View
256
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH RAMAH LINGKUNGAN DI SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Erda Ardina
NIM 11110241040
PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
OKTOBER 2015
MOTTO
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri,
dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.
(HR. Al-Thabrani)
v
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan kehadirat-Nya yang telah
memberikan nikmat serta anugerah-Nya, karya ini penulis persembahkan
untuk :
1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Hamdani dan Ibu Wasilah yang
selalu memberikan cinta, kasih sayang, do’a, dukungan, serta
pengorbanannya baik secara moral, spiritual maupun material sehingga
penulis berhasil menyusun karya tulis ini.
vi
IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH RAMAH LINGKUNGAN DI SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL
Oleh Erda Ardina
NIM 11110241040
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Deskripsi meliputi sejarah program, pengembangan program, pengembangan kegiatan program, pengembangan dan pengelolaan sarana prasarana, faktor pendukung dan penghambat program.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Subjek dalam penelitian adalah: 1 kepala sekolah, 3 wakil kepala sekolah, 2 guru mata pelajaran, 1 petugas kebersihan, 1 penjual makanan, dan 4 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan teknik kredibilitas, transferabilitas, reliabilitas dan objektifitas.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Program sekolah ramah lingkungan berawal dari penunjukan sekolah oleh dinas pendidikan sebagai salah satu sekolah berwawasan lingkungan, serta sekolah mempunyai kesadaran untuk menjaga dan melindungi lingkungan hidup. (2) Pengembangan program dilakukan melalui visi misi sekolah, kurikulum sekolah, sosialisasi, sumber belajar, kerjasama, peranan warga sekolah, prestasi, peraturan sekolah, dan organisasi sekolah. (3) Pengembangan kegiatan program dilakukan melalui kegiatan sekolah sebagai penyelenggara, kegiatan sekolah dengan pihak luar sebagai penyelenggara, dan upaya sekolah dalam pelaksanaan kegiatan. (4) Pengembangan dan pengelolaan sarana prasarana diwujudkan melalui ketersediaan sarana prasarana, serta peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana prasarana. (5) Faktor pendukung yaitu sarana prasarana sekolah yang lengkap, peranan warga sekolah, pelatihan dari luar sekolah, dana dan bantuan sarana prasarana, serta kerjasama sekolah. (6) Faktor penghambat yaitu beberapa warga sekolah kurang sadar, belum adanya peraturan dan sanksi tertulis, beberapa kegiatan sekolah terhenti, program ramah lingkungan belum disosialisasikan kepada masyarakat, serta karakter dan latar belakang warga sekolah yang berbeda.
Kata kunci: implementasi, program sekolah ramah lingkungan, SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Imlementasi Program
Sekolah Ramah Lingkungan di SMA Negeri1 Kasihan Bantul” dapat diselesaikan
dengan baik. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Filsafat dan Sosiologi
Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Keberhasilan
yang penulis capai dalam penyususnan skripsi tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Pendidikan, yang telah memberikan kemudahan dalam
penyusunan skripsi ini.
2. Ibu. Dr. Mami Hajaroh, M.Pd. Selaku ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi
Pendidikan, Program Studi Kebijakan Pendidikan, yang telah memberikan
kelancaran dan kemudahan dalam pembuatan skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si. Selaku dosen pembimbing yang dengan
penuh kesabaran telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, untuk membimbing
dan memotivasi penulis.
4. Bapak Dr. Dwi Siswoyo, M.Hum. Selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan akademik.
5. Seluruh dosen Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah bersedia memberikan
ilmu pengetahuannya.
6. Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kasihan Bantul beserta guru, dan siswa
yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian dan memberikan bantuan
selama penelitian.
7. Orang tuaku Bapak Hamdani dan Ibu Wasilah yang telah memberikan kasih
sayang, do’a serta dukungannya.
viii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
MOTTO.......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 7
C. Batasan Masalah ...................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kebijakan Program Sekolah ..................................................................... 11
1. Kebijakan Pendidikan ....................................................................... 11
2. Kebijakan Sekolah ............................................................................ 16
3. Implementasi Program ...................................................................... 18
B. Lingkungan Sekolah ............................................................................... 22
x
1. Lingkungan Hidup ............................................................................. 22
2. Pendidikan Lingkungan Hidup ........................................................... 24
3. Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah .......................................... 27
4. Sekolah Adiwiyata ............................................................................. 30
5. Lingkungan Sekolah ........................................................................... 33
6. Lingkungan Sekolah yang Sehat ......................................................... 35
7. Sekolah Ramah Lingkungan ............................................................... 37
C. Penelitian yang Relevan ........................................................................... 43
D. Kerangka Pikir ......................................................................................... 44
E. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian .............................................................................. 48
B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................... 49
C. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................... 49
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 49
E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 52
F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 54
G. Keabsahan Data ....................................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 58
1. Gambaran Umum Sekolah ................................................................ 58
a. Sejarah Sekolah .......................................................................... 58
b. Visi dan Misi Sekolah ................................................................ 59
c. Keadaan Sumber Daya yang Dimiliki ........................................ 60
2. Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan .......................... 69
a. Implementasi Program Menurut Edward..................................... 69
b. Kebijakan Pendidikan dan Program Sekolah Ramah Lingkungan 75
c. Sejarah Program Sekolah Ramah Lingkungan ............................ 77
d. Pengembangan Program Sekolah Ramah Lingkungan ................ 80 xi
e. Pengembangan Kegiatan Program Sekolah Ramah Lingkungan . 96
f. Pengembangan dan Pengelolaan Sarana Prasarana Pendukung Ramah
Lingkungan ................................................................................ 102
g. Evaluasi Program Sekolah Ramah Lingkungan........................... 119
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Program ..................................... 121
B. Pembahasan ............................................................................................ 134
1. Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan ......................... 134
a. Implementasi Program Menurut Edward..................................... 134
b. Kebijakan Pendidikan dan Program Sekolah Ramah Lingkungan 136
c. Sejarah Program Sekolah Ramah Lingkungan ........................... 137
d. Pengembangan Program Sekolah Ramah Lingkungan ............... 138
e. Pengembangan Kegiatan Program Sekolah Ramah Lingkungan . 147
f. Pengembangan dan Pengelolaan Sarana Prasarana Pendukung Ramah
Lingkungan ................................................................................ 149
g. Evaluasi Program Sekolah Ramah Lingkungan........................... 156
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Program ..................................... 156
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 163
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 164
B. Saran ....................................................................................................... 165
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 167
LAMPIRAN .................................................................................................. 170
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Ramah Lingkungan ...................... 40
Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara .......................................................... 53
Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Observasi ............................................................. 53
Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi ........................................................ 54
Tabel 5. Ringkasan Faktor Pendukung ............................................................ 127
Tabel 6. Ringkasan Faktor Penghambat .......................................................... 132
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Kerangka Pikir ............................................................................... 47
Gambar 2. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Kasihan Bantul ........................ 69
Gambar 3. Visi Misi Sekolah .......................................................................... 248
Gambar 4. Menuju Sekolah Hijau ................................................................... 248
Gambar 5. Poster Bertema Lingkungan ........................................................... 248
Gambar 6. Papan Layanan Dokter ................................................................... 248
Gambar 7. Tanaman Toga Siswa ..................................................................... 248
Gambar 8. Penanaman Pohon di Area Sekolah ................................................ 248
Gambar 9. Gambar Mural Siswa ..................................................................... 249
Gambar 10. Kegiatan Rutin Petugas Kebersihan ............................................. 249
Gambar 11. Kegiatan Pengelolaan Sampah ..................................................... 249
Gambar 12. Peletakan Komposter di Taman ................................................... 249
Gambar 13. Suasana Jam Istirahat Sekolah .................................................... 249
Gambar 14. Perawatan Pohon Sekolah ........................................................... 249
Gambar 15. Siswa Membuang Sampah pada Tempatnya ................................. 250
Gambar 16. Tempat Sampah Terpisah ............................................................. 250
Gambar 17. Peletakan Komposter di Taman Sekolah ...................................... 250
Gambar 18. Tempat Penyimpanan Komposter ................................................ 250
Gambar 19. Papan Himbauan Hemat Air ....................................................... 250
Gambar 20. Pelestarian Hewan di Taman Sekolah .......................................... 250
Gambar 21. Peletakan Toga Siswa ................................................................. 251
Gambar 22. Toga Layanan Mandiri ................................................................ 251
Gambar 23. Tata Tertib Kantin Sehat .............................................................. 251
Gambar 24. Fasilitas di Kantin Sekolah........................................................... 251
Gambar 25. Taman Laboratorium ................................................................... 251
Gambar 26. Sarana Penunjang Kebersihan ...................................................... 251
Gambar 27. Tempat Pembuangan Akhir Sampah ............................................ 251 xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Pedoman Wawancara .................................................................. 170
Lampiran 2. Pedoman Observasi ..................................................................... 174
Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ................................................................ 175
Lampiran 4. Catatan Lapangan ........................................................................ 176
Lampiran 5. Hasil Wawancara ........................................................................ 194
Lampiran 6. Hasil Observasi ........................................................................... 233
Lampiran 7. Reduksi Hasil Wawancara ........................................................... 237
Lampiran 8. Reduksi Hasil Observasi ............................................................. 245
Lampiran 9. Dokumentasi Foto ....................................................................... 248
Lampiran 10. Daftar Tugas dan Jumlah Tenaga Pendidik SMA Negeri 1 Kasihan 252
Lampiran 11. Daftar Tugas dan Jumlah Tenaga Kependidikan ........................ 253
Lampiran 12. Program Ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Kasihan Bantul ........... 254
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian .................................................................. 255
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa:
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak
konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu pemerintah,
dan masyarakat berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Namun pada kenyataannya saat ini telah terjadi kemunduran kualitas
lingkungan hidup. Menurut hasil survei tahun 2013 yang dilakukan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Pusat Studi Kebijakan dan
Kependudukan Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa indeks perilaku
masyarakat terhadap lingkungan masih rendah . Rendahnya kepedulian lingkungan
dipengaruhi beberapa faktor , yaitu pendidikan , umur, jumlah anggota rumah
tangga, pengetahuan tentang lingkungan , sikap terhadap lingkungan, dan status
perkawinan (Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup).
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam rendahnya perilaku masyarakat
terhadap lingkungan hidup adalah kurangnya pendidikan tentang lingkungan
hidup. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang diharapkan mampu menjadi faktor pengendali
1
dalam mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dengan menggunakan jalur pendidikan mempunyai
kedudukan yang strategis mengingat lingkungan dan pendidikan adalah dua hal
yang tidak bisa dipisahkan. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan dan
pendidikan tentang lingkungan sangat berpengaruh dalam memberikan peran
langsung dalam menumbuhkan kecintaan para peserta didik untuk turut serta
dalam mengelola dan melindungi lingkungan hidup.
Hampir di seluruh negara upaya untuk mendorong masyarakat untuk
memulai gaya hidup ramah lingkungan sudah dilakukan dengan memasukkan
pendidikan tentang lingkungan hidup dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Hal tersebut dilakukan agar para peserta didik mendapatkan pengetahuan di
bidang lingkungan hidup, selain itu peserta didik dapat memprakktikan gaya
hidup yang ramah lingkungan baik di sekolah maupun di masyarakat.
Di Indonesia sendiri upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup melalui pendidikan telah dilakukan. Pemerintah telah mengembangkan
suatu sistem kebijakan nasional yaitu Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Pada
awalnya penyelenggaraan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia dilakukan
oleh Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta pada tahun 1975. Pada
tahun 1977/1978 rintisan Garis‐garis Besar Program Pengajaran Lingkungan
Hidup diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta. Kemudian pada tahun 1979 di
bawah koordinasi Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan
Lingkungan Hidup dibentuk Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan
tinggi baik negeri maupun swasta, dimana pendidikan Analisis Mengenai Dampak
2
Lingkungan (AMDAL mulai dikembangkan). Pada tahun 1989/1990 hingga 2007,
Ditjen Dikdasmen Depdiknas, melalui Proyek Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (PKLH) melaksanakan program Pendidikan Kependudukan
dan Lingkungan Hidup, sedangkan Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) mulai
dikembangkan pada tahun 2003.
Upaya untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup harus
ditanamkan sejak dini dalam lingkungan pendidikan. Sejak kecil peserta didik
harus dikenalkan dengan pendidikan lingkungan hidup. Pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar
tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan
dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah
kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran.
Dumouchel (2003) dalam Risda Amini (2005: 2) mengemukakan bahwa
tujuan pendidikan lingkungan hidup sejak usia dini bukanlah sekedar mempelajari
permasalahan lingkungan hidup, tetapi harus dapat mendorong peserta didik agar
memiliki sikap dan perilaku peduli pada lingkungan. Selain itu penanaman
pendidikan lingkungan hidup sejak dini mampu membentuk perilaku, nilai dan
kebiasaan peserta didik untuk menghargai lingkungan hidup.
Namun hingga saat ini belum semua perilaku siswa di sekolah
menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan hidup. Perilaku yang kurang
baik di sekolah salah satunya diakibatkan oleh kurang berhasilnya penerapan
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di sekolah. Tujuan dari Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH) di Indonesia ternyata tidak sesuai dengan yang
3
diharapkan. Pada tahun 1977 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
membentuk Tim Pendidikan Nasional yang terdiri dari Tim untuk Pendidikan
Formal (Prof. Dr. Soedjiran Resosudarmo) dan Tim untuk Pendidikan Nonformal
(Dr. Setiati Sastrapraja). Pada tahun 1982 dilakukan uji coba terhadap 15 SD baik
sekolah negeri maupun swasta serta Pelaksanaan Program Pendidikan Lingkungan
Hidup melalui proyek perintis SD, SMP dan SMA. Akan tetapi uji coba tersebut
mengalami kegagalan karena belum mampu menjangkau seluruh guru, kurangnya
buku untuk guru dan siswa serta penilaian pengembangan affective domain belum
merupakan bagian dari sistem penilaian hasil pendidikan di sekolah (Khairi
Bintari, 2012: 5).
Agar tujuan dari Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dapat tercapai
maka pada tahun 1996 disepakati kerjasama pertama antara Departemen
Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup No.
0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup tanggal 21 Mei 1996, yang
kemudian diperbaharui pada tahun 2005 dan tahun 2010. Pemerintah telah
mempromosikan budaya ramah lingkungan di kalangan siswa sekolah. Pada
tanggal 3 Juni 2005 ditandatangani Kesepakatan Bersama antara Kementerian
Negara Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan Nasional. Sebagai
tindak lanjut dari kesepakatan dan kerjasama tahun 2005, pada tanggal 21
Februari 2006 Kementerian Lingkungan Hidup membuat kebijakan untuk
mengembangkan program Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah melalui program Adiwiyata. Program Adiwiyata
4
akan menciptakan warga sekolah khususnya siswa yang mau peduli, bertanggung
jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata
kelola sekolah yang baik.
Program Adiwiyata yang dicanangkan oleh pemerintah ternyata belum
banyak diketahui oleh masyarakat. Program Adiwiyata tidak memiliki intensif
materi dan hanya diperuntukkan bagi sekolah-sekolah yang bersedia secara
sukarela. Program Adiwiyata dalam pelaksanaannya masih banyak mengalami
kendala. Oleh karena itu pada tanggal 1 Februari 2010 dilaksanakan
pendandatanganan Kesepakatan Bersama (MOU) antara Kementerian Lingkungan
Hidup dengan Kementerian Pendidikan Nasional. Tujuan utama dari kesepakatan
ini yaitu agar Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dapat terintegrasi dalam
kurikulum pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan perubahan perilaku
peserta didik menjadi ramah lingkungan (http//www.menlh.go.id/). Namun saat
ini penerapan sekolah ramah lingkungan di Indonesia belum banyak diketahui
oleh masyarakat.
Pendidikan ramah lingkungan merupakan usaha nyata manusia yang
teratur dan terencana dalam menyelamatkan lingkungan hidup. Pendidikan ramah
lingkungan sangat penting untuk diterapkan dan diajarkan di lingkungan sekolah
dengan tujuan agar peserta didik nantinya menjadi manusia yang peduli terhadap
alam dan lingkungan. Penerapan pendidikan ramah lingkungan di sekolah akan
menciptakan sekolah yang ramah lingkungan. Sekolah ramah lingkungan akan
menciptakan perilaku warga sekolah yang peduli terhadap alam dan
lingkungannya.
5
Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di posisi
selatan Yogyakarta. Pendidikan merupakan salah satu prioritas dalam
pembangunan daerah di Kabupaten Bantul. Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Kabupaten Bantul melakukan kegiatan sosialisasi lingkungan hidup mulai dari
Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah. Kegiatan sosialisasi lingkungan
tersebut meliputi kegiatan sosialisasi sekolah Adiwiyata tentang lingkungan
hidup, sosialisasi Go Green, sosialisasi tentang upaya penanggulangan dan
pencegahan pencemaran untuk sekolah Adiwiyata. Kegiatan sosialisasi
lingkungan tersebut bekerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kultur yang berkembang pada sekolah ramah lingkungan
akan membentuk karakter peserta didik yang peduli dan mampu mengelola serta
melindungi lingkungan.
Salah satu sekolah yang telah menerapkan program sekolah ramah
lingkungan adalah SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Program sekolah ramah
lingkungan bermula pada tahun 2009. SMA Negeri 1 Kasihan Bantul ditunjuk
oleh Dinas Pendidikan sebagai salah satu sekolah yang berwawasan lingkungan.
Penunjukan tersebut dilakukan berdasarkan kondisi dan potensi sekolah yang
memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai salah satu sekolah berwawasan
lingkungan di Kabupaten Bantul. Selain itu sekolah mendukung kebijakan Dinas
pendidikan untuk menciptakan sekolah yang berwawasan lingkungan.
Berdasarkan penunjukan tersebut, maka sekolah mempunyai kesadaran bahwa
sekolah mempunyai peranan penting dalam menjaga dan melindungi lingkungan,
selain itu program sekolah ramah lingkungan merupakan solusi yang sekolah
6
miliki untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup. Namun hingga saat ini
program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul kurang
terinformasikan kepada masyarakat.
SMA Negeri 1 Kasihan atau biasa disebut SMA Negeri Tirtonirmolo
adalah sekolah yang berada dikawasan Kabupaten Bantul tepatnya di jalan
Bugisan Selatan Tirtonirmolo Kasihan Bantul Yogyakarta. SMA Negeri 1
Kasihan Bantul memiliki visi Bertaqwa, Berprestasi, Berkepribadian dan Ramah
Lingkungan. Berdasarkan Visi tersebut sekolah berharap siswa-siswa SMA
Negeri 1 Kasihan Bantul bukan hanya memiliki kecerdasan secara intelektual saja,
namun mampu menjadi manusia cerdas yang memiliki akhlak yang baik, dan
peduli terhadap lingkungan, baik lingkungan sosial maupun terhadap alam.
Dari uraian latar belakang diatas, maka yang melatarbelakangi peneliti
untuk membahas masalah ini adalah untuk melihat dan mengetahui bagaimanakah
implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka peneliti mengidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Indeks perilaku masyarakat terhadap lingkungan hidup masih rendah.
2. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup tidak sesuai yang diharapkan.
3. Program Adiwiyata belum banyak diketahui oleh masyarakat serta tidak
memiliki intensif materi.
7
4. Sekolah-sekolah masih kurang mengajarkan pentingnya mengelola dan
melindungi lingkungan hidup.
5. Program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
kurang terinformasikan kepada masyarakat luas.
6. Belum banyak sekolah melaksanakan program ramah lingkungan.
C. Batasan Masalah
Untuk memperoleh hasil penelitian yang fokus dan optimal serta adanya
keterbatasan tenaga, waktu dan biaya yang dimiliki oleh peneliti maka peneliti
membatasi masalah penelitian yang muncul dalam identifikasi masalah. Dari
beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, peneliti membatasi masalah
penelitian pada implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri
1 Kasihan Bantul.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA
Negeri 1 Kasihan Bantul?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program
sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka tujuan diadakannya
penelitian ini adalah:
8
1. Untuk mendeskripsikan implementasi program sekolah ramah lingkungan
di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.
2. Untuk menjelaskan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat yang
bersifat teoristis maupun praktis, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Secara Teoristis
a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang pelaksanaan program
sekolah ramah lingkungan, terutama yang berkaitan dengan kebijakan
sekolah.
b. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain dalam
mengkaji program sekolah ramah lingkungan.
2. Manfaat Secara Praktis:
a. Sekolah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
informasi yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk pelaksanaan
program sekolah ramah lingkungan.
b. Masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan
pemahaman tentang program sekolah ramah lingkungan, masyarakat
dapat memahami dan memberikan dukungan demi tercapainya peserta
didik yang berkarakter.
c. Penulis, yang sekaligus sebagai peneliti mendapat manfaat tersendiri
yaitu dapat menjadikan bahan wacana dan evaluasi dalam rangka
9
pengembangan diri penulis untuk dapat lebih ditumbuhkembangkan
kemampuan meneliti, sehingga dapat menjadi bekal untuk masa
sekarang maupun yang akan datang.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kebijakan Program Sekolah
1. Kebijakan Pendidikan
Arif Rohman (2009: 108) mengatakan bahwa kebijakan pendidikan
merupakan bagian dari kebijakan negara atau kebijakan publik. Kebijakan
pendidikan merupakan kebijakan publik yang di dalamnya mengatur khusus
regulasi berkaitan dengan penyerapan sumber, alokasi dan distribusi sumber,
serta pengaturan perilaku dalam pendidikan. Kebijakan pendidikan
merupakan keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat
sederhana maupun kompleks, baik maupun khusus, baik terperinci maupun
longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan,
program, serta rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan
pendidikan.
HAR Tilaar & Riant Nugroho (2008: 140) mengemukakan bahwa
kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan
langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi
pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan
dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu.
Kebijakan pendidikan memiliki aspek-aspek yang perlu dipahami agar
tujuan pendidikan dapat tercapai dengan adanya kebijakan tersebut. Aspek-
aspek yang tercakup dalam kebijakan pendidikan yaitu:
11
a. Kebjakan pendidikan merupakan suatu keseluruhan deliberasi
mengenai hakikat manusia sebagai makhluk yang menjadi manusia
dalam lingkungan kemanusiaan. Proses pendidikan sebagai proses
pemanusiaan terjadi dalam lingkungan alam serta lingkungan
sosialnya. Oleh sebab itu, kebijakan pendidikan merupakan
penjabaran dari visi dan misi dari pendidikan dalam masyarakat
tertentu.
b. Kebijakan pendidikan dilahirkan dari ilmu pendidikan sebagai ilmu
praksis yaitu kesatuan antara teori dan praktik pendidikan. Oleh sebab
itu kebijakan pendidikan meliputi proses analisis kebijakan,
perumusan kebijakan, pelaksanaan dan evaluasi.
c. Kebijakan pendidikan haruslah mempunyai validitas dalam
perkembangan pribadi serta masyarakat yang memiliki pendidikan.
Bagi perkembangan individu, validitas kebijakan pendidikan tampak
dalam sumbangannya bagi proses pemerdekaan individu. Kebijakan
pendidikan yang menghalangi kemerdekaan pribadi berarti merampas
hak asasi manusia.
d. Keterbukaan (openness). Proses pendidikan sebagai proses
pemanusiaan terjadi dalam interaksi sosial. Sifat keterbukaan
kebijakan pendidikan bukan berarti kebijakan pendidikan tidak
mempunyai melalui pertimbangan-pertimbangan dari berbagai pihak
sehingga keputusan yang diambil akan memberikan manfaat untuk
rakyat. Hanya dalam masyarakat demokratis yang memiliki
12
keterbukaan dalam kebijakan pendidikan sehingga mampu
memberikan manfaat yang besar untuk rakyat banyak.
e. Kebijakan pendidikan didukung oleh riset dan pengembangan.
Melalui riset dan pengembangan melalui eksperimen tersebut maka
berbagai kebijakan pendidikan dapat diuji validitasnya sehingga suatu
kebijakan pendidikan dapat direvisi dan dimantapkan. Dengan
demikian, suatu kebijakan pendidikan akan terus berkembang
memperbaiki diri dalam suatu siklus secara terus menerus.
f. Analisis kebijakan. Analisis kebijakan telah berkembang dengan pesat
demikian pula dengan analisis kebijakan pendidikan. Pendidikan
adalah milik masyarakat dan milik seluruh warga negara. Oleh sebab
itu, kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik.
g. Kebijakan pendidikan ditujukan kepada kebutuhan peserta didik.
Kebijakan pendidikan harusnya seharusnya diarahkan pada
terbentuknya para intelektual organik yang menjadi agen-agen
pembaruan dalam masyarakatnya, dalam masyarakat bangsanya dan
bukan dalam masyarakat sekterial.
h. Kebijakan pendidikan diarahkan pada terbentuknya masyarakat
demokratis. Kebijakan pendidikan harus memfasilitasi dialog dan
interaksi dari peserta didik dan pendidik, perserta didik dengan
masyarakat, peserta didik dengan negaranya dan pada akhirnya
peserta didik dengan kemanusiaan global.
13
i. Kebijakan pendidikan berkaitan dengan penjabaran misi pendidikan
dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Kebijakan pendidikan terikat
dengan time-frame yang disepakati bersama. Lembaga pendidikan
seperti sekolah dan universitas adalah lembaga-lembaga yang otonom,
dalam arti memiliki tujuan yang sama namun pencapaian tujuan
tersebut tergantung kepada kondisi dan kemampuan masing-masing
lembaga penyelenggaraannya. Dengan demikian, kebijakan
pendidikan merupakan hal yang dinamis yang terus-menerus berubah
namun terarah dengan jelas.
j. Kebijakan pendidikan harus berdasarkan efisiensi. Kebijakan
pendidikan dalam pelaksanaannya harus memperhitungkan faktor
efisiensi. Kebijakan pendidikan yang baik ialah kebijakan pendidikan
yang memperhitungkan kemampuan di lapangan. Syarat kebijakan
pendidikan yang efisien ialah melalui pertimbangan-pertimbangan
kemampuan tenaga, tersedianya dana, pelaksanaan yang bertahap
yang didukung oleh kemampuan riset dan pengembangan.
k. Kebijakan pendidikan bukan berdasarkan pada kekuasaan tetapi
kepada kebutuhan peserta didik. Kekuasaan pendidikan dalam konteks
masyarakat demokratis bukan untuk menguasai peserta didik, tetapi
kekuasaan untuk memfasilitasi tumbuh-kembangnya peserta didik
sebagai anggota dari masyarakat yang kreatif dan produktif.
l. Kebijakan pendidikan bukan berdasarkan intuisi atau kebijaksanaan
yang irasional. Kebijakan pendidikan intuitif akan menjadikan peserta
14
didik sebagai kelinci percobaan. Akibatnya, peserta didik dianggap
sebagai objek dan bukan sebagai subjek yang bertanggung jawab.
m. Kejelasan tujuan akan melahirkan kebijakan pendidikan yang tepat.
Peserta didik bukanlah objek dari suatu proyek pendidikan tetapi
subjek dengan berbagai nilai moralnya. Kebijakan pendidikan yang
kuang jelas arahnya akan mengorbankan kepentingan peserta didik itu
sendiri.
n. Kebijakan pendidikan diarahkan bagi pemenuhan kebutuhan peserta
didik dan bukan kepuasan birokrat. Pergantian birokrasi pada
pemerintahan berdampak kepada kebijakan pendidikan. Pendidikan
telah menjadi korban dari percaturan kekuasaan dari politik praktis.
Seyogyanyalah apabila pendidikan dikelola oleh para profesional
yang mengerti mengenai hakikat pendidikan dan bukan kepada
politikus-politikus avonturir yang mengelola pendidikan hanya
berdasarkan kekuasaan semata.
Berdasarkan pada beberapa pandapat mengenai kebijakan pendidikan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan merupakan suatu
sikap dan tindakan yang terdiri dari komponen-komponen masukan yang di
ambil seseorang atau dengan kesepakatan kelompok pembuat kebijakan
sebagai upaya untuk untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam
pendidikan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
15
2. Kebijakan Sekolah
Kebijakan pendidikan di sekolah tidak akan bisa dilepaskan dari
pengetahuan sekolah sebagai sebuah sistem atau lebih dikenal dengan sitem
sekolah. Menurut Syafaruddin (2008: 102) sekolah adalah lembaga yang
menyelenggarakan kebijakan pendidikan nasional. Sekolah bertugas dalam
penyelenggaraan kebijakan pendidikan nasional maka sistem sekolah
merupakan sub sistem dari sistem pendidikan nasional.
Menurut Sagala (2010) dalam Theresia (2012: 47), sekolah adalah
suatu organisasi formal yang memiliki peran strategis dan sangat menentukan
kualitas generasi di masa depan. Tujuan sebuah sekolah dirumuskan secara
rinci. Perumusan tujuan sekolah berhubungan dengan rumusan visi dan misi
sekolah yang akan dirumuskan terlebih dahulu dengan mengakses kebutuhan
mendasar akan pendidikan yang dapat disediakan oleh sekolah.
Visi dan misi sekolah berkaitan dengan kebijakan yang ada di dalam
sekolah. Visi dan misi merupakan aspirasi seluruh komponen sekolah yang
menjadi elemen dasar penyelenggaraan program sekolah. Dalam konteks
kebijakan pengembangan sekolah Morphet, et.al (1982: 121) dalam
Syafaruddin (2008: 108) sistem sekolah umum harus secara konstan berubah
dalam tugas, sasaran, dan tujuan jika ingin memenuhi perubahan kurikulum,
struktur organisasi, dan layanan yang diberikan.
Suatu kebijakan sekolah sangat penting bagi kehidupan peserta didik
dan para guru karena berkaitan dengan pembelajaran dalam rangka
meningkatkan efektivitas sekolah. Kebijakan sekolah merupakan kerjasama
16
dan keputusan oleh individu atau keinginan kelompok dengan kewenangan
yang sah dari dewan sekolah, pengawas, administrator sekolah atau komite
dan tanggung jawab bagi kontak negoisasi (Duke dan Canady, 1991:1-2
dalam Syafaruddin, 2008: 118-121).
Thompson (1976: 17) dalam Syafaruddin (2008: 118), mengatakan
bahwa suatu kebijakan sekolah dapat dibuat oleh orang yang terpilih
bertanggung jawab untuk membuat suatu kebijakan pendidikan, dewan
sekolah dan unsur lain yang diberi kewenangan membuat kebijakan, baik
kepala sekolah, pengawas, atau administrator yang memiliki kewenangan
meneglola kebijakan dari dewan sekolah.
Gamage dan Pang (2003: 172) dalam Syafaruddin (2008:121)
menjelaskan bahwa kebijakan perlu dituliskan secara baik dan senantiasa
diperbarui. Terdapat beberapa keuntungan, yaitu:
1. Kebijakan menyatakan bahwa sekolah bekerja dalam keadaan efisien dan terurus.
2. Kebijakan mempercepat stabilitas, sasaran, dan administrasi. 3. Kebijakan menjamin pengembangan yang matang serta
konsistensi dalam keputusan dan prosedur pelaksanaan. 4. Kebijakan lokal harus konsisten dengan sistem kebijakan dan
peraturan yang mempengaruhi sekolah. 5. Kebijakan membantu menjamin bahwa pertemuan menjadi teratur. 6. Kebijakan mempercepat stabilitas dan kelanjutan. 7. Kebijakan memberikan kerangka kerja bagi operasional sekolah. 8. Kebijakan membantu sekolah dalam penilaian pengajaran. 9. Pertanyaan kebijakan yang tertulis dan disebarkan kepada
masyarakat membuat kebijakan akuntabel. 10. Kebijakan menjelaskan fungsi dan tanggung jawab kelompok,
kepala sekolah dan staf lainnya.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan
sekolah adalah suatu keputusan yang dibuat oleh dewan sekolah, pengawas,
17
administrator sekolah atau komite, kepala sekolah, pengawas yang
bertanggung jawab dan memiliki kewenangan terhadap sekolah.
Kebijakan mencakup sejumlah program. Program merupakan
realisasi atau implementasi dari kebijakan tersebut. Tujuan suatu kebijakan
dicapai melalui program, dengan kata lain program merupakan langkah yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu kebijakan akan
terlaksana dengan baik jika didukung dengan program-program yang baik
pula.
3. Implementasi Program
a. Implementasi program
Kamus Webster dalam Wahab (1991: 50) mengemukakan bahwa
implementasi diartikan sebagai “to provide the means for carrying out”.
Implementasi berati menyediakan sarana untuk melaksanakan suatu
kebijakan dan dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap hal-hal
tertentu.
Sementara Joko Widodo (2008: 88) berpendapat bahwa
implementasi adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber
termasuk manusia, dana, dan kemampuan organisasional yang dilakukan
oleh pemerintah maupun swasta (individu atau kelompok). Proses tersebut
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
para pembuat kebijakan.
Sedangkan program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan,
program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang
18
dilakukan bukan hanya satu kali tetapi secara berkesinambungan. Dalam
menentukan program terdapat beberapa hal penting, yaitu: 1) realisasi atau
implementasi suatu kebijakan; 2) terjadi dalam waktu relatif lama-bukan
kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan; dan 3) terjadi dalam
organisasi yang melibatkan sekelompok orang (Suharsimi Arikunto dan
Cepi Safaruddin Abdul Jabar: 2009: 4).
Pengertian lain diungkapkan oleh Sudjana (2004: 1) bahwa
program adalah kegiatan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok,
dan/organisasi (lembaga) yang memuat komponen-komponen program.
Komponen-komponen tersebut meliputi tujuan, sasaran, isi dan jenis
kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat, biaya, organisasi
penyelenggaraan, dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Eko Putro Widoyoko (2009: 8) program
merupakan serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan seksama dan
dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses yang berkesinambungan,
dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang.
Terdapat empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program,
yaitu:
1. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama.
Rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang
cerdas dan cermat.
19
2. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu
kegiatan ke kegiatan lainnya. Terdapat keterkaitan antar-
kegiatan sebelum dengan kegiatan sesudahnya.
3. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik
organisasi formal maupun organisasi non formal bukan kegiatan
individual.
4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaannya
melibatkan banyak orang, bukan kegiatan yang dilakukan oleh
perorangan tanpa ada kaitannya dengan kegiatan orang lain.
Dari berbagai pengertian mengenai implementasi dan program jika
disatukan menjadi sebuah pengertian mengenai implementasi program
yaitu suatu proses kegiatan terencana yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, yang di dalamnya mencakup komponen-komponen
meliputi tujuan, sasaran, isi dan jenis kegiatan, proses kegiatan, waktu,
fasilitas, alat, biaya, organisasi penyelenggaraan, dan lain sebagainya.
b. Variabel dalam proses implementasi program
Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak
variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling
berhubungan satu sama lain. Menurut teori George C. Edwards III (1980)
terdapat empat variabel yang mempengaruhi proses implementasi
kebijakan atau program yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi, struktur
birokrasi. Keempat variabel tsb saling berhubungan (Subarsono 2008:
90).
20
1) Komunikasi
Keberhasilan implementasi kebijakan atau program
mensyaratkan agar implementator mengetahui apa yang harus
dilakukan, apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus
ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan
mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu
kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui oleh kelompok
sasaran, maka dapat terjadi resistensi dari kelompok sasaran.
2) Sumberdaya
Sumberdaya dalam implementasi program dapat berwujud
sumberdaya manusia, yakni kopetensi implementator, dan
sumberdaya finansial. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan
secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementator kekurangan
sumberdaya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan
berjalan dengan efektif.
3) Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakterisitik yang dimiliki oleh
implmentator, seperti komitmen, kejujuran, serta sifat demokratis.
Apabila implementator memiliki disposisi yang baik, maka dia akan
menjalankan kebijakan dengan baik. Ketika implementator memiliki
sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan maka
proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.
21
4) Struktur birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan
kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi
kebijakan atau program. Salah satu dari aspek struktur yang penting
dari setiap organisasi adanya prosedur operasi yang standar. SOP
menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak.
B. Lingkungan Sekolah
1. Lingkungan Hidup
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa:
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Manusia hidup dibumi tidak sendirian, melainkan bersama tumbuhan,
hewan dan jasad renik. Manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik
menempati suatu ruang tertentu. Ruang yang ditempati makhluk hidup
bersama dengan benda hidup dan tidak hidup di dalam suatu tempat disebut
lingkungan hidup (Otto Soemarwoto, 2004: 44-45). Lapisan bumi dan udara
yang terdapat mahluk di dalamnya dapat dianggap sebagai suatu lingkungan
hidup yang besar, yaitu biosfer. Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh
bermacam-macam faktor. Pertama, ditentukan oleh jenis dan jumlah dari
masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut. Kedua, hubungan atau
interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup itu sendiri,dengan kata lain
lingkungan hidup tidak saja menyangkut komponen biofisir, tetapi juga
22
hubungan sosial budaya antar manusia. Ketiga, kelakuan atau kondisi unsur
lingkungan hidup. Keempat, faktor non-materiil suhu, cahaya dan kebisingan.
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Manusia
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Selain itu
manusia mampu membentuk dan terbentuk oleh lingkungan hidupnya.
Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler.
Semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan akan
merubah lingkungannya. Perubahan pada lingkungan itu pada gilirannya akan
mempengaruhi manusia tersebut. Interaksi antara manusia dan lingkungan
hidupnya sangat kompleks, pada umumnya dalam lingkungan hidup tersebut
terdapat banyak unsur. Manusia merupakan bagian integral lingkungan
hidupnya. Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan, dengan kata lain
manusia tanpa lingkungan hidupnya adalah sesuatu abstraksi belaka.
Menurut Chiras (1991:3) dalam Tri Rudiyati (2007:15) lingkungan
hidup adalah:
The word environmental refers broadly to everything around us: the
air, the water, and land as well as the plants, animals, and microorganisms
that inhabit them. Lingkungan berkenaan dengan segala sesuatu yang ada
disekitar kita yaitu udara, air, tanah juga tumbuh-tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme yang mendiaminya.
Lingkungan hidup dan pendidikan merupakan dua hal yan tidak bisa
dipisahkan, keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Manusia tidak
bisa hidup tanpa lingkungan yang sehat, oleh karena itu pendidikan akan
23
pentingnya mengelola dan melindungi lingkungan hidup sangat dibutuhkan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan Nasional
bekerjasama dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pemberian pendidikan tentang lingkungan hidup di Indonesia tertuang dalam
program Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang dilaksanakan di sekolah-
sekolah mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah dan kejuruan.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang yang ditempati makhluk hidup bersama benda
hidup dan tidak hidup termasuk manusia dan perilakunya yang dapat
mempengaruhi alam, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup dan pendidikan
merupakan dua hal yang saling berkaitan, oleh karena itu pemberian
pendidikan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diberikan
sejak dini kepada peserta didik melalui Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).
2. Pendidikan Lingkungan Hidup
Mustofa (2007: 1) dalam Tri Rudiyati (2007: 18) mengemukakan
bahwa pendidikan lingkungan hidup merupakan program pendidikan yang
ditujukan untuk membina anak didik agar memiliki pengertian, kesadaran,
sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab terhadap alam dan
terlaksananya pembangunan berkelanjutan.
Bakshi dan Naveh (1978) dalam Theresia (2012: 69), mengatakan
environmental education is a new philosophy of teaching. Pendidikan
Lingkungan Hidup merupakan sebuah gambaran tentang keadaan
24
pengetahuan dan sikap dari siswa untuk menghargai dan mengerti konsep
ekosistem. Bakshi dan Naveh mengatakan tujuan dari Pendidikan
Lingkungan Hidup yaitu:
Environmental education can lead the way to such understanding by giving people the knowledge of the universe, society and individual, and by helping them in understanding their attitudes towards each other and their bio-physical and social environment. Materi pendidikan harus disesuaikan dengan kemampuan,
ketertarikan, dan kebutuhan para siswa. Pengembangan materi harus
disesuaikan dengan tujuan pemberian materi dan strategi pendidikan
lingkungan. Selain itu pengembangan materi harus mengacu pada kondisi
lingkungan, sumber alam, kondisi sosial ekonomi, dan budaya setempat.
Materi yang direncanakan harus sesuai pada kompetensi pengetahuan,
keterampilan, isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan dan kebijakan
lingkungan, nilai-nilai, dan kemampuan mengevaluasi.
Menurut Pratomo (2009: 8) dalam Rifki Afandi (2013: 101), manusia
dan lingkungan hidup merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan. Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan program
pendidikan yang bertujuan untuk membina peserta didik agar memiliki
pengertian, kesadaran, sikap dan perilaku yang rasional serta dapat
bertanggung jawab terhadap pengaruh timbal balik antara penduduk dengan
lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Konferensi Pendidikan Lingkungan Dunia di Tblisi, 1977
menjelaskan bahwa tujuan umum pendidikan lingkungan hidup adalah:
25
a. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian serta perhatian
terhadap kesalingterkaitan antara ekonomi, sosial, politik, dan
ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan.
b. Untuk memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, komitmen, dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk melindungi dan memperbaiki
lingkungan.
c. Untuk membentuk pola perilaku baru pada individu, kelompok
dan masyarakat yang lebih baik terhadap lingkungan.
Barlia (2008: 7) dalam Rifki Afandi (2013: 102) menjelaskan secara
khusus tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut:
a. Kesadaran (awareness) yaitu membantu peserta didik mendapatkan
kesadaran dan peka terhadap lingkungan hidup dan
permasalahannya secara menyeluruh.
b. Pengetahuan (knowledge) yaitu membantu peserta didik
memperoleh dasar-dasar pemahaman tentang fungsi lingkungan
hidup, serta interaksi manusia dengan lingkungannya.
c. Sikap (attitudes) yaitu membantu peserta didik mendapatkan
seperangkat nilai-nilai dan perasaan tanggung jawab terhadap
lingkungan alam, serta motivasi dan komitmen untuk berpartisipasi
dalam mempertahankan dan mengembangkan lingkungan hidup.
d. Keterampilan (skills) yaitu membantu peserta didik mendapatkan
keterampilan mengidentifikasi, investigasi dan kontribusi terhadap
26
pemecahan dan penanggulangan isu-isu dan masalah lingkungan
hidup.
e. Partisipasi (participation) yaitu membantu peserta didik
mendapatkan pengalaman, serta menggunakan pengetahuan dan
keterampilan berpikirnya, untuk memecahkan dan menanggulangi
isu-isu dan masalah lingkungan hidup.
Sedangkan menurut Braus & Wood (1994: 6) dalam Musbikun (2007:
18) menjelaskan Pendidikan Lingkungan sebagai berikut:
Environmental education is a process aimed at developing a world population that is aware of, and concerned about, the total environment and its associated problems, and which has the knowledge, attitudes, skills, motivation, and commitment to work individually and collectively toward solutions of current problems and the prevention of new ones.
Pendidikan lingkungan dikembangkan untuk memberikan pengarahan
agar masyarakat dunia menyadari, dan memperhatikan tata lingkungan dan
permasalahannya agar masyarakat memiliki pengetahuan, sikap,
keterampilan, motivasi, dan kesanggupan untuk bekerja secara individu dan
secara bersama ke arah solusi dalam pemecahan permasalahan sekarang dan
pencegahan di masa yang akan datang.
3. Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah
Pendekatan dalam Pendidikan Lingkungan Hidup menurut Judi dan
Wood (1993) dalam Leksono (2009) dan Murtilaksono et al (2011) yaitu
there are two principle types of techniques for incorporating the subject
matters of conservation, environment, and mitigation of natural disasters into
curricula: the infusion method, which is integrative, and the block method,
27
which is monolithic. Pendidikan lingkungan hidup pada jalur pendidikan
formal dapat ditempuh melalui dua pendekatan yaitu pendekatan terpadu
(integratif) dan pendekatan monolitik.
a. Pendekatan Terpadu (integratif)
Pendekatan terpadu (intregatif) merupakan sebuah metode yang
mengintegrasikan isi materi dan proses pemberian materi yang berkaitan
dengan konservasi alam dan mitigation bencana alam kedalam kurikulum
yang berlaku. Pendekatan terpadu (intregatif) merupakan pendekatan
yang didasarkan pemaduan mata pelajaran Pendidikan Linkungan Hidup
(PLH) dan mata pelajaran lain. Pendekatan terpadu (intregatif) ditempuh
dalam dua cara yaitu, membangun suatu unit atau seri pokok bahasan
yang disiapkan untuk dipadukan ke dalam mata pelajaran tertentu serta
membangun suatu program inti yang bertitik tolak dari suatu mata
pelajaran tertentu. Pendekatan integrasi mengembangkan pokok bahasan
tertentu yang kemudian diintegrasikan kedalam mata pelajaran dalam
bentuk:
1) Broad Outline of a Teaching Program (BOTP) Pendidikan Lingkungan Hidup dalam dokumen kurikulum,
2) Sebuah pokok bahasan yang terintegrasi dalam BOPT, 3) Proses belajar mengajar, 4) Penugasan atau evaluasi formative dan summative.
b. Pendekatan Monolitik
Pendekatan monolitik berasumsi bahwa setiap mata pelajaran
memiliki tujuan masing-masing. Pendekatan monolitik merupakan
pendekatan yang didasarkan pada suatu pemikiran bahwa setiap mata
28
pelajaran merupakan komponen yang berdiri sendiri dalam kurikulum dan
mempunyai tujuan tertentu dalam kesatuan yang utuh. Pendekatan
monolitik ini ditempuh melalui dua cara yaitu, membangun satu disiplin
ilmu baru yang diberi nama Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang
dijadikan mata pelajaran yang terpisah dari ilmu-ilmu lain serta
membangun paket Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang merupakan
mata pelajaran yang berdiri sendiri. Selain melalui pendekatan terpadu
dan monolitik tersebut, pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
di sekolah berfokus pada tiga komponen yaitu:
a. Rencana Pengajaran
Sekolah mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup ke dalam
rencana pengajaran. Pendidikan lingkungan dapat dipelajari dalam mata
pelajaran lingkungan, ilmu lingkungan, dan kebijakannya (hukum
lingkungan), ekologi dan lain sebagainya. Selain dimasukkan ke dalam
mata pelajaran, pendididikan lingkungan dimasukkan pula ke dalam
kegiatan ekstrakurikuler. Tujuannya yaitu untuk memberikan pengetahuan
dasar kepada peserta didik mengenai lingkungan, membantu menghadapi
serta meringankan sumber daya alam yang mengalami penurunan
sehingga akan tercipta gaya hidup yang sehat.
b. Fasilitas hijau
Kebijakan pendidikan lingkungan hidup melalui penghijauan
fasilitas sekolah akan menghasilkan bangunan yang hemat energi
sehingga akan mengurangi sebagian beban pengeluaran sekolah. Selain
29
itu makanan sehat juga menjadi aspek utama dari sekolah hijau.
Kebijakan makanan sehat berfokus pada penyiapan makanan segar dan
berkualitas dengan menggunakan bahan makanan yang berasal dari
sekolah.
c. Pelatihan
Pelatihan digunakan untuk membentuk hubungan yang kuat
dengan alam. Guru dilatih untuk mampu menggunakan pengajaran yang
efektif, memiliki inisiatif untuk memasukkan pendidikan lingkungan ke
dalam program pengajaran yang ada di sekolah. Melalui pendidikan
lingkungan hidup maka akan terbentuk sekolah ramah lingkungan.
4. Sekolah Adiwiyata
Melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 05 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan program Adiwiyata,
menjelaskan bahwa sekolah Adiwiyata merupakan tempat yang baik dan ideal
bagi peserta didik dimana peserta didik dapat memperoleh segala ilmu
pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar
manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita‐cita
pembangunan yang berkelanjutan. Sekolah adiwiyata merupakan tempat yang
baik untuk siswa mempelajari ilmu pengetahuan. Didalam sekolah siswa
diberikan pendidikan yang tujuannya mengarahkan siswa untuk dapat
melindungi dan mengelola lingkungan.
Tujuan dari program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah
yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
30
lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan. Sekolah harus melaksanakan empat
indikator dengan beberapa kriterianya (Kementerian Lingkungan Hidup,
2009: 3-5), yaitu:
a. Pengembangan kebijakan sekolah peduli dan berbudaya
lingkungan.
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan
maka diperlukan kebijakan-kebijakan sekolah yang sesuai dengan prinsip-
prinsip dasar program Adiwiyata. Pengembangan kebijakan sekolah yang
diperlukan yaitu:
1) Visi dan Misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan 2) Kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran
pendidikan lingkungan hidup. 3) Kebijakan peningkatan SDM (tenaga kependidikan dan non
kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup. 4) Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam. 5) Kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan
sekolah yang bersih dan sehat. 6) Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi
kegiatan yang terkait dengan masalah lingkungan hidup.
b. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan.
Pengembangan materi, model pembelajaran dan metode belajar
dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang
lingkungan hidup. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan hidup
yaitu:
1) Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran. 2) Penggalian dan pengembangan materi serta persoalan lingkungan
hidup yang ada di masyarakat sekotar. 3) Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.
31
4) Pengembangan kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.
c. Pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif.
Keterlibatan seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah
sangat diperlukan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan
hidup. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam
mengembangkan kegiatan berbasis patisipatif adalah:
1) Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis partisipatif di sekolah.
2) Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar.
3) Membangun kegiatan kemitraan dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah.
d. Pengembangan dan atau pengelolaan sarana pendukung sekolah.
Sarana prasarana di sekolah sangat dibutuhkan untuk mewujudkan
sekolah yang peduli lingkungan. Pengelolaan dan pengembangan sarana
tersebut yaitu:
1) Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan hidup.
2) Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah.
3) Penghematan sumberdaya alam (air, listrik) dan ATK. 4) Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat. 5) Pengembangan sistem pengelolaan sampah. Pelaksanaan program Adiwiyata dibagi menjadi tiga tahap yaitu
proses seleksi tahap awal, proses penilaian dan pemberian penghargaan.
Proses seleksi tahap awal dengan mengirimkan kuisioner (rekomendasi
Provinsi) kepada Kementerian Negera Lingkungan Hidup (KNLH) kemudian
tim penilai akan menilai dan menetapkan sekolah mana saja yang berhak
32
mengikuti penilaian lapangan. Kemudian penilaian lapangan dilakukan oleh
tim dan ditetapkanlah nominasi calon penerima penghargaan Adiwiyata yang
sebelumnya telah disahkan oleh Dewan Pertimbangan. Selanjutnya diberikan
sertifikat calon penerima penghargaan Adwiyata. Sekolah yang telah
menerima sertifikat akan memeproleh pembinaan. Evaluasi dan penilaian
akhir dilakukan setelah pembinaan dilakukan untuk selanjutnya diberikan
trophy Adiwiyata.
5. Lingkungan Sekolah
Menurut Hamalik (2003: 195) dalam Tri Rudiyati (2007: 13)
lingkungan berperan sebagai dasar pengajaran merupakan faktor kondisional
yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang
sangat penting. Lingkungan pendidikan terdiri dari:
1. Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok
besar maupun kelompok kecil.
2. Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu
pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya.
3. Lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang
dapat diberdayakan sebagai sumber belajar.
4. Lingkungan kultural mencakup hasil budaya dan teknologi yang
mampu dijadikan sumber belajar serta menjadi faktor pendukung
pengajaran. Termasuk sistem nilai, norma, dan adat kebiasaan
(Hamalik, 2003:195 dalam Tri Rudiyati 2007: 14).
33
Suatu lingkungan pendidikan/pengajaran memiliki fungsi-fungsi
sebagai berikut:
1. Fungsi psikologis: stimulus bersumber/berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respon yang menunjukkan tingkah laku tertentu.
2. Fungsi pedagogis: lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khusunya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelayihan, lembaga-lembaga sosial.
3. Fungsi instruksional: program instruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran/pembelajaran yan dirancang secara khusus untuk mengembangkan tingkah laku siswa (Hamalik, 2003: 196 dalam Tri Rudiyati 2007: 14).
Proses pembelajaran merupakan sesuatu yang kompleks yang terdiri
dari berbagai komponen yang saling berkaitan. Salah satunya adalah
lingkungan. Suryo Subroto (1983: 17) dalam Djoko Rohadi (2012: 10)
mengatakan lingkungan adalah segala hal yang berada di luar diri anak
(siswa) yang dapat mempengaruhi perkembang dirinya. Di dalam suatu
lingkungan terdapat pendidik, pendidikan, situasi umum (politik, sosial,
kebudayaan, dan lain-lain), susunan keluarga sekolah, masyarakat, adat
istiadat, dan sebagainya.
Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan sumber yang dapat
menentukan kualitas dan berlangsungnya usaha pendidikan. Lingkungan yang
bersifat fisik (kebendaan), sosial, dan budaya semuanya berpengaruh secara
langsung maupun tidak langsung terhadap usaha pendidikan (Dwi Siswoyo,
2007: 59).
Ki Hajar Dewantara (2004) dalam L. Hendrowibowo (2007: 148-149)
membedakan lingkungan pendidikan berdasar pada kelembagaannya yaitu
34
lingkungan keluarga, lingkungan perguruan/sekolah dan lingkungan
pergerakan organisasi pemuda. Lingkungan perguruan/sekolah adalah
lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan
anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan bertingkah laku baik.
Sekolah adalah lembaga sosial formal yang didirikan oleh negara maupun
yayasan, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah disatu sisi
mewakili orangtua/masyarakat disisi lain mewakili negara.
Berdasarkan pernyataan diatas maka lingkungan sekolah adalah segala
hal yang berada di luar diri siswa yang mampu berpengaruh terhadap
perkembangan dan pendidikannya. Lingkungan sekolah berfungsi
mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga negara
yang cerdas.
6. Lingkungan Sekolah yang Sehat
Lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar bagi keberhasilan
belajar siswa, kemampuan siswa yang baik bila tidak didukung dengan
lingkungan yang kondusif untuk belajar, maka akan sulit untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang maksimal. Bila lingkungan sekolah kondusif dan
mendukung untuk melakukan proses pembelajaran, maka hal itu sangat
membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hamalik (2004: 20-
21) dalam Ulfa Ni’ma (2013: 20) mengatakan bahwa lingkungan memiliki
faktor penting dalam pembelajaran, faktor-faktor tersebut meliputi:
a. Lingkungan manusia atau interpersonal b. Lingkungan sosial budaya atau kultural c. Lingkungan biologis, yang meliputi flora dan fauna.
35
d. Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.
Lingkungan sekolah adalah salah satu kesatuan lingkungan fisik,
mental dan sosial dari sekolah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar dengan baik dan
menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara
optimal. Faktor lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar
mengajar, juga kesehatan warga sekolah (Standar Kesehatan Lingkungan
Sekolah, 2013, diakses dari http://www.indonesian-publichealth.com/).
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang dapat
menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan
lingkungan untuk mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang sehat
dan sejahtera (Manfaat Kesehatan Lingkungan Sekolah, 2013, diakses dari
http://www.artikelkesehatan-id.com/).
Lingkungan sekolah yang sehat akan menciptakan sekolah sehat yang
dapat membangun kesehatan peserta didik baik melalui kesehatan jasmani
maupun rohani, melalui pemahaman, kemampuan dan tingkah laku, sehingga
siswa bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk kesehatan mereka.
Proses belajar mengajar di sekolah memerlukan ruang dan lingkungan
pendukung untuk dapat membantu siswa dan guru berkonsentrasi dalam
belajar.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
lingkungan sekolah yang sehat adalah lingkungan yang dapat menopang
keseimbangan ekologis yang dinamis antara peserta didik dan lingkungan,
36
lingkungan sekolah yang sehat sangat kondusif dan mendukung untuk
melakukan proses pembelajaran, lingkungan sekolah yang sehat memenuhi
syarat-syarat kesehatan sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar
dengan baik dan menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik secara optimal.
7. Sekolah Ramah Lingkungan
Pendidikan ramah lingkungan merupakan usaha nyata manusia yang
teratur dan terencana dalam menyelamatkan lingkungan hidup sebagai tempat
tinggal, mempertahankan hidup, dan meneruskan keturunan. Pendidikan
ramah lingkungan merupakan sebuah konsep hidup yang bersinergis antara
manusia dengan alam (Pendidikan Ramah Lingkungan dan Pendidikan untuk
Semua, 2009, diakses dari http://sumberilmu.info/). Isi Pendidikan Ramah
Lingkungan yaitu:
a. Menyadarkan manusia, bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa
alam, dalam memanfaatkan sumber daya alam manusia tidak harus
merusaknya.
b. Menanamkan sikap menghargai keseimbangan makrokosmos
bumi, yaitu bahwa segala benda dan makhluk yang tercipta di
bumi adalah saling melengkapi untuk menjaga keseimbangan
alam semesta.
c. Tidak merusak ekosistem bumi, misalnya dengan mengolah
sampah organik dan non-organik menjadi barang yang
bermanfaat, sehingga tidak merusak ekosistem tanah dan air.
37
Pendidikan ramah lingkungan sangat penting untuk diterapkan dan
diajarkan di lingkungan sekolah dengan tujuan agar peserta didik nantinya
menjadi manusia yang peduli dan peka terhadap alam dan lingkungan
sekitarnya. Pendidikan ramah lingkungan juga bertujuan untuk membantu
peserta didik dalam memperoleh pengertian dasar tentang bagaimana fungsi
lingkungan serta bagaimana cara menjaga dan mengelolanya.
Konsep 3R diterapkan dalam mewujudkan sekolah ramah lingkungan.
Konsep 3R terdiri dari Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali),
Recycle (mendaur ulang), berikut ini dijelaskan tentang konsep 3R:
a. Reduce
Reduce atau pengurangan merupakan kegiatan mengurangi
pemakaian atau pola perilaku yang dapat mengurangi produksi
sampah serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan.
b. Reuse
Reuse atau penggunaan kembali merupakan kegiatan
menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak pakai.
c. Recycle
Recycle atau mendaur ulang merupakan kegiatan mengolah
kembali atau mendaur ulang. Kegiatan ini memanfaatkan barang
bekas dengan cara mengolah materinya untuk dapat digunakan lebih
lanjut (www.artikellingkunganhidup.com).
Bangunan atau gedung sekolah yang ramah lingkungan merupakan
aspek penting dalam mewujudkan sekolah ramah lingkungan. Menurut
38
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 tahun 2010 tentang
kriteria dan sertifikasi bangunan ramah lingkungan, menteri negara
lingkungan hidup menjelaskan bahwa bangunan ramah lingkungan
(greenbuilding) adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan
dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan
aspek penting penanganan dampak perubahan iklim.
Bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah lingkungan
apabila memenuhi kriteria antara lain:
1. Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain meliputi: a. Material bangunan yang bersertifikat eco-label; b. Material bangunan lokal.
2. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung antara lain: a. Mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi; b. Menggunakan sumber air yang memperhatikan konservasi
sumber daya air; c. Mempunyai sistem pemanfaatan air hujan.
3. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi antara lain:
a. Menggunakan sumber energi alternatif terbarukan yang rendah emisi gas rumah kaca;
b. Menggunakan sistem pencahayaan dan pengkondisian udara buatan yang hemat energi.
4. Menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam bangunan gedung antara lain:
a. Refrigeran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak ozon;
b. Melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam kebakaran yang bukan bahan perusak ozon.
5. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestik pada bangunan gedung antara lain:
a. Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus;
b. Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pemanfaatan kembali air limbah domestik hasil pengolahan pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus.
39
6. Terdapat fasilitas pemilahan sampah; 7. Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara
lain: a. Melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih; b. Memaksimalkan penggunaan sinar matahari.
8. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan antara lain:
a. Melengkapi bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau sebagai taman dan konservasi hayati, resapan air hujan dan lahan parkir;
b. Mempertimbangkan variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim;
c. Mempunyai perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan tata ruang;
d. Menjalankan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan perencanaan;
9. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana antara lain:
a. Mempunyai sistem peringatan dini terhadap bencana dan bencana yang terkait dengan perubahan iklim seperti: banjir, topan, badai, longsor dan kenaikan muka air laut;
b. Menggunakan material bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca ekstrim intensitas hujan yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang meningkat.
Dalam penerapan sekolah ramah lingkungan pengelolaan sarana dan
prasarana pendukung ramah lingkungan sangat diperlukan. Menurut
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (2012: 19-20)
pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan di sekolah meliputi:
Tabel 1. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Standar Implementasi Pencapaian
A. Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan.
1. Menyediakan sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah
Tersedianya 6 (enam) sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah sesuai dengan standar sarana dan prasarana Permendiknas no 24 tahun 2007, seperti : air bersih, sampah (penyediaan tempat sampah terpisah,
40
komposter), tinja, air limbah/drainase, ruang terbuka hijau, kebisingan/getaran/radiasi, dll.
2. Menyediakan sarana prasarana untuk mendukung pembelajaran lingkungan hidup di sekolah.
Tersedianya 6 (enam) sarana prasarana pendukung pem-belajaran lingkungan hidup, antara lain; pengomposan, pemanfaatan dan pengolahan air, hutan/taman/kebun seko-lah, green house, toga, kolam ikan, biopori, sumur resapan, biogas, dll).
B. Peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan.
1. Memelihara sarana dan prasarana sekolah yang ramah lingkungan.
Terpeliharanya 3 (tiga) sarana dan prasarana yang ramah lingkungan sesuai fungsinya, seperti : a. Ruang memiliki
pengaturan cahaya dan ventilasi udara secara alami.
b. Pemeliharaan dan pen-gaturan pohon peneduh dan penghijauan.
c. Menggunakan paving block
2. Meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah.
Tersedianya 4 (empat) unsur mekanisme pengelolaan dan pemeliharaan sarana meliputi : penanggung jawab, tata tertib, pelaksana (daftar piket), pengawas, dll terkait dalam kegiatan penyediaan dan pemakaian sarana fasilitas sanitasi sekolah.
3. Memanfaatkan listrik, air dan ATK secara efisien.
20% efisiensi pemanfaatan listrik, air dan ATK
41
4. Meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan .
Kantin melakukan 3 (tiga) upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan, meliputi : a. Kantin tidak menjual
makanan/minuman yang mengandung bahan pen-gawet/pengenyal, pewarna, perasa yang tidak sesuai dengan standar kesehatan.
b. Kantin tidak menjual makanan yang tercemar/ terkontaminasi, kadaluarsa.
c. Kantin tidak menjual makanan yang dikemas tidak ramah lingkungan, seperti : plastik, styrofoam, aluminium foil.
Penerapan pendidikan ramah lingkungan di sekolah akan
menciptakan sekolah yang ramah lingkungan. Sekolah ramah lingkungan
akan menciptakan perilaku warga sekolah yang peduli terhadap alam dan
lingkungannya. Perilaku ramah lingkungan merupakan perilaku untuk
mengedepankan open spaces, penggunaan dan pengelolaan air bersih,
pengolahan air hujan, teknologi hijau, penghematan sumber energi, dan
penghijauan (Astrini Ayu Puspita, 2013 :9).
Sikap ramah lingkungan merupakan sikap positif setiap manusia
terhadap lingkungan hidup yang berupa tindakan dalam perlindungan alam
dan lingkungan yang memadai dan penghargaan tentang fungsi ekologi
42
lingkungan hidup yang memberikan layanan pada manusia tanpa
didominasi oleh pertimbangan ekonomi, yang mendorong eksploitasi
lebih. Sikap ramah lingkungan terlihat pada kepedulian siswa terhadap
lingkungan hidupnya sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah (Kana Hidayati, 2007: 7).
Dari beberapa pemaparan diatas maka dapat diambil kesimpulan
mengenai sekolah ramah lingkungan, yaitu sekolah yang di dalamnya
terdapat pembelajaran, kegiatan dan program untuk mengelola dan
melindungi lingkungan hidup dan dalam pelaksanaan pembelajaran,
kegiatan, program tidak menyebabkan kerusakan lingkungan hidup.
C. Penelitian yang Relevan
1. Theresia Melania Sudarwati (2012) yang berjudul “Implementasi
Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup Sekolah Menengah Atas
Negeri 11 Semarang Menuju Sekolah Adiwiyata” memberikan hasil
yaitu implementasi kebijakan sekolah peduli dan berbudaya melalui
program Adiwiyata tidak berjalan sesuai dengan standar program
Adiwiyata yang disebabkan oleh rendahnya kegiatan komunikasi
dalam bentuk koordinasi di dalam managemen sekolah yang meliputi
koordinasi antara kepala sekolah dengan para penanggung jawab
program, koordinasi antara penanggung jawab program dengan Tim
Pengembang Sekolah, dan koordinasi Tim Pengembang Sekolah
dengan para pendidik atau guru.
43
2. Yeni Isnaeni (2013) yang berjudul “Implementasi Kebijakan Sekolah
Peduli dan Berbudaya Lingkungan di SMP Negeri 3 Gresik”
memberikan hasil yaitu implementasi kebijakan sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan di SMP Negeri 3 Gresik telah menunjukkan
kebijakan sekolah yang tertuang dalam bentuk SK kepala sekolah
tentang mata pelajaran dan pengembangan diri yang terintegrasi
dengan PLH dan PBK, faktor pendukung implementasi kebijakan
adalah seluruh komponen warga mendukung serta SMP Negeri 3
Gresik sebagai juara sekolah Adiwiyata tingkat Nasional di tahun
2011, merupakan dampak yang sangat positif, selain itu tercipta
kesadaran warga sekolah untuk menjaga lingkungan hidup dan
merawatnya dengan kesadaran yang baik.
Dari kedua penelitian tersebut maka dapat diketahui persamaan
penelitian yaitu terletak pada implementasi kebijakan atau program
sekolah berbudaya lingkungan, hanya saja pada penelitian ini fokus
penelitian terletak pada sejarah program, pengembangan program,
pengembangan kegiatan program, pengembangan dan pengelolaan
sarana prasarana, faktor pendukung dan penghambat program sekolah
ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.
D. Kerangka Pikir
Salah satu kebijakan pemerintah dalam menumbuhkan kepedulian
siswa terhadap lingkungan adalah dengan mengembangkan sekolah umum
menjadi sekolah Adiwiyata. Berdasar pada Undang-undang No 4 Tahun
44
1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup
maka pada tahun 1996 terjadi kerjasama pertama antara Departemen
Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Kerjasama tersebut kemudian diperbaharui pada tahun 2005 dan tahun
2010. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan dan kerjasama tahun 2005,
maka pada tahun 2006 Kementerian Lingkungan Hidup membuat
kebijakan untuk mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui program Adiwiyata.
Pada tanggal 1 Februari 2010 dilaksanakan penandatanganan Kesepakatan
Bersama (MOU) antara Kementerian Pendidikan Nasional dan
Kementerian Lingkungan Hidup guna menindaklanjuti kerjasama yang
terjalin sejak tahun 1996.
Upaya pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup di sekolah
tidak hanya berhenti pada program Adiwiyata saja, namun juga diikuti
dengan munculnya program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1
Kasihan Bantul. Wujud dari implementasi program sekolah ramah
lingkungan terlihat dari pengembangan program, kegiatan, pengelolaan
sarana prasarana ramah lingkungan yang dilaksanakan sekolah untuk
mewujudkan program ramah lingkungan. Akan tetapi dalam pelaksanaan
program sekolah ramah lingkungan terdapat faktor-faktor yang
menghambatnya. Secara lebih jelas kerangka pikir akan digambarkan
dalam gambar berikut:
45
Gambar 1. Kerangka Pikir
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Program Sekolah Ramah Lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul
Pengembangan Program, Kegiatan dan Pengelolaan Sarana
Prasarana Ramah Lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 05 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Adiwiyata
Faktor Pendukung dan Penghambat Program Sekolah Ramah
Lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
Kebijakan-kebijakan Sekolah di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
Kerjasama Pertama Departemen Pendidikan
Nasional dan Kementerian Negara Lingkungan
Hidup Tahun 1996
Solusi dalam Menghadapi Faktor Penghambat Program Sekolah
Ramah Lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
46
E. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA
Negeri 1 Kasihan Bantul?
2. Bagaimana latar belakang sekolah memiliki program sekolah ramah
lingkungan?
3. Bagaimana pengembangan program sekolah ramah lingkungan?
4. Bagaimana pengembangan kegiatan program sekolah ramah
lingkungan?
5. Bagaimana pengembangan dan pengelolaan sarana prasarana
pendukung sekolah ramah lingkungan?
6. Apa saja faktor pendukung implementasi program sekolah ramah
lingkungan?
7. Apa saja faktor penghambat implementasi program sekolah ramah
lingkungan?
8. Bagaimana hasil evaluasi program sekolah ramah lingkungan?
47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut Moleong (2010: 6) penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian. Sementara Sugiyono (2010: 9) menjelaskan
bahwa:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif karena peneliti ingin mendeskripsikan atau menggambarkan
implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul. Dengan demikian penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menekankan pada kualitas atau hal terpenting berupa kejadian, fenomena, dan
gejala sosial. Penelitian kualitatif tidak dapat dicapai dengan menggunakan
prosedur statistik atau dengan cara-cara kuantitatif. Peneliti memilih kualitatif
karena penelitian tentang implementasi program sekolah ramah lingkungan
meliputi jenis penelitian kualitatif. Peneliti berusaha untuk mengungkap dan
menggali lebih dalam tentang implementasi program sekolah ramah lingkungan
secara kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif deskriptif didapatkan melalui
48
hasil dokumentasi, catatan, mengamati orang dalam lingkungan, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka dengan lingkungan sekitarnya serta
berinteraksi dengan mereka.
B. Subjek dan Obyek Penelitian
Setiap penelitian membutuhkan subyek penelitian karena pada subyek
penelitian itulah akan diperoleh data tentang variabel yang akan diteliti. Subyek
dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa,
petugas kebersihan, dan penjual makanan. Sementara obyek dalam penelitian ini
adalah implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1
Kasihan Bantul.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni. Penelitian
ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Adapun yang menjadi
pertimbangan dari pengambilan lokasi penelitian ini adalah:
1. Secara ketersediaan sarana, prasarana, tata tertib, visi dan misi SMA
Negeri 1 Kasihan Bantul mampu dikatakan memilki kondisi sekolah yang
ramah lingkungan.
2. Input siswa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki kulitas yang cukup
baik, sehingga menjadi salah satu sekolah unggulan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memdapatkan informasi atau
data yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Sugiyono, 2007:
49
224). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
wawancara, observasi dan dokumen mengenai subyek penelitian.
1. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara terhadap informan maupun responden.
Wawancara dilakukan guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari
para responden. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis
wawancara yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
Sebelumnya peneliti telah merancang pedoman wawancara secara lengkap
agar informasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi serta jalannya wawancara
tetap terarah sesuai dengan yang diinginkan, tetapi apabila ditemukan
pertanyaan yang dapat di kaji lebih dalam dan berhubungan dengan fokus
penelitian maka peneliti akan melakukan pertanyaan tambahan terkait hal
tersebut. Wawancara meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru,
siswa, petugas kebersihan dan penjual makanan. Alasan peneliti melakukan
wawancara kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa, petugas
kebersihan dan penjual makanan karena para informan tersebut mengetahui
bagaimana jalannya implementasi program sekolah ramah lingkungan.
2. Observasi
Menurut Sugiyono (2007: 145-146) observasi dapat dilihat dari segi
proses pelaksanaan pengumpulan data dapat dibedakan menjadi observasi
berperan serta dan observasi nonpartisipan. Observasi berperan serta berarti
peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati, sedangkan observasi nonpartisipan bararti peneliti tidak terlibat
50
langsung dengan kegiatan yang dilakukan oleh subyek melainkan hanya
sebagai pengamat independen.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi
nonpartisipan. Observasi dilakukan terhadap kegiatan program sekolah ramah
lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Peneliti datang ke tempat
penelitian tetapi tidak turut serta dalam kegiatan. Observasi dimulai pada
bulan Maret hingga bulan Juni 2015. Peneliti mengobservasi bagaimana
keadaan sekolah dan kegiatan subjek penelitian selama berada di sekolah.
3. Dokumentasi
Sugiyono (2007: 240) mengemukakan bahwa dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu yang biasanya berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental lainnya yang didapat dari narasumber.
Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara sehingga hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih
dapat dipercaya. Pengambilan dokumen dalam penelitian ini berupa catatan
peristiwa yang telah berlalu yaitu profil sekolah, arsip sekolah, data guru dan
siswa, serta foto yang terkait.
4. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik analisis data (observasi, wawancara,
dokumentasi) dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2007: 330).
Dengan melakukan teknik pengumpulan data triangulasi sebenarnya peneliti
telah melakukan uji kredibilitas data. Nilai dari teknik pengumpulan data
51
dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang meluas, tidak
konsisten atau kontradiksi untuk itu dengan teknik triangulasi diharapkan data
yang diperoleh akan lebih konsisten dan pasti. Triangulasi sumber digunakan
untuk menguji kredibilitas data yang telah diperoleh guna mendapatkan
informasi yang sesuai dan akurat maka dilakukan perbandingan dan ricek
cross cek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
alat dan waktu yang berbeda. Sementara triangulasi teknik digunakan untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu dengan wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data dan informasi agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, lebih cermat, lebih lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah untuk
diolah (Suharsimi Arikunto, 2002: 136). Instrumen dalam peneltian ini berupa
pedoman untuk melakukan wawancara, pedoman observasi dan pedoman untuk
dokumentasi.
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pedoman wawancara terstruktur dan tidak terstruktur karena peneliti ingin
menggali sedalam mungkin mengenai implementasi program sekolah
ramah lingkungan. Berikut kisi-kisi pedoman wawancara yang akan
digunakan:
52
Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan untuk Kepala Sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa, petugas kebersihan dan penjual makanan
No Aspek Indikator 1. Implementasi Program a. Komunikasi
b. Sumberdaya c. Disposisi d. Struktur birokrasi
2. Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan
a. Latar belakang program b. Pengembangan program c. Pengembangan kegiatan program d. Pengembangan dan pengelolaan
sarana prasarana e. Evaluasi program
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Sekolah Ramah Lingkungan
a. Faktor internal b. Faktor eksternal c. Solusi
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi dalam penelitian ini berbentuk pedoman
observasi nonpartisipan, berisi catatan lapangan yang berhubungan dengan
implementasi program sekolah ramah lingkungan. Berikut kisi-kisi
pedoman observasi implementasi program sekolah ramah lingkungan:
Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Observasi Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan
No Aspek Indikator 1. Keadaan Sekolah
Kondisi lingkungan secara keseluruhan a. Ruang Kelas b. Ruang Kepala Sekolah dan Guru c. Taman Sekolah d. Kamar Mandi e. UKS f. Kantin g. Tempat pengelolahan sampah
2. Kegiatan Subjek Penelitian Selama Berada di Sekolah
Apakah sudah sesuai dengan peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah
53
3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi dalam penelitian ini berupa data-data yang
terangkum dalam data tertulis, foto serta segala sesuatu yang berkaitan
dengan implementasi program sekolah ramah lingkungan serta hal-hal
yang mendukung wawancara serta observasi yang dilakukan. Berikut kisi-
kisi pedoman observasi implementasi program sekolah ramah lingkungan:
Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan
No Aspek Keterangan 1. Dokumen mengenai SMA Negeri 1
Kasihan Bantul Kumpulan catatan dan dokumen menyangkut keadaan sekolah secara umum
2. Dokumen mengenai program sekolah ramah lingkungan
Kumpulan catatan dan dokumen sekolah menyangkut program sekolah ramah lingkungan
3. Foto kegiatan subjek penelitian selama berada di sekolah
Kepala sekolah, guru, siswa, petugas kebersihan, penjual makanan
4. Foto keadaan sekolah Lingkungan di sekitar subjek penelitian
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan selama proses di lapangan dan dilakukan bersamaan
dengan pengumpulan data. Menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2010)
aktivitas yang dilakukan dalam menganalisis data dalam pendekatan kualitatif
yaitu:
1. Data Reduction (reduksi data)
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum dan menulis seluruh
data yang peneliti peroleh dari lapangan dalam wujud uraian atau laporan
terperinci. Laporan tersebut dirangkum, dipilih hal-hal yang penting, dan
54
disusun secara sitematis sehingga peneliti lebih mudah untuk mengetahui jika
masih ada data dan informasi yang diperlukan. Setelah dilakukan reduksi data
maka mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya.
2. Data Display (penyajian data)
Penyajian data adalah peneliti menyajikan data dan informasi yang
diperoleh dari lapangan secara lengkap, jelas dan singkat untuk memudahkan
peneliti dalam memahami gambaran dan hubungan terhadap aspek aspek
yang diteliti. Hasil penyajian data tersebut selanjutnya digunakan sebagai
bahan untuk menafsirkan data yang sudah diperoleh sampai dengan
pengambilan keputusan. Penyajian data yang dilakukan akan mempermudah
peneliti memahami apa yang terjadi di lapangan.
3. Verifikasi
Verifikasi merupakan pengambilan kesimpulan dari data an informasi
yang sudah diperoleh sejak awal penelitian. Apabila peneliti menemukan data
tambahan, maka data tersebut akan menjadikan kesimpulan menjadi lebih
valid. Kesimpulan yang ada kemudian diverivikasi selama penelitian
berlangsung. Verivikasi dilakukan dengan mencari data baru. Selanjutnya
dilakukan penarikan kesimpulan dari data yang telah peneliti analisis.
Penarikan kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid sehingga
data yang dihasilkan sangat kredibel.
55
G. Keabsahan Data
Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk memberikan
keakuratan data atau hasil penelitian. Data yang sudah peneliti peroleh melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi diuji dengan beberapa teknik (Sugiyono,
2010: 336). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Pengujian kredibilitas
Pada pengujuan kredibilitas peneliti melakukan pengamatan
berulang-ulang agar memperoleh data yang sesuai dengan kriteria yang
relevan. Pengujian kredibilitas berguna agar penelitian ini dapat diterima
dan dipercaya kebenarannya. Pengujian kredibilitas menggunakan
trianggulasi untuk memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data untuk dilakukan pengecekan dan
pembanding data (Sugiyono, 2010: 372).
2. Pengujian transferabilitas
Pengujian transferabilitas bertujuan untuk mengetahui bahwa
penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain dalam setting
penelitian yang berbeda. Nilai transfer ini untuk memberikan kepercayaan
dan pemahaman terhadap orang lain yang membaca laporan hasil
penelitian sehingga hasil penelitian ini dapat ditransferkan pada konteks
dan situasi sosial lain.
3. Pengujian reliabilitas
Dalam penelitian ini uji reliabilitas dengan cara mengaudit
terhadap keseluruhan proses penelitian dengan cara dosen pembimbing
56
melakukan audit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian mulai dari menentukan fokus hingga peneliti menarik
kesimpulan harus dapat ditunjukan oleh peneliti kepada pembimbing.
Keseluruhan proses selama penelitian tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan oleh peneliti dengan menunjukan kepada dosen
pembimbing.
4. Pengujian objektivitas
Penelitian ini akan dikatakan objektif apabila hasil penelitian
telah disepakati oleh banyak orang. Dalam tahap ini, merupakan tahap
konfirmasi hasil dari penelitian jika hasil penelitian tersebut objektif.
Pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan dengan pengujian
reliabilitas yakni pada saat dosen pembimbing mengaudit secara
keseluruhan terhadap proses penelitian hingga penarikan kesimpulan
sekaligus menilai apakah hasil penelitian tersebut bersifat objektif.
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
a. Sejarah SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
SMA Negeri 1 Kasihan atau yang biasa disebut dengan SMA Negeri
Tirtonirmolo adalah sekolah yang berada di kawasan Kabupaten Bantul
Utara, daerah perbatasan kota, tepatnya ada di Jalan Bugisan Selatan
Yogyakarta. Berdasarkan SK Menteri P dan K No.0292/ 0/78 tertanggal 2
September 1978 berlaku surat terhitung mulai tanggal 1 April 1978,
berdirilah SMA Negeri Tirtonirmolo.
Waktu pertama kali sekolah ini berdiri, kelasnya menumpang di SMA
Negeri 1 Yogyakarta (Teladan) dengan kepala sekolah Drs. Soemardji
(Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta). Pada awal berlangsungnya
KBM, SMA Negeri Tirtonirmolo menerima 80 siswa dan dibagi dalam dua
kelas.
Pada tanggal 11 Maret 1979 sekolah ini resmi pindah dan menempati
gedung baru yang berada di Jalan Bugisan Selatan. Terhitung mulai tanggal 1
April 1979, diangkatlah kepala sekolah definitive. Pemangku jabatan tersebut
adalah R. Soetopo Darmosasmito.
Untuk merealisasikan visi dan misi “Bertaqwa Berprestasi
Berkepribadian Sehat dan Ramah Lingkungan” SMA Negeri 1 Kasihan terus
berupaya memajukan sekolah dalam berbagai bidang baik dari bidang
58
akademik maupun non akademik, termasuk dalam kemajuan fisik sekolah,
selain itu juga pengembangan dalam bidang agama.
b. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
1) Visi Sekolah
Bertaqwa, Berprestasi, Berkepribadian dan Ramah Lingkungan
1. Bertaqwa artinya menyakini keberadaan Tuhan Yang Maha Esa
dan mengamalkan perintahNya, menjauhi laranganNya sesuai
dengan keyakinan agama yang dianut.
2. Berprestasi artinya memiliki keunggulan baik akademik maupun
non-akademik ditingkat nasional dan global.
3. Berkepribadian artinya memiliki sikap yang baik sesuai dengan
20 nilai akhlaq mulia baik dilingkungan sekolah maupun di
masyarakat.
4. Ramah lingkungan artinya memiliki sikap yang peduli terhadap
lingkungan di sekitar sekolah maupun di masyarakat.
2) Misi Sekolah
1. Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman agamanya,
sehingga kehidupan beragama di sekolah dapat tercipta manusia
yang agamis penuh toleransi.
2. Menumbuhkan semangat berprestasi baik akademik maupun
non akademik dengan pembinaan, pendampingan,
pembimbingan dalam kegiatan intrakurikuler dan
59
ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa sehingga
dapat bersaing di tingkat nasional maupun global.
3. Membina, mendidik, mengarahkan, dan memberi contoh
implementasi 20 nilai-nilai akhlak mulia dalam kehidupan
sehari hari.
4. Membina, mendidik, mengarahkan, dan memberi contoh
implementasi sikap ramah lingkungan dalam kegiatan sehari-
hari di sekolah sehingga siswa dapat memiliki dan menerapkan
sikap ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Motto Sekolah
“Kearifan Lokal Prestasi Global”
c. Keadaan Sumber Daya
1) Keadaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pada tahun 2015, SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki
tenaga kerja yang berjumlah 83 orang yang terdiri dari 56 tenaga
pendidik dan 27 tenaga kependidikan.
2) Keadaan Peserta Didik
Pada tahun 2015 jumlah siswa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
sebanyak 692 siswa yang dibagi menjadi 24 kelas, yang terdiri dari
kelas X sebanyak 231 siswa, kelas XI sebanyak 231 siswa dan kelas
XII sebanyak 230 siswa.
60
Tebel 5. Keadaan peserta didik SMA Negeri 1 Kasihan tahun
2014/2015
No. Kelas Jumlah Siswa 1. X 231 2. XI 231 3. XII 230
3) Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah
SMA Negeri 1 Kasihan terletak di Jalan Bugisan Selatan,
Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul. SMA Negeri 1 Kasihan menempati
area seluas 2,3 hektar dan berada di perbatasan antara kota Yogyakarta
dengan Kabupaten Bantul. Letak sekolah berada di dalam pedesaan
dan berada jauh dari jalan raya sehingga suasana belajar yang tercipta
di sekolah cukup kondusif. SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki
sarana dan prasarana yang lengkap yaitu:
a) Pintu Gerbang Sekolah
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki satu pintu gerbang
utama yang menghadap ke selatan. Pintu gerbang sekolah langsung
terhubung dengan lobi. Disamping pintu gerbang sekolah terdapat
pos satpam, dan beberapa pohon besar yang tumbuh membuat area
depan sekolah terlihat asri.
b) Lobi Sekolah
Lobi SMA Negeri 1 Kasihan Bantul terletak di bagian
depan setelah pintu gerbang sekolah, terdapat beberapa fasilitas
61
seperti sofa, almari piala, TV, LCD, bank, absensi sidik jari, tempat
sampah serta ruang piket guru.
c) Ruang Tata Usaha
Ruang tata usaha SMA Negeri 1 Kasihan terletak di sebelah
barat lobi, berdampingan dengan ruang kepala sekolah dan ruang
guru. Penataan ruangan di dalam Tata Usaha cukup rapi, terdapat
beberapa meja kerja dan meja yang digunakan untuk menempatkan
buku absensi siswa.
d) Ruang Kepala Sekolah
Ruang kepala sekolah terletak diantara ruang tata usaha dan
ruang guru. Di ruangan ini terdapat sofa, meja kerja, almari,
bendera, AC, TV, dispenser, laptop, nama guru dan karyawan,
sertifikat-sertifikat penghargaan SMA, aturan-aturan/tata tertib,
visi misi sekolah, serta tempat sampah.
e) Ruang Guru
Ruang guru terletak di sebelah ruang kepala sekolah dan
berhadapan langsung dengan lapangan voly. Di dalam ruangan ini
terdapat berbagai fasilitas seperti almari, AC, dispenser, TV,
washtafel, serta beberapa tempat sampah.
f) Ruang Kelas
Ruang kelas SMA Negeri 1 Kasihan Bantul berjumlah 24
kelas yang terdiri dari 8 ruang untuk kelas X, 8 ruang untuk kelas
XI, dan 8 ruang untuk kelas XII. Ruang kelas terdiri dari lantai dua
62
lantai. Fasilitas masing-masing kelas meliputi meja, kursi, LCD,
monitor, almari, AC, washtafel, tempat sampah, serta setiap kelas
memiliki CCTV yang dipasang oleh pihak sekolah.
g) Ruang Wakil Kepala Sekolah
Ruang wakil kepala sekolah berada di sebelah utara ruang
guru. Di dalam ruangan terdapat fasilitas seperti sofa dan meja
untuk menerima tamu, beberapa komputer, meja kerja, kursi, AC,
papan tulis, dispenser, serta tempat sampah.
h) Laboratorium
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki empat
laboratorium yang terdiri dari laboratorium fisika, laboratorium
kimia, laboratorium biologi, dan laboratorium multimedia.
Keberadaan empat laboratorium tersebut bertujuan untuk
menunjang proses belajar mengajar siswa.
i) Ruang Seni/Tari
Ruang seni rupa berada di sebelah lobi. Ruangan tersebut
juga digunakan sebagai ruang tari, di dalamnya terdapat kaca yang
cukup besar yang digunakan para siswa untuk latihan menari,
beberapa hasil karya seni yang dibuat oleh siswa juga diletakkan di
ruangan tersebut.
j) Ruang BK
Ruang Bimbingan Konseling berada di sebelah utara
masjid. Kondisi ruangan bimbingan konseling cukup luas, di depan
63
pintu masuk ruangan terdapat kotak saran bimbingan konseling
sekolah, terdapat logo yang berbunyi “Ada masalah konsultasilah
ke BK” dan “BK Peduli Siswa”. Di depan ruang BK terdapat
papan pengumuman yang menempelkan beberapa informasi baik
dari sekolah mapun informasi dari luar sekolah. Ruang BK
dilengkapi dengan meja, kursi, sofa tamu, sapu, serta tempat
sampah. Di depan ruang BK terdapat pot-pot tanaman yang terjajar
rapi dan terawat.
k) Ruang UKS
Ruang UKS berada di sebelah utara ruang tata usaha.
Ruangan tersebut memiliki beberapa fasilitas seperti 8 tempat
tidur, obat-obatan yang cukup lengkap, 2 alat fitnes, dispenser, rak
sepatu, tempat sampah, hingga layanan konsultasi yang diberikan
pada hari senin dan rabu dengan dokter dari Universitas Gadjah
Mada dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
l) Lapangan Sekolah
SMA Negeri 1 Kasihan memiliki dua lapangan yaitu,
lapangan basket dan lapangan voly. Kedua lapangan tersebut
terletak berdampingan dengan dibatasi oleh pohon dan beberapa
tanaman. Selain untuk berolahraga lapangan tersebut biasanya
digunakan juga untuk upacara bendera.
64
m) Kantin Sekolah
Kantin sekolah berada tepat di utara lapangan basket.
Kondisi kantin cukup luas, terdapat meja dan kursi serta tempat
berjualan yang tertata rapi dan bersih. Kantin dilengkapi dengan
dua washtafel yang dilengkapi dengan sabun dan handuk tangan,
tempat sampah terpisah serta kipas angin.
n) Aula Sekolah
Aula sekolah atau yang disebut dengan Sasana Among
Putra berada tepat di timur kantin. Aula sekolah cukup besar, di
dalamnya terdapat fasilitas seperti AC, LCD, monitor, TV,
beberapa meja dan kursi serta tempat sampah. Aula sekolah
memiliki halaman yang cukup besar.
o) Masjid Sekolah
Sekolah memiliki satu masjid yaitu Masjid AL-Hikmah.
Masjid sekolah cukup luas, bersih dan tertata rapi. Masjid sekolah
dilengkapi dengan fasilitas seperti almari untuk tempat mukena dan
sarung serta tempat untuk meletakkan Al-Quran, perpustakaan
masjid, kotak etalase, rak sepatu, sapu dan tempat sampah. Tempat
wudlu terbagi menjadi dua yaitu untuk putri dan putra, untuk putri
berada di dalam dan untuk putra berada di luar.
p) Taman
SMA Negeri 1 Kasihan memiliki tiga taman yaitu taman
utama yang terletak disebelah timur ruang tata usaha, taman yang
65
terletak di depan laboratorium serta taman yang terletak di
belakang laboratorium. Taman utama sekolah sangat luas yang
dilengkapi dengan berbagai fasilitas, sementara taman lainnya
tidak begitu luas.
q) Perpustakaan
Perpustakaan sekolah memiliki banyak koleksi buku,
perpustakaan memiliki berbagai fasilitas seperti komputer, LCD,
AC, televisi, rak sepatu, serta tempat sampah. Perpustakaan
dilengkapi dengan komputer yang tersambung dengan jaringan
internet.
r) Kamar Mandi/WC
SMA Negeri 1 Kasihan memiliki 5 kamar mandi/WC yang
terdiri dari 2 kamar mandi/WC guru dan 3 kamar mandi/WC untuk
siswa. Pencahayaan dan sirkulasi udara kamar mandi/WC cukup
baik. Kamar mandi/WC sekolah dilengkapi dengan sabun,
wastafel, kaca, serta tempat sampah. Terdapat beberapa papan
himbaun yang dipasang di kamar mandi/WC sekolah.
s) Tempat Parkir
Tempat parkir sekolah terbagi menjadi tiga, yaitu tempat
parkir untuk guru, untuk siswa dan untuk tamu sekolah. Tempat
parkir guru terletak di sisi barat sekolah, tempat parkir siswa
terletak di sisi utara sekolah. Tempat parkir siswa terbagi menjadi
66
tiga tingkatan yaitu untuk kelas X, XI, dan XII. Sementara tempat
parkir tamu berada di halaman depan sekolah.
4) Program Ekstrakurikuler
Kualitas tamatan sekolah kejuruan dituntut untuk memenuhi
standar kompetensi dunia kerja. Salah satunya, selain mampu
menguasai materi pelajaran, siswa harus dapat berinteraksi dan aktif
dalam hubungan sosial. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu
alat pengenalan siswa pada hubungan sosial. Di dalamnya terdapat
pendidikan pengenalan diri dan pengembangan kemampuan selain
pemahaman materi pelajaran. Berangkat dari pemikiran tersebut, di
SMA Negeri 1 Kasihan diselenggarakan berbagai kegiatan
ekstrakurikuler. Selain OSIS sebagai induk kegiatan ektrakurikuler di
sekolah, kegiatan ektrakurikuler lainnya yaitu pramuka, pleton inti,
IMTAQ agama islam, KIR, mading, PMR, presenter, komputer,
pembuatan film, cheer ladys, teater, paduan suara, tenis lapangan,
basket, sepak bola, tae kwondo, dan tenis lapangan.
5) Struktur Organisasi Sekolah
Struktur organisasi SMA Negeri 1 Kasihan Bantul terdiri dari
Kepala sekolah, dewan sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator tata
usaha, wakil kepala urusan kurikulum yang membawahi kurikulum,
KBM, perpustakaan, supervisi dan laboratorium, wakil kepala urusan
kesiswaan yang membawahi OSIS, bimbingan konseling,
ekstrakulikuler, UKS, dan ketertiban, Wakil kepala urusan sarana
67
prasarana yang membawahi bagian rumah tangga, PAS, keuangan, dan
inventaris, Wakil kepala urusan hubungan masyarakat membawahi
penegmbangan SDM, dan administrasi kearsipan. Berikut bagan
struktur organisasi SMA Negeri 1 Kasihan Bantul:
STRUKTUR ORGANISASI SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL
YOGYAKARTA
Gambar 2. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
Kepala Sekolah Dewan Sekolah
Wakil Kepala Sekolah
Koordinator Tata Usaha
Wakil Kepala Urusan Kurikulum
Wakil Kepala Urusan Kesiswaan
Wakil Kepala Urusan
Sarana/Prasaraa
Wakil Kepala Urusan Humas
Kurikulum
KBM
Perpustakaan
Supervisi
Laboratorium
OSIS
BK
Ekstrakurikuler
UKS
Ketertiban
Rumah Tangga
PAS
Keuangan
Inventaris
Pengembangan SDM
Administrasi Kearsipan
68
2. Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan di SMA Negeri 1
Kasihan Bantul
a. Implementasi Program
Edward mengungkapkan terdapat empat variabel yang dapat
mempengaruhi implementasi program, yaitu komunikasi, sumberdaya,
disposisi dan struktur birokrasi (Subarsono, 2008:91).
1) Komunikasi dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan
Komunikasi merupakan salah satu variabel penting dalam
implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1
Kasihan Bantul. Komunikasi tersebut dilakukan pada saat rapat rutin
sekolah yang melibatkan kepala sekolah, guru, serta dewan sekolah. Hal
ini diungkapkan oleh SA, selaku kepala sekolah:
“...kita adakan setiap minggu ya melalui rapat maupun pertemuan, dari pertemuan tersebut kita bahas apa saja program yang sudah berjalan dan yang belum berjalan, apa saja kendalanya, kemudian kita cari solusi bersama-sama...”(SA.30/3/15). Rapat diadakan secara rutin dengan agenda membahas penerapan
program sekolah ramah lingkungan, kendala serta solusi dari jalannya
program tersebut. Selain itu sosialisasi program sekolah ramah lingkungan
dilakukan agar warga sekolah mengetahui isi serta tujuan dari program
sekolah ramah lingkungan. Sosialisasi program tersebut dilakukan dengan
berbagai cara yaitu melalui pemasangan papan visi dan misi serta saat
upacara dan kegiatan-kegiatan sekolah. Berikut penuturan RB, guru
biologi:
69
“Sosialisasi dilaksanakan pada saat upacara sekolah. Sosialisasi ini diberikan dari para guru. Tujuan dari mengadakan sosialisasi ini agar para siswa senantiasa menjaga lingkungan serta kebersihan baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.” (RB.1/4/15) Guru memberikan sosialisasi program sekolah ramah lingkungan
melalui upaca sekolah. Tujuan dari sosialiasi program tersebut agar para
siswa mampu menjaga dan melindungi lingkungan hidup baik di
lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggalnya. Selain saat
upacara, sosialisasi pogram tersebut dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan oleh sekolah maupun oleh pihak luar sekolah. Hal
ini disampaikan oleh ZA, siswa kelas XI:
“...guru memberitahu ya, selain dicantumkan di visi misi sekolah biasanya guru juga memberikan sosialisasi, seperti itu mbak. Biasanya juga diadakan kegiatan gitu, kan itu juga merupakan sosialisasi yang langsung sama prakteknya.” (ZA.20/4/15). Melalui berbagai kegiatan yang mengandung unsur lingkungan
tersebut sosialisasi program sekolah ramah lingkungan dinilai cukup
efektif karena siswa berperan secara langsung dalam kegiatan-kegiatan
tersebut. Komunikasi dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan dilaksanakan melalui rapat rutin, sosialisasi pada saat upacara
sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang mengandung unsur lingkungan.
Komunikasi tersebut melibatkan seluruh warga SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul.
70
2) Sumberdaya dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan
Sumberdaya merupakan salah satu variabel penting dalam
implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1
Kasihan. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia,
sumberdaya dana maupun sarana prasarana. Pelatihan tentang lingkungan
hidup yang guru ikuti mampu meningkatkan kompetensi dan keahlian para
guru. Hal tersebut terbukti dengan ditunjuknya beberapa guru sebagai
fasilitator lingkungan hidup nasional. Berikut penuturan Y, wakil kepala
sekolah bagian kesiswaan:
“...perwakilan sekolah mengikuti diklat PLH, kemudian ada pelatihan-pelatihan dari pihak luar sekolah, melalui diklat dan pelatihan tersebut guru ditunjuk sebagai fasilitator lingkungan hidup nasional.” (Y.2/4/15) Selain itu adanya kerjasama sekolah dengan pihak luar tentang
lingkungan hidup mampu meningkatkan pengetahuan dan keahlian warga
sekolah dalam melindungi lingkungan hidup sehingga tujuan dari program
sekolah ramah lingkungan dapat tercapai, hal ini disampaikan oleh SA,
selaku kepala sekolah:
“Adanya kerjasama yang sekolah bangun dalam hal lingkungan hidup seperti sosialisasi, penyuluhan, bantuan sarana prasarana itu mampu meningkatkan pengetahuan dan keahlian warga sekolah dalam melindungi alam” (SA.30/3/15). Dana merupakan salah satu sumberdaya yang dimiliki oleh
sekolah. Sekolah memiliki sumber dana yang dikhususkan untuk
menjalankan program sekolah ramah lingkungan. Dana tersebut berasal
71
dari sekolah dan dari luar sekolah, berikut penuturan P, wakil kepala
sekolah bagian hubungan masyarakat:
“...ada dana juga baik dari luar maupun dari anggaran sekolah sendiri, itu kami gunakan untuk pengembangan program...” (P.2/4/15) Dana digunakan untuk pengembangan program, pengembangan
kegiatan program, serta pengembangan dan pengelolaan sarana dan
prasarana ramah lingkungan. Dana yang sekolah miliki dan sekolah
peroleh dari luar digunakan dengan semaksimal mungkin, hal tersebut
terlihat dari sarana dan prasarana yang sekolah miliki untuk menunjang
program sekolah ramah lingkungan.
