View
143
Download
14
Category
Preview:
DESCRIPTION
hubungan interaksi sosial
Citation preview
INTERAKSI SOSIAL
Sejumlah ahli sosiologi mengkhususkan diri pada studi terhadap interaksi sosial. Sesuai
dengan pandangan ahli sosiologi seperti Max Weber bahwa pokok pembahasan sosiologi ialah
tindakan sosial. Dalam sosiologi sendiri berkembang cabang yang mengkhususkan diri pada interaksi
yang tejadi dalam kehidupan sehari-hari.
INTERAKSIONISME SIMBOLIK
Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan
nama interactionist perspective (Douglas, 1973). Diantara berbagai pendekatan dijumpai
pendekatan yang bersumber pada pemikiran George Herbert Mead, yang dikenal dengan nama
interaksionisme simbolik (symbolic interactionism). Dari kata interaksionisme sudah nampa bahwa
sasaran pendektan ini ialah interaksi sosial, kata simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol
dalam interaksi.
Leslie White mendefinisikan simbol sebagai “a thing the value or meaning of which is
bestowed upon by those who use it” (White, 1968) yang berarti simbol merupakan sesuatu yang nilai
atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya. Makna atau nilai
tersebut tidak berasal atau ditentukan oleh sifat-sifat yang secara intristik terdapat di dalam bentuk
fisiknya. Makna suatu simbol hanya dapat ditangkap melalui cara nonsensoris; melalui cara simbolik.
Helbert Blumer berpendapat bahwa pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga,
yaitu :
1. Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang
dipunyai sesuatu tersebut baginya.
2. Makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara
seseorang dengan sesamanya.
3. Makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran (interpretative process),
yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.
1
DEFINISI SITUASI
Konsep lain yang juga penting diperhatikan dalam bahasan mengenai interaksi sosial ialah
konsep definisi situasi (the definition of the situation) dari W.I. Thomas (1968). Menurut Thomas
seseorang tidak segera memberikan reaksi manakala ia mendapat rangsangan dari luar. Tindakan
sesorang selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan, rangsangan dari luar diseleksi
melalui proses yang dinamakannya definisi atau penafsiran situasi. Dalam proses ini orang
bersangkutan memberi makna pada rangsangan yang diterimanya itu.
Thomas terkenal karena ungkapannya “when men define situations as real, they are real in
their consequences”--bila orang mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya
nyata. Yang dimaksudkannya disini adalah bahwa definisi situasi yang dibuat orang akan membawa
konsekuensi nyata.
Thomas membedakan dua macam definisi situasi : definisi situasi yang dibuat secara
spontan oleh individu, dan definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat yaitu definisi situasi yang
dibuat oleh keluarga, teman, dan komunitas. Menurutnya moralitas yang berwujud aturan atau
hukum muncul untuk mengatur kepentingan pribadi agar tidak bertentangan dengan kepentingan
masyarakat.
ATURAN YANG MENGATUR INTERAKSI
Dalam bukunya Symbols, Selves and Society: understanding Interaction David A. karp dan
W.C. Yoels (1979) menyebutkan tiga jenis aturan yaitu aturan mengenai ruang, waktu dan mengenai
gerak dan sikap tubuh.
The Hidden Dimension (1982) Hall mengemukakan bahwa dalam interaksi dijumpai aturan
tertentu dalam hal penggunaan ruang. Pengamatan terhadap penggunaan ruang beserta teori-
teorinya oleh Hall dinamakan proxemics. Dalam situasi social orang cenderung menggunakan empat
macam jarak:
1. Jarak intim (intimate distance)
Berkisar antara 0-18 inci (0-45 cm) , keterlibatan dengan tubuh orang lain disertai
keterlibatan intensif dari pancaindera—penglihatan, bau badan suhu badan, suara, sentuhan
kulit, hembusan nafas.
2
2. Jarak pribadi (personal distance)
Berkisar antara 4-12 kaki (45 cm-1,22 m). Interaksi pada tahap dekat dalam jarak ini
cenderung dijumpai di antara orang yang hubungannya dekat, misalnya suami-isteri. Pada
jarak pribadi ini rangsangan pada pancaindra mulai berkurang, terutama pada tahap yang
jauh.
3. Jarak sosial (social distance)
Berkisar antara 4-12 kaki (1,22 m-3,66 m), orang yang berinteraksi dapat berbicara secara
normal dan tidak saling menyentuh.
4. Jarak public (public distance)
Berkisar di atas 12 kaki atau 3,66 m dipelihara oleh orang yang harus tampil di depan umum
seperti politikus dan actor.
Perlu ditekankan disini bahwa empat macam jarak yang dikemukakan Hall di atas hanya
berlaku bagi bagian tertentu masyarakat Amerika.
Dalam buku lain, The Silent Language (1981), Hall membahas aturan mengenai waktu.
Berkenaan dengan waktu ini Hall mencatat bahwa dalam masyarakat berbeda dijumpai penggunaan
waktu secara berbeda karena adanya persepsi yang berbeda waktu.
KOMUNIKASI NONVERBAL
Suatu hal penting yang dikemukakan Hall yaitu nahwa dalam interaksi orang lain membaca
perilaku kita, karena dalam interaksi kita tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan orang lain
tetapi juga apa yang dilakukannya. Hall mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal atau bahasa
tubuh, yang menurutnya ada sebelum ada bahasa lisan dan merupakan bentuk komunikasi pertama
yang dipelajari manusia, kita gunakan secara sadar maupun tidak untuk menyampaikan perasaan
kita kepada orang lain.
INTERAKSI DAN INFORMASI
Symbols, Selves dan Society: Understanding Interaction (1979) mereka antara lain
mengemukakan bahwa untuk dapat berinteraksi, untuk dapat mengambil peran orang lain
seseorang perlu mempunyai informasi mengenai orang yang berada di hadapannya.
3
Manakala ia asing bagi kita karena kita tidak mengetahui riwayat hidupnya dan atau tidak tahu
kebudayaannya maka interaksi sukar dilakukan.
Menurut Karp dan Yoels ketiadaan atau kekurangan informasi mengenai orang tidak dikenal
yang kita jumpai kita atasi dengan mencari informasi. Sumber-sumber informasi ialah ciri fisik yang
diwarisi sejak lahir seperti jenis kelamin, usia, dan ras, serta penampilan—daya tarik fisik, bentuk
tubuh, penampilan berbusana dan percakapan.
Warna Kulit
Ciri yang dibawa sejak lahir seperti jenis kelamin, usia dan rassangat menentukan interaksi.
Dalam masyarakat yang mengenai diskriminasi ras seperti Amerika Serikat, misalnya
interaksi tergantung pada warna kulit orang berinteraksi.
Usia
Usia pun merupakan suatu factor yang ikut menentukan pola interaksi. Dalam banyak
masyarakat interaksi dengan orang yang dianggap lebih tua sering berbeda dengan interaksi
dengan orang yang sebaya serta dengan orang-orang yang lebih muda.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi interaksi. Percakapan laki-laki misalnya tidak akan
dikemukakan manakala pembicaraan itu dihadiri perempuan.Ketidakjelasan mengenai jenis
kelamin mempersulit interaksi.
Penampilan Fisik
Faktor penampilan pun mempengaruhi interaksi. Orang yang berpenampilan menarik lebih
mudah memperoleh pasangan dan bahwa orang yang merasa dirinya tidak menarik
mengeluh karena mengalami kesukaran dalam pergaulan
Bentuk Tubuh
Orang yang berbentuk tubuh gemuk dianggap mempunyai sejumlah ciri watak tertentu,
antara lain tenang, santai, pemaaf, orang yang berbentuk tubuh berotot dominan, yakin,
aktif, dan orang yang berbentuk tubuh tinggi,kurus mempunyai sifat tegang dan pemalu.
4
Pakaian
Seseorang yang berbusana sebagai eksekutif muda merupakan suatu factor pula dalam
interaksi. Seseorang yang berbusana seperti eksekutif muda jelas mendapat perlakuan
berbeda dengan seseorang yang berpenampilan pemulung.
Wacana
Faktor yang diucapkan para pelaku juga sangat berpengaruh dalam berinteraksi.
Agar dapat berinteraksi orang harus sekaligus memperhitungkan usia, jenis kelamin, ras dan
penampilan orang lain—penampilan fisiknya, busananya, bentuk tubuhnya, dll.Seseorang yang
terlibat dalam suatu interaksi harus bisa memilah-milah berbagai macam informasi yang diterima
untuk dapat menafsirkan makna yang sesungguhnya.
GOFFMAN DAN PRINSIP DRAMATURGI
Goffman menyatakan bahwa individu yang berjumpa orang lain akan mencari informasi
mengenai orang yang dijumpainya atau menggunakan informasi yang telah dimilikinya, antara lain
dengan tujuan memanfaatkan informasi tersebut untuk mendefinisikan sesuatu.
Menurut Goffman dalam suatu perjumpaan masing-masing pihak secara sengaja maupun
tidak membuat pernyataan (expression) pihak lain memperoleh kesan (impression). Goffman
membedakan dua macam pernyataan : pernyataan yang diberikan (expression given) dan
pernyataan yang dilepaskan (expression given off).
Masing-masing pihak yang berinteraksi akan berusaha mengendalikan perilaku orang lain
dengan jalan memberikan pernyataan yang dapat menghasilkan kesan yang diinginkannya.
5
DARI BERJUMPA SAMPAI BERPISAH
Mark L. Knapp membahas berbagai tahap yang dapat dicapai dalam interaksi. Tahap
interaksi yang disebutkan dapat dibagi dua, yaitu tahap yang mendekatkan peserta interaksi dan
tahap yang menjauhkan mereka.
Tahap yang mendekatkan dirinci menjadi tahap memulai (initiating), menjajaki
(experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan
(bonding).
Tahap dalam proses peregangan yaitu membeda-bedakan (differentiating), membatasi
(circumscribing), memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding) dan memutuskan (terminating).
Perenggangan hubungan biasanya diawali dengan tahap membeda-bedakan. Apa yang
semula dikerjakan bersama mulai dilakukan sendiri-sendiri.
Tahap berikut ialah kegiatan membatasi. Menurut Knapp pada tahap ini pembahasan
mengenai hubungan mulai dihindari, pokok pembicaraan menjadi lebih dangkal dan sempit, dan
komunikasi komunikasi mulai bersifat disosiatif, suatu pernyataan cenderung ditanggapi dengan
bantahan, sangkalan, keluhan, larangan, perintah.
Tahap terakhir ialah tahap pemutusan hubungan. Menurut Knapp pada tahap ini pemutusan
dikomunikasikan melalui pernyataan mengenai jarak dan pemisahan diri. Dengan adanya jarak
komunikasi diharapkan agar terhalang; dengan berlangsungnya pemisahan diri masing-masing pihak
diharapkan dapat meneruskan hidupny tanpa kehadiran pihak lain.
6
Recommended