketika akan menaiki ataupun menuruni
127
tangga. Fungsi dari adanya pemasangan penunjuk arah adalah agar anak
dapat memahami dan mengerti terhadap setiap tanda yang dilihatnya.
Adapun untuk pemasangan penunjuk arah ini telah dipasang di setiap
tangga pada bangunan sekolah sehinnga terpisah antara siswa yang akan
menaiki tanggah diberi tanda panah ke atas di bagian sebelah kiri tangga,
sehinnga tangga yang sebelah kanan terdapat tanda setop yang memiliki
arti bahwa tidak boleh menaiki tangga dari sebelah kanan, karena tangga
yang sebelah kanan digunakan oleh teman-temannya yang lain ketika akan
menuruni tangga. Dan kedepannya pihak sekolah akan membuat penunjuk
arah lainnya seperti jalur evakuasi dan titik kumpul sebagai upaya untuk
mengantisipasi bila suatu saat terjadi bencana seperti gempa bumi dan
gunung meletus.
Faktor pendukung lainnya adalah sumber daya manusia (SDM)
dalam mengimplementasikan program Sekolah Ramah Anak. Ketersediaan
sumber daya manusia mempengaruhi keefektifan pelaksanaan Program
Sekolah Ramah Anak. Sumber daya manusia (SDM) di SD Negeri 1
Ampenan dalam mengimplementasikan Program Sekolah Ramah Anank
diukur dari kualifikasi pendidikannya. Hampir semua guru di SD Negeri 1
Ampenan telah menyelesaikan studi sarjana strata 1 (S 1). Total secara
keseluruhan jumlah guru di SD Negeri 1 Ampenan adalah 28 orang.
Dengan perincian kualifikasi S 1 sebanyak 24 orang, kemudian yang telah
menempuh pendidikan S 2 hanya 1 orang saja, sedangkan guru dengan
pendidikan terakhir D II hanya berjumlah 2 orang.
128
Oleh karena itu, kelayakan seorang pendidik di SD Negeri 1
Ampenan dalam meimplementasikan Program Sekolah Ramah Anak
diukur dari kualifikasi pendidikan guru. Hal ini juga sesuai dengan
pengamatan peneliti di lapangan bahwa guru mengajar berdasarkan bidang
keahliannya. Serta tidak ada lagi hukuman fisik yang dilakukan oleh guru
kepada siswa.
Sebuah program ataupun kebijakan tidak akan bisa maksimal tanpa
adanya sebuah komitmen bersama untuk menyukseskannya, sehingga
dengan adanya sebuah komitmen akan menyatukan keinginan dan harapan
agar apa yang telah dijalankan semaksimal mungkin tetap dipertahankan.
Begitupa dalam pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak di SD
Negeri 1 Ampenan harus ada komitmen bersama antara pihak sekolah
sebagai penyelenggara dan orang tua siswa yang merasakan dampak dan
hasil dari adanya program tersebut, karena sebuah komitmen memiliki
peranan yang sangat penting dalam menjalankan sebuah program.
Komitmen berkaitan dengan kemauan dan keinginan dengan sungguh-
sungguh.
Di SD Negeri 1 Ampenan semua dewan guru memiliki komitmen
yang sama dalam menjalankan program Sekolah Ramah Anak.
Penandatanganan deklarasi penyelenggaraan Sekolah Ramah Anak pun
telah di laksanakan pada tanggal 14 Februari lalu sebagai sebuah
komitmen tertulis bersama dengan melibatkan berbagai pihak mulai dari
Pemerintah kota Mataram, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
129
Perlindungan Anak (DP3A), Komite Sekolah, dewan guru dan orang tua
wali siswa-siswi agar memiliki visi dan misi yang sama agar bisa
memaksimalkan program tersebut sehingga dapat ditiru oleh sekolah-
sekolah lainnya.
2. Faktor Penghambat
Setiap adanya usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
tidak mustahil lepas dari adanya hambatan-hambatan, demikian juga
halnya dengan pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak di SD
Negeri 1 Ampenan. Adapun hambatan di dalam pengimplementasian
program tersebut terletak pada sumber pendanaan program tersebut.
Sumber dana dalam pengimplementasian program Sekolah Ramah
Anak di SD Negeri 1 Ampenan dianggarkan dari RKAS (Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah), namun pendanaannya hanya
dianggarkan dari dana BOS saja, sehingga kurang masksimal dalam
pembiayaan baik untuk sarana dan parsarana serta kegiatan-kegiatan lain
yang berkaitan dengan program Sekolah Ramah Anak. Sehingga untuk
pemenuhan sarana dan prasarana yang ramah anak belum dapat
dimkasimalkan karena keterbatasan dana. Karena keterbatasan dana
tersebut sehingga untuk pengadaannya hanya beberapa kelas saja yang
sudah di sediakan meja dan bangku yang ramah anak
130
C. Solusi Dalam Mengatasi Faktor Penghambat di Dalam
Pengimplementasian Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri
1 Ampenan.
Setiap adanya hambatan tidak menutup kemungkinan adanya solusi
untuk penyelesaiannya. Adapun solusi-solusi untuk menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan faktor penghambat dalam
pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak yang terkait dengan
sumber pendanaan baik berupa kegaiatan ataupun program Sekolah Ramah
Anak adalah dengan melibatkan partisipasi orang tua siswa-siswi. Dilihat dari
tingkat latar belakang ekonominya, rata-rata orang tua siswa-siswi yang
menyekolahkan anaknya di SD Negeri 1 Ampenan tergolong kelas menengah
ke atas. Ada yang berprofesi sebagai TNI-Polri, PNS, pengusaha dan lain
sebagainya.
Disamping itu juga terdapat forum-forum pada setiap kelas yang
membahas seputar permasalahan yang ada di dalam kelas baik yang berkaitan
dengan permasalahan yang ada di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah.
Jika permasalahn tersebut tidak bisa diselesaikan diforum kelas, maka
permasalahan itu dibawa keforum yang lebih besar yakni forum sekolah.
Termasuk permasalahan yang berkaitan dengan program Sekolah Ramah
Anak. Masalah dalam pendanaan Sekolah Ramah Anakpun dibahas melalui
forum kelas dan forum sekolah.
131
Dengan adanya pelibatan orang tua siswa dalam menyelesaikan
permasalahan sedikitnya dapat membantu di dalam sumber pendanaan
program Sekolah Ramah Anak. Sebagai salah satu contohnya adalah
keterlibatan orang tua dalam pengadaan karpet yang akan digunakan oleh
siswa pada saat kegiatan imtaq dan sholat berjamaah di musholla.
Dengan demikian permasalahan yang berkaitan dengan sumber daya
finansial dalam pendanaannya dapat terselesaikan walaupun bentuk bantuan
dan sumbangsih yang diberikan tidak terlalu banyak dan besar tetapi dapat
menjadi kontribusi yang besar sebagai bentuk partisipasi orang tua siswa dan
siswi yang menyekolahkan anaknya di SD Negeri 1 Ampenan.
132
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian skripsi yang berjudul “Implementasi
Program Sekolah Ramah Anak (SRA) (Studi Pada SD Negeri 1 Ampenanan)”
dan mengacu pada pertanyaan penelitian dan uraian-uraian pada bab-bab
sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1
Ampenan
Pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD
Negeri 1 Ampenan berdasarkan pada prinsip 3 P, yaitu provisi, proteksi
dan partisipasi. Adapun penjabaran prinsip 3 P tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut:
a. Provisi yaitu kasih sayang, kepedulian, keramahan dan cinta kasih
yang tulus seorang pendidik terhadap anak didiknya yang tergambar
dari berbagai kegiatan di sekolah seperti sambut gerbang pagi, sapa
kabar, berayan nyampah dan lain sebagainya. Karena dengan
kepedulain serta cinta kasih yang tulus seorang pendidik terhadap anak
dapat menghilangkan ketakutan anak sehingga mereka merasa aman,
nyaman, dan senang selama berada di sekolah.
133
b. Proteksi yaitu perlindungan terhadap anak dari berbagai macam
tindakan kekerasan anak baik yang berupa kekerasan fisik melalui
pemukulan, membully anak yang semuanya itu dapat melanggar hak-
hak anak.
c. Partisipasi yaitu pelibatan anak dalam setiap pengambilan keputusan
dan kebijakan di dalam kelas maupun di sekolah. Hal ini telah terlihat
dari hampir seluruh kelas yang telah menerapkan partisipasi anak baik
dalam menentukan kelompok mereka sendiri, aturan-aturan di dalam
kelas sampai konsekuensi hukuman yang akan mereka lakukan apabila
melanggar aturan itu sendiri.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pengimplementasian
Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri 1 Ampenan
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung berupa dukungan dari berbagai pihak
terutama dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(DP3A) yang menunjuk SD Negeri 1 Ampenan sebagai sekolah yang
menerapkan program Sekolah Ramah Anak, serta ketersediaan sarana
dan prasarana yang cukup memadai baik dari bangunannya, fasilitas
belajar, dan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, serta sumber
daya manusia (SDM) serta komitmen para guru untuk mensukseskan
program tersebut.
134
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat berupa keterbatasan sumber daya finansial
dalam pendanaan program dan kegiatan Sekolah Ramah Anak yang
hanya diangarkan dari dana BOS saja sehingga dalam pengadaan
berbagai macam fasilitas yang menunjang dalam pengimplementasian
program tersebut dilaksanakan secara bertahap.