3) Disposisi dalam implementasi program sekolah ramah lingkungan
Adanya kemauan, keinginan, dan kecenderungan para warga
sekolah untuk melaksanakan program sekolah ramah lingkungan terlihat
dari kemauan warga sekolah dalam menjalankan program skolah ramah
lingkungan. Warga sekolah memiliki kemauan dan keinginan untuk
melindungi serta mengelola lingkungan hidup, hal tersebut dituangkan
dalam perubahan visi dan misi sekolah, berikut penuturan RB, guru
biologi:
“Awalnya sekolah ditunjuk oleh dinas sebagai salah satu sekolah yang berwawasan lingkungan, kemudian visi dan misi sekolah dirubah dan disesuaikan dengan sekolah yang ramah lingkungan...” (RB.1/4/15). Pada awalnya visi dan misi sekolah belum memiliki unsur
lingkungan hidup. Kemudian dengan kemauan dan keinginan warga
sekolah untuk melindungi lingkungan hidup maka visi dan misi sekolah
72
dirubah dengan memasukkan unsur lingkungan hidup di dalamanya.
Tujuan dari dirubahnya visi dan misi sekolah tersebut agar seluruh warga
sekolah senantiasa menjaga dan melindungi alam dan lingkungannya. Hal
ini sebagaimana disampaikan oleh SA, selaku kepala sekolah:
“...melalui program ini seluruh warga sekolah diajarkan untuk mencintai dan melindungi alam, mengingat perubahan alam yang semakin parah, sehingga dibutuhkan orang-orang yang mau menjaga dan melindungi alam dan lingkungan hidup”. (SA.30/3/15). Sekolah menyadari bahwa diperlukan orang-orang yang mau
melindungi lingkungan hidup, sehingga melalui program sekolah ramah
lingkungan para siswa diajarkan untuk mencintai lingkungan sekitarnya.
Selain itu warga sekolah memberikan dukungan sepenuhnya agar tujuan
dari program sekolah ramah lingkungan dapat tercapai. Hal ini
disampaikan oleh ZA, siswa kelas XI:
“memberikan dukungan penuh dengan ikut kegiatan sekolah ya, seperti yang memperingati hari lingkungan itu, terus mendukung program dari sekolah juga yang berkaitan sama lingkungan, mentaati tata tertib sekolah, tidak membuang sampah sembarangan, menegur teman jika ada yang melanggar tata tertib.” (ZA.20/4/15). Adanya dukungan yang diberikan oleh seluruh warga sekolah
dalam menjalankan program sekolah ramah lingkungan menjadi cerminan
bahwa warga sekolah memiliki kemauan dan keinginan untuk melindungi
lingkungan hidup.
73
4) Struktur birokrasi dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan
Struktur birokrasi dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan mencakup struktur organisasi, pembagian kewenangan, tugas,
peran dan lain sebagainya. Warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru,
karyawan hingga siswa turut berperan dalam pengimplementasian program
sekolah ramah lingkungan Hal ini disampaikan oleh P, wakil kepala
sekolah bagian sarana dan prasarana:
“Semua warga sekolah berperan, mulai dari manajemen, monitoring hingga evaluasi, biasanya kami buat laporan-laporan dan diserahkan ke atasan. Kemudian kami menyusun program-program berikutnya.” (P.2/4/15). Hal senada diungkapkan oleh SA, selaku kepala sekolah:
“Semuanya berperan ya untuk mewujudkan visi sekolah itu, itu kan impian yang harus kita wujudkan ya, jadi guru-guru itu mendidik, membimbing siswa agar mau hidup ramah lingkungan, terus karyawan sekolah menjalankan tugasnya, siswa juga menjaga kebersihan sekolah.” (SA.30/3/15). Warga sekolah berperan dalam menjalankan program tersebut
mulai dari manajemen, monitoring hingga evaluasi. Warga sekolah
berperan agar tujuan dari program sekolah ramah lingkungan dapat
terwujud. Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka dapat
diketahui bahwa implementasi program sekolah ramah lingkungan
mencakup empat hal yaitu komunikasi yang diwujudkan melalui rapat
rutin dan sosialisasi program, sumberdaya yang terdiri dari sumberdaya
manusia, dana, dan sarana prasarana, disposisi yaitu adanya kemauan,
keinginan, kecenderungan warga sekolah melaksanakan program, dan
74
struktur birokrasi yang terdiri dari struktur organisasi, pembagian
kewenangan, tugas dan peran warga sekolah.
b. Kebijakan Pendidikan dan Program Sekolah Ramah Lingkungan
Program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul merupakan wujud dukungan sekolah terhadap kebijakan
pendidikan tentang sekolah berwawasan lingkungan. Dalam implementasi
program sekolah ramah lingkungan terdapat tiga tataran yang berkaitan
dengan kebijakan pendidikan, yaitu pada tataran makro, meso dan mikro.
1) Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan pada
Tataran Makro
Pada tataran makro sekolah bekerjasama dalam program ramah
lingkungan dengan beberapa instansi seperti Dinas pendidikan, Badan
Lingkungan Hidup (BLH), Puskesmas, Dokter, Rumah Sakit serta
instansi lain yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Berikut
penuturan SA, selaku kepala sekolah:
“Setiap hari Senin dan Rabu itu ada dokter dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terus dari rumah sakit, puskesmas juga, dengan polisi juga, tiap ada kegiatan tentang lingkungan itu, dari pihak kecamatan juga bekerjasama, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bantul dan DIY juga” (SA.30/3/15). Kerjasama tersebut terdiri dari kerjasama dalam bidang
kesehatan, kerjasama dalam pelestarian satwa, kerjasama dalam bidang
lingkungan yang berupa penyuluhan dan pelatihan lingkungan hidup,
serta pemberian bantuan sarana dan prasarana penunjang program
sekolah ramah lingkungan.
75
2) Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan pada
Tataran Meso
Pada tataran meso sekolah bekerjasama dalam program ramah
lingkungan dengan masyarakat yaitu dengan penjual makanan yang
berada di kantin. Kantin SMA Negeri 1 Kasihan Bantul menyandang
predikat sebagai kantin sehat. Pihak sekolah melakukan komunikasi
rutin dengan para penjual makanan di kantin sekolah. Berikut
penuturan E, penjual makanan:
“ada, dulu itu dari kabupaten...kalau yang mengontrol dari sekolah ada Ibu SH dan Ibu P, terus ada juga yang dari TU, dan Puskesmas...biasanya itu di cek, ditanya jalannya kantin seperti apa, menunya bagaimana, makanannya, kebersihannya, sarananya, kekompakan. Kepala sekolah juga turut mengontrol, datang kesini menanyakan lancar atau tidak...” (E.4/6/15). Dalam pengelolaan kantin sehat sekolah melakukan banyak
upaya yaitu membuat tata tertib untuk penjual dan pengunjung, adanya
komunikasi antara pihak sekolah dengan para penjual makanan melalui
pemantauan dan kontrol rutin, serta pengelolaan sampah yang
dihasilkan dari kantin sekolah.
3) Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan pada
Tataran Mikro
Pada tahapan mikro sekolah mempunyai kebijakan untuk
merubah visi dan misi sekolah yang pada awalnya visi dan misi
sekolah tidak memiliki unsur lingkungan hidup kemudian diubah
sehingga memiliki unsur lingkungan. Berikut penuturan RB, guru
Biologi:
76
“Awalnya sekolah ditunjuk oleh Dinas Pendidikan sebagai salah satu sekolah yang berwawasan lingkungan, kemudian visi dan misi sekolah dirubah dan disesuaikan dengan sekolah yang ramah lingkungan...” (RB.1/4/15).
Perubahan visi dan misi sekolah melibatkan kepala sekolah,
komite sekolah, serta para guru. Visi dan misi sekolah yang telah
dirubah dan mengandung unsur lingkungan merupakan salah satu
gambaran dan karakter SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan maka
keterkaitan antara kebijakan pendidikan dengan program sekolah
ramah lingkungan yaitu terletak pada tiga tataran, yaitu implementasi
program sekolah ramah lingkungan pada tataran makro yang
diwujudkan melalui kerjasama dengan beberapa instansi seperti Dinas
pendidikan, Badan Lingkungan Hidup (BLH), Puskesmas, Dokter,
Rumah Sakit serta instansi lain yang berhubungan dengan lingkungan
hidup, pada tataran meso yang diwujudkan melalui kerjasama dengan
masyarakat yaitu para penjual makanan, dan pada tataran mikro yang
diwujudkan melalui perubahan visi dan misi sekolah.
c. Sejarah Program Sekolah Ramah Lingkungan
Pada tahun 2009 SMA Negeri 1 Kasihan Bantul ditunjuk oleh
Dinas Pendidikan sebagai salah satu sekolah yang berwawasan
lingkungan. Penunjukkan tersebut dilakukan berdasarkan kondisi dan
potensi sekolah yang cukup baik untuk dijadikan sekolah berwawasan
lingkungan. Melalui penunjukan tersebut sekolah mulai menerapkan
program sekolah ramah lingkungan. Program sekolah ramah lingkungan
77
dituangkan dalam visi dan misi sekolah. Hal ini disampaikan oleh RB,
selaku guru biologi:
“Kan awalnya itu ditunjuk oleh dinas dengan melihat kondisi sekolah pada saat itu. Pihak dinas datang ke sekolah melihat potensi sekolah dalam hal lingkungan, apalagi disini kan banyak taman-taman, pohon dan lain sebagainya. Sekolah ini juga di nominasikan oleh pemerintah sebagai salah satu sekolah yang berwawasan lingkungan. Makanya visi sekolah kemudian diubah, disesuaikan.” (RB.1/4/15).
Selain potensi yang sekolah miliki yaitu berupa lingkungan, taman,
sumberdaya serta potensi pendukung lainnya hal lain yang menjadi awal
mula program sekolah ramah lingkungan ini berdiri adalah pihak sekolah
mendukung kebijakan dinas untuk menciptakan sekolah yang berbudaya
lingkungan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh SO, wakil kepala
sekolah bagian sarana prasarana:
“Kami mendukung kebijakan yang telah disusun oleh dinas, dengan cara mendidik, mengajarkan serta membina siswa agar siswa mau peduli terhadap lingkungan, kita mulai dari lingkungan sekolah dulu...” (SO.2/4/15).
Sekolah memberikan dukungan penuh atas kebijakan tersebut.
Dukungan tersebut diwujudkan dengan cara mendidik, mengajarkan, serta
membina para siswa untuk mampu menjaga dan melindungi lingkungan
hidup melalui program sekolah ramah lingkungan yang sekolah terapkan.
Selain itu sekolah mempunyai kesadaran sendiri akan pentingnya menjaga
dan mengelola lingkungan hidup, hal ini disampaikan oleh SO, wakil
kepala sekolah bagian sarana prasarana:
“.....sekolah juga mempunyai kesadaran maksudnya menyadari bahwa penting untuk menjaga lingkungan hidup apalagi sekarang kan sedang ada global warming, kemudian masalah ozon, sampah,
78
bencana alam dan lainnya, sehingga sekolah mempunyai kesadaran untuk turut serta menjaga dan melindungi lingkungan hidup. (SO.2/4/15).
Banyaknya kerusakan dan bencana alam yang telah terjadi di bumi
maka sekolah membuat program sekolah ramah lingkungan agar para
siswa sadar untuk menjaga lingkungan hidup. Sekolah juga menyadari
bahwa kebersihan merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan
lingkungan hidup yang layak. Hal ini menjadi salah satu alasan sekolah
memiliki program sekolah ramah lingkungan.
Program sekolah ramah lingkungan memiliki tujuan yang sangat
penting. Melalui program tersebut sekolah mengharapkan agar tercipta
warga sekolah yang berkualitas baik secara emosional, intelektual,
spriritual, dan sosialnya. Hal ini diungkapkan oleh SA, selaku kepala
sekolah:
“...karena dengan kita ramah lingkungan itu bisa menjadikan manusia itu komplit antara emosional, intelektual, kecerdasan spiritual, dan sosial...menjaga lingkungan alam, kebersihan, karena sudah diikat dengan ramah lingkungan, itulah strateginya untuk mengatasi permasalahan tersebut.” (SA.30/4/15).
Penjelasan di atas merupakan uraian awal mula SMA Negeri 1
Kasihan Bantul menerapkan program sekolah ramah lingkungan.
Peneliti menarik beberapa kesimpulan berdasarkan uraian tersebut.
Pertama, bahwa awal mula sekolah menerapkan program ramah
lingkungan karena adanya penunjukkan dari dinas pendidikan sebagai
salah satu sekolah yang berwawasan lingkungan. Penunjukkan tersebut
79
dengan melihat potensi yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul.
Kedua, berdasarkan penunjukkan tersebut, maka sekolah
mempunyai kesadaran bahwa sekolah mempunyai peranan penting
dalam menjaga dan melindungi lingkungan, kesadaran tersebut tertuang
dalam Visi dan Misi sekolah yang mengandung unsur perlindungan
terhadap lingkungan.
d. Pengembangan Program Sekolah Ramah Lingkungan
1) Merubah Visi dan Misi Sekolah
Visi dan misi sekolah merupakan salah satu pengembangan
program sekolah ramah lingkungan. Pada awalnya visi dan misi yang
dibuat oleh sekolah tidak memiliki unsur lingkungan hidup. Untuk
menciptakan sekolah yang berbudaya lingkungan maka SMA Negeri 1
Kasihan mulai mengubah Visi dan Misi sekolah menjadi Bertaqwa,
Berprestasi, Berkepribadian dan Ramah Lingkungan. Hal ini
sebagaimana yang disampaikan oleh RB, guru biologi:
“Awalnya sekolah ditunjuk oleh dinas sebagai salah satu sekolah yang berwawasan lingkungan, kemudian visi dan misi sekolah dirubah dan disesuaikan dengan sekolah yang ramah lingkungan...” (RB.1/4/15)
Perubahan visi dan misi sekolah ini melibatkan kepala sekolah,
komite sekolah serta guru. Sasaran dari kebijakan perubahan visi misi
sekolah yaitu seluruh warga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, komite sekolah, guru, karyawan, dan siswa. Visi
dan misi sekolah dirubah dengan tujuan agar seluruh warga sekolah
80
senantiasa menjaga dan melindungi alam dan lingkungannya. Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh SA, selaku kepala sekolah:
“...melalui program ini seluruh warga sekolah diajarkan untuk mencintai dan melindungi alam, mengingat perubahan alam yang semakin parah, sehingga dibutuhkan orang-orang yang mau menjaga dan melindungi alam dan lingkungan hidup”. (SA.30/3/15).
Perubahan visi dan misi sekolah secara langsung membawa nilai
positif bagi seluruh warga sekolah, hal ini disampaikan oleh RB, guru
biologi:
“...Visi dan misi yang dirubah mampu memberikan nilai positif kepada warga sekolah untuk senantiasa menjaga dan melindungi lingkungan serta kebersihan lingkungan, tidak hanya di sekolah saja tetapi juga bisa terbawa di rumah.” (RB.1/4/15).
Visi dan misi SMA Negeri 1 Kasihan diperkenalkan kepada
seluruh warga sekolah dan para tamu sekolah. Sosialisasi visi dan misi
sekolah yang diberikan salah satunya dengan memasang papan visi dan
misi sekolah di lobi sekolah, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha,
ruang kelas, ruang guru, kantin, aula, dan lorong sekolah. Visi dan misi
sekolah yang telah dirubah dan mengandung unsur lingkungan
merupakan salah satu gambaran dan karakter SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul. Selain menjadi gambaran dan karakter sekolah visi dan misi
merupakan dasar dari dibuatnya kebijakan-kebijakan sekolah.
2) Pengembangan Kurikulum Sekolah
Pengembangan program sekolah ramah lingkungan juga
dilakukan melalui pengembangan kurikulum sekolah. Melalui
kurikulum materi lingkungan hidup diintegrasikan ke dalam mata
81
pelajaran yang diajarkan di sekolah, hal tersebut disebabkan karena
sekolah tidak memiliki mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup
(PLH). Hal ini disampaikan oleh P, wakil kepala sekolah bagian
hubungan masyarakat:
“Pendidikan tentang lingkungan kita integrasikan kedalam mata pelajaran yang kami ajarkan. Kalau pendidikan lingkungan hidup tidak ada disini, hanya diintegrasikan saja ke mata pelajaran.” (P.2/415).
Pendidikan lingkungan hidup diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran yang relevan seperti biologi, kimia, fisika, olahraga, serta
mata pelajaran lainnya. Hal lain yang menjadi dasar diintegrasikannya
pendidikan lingkungan hidup ke dalam berbagai mata pelajaran adalah
saat ini sekolah menggunakan kurikulum 2013, berikut penuturan Y,
wakil kepala sekolah bagian kesiswaan:
“Sekolah ini kan sudah menggunakan kurikulum 2013 maka dimasukkan dalam RPP, jadi diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran yang berhubungan dengan lingkungan.” (Y.2/4/15).
Pedidikan Lingkungan Hidup juga diberikan guru di dalam
kelas, selain melalui mata pelajaran pemberian materi pendidikan
lingkungan hidup diintegrasikan melalui kegiatan rutin sebelum
dimulainya proses belajar mengajar di kelas yaitu kondisi kelas harus
dalam keadaan bersih sebelum pelajaran dimulai, jika kelas masih kotor
dan tidak rapi maka guru tidak akan memulai pelajaran. Hal ini
membawa dampak langsung ke siswa untuk tetap menjaga kebersihan
82
dan kerapian di dalam kelas sejak pagi hingga jam pulang sekolah. Hal
ini disampaikan oleh PP, siswa kelas X:
“Piket mbak kalau di kelasku piket dijalankan, kalau kelasku lho, kalau kelas lain saya kurang tahu, piketnya itu biasanya lima sampai enam orang, terus membersihkan kelas, kelas harus bersih dulu sebelum pelajaran dimulai soalnya guru-guru disini tidak mau mengajar jika kelas belum bersih” (PP.11/515). Selain diintegrasikan dalam proses belajar mengajar di kelas,
materi Pendidikan Lingkungan Hidup juga diintegrasikan di luar kelas.
Guru memberikan contoh dalam penerapan pendidikan lingkungan
hidup, hal tersebut terlihat dari aktivitas dan kegiatan guru selama
berada di kawasan sekolah seperti tidak membuang sampah
sembarangan, merawat tanaman, menjaga kebersihan lingkungan dan
lain sebagaianya. Hal ini diungkapkan oleh Y, wakil kepala sekolah
bagian kesiswaan:
“Guru-guru itu harus memberi contoh kepada para siswa, seperti tidak membuang sampah sembarangan, mengambil sampah jika ada sampah yang berserakan, merawat tanaman, ya intinya menjaga kebersihan lingkungan lah...” (Y.2/4/15). Pembelajaran pendidikan tentang lingkungan hidup juga
dikembangkan melalui kegiatan rutin tahunan yang bertemakan
lingkungan hidup. Kegiatan rutin tersebut diselenggarakan setiap
tahunnya untuk memperingati hari lingkungan hidup. Kegiatan yang
diselenggarakan sekolah meliputi lomba mural yang bertema
lingkungan, membuat poster serta membuat puisi. Selain mengadakan
perlombaan yang bertema lingkungan sekolah juga mengadakan
penanaman pohon, penaburan bibit ikan disungai serta pelepasan
83
burung di lingkungan sekolah. Berikut keterangan SA, selaku kepala
sekolah:
“Sekolah mengadakan lomba-lomba yang bertemakan lingkungan ya seperti lomba mural, terus ada lomba membuat poster, menanam pohon diluar sekolah, menabur bibit ikan disungai, pelepasan burung dan lainnya.” (SA.30/3/15).
Kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan oleh sekolah
melibatkan seluruh warga sekolah. Adanya kegiatan-kegiatan yang
sekolah selenggarakan dinilai cukup efektif karena seluruh warga
sekolah berperan secara langsung. Dari hasil observasi dan wawancara
yang diperoleh maka pembelajaran pendidikan lingkungan hidup yang
diberikan kepada siswa dilakukan melalui berbagai cara dan pendekatan
yaitu pelajaran pendidikan lingkungan hidup diintegrasikan ke dalam
berbagai mata pelajaran dan melalui berbagai kegiatan yang sekolah
laksanakan.
3) Pensosialisasian Program Sekolah Ramah Lingkungan
Pengembangan program sekolah ramah lingkungan dilakukan
melalui sosialisasi. Program sekolah ramah lingkungan sebagai
program sekolah disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.
Sosialisasi ini bertujuan untuk mengenalkan program sekolah ramah
lingkungan kepada warga sekolah dan menumbuhkan sikap peduli
untuk senatiasa menjaga dan melindungi lingkungan hidup. Sosialisasi
ini dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui pemasangan spanduk
atau papan yang bertemakan lingkungan di wilayah sekolah. Hal ini
disampaikan oleh RB, guru biologi:
84
“Sosialisasi dilaksanakan pada saat upacara sekolah. Sosialisasi ini diberikan dari para guru. Tujuan dari mengadakan sosialisasi ini agar para siswa senantiasa menjaga lingkungan serta kebersihan baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.” (RB.1/4/15).
Pemberian sosialisasi saat upacara sekolah dinilai efektif dalam
mengenalkan serta mengajak siswa untuk melindungi lingkungan
hidup. Selain itu kegiatan sekolah juga menjadi salah satu cara sekolah
untuk melakukan sosialisasi program sekolah ramah lingkungan.
Sekolah sering mengadakan kegiatan yang memiliki unsur lingkungan.
Melalui kegiatan tersebut sosialisasi program sekolah ramah lingkungan
dinilai cukup efektif karena siswa berperan langsung dalam kegiatan-
kegiatan tersebut. Hal ini disampaikan oleh ZA, siswa kelas XI:
“Emmm guru memberitahu ya, selain dicantumkan di visi misi sekolah biasanya guru juga memberikan sosialisasi, seperti itu mbak. Biasanya juga diadakan kegiatan gitu, kan itu juga merupakan sosialisasi ya langsung sama prakteknya.” (ZA.20/4/15).
Media masa seperti mading sekolah menjadi cara lain yang
sekolah lakukan untuk memberikan sosialisasi program sekolah ramah
lingkungan. SMA Negeri 1 Kasihan memiliki empat mading yang
tersebar di lorong sekolah, taman sekolah, serta masjid. Guru
menugaskan siswa dalam membuat mading untuk menyertakan unsur
lingkungan di dalamnya. Unsur lingkungan dimasukkan ke dalam
mading sekolah agar para siswa yang membuat dan membacanya
senantiasa ingat untuk menjaga dan melindungi lingkungan. Hal ini
85
sebagaimana disampaikan oleh P, wakil kepala sekolah bagian
hubungan masyarakat:
“...siswa juga membuat mading yang bertemakan lingkungan atau ada unsur lingkungan di dalamnya...” (P.2/4/15).
Selain itu Mars SMA Negeri 1 Kasihan memiliki unsur tentang
lingkungan yang dituangkan dalam lirik-liriknya. Melalui Mars sekolah
inilah para guru berpandangan bahwa cara ini dinilai cukup efektif
dalam mengenalkan program sekolah ramah lingkungan. Mars sekolah
dinyanyikan setiap upacara sehingga para siswa senantiasa teringat
untuk selalu menjaga dan melindungi lingkungan hidup. Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh RB, guru biologi:
“...Mars sekolah kami mengandung unsur lingkungan hidup, yang berupa ajakan serta mengingatkan siswa agar selalu ingat untuk melindungi alam dan lingkungan, lirik-liriknya itu ada unsur lingkungan.” (RB.1/4/15).
Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka
sosialisasi program sekolah ramah lingkungan dilaksanakan melalui
upacara sekolah, berbagai macam kegiatan baik dari sekolah maupun
pihak luar sekolah, mading sekolah, serta Mars sekolah.
4) Penggunaan Sumber Belajar/Materi Pelajaran
Sumber belajar menjadi salah satu dari pengembangan program
sekolah ramah lingkungan. Sumber belajar yang digunakan untuk
menunjang pengembangan program sekolah ramah lingkungan di SMA
Negeri 1 Kasihan diperoleh dari banyak sumber, salah satunya adalah
86
melalui mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Hal ini disampaikan
oleh SA, selaku kepala sekolah:
“Kalau untuk sumber belajar kita mengacu pada materi pelajaran seperti biologi, kimia, dan fisika..”(SA.30/3/15). Selain dari berbagai mata pelajaran seperti biologi, kimia, dan
fisika sumber belajar lainnya berasal dari alam dan lingkungan sekolah,
berikut penuturan RB, guru biologi:
“Selain dari mata pelajaran siswa belajar dari lingkungan dan area yang ada di sekolah, lingkungan, taman-taman ini kan anak-anak juga turut memelihara. Pohon-pohon dilengkapi. Disamping lapangan itu kita tanam pohon yang sudah langka. Melalui lingkungan kan anak-anak mampu belajar menyanyangi tanaman.” (RB.1/4/15).
Sumber belajar tidak hanya diperoleh dari mata pelajaran dan
lingkungan sekolah saja seperti taman, pohon, tumbuhan, hewan
melainkan sarana dan fasilitas sekolah yang meliputi buku-buku,
internet, perpustakaan, laboratorium, dan fasilitas penunjang lainnya
juga dijadikan sebagai sumber belajar siswa, hal ini disampaikan oleh
Y, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan:
“Sumbernya ya dari buku-buku, internet, lingkungan sekolah, fasilitas sekolah juga, perpustakaan, laboratorium, ya banyak yang bisa digunakan karena di sekolah ini fasilitasnya cukup lengkap.” (Y.2/4/15). Sekolah menyadari bahwa sumber belajar tidak hanya diperoleh
dari dalam sekolah saja seperti mata pelajaran, alam dan fasilitas
sekolah, melainkan sumber belajar juga dapat diperoleh dari luar
sekolah, hal ini disampaikan oleh P, wakil kepala sekolah bagian
hubungan masyarakat:
87
“Ada studi banding, mentoring..., berbagai narasumber juga kita datangkan, terus juga siswa maupun guru yang pernah ikut lomba tentang lingkungan di luar sekolah juga kita anjurkan untuk memberikan ilmunya kepada para siswa. (P.2/4/15). Sumber belajar dari luar sekolah meliputi studi banding,
mentoring, serta kedatangan narasumber dari luar sekolah. Dari hasil
observasi dan wawancara yang diperoleh maka sumber belajar yang
siswa peroleh meliputi mata pelajaran, lingkungan sekolah, sarana dan
prasarana sekolah, fasilitas sekolah, serta sumber yang berasal dari
pihak luar sekolah.
5) Kerjasama Program Ramah Lingkungan dengan Instansi Lain
Salah satu cara atau strategi yang sekolah lakukan untuk
menyukseskan program sekolah ramah lingkungan yaitu dengan
melakukan kerjasama dengan pihak luar sekolah. Kerjasama tersebut
terdiri dari berbagai macam, salah satunya adanya kerjasama dalam
bidang kesehatan dengan berbagai instansi baik instansi negeri maupun
swasta Hal ini disampaikan oleh P, wakil kepala sekolah bagian
hubungan masyarakat:
“Ada Badan POM, Rumah Sakit Paramita, Palang Merah Indonesia, Rumah Sakit Wirosaban, Puskesmas, Akademi kebidanan, Respati...”(P.2/4/15).
Kerjasama dalam bidang kesehatan dinilai sangat penting untuk
mewujudkan program sekolah ramah lingkungan karena lingkungan
sekolah yang sehat mampu mempengaruhi kinerja serta aktivitas para
warga sekolah. Selain bekerjasama dalam hal kesehatan sekolah juga
melakukan kerjasama dalam pelestarian satwa. Kerjasama tersebut
88
dilakukan dengan dokter hewan, serta peternakan hewan. Hal ini
diungkapkan oleh RB, guru biologi:
“Wah banyak, pernah dengan dokter hewan, siswa diajarkan bagaimana cara beternak hewan, waktu itu pas acara ulang tahun sekolah...” (RB.1/4/15)
Tidak hanya kerjasama dalam bidang kesehatan dan pelestarian
satwa saja, melainkan sekolah juga bekerjasama dalam bidang
lingkungan yaitu dengan Badan Lingkungan Hidup kabupaten dan
provinsi. Kerjasama tersebut berupa pelatihan lingkungan, penyuluhan
serta pemberian bantuan fasilitas sekolah, hal ini disampaikan oleh RB,
guru biologi:
“Terus juga penggilingan daun yang hasilnya itu diberikan kepada warga. Kemudian ada dari Badan Lingkungan Hidup Bantul dan Provinsi mengadakan pendidikan latihan tentang lingkungan untuk para guru serta pemberian fasilitas sekolah berupa tempat sampah terpisah yang diletakkan di semua wilayah sekolah.” (RB.1/4/15).
Kerjasama dalam bidang lingkungan tersebut dinilai sangat
penting karena melalui kerjasama tersebut para guru yang mengikuti
pelatihan tentang lingkungan dapat menyalurkan ilmunya untuk warga
sekolah yang lainnya, selain itu pemberian fasilitas dari pihak Badan
Lingkungan Hidup (BLH) mampu menunjang pengembangan program
sekolah ramah lingkungan. Dari hasil observasi dan wawancara yang
diperoleh maka kerjasama yang sekolah jalin berupa kerjasama dalam
bidang kesehatan, pelestarian satwa, serta kerjasama dalam bidang
lingkungan hidup.
89
6) Partisipasi Warga Sekolah dalam Tingkah Laku Sehari-hari
Partisipasi warga sekolah sangat penting dalam pengembangan
program sekolah ramah lingkungan. Partisipasi warga sekolah
merupakan salah satu penentu dari keberhasilan pengimplementasian
program sekolah ramah lingkungan. Dalam melaksanakan perannya
warga SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki tugasnya masing-
masing, guru bertugas untuk mendidik, membimbing siswa, karyawan
bertugas sesuai dengan tugasnya, sementara siswa turut berperan dalam
menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Berikut penuturan SA, selaku
kepala sekolah:
“Semuanya berperan ya untuk mewujudkan visi sekolah itu, itu kan impian yang harus kita wujudkan ya, jadi guru-guru itu mendidik, membimbing siswa agar mau hidup ramah lingkungan, terus karyawan sekolah menjalankan tugasnya, siswa juga menjaga kebersihan sekolah.” (SA.30/3/15).
Masing-masing warga sekolah diberikan tugasnya agar tujuan
dari adanya program sekolah ramah lingkungan dapat terwujud.
Pembagian tugas dan peran warga sekolah secara langsung mampu
meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Hal ini
disampaikan oleh SI, guru biologi dan wali kelas XII:
“Warga sekolah cukup berperan, warga sekolah kan yang menggunakan fasilitas, sarana prasarana dan lain-lain sehingga produksi sampah juga berasal dari kita sendiri, terjadi pencemaran, oleh sebab itu kita wajib untuk mencari solusi untuk mengatasi pencemaran tersebut ya melalui peran seluruh warga sekolah dalam mengelola sampah itu sendiri.” (SI.6/4/15).
90
Dukungan dari seluruh warga sekolah merupakan salah satu hal
penting dalam terselenggaranya program sekolah ramah lingkungan.
Melalui dukungan dari seluruh warga sekolah maka tujuan dari program
tersebut akan tercapai. Adanya dukungan yang warga sekolah berikan
menjadi salah satu gambaran bahwa warga sekolah memiliki kemauan
untuk menjaga lingkungan.
Wujud dari dukungan tersebut yaitu adanya peran sekolah
kepada masyarakat berupa pembagian pohon, penaburan bibit ikan,
serta pembagian kompos. Hal ini disampaikan oleh SO, wakil kepala
sekolah bagian sarana dan prasarana:
“Sekolah pernah mengadakan penanaman pohon di jalan bugisan, memberikan bantuan pohon kayu sengon ke warga-warga, terus juga pernah melakukan penebaran bibit ikan di kalibayem...” (SO.2/4/15). Selain pembagian pohon dan penebaran bibit ikan di sungai
sekolah juga memberikan pupuk organik yang dihasilkan dari
pengolahan sampah sekolah kepada masyarakat yang berada di sekitar
sekolah. Hal ini disampaikan oleh P, wakil kepala sekolah bagian
hubungan masyarakat:
Pupuk yang dihasilkan dari pengolahan sampah sekolah itu kan buat merawat pohon dan tanaman ya, nah biasanya sisanya itu juga kita bagikan ke warga dekat sini, atau kita kasih ke pohon dan tanaman yang ada di sekitar dekat sekolah...” (P.2/4/15). Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka
peranan warga sekolah meliputi pembagian tugas, adanya kesadaran
91
warga sekolah untuk menjaga lingkungan, dukungan dari seluruh warga
sekolah akan program tersebut, dan peran sekolah kepada masyarakat.
7) Prestasi Sekolah dan Siswa dalam Program Ramah Lingkungan
Prestasi sekolah merupakan salah satu wujud dari berhasilnya
sekolah dalam mengembangkan program sekolah. Keberhasilan
tersebut dapat dilihat dari berbagai macam prestasi yang telah sekolah
raih. Peranan serta dukungan dari seluruh warga sekolah turut menjadi
salah satu faktor sekolah mendapatkan berbagai prestasi dalam bidang
lingkungan. Hal ini disampaikan oleh SO, wakil kepala sekolah bagian
sarana dan prasarana:
“...dulu itu pernah menang juara lomba tentang lingkungan itu sekitar tahun 2012, tingkat kabupaten. Terus juga ini ditunjuk lagi untuk mewakili kabupaten lomba sekolah sehat ya, kira-kira besok september...” (SO.2/4/15). Penunjukan dari dinas pendidikan untuk sekolah mewakili
lomba sekolah sehat juga merupakan salah satu prestasi. Tidak semua
sekolah bisa ditunjuk oleh dinas pendidikan untuk menjadi wakil dalam
mengikuti lomba sekolah sehat. Penunjukan tersebut berdasarkan
potensi yang dimiliki sekolah. SMA Negeri 1 Kasihan ditunuk oleh
dinas pendidikan karena potensi dan kondisi sekolah yang dirasa sesuai
dan memenuhi kriteria untuk mengikuti lomba sekolah sehat. Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh SA, selaku kepala sekolah:
“...ditunjuknya sekolah untuk mewakili lomba sekolah sehat juga menjadi prestasi untuk sekolah.” (SA.30/3/15).
92
Selain prestasi tersebut sekolah juga mempunyai prestasi lain
yang telah siswa peroleh. Keberhasilan siswa dalam memperoleh
prestasi di bidang lingkungan hidup tidak terlepas dari peran sekolah.
Prestasi yang siswa peroleh berupa penelitian tentang lingkungan hidup
yaitu pelestarian satwa dan lingkungan yang memperoleh juara 1
tingkat DIY pada Juni 2011, serta juara 1 tingkat nasional pada Oktober
2011, berikut penuturan RB, guru biologi:
“siswa juga menjuarai lomba tentang penelitian lingkungan, penelitian siswa mengenai efek dari renovasi gedung-gedung tinggi diteliti dampak ke lingkungannya seperti apa, itu sudah dua kali menjadi juara.” (RB.1/4/15).
Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka
prestasi sekolah dan siswa yang sudah diperoleh berupa prestasi dalam
bidang lingkungan hidup, sekolah sehat serta prestasi yang siswa dapat
dalam pelestarian satwa dan lingkungan. Berbagai macam prestasi yang
telah sekolah dapatkan menjadi salah satu bukti keberhasilan sekolah
dalam menjalankan program sekolah ramah lingkungan.
8) Pelaksanaan Peraturan Sekolah dalam Bentuk Lisan (Konvensi
Warga Sekolah)
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul belum memiliki peraturan
tertulis dalam bidang lingkungan secara umum. Peraturan sekolah
dalam bidang lingkungan hidup hanya berupa peraturan lisan. Namun
walaupun hanya dalam bentuk peraturan lisan para siswa mengetahui
adanya peraturan tersebut. Hal ini disampaikan oleh ZA, siswa kelas
XI:
93
”Tahu sih mbak, ya seperti tidak boleh membuang sampah sembarangan, hemat air, merawat taman sekolah, pohon, dan tanaman lainnya, terus juga tidak boleh merokok. (ZA.20/4/15).
Akan tetapi belum semua siswa mematuhi peraturan yang
sekolah milliki. Hal ini terjadi karena beberapa siswa beranggapan
bahwa ada sebagian peraturan yang mereka anggap terlalu mengekang.
Hal ini disampaikan oleh LAP, siswa kelas XI dan anggota OSIS:
“Tahu, dulu itu sebenarnya ada tapi gak dipatuhi oleh siswanya, ya karena siswanya ya gitu itu, namanya remaja kan mbak enggak mau ada peraturan yang terlalu mengekang.” (LAP.20/4/15).
Namun tidak semua siswa melakukan pelanggaran. Sebagian
besar siswa memiliki karakter yang cukup baik terutama dalam menjaga
lingkungan dan kebersihan. Berikut penuturan SA, selaku kepala
sekolah:
“Karakter siswa disini cukup baik, walaupun belum semua siswa sadar akan pentingnya kebersihan sekolah tetapi tidak ada siswa yang melanggar peraturan sekolah yang terhitung berat...”(SA.30/3/15)
Sekolah juga belum memiliki sanksi atau hukuman tertulis jika
ada siswa yang melakukan pelanggaran. Sanksi atau hukuman hanya
berupa peringatan lisan maupun teguran lisan yang guru berikan. Selain
teguran dari guru, teguran lain muncul dari siswa lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa selain menjadi kelebihan siswa juga mempunyai
kesadaran bahwa menjaga lingkungan itu sangat penting untuk
dilakukan. Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka
dapat diketahui bahwa sekolah belum memiliki peraturan tertulis dalam
94
hal lingkungan hidup, peraturan hanya berbentuk peraturan lisan, selain
itu sanksi yang sekolah berikan hanya berupa teguran.
9) Peranan Organisasi Sekolah dalam Program Ramah
Lingkungan
Dalam mengembangkan program sekolah ramah lingkungan,
peran organisasi sekolah sangat dibutuhkan. SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul memiliki beberapa organisasi yang aktif di sekolah, namun tidak
semua organisasi tersebut bergerak di bidang lingkungan hidup.
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan organisasi siswa
terbesar di sekolah. OSIS turut berperan dalam pengembangan program
sekolah ramah lingkungan. Hal ini disampaikan oleh LAP, siswa kelas
XI dan anggota OSIS:
“Mengadakan sosialisasi, terus kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ramah lingkungan seperti mengadakan lomba-lomba gitu.” (LAP.20/4/15).
Akan tetapi belum semua siswa mengetahui peranan dari
organisasi sekolah, khususnya siswa kelas X. Hal tersebut terjadi karena
organisasi sekolah belum mengadakan kegiatan tentang lingkungan.
Hal ini disampaikan oleh YP, siswa kelas X:
“Kurang tahu sih mbak, soalnya kelasku belum pernah diberikan misal penyuluhan atau sosialisasi dari organisasi yang ada di sekolah.” (YP.11/5/15).
Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka dapat
diketahui bahwa organisasi sekolah turut serta dalam melakukan
sosialisasi program sekolah ramah lingkungan, namun sosialisasi
95
tersbut dirasa kurang maksimal karena belum semua siswa mengetahui
peran organisasi sekolah dalam hal lingkungan hidup.
e. Pengembangan Kegiatan Program Sekolah Ramah Lingkungan
Untuk mengembangkan kegiatan program sekolah ramah
lingkungan maka sekolah memiliki tugas untuk membina, mendidik,
mengarahkan, dan memberi contoh implementasi sikap ramah lingkungan
dalam kegiatan sehari-hari di sekolah sehingga siswa dapat memiliki dan
menerapkan sikap ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan-kegiatan yang sekolah laksanakan terdiri dari kegiatan yang
diadakan oleh sekolah sebagai penyelenggara dan kegiatan yang sekolah
ikuti dengan pihak luar sekolah sebagai penyelenggara.
1) Kegiatan Sekolah sebagai Penyelenggara Program Sekolah
Ramah Lingkungan
Kegiatan yang diadakan sekolah sebagai penyelenggara yaitu
adanya budaya tanam pohon. Kegiatan tanam pohon tersebut
dilaksanakan melalui tugas yang sekolah berikan untuk para siswa.
Masing-masing siswa membawa satu tanaman baik itu tanaman toga
maupun tanaman hias untuk ditanam di lingkungan sekolah. Hal ini
diungkapkan oleh SA, selaku kepala sekolah:
“Siswa sekolah ditugaskan untuk membawa satu tanaman untuk ditanam di lingkungan sekolah, jenis tanaman berupa toga dan tanaman hias...” (SA.30/3/15)
Tanaman toga dan tanaman hias yang siswa bawa diletakkan di
depan kelas, taman sekolah, sudut sekolah serta lorong-lorong sekolah.
96
Tanaman-tanaman tersebut dirawat oleh para siswa. Masing-masing
tanaman diberi nama dan kelas. Selain itu sekolah juga mengadakan
tanam pohon dan penebaran bibit ikan di wilayah luar sekolah. Hal
serupa diungkapkan oleh SO, wakil kepala sekolah bagian sarana dan
prasarana:
“Sekolah pernah mengadakan penanaman pohon di jalan Bugisan, memberikan bantuan pohon kayu sengon ke warga-warga, terus juga pernah melakukan penebaran bibit ikan di kalibayem...” (SO.2/4/15). Selain budaya tanam pohon, sekolah juga mengadakan kegiatan
untuk memperingati hari lingkungan. Kegiatan ini meliputi lomba
desain poster lingkungan, mural lingkungan, debat tentang lingkungan.
Hal ini disampaikan oleh RB, guru biologi:
“...siswa menggambar mural di tembok samping lapangan, tema muralnya tentang lingkungan. Kemudian siswa diberi tugas untuk membuat poster, gambar-gambar dan lain sebagainya tentu dengan tema lingkungan...” (RB.1/4/15)
Tidak hanya kegiatan tahunan saja yang sekolah selenggarakan,
melainkan para siswa juga melakukan kegiatan rutin sehari-hari yaitu
piket kelas. Masing-masing kelas memiliki daftar kelompok piket yang
terdiri dari lima hingga enam siswa. Aktifitas yang siswa lakukan
berupa menyapu kelas, menyiapkan meja dan kursi guru, menyiapkan
LCD dan proyektor, membuang sampah kelas serta mengambil absen di
ruang tata usaha. Berikut penuturan PP, siswa kelas X dan ketua kelas:
“Piket mbak kalau dikelasku piket dijalankan, kalau kelasku lho, kalau kelas lain saya kurang tahu, piketnya itu biasanya lima sampai enam orang, terus membersihkan kelas, kelas harus
97
bersih dulu sebelum pelajaran dimulai soalnya guru-guru disini tidak mau mengajar jika kelas belum bersih.” (W10.11/5/15).
Adanya kelompok-kelompok piket pada setiap masing-masing
kelas mencerminkan bahwa para siswa turut serta dalam menjaga
kebersihan sekolah. Selain siswa, kegiatan rutin dilakukan oleh petugas
kebersihan. Kegiatan ini meliputi perawatan taman, pohon, pengolahan
sampah, dan kegiatan kebersihan lainnya. Selain merawat dan
membersihkan taman, kegiatan lainnya adalah pengolahan sampah,
berikut penuturan E, petugas kebersihan sekolah:
“...disini kan ada penggilingan daun, jadi dari teman-teman kan ada yang nyapu...nanti sampah yang plastik-plastik dan kertas dibuang di bak sampah sana, kecuali yang masih bisa untuk dijual kaya botol aqua, botol plastik, kertas ya semacam itu, kemudian disendirikan untuk dijual kan bisa, kemudian sampah organik itu dimasukkan ke komposter yang nantinya jadi pupuk. Terus yang untuk daun-daun, ranting, langsung ditampung disana itu ya paling enggak sekitar dua hari baru digiling.” (E.5/5/15).
Hasil dari pengolahan sampah tersebut selanjutnya digunakan
untuk merawat pohon dan tanaman di wilayah sekolah. Hasil dari
pengomposan tersebut digunakan untuk pupuk pohon dan tanaman
yang ada di wilayah sekolah, berikut penuturan E, petugas kebersihan
sekolah:
“...Biasanya hasil dari pengolahan sampah itu disebar dipohon dan tanaman ya seperti dikasih di pot-pot, pohon kecil dan pohon besar itu. Sampai sekarang sih komposter masih rutin diajalankan ya...” (E.5/5/15)
Namun tidak semua sampah dapat diolah di sekolah, oleh sebab
itu sampah yang tidak dapat diolah tersebut dijual atau dibuang ke
98
tempat pembuangan akhir, berikut penuturan E, petugas kebersihan
sekolah:
“... Terus memilah sampah sesuai jenisnya itu untuk dijual serta membuang sampah yang tidak bisa kami olah ke tempat pembuangan akhir, kan tidak bisa ya semua sampah kami olah. Disini kan ada mobil pengangkut sampah milik sendiri, nah sampah yang tidak bisa kami olah itu dibuang ke tempat pembuangan akhir di daerah Piyungan Bantul. Dari sekolah langsung ke tempat pembuangan akhir sampah, biasanya tiga hari sekali, tidak harus nunggu penuh, pokoknya tiga hari sekali harus dibuang, itu rutin dilakukan, tapi jika dua hari saja bak sampah sudah penuh ya harus dibuang, kan dipandang tidak enak itu jika dipandang kok banyak sampah numpuk.” (E.5/5/15)
Sampah-sampah yang masih memiliki nilai ekonomis dijual,
sementara sampah yang tidak bisa diolah dibuang ke tempat
pembuangan akhir. SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki mobil
pengangkut sampah sendiri sehingga tidak perlu harus menunggu dari
dinas kebersihan, hal tersebut membawa keuntungan sekolah. Adanya
mobil pengangkut sampah milik sekolah menjadi cerminan bahwa
budaya kebersihan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul sangat dijunjung.
2) Kegiatan Sekolah dengan Pihak Luar Sekolah sebagai
Penyelenggara Kegiatan Program Sekolah Ramah Lingkungan
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul juga mengikuti kegiatan yang
diadakan oleh pihak luar. Kegiatan tersebut yaitu sekolah mengikuti
pelatihan yang diadakan baik dari Badan lingkungan hidup maupun
Perguruan Tinggi. Hal ini disampaikan oleh SO, wakil kepala sekolah
bagian sarana dan prasarana:
99
“...sekolah mengikuti sosialisasi tentang green school, terus juga dulu itu sama Universitas Gadjah Mada tentang tes karbondioksida. (SO.2/4/15).
Selain itu guru-guru yang mengikuti pelatihan juga ditunjuk
menjadi salah satu fasilitator lingkungan hidup nasional, sebagaimana
diungkapkan oleh Y, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan:
“.....guru ditunjuk sebagai fasilitator lingkungan hidup nasional.” (Y.2/4/15)
Selain adanya pelatihan yang sekolah ikuti, siswa juga
mengikuti lomba pelestarian satwa dan lingkungan baik tingkat DIY
hingga tingkat nasional. Berikut penuturan RB, guru biologi:
“siswa juga menjuarai lomba tentang penelitian lingkungan, penelitian siswa mengenai efek dari renovasi gedung-gedung tinggi diteliti dampak ke lingkungannya seperti apa, itu sudah dua kali menjadi juara.” (RB.1/4/15).
Kegiatan yang sekolah ikuti lainnya yaitu lomba sekolah sehat.
Hal ini diungkapkan oleh SA, selaku kepala sekolah:
“...sekolah juga mengikuti lomba sekolah sehat, sekarang ini sekolah juga mau mengikuti lomba sekolah sehat lagi...” (SA.30/3/15). Penunjukan sekolah untuk mengikuti lomba sekolah sehat sudah
yang ke dua kalinya, penunjukkan tersebut berdasarkan potensi dan
sumber daya yang dimiliki oleh sekolah sehingga sekolah pantas untuk
mewakili lomba sekolah sehat. Dari hasil observasi dan wawancara
yang diperoleh maka kegiatan sekolah dengan pihak luar sekolah
meliputi pelatihan dan penyuluhan tentang lingkungan hidup, serta
100
perlombaan lingkungan hidup yaitu lomba sekolah sehat dan lomba
pelestarian satwa dan lingkungan tingkat DIY dan tingkat nasional.
3) Upaya Sekolah dalam Pelaksanaan Kegiatan Program Sekolah
Ramah Lingkungan
Agar kegiatan-kegiatan tersebut berjalan lancar maka sekolah
memiliki upaya-upaya yang dilakukan untuk memaksimalkan jalannya
kegiatan tersebut. Upaya yang sekolah lakukan meliputi pembinaan,
sosialisasi program dan peningkatan sarana prasarana yang sekolah
miliki. Berikut penuturan SA, selaku kepala sekolah:
“Ya kita programkan kegiatan apa kegiatan bersih-bersih, melakukan pembinaan ya seperti pembinaan UKS, Kantin, kesehatan remaja, melakukan sosialisasi kepada warga sekolah, dan menjalin kerjasama dengan pihak luar itu. (SA.30/3/15).
Sekolah melakukan pemberdayaan dari program tersebut, siswa
didampingi oleh guru, serta diajarkan untuk mencintai dan melindungi
lingkungan sekitar melalui kegiatan-kegiatan yang sekolah
selenggarakan. Selain mengadakan pembinaan, pihak sekolah
melakukan sosialisasi program, sebagaimana diungkapkan oleh RB,
guru biologi:
“...Terus ya kita tetap memberikan sosialisasi ya kepada siswa, mendidik, membina dan mengarahkan siswa untuk mencintai lingkungan. (RB.1/4/15). Selain itu penyediaan dan peningkatan sarana prasarana sekolah
juga dilakukan seperti menyediakan taman sekolah, tempat sampah
terpisah, washtafel, komposter serta fasilitas penunjang lainnya. hal ini
disampaikan oleh SI, guru biologi dan wali kelas XII:
101
“Sekolah menyediakan sarana prasarana seperti bak sampah yang terdiri dari beberapa jenis, terdapat wastafel di setiap depan kelas, terus penghematan listrik, air dan lainnya ya (SI.6/4/15).
Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka upaya
yang sekolah lakukan dalam pelaksanaan program sekolah ramah
lingkungan meliputi pembinaan, sosialisasi program serta peningkatan
sarana prasarana dan fasilitas sekolah.
f. Pengembangan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pendukung Ramah Lingkungan
Pengelolaan dan pengembangan sarana dan prasarana pendukung
sekolah ramah lingkungan terdiri dari dua standar yaitu, ketersediaan
sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan dan peningkatan
kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah
lingkungan.
1) Ketersediaan Sarana Prasarana Pendukung yang Ramah
Lingkungan
a) Penyediakan sarana prasarana untuk mengatasi
permasalahan lingkungan hidup di sekolah
Penyediakan sarana prasarana untuk mengatasi
permasalahan lingkungan hidup di sekolah meliputi tersedianya
sarana prasarana yang mengatasi permasalahan lingkungan
hidup di sekolah seperti air bersih, penyediaan tempat sampah
terpisah, komposter, serta ruang terbuka hijau.
102
(1) Air Bersih
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki tempat
penampungan air bersih yang dialirkan ke kamar mandi, kolam
ikan, wastafel, kran, mushola, laboratorium, kantin, serta
ruangan lain yang membutuhkan air bersih. Hal ini
disampaiakan oleh E, petugas kebersihan sekolah:
“Iya, disana dekat ruang guru itu ada tempat untuk air bersih ya, nanti terus air bersih itu kan dialirkan ke ruangan yang butuh air seperti kantin, laboratorium, kamar mandi dan yang diluar itu seperti taman, kolam, wastafel dan lainnya.” (E.5/5/15)
Penampungan air bersih dirawat oleh petugas
kebersihan sekolah. Adanya penampungan air bersih tersebut
dapat mempermudah dalam pemenuhan air bersih di seluruh
sudut-sudut sekolah yang memerlukan air bersih.
(2) Sampah (Penyediaan Tempat Sampah Terpisah,
Komposter)
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki banyak tempat
sampah terpisah yang tersebar di seluruh kawasan sekolah.
Tempat sampah terdiri dari 3 jenis yaitu untuk sampah organik,
sampah plastik dan kaca, serta sampah kertas. Masing-masing
tempat sampah tersebar di beberapa tempat seperti halaman
depan sekolah, taman sekolah, serta area kelas. Penempatan
tempat sampah di banyak tempat secara langsung mengajarkan
kepada siswa bagaimana membuang sampah sesuai dengan
103
jenis sampahnya. Hal ini disampaikan oleh P, wakil kepala
sekolah bagian hubungan masyarakat:
“Sekolah kami memiliki tiga jenis tempat sampah ya, yang warna hijau itu untuk sampah organik, terus yang warna merah untuk sampah plastik dan kaca, terus yang warna kuning itu untuk sampah kertas. Kami tempatkan tempat sampah itu dibeberapa tempat, tapi ada juga yang kita pisah, jadi enggak jadi satu gitu, kita pisah misalnya dekat kolam ada tempat sampah untuk kertas terus yang dekat tangga ada tempat sampah organik, begitu.” (P.2/4/15) Dalam pengolahannya, sampah organik akan diolah
menjadi pupuk dengan menggunakan alat komposter dan alat
penggilingan sampah, sampah yang masih memiliki nilai
ekonomis akan dijual, dan sampah yang tidak bisa diolah dan
tidak memiliki nilai ekonomis maka sampah tersebut akan
dibuang di tempat pembuangan akhir sampah yang berada di
Piyungan Bantul.
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul tidak hanya memiliki
fasilitas berupa tempat sampah yang lengkap tetapi juga
memiliki alat untuk pengelolaan sampah yaitu berupa alat
komposter dan alat penggilingan sampah. Komposter
ditempatkan di taman sekolah sementara alat penggilingan
sampah ditempatkan di dekat tempat pembuangan akhir
sampah sekolah. Hal ini diungkapkan oleh SA, selaku kepala
sekolah:
104
“...kemudian untuk menanggulangi sampah kita gunakan komposter dan alat penggilingan sampah...” (SA.30/3/15). Selain adanya tempat sampah terpisah dan alat
penggilingan sampah, sekolah juga memiliki mobil pengangkut
sampah, hal ini disampaikan oleh E, petugas kebersihan
sekolah:
“...Disini kan ada mobil pengangkut sampah milik sendiri, nah sampah yang tidak bisa kami olah itu dibuang ke tempat pembuangan akhir di daerah Piyungan Bantul. Dari sekolah langsung ke tempat pembuangan akhir sampah, biasanya tiga hari sekali, tidak harus nunggu penuh, pokoknya tiga hari sekali harus dibuang, itu rutin dilakukan, tapi jika dua hari saja bak sampah sudah penuh ya harus dibuang, kan dipandang tidak enak itu jika dipandang kok banyak sampah numpuk.” (E.5/5/15)
Sampah-sampah yang dihasilkan dari sekolah
selanjutnya akan dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah
di daerah Piyungan Bantul. Dengan adanya mobil pengangkut
sampah yang sekolah miliki maka sekolah tidak perlu harus
menunggu mobil dinas kebersihan untuk mengangkut sampah
sekolah.
b) Penyediakan sarana prasarana untuk mengatasi
permasalahan lingkungan hidup di sekolah
Penyediakan sarana prasarana untuk mengatasi
permasalahan lingkungan hidup di sekolah hal tersebut terlihat
dengan tersedianya sarana prasarana pendukung pembelajaran
lingkungan hidup yang meliputi pengomposan, pemanfaatan dan
105
pengelolaan air, hutan/taman/kebun sekolah, green house, toga,
kolam ikan, dan biopori.
(1) Pengomposan
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memanfaatkan sampah
yang berada di sekolah untuk diolah menjadi kompos. Proses
pengomposan tersebut dengan cara memilah sampah apa saja
yang cocok untuk diolah. Sampah organik yang berupa daun-
daunanlah yang nantinya akan diolah menjadi pupuk, proses
pengolahan tersebut menggunakan dua alat yaitu komposter
dan alat penggilingan sampah. Berikut penuturan E, petugas
kebersihan sekolah:
“...kemudian sampah organik itu dimasukkan ke komposter yang nantinya jadi pupuk. Terus yang untuk daun-daun, ranting, langsung ditampung disana itu ya paling enggak sekitar dua hari baru digiling.” (E.5/5/15).
Hasil dari pengomposan tersebut selanjutnya digunakan
untuk pupuk tanaman dan pohon yang berada di wilayah
sekolah. Sebagaimana disampaikan oleh SO, wakil kepala
seoklah bagian sarana dan prasarana:
“Melalui bak sampah itu, sampah kan sudah disendirikan ya sesuai dengan jenis sampahnya, lalu sampah tersebut dipilih dan diolah menjadi kompos yang nantinya kompos tersebut digunakan untuk memupuk tanaman-tanaman yang ada di taman atau lingkungan yang lainnya itu...” (SO.2/4/15).
Dengan adanya alat pengolahan sampah yang berupa
komposter dan alat penggilingan sampah, maka sekolah
106
mampu memproduksi pupuk sendiri sehingga sekolah tidak
perlu mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk di luar.
(2) Pemanfaatan dan Pengelolaan Air
Pemanfaatan dan pengelolaan air di sekolah
dilaksanakan semaksimal mungkin dengan melibatkan warga
sekolah seperti petugas kebersihan, pemanfaatan dan
pengolahan air dilakukan dengan cara penghematan dan
pemantauan seluruh tempat yang terdapat saluran air. Berikut
penuturan E, petugas kebersihan sekolah:
“..mematikan air.. kalau misalnya dibagian laboratorium biologi airnya penuh kan kita harus mematikan, gak boleh ada pemborosan, kita harus peduli...” (SO.5/5/15).
Selain itu pihak sekolah juga memasang papan
himbauan di wilayah sekolah seperti kamar mandi, tempat
wudhu, taman serta kantin sekolah. Papan himbauan tersebut
berisi himbauan agar warga sekolah hanya menggunakan air
seperlunya. Hal ini disampaikan oleh E, petugas kebersihan
sekolah:
“...makanya ada poster atau papan himbauan berupa himbauan untuk menghemat air.” (E.5/5/15).
Selain petugas kebersihan, siswa juga turut serta dalam
pengelolaan air. Siswa memiliki tugas untuk memantau jentik-
jentik nyamuk di kamar mandi, kolam, air mancur serta tempat
107
penampungan air lainnya. Berikut penuturan P, wakil kepala
sekolah bagian hubungan masyarakat:
“...siswa juga diajarkan untuk memantau jentik-jentik nyamuk baik di kamar mandi, kolah ikan, air mancur maupun sumber-sumber air lainnya...”(P.2/4/15).
Pemantauan jentik-jentik nyamuk dilaksanakan agar
kesehatan warga sekolah tetap terjaga. Dari hasil observasi dan
wawancara yang diperoleh maka pemanfaatan dan pengelolaan
air meliputi penghematan air, pemasangan papan himbauan,
dan pemantauan jentik-jentik nyamuk di tempat penampungan
air.
(3) Pemanfaatan dan Pengelolaan Hutan/Taman/Kebun
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki tiga taman
yang terletak di halaman tengah sekolah, dan dua di wilayah
laboratorium. Pengelolaan dan perawatan taman dikerjakan
oleh petugas kebersihan sekolah. Perawatan taman tersebut
meliputi penanaman tanaman, menyiram, menyapu dan
membersihkan sampah yang ada di taman. Berikut penuturan
E, petugas kebersihan sekolah:
“saya berangkat dari rumah jam 05.30 WIB, sampai sekolah langsung menyapu bagian tengah, tengah itu halaman sekolah...pekerjaannya itu banyak sekali dari motongi tanaman, menyiram, menghias taman, waahhh macam-macam pokoknya...”(E.5/5/15)
Selain petugas kebersihan sekolah, merawat taman juga
menjadi tugas para siswa, hal tersebut dilakukan agar muncul
108
kesadaran dari para siswa untuk menjaga dan merawat
tumbuhan, hal ini disampaikan oleh RB, guru biologi:
“....dari lingkungan dan area yang ada di sekolah, lingkungan, taman-taman ini kan anak-anak juga turut memelihara. Taman dan lahan kosong dilengkapi dengan pohon dan tanaman hias. Disamping lapangan itu kita tanam pohon yang sudah langka seperti pohon kepel, manggis, mundu dan lain-lain. Melalui lingkungan kan anak-anak mampu belajar menyanyangi tanaman. (RB.1/4/15).
Kondisi taman sekolah yang dilengkapi dengan fasilitas
seperti gazebo dan wifi dimanfaatkan para guru dan siswa
sebagai tempat yang nyaman untuk belajar dan berdiskusi.
Dari hasil obervasi dapat terlihat beberapa gazebo nampak
dipenuhi oleh para siswa dan guru. Hal ini disampaikan oleh
SA, selaku kepala sekolah:
“...kita juga gunakan taman sebagai tempat belajar siswa...” (SA.30/3/15).
Selain adanya fasilitas berupa gazebo dan wifi, taman
sekolah yang luas dan asri juga dijadikan sebagai tempat untuk
pelestarian hewan, sebagaimana diungkapkan oleh ES, petugas
kebersihan sekolah:
“...ada pelestarian hewan, ya salah satunya burung, sekolah dulu memiliki empat sangkar burung yang ditempatkan ditaman sekolah, ada burung kutilang dan sejenisnya tapi burungnya banyak yang lepas karena celah sangkarnya terlalu lebar, kurang rapat. Terus sekarang diganti ayam, ayam kate. Pemberian hewan tersebut untuk memberikan suasana yang lebih asri di sekolah, kan jadinya enggak sepi ya...” (ES.5/5/15).
109
Pelestarian hewan tersebut telah dilaksanakan sejak
lama. Saat jam-jam tertentu ayam yang berada di sangkar akan
dikeluarkan dan dibiarkan berkeliaran di taman sekolah. Selain
itu pohon-pohon besar yang ada di taman terdapat banyak
sarang burung, hal tersebut mampu menambah suasana asri.
(4) Tanaman Obat Keluarga (Toga)
Sekolah memberikan tugas kepada siswa untuk
membawa tanaman ke sekolah. Tanaman yang dibawa siswa
terdiri dari dua jenis yaitu, tanaman obat keluarga (toga) dan
tanaman hias. Berikut penuturan P, wakil kepala sekolah
bagian hubungan masyarakat:
“...pengadaan tanaman obat keluarga (toga) juga, akan tetapi tidak semua siswa mengumpulkan tanaman obat keluarga (toga), hanya sebagian atau perwakilan, kalau semua siswa bawa ya sekolah belum mempunyai tempat yang cukup, siswanya kan banyak...” (P.2/4/15).
Tanaman obat keluarga (toga) yang siswa bawa tidak
hanya ditempatkan pada satu tempat saja, melainkan tanaman-
tanaman tersebut ditempatkan di setiap sudut-sudut sekolah
yaitu depan kelas, sudut sekolah, taman serta lorong-lorong
sekolah. Hal ini disampaikan oleh P, wakil kepala sekolah
bagian hubungan masyarakat:
“...Jadi kalo di sekolah kami penempatan tanaman obat keluarga (toga) tidak hanya satu square saja, melainkan kita sebar di kawasan sekolah. (P.2/4/15).
110
Selain itu sekolah juga memiliki tempat khusus untuk
menyimpan obat dari tanaman obat keluarga (toga) yang
diletakkan di taman belakang laboratorium sekolah yang diberi
nama “Toga layanan mandiri, kotak resep obat tradisional”.
Adanya layanan tersebut mencerminkan bahwa tanaman obat
keluarga (toga) yang ada di sekolah dimanfaatkan dengan baik.
(5) Biopori
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki beberapa
biopori yang dibuat di wilayah sekolah. Biopori tersebut berisi
udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Hal ini diungkapkan
oleh SA, selaku kepala sekolah:
“...untuk air ya disekolah kan ada resapan ya seperti biopori ada juga parit atau selokan sekolah..” (SA.30/3/15).
Manfaat dibuatnya biopori yaitu mampu mencegah
banjir, digunakan sebagai tempat pembuangan sampah
organik, menyuburkan tanaman dan meningkatkan kualitas air
tanah, sehingga jika turun hujan halaman sekolah tidak akan
muncul genangan. Hal ini disampaikan oleh SI, guru biologi
dan wali kelas XII:
“...manfaat adanya biopori banyak yaa saluran dan peresapan air hujan tetap lancar, tidak ada genangan akibat turun hujan...” (SI.6/4/15).
Biopori dibuat di beberapa sudut sekolah, tujuan dari
dibuatnya biopori adalah agar saat turun hujan wilayah sekolah
111
tidak terdapat genangan. Selain sekolah juga memiliki parit,
keadaan dari parit sekolah sangat bersih, tidak ada sampah dan
saat turun hujan aliran air di parit lancar.
2) Peningkatan Kualitas Pengelolaan dan Pemanfaatan Sarana
Prasarana Ramah Lingkungan
Peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan
prasarana yang ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
diimplementasikan dalam empat hal yaitu, memelihara sarana dan
prasarana sekolah yang ramah lingkungan, meningkatkan pengelolaan
dan pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah, memanfaatkan listrik, air
dan ATK secara efisien, dan meningkatkan kualitas pelayanan kantin
sehat dan ramah lingkungan.
a) Memelihara Sarana Prasarana Sekolah yang Ramah
Lingkungan mencakup terpeliharanya tiga sarana dan
prasarana yang ramah lingkungan sesuai fungsinya, yaitu:
(1) Ruang Memiliki Pengaturan Cahaya dan Ventilasi
Udara Secara Alami
Semua ruangan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
memiliki ventilasi udara secara alami. Setiap ruang kelas
memiliki dua AC, akan tetapi AC hanya akan dinyalakan
setelah jam 09.00 WIB. Setiap pagi semua jendela di ruang
kelas sengaja dibuka agar udara segar dari luar dapat masuk,
berikut penuturan SI, guru biologi dan wali kelas XII:
112
“...jadi kalau pagi jendela ruangan di buka sehingga pemanfaatan udara di lingkungan sekolah dapat dimaksimalkan...” (SI.6/4/15).
Letak sekolah yang berada jauh dari jalan raya serta
kondisi taman sekolah yang terawat membuat udara yang ada
di lingkungan sekolah masih sangat segar. Hal ini diungkapkan
oleh P, wakil kepala sekolah bagian hubungan masyarakat:
“....jadi kalau jam-jam pagi kita hanya menggunakan udara yang dari luar, kan kalau pagi udara masih segar disini, apalagi letak sekolah kan berada di dalam kampung jadi jauh dari jalan raya...” (P.4/4/15).
Letak sekolah yang berada jauh dari jalan raya dan
adanya taman sekolah yang luas menjadikan udara yang berada
di wilayah sekolah sangat sejuk, bahkan ketika siang hari
suasana sekolah tidak terasa panas, hal ini membuat para siswa
nyaman belajar di sekolah.
(2) Pemeliharaan dan Pengaturan Pohon Peneduh dan
Penghijauan.
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki pohon-pohon
besar yang tersebar di wilayah sekolah. Sudut-sudut sekolah
tidak dibiarkan kosong begitu saja, terdapat tanaman hias dan
toga yang diletakkan di sudut-sudut sekolah, hal ini bertujuan
agar pemanfaatan pekarangan kosong di sekolah dapat
dimanfaatkan dengan maksimal. Berikut penuturan SA, selaku
kepala sekolah:
113
“...Ramah lingkungan dengan pohon atau alam semesta, oleh karenanya sekolah ya banyak pohon-pohonnya seperti hutan itu, menanam sama menebang itu harus seimbang ya, kalau menebang satu pohon maka harus bawa satu pohon, artinya kan hilang satu ya berganti satu, jadi tidak akan habis. Kalau bisa pekarangan itu jangan sampai kosong...” (SA.30/3/15).
Selain itu siswa ditugaskan untuk membawa dan
merawat tanaman yang ada di sekolah, berikut penuturan SA,
selaku kepala sekolah:
“...Siswa sekolah ditugaskan untuk membawa satu tanaman untuk ditanam di lingkungan sekolah..” (SA.30/3/15).
Pemeliharaan dan pengaturan pohon peneduh dan
penghijaun yang dilakukan sekolah terlihat dari banyaknya
pohon-pohon besar yang tumbuh di area sekolah. Pohon-pohon
tersebut tidak hanya berada di taman saja melainkan tersebar di
seluruh wilayah sekolah.
(3) Menggunakan Paving Block
Halaman SMA Negeri 1 Kasihan Bantul terdiri dari
tanah dan paving block. Seluruh halaman kecuali taman dan
lapangan menggunakan paving block. Penggunaan paving
block bertujuan agar air hujan dapat meresap dengan baik
sehingga tidak ada genangan yang dihasilkan dari air hujan
tersebut.
114
b) Pemanfaatkan listrik, air dan ATK secara efisien
Pemanfaatkan listrik, air dan ATK secara efisien dilakukan
di sekolah. Sekolah semaksimal mungkin melakukan penghematan
penggunaan listrik yiatu dalam penggunaan AC ruangan, AC hanya
akan dinyalakan setelah pukul 09.00 WIB. Hal ini disampaikan
oleh P, wakil kepala sekolah bagian hubungan masyarakat:
“...hemat energi seperti menghemat listrik, contohnya dalam penggunaan AC di semua ruangan, AC baru dinyalakan setelah jam 9 pagi...” (P.2/4/15)
Selain itu penghematan air juga dilakukan melalui
perawatan dan pemantauan air, hal ini disampaikan oleh SA,
selaku kepala sekolah:
“...jika ada kran air bocor maka segera diganti agar air tidak terbuang sia-sia, ya menghemat sumberdaya ya air digunakan jika perlu saja..” (SA.30/3/15).
Selain listrik dan air, sisa kertas yang masih layak untuk
digunakan maka harus digunakan kembali. Pihak sekolah juga
menempelkan papan atau stiker himbauan untuk menghemat
sumberdaya di semua wilayah sekolah. Berikut penuturan Y, wakil
kepala sekolah bagian kesiswaan:
“...Kita tempelkan poster-poster untuk menghemat air, listrik dan lainnya gunanya agar para warga sekolah sadar untuk senantiasa menjaga dan menghemat sumberdaya ya..”(Y.2/4/15).
Poster dan papan himbaun ditempelkan di beberapa
wilayaah sekolah seperti kamar mandi, tempat wudhu, kantin,
taman dan ruangan lainnya. Sebagaian poster yang ditempelkan
115
adalah hasil karya siswa. Penempelan papan himbaun tersebut
dilakukan agar warga sekolah ingat untuk menghemat air, listrik
dan kertas.
c) Peningkatan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah
lingkungan
(1) Kantin Tidak Menjual Makanan/Minuman yang
Mengandung Bahan Pengawet/Pengenyal, Pewarna,
Perasa yang Tidak Sesuai dengan Standar Kesehatan.
Kantin SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki tata
tertib untuk penjual, salah satunya adalah dilarang
menggunakan zat-zat yang membahayakan kesehatan
(pengawet, pewarna, penyedap, dll). Tata tertib kantin sudah
dibuat sejak tahun 2011. Hal ini disampaikan oleh E, penjual
makanan:
“sekarang kantin pindah disini baru ada tata tertib itu, ya sekitar tahun 2011, tata tertib tersebut untuk pengunjung dan penjual. Peraturannya itu tidak boleh menjual makanan yang mengandung pengawet, pewarna gitu jadi makanan yang kami buat tidak ada yang menggunakan bahan-bahan itu” (E.4/6/15).
Tata tertib tersebut mengatakan bahwa penjual tidak
boleh menggunakan bahan pengawet, pewarna, penyedap
sehingga penjual makanan di kantin tidak menggunakan bahan
makanan tersebut. Selain membuat tata tertib kantin, pihak
dinas pendidikan dan pihak sekolah memantau bagaimana
kondisi kantin sekolah, berikut penuturan E, penjual makanan:
116
“Ada, dulu itu yang dari kabupaten juga ada, pas kalau mau lomba sekolah sehat, nah waktu lomba sekolah sehat kantin juga ikut andil. Kalau yang mengontrol dari sekolah itu ada bu Sri Hidayati, beliau sering kesini, sama bu Panca, terus ada juga mbak dari TU sekolah, dan dari Puskesmas. (E.4/6/15).
Pihak sekolah mengontrol makanan, kebersihan, sarana
prasarana kantin, dan lain sebagainya. Berikut penuturan E,
penjual makanan:
“Biasanya itu dicek, ditanya bagaimana lancar tidak, menunya bagaimana, makanannya, kebersihannya, sarananya, terus kekompakan, kan kantin harus kompak ya mbak. Kepala sekolah juga ngecek, datang kesini tanya-tanya bagaimana lancar tidak. Biasanya ada juga yang ngeceknya itu tiba-tiba datang, seperti puskesmas itu.” (E.4/6/15).
Adanya kontrol yang dilakukan oleh pihak sekolah dan
pihak luar sekolah merupakan salah satu cara sekolah untuk
mempertahankan dan meningkatkan kantin sekolah yang sehat.
Para penjual makanan mendukung penuh adanya peraturan dan
tata tertib kantin sekolah.
(2) Kantin Tidak Menjual Makanan yang Tercemar/
Terkontaminasi, Kadaluwarsa.
Kebersihan kantin dan makanan yang dijual di kantin
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul sangat dijaga, mulai dari tempat
hingga cara pengolahan makanan. Berikut penuturan E, penjual
makanan:
“Biasanya jenis makanan, jenis-jenis makanan apa saja yang dijual, tempat serta cara pengolahan...kalau yang juru masak diusahakan pakai kerudung agar rambutnya itu gak jatuh ke makanan...minuman harus minuman
117
mineral juga, kebersihn lingkungan sekitar kantin juga, tata cara, menunya apa saja, begitu.” (E.4/6/15)
Kebersihan makanan dan minuman yang dijual harus
dijaga, asal makanan tersebut hingga tanggal produksi dari
makanan yang dijual. Berikut penuturan E, penjual makanan:
“Kebersihan makanan itu kami jaga ya, harus tahu darimana makanan ini berasal, maksudnya yang titip snack gitu kita hrus tahu benar, terus kita harus ngecek tanggal kadaluarsa makanan atau minuman kemasan...” (E.4/6/15)
Selain itu sampah yang dihasilkan oleh kantin dikelola
dengan baik, tempat sampah diletakkan di dalam dan di luar
kantin. Sampah dipisahkan berdasarkan jenisnya. Berikut
penuturan RB, guru biologi:
“...sampah dari kantin itu juga dikelola ya dipisahkan sesuai jenisnya, kan kantin sehat jadi harus diusahakan selalu bersih.” (RB.14/15)
Kebersihan kantin sekolah sangat dijaga mulai dari
makanan hingga kebersihan tempat. Hal tersebut terlihat dari
kondisi kantin sekolah yang bersih dan tertata rapi baik dari
cara penjual menyajikan makanan hingga meja dan kursi
pengunjung sehingga makanan yang dijual tidak tercemar dan
terkontaminasi.
118
(3) Kantin Tidak Menjual Makanan yang Dikemas tidak
Ramah Lingkungan, Seperti: Plastik, Styrofoam,
Aluminium foil.
Dalam menjual makanan para penjual makanan di
kantin masih menggunakan plastik untuk tempat makanan. Hal
ini diungkapkan oleh E, penjual makanan di kantin:
“kalau kemasan makanan itu ada yang menggunakan plastik, tapi tidak semua makanan dikemas pakai plastik, hanya gorengan dan snack saja, lainnya pakai piring atau mangkok” (E.4/6/15)
Penggunaan plastik untuk kemasan makanan
dikarenakan penjual belum memiliki solusi untuk mengganti
palstik tersebut, sebagaimana disampaikan oleh E, penjual
makanan di kantin:
“Belum tau mau mengganti plastik dengan apa, tapi hanya plastik ya tidak ada aluminium foil dan styrofoam.” (E.4/6/15).
Dalam menjual makanan masih dijumpai beberapa
plastik yang digunakan untuk membungkus makanan. Pihak
sekolah belum memiliki solusi untuk mengganti plastik
tersebut, hanya saja plastik yang dihasilkan dari kantin tetap
dimasukkan ke dalam tempat sampah yang sesuai dengan
jenisnya.
g. Evaluasi Program Sekolah Ramah Lingkungan
Evaluasi program sekolah ramah lingkungan dilakukan secara terus
menerus dan berkelanjutan. Evaluasi program sekolah ramah lingkungan
119
dilakukan dengan mengadakan rapat rutin serta pertemuan yang diadakan
setiap minggu, tri wulan, semester dan tahunan. Rapat diadakan untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan program sekolah ramah lingkungan
tersebut. Berikut penuturan SA, selaku kepala sekolah:
“Evaluasi kita adakan setiap minggu ya melalui rapat maupun pertemuan, dari pertemuan tersebut kita bahas apa saja program yang sudah berjalan dan yang belum berjalan, apa saja kendalanya, kemudian kita cari solusi bersama-sama.” (SA.30/3/15).
Evaluasi dilaksanakan secara rutin sehingga dapat diketahui
jalannya program dan kendala dari program tersebut. Dari rapat tersebut
dapat diketahui bahwa terdapat beberapa kegiatan sekolah yang terhenti,
namun kegiatan lainnya masih terus berjalan dengan baik. Berikut
penuturan SA, selaku kepala sekolah:
“...Sejauh ini ada beberapa kegiatan yang terhenti, namun masih banyak kegiatan yang rutin dilaksanakan.” (SA.30/3/15).
Adanya beberapa kegiatan yang terhenti membuat pelaksanaan
program sekolah ramah lingkungan kurang maksimal. Dalam rapat rutin
tersebut sekolah juga membahas solusi untuk mengatasi kendala dalam
pelaksanaan program sekolah ramah lingkungan, sebagaimana
diungkapkan oleh SO, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana:
“Dievaluasi ya apa program dan kegiatannya sudah berjalan apa belum, kalau selama ini sih ada beberapa program yang sudah tidak berjalan lagi. Biasanya dirapatkan rutin, melaporkan mana saja kegiatan yang sudah berjalan dan belum, terus baru dicari pemecahannya...” (SO.2/4/15).
Berdasarkan uraian mengenai evaluasi program sekolah ramah
lingkungan, dapat diambil beberapa kesimpulan. Pertama, evaluasi
120
diadakan rutin setiap minggu, tri wulan, semester dan tahunan. Kedua,
berdasarkan hasil evaluasi yang telah pihak sekolah rutin laksanakan
terdapat beberapa kegiatan sekolah yang terhenti sehingga dalam
pelaksanaannya dirasa kurang maksimal.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Sekolah Ramah
Lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
Dalam implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA
Negeri 1 Kasihan Bantul terdapat dua macam faktor yang menjadi
pendukung dan penghambat pelaksanaan program sekolah ramah
lingkungan. Faktor-faktor tersebut yakni faktor internal yang berasal dari
dalam sekolah dan faktor eksternal yang berasal dari luar sekolah.
a. Faktor Pendukung Implementasi Program Sekolah Ramah
Lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
Berikut ini peneliti menjabarkan faktor internal dan faktor
eksternal yang menjadi pendukung dalam pengimplementasian program
sekolah ramah lingkungan.
1) Faktor Internal
a) Sarana dan Prasarana Sekolah yang Lengkap
Adanya sarana dan prasarana sekolah yang lengkap menjadi
salah satu faktor pendukung implementasi program sekolah ramah
lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Hal ini diungkapkan
oleh E, petugas kebersihan sekolah:
121
“Kalau faktor pendukung ya banyak ya, ada sarana prasarana sekolah yang lengkap, fasilitas untuk menunjang program ini juga lengkap...”(E.5/5/15). Dengan adanya sarana dan prasarana sekolah yang lengkap
membuat para siswa betah dan nyaman berada di lingkungan sekolah.
Guru dan siswa dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang
sekolah sediakan untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah.
Hal ini diungkapkan oleh Y, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan:
“...terus sarana dan prasarana disini juga cukup lengkap ya jadi para guru dan siswa itu merasa nyaman berada di sekolah.” (Y.2/4/15).
Sarana dan prasarana yang sekolah miliki berupa taman
sekolah yang luas yang dilengkapi dengan gazebo, wifi, wastafel,
tempat sampak, komposter, kolam ikan, sangkar burung, mading dan
lain sebagainya sehingga membuat warga sekolah merasa nyaman
berada di wilayah sekolah.
b) Partisipasi Warga Sekolah dalam Tingkah Laku Sehari-hari
Selain sarana dan prasarana fasilitas sekolah yang lengkap,
faktor internal lainnya yang menjadi penentu keberhasilan program
sekolah ramah lingkungan adalah adanya partisipasi seluruh warga
sekolah dalam tingkah laku sehari-hari. Warga sekolah baik itu kepala
sekolah, guru, karyawan hingga siswa turut berpartisipasi dalam
pengimplementasian program sekolah ramah lingkungan. Berikut
penuturan SA, selaku kepala sekolah:
“Semuanya berperan ya untuk mewujudkan visi sekolah itu, itu kan impian yang harus kita wujudkan ya, jadi guru-guru itu
122
mendidik, membimbing siswa agar mau hidup ramah lingkungan, terus karyawan sekolah menjalankan tugasnya, siswa juga menjaga kebersihan sekolah.” (SA.30/3/15).
Peran warga sekolah ditunjukkan dari dukungan yang diberikan
oleh warga sekolah terhadap program sekolah ramah lingkungan.
Warga sekolah menyadari bahwa program tersebut haruslah mendapat
dukungan sepenuhnya agar tujuan dari program sekolah ramah
lingkungan dapat tercapai. Hal ini disampaikan oleh Y, wakil kepala
sekolah bagian kesiswaan:
“Seluruh warga sekolah dilibatkan baik dari kepala sekolah, guru, siswa serta seluruh karyawan sekolah. Sekolah kan harus memiliki dukungan ya dari seluruh warga sekolah untuk menyukseskan program ini.” (Y.2/4/15).
Selain memberikan dukungan terhadap program sekolah ramah
lingkungan, warga sekolah menyadari bahwa mereka harus memiliki
soslusi dari permasalahan lingkungan yang ada di sekolah. Warga
sekolah merasa bertanggungjawab terhadap lingkungan sekolah karena
mereka menyadari bahwa merekalah salah satu penghasil sampah yang
ada di sekolah.
2) Faktor Eksternal
a) Pelatihan dari Luar Sekolah tentang Lingkungan Hidup
Pelatihan tentang lingkungan hidup yang diberikan dari pihak
luar sekolah menjadi salah satu faktor eksternal dalam keberhasilan
program sekolah ramah lingkungan. Hal ini sebagaimana disampaikan
oleh Y, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan:
123
“...seperti perwakilan sekolah mengikuti diklat PLH, kemudian ada pelatihan-pelatihan dari pihak luar, ada juga sosialisasi...” (Y.2/4/15). Salah satu pelatihan yang sekolah terima dari pihak luar adalah
adanya pelatihan yang diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup
(BLH). Hal ini sebagiamana disampaikan oleh RB, guru biologi:
“...ada dari Badan Lingkungan Hidup Bantul dan Provinsi mengadakan pendidikan latihan tentang lingkungan untuk para guru...” (RB.1/4/15)
Pelatihan dari pihak luar sekolah sangat membantu dalam
peningkatan kualitas sumberdaya sekolah khususnya guru, hal tersebut
mampu meningkatkan kompetensi dan keahlian para guru dalam
bidang lingkungan hidup, selanjutnya para guru yang sudah
berkompeten dapat memberikan ilmunya untuk para warga sekolah.
b) Dana dan Bantuan Sarana dan Prasarana Sekolah
Dana merupakan salah satu faktor pendukung dalam
implementasi program sekolah ramah lingkungan. Dana digunakan
untuk pengembangan program, pengembangan kegiatan program, serta
pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana ramah
lingkungan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh P, wakil kepala
sekolah bagian hubungan masyarakat:
“...terus ada dana juga baik dari luar maupun dari anggaran sekolah sendiri.” (P.2/4/15).
Hal serupa juga diungkapkan oleh Y, wakil kepala sekolah
bagian kesiswaan:
124
“...sekolah kami juga memperoleh bantuan dana dari pemerintah untuk pengembangan sekolah ya, apalagi sekolah kita kan akan mewakili lomba sekolah sehat, jadi sekolah kami mendapatkan dukungan salah satunya adanya bantuan dana tersebut.” (Y.2/4/15)
Selain dana yang sekolah peroleh dari pihak luar, sekolah juga
mendapatkan bantuan berupa sarana dan prasarana. Tidak semua
sarana dan prasarana yang ada di sekolah berasal dari sekolah sendiri,
melainkan terdapat sarana dan prasarana dari pihak luar sekolah.
Hal senada diungkapkan oleh Y, wakil kepala sekolah bagian
kesiswaan:
“...Badan Lingkungan Hidup kabupaten Bantul dan provinsi juga seperti memberikan pelatihan maupun pemberian beberapa tempat sampah...”(Y.2/4/15)
Pemberian bantuan sarana dan prasarana oleh Badan
Lingkungan Hidup (BLH) berupa tempat sampah tersebut bertujuan
agar kebersihan sekolah tetap terjaga, selain itu dengan adanya tempat
sampah terpisah warga sekolah diajarkan bagaimana cara
mengklasifikasikan sampah sesuai jenisnya, sehingga dengan
pembiasaan warga sekolah membuang sampah sesuai tempatnya maka
kebiasaan tersebut akan terbawa dan menjadi suatu budaya yang baik.
c) Kerjasama Program Ramah Lingkungan dengan Pihak Luar
Sekolah
Sementara faktor pendukung lainnya adalah adanya kerjasama
yang sekolah lakukan dengan pihak luar. Sebagaimana diungkapkan
oleh SO, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana:
125
“...jadi kerjasamanya dengan pihak luar sekolah itu ada dan kerjasama tersebut masih berjalan hingga sekarang...”(SO.2/4/15). Kerjasama yang sekolah lakukan dengan pihak luar terdiri dari
berbagai bidang kerjasama yaitu dalam bidang kesehatan, hal ini
disampaikan oleh SA, selaku kepala sekolah:
“Setiap hari senin dan rabu itu ada dokter dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terus dari rumah sakit, puskesmas juga...”(SA.30/3/15). Dokter dari Universsitas Gadjah Mada dan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta bertugas untuk memantau kesehatan para
warga sekolah. Warga sekolah yang ingin memeriksakan kesehatannya
ataupun hanya berkonsultasi dapat datang ke UKS sekolah. Selain
bekerjasama dalam hal kesehatan sekolah juga melakukan kerjasama
dalam pelestarian satwa. Hal ini diungkapkan oleh RB, guru biologi:
“Wah banyak, pernah dengan dokter hewan, siswa diajarkan bagaimana cara beternak hewan, waktu itu pas acara ulang tahun sekolah...” (RB.1/4/15)
Tidak hanya kerjasama dalam bidang kesehatan dan pelestarian
satwa saja, melainkan sekolah juga bekerjasama dalam bidang
lingkungan, hal ini disampaikan oleh RB, guru biologi:
“...Terus juga penggilingan daun untuk dijadikan kompos yang hasilnya itu diberikan kepada warga di lingkungan sekolah...” (RB.1/4/15).
Kompos yang sekolah hasilkan dibagikan ke warga sekitar
sekolah. Selain membagikan kompos ke masyarakat, kerjasama dalam
bidang lingkungan lainnya yaitu datang dari para alumni SMA Negeri
126
1 Kasihan Bantul, bentuk kerjasama tersebut yaitu berupa penanaman
pohon baik di dalam maupun di luar sekolah.
Tabel 5. Ringkasan Faktor Pendukung Program Sekolah Ramah Lingkungan
No Faktor Faktor Pendukung
1. Internal a. Sarana dan prasarana sekolah yang lengkap
b. Partisipasi warga sekolah dalam tingkah laku
sehari-hari
2. Eksternal a. Pelatihan tentang lingkungan hidup dari pihak
luar sekolah
b. Dana dan bantuan sarana prasarana sekolah
c. Kerjasama program ramah lingkungan dengan
pihak luar sekolah
b. Faktor Penghambat Implementasi Program Sekolah Ramah
Lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
Dalam menjalankan suatu program tidak selamanya program
tersebut berjalan dengan lancar, terdapat beberapa faktor penghambat
dalam pelaksanaan program. Terdapat dua faktor yang menjadi
penghambat dari pengimplementasian program sekolah ramah lingkungan
di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul, kedua faktor tersebut yakni faktor
internal dan faktor eksternal.
127
1) Faktor Internal
a) Kurangnya Kesadaran Beberapa Warga Sekolah
Suatu program sekolah ramah lingkungan tidak akan berjalan
lancar tanpa adanya kesadaran dari warga sekolah untuk menjaga dan
melindungi lingkungan hidup. Hal inilah yang menjadi salah satu
faktor penghambat dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Sebagaimana
disampaikan oleh P, wakil kepala sekolah bagian hubungan
masyarakat:
“Kalau faktor penghambatnya yang pertama itu kesadaran warga sekolahnya ya, maksudnya peranannya, kadang sadar tapi kadang kembali melakukan hal seperti itu lagi...” (P.2/4/15).
Belum semua warga sekolah menjaga dan melindungi
lingkungan sekolah, beberapa warga masih melakukan pelanggaran
seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, serta tidak merawat
tanaman. Sulitnya beberapa warga sekolah untuk menjalankan budaya
bersih menjadi salah satu cerminan akan kurangnya kesadaran dari
sebagian warga sekolah. Hal ini diungkapkan oleh Y, wakil kepala
sekolah bagian kesiswaan:
“Faktor penghambat yaaaa budaya bersih masih sulit untuk dilakukan, beberapa siswa juga belum sadar akan pentingnya kebersihan...”(Y.2/4/15).
Hal tersebut juga diungkapkan oleh SO, wakil kepala sekolah
bagian sarana dan prasarana:
128
“...kalau faktor penghambatnya juga ada, sumber daya manusianya ya, seperti budaya hidup bersih itu masih agak sulit ya...”(SO.2/4/15)
Terciptanya budaya bersih di sekolah merupakan salah satu
gambaran dari adanya kesadaran warga sekolah untuk menjaga
lingkungan hidup, jika hal tersebut belum tercipta maka tujuan dari
program sekolah ramah lingkungan belum maksimal.
b) Belum Adanya Peraturan dan Sanksi Secara Tertulis
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul belum memiliki peraturan
tertulis dalam bidang lingkungan hidup secara umum. Peraturan
sekolah dalam bidang lingkungan hidup hanya berupa peraturan lisan.
Belum adanya peraturan secara tertulis membuat beberapa siswa
melakukan perbuatan yang kurang baik terhadap lingkungan.
Adanya siswa yang melanggar peraturan lisan tersebut hanya
akan diberikan teguran saja oleh para guru. Belum ada sanksi tegas
dalam pelanggaran yang siswa lakukan. Hal ini sebagaimana
disampaikan oleh ZA, siswa kelas XI:
“Sanksi apa ya, paling cuma ditegur saja sih soalnya kan siswa-siswanya juga tidak pernah melakukan pelanggaran yang fatal ya, jadi cuma ditegur aja sih mbak.” (ZA.20/5/15).
Selain dari siswa penuturan yang sama juga diungkapkan oleh
Y, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan:
“Biasanya sih langsung kita tegur, agar siswa sadar akan kesalahannya...” (Y.2/4/15).
Belum adanya peraturan dan sanksi yang tegas membuat
beberapa siswa masih melakukan pelanggaran. Teguran yang diberikan
129
oleh guru maupun sesama siswa masih dirasa kurang tegas karena
beberapa siswa masih melakukan pelanggaran. Belum adanya
peraturan dan sanksi tertulis inilah yang menjadi tujuan dari program
sekolah ramah lingkungan belum dapat tercapai dengan maksimal.
c) Beberapa Kegiatan Sekolah Terhenti
Suatu program sekolah ramah lingkungan tidak akan berjalan
lancar tanpa adanya kegiatan-kegiatan yang dijalankan di sekolah. Hal
inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat dalam implementasi
program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.
Berbagai macam kegiatan dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan merupakan hal penting untuk mewujudkan tujuan dari
program tersebut, akan tetapi beberapa kegiatan di SMA Negeri 1
Kasihan sudah tidak berjalan lagi. Hal ini disampaikan oleh SA, selaku
kepala sekolah:
“...Sejauh ini ada beberapa kegiatan yang terhenti, namun masih banyak kegiatan yang rutin dilaksanakan.” (SA.30/3/15).
Terhentinya beberapa kegiatan tersebut mengakibatkan
program sekolah ramah lingkungan kurang berjalan dengan maksimal.
Berikut penuturan RB, guru biologi:
“...ada beberapa kegiatan yang sudah tidak dilaksanakan lagi, tetapi kagiatan yang lainnya masih tetap berjalan seperti biasanya, jadi kurang maksimal saja.” (RB.1/4/15). Beberapa kegiatan yang sudah tidak berjalan meliputi jumat
bersih, pengkaplingan taman, serta lomba kebersihan kelas. Walaupun
tidak semua kegiatan di sekolah terhenti, namun adanya beberapa
130
kegiatan yang terhenti membuat pelaksanaan dari program sekolah
ramah lingkungan dirasa kurang maksimal.
2) Faktor Eksternal
a) Karakter dan Latar Belakang warga sekolah yang Berbeda
Karakter dan latar belakang warga sekolah yang berbeda
menjadi faktor eksternal dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan. Beberapa siswa memiliki karakter yang berbeda, hal ini
terlihat dari perilaku yang siswa lakukan di sekolah, terutama dalam
menjaga lingkungan. Berikut penuturan LAP, siswa kelas XII dan
anggota OSIS:
“...dari teman-temannya begitu mbak, ya masih suka membuang sampah tidak pada tempatnya...”(LAP.20/4/15).
Karakter dan latar belakang siswa yang berbeda menyebabkan
sulitnya membiasakan siswa untuk hidup bersih dan menjaga
lingkungan. Hal ini disampaikan oleh PP, siswa kelas X, dan ketua
kelas:
“Kesulitannya...dalam mengkoordinir teman-teman itu ada yang susah, misalkan dalam piket, terus mengurus kelas gitu, tapi hanya beberapa saja.” (PP.11/5/15).
Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka dapat
diketahui bahwa karakter siswa yang berbeda terlihat dari perilaku
siswa saat berada di sekolah, belum semua siswa menjaga kebersihan
sekolah, masih ada beberapa siswa yang membuang sampah tidak pada
tempatnya serta belum semua siswa menjalankan tugas piketnya.
131
Tabel 6. Ringkasan Faktor Penghambat Implementasi Program Sekolah Ramah
Lingkungan
No Faktor Faktor Penghambat
1. Internal a. Kurangnya kesadaran beberapa warga sekolah
b. Belum adanya peraturan dan sanksi yang tertulis
c. Beberapa kegiatan sekolah terhenti
2. Eksternal a. Karakter dan latar belakang siswa yang berbeda
c. Solusi dalam Menghadapi Faktor Penghambat Program
Solusi diperlukan untuk mengatasi faktor penghambat dalam
implementasi program sekolah ramah lingkungan. SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul memiliki beberapa solusi dalam mengatasi faktor penghambat
tersebut, yaitu sekolah mengadakan pertemuan dan rapat. Pertemuan dan
rapat diadakan secara rutin untuk membahas kendala-kendala apa saja
dalam mennjalankan program tetrsebut. Hal ini disampaikan oleh RB,
guru biologi:
“Sekolah mengadakan pertemuan setiap hari senin setelah upacara untuk membahas program mana saja yang belum maksimal, kemudian dicari solusinya.” (RB.1/4/15).
Pertemuan da rapat tersebut melibatkan kepala sekolah, guru serta
dewan sekolah. Selain diadakannya pertemuan dan rapat rutin, solusi lain
adalah menanamkan kebersamaan dan kepedulian terhadap program
sekolah ramah lingkungan. Berikut penuturan P, wakil kepala sekolah
bagian hubungan masyarakat:
132
“Solusinya yang pertama yaitu menanamkan kebersamaan, keharmonisan, kepedulian, kegotongroyongan juga perlu, mengingat hal-hal itu sangat penting untuk diterapkan. Jika hal tersebut tidak diterapkan maka program tidak akan pernah jalan...” (P.2/4/15).
Solusi dalam mengatasi faktor penghambat lainnya yaitu melalui
sosialisasi agar warga sekolah mampu hidup bersih dan menjaga
lingkungan hidup. Hal ini disampaikan oleh Y, wakil kepala sekolah
bagian kesiswaan:
“Diingatkan, siapa saja yang melihat harus mengingatkan, mengadakan sosialisasi tentang hidup bersih dan menjaga lingkungan, melalui poster-poster, slogan, tugas-tugas sekolah, dan tindakan nyata berupa kegiatan-kegiatan tadi itu.” (Y.2/4/15).
Setiap warga sekolah memiliki tugas untuk mengingatkan warga
sekolah yang lain untuk menjaga lingkungan sekolah. Sosialisasi
dilakukan melalui poster, slogan, papan himbauan, tugas serta kegiatan
yang memiliki unsur lingkungan. selain itu menjalin dan mempertahankan
kerjasama dalam bidang lingkungan merupakan salah satu cara sekolah
dalam mengatasi faktor penghambat program. Berikut penuturan P, wakil
kepala sekolah bagian hubungan masyarakat:
“...menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta. (P.2/4/15).
Solusi-solusi yang sekolah lakukan bertujuan agar faktor
penghambat program tersebut dapat teratasi serta program sekolah ramah
lingkungan dapat berjalan dengan baik agar tujuan dari program tersebut
dapat tercapai. Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka
solusi dalam meghadapi faktor penghambat yaitu melalui rapat rutin,
133
menanamkan kebersamaa dan kepedulian, sosialisasi, serta menjalain dan
mempertahankan kerjasama dalam bidang lingkungan hidup.
B. Pembahasan
1. Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan di SMA Negeri 1
Kasihan Bantul
a. Implementasi Program Menurut Edward
Keberhasilan implementasi kebijakan atau program akan
ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel
tersebut saling berhubungan satu sama lain. Menurut teori George C.
Edwards III (1980) terdapat empat variabel yang mempengaruhi proses
implementasi kebijakan atau program yaitu komunikasi, sumberdaya,
disposisi, struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut saling berhubungan
(Subarsono 2008: 90).
Komunikasi dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul dilakukan melalui sosialisasi
program, rapat rutin, serta evaluasi program. Sosialisasi program sekolah
ramah lingkungan dilakukan agar warga sekolah mengetahui isi serta
tujuan dari program sekolah ramah lingkungan.
Sosialisasi program tersebut dilakukan dengan berbagai cara yaitu
melalui pemasangan papan visi dan misi serta saat upacara dan kegiatan-
kegiatan sekolah. Melalui kegiatan tersebut sosialisasi program sekolah
ramah lingkungan dinilai cukup efektif karena siswa berperan secara
langsung dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
134
Sumberdaya merupakan salah satu variabel penting dalam
implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1
Kasihan. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia,
sumberdaya dana maupun sarana prasarana. Pelatihan tentang lingkungan
hidup yang guru ikuti mampu meningkatkan kompetensi dan keahlian para
guru.
