View
215
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
call for paper IPHSS a/n costan
Citation preview
Hipnoterapi: Solusi Terbaik Mengatasi Kebiasaan Merokok
Costan Tryono PR, Steven Zulkifly, Stephen
Abstrak
Jumlah perokok Indonesia dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 prevalensi perokok penduduk di atas 15 tahun adalah 32,0% (Susenas 2003), meningkat pada tahun 2007 mencapai 34,2% (Riskesdas 2007), dan pada tahun 2010 menjadi 34,7% (Riskesdas 2010). Di dalam rokok terkandung sekitar 4000 jenis zat kimia yang dapat menyebabkan gangguan pada berbagai sistem tubuh, antara lain sistem saraf pusat, respiratori, kardiovaskular, imunitas, gastrointestinal, muskoloskeletal, integumen, dan reproduksi. Rokok merupakan penyebab 440.000 kematian setiap tahunnya. Selain itu, ekspetasi hidup seorang perokok berkurang sebesar 13,2-14,5 tahun. Salah satu zat kimia yang terkandung dalam rokok adalah nikotin. Nikotin mempengaruhi tubuh sehingga menyebabkan tubuh tergantung dengan rokok. Nikotin juga menyebabkan seseorang yang ingin berhenti merokok mengalami gejala putus nikotin yang tidak menyenangkan bagi sang perokok. Hal ini membuat usaha untuk berhenti merokok sangat sulit. Salah satu program yang memungkinkan seseorang untuk berhenti merokok adalah terapi. Sampai saat ini, terapi yang terbukti mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi adalah hipnoterapi. Terdapat berbagai jenis teknik hipnoterapi, bergantung pada faktor yang menyebabkan seseorang menjadi perokok. Teknik hipnoterapi yang penulis sarankan adalah pengobatan dua sesi (two session treatment) dan pengobatan 5-PATH® (Five-Phase Abreactive Therapeutic Hypnosis®) karena sudah terbukti mempunyai prognosis yang baik. Sekitar 90% pasien berhasil menghentikan kebiasaan merokok setelah menjalani salah satu dari kedua teknik tersebut. Sayangnya, hipnoterapi di Indonesia masih belum dikenal sebagian besar masyarakat. Untuk itu, teknik hipnoterapi ini perlu disebarluaskan dan diterapkan dengan baik di Indonesia dan diharapkan prevalensi perokok di Indonesia akan menurun dari tahun ke tahun.
Kata kunci: merokok, hipnoterapi
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Kebiasaan merokok telah dimulai sejak beberapa abad yang lalu dan masih
berlanjut hingga sekarang. Kegiatan merokok telah terbukti merugikan tubuh manusia, baik
untuk pengguna dan sekitarnya.1 Walaupun demikian, jumlah perokok yang ada setiap
tahunnya terus bertambah. Di Indonesia sendiri, jumlah perokok dari waktu ke waktu
menunjukan peningkatan. Pada tahun 2003 prevalensi perokok penduduk di atas 15 tahun
adalah 32,0% (Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2003), meningkat pada tahun 2007
mencapai 34,2% (Riset Kesehatan Dasar, 2007), dan pada tahun 2010 menjadi 34,7%
(Riset Kesehatan Dasar, 2010).2,3
Merokok dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi perokok dan orang yang
berada di sekitarnya. Rokok mengandung sekitar empat ribu bahan kimia yang bersifat
karsinogenik, iritan, dan racun.1 Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh rokok antara lain
gangguan kejiwaan seperti depresi serta penyakit mematikan seperti kanker dan
kardiovaskular. Zat kimia dalam rokok dapat menyebabkan gangguan pada berbagai sistem
tubuh, antara lain sistem saraf pusat, respiratori, kardiovaskular, imunitas, gastrointestinal,
muskoloskeletal, integumen, dan reproduksi.4,5
Tingginya prevalensi perokok di Indonesia ditambah lagi kandungan zat dalam
rokok yang berbahaya bagi tubuh mengakibatkan rokok menjadi salah satu penyebab
kematian terbesar, yaitu sekitar 440.000 kematian setiap tahunnya. Selain itu, ekspetasi
hidup seorang perokok berkurang sebesar 13,2-14,5 tahun.6 Menurut WHO, diperkirakan
pada tahun 2030 kematian akibat rokok di dunia mencapai 8 juta kematian setiap tahunnya
dan lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang.7
Salah satu zat kimia yang terkandung dalam rokok adalah nikotin. Nikotin
mempengaruhi tubuh sehingga menyebabkan tubuh tergantung dengan rokok. Nikotin juga
menyebabkan seseorang yang ingin berhenti merokok mengalami gejala putus nikotin yang
tidak menyenangkan bagi sang perokok. Hal ini membuat usaha untuk berhenti merokok
sangat sulit.4 Berbagai upaya telah dilakukan seperti edukasi untuk tidak merokok hingga
sosialisasi bahaya merokok bagi kesehatan kepada masyarakat dari berbagai pihak, namun
jumlah perokok di Indonesia tetap menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh
karena itu, diperlukan solusi yang efektif dan efisen untuk menghentikan kebiasaan
merokok. Salah satu program yang memungkinkan seseorang untuk berhenti merokok
adalah terapi.
Hipnoterapi merupakan terapi yang terbukti mempunyai tingkat keberhasilan yang
tinggi untuk memberhentikan kebiasaan merokok. Terdapat berbagai jenis teknik
hipnoterapi, bergantung pada faktor yang menyebabkan seseorang menjadi perokok.
Teknik hipnoterapi yang penulis sarankan adalah pengobatan dua sesi (two session
treatment) dan pengobatan 5-PATH® (Five-Phase Abreactive Therapeutic Hypnosis®)
karena sudah terbukti mempunyai prognosis yang baik. Sekitar 90% pasien berhasil
menghentikan kebiasaan merokok setelah menjalani salah satu dari kedua teknik tersebut.8
Sayangnya, hipnoterapi di Indonesia masih belum dikenal sebagian besar masyarakat. Oleh
karena itu, penulis memenulis karya tulis ini sehingga diharapkan teknik hipnoterapi ini
disebarluaskan dan diterapkan dengan baik di Indonesia dan prevalensi perokok di
Indonesia akan menurun dari tahun ke tahun.
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Perilaku Merokok
Menurut Silvan Tomkins dalam Al Bachri (1991), berdasarkan Management of
Affect Theory, terdapat empat tipe perilaku merokok. Keempat tipe tersebut adalah:4
Tipe 1. Perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif
Pendapat mereka adalah dengan merokok maka akan timbul perasaan positif. Green
dalam Psychological Factor in Smoking (1978) menambahkan 3 subtipe, yaitu:
a. Pleasure relaxation, adalah perilaku merokok untuk meningkatkan kenikmatan
yang sudah didapat, misalnya merokok setelah makan atau minum kopi.
b. Stimulation to pick them up, adalah perilaku merokok yang dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette, adalah kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa.
Tipe 2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif
Perilaku merokok yang digunakan untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya
marah, cemas, dan gelisah. Orang dengan latar belakang tipe ini mengggunakan
rokok sebagai alat pengalih perhatian dari perasaan negatif tersebut.
Tipe 3. Perilaku merokok yang adiktif
Green menyebut tipe ini sebagai kecanduan secara psikologis (psychological
addiction). Mereka yang sudah kecanduan, cenderung akan menambah dosis rokok
yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang diisapnya berkurang. Hal
tersebut berkaitan dengan mekanisme toleransi tubuh terhadap zat adiktif yang
terdapat pada rokok, seperti nikotin.
Tipe 4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan
Orang pada tipe ini menjadikan kegiatan merokok sebagai hal yang menjadi
kebiasaan mereka. Dapat dikatakan pada tipe ini, merokok sudah menjadi kebiasaan
rutin.
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok
Menurut Juniarti dalam Mu’tadin (2002), faktor yang mempengaruhi kebiasaan
merokok adalah sebagai berikut:4
1. Pengaruh orang tua
Terdapat temuan bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak
bahagia, di mana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan
hukuman fisik yang keras lebih mudah menjadi perokok dibanding anak-anak muda
yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia.
2. Pengaruh teman
Bila semakin banyak remaja yang merokok maka makin besar kemungkinan teman-
temanya adalah perokok dan demikian sebaliknya. Di antara remaja perokok, 87%
mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula
dengan remaja bukan perokok.
3. Faktor kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari
rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari kebosanan.
4. Pengaruh iklan
Dengan adanya iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat orang seingkali
terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di iklan tersebut.
2.3. Bahaya Merokok
Bahaya merokok tidak hanya bagi perokok aktif saja, melainkan juga orang yang
terpapar asap rokok atau yang biasa disebut perokok pasif. Berikut adalah bahaya merokok
bagi kesehatan.9
1. Bagi perokok aktif
a. Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung.
b. Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke.
c. Meningkatkan risiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung bagi
wanita pengguna pil KB.
d. Meningkatkan risiko lima kali lebih besar menderita kerusakan jaringan anggota
tubuh yang rentan.
2. Bagi perokok pasif
Kadar nikotin, karbon monoksida, serta zat-zat lain dalam darah akan memperburuk
penyakit yang sedang diderita dan meningkatkan risiko terkena serangan jantung bagi
mereka yang berpenyakit jantung. Anak-anak yang orangtuanya merokok akan
mengalami batuk, pilek, radang tenggorokan serta penyakit paru. Wanita hamil yang
terbiasa menghirup asap rokok berisiko mendapatkan bayi mereka lahir dengan kelainan
bahkan kematian.
3. Analisis dan Pembahasan
3.1. Dampak Merokok
Tubuh manusia terdiri atas sistem-sistem yang saling berintegrasi dalam
menjalankan fungsi tubuh, sehingga tubuh mampu beraktivitas secara optimal. Seorang
perokok akan mengalami gangguan pada hampir seluruh sistem tubuh, antara lain sistem
saraf pusat, respiratori, kardiovaskular, imunitas, gastrointestinal, muskoloskeletal,
integumen dan reproduksi.10
3.1.1. Dampak terhadap Sistem Saraf Pusat
Dampak rokok terhadap sistem saraf adalah terjadinya perubahan zat-zat kimia di
otak. Secara alami, pelepasan dopamin oleh otak terjadi ketika seseorang makan dan
minum. Pelepasan dopamin dipercaya dapat memberikan sense of reward dan berhubungan
dengan proses adiksi. Pada awal konsumsi rokok, nikotin akan meningkatkan transmisi
dopamin di otak dan memberikan perasaan senang pada pemakainya. Konsumsi rokok
dalam jangka panjang akan menurunkan fungsi dan jumlah reseptor dopamin dan berakibat
pada proses adiksi.11
Anggapan bahwa rokok dapat menghilangkan stress menjadi salah satu alasan bagi
masyarakat untuk tetap merokok. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan stress terjadi
seiring dengan kebiasaan merokok dan penghentian konsumsi rokok akan menurunkan
tingkat stress. Peningkatan stress tesebut disebabkan oleh ketergantungan akan nikotin,
terlepas dari peran nikotin yang terkandung dalam rokok sebagai pengendali mood. Mood
normal hanya akan dialami perokok selama merokok dan memburuk ketika tidak merokok,
sehingga perokok memerlukan nikotin untuk menjaga agar mood nya tetap stabil.12
3.1.2. Dampak terhadap Sistem Respiratori
Mekanisme dampak rokok terhadap sistem pernafasan adalah melalui adanya
interaksi antara zat berbahaya dalam rokok dengan jaringan epitel sistem pernafasan.
Interaksi tersebut akan memicu reaksi stress oksidatif dalam tubuh melalui radikal bebas
yang berasal dari tar.13 Peningkatan radikal bebas yang tidak diimbangi dengan antioksidan
akan menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi melalui pelepasan sel dan mediator inflamasi
(sitokin, kemokin dan molekul adhesi). Pelepasan mediator inflamasi akan berdampak
buruk tidak hanya pada sistem respirasi, tetapi juga efek sistemik.14
Merokok juga merupakan penyebab utama timbulnya penyakit paru obstruktif
menahun (PPOM), seperti emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.14 Partikel asap
rokok, seperti tar, benzopiren, dibenzopiren, dan uretan dikenal sebagai bahan karsinogen
yang dapat menyebabkan kanker. Data menunjukkan bahwa prevalensi kanker paru-paru
pada perokok 10-30 kali lebih banyak dibanding dengan bukan perokok.4
3.1.3. Dampak terhadap Sistem Kardiovaskuler
Merokok dan paparan terhadap asap rokok (perokok pasif) merupakan faktor risiko
utama gangguan sistem kardiovaskular. Salah satu akibat dari konsumsi rokok adalah
gangguan pada sistem kardiovaskular. Berbagai penelitian telah dilakukan dan
membuktikan hal tersebut, walaupun belum dapat diketahui mekanismenya secara jelas
hingga saat ini. Merokok meningkatkan proses inflamasi, trombosis dan oksidasi low
density lipoprotein (LDL), serta juga meningkatkan reaksi stress oksidatif.15 Oksidasi LDL
diduga memiliki hubungan dengan mekanisme pada arterosklerosis.16
3.1.4. Dampak terhadap Sistem Imunitas
Konsumsi rokok dapat mempengaruhi sistem imunitas tubuh, baik respon imun
seluler (neutrofil dan makrofag) maupun humoral (IgE). Efek nikotin yang terkandung
dalam rokok terhadap neutrofil adalah peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan dari
fungsinya. Kelebihan neutrofil pada jalur udara perokok dapat memicu aktivitas enzim
proteolitik seperti neutrofil elastase. Neutrofil elastase menstimulasi pelepasan lendir oleh
sel gobler sehingga jalur udara perokok akan terpenuhi oleh lendir dan dapat menyebabkan
obstruksi jalan napas. Enzim tersebut juga memiliki efek destruktif pada sel bersilia dan
matriks ekstraseluler.17
Makrofag merupakan sel utama paru-paru yang berperan dalam pertahanan seluler
melawan benda-benda asing. Pada perokok, terjadi perubahan morfologi dan jumlah serta
kehilangan fungsi makrofag alveolar. Selain itu, paparan rokok kronik dapat menyebabkan
keluarnya makrofag alveolar ke jalur pernapasan.17
Endotoksin/lipopolisakarida(LPS) adalah salah satu agen yang memiliki potensi
tinggi dalam menyebabkan inflamasi. Asap tembakau dapat meningkatkan paparan
endotoksin sebanyak 100 kali lipat dibandingkan dengan lingkungan tanpa asap rokok.
Peningkatan ini juga mempengaruhi peningkatan IgE dan kemudian akan berkembang
menjadi asma. Semakin awal terpapar endotoksin meningkatkan risiko sensitisasi IgE yang
dapat berakibat pada hiperresponsif dari jalur pernapasan.17
3.1.5. Dampak Rokok terhadap Sistem Gastrointestinal
Kandungan asap rokok dapat mengganggu sistem gastrointestinal, terutama nikotin
dikarenakan sangat mudah diabsorpsi baik melalui kulit, alveolus dan saluran pencernaan.
Metabolisme nikotin akan menghasilkan metilnitrosamino-1-3-piridil-1-butanon(NNK) dan
nitrosonornikotin(NNN), yang merupakan penyebab kanker (karsinogen). Penelitian
nikotin terhadap tikus secara in-vivo menunjukkan bahwa administrasi nikotin dalam
jangka panjang dapat menyebabkan kanker lambung.18
Percobaan pada tikus secara in-vitro menunjukkan nikotin menginduksi terjadinya
kanker esofagus dan kanker kolon. Kanker esofagus dan kanker kolon akibat nikotin terjadi
melalui mekanisme perubahan transkripsi siklus hidup dan diferensiasi sel sehingga sel
membelah secara tidak terkendali.19,20
3.1.6. Dampak Rokok terhadap Sistem Muskuloskeletal
Sistem tubuh lain yang terganggu dengan penggunaan rokok adalah sistem
muskuloskeletal (otot dan tulang). Zat kimia berbahaya dalam rokok dapat menurunkan
kekuatan otot dan meningkatkan tingkat kelelahan otot itu sendiri. Hal ini diduga
disebabkan oleh gangguan oksidatif terhadap protein otot dan kerusakan dari mitokondria.21
Selain itu, demineralisasi tulang juga dapat terjadi akibat merokok sehingga akan
meningkatkan risiko patah tulang. Hal ini disebabkan karena zat berbahaya dalam rokok
merusak esterogen sehingga dapat berakibat pada osteoporosis. Rokok juga dapat
mengganggu penyerapan kalsium dan vitamin D, dimana kedua komponen tersebut
berperan dalam pertumbuhan tulang.22
3.1.7. Dampak Rokok terhadap Sistem Integumen (Kulit dan Adneksanya)
Terganggunya proses penyembuhan luka sering dijumpai pada perokok sebagai
akibat efek rokok terhadap sistem integumen tubuhnya. Hal ini disebabkan nikotin
menghambat kemampuan fibroblast untuk bermigrasi ke tempat terjadinya luka, dimana
fibroblast sangat berperan dalam proses pembentukan jaringan parut. Selain itu, nikotin
juga menurunkan kadar vitamin C dalam plasma darah yang diperlukan untuk pembentukan
kolagen. Keseluruhan efek nikotin terhadap sistem integumen akan menyebabkan produksi
kolagen menurun, jaringan parut melemah dan bekas luka akan mudah terbuka kembali.23
3.1.8. Dampak Rokok terhadap Sistem Reproduksi
Pada sistem reproduksi perokok, hampir keseluruhan sistem terganggu, baik itu
folikulogenesis, steroidogenesis, pre-implantasi dan implantasi embrio. Kerusakan pada
folikel disebabkan perubahan morfologi dari cumuls-oocyte complex (COC) yang
disebabkan oleh nikotin, kotinin, anabasin dan kadmium. Steroidogenesis merupakan
pembentukan steroid seks dan gangguan pada steroidogenesis ditandai dengan peningkatan
kadar testosteron dan FSH, serta penurunan kadar estradiol. Zat berbahaya dalam rokok,
kadmium, menyebabkan gangguan permanen pada steroidogenesis dengan menurunkan
ekspresi dari reseptor low-density lipoprotein(LDL).24
Gangguan pada proses pre-implantasi embrio disebabkan karena menebalnya zona
pelusida para ovum perempuan. Penebalan zona pelusida pada wanita perokok
menyebabkan penurunan tingkat fertilisasi. Implantasi embrio memerlukan persiapan
endometrium dikarenakan tempat dan kualitas dari implantasi akan menentukan risiko
kecacatan dan kematian embrio.24
3.2. Hipnoterapi
Salah satu permasalahan utama dari rokok adalah adanya zat kimia yang membuat
seseorang kecanduan rokok, yaitu nikotin. Nikotin mempengaruhi tubuh kita sehingga
menyebabkan tubuh kita tergantung dengan rokok dan membuat seseorang yang ingin
berhenti mengalami gejala putus nikotin yang tidak menyenangkan bagi sang perokok.6 Hal
ini membuat usaha untuk berhenti merokok sangat sulit. Oleh karena itu, perlu dilakukan
beberapa terapi yang memungkinkan seseorang untuk berhenti merokok. Salah satu terapi
yang telah terbukti sangat efektif dan efisien adalah hipnoterapi.8
Sebelum melakukan hipnoterapi, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa
penyebab seseorang menjadi perokok. Umumnya, seseorang merokok karena dipengaruhi
oleh perasaan negatif (perilaku merokok tipe 2). Pada
mulanya seseorang mengalami perasaan menyakitkan
untuk pertama kalinya kemudian ia berusaha untuk
mengalihkan perhatian (distraksi), salah satunya dengan
merokok. Hal ini biasa disebut sebagai Primary Feeling
(Feel Bad - Distract Cycle).8
Jika rokok tersebut tidak mampu menetralisir Primary
Feeling (takut, marah, sedih, dan perasaan lainnya) maka
emosi orang tersebut akan kembali ke awal kemudian
berkembang ke tingkat yang lebih tinggi yaitu frustasi. Hal
ini biasa disebut sebagai Secondary Feeling (Frustration -
Distract Cycle).8
Jika rokok yang digunakan tetap tidak dapat mengatasi Secondary Feeling, maka
rasa frustasi akan berkembang lebih lanjut menjadi depresi. Hal ini biasa disebut sebagai
Tertiary Feeling (Depression - Distract Cycle). Pada tahap ini, seseorang cenderung sudah
tidak mempunyai harapan bahwa penyebab primary feeling dapat teratasi.8
Prinsip dasar dari hipnoterapi adalah menetralisir Primary Feeling. Tujuan dari
hipnoterapi ini adalah agar seseorang bisa merasakan emosi yang menyakitkan tanpa harus
menggunakan alat-alat pengalih perhatian seperti rokok.8
Berikut adalah salah satu teknik hipnoterapi yang banyak digunakan di berbagai
belahan dunia untuk menghentikan kebiasaan merokok. Langkah-langkah tersebut yaitu:19
1. Menempatkan pasien pada kelompok pengobatan yang sesuai.
Terdapat dua tipe pengobatan hipnoterapi, yaitu pengobatan dua sesi (two session
treatment) dan pengobatan 5-PATH® (Five-Phase Abreactive Therapeutic
Hypnosis®). Pengobatan dua sesi ditujukan bagi pasien yang merokok karena faktor
adiktif dan kebiasaan (dalam tinjauan pustaka: perilaku merokok tipe 3 dan 4)
sedangkan pengobatan 5-PATH® ditujukan bagi pasien yang merokok karena
dipengaruhi oleh perasaan negatif atau masalah emosional (dalam tinjauan pustaka:
perilaku merokok tipe 2). Sebelum melakukan hipnoterapi, pasien diberikan beberapa
pertanyaan untuk ditempatkan pada kelompok pengobatan yang sesuai. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan seputar sejarah kebiasaan merokok pasien
tersebut.
2. Melaksanakan hipnoterapi
A. Pengobatan dua sesi
Pada sesi pertama, pasien menjalani persiapan untuk melakukan hipnotis. Sesi ini
mencakup pre-talk, wawancara pre-hipnotis, penilaian kesiapan untuk menjalani
proses hipnotis, induksi hipnotis, memperdalam hipnotis, dan memastikan bahwa
pasien telah benar-benar terhipnotis.
Pada sesi yang kedua dilakukan evaluasi terhadap sesi pertama. Selanjutnya,
hipnoterapis kembali melakukan induksi hipnotis dan memperdalam hipnotis.
Terapi kemudian dilanjutkan dengan memberikan sugesti agar pasien berhenti
merokok, pengembangan sugesti, dan wawancara post-hipnotis.
B. Pengobatan terapi: Pengobatan 5-PATH®
Program pengobatan 5-PATH® memungkinkan hipnoterapis untuk mengatasi
masalah emosional yang menyebabkan seseorang susah berhenti untuk merokok.
Pengobatan 5-PATH® terdiri atas 5 fase, yaitu:
Fase 1
Pasien menjalani persiapan hipnotis seperti sesi pertama pada two session
treatment.
Fase 2
Pasien diarahkan kembali ke masa lalunya untuk dicari tahu penyebab awal pasien
beralih ke rokok. Selain itu, pada fase ini dokter juga berusaha untuk mencari tahu
waktu awal pasien tersebut mulai merokok. Setelah informasi yang dibutuhkan
telah didapat, dokter kemudian memberikan sugesti kepada pasien agar jika pasien
menemui masalah seperti dahulu, mereka tidak lagi beralih ke rokok. Selanjutnya,
dokter menghipnotis pasien untuk merasakan masa depan dimana pasien hidup
bebas dari rokok. Dari penelitian terbukti bahwa ketika seseorang dibawa untuk
merasakan masa lalunya, orang tersebut semakin mudah untuk diberikan sugesti.
Bahkan sugesti tersebut dapat bersifat permanen.
Fase 3
Pasien memasuki proses halusinasi kembali ke situasi yang buruk, lalu diminta
untuk mengekspresikan perasaannya atas apa yang telah dilakukan orang lain
kepadanya. Pada proses ini, pasien bisa saja melakukan berbagai hal seperti
memukul bantal ataupun lainnya. Melalui proses ini, pasien akan merasakan
kelegaan dalam dirinya
Fase 4
Pasien diarahkan untuk menjadi dua pribadi, yaitu dirinya sendiri dan orang lain
yang membuat kesalahan pada dirinya. Dengan menjadi orang lain, pasien dapat
mengerti alasan mengapa orang melakukan hal tersebut dan kemudian
mengampuni perbuatan orang tesebut.
Fase 5
Fase ini ditujukan bagi pasien yang merokok kembali setelah berhasil
menghentikan kebiasaan merokok melalui hipnoterapi. Sebagai contoh, pasien
yang merokok kembali karena lingkungan kerjanya adalah perokok sehingga jika
pasien tersebut tidak merokok maka akan mempengaruhi efektifitas kerjanya.
Sebenarnya, kedua program hipnoterapi di atas telah digunakan sejak 1996 oleh
banyak hipnoterapis di seluruh dunia. Pada salah satu pusat hipnoterapi di California, 90%
pasien berhasil menghentikan kebiasaan merokoknya setelah diberikan hipnoterapi.8
Sebuah studi yang dipresentasikan pada “The 73rd Annual International Scientific
Assembly of the American College of Chest Physicians” menunjukkan bahwa keberhasilan
pasien untuk berhenti merokok menggunakan teknik hipnoterapi, tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan nicotine replacement therapy (NRT).25
4. Kesimpulan dan Saran
Teknik hipnoterapi dapat menjadi salah satu cara untuk menghentikan kebiasaan
merokok. Sayangnya, teknik hipnoterapi masih belum dikenal oleh masyarakat Indonesia
pada umumnya. Padahal, jika diterapkan dengan baik, jumlah perokok di Indonesia akan
terus berkurang dari tahun ke tahun, mengingat tingkat keberhasilan hipnoterapi untuk
menghentikan kebiasaan merokok di luar negeri sangatlah besar. Oleh karena itu, generasi
muda perlu menyuarakan mengenai teknik hipnoterapi ini kepada masyarakat Indonesia
sehingga jumlah perokok di Indonesia akan terus menurun dan masyarakat Indonesia
menjadi semakin sehat.
Sumber Referensi:
1. Thun MJ, Hannan LM, Adams- Campbell LL, Boffetta P, Buring JE, Feskanich D,
et al. Lung Cancer Occurrence in Never-Smokers: An Analysis of 13 Cohorts and
22 Cancer Registry Studies. PLoS Med. 2008; 5: 1357-1371
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Repbulik
Indonesia; 2008: vii
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan Repbulik
Indonesia; 2010: 400.
4. Tim Penulis Poletekkes Depkes Jakarta. kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya.
Jakrta: Salemba Medika; 2010
5. Researchers Link Adolescent Cigarette Smoking with Anxiety Disorders During
Early Adulthood. PR Newswire 2000 Nov 07:1-1.
6. Roopchandani K, Singhvi I, Kar M. Henti rokok aids. Asian Journal of
Pharmaceutics 2008;2(4): 184-191
7. WHO REPORT on the global TOBACCO epidemic, 2008. Diunduh dari
http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf tanggal 5
November 2012 18.05 wib
8. Banyan CD. Two Treatment Groups Hypnosis Smoking Cessation Program.
Australian Journal of Clinical Hypnotherapy and Hypnosis. 2006; 27(2): 5-16
9. Sari NI. Hubungan antara Tingkat Stress dengan Perilaku Merokok pada Siswa
Laki-laki Perokok SMKN 2 Batusangkar. Padang: Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas;2011
10. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. Virginia: Brooks/Cole;
2009
11. Benowitz NL. Pharmacology of nicotine: addiction, smoking-induced disease and
therapeutics. Annu Rev Pharmacol Toxicol. 2009; 49: 57-71.
12. Dempsey JD, Cohen LM. Commentary on Hajek et al (2010): Investagating the
stress reduction in smoking cessation. Addiction. 2010; 105: 1472-73.
13. Valavanidis A, Vlachogianni T, Fiotakis K. Tobbaco Smoke: Involvement of
Reactive Oxygen Species and Stable Free Radicals in Mechanisms of Oxidative
Damage, Carcinogenesis and Synergsitic Effects with Other Respirable Particles.
Int J Environ Res Public Health. 2009; 6: 445-62.
14. Arbex MA, Santos UP, Martins LC, Saldiva PHN, Pereira LAA, Braga ALF. Air
pollution and the respiratory system. J Bras Pneumol. 2012; 38(5): 643-55
15. Armani C, Landini L, Leone A. Molecular and biochemical changes of the
cardiovascular System due to smoking exposure. Current Pharmaceutical Design.
2009: 15: 1038-53
16. Prasad DS, Kabir Z, Dash AK, Das BC. Smoking and cardiovascular health: a
review of the epidemiology, pathogenesis, prevention and control of tobacco. Indian
J Med Sci: 2009; 63: 520-33.
17. Arnson Y, Shoenfeld Y, Amital H. Effects of tobacco smoke on immunity,
inflammation and autoimmunity. Journal of Autoimmunity. 2010; 34: 258-265.
18. Jensen K, Afroze S, Munshi MK, Guerrier M, Glaser SS. Mechanisms for nicotine
in the development and progression of gastrointestinal cancer. Transl Gastrointest
Cancer. 2012; 1(1): 81-7.
19. Seitz HK, Cho CH. Contribution of alcohol and tobacco use in gastrointestinal
cancer development. Methods Mol Biol. 2009; 472: 217–41.
20. Ye YN, Liu ES, Shin VY. Nicotine promoted colon cancer growth via epidermal
growth factor receptor, c-Src, and 5-lipoxygenase-mediated signal pathway. J
Pharmacol Exp Ther. 2004; 308: 66–72.
21. Wust RC, Morse CI, Haan A, et al. Skeletal muscle properties and fatigue resistance
in relation to smoking history. Eur J Appl Physiol. 2008;104:103–110.
22. Pignataro RM, Ohtake PJ, Swisher A, Dino G. The role of physical therapists in
smoking cessation: opportunities for improving treatment outcomes. PHYS THER.
2012; 92: 757-66.
23. Ahn C, Mulligan P, Salicido RS. Smoking, the bane of wound healing: biomedical
interventions and social influences. Adv Skin Wound Care. 2008;21:227–236.
24. Dechanet C, Anahory T, Mathieu-Daude JC, Quantin X, Reyftmann L, Hammah S,
et al. Effects of cigarette smoking on reproduction. Human Reproduction Update.
2011; 17(1): 76-95.
25. CHEST. The 73rd Annual International Scientific Assembly of the American
College of Chest Physicians. 2007
Recommended