3. Solusi Dalam Mengatasi Faktor Penghambat di dalam
Pengimplementasian Program Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD
Negeri 1 Ampenan.
Adapun untuk solusi-solusi yang diberikan dalam mengatasi
hambatan tersebut adalah melibatkan orang tua siswa untuk turut
berpartisipasi memberikan bantuan baik secara moril maupun materil.
Kemudian jika ada permasalahan yang berkaitan dengan pendanaan
tersebut maka akan dibahas di forum-forum kelas agar dicarikan solusi-
solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
135
B. Saran-saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan informasi yang telah
diperoleh, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai bentuk
rekomendasi kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut:
1. Bagi Dinas-Dinas Terkait
a. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi
Dinas Pendidikan Kota Mataram dan Dinas Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram untuk
mengimplementasikan program Sekolah Ramah Anak di seluruh
sekolah yang berada di Kota Mataram.
b. Bahwa implementasi program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1
Ampenan masih sangat membutuhkan dukungan dan perhatian dari
pemerintah.
c. Dukungan dana dari pemerintanh Kota Mataram untuk
mengimplementasikan program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1
Ampenan sangat dibutuhkan demi kelancaran pelaksanaan Program
Sekolah Ramah Anak.
2. Bagi Sekolah
a. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan oleh sekolah untuk
mengevaluasi dalam pengimplementasian program Sekolah Ramah
Anak.
b. Untuk kedepannya, sekolah bisa mengimplementasikan program
Sekolah Ramah Anak dengan lebih baik lagi dari sebelumnya.
136
3. Bagi Guru
a. Diharapkan dengan penelitian ini, guru bisa mengevaluasi kegiatan
mengajar yang ramah anak.
b. Guru lebih berinovasi lagi dalam proses pembelajaran.
c. Tetap menjaga interaksi yang baik dan ramah terhadap peserta didik.
4. Bagi Siswa
a. Untuk mendapatkan hak-haknya sebagai anak di sekolah, siswa tidak
melupakan tentang apa yang menjadi kewajibannya di sekolah.
b. Turut serta dalam menciptakan sekolah yang ramah anak.
c. Siswa agar lebih meningkatkan partisipasi dalam berbagai kegiatan
sekolah.
137
DAFTAR PUSTAKA
At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut: al-Maktabah Daarul al-
Fikr, 2005), Jilid 3. Arikunto, Suharsismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010. Alifuddin, Moh. Kebijakan Pendidikan Informal, Jakarta:
MAGNAScript Publishing, 2011. Arikunto, Suharsimi. Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2010. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2010. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara, 2015. Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar
Baru Algesindo, 2012. Kristanto, Ismatul Khasanah, Mila Karmila, “Identifikasi Model
Sekolah Ramah Anak (SRA) Jenjang Satuan Pendidikan Anak Usia Dini,” Jurnal Penelitian Paudia. Vol. 1, No. 1, November 2011, hal.43.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Pustaka
Setia, 2011. Muhdi, Senowarsito, Listyaning S, “Pendidikan Kecakapan Hidup
(Life Skills) Melalui Child Friendly Teaching Model (CFTM) Sebagai Dasar Membangun Karakter Siswa”, E-Dimas (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat), Vol. 3, No. 1, September 2012.hlm.43.
Prasetiawan, Hardi. “Peran Bimbingan Konseling Dalam
Pendidikan Ramah Anak”, Jurnal CARE (Children Advisory, Research, and Education). Vol. 4, Nomor 1, Juli 2016, hal.57.
138
Risminawati, Siti Nur Rofi’ah, “Implementasi Pendidikan Ramah Anak”, Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 2, Nomor 1, Juli 2015, hlm.72.
Panduan Sekolah Ramah Anak, Deputi Tumbuh Kembang Anak
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2015.
Radar Lombok, “SDN 1 Ampenan Percontohan Sekolah Ramah
Anak”, dalam http //www.radarlombok.co.id/sdn-1-ampenan-percontohan-sekolah-ramah-anak, diakses tanggal 10 Januari 2018, pukul 15.30.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2017. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. Sutisno Rawita, Ino. Kebijakan Pendidikan: Teori, Implementasi,
dan Monev, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2013. Subarsono, AG. Analisis Kebijakan Publik: Konsep Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016. Supardi. Bacaan Cerdas Menyusun Skripsi, Yogyakarta: Kurnia
Kalam Semesta, 2011. Setyawan, Davit. “Indonesia Peringkat Tertinggi Kasus Kekerasan
di Sekolah”, dalam http //www.kpai.go.id/berita/indonesia, diakses tanggal 3 Januari 2018, pukul 20.20.
Undang-undang Perlindungan Anak (UU RI No.23 Th. 2002),
Jakarta: Sinar Grafika, 2011. Yaumi, Muhammad. Pendidikan Karakter, Landasan, Pilar,
dan Implementasi. Jakarta: Prenadamedia Grup, 2014. Yulianto, Agus. “Pendidikan Ramah Anak: Studi Kasus SDIT Nur
Hidayah Surakarta”, At- Tarbawi, Vol. 1, Nomor 2, Juli-Desember, 2016, hlm.143.
139
LAMPIRAN-LAMPIRAN
140
LAMPIRAN 1
CATATAN LAPANGAN
Observasi 1
Hari : Senin
Tanggal : 5 Maret 2018
Pagi itu sekitar pukul 08.40 WITA, peneliti pergi ke SD Negeri 1
Ampenan dengan berbekal surat izin penelitian dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan (FTK). Setelah sampai di sekolah peneliti melapor kepada satpam yang
bertugas di depan gerbang sekolah mengenai maksud dan tujuan dari kedatangan
peneliti di SD Negeri 1 Ampenan. Setelah memberikan surat izin penelitian
melalui satpam, peneliti diberitahu oleh satpam bahwa kepala sekolah sedang
tidak berada di sekolah, dan disuruh untuk datang kembali minggu depan.
Oleh karena itu, peneliti belum bisa untuk melakukan penelitian dan hanya
observasi keadaan sekolah saja dan tidak lama setelah itu peneliti pamit dan
pulang.
141
CATATAN LAPANGAN
Observasi 2
Hari : Senin
Tanggal : 12 Maret 2018
Pagi itu sekitar pukul 09.00 WITA, peneliti kembali datang ke SD Negeri
1 Ampenan. Setelah tiba di lokasi penelitian, peneliti memberitahu maksud dan
tujuan serta menanyakan respon dari surat izin penelitian yang telah diberikan
minggu lalu, kemudian peneliti dipersilahkan oleh satpam menuju ruang kepala
sekolah. Sesampainya di depan ruang kepala sekolah peneliti bertemu dengan
salah seorang staf TU dan menanyakan keberadaan kepala sekolah lalu peneliti
disuruh menunggu di ruang kepala sekolah karena staf TU tersebut akan
memanggil kepala sekolah. Tidak berapa lama menunggu akhirnya peneliti
bertemu dengan ibu kepala sekolah SD Negeri 1 Ampenan yakni Ibu Hj. Johar
Yuni, S. Pd. Setelah bertatap muka dengan beliau peneliti mengisi daftar hadir
tamu dan menyampaikan maksud dan tujuan peneliti untuk melakukan penelitian
yang terkait dengan sekolah ramah anak sekaligus memberikan satu eksampler
proposal penelitian yang berkaitan dengan sekolah ramah anak.
Kemudian ibu kepala sekolah keluar sebentar untuk memanggil tim
pelaksana sekolah ramah anak SD Negeri 1 Ampenan dan setelah semua tim
dipanggil akhirnya peneliti bertemu dengan tim pelaksana Sekolah Ramah Anak
SD Negeri 1 Ampenan yakni Ibu Masitah selaku ketua tim pelasana SRA, Bapak
142
Suherlan selaku bendahara SRA, Bapak Sahlanudin dan Ibu Ni Wayan Suyatna
selaku anggota SRA, serta Ibu Hj. Johar Yuni, selaku penanggung jawab SRA.
Dihadapan tim SRA SD negeri 1 Ampenan, peneliti memperkenalkan diri
dan berbincang-bincang mengenai sekolah ramah anak serta meminta nomor HP
yang bisa dihubungi oleh peneliti apabila berhalangan hadir ke sekolah.
Kemudian setelah itu peneliti meminta waktu para tim untuk melakukan
wawancara mengenai SRA pada waktu yang akan datang. Tidak lama setelah itu
peneliti mengobservasi keadaan sekolah dan pamit untuk pulang.
143
CATATAN LAPANGAN
Observasi 3
Hari : Kamis
Tanggal : 15 Maret 2018
Pagi itu sekitar pukul 10.20 WITA, peneliti kembali berkunjung ke lokasi
penelitian yakni di SD Negeri 1 Ampenan untuk mengambil data penelitian dan
meminta konfirmasi waktu untuk melakukan wawancara dengan narasumber.
Setelah tiba di sekolah peneliti kemudian langsung menuju ke ruang guru untuk
menemui Ibu Masitah selaku ketua tim pelaksana SRA yang akan diwawancarai
oleh peneliti. Akan tetapi beliau belum siap untuk diwawancarai dalam minggu-
minggu ini dikarenakan sibuk mengurus nilai-nilai siswa kelas VI yang telah
melakukan ujian MID semester, sehingga beliau bisa di wawancarai apabila telah
merampungkan tugas-tugasnya sebagai guru kelas VI B. Kemudian setelah itu
peneliti ke ruang TU untuk meminta data dan profil sekolah, yakni visi dan misi
sekolah, data siswa, data pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
dokumentasi deklarasi SRA tak lama setelah itu peneliti pamit dan pulang.
144
CATATAN LAPANGAN
Observasi 4
Hari : Rabu
Tanggal : 21 Maret 2018
Pagi itu sekitar 09.20 WITA peneliti datang kembali ke SD Negeri 1
Ampenan, dan setelah sampai di tempat parkiran, peneliti menghampiri satpam
yang berjaga dan menanyakan keberadaan kepala sekolah, kemudian satpamnya
mengatakan bahwa ibu berada di sekolah. Kemudian peneliti bergegas menuju
runag kepala sekolah, dan ibu kepala sekolah ternyata sudah berada di
ruangannya. Akhirnya peneliti berbincang-bincang sebentar dan menayakan
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan sekolah ramah anak seperti Surat
Keputusan dari pemerintah kota Mataram, dan surat-surat lainnya. Ibu kepala
sekolah pun beranjak dari tempat duduknya dan mengambil beberapa dokumen
yang diminta oleh peneliti. Dokumen tersebut diantaranya adalah surat keputusan
(SK) Walikota Mataram tentang penetapan SD Negeri 1 Ampenan sebagai
sekolah ramah anak, indikator-indikator sekolah ramah anak dan pedoman
sekolah ramah anak.
Setelah itu peneliti melakukan sesi wawancara dengan ibu kepala sekolah
yang juga merupakan penanggung jawab sekolah ramah anak di SD Negeri 1
Ampenan. Pertanyaan-pertanyaan yang peneliti lontarkan adalah yang berkaitan
dengan pengimplementasian program sekolah ramah anak di SD Negeri 1
145
Ampenan dan kegiatan-kegiatan serta program ramah anak lainnya. Setelah
melakukan sesi wawancara dengan ibu kepala sekolah sekitar 40 menit, kemudian
peneliti meminta kepada ibu kepala sekolah untuk melakukan sesi wawancara
dengan guru-guru lainnya, hingga ibu kepala sekolah menelepon pak Suherlan
yang juga menjadi bendahara sekolah ramah anak sekaligus bendahara BOS
sekolah. Tak lama setelah itu bapak Suherlan pun tiba diruang kepala sekolah dan
berkenalan lagi dengan peneliti. Peneliti pun menjelaskan maksud dan tujuan
yang akan peneliti laksanakan yakni akan melakukan sesi wawancara dengan pak
Suherlan. Sesi wawancara pun dimulai dan pertanyaan penelitian yang dilontarkan
adalah yang berkaitan dengan tahapan dalam pelaksanaan sekolah ramah anak,
pendanaan dalam pelaksanaan sekolah ramah anak, faktor pendukung serta
penghambatnya serta solusi-solusi yang diberikan terkait usaha untuk mengatasi
faktor penghambat tersebut. Dan setelah itu peneliti pamit dan pulang.
146
CATATAN LAPANGAN
Observasi 5
Hari : Jum’at
Tanggal : 23 Maret 2018
Pagi itu sekitar pukul 07.30 WITA peneliti datang kembali ke SD Negeri 1
Ampenan, bertepatan pada saat itu pihak sekolah sedang menyelenggarakan
kegiatan imtaq mingguan yang diselenggarakan di halaman sekolah. Peneliti pun
turut berpartisipasi dengan siswa-siswi lainnya sekaligus mengobservasi kegiatan
tersebut. Dalam kegiatan tersebut diadakan penggalangan dana amal berupa
sedeqah mingguan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah bekerja sama dengan
LAZ DASI NTB. Dan kegiatan tersbut sebagai pembiasaan bagi siswa untuk
gemar bersedeqah untuk meringankan kesusahan orang lain. Setelah itu peneliti
bertemu dengan kepala sekolah dan berbincang bincang sebentar tentang kegiatan
tersebut dan tak lama berselang peneliti pun pamit dan pulang.
147
CATATAN LAPANGAN
Observasi 6
Hari : Rabu
Tanggal : 28 Maret 2018
Pagi itu sekitar pukul 08.25 WITA peneliti kembali mendatangi SD Negeri
1 Ampenan untuk menemui Ibu Masitah selaku ketua tim pelaksana SRA untuk
melakukan sesi wawancara. Setibanya peneliti di lokasi penelitian, peneliti
langsung menuju ke ruang guru dan menanyakan keberadaan Ibu Masitah.
Adapun yang peneliti temui di ruang guru adalah bapak Suherlan dan
menanyakan Ibu Masitah. Beliau mengatakan bahwa ibu sedang keluar dan
sedang tak berada di sekolah. Penlitipun akhirnya pamit dan pulang.
148
CATATAN LAPANGAN
Observasi 7
Hari : Kamis
Tanggal : 29 Maret 2018
Pagi itu sekitar pukul 09.00 WITA peneliti kembali mendatangi SD Negeri
1 Ampenan untuk melakukan observasi dan wawancara lanjutan kepada siswa.
Setelah sampai di sekolah peneliti langsung ruang kepala sekolah dan melaporkan
maksud dan tujuan bahwa peneliti akan melaksanakan sesi wawancara dengan
siswa dan observasi lanjutan. Setelah direspon dengan baik oleh ibu kepala
sekolah untuk melakukan wawancara dengan siswa, peneliti pun bergegas menuju
kelas V A dan V B yang terletak di lantai dua. Sesampainya di atas, peneliti pun
langsung mengajak beberapa siswa-siswi untuk diwawancarai yakni Jessy Adila
Putri Wijaya dan Ni Made Ratu Yovanitha Kesuma. Pertanyaan yang peneliti
lontarkan adalah yang berkaitan dengan perlibatan anak dalam pembuatan
peraturan dan kebijakan di dalam kelas serta proses belajar yang ramah anak.
Setelah selesai melakukan wawancara peneliti berkeliling sekolah untuk
mengobservasi kegiatan-kegiatan sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan,
serta sarana dan prasarana yang ramah anak seperti meja dan bangku yang ramah
anak dan penunjuk arah ketika menaiki tangga. Setelah itu peneliti pamit dan
pulang.
149
CATATAN LAPANGAN
Observasi 8
Hari : Senin
Tanggal : 2 April 2018
Pagi itu sekitar pukul 08.15 peneliti kembali mendatangi SD Negeri 1
Ampenan untuk menemui Ibu Masitah yang belum peneliti wawancarai. Setelah
tiba di sekolah peneliti langsung menuju ruang guru dan menanyakan keberadaan
Ibu Masitah, dan diberitahu oleh guru-guru yang lain bahwa Ibu Masitah sedang
berada di dalam kelas, penelitipun akhirnya menuju ke kelas belaiu, sesampainya
di depan pintu peneliti mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk oleh ibu. Peneliti
bertanya apakah beliau sibuk atau tidak dan dijawab tidak sehingga peneliti
menyampaikan maksud dan tujuan bahwa peneliti akan melakukan sesi
wawancara dengan beliau dan beliau pun mengiyakan. Akhirnya peneliti
mewawancarai belaiu dengan beberapa pertanyaan seputar implementasi sekolah
ramah anak.
Pertanyaan yang peneliti lontarkan yaitu tentang sekolah ramah anak,
bagaimana penrapannya dan pengembangannya serta berbagai macam
permasalahan yang berkaitan dengan sekolah ramah anak. Kemudian setelah
mewawancarai beliau peneliti pun pamit dan pulang.
150
CATATAN LAPANGAN
Observasi 9
Hari : Selasa
Tanggal : 3 April 2018
Pagi itu sekitar pukul 08.45 WITA, peneliti datang kembali ke SD Negeri
1 Ampenan. Setelah sampai peneliti kemudian menuju ruang TU untuk meminta
dokumentasi kegiatan yang berkaitan dengan sekolah ramah anak. Peneliti
menyerahkan sebuah flashdisk kepunyaan peneliti untuk meminta copyan
dokumentasi kegiatan sekolah ramah anak. Penelitipun disuruh untuk menunggu
sebentar dan tidak lama berselang staf TU menyerahkan kembali flashdisk
tersebut. setelah itu peneliti menemui ibu kepala sekolah dan pamit lalu pulang.
151
LAMPIRAN 2
Pedoman Wawancara
Untuk Kepala Sekolah SD Negeri 1 Ampenan
1. Tujuan : untuk mengetahui implementasi program sekolah ramah anak di
SD Negeri 1 Ampenan Kota Mataram.
2. Pertanyaan panduan:
1. Kepala Sekolah
a. Identitas Diri
1) Nama :
2) Jabatan :
3) Agama :
4) Pekerjaan :
5) Alamat :
6) Pendidikan Terakhir :
b. Pertanyaan penelitian :
1) Berapa lama Ibu menjabat sebagai kepala sekolah di SD
Negeri 1 Ampenan?
2) Bagaimana sejarah berdirinya sekolah SD Negeri 1
Ampenan?
3) Menurut Ibu apa itu sekolah ramah anak?
4) Apa yang menjadi latar belakang penyelenggaraan sekolah
ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan?
5) Apakah ada sosialisasi program sekolah ramah anak? Kalau
ada dari mana sosialisasi program tersebut?