Selain itu adanya kerjasama sekolah dengan pihak luar tentang
lingkungan hidup mampu meningkatkan kompetensi dan keahlian warga
sekolah. Dana merupakan salah satu sumberdaya yang sekolah miliki.
Dana tersebut berasal dari sekolah dan dari luar sekolah. Dana digunakan
untuk pengembangan program, pengembangan kegiatan program, serta
pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana ramah lingkungan.
Adanya kemauan, keinginan, dan kecenderungan para warga
sekolah untuk melaksanakan program sekolah ramah lingkungan terlihat
dari kemauan warga sekolah dalam menjalankan program sekolah ramah
lingkungan. Warga sekolah memiliki kemauan dan keinginan untuk
melindungi serta mengelola lingkungan hidup, hal tersebut dituangkan
dalam visi dan misi sekolah.
Visi dan misi sekolah dirubah dengan tujuan agar seluruh warga
sekolah senantiasa menjaga dan melindungi alam dan lingkungannya.
Selain itu warga sekolah memberikan dukungan sepenuhnya agar tujuan
dari program sekolah ramah lingkungan dapat tercapai. Adanya dukungan
yang diberikan oleh seluruh warga sekolah dalam menjalankan program
135
sekolah ramah lingkungan menjadi cerminan bahwa warga sekolah
memiliki kemauan dan keinginan untuk melindungi lingkungan hidup.
Struktur birokrasi dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan mencakup struktur organisasi, pembagian kewenangan, tugas,
peran dan lain sebagainya. Warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru,
karyawan hingga siswa turut berperan dalam pengimplementasian program
sekolah ramah lingkungan. Warga sekolah menjalankan tugas dan
peranannya masing-masing agar tujuan dari program sekolah ramah
lingkungan dapat terwujud.
b. Kebijakan Pendidikan dan Program Sekolah Ramah Lingkungan
Program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul merupakan wujud dukungan sekolah terhadap kebijakan
pendidikan tentang sekolah berwawasan lingkungan. Dalam implementasi
program sekolah ramah lingkungan terdapat tiga tataran yang berkaitan
dengan kebijakan pendidikan, yaitu pada tataran makro, meso dan mikro.
Pada tataran makro sekolah bekerjasama dalam program ramah
lingkungan dengan beberapa instansi seperti Dinas pendidikan, Badan
Lingkungan Hidup (BLH), Puskesmas, Dokter, Rumah Sakit serta instansi
lain yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Kerjasama tersebut
terdiri dari kerjasama dalam bidang kesehatan, kerjasama dalam
pelestarian satwa, kerjasama dalam bidang lingkungan yang berupa
penyuluhan dan pelatihan lingkungan hidup, serta pemberian bantuan
sarana dan prasarana penunjang program sekolah ramah lingkungan.
136
Pada tataran meso sekolah bekerjasama dalam program ramah
lingkungan dengan masyarakat yaitu dengan para penjual makanan yang
berada di kantin. Kantin SMA Negeri 1 Kasihan Bantul menyandang
predikat sebagai kantin sehat. Dalam pengelolaan kantin sehat sekolah
melakukan banyak upaya yaitu membuat tata tertib untuk penjual dan
pengunjung, adanya komunikasi antara pihak sekolah dengan para penjual
makanan melalui pemantauan dan kontrol rutin, serta pengelolaan sampah
yang dihasilkan dari kantin sekolah
Pada tahapan mikro sekolah mempunyai kebijakan untuk merubah
visi dan misi sekolah yang pada awalnya visi dan misi sekolah tidak
memiliki unsur lingkungan hidup kemudian diubah sehingga memiliki
unsur lingkungan. Perubahan visi dan misi sekolah melibatkan kepala
sekolah, komite sekolah, serta para guru. Visi dan misi sekolah yang telah
dirubah dan mengandung unsur lingkungan merupakan salah satu
gambaran dan karakter SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.
c. Sejarah Program Sekolah Ramah Lingkungan
Program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul bermula pada tahun 2009. Pada tahun 2009 SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul ditunjuk oleh Dinas Pendidikan sebagai salah satu sekolah yang
berwawasan lingkungan. Penunjukan tersebut dilakukan berdasarkan
kondisi dan potensi sekolah yang memenuhi kriteria untuk dijadikan
sebagai salah satu sekolah berwawasan lingkungan di Kabupaten Bantul.
137
Selain potensi yang sekolah miliki yaitu berupa lingkungan, taman,
sumberdaya serta potensi pendukung lainnya, hal lain yang menjadi awal
mula program sekolah ramah lingkungan ini berdiri adalah pihak sekolah
mendukung kebijakan dinas pendidikan untuk menciptakan sekolah yang
berwawasan lingkungan.
Berdasarkan penunjukan tersebut, maka sekolah mempunyai
kesadaran bahwa sekolah mempunyai peranan penting dalam menjaga dan
melindungi lingkungan, kesadaran tersebut tertuang dalam Visi dan misi
sekolah yang mengandung unsur perlindungan terhadap lingkungan hidup.
Program sekolah ramah lingkungan memiliki tujuan yang sangat penting.
Melalui program tersebut sekolah mengharapkan agar tercipta warga
sekolah yang berkualitas baik secara emosional, intelektual, spriritual, dan
sosialnya.
d. Pengembangan Program Sekolah Ramah Lingkungan
Pengembangan program sekolah ramah lingkungan dilakukan
dengan cara merubah visi dan misi sekolah dengan memasukkan unsur
lingkungan di dalamnya, sekolah mensosialisasikan visi dan misi sekolah
tersebut kepada seluruh warga sekolah, mengintegrasikan ramah
lingkungan pada mata pelajaran antara lain untuk contoh dan tugas siswa,
penggunaan sumber belajar/materi pelajaran, kerjasama program ramah
lingkungan dengan pihak luar sekolah, partisipasi warga sekolah dalam
tingkah laku sehari-hari, prestasi sekolah dan siswa dalam program ramah
138
lingkungan, pelaksanaan peraturan sekolah, serta partisipasi organisasi
sekolah.
Pada awalnya visi dan misi yang dibuat oleh sekolah tidak
memiliki unsur lingkungan hidup. Untuk menciptakan sekolah yang
berbudaya lingkungan maka SMA Negeri 1 Kasihan mulai mengubah visi
sekolah menjadi Bertaqwa, Berprestasi, Berkepribadian dan Ramah
Lingkungan, untuk mewujudkan visi sekolah ramah lingkungan tersebut
maka misi sekolah yaitu membina, mendidik, mengarahkan, dan memberi
contoh implementasi sikap ramah lingkungan dalam kegiatan sehari-hari di
sekolah sehingga siswa dapat memiliki dan menerapkan sikap ramah
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Perubahan visi dan misi sekolah ini melibatkan kepala sekolah,
komite sekolah serta guru. Sasaran dari kebijakan perubahan visi dan misi
sekolah yaitu seluruh warga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, komite sekolah, guru, karyawan, dan siswa. Visi dan misi
sekolah dirubah dengan tujuan agar seluruh warga sekolah senantiasa
menjaga dan melindungi alam dan lingkungannya. Perubahan visi dan misi
sekolah secara langsung membawa nilai positif bagi seluruh warga
sekolah.
Visi dan misi SMA Negeri 1 Kasihan diperkenalkan kepada
seluruh warga sekolah dan para tamu sekolah. Sosialisasi visi dan misi
sekolah yang diberikan salah satunya dengan memasang papan visi dan
misi sekolah di lobi sekolah, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang
139
kelas, ruang guru, kantin, aula, dan lorong sekolah. Visi dan misi sekolah
yang telah dirubah dan mengandung unsur lingkungan merupakan salah
satu gambaran dan karakter SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Selain menjadi
gambaran dan karakter sekolah visi dan misi merupakan dasar dari
dibuatnya kebijakan-kebijakan sekolah.
Selain itu sekolah mulai mengembangkan kurikulum, materi
lingkungan hidup diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang diajarkan
di sekolah, hal tersebut disebabkan karna saat ini sekolah tidak memiliki
mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Hal lain yang
menjadi dasar diintegrasikannya Pendidikan Lingkungan Hidup ke dalam
berbagai mata pelajaran adalah saat ini sekolah menggunakan kurikulum
2013.
Selain dalam mata pelajaran, materi Pedidikan Lingkungan Hidup
juga diberikan oleh guru di dalam kelas melalui kegiatan rutin sebelum
dimulainya proses belajar mengajar di kelas yaitu kondisi kelas harus
dalam keadaan bersih, jika kelas masih kotor dan tidak rapi maka guru
tidak akan memulai pelajaran. Hal ini membawa dampak langsung ke
siswa untuk tetap menjaga kebersihan dan kerapian di dalam kelas sejak
pagi hingga jam pulang sekolah. Selain diintegrasikan dalam proses belajar
mengajar di kelas, materi Pendidikan Lingkungan Hidup juga
diintegrasikan diluar kelas. Guru memberikan contoh dalam penerapan
Pendidikan Lingkungan Hidup, hal tersebut terlihat dari aktivitas dan
kegiatan guru selama berada di sekolah seperti tidak membuang sampah
140
sembarangan, merawat tanaman, menjaga kebersihan lingkungan dan
aktivitas lain yang berhubungan dengan lingkungan.
Pembelajaran pendidikan tentang lingkungan hidup juga
dikembangkan melalui kegiatan rutin tahunan yang bertemakan
lingkungan hidup. Kegiatan rutin tersebut diselenggarakan setiap tahunnya
untuk memperingati hari lingkungan hidup. Kegiatan yang
diselenggarakan sekolah meliputi lomba mural yang bertema lingkungan,
membuat poster, debat serta membuat puisi. Selain mengadakan
perlombaan yang bertema lingkungan sekolah juga mengadakan
penanaman pohon, penaburan bibit ikan disungai serta pelepasan burung di
lingkungan sekolah.
Pengembangan program sekolah ramah lingkungan dilakukan
melalui sosialisasi program ramah lingkungan. Program sekolah ramah
lingkungan sebagai program sekolah disosialisasikan kepada seluruh
warga sekolah. Sosialisasi ini bertujuan untuk mengenalkan program
sekolah ramah lingkungan kepada warga sekolah dan menumbuhkan sikap
peduli untuk senatiasa menjaga dan melindungi lingkungan hidup.
Sosialisasi ini dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui pemasangan
spanduk atau papan yang bertemakan lingkungan di wilayah sekolah.
Selain memasang papan visi dan misi di lingkungan sekolah
pemberian sosialisasi program saat upacara sekolah dinilai efektif dalam
mengenalkan program sekolah ramah lingkungan serta mengajak siswa
untuk melindungi lingkungan hidup.
141
Selain itu kegiatan sekolah juga menjadi salah satu cara sekolah
untuk melakukan sosialisasi program sekolah ramah lingkungan. Sekolah
sering mengadakan kegiatan yang memiliki unsur lingkungan. Melalui
kegiatan tersebut sosialisasi program sekolah ramah lingkungan dinilai
cukup efektif karena siswa berperan langsung dalam kegiatan-kegiatan
tersebut.
Media masa seperti mading sekolah menjadi cara lain yang sekolah
lakukan untuk memberikan sosialisasi program sekolah ramah lingkungan.
SMA Negeri 1 Kasihan memiliki empat mading yang tersebar di lorong
sekolah, taman sekolah, serta masjid. Guru menugaskan siswa dalam
membuat mading untuk menyertakan unsur lingkungan di dalamnya.
Unsur lingkungan dimasukkan ke dalam mading sekolah agar para siswa
yang membuat dan membacanya senantiasa ingat untuk menjaga dan
melindungi lingkungan.
Selain itu Mars SMA Negeri 1 Kasihan memiliki unsur tentang
lingkungan yang dituangkan dalam lirik-liriknya. Melalui Mars sekolah
inilah para guru berpandangan bahwa cara ini dinilai cukup efektif dalam
mengenalkan program sekolah ramah lingkungan. Mars sekolah
dinyanyikan setiap upacara sehingga para siswa senantiasa teringat untuk
selalu menjaga dan melindungi lingkungan hidup.
Penggunaan sumber belajar atau materi pelajaran yang digunakan
untuk menunjang pengembangan program sekolah ramah lingkungan di
SMA Negeri 1 Kasihan diperoleh dari banyak sumber, salah satunya
142
adalah melalui mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Pendidikan
lingkungan hidup diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang guru
ajarkan seperti mata pelajaran biologi, kimia, fisika, bahasa indonesia,
olahraga kesenian serta mata pelajaran lainnya.
Selain dari berbagai mata pelajaran sumber belajar lainnya berasal
dari alam dan lingkungan sekolah seperti taman, pohon, tumbuhan, hewan
dan lain sebagainya. Para siswa secara langsung bersentuhan dengan alam
dan lingkungan yang ada di sekolah.
Sumber belajar tidak hanya diperoleh dari mata pelajaran dan
lingkungan sekolah saja seperti taman, pohon, tumbuhan, hewan
melainkan sarana prasarana dan fasilitas sekolah juga dapat dijadikan
sebagai sumber belajar siswa seperti perpustakaan, laboratorium fisika,
kimia dan biologi, wifi, serta sarana prasarana penunjang lainnya. Sekolah
menyadari bahwa sumber belajar tidak hanya diperoleh dari dalam sekolah
saja seperti mata pelajaran, alam dan fasilitas sekolah, melainkan sumber
belajar juga dapat diperoleh dari luar sekolah.
Selanjutnya, sekolah melakukan kerjasama program ramah
lingkungan dengan instansi luar sekolah. Kerjasama tersebut terdiri dari
berbagai macam, salah satunya adanya kerjasama dalam bidang
kesehatan. Kerjasama dalam bidang kesehatan dinilai sangat penting untuk
mewujudkan program sekolah. Selain bekerjasama dalam hal kesehatan
sekolah juga melakukan kerjasama dalam pelestarian satwa.
143
Tidak hanya kerjasama dalam bidang kesehatan dan pelestarian
satwa saja, melainkan sekolah juga bekerjasama dalam bidang lingkungan.
Kerjasama dalam bidang lingkungan tersebut dinilai sangat penting karena
melalui kerjasama tersebut para guru yang mengikuti pelatihan tentang
lingkungan dapat menyalurkan ilmunya untuk warga sekolah yang lainnya.
Selain itu pemberian fasilitas dari pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH)
mampu menunjang pengembangan program sekolah ramah lingkungan.
Partisipasi warga sekolah dalam tingkah laku sehari-hari sangat
penting dalam pengembangan program sekolah ramah lingkungan.
Pertisipasi warga sekolah merupakan salah satu penentu dari keberhasilan
pengimplementasian program sekolah ramah lingkungan. Dalam
melaksanakan perannya warga SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki
tugasnya masing-masing. Masing-masing warga sekolah diberikan
tugasnya agar tujuan dari adanya program sekolah ramah lingkungan dapat
terwujud. Pembagian tugas dan peran warga sekolah secara langsung
mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
Dukungan dari seluruh warga sekolah merupakan salah satu hal
penting dalam terselenggaranya program sekolah ramah lingkungan.
Melalui dukungan dari seluruh warga sekolah maka tujuan dari program
tersebut akan tercapai. Adanya dukungan yang warga sekolah berikan
menjadi salah satu gambaran bahwa warga sekolah memiliki kemauan
untuk menjaga lingkungan hidup.
144
Prestasi sekolah dan siswa dalam program ramah lingkungan
merupakan salah satu wujud dari berhasilnya sekolah dalam
mengembangkan program sekolah. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari
berbagai macam prestasi yang telah sekolah raih. Peranan serta dukungan
dari seluruh warga sekolah turut menjadi salah satu faktor sekolah
mendapatkan berbagai prestasi dalam bidang lingkungan.
Penunjukan dari dinas pendidikan untuk sekolah mewakili lomba
sekolah sehat juga merupakan salah satu prestasi. Tidak semua sekolah
bisa ditunjuk oleh dinas pendidikan untuk menjadi wakil dalam mengikuti
lomba sekolah sehat. Penunjukan tersebut berdasarkan potensi yang
dimiliki sekolah. SMA Negeri 1 Kasihan Bantul ditunjuk oleh dinas
pendidikan karena potensi dan kondisi sekolah yang dirasa sesuai dan
memenuhi kriteria untuk mengikuti lomba sekolah sehat.
Selain prestasi tersebut sekolah juga mempunyai prestasi lain yang
telah siswa peroleh. Keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi di
bidang lingkungan hidup tidak terlepas dari peran sekolah. Prestasi yang
siswa peroleh berupa penelitian tentang lingkungan hidup yaitu pelestarian
satwa dan lingkungan yang memperoleh juara 1 tingkat DIY pada Juni
2011, serta juara 1 tingkat nasional pada Oktober 2011.
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul belum memiliki peraturan tertulis
dalam bidang lingkungan secara umum. Peraturan sekolah dalam bidang
lingkungan hidup hanya berupa peraturan lisan (konvensi warga sekolah).
Namun walaupun hanya dalam bentuk peraturan lisan para siswa
145
mengetahui adanya peraturan tersebut. Akan tetapi belum semua siswa
mematuhi peraturan yang sekolah milliki. Hal ini terjadi karena beberapa
siswa beranggapan bahwa ada sebagian peraturan yang mereka anggap
terlalu mengekang. Namun tidak semua siswa melakukan pelanggaran.
Sebagian besar siswa memiliki karakter yang cukup baik terutama dalam
menjaga lingkungan dan kebersihan.
Sekolah juga belum memiliki sanksi atau hukuman tertulis jika ada
siswa yang melakukan pelanggaran. Sanksi atau hukuman berupa
peringatan lisan maupun teguran lisan yang guru berikan. Selain teguran
dari guru, teguran lain muncul dari siswa lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa selain menjadi kelebihan siswa juga mempunyai kesadaran bahwa
menjaga lingkungan itu sangat penting untuk dilakukan.
Dalam mengembangkan program sekolah ramah lingkungan, peran
organisasi sekolah sangat dibutuhkan. SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
memiliki beberapa organisasi yang aktif di sekolah, namun tidak semua
organisasi tersebut bergerak di bidang lingkungan hidup. Organisasi Siswa
Intra Sekolah (OSIS) merupakan organisasi siswa terbesar di sekolah.
OSIS turut berperan dalam pengembangan program sekolah ramah
lingkungan. Akan tetapi belum semua siswa mengetahui peranan dari
organisasi sekolah, khususnya siswa kelas X. Hal tersebut terjadi karena
organisasi sekolah belum mengadakan kegiatan tentang lingkungan.
146
e. Pengembangan Kegiatan Program Sekolah Ramah Lingkungan
Untuk mengembangkan kegiatan program sekolah ramah
lingkungan maka sekolah memiliki tugas untuk membina, mendidik,
mengarahkan, dan memberi contoh implementasi sikap ramah lingkungan
dalam kegiatan sehari-hari di sekolah sehingga siswa dapat memiliki dan
menerapkan sikap ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah terdiri dari kegiatan
yang diadakan oleh sekolah sebagai penyelenggara dan kegiatan yang
sekolah ikuti dengan pihak luar sekolah sebagai penyelenggara.
Kegiatan yang diadakan sekolah sebagai penyelenggara yaitu
adanya budaya tanam pohon. Kegiatan tanam pohon tersebut dilaksanakan
melalui tugas yang sekolah berikan untuk para siswa. Masing-masing
siswa membawa satu tanaman baik itu tanaman toga maupun tanaman hias
untuk ditanam di lingkungan sekolah. Sekolah juga mengadakan tanam
pohon dan penebaran bibit ikan di wilayah luar sekolah.
Selain budaya tanam pohon dan penebaran bibit ikan, sekolah juga
mengadakan kegiatan untuk memperingati hari lingkungan. Kegiatan ini
meliputi lomba desain poster lingkungan, mural lingkungan, serta debat
tentang lingkungan. Kegiatan ini diikuti oleh para siswa.
Tidak hanya kegiatan tahunan saja yang sekolah selenggarakan,
melainkan para siswa juga melakukan kegiatan rutin sehari-hari yaitu piket
kelas. Selain siswa, kegiatan rutin dilakukan oleh petugas kebersihan
147
sekolah. Kegiatan ini meliputi perawatan taman, pohon, pengolahan
sampah, dan kegiatan kebersihan lainnya.
Selain merawat dan membersihkan taman, kegiatan lainnya adalah
pengolahan sampah yang dilakukan melalui alat penggilingan sampah dan
komposter. Hasil dari pengolahan sampah tersebut selanjutnya digunakan
untuk merawat pohon dan tanaman di wilayah sekolah. Namun tidak
semua sampah dapat diolah di sekolah, oleh sebab itu sampah yang tidak
dapat diolah tersebut dijual atau dibuang ke tempat pembuangan akhir di
Piyungan Bantul.
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul juga mengikuti kegiatan yang
diadakan oleh pihak luar sekolah. Kegiatan tersebut yaitu sekolah
mengikuti pelatihan yang diadakan baik dari Badan lingkungan hidup
maupun Perguruan Tinggi. Selain itu guru-guru yang mengikuti pelatihan
juga ditunjuk menjadi salah satu fasilitator lingkungan hidup nasional.
Selain adanya pelatihan yang sekolah ikuti, siswa juga mengikuti
lomba pelestarian satwa dan lingkungan baik tingkat DIY hingga tingkat
nasional. Kegiatan yang SMA Negeri 1 Kasihan ikuti lainnya yaitu lomba
sekolah sehat. Penunjukan sekolah untuk mengikuti lomba sekolah sehat
sudah yang ke dua kalinya, penunjukkan tersebut berdasarkan potensi dan
sumber daya yang sekolah miliki sehingga SMA Negeri 1 Kasihan pantas
untuk mewakili lomba sekolah sehat.
Agar kegiatan-kegiatan tersebut berjalan lancar maka sekolah
memiliki upaya-upaya yang dilakukan untuk memaksimalkan jalannya
148
kegiatan tersebut. Upaya yang sekolah lakukan meliputi pembinaan,
sosialisasi program dan peningkatan sarana prasarana yang sekolah miliki.
Selain membina pihak sekolah melakukan sosialisasi program sekolah
ramah lingkungan. Selain itu penyediaan dan peningkatan sarana
prasarana sekolah juga dilakukan.
f. Pengembangan dan Pengelolaan Sarana Prasarana Sekolah
Pendukung Ramah Lingkungan
Dalam penerapan sekolah ramah lingkungan pengelolaan sarana
dan prasarana pendukung ramah lingkungan sangat diperlukan. Menurut
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (2012: 19-20)
pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan di sekolah terdiri dari
dua standar yaitu, ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah
lingkungan dan peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana
dan prasarana yang ramah lingkungan.
Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang ramah
lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul diimplementasikan dalam
penyediakan sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan
hidup di sekolah, hal tersebut terlihat dengan tersedianya sarana prasarana
yang mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah seperti air
bersih, penyediaan tempat sampah terpisah, komposter, ruang terbuka
hijau.
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki tempat penampungan air
bersih yang dialirkan ke kamar mandi, kolam ikan, wastafel, kran,
149
mushola, laboratorium, kantin, serta ruangan lain yang membutuhkan air
bersih. Adanya penampungan air bersih tersebut dapat mempermudah
dalam pemenuhan air bersih di seluruh sudut-sudut sekolah yang
memerlukan air bersih.
Sekolah memiliki banyak tempat sampah terpisah yang tersebar di
seluruh kawasan sekolah. Tempat sampah tersedia untuk sampah organik,
sampah plastik dan kaca, serta sampah kertas. Masing-masing tempat
sampah tersebar di beberapa tempat seperti halaman depan sekolah, taman
sekolah, serta area kelas. Penempatan tempat sampah di banyak tempat
secara langsung mengajarkan kepada siswa bagaimana membuang sampah
sesuai dengan jenis sampahnya.
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul tidak hanya memiliki fasilitas
berupa tempat sampah yang lengkap tetapi juga memiliki alat untuk
pengelolaan sampah yaitu berupa alat komposter dan alat penggilingan
sampah. Komposter ditempatkan di taman sekolah sementara alat
penggilingan sampah ditempatkan di dekat tempat pembuangan akhir
sampah sekolah.
Selain adanya tempat sampah terpisah dan alat penggilingan
sampah, sekolah juga memiliki mobil pengangkut sampah. Sampah-
sampah yang tidak dapat diolah dan tidak memiliki nilai ekonomis
selanjutnya akan dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah di daerah
Piyungan Bantul. Dengan adanya mobil pengangkut sampah yang sekolah
150
miliki maka sekolah tidak perlu harus menunggu mobil Dinas kebersihan
untuk mengangkut sampah sekolah.
Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang ramah
lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul diimplementasikan dalam
penyediakan sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan
hidup di sekolah, hal tersebut terlihat dengan tersedianya sarana prasarana
pendukung pembelajaran lingkungan hidup yang meliputi pengomposan,
pemanfaatan dan pengelolaan air, hutan/taman/kebun sekolah, green
house, toga, kolam ikan, dan biopori.
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memanfaatkan sampah yang berada
di sekolah untuk diolah menjadi kompos. Proses pengomposan tersebut
dengan cara memilah sampah apa yang bisa diolah. Sampah organik yang
berupa daun-daunanlah yang nantinya akan diolah menjadi pupuk, proses
pengolahan tersebut menggunakan dua alat yaitu komposter dan alat
penggilingan sampah. Hasil dari pengomposan tersebut selanjutnya
digunakan untuk pupuk tanaman dan pohon yang berada di wilayah
sekolah. Dengan adanya alat pengolahan sampah yang berupa komposter
dan alat penggilingan sampah, maka sekolah mampu memproduksi pupuk
sendiri sehingga sekolah tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli
pupuk di luar.
Pemanfaatan dan pengelolaan air di sekolah dilaksanakan
semaksimal mungkin dengan melibatkan warga sekolah seperti petugas
kebersihan, pemanfaatan dan pengolahan air dilakukan dengan cara
151
penghematan dan pemantauan. Selain itu pihak sekolah juga memasang
papan himbauan di wilayah sekolah. Papan himbauan tersebut berisi
himbauan agar warga sekolah hanya menggunakan air seperlunya. Selain
petugas kebersihan, siswa juga turut serta dalam pengelolaan air. Siswa
memiliki tugas untuk memantau jentik-jentik nyamuk di kamar mandi,
kolam, air mancur serta tempat penampungan air lainnya.
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki tiga taman yang terletak
di halaman tengah sekolah, dan dua di wilayah laboratorium. Pengelolaan
dan perawatan taman dikerjakan oleh petugas kebersihan sekolah. Selain
petugas kebersihan sekolah, merawat taman juga menjadi tugas para
siswa, hal tersebut dilakukan agar muncul kesadaran dari para siswa untuk
menjaga dan merawat tumbuhan.
Kondisi taman sekolah yang dilengkapi dengan fasilitas seperti
gazebo dan wifi dimanfaatkan para guru dan siswa sebagai tempat yang
nyaman untuk belajar dan berdiskusi. Selain adanya fasilitas berupa
gazebo dan wifi, taman sekolah yang luas dan asri juga dijadikan sebagai
tempat untuk pelestarian hewan.
Sekolah memberikan tugas kepada siswa untuk membawa tanaman
ke sekolah. Tanaman yang dibawa siswa terdiri dari dua jenis yaitu,
tanaman obat keluarga (toga) dan tanaman hias. Tanaman obat keluarga
(toga) yang siswa bawa tidak hanya ditempatkan pada satu tempat saja,
melainkan tanaman-tanaman tersebut ditempatkan di setiap sudut-sudut
sekolah. Selain itu sekolah juga memiliki tempat khusus untuk menyimpan
152
obat dari tanaman obat keluarga (toga) yang diletakkan di taman belakang
laboratorium sekolah.
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki beberapa biopori yang
dibuat di wilayah sekolah. Biopori tersebut berisi udara dan menjadi jalur
mengalirnya air. Manfaat dibuatnya biopori yaitu mampu mencegah
banjir, digunakan sebagai tempat pembuangan sampah organik,
menyuburkan tanaman dan meningkatkan kualitas air tanah, sehingga jika
turun hujan halaman sekolah tidak akan muncul genangan.
Peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan
prasarana yang ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
diimplementasikan dalam empat hal yaitu, memelihara sarana dan
prasarana sekolah yang ramah lingkungan, meningkatkan pengelolaan dan
pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah, memanfaatkan listrik, air dan ATK
secara efisien, dan meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan
ramah lingkungan.
Semua ruangan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki
ventilasi udara secara alami. Setiap ruang kelas memiliki dua AC, akan
tetapi AC hanya akan dinyalakan setelah jam 09.00 WIB. Setiap pagi
semua jendela di ruang kelas sengaja dibuka agar udara segar dari luar
dapat masuk. Letak sekolah yang berada jauh dari jalan raya serta kondisi
taman sekolah yang terawat membuat udara yang ada di lingkungan
sekolah masih sangat segar.
153
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki pohon-pohon besar yang
tersebar di wilayah sekolah. Sudut-sudut sekolah tidak dibiarkan kosong
begitu saja, terdapat tanaman hias dan toga yang diletakkan di sudut-sudut
sekolah, hal ini bertujuan agar pemanfaatan pekarangan kosong di sekolah
dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Selain itu siswa ditugaskan untuk
membawa dan merawat tanaman yang ada di sekolah.
Halaman SMA Negeri 1 Kasihan Bantul terdiri dari tanah dan
paving block. Seluruh halaman kecuali taman dan lapangan menggunakan
paving block. Penggunaan paving block bertujuan agar air hujan dapat
meresap dengan baik sehingga tidak ada genangan yang dihasilkan dari air
hujan tersebut.
Listrik, air dan alat tulis kantor digunakan secara efisien. Sekolah
semaksimal mungkin melakukan penghematan penggunaan listrik. Selain
itu penghematan air juga dilakukan. Selain listrik dan air, sisa kertas yang
masih layak untuk digunakan maka harus digunakan kembali. Pihak
sekolah juga menempelkan papan atau stiker himbauan untuk menghemat
sumberdaya di semua wilayah sekolah.
Mulai tahun 2011 kantin SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki
tata tertib untuk penjual dan pengunjung. Salah satu tata tertib bagi penjual
adalah dilarang menggunakan zat-zat yang membahayakan kesehatan
(pengawet, pewarna, penyedap, dll). Selain membuat tata tertib kantin,
pihak dinas pendidikan dan pihak sekolah memantau bagaimana kondisi
kantin sekolah. Pihak sekolah mengontrol makanan, kebersihan, sarana
154
prasarana kantin, dan lain sebagainya. Adanya kontrol yang dilakukan
oleh pihak sekolah dan pihak luar sekolah merupakan salah satu cara
sekolah untuk mempertahankan dan meningkatkan kantin sekolah yang
sehat.
Kebersihan kantin dan makanan yang dijual di kantin SMA Negeri
1 Kasihan Bantul sangat dijaga, mulai dari tempat hingga cara pengolahan
makanan. Kebersihan makanan dan minuman yang dijual harus dijaga,
asal makanan tersebut hingga tanggal produksi dari makanan yang dijual.
Hal ini tercantum dalam tatat tertib kantin sekolah bagi penjual yaitu
penjual hanya diperbolehkan menjual makanan yang bersih dan sehat
dengan menempatkan makanan secara tertutup.
Selain itu sampah yang dihasilkan oleh kantin dikelola dengan
baik, tempat sampah diletakkan di dalam dan di luar kantin. Sampah
dipisahkan berdasarkan jenisnya. Hal ini tercantum dalam tata tertib bagi
penjual yaitu penjual wajib menjaga kebersihan kantin dan lingkungan
sekitar dengan selalu menempatkan sampah ditempat yang disediakan
sesuai dengan jenis/klasifikasi sampah-sampah
Dalam menjual makanan para penjual makanan di kantin masih
menggunakan plastik untuk tempat makanan. Penggunaan plastik untuk
kemasan makanan dikarenakan penjual belum memiliki solusi untuk
mengganti palstik tersebut.
155
g. Evaluasi Program Sekolah Ramah Lingkungan
Evaluasi program sekolah ramah lingkungan dilakukan secara terus
menerus dan berkelanjutan. Evaluasi program sekolah ramah lngkungan
dilakukan dengan mengadakan rapat rutin serta pertemuan yang diadakan
setiap minggu, tri wulan, semester dan tahunan. Rapat diadakan untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan program sekolah ramah lingkungan
tersebut.
Berdasarkan rapat tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa kegiatan sekolah terhenti. Adanya beberapa kegiatan yang
terhenti membuat pelaksanaan program sekolah ramah lingkungan kurang
maksimal. Dalam rapat rutin tersebut sekolah juga membahas solusi untuk
mengatasi kendala dalam pelaksanaan program sekolah ramah lingkungan.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Sekolah Ramah
Lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
a. Faktor Pendukung Program Sekolah Ramah Lingkungan
Faktor pendukung implementasi program sekolah ramah
lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul terdiri dari faktor internal
yaitu sarana dan prasarana sekolah yang lengkap, serta adanya peranan
warga sekolah. Sementara faktor eksternal yaitu adanya pelatihan dari
pihak luar sekolah, dana dan bantuan sarana prasarana, serta kerjasama
sekolah dengan pihak luar sekolah.
156
1) Sarana dan Prasarana Sekolah yang Lengkap
Adanya sarana dan prasarana sekolah yang lengkap menjadi
salah satu faktor pendukung implementasi program sekolah ramah
lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Dengan adanya sarana
dan prasarana sekolah yang lengkap membuat para siswa betah dan
nyaman berada di lingkungan sekolah. Guru dan siswa dapat
memanfaatkan sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah
untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah.
2) Partisipasi Warga Sekolah dalam Tingkah Laku Sehari-hari
Selain sarana dan prasarana fasilitas sekolah yang lengkap,
faktor internal lainnya yang menjadi penentu keberhasilan program
sekolah ramah lingkungan adalah adanya partisipasi seluruh warga
sekolah. Warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru, karyawan hingga
siswa turut berpartisipasi dalam pengimplementasian program sekolah
ramah lingkungan.
Partisipasi warga sekolah ditunjukkan dari dukungan yang
diberikan oleh warga sekolah terhadap program sekolah ramah
lingkungan. Warga sekolah menyadari bahwa program tersebut
haruslah mendapat dukungan sepenuhnya agar tujuan dari program
sekolah ramah lingkungan dapat tercapai.
Selain memberikan dukungan terhadap program sekolah ramah
lingkungan, warga sekolah menyadari bahwa mereka harus memiliki
solusi dari permasalahan lingkungan yang ada di sekolah. Warga
157
sekolah merasa bertanggungjawab terhadap lingkungan sekolah karena
mereka menyadari bahwa merekalah salah satu penghasil sampah yang
ada di sekolah.
3) Pelatihan tentang Lingkungan Hidup dari Pihak Luar Sekolah
Pelatihan tentang lingkungan hidup yang diberikan dari pihak
luar sekolah menjadi salah satu faktor eksternal dalam keberhasilan
program sekolah ramah lingkungan. Salah satu pelatihan yang sekolah
terima dari pihak luar adalah adanya pelatihan yang diberikan oleh
Badan Lingkungan Hidup (BLH).
4) Dana dan Bantuan Sarana dan Prasarana Sekolah
Dana merupakan salah satu faktor pendukung dalam
implementasi program sekolah ramah lingkungan. Dana digunakan
untuk pengembangan program, pengembangan kegiatan program, serta
pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana ramah
lingkungan.
Selain dana yang sekolah peroleh dari pihak luar, sekolah juga
mendapatkan bantuan berupa sarana dan prasarana. Tidak semua sarana
dan prasarana yang ada di sekolah berasal dari sekolah sendiri,
melainkan terdapat sarana dan prasarana dari pihak luar sekolah.
Pemberian bantuan sarana dan prasarana oleh Badan
Lingkungan Hidup (BLH) yang berupa tempat sampah tersebut
bertujuan agar kebersihan sekolah tetap terjaga, selain itu dengan
adanya tempat sampah terpisah warga sekolah diajarkan bagaimana
158
cara mengklasifikasikan sampah sesuai jenisnya, sehingga dengan
pembiasaan warga sekolah membuang sampah sesuai tempatnya maka
kebiasaan tersebut akan terbawa dan menjadi suatu budaya yang baik.
5) Kerjasama Program Ramah Lingkungan dengan Pihak Luar
Sekolah
Sementara faktor pendukung lainnya adalah adanya kerjasama
yang sekolah lakukan dengan pihak luar. Kerjasama yang sekolah
lakukan dengan pihak luar terdiri dari berbagai bidang kerjasama yaitu
dalam bidang kesehatan. Selain bekerjasama dalam hal kesehatan
sekolah juga melakukan kerjasama dalam pelestarian satwa.
Tidak hanya kerjasama dalam bidang kesehatan dan pelestarian
satwa saja, melainkan sekolah juga bekerjasama dalam bidang
lingkungan. Selain membagikan kompos ke masyarakat, kerjasama
dalam bidang lingkungan lainnya yaitu datang dari para alumni SMA
Negeri 1 Kasihan Bantul, bentuk kerjasama tersebut yaitu berupa
penanaman pohon baik di dalam maupun di luar sekolah.
b. Faktor Penghambat Program Sekolah Ramah Lingkungan
Faktor Penghambat Implementasi Program Sekolah Ramah
Lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul terdiri dari faktor internal
dan eksternal. Faktor internal meliputi kurangnya kesadaran dari seluruh
warga sekolah, belum adanya peraturan dan sanksi tertulis, serta beberapa
kegiatan sekolah terhenti. Sementara faktor eksternal yaitu karakter dan
latar belakang warga sekolah yang berbeda.
159
1) Kurangnya Kesadaran Beberapa Warga Sekolah
Suatu program sekolah ramah lingkungan tidak akan berjalan
lancar tanpa adanya kesadaran dari warga sekolah untuk menjaga dan
melindungi lingkungan hidup. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor
penghambat dalam implementasi program sekolah ramah lingkungan di
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Sulitnya beberapa warga sekolah untuk
menjalankan budaya bersih menjadi salah satu cerminan kurangnya
kesadaran dari sebagian warga sekolah.
Adanya beberapa warga sekolah yang belum menjalankan
budaya bersih terlihat dari perilaku mereka saat berada di sekolah.
Terciptanya budaya bersih di sekolah merupakan salah satu gambaran
dari adanya kesadaran warga sekolah untuk menjaga lingkungan hidup,
jika hal tersebut belum tercipta maka tujuan dari program sekolah
ramah lingkungan belum maksimal.
2) Belum Adanya Peraturan dan Sanksi Secara Tertulis
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul belum memiliki peraturan
tertulis dalam bidang lingkungan hidup secara umum. Peraturan sekolah
dalam bidang lingkungan hidup hanya berupa peraturan lisan. Belum
adanya peraturan secara tertulis membuat beberapa siswa melakukan
perbuatan yang kurang baik terhadap lingkungan.
Adanya siswa yang melanggar peraturan lisan tersebut hanya
akan diberikan teguran saja oleh para guru. Belum ada sanksi tegas
dalam pelanggaran yang siswa lakukan. Belum adanya peraturan dan
160
sanksi yang tegas membuat beberapa siswa masih melakukan
pelanggaran. Belum adanya peraturan dan sanksi tertulis inilah yang
menjadi tujuan dari program sekolah ramah lingkungan belum dapat
tercapai dengan maksimal
3) Beberapa Kegiatan Sekolah Terhenti
Suatu program sekolah ramah lingkungan tidak akan berjalan
lancar tanpa adanya kegiatan-kegiatan yang dijalankan di sekolah. Hal
inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat dalam implementasi
program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.
Berbagai macam kegiatan dalam implementasi program sekolah
ramah lingkungan merupakan hal penting untuk mewujudkan tujuan
dari program tersebut, akan tetapi beberapa kegiatan di SMA Negeri 1
Kasihan sudah tidak berjalan lagi. Kegiatan tersebut yaitu Jumat bersih
dan pengkaplingan wilayah kebersihan. Kegiatan tersebut terhenti
karena kurangnya koordinasi antar warga sekolah, serta banyak ruangan
sekolah yang sedang di renovasi. Terhentinya beberapa kegiatan
tersebut mengakibatkan program sekolah ramah lingkungan kurang
berjalan dengan maksimal.
4) Program Ramah Lingkungan Belum Disosialisasikan kepada
Masyarakat
Hingga saat ini program ramah lingkungan di SMA Negeri 1
Kasihan Bantul belum disosialisasikan kepada masyarakat luas. Para
siswa belum diajarkan untuk memberikan sosialisasi dan menerapkan
161
program ramah lingkungan kepada masyarakat sehingga program
tersebut hanya berhenti pada lingkungan sekolah saja.
5) Karakter dan Latar Belakang Warga Sekolah yang Berbeda
Karakter dan latar belakang warga sekolah yang berbeda
menjadi faktor eksternal dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan. Beberapa siswa memiliki karakter yang berbeda, hal ini
terlihat dari perilaku yang siswa lakukan di sekolah, terutama dalam
menjaga lingkungan. Karakter dan latar belakang siswa yang berbeda
menyebabkan sulitnya membiasakan siswa untuk hidup bersih dan
menjaga lingkungan.
c. Solusi dari Penghambat Program Sekolah Ramah Lingkungan
Solusi diperlukan untuk mengatasi faktor penghambat dalam
implementasi program sekolah ramah lingkungan. SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul memiliki beberapa solusi dalam mengatasi faktor penghambat
tersebut, yaitu sekolah mengadakan pertemuan dan rapat rutin. Pertemuan
dan rapat diadakan secara rutin untuk membahas kendala-kendala apa saja
dalam mennjalankan program tersebut.
Selain diadakannya pertemuan dan rapat rutin, solusi lain adalah
menanamkan kebersamaan dan kepedulian terhadap program sekolah
ramah lingkungan. Solusi dalam mengatasi faktor penghambat lainnya
yaitu melalui sosialisasi agar warga sekolah mampu hidup bersih dan
menjaga lingkungan hidup. Menjalin dan mempertahankan kerjasama
162
dalam bidang lingkungan merupakan salah satu cara sekolah dalam
mengatasi faktor penghambat program.
3. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu
masih terdapat beberapa data yang belum terungkap karena pihak sekolah
sedang mempersiapkan siswa kelas XII untuk melaksanakan Ujian
Nasional, sehingga wawancara hanya bisa dilakukan dengan siswa kelas X
dan XI. Selain itu beberapa ruangan sekolah sedang mengalami renovasi
sehingga tidak semua ruangan dapat didokumentasikan.
163
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dicermati beberapa kesimpulan
mengenai implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1
Kasihan Bantul dalam uraian sebagai berikut:
1. Program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan berawal
dari penunjukan oleh dinas pendidikan dengan melihat potensi yang
sekolah miliki, kemudian sekolah memiliki kesadaran untuk menjaga
dan mengelola lingkungan hidup, hal tersebut dituangkan dalam visi
dan misi sekolah.
2. Pengembangan program sekolah ramah lingkungan dikembangkan
melalui visi misi sekolah, kurikulum sekolah, sosialisasi program,
sumber belajar, kerjasama sekolah, peranan warga sekolah, prestasi
sekolah dan siswa, peraturan sekolah, serta organisasi sekolah.
3. Pengembangan kegiatan program sekolah ramah lingkungan
dikembangkan melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah,
kegiatan yang sekolah ikuti dengan pihak luar sebagai penyelenggara,
serta upaya sekolah dalam pelaksanaan program sekolah ramah
lingkungan.
4. Pengembangan dan pengelolaan sarana prasarana pendukung ramah
lingkungan dikembangkan melalui peyediaan sarana prasarana untuk
mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah meliputi air
164
bersih serta penyediaan tempat sampah terpisah dan komposter.
Penyediaan sarana prasarana untuk mendukung pembelajaran
lingkungan hidup di sekolah meliputi pengomposan, pemanfaatan dan
pengolahan air, hutan/taman/kebun sekolah, green house, toga, kolam
ikan dan biopori. Memelihara sarana dan prasarana sekolah yang
ramah lingkungan meliputi ruang memiliki pencahayaan dan ventilasi
udara alami, pemeliharaan dan pengaturan pohon, serta pemilihan
penggunaan paving block di lahan sekolah. Memanfaatkan listrik, air
dan ATK melalui penghematan dan papan himbauan serta
meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan.
5. Evaluasi program sekolah ramah lingkungan dilakukan melalui rapat
rutin, serta pertemuan yang diadakan setiap minggu, tri wulan,
semester dan tahunan. Rapat diadakan untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan program sekolah ramah lingkungan tersebut.
6. Faktor internal pendukung implementasi program sekolah ramah
lingkungan yaitu sarana dan prasarana sekolah yang lengkap dan peran
warga sekolah.
7. Faktor eksternal pendukung implementasi program sekolah ramah
lingkungan yaitu pelatihan dari pihak luar sekolah, dana dan bantuan
Sarana Prasarana serta kerjasama sekolah dengan pihak luar sekolah.
8. Faktor internal penghambat implementasi program sekolah ramah
lingkungan yaitu kurangnya kesadaran warga sekolah, belum adanya
peraturan dan sanksi yang tertulis, beberapa kegiatan sekolah terhenti,
165
serta program sekolah ramah lingkungan belum disosialisasikan
kepada masyarakat.
9. Faktor eksternal penghambat implementasi program sekolah ramah
lingkungan yaitu karakter dan latar belakang siswa yang berbeda.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari peneliti maka dapat diberikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Kesadaran warga sekolah untuk melaksanakan program sekolah ramah
lingkungan perlu ditingkatkan.
2. Peraturan dan sanksi tidak hanya secara lisan melainkan perlu dibuat
peraturan dan sanksi secara tertulis khususnya dalam hal pengelolaan
lingkungan hidup disekolah agar warga sekolah tidak banyak
melakukan pelanggaran.
3. Menjalankan kembali kegiatan-kegiatan program sekolah ramah
lingkungan yang terhenti, khususnya kegiatan rutin seperti Jumat
bersih dan pengkaplingan wilayah kebersihan.
4. Menumbuhkan budaya hidup bersih dikalangan warga sekolah melalui
kegiatan sekolah dan peraturan sekolah yang tegas agar warga sekolah
disiplin dalam menjaga kebersihan sekolah.
5. Sekolah dan siswa sebaiknya mengadakan penyuluhan tentang
program ramah lingkungan kepada masyarakat agar budaya ramah
lingkungan dapat tercipta dikalangan masyarakat luas.
166
DAFTAR PUSTAKA
______. (2013). Manfaat Kesehatan Lingkungan Sekolah. Diakses dari www.artikelkesehatan-id.com/ pada tanggal 19 Februari 2015, Jam 19.18 WIB.
______. (2013). Standar Kesehatan Lingkungan Sekolah. Diakses dari http://www.indonesian-publichealth.com/ pada tanggal 19 Februari 2015, Jam 19.16 WIB.
Pemerintah Kabupaten Bantul. (2013). Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2013. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Arif Rohman. (2009). Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama Yogyakarta.
Devi N. Choesin dkk. (2004). Pengetahuan Lingkungan. Bandung: ITB.
Dwi Siswoyo dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
H.A.R Tilaar & Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Joko Widodo. (2008). Analisis Kebijakan Publik. Konsep dan Alokasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang. Bayumedia Publishing.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. (2012). Buku Panduan Adiwiyata; Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan. Jakarta Timur: Asdep Urusan Penguatan Inisiatif Masyarakat, Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat,Kementerian Lingkungan Hidup.
Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kulaitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Otto Soemarwoto. (2004). Ekologi Lingkungan Hidup Pembangunan. Jakarta Pusat: Penerbit Djambatan.
Subarsono. (2008). Analisis Kebijakan Publik. Konsep Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian Kuantitaif Kualitaif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sudjana. (2004). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Production.
167
Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi v). Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safaruddin Abdul Jabar. (2009). Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Syafaruddin (2008) Efektivitas Kebijakan Pendidikan: konsep, strategi, dan aplikasi kebijakan menuju organisasi sekolah efektif. Jakarta: Rineka Cipta
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. (2009). Jakarta.
Universitas Negeri Yogyakarta. (2011). Pedoman Tugas Akhir UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Astrini Ayu Puspita. (2013). Analisis Upaya Masyarakat Dalam Mewujudkan Kampung Hijau. Skripsi. Diakses melalui http://eprints.undip.ac.id/ pada tanggal 21 Januari 2015, Jam 15.21 WIB.
Djoko Rohadi Wibowo. (2012). Hubungan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar Al-Qur’an Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Kana Hidayati, Elly Arliani, Heri Retnawati, Isnaeni. (2007). Implementasi Pembelajaran Matematika Berwawasan Lingkungan dengan Pendekatan Kooperatif Guna Mengembangkan Sikap Ramah Lingkungan dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal. Diakses melalui http://staff.uny.ac.id/ pada tanggal 21 Januari 2015, Jam 14.35 WIB.
Theresia Melania Sudarwati. (2012). Implementasi Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup Sekolah Menengah Atas Negeri 11 Semarang Menuju Sekolah Adiwiyata. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang. Diakses melalui http://eprints.undip.ac.id/ Pada tanggal 21 Januari 2015, Jam 14.00 WIB.
Khairi Bintani. (2012). Peranan Warga Sekolah dalam Menyukseskan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (Sekolah Adiwiyata) di SMP Negeri 2 Ciamis. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Rifki Afandi. (2013). Integrasi Pendidikan Lingkungan Hidup melalui Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar sebagai Alternatif Menciptakan Sekolah Hijau. Jurnal. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Diakses melalui http://library.unej.ac.id/ pada tanggal 25 Januari 2015, Jam 19.45 WIB.
168
Musbikun. (2007). Penanaman Etika Lingkungan melalui Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Somagede. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta.
Risda Amini. (2005). Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Berbasis Outdoor Untuk Calon Guru Sekolah Dasar. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses malalui http://repository.upi.edu/ pada tanggal 4 Maret 2015, Jam 19.30 WIB.
Ulfa Ni’ma Sholihah. (2013). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Materi Tumbuhan Hijau Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri Playen Gunungkidul. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Tri Rudiyati (2007). Peningkatan kesadaran Lingkungan Pada Siswa Kelas IV Semester II Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan Konstektual. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta.
Wahyu Surakusumah. Konsep Pendidikan Lingkungan di Sekolah: Model Uji Coba Sekolah Berwawasan Lingkungan. Jurnal. Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses melalui http://file.upi.edu/ pada tanggal 4 Maret 2015, Jam 10.14 WIB.
Yeni Isnaeni. (2013). Implementasi Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan di SMP Negeri 3 Gresik. Jurnal. Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses melalui http://ejournal.umm.ac.id/ pada tanggal 19 Februari 2015, Jam 10.42 WIB.
169
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara
1. Wawancara Terstruktur
A. Wawancara kepada Kepala sekolah, Wakil kepala sekolah dan
Guru
1. Bagaimana awal mula sekolah mengikuti program sekolah ramah
lingkungan?
2. Apa alasan sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan?
3. Apa saja kegiatan yang sekolah lakukan untuk mewujudkan salah satu
Visi sekolah yaitu ramah lingkungan?
4. Apa saja jenis kebijakan yang dibuat sekolah berkaitan dengan
program sekolah ramah lingkungan termasuk dari sumber dan model?
5. Kurikulum apa yang dikembangkan untuk menyukseskan program
sekolah ramah lingkungan?
6. Apa saja sumber belajar yang digunakan di sekolah?
7. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan sekolah
sebagai penyelenggara?
8. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan pihak luar
sekolah sebagai penyelenggara?
9. Dengan siapa saja sekolah bekerjasama dalam menjalankan program
sekolah ramah lingkungan?
10. Bagaimana karakter siswa berbasis kultur sekolah ramah lingkungan?
11. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan di
sekolah?
12. Apa saja bentuk pemanfaatan sarana pendukung sekolah ramah
lingkungan?
13. Bagaimana pengelolaan penunjang kebersihan dan lingkungan,
efisiensi penggunaan sumber daya alam, dan sarana pendukung
sekolah?
14. Bagaimana peranan warga sekolah dalam melaksanakan program
sekolah ramah lingkungan?
170
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
15. Prestasi apa saja yang telah diraih oleh sekolah?
16. Apa aja faktor pendukung dalam melaksanakan program sekolah
ramah lingkungan?
17. Apa saja faktor penghambat dalam melaksanakan program sekolah
ramah lingkungan?
18. Bagaimana solusi untuk mengatasi faktor penghambat dalam
melaksanakan program sekolah ramah lingkungan?
19. Bagaimana evaluasi program sekolah ramah lingkungan?
20. Bagaimana pendapat kepala sekolah dan guru mengenai program
sekolah ramah lingkungan?
Wawancara kepada Siswa
1. Apakah anda mengetahui bahwa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
menyelenggarakan program sekolah ramah lingkungan?
2. Apakah pengertian dari program sekolah ramah lingkungan?
3. Bagaimana sejarah program sekolah ramah lingkungan?
4. Apakah anda mengetahui tujuan dari diadakannya program sekolah
ramah lingkungan?
5. Bagaimana bentuk sosialisasi program sekolah ramah lingkungan yang
diberikan pihak sekolah?
6. Apakah anda mengetahui peraturan sekolah yang berhubungan dengan
ramah lingkungan?
7. Apa hukuman atau sanksi yang diberikan kepada siswa jika melanggar
peraturan?
8. Apa saja kegiatan sehari-hari yang anda lakukan di sekolah berkaitan
dengan program sekolah ramah lingkungan?
9. Apa saja peran anda dalam program sekolah ramah lingkungan?
10. Apa saja manfaat yang anda dapatkan dari program sekolah ramah
lingkungan?
11. Apa saja kesulitan yang anda rasakan dalam melaksanakan kegiatan
ramah lingkungan?
171
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
12. Bagaimana bentuk dukungan anda dalam menyukseskan program
sekolah ramah lingkungan?
13. Bagaimana peran organisasi yang ada di sekolah dalam menyukseskan
sekolah ramah lingkungan?
14. Apakah anda mengetahui dengan siapa saja sekolah melakukan
kerjasama terkait program sekolah ramah lingkungan?
15. Bagaimana pendapat anda mengenai program sekolah ramah
lingkungan?
Wawancara kepada Petugas Kebersihan
1. Apakah anda mengetahui bahwa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
mempunyai program sekolah ramah lingkungan?
2. Apa saja kegitan anda sehari-hari dalam implementasi program
tersebut?
3. Bagaimana produksi sampah di sekolah setiap harinya?
4. Bagaimana bentuk pengolahan sampahnya?
5. Mengapa penggilingan sampah sekarang sudah tidak rutin untuk
dilakukan?
6. Kegiatan apa saja yang masih dijalankan untuk mengolah sampah?
7. Bagaimana dengan sampah-sampah yang tidak bisa diolah di sekolah?
8. Bagaimana dengan kegiatan jumat bersih?
9. Apa penyebab kegiatan jumat bersih sudah tidak berjalan?
10. Bantuan apa saja yang diterima oleh sekolah terkait dengan sarana dan
prasarana?
11. Apakah ada pemantauan dari dinas terkait?
12. Bagaimana mekanisme penunjukan sekolah untuk mewakili lomba
sekolah sehat?
13. Apa saja bentuk pemanfaatan sarana prasarana pendukung sekolah
ramah lingkungan?
14. Bagaimana dengan perawatan Greenhouse?
15. Bagaimana mekanisme dari atasan?
172
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
16. Apakah siswa turut serta dalam mengolah sampah?
17. Bagaimana pendapat anda tentang program sekolah ramah
lingkungan?
18. Apa masukan anda untuk sekolah?
Wawancara kepada Penjual Makanan
1. Sejak kapan adanya tata tertib kantin?
2. Apakah ada kontrol dari pihak terkait?
3. Bagaimana bentuk kontrol yang dilakukan oleh pihak terkait?
4. Bagaimana pengelolaan kantin sehari-hari?
5. Kriteria penilaian kantin sehat?
6. Bagaimana kebersihan makanan yang dijual?
7. Apa maksud dari kantin kejujuran?
8. Bagaiamana pengelolaan fasilitas di kantin?
9. Bagaiamana pengolahan sampah yang dihasilkan oleh kantin?
10. Bagaiamana pengelolaan kebersihan kantin sekolah?
11. Apakah penjual masih menggunakan plastik, styrofoam, alumunium
foil dalam mengemas makanan?
2. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak tersruktur dilakukan pada saat peneliti ingin
menggali informasi lebih dalam tentang pertanyaan-pertanyaan wawancara
yang sudah diajukan kepada subjek penelitian. Wawancara tidak
terstruktur mampu menambah informasi bagi peneliti.
173
Lampiran 2. Pedoman Observasi
Pedoman Observasi
Indikator Aspek yang diamati Deskripsi Keadaan sekolah
Kondisi lingkungan secara keseluruhan
a. Gerbang sekolah b. Lobi sekolah c. Ruang tata usaha d. Ruang guru e. Ruang kelas f. Ruang wakil kepala
sekolah g. Laboratorium h. Runag seni/tari i. Ruang bimbingan
konseling j. Ruang UKS k. Lapangan sekolah l. Kantin sekolah m. Aula sekolah n. Masjid sekolah o. Taman p. Perpustakaan q. Kamar mandi/WC r. Tempat parkir s. Lorong kelas
Kegiatan Subjek Penelitian Selama Berada di Sekolah
Apakah sudah sesuai dengan peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah
174
Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman Dokumentasi
A. Melalui Arsip Tertulis
1. Sejarah SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
3. Motto SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
4. Keadaan sumber daya SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
B. Melalui Foto
1. Pengembangan program sekolah ramah lingkungan
2. Pengembangan kegiatan program sekolah ramah lingkungan
3. Pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana pendukung
ramah lingkungan
175
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Jumat, 27 Maret 2015
Waktu : 08.00-09.30 WIB
Tempat : Ruang Tata Usaha
Tujuan : Meminta ijin penelitian
1. Peneliti tiba di sekolah pukul 08.00 WIB.
2. Peneliti datang ke ruang tata usaha untuk memasukkan surat perijinan
penelitian skripsi.
3. Peneliti menemui Bapak Rachmat Basuki sebagai pembimbing di sekolah
dan membuat janji untuk melakukan wawancara.
4. Peneliti melakukan pengamatan sepintas di wilayah sekolah.
176
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Senin, 30 Maret 2015
Waktu : 09.00-09.45 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Tujuan : Wawancara dengan kepala sekolah
1. Peneliti datang ke sekolah pukul 09.00 WIB untuk meminta ijin
melakukan wawancara dengan kepala sekolah.
2. Pukul 09.15 WIB peneliti mulai melakukan wawancara dengan kepala
sekolah.
3. Peneliti mengajukan 20 pertanyaan tentang awal mula program sekolah
ramah lingkungan, pengembangan program, pengembangan kegiatan,
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan serta faktor pendukung
dan penghambat program.
4. Hasil yang diperoleh adalah peneliti memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
5. Wawancara selesai pada pukul 09.45 WIB.
177
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Selasa, 31 Maret 2015
Waktu : 12.15 WIB
Tempat : Lapangan Olahraga
Tujuan : Wawancara dengan bapak Rachmad Basuki
1. Peneliti datang ke sekolah pukul 12.15 WIB untuk meminta ijin
melakukan wawancara dengan bapak Rachmad Basuki.
2. Peneliti mulai melakukan wawancara dengan bapak Rachmad Basuki
pukul 12.30 WIB
3. Peneliti mengajukan 20 pertanyaan tentang awal mula program sekolah
ramah lingkungan, pengembangan program, pengembangan kegiatan,
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan serta faktor pendukung
dan penghambat program.
4. Hasil yang diperoleh adalah peneliti memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
5. Wawancara selesai pada pukul 13.10 WIB.
178
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Kamis, 2 April 2015
Waktu : 10.45 WIB
Tempat : Lobi sekola
Tujuan : Wawancara dengan bapak Pujiyanto
1. Peneliti datang ke sekolah pukul 10.45 WIB
2. Peneliti meminta ijin untuk melakukan wawancara dengan bapak
Pujiyanto.
3. Peneliti mulai melakukan wawanara pada pukul 11.00 WIB.
4. Peneliti mengajukan 20 pertanyaan tentang awal mula program sekolah
ramah lingkungan, pengembangan program, pengembangan kegiatan,
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan serta faktor pendukung
dan penghambat program.
5. Hasil yang diperoleh adalah peneliti memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
6. Peneliti selesai melakukan wawancara pukul 11.25 WIB.
179
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Kamis, 2 April 2015
Waktu : 12.00 WIB
Tempat : Ruang guru
Tujuan : Wawancara dengan ibu Sulastri
1. Peneliti datang ke ruang guru untuk menemui ibu Sulastri dan meminta
kesediannya untuk diwawancarai.
2. Peneliti mulai melakukan wawancara pukul 12.05 WIB.
3. Peneliti mengajukan 20 pertanyaan tentang awal mula program sekolah
ramah lingkungan, pengembangan program, pengembangan kegiatan,
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan serta faktor pendukung
dan penghambat program.
4. Hasil yang diperoleh adalah peneliti memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
5. Wawancara selesai pada pukul 12.20 WIB.
180
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Kamis, 2 April 2015
Waktu : 12.50 WIB
Tempat : Ruang Wakil kepala sekolah
Tujuan : Wawancara dengan bapak Yuliantara
1. Peneliti datang ke ruang wakil kepala sekolah untuk menemui bapak
Yuliantara dan meminta kesdiaannya untuk diwawancarai.
2. Peneliti mulai melakukan wawancara pukul 12.50 WIB.
3. Peneliti mengajukan 20 pertanyaan tentang awal mula program sekolah
ramah lingkungan, pengembangan program, pengembangan kegiatan,
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan serta faktor pendukung
dan penghambat program.
4. Hasil yang diperoleh adalah peneliti memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
5. Wawancara selesai pada pukul 13.10 WIB.
181
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Kamis, 2 April 2015
Waktu : 13.15 WIB
Tempat : Ruang Wakil kepala sekolah
Tujuan : Wawancara dengan bapak Sumarno
1. Peneliti menemui bapak Sumarsono untuk meminta kesediannya untuk
diwawancarai.
2. Wawancara dimulai pada pukul 13.15 WIB.
3. Peneliti mengajukan 20 pertanyaan tentang awal mula program sekolah
ramah lingkungan, pengembangan program, pengembangan kegiatan,
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan serta faktor pendukung
dan penghambat program.
4. Hasil yang diperoleh adalah peneliti memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
5. Wawancara selesai pada pukul 13.30 WIB.
182
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Selasa, 7 April 2015
Waktu : 06.45 WIB
Tempat : Taman Sekolah
Tujuan : Mengamati aktivitas warga sekolah di pagi hari
1. Peneliti datang ke sekolah pukul 07.10 WIB.
2. Peneliti meminta ijin kepada pihak sekolah untuk melakukan pengamatan
di wilayah taman sekolah.
3. Peneliti mengamati aktivitas warga sekolah di pagi hari.
4. Hasil pengamatan yaitu pada saat pagi hari beberapa siswa memanfaatkan
taman sekolah untuk menunggu jam masuk sekolah. Nampak beberapa
siswa menggunakan fasilitas gazebo. Namun pada pagi hari tidak banyak
guru yang berada di taman sekolah. Rata-rata guru berada di kantornya
masing-masing. Kondisi taman pada pagi hari sangat bersih, sejuk, dan
nyaman, ditambah dengan adanya kicauan burung-burung menambah
suasana asri taman tersebut. Saat turun hujan tidak terjadi genangan air,
hal ini terjadi karena taman sekolah memiliki sistem drainase yang baik,
terdapat beberapa biopori dan selokan yang mengelilingi taman.
183
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Kamis, 9 April 2015
Waktu :09.50 WIB
Tempat : Taman Sekolah
Tujuan : Mengamati aktivitas warga sekolah saat jam istirahat
1. Peneliti datang ke sekolah pukul 09.50 WIB,
2. Peneliti meminta ijin untuk melakukan pengamatan di taman sekolah saat
jam istirahat berlangsung.
3. Hasil pengamatan yaitu pada jam istirahat guru dan siswa memanfaatkan
taman sekolah, hal tersebut terlihat dengan keberadaan beberapa siswa dan
guru duduk di gazebo taman. Beberapa siswa memanfaatkan gazebo taman
sekolah untuk berdiskusi dan mengerjakan tugas, namun ada beberapa
siswa yang memanfaatkan jam istirahat dengan duduk mengobrol dengan
teman-temannya, taman sekoah juga dijadikan tempat untuk berdiskusi
antara guru dan siswa. Suasana sejuk dan rindang terasa di taman sekolah
sehingga banyak siswa, guru maupun tamu sekolah yang memilih untuk
duduk di gazebo taman sekolah.
184
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Kamis, 9 April 2015
Waktu :13.00 WIB
Tempat : Taman sekolah
Tujuan : Mengamati aktivitas warga sekolah saat jam pulang sekolah
1. Peneliti melanjutkan pengamatan saat jam pulang sekolah.
2. Hasil pengamatan yaitu pada saat jam pulang sekolah tampak beberapa
siswa masih memanfaatkan taman sekolah untuk tempat mengobrol
maupun mengerjakan tugas. Namun tidak banyak guru yang
memanfaatkan taman saat jam pulang sekolah. Kondisi taman pada siang
hari cukup sejuk, walaupun cuaca di sekolah cukup panas namun berkat
adanya taman suasana di sekolah menjadi lebih sejuk. Selain itu
kebersihan taman tetap terjaga karena siswa membuang sampah pada
tempatnya serta adanya petugas kebersihan yang rutin membersihkan
taman sehingga pada siang hari pun kebersihan taman tetap terjaga.
185
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Selasa, 14 April 2015
Waktu :10.00 WIB
Tempat : Halaman depan sekolah
Tujuan : Mengamati keadaan sekolah dan aktivitas warga sekolah
1. Peneliti datang ke sekolah pukul 10.00 WIB.
2. Peneliti meminta ijin untuk melakukan pengamatan di wilayah sekolah.
3. Pada saat jam istirahat semua pedagang di luar sekolah dimasukkan ke
dalam halaman depan sekolah. Pihak sekolah mengijinkan para penjual
makanan berjualan di dalam sekolah. Aktifitas di halaman depan sekolah
sangat ramai. Banyak siswa membeli makanan yang dijual oleh pedagang
dari luar sekolah. Halaman depan sekolah dilengkapi dengan beberapa
fasilitas tempat duduk dan temapt sampah terpisah sehingga beberapa
siswa memanfaatkan tempat duduk tersebut untuk duduk menghabiskan
makanan yag dibelinya. Sementara siswa yang lainnya membawa
makanan tersebut untuk dimakan di taman, teras maupun di dalam kelas.
186
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Selasa, 14 April 2015
Waktu :10.15 WIB
Tempat : Kantin sekolah
Tujuan : Mengamati keadaan sekolah dan aktivitas warga sekolah saat jam
istirahat
1. Peneliti melanjutkan pengamatan ke kantin sekolah pada saat jam istirahat.
2. Hasil pegamatan yaitu pada saat jam istirahat kantin nampak dipadati oleh
para siswa yang ingin membeli makanan. Kondisi kantin nampak ramai,
namun kebersihan kantin tetap terjaga karena pihak sekolah melengkapi
kantin dengan beberapa tempat sampah baik di dalam maupun diluar
kantin serta dua wastafel yang dilengkapi dengan sabun dan handuk
tangan. Penjual kantin tetap menjaga kebersihan kantin, hal ini terbukti
dengan tidak adanya sampah yang berserakan di tempat jualannya.
187
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Senin, 20 April 2015
Waktu :12.10 WIB
Tempat : Masjid sekolah
Tujuan : Melakukan wawancara dengan siswa
1. Peneliti datang ke sekolah pukul 12.00 WIB.
2. Peneliti meminta ijin untuk melakukan wawancara dengan siswa.
3. Peneliti mewawancarai siswa kelas XI MIA 2.
4. Peneliti mengajukan 15 pertanyaan tentang awal mula program sekolah
ramah lingkungan, pengembangan program, pengembangan kegiatan,
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan serta faktor pendukung
dan penghambat program.
5. Hasil yang diperoleh adalah peneliti memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
6. Wawancara selesai pada pukul 12.30 WIB.
188
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Senin, 20 April 2015
Waktu :12.10 WIB
Tempat : Masjid sekolah
Tujuan : Melakukan wawancara dengan siswa
1. Peneliti melanjutkan wawancara dengan siswa kelas XI MIA 2.
2. Peneliti mengajukan 15 pertanyaan tentang awal mula program sekolah
ramah lingkungan, pengembangan program, pengembangan kegiatan,
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan serta faktor pendukung
dan penghambat program.
3. Hasil yang diperoleh adalah peneliti memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
4. Wawancara selesai pada pukul 12.30 WIB.
189
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Selasa, 5 Mei 2015
Waktu :12.50 WIB
Tempat : Halaman sekolah
Tujuan : Melakukan wawancara dengan petugas kebersihan
1. Peneliti meminta ijin untuk melakukan wawancara dengan petugas
kebersihan.
2. Peneliti menemui petugas kebersihan untuk wawancara.
3. Wawancara dimulai pukul 12.50 WIB.
4. Peneliti mengajukan 18 pertanyaan tentang awal mula program sekolah
ramah lingkungan, pengembangan program, pengembangan kegiatan,
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan serta faktor pendukung
dan penghambat program.
5. Hasil yang diperoleh adalah peneliti memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
6. Wawancara selesai pada pukul 13.05 WIB.
190
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Senin, 11 Mei 2015
Waktu :11.30 WIB
Tempat : Kantin sekolah
Tujuan : Melakukan wawancara dengan siswa
1. Peneliti datang ke sekolah pukul 11.30 WIB.
2. Peneliti meminta ijin untuk melakukan wawancara dengan siswa.
3. Peneliti mewawancarai siswa kelas X Mia 2.
4. Peneliti mengajukan 15 pertanyaan tentang awal mula program sekolah
ramah lingkungan, pengembangan program, pengembangan kegiatan,
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan serta faktor pendukung
dan penghambat program.
5. Hasil yang diperoleh adalah peneliti memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
6. Wwancara selesai pada pukul 11.50 WIB.
191
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Senin, 11 Mei 2015
Waktu :11.30 WIB
Tempat : Kantin sekolah
Tujuan : Melakukan wawancara dengan siswa
1. Peneliti melanjutkan wawancara dengan siswa kelas X Mia 2.
2. Peneliti mengajukan 15 pertanyaan tentang awal mula program sekolah
ramah lingkungan, pengembangan program, pengembangan kegiatan,
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan serta faktor pendukung
dan penghambat program.
3. Hasil yang diperoleh adalah peneliti memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
4. Wawancara selesai pada pukul 12.50 WIB.
192
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
Hari, Tanggal : Kamis, 11 Juni 2015
Waktu :12.10 WIB
Tempat : Kantin sekolah
Tujuan : Melakukan wawancara dengan penjual makanan
1. Peneliti datang ke sekolah pukul 12.10 WIB.
2. Peneliti meminta ijin melakukan wawancara dengan penjual makanan di
kantin.
3. Peneliti meminta kesediaan Ibu Emi untuk wawancara.
4. Wawancara dimulai pukul 12.20 WIB.
5. Peneliti mengajukan 11 pertanyaan tentang awal mula program sekolah
ramah lingkungan, pengembangan program, pengembangan kegiatan,
pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan serta faktor pendukung
dan penghambat program.
6. Hasil yang diperoleh adalah peneliti memperoleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
7. Wawancara selesai pada pukul 12.35 WIB.
193
Lampiran 5. Hasil Wawancara
Hasil Wawancara
1. Bagaimana awal mula sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan? “Awal mulanya? Kita sadar sendiri. Tiap tahun kan cuaca berubah kita hrus bisa mensikapi dengan baik, artinya jika kita hanya diam nanti dunia ini akan hancur, tiap tahun itu kan berubah 1 derajat panasnya bumi, makanya harus dicegah mulai dari sekarang. Ya awal mulanya itu kan sebenarnya berankat dari visi sekolah pada tahaun 2012, disini kan salah satu visinya itu ramah lingkungan. Yang menjadi penjabarannya ramah lingkungan itu yang harus kita tingkatkan., untuk tidak hanya slogan saja. Ramah lingkungan bisa flora bisa fauna bisa manusia itu sendiri. Lha yang kita garap itu kan sebenarnya tiga aspek itu. Ramah lingkungan dengan pohon atau alam semesta, makanya sekolah ya banyak pohon-pohonnya seperti hutan itu, menanam sama menebang itu harus seimbang ya, kalau motong satu pohon mbok bawa satu pohon, artinya kan hilang satu ya berganti satu, jadi tidak akan habis. Kalau bisa pekarangan itu jangan sampai kosong,nanti kan bisa menyebabkan gobal warming, pemanasan bumi. Kemudian ke binatang , disini kan memelihara binatang yang tidak membahayakan ya, seperti ikan, burung atau ayam. Pohon itu buah-buahan, saya itu tidak beroikir wah jjika nanti itu berbuah lalu siapa yang makan egk kaya gitu, sekolah itu siapa saja yang mau makan ya silahkan dimakan. Sedangkan manusianya itu ke lingkungan misalnya ada pembagian sembako, qurban, siswa yang kurang mampu, masyarakat sekitar sekolah juga diberikan”.
2. Apa alasan sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan? “Alasannya ya karena dengan kita ramah lingkungan itu bisa menjadikan manusia itu komplit antara emosional, intelektual, kecerdasan spiritual, dan sosial. Sekolah ramah lingkungan itu kan bertujuan agar anak didik itu bisa mengendalikan kenakalan atau penyimpangan, mengendalikan pergaulan-pergaulan yang tidak baik, menjaga lingkungan alam, kebersihan, karena sudah diikat dengan ramah lingkungan, itulah strateginya untuk mengatasi permasalahan tersebut”.
Wawancara ke : 1 Kode wawancara : SA.30/3/15 Nama informan : Drs. H. Suharja, M.Pd Tanggal wawancara : 30 Maret 2015 Waktu : 10.30 WIB Tempat : Ruang Kepala Sekolah
194
Lampiran 5. Hasil Wawancara
3. Apa saja kegiatan yang sekolah lakukan untuk mewujudkan salah satu Visi sekolah yaitu ramah lingkungan? “Kalau kegiatannya itu ada banyak ya dari sekolah ada penanaman pohon baik di dalam maupun luar sekolah, kemudian ada penebaran ikan di sungai, kemudian juga ada pelestarian hewan, bahkan alaumni pun masih melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan tentunya dengan bekerjasama dengan pihak sekolah, terus ada pengolahan sampah, penghematan air, pemilihan bahan bangunan yang ramah lingkungan juga”.
4. Apa saja jenis kebijakan yang dibuat sekolah berkaitan dengan
program sekolah ramah lingkungan termasuk dari sumber dan model? “Siswa sekolah ditugaskan untuk membawa satu tanaman untuk ditanam di lingkungan sekolah, jenis tanaman berupa toga dan tanaman hias, pembagian wilayah taman untuk siswa rawat tentunya dengan guru sebagai pembimbingnya, mengadakan kegiatan rutin setiap tahunnya untuk memperingati hari lingkungan hidup, mengedakan kerjasama dengan pihak laur baik dari dalam negeri maupun luar negeri”.
5. Kurikulum apa yang dikembangkan untuk menyukseskan program
sekolah ramah lingkungan? “Kurikulum ya diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, yang relevan laah seperti biologi, kimia, fisika, tentang pembuangan limbah dan sebagainya”.
6. Apa saja sumber belajar yang digunakan di sekolah?
“Kalau untuk sumber belajarnya eee....kita mengacu pada materi bilogi, kimia, terus media seperti internet, ada juga kita gunakan buku-buku, kemuadian fasilitas perpustakaan, taman, laboratorium”.
7. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan pihak
sekolah sebagai penyelenggara? “Sekolah mengadakan lomba-lomba yang bertemakan lingkungan ya seperti lomba mural, terus ada lomba membuat poster, menanam pohon diluar sekolah, menabur bibit ikan disungai, pelepasan burung dan lainnya”.
195
Lampiran 5. Hasil Wawancara
8. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan pihak luar sekolah sebagai penyelenggara? “Ada banyak ya, megikuti pelatihan-pelatihan, kemudian penyuluhan untuk guru, mengikuti lomba penelitian tentang lingkungan, lomba sekolah sehat, ini juga mau ikut lomba sekolah sehat lagi, terus kemarin itu dengan fakultas pertanian juga”.
9. Dengan siapa saja sekolah bekerjasama dalam menjalankan program sekolah ramah lingkungan? “Setiap hari senin dan rabu itu ada dokter dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terus dari rumah sakit, puskesmas juga, dengan polisi juga, tiap ada kegaiatan tentang lingkungan itu, dari pihak kecematan juga bekerjasama, BLH kabupaten dan DIY juga”.
10. Bagaimana karakter siswa berbasis kultur sekolah ramah
lingkungan? “Karakter siswa disini cukup baik, walaupun belum semua siswa sadar akan pentingnya kebersihan sekolah tetapi tidak ada siswa yang melanggar peraturan sekolah yang terhitung berat, adanya siswa yang mau menegur dan menasehati temannya juga menjadi kelebihan yang dimiliki oleh siswa”.
11. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan di
sekolah? “Ya kita programkan kegiatan apa kegiatan bersih-bersih, melakukan pembinaan ya seperti pembinaan UKS, Kantin, kesehatan remaja, melakukan sosialisasi kepada warga sekolah, dan menjalin kerjasama dengan pihak luar itu”.
12. Apa saja bentuk pemanfaatan sarana pendukung sekolah ramah
lingkungan? “Pemanfaatan yaa kita memanfaatkan benar sarana dan fasilitas sekolah untuk kegiatan ya, misalkan untuk kesehatan kita manfaatkan alat-alat yang ada di UKS untuk pemeriksaan, kemudian untuk menanggulangi sampah kita gunakan komposter dan alat penggilingan sampah, untuk air ya disekolah kan ada resapan ya seperti biopori ada juga parit atau selokan sekolah, kita juga gunakan taman untuk belajar siswa. Jadi sarana prasarana yang kita punya itu diprogramkan, itu kan juga untuk pembinaan lingkungan sekolah juga kan. Terus bangunan yaaa...emm sejalan dengan kemajuan teknologi kita usahakan kalau etalase itu ya, vreon-vreon itu ya, memang jatuhnya lebih mahal tapi kan tidak merusak lingkungan yaa, dan ini kita sudah teskan ini bahwa pohon-pohon ini ukuran oksigen dengan
196
Lampiran 5. Hasil Wawancara yang digunakan sudah cukup seimbang ya, produksi oksigen dengan luas sekolah yang sedemikian laus sudah seimbang, yang ngetes ini dari pakar UGM. Kita tes pengeluaran oksigen seberapa, sudah kita teskan”.
13. Bagaiamana pengelolaan penunjang kebersihan dan lingkungan,
efisiensi penggunaan sumberdaya alam, dan sarana pendukung sekolah? “Mematikan listrik, jika kran air bocor maka segera diganti agar air tidak terbuang sia-sia, menghemat sumberdaya. Air digunakan jika perlu saja. Terus ada pengolahan sampah itu disini kan banyak tempat sampah ya, ada komposter, ada penggilingan sampah jadi sampah yang dimasukkan komposter kemudian hasilnya itu untuk pupuk tanaman dan pohon yang ada di sekolah, tentunya kita kelola sebaik mungkin, kita manfaatkan semaksimal mungkin”.
14. Bagaimana peranan warga sekolah dalam melaksanakan program
sekolah ramah lingkungan? “Semuanya berperan ya untuk mewujudkan visi sekolah itu, itu kan impian yang harus kita wujudkan ya, jadi guru-guru itu mendidik, membimbing siswa agar mau hidup ramah lingkungan, terus karyawan sekolah menjalankan tugasnya, siswa juga menjaga kebersihan sekolah”.
15. Prestasi apa saja yang telah diraih oleh sekolah?
“Prestasi sekolah yaitu sekolah pernah menjuarai lomba tentang lingkungan, siswa juga ada yang juara lomba lingkungan, ditunjuknya sekolah untuk mewakili lomba sekolah sehat juga menjadi prestasi untuk sekolah”.
16. Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan program sekolah
ramah lingkungan? “Faktor pendukung kalau dari sekolah sendiri adanya sarana prasarana serta fasilitas sekolah yang lengkap, adanya peran seluruh warga sekolah, sementara faktor pendukung dari luar adalah adanya kerjasama yang sekolah lakukan dengan pihak luar, adanya penyuluhan dan sosialisasi yang diikuti oleh sekolah”.
17. Apa saja faktor penghambat dalam melaksanakan program sekolah
ramah lingkungan? “Faktor penghambat belum semua warga sekolah maksimal dalam melaksanakan program, kurang tumbuhnya kesadaran siswa akan pentingnya menjaga kebersihan sekolah”.
197
Lampiran 5. Hasil Wawancara
18. Bagaimana solusi untuk mengatasi faktor penghambat dalam melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Solusinya yaitu sekolah mengadakan pertemuan dan rapat rutin untuk membahas permasalahan yang ada, kemudian sekolah tetap memberikan sosialisasi kepada warga sekolah untuk senantiasa menjaga dan mengelola lingkungan, serta memantau jalannnya program sekolah”.
19. Bagaimana evaluasi program sekolah ramah lingkungan?
“Evaluasi kita adakan setiap minggu ya melalui rapat maupun pertemuan, dari pertemuan tersebut kita bahas apa saja program yang sudah berjalan dan yang belum berjalan, apa saja kendalanya, kemudian kita cari solusi bersama-sama. Sejauh ini ada beberapa kegiatan yang terhenti, namun masih banyak kegiatan yang rutin dilaksanakan”.
20. Bagaimana pendapat anda mengenai program sekolah ramah lingkungan? “Baik ya, dalam arti melalui program ini seluruh warga sekolah diajarkan untuk mencintai dan melindungi alam, mengingat perubahan alam yang semakin parah, sehingga dibutuhkan oarang-orang yang mau menjaga dan melindungi alam dan lingkungan hidup”.
1. Bagaimana awal mula sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan? “Awalnya sekolah ditunjuk oleh Provinsi sebagai salah satu sekolah yang berwawasan lingkungan, kemudian Visi sekolah dirubah dan disesuaikan dengan sekolah yang ramah lingkungan. Kira-kira sudah 4 tahun yang lalu”.
2. Apa alasan sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan? “Kan awalnya itu ditunjuk oleh Provinsi dengan melihat kondisi sekolah pada saat itu. Pihak Dinas datang ke sekolah melihat potensi sekolah dalam hal lingkungan, apalagi disini kan banyak taman-taman, pohon dan lain sebagainya. Sekolah ini juga di nominasikan oleh pemerintah sebagai salah satu sekolah yang berwawasan lingkungan. Makanya Visi sekolah kemudian diubah, disesuaikan”.
Wawancara ke : 2 Kode wawancara : RB.30/3/15 Nama informan : Rachmat Basuki, S.Pd Tanggal wawancara : 31 Maret 2015 Waktu : 12.30 WIB Tempat : Lapangan Olahraga
198
Lampiran 5. Hasil Wawancara
3. Apa saja kegiatan yang sekolah lakukan untuk mewujudkan salah satu Visi sekolah yaitu ramah lingkungan? “Yang pertama ya merubah visi tadi itu kemudian dari Visi itu kita jabarkan dalam kurikulum sekolah, kita integrasikan ke dalam mata pelajaran. Visi itu kan salah satu kebijaksanaan lingkungan. Kemudian sekolah juga membuat kantin sehat, pengolahan limbah, tanam pohon baik di dalam sekolah maupun luar sekolah, bahkan kita pernah mengadakan penanaman 5000 pohon. Sekolah kami juga pernah mengadakan lepas satwa berupa burung diseputaran sekolah, kita juga membuat kompos, ada sumur resapan juga kemudian biopori disepanjang saluran air, kita juga mengadakan kunjungan ke tempat pengelolaan bak sampah di Bantul”.
4. Apa saja jenis kebijakan yang dibuat sekolah berkaitan dengan program sekolah ramah lingkungan termasuk dari sumber dan model? “Ya kurikulum itu kita kembangkan dari visi sekolah”.
5. Kurikulum apa yang dikembangkan untuk menyukseskan program sekolah ramah lingkungan? “Semua guru membuat silabus dan RPP, materi tentang lingkungan diintregasikan ke dalam mata pelajaran yang diajarkan”.
6. Apa saja sumber belajar yang digunakan di sekolah? “Selain dari mata pelajaran ya kita siswa belajar dari lingkungan dan area yang ada di sekolah, lingkungan, taman-taman ini kan anak-anak juga turut memelihara. Pohon-pohon dilengkapi. Disamping lapangan itu kita tanam pohon yang sudah langka seperti pohon kepel, manggis, sawo, mundu dan lain-lain. Melalui lingkungan kan anak-anak mampu belajar menyanyangi tanaman”.
7. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan sekolah sebagai penyelenggara? “Belum banyak, hanya siswa menggambar mural di tembok samping lapangan, tema muralnya tentang lingkungan. Kemudian siswa diberi tugas untuk membuat poster, gambar-gambar dan lain sebagainya tentu dengan tema lingkungan. Menabur benih ikan, tanam pohon, tapi dulu itu hujan lebat jadi pohon-pohonnya belum semua bisa terdistribusikan ke luar”.
8. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan pihak luar sekolah sebagai penyelenggara? “Sekolah mengikuti lomba sekolah sehat, ini besok mewakili kabupaten. Terus ada penyuluhan dari pihak luar ya seperti dari Universitas Gadjah Mada, ada juga bantuan dari BLH itu dari kabupaten dan DIY”.
199
Lampiran 5. Hasil Wawancara
9. Dengan siapa saja sekolah bekerjasama dalam menjalankan program sekolah ramah lingkungan? “Wah banyak, pernah dengan dokter hewan, siswa diajarkan bagaimana cara beternak hewan, waktu itu pas acara ulang tahun sekolah. Terus juga penggilingan daun yang hasilnya itu diberikan kepada warga. Kemudian ada dari Badan Lingkungan Hidup Bantul dan Provinsi mengadakan pendidikan latihan tentang lingkungan untuk para guru. Siswa kami juga sempat melakukan penelitian tentang dampak renovasi gedung-gedung tinggi, kan renovasi itu berdampak pada lingkungan, kira-kira 3 anak yang melakukan penelitian itu, sekitar 3 tahun yang lalu, anak-anak melakukan penelitian selama berbulan-bulan”.
10. Bagaimana karakter siswa berbasis kultur sekolah ramah lingkungan? “Siswa disini sudah tertanamkan ya rasa mencintai lingkungannya, mereka mampu hidup bersih, peduli lingkungan, siswa juga mampu mengklasifikasikan sampah sesuai jenisnya, terus usaha pengelolaan limbah, pokoknya menambah wawasan mereka tentang lingkungan, jadi tidak hanya teori”.
11. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan di sekolah? “Mengadakan jumat bersih, 15 menit sebelum pelajaran dimulai, tapi sekarang belum diberlakukan lagi. Biasanya guru dan siswa membersihkan kelas dan luar kelas, tapi sekarang sudah tidak berjalan lagi. Terus ya kita tetap memberikan sosialisasi ya kepada siswa, mendidik, membina danmengarahkan siswa untuk mencintai lingkungan. Kita juga memasukkan himbauan untuk menjaga kelestarian alam dalam Mars sekolah, jadi setiap upacara kan dinyanyikan ya jadi siswa kan senantiasa ingat untuk menjaga lingkungan hidup”.
12. Apa saja bentuk pemanfaatan sarana pendukung sekolah ramah lingkungan? “Kita menyediakan bak sampah terpisah di masing-masing kelas, ada juga komposter, terus alat penggilingan sampah, jadi siswa bisa memilah sampah sesuai jenisnya karena dari sekolah sudah menyediakan sarananya”.
13. Bagaimana pengelolaan penunjang kebersihan dan lingkungan, efisiensi penggunaan sumber daya alam, dan sarana pendukung sekolah? “Ohhh kalau itu di sekolah ada himbauan hemat air, hemat listrik, ATK, kertas-kertas, buang sampah pada tempatnya, larangan merokok, itu ada beberapa poster atau papan himbaun yang kita pasang. Kita juga
200
Lampiran 5. Hasil Wawancara melakukan daur ulang kertas, kemudian AC dinyalakan setelah jam 9 pagi untuk menghembat listrik”.
14. Bagaimana peranan warga sekolah dalam melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Kalau disini sudah ada kapling-kapling misal pegawai, guru, dan lain-lain. Jadi warga sekolah membersihkan dan menjaga sesuai dengan kapling atau area yang sudah menjadi tanggungannya. Guru juga ikut serta dalam jumat bersih, baik membersihkan di dalam kelas maupun luar kelas”.
15. Prestasi apa saja yang telah diraih oleh sekolah? “Pernah juara lomba tentang lingkungan dulu, siswa juga menjuarai lomba tentang penelitian lingkungan, penelitian siswa mengenai efek dari renovasi gedung-gedung tinggi ditelti dampak ke lingkungannya seperti apa, itu sudah dua kali menjadi juara, terus sekolah juga mengikuti lomba sekolah sehat”.
16. Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Faktor pendukung yaitu sarana prasarana sekolah yang lengkap, adanya dukungan yang diberikan untuk sekolah, adanya kerjasama dengan pihak luar, serta terdapat peran warga sekolah dalam pelaksanaan program sekolah ramah lingkungan”.
17. Apa saja faktor penghambat dalam melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Faktor penghambat yaitu belum semua warga sekolah sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup, tidak semua sampah bisa diolah, adanya kegiatan yang berhenti”.
18. Bagaimana solusi untuk mengatasi faktor penghambat dalam melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Sekolah mengadakan pertemuan setiap hari senin setelah upacara untuk membahas program mana saja yang belum maksimal, kemudian dicari solusinya”.
19. Bagaimana evaluasi program sekolah ramah lingkungan? “Sejauh ini tidak ada siswa yang merusak fasilitas sekolah, namun beberapa siswa belum sadar akan pentingnya menjaga kebersihan sekolah, ada beberapa kegiatan yang sudah tidak dilaksanakan lagi, tetapi kagiatan yang lainnya masih tetap berjalan seperti biasanya, jadi kurang maksimal saja”.
201
Lampiran 5. Hasil Wawancara
20. Bagaimana pendapat anda mengenai program sekolah ramah lingkungan? “Bagus, program dan visi misi yang dirubah bisa memberikan nilai positif kepada warga sekolah untuk senantiasa menjaga dan melindungi lingkungan serta kebersihan lingkungan, tidak hanya di sekolah saja tetapi juga bisa terbawa di rumah”.
1. Bagaimana awal mula sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan? “Awalnya itu sekolah kita ditunjuk dari pemerintah, lalu kita mulai mengubah Visi dan Misi sekolah. Sekolah kita ditunjuk karena pemerintah melihat dari keadaan dan kondisi sekolah kita, mulai dari taman, sarana prasarana dan SDM lainnya. Kira-kira sekitar tahun 2009. Pada tahun 2010 sekolah kita juga menjadi salah satu sekolah dengan predikat go green. Oh ya, sekarang sekolah kita sedang diadakan pengembangan sekolah sehat kerana sekolah kita ditunjuk oleh pemerintah, kira-kira bulan september penilaian sekolah sehatnya, jadi kita warga sekolah sedang berupaya memeperbaiki dan mengembangkan sekolah guna mengikuti lomba sekolah sehat”.
2. Apa alasan sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan? “Alasannya ya karena ditunjuk itu, kemudian kan kita kembangkan melalui Visi sekolah. Bersih itu kan kebutuhan, bagaimana mau berprestasi jika lingkungan sekolah saja tidak bersih. Sehat juga kebutuhan, bukan hanya kewajiban saja kan. Jadi sebisa mungkin kita ciptakan sekolah yang ramah lingkungan, yaitu melalui program dan kegiatan yang ada di sekolah”.
3. Apa saja kegiatan yang sekolah lakukan untuk mewujudkan salah satu Visi sekolah yaitu ramah lingkungan? “Kegiatannya meliputi, (1) pengadaan SOP sekolah sehat, Laskar sekolah sehat, gerakan sekolah sehat, pembiasaan-pembiasaan warga sekolah untuk mencintai lingkungan. (2) sarana prasarana, kita memiliki semboyan pilah, pilih, pulung”.
Wawancara ke : 3 Kode wawancara : P.31/3/15 Nama informan : Pujiyanto, S.Pd Tanggal wawancara : 2 April 2015 Waktu : 11.00 WIB Tempat : Lobi Sekolah
202
Lampiran 5. Hasil Wawancara
4. Apa saja jenis kebijakan yang dibuat sekolah berkaitan dengan program sekolah ramah lingkungan termasuk dari sumber dan model? “Ada laskar sekolah sehat itu sekitar tahun 2013, kemudian kader PIK dan KIR, terus ada tentang penyuluhan reproduksi juga namanya KesPro, kan sehat tidak hanya fisik saja, sehat merupakan kebutuhan pokok, siswa juga diajarkan untuk memantau jentik-jentik nyamuk baik di kamar mandi, kolah ikan, air mancur maupun sumber-sumber air lainnya, pengadaan tanaman toga juga, akan tetapi tidak semua siswa mengumpulkan tanaman toga, hanya sebagian atau perwakilan, kalau semua siswa bawa ya sekolah belum mempunyai tempat yang cukup, siswanya kan banyak. Tetapi pemahaman orang-orang masih saja mengangap bahwa tanaman toga itu hanya seputar lidah buaya, mahkota dewa itu-itu saja, padahal banyak sekali tanaman-tanaman yang bisa digunakan untuk obat. Jadi kalo di sekolah kami penempatan tanaman toga tidak hanya satu square saja, melainkan kita sebar di kawasan sekolah”.
5. Kurikulum apa yang dikembangkan untuk menyukseskan program sekolah ramah lingkungan? “Pendidikan tentang lingkungan kita integrasikan kedalam mata pelajaran yang kami ajarkan”. Kalau pendidikan lingkungan hidup tidak ada disini, hanya diintegrasikan saja ke semua mata pelajaran”.
6. Apa saja sumber belajar yang digunakan di sekolah? “Ada studi banding, mentoring, lingkungan sekolah juga penting kita jadikan sumber belajar kerana siswa bersentuhan langsung dengan lingkungan sekolah, kemudian juga dari perpustakaan, berbagai narasumber yang kita datangkan, terus juga siswa maupun guru yang pernah ikut lomba tentang lingkungan juga kita anjurkan untuk memberikan ilmunya kepada para siswa”.
7. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan sekolah sebagai penyelenggara? “siswa melakukan kegiatan bersih-bersih, ada juga lomba 7K yang mencakup keindahan, kebersihan, kerindangan, kerapian, ketertiban, keamanan, dan kenyamanan. Selain itu siswa membuat poster-poster tentang lingkungan yang dijadikan alat untuk kampanye atau mengajak warga sekolah untuk menjaga dan melindungi lingkungan, Mars sekolah kami juga berisi tentang ajakan untuk melindungi lingkungan, MME, dan kantin sehat”. Kita juga bekerjasama dengan masyarakat sekitar, seperti di luar sana kita tempatkan kandang burung, gunanya untuk menambah suasana yang menyenangkan, keindahan itu kan tidak hanya yang bisa kita lihat, tetapi yang bisa kita dengar juga, jadi bukan hanya mata saja. Selain itu masyarakat yang membuka warung kurang dari 200 meter dari sekolah
203
Lampiran 5. Hasil Wawancara tidak boleh menjual rokoknya ke siswa, jika ada siswa yang membeli rokok, maka pihak penjual melaporkan ke pihak sekolah. Untuk komposter kita bekerjasama dngan petugas khusus mengingat tidak semua warga sekolah bisa menggunakan alat tersebut”.
8. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan pihak luar sekolah sebagai penyelenggara? “Sekolah kami bekerjasama dengan Badan POM untuk memantau kantin, kan kantin sekolah kami kantin sehat, jadi kantin disini dibagi menjadi dua macam, yaitu kantin kering dan kantin basah. Ada juga dengan Rumah Sakit Paramita, Puskesmas, Rumah Sakit Wirosaban, PMI. Biasanya seminggu 2x kunjungan, seperti melakukan pelayanan kepada warga sekolah, dan pihak PMI melakukan penyuluhan kepada para siswa”.
9. Dengan siapa saja sekolah bekerjasama dalam menjalankan program sekolah ramah lingkungan? “Ada Badan POM, Rumah Sakit Paramita, PMI, Rumah Sakit Wirosaban, Puskesmas, terus ada juga dari alumni-alumni, pelaku usaha, YLK, LSM, Abid, Respati, dan juga BLH baik dari DIY maupun BLH Bantul”.
10. Bagaimana karakter siswa berbasis kultur sekolah ramah lingkungan? “Karakter para siswa sejauh ini cukup baik ya, walaupun belum 100% siswa yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, ya paling cuma 1 atau 2 siswa saja yang masih suka jail, ada juga dari guru dan tamu, tapi itu tidak banyak, hanya sedikit dan tidak terus-terusan”.
11. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan di sekolah? “Kita melakukan pemberdayaan dari program tersebut, para siswa didampingi, dibina, serta diajarkan untuk mencintai dan melindungi lingkungan sekitar melalui kegiatan-kegiatan. Biasanya hari jumat dan sabtu siswa bersih-bersih, biasanya itu pas jam terakhir. Terus ada lomba 7K perkelas, nanti kelas yang menang akan mendapatkan piala bergilir, biasanya diumumkan tiap senin pas upacara”.
12. Apa saja bentuk pemanfaatan sarana pendukung sekolah ramah lingkungan? “kita menggunakan sarana sekolah dan fasilitas sekolah untuk melakukan eee.. yang pertama itu kita melakukan kampanye, kampanye tidak hanya dilakukan oleh guru saja melainkan siswa juga ikut andil, yang kedua edukasi memberikan ilmu kepada siswa tentang lingkungan, yang ketiga yaitu sanksi, sanksi itu diberikan sebagai alat untuk penyadaran kepada warga sekolah jika mereka ada yang melanggar tata tertib seperti buang
204
Lampiran 5. Hasil Wawancara sampah sembarangan, terus juga diumkan kelas mana yang paling kotor, ya untuk penyadaran para siswa agar mereka tidak melakukan hal itu lagi dan mereka sadar untuk tetap menjaga dan melindungi lingkungan sekitar”.
13. Bagaiamana pengelolaan penunjang kebersihan dan lingkungan, efisiensi penggunaan sumberdaya alam, dan sarana pendukung sekolah? “Ada 3R, reuse, reduce, recycle. hemat energi seperti menghemat listrik, contohnya dalam penggunaan AC di semua ruangan, AC baru dinyalakan setelah jam 9 pagi, jadi kalo jam-jam pagi kita hanya menggunakan udara yang dari luar, kan kalau pagi udara masih segar disini, apalagi letak sekolah kan berada di dalam kampung jadi jauh dari jalan raya. Sekolah kami juga memiliki cleaning service untuk membantu mengurus kebersihan, kerapihan sekolah. Selain itu ada siswa jaga, yaitu siswa piket seperti membersihkan kelas, kemudian menyiapkan meja, lcd, kursi dan lain-lain sebelum memulai pelajaran. Kami juga menempel poster himbauan untuk menghemat air. Ada juga komposter di taman sekolah, komposer digunakan untuk mengolah sampah, disini satu hari saja sampah bisa banyak sekali dari sampah kering sampai sampah basah, itu saja belum dari sampah lingkungan, pokoknya banyak”.
14. Bagaimana peranan warga sekolah dalam melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Semua warga sekolah berperan, mulai dari manajemen, monitoring hingga evaluasi, biasanya kami buat laporan-laporan dan diserahkan ke atasan. Kemudian kami menyusun program-program berikutnya”.
15. Prestasi apa saja yang telah diraih oleh sekolah? “Pernah juara lomba debat siswa tingkat provinsi, temanya lingkungan, kemudian sekolah kami sedang mempersiapkan untuk mengikuti lomba sekolah sehat mewakili provinsi, kira-kira bulan september”.
16. Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Faktornya ya dari seluruh warga sekolah. Adanya dukungan dari sekolah maupun pihak luar ya, terus ada dana juga baik dari luar maupun dari anggaran sekolah sendiri, kemudian adanya kebijakan-kebijakan sekolah yang mendukung, sarana prasarana yang lengkap, pelaksanaannya juga, serta eksekutornya itu sendiri”.
205
Lampiran 5. Hasil Wawancara
17. Apa saja faktor penghambat dalam melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Kalau faktor penghambatnya yang pertama itu kesadaran warga sekolahnya ya, maksudnya peranannya, kadang sadar tapi kadang kembali melakukan hal seperti itu lagi, kemudian manajemennya juga, input outputnya, kemudian selera orang juga berbeda kan jadi dalam pelaksanaan kegiatan tidak semua berjalan dengan lancar”.
18. Bagaimana solusi untuk mengatasi faktor penghambat dalam melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Solusinya yang pertama yaitu menanamkan kebersamaan, keharmonisan, kepedulian, kegotongroyongan juga perlu, mengingat hal-hal itu sangat penting untuk diterapkan. Jika hal tersebut tidak diterapkan maka program tidak akan pernah jalan, kemudian membahas kegiatan atau kebijakan mana saja yang mengalami kendala, biasanya dibahas saat rapat, mengadakan sosialisasi kepada warga sekolah, dan menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta”.
19. Bagaimana evaluasi program sekolah ramah lingkungan? “Evaluasi kami adakan rutin biasanya sih rapat ya, setiap tri wulan, semester dan tahunan. Ada dua jenis evaluasi yang kami lakukan yaitu yang bersifat insidental dan reguler. Insidental biasanya dari dinas, sedangkan yang reguler itu secara terpogram. Program-program yang telah kami buat harus kami jalankan”. Kalau sejauh ini sih ya masih ada kegiatan yang berhenti ya, tapi itu hanya beberapa saja, sedangkan kegiatan yang lainnya masih berjalan seperti biasanya”.
20. Bagaimana pendapat anda mengenai program sekolah ramah lingkungan? “Pendapat saya ya baik, baik secara pendidikan, moral, akademik maupun non akademik dan lainnya. Program ini harus ditingkatkan, lingkungan itu kan berpengaruh pada kesehatan, nah kesehatan sekarang ini bukan hanya kewajiban tetapi sudah menjadi kebutuhan semua orang, jadi sekolah harus meningkatkan itu, jangan kumuh atau kotor, kebersihannya harus dijaga benar”.
206
Lampiran 5. Hasil Wawancara
1. Bagaimana awal mula sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan? “Awal mulanya itu sekolah memiliki keinginan untuk mewujudkan sekolah yang sehat, ya kurang lebih empat tahun yang lalu, makanya visi misi sekolah itu kan terus dirubah ya”.
2. Apa alasan sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan?
“Selain mewujudkan sekolah sehat juga untuk menaggulangi sampah di sekolah, tiap harinya sampah yang dihasilkan terlalu banyak”.
3. Apa saja kegiatan yang sekolah lakukan untuk mewujudkan salah satu Visi sekolah yaitu ramah lingkungan? “Banyak, ada kelas bersih, terus setiap minggunya itu diadakan lomba, tapi akhir-akhir ini sudah tidak dilaksanakan lagi, entah sudah lupa atau gimana. Ada juga sekolah sehat, kan besok mau mewakili lomba sekolah sehat”.
4. Apa saja jenis kebijakan yang dibuat sekolah berkaitan dengan
program sekolah ramah lingkungan termasuk dari sumber dan model? “Sekolah memberikan hadiah kepada kelas yang juara dalam lomba kebersihan, ada juga hadiah untuk siswa yang rajin bersepeda ke sekolah, kami juga membuat poster-poster dengan tema lingkungan, global warming, bumi, air ya pokoknya himbauan untuk melindungi lingkungan”.
5. Kurikulum apa yang dikembangkan untuk menyukseskan program
sekolah ramah lingkungan? “Kurikulum 2013 dan KTSP, materi tentang lingkungan hidup diintegrasikan ke dalam masing-masing mata pelajaran”.
6. Apa saja sumber belajar yang digunakan di sekolah?
“Banyak, ada taman, halaman, perpustakaan, lapangan, kantin dan sarana prasarana lainnya”.
Wawancara ke : 3 Kode wawancara : SI.31/3/15 Nama informan : Sulastri, S.Pd Tanggal wawancara : 2 April 2015 Waktu : 12.00 WIB Tempat : Kantor Guru
207
Lampiran 5. Hasil Wawancara
7. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan sekolah sebagai penyelenggara? “Mengadakan lomba desain poster, lomba gambar, kampanye, debat, pokonya yang bertemakan lingkungan”.
8. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan pihak luar
sekolah sebagai penyelenggara? “Dulu itu sekolah pernah mengikuti lomba lingkungan ya sekitar tahun 2012, nah kalau sekarang sedang persispan mengikuti lomba sekolah sehat, terus juga ada penyuluhan dan sosialisasi dari pihak luar”.
9. Dengan siapa saja sekolah bekerjasama dalam menjalankan program
sekolah ramah lingkungan? “Banyak, ada dari puskesmas, dokter, bekerjasama dengan pengelola TPA sampah juga, dari BLH Bantul dan Provinsi juga dulu itu dapat bantuan ya dari BLH”.
10. Bagaimana karakter siswa berbasis kultur sekolah ramah
lingkungan? “Cukup baik, siswa tidak merokok di kawasan sekolah, siswa terbiasa membuang sampah ditempatnya, tapi ya ada beberapa siswa yang masih suka membuang sampah tidak pada tempatnya, tapi itu hanya beberapa saja, tidak semua siswa seperti itu”.
11. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan di
sekolah? “Sekolah menyediakan sarana prasarana seperti bak sampah yang terdiri dari beberapa jenis, terdapat wastafel di setiap depan kelas, terus penghematan listrik, air dan lainnya ya, ada juga pengolahan sampah untuk menanggulagi sampah itu tadi, mengadakan sosialisasi kepada siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan, memantau kebersihan sekolah juga”.
12. Apa saja bentuk pemanfaatan sarana pendukung sekolah ramah
lingkungan? “Sekolah kami memiliki mobil pengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir yang berada di Bantul, pembuatan pupuk kompos dari sampah-sampa yang sudah dipilah, serta adanya biopori sehingga saluran dan peresapan air tetap lancar”.
208
Lampiran 5. Hasil Wawancara
13. Bagaiamana pengelolaan penunjang kebersihan dan lingkungan, efisiensi penggunaan sumberdaya alam, dan sarana pendukung sekolah? “Sekolah kami menyalakan AC setelah jam 9, jadi kalau pagi jendela ruangan di buka sehingga pemanfaatan udara di lingkungan sekolah dapat dimaksimalkan, penghematan air dan listrik melalui poster atau himbauan yang ditempel di kawasan sekolah”.
14. Bagaimana peranan warga sekolah dalam melaksanakan program
sekolah ramah lingkungan? “Warga sekolah cukup berperan, warga sekolah kan yang menggunakan fasilitas, sarana prasarana dan lain-lain sehingga produksi sampah juga berasal dari kita sendiri, terjadi pencemaran, oleh sebab itu kita wajib untuk mencari solusi untuk mengatasi pencemaran tersebut ya melalui peran seluruh warga sekolah dalam mengelola sampah itu sendiri”.
15. Prestasi apa saja yang telah diraih oleh sekolah?
“Pernah juara lomba sekolah sehat tahun 2012 apa ya, tingkat kabupaten Bantul”, sekarang juga sedang persiapan lomba sekolah sehat juga, ini sedang melakukan persiapan untuk lomba itu”.
16. Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Faktor pendukungnya ya kita punya alat transportasi sendiri untuk membuang sampah ke TPA, sehingga tidak perlu menunggu mobil dinas datang kesini, sarana prasarana juga mendukung, fasilitas dan peran warga sekolah juga”.
17. Apa saja faktor penghambat dalam melaksanakan program sekolah
ramah lingkungan? “Penghambatnya ya ada jenis sampah yang sulit diolah seperti plastik, beberapa keran juga macet, beberapa personil karyawan kerja hanya saat pagi saja, terus juga masih ada siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya”.
18. Bagaimana solusi untuk mengatasi faktor penghambat dalam
melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Kita harus toleransi terhadap lingkungan, kesadaran untuk melindungi dan menjaga lingkungan, menegur siswa jika ada yang membuang sampah sembarangan, memberikan sosialisasi kepada warga sekolah juga”.
19. Bagaimana evaluasi program sekolah ramah lingkungan?
“Sekolah melakukan evaluasi rutin, kita juga mencari solusi dari permasalahan yang ada seperti penanganan sampah, kita harus mencari
209
Lampiran 5. Hasil Wawancara solusi yang bisa mengatasi masalah tersebut dengan cepat. Kalau selama ini ya mbak masih ada kegiatan yang berhenti, tapi kalau untuk yang lainnya yamasih bagus ya, Cuma beberapa saja”.
20. Bagaimana pendapat anda mengenai program sekolah ramah
lingkungan? “Pertahankan, serta tingkatkan sehingga akan tercipta sekolah yang bersih. Tapi sampai sekarang saya rasa belum maksimal ya, harus ditingkatkan lagi, kegiatannya yang berhenti harus berjalan lagi”.
1. Bagaimana awal mula sekolah mengikuti program sekolah ramah
lingkungan? “Awalnya ditunjuk oleh pemerintah, sekolah juga sadar bahwa sekolah harus memberikan layanan yang terbaik untuk siswa supaya para siswa merasa nyaman berada di sekolah. Siswa disini kan mayoritas anak kota ya jadi wilayah mereka kan bising, rumah juga padat sehingga kami harus menciptakan sekolah yang nyaman untuk mereka gunakan belajar. Selain itu sekolah juga sadar untuk mendukung pencegahan global warming”.
2. Apa alasan sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan? “Ya karena ditunjuk dinas tadi itu, kita juga mempunyai kesadaran untuk membuktikan bahwa sekolah ini sudah ramah lingkungan atau belum, kan penilaian harus dari orang lain juga, jika sudah maka kami pertahankan, jika belum maka harus kami tingkatkan”.
3. Apa saja kegiatan yang sekolah lakukan untuk mewujudkan salah satu Visi sekolah yaitu ramah lingkungan? “Banyak, ada pengelolaan sampah, penanaman pohon baik di dalam maupun luar sekolah, pelestarian hewan, pembuatan kompos, daur ulang sampah meliputi 3R, serta fasilitas sekolah yang ramah lingkungan”.
4. Apa saja jenis kebijakan yang dibuat sekolah berkaitan dengan
program sekolah ramah lingkungan termasuk dari sumber dan model? “Dulu satu anak satu pohon, siswa membawa tanaman atau pohon ke sekolah terus ditanam dirawat bersama-sama, ada juga pemilahan sampah
Wawancara ke : 4 Kode wawancara : Y.31/3/15 Nama informan : Yuliantara, M.Pd Tanggal wawancara : 31 Maret 2015 Waktu : 12.50 WIB Tempat : Kantor Wakil Kepala Sekolah
210
Lampiran 5. Hasil Wawancara meliputi tiga macam yaitu sampah plastik, daun dan kertas, terus pembagian wilayah kebersihan perkelas mempunyai tanggungjawab untuk merawat wilayahnya, jadi taman di depan kelas itu siswa yang merawat, sedangkan guru bertugas membimbing dan mengawasi”.
5. Kurikulum apa yang dikembangkan untuk menyukseskan program
sekolah ramah lingkungan? “Sekolah ini kan sudah menggunakan kurikulum 2013 maka dimasukkan dalam RPP, jadi diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran yang berhubungan dengan lingkungan”.
6. Apa saja sumber belajar yang digunakan di sekolah?
“Sumbernya ya dari buku-buku, internet, lingkungan sekolah, fasilitas sekolah juga, perpustakaan, laboratorium, ya banyak yang bisa digunakan karena di sekolah ini fasilitasnya cukup lengkap”.
7. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan sekolah
sebagai penyelenggara? “Ada penanaman pohon baik di sekolah maupun luar sekolah, penebaran bibit ikan, terus lomba membuat poster lingkungan juga pernah kita adakan, lomba mural tema lingkungan juga kita selenggarakan, membuat kompos dan acara serta kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan”.
8. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan pihak luar
sekolah sebagai penyelenggara? “Pernah mengikuti pelatihan dan penyuluhan dengan pihak luar tentang pengelolaan lingkungan, terus guru ditunjuk sebagai fasilitator lingkungan hidup nasional, sekolah mengikuti lomba sekolah sehat, siswa juga ada yang mengikuti lomba tentang lingkungan baik lomba debat maupun lomba penelitian”.
9. Dengan siapa saja sekolah bekerjasama dalam menjalankan program
sekolah ramah lingkungan? “Sekolah kami pernah bekerjasama dengan bank sampah kabupaten, BLH kabupaten dan provinsi juga seperti pelatihan maupun pemberian tempat sampah, dokter dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, puskesmas, dan masih banyak lagi”.
10. Bagaimana karakter siswa berbasis kultur sekolah ramah
lingkungan? “Agak sulit ya, maksudnya kadang masih ada siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya, jadi asal dimasukkan saja, kan tiap tempat sampah itu beda jenisnya. Tapi ya hanya sebagian saja, tidak semua siswa seperti itu. Biasanya sih langsung kita tegur, agar siswa sadar akan
211
Lampiran 5. Hasil Wawancara kesalahannya, tapi sejauh ini cukup baik ya maksudnya tidak ada yang sampai merusak atau mengambil fasilitas sekolah”.
11. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan di
sekolah? “Sekolah melibatkan para siswa dalam pelaksanaan kegiatan, dulu ada pengkaplingan wilayah, jadi siswa dikelompokkan kemudian siswa diberi tanggungjawab untuk merawat taman sekolah, masing-masing kelompok dibimbing oleh dua sampai tiga guru, tapi sekarang sedang berhenti”.
12. Apa saja bentuk pemanfaatan sarana pendukung sekolah ramah
lingkungan? “Sekolah melakukan pemanfaatan kertas, listrik, air dan lain-lain, barang yang masih bisa digunakan ya kita gunakan. Seperti ember bekat cat itu kita gunakan, lalu kertas-kertas bekas yang masih layak buat ngeprint ya dipakai. 3R yaa, reduce, reuse, recycle itu”.
13. Bagaiamana pengelolaan penunjang kebersihan dan lingkungan,
efisiensi penggunaan sumberdaya alam, dan sarana pendukung sekolah? “Seluruh warga sekolah harus merawat sarana prasarana yang ada di sekolah. Kita tempelkan poster-poster untuk menghemat air, listri dan lainnya gunanya agar para warga sekolah sadar untuk senantiasa menjaga dan menghemat sumberdaya ya. Ada juga petugas khusus untuk merawat dan memantau sarana prasarana jadi jika ada yang rusak nanti dilaporkan ke atas, gitu”.
14. Bagaimana peranan warga sekolah dalam melaksanakan program
sekolah ramah lingkungan? “Seluruh warga sekolah dilibatkan baik dari kepala sekolah, guru, siswa serta seluruh karyawan sekolah. Sekolah kan harus memiliki dukungan ya dari seluruh warga sekolah untuk menyukseskan program ini”.
15. Prestasi apa saja yang telah diraih oleh sekolah?
“Sekolah pernah juara dua lomba tentang lingkungan waktu itu tingkat kabupaten, dan sekarang ini sedang persiapan untuk mengikuti lomba sekolah sehat, sekitar bulan september, tapi ada seleksi dulu jadi mulai dari sekarang sudah mempersiapkan, terus juga ada siswa yang menjuari lomba tentang lingkungan ya debat atau penelitian”.
16. Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Faktor pendukungnya ya ada banyak ya seperti perwakilan sekolah mengikuti diklat PLH, kemuadian ada pelatihan-pelatihan dari pihak luar,
212
Lampiran 5. Hasil Wawancara ada juga sosialisasi, kemudian bantuan dari BLH kabupaten dan provinsi seperti tempat sampah dan lain sebagainya, terus fasilitas disini juga cukup lengkap ya jadi para siswa itu merasa nyaman berada di sekolah”.
17. Apa saja faktor penghambat dalam melaksanakan program sekolah
ramah lingkungan? “Faktor penghambat yaaaa budaya bersih masih sulit untuk dilakukan, beberapa siswa juga belum sadar akan pentingnya kebersihan, tapi tidak semuanya, hanya sebagian kecil saja, kurangnya pengetahuan, SDMnya itu yang sulit untuk dirubah ya tidak cuma siswa tetapi juga guru, karyawan dan lainnya”.
18. Bagaimana solusi untuk mengatasi faktor penghambat dalam
melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Diingatkan, siapa saja yang melihat harus mengingatkan, mengadakan sosialisasi tentang hidup bersih dan menjaga lingkungan, melalui poster-poster, slogan, tugas-tugas sekolah, dan tindakan nyata berupa kegiatan-kegiatan tadi itu”.
19. Bagaimana evaluasi program sekolah ramah lingkungan?
“Sekolah mengevaluasi kegiatan mana saja yang tidak atau belum berjalan, kemudan kendalanya apa saja, biasanya kita rapatkan setiap ada rapat guru, atau pertemuan rutin setiap semester. Ya sampai sekarang ada beberapa kegiatan yang memang tidak berjalan, tetapi tidak semuanya, untuk pengelolaan, perawatan ya masih berjalan”.
20. Bagaimana pendapat anda mengenai program sekolah ramah
lingkungan? “Pendapatnya ya program seperti ini perlu ya, soalnya kan dunia saat ini semakin tercemar baik udara, tanah, air bahkan suara pun sudah tercemar. Sekolah harus memiliki program ramah lingkungan supaya para warga sekolah nyaman, biar tidak stres siswa-siswanya, mayoritas siswa disini kan dari kota ya jadi lingkungan mereka kan sudah sangat bising, tanyangan tv yang kurang baik, penebangan pohon, jalanan macet sehingga sekolah harus memberikan kenyamanan kepada para siswa. Sekolah ini kan bukan lagi menjadi rumah kedua ya, tetapi bisa dibilang menjadi rumah utama, sehingga sekolah perlu menciptakan sekolah yang memberikan kenyamanan kepada para siswa. Setiap hari itu banyak siswa yang pulangnya sore, soalnya mereka merasa naman disini, biasanya siswa pada duduk-duduk di taman, bermain basket atau menggunakan fasilitas internet, terkadang sampai siswa harus kita suruh pulang”.
213
Lampiran 5. Hasil Wawancara
1. Bagaimana awal mula sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan? “Yaa.... awalnya itu selain penunjukkan dari dinas terkait, sekolah juga mempunyai kesadaran ya maksudnya menyadari bahwa penting untuk menjaga lingkungan hidup apalagi sekarang kan sedanga ada global warming, kemudian masalah ozon, sampah, bencana alam dan lainnya, sehingga sekolah mempunyai kesadaran untuk turut serta menjaga dan melindungi lingkungan hidup”.
2. Apa alasan sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan? “Yaa mendukung program yang telah disusun oleh pemerintah, mendidik, mengajarkan serta membina siswa agar siswa mau peduli terhadap lingkungan, ya kita muali dari lingkungan sekolah dulu, terus untuk meningkatkan prestasi sekolah juga kan beberapa kali ikut lomba tentang lingkungan ya”.
3. Apa saja kegiatan yang sekolah lakukan untuk mewujudkan salah
satu Visi sekolah yaitu ramah lingkungan? “Banyak mbak, ada tamanisasi, terus ada juga sanitasi, pengolahan limbah, siswa membawa tanaman toga dan tanaman hias, perawatan kolam ikan, greenhouse, 3R, penanaman pohon, penyebaran bibit ikan dan lainnya, pelestarian satwa juga”.
4. Apa saja jenis kebijakan yang dibuat sekolah berkaitan dengan
program sekolah ramah lingkungan termasuk dari sumber dan model? “Sajipo yaitu satu anak satu pohon, pembagian wilayah kebersihan, ada juga pendampingan dari guru untuk merawat taman, mengadakan acara dan kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan”.
5. Kurikulum apa yang dikembangkan untuk menyukseskan program
sekolah ramah lingkungan? “Sudah masuk dalam RPP, jadi diintegrasikan ke dalam mata pelajaran seperti biologi, kimia, bahasa indonesia, fisika dan lain-lain”.
Wawancara ke : 5 Kode wawancara : SO.31/3/15 Nama informan : Sumarno, S.Pd Tanggal wawancara : 31 Maret 2015 Waktu : 13.15 WIB Tempat : Kantor Wakil Kepala Sekolah
214
Lampiran 5. Hasil Wawancara
6. Apa saja sumber belajar yang digunakan di sekolah? “Sumbernya yaa ada dari alam ya seperti taman, pohon, tanaman, hewan, ada juga yang dari perpustakaan ya berupa buku-buku, ada juga dari laboratorium, terus internet, dan komputer sekolah”.
7. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan sekolah sebagai penyelenggara? “Sekolah pernah mengadakan penanaman pohon di jalan bugisan, memberikan bantuan pohon kayu sengon ke warga-warga, terus juga pernah melakukan penebaran bibit ikan di kalibayem, sama lomba mural juga, lomba desain poster lingkungan juga pernah kita lakukan”.
8. Apa saja jenis kegiatan yang diadakan di sekolah dengan pihak luar
sekolah sebagai penyelenggara? “Dulu itu pernah ditunjuk ya untuk mewakili sekolah mengikuti lomba tentang lingkungan, terus ikut penyuluhan, sosialisasi juga ya dengan ppihak luar, seperti sosialisasi tentang green school, terus juga dulu itu sama Universitas Gadjah Mada tentang tes karbondioksida”.
9. Dengan siapa saja sekolah bekerjasama dalam menjalankan program
sekolah ramah lingkungan? “Kalau kerjasamanya yaaa banyak ada dari BLH, BLH itu ada yang Bantul ada yang DIY. Terus dari fakultas pertanian, ada juga dari puskesmas, dokter dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, banyak sih mbak ada badan POM juga”.
10. Bagaimana karakter siswa berbasis kultur sekolah ramah
lingkungan? “Belum semua siswa sadar. Ada siswa yang membuang sampah semabarangan, padahal kan kalau untuk tempat sampah itu kan ada jenisnya ya tapi kadang siswa itu masih suka asal dimasukkan saja. Terus untuk menyiram pohon harus diingatkan dulu, mungkin karena dirumah jarang diingatkan ya jadi pihak sekolah ka mempunyai tanggungjawab sendiri ya untuk mendidik dan mengarahkan anak-anak itu, ya melalui sekolah ramah lingkungan ini. Tapi sih tidak semua siswa seperti itu, hanya beberapa saja kok, maksudnya tidak ada yang melakukan pelanggaran yang berat ya”.
11. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan di
sekolah? “Memberikan pendampingan ke siswa melalui guru pembimbing, memberikan sosialisasi, menegur siswa jika ada yang membuang samaph sembarangan, memaksimalkan sarana prasarana yang ada di sekolah,
215
Lampiran 5. Hasil Wawancara mengadakan acara dan kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan, memperingati hari lingkungan”.
12. Apa saja bentuk pemanfaatan sarana pendukung sekolah ramah
lingkungan? “Bentuk pemanfaatannya ya memanfaatkan barang bekas, terus melalui slogan, papan, stiker himbauan untuk menghemat air, listrik, AC, kertas ya semacamnya”.
13. Bagaiamana pengelolaan penunjang kebersihan dan lingkungan,
efisiensi penggunaan sumberdaya alam, dan sarana pendukung sekolah? “Melalui bak sampah itu, sampah kan sudah disendirikn ya sesuai dengan jenis sampahnya, lalu sampah tersebut dipilih dan diolah menjadi kompos yang nantinya kompos tersebut digunakan untuk memupuk tanaman-tanaman yang ada di taman atau lingkungan yang lainnya itu. Terus ada penghematan air ya memalui papan himbauan, ada jga penghematan listrik seperti menyalakan AC setelah jam 9, jadi pagi itu jendela dibuka, kita manfaatkan udara yang segar dari taman sekolah”.
14. Bagaimana peranan warga sekolah dalam melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Perannya ya cukup aktif lah ya, seperti guru, terus karyawan. Semuanya sih terlibat ya tapi ada beberapa yang kurang maksimal, seperti siswa tadi kan ada yang masih suka ngeyel, tapi secara keseluruhan sih ya lancar-lancar saja”.
15. Prestasi apa saja yang telah diraih oleh sekolah?
“Prestasi apa ya..ohh dulu itu pernah menang juara lomba tentang lingkungan itu sekitar tahun 2012, tingkat kabupaten. Terus juga ini ditunjuk lagi untuk memwakili kabupaten lomba sekolah sehat ya, kira-kira besok september, tapi ini sudah mulai dikerjakan pembenahan sekolah”.
16. Apa saja faktor pendukung dalam melaksanakan program sekolah
ramah lingkungan? “Faktor pendukungnya itu adanya diklat yang dikuti oleh perwakilan dari sekolah, dulu itu diklat PLH, jadi kerjasamanya dengan link luar sekolah itu ada, terus adanya bantuan berupa tempat sampah dari BLH Bantul dan DIY, fasilitas disini juga lengkap ya seperti alat penggilingan sampah, komposter, bak sampah terpisah, biopori, ruang terbuka hijau dan lainnya, jadi cukup lah”.
216
Lampiran 5. Hasil Wawancara
17. Apa saja faktor penghambat dalam melaksanakan program sekolah
ramah lingkungan? “Nahhh kalau faktor penghambatnya juga ada, sumber daya manusianya ya, seperti budaya hidup bersih itu masih agak sulit ya, terus warga sekolah itu guru, siswa dan karyawannya juga belum semuanya sadar, kurang koordinasi sehingga ada beberapa kegiatan yang sudah tidak berjalan”.
18. Bagaimana solusi untuk mengatasi faktor penghambat dalam
melaksanakan program sekolah ramah lingkungan? “Solusinya itu ya diingatkan, ditegur jika ada yang membuang sampah sembarangan, disosialisasikan tentang pentingnya menjaga dan merawat lingkungan, biasanya ada rapat gitu”.
19. Bagaimana evaluasi program sekolah ramah lingkungan? “Dievaluasi ya apa program dan kegiatannya sudah berjalan apa belum, kalau selama ini sih ada beberapa program yang sudah tidak berjalan lagi. Biasanya dirapatkan rutin, melaporkan mana saja kegiatan yang sudah berjalan dan belum, terus baru dicari pemecahannya. Kalau selama ini sih ya itu tadi kalau dari segi sarana prasarana sudah cukup ya, sudah baik, cuma di kegiatan itu yang ada yang berhenti”.
20. Bagaimana pendapat anda mengenai program sekolah ramah lingkungan? “Bagus ya, maksudnya mendukung belajar siswa, kan siswa jadi nyaman, sarana prasarana disipkan sebaik mungkin. Tapi memang harus dimaksimalkan lagi, karena ya itu tadi ada kegiatan yang berhenti”.
1. Apakah anda mengetahui bahwa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
menyelenggarakan program sekolah ramah lingkungan? “Tau, dari Visi dan Misi sekolah”.
2. Apakah pengertian dari program sekolah ramah lingkungan? “Kalau ramah lingkungan itu kan dibedakan jadi tiga ya mbak, yang pertama itu ramah lingkungan sesama warga sekolah, terus yang kedua
Wawancara ke : 6 Kode wawancara : LAP.20/4/15 Nama informan : Lintang A.P Tanggal wawancara : 20 April 2015 Waktu : 12.10 WIB Tempat : Masjid Sekolah
217
Lampiran 5. Hasil Wawancara ramah lingkungan terhadap lingkungan sekitar, dan yang ketiga itu dengan sosial alam”.
3. Bagaimana sejarah program sekolah ramah lingkungan?
“Enggak tahu mbak, saya masuk kesini sudah ada visi ini”.
4. Apakah anda mengetahui tujuan dari diadakannya program sekolah ramah lingkungan? “Iya tahu, ya untuk membentuk para warga sekolah untuk senantiasa menjaga dan melindungi lingkungan”.
5. Bagaimana bentuk sosialisasi program sekolah ramah lingkungan
yang diberikan pihak sekolah? “Sosialisasinya yaaa melalui kegiatan ya seperti bakti sosial, bakti sosialnya itu percabang mbak, sekolah ada sendiri, organisasi ada sendiri, gitu. Kalau guru sih biasanya diomongin ya siswa-siswanya, dikasih sosialisasi gitu misalnya kalau pas upacara, atau pas ada acara apa gitu”.
6. Apakah anda mengetahui peraturan sekolah yang berhubungan
dengan ramah lingkungan? “Tidak, tapi dulu itu sebenarnya ada tapi gak dipatuhi oleh siswanya, ya karena siswanya ya gitu itu, namanya remaja kan mbak enggak mau ada peraturan yang terlalu mengekang”.
7. Apa hukuman atau sanksi yang diberikan kepada siswa jika melanggar peraturan? “Enggak ada sanksi yang berat sih mbak, tapi biasanya ditegur sama temen jangan membuang sampah sembarangan gitu, kalau dari guru ya ditegur mbak, tapi kan tidak selalu guru itu melihat ya mbak jadi lebih sering anatar teman sih”.
8. Apa saja kegiatan sehari-hari yang anda lakukan di sekolah berkaitan
dengan program sekolah ramah lingkungan? “Enggak ada sih mbak, bersih-bersih itu cuma kalau mau ujian saja, bersihkan kelas-kelas gitu. Dulu ada jumat bersih, tapi sekarang udah gak ada mbak. Adanya tiap jumat pagi itu selalu baca al qur’an. Terus ada kegiatan mading juga, nah biasanya sih ada tentang lingkungan gitu temanya, terus kalau kegiatan rutin tiap tahunnya itu ada mural, biasanya kalau pas hari lingkungan itu ada lomba mural yang bertema lingkungan, tergantung memperingati hari apa gitu”.
218
Lampiran 5. Hasil Wawancara
9. Apa saja peran anda dalam program sekolah ramah lingkungan? “Perannya yaa menjaga kebersihan sekolah ya dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak merusak tanaman atau pohon, hemat air, listrik dan lainnya”. Terus ikut berpartisipasi dalam acara-acara rutin itu sama kalau ada teman yang membuang sampah sembarangan harus diingatkan”.
10. Apa saja manfaat yang anda dapatkan dari program sekolah ramah
lingkungan? “Pengalaman, seperti ikut acara-acara itu kan jadi dapat pengalaman, ilmu baru. Terus jadi kebiasaan membuang sampah ditempatnya”.
11. Apa saja kesulitan yang anda rasakan dalam melaksanakan kegiatan
ramah lingkungan? “Kesulitannya ya itu dari teman-temannya begitu mbak, ya masih suka membuang sampah tidak pada tempatnya, gak mau ada peraturan yang begitu itu, kalau dari fasilitas sih cukup lengkap ya mbak”.
12. Bagaimana bentuk dukungan anda dalam menyukseskan program
sekolah ramah lingkungan? “Dukungannya ya ikut berpatisipasi tadi,misalkan ikut kegiatan dari Osis atau organisasi lainnya, sama mengajak teman-teman untuk menajaga kebersihan sekolah”.
13. Bagaimana peran organisasi yang ada di sekolah dalam
menyukseskan sekolah ramah lingkungan? “Mengadakan sosialisasi, terus kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ramah lingkungan seperti mengadakan lomba-lomba gitu”.
14. Apakah anda mengetahui dengan siapa saja sekolah melakukan kerjasama terkait program sekolah ramah lingkungan? “Iya ada dari Bank BPD DIY, Djarum Bantul, PMI Bantul, Dokter dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, puskesmas juga pernah, kepolisian Bantul juga pernah kok mbak. Biasanya ish kalau pas ada acara-acara gitu, kalau enggak ya penyuluhan kesehatan atau lainnya”.
15. Bagaimana pendapat anda mengenai program sekolah ramah
lingkungan? “Yaaa bagus sih mbak, kan bisa mengajarkan ke siswa-siswa tentang menjaga alam, melindungi lingkungan dan kebersihan itu, tapi ya perlu dimaksimalkan juga
219
Lampiran 5. Hasil Wawancara
1. Apakah anda mengetahui bahwa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul menyelenggarakan program sekolah ramah lingkungan? “Iya tahu mbak”.
2. Apakah pengertian dari program sekolah ramah lingkungan?
“Yaaa apa yaa pokoknya menjaga lingkungan, tidak merusak lingkungan sekitar”.
3. Bagaimana sejarah program sekolah ramah lingkungan?
“Waahhh tidak tahu saya mbak”.
4. Apakah anda mengetahui tujuan dari diadakannya program sekolah ramah lingkungan? “Iya meningkatkan kepribadian siswa ya agar mau menjaga lingkungan, alam dan kebersihan”.
5. Bagaimana bentuk sosialisasi program sekolah ramah lingkungan
yang diberikan pihak sekolah? “Emmm memberitahu ya, selain dicantumkan di visi misi sekolah biasanya guru juga memberikan sosialisasi, seperti itu mbak. Biasanya juga diadakan kegiatan gitu, kan itu juga merupakan sosialisasi ya langsung sama prakteknya”.
6. Apakah anda mengetahui peraturan sekolah yang berhubungan dengan ramah lingkungan? “Tahu sih mbak, ya seperti tidak boleh membuang sampah sembarangan, hemat air, merawat taman sekolah, pohon, dan tanaman lainnya, terus juga tidak boleh merokok”.
7. Apa hukuman atau sanksi yang diberikan kepada siswa jika
melanggar peraturan? “Sanksi apa yaaa, paling Cuma ditegur saja sih soalnya kan siswa-siswanya juga tidak pernah melakukan pelanggaran yang fatal ya, jadi Cuma ditegur aja sih mbak”.
Wawancara ke : 7 Kode wawancara : ZA.20.4.15 Nama informan : Zaini A. Tanggal wawancara : 20 April 2015 Waktu : 12.10 WIB Tempat : Masjid sekolah
220
Lampiran 5. Hasil Wawancara
8. Apa saja kegiatan sehari-hari yang anda lakukan di sekolah berkaitan dengan program sekolah ramah lingkungan? “Emmm apa ya membuang sampah sesuai dengan jenisnya, menjaga kebersihan, pokoknya tidak merusak lingkungan gitu”.
9. Apa saja peran anda dalam program sekolah ramah lingkungan?
“Perannya yaa menjaga lingkungan, terus menegur teman jika ada yang membuang sampah tidak pada tempatnya, terus ikut acara-acara yang diadakan oleh sekolah”.
10. Apa saja manfaat yang anda dapatkan dari program sekolah ramah
lingkungan? “Manfaatnya banyak, lebih cinta lingkungan, tanaman, terus nyaman juga jika berada di taman sekolah, soalnya rindang ya banyak pohon terus ada suara burung-burung, jadi asri”.
11. Apa saja kesulitan yang anda rasakan dalam melaksanakan kegiatan
ramah lingkungan? “Kesulitannya ya belum semua siswa mau menjaga lingkungan dan kebersihan ya, belum semua sadar kalau itu tuh penting, kan kurang maksimal ya mbak, dari atas juga kurang tegas sih”.
12. Bagaimana bentuk dukungan anda dalam menyukseskan program
sekolah ramah lingkungan? “Dukungannya emm...ikut kegiatan sekolah ya, seperti yang memperingati hari lingkungan itu, terus mendukung program dari sekolah juga yang berkaitan sama lingkungan, mentaati tata tertib sekolah, tidak membuang sampah sembarangan, menegur teman jika ada yang melanggar tata tertib”.
13. Bagaimana peran organisasi yang ada di sekolah dalam
menyukseskan sekolah ramah lingkungan? “Biasanya ya mengadakan lomba atau kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan, terus sosialisasi juga sih”.
14. Apakah anda mengetahui dengan siapa saja sekolah melakukan kerjasama terkait program sekolah ramah lingkungan? “Iya tahu, banyak sih mbak ada dari dokter Universitas Gadjah Mada sama Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, puskesmas, polisi, PMI Bantul juga pernah bekerjasama, oh iya ada dari BLH juga dulu”.
15. Bagaimana pendapat anda mengenai program sekolah ramah
lingkungan? “Bagus ya, tapi ya harus ditingkatkan lagi, terutama siswa-siswanya itu biar lebih sadar sih”.
221
Lampiran 5. Hasil Wawancara
1. Apakah anda mengetahui bahwa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul menyelenggarakan program sekolah ramah lingkungan? “Tahu, dari guru biologi mbak, terus dari persiapan lomba juga, seperti membawa tanaman”.
2. Apakah pengertian dari program sekolah ramah lingkungan? “Ramah lingkungan itu sekolahnya hijau mbak, banyak pohon, sejuk, nyaman untuk belajar”.
3. Bagaimana sejarah program sekolah ramah lingkungan?
“Belum tahu saya mbak”.
4. Apakah anda mengetahui tujuan dari diadakannya program sekolah ramah lingkungan? “Untuk menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman buat kegiatan belajar siswa”.
5. Bagaimana bentuk sosialisasi program sekolah ramah lingkungan
yang diberikan pihak sekolah? “Gak ada, cuma disuruh bawa tanaman”.
6. Apakah anda mengetahui peraturan sekolah yang berhubungan
dengan ramah lingkungan? “Tahu, gak boleh membuang sampah sembarangan”.
7. Apa hukuman atau sanksi yang diberikan kepada siswa jika melanggar peraturan? “Belum ada sanksi yang berat soalnya siswa disini cukup tertib, paling cuma ditegur aja”.
8. Apa saja kegiatan sehari-hari yang anda lakukan di sekolah berkaitan
dengan program sekolah ramah lingkungan? “Piket kelas, biasanya nyapu, bersihin papan tulis, siapin meja guru, terus ambil absensi juga di TU”.
Wawancara ke : 8 Kode wawancara : YP.11/5/15 Nama informan : Yudistira P. MIA 2/X Tanggal wawancara : 11 Mei 2015 Waktu : 11.30 WIB Tempat : Kantin Sekolah
222
Lampiran 5. Hasil Wawancara
9. Apa saja peran anda dalam program sekolah ramah lingkungan? “Mentaati tata tertib, ikut menjaga kebersihan kelas, merawat tanaman ya banyak mbak”.
10. Apa saja manfaat yang anda dapatkan dari program sekolah ramah lingkungan? “Ada banyak, sekolah kan jadi terlihat sejuk, nyaman buat belajar kan siswanya jadi betah di sekolah”.
11. Apa saja kesulitan yang anda rasakan dalam melaksanakan kegiatan
ramah lingkungan? “Kesulitannya itu dalam mengkoordinir kelas, maksudnya beberapa siswa masih suka susah diajak piket”.
12. Bagaimana bentuk dukungan anda dalam menyukseskan program
sekolah ramah lingkungan? “Dukungannya itu ya membawa tanaman hias dan tanaman toga ke sekolah, sudah lebih dari dua kali, menyiram tanaman yang dibawa, tapi ya belum semua siswa mau merawat tanaman sih”.
13. Bagaimana peran organisasi yang ada di sekolah dalam
menyukseskan sekolah ramah lingkungan? “Kurang tahu sih mbak, soalnya kelasku belum pernah diberikan misal penyuluhan atau sosialisasi dari organisasi yang ada di sekolah”.
14. Apakah anda mengetahui dengan siapa saja sekolah melakukan
kerjasama terkait program sekolah ramah lingkungan? “Kurang tahu sih apa saja, setahuku Cuma puskesmas, dokter sama BLH itu”.
15. Bagaimana pendapat anda mengenai program sekolah ramah
lingkungan? “Pendapatnya ya mendukung program ya, menurut saya sih bagus programnya, tujuan dan manfaatnya untuk siswa bagus, dipertahankan dan dimaksimalkan saja”.
223
Lampiran 5. Hasil Wawancara
1. Apakah anda mengetahui bahwa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul menyelenggarakan program sekolah ramah lingkungan? “Tahu, dari sekolah mengikuti perlombaan lingkungan dan besok juga mau lomba sekolah sehat”.
2. Apakah pengertian dari program sekolah ramah lingkungan? “Sekolahnya bersih, tidak banyak sampah, pohonnya banyak, memiliki taman yang luas, rindang dan sejuk”.
3. Bagaimana sejarah program sekolah ramah lingkungan? “Belum tahu kalau itu mbak”.
4. Apakah anda mengetahui tujuan dari diadakannya program sekolah
ramah lingkungan? “Tujuannya untuk menciptakan sekolah yang bersih, rindang serta nyaman untuk belajar dan kegiatan siswa di sekolah”.
5. Bagaimana bentuk sosialisasi program sekolah ramah lingkungan
yang diberikan pihak sekolah? “Waktu upacara itu sering diberikan sosialisasi tentang menjaga lingkungan yang bersih seperti apa”.
6. Apakah anda mengetahui peraturan sekolah yang berhubungan
dengan ramah lingkungan? “Tahu, harus menjaga lingkungan agar selalu bersih dengan tidak membuang sampah sembarangan”.
7. Apa hukuman atau sanksi yang diberikan kepada siswa jika
melanggar peraturan? “Belum ada yang dijalani, maksudnya siswanya tertib, paling ditegur, tapi siswa cukup tertib kok, maksudnya tidak ada yang melakukan pelanggaran yang berat”.
Wawancara ke : 9 Kode wawancara : PP.11/5/15 Nama informan : Pandu P. Tanggal wawancara : 11 Mei 2015 Waktu : 11.30 WIB Tempat : Kantin Sekolah
224
Lampiran 5. Hasil Wawancara
8. Apa saja kegiatan sehari-hari yang anda lakukan di sekolah berkaitan dengan program sekolah ramah lingkungan? “Piket mbak kalau dikelasku piket dijalankan, kalau kelasku lho, kalau kelas lain saya kurang tahu, piketnya itu biasanya lima sampai enam orang, terus membersihkan kelas, kelas harus bersih dulu sebelum pelajaran dimulai soalnya guru-guru disini tidak mau mengajar jika kelas belum bersih”.
9. Apa saja peran anda dalam program sekolah ramah lingkungan?
“Perannya menjalankan tugas yang diberiakan guru, mentaati tata tertib seperti menjaga kebersihan”.
10. Apa saja manfaat yang anda dapatkan dari program sekolah ramah
lingkungan? “Manfaatnya sekolah jadi terlihat sejuk, terus ya nyaman buat belajar, kan banayk pohon jadi enak, sampahnya juga tidak mengganggu pemandangan,”.
11. Apa saja kesulitan yang anda rasakan dalam melaksanakan kegiatan
ramah lingkungan? “Kesulitannya gak banyak sih, cuma dalam mengkoordinir teman-teman itu ada yang susah, misalkan dalam piket, terus mengurus kelas gitu, tapi hanya beberapa saja”.
12. Bagaimana bentuk dukungan anda dalam menyukseskan program
sekolah ramah lingkungan? “Dukungannya berupa membawa tanaman, apotik hidup, toga, pokoknya yang ada manfaatnya, terus menjaga kebersihan sekolah itu dengan cara piket”.
13. Bagaimana peran organisasi yang ada di sekolah dalam
menyukseskan sekolah ramah lingkungan? “Kurang tahu sih mbak, mungkin belum saja”.
14. Apakah anda mengetahui dengan siapa saja sekolah melakukan
kerjasama terkait program sekolah ramah lingkungan? “Siapa ya, ada dokter di UKS, BLH juga”.
15. Bagaimana pendapat anda mengenai program sekolah ramah
lingkungan? “Bagus programnya, sebaiknya dipertahankan, ditingkatkan lagi supaya hasilnya bisa maksimal”.
225
Lampiran 5. Hasil Wawancara
1. Apakah anda mengetahui bahwa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul mempunyai program sekolah ramah lingkungan? “Iya mbak saya tahu”.
2. Apa saja kegitan anda sehari-hari dalam implementasi program tersebut? “eeee ya kalo saya ini kan mengerjakannya ini kan cuma sendiri ya, tidak ada temannya, tapi semaksimal mungkin saya kerjakan. Kalau kegiatannya waaahhh banyak sekali mbak kegiatan saya sehari-hari, saya berangkat dari rumah saja jam 05.30 pagi, sampai sekolah langsung menyapu tengah, tengah ini ya halaman sekolah, tapi tengah ini kan ada dua orang pekerja, tapi kalau untuk mengurus taman itu ya saya sendiri yang mengerjakannya. Dari pagi saya nyapu tengah jika sudah selesai saya membersihkan kelas, kelas atas biasanya, ngepel, nyapu ya seperti cleanning service itu, jika sudah selesai nanti sekitar jam 07.00an ya anak-anak masuk sekolah nanti saya terus membereskan parkir di bagian utara, nahhh setelah parkir selesai nanti masih membersihkan di kamar mandi utara sana yang tengah tapi yang perempuan, seteah itu selesai istirahat sebentar, terakhir saya membersihkan di taman lagi. Kalau musim kemarau itu pekerjaannya banyak sekali, dari motongi tanaman, menyiram, menghias taman, waahhh macam-macam pokoknya. Dulu itu saya ada temannya, satu lagi, tapi saya merasa kurang kerjasamanya. Jadi lebih baik saya sendiri saja, menjalankannya jadi engggk enak dulu”.
3. Bagaimana produksi sampah di sekolah setiap harinya? “Waahhh...masyaAllahhh...banyak sekali mbak, kalau anak-anak itu ya gimana ya, ini kan jumlahnya melebihi anak TK ya kalau misalnya saja dikelas jika sore pulang sekolah itu sudah kita bersihkan nanti pagi atau siang itu sampahnya sudah banyak lagi seperti sampah plastik es, aqua itu masuk di laci meja. Terus juga ada anak-anak yang tidak mau membuang sampah di bak sampah, padahal kan sudah tersedia banyak itu bak sampah. Anak-anak itu sering njagakke petugas kebersihan sekolah. Anak-anak itu kurang gimana yaa, ya mungkin dari atas kurang diberi teguran juga jad ya masih seperti ini”.
Wawancara ke : 10 Kode wawancara : ES.5/5/15 Nama informan : Eri Susiawan Tanggal wawancara : 5 Mei 2015 Waktu : 12.50 WIB Tempat : Halaman Sekolah
226
Lampiran 5. Hasil Wawancara
4. Bagaimana bentuk pengolahan sampahnya? “Nahh itu, dulu itu jalan, sekarang sudah tidak begitu rutin ya, disini kan ada penggilingan daun tuh, jadi dari teman-teman kan ada yang nyapu, yang bersihin itu ada 5 orang, nanti sampah yang plastik-plastik dan kertas dibuang di bak sampah sana, kecuali yang masih bisa untuk dijual kaya botol aqua, botol plastik, kertas ya semacam itu, kemudian disendirikan untuk dijual kan bisa, yang untuk daun-daun, ranting, langsung ditampung disana ya paling enggak sekitar dua hari baru digiling”.
5. Mengapa penggilingan sampah sekarang sudah tidak rutin untuk
dilakukan? “Emmm... ya karena kurang kordinasinya mbak, kalau yang mengurusi e....pupuk-pupuk penghancur itu ada sendiri, ya saya sama teman-teman cuma nunggu arahan dari beliau saja”.
6. Kegiatan apa saja yang masih dijalankan untuk mengolah sampah?
“Ya itu nampung sampah itu di komposter, tapi sebenarnya sampah di komposter sana itu sudah penuh semua, yang bagian bawah mungkin sudah hancur ya, daun-daun sudah lama dimasukkan disana. Biasanya hasil dari pengolahan sampah itu disebar dipohon dan tanaman ya seperti dikasih di pot-pot, pohon kecil dan pohon besar itu. Sampai sekarang sih komposter masih rutin diajalankan ya”.
7. Bagaimana dengan sampah-sampah yang tidak bisa diolah di
sekolah? “Biasanya sih dibuang mbak, disini kan ada mobil pengangkut sampah milik sendiri, nah sampah yang tidak bisa kami olah itu dibuang ke tempat pembuangan akhir di daerah Piyungan Bantul. Dari sekolah langsung ke tempat pembuangan akhir sampah, biasanya tiga hari sekali, tidak harus nunggu penuh, pokoknya tiga hari sekali harus dibuang, itu rutin dilakukan, tapi jika dua hari saja bak sampah sudah penuh ya harus dibuang, kan dipandang tidak enak itu jika dipandang kok banyak sampah numpuk”.
8. Bagaimana dengan kegiatan jumat bersih? “Iya dulu ada mbak, tapi sekarang udah tidak ada, udah lama ya, hampir setahun ini”.
9. Apa penyebab kegiatan jumat bersih sudah tidak berjalan?
“Eemmm kurang koordinasi mungkin ya, jadi kurang berjalan lagi, kurang maksimal, padahal dulu itu bagus”.
227
Lampiran 5. Hasil Wawancara
10. Bantuan apa saja yang diterima oleh sekolah terkait dengan sarana dan prasarana? “Banyak, ada tempat sampah dari BLH, ada tempat sampah yang warna hijau, kuning, biru, sama yang kecil itu bantuan dari BLH, sama mesin penghancur sampah, komposter itu, dan alat penggilingan sampah itu juga dari BLH”
. 11. Apakah ada pemantauan dari dinas terkait?
“Yaaaaaa ya kalau ngecek itu ya dulu pernah, dari kabupaten, apalagi jika mau ditunjuk untuk mewakili lomba sekolah sehat, soalnya menurut orang luar sekolah ini tuh tergolong bersih, kata orang-orang seperti itu. Tapi kalau menurut saya pribadi sih masih kurang bersih, mungkin kan orang luar liatnya bersih, tapi mereka kan tidak sampai belakang ya melihatnya, jarang ditinjau juga sih yang bagian belakang”.
12. Bagaimana mekanisme penunjukan sekolah untuk mewakili lomba sekolah sehat? “Penunjukan ini sudah yang ke dua kalinya, dulu itu pernah pada tahun 2012 apa ya, sekarang sekolah ditunjuk kembali diajukan lagi dari kabupaten untuk mewakili provinsi, makanya mulai sekarang ini sudah mulai dikerjakan oleh karyawan sekolah, seperti pengecekan semua sarana prasarana, fasilitas, halaman, kelas, taman dan lain sebagainya. Tapi ada kendalanya, kan sini aja pembangunan gedung depannya saja belum selesai, kan penampilannya jadi kurang kan, harusnya kan dilakukan finishing rapi, bagus, karna kalau saya sebagai karyawan masih merasa belum siap, kurang pas”.
13. Apa saja bentuk pemanfaatan sarana prasarana pendukung sekolah
ramah lingkungan? “Banyak ya, ada pelestarian heawan, ya salah satunya burung, sekolah dulu memiliki empat sangkar burung yang ditempatkan ditaman sekolah, ada burung kutilang dan sejenisnya tapi burungnya banyak yang lepas soalnya celah sangkarnya terlalu lebar, kurang rapet. Terus sekarang diganti ayam, ayam kate. Pemberian hewan tersebut untuk memberikan suasana yang lebih asri di sekolah, kan jadinya enggak sepi ya”. Selain pelestarian hewan ya penghematan sumber daya ya, seperti mematikan air, listrik, lampu pokoknya yang sudah tidak digunakan. Kita harus pedulilah pada hal itu, misalnya saja saya kan SK penugasananya di kelas Mia 1,2,3 naaahh di kelas bawah kan ada teman, lain tugas tapi, jika lampu, AC masih nyala diluar jam kerja ya kita harus toleran lah untuk mematikannya. Lampu-lampu dimatikan, AC, air, kalau misalnya dibagian lab biologi airnya penuh kan kita harus mematikan, gak boleh ada pemborosan, kita harus peduli. Terus AC dinyalakan setelah jam 9, tapi ada beberapa ruangan yang AC memang harus dinyalakan lebih pagi.
228
Lampiran 5. Hasil Wawancara Selain dari kita sendiri dari warga sekolah yang lain juga perlu ya, makanya ada poster atau papan himbauan berupa larangan atau himbauan untuk menghemat air, listrik dan lainnya. Kemudian ada pemanfaatan barang bekas ya seperti batok kelapa itu dibuat tempat makan untuk ayam, terus ember bekas cat juga dimanfaatkan untuk menyebar minum ke sangkar ayam itu. Terus kolam ikan itu, dulu ada buat terapi, tapi sekarang udah gak ada ini kan soalnya dibuat gedung sehingga makan separuh dari kolam, dulu ada banyak macam ikan disini. Dulu biasanya diapake untuk terapi ibu-ibu guru sekarang pindah di sana. Tapi ya ada masalah, misalnya saya bersihkan kolamnya kan ikannya jadi kelihatan, biasanya sama siswa terus pada dilempari kerikil, lemparin buah-buah dari pohon. Terus biasanya kalau anak-anak ada yang ulang tahun sering dilempar ke kolam kan ikannya pada mati, nanti yang dimarahi saya, susah kan? Anak-anak itu kalau dibilangin kalau ulang taun jangan disitu kasian yang merawat, tapi pada masih suka ngeyel”.
14. Bagaimana dengan perawatan Greenhouse? “Greenhouse, aduhh ini ya itu greenhousenya kan sekarang udah rusak, perawatannya kurang, masalahnya dulu itu saya disana, sekitar lima tahun saya disana, akhirnya saya kan pindah tugas ya, penggeseran tempat, jadi sana sekarang yang mengerjakan beda orang, perawatannya kurang. Dulu bagus dulu..., waktu baru itu bagus, mau lomba itu bagus, sekarag udah enggak enak dipandang, kurang rapi. Padahal tamannya itu bagus dulu, ada tanaman yang saya buat menyerupai bentuk-bentuk hewan, tapi ya sekarang sudah jarang dirawat jadi ya cuma tinggal seperti itu”.
15. Bagaimana mekanisme dari atasan?
“Haaahh, itu susah ngomongnya itu susah, saya kan sebagai karyawan paling bawah, saya merasa kok atasan kurang mendukung ya, mau usul tapi kok kaya gitu, istilahnya kurang menghargai, harusnya kan ditampung dulu pendapat dari si A si B, tapi ya itu kurang direspon, yang direspon ya hanya beberapa orang saja. Jarang direspon intinya. Saya rasa juga bagus yang dulu, saya sendiri sebagai staf merasa kurang cocok, kalau yang dulu itu kan mendukung mbak, ada program inilah itulah pasti dibahas, anda mau program apa misalnya, tinggal mengajukan proposal saja, sekarang enggak, jadi di taken, yang buat program ya sana yang atas, jadi sini taunya ya cuma menanam, dan hanya mejalankan saja, saya ini kan kepinginnya taman diperbaiki lagi ya jadi bisa lebih bagus lagi. Dulu kanan kiri depan itu bagus, banyak tanaman hiasnya, kalau sekarang ya tu kurang harmonis. Jadi saya sendiri mengerjaknnya kurang puas”.
16. Apakah siswa turut serta dalam mengolah sampah?
“Tidak, belum pernah saya lihat anak-anak itu ya cuma mengumpulkan tanaman-tanaman, setelah tanaman terkumpul tapi pada enggak mau
229
Lampiran 5. Hasil Wawancara nyirami satu persatu. Ada yang tanaman toga ada yang tanaman hias, paling banyak itu tanaman hias, yang toga tidak begitu banyak. Disini tempatnya saja ngepres, harusnya belakang sana itu bagus kalau dirawat dengan bagus, karna kan mojok enggak keganggu anak-anak. Harusnya ya kalau semua warga sekolah mau mengolah maka hasilnya pasti bagus, dulu itu sana saya buat kolam itu bagus, tapi sekarang sudah tidak ada. Soalnya saya dipidah disini, jadi ya saya hanya fokus disini saja”.
17. Bagaimana pendapat anda tentang program sekolah ramah
lingkungan? “Yaaaa ya tersendat-sendat lah, gak mulus. Dari atas itu gak transparan, seperti kurang dilibatkannya warga sekolahnya, ya seperti taman-taman ini ya warga kurang dilibatkan seperti memlilih rumput itu kan harusnya dipilih rumput yang bagus. Padahal sarana prasarana disini sudah lenkap, cuma untuk pelaksaannya ya itu masih ada hambatan-hambatan, saya sebagai orang yang langsug terjun di lapangan malah tidak diikut sertakan, padahal kan saya yang tahu bagaiamana kondisi taman disini, yasudah saya diam saja, nerima-nerima saja. Saya merasa kurang, kurang bagus, harusnya kan masih bisa diperbaki ya seperti pembatas antara taman dan jalan, jadi kurang maksimal, padahal jika dimaksilamkan itu bagus. Saya lihat dari atas itu kurang bagus e bentuknya. Tapi ya pokoknya sekarang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, harus maksimal, lebih ditingkatkan saja untuk keikutsertaan seluruh warga sekolah”.
18. Apa masukan anda untuk sekolah?
“Harusnya kan saya diberi masukan ya kurang apa kurang ini itu jadi kan saya bisa memperbaiki. Dulu kan gini mbak, pernah memperbaiki taman terutama rumputnya itu, gak cuma sekali dua kali saja, tapi pernah diperbaiki diisi semua yang lahan kosong itu, tapi kalau pas taman tengah itu ada acara band atau apa gitu kan anak-anak suka joget joget itu lho jadi rumput itu diinjak-injak sama siswa, ya itu sering rusak mati semua, saya itu sering kesal, saya itu sudah pernah bicara sama atasan, ini gimana ini pak sudah bagus-bagus eee... malah sekarang jadi seperti ini, kan rusak lagi. Perbaiki lagi, bentuk lagi, berapa bulan nanti ada band lagi disitu aaa yasudah rusak lagi, padahal proses pembenahannya itu lama, tumbuhnya rumput itu juga lama. Gak hanya membalikkan tangan aja, susah itu prosesnya”
230
Lampiran 5. Hasil Wawancara
1. Sejak kapan adanya tata tertib kantin? “Sejak pindah sini kantinnya, dulu yang pojok sana itu, yang bu Budi tengah, dekat sumur itu dulu kantin, nah yang bu Zar’an pojok sini, sekarang kantin pindah disini baru ada tata tertib itu, ya sekitar tahun 2011, tata tertib tersebut untuk pengunjung dan penjual. Peraturannya itu tidak boleh menjual makanan yang mengandung pengawet, pewarna gitu jadi makanan yang kami buat tidak ada yang menggunakan bahan-bahan itu”.
2. Apakah ada kontrol dari pihak terkait? “Ada, dulu itu yang dari kabupaten juga ada, pas kalau mau lomba sekolah sehat, nah waktu lomba sekolah sehat kantin juga ikut andil. Kalau yang mengontrol dari sekolah itu ada bu Sri Hidayati, beliau sering kesini, sama bu Panca, terus ada juga mbak dari TU sekolah, dan dari Puskesmas”.
3. Bagaimana bentuk kontrol yang dilakukan oleh pihak terkait?
“Biasanya itu dicek, ditanya bagaimana lancar tidak, menunya bagaimana, terus kekompakan, kan kantin harus kompak ya mbak. Kepala sekolah juga negcek, datang kesini tanya-tanya bagaimana lancar tidak? Biasanya ada juga negceknya yang tiba-tiba datang, seperti puskesmas itu”.
4. Bagaimana pengelolaan kantin sehari-hari? “Kalau dari makanan kita mengusahakan makanan sehat itu seperti apa, tapi ada juga anak-anak itu yang suka mie, harusnya kan tidak boleh ya, kalau ada pengawetnya kan tidak boleh. Kita besok juga mau mewakili lomba sekolah sehat lagi. Terus itu lho pemanfaatan sampah itu juga biasanya kantin diikutsertakan, kalau lomba sekolah sehat juga kantin ikut serta, lomba UKS kantin juga ikut serta, diperiksa itu biasanya. Makanan-makanan itu ada catatan sendiri mbak, apa saja jenis makanannya, kebanyakan itu memang disuruh jajanan pasar, ya maksudnya sekali makan udah bisa langsung habis, kalau yang makanan kemasan itu kan gak boleh sebenarnya. Harus ada makanan seperti jajanan pasar itu kan harus setiap hari diolah ya, jadi lebih sehat karna hanya sekali konsumsi. Kalau minuman sachetan itu kan sebenarnya tidak boleh juga, jadi biasanya air mineral atau kita membuat sendiri”.
Wawancara ke : 11 Kode wawancara : E.4/6/15 Nama informan : Ibu. Emi Tanggal wawancara : 4 Juni 2015 Waktu : 12.10 WIB Tempat : Kantin Sekolah
231
Lampiran 5. Hasil Wawancara
5. Kriteria penilaian kantin sehat? “Biasanya jenis makanan, jenis-jenis makanan apa saja yang dijual, kalau tempat, cara pengolahan. Dulu itu suruh mempraktekan caranya masak disini, yang waktu penilaian itu, cara penyajiannya gimana juga dinilai, kebersihan, terus kadang kalau yang juru masak diusakan pakai kerudung apa biar rambutnya itu gak jatuh ke makanan, itu malah yang biasanya yang dinilai itu penampilan sama penyajian, kalau yang diusakan itu yang siap saji kalau yang ini hanya mendukung saja. Minuman harus minuan mineral juga, kebersihn lingkungan sekitar kantin juga, tata cara, menunya apa saja, begitu”.
6. Bagaimana kebersihan makanan yang dijual?
“Kebersihan makanan itu kami jaga ya, harus tahu darimana makanan ini berasal, maksudnya yang titip snack gitu kita hrus tahu benar, terus kita harus ngecek tanggal kadaluarsa makanan atau minuman kemasan”.
7. Apa maksud dari kantin kejujuran?
“Dulu itu tidak ada kasir, ini uang disini itu pokoknya disendirikan uangnya dikasih di depan, jadi anak ngambil makan langsung bayar, sesuai dengan uangnya. Tapi sayangnya disini tidak jalan, kurang jujur mungkin, maksudnya bapak kepala sekolah mengadakan kantin kejujuran itu gini ambil jajan ambil apa disitu sudah ada harga-harganya habis berapa uang ditaruuh sendiri, kembalian ambil sendiri, makanya dikasih tempat untuk menaruh uang. Sehari duahari ternyata gak bisa jalan, yang jujur sama yang gak jujur ada, masih ada siswa yang nakal, masih ada yang curang, jadi gak bisa terus bilang sama kepala sekolah akhirnya disuruh nunggu, yasdah kita tunggu taoi seminggu itu tetap gak bisa jalan, yasudah akhirnya balik lagi, diusakan adanya kantin kejujuran itu maksudnya bapak kepala sekolah biar melatih anak-anak juga to, tapi tetep gak bisa jalan, akhirnya yasudah seperti kantin biasa saja tappi diusakan dulu kan tiap sekolah dulu kan harus diadakan kantin kejujuran, tapi kebanyakan sekolah tidak sukses menjalankan kentin kejujuran ini. Kan tergantung dari anak-anak juga, kejujuran dari anak-anak”.
8. Bagaiamana pengelolaan fasilitas di kantin?
“Itu biasanya dulu itu tiap bulan itu ada karyawan sisni tanggungjawab kantin ada memang satu orang ngecek-ngecek apa yang rusak kek, atau hilang begitu, biasanya kalau ada yang rusak itu langsung diperbaiki. Siswanya sejauh ini tidak merusak, ketertiban belum, harusnya kan anak masuk kan dari arah timur, ambil makan langsung bayar terus keluar ke arah barat, peraturannya dulu begitu dari awal tapi tetep anak-anak kurang menjalankan. Peraturannya dulu begitu, tapi kan anak-anak gak sabar kan pengen yang cepat, langsung masuk dari sini kadang kisruh. Dulu ada guru
232
Lampiran 5. Hasil Wawancara yang kalau setiap stirahat itu berdiri disini mengatur, mengawasi siswa, dulu rapi dulu. Diusahakan tertib, diusahakan pelayanan lebih baik”.
9. Bagaiamana pengolahan sampah yang dihasilkan oleh kantin?
“Kalau dari kantin sih dijadikan satu sama yang di depan, jadi disni dikumpulkan, yang tidak bisa diolah kita masukan palstik sendiri, di depan itu nanti dibuang di daerah piyungan. Sampah dari kantin itu juga dikelola ya dipisahkan sesuai jenisnya, kan kantin sehat jadi harus diusahakan selalu bersih.” Yang di daerah sini sampai lapangan basket sampai ruang guru itu yang mengerjakan hanya 1 orang, kadang suka kerepotan terutama dalam memilah-milah sampah itu, waktunya gak nyampe, pekerjannya masih banyak”.
10. Bagaiamana pengelolaan kebersihan kantin sekolah?
“Dulu itu tiap pagi itu ini kusrsi dinaikan semua, ada karyawan yang mebersihkan ngepel, nyapu, tapi kalau sekarang dari kita sendiri. Dulu disini ada satu orang ditempatkan untuk mengelola kantin, membersihkan kantin, tapi kalau sekarang kami sendiri yang membersihkannya. Kan sekolahnya semakin lebar jadi perkerjaan petugas kebrersihan semakin banyak”.
11. Apakah penjual masih menggunakan plastik, styrofoam, alumunium foil dalam mengemas makanan? “Kalau kemasan makanan itu ada yang menggunakan plastik, tapi tidak semua makanan dikemas pakai plastik, hanya gorengan dan snack saja, lainnya pakai piring atau mangkok. Soalnya belum tau mau mengganti plastik dengan apa, tapi hanya plastik ya tidak ada aluminium foil dan styrofoam.”
233
Lampiran 6. Hasil Observasi
Hasil Observasi Kondisi sekolah
Indikator Aspek Deskripsi Keadaan Sekolah
Kondisi lingkungan secara keseluruhan
a. Gerbang sekolah
Gerbang sekolah terlihat cukup besar, disamping kanan dan kiri terdapat pohon dan tanaman yang membuat suasana sekolah dari depan nampak asri. Tidak nampak sampah yang berserakan karena disamping gerbang terdapat tempat sampah terpisah.
b. Lobi sekolah Lobi sekolah terlihat rapi dan bersih, terdapat sofa, LCD, meja, rak piala serta tempat sampah.
c. Ruang tata usaha
Ruang tata usaha terlihat luas dan tertata rapi, terdapat beberapa tempat sampah yang diletakkan di sudut-sudut ruangan.
d. Ruang guru Ruang guru cukup luas, dilengkapi dengan tempat sampah, sapu, dan wastafel. Tidak nampak sampah yang berserakan di ruang tersebut.
e. Ruang kelas Ruang kelas cukup luas, dilengkapi dengan AC, sapu, tempat sampah, LCD. Meja dan kursi terlihat tertata rapi.
f. Ruang wakil kepala sekolah
Ruang wakil kepala sekolah cukup luas, terdapat beberapa tempat sampah, sapu dan AC. Namun terlihat beberapa tumpukan kertas.
g. Laboratorium Terdapat 3 laboratorium, yaitu laboratorium biologi, kimia, dan fisika. Kondisi laboratorium bersih dan tertata rapi.
h. Ruang bimbingan konseling
Ruang BK terletak di utara masjid, kondisi ruangan rapi dan bersih, terdapat tempat sampah dan tanaman hias.
i. Ruang UKS Ruang UKS terletak di utara ruang TU, kondisi ruang UKS luas, bersih dan rapi. terdapat layanan doketr setiap hari senin dan rabu.
j. Lapangan sekolah
Terdapat dua lapangan, yaitu lapangan voly dan lapangan basket. Kondisi lapangan sangat luas dan bersih, terdapat tempat sampah disamping lapangan.
234
k. Kantin sekolah
Kantin sekolah terletak di utara lapangan, kondisi kantin bersih, dan tertata rapi. terdapat papan tata terib kantin. Kantin hanya melayani siswa saat jam istirahat berlangsung.
l. Aula sekolah Aula sekolah terletak di bagian timur, kondisi aula luas, bersih, dan tertata rapi.
m. Masjid sekolah
Letak masjid sekolah berada di selatan ruang BK. Masjid cukup luas, bersih dan tertata rapi, terdapat serambi dan perpustakaan kecil di teras masjid.
n. Taman Taman terbagi menjadi 3 bagian yaitu 1 taman utama, dan 2 taman laboratorium. Kondisi taman sangat bersih dan terawat.
o. Perpustakaan Perpustakaan sekolah terletak di lantai dua, kondisi ruangan tidak begitu luas, namun tetap bersih, terdapat tanaman di depan perpustakaan.
p. Kamar mandi/WC
Kamar mandi/WC cukup luas dan bersih, terdapat tempat sampah di setiap kamar mandi.
q. Tempat parkir
Tempat parkir terletak di belakang sekolah dan di bagian timur sekolah. Kondisi tempat parkir cukup luas.
r. Lorong kelas Lorong kelas terlihat bersih dan sejuk karena lorong kelas berhadapaan langsung dengan taman utama sekolah.
Hasil Observasi Warga Sekolah
Indikator Aspek Deskripsi Kegiatan Subjek Penelitian Selama Berada di Sekolah
a. Kepala Sekolah Kepala sekolah berperan dalam implementasi program sekolah ramah lingkungan. Kepala sekolah memantau sekaligus turut berperan dalam melaksanakan program tersebut, mula dari pengembangan program, kegiatan, hingga sarana prasarana sekolah.
b. Wakil Kepala sekolah
Wakil Kepala berperan dalam implementasi program sekolah ramah lingkungan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Wakil kepala sekolah sekaligus menjabat guru mata pelajaran, sehingga dalam peranannya tidak hanya sebatas wakil kepala sekolah saja tetapi juga memberikan pembelajaran tentang
235
lingkungan hidup sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.
c. Guru mata pelajaran
Guru mata pelajaran berperan dalam impelemntasi program sekolah ramah lingkungan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Selain tu guru mata pelajaran juga menjabat sebagai wali kelas, sehingga dalam peranannya tidak hanya sebatas guru mata pelajaran saja melainkan bertugas dalam memberikan pembekalan lingkungan hidup kepada para siswa.
d. Siswa sekolah Siswa sekolah turut berperan dalam menjalankan program sekolah ramah lingkungan. Hampir seluruh siswa mematuhi aturan dan tata tertib sekolah, namun beberapa siswa masih melanggar tata tertib tersebut seperti membuang sampah sembaranag, serta tidak merawat tanaman.
e. Petugas kebersihan
Petugas kebersihan turut berperan dalam menjalankan program sekolah ramah lingkungan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya seperti merawat taman, kolam ikan, halaman sekolah, pengelolaan sampah dan kamar mandi/WC sekolah.
f. Penjual makanan
Penjual makanan di kantin turut serta dalam menjalankan program sekolah ramah lingkungan. Kantin sekolah merupakan kantin sehat sehingga penjual makanan dikantin harus menjaga benar makanan yang mereka jual, namun masih ditemui bahan pengemas makanan seperti plastik yang tidak ramah lingkungan.
236
Lampiran 7. Reduksi Hasil Wawancara
Reduksi Hasil Wawancara Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan Guru
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
NO PERTANYAAN JAWABAN KESIMPULAN 1. Bagaimana awal mula
sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan?
1. Awal mulanya? Kita sadar bahwa tiap tahun kan cuaca berubah kita harus bisa menyikapi dengan baik, artinya jika kita hanya diam nanti dunia ini akan hancur, tiap tahun itu kan berubah 1 derajat panasnya bumi, makanya harus dicegah mulai dari sekarang. Ya awal mulanya itu kan sebenarnya berangkat dari visi sekolah pada tahaun 2012, disini kan salah satu visinya itu ramah lingkungan. Yang menjadi penjabarannya ramah lingkungan itu yang harus kita tingkatkan., untuk tidak hanya slogan saja. Ramah lingkungan bisa flora bisa fauna bisa manusia itu sendiri, yang kita kerjakan sebenarnya tiga aspek tersebut. Ramah lingkungan dengan pohon atau alam semesta, oleh karenanya sekolah ya banyak pohon-pohonnya seperti hutan itu, menanam sama menebang itu harus seimbang ya, kalau menebang satu pohon maka harus bawa satu pohon, artinya kan hilang satu ya berganti satu, jadi tidak akan habis. Kalau bisa pekarangan itu jangan sampai kosong, nanti kan bisa menyebabkan global warming, pemanasan bumi. Kemudian ke binatang, disini kan memelihara binatang yang tidak membahayakan ya, seperti ikan, burung atau ayam. Pohon itu ada pohom buah-buahan, siapa saja yang mau makan ya silahkan dimakan. Sedangkan manusianya itu ke lingkungan misalnya ada pembagian sembako, qurban, siswa yang kurang mampu, masyarakat sekitar sekolah juga diberikan. (Bpk. Suharja).
4 dari 6 narasumber menjawab awal mula sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan yaitu mendapatkan penunjukkan dari dinas terkait, 1 narasumber menjawab program tersebut murni dari kesadaran warga sekolah dengan adanya perubahan alam sehingga perlu dibuat program untuk melindungi dan menjaga lingkungan hidup, dan 1 narasumber menjawab program tersebut sekolah buat karena sekolah memiliki keinginan untuk mewujudkan sekolah yang sehat. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa awal mula sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan yaitu sekolah mendapatkan penunjukkan dari dinas terkait dengan melihat kondisi dan potensi yang sekolah miliki.
237
2. Awalnya sekolah ditunjuk oleh Provinsi sebagai salah satu
sekolah yang berwawasan lingkungan, kemudian Visi sekolah dirubah dan disesuaikan dengan sekolah yang ramah lingkungan. Kira-kira sudah 4 tahun yang lalu. (Bpk. Rachmat Basuki)
3. Awalnya itu sekolah kita ditunjuk dari pemerintah, lalu kita mulai
mengubah Visi dan Misi sekolah. Sekolah kita ditunjuk karena pemerintah melihat dari keadaan dan kondisi sekolah kita, mulai dari taman, sarana prasarana dan SDM lainnya. Kira-kira sekitar tahun 2009. Pada tahun 2010 sekolah kita juga menjadi salah satu sekolah dengan predikat go green. Sekarang sekolah kita sedang diadakan pengembangan sekolah sehat kerana sekolah kita ditunjuk oleh pemerintah, kira-kira bulan september penilaian sekolah sehatnya, jadi kita warga sekolah sedang berupaya memperbaiki dan mengembangkan sekolah guna mengikuti lomba sekolah sehat. (Bpk. Pujiyanto)
4. Awal mulanya itu sekolah memiliki keinginan untuk mewujudkan
sekolah yang sehat, ya kurang lebih empat tahun yang lalu, makanya visi misi sekolah itu kan terus dirubah ya. (Ibu. Sulastri).
5. Awalnya ditunjuk oleh pemerintah, sekolah juga sadar bahwa
sekolah harus memberikan layanan yang terbaik untuk siswa supaya para siswa merasa nyaman berada di sekolah. Siswa disini kan mayoritas anak kota ya jadi wilayah mereka kan bising, rumah juga padat sehingga kami harus menciptakan sekolah yang nyaman untuk mereka gunakan belajar. Selain itu sekolah juga sadar untuk mendukung pencegahan global warming. (Bpk. Yulianto).
6. Awalnya itu selain penunjukkan dari dinas terkait, sekolah juga
mempunyai kesadaran ya maksudnya menyadari bahwa penting untuk menjaga lingkungan hidup apalagi sekarang kan sedanga
238
ada global warming, kemudian masalah ozon, sampah, bencana alam dan lainnya, sehingga sekolah mempunyai kesadaran untuk turut serta menjaga dan melindungi lingkungan hidup. (Bpk. Sumarno).
2. Apa alasan sekolah
mengikuti program sekolah ramah lingkungan?
1. Alasannya karena dengan kita ramah lingkungan itu bisa menjadikan manusia itu komplit antara emosional, intelektual, kescerdasan spiritual, dan sosial. Sekolah ramah lingkungan itu kan bertujuan agar anak didik itu bisa mengendalikan kenakalan atau penyimpangan, mengendalikan pergaulan-pergaulan yang tidak baik, menjaga lingkungan alam, kebersihan, karena sudah diikat dengan ramah lingkungan, itulah strateginya untuk mengatasi permasalahan tersebut. (Bpk. Suharja).
2. Kan awalnya itu ditunjuk oleh Provinsi dengan melihat kondisi sekolah pada saat itu. Pihak Dinas datang ke sekolah melihat potensi sekolah dalam hal lingkungan, apalagi disini kan banyak taman-taman, pohon dan lain sebagainya. Sekolah ini juga di nominasikan oleh pemerintah sebagai salah satu sekolah yang berwawasan lingkungan. Makanya Visi sekolah kemudian diubah, disesuaikan. (Bpk. Rachmat Basuki).
3. Alasannya ya karena ditunjuk itu, kemudian kan kita kembangkan
melalui Visi sekolah. Bersih itu kan kebutuhan, bagaimana mau berprestasi jika lingkungan sekolah saja tidak bersih. Sehat juga kebutuhan, bukan hanya kewajiban saja kan. Jadi sebisa mungkin kita ciptakan sekolah yang ramah lingkungan, yaitu melalui program dan kegiatan yang ada di sekolah. (Bpk. Pujiyanto).
4. Selain mewujudkan sekolah sehat juga untuk menanggulangi
sampah di sekolah, tiap harinya sampah yang dihasilkan terlalu banyak. (Ibu Sulastri).
5. Ya karena ditunjuk dinas tadi itu, kita juga mempunyai kesadaran
Dari jawaban 6 narasumber tersebut dapat diketahui bahwa 3 narasumber menjawab alasan sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan yaitu mendapatkan penunjukkan dari dinas terkait, 1 narasumber menjawab program tersebut untuk mengendalikan perilaku para siswa agar mau menjaga dan melindungi lingkungan, 1 narasumber menjawab program tersebut untuk mewujudkan sekolah sehat dan menanggulangi sampah, dan 1 narasumber menjawab untuk mendukung program yang telah disusun oleh pemerintah, mendidik, mengajarkan serta membina siswa agar siswa peduli terhadap lingkungan. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa alasan sekolah mengikuti program sekolah ramah lingkungan yaitu sekolah mendapatkan penunjukkan dari dinas terkait dengan melihat kondisi dan potensi yang sekolah miliki, kemudian dikembangkan melalui Visi dan Misi
239
untuk membuktikan bahwa sekolah ini sudah ramah lingkungan atau belum, kan penilaian harus dari orang lain juga, jika sudah maka kami pertahankan, jika belum maka harus kami tingkatkan. (Bpk. Yulianto).
6. Yaa mendukung program yang telah disusun oleh pemerintah,
mendidik, mengajarkan serta membina siswa agar siswa mau peduli terhadap lingkungan, ya kita mulai dari lingkungan sekolah dulu, terus untuk meningkatkan prestasi sekolah juga kan beberapa kali ikut lomba tentang lingkungan ya. (Bpk. Sumarno).
sekolah.
Lampiran 7. Reduksi Hasil Wawancara
Reduksi Hasil Wawancara Siswa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
NO PERTANYAAN JAWABAN KESIMPULAN 1. Apakah anda mengetahui
bahwa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul menyelenggarakan program sekolah ramah lingkungan?
1. Tahu, dari Visi dan Misi sekolah. (Lintang AP)
2. Iya tahu mbak. (Zaini A).
3. Tahu, dari guru biologi mbak, terus dari persiapan lomba juga, seperti membawa tanaman. (YP)
4. Tahu, karena sekolah juga mengikuti lomba sekolah sehat, jadi
lingkungan juga perlu diperhatikan (Pandu P).
Dari jawaban 4 narasumber tersebut dapat diketahui bahwa keempat narasumber sama-sama mengetahui bahwa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul menyelenggarakan program sekolah ramah lingkungan.
2. Apakah pengertian dari program sekolah ramah lingkungan?
1. Kalau ramah lingkungan itu kan dibedakan jadi tiga ya mbak, yang pertama itu ramah lingkungan sesama warga sekolah, terus yang kedua ramah lingkungan terhadap lingkungan sekitar, dan yang ketiga itu dengan sosial alam. Terus sekolah yang menjaga
Dari jawaban 4 narasumber tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa menurut narasumber sekolah ramah lingkungan adalah sekolah yang
240
lingkungan hidup, kebersihan, serta keindahan lingkungan. (Lintang AP).
2. Yaaa apa yaa pokoknya menjaga lingkungan, tidak merusak lingkungan sekitar terus mendidik siswa-siswanya agar mau mecintai lingkungan. (Zaini A).
3. Ramah lingkungan itu sekolahnya hijau mbak, banyak pohon, sejuk,
nyaman untuk belajar. (YP)
4. Sekolahnya bersih, tidak banyak sampah, pohonnya banyak, memiliki taman yang luas, rindang dan sejuk. (PP)
mendidik dan mengarahkan siswa-siswanya agar senantiasa menjaga dan melindungi lingkungan hidup, serta segala kegiatan dan aktifitas yang dilakukan di sekolah tidak merusak lingkungan hidup.
3. Bagaimana sejarah program sekolah ramah lingkungan?
1. Enggak tahu mbak, saya masuk kesini sudah ada visi ini. (Lintang AP).
2. Waahhh tidak tahu saya mbak, sudah ada dari dulu. (Zaini A).
3. Belum tahu saya mbak. (YP)
4. Belum tahu kalau itu mbak. (PP)
Dari jawaban 2 narasumber tersebut dapat diketahui bahwa kedua narasumber menjawab tidak tahu. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa kedua narasumber tidak mengetahui bagaimana sejarah program sekolah ramah lingkungan di sekolahnya.
4. Apakah anda mengetahui tujuan dari diadakannya program sekolah ramah lingkungan?
1. Iya tahu, ya untuk membentuk para warga sekolah untuk senantiasa menjaga dan melindungi lingkungan. (Lintang AP).
2. Tahu, meningkatkan kepribadian siswa ya agar mau menjaga lingkungan, alam dan kebersihan. (Zaini A).
3. Untuk menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman buat kegiatan
belajar siswa. (YP)
4. Tujuannya untuk menciptakan sekolah yang bersih, rindang serta nyaman untuk belajar dan kegiatan siswa di sekolah. (PP)
Dari jawaban 2 narasumber tersebut dapat diketahui bahwa kedua narasumber menjawab tahu. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa kedua narasumber mengetahui tujuan dari diadannya program sekolah ramah lingkungan yaitu untuk membentuk para warga sekolah meningkatkan kepribadian siswa agar senantiasa menjaga, melindungi serta menjaga kebersihan lingkungan.
241
Lampiran 7. Reduksi Hasil Wawancara
Reduksi Hasil Wawancara Petugas Kebersihan SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
NO PERTANYAAN JAWABAN KESIMPULAN 1. Apakah anda mengetahui
bahwa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul mempunyai program sekolah ramah lingkungan?
1. Iya mbak saya tahu. (Bpk. Eri). Dari jawaban narasumber tersebut dapat diketahui bahwa narasumber menjawab tahu. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa narasumber mengetahui bahwa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul mempunyai program sekolah ramah lingkungan.
2. Apa saja kegitan anda sehari-hari dalam implementasi program tersebut?
1. Kalau saya ini kan mengerjakannya ini kan cuma sendiri ya, tidak ada temannya, tapi semaksimal mungkin saya kerjakan. Kalau kegiatannya waaahhh banyak sekali mbak kegiatan saya sehari-hari, saya berangkat dari rumah saja jam 05.30 pagi, sampai sekolah langsung menyapu tengah, tengah ini ya halaman sekolah, tapi tengah ini kan ada dua orang pekerja, tapi kalau untuk mengurus taman itu ya saya sendiri yang mengerjakannya. Dari pagi saya nyapu tengah jika sudah selesai saya membersihkan kelas, kelas atas biasanya, ngepel, nyapu ya seperti cleanning service itu, jika sudah selesai nanti sekitar jam 07.00 ya anak-anak masuk sekolah nanti saya terus membereskan parkir di bagian utara, nahhh setelah parkir selesai nanti masih membersihkan di kamar mandi utara sana yang tengah tapi yang perempuan, setelah itu selesai istirahat sebentar, terakhir saya membersihkan di taman lagi. Kalau musim kemarau itu pekerjaannya banyak sekali, dari motongi tanaman, menyiram, menghias taman, waahhh macam-macam pokoknya. Dulu itu saya ada temannya, satu lagi, tapi saya merasa kurang kerjasamanya. Jadi lebih baik saya sendiri saja, menjalankannya
Dari jawaban narasumber tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan narasumer yaitu dimulai dengan menyapu halaman sekolah, membersihkan kelas, merapikan tempat parkir, membersihkan kamar mandi, membersihkan taman.
242
jadi engggk enak dulu. (Bpk. Eri). 3. Bagaimana produksi
sampah di sekolah setiap harinya?
1. Banyak sekali mbak, kalau anak-anak itu ya gimana ya, ini kan jumlahnya melebihi anak TK ya kalau misalnya saja dikelas jika sore pulang sekolah itu sudah kita bersihkan nanti pagi atau siang itu sampahnya sudah banyak lagi seperti sampah plastik es, aqua itu masuk di laci meja.
Dari jawaban narasumber tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa produksi sampah disekolah sangat banyak, hal tersebut terlihat dari jumlah dan jenis sampah yang dihasilkan warga sekolah setiap harinya.
4. Bagaimana bentuk pengolahan sampahnya?
1. Nahh itu, dulu itu jalan, sekarang sudah tidak begitu rutin ya, disini kan ada penggilingan daun tuh, jadi dari teman-teman kan ada yang nyapu, yang bersihin itu ada 5 orang, nanti sampah yang plastik-plastik dan kertas dibuang di bak sampah sana, kecuali yang masih bisa untuk dijual kaya botol aqua, botol plastik, kertas ya semacam itu, kemudian disendirikan untuk dijual kan bisa, kemudian sampah organik itu dimasukkan ke komposter yang nantinya jadi pupuk. Terus yang untuk daun-daun, ranting, langsung ditampung disana itu ya paling enggak sekitar dua hari baru digiling. (Bpk. Eri).
Dari jawaban narasumber tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk pengolahan sampah meliputi penggilingan daun, memilih sampah yang masih memiliki nilai ekonomis, serta penggunaan alat komposter untuk mengolah sampah menjadi pupuk.
Lampiran 7. Reduksi Hasil Wawancara
Reduksi Hasil Wawancara Penjual Makanan
NO PERTANYAAN JAWABAN KESIMPULAN 1. Sejak kapan adanya tata
tertib kantin?
1. Sejak pindah sini kantinnya, dulu yang pojok sana itu, yang bu Budi tengah, dekat sumur itu dulu kantin, nah yang bu Zar’an pojok sini, sekarang kantin pindah disini baru ada tata tertib itu, ya sekitar tahun 2011, tata tertib tersebut untuk pengunjung dan penjual. Peraturannya itu tidak boleh menjual makanan yang mengandung pengawet, pewarna gitu jadi makanan yang kami buat tidak ada yang menggunakan bahan-bahan itu
Dari jawaban narasumber tersebut dapat diketahui bahwa tata tertib kantin ada pada ahun 2011. Tata tertib tersebut diperuntukan bagi pengunjung dan penjual makanan.
243
2. Apakah ada kontrol dari pihak terkait?
1. Ada, dulu itu yang dari kabupaten juga ada, pas kalau mau lomba sekolah sehat, nah waktu lomba sekolah sehat kantin juga ikut andil. Kalau yang mengontrol dari sekolah itu ada bu Sri Hidayati, beliau sering kesini, sama bu Panca, terus ada juga mbak dari TU sekolah, dan dari Puskesmas
Dari jawaban narasumber tersebut dapat dikethui bahwa kontrol dilakukan oleh pihak luar sekolah dan pihak sekolah sendiri.
3. Bagaimana bentuk kontrol yang dilakukan oleh pihak terkait?
1. Biasanya itu dicek, ditanya bagaimana lancar tidak, menunya bagaimana, terus kekompakan, kan kantin harus kompak ya mbak. Kepala sekolah juga negcek, datang kesini tanya-tanya bagaimana lancar tidak? Biasanya ada juga negceknya yang tiba-tiba datang, seperti puskesmas itu
Dari jawaban naraumber tersebut dapat diketahui bahwa bentuk kontrol berupa pengecekan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan puskesmas.
4. Bagaimana pengelolaan kantin sehari-hari?
1. Kalau dari makanan kita mengusahakan makanan sehat itu seperti apa, tapi ada juga anak-anak itu yang suka mie, harusnya kan tidak boleh ya, kalau ada pengawetnya kan tidak boleh. Kita besok juga mau mewakili lomba sekolah sehat lagi. Terus itu lho pemanfaatan sampah itu juga biasanya kantin diikutsertakan, kalau lomba sekolah sehat juga kantin ikut serta, lomba UKS kantin juga ikut serta, diperiksa itu biasanya. Makanan-makanan itu ada catatan sendiri mbak, apa saja jenis makanannya, kebanyakan itu memang disuruh jajanan pasar, ya maksudnya sekali makan udah bisa langsung habis, kalau yang makanan kemasan itu kan gak boleh sebenarnya. Harus ada makanan seperti jajanan pasar itu kan harus setiap hari diolah ya, jadi lebih sehat karna hanya sekali konsumsi. Kalau minuman sachetan itu kan sebenarnya tidak boleh juga, jadi biasanya air mineral atau kita membuat sendiri.
Dari jawaban narasumber tersebut dapat diketahui bahwa pengelolaan kantin setiap harinya penjual makanan menggusahakan menjual makanan sehat, pengecekan makanan, hingga pengelolaan sampah yang dihasilkan oleh kantin.
244
Lampiran 8. Reduksi Hasil Observasi
Reduksi Hasil Observasi Kondisi Sekolah
Indikator Aspek Hasil Pengamatan
Kesimpulan
Keadaan Sekolah
Kondisi lingkungan secara keseluruhan
a. Gerbang sekolah
Sangat bersih
Kondisi gerbang sekolah sangat bersih, tidak ada sampah yang berserakan. Disamping gerbang sekolah terdapat tanaman hias dan toga, terdapat pula tempat sampah terpisah.
b. Lobi sekolah Sangat bersih
Kondisi lobi sekolah sangat bersih, sofa tamu, meja, rak piala terpasang dengan rapi. Lobi sekolah dilengkapi dengan tempat sampah.
c. Ruang tata usaha Sangat bersih
Kondisi ruang tata usaha sangat bersih, meja dan almari karyawan tertata rapi, tidak terlihat sampah yang berserakan.
d. Ruang guru Bersih Kondisi ruang guru bersih, tidak ada sampah yang berserakan. Ruangan dilengkapai dengan tempat sampah, sapu, dan wastafel.
e. Ruang kelas Bersih Ruang kelas nampak bersih dan rapi, terdapat sapu, tempat sampah serta kemoceng di setiap ruang kelas. Selain itu depan ruang kelas terdapat tanaman toga dan tanaman hias yang tertata rapi.
f. Ruang wakil kepala sekolah
Bersih Ruang wakil kepala sekolah cukup luas, dilengkapai dengan tempat sampah, sapu dan kemoceng, akan tetapi nampak beberapa tumpukan kertas yang kurang rapi.
g. Laboratorium Bersih Laboratorium sekolah nampak bersih, tidak ada sampah yang berserakan, laboratorium dilengkapi dengan taman dan kolam
245
ikan yang luas. h. Ruang
bimbingan konseling
Bersih Ruang BK nampak bersih, dilengkapi dengan tempat sampah dan sapu, terdapat tanaman hias di samping ruangan.
i. Ruang UKS Sangat bersih
Ruang UKS sangat bersih, pencahayaan dan ventilasi udara bagus, UKS dilengkapi dengan tempat sampah dan sapu. Untuk masuk ke ruang UKS maka warga sekolah harus melepas sepatu.
j. Lapangan sekolah
Bersih Kondisi lapangan bersih, tidk ada sampah yang berserakan di lapangan. Terdapat tempat sampah terpisah di pinggir lapangan.
k. Kantin sekolah Sangat Bersih
SMA Negeri 1 Kasihan memiliki kantin sehat, kondisi kantin sangat bersih, dilengkapi dengan wastafel, tempat sampah dan tata tertib kantin.
l. Aula sekolah Bersih Kondisi aula sangat luas dan bersih, tidak ada sampah yang berserakan, nampak sapu dan tempat samaph di dalam dan luar aula.
m. Masjid sekolah Sangat Bersih
Masjid sekolah cukup luas, dan sangat bersih baik dalam masjid, serambi maupun tempat wudhu. Terdapat sapu dan tempat sampah serta poster hemat air di serambi masjid.
n. Taman Sangat bersih
Taman terbagi menjadi 3 bagian yaitu 1 taman utama, dan 2 taman laboratorium. Kondisi taman sangat terawat, dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang pembelajaran. Terdapat alat pengolahan sampah yang sengaja diletakkan di taman sekolah.
o. Perpustakaan Bersih Perpustakaan sekolah tidak terlalu luas, namun
246
kondisinya bersih. Di depan perpustakaan diletakkan tanaman toga dan tanaman hias yang tertata dengan rapi.
p. Kamar mandi/WC
Bersih Kondisi kamar mandi/WC bersih, tidak ada sampah dan bau menyengat. Terdapat papan himbuan untuk mengehemat air.
q. Tempat parkir Cukup Bersih
Kondisi tempat parkir cukup bersih, tempat parkir terbagai menjadi 2 wilayah yaitu dibelakang sekolah dan di dekat aula sekolah.
r. Lorong kelas Sangat Bersih
Kondisi lorong kelas sangat bersih, tidak ada sampah yang berserakan. Lorong kelas dilengkapi dengan tempat sampah terpisah, dan tanaman yang membuat suasana sekolah semakin sejuk.
Lampiran 8. Reduksi Hasil Observasi
Reduksi Hasil Observasi Warga Sekolah
Indikator Aspek Hasil Pengamatan
Kesimpulan
Kegiatan Subjek Penelitian Selama Berada di Sekolah
Seluruh warga sekolah meliputi: a. Kepala sekolah b. Wakil kepala
sekolah c. Guru mata
pelajaran d. Siswa sekolah e. Petugas
kebersihan f. Penjual
makanan
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik
Dari hasil observasi selama di sekolah 4 subyek penelitian yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan petugas kebersihan sangat baik dalam menjalankan program sekolah ramah lingkungan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya, sementara 2 subyek penelitian yang terdiri dari siswa dan penjual makanan baik dalam menjalankan program sekolah ramah lingkungan.
247
Lampiran 9. Dokumen Foto
1. Pengembangan Program Sekolah Ramah Lingkungan
Gambar 1. Visi Misi Sekolah Gambar 2. Menuju sekolah hijau
Gambar 3. Poster bertema lingkungan Gambar 4. Papan layanan dokter
2. Pengembangan Kegiatan Program Sekolah Ramah Lingkungan
Gambar 5. Tanaman toga siswa Gambar 6. Penanaman pohon di area sekolah
248
Lampiran 9. Dokumen Foto
Gambar 7. Kegiatan mural siswa Gambar 8. Kegiatan rutin petugas kebersihan
Gambar 9. Kegiatan pengelolaan sampah Gambar 10. Suasana saat jam istirahat
Gambar 11. Perawatan pohon sekolah Gambar 12. Siswa membuang sampah pada tempatnnya
249
Lampiran 9. Dokumen Foto
3. Pengembangan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendukung Ramah Lingkungan
Gambar 13. Tempat sampah terpisah Gambar 14. Peletakan komposter di taman
Gambar 15. Tempat penyimpanan komposter Gambar 16. Papan himbauan
Gambar 17. Pelestarian hewan di taman Gambar 18. Peletakan toga siswa
250
Lampiran 9. Dokumen Foto
Gambar 19. Toga layanan mandiri Gambar 20. Tata tertib kantin sehat
Gambar 21. Fasilitas di kantin sekolah Gambar 22. Taman laboratorium
Gambar 23. Sarana penunjang kebersihan Gambar 24. Tempat pembuangan akhir sampah di sekolah
251
Lampiran 10. Daftar Tugas dan Jumlah Tenaga Pendidik SMA Negeri 1 Kasihan
No. Tugas Jumlah 1. Kepala Sekolah 1 2. Agama Islam 3 3. Agama Kristen 1 4. Pendidikan Kewarganegaraan 2 5. Sejarah 2 6. Bahasa Indonesia 4 7. Ekonomi 4 8. Geografi 2 9. Sosiologi 2
10. Panjaskes 4 11. Seni Rupa 2 12. Seni Tari 1 13. Matematika 5 14. Biologi 3 15. Fisika 4 16. Kimia 3 17. Bhasa Inggris 4 18. TIK 2 19. Bahasa Jawa 1 20. Bimbingan Konseling 5 21. Agama Katolik 1
252
Lampiran 11. Daftar Tugas dan Jumlah Tenaga Kependidikan
No. Tugas Jumlah 1. Kepala Tata Usaha 1 2. Staf Tata Usaha 2 3. Pengawas 1 4. Staf Perpustakaan 2 5. Bendahara SPP 1 6. Bendahara BOS 1 7. Persuratan 1 8. Kepegawaian 1 9. Inventaris 1
10. Kesiswaan 1 11. Waka 1 12. Staf Laboratorium Fisika 1 13. Staf Laboratorium Kimia 1 14. Staf Laboratorium Biologi 1 15. Pemabantu Dewan Sekolah 1 16. Staf Multimedia 1 17. Satpam 3 18. Petugas Kebersihan 2 19. Driver 2 20. Parkir 2
253
Lampiran 12. Program Ekstrakulikuler SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
No Jenis Kegiatan Sasaran Pelaksana Waktu Sumber Daya
1.
2.
Program Wajib
1. Pramuka
2. Pleton Inti
3. IMTAQ Ag. Islam
- BTQ
- Seni Baca Quran
Program Pilihan
1. KIR / Jurnalistik
2 Mading
3. PMR / UKS
4. Presenter
5. Komputer
6. Pembuatan Film
7. Cheer Ladys
8. Teater
9. Paduan Suara
10.Tenis Lapangan
11. Basket
12. Sepak Bola
13. Tae Kwondo
14.Tenis Lapangan
Kelas X
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Kelas X dan XI
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Pembina
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
Dewan Sekolah
254
255
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian
256
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian
257
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian
258
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian
259
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian
Recommended