View
113
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
1
I.1 Latar Belakang
Pembangunan daerah merupakan suatu perwujudan dari tugas
pokok bagi suatu Pemerintah Daerah. Fungsi pembangunan daerah dapat
berwujud pembangunan fisik, maupun pembangunan sumberdaya
manusia. Untuk menjalankan fungsi pembangunan tersebut Pemerintah
Daerah memerlukan anggaran biaya yang biasanya didapatkan melalui
APBD. Besarnya kebutuhan dana untuk mendukung program-program
pembangunan daerah tentunya tidak dapat seluruhnya dibiayai oleh APBD
yang tersedia, masih banyak program-program pembangunan yang belum
tersentuh oleh pembiayaan APBD.
Pemerintah semakin aktif mencari solusi pembiayaan alternatif
untuk mendanai program-program yang belum tersentuh oleh APBD.
Alternatif pembiayaan atas kekurangan APBD tersebut hendakannya
bersumber dari dana yang justru malah tidak membebani pemerintah
daerah dimasa mendatang seperti kekurangan tersebut diambilkan dari
dana hutang yang justru kedepan akan membebani APBD lebih besar.
Sumber alternative yang bisa digali salah satunya adalah dari dana-
dana CSR (Corporate Social Resposibility) dimana dana tersebut
merupakan bagian keuntungan yang disisihkan perusahaan untuk tujuan
mengintegrasikan kepedulian sosial dalam interaksi dengan berbagai
pihak. Dana CSR yang dikeluarkan oleh perusahaan mengacu kepada UU
No 25 tahun 2007 serta PT. No. 40 tahun 2007 yang mewajibkan setiap
perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sayangnya di Indonesia walaupun sudah ada Undang-Undang yang
mengatur perihal CSR, namun cakupannya masih sangat terbatas pada
perusahaan-perusahaan yang ada kaitan langsung dengan pemanfaatan
PENDAHULUAN
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
2
sumberdaya alam. Alhasil maraknya kegiatan CSR yang dilakukan pihak-
pihak swasta dalam sepuluh tahun terakhir ini masih terkesan tidak
terarah dan hanya untuk publikasi. Bahkan ada perusahan yang salah
kaprah mengartikan CSR dan menjadikan CSR sebagai media promosi
terselubung. Menurut Garriga dan Mele (2004) perusahan semacam ini
adalah perusahan yang masih menerapkan asas instrument dalam
pelaksaan CSR, asas yang melihat CSR sebagai instrument penambah
keuntungan semata.
Sepertihalnya permasalahan yang berkembang umum di Indonesia
permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Banyuwangi juga serupa.
Terbatasnya pembiayaan pembangunan dari APBD membuat banyak
program-program yang tidak terakomodir sehingga pemerintah daerah
Kabupeten Banyuwangi perlu mencari solusi pembiayaan program
pembangunan alternative salah satunya adalah dengan bersinergi dengan
program CSR. Berdasarkan definisi, fungsi dan manfaat dari CSR dengan
fungsi pemerintah yang dijabarkan sebelumnya maka sangat tepat jika
antara pemeritah dengan program CSR. Dana CSR ini dapat menjadi
alternatif pembiayaan yang tepat dalam mendukung pembiayaan non
APBD sebab tidak membebani pemerintah dibandingkan apabila
menggunakan dana pinjaman.
Dalam penjelasan sebelumnya diuraikan bagaimana permasalahan
yang kerap terjadi dalam pengelolaan CSR yaitu tidak terkoordinir dan
terarah, yang mengakibatkan kurang efektifnya pelaksanaan CSR.
Kekurangefektifnya program CSR terlihat dari masih seringnya terjadi
tumpang tindih wilayah penyaluran program CSR, terkadang terdapat
daerah yang dimasuki oleh beberapa program CSR dari beberapa
perusahaan padahal didaerah lainnya terdapat daerah yang tidak terjamah
oleh program CSR padahal daerah tersebut potensial. Selain permasalahan
program yang kerap tumpang tindih permasalahan lain adalah kurang
terkontrolnya program CSR yang mengakibatkan banyak program yang
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
3
bersifat hit and run sehingga dampak dan manfaat dari program tersebut
tidak ada keberlanjutannya.
Permasalahan yang terjadi dalam program CSR ini hendaknya dapat
di cari solusinya terutama oleh pemerintah daerah sebagai lembaga yang
memiliki fungsi regulator agar supaya program CSR memiliki manfaat yang
lebih luas baik manfaat bagi perusahaan sebagai pihak yang
mengeluarkan dana CSR juga bagi Pemerintah Daerah sebagai dana non
APBD yang membantu meringankan program pembangunan tentunya juga
manfaat bagi masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan uraian
tersebut maka kajian mengenai Sinergitas Pembiayaan Pembangun
Non APBD ini adalah memberikan gambaran yang komprehensif sebagai
bahan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi
I.2 Rumusan Masalah
1. Apakah program-program pembangunan Kabupaten
Banyuwangi yang potensial dibiayai oleh pembiayaan Non
APBD?
2. Bagaimana potensi dan permasalahan penyaluran CSR di
Kabupaten Banyuwangi?
3. Bagaimana strategi dalam mensinergikan program
Pembangunan Pemerintah Daerah dengan Program CSR di
Kabupaten Banyuwangi?
I.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisa Program-program pembangunan Kabupaten
Banyuwangi yang potensial di biayai oleh pembiayaan Non
APBD.
2. Menganalisa Potensi dan permasalahan penyaluran CSR di
Kabupaten Banyuwangi.
3. Menyusun Strategi dalam mensinergikan program Pembangunan
Pemerintah Daerah dengan Program CSR di Kabupaten
Banyuwangi.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
4
II.1 Corporate Social Responsibility (CSR)
Definisi CSR diartikan oleh Howard.R Bowen dalam bukunya yang
berjudul Social Responsibility of the businessman tahun 1953. Menurut
Bowen, CSR adalah tanggung jawab seorang pengusaha yang mencoba
berkomitmen menunjukkan sebuah nilai misi sosial
Bradshaw dan Harahap mengemukakan ada tiga bentuk tanggung
jawab sosial perusahaan, yaitu :
1. Corporate Philanthrophy, tanggung jawab perusahaan sebatas
kedermawanan atau kerelaan belum sampai tanggung jawabnya.
Bentuk tanggung jawab ini biasanya merupakan kegiatan amal,
sumbangan atau kegiatan lain yang mungkin saja tidak langsung
berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Misalnya,perusahaan
BUMN mengadakan bakti sosial dengan membagikan sembako
kepada masyarakat.
2. Corporate Responsibility, kegiatan pertanggungjawaban merupakan
bagian dari tanggung jawab perusahaan karena ketentuan Undang-
undang atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.
3. Tanggung jawab sosial perusahaan sudah merupakan bagian dari
kebijakannya. Misalnya,pada PT. Indosat menerapkan CSR
berdasarkan ISO 26000 yang dilakukan tidak terbatas hanya pada
pengembangan dan peningkatan kualitas masyarakat pada
umumnya, namun juga menyangkut tata kelola perusahaan yang
KAJIAN PUSTAKA
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
5
baik (Good Corporate Governance). Kepedulian terhadap
pelanggan, pengembangan Sumber Daya Manusia,
mengembangkan Green Environment serta memberikan dukungan
dalam pengembangan komunitas dan lingkungan sosial
Carrol dalam Solihin menjelaskan komponen-komponen tanggung
jawab sosial perusahaan ke dalam empat kategori yaitu:
1. Ekonomi responsibilities
Tanggung jawab sosial utama perusahaan adalah tanggung jawab
ekonomi karena lembaga bisnis terdiri atas aktivitas ekonomi yang
mengahasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara
menguntungkan.
2. Legal responsibilities
Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan menaati hukum dan
peraturan yang berlaku dimana hukum dan peraturan tersebut pada
hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif.
3. Ethical responsibilities
Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis.
Etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku
bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi)
untuk menilai sebuah isu dimana penilaian ini merupakan pilhan
terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat.
4. Discretionary responsibilities
Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat
memberikan manfaat bagi mereka. Ekspektasi masyarakat tersebut
dipenuhi oleh perusahaan melalui berbagai program yang bersifat
filantropis.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
6
Carroll menggambarkan CSR sebagai sebuah piramida, yang tersusun
dari tanggung jawab ekonomi sebagai landasannya, kemudian tanggung
jawab hukum, lantas tanggung jawab etika , dan tanggung jawab
filantropis berada di puncak piramida.
Masih menurut Carroll dalam Susanto (2007:32-33), tanggung
jawab ekonomi adalah memperoleh laba, sebuah tanggung jawab agar
dapat menghidupi karyawan, membayar pajak, dan kewajiban-kewajiban
perusahaan lainnya. Kemudian sebagai perwujudan dari tanggung jawab
sosial perusahaan di bidang hukum perusahaan mesti mematuhi hukum
yang berlaku sebagai representasi dari rule of the game. Berikutnya
tanggung jawab sosial juga harus tercermin dalam tindakan etis
perusahaan, dan memuncaknya adalah tanggung jawab filantrofis yang
mengharuskan perusahaan untuk berkontribusi terhadap komunitasnya.
Gambar II.1 Piramida CSR Carrol
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
7
II.2 Pengaturan dan Pelaksanaan CSR di Indonesia
Pelaksanaan Program CSR di Indonesia telah dilakukan dengan
berbagai aturan sebagai berikut
1. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Ketentuan UU ini yang berkaitan dengan CSR adalah sebagai
berikut:
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan perusakan (Pasal 6:1).
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat
mengenai pengelolaan lingkungan hidup (Pasal 6:2).
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau
kegiatan (Pasal 16:1).
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
(Pasal 17:1).
2. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-undang ini banyak mengatur tentang kewajiban dan
tanggung jawab perusahaan terhadap konsumennya.
Perlindungan konsumen ini bertujuan untuk menumbuhkan
kesadaran corporate tentang pentingnya kejujuran dan
tanggung jawab dalam perilaku berusaha. Hal-hal lain yang
diatur di sini adalah larangan-larangan pelaku usaha,
pencantuman klausula baku dan tanggung jawab pelaku usaha.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
8
3. UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Beberapa ketentuan UU ini yang berkaitan dengan CSR adalah
sebagai berikut.
Setiap penanam modal berkewajiban (Pasal 15):
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi
kegiatan usaha penanaman modal;
Yang dimaksud dengan "tanggung jawab sosial
perusahaan" adalah tanggung jawab yang melekat
pada setiap perusahaan penanaman modal untuk
tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang,
dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan
budaya masyarakat setempat (penjelasan pasal 15
Huruf b).
Setiap penanam modal bertanggung jawab (Pasal 16)
menjaga kelestarian lingkungan hidup;
menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
dan kesejahteraan pekerja; … Pasal 34:
(1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15
dapat dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha
b. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas
penanaman modal; atau
c. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas
penanaman modal.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
9
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau
usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Berdasarkan pengaturan-pengaturan di atas, kewajiban dan
tanggung jawab perusahaan bukan hanya kepada pemilik
modal saja, melainkan juga kepada karyawan dan keluarganya,
konsumen dan masyarakat sekitar, serta lingkungan hidup.
4. UU NO. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang ini diundangkan secara resmi pada tanggal 16
Agustus 2007. Ketentuan dalam Pasal 74 ayat (1): Perseroan
yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Bagi BUMN yang sudah melakukan alokasi biaya untuk bina
wilayah atau yang sejenis sebelum diterbitkan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 (UUPT), maka dalam
pelaksanaannya agar dilakukan sesuai dengan mekanisme
korporasi dengan memperhatikan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG).
Bagi BUMN yang sumber dana Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL)-nya berasal dari penyisihan laba, maka
tetap melaksanakan PKBL sesuai dengan alakosi dana yang
disetujui RUPS.
Bagi BUMN yang sumber dana Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL)-nya dibebankan atau menjadi biaya
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
10
perusahaan sebagai pelaksanaan Pasal 74 UUPT, maka
dalam pelaksanaannya agar tetap berpedoman pada
peraturan menteri Negara BUMN No: Per-05/MBU/2007,
sampai adanya penetapan lebih lanjut dari menteri Negara
BUMN.
Selengkapnya tentang Pasal 74 UU No. 40 tahun 2007
tersebut adalah sebagai berikut:
Bab V – Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Pasal 74:
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan
yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhitungkan kepatutan dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah
Bunyi Pasal 21 UU No. 20 Tahun 2008:…..Badan Usaha Milik
Negara dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan bagian
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
11
laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil
dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan
pembiayaan lainnya. PKBL merupakan Program Pembinaan
Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh BUMN
melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah
penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar
2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan
maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina
Lingkungan (CSR). Ketentuan UU inilah yang dijadikan dasar
bagi penataan tentang pemanfaatan CSR di Indonesia.
6. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) 15 April 2009
Mahkamah Konstitusi (MK) dalam putusannya 15 April 2009
menolak gugatan uji material oleh Kadin terhadap pasal 74
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UU PT) mengenai kewajiban Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan (TJSL) bagi perusahaan yang berkaitan dengan
sumber daya alam. Karena putusan MK bersifat final dan
mengikat, maka lebih baik kita melihat dari sisi positifnya, yaitu
sinergi antara pasal PJSL dengan UU Pajak Penghasilan 36/2008
(UU PPh) pasal 6 ayat 1 huruf a yang sekarang memberlakukan
beberapa jenis sumbangan sosial sebagai biaya, yaitu :
Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan
yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
Biaya pembangunan infrasrtuktur sosial yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah;
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
12
Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah:dan
Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan komitmen
perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik
bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat di
sekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada,
yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan.
Beberapa perusahaan memang mampu mengangkat status CSR ke tingkat
yang lebih tinggi dengan menjadikannya sebagai bagian dari upaya brand
building dan peningkatan corporate image. Namun upaya-upaya CSR
tersebut masih jarang yang dijadikan sebagai bagian dari perencanaan
strategis perusahaan.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
13
III.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk jenis
penelitian deskriptif kuantitatif, karena memberikan uraian mengenai hasil
penelitian yang dimuat dalam satu analisis yang terkait dengan hasil
penelitian. Sedangkan untuk menganalisis permasalahan ini menggunakan
deskriptif evaluatif
III.2 Lingkup Penelitian
Lingkup yang akan diteliti dalam penulisan ini adalah wilayah yang
mendapatkan progam CSR di Kabupaten Banyuwangi. Metode
pengambilan sampel adalah dalam penelitian ini adalah Purposive random
sampling, Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel untuk
tujuan tertentu saja. Purposive sampling juga bisa berarti sampling yang
menentukan target kelompok tertentu. Ketika populasi yang diinginkan
untuk penelitian ini adalah langka atau sangat sulit untuk ditemukan dan
diajak untuk menyelesaikan studi, purposive sampling mungkin adalah
satu-satunya pilihan.
III.3 Data dan Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan
data primer. Data sekunder yaitu data yang tidak diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti. Data ini diambil dengan tujuan untuk
melengkapi informasi yang akan disajikan pada penyusunan rencana aksi.
METODOLOGI PENELITIAN
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
14
a. Data Primer : pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur. Untuk wawancara terstruktur
seluruh pertanyaan akan dituangkan dalam sebuah uraian-uraian
maupun susunan pertanyaan yang akan diajukan kepada responden
dalam proses wawancara, telah disiapkan sebelumnya dan
dituangkan dalam wujud suatu kuesioner.
Wawancara terstruktur akan dipergunakan untuk menggali
informasi yang bersumber dari responden yang merupakan
pemangku kepentingan atau key informan yang berkaitan dengan
pengelolaan CSR di Kabupaten Banyuwangi
b. Data Sekunder : Data diperoleh dari literatur-literatur yang ada
serta badan-badan terkait yang sesuai dengan kajian yaitu
pengelolaan program CSR. Data tersebut dapat berupa dokumen
laporan SPJ dari Dinas di Kabupaten Banyuwangi terkait mengenai
penyaluran CSR, literature peraturan–peraturan yang mengatur
pengelolaan CSR, dokumen–dokumen lainnya yang yang berkaitan
dengan implementasi CSR.
III.4 Metode Pengumpulan Data
Data penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui
penggabungan atau kolaborasi dari beberapa pengumpulan data penelitian
yaitu:
1. Kuisioner,
2. Focus Group Discussion (FGD),
3. Wawancara.
III.5 Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan dan analisis
data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan, permasalahan, dan
metode yang digunakan. Data penelitian yang berupa data primer, data
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
15
sekunder, dan informasi-informasi pendukung lainnya diolah secara
manual dan dianalisis.
III.6 Analisa Data Model Interaktif Pendekatan SWOT
Dalam merumuskan dan menyusun strategi sinergitas pembiayaan
non APBD, peneliti akan menggunakan model analisa SWOT dimana
Analisa SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi
kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities),
dan Ancaman (Threats) yang mungkin terjadi dalam mencapai suatu
tujuan dari kegiatan proyek/kegiatan usaha atau institusi/lembaga dalam
skala yang lebih luas. Untuk keperluan tersebut diperlukan kajian dari
aspek lingkungan baik yang berasal dari lingkungan internal maupun
eskternal yang mempengaruhi pola strategi institusi/lembaga dalam
mencapai tujuan.
Tabel III.6 Matrik Analisa SWOT
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
16
Dari hasil analisa SWOT ini kemudian akan digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih besar untuk kemudian bisa digunakan
sebagai visi misi institusi serta strategi yang ingin dicapai. Visi merupakan
capaian jangka panjang yang diinginkan dan diimpikan oleh seluruh
stakeholders dalam suatu proses pembangunan. Tujuan penetapan visi
antara lain adalah :
1) mencerminkan apa yang akan dicapai
2) memberikan arah dan fokus strategi yang jelas
3) menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik
4) memiliki orientasi terhadap masa depan.
III.7 Analisa Ziel Orentierte Project Planung (ZOPP)
Metode Ziel Orentierte Project Plannung ZOPP adalah perencanaan
yang berorientasi kepada tujuan ZOPP adalah singkatan dari
Ziel, berarti Tujuan
Orienterte, berarti Berorientasi
Projekt, berarti proyek
Planung, berarti perencanaan
Perencanaan dengan menggunakan ZOPP mempunyai kegunaan
untuk meningkatkan kerjasama semua pihak yang terkait, mengetahui
keadaan yang ingin diperbaiki melalui proyek merumuskan tindakan-
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan
sebagai dasar pelaksanaan proyek. Metode ZOPP (Ziel Orentierte Project
Planung) ini adalah melalui tujuan yang bermanfaat yang dapat di
rumuskan apabila sebab-sebab dan akibat-akibat dari masalah-masalah
yang akan di tanggulangi telah di analisis secara mendalam, yang
digambarkan dalam suatu analisis permasalahan, dalam pengertian,
bukanlah hipotesis yang berdasarkan pemikiran teoritis, tetapi masalah-
masalah yang benar-benar yang di alami masyarakat.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
17
Tabel III.7 Langkah langkah Dalam Metode ZOPP
Analisis Partisipasi Analisis dari kelompok sasaran proyek, serta orang-orang atau instansi lain yang berpartisipasi dan terlibat dalam proyek.
Analisis Masalah 1 Mengidentifikasi semua masalah inti yang diekspresikan dalam kalimat negatif.
Analisis Masalah 2 Menganalisis penyebab dan akibat dari masalah inti, menjadi pohon masalah.
Analisis Tujuan Pohon masalah yang ditransformasi menjadi pohon tujuan dengan cara mengubah pernyataan masalah menjadi kondisi positif yang akan dicapai di masa depan.
Diskusi Alternatif Mengidentifikasi solusi alternatif yang potensial dengan menggunakan pohon tujuan yang ada.
Menyususn Matriks Perencanaan Proyek 1
Menentukan asumsi asumsi penting, menetapkan indikator, alat verifikasi.
Menyusun Matriks Perencanaan Proyek 2
Menganalisis seberapa relevan asumsi, resiko dan memasukkannya dalam konsep proyek dan memeriksa seberapa jauh pelaksanaan proyek menuju menjamin hasil/output.
Menyususn Matriks Perencanaan Proyek 3
Memutuskan spesifikasi dari jumlah dan biaya dari setiap aktualisasi.
Masalah dan penyebabnya tidak berada dalam isolasi, tetapi terkait
dengan orang, kelompok dan organisasi. Oleh sebab itu, kita hanya bisa
berbicara tentang masalah jika kita meiliki pemahaman dan gambaran
yang komprehensif tentang kepentingan dari kelompok, individu dan
institusi yang terlibat. Hasil analisis dicatat dalam bentuk dokumen sbb:
Review partisipasi
Pohon masalah
Pohon tujuan, indikasi alternatif potensial.
Solusi
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
18
Kabupaten Banyuwangi dalam melaksanakan program
pembangunan ke depan masih dihadapkan beberapa persolan utama dan
mendasar. Sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kabupaten Banyuwangi
2011-2015 Persoalan pembangunan tersebut antara lain: 1) Pendidikan
dan kesehatan, 2) Kemiskinan & pengangguran, 3) Revitalisasi Sektor
pertanian, 4) Akselarasi perkembangan pariwisata yang masih lambat, 5)
Infrastruktur, 6) Degradasi lingkungan, 7) Tata kelola pemerintahan
berbasis prinsip-prinsip good governance.
TERWUJUDNYA MASYARAKAT BANYUWANGI YANG MANDIRI,
SEJAHTERA DAN BERAKHLAK MULIA MELALUI PENINGKATAN
PEREKONOMIAN DAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA.
Visi pembangunan tersebut diwujudkan dalam misi pembangunan
sebagaimana tertuang dalam RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun 2011-
2015 sebagai berikut:
1. Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih dan demokratis melalui
penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, aspiratif, partisipatif
dan transparan;
2. Meningkatkan kebersamaan dan kerjasama antara pemerintah, pelaku
usaha dan kelompok-kelompok masyarakat untuk mempercepat
peningkatan kesejahteraan masyarakat;
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN
KABUPATEN BANYUWANGI
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
19
3. Membangun kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
dengan mengoptimalkan sumberdaya daerah yang berpijak pada
pemberdayaan masyarakat, berkelanjutan, dan aspek kelestarian
lingkungan;
4. Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan ketepatan alokasi
investasi pembangunan melalui penciptaan iklim yang kondusif untuk
pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja;
5. Mengoptimalkan ketepatan alokasi dan distribusi sumber-sumber
daerah, khususnya APBD, untuk peningkatan kesejahteraan rakyat;
6. Meningkatkan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang beriman dan bertaqwa kehadhirat Tuhan Yang Maha Kuasa;
7. Meningkatkan kualitas pelayanan bidangkesehatan, pendidikan dan
sosial dasar lainnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kearifan lokal;
8. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik
dengan memperhatikan kelestarian lingkungan;
9. Mendorong terciptanya ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan
bernegara, berbangsa dan bermasyarakat melalui pembuatan peraturan
daerah, penegakan peraturan dan pelaksanaan hukum yang
berkeadilan.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
20
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi dalam bab
sebelumnya setiap tahunnya menunjukan angka perkembangan yang
sangat baik. Hal tesebut terlihat dengan terus meningkatnya angka
pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun bahkan mendekati angka
pertumbuhan Propinsi. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi
pada umumnya merata disumbang oleh seluruh sektor yang ada baik
sektor pertanian, pertambangan, industri, jasa serta sektor lainnya.
tumbuhnya perekonomian tersebut menjadi indikator bahwa kondisi usaha
semakin berkembang yang konsekuensi akhirnya adalah dengan
meningkatnya keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut.
Peningkatan keuntungan perusahaan semestinya harus dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan yang beragam bukan hanya sebatas
peningkatan kesejahteraan pegawai namun harus diwujudkan dalam
bentuk lainnya seperti keperdulian sosial. Bentuk keperdulian terhadap
lingkungan diluar perusahaan merupakan hal yang harus dilakukan sebab
tanpa disadari bagi beberapa jenis usaha keberadaan mereka akan
membawa suatu dampak (eksternalitas) ke sekitar seperti dengan
dibangunya suatu pabrik akan membawa dampak terhadap pencemaran
baik air maupun udara. Wujud keperdulian tersebut dikenal sebagai
Tanggung Jawab Sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR).
Pentingnya keperdulian sosial perusahaan dipertegas dengan
munculnya UU No 25 tahun 2007 serta PT No. 40 tahun 2007 yang
mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan tanggungjawab sosialnya.
GAMBARAN UMUM
IMPLEMENTASI KEGIATAN CSR
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
21
Dalam pelaksanaan masih ditemui berbagai variasi kendala dalam
pelaksanaan program CSR tersebut seperti kurang terencanaannya
pelaksanaan yang akhirnya berdampak kepada kekurang tepatan sasaran
pelaksanaan, adanya tumpang tindih wilayah pelaksanaan dan berapa
permasalahan lainnya. permasalahan tersebut menunjukan bahwa belum
terjadinya sinergitas dalam pelaksanaan CSR baik dari segi perusahaan
maupun dari segi tingkat koordinasi dengan pemerintahan daerah.
Pada tahun 2012 di Kabupaten Banyuwangi terdapat sekitar 14
perusahaan yang melaporkan kegiatan CSR mereka ke Pemerintah Daerah
dengan total dana yang tersalurkan sebesar Rp. 17.422 milliar dengan
beragam kegiatan CSR. Perusahaan dan ragam kegiatan CSR yang telah
dilaksanakan oleh ke-14 perusahaan tersebut antara lain sebagai berikut :
Tabel V.1 Ragam Kegiatan CSR di Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2012
No Uraian Kegiatan CSR
1 PT. BCA Persero
- Sosialisasi Tabunganku & Pemberian Sumbangan
- Pemberian Sumbangan
2 PT. PELNI
PROGRAM KEMITRAAN
- Program Kemitraan Tahun 2007
- Program Kemitraan Tahun 2008
- Pelatihan Kewirausaan dan Manajemen Usaha 2008
- Program Kemitraan Tahun 2009
- Pelatihan Kewirausaan dan Manajemen Usaha 2009
- Program Kemitraan Tahun 2010
- Pelatihan Kewirausaan dan Manajemen Usaha 2010
- Program Kemitraan Tahun 2011
PROGRAM BINA LINGKUNGAN
- Program Bina Lingkungan Tahun 2008
- Program Sembako Peduli Ketahanan Pangan Tahun 2008
- Program Bina Lingkungan Tahun 2009
- Program Bina Lingkungan Tahun 2010
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
22
No Uraian Kegiatan CSR
- Program Bazar Murah Tahun 2010
- Program Gizi Sehat Tahun 2011
- Program Penghijauan Tahun 2011
3 PT. Bank Jatim
PROGRAM KEMITRAAN (sudah dilaksanakan)
- Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Tahun 2010
- Program Penanggulangan Kemiskinan (sedang dilaksanakan)
- Rehabilitasi dan Plesterisasi Rumah
Masih Dikaji :
- Pendidikan
- Budaya
- Kesehatan
- Pelestarian Alam dan Lingkungan
- Pengembangan prasarana dan /atau Prasarana Umum
- Pemberian Armada Ambulance
4 PT. ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO) KETAPANG
- ID Card
- Kaos Lengan Pendek, Rompi dan Topi untuk asongan
- Kotak Acrylyc untuk pedagan asongan
- Kaos untuk pedagang lesehan
- Khitanan Umum
- Bantuan Pembangunan Masjid
- Bantuan Renovasi Masjid
- Bantuan Renovasi Musholla
- Sepeda Motor Pengangkut Sampah
- Renovasi Musholla
- Renovasi Masjid
- Khitanan Masal
- Santunan Anak Yatim
- Sosialisasi KUR
- Tendanisasi PKL
- Bantuan Pembangunan TPQ
- Bantuan Bibit Tanaman Produktif
5 PT. Perhutani
- Penyaluran PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi ) yang sekarang istilahnya adalah PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan)
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
23
No Uraian Kegiatan CSR
- Penyaluran Dana Pinjamam Lunak CSR/PKBL (Tahap I)
1. Sektor Perdagangan Obat2n Pertanian
2. Sektor Perdagangan Empon2
3. Sektor Industri Ringan (aneka kripik)
4. Sektor Pertanian (budaya buah naga)
5. Sektor peternakan
- Rencana Permohonan Dana Pinjaman Lunak CSR/PKBL (Tahap II)
1. Sektor Pertanian
2. Sektor Perikanan
3. Sektor Peternakan
4. Sektor Peternakan
5. Sektor Pertanian
6. Sektor Industri
7. Sektor Peternakan
PERHUTANI KPH BANYUWANGI BARAT
- Penyaluran dana pinjaman lunak
- Penyaluran dana pinjaman lunak
PERHUTANI KPH BANYUWANGI UTARA
- Penyaluran Pinjaman PKBL
- Bantuan Pendidikan SD Fillial
- Bantuan Perbaikan Sarana MCK
- Bantuan Genteng Kaca
- Bantuan Sunatan Massal
- Bantuan Hutan Kota
- Bantuan Pelatihan PKBL
6 PERKEBUNAN KALIKLATAK
Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi
- Donatur Poskesdes
- Posyandu
- Donatur SLB, YPAC, Yayasan Kanker
- Bantuan sarana pendidikan siswa siswi berprestasi
- Bantuan kesejahteraan Guru-guru TK di Kec. Kalipuro
- Bantuan kesejahteraan Guru-guru SDN II & IV Gombengsari
- Pelatihan Lancar Baca Tulis (Pengentasan Buta Aksara)
- TK (Taman Kanak-kanak)
- Bantuan Honor Guru Ngaji serta lomba rohani untuk anak-anak
(Membaca Ayat Suci, Shalat)
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
24
No Uraian Kegiatan CSR
- PKK (Pembinaan/Pendidikan Kesejah-teraan keluarga) dalam wadah PKP (Perkumpulan keluarga pegawai), PKK (perkumpulan keluarga karyawan) dan RIKA (rukun istri karyawan), mengadakan lomba kebersihan dan keindahan dalam rangka HUT perkebunan.
- Pelestarian Budaya (kesenian) dan kegiatan Olahraga
- Bantuan untuk BBM / operasional kepala lingkungan
7 PT. CANDI NGRIMBI
- Bantuan Rutin
- Bantuan Sembako
- Pembersihan kanan-kiri jalan buat sudetan air
- Pembersihan kanan-kiri jalan
- Pemberian Sembako
- Pembersihan dan potong rumput kanan kiri jalan
8 PT. ASKES BANYUWANGI
- Bantuan Rumah Sehat Layak Huni untuk RTM
- Bantuan Sarana Peningkatan Kesehatan
- Bantuan Pos Kamling dan MCK
9 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Banyuwangi
- Mandiri Peduli Pendidikan
- Business Meeting
- Bantuan pembangunan sarana ibadah
- Mandiri Peduli Pendidikan
- Program Kemitraan Bina Lingkungan (Kelompok tani benih)
- Mandiri Peduli Kesehatan
10 Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai dan Penyeberangan (GAPASDAP) Banyuwangi
- Bantuan Bedah Rumah
11 PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Tanjung Wangi
- Beasiswa Pendidikan
- Bantuan 1.028 Kacamata Baca Siswa
- Penghijauan Penanaman 500 Bibit Trembesi
- Peningkatan Kualitas Rumah Miskin
- Pemberdayaan Usaha Mandiri Masyarakat Pembuatan dan Pengolahan Kerupuk Ikan
- Perlindungan Keanekaragaman Hayati (Budidaya Penyu Laut)
- Pertamina Sehati (Bantuan Sarana Posyandu & Pemantapan Kinerja Kader Posyandu)
- Penataan PKL Pelabuhan Tanjung Wangi
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
25
No Uraian Kegiatan CSR
12 PDAM Kabupaten Banyuwangi
- Gebyar Hadiah Pelanggan
- Penghijauan
- Bantuan Sosial
- Bantuan Sosial
- Pipa Langring
- Persewangi
- Zakat dan Yatim Piatu
- Qurban
- Bantuan Kekeringan
- Kemitraan dengan Kepolisian
13 PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO TBK Kantor Cabang Jember
- Sarana Promosi Neon Box
- Sarana Promosi Tenda
Pembangunan Jalan Mushola Mbah Saeran
- Pembangunan Jalan Mushola Pak Tarip
- Pembangunan Pemasaran Keramik Lantai Miftahul Hidayat Blok Agung
14 PTPN XII (Persero) Wil. 1 Jember
BINA LINGKUNGAN
- Pasewaran
a. Kegiatan Anak Yatim Lomba Tartir Al-Qur'an, Adzan, dll
b. Bantuan biaya pendidikan
c. Sarana ibadah
- Kaliselogiri
a. Bantuan biaya pendidikan
b. Pembangunan saluran air bersih
- Sumberjambe
a. Bantuan biaya pendidikan
b. Bantuan perbaikan jalan
c. Bantuan kayu & batu utk pemb. Desa
d. Pembuatan taman terbuka
e. Infaq Bayuwangi (Ibuwangi)
f. Bantuan Pondok Pesantren Darul Atam
- Sungailembu
a. Perbaikan Jalan Ds. Gunung Gamping; S.Lembu 3,78 Km lbr 4 Mtr
b. Pembangunan Balai Desa Sumberagung
c. Bantuan biaya pendidikan
d. Partisipasi perbaikan gereja
e. Partisipasi perbaikan gereja
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
26
No Uraian Kegiatan CSR
- Kalisepanjang
a. Bantuan biaya pendidikan
b. Rehab Masjid Ar Roudloh
c. Rebab Mushola Al Burdah
- Kaletelpak
a. Bantuan biaya pendidikan
b. Pembangunan asrama
c. Pembangunan Madrasah Dinniyah
d. Pengadaan Mebel
- Kalirejo
a. 2 rehab Masjid
b. Bantuan Ponpes
c. Bantuan Puskesmas
d. Bantuan biaya pendidikan
- Kalikempit
a. Pengaspalan Jalan desa
b. Rehab Gedung Madrasah
- Jatirono
a. Sarana belajar meja dan bangku
b. Renovasi Mushola
- Malangsari
Bantuan Biaya Pendidikan Anak Sekolah
- Gunung Gumitir
NIHIL
MITRA BINAAN
- Kendenglembu (Sapi Kereman)
- Jatirono (Sapi Kereman)
- Gunung Gumitir (Perdagangan/Toko)
- Malangsari (Pembinaan Kopi Rakyat)
- Sumberjambe (Sapi Kereman)
- Kalirejo (Sapi ISS)
15 BANK INDONESIA JEMBER
- Bantuan buku perpustakaan
- Program pemberdayaan usaha tani beras organik dengan pendekatan Solitude Coorperative Farming di Kab. Bwi
- Program cooling unit koperasi ternak sapi perah "Dadi Mulyo" Kab. Bwi - Program bantuan sarana dan prasarana wilayah karesidenan Besuki - Program bantuan sarana dan prasarana wilayah karesidenan Besuki
Sumber : Bappeda Kabupaten Banyuwangi
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
27
Pemerintah Daerah salah satu fungsi utamanya adalah
melaksanakan pembangunan daerah yang biasanya didanai oleh dana
APBD, namun karena keterbatasan dalam segi jumlah anggaran maka
tidak keseluruhan program mampu untuk dijalankan. CSR merupakan
salah satu alternatif sumberdana bagi pembangunan, namun dengan
dengan berbagai permasalahan yang terjadi tersebut dimana apabila
program CSR tersebut dilaksanakan dengan terencana dan merata mampu
membantu pelaksanaan program pembangunan pemerintah.
Dalam kajian ini sampel penelitian yang diambil adalah didasarkan
kepada 3 (tiga) jenis perusahaan yaitu perusahaan BUMN yang ada di
Kabupaten Banyuwangi, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta
perusahaan swasta. Dimana pada dasarnya dari sampel yang diambil
mereka pada umumnya telah melakukan kegiatan CSR dengan beragam
entuk serta beragam permasalahan yang melingkupinya. Berbagai
implementasi dalam pelaksanaan program CSR dari sampel yang diambil
adalah sebagai berikut :
A. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Untuk perusahaan dengan jenis BUMN sampel yang dapat diambil
keterangannya adalah perusahaan PT. Pelindo, PT. ASDP, PT. Bank
Mandiri.
1. PT. Pelindo
a. Profil Perusahaan dan Responden
Kami mewawancarai Ibu Indah sebagai responden, Beliau
adalah salah satu staf di bidang keuangan yang juga mengurusi
CSR Pelindo.
b. Penjelasan Mengenasi CSR Perusahaan
PT. Pelindo memiliki 2 jenis CSR yang diberikan kepada
masyarakat dan kebijakan megnenai CSR ini merupakan kebijakan
dari pusat. CSR yang mereka lakukan adalan Progam Kemitraan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
28
dan Program Bina Lingkungan dimana biasa disebut PKBL.
Keduanya merupakan program yang sangat berbeda.
Program Kemitraan merupakan program yang mefokuskan
pada aspek ekonomi, dimana dalam program ini masyarakat desa
dibina dan diberikan permodalan untuk melakukan usaha. Bagian
keuangan PT. Pelindo membentuk tim yang bertugas untuk
melakukan survey untuk mencari desa yang sekiranya pantas untuk
dibina.
Pembinaan dilakukan melalui kerjasama dengan konsultan
luar. Sebelum dana diturunkan PT. Pelindo dan konsultan tersebut
memberikan pembinaan yang intensif di awal dan pembinaan
secara berkala selanjutnya. Hal ini ditujukan agar warga desa
tersebut memiliki keahlian khusus yang nantinya dapat menciptakan
produk khusus dari desa tersebut serta tentu saja pengelolaan
keuangan dan organsiasi yang baik. Salah satu contohnya adalah
Desa Gombongsari yang dibina serta diberi dana untuk
menciptakan produk berupa anyaman bambu.
Selain itu sebelum dana dicairkan pemohon dana perlu
mengajukan proposal yang nantinya harus disetujui oleh PT.
Pelindo dan juga pihak Pelindo pusat yang bertanggung jawab
mengenai hal ini. Setelah proposal diajukan maka tim akan
melakukan survey ke tempat yang bersangkutan untuk menilai
apakah benar-benar ada usaha yang akan didanai. Apabila lolos
tahap ini, maka pemohon dana harus menyertakan agunan berupa
BPKB kendaran, surat tanah, atau surat rumah tergantung dari
jumlah yang diajukan.
Dana yang diberikan nanti harus dikembalikan ke PT. Pelindo
melalui Bank Jatim sebagai perantara. Seluruh dana wajib
dikembalikan dalam waktu sekurang-kurangnya 3 bulan dengan
bunga ringan. Apabila dalam tiga bulan dana belum kembali maka
tim CSR akan mendatangi rumah warga untk mencari tahu
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
29
penyebabnya. Apabila penyebabnya adalah adanya kendala dalam
pengelolaan maka tim akan membantu semampunya untuk
memperbaiki pengelolaan. Pelindo tidak berniat untuk menyita
barang jaminan, namun menunggu hingga dana dapat kembali.
Kendala dari program ini adalah letak desa binaan yang
cukup terpencil sehingga relatif sulit dijangkau. Selain itu juga
masalah pengembalian yang terkadang sulit (kredit macet). Namun
untuk masalah kredit macet ini, perusahaan akan terus berusaha
melakukan penagihan.
Program selanjutnya adalah Program Bina Lingkungan.
Program ini pada intinya adalah memberikan dana sosial secara
sukarela kepada masyarakat. Yang paling sering dilakukan adalah
bantuan dana dalam pembangunan masjid dan fasilitas umum
seperti sekolah dsb. Selain itu dalam aspek lingkungan, perusahaan
juga telah melakukan penghijauan di beberapa daerah. Dana hibah
PKBL ini juga Program ini tidak memiliki banyak hambatan karena
sifatnya sosial.
Penentu kebijakan dari Program Ini adalah dari pusat. Ketika
ditanya mengenai motivasi mengapa melakukan bina lingkungan
dalam hal tertentu maka jawaban yang diberikan adalah karena
memang hal tersebut keputusan dari pusat. Tim yang melakukan
survey adalah tim dari Pelindo Banyuwangi dan juga perwakilan dari
pusat Pelindo.
c. Pemahaman Mengenai CSR
Pemahaman mengenai CSR yang dimiliki responden sudah
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari pemberian kejelasan dua
program CSR hingga teknis pelaksanaan CSR tersebut. Responden
telah memahai kewajiban CSR meskipun belum sampai pemahaman
ke ranah Undang-Undang. Selain itu, responden juga telah dapat
memahami tujuan dari diadakan CSR dimana memang CSR
merupakan kewajiban yang dibebankan kepada perusahaan.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
30
Responden juga telah mengerti bahwa setiap BUMN pasti memiliki
CSR dimana hal tersebut merupakan instruksi yang diberikan dari
pusat.
d. Sinergitas Dengan Pemerintah
Dalam malakukan CSR, selama ini Pelindo selalu melakukan
koordinasi dengan pemerintah. Hal ini ditujukan agar daerah yang
dituju benar-benar tepat sasaran. Responden mengatakan bahwa
memang yang lebih mengerti kondisi masyarkat adalah pemerintah
itu sendiri oleh karena itu sinergitas perlu dibangun agar CSR dapat
tepat sasaran
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahan PT. Pelindo maka jika di petakan dalam analisa SWOT
maka hasil analisa adalah sebagai berikut :
Tabel V.2 Analisa SWOT kegiatan CSR PT. Pelindo
No Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Perusahaan memiliki tim khusus untuk
melakukan CSR
Keterlibatan pusat sangat tinggi, hal ini terlihat
ketika melakukan survey tim pusat selalu
mendampingi
Perusahaan melakukan koordinasi dengan baik
dengan pemerintah
2 Weakness
(Kelemahan)
Pemahaman CSR yang terbatas pada PKBL
Program CSR merupakan kebijakan dari pusat
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
31
3 Oportunity (Peluang) Perusahaan memiliki konsultan eksternal yang
bekerja sama untuk melaksanakan CSR
Luasnya daerah yang menjadi lingkup CSR
perusahaan, sehingga banyak daerah yang
berpotensi mendapat penyaluran CSR
4 Threat (Ancaman) Dana kemitraan yang dikeluarkan tidak
semuanya dapat kembali dalam waktu yang
ditentunkan (3 bulan)
Sumber : wawancara lapang diolah
2. PT. ASDP
a. Profil Perusahaan dan Responden
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) adalah BUMN di
Indonesia yang bergerak dalam jasa angkutan penyeberangan
dan pengelola pelabuhan penyeberangan untuk penumpang,
kendaraan dan barang. Dalam kajian ini responden adalah
Bapak Thoyib Armanu selaku Kabag Umum
b. Penjelasan tentang CSR Perusahaan
Seperti BUMN pada umumnya, program CSR yang
dilakukan oleh ASDP sampai saat ini adalah program PKBL (
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). Program Kemitraan
diwujudkan dalam bentuk pemberian modal usaha kepada
masyarakat yang membutuhkan dengan adanya jaminan atau
agunan. Namun sampai saat ini program kemitraan belum bisa
dilaksanakan dikarenakan masyarakat sekitar ASDP keberatan
dengan adanya agunan yang disyaratkan untuk mendapatkan
pinjaman lunak dari perusahaan. Sedangkan program lainnya
adalah program Bina lingkungan yang sampai saat ini masih
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
32
berjalan. Program bina lingkungan ini diwujudkan dalam bentuk
bantuan pembangunan sarana umum dan tempat ibadah yang
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Di tahun 2013 nanti
berdasarkan permintaan dari pemerintah Kabupaten
Banyuwangi untuk merapikan pedagang kaki lima di sekitar
pelabuhan ketapang, maka direncanakan akan diberikan
gerobak oleh PT. ASDP kepada para pedagang kaki lima (PKL)
yang sering berjualan di areal pelabuhan dengan harapan para
pedagang itu bisa berjualan lebih tertib dan tidak mengganggu
keindahan jalan sekitar Pelabuhan.
c. Sinergitas dengan Pemerintah
bentuk sinergi yang selama ini sudah dilakukan oleh PT.
ASDP dengan pemerintah baru sebatas koordinasi dengan
pemerintah wilayah setempat yang akan menjadi tempat
mereka memberikan dana hibah bina lingkungan seperti
perangkat Desa, Kelurahan atau Kecamatan. Sehingga
diharapkan bantuan dana hibah yang diberikan bisa tepat
sasaran dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sedangkan
koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten baru sebatas
pelaporan terkait kegiatan sosial apa saja yang telah dilakukan
perusahaan
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahan PT. ASDP maka jika di petakan dalam analisa SWOT
maka hasil analisa adalah sebagai berikut :
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
33
Tabel V.3 Analisa SWOT kegiatan CSR PT. ASDP
No Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Program PKBL sudah diupayakan untuk
berjalan dengan rutin setiap tahun
Kesediaan untuk berkoordinasi dengan
pemerintah terkait pengelolaan dana hibah
bina lingkungan
2 Weakness
(Kelemahan)
Cakupan program CSR masih sebatas di
sekitar masyarakat yang tinggal di daerah
ketapang ( Cakupan wilayah terbatas)
3 Oportunity (Peluang) Cakupan wilayah yang diberikan dana hibah
bina lingkungan masih bisa diperluas
4 Threat (Ancaman) Program Kemitraan belum bisa dijalankan
karena masyarakat sekitar belum mampu
mengikuti prosedur pemberian dana program
kemitraan yang mensyaratkan adanya
jaminan atau agunan
Minimnya koordinasi dengan pemerintah
Kabupaten Banyuwangi terkait pengelolaan
CSR Perusahaan dikarenakan koordinasi
hanya dilakukan dengan perangkat desa
setempat
Sumber : wawancara lapang diolah
3. PT. Bank Mandiri
a. Profil Perusahaan dan Responden
Responden kami bernama Bpk. Dandung M. Qomari.
Beliau adalah Kepala Cabang PT. Bank Mandiri Banyuwangi.
b. Penjelasan Mengenai CSR Perusahaan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
34
Perusahaan memiliki program CSR dari beberapa aspek
yaitu: pendidikan, kesehatan, pelestarian lingkungan hidup,
pembangunan prasarana umum, dan pemberdayaan
perekonomian masyarakat. Dari kelima aspek CSR tersebut yang
menjadi fokus utama perusahaan adalah dibidang pendidikan
dan pemberdayaan masyarakat.
Ada beberapa hal CSR yang dilakukan perusahaan dalam
aspek pendidikan. Yang pertama adalah, perusahaan
memberikan sumbangan berupa buku untuk perpustakaan.
Kedua, perusahaan juga memberikan edukasi kepada anak-anak
SMA dan juga mahasiswa mengenai perbankan. Hal ini
ditujukan supaya siswa SMA dan juga memiliki pandangan yang
lebih luas mengenai aktivitas-aktivitas perbankan dan juga
memberikan pemahaman mengenai dunia perbankan dalam
konteks dunia kerja.
Dalam hal pemberdayaan masyarakat, perusahaan
memiliki program PKBL dimana program ini bertujuan untuk
memberikan permodalan dengan suku bunga yang lunak. Bank
Mandiri memberikan suku bunga sebesar 6%. Sasaran dari
program ini adalah masyarakat yang sebenarnya tidak cukup
secara prasyarat untuk mendapatkan pendanaan dari Bank,
namun mereka memiliki usaha dan membutuhkan tambahan
dana. Selain memberikan kredit lunak, perusahaan juga
memberikan pembinaan. Dalam melakukan hal ini, bank harus
bersifat sangat selektif. Tahun lalu, perusahaan mengeluarkan
CSR melalui program ini seesar 800 juta.
Keharusan bersikap selektif akhirnya membawa
perusahaan dalam keputusan untuk membentuk tim khusus
yang bertugas untuk melakukan validasi secara langsung
kepada calon pihak yang akan diberikan dana PKBL tersebut.
Dalam beberapa kasus, pemberian dana tidak disetujui karena
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
35
ketika dilakukan validasi ternyata tidak sesuai dengan data yang
diterima perusahaan. Dengan adanya validasi ini maka
perusahaan dapat memastikan bahwa dana diberikan kepada
pihak yang tepat dan menghindari moral hazard yang merugikan
mental masyarakat itu sendiri.
Selain itu masih dalam program PKBL, perusahaan juga
memberikan bantuan langsung. Dalam hal ini perusahaan telah
memberikan dana langsung kepada beberapa pura yang ada
dan beberapa bantuan langsung lainnya.
Hambatan dari program CSR PKBL adalah adanya
anggapan di masyarakat bahwa program CSR ini hanya
memberikan bantuan tanpa ada prasyarat-prasyarat. Hal ini juga
karena ada perusahaan lain yang memberikan bantuan serupa
tanpa prasyarat atau dengan prasyarat yang lunak serta dengan
pengawasan dan validasi yang kurang memadai. Hal ini
menyebabkan munculnya mindset yang buruk di masyarakat
dan juga menumbuhkan sikap konsumtif dalam masyarakat.
Dengan adanya bantuan semacam ini, perusahaan selalu
mendapat masukan yang bersifat membanding-bandingkan
dengan perusahaan lain yang memiliki CSR sejenis yang
akhirnya berdampak pada berkurangnya masyarakat yang
mengajukan dana pada perusahaan.
Hambatan lainnya adalah pemahaman kurangnya peran
dari pemerintah dalam memberikan data sasaran masyarakat.
Data yang diberikan pemerintah seringkali kurang bagus. Hal ini
menyebabkan selama ini dalam mencari pihak-pihak yang
membutuhkan bantuan, perusahaan melakukan survey sendiri
dan tidak hanya bersandarkan dari data pemerintah.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
36
c. Pemahaman Mengenai CSR
CSR yang baik adalah CSR yang menyentuh masyarkat.
Hal ini lah yang dipahami perusahaan sebagaimana terucap oleh
responden. Selain itu perusahaan mamahami bahwa CSR yang
diberikan perusahaan adalah CSR yang harus dapat membangun
tidak hanya secara ekonomi namun juga secara mental. Hal ini
tercermin dari pernyataan responden bahwa CSR yang diberikan
perusahaan adalah CSR yang bersifat bantuan finansial
permodalan agar pihak yang menerima CSR dapat merdeka
secara ekonomi.
Perusahaan juga memahami bahwa CSR harus diberikan
dan dialokasikan setiap tahunnya. Hal ini tercermin dari
pernyataan responden bahwa perusahaan tanpa dipaksa tetap
harus mengeluarkan dana CSR dan alokasi dana tersebut harus
dikeluarkan secara efektif dan tepat sasaran.
d. Sinergitas dengan Pemerintah
Perusahaan menganggap pemerintah kurang memberikan
kontribusi yang baik dalam membantu terlaksananya program
CSR perusahaan. Responden mengatakan bahwa data yang
diberikan pemerintah terkadang merupakan data yang kurang
baik sehingga perusahaan masih harus melakukan validasi
sendiri terhadap target CSR. Namun perusahaan telah
melakukan komunikasi secara terus menerus dengan
pemerintah.
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahaan PT. Bank Mandiri maka jika dipetakan dalam analisa
SWOT maka hasil analisa adalah sebagai berikut :
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
37
Tabel V.4 Analisa SWOT kegiatan CSR PT. Bank Mandiri
Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Pemahaman yang baik mengenai CSR (CSR
bersifat keharusan, CSR harus menyentuh
masyarakat, dsb.)
Besarnya dana yang dialokasikan untuk CSR
(tahun lalu PKBL 800jt)
Perusahaan memiliki CSR dari beberapa
aspek (Pendidikan, kesehatan, PLH,
pembangunan saran umum, dan
pemberdayaan ekonomi masy.) meskipun
tergantung fokus mana yang dipilih
perusahaan.
Perusahaan dapat secara bebas
melaksanakan CSR sesuai dengan kebijakan
cabang (karena cabang lebih mengerti
masyarakat sekitar).
2 Weakness
(Kelemahan)
Kurang memiliki data yang baik untuk
mencari target CSR yang tepat
Data yang diberikan pemerintah untuk
keperluan CSR bukan data yang baik
3 Oportunity (Peluang) Masih banyak aspek yang dapat dijangkau
4 Threat (Ancaman) Pengetahuan masyarakat yang kurang
mengenai CSR (CSR hanya pemberian cuma-
Cuma)
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
38
4. PT. Askes
a. Profil Perusahaan dan Responden
PT. Askes adalah BUMN yang bergerak di bidang asuransi
kesehatan yang mengcover seluruh Pegawai Negeri di
indonesia. Responden dalam penelitian lapang di PT Askes
adalah Bapak Agus selaku Staf PKBL dan Bagian Umum.
b. Penjelasan Tentang CSR perusahaan
Program CSR yang dilakukan oleh PT. ASKES sampai saat
ini berbentuk PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan).
Program kemitraan ini dilakukan dengan cara pemberian
pinjaman lunak kepada masyarakat yang membutuhkan modal
untuk menjalankan sebuah bisnis baru. Pinjaman ini bisa
diberikan selama masyarakat memiliki barang yang bisa
dijaminkan seperti surat kendaraan bermotor, rumah dan tanah.
Sedangkan program Bina lingkungan sampai saat ini dilakukan
dengan pemberian dana hibah untuk pembangunan sarana
pendidikan, sosial maupun tempat ibadah. Pada tahun 2012 lalu,
Program Bina lingkungan PT. ASKES dilakukan dengan
pemberian dana hibah untuk pembangunan rumah sehat di
sebuah Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi.
Pemberian dana hibah untuk pembangunan 100 rumah sehat ini
dilakukan atas permintaan Bupati Banyuwangi kepada direktur
PT. ASKES secara langsung yang mengharapkan ada
perusahaan yang bersedia memberikan dana nya untuk
merehabilitasi rumah kurang layak yang ada di Kabupaten
Banyuwangi. Selain itu PT. ASKES juga memiliki program
beasiswa untuk anak-anak dari karyawan PT. ASKES yang
berprestasi.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
39
Untuk PT. ASKES Banyuwangi sendiri dalam proses
pelaksanaan program CSR hanya sebagai fasilitator yang
menghubungkan masyarakat yang membutuhkan dengan
penentu kebijakan CSR di perusahaan yaitu kantor pusat di
Jakarta. Sehingga ASKES Banyuwangi tidak memiliki wewenang
untuk menentukan bisa atau tidaknya bantuan diberikan pada
masyarakat yang membutuhkan. Untuk pelaporan program CSR
yang telah dilakukan oleh perusahaan sampai saat ini
pertanggungjawaban perusahaan hanya pada Kementrian BUMN
secara langsung meskipun PT. ASKES Banyuwangi tetap
memberikan laporan CSR mereka pada pemerintah setempat
sebagai bentuk pemberitahuan.
c. Pemahaman mengenai CSR
Pemahaman PT. ASKES terkait program CSR sendiri
sampai saat ini sesuai dengan Undang-Undang Tentang CSR
yang mewajibkan 2,5% dari laba bersih perusahaan digunakan
untuk kegiatan-kegiatan sosial sebagai bentuk tanggung jawab
perusahaan. Untuk pemahaman mengenai program CSR sendiri
perusahaan hanya terfokus pada program-program PKBL
d. Sinergitas dengan pemerintah
sampai saat ini sinergitas PT. ASKES dengan pemerintah
Kabupaten Banyuwangi hanya sebatas pemberian laporan
formal mengenai kegiatan sosial yang telah dilakukan
perusahaan. Untuk sinergitas dengan pemerintah setempat, PT.
ASKES Banyuwangi masih belum bisa dilakukan dikarenakan
sampai saat ini mereka hanya sebagai fasilitator saja dan bukan
sebagai penentu kebijakan terkait program CSR itu sendiri.
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahan PT. Askes maka jika dipetakan dalam analisa
SWOT maka hasil analisa adalah sebagai berikut :
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
40
Tabel V.5 Analisa SWOT kegiatan CSR PT. Askes
No Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Dana PKBL yang disediakan oleh PT. ASKES
pusat tergolong tinggi
2 Weakness
(Kelemahan)
Kesadaran perusahaan tentang CSR baru
sebatas pengaplikasian PKBL
Penyaluran dana PKBL hanya tergantung
permintaan masyarakat
Penyaluran dana PKBL ditentukan terpusat
oleh PT. ASKES Jakarta
3 Oportunity
(Peluang)
-
4 Threat (Ancaman) Ketidakmampuan PT. ASKES Banyuwangi
untuk berkoordinasi dengan pemerintah
setempat mengenai pengelolan CSR
Sumber : wawancara lapang diolah
B. BUMD
1. PDAM
a. Profil Perusahaan dan Responden
PDAM adalah Perusahaan Daerah Air Minum yang
bergerak pada penyediaan air bersih di Kabupaten Banyuwangi.
Sampai saat ini jangkauan Wilayah PDAM Banyuwangi
mencakup 9 Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi.
Dalam penelitian lapang yang menjadi responden adalah bapak
Agus Tjahyono selaku kepala bagian produksi dan distribusi
PDAM Banyuwangi.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
41
b. Penjelasan tentang CSR perusahaan
PDAM termasuk salah satu perusahaan yang rutin dan
konsisten menerapkan prinsip CSR meskipun tidak ada instruksi
mengenai keharusan melakukan program ini. Program CSR yang
telah dilakukan oleh PDAM terbagi ke dalam beberapa hal :
1) Pemberian Kompensasi 5-10 juta per tahun pada desa yang
salah satu sumber airnya digunakan oleh PDAM
2) Pemberian fasilitas air gratis untuk sarana umum seperti tempat
ibadah, pendidikan dan sosial yang dilewati oleh pipa air PDAM
3) Pemberian fasilitas air siap minum gratis untuk acara-acara
sosial dan keagamaan yang diadakan oleh masyarakat.
4) Berdasarkan kesepakatan seluruh karyawan PDAM Kabupaten
Banyuwangi, maka setiap bulannya akan ada pemotongan gaji
mulai 10rb-50rb rupiah tergantung dari jabatannya yang
nantinya dari dana yang terkumpul itu akan digunakan untuk
program santunan dan tali asih pada masyarakat yang
membutuhkan
c. Pemahaman Mengenai CSR
Pemahaman mengenai CSR yang dimiliki oleh PDAM
Banyuwangi sampai saat ini tergolong sudah tepat karena bagi
manajemen PDAM sendiri keberadaan mereka sudah
sepantasnya juga berdampak positif bagi lingkungan disekitar
mereka. Hal ini sebagai kompensasi kegiatan produksi dan
distribusi mereka yang mungkin menyebabkan masyarakat
sekitar terganggu ketika ada pemasangan pipa PDAM maupun
ketika sumber air di desa mereka diambil.
d. Sinergitas dengan Pemerintah
Sampai saat ini PDAM Banyuwangi belum memiliki alur
koordinasi yang intensif dengan Pemerintah Kabupaten terkait
pelaksanaan CSR di perusahaan. Koordinasi yang dilakukan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
42
sampai saat ini baru sebatas adanya surat edaran bupati yang
menyebutkan mengenai keharusan perusahaan untuk
melakukan tanggung jawab sosialnya. Namun PDAM secara
tersirat mengungkapkan kesiapannya untuk berkoordinasi
dengan pemerintah terkait program CSR asalkan tidak
mempengaruhi dan berdampak negatif pada kebijakan CSR
perusahaan yang telah ada sebelumnya. Kesiapan PDAM ini
dikarenakan pada kenyataannya walaupun belum ada intruksi
terkait CSR pun perusahaan telah melakukan program tanggung
jawab sosialnya secara rutin sebagai bentuk kesadaran dan
tanggung jawab perusahaan secara moral kepada masyarakat
sekitar.
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahan PDAM maka jika dipetakan dalam analisa SWOT maka
hasil analisa adalah sebagai berikut :
Tabel V.6 Analisa SWOT kegiatan CSR PDAM Kabupaten
Banyuwangi
Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Kesadaran mengenai pentingnya CSR bagi
perusahaan sudah terbentuk dengan atau
tanpa peraturan pemerintah
Laba Perusahaan Cukup tinggi dan cenderung
meningkat dari tahun ke tahun
Kesiapan untuk berkoordinasi dengan
pemerintah terkait pengelolaan CSR
2 Weakness
(Kelemahan)
Program CSR yang di buat masih belum
beragam. Karena sampai saat ini program-
programnya CSR nya masih berupa
kompensasi dari pengelolaan air mereka
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
43
Indikator Deskripsi
Kurangnya data yang dimiliki perusahaan
terkait wilayah yang membutuhkan bantuan
perusahaan
3 Oportunity (Peluang) Masih banyak bidang lainnya yang potensial
untuk dikembangkan melalui program CSR
perusahaan
4 Threat (Ancaman) Belum adanya koordinasi secara intensif
dengan pemerintah setempat
Karena belum ada koordinasi menyebabkan
jalannya CSR perusahaan masih tergantung
dari internal perusahaan sendiri
Sumber : wawancara lapang diolah
C. SWASTA
1. PT. Candi Ngrimbi
a. Profil Perusahaan dan Responden
PT. Candi Ngrimbi adalah perusahaan swasta dengan
pusat di Surabaya yang bergerak di bidang penambangan
belerang yang terletak di Desa Tamansari dan dekat dengat
tempat wisata yang juga sumber belerang Kawah Ijen.
Penambangan aktif diadakan mulai pukul 6 pagi higga pukul 4
sore hari.
Responden bernama Bapak Budi. Beliau adalah Kepala
Bagian keuangan PT. Candi Ngrimbi. Beliau bertempat tinggal
tidak jauh dari tempatnya bekerja.
b. Penjelasan Mengenai CSR Perusahaan
Responden menjelaskan bahwa CSR yang dilakukan oleh
perusahaan adalah CSR yang bersifat sosial, yakni pemberian
satunan kepada yayasan yatim piatu di sekitar Tamansari.
Santunan diberikan dalam bentuk uang tunai sebersar
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
44
Rp. 1.000.000,- setiap bulannya dimana uang tersebut nantinya
bebas digunakan oleh pengurus yayasan yatim piatu tersebut.
Selain itu perusahaan juga aktif dalam memberikan
bantuan dana pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
warga sekitar. Salah satu contoh yang diutarakan responden
adalah membantu memberikan dana dalam kegiatan kompetisi
bola voli warga sekitar.
Berdasarkan apa yang diucapkan responden, ada
beberapa alasan yang menyebabkan mengapa perusahaan
memilih untuk melakukan CSR dalam bentuk tersebut. Adanya
kepedulian terhadap yatim piatu di kalangan warga sekitar
menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, PT. Candi Ngrimbi
pusat juga menyarankan agar unit tersebut menjalan CSR di
kalangan sekitar warga saja.
Responden juga mengatakan bahwa perusahaan
bertanggung jawab juga terhadap kondisi jalan yang setiap hari
dilalui untuk melakukan kegiatan penambangan. Oleh karena
itu, perusahaan juga harus memastikan bahwa kondisi jalan
tesebut selalu dala keadaan yang baik. Mengingat juga bahwa
jalan yang dilalui juga merupakan jalan utama menuju wisata
kawah ijen yang cukup terkenal secara Internasional.
Responden kurang yakin kapan edaran mengenai CSR
dari pemerintah diterima oleh perusahaan, antara tahun 2010
atau 2011. Namun bukan berarti CSR belum dilakukan sebelu
itu. Perusahaan telah lama memberikan bantuan keapda warga
sekitar bahkan sejak beberapa tahun sebelum surat edaran
tersebut diberikan. Bantuan yang diberikan adalah dalam bentuk
uang tunai yang diberikan sesuai dengan keperluan warga
selama warga mengajukan permohonan kepada perusahaan.
Ada satu hal yang cukup menarik dari CSR PT. Candi
Ngrimbi. Ketika kondisi Gunung Ijen sedang aktif, ada larangan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
45
dari pemerintah untuk mendekati kawah gunung tersebut. Hal
ini menyebabkan perusahaan tidak dapat melakukan produksi
sehingga tidak ada pemasukan sama sekali. Namun karena ada
rasa “sungkan” dengan yayasan yang selalu diberikan dana CSR,
perusahaan tetap memberikan dana CSR sebesar 1 juta pada
yayasan tersebut.
c. Pemahaman Mengenai CSR
Pemahaman yang dimiliki oleh respoden mengenai CSR
masih kurang. Sebelum surat edaran dari bupati masuk,
responden belum mengerti apa-apa mengenai CSR meskipun
perusahaan telah melaksanakan CSR dalam bentuk bantuan
kepada masyarakat. Responden baru menyadari bahwa
perusahaan telah melakukan CSR setelah edaran diterima.
Pengetahuan responden hanya sebatas surat edaran dari
Bupati yang intinya adalah mewajibkan perusahaan untuk
meluangkan sekian persen pendapatannya untuk membangun
masyarakat sekitar perusahaan. Ketika dilakukan wawancara
dan diberi pertanyaan mengenai undang-undang yang
mewajibkan CSR, responden menjawab belum mengerti hal
tersebut.
Responden juga sempat kebingungan dengan biaya yang
dikeluarkan untuk membantu warga sekitar yang membutuhkan
dimana sifatnya individu. Responden menganggap hal tersebut
bukan terasuk CSR meskipun hal tersebut dapat digolongkan
dalam kegiatan sosial. Dan seiring dengan berjalannya
wawancara, responden menganggap bahwa hal tersebut bukan
termasuk CSR.
d. Sinergitas dengan Pemerintah
Komunikasi antara perusahaan dan aparat pemerintah
setempat masih terus dilakukan. Responden menyatakan bahwa
kepala desa setempat selalu meminta perusahana agar terus
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
46
melaporkan kegiatan CSR yang dilakukan. Untuk perihal
sinegitas antara pemeritah dan perusahaan, responden belum
berani menjawab dikarenakan apabila benar-benar terjadi maka
perusahaan tersebut, yang merupakan unit usaha dengan pusat
di Surabaya, masih perlu mengkomunikasikan perihal sinergitas
tersebut kepada pusat.
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahan PT. Ngrimbi maka jika dipetakan dalam analisa SWOT
maka hasil analisa adalah sebagai berikut:
Tabel V.7 Analisa SWOT kegiatan CSR PT. Ngrimbi
No Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Pemahaman CSR yang merupakan bagian
dari ibadah (sehingga tetap memberi CSR
meskipun kondisi rugi)
2 Weakness
(Kelemahan)
Pemahaman CSR yang masih lemah karena
hanya berdasar dari edaran pemerintah.
Keputusan pemberian CSR harus sesuai
dengan persetujuan pusat
Koordinasi yang dilakukan hanya dengan
kepala desa
3 Oportunity (Peluang) Masyarakat sekitar perusahaan merasa cukup
terbantu dengan CSR perusahaan
4 Threat (Ancaman) Perusahaan belum berani melakukan sinergi
lebih lanjut karena semua tergantung dari
keputusan PT. Candi Ngrimbi pusat
Sumber : wawancara lapang diolah
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
47
2. PT. Bank Central Asia (BCA)
a. Profil Perusahaan dan Responden
Bank BCA adalah salah satu perusahaan swasta yang ada
di kabupaten banyuwangi dan bergerak di bidang jasa
perbankan. Responden kami adalah Bapak Hadi Waskito selaku
Kepala Operasional BCA Banyuwangi.
b. Penjelasan Tentang CSR yang telah dilakukan perusahaan
Berdasarkan penjelasan responden, sampai saat ini BCA
tidak hanya berfokus pada bidang bisnis belaka namun juga
berfokus pada pemberdayaan sosial kemasyarakatan. Proses
pemberdayaan sosial masyarakat ini ada sebagai bentuk
tanggungjawab sosial perusahaan. Pelaksanaan CSR di BCA
sendiri ada yang dilakukan oleh BCA pusat namun ada pula yang
pelaksanaannya diserahkan kepada daerah yang itu artinya
dilakukan oleh kantor cabang masing-masing.
Sampai saat ini ada beberapa program perusahaan yang
telah dilaksanakan sebagai bentuk CSR perusahaan:
1. Donor darah untuk karyawan BCA setiap 2 bulan sekali
2. Bantuan beasiswa secara rutin tiap tahun untuk karyawan
agar dapat melanjutkan sekolahnya
3. Bantuan dana hibah untuk tempat-tempat ibadah
masyarakat
4. Bantuan alat olahraga untuk sekolah maupun universitas
yang menjalin kerjasama dengan Bank BCA Banyuwangi.
Selain beberapa program diatas,ada pula program khusus
dari BCA pusat untuk berkontribusi pada pengembangan sosial
masyarakat dan budaya seperti :
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
48
1. Diterbitkannya kartu kredit dengan motif batik beberapa saat
setelah batik diresmikan sebagai warisan budaya indonesia
2. Pemberian bantuan dana untuk atlet nasional kita yang akan
berlaga di luar negeri
c. Sinergitas dengan Pemerintah
Menurut pengakuan responden, untuk kerjasama dengan
pihak pemerintah setempat yang dalam hal ini adalah
pemerintah Kabupaten masih belum maksimal. selama ini
koordinasi masih sebatas surat edaran yang dikeluarkan oleh
bupati tentang kewajiban melaksanakan program CSR bagi
perusahaan. Selain itu belum ada forum yang digunakan untuk
keperluan koordinasi intens antara pihak BCA dengan
pemerintah padahal untuk Bank BCA sendiri selalu melakukan
koordinasi intens dengan bank-bank lainnya melalui forum
komunikasi perbankan se Banyuwangi. Inilah yang
menyebabkan sampai saat ini pihak BCA Banyuwangi masih
mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan program-
program CSR yang dimiliki. karena kurangnya data dan
informasi yang dimiliki oleh pihaknya terkait kebutuhan
masyarakat banyuwangi sendiri. Untuk itu ke depannya pihak
BCA Banyuwangi mengharapkan adanya komunikasi yang jelas
dengan pemerintah sehingga program-program perusahaan bisa
benar-benar menimbulkan kemanfaatan yang jelas bagi
masyarakat Kabupaten Banyuwangi secara keseluruhan.
Berdasarkan temuan lapang sementara dari hasil wawancara
dengan perusahan PT. Bank Central Asia (BCA) maka jika dipetakan dalam
analisa SWOT maka hasil analisa adalah sebagai berikut:
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
49
Tabel V.8 Analisa SWOT kegiatan CSR PT.Bank Centra Asia (BCA)
No Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) BCA memiliki program CSR pusat dan juga
memiliki program CSR dari cabang, sehingga
banyak CSR yang dilakukan
2 Weakness
(Kelemahan)
CSR yang diberikan belum memiliki alasan
dan fokus yang jelas, seperti ada donor
darah, operasi katarak, bantuan terhadap
acara sekitar, dsb.
Kurangnya data yang dimiliki untuk
menunjang CSR
3 Oportunity (Peluang) Banyaknya aspek dan lingkup yang bisa
dijangkau oleh persuahaan
4 Threat (Ancaman) kurang data untuk menunjang jalannya CSR
perusahaan
Sumber : wawancara lapang diolah
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
50
VI.1 Strategi Sinergitas Pembiayaan Pembangunan Non APBD
Berdasarkan pengamatan dilapangan terhadap beberapa sampel
dari perusahaan BUMN, BUMD, serta Swasta terhadap dinamika
pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate
social responsibility (CSR) didapatkan gambaran umum sebagai berikut:
Tabel VI.1.1 Uraian Temuan Lapang Kegiatan CSR dunia usaha di
Kabupaten Banyuwangi
No Indikator Deskripsi
1 Strength (kekuatan) Adanya kesadaran beberapa perusahaan
mengenai pelaksanaan program CSR
Peraturan beberapa perusahan yang
mendukung
Dukungan finansial perusahaan
Beragamnya kegiatan CSR yang dilakukan
perusahaan.
2 Weakness
(Kelemahan)
Lemahnya koordinasi, baik antara
perusahaan dengan perusahaan ataupun
antara perusahaan dengan pemerintah.
Lemahnya koordinasi berdampak kepada
lemahnya tingkat fokus sasaran kegiatan
CSR
MEMBANGUN SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
51
No Indikator Deskripsi
Belum terbentuknya forum yang menaungi
Belum adanya payung hukum yang
memayungi adanya sinergitas
3 Oportunity (Peluang) Peraturan Daerah yang menghimbau
kegiatan CSR dari masing-masing
perusahaan
Semakin bertambahnya dunia usaha di
Kabupaten Banyuwangi
Semakin tumbuhnya perekonomian yang
berimbas kepada peningkatan laba
perusahaan.
Adanya kemauan dari beberapa perusahaan
untuk saling bersinergi
4 Threat (Ancaman) Pemahaman yang salah dari masyarakat
mengenai program CSR.
Otoritas terbatas dari beberapa perusahaan
Perbedaan kepentingan dari masing-masing
perusahaan
Minimnya data dalam menunjang
pelaksanan CSR
Salah satu yang paling menonjol dari beberapa bentuk kekuatan
dalam kegiatan CSR dari berbagai dunia usaha yang berada di Kabupaten
Banyuwangi adalah sudah mulai munculnya kesadaran akan pentingnya
kegiatan CSR, kekuatan tersebut semakin tumbuh dengan didukung oleh
peraturan perusahaan dalam pelaksanaan program CSR di perusahaan.
Hal tersebut memang bukan muncul disemua jenis usaha namun masih
sebagian, terdapat perusahaan yang malah tidak memahami apa yang
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
52
dimaksud dengan CSR tersebut sehingga mereka tidak melakukan
kegiatan CSR. Pemahaman mengenai CSR ini dapat menjadi suatu
hambatan dalam pelaksanaan program CSR yang dapat berimbas kepada
kekurangtepatan bentuk kegiatan CSR yang dilakukan serta salahnya
sasaran dari kegiatan tersebut.
Pengetahuan perusahaan terhadap pemahaman CSR juga ditunjang
oleh belum adanya komunikasi yang intensif antara perusahaan dengan
perusahaan maupun perusahaan dengan pemerintah daerah. Pemerintah
daerah sebenarnya telah mengeluarkan Peraturan Bupati yang
menghimbau setiap perusahaan melakukan program keperdulian sosial /
CSR namun karena masih kurang intensifnya sosialisasi dan pengawasan
masih banyak perusahaan yang masih enggan untuk melakukan program
tersebut terutama untuk perusahaan-perusahaan swasta, sedangkan
perusahaan BUMN pengamatan dilapangan seluruhnya telah melakukan
program CSR karena diperkuat dengan adanya peraturan menteri BUMN
yang mengharuskan setiap perusahaan BUMN untuk menjalankan program
CSR. Tingkat kesadaran dan pemahaman perusahaan yang kurang,
ditunjang oleh lemahnya sosialisasi semakin diperparah dengan tingkat
kepentingan perusahaan yang berbeda-beda dapat menjadi ancama
terhadap sinergitas pembiayaan non APBD sebab dengan perusahaan
yang tingkat kepentingan yang berbeda apalagi berseberangan maka akan
sangat sulit untuk bersinergi dalam program CSR ini.
Setelah mendapatkan IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE
(Eksternal Factor Evaluation) maka langkah selanjutnya adalah membuat
matrik SWOT dimana Matriks Strength – Weaknesses – Opportunities -
Threat (SWOT) merupakan matching tool yang penting untuk membantu
mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strategi SO (Strength-
Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (Strength-
Threat), dan strategi WT (Weakness-Threat). Keempat tipe strategi
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
53
Strategi SO (Strength-Opportunitiy), strategi ini
menggunakan kekuatan internal Pemerintah Daerah untuk
meraih peluang-peluang yang ada di luar Pemerintah Daerah.
Strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi bertujuan
untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal pemerintah
daerah sinergitas pembiayaan non APBD dengan memanfaatkan
peluang-peluang eksternal.
Strategi ST (Strength-Threat), melalui strategi ini
pemerintah daerah berusaha untuk menghindari atau
mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal.
Strategi WT (Weakness-Threat), strategi ini merupakan
taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan
internal serta menghindari ancaman.
Berdasarkan matrik IFE dan EFE maka matrik SWOT bagi program
Sinergitas Pembiayaan non APBD diuraikan sebagai berikut:
Tabel VI.1.2 Matching Tool Strategi Sinergitas Pembiayaan
Non APBD
Streght (Kekuatan) Adanya kesadaran beberapa
perusahaan mengenai pelaksanaan program CSR
Peraturan beberapa perusahan yang mendukung
Dukungan finansial perusahaan
Beragamnya kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan.
Weakness (Kelemahan) Kurang bervariasinya kegiatan CSR disebabkan kurangnya pengetahuan dari beberapa perusahaan
Lemahnya koordinasi, baik antara perusahaan dengan perusahaan ataupun antara perusahaan dengan pemerintah.
Lemahnya koordinasi berdampak kepada lemahnya tingkat fokus sasaran kegiatan CSR
Belum terbentuknya forum yang menaungi
Belum adanya payung hukum yang memayungi adanya sinergitas
Faktor Internal
Faktor Eksternal
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
54
Opportunity (Peluang) Peraturan Daerah yang menghimbau kegiatan CSR dari masing-masing perusahaan
Semakin bertambahnya dunia usaha di Kabupaten Banyuwangi Semakin tumbuhnya perekonomian yang berimbas kepada peningkatan laba perusahaan. Adanya kemauan dari beberapa perusahaan untuk saling bersinergi.
Strategi SO Mengembangkan ragam kegiatan program CSR yang lebih bermanfaat dan cakupan wilayah yang semakin luas.
Strategi WO Membentuk sebuah forum yang menaungi kegiatan CSR di Kabupaten Banyuwangi
Membentuk payung hukum untuk pelaksanaan CSR.
Membuat sebuah pertemuan rutin untuk membahas isu strategis pembangunan
Treath (Ancaman)
Pemahaman yang salah dari masyarakat mengenai program CSR.
Otoritas terbatas dari beberapa perusahaan
Perbedaan kepentingan dari masing-masing perusahaan
Minimnya data dalam menunjang pelaksanan CSR
Strategi ST
Intensitas sosialisasi program CSR ke Masyarakat Peningkatan koordinasi dan komunikasi antar perusahaan serta pemerintah
Strategi WT
Memperkuat fungsi dari forum, utamanya terhadap komunikasi baik antar perusahaan maupun pemerintah.
Dari berbagai daftar kekuatan (streght), kelemahan (weakness),
peluang (opportunity) serta ancaman (treath) akan di dapatkan matching
tool dimana tujuan matching tool ini juga untuk melihat strategi yang
akan muncul bilamana diketahui jenis kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman. Apabila dalam upaya untuk mensinergikan pembiayaan non
APBD diketahui kekuatannya adalah sudah mulai munculnya kesadaran
untuk melakukan CSR serta adanya peluang yang dimiliki yaitu semakin
berkembangnya dunia usaha dengan semakin meningkatnya
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
55
perekonomian di Kabupaten Banyuwangi maka strategi yang dapat diambil
adalah dengan semakin meningkatkan ragam kegiatan CSR dari saat ini.
Lalu pendekatan ini bila dikaitkan antara kelemahan dan peluang
maka dapat dimana dalam upaya sinergitas pembiayaan non APBD
memiliki kelemahan berupa masih rendahnya koordinasi antar perusahaan
maupun dengan pemerintah dilihat dari sisi peluang yang memperlihatkan
adanya kemauan perusahaan untuk bersinergi maka alternatf terhadap
strateginya adalah dengan membentuk forum yang menaungi kegiatan
CSR dimana elemen dalam forum tersebut terdiri dari perusahaan-
perusahaan baik perusahaan sejenis maupun lintas perusahaan serta
elemen pemerintah. Agenda yang terdapat dalam forum tersebut
setidakanya dapat membahas mengenai berbagai perpektif CSR , isu-isu
strategis pengembangan CSR di Banyuwangi maupun membahas
permasalahan-permasalahan yang melingkupi kegiatan CSR.
Dari segi kekuatan dilihat dari segi ancaman terhadap sinergitas
pembiayaan non APBD dapat terlihat alternatif strategi yang dapat
dimunculkan bilamana terdapat kemauan perusahaan untuk melakukan
CSR namun terdapat ancaman yaitu persepsi masyarakat yang salah
mengenai program CSR maka alternative straegi yag dapat muncul adalah
dengan mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat agar tujuan dari
pelaksanaan program CSR dapat terlaksana.
Dilihat dari segi kelemahan dan ancaman salah satu alternatif yang
dapat muncul apabila melihat jenis kelemahan dilihat dari segi ancaman
seperti bila kelemahan berupa kurangnya komunikasi dengan melihat
ancaman mengenai tingkat kepentingan masing-masing perusahaan yang
berbeda bahkan terdapat perusahaan yang tingkat otoritasnya ditentukan
oleh perusahaan pusat maka strategi yang muncul adalah dengan
mengintensifkan keberadaan forum agar komunikasi antar perusahaan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
56
dapat meningkat dan tercipta berbagai solusi terhadap permasalahan
komunikasi antar perusahaan.
Penggunaan analisa SWOT sangat berguna untuk membuat
alternatif-alternatif terhadap suatu tujuan dengan mempertimbangkan
unsur kekuatan (streght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity),
dan ancaman (treath). Berdasarkan unsur-unsur tersebut akan tercipta
berbagai alternatif strategi untuk mencapai tujuan yang akan dicapai jika
dalam kajian ini adalah untuk tujuannya membuat sinergitas pembiayaan
non APBD maka dengan pendekatan tersebut akan lahir alternatif strategi
terhadap tujuan yang hendak dicapai.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
Strategi Sinergitas Pembiayaan Non APBD
Masalah Internal
jenis dan ragam kegiatan terbatas
Pemahaman CSR yang masih
kurang
Otoritas Terbatas
peraturan perusahaan
Masalah Ekternal
sasaran kurang tepat
kurangnya data yang akurat
kekurang berhasilan kegiatan
Pandangan salah mengenai
masyarakat
Masalah Kelembagaan
Berjalan Sendiri-sendiri
Belum adanya forum
kepentingan berbeda
Belum adanya ketentuan yang
tegas
tidak dijalankanya
CSR
Fungsi Pengawasan
kurang
keterbatasan aparatur
Gambar V.1.1 Diagram Pohon Masalah Sinergitas Pembiayaan Non APBD
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
58
Untuk mencapai tujuan terciptanya sinergitas pembiayaan non APBD di
Kabupaten Banyuwangi berdasarkan pendekatan alat analisis akar masalah
terdapat beberapa permasalahan yang dapat menjadi penghambat
tersinerginya pembiayaan non APBD. Dalam gambar tersebut permasalahan-
permasalahan yang terdapat pada bagian yang paling bawah adalah
permasalahan yang harus segera di buatkan solusinya, semisal adanya
pemahaman yang kurang dari perusahaan mengenai definisi CSR maka
berdampak kepada kurang beragamnya pelaksanaan CSR atau perusahaan
bingung mengenai kegiatan CSR apa yang hendak dilakukan. Artinya dengan
permasalahan tersebut pemerintah daerah harus membuat solusi agar
perusahaan mendapatkan pemahaman yang luas mengenai kegiatan CSR,
berdasarkan analisa akar masalah maka solusi untuk mengatasi permasalahn
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel VI.1.3 Jenis Masalah Dan Solusi permasalah Berdasarkan
Analisa Akar Masalah Sinergitas Pembiayaan Non APBD
No Jenis Permasalahan Solusi Permasalahan
1 Pemahaman CSR yang masih kurang
Diadakannya sosialisasi ataupun workshop mengenai kegiatan CSR kepada perusahaan
2 Peraturan perusahaan Pemerintah Daerah Melakukan Mediasi kepada perusahaan induk
3 Kurangnya data yang akurat Pengakurasian dan Pensinergian data dari masing-masing SKPD
4 Pandangan masyarakat yang salah terhadap program CSR
Mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat
5 Belum adanya forum dan perbedaan kepentingan.
Mensinergikan kegiatan CSR dari masing-masing perusahaan dalam suatu wadah forum.
6 Tidak terlaksanakannya CSR oleh beberapa perusahaan
Sosialisasi dan Pembuatan peraturan yang tegas
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
59
VI.2 Program dan Sinergitas Program Pembangunan dengan CSR
per Wilayah
Bantuan dana CSR yang dilakukan di Banyuwangi disebar di 24 Kecamatan
yang ada di Kabupaten Banyuwangi. dalam pembagiannya, dana CSR ini
dikelompokkan dalam 9 bidang meliputi bidang pertanian, ketahan pangan,
peternakan , kelautan perikanan, lingkungan hidup, Koperasi dan UMKM,
Pemberdayaan masyarakat, pendidikan serta perdagangan. Pada bagian ini
akan dijelaskan mengenai pembagian CSR di 9 bidang tersebut serta beberapa
kecamatan yang memperoleh bantuan dana CSR.
1. Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang paling dominan
berdasarkan struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi. Sektor pertanian
tersusun atas beberapa sub sektor yang sangat potensial. Peranan sub sektor
tanaman bahan makanan dapat menyumbang produksi padi Jawa Timur, yang
mana Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah lumbung padi.
Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa
Timur yang mempunyai luas daerah terbesar, sehingga dengan adanya
ketersediaan luas daerah yang begitu besar tersebut, kesempatan untuk
dijadikan sebagai lahan pertanian akan mempunyai peluang besar. Pada tahun
2010 produksi padi sawah dan ladang sebesar 852.536 ton (dalam bentuk
gabah kering giling) telah mengalami kenaikan sebesar 10,95 persen dibanding
tahun 2009. Sedangkan untuk produksi tanaman sayuran, didominasi cabe
besar, sawi/petsai dan tomat.
Untuk pengembangan di sektor pertanian, maka pemerintah bekerja
sama dengan stakeholder yang ada mendanai beberapa kegiatan daerah
dengan dana CSR. Untuk program CSR bidang pertanian pada umumnya
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam produksi yang
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
60
berkaitan dengan pertanian seperti perusahaan pupuk, perusahaan kimia untuk
obat-obatan pertanian, perusahaan bibit pertanian dan perusahaan sejenisnya.
Perusahaan-perusahaan tersebut pada orientasi utama program CSR yang
disalurkan pada umumnya diprioritaskan untuk hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan pertanian, namun tidak menutup kemungkinan perusahaan lain dapat
menyalurkan bantuan program CSR ke dalam bidang pertanian.
a. Bidang Tanaman Pangan
Untuk pertanian tanaman pangan menurut Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan setidaknya terdapat tiga (3) program yang dapat disinergikan
dengan program CSR perusahaan. Salah satu bentuk program yang dapat
disinergikan adalah bantuan alat pengolahan tanah (hand tractor), Rehabilitasi
jaringan irigasi tingkat usaha tani, serta bantuan penguatan modal bagi
gabungan kelompok tani mitra Bulog. Wilayah tersebut dinilai oleh pihak Dinas
tingkat ketersediaan masih kurang dan belum sepenuhnya mampu terfasilitasi
melalui dana dari Dinas.
Bagi perusahaan yang memiliki perencanaan penyaluran program
dibidang pertanian semisal penyaluran dana CSR untuk pembangunan irigasi
pertanian, maka perusahaan dapat memperhatikan wilayah di Kecamatan
Sempu dan Kecamatan Genteng, karena diwilayah tersebut berdasarkan
informasi Dinas tingkat ketersediaan sistem irigasi pertanian masih
membutuhkan penambahan, selain itu juga karena wilayah tersebut merupakan
wilayah potensi pertanian tanaman pangan yaitu termasuk sebagai wilayah
penghasil tanaman padi sehingga ketersediaan saluran irigasi memang sangat
penting sebagai penyuplai kebutuhan air untuk proses tanam komoditas
tersebut.
b. Bidang Tanaman Holtikultura
Untuk sektor pertanian bidang tanaman holtikultura yang menangani
masalah pertanian buah-buahan dan tanaman hias setidaknya terdapat 5
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
61
program yang dapat disinergikan dengan program CSR seperti kebutuhan
pengadaan sumur bor bagi kebutuhan pengairan pertanian tanaman
holtikultura komoditas jambu biji daging merah serta komoditas jeruk siam.
Dimana wilayah yang membutuhkan pengadaan sumur tersebut adalah di Desa
karangdoro Kecamatan Tegalsari untuk komoditas jambu biji daging merah
karena wilayah tersebut potensi pertanian komoditas tersebut sedang menjadi
perhatian namun masih membutuhkan dukungan system pengairan untuk
proses pertaniannya. Selain pengadaan sumur bor tingkat kebutuhan
lainnya di bidang tanaman holtikultur adalah kebutuhan pengadaan keranjang
panen, serta bantuan modal untuk pembelian benih tanaman holtikutur seperti
benih pohon jeruk yang terdapat di Kecamatan Bangorejo. Perusahaan–
perusahaan yang hendak menyalurkan dana CSR di bidang holtikultura dapat
memperhatikan informasi tersebut sebagai dasar pertimbangan untuk jenis
penyaluran dan wilayah penyaluran.
c. Bidang Perkebunan
Bidang perkebunan Kabupaten Banyuwangi menyimpan potensi yang
sangat besar karena ditunjang dengan kondisi geografis daerah terutama
Banyuwangi bagian barat yang merupakan daerah dataran tinggi. Beragam
potensi perkebunan yang dimiliki Banyuwangi diantaranya adalah perkebunan
kopi, perkebunan kelapa, karet, kakao, Lada, dan beragam tanaman
perkebunan lainnya.potensi tersebut sangat disayangkan apabila tidak mampu
terkelola dengan optimal hanya karena kurangnya pendanaan
Perusahaan yang perduli terhadap kondisi pertanian dan memiliki
perencanaan penyaluran dana CSR bidang perkebunan maka dapat menjadi
pertimbangan seperti pengembangan tanaman kopi arabika dengan wilayah
sasaran Kecamatan Kalibaru dan Kecamatan Wongsorejo.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
62
2. Peternakan
Sektor peternakan saat ini sedang mendapatkan perhatian tinggi dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi terutama peternakan sapi perah
dan sapi potong. Pemerintah sedang serius untuk terus mengembangkan
sentra-sentra peternakan sapi seperti wilayah Kecamatan Licin untuk
peternakan sapi perah dan Kecamatan Wongsorejo untuk peternakan sapi
potong disamping wilayah lainnya di Kabupaten Banyuwangi.
Agar dapat menghasilkan pembangunan yang maksimal maka program-
program tersebut hendaknya dapat bersinergi dengan berbagai stakeholder
yang lainnya dan tidak hanya mengandalkan sumber dari Pemerintah Daerah.
Seperti di Kecamatan Purwoharjo dan Cluring dana CSR digunakan untuk
pembuatan biogas. Pembuatan biogas diharapkan dapat membantu peternak
memanfaatkan limbah ternak dengan memanfaatkannya menjadi biogas yang
bisa menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat setempat. Selain itu untuk
mendukung program pemerintah mengembangkan daerah peternakan di
Kecamatan Licin, maka dana CSR digunakan untuk membantu daerah setempat
dengan mendistribusikan bibit sapi unggul di Kecamatan tersebut.
3. Pemberdayaan Masyarakat dan pemerintah Desa
Selain di bidang pertanian terdapat permasalahan lainnya yang menjadi
program pembangunan di Kabupaten Banyuwangi adalah permasalahan
sosial.Salah satu permasalahan sosial yang kerap melanda berbagai daerah
tidak terkecuali untuk negara maju adalah permasalahan kemiskinan. Di
Kabupaten Banyuwangi permasalahan kemiskinan terjadi merata di setiap
Kecamatan dengan daerah yang memiliki jumlah kemiskinan yang tertinggi
adalah Kecamatan Rogojampi dan Kalipuro kemiskinan memberikan dampak
terhadap beberapa hal seperti tidak tercukupinya kebutuhan dasar mereka
karena rendahnya tingkat pendapat yang diterima masyarakat. Salah satu
kebutuhan dasar masyarakat selain kebutuhan akan pangan adalaha kebutuhan
akan tempat tingga yang layak. Kebutuhan tempat tinggal yang layak tersebut
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
63
menjadi kebutuhan dasar karena akan memberikan dampak terhadap tingkat
kesehatan masyarakat.
4. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Pencapaian perekonomian Kabupaten Banyuwangi yang besar, salah
satu sektor yang memberikan sumbangan terbesar adalah berasal dari bentuk
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). sektor ini menjadi penopang utama
dalam struktur perekonomian daerah dengan jumlah UMKM sudah mencapai
lebih dari 200.000 UMKM. karena peranannya yang penting dalam
perekonomian maka diperlukan perhatian yang serius untuk menjaga agar
usaha tersebut terus tumbuh dan berkembang. Pengembangan UMKM
diharapkan agar perekenomian di Banyuwangi dapat berkembang serta
menjadikan usaha kecil mampu bersaing dengan usaha besar dengan
mempunyai nilai tambah tersendiri. Fasilitas yang bisa didanai dari dana CSR
diantaranya yaitu fasilitas sarana tenda, fasilitas sarana kaos dan fasilitas
ketrampilan . program pengembangan ketrampilan bagi para pedagang kecil
dan menengah diharapkan mampu memperbaiki pedagang kecil agar dapat
bersaing dengan pedagang lainnya. Pelatihan ini juga sangat berguna bagi para
pedagang, dikarenakan masih banyak pedagang yang kurang terampil dalam
penjualan serta pengelolaan usaha, pengembangan keterampilan bagi PKL
diberikan di beberapa Kecamatan di antaranya Purwoharjo, Glagah, dan Giri.
5. Perikanan
Pantai timur Banyuwangi (Selat Bali) merupakan salah satu penghasil
ikan terbesar di Jawa Timur, salah satu daerah di Banyuwangi penghasil ikan
yaitu di daerah Muncar yang memiliki pelabuhan ikan.Produksi ikan di
Kabupaten Banyuwangi setiap tahun naik. Berdasarkan data di Dinas Perikanan
dan Kelautan Banyuwangi, tahun 2011 produksi ikan di Banyuwangi mencapai
57 ribu ton per tahun. Sementara di tahun 2012 naik menjadi 66 ribu ton.
Untuk meningkatkan potensi perikanan serta mensejahterakan
masyarakat pesisir, maka Pemerintah Banyuwangi melakukan program-program
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
64
yang di danai oleh CSR dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir. Dana tersebut akan digunakan dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, kesehatan, dan lingkungan. Pasalnya, potensi
yang dimiliki sektor kelautan dan perikanan di Banyuwangi sangatlah besar.
Beberapa program yang dibaiayai dengan dana CSR diantaranya
mengenai pengolahan hasil laut. Pengolahan hasil laut diantaranya yaitu
pembuatan nugget, pembuatan gel, pembuatan bakso, dll. Pelatihan
ketrampilan ini bertujuan agar pengolahan hasil laut tidak hanya berhenti pada
penjualan bahan mentah hasil laut, namun sudah berupa hasil olahan yang
menghasilkan nilai jual lebih tinggi dibandingkan hanya menjual hasil laut. Dan
hal ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir.
Program–program lain yang dapat didanai oleh dana CSR yaitu bantuan
peralatan pemasaran seperti freezer dan coolbox. Penggunaan freezer
diharapkan membantu penyimpanan ikan agar lebih tahan lama dan tetap
segar sehingga tidak membuat rugi nelayan jika ikan yang didapat tidak terjual
semua.
Program lain yang dibiayai oleh dana CSR di bidang perikanan yaitu
gerakan makan ikan yang ditujukan kepada seluruh warga Banyuwangi. Hal ini
mengingat bahwa Banyuwangi memiliki potensi yang baik di bidang perikanan,
maka dengan peningkatan jumlah konsumsi ikan karena pentingnya protein
bagi tubuh maka nantiya diharapkan akan berdampak pada pendapatan
nelayan.
6. Perindustrian, Perdagangan, dan Pertambangan
Dana CSR di Banyuwangi juga tidak luput pada program pembangunan
pada bidang perindustian, perdagangan dan pertambangan. Untuk peningkatan
pada bidang tersebut maka pembangunan program yang didanai oleh CSR di
Banyuwangi banyak ditujukan pada IKM. adanya bantuan ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas usaha masyarakat di Banyuwangi, dapat menciptkan
sebuah kemandirian dan bisa bersaing dengan usaha besar. Bantuan program
yang diberikan berupa peralatan produksi, bantuan pinjaman dengan bunga
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
65
rendah, serta ketrampilan dalam bidang pemasaran. Bantuan program yang di
danai dengan CSR lebih banyak pada bantuan peralatan IKM gula sehat. Hal ini
dikarenakan gula merupakan industri inti dan perlu dikembangkan untuk
kemajuan daerah Banyuwangi. Penerima bantuan peralatan gula ditujukan di
Kecamatan Rogojampi, Srono, Bangorejo, Pesanggaran dan Siliragung.
Kecamatan-kecamatan tersebut merupakan daerah di Banyuwangi yang
merupakan sentra IKM di sektor gula.
7. Lingkungan Hidup
Kepedulian terhadap lingkungan sangat perlu perhatian khusus. Hal ini
karena lingkungan berperan banyak untuk kelangsungan hidup sebuah
perusahaan. Kerusakan pada lingkungan hidup terjadi karena dua faktor baik
faktor alami ataupun karena tangan-tangan jahil manusia. Pentingnya
lingkungan hidup yang terawat terkadang dilupakan oleh manusia, dan hal ini
bisa menjadikan ekosistem serta kehidupan yang tidak maksimal pada
lingkungan tersebut dan menghambat aktivitas manusia. Maka dari itu, maka
diperlukan program-program khusus untuk menjaga dan melestarikan
lingkungan sekitar.
semakin meningkatnya kuantitas perusahaan-perusahaan yang
beroperasi di Banyuwangi dengan melakukan kegiatan eksploitasi serta
ekstraksi terhadap lingkungan hidup dan sumber daya alam harus pula
berbanding lurus dengan kualitas pertanggungjawaban dan penanganan
dampak-dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan operasionalnya terhadap
lingkungan dan sumber daya alam sehingga, akan tercipta harmonisasi dan
keseimbangan antara kegiatan perekonomian (profit), sosial (people) dan
pelestarian terhadap lingkungan hidup (planet) oleh korporasi sesuai dengan
prinsip Triple Bottom Lines CSR (Keuntungan, tanggung jawab sosial dan
kelestarian lingkungan) sebagai tonggaknya. Pada tabel 7.4 dapat dilihat
mengenai program- program yang dilakukan untuk lingkungan hidup di
Banyuwangi, diantaranya yaitu pemeriksaan kesehatan masyarakat,
pembentukan IPAL biogas, dan sebagainya.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
66
Tabel VI.2.1.1 Program-program Pembangunan Bidang
Lingkungan Hidup Yang Dapat Dibiayai Melalui Program CSR
NO PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN
LOKASI KETERANGAN
1. Pemeriksaan kesehatan masyarakat sekitar pabrik terkait disfungsi paru-paru akibat debu semen dan asbes
Sekitar pabrik semen, asbes, mebeuler dan pecahan batu.
2. Pembentukan bank sampah (konsep : pinjam uang, bayar pakai sampah)
Lokasi timbulan sampah, lokasi padat penduduk, contoh : perumahan GGM, Sobo, Sutri, Brawijaya dll.
3. Pembentukan patroli lingkungan oleh my darling (masyarakat sadar lingkungan)
Sekitar pabrik yang berpotensi mencemari lingkungan, patrol perairan untuk kerusakan terumbu karang dan patrol sungai untuk pencemaran air.
4. Kemah hijau dan sekolah alam siswa SD/SMP, pembentukan karakterpeduli lingkungan
Kalongan licin, watudodol kalipuro, paltuding kawah ijen, trianggulasi alas purwo.
5. Pembuatan portaible biogas digester dari limbah rumah tangga (sisa makanan)
Pilot projek di beberapa perumahan
6. Pembuatan IPAL Biogas Masyarakat petani ternak
7. Bantuan sarana pengelolaan sampah dengan system 3 R (Reduse, Reuse, Recycle)
Masyarakat Kabupaten Banyuwangi
8. Penanaman pohon daerah penangkap air
Sekitar sumber-sumber air, sempadan sungai
9. Penghijauan tanaman pantai dan tanaman produktif
Jalan lingkar timur (Kel. Mandar, Kepatihan, Karangrejo, Kertosari) kawasan pelabuhan ketapang.
10. Pembuatan Biopori Lahan yang cenderung kurang produktif
11. Sanitasi lingkungan / MCK (Mandi, Cuci, Kaskus)
Masyarakat yang memanfaatkan sungai sebagai MCK
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup
8. Pendidikan
Pendidikan merupakan unsur paling penting suatu bangsa. Kemajuan
suatu bangsa merupakan cerminan dari kemajuan pendidikan rakyatnya.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
67
Kemajuan di bidang pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak tidak
hanya pemerintah. Dengan peran serta lembaga-lembaga terkait, tentunya
dapat membantu meringankan beban pemerintah guna memajukan pendidikan
termasuk di daerah Banyuwangi. Peningkatan di bidang pendidikan diharapkan
menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih baik. Program bidang
pendidikan yang didanai oleh CSR di daerah Banyuwangi dapat dilihat pada
tabel 7.5. pengembangan di bidang pendidikan di Banyuwangi tidak hanya
dilakukan dengan program peningkatan sarana dan prasarana sekolah serta
bantuan dan penghargaan bagi siswa. Namun juga termasuk penghargaan bagi
guru yang berprestasi. Hal ini dikarenakan guru dianggap sebagai salah satu
indikator keberhasilan pendidikan di indonesia.
Tabel VI.2.1.2 Program-program Pembangunan Bidang
Pendidikan Yang Dapat Dibiayai Melalui Program CSR
Nomor Pelaksanaan Program / Kegiatan pembangunan
Lokasi / Keterangan
1 Pembangunan taman posyandu Masing - masing desa se Kabupaten Banyuwangi
2 Pembelian alat peraga, perlengkapan sekolah bagi siswa kurang mampu bagi Siswa SD, SMP, SMA dan SMK
Siswa se Kabupaten Banyuwangi
3 Pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi kurang mampu
Siswa kurang mampu
4 Pemberian besiswa bagi siswa berprestasi
Siswa yang berprestasi
5 Pemberian penghargaan bagi guru berprestasi
Guru berprestasi
6 Pemberian Penghargaan bagi siswa berprestasi SD, SMP, SMA dan SMK
Siswa berprestasi
Sumber: Dinas Pendidikan
9. Ketahanan Pangan
Banyuwangi merupakan salah satu lumbung pangan nasional di Jawa
Timur, yang memiliki peran strategis dalam memberikan kontribusi produksi
pangan nasional. Sektor pertanian di Banyuwangi tidak hanya berperan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
68
terhadap ketahanan pangan tetapi juga mempunyai andil yang sangat besar
terhadap sumber pendapatan, kesempatan kerja, serta perekonomian regional
maupun nasional.
Namun, permasalahan ketahanan pangan di berbagai daerah termasuk
di Banyuwangi sebagai implikasi berkembangnya sektor jasa, perdagangan,
konstruksi, dan beberapa sektor non pertanian lainnya, telah terjadi konversi
lahan pertanian sehingga luas garapan usaha tani semakin berkurang dan
kapasitas produksi semakin menurun. Ini merupakan problem yang harus
dihadapi dihadapi bersama. Dukungan semua pihak diperlukan untuk menekan
laju konversi lahan pertanian antara lain melalui perencanaan dan pengendalian
tata ruang, rehabilitasi dan ekstensifikasi lahan; meningkatkan produktivitas
dan efisiensi usaha pertanian serta pengendalian pertumbuhan penduduk.
Untuk meningkatkan ketahanan pangan di Banyuwangi, maka dilakukan
program-program pengembangan dan peningkatan baik di sektor pertanian
maupun non pertanian untuk ketahanan pangan di Banyuwangi. Beberapa
program yang perlu ditingkatkan dan didanai oleh biaya CSR meliputi beberapa
sektor yaitu: pertanian, peternakan, dan perikanan.
Di bidang pertanian bantuan yang diberikan dari dana CSR yaitu berupa
pemberian bibit tanaman sayur .Pemberian bibit diharapkan dapat
mendongkrak petani sayur untuk peninngkatan produksinya. Pembagian bibit
sayur di antaranya bibit tomat, terong, kacang panjang, cabe besar dan cabe
kecil. Pemberian bibit sayur dikarenakan karena produksi sayur di Banyuwangi
rendah dibandingkan dengan padi. Kesulitan mendapatkan bibit unggul
mengakibatkan produksi sayur rendah.
Bantuan lain yang diberikan yaitu di bidang peternakan , perikanan dan
pupuk. Hal ini juga bertujuan agar pengembangan bidang tidak hannya di
pertanian, namun juga ke semua bidang. Pemberian bantuan di bidang
peternakan yaitu berupa pemberian bibit ayam buras, bibit itik, dan di bidang
perikanan yaitu pemberian bibit lele di Kecamatan Licin.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
69
VI.3 Sinergitas Program Pembangunan dengan CSR per Wilayah
Kecamatan
Dalam peningkatan CSR telah dijelaskan bahwa ada 9 bidang dinas yang
memperlihatkan keinginan untuk mensinergikan program pembangunannya
dengan program CSR dengan berbagai program dan kegiatan yang tersebar di
24 Kecamatan di daerah Banyuwangi. Di Banyuwangi sendiri terdapat 24
Kecamatan yang masing-masing wilayah mendapatkan bantuan sesuai dengan
kebutuhan wilayah tersebut. Berikut akan di jelaskan program–program yang
didanai oleh dana CSR di 24 Kecamatan yang tersebar luas di Kabupaten
Banyuwangi.
a. Kecamatan Gambiran
Kecamatan Gambiran merupakan
salah satu Kecamatan yang ada di
Kabupaten Banyuwangi. Secara
geografis, Kecamatan Gambiran
berbatasan langsung dengan
Kecamatan Genteng dan Bangorejo di
sebelah utara dan selatan sedangkan
di sebelah Barat dan timur,
Kecamatan Gambiran berbatasan
langsung dengan Kecamatan
Tegalsari dan Cluring.
Program CSR di Kecamatan ini masih
dalam 2 lingkup yaitu di bidang
pertanian dan kelautan perikanan. Di
bidang pertanian, program yang masih terbuka untuk dikembangkan adalah
bantuan penguatan untuk modal gabungan Kelompok tani. Sedangkan di
bidang kelautan program yang masih terbuka untuk dikembangkan adalah
program penguatan gerakan memasyarakat makan ikan seperti yang
ditunjukkan dalam tabel VI.3.1
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
70
Tabel VI.3.1 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Gambiran
No Program
Bidang Pertanian, Perkebunan dan kehutanan
1 Bantuan penguatan modal bagi Gabungan Kelompok Tani
Mitra Bulog
2 Pengembangan tanaman kelapa gejah
Bidang Kelautan Perikanan
3 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
b. Kecamatan Bangorejo
Pada Kecamatan Bangorejo sudah
banyak program-program yang
dikembangkan dengan bantuan dana
CSR. Salah satu contohya yaitu di
bidang peternakan. Potensi peternakan
Banyuwangi ini masih diperkaya
produksi kulit. Program yang
mendukung pengembangan peternakan
di Kecamatan ini yaitu pembuatan
biogas dan pabrik pakan ternak, hal ini
dikarenakan Kecamatan Bangorejo
memiliki potensi pada bidang
peternakan. Untuk menigkatkan nilai
tambah pada bidang peternakan maka
program yang dapat disenrgikan adalah
pembuatan pabrik pakan ternak dan
biogas. Pembuatan pabrik pakan ternak dibuat dengan tujuan untuk
mengurangi ketergantungan produk pakan jadi dari luar kabupaten dengan
harga pembelian yang tinggi. Dengan dibentuknya pabrik pakan ternak di
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
71
Kecamatan ini, diharapkan mempermudah peternak dalam mengelola
peternakannya.
Untuk pembuatan biogas diharapkan mampu menggunakan sisa kotoran
ternak yang melimpah di kecamatan ini dan menjadikan kecamatan bungorejo
menjadi Kecamatan mandiri. Selain di bidang ternak pengembangan program
untuk kemajuan daerah dapat dilihat pada tabel VI.3.2
Tabel VI.3.2 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Bangorejo
No Keterangan
Bidang Pertanian, Perkebunan dan kehutanan
1 Pengadaan sumur bor mendukung kawasan hortikultura (komoditas jeruk siam)
2 Pengadaan keranjang panen buah (komoditas buah naga)
3 Bantuan modal untuk pembenihan jeruk dalam rangka mendukung kawasan
hortikultura
4 Pengembangan tanaman kelapa gejah
5 Intensifikasi tanaman kelapa
6 pengembangan tanaman tebu rakyat
Badan Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
7 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak
layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 8 desa
Bidang Peternakan
8 Pabrik pakan ternak
9 Biogas
Bidang Perindustrian,perdagangan dan Pertambangan
10 Bantuan peralatan IKM Gula Kelapa Sehat dalam rangka pengembangan
Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Banyuwangi
Bidang Kelautan Perikanan
11 Pelatihan dan bantuan alat pengolahan produk perikanan non konsumsi
12 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
13 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
14 Pengadaan bantuan rumpon laut dalam / dangkal
15 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
16 Sosialisasi peraturan bagi masyarakat perikanan & kelautan
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
72
c. Kecamatan Banyuwangi
Kecamatan Banyuwangi merupakan ibu
kota dari kabupaten ini. Di Kecamatan
Banyuwangi dapat dikatakan sebagai pusat
perdagangan di kabupaten Banyuwangi.
Dari data Banyuwangi dalam angka tahun
2010 tercatat industri rumah tangga yang
bersifat informal sebanyak 416 industri
dengan penyerapan tenaga kerja sekitar
2.958 orang dan Industri kecil formal
sebanyak 130 industri dengan penyerapan
tenaga kerja sebanyak 891 orang. Hal ini
telah dapat menunjukkan bahwa
Kecamatan Banyuwangi merupakan pusat perdagangan di Kabupaten ini.
Untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada di Kecamatan
Banyuwangi maka program pemerintah yang dapat disinergikan dengan CSR
dapat dilihat pada tabel VI.3.3 karena Kecamatan Banyuwangi merupakan
Iibukota dari Kabupaten ini, maka akses perusahaan swasta dan pemerintah
untuk pengembangan daerah lebih mudah. Banyak program-program dari
berbagai bidang yang dilakukan di Kecamatan ini. Seperti bidang
pemberdayaan masyarakat, perikanan, peternakan dan ketahanan pangan.
Tabel VI.3.3 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Banyuwangi
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Pengembangan tanaman kelapa gejah
Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
2 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 8 desa
Bidang Peternakan
3 Alat pemotong rumput (chooper)
Bidang Perindustrian,Perdagangan dan Pertambangan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
73
No Keterangan
4 Bantuan peralatan membatik dan pelatihan untuk penumbuhan WUB dalam rangka pengembangan OVOP
5 home industry mamin dalam rangka penerapan good manufacturing practices
6 Pemberian kredit bunga rendah dan pendampingan usaha bagi Industri kecil
7 Pemberian kredit bunga rendah dan pendampingan usaha bagi pedagang kecil
8 Bantuan tenda dan gerobak dagang bagi PKL
9 Bantuan subsidi harga bahan pokok untuk pelaksanaan pasar murah
10 Fasilitasi promosi produk - produk unggulan IKM
Bidang Kelautan Perikanan
11 Pelatihan dan bantuan alat pengolahan produk perikanan non konsumsi
12 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
13 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
14 Rehabilitasi ekosistem pantai
15 Pengadaan bantuan rumpon laut dalam / dangkal
16 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
17 Sosialisasi peraturan bagi masyarakat perikanan & kelautan
18 Bantuan sarana bagi kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) perairan
Bidang Ketahanan Pangan
19 Program Peningkatan ketahanan pangan(pertanian/perkebunan)/ kegiatan pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan
Dinas Koperasi dn UMKM
20 Fasilitas sarana Tenda
21 Fasilitasi sarana Kaos
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
d. Kecamatan Cluring
Kecamatan Cluring terletak di sebelah
barat dari Kecamatan Muncar Kabupaten
Banyuwangi. Letaknya yang dekat
dengan daerah muncar yang merupakan
tempat pelelangan ikan di Banyuwangi
membuat Kecamatan ini juga memiliki
potensi pemasaran perikanan yang juga
perlu untuk dikembangkan seperti
program bantuan peralatan pemasaran
produk perikanan bagi kelompok
pemasar dan juga program pelatihan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
74
dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi. Beberapa program
yang dapat dilakukan di Kecamatan Cluring dalam rangka mengembangkan
potensi daerah dapat dilihat pada tabel VI.3.4
Tabel VI.3.4 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Cluring
No Keterangan
Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
1 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 7 desa
Bidang Peternakan
2 Biogas
Bidang Kelautan Perikanan
3 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
4 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
5 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
e. Kecamatan Genteng
Genteng merupakan salah satu
Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi
yang merupakan pusat perdagangan
ketiga setelah Banyuwangi dan
Rogojampi. Karena merupakan salah satu
pusat perdagangan, cukup banyak
program-program yang masih
membutuhkan pengembangan lebih
lanjut seperti bantuan rehabilitasi
jaringan irigasi di bidang pertanian,
program pengentasan kemiskinan dngan
bantuan sosial bagi rumah yang tidak
layak, Pelatihan dan bantuan alat
pengolah produk perikanan konsumsi di
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
75
bidang perikanan dan lainnya. Program–program pengembangan desa
melalui dana CSR yang dapat dilakukan di Kecamatan Genteng dapat
dilihat lebih jelas pada Tabel VI.3.5
Tabel VI.3.5 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Genteng
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Bantuan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usaha tani
2 Pengembangan tanaman kelapa gejah
Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
3 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 3 desa
Bidang Kelautan Perikanan
4 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
5 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
6 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
Bidang Koperasi dan UMKM
7 Fasilitas sarana Tenda
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
f. Kecamatan Giri
Beberapa program yang dapat
dilakukan di Kecamatan Giri dalam
rangka mengembangkan potensi
daerah dapat dilihat pada tabel VI.3.6
program yang dilakukan sangat
beragam di banyak bidang. Dan
program wajib yang dibuat oleh
pemerintah dengan bantuan dana CSR
adalah di bidang perikanan yaitu
gemar makan ikan (GEMARIKAN). Hal
ini mendukung dan menguatkan
daerah Banyuwangi sebagai penghasil
ikan yang sangat potensial. Walaupun
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
76
Kecamatan giri bukan daerah pesisir, namun program ini dilaksanakan
guna mensosialisasikan betapa pentingnya ikan dengan kandungan
protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini juga menunjukkan
bahwa tingkat daya beli masyarakat rendah di daerah penghasil ikan.
Maka program ini dilaksnakan guna meningkatkan kesadaran masyrakat
akan pentingnya ikan sebagai sumber protein tinggi.
Tabel VI.3.6 Program - Program yang dapat di danai oleh dana CSR
di Kecamatan Giri
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Pengembangan tanaman kelapa gejah
Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
2 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 6 desa
Bidang Kelautan Perikanan
3 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
Bidang Koperasi dan UMKM
4 Fasilitas sarana Tenda
5 Fasilitasi Pelatihan Ketrampilan
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
g. Kecamatan Glagah
Bidang pertanian, perkebunan, dan
kehutanan memiliki wilayah yang cukup luas
di Kecamatan Glagah sehingga dalam
perkembangannya saat ini masih banyak
sekali program-program yang dapat
dikembangkan lebih lanjut di daerah ini
seperti rehabilitasi tanaman kopi robusta,
intensifikasi tanaman kopi robusta,
pengembangan tanaman kelapa gejah,
rehabilitasi tanaman cengkeh,
pengembangan tanaman pala, modal usaha
kelompok tani kopi, pasca panen kopi.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
77
Untuk lebih jelasnya, beberapa program yang dapat dilakukan di
Kecamatan Glagah dalam rangka mengembangkan potensi daerah dapat
dilihat pada tabel VI.3.7.
Tabel VI.3.7 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Glagah
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Rehabilitasi tanaman kopi robusta
2 Intensifikasi tanaman kopi robusta
3 Pengembangan tanaman kelapa gejah
4 Rehabilitasi tanaman cengkeh
5 Pengembangan tanaman pala
6 Modal usaha kelompok tani kopi
7 Pasca panen kopi
Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
8 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 8 desa
Bidang Kelautan Perikanan
9 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
Bidang Koperasi dan UMKM
10 Fasilitasi Pelatihan Ketrampilan
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
h. Kecamatan Glenmore
Kecamatan Glenmore memiliki sumber
daya alam yang potensial berupa
perkebunan kopi, kakao, dan karet.
Kecamatan ini terdiri dari 7 desa
dengan 38 dusun. Kecamatan ini
terlibat aktif dalam program
pemberdayaan masyarakat.
Potensi perkebunan yang ada di daerah
ini membuat cukup banyak program
yang dapat dilakukan untuk
mengembangkannya lebih jauh seperti
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
78
program rehabilitasi, intensifikasi dan pengembangan tanaman kopi sehingga
diharapkan ke depannya dapat meningkatkan potensi Kecamatan Glenmore
secara maksimal. Beberapa program lain yang dapat dilakukan di Kecamatan ini
dengan bantuan dana CSR dapat dilihat pada tabel VI.3.8
Tabel VI.3.8 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Glenmore
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Rehabilitasi tanaman kopi robusta
2 Intensifikasi tanaman kopi robusta
3 Pengembangan tanaman kelapa gejah
4 Rehabilitasi tanaman cengkeh
5 Pengembangan tanaman pala
6 Modal usaha kelompok tani kopi
7 Intensifikasi tanaman kelapa
8 Pasca panen kopi
Bidang Kelautan Perikanan
9 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
Sumber: Pemerintah Kabupaten Bnayuwangi
i. Kecamatan Kabat
Kecamatan Kabat merupakan salah
satu Kecamatan di Banyuwangi yang
memiliki potensi di bidang pertanian
dan perikanan. Namun potensi desa
di daerah ini lebih menonjol di
bidang perikanan. Hal ini
dikarenakan karena Kecamatan
Kabat merupakan daerah pesisir
yang sebagian besar mata
pencaharian penduduk sebagai
nelayan. Untuk mengembangkan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
79
daerah ini, maka pemerintah memiki program yang dapat disinergikan
dengan dana CSR. Program-program tersebut dapat dilihat pada tabel
VI.3.9
Tabel VI.3.9 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Kabat
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Pengembangan tanaman kelapa gejah
2 Intensifikasi tanaman kelapa
BidangPemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
3 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 7 desa
Bidang Kelautan Perikanan
4 Pelatihan dan bantuan alat pengolahan produk perikanan non konsumsi
5 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
6 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
7 Pengadaan bantuan rumpon laut dalam / dangkal
8 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
9 Sosialisasi peraturan bagi masyarakat perikanan & kelautan
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
j. Kecamatan Kalibaru
Program yang dapat didanai di Kecamatan
Kalibaru di dominasi oleh bidang
perkebunan. Hal ini sesuai sekali karena di
Kecamatan Kalibaru memiliki potensi alam
yang baik di bidang perkebunan. Program
yang masih potensial untuk di danai lebih
lanjut seperti rehabilitasi tanaman cengkeh,
modal usaha kelompok tani kopi,
pengembangan tanaman tebu rakyat,
bidang pemberdayaan masayarakat dan
Pemerintah Desa, program pengentasan
kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
80
rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang
tersebar di 2 desa. Beberapa program lain yang dapat dilakukan di Kecamatan
Kalibaru dalam rangka mengembangkan potensi daerah dapat dilihat pada tabel
VI.3.10.
Tabel V.3.10 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Kalibaru
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Rehabilitasi tanaman kopi robusta
2 Intensifikasi tanaman kopi robusta
3 Pengembangan tanaman kelapa gejah
4 Rehabilitasi tanaman cengkeh
5 Modal usaha kelompok tani kopi
6 pengembangan tanaman tebu rakyat
7 Pasca panen kopi
Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
8 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 2 desa
Bidang Kelautan Perikanan
9 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
10 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
11 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
Sumber: Pemerintah Kabupaten Bnayuwangi
k. Kecamatan Kalipuro
Di Kecamatan Kalipuro terdapat pelabuhan
penyeberangan antara pulau Jawa dan Bali,
yaitu di daerah Ketapang sehingga letaknya
cukup strategis dan ramai karena merupakan
perlintasan antara Jawa bagian barat dengan
pulau Bali. Beberapa program di bidang
kelautan dan perikanan yang berpotensi
untuk dikembangkan lebih lanjut seperti
Pengadaan bantuan rumpon laut dalam /
dangkal, Gerakan memasyarakatkan makan
ikan (GEMARIKAN), Sosialisasi peraturan bagi
masyarakat perikanan & kelautan, Bantuan sarana bagi kelompok masyarakat
pengawas (POKMASWAS) perairan. Program-program lain di Kecamatan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
81
Kalipuro yang dapat di danai oleh CSR dapat dilihat pada Tabel VI.3.11 dibawah
ini.
Tabel VI.3.11 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
Di Kecamatan Kalipuro
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Rehabilitasi tanaman kopi robusta
2 Intensifikasi tanaman kopi robusta
3 Pengembangan tanaman kelapa gejah
4 Rehabilitasi tanaman cengkeh
5 Pengembangan tanaman pala
6 Modal usaha kelompok tani kopi
7 Intensifikasi tanaman kelapa
8 Pasca panen kopi
Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
9 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 8 desa
10 Pelatihan dan bantuan alat pengolahan produk perikanan non konsumsi
Bidang Kelautan Perikanan
11 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
12 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
13 Pengadaan bantuan rumpon laut dalam / dangkal
14 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
15 Sosialisasi peraturan bagi masyarakat perikanan & kelautan
16 Bantuan sarana bagi kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) perairan
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
l. Kecamatan Licin
Licin adalah sebuah Kecamatan di
Kabupaten Banyuwangi di Propinsi Jawa
Timur, Kecamatan ini dibentuk dari
Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi
menurut Peraturan Daerah No. 31 Tahun
2004. Secara Geografis, saat ini Kecamatan
Licin berbatasan langsung dengan
Kecamatan Glagah, Kalipuro, dan Songgon.
Selain memiliki potensi yang cukup baik di
bidang perkebunan dan kehutanan, wilayah ini juga memiliki potensi yang
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
82
bagus di bidang peternakan sehingga program distribusi sapi perah menjadi
salah satu hal yang sangat potensial untuk dikembangkan melalui program
CSR. Tabel VI.3.12 menggambarkan program-program lain di kecamatan licin
yang potensial untuk didanai oleh CSR.
Tabel VI.3.12 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Licin
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Rehabilitasi tanaman kopi robusta
2 Intensifikasi tanaman kopi robusta
3 Pengembangan tanaman kelapa gejah
4 Rehabilitasi tanaman cengkeh
5 Pengembangan tanaman pala
6 Modal usaha kelompok tani kopi
7 pengembangan tanaman tebu rakyat
8 Pasca panen kopi
Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
9 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 7 desa
Bidang Peternakan
10 Distribusi bibit sapi perah
Bidang Kelautan Perikanan
11 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
Bidang Ketahanan Pangan
12 Program Peningkatan ketahanan pangan(pertanian/perkebunan)/ kegiatan pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
m. Kecamatan Muncar
Kecamatan Muncar adalah Kecamatan yang
memiliki potensi perikanan yang sangat tinggi.
Hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Muncar
di antaranya ikan lemuru, ikan tongkol, dan
ikan layang. Di Kecamatan Muncar terdapat
puluhan pabrik pengolahan ikan. Hasil ikan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
83
dan pengolahan ikan di Kecamatan Muncar banyak di ekspor ke negara lain
seperti Hongkong, Singapura dan Belanda. Selain penghasil ikan Kecamatan
Muncar merupakan sentra penghasil semangka terutama di Desa Tembokrejo
dan Desa Bagorejo.
Sebagai Kecamatan penghasil ikan terbesar di Banyuwangi dan
merupakan potensi daerah Banyuwangi maka pemerintah bekerja sama dengan
swasta memberikan bantuan di Kecamatan Muncar melalui dana CSR. Beberapa
program yang ditujukkan di Kecamatan Muncar sebagian besar merujuk pada
perikanan, hal ini dikarenakan memang di kecamatan muncar merupakan
penghasil ikan. Untuk lebih mengembangkan daerah ini maka program-program
yang perlu dilakukan di Kecamatan Muncar melalui dana CSR dapat dilihat pada
tabel VI.3.13
Tabel VI.3.13 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Muncar
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Bantuan alat pengolah tanah (hand traktor)
2 Pengembangan tanaman kelapa gejah
3 Intensifikasi tanaman kelapa
Bidang Kelautan Perikanan
4 Pelatihan dan bantuan alat pengolahan produk perikanan non konsumsi
5 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
6 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
7 Rehabilitasiekosistem pantai
8 Rehabilitasi terumbu karang
9 Pengadaan bantuan rumpon laut dalam / dangkal
10 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
11 Sosialisasi peraturan bagi masyarakat perikanan & kelautan
12 Bantuan sarana bagi kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) perairan
BIdang Koperasi dan UMKM
13 Fasilitas sarana Tenda
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
84
n. Kecamatan Pesanggaran
Pesanggaran adalah sebuah Kecamatan
di barat daya Kabupaten Banyuwangi
yang memiliki wilayah cukup luas. Di
Kecamatan ini merupakan Kecamatan
yang memiliki potensi di bidang kelautan
perikanan karena letaknya yang berada
di tepi pantai selatan pulau Jawa.
Beberapa program pengembangan
potensi daerah di Kecamatan ini meliputi
3 bidang, yaitu bidang pertanian,
perindustrian dan kelautan perikanan.
Diantara ketiga bidang itu, ada satu
bidang yang sangat potensial untuk dikembangkan kembali yaitu bidang
kelautan dan perikanan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel VI.3.14
Tabel VI.3.14 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Pesanggaran
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Pengembangan tanaman kelapa gejah
2 Pengembangan tanaman lada
3 pengembangan tanaman tebu rakyat
Bidang Perindustrian,perdagangan dan Pertambangan
4 Bantuan peralatan IKM Gula Kelapa Sehat dalam rangka pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Banyuwangi
Bidang Kelautan Perikanan
5 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
6 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
7 Rehabilitasi terumbu karang
8 Pengadaan bantuan rumpon laut dalam / dangkal
9 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
10 Sosialisasi peraturan bagi masyarakat perikanan & kelautan
11 Bantuan sarana bagi kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) perairan
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
85
o. Kecamatan Purwoharjo