152
6) Bagaimana implementasi program sekolah ramah anak di SD
Negeri 1 Ampenan?
7) Program apa saja yang secara khusus diarahkan dalam rangka
implementasi program sekolah ramah anak di SD Negeri 1
Ampenan?
8) Apa saja kegiatan yang diterapkan dalam pengembangan
sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan?
9) Apa saja sarana prasarana untuk menunjang program sekolah
ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan?
10) Bagaimana sumber daya manusia (SDM) di SD Negeri 1
Ampenan dalam mengimplementasikan program sekolah
ramah anak?
11) Seperti apa tindakan yang diambil oleh guru untuk
memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi anak di
sekolah?
12) Lalu bagaimana jika ada pedagang yang berjualan di depan
sekolah ? apakah dibiarkan atau dilarang ?
13) Bagaimana langkah-langkah yang ditempuh oleh kepala
sekolah dalam mengingatkan guru-guru untuk menerapkan
pembelajaran yang aktif, kreatif dan ramah anak?
14) Seperti apa kurikulum yang di terapkan di SD Negeri 1
Ampenan?
153
15) Faktor apa saja yang menjadi pendukung dalam
mengimplementasikan program sekolah ramah anak di SD
Negeri 1 Ampenan?
16) Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam
mengimplementasikan program sekolah ramah anak di SD
Negeri 1 Ampenan?
17) Apa solusi yang diberikan dalam mengatasi hambatan dalam
pengimplementasian program tersebut ?
154
Pedoman Wawancara
Untuk Guru SD Negeri 1 Ampenan
A. Tujuan : untuk mengetahui implementasi program sekolah ramah anak di
SD Negeri 1 Ampenan Kota Mataram.
B. Pertanyaan panduan:
1. Guru SD Negeri 1 Ampenan
a. Identitas Diri
1) Nama :
2) Jabatan :
3) Agama :
4) Pekerjaan :
5) Alamat :
6) Pendidikan Terakhir :
b. Pertanyaan penelitian :
1) Berapa lama bapak menjadi seorang guru di SD Negeri 1
Ampenan?
2) Bagaimana respon bapak ketika telah mengetahui bahwa di
sekolah ini telah menerapkan program sekolah ramah anak ?
Kemudian apa motivasi bapak mengajar di sekolah yang
ramah anak ?
3) Menurut bapak apa itu sekolah ramah anak ?
4) Bagaimanakah pengimplementasian program sekolah ramah
anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
155
5) Lalu bagaimana komitmen bapak dalam pelaksanaan
program sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
6) Bagaimana proses pembelajaran di sekolah ramah anak ?
7) Program apa saja yang diarahkan dalam rangka implementasi
program sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
8) Apa saja sarana-prasarana penunjang dalam
pengimplementasian program sekolah ramah anak di SD
Negeri 1 Ampenan ?
9) Apa tindakan yang akan bapak lakukan dalam menghadapi
anak yang bermasalah pada sekolah yang telah menerapkan
program sekolah ramah anak ?
10) Apakah siswa dilibatkan dalam pembuatan peraturan dan
kebijakan di dalam kelas ?
11) Bagaimana interaksi anatar guru dan siswa dalm konsep
sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
12) Apa faktor penghambat dalam pengimplementasian program
sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
13) Lalu apa faktor pendukungnya ?
14) Apa solusi dalam mengatasi hambatan tersebut ?
156
Pedoman Wawancara
Untuk Siswa/Siswi SD Negeri 1 Ampenan
A. Tujuan : untuk mengetahui implementasi program sekolah ramah anak di
SD Negeri 1 Ampenan Kota Mataram.
B. Pertanyaan panduan:
1. Siswa SD Negeri 1 Ampenan
a. Identitas Diri
1) Nama :
2) Kelas :
3) Agama :
4) Umur :
5) Alamat :
b. Pertanyaan penelitian:
1) Kamu sekarang duduk di kelas berapa?
2) Menurut kamu apa itu sekolah ramah anak?
3) Apakah siswa dilibatkan dalam pengambilan keputusan di
kelas ?
4) Contohnya seperti apa ?
5) Bagaimana menurut kamu tentang sikap guru terhadap murid
disekolah ini?
6) Pernahkan guru melakukan tindakan kekerasan di sekolah ?
7) Bagaimana cara mengajar guru di kelas? Apakah kamu suka
dengan cara mengajar gurumu ?
157
LAMPIRAN 3
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI
Hari/Tanggal : Rabu, 21 Maret 2018
Pukul : 09.22 - 10.17 WITA
Tempat : SD Negeri 1 Ampenan
Responden : Kepala Sekolah/Penanggung Jawab SRA (Hj. Johar Yuni, S. Pd)
Tema : Implementasi Program Sekolah Ramah Anak
Pertanyaan Penelitian
1. Peneliti : Berapa lama Ibu menjabat sebagai kepala sekolah di SD Negeri 1 Ampenan ?
Johar : Dari tahun 2016 tepatnya pada tanggal 10 Maret 2016 hingga saat ini berarti sudah 2 tahun 11 hari
2. Peneliti : Bagaimana sejarah berdirinya SD Negeri 1 Ampenan ?
Johar : Sekolah ini berdirinya pada zaman Belanda tanggal 1 September 1918 Masehi, kemudian pada tahun 2004 dirubah bentuknya gedung dan bangunannya hingga seperti saat ini yang dulunya bentuknya masih berupa bangunan kuno. Usia sekolah ini sudah berusia 99 tahun dan pada 1 september yang akan datang genap 100 tahun. Hingga saat ini telah 14 tahun belum ada lagi perubahan. Sekolah ini pada tahun 2004-2005 di bawah kepemimpinan bapak Ra’ah Imanuddin dapat membawa sekolah ini sebagai sekolah percontohan, sekolah standar nasional, rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI), kemudian sekolah akselerasi. Lalu pada tahun 2017 sekolah ini menjadi model sekolah SPMI (Standar Penjaminan Mutu Internal) hingga saat ini yang kemudian mengimbas kepada gugus mengenai sekolah model ini berupa program-programnya.
158
3. Peneliti : Menurut Ibu apa itu sekolah ramah anak ?
Johar : Sekolah ramah anak yaitu sekolah yang memberikan, prosesnya terutama dalam pembelajarannya menyenangkan, memperhatikan hak-hak anak, hak tumbuh kembangnya, perlindungannya, kemudian mengakomodir partisipasi anak dalam setiap kebijakan. Lalu memegang pada prinsip 3P yaitu provisi, proteksi dan partisipasi pada penerapan kegiatannya.
4. Peneliti : Apa yang menjadi latar belakang penyelenggaraan sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Johar : Dasarnya ibu kurang tahu, tetapi karena Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunagn Anak (DP3A) menunjuk untuk mengikuti studi banding ke Depok, disana kita bisa melihat bagaimana sekolah ramah anak, dasarnya sepertinya tidak jauh berbeda dengan kita disini bagaimana programnya, sehingga saya berbicara ke Ibu Kadis, jika seperti itu bentuknya sekolah ramah anak, maka SD Negeri 1 Ampenan siap, karena apa yang telah mereka terapkan, telah kami terapkan juga disini. Ibu katakan siap karena sudah ada programnya tinggal memoles apa yang belum, cikal-bakal dan bibit program sekolah ramah anak sudah ada. Jika melihat indikator-indikator sekolah ramah anak kita tinggal melengkapi, sehingga kemarin ditunjuklah tempat deklarasi.
5. Peneliti : Apakah ada sosialisasi program sekolah ramah anak ? Kalau ada, dari mana sosialisasi program tersebut ?
Johar : Setelah melakukan studi banding di Depok, kami melakukan sosialisasi dengan DP3A disini dengan mengundang orang tua siswa, anak-anak, pegawai, dan beberapa kepala sekolah yang berada di gugus 1 Ampenan dan gugus se-Ampenan dan se-Sekarbela, karena tiang berharap bukan hanya SD 1 Ampenan saja yang menerapkan program sekolah ramah anak tetapi bisa ditiru oleh sekolah lain. Kemudian juga mengingatkan anak jika mainnya sudah keterlaluan, diingatkan bahwa kita adalah sekolah ramah anak, tetap kita ingatkan. Di sekolah juga kita mempunyai forum kelas jadi mereka telah mengetahui bahwa di sekolah ini telah menerapkan program sekolah ramah anak.
159
6. Peneliti : Bagaimana implementasi program sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Johar : Karena kita telah punya cikal bakal, jadi kita tinggal menguatkan saja dan mengemasnya dalm program-program pembiasaan. Jadi bukan dari nol memulainya, tetapi tinggal menguatkannya saja.
7. Peneliti : Program apa saja yang secara khusus diarahkan dalam rangka implementasi program sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Johar : kami disini ada namanya program berayan nyampah kalau dalam bahasa Indonesia sarapan bersama, kemudian untuk kebersihannya kita ada program serbu (segera buang), ini menanamkan peduli lingkungan dan kebersihan, bukan hanya secara nyata, tapi kami masukkan dalam bel “lima menit lagi waktu istirahat berakhir anak-anak mari kita laksanakan serbuu!!” ibu walaupun ada tamu ikut juga minimal tiga sampah, kemudian kita pakai yel-yel untuk pembangkit semangat, kalau mengingatkan mereka makanan yang mereka makanan namanya ACIMAS (aku cinta makanan sehat). Untuk menanamkan pembiasaan seperti itu tidak lama. Kemudian kegiatan serbu ini di implementasikan di kelas V C pak Suherlan menjadi SERDADU (serbu dalam dua menit).
8. Peneliti : Apa saja kegiatan yang diterapkan dalam pengembangan sekolah ramah anak di SD Negeri Ampenan ?
Johar : Untuk pengembangannya kami sering rapat dengan guru untuk mengingatkan bahwa sekolah ini adalah sekolah ramah anak. Kemudian untuk saran dan prasarananya kita masukkan dalam RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah), seperti sekarang kita butuhkan bangku untuk anak-anak yang ujungnya tumpul yang sebelumnya tajam-tajam. Sekarang kita memesan meubelair untuk anak-anak yang ujungnya tumpul. Kita juga menghubungi dinas, minta apabila ingin mengirim meubelair agar diperhatikan, jangan sampai ada yang tajam-tajam. Kemudian pada proses pembelajaran tahun pelajaran 2018/2019 kita melibatkan partisipasi anak-anak, seperti disiplin dalam kelas, peraturan kelas kita masukkan dalam kurikulum dalam rencana kedepannya. Kemudian di tangga itu kami buatkan penunjuk arah bagi anak. Kita juga punya ayunan dan prosotan
160
tapi kedepannya kita akan mengajukan proposal permainan anak seperti bola dunia yang edukatif bagi anak, sama boneka tangan, pojok-pojok sekolah kami jadikan sebagai pojok baca yang jumlahnya ada 3 dibawah ada 1 dan diatas ada 2.
9. Peneliti : Apa saja sarana dan prasarana untuk menunjang program sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Johar : Kalau dari segi sarana prasarananya kita ya sudah ada 3 buah gedung berlantai 2 yang cukuplah untuk menunjang proses pembelajaran, kemudian juga setiap ruang kelas ada LCD proyektornya sebagai media pembelajaran di kelas agar anak bisa maksimal dalam belajar serta ada bangku dan meja ramah anak maksudnya kan sekaran meja-meja bentuknya persegi panjang kan ujungnya tajam-tajam kita ganti dengan yang tumpul diujungnya. Ada juga penunjuk arah yang telah kita buat di setiap tangga agar anak-anak itu kalau mau naik atau turun tangga tidak lagi berebutan. Makanya sekarang itu naka-anak kalau ada temannya yang salah posisi waktu naik tangga maka ditegur sama teman-temannya yang lain.
10. Peneliti : Bagaimana sumber daya manusia (SDM) di SD Negeri 1 Ampenan dalam mengimplementasikan program sekolah ramah anak ?
Johar : Insya Allah dalam pelaksanaannya SDM disini mendukung, karena kita tahu, setelah ibu menjadi kepala sekolah disini, ibu melihat bagaimana hubungan emosional teman-teman disini. Karena disini kita juga heterogen, jadi apabila semangat guru-guru ini kendor ibu tetap akan menyemangatkan dengan cara di SMS, namanya juga komitmen kadang naik kadang turun ya ibu SMS, “pak, buk, ditunggu sama anak-anak di depan gerbang, masa’ kalah sama anak-anak”. Jadi tetap ibu SMS pagi untuk menyemangatkan guru-guru.
11. Peneliti : Seperti apa tindakan yang diambil oleh guru untuk memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi anak di sekolah ?
Johar : Kalau dalam hal kesehatan, ini kita menyediakan kantin sehat bagi anak-anak yang bekerja sama dengan BPOM dalam hal memonitoring makanan dan minuman yang sehat, kita juga telah mendapatkan penghargaan bintang satu dari BPOM katagori
161
keamanan pangan di sekolah. Tiap tahun tetap kita dimonitoring dan dievaluasi hingga tahun 2017 hingga sekarang kita masih layak mendapatkan penghargaan tersebut. kemudian kalau untuk kesehatan kita tetap bekerja sama dengan Puskesmas dalam pelatihan dokter kecil, kemudian kalau untuk keamanan kita ada satpam yang selalu berjaga.
12. Peneliti : Lalu bagaimana jika ada pedagang yang berjualan di depan sekolah ? apakah dibiarkan atau dilarang ?
Johar : Kalau yang di depan gerbang sekolah kita tidak bisa melarang, jadi kita hanya bisa mengingatkan anak-anak agar mereka tidak jajan sembarangan. Jika mereka sudah pulang sekolah baru mereka berhubungan dengan pedagang yang berada di depan sekolah dan itupun harus dengan izin orang tua mereka. Kalau selagi masih di sekolah, sekolah melarang karena nanti mereka akan ketagihan, ya begitulah kita tetap mengingatkan anak-anak. Dan untuk pedagang yang diluar kita pesan “pak side kan Cuma dapat enaknya saja, kalau ada sampahnya kami yang bersihkan jadi tolong jangan layani anak pada saat jam pelajaran walaupun mereka manggil-manggil, nanti baru layani mereka kalau sudah sama orang tuanya” . Makanya kita agak sedikit keras.
13. Peneliti : Bagaimana langkah-langkah yang ditempuh oleh kepala sekolah dalam mengingatkan guru-guru untuk menerapkan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan ramah anak ?
Johar : Kalau masalah proses kami punya tim 8 standar, yang masing-masing ada ketuanya. Jadi ibu sebagai koordinator hanya memantau saja. Nah untuk pelaksanaan proses, administrasi, perencanaannya mereka bergabung dengan gugus di KKG kemudian kalau ada salah satu guru yang punya inovasi maka yang lain dapat mencontohnya, walaupun gurunya masih honorer tetap kita akan perhatikan jika memiliki inovasi. Kemudian kita share ke yang lain agar dicoba juga mungkin seperti itu.
14. Peneliti :Seperti apa kurikulum yang diterapkan di SD Negeri 1 Ampenan ?
Johar : Disini kami menggunakan dua kurikulum, yaitu kurikulum 2006 (KTSP) dan kurikulum 2013 (K 13), untuk kelas III dan VI
162
menggunakan kurikulum 2006 atau KTSP, dan untuk kelas I, II, IV dan V menggunakan kurikulum 2013. Dua-duanya sebenarnya KTSP, Cuma persepsi orang mengatakan kurikulum 2016 KTSP dan kurikulum 2013 di sebut K 13. Sebenarnya penyebutan keduanya tetap KTSP. Maksud sebenarnya itu KTSP adalah kurikulum yang dibuat oleh sekolah atau tingkat satuan pendidikan, ada yang 2006 dan ada yang 2013. Bedanya pada kurikulum 2013 70% untuk karakter.
15.Peneliti :Faktor apa saja yang menjadi pendukung dalam pengimplementasian program Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Johar : Dukungan dari dinas juga serta orang tua siswa, serta komite sekolah. Lalu ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah yang cukup memadai baik berupa fasilitas yang ada di dalam kelas maupun yang dimiliki oleh sekolah serta komitmen guru untuk terus bagaimana program ini dapat berjalan dengan lancar.
16. Peneliti : Faktor apa saja yang menghambat pengimplementasian program tersebut ?
Johar : yah kalau faktor penghambatnya ya karena setiap orang berbeda-beda kemauan makanya beda juga keinginannya. Rata-rata guru di sini adalah honorer yang kita ambil anggaran dari dana BOS ya sedikit cuman 15% saja untuk gaji mereka, palingan kita kasih Rp. 200.000 Rp. 500.000 kalau gruru-guru yang masih baru kalau yang lama-lama itu mungkin lebih ya sampai Rp. 1.000.000. kemudian juga di masalah SDM nya. Karena pada saat kita ingatkan ya mereka semangat, kalau lagi kendor ya mereka tidak semangat, tapi tetap ibu menyemangatkan dan mengingatkan mereka melalui SMS denga kata-kata motivasi pada setiap pagi hari, ya itu tadi karena kebnayakan guru-guru itu honorer makanya kita juga maklum. Tapi tetap kita ada rasalah, kita lebihkan sedikit melalui trik-trik yang lain dengan cara menambahkan beban kerja mereka.
163
17.Peneliti :Apa solusi untuk mengatasi hambatan dalam pengimplementasian program sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Johar :Ya solusinya seperti yang ibu sampaikan tadi, ya kita menggunakan trik-trik tertentu dengan menambahkan beban kerja dan selalu mengingatkan guru-guru itu setiap paginya.
164
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI
Hari/Tanggal : Rabu, 21 Maret 2018
Pukul : 10.22 - 11.10 WITA
Tempat : SD Negeri 1 Ampenan
Responden : Guru Kelas V C/Bendahara SRA/BOS (Suherlan, S. Pd)
Tema : Implementasi Program Sekolah Ramah Anak
Pertanyaan Penelitian
1. Peneliti : Sudah berapa lama bapak menjadi seorang guru di SD Negeri 1
Ampenan ?
Suherlan : Sejak tahun 2014 hingga saat ini yaa sudah 4 tahun.
2. Peneliti : Bagaimana respon bapak ketika telah mengetahui bahwa di
sekolah ini telah menerapkan program sekolah ramah anak ?
Kemudian apa motivasi bapak mengajar di sekolah yang ramah
anak ?
Suherlan : Pertama saya senang dengan dipilihnya sekolah ini sebagai
sekolah ramah anak bagi kita sebagai seorang guru membuat
kita untuk terus belajar lagi seperti apa tuntutan guru di
sekolah yang ramah anak, memang ada sekolah yang bukan
menerapkan program sekolah ramah anak tetapi memiliki
program yang ramah anak. Dan motivasi saya tentunya anak-
anak akan jauh lebih senang.
165
3. Peneliti : Menurut bapak apa itu sekolah ramah anak ?
Suherlan : Sekolah yang memberikan rasa nyaman, anak belajar menjadi
senang dalam pembelajarannya menggunakan PAIKEM
(Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan ) kemudian di lingkungan sekolah anak itu
dijaga hak-haknya baik perlindungannya, keselamatannya.
Dengan memegang prinsip 3 P, provisi, proteksi dan
partisipasi. Jadi semaksimal mungkin memberikan
kenyamanan pada siswa untuk mereka merasa senang, aman,
dan nyaman di sekolah melalui 3 prinsip tersebut. dan
diusahakan dalam pembelajaran agar dibuat tidak
membosankan bagi anak, nah disanalah letak guru untuk
mencari sebuah solusi seperti kegiatan ekstrakurikuler dan lain
sebagainya.
4. Peneliti : Bagaimanakah pengimplementasian program sekolah ramah
anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Suherlan : Kalau dalam tahap pengimplementasiannya karena kita baru
menerapkan ya bisa dikatakan baru berada pada tahap 2 dan 3
yaitu baru pada tahap perencanaan dan pelaksanaan sehingga
ya kita masih berproses lagi. Tapi dari beberapa program dan
kegaiatan kita yang telah ada sudah menjadi cikal bakal
sekolah ramah anak sehingga pas ditunjuk kita sudah bisa
langsung melaksanakan, bukan lagi merencanakan karena
didukung oleh berbagai sarana dan prasarana tetapi kita
berharap agar program ini terus berjalan di sekolah ini karena
didukung juga oleh orang tua wali murid.
166
5. Peneliti : Lalu bagaimana komitmen bapak dalam pelaksanaan program
sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Suherlan : Komitmen kita sebagai guru ya bagaimana program ini
terusberlanjut walaupun telah ada pergantian kepala sekolah,
karena biasanya kalau ada pergantian kepala sekolah ya
program itu berganti karena merasa itu bukan program saya.
Jadi disitulah letak kekhawatiran kami sebagai guru.
6. Peneliti : Bagaimana proses pembelajaran di sekolah ramah anak ?
Suherlan : kalau proses pembelajarannya ya kita sesuaikan, tidak selalu
berada di dalam kelas saja. Dan sekarang kita ada progra
sekolah yang kita anggarkan di RKAS dana BOS yaitu
kegiatan outing class. Jadi setiap kelas kita berikan
kesempatan untuk melakukan outing class atau pembelajaran
di luar sekolah sesuai dengan materinya . Nah sebagai contoh
di kelas VI jika mereka akan meneliti masalah dalam
pembelajarn IPA seperti perkembang biakan hewan maka
mereka akan pergi ke Sembalun, nah disanan mereka akan
belajar dengan asyik kan kemudian ke museum mereka akan
belajar tentang sejarah. Jadi tinggal gurunya saja yang sepakat
mau ke makam pahlawannya atau museumnya. Tentunya
dengan adanya outing class membuat anak tidak akan jenuh
dan bosan malah akan membuat mereka menjadi senang.
Kemudian di kelas IV kemarin ada 128 siswa mereka
mengadakan outing class ke Mako Brimob sambil bermain
outbond dan pameran persenjataan yang terkait dengan tema
cinta tanah air. Disana mereka juga dapat materi dari
kepolisian pihak Brimob. Jadi banyak sekali lah kalau di
outing class ini mereka bisa lebih percaya diri, menanamkan
keinginan mereka agar bisa menjadi Brimob juga.
167
7. Peneliti : Program apa saja yang diarahkan dalam rangka implementasi
program sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Suherlan : Kalau yang khusus itu ada namanya program berayan nyampah
yaitu sarapan bersama bawa dari rumah masing-masing terus
mereka makan di sekolah. Memang hal ini harus ada kerjasama
antara orang tua dan sekolah karena terkadang mereka tidak
membawa bekal, tapi kita wajibkan untuk mebawa bekal ya
mungkin mereka mengisi dengan roti, buah atau apalah kalau
memang mereka sudah makan nasi di rumahnya. Selain itu kita
ada program sambut gerbang pagi tapi itu sudah ada sejak
dulu, biasanya guru piket yang menyiapkan jadi kita hanya
mengucapkan salam. Jadi dulu ada bebrapa item yang
disandang oleh sekolah ini seperti sekolah adiwiyata, sekolah
aman bencana, menjadi cikal bakal sekolah ramah anak di
sekolah ini. Terus kegiatan serbu sampah itu juga baru, jadi
anak-anak hanya mendengar serbu ya mereka langsung
bersihkan sampah dan ini juga sebagai pembiasaan bagi
mereka. Dan ini termasuk poin bagi sekolah ramah anak.
8.Peneliti : Apa saja sarana-prasarana penunjang dalam pengimplementasian
program sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Suherlan : baru kita lakukan di tangga-tangga itu pemasangan penunjuk
arah, lalu mungkin kedepannya kita akan pasang jalur
evakuasi, titi kumpul sebagai antisipasi jika terjadi bencana.
Kemudian di kelas-kelas kita sudah pesan meja dan bangku
siswa yang ramaha anak kurang lebih 120 buah yang kita coba
pada satu kelas, kita coba disana jadi kita untuk sarana
prsarananya sedang kita benahi karena saya juga bendahara
BOS jadi seberapa besar dan BOS bisa mensupport dalam
pendanaan sekolah ramah anak. Kita juga sedang lihat mana-
168
mana benda yang berbahaya bagi anak telah kita singkirkan.
Jadi kita juga berbicara dengan pihak komite sekolah tentang
kebutuhan sekolah ini
9. Peneliti : Apa tindakan bapak dalam menghadapi anak yang bermasalah
pada sekolah yang telah menerapkan program sekolah ramah
anak ?
Suherlan : Jadi sebelum kita menghadapi anak yang bermasalah yah
terlebih dahulu kita membuat kesepakatan dengan anak
mengenai aturan-aturan dan sanksi-sanksinyang akan
diterimanya apabila menlanggar aturan tersebut, kalau kelas-
kelas yang lain mereka membuat peraturan di kelas tetapi
mereka bekum menjalankannya. Tetapi kita membuat anak
untuk bertanggung jawab apabila melanggar kesepakatan
karena peraturan disini yang kita buat dalah dengan pelibatan
anak sehingga mereka sendiri yang akana mengetahui apa
hukuman bagi mereka apabila melanggar. Yang penting kita
menanamkan kesadaran ke mereka untuk mengakui kalau
mereka itu salah, bukan pada efek jeranya. Sehingga mereka
tahu apa kesalahan mereka.
10. Peneliti :Apakah siswa dilibatkan dalam pembuatan peraturan dan
kebijakan di dalam kelas ?
Suherlan : Iya itu pasti tapi hanya dalam cakupan kelas duluan, tapi bisa
saja nanti setiap kelas diambil datanya sebgai acuan dalam
pembuatn kebijakan dan peraturan sekolah. Cuamn aturan
dalam setiap kelas berbeda antar yang kelas I sampai kelas V.
11. Peneliti : Bagaimana interaksi anatar guru dan siswa dalm konsep
sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
169
Suherlan : ya kita coba akrab dengan mereka, karena manfaatnya bagus
karena kita bisa mengetahui apa saja kegiatan anak dirumah
melalui ekgiatan sapa kabar. Jadi kita bisa menanyakan apa
saja kepada anak, mencoba peduli kepada mereka sehingga
mereka terbuka dan menceritakan apa saja pengalaman
mereka.
12. Peneliti : Apa faktor penghambat dalam pengimplementasian program
sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Suherlan : Yah faktor penghambatnya sebenranya semua guru di minta
komitmennya mau tidak sekolah ini melaksanakan sekolah
ramah anak, begitupun sorang tua siswa, karena ini adalah
program bersama maka kita harus kerja bersama untuk
mensukseskannya. Kemauan atau komitmen guru-guru disini
belum nampak terlihat sehingga belum terlihat secara nyata.
Serta terbatasnya penganggaran dana dari dana BOS saja.
13. Peneliti : lalu apa faktor pendukungnya ?
Suherlan : selain sudah ada cikal bakalnya mengenai program tersebut
tinggal dilanjutkan lagi, kemudian kita menjadi pionir pilot
project san juga sekolah ini layak untuk mengimplementasikan
program tersebut karena didukung oleh saran-dan prasarana
yang memadai.
14. Peneliti : Apa solusi dalam mengatasi hambatan tersebut ?
Suherlan : ya solusi dalam mengatasi hambatannya yaitu dengan adanya
partisipasi orang tua dalam membantu pendanaan sehingga
dapat membantu keterbatasan dana yang hanya dianggarkan
dari dana BOS.
170
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI
Hari/Tanggal : Senin, 2 April 2018
Pukul : 09.10 - 10.00 WITA
Tempat : SD Negeri 1 Ampenan
Responden : Guru Kelas VI A/Ketua Tim Pelaksana SRA (Masitah, S. Pd)
Tema : Implementasi Program Sekolah Ramah Anak
Pertanyaan Penelitian
1. Peneliti : Menurut ibu apa itu sekolah ramah anak ?
Masitah : Sekolah ramah anak adalah sekolah yang lingkungnnya ramah
terhadap anak anak sesuai dengan kata-katanya yang
menggunakan istilah ramah anak. Baik dari segi lingkungan,
orang tua, siswa, satpam dan semua linier yang berada di
lingkungan sekolah membuat nyaman dan senang bagi anak
dengan memegang pada prinsip 3 P dalam kesehariannya.
2. Peneliti : Bagaimana pengimplementasian program sekolah ramah anak di
SD Negeri 1 Ampenan ?
Masitah : Kalau pengimplementasiannya kita sudah mulai ya. Dari aspek
sarana prsarananya, lingkungan belajarnya dan kegiatan-
kegiatan dan program-program yang berbasis ramah anak.
Mungkin pernah dengar yah kalau anak-anak dengar bel mereka
teriak hore, jadi seakan-akan mereka meraa tidak betah berada
di sekolah maka yang seperti itulah yang kami ubah agar anak
merasa nyaman dan betah selama berada di sekolah. Disamping
itu juga kita memulai program ini bukan dari nol, tetapi kita
171
sudah punya program-program yang memang sudah ramah
terhadap anak sehingga kita bisa langsung action dalam
menerapkan program sekolah ramah anak.
3. Peneliti : Kegiatan apa saja yang dilakukan untuk menunjang program
sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Masitah : Untuk kegiatnnya kita ada program berayan nyampah yaitu
makan bersama yang dilakukan anak-anak di sekolah. Mereka
yang bawa tempat makan sendiri, tempat minum sendiri. Betul-
betul terkontrol kebersihannya. Kemdian kita ada kantin sehat
untuk mengontrol makanan dan minuman anak-anak mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh. Kemudian ada kegiatan serbu
sampah jadi hanya dengan bilang serbu, anak-anak sudah
mengerti bahwa mereka diperintahkan untuk memunguti
sampah.
4. Peneliti : Apa ciri-ciri sekolah ramah anak menurut ibu ?
Masitah : Siswa dengan siswa di kebersamaannya sangat terasa karab dan
ramah, terus tidak ada kekerasan di sekolah, pokoknya tidak
boleh main pukul, terus kita libatkan anak dalam membuat
peraturan. Yah itu sepengetahuan ibu saja yah.
5. Peneliti : Dalam pengimplementasian program sekolah ramah anak di SD
Negeri 1 Ampenan, apakah anak dilibatkan dalam pembuatan
peraturan di dalam kelas ?
Masitah : ya kita libatkan mereka, contohnya dalam pembuatan tugas-
tugas kelas, tugas kelompok dan piket-poket kelas semuanya
kita libatkan anak yang membuatnya begitupun peraturan di
dalam kelas merekapun yang membuatnya. Jika ada yang
melanggar seperti membuang sampah sembarangan maka kita
minta kesepakatan mereka, “buk didenda saja” trus ibu bilang
172
nak, bagaimana yang lainnya ? kalau mereka bilang setuju maka
ibu tinggal mengiyakan saja, kalau ada yang tidak setuju,
misalkan disuruh membersihkan kelas saja, atau memunguti
sampah saja ibu. Yah anak sendiri yang menentukan hukuman
kepada temannya apabila melanggar.
6. Peneliti : Bagaimana sumber daya manusia dalam mengimplementasikan
program sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Masitah : Alhamdulillah semua guru dan semua unsur di sekolah ini baik
petugas TU, Satpam semuanya sudah mengerti dan paham apa
itu sekolah ramah anak. Kemudian setelah adanya ibu kepala
sekolah yang baru, pagi-pagi kita sudah ada di sekolah untuk
menyambut siswa-siswi untuk program sambut gerbang pagi
anak-anak.
7. Peneliti : Bagaimana komitmen ibu sebagai ketua tim pelaksana sekolah
ramah anak dalam menjalankan program ini ?
Masitah : Komitmen ibu bagaimana program ini tetap berjalan walaupun
kepala sekolahnya berganti dengan yang baru, karena kalau
sudah ganti kepala sekolah yang baru maka program yang lama
dari kepala sekolah yang lama akan berhenti. Karena program
sekolah ramah anak ini menunjang kebersamaan anak dan
perlindungan anak. Ibu tetap berharap program ini tetap
berlanjut.
8. Peneliti : Dari mana sumber pembiayaan dan pendanaan sekolah ramah
anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
Masitah : Murni dari BOS, sehingga terbatas dalam penggunaan. Makanya
kita bertahap dalam penggunaan dan pemanfaatan dana tersebut.
9. Peneliti : Apa saja faktor pendukung dalam pengimplementasian program
sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan ?
173
Masitah : Dukungan dari orang tua, dan partisipasi dari semua pihak,
karena program yang bagaimanapun bagusnya kalau tanpa
danya partisipasi dari semua pihak maka tidak akan bisa berjalan
maksimal. Kemudian dari faktor lingkungan yang nyaman bagi
anak dalam mewujudkan program tersebut. lalu tersedianya
sarana dan prasarana penunjang seperti ruang kelas yanag
nyaman, toilet yang bersih dan komitmen guru-guru disini agar
bagaimana program ini terus berlanjut.
10. Peneliti :Apa faktor penghambatnya di dalam pengimplementasian
program sekolah ramah anak di SD Negeri 1 Ampenan?
Masitah : ya itu tadi masalah dana yang terbatas jadi kita mau bikin ini itu
terkendala di pembiayaan karena kita murni hanya dari BOS
saja sehingga kurang maksimal.
11. Peneliti : Lalu apa solusi dalam menyelesaikan hambatan tersebut ?
Masitah : Untuk solusinya kita terbantu dengan adanya sumbangsih dan
partisipasi orang tua yah. alhamdulillah, partisipasi orang tua
sudah banyak memberikan kontribusi dalam permasalahn di
sekolah, kemarin orang tua siswa menyumbangkan karpet untuk
kebutuhan Imtaq setiap hari jum’at. Jadi kita terbantu dengan
adanya partisipasi orang tua
174
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI
Hari/Tanggal : Kamis, 29 Maret 2018
Pukul : 09.30 - 09.50 WITA
Tempat : SD Negeri 1 Ampenan
Responden : Jessy Adila Putri Wijaya (Siswa Kelas V B)
Tema : Implementasi Program Sekolah Ramah Anak
Pertanyaan Penelitian
1. Peneliti : Kamu sekarang duduk di kelas berapa ?
Jessy : Saya sekarang sudah kelas V, kelas V B kak.
2. Peneliti : Menurut kamu apa itu sekolah ramah anak ?
Jessy : Sekolah ramah anak itu sekolah yang gak ada saling membully,
saling menghina, atau mengolok-ngolok, terus guru-gurunya gak
suka marahin anak muridnya kalau ada berbuat salah.
3. Peneliti: Apakah siswa dilibatkan dalam pengambilan keputusan di kelas ?
Jessy : Iya kak, kita dilibatkan dalam pembuatan keputusan.
4. Peneliti : Contohnya seperti apa ?
Jessy : Ya misalnya seperti membuat peraturan di dalam kelas, gak boleh
terlambat, jangan membuang sampah sembarangan, tidak boleh
saling menghina, nah itu yang membuat peraturannya kami. Terus
kalau ada yang melanggar maka akan dihukum sesuai
kesepakatan teman-teman, seperti membaca dzikir 100 x,
membuat puisi.
5. Peneliti : Bagaimana menurut kamu sikap guru terhadap murid yang
mengajar di sekolah ini ?
Jessy : Baik kak, terus gak suka marah-marah kalau kami itu berbuat
salah.
175
6. Peneliti : Pernahkan guru melakukan tindakan kekerasan di sekolah ?
Jessy : Gak pernah kak.
7. Peneliti : Bagaimana cara mengajar guru di kelas ? Apakah kamu suka
dengan cara mengajar gurumu?
Jessy : Cara mengajarnya ya bagus kak, gak bikin kita bosan terus mudah
juga ngertinya. Jadinya kita suka kak.
176
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI
Hari/Tanggal : Kamis, 29 Maret 2018
Pukul : 09.55 - 10.10 WITA
Tempat : SD Negeri 1 Ampenan
Responden : Ni Made Ratu Yovanitha Kesuma (Siswa Kelas V A)
Tema : Implementasi Program Sekolah Ramah Anak
Pertanyaan Penelitian
1. Peneliti : Kamu sekarang duduk di kelas berapa ?
Ratu : kelas V A kak.
2. Peneliti : Menurut kamu apa itu sekolah ramah anak ?
Ratu : Sekolah yang nyaman, senang, guru-gurunya baik-baik sama
muridnya, dan tidak suka marah-marah.
3. Peneliti: Apakah siswa dilibatkan dalam pengambilan keputusan di kelas ?
Ratu : Iya kak, dilibatkan.
4. Peneliti : Contohnya seperti apa ?
Ratu : Seperti gak boleh jajan di luar, terus bikin jadwal piket kelas sama
sanksi kalau melanggar seperti membawa tanaman, disuruh buat
puisi.
5. Peneliti : Bagaimana menurut kamu sikap guru terhadap murid yang
mengajar di sekolah ini ?
Ratu : Sikapnya baik kak sama kami, dan ramah terus gak suka marah.
6. Peneliti : Pernahkan guru melakukan tindakan kekerasan di sekolah ?
Ratu : Gak pernah kak.
7. Peneliti : Bagaimana cara mengajar guru di kelas ? Apakah kamu suka
dengan cara mengajar gurumu?
Ratu : Bagus kak, terus kita jadi senang kalau belajar karena jadi gak
bosan.
177
LAMPIRAN 4
Foto Dokumentasi
Gambar 1. Gedung Depan Gambar 2. Gedung Kelas
Gambar 3. Toilet/WC Siswa Gambar 4. Pojok Baca
178
Gambar 5. Sosialisasi Program SRA Gambar 6. Peresmian SRA
Gambar 7. Penandatanganan Deklarasi SRA Gambar 8. Deklarasi SRA
179
Gambar 9. Outing Class di Sangkareang Gambar 10. Outing Class di Mako Brimob Polda NTB
Gambar 11. Pembelajaran di kelas Gambar 12. Pembelajaran di kelas
180
Gambar 13. Penunjuk Arah Gambar 14. SERBU (Segera Buang) Sampah
Gambar 15. Program Peduli Sesama Gambar 16. Program Berayan Nyampah
181
LAMPIRAN 5
DATA LENGKAP KEPEGAWAIAN SD NEGERI 1 AMPENAN
No. Nama / NIP L/P Tempat Tanggal Lahir Agama
PN Jaba- K Gol. Gol Ijazah Bertugas Mangajar
Alamat tempat tinggal GTT tan TK Ruang Berkala Ter- di SDN di
PTT J Gaji tmt tinggi ini sejak kelas
1 Hj. Johar Yuni, S.Pd/19620412 198203 2 009 P Ampenan, 12-04-1962 Islam PN KS K IV/b, 1/10/2016 01/03/2017 S1 10/03/2016 VI Pondok Perasi
2 Ni Wayan Candrawati/195802141978032013 P Mataram, 14-02-1958 Hindu PN GU K IV/a, 1/3/2007 01/03/2017 SPG 15/07/2002 II B Kamp. Kehakiman Kekalik Amp.
3 Ni Nyoman Siwiarni / 19591220 198201 2 019 P Tabanan, 20-12-1959 Hindu PN GU K IV/a, 1/10/2007 1/1/2017 SPG 10/25/2012 III C Jl. Alpa Raya Blok I/3 BTN Sandik
4 Franciskus X.M, S.Pd/19640122 200003 1 001 L Ende, 22-11-1964 Katolik PN GAK K III/c , 1-10-2015 01/03/2016 S1 26/09/2003 I S/D VI Kampung Tangsi Ampenan
5 Masitah, S.Pd/ 19730512 200312 2 008 P Mataram, 12 Mei 1973 Islam PN GU K III/b/, 1-10-2014 01/12/2015 S1 1/16/2016 VI B Tanjung Karang Permai Sekarbela
6 Sahlanudin, S.Pd / 19691217 200501 1 006 L Ampenan, 17-12-1969 Islam PN GU K III/c, 1-04-2017 1/1/2016 S1 7/9/2014 V B Dayan Peken Ampenan
7 Husniyati, SS/197612122006042031 P Ampenan, 12-12-1976 Islam PN GU K III/c, 1-04-2013 01/01/2017 S1 25/02/2004 II C Sukaraja, Ampenan
8 Ernawati, S.Pd / 19810220 200701 2 007 P Lotim, 20-02-1981 Islam PN GU K III/b, 1-10-2014 1/1/2017 S1 3/17/2014 III B Dasan Agung Pelita
9 Muh. Juaini, S.Pd/198112312008021003 L Loteng, 31-12-1981 Islam PN GU K III/a, 01-01-
2013 01/02/2016 S1 3/24/2008 IV D Jl. Datu Tuan 1/14 Butun Indah
10 Suherlan, S.Pd / 19851120 201001 1 008 L Mataram, 20-11-1985 Islam PN GU K III/b, 1-4-2016 1/1/2016 S1 3/17/2014 V C Jl. Gajah Mada Pagesangan
11 Sribani, S.Pd / 19851231 201001 1 020 L Loteng, 31-12-1985 Islam PN GOR K III/b, 1-01-2014 1/1/2016 S1 7/9/2014 IV s/d VI Jl. Ade Ima Suryani Taliwang
12 Nurhayati, S.Pd.I/19860307 200901 2 002 P Sesela, 07-03-1986 Islam PN GAI K III/c/1-1-2014 1/1/2017 S1 3/19/2015 IV s/d VI Sesela, Kebun Indah
13 Diah Lestari, S.Pd / 19870329 201101 2 001 P Lotim, 29-03-1987 Islam PN GU K III/b, 1-04-2014 1/1/2017 S1 1/3/2011 III A Perum Sembada Asri Blok E No. 7 Kekalik
14 Nining Sugiarti, S.Pd/19870829 201101 2 002 P Lobar, 29-08-1987 Islam PN GU K III/b, 1-04-2014 1/1/2017 S1 3/17/2014 VI A Mambalan Gunung Sari
15 Wiwik Suprapti, S.Pd/19670918 201406 2 004 P Banyuwangi, 18-09-1967 Islam PN GU K III/a/1-06-
2014 1/1/2015 S1 1/1/2005 I A Perumnas, Ampenan
16 Genofefa Mbaru, S.Pd/19660727 201406 2 002 P Ende, 27-07-1966 Katolik PN PST K I/c/01-06-
2014 1/1/2015 S1 1/1/2004 - Kampung Tangsi Ampenan
17 Fathurrahman, S.Pd L Ampenan, 01-06-1980 Islam GTT GU K - - S2 1/1/2004 I B Sukaraja, Ampenan
18 M. Syahroni Tapiheru L Ampenan, 01-11-1976 Islam PTT Stpm K - - SMA 1/1/2004 - Kampung Tangsi Ampenan
19 Muh. Alimuddin, A.Md L Wanasaba, 31-12-1984 Islam PTT ADM K - - D3 1/1/2005 - Jln. Adisucipto No. 6 Ampenan
182
20 Zurlina Ismi, S.Ag P Praya, 16-09-1976 Islam GTT GAI K - - S1 30/07/2007 I s.d III Jln. Kesra VII Ampenan
21 Nur'aini, S.Pt P Ampenan, 06-03-1983 Islam PTT ADM TK - - S1 01/03/08 - Lingk. Sintung Ampenan
22 Tri Oktaviani, S.Pd P Bantul, 19-10-1985 Islam GTT GU K - - S1 21/07/2008 I B Jl. Koperasi Otak Desa Ampenan
23 I Gusti Ngurah Agung Rai, S.PdH L Mataram, 28-5-1978 Hindu GTT GAH TK - - S1 2/1/2010 I S/D VI Karang Jangu Cakranegara Barat
24 Medina Nur Aisya, S.Pd P Selong, 1-6-1988 Islam GTT GU K - - S1 2/1/2010 I C Jln. Jombang 1C No. 8 Taman Baru
25 Rini Idawati, S.Pd P Mataram, 22-12-1984 Islam GTT GU K - - S1 6/7/2009 IV C Jln. Oncer No. 1 Mataram
26 Lalu Satria Adi Putra, S.Pd L Darmaji, 5-3-1989 Islam GTT GOR K - - S1 18/01/2013 I s.d III Cakra Barat
27 Aidah, S.Pd P Bima, 10-06-1988 Islam GTT GBI K - - S1 2/9/2014 II s/d VI Dasan Agung Mataram
28 Hidayatul Mariam, S.Pd P Paok Kambut, 15-12-1990 Islam GTT GU TK - - S1 06/13/2014 II C Paok Kambut, Telaga Waru
29 Rini Budi Utami, S.Pd P Ampenan, 17-11-1990 Islam GTT GU K - - S1 18/07/2016 III B BTN Citra Persada Blok C1 Sesela
30 Ni Wayan Suyatna, S.Pd P Mataram, 29-04-1993 Hindu GTT GU TK - - S1 18/07/2016 V A Jln. Cakrabioha No.13 Kr. Batuayu Cakranegara
31 Partiah P Mataram, 31-12-1983 Islam GTT GU K - - S1 06'14'2014 III D Taman Sari
32 Wahyu Abdul Rahman L Ampenan, 27-10-1991 Islam PTT Stpm K - - SMA 01/09/2014 - Jln. Energi Gg. Melati Krng. Buyuk
33 Ahli L Bima, 01-11-1988 Islam PTT Pjg TK - - S1 11/01/2014 - Ampenan
34 Wahyu L Pejeruk, 04/04/1988 Islam PTT CS K - - SMA 01/09/2014 - Dasan Sari, Pejeruk Ampenan
34
- PN : Pegawai Negeri - K : Kawin
Ampenan, 4 November 2016
- CP : Calon Pegawai - J : Janda
- GK : Guru Kelas
Kepala SDN 1 Ampenan
- TK : Tidak Kawin - D : Duda
- G. TIK : Guru TIK
Jabatan diisi dengan : - KS : Kepala Sekolah - GAK : Guru Agama Kristen - GAH : Guru Agama Hindu - GU : Guru Umum - GAP : Guru Agama Protestan - GBS : Guru Bhs. Sasak
- GOR : Guru Olah Raga - GAH : Guru Agama Hindu - CS : Cleaning Service
- GAI : Guru Agama Islam - PST : Perpustakaan - Pjg : Penjaga
HJ. JOHAR YUNI, S.Pd
- Stpm : Satpam - ADM : Administrasi
NIP. 19620412 198203 2 009
181
182
183
184
185
186
189
190
191
192
Recommended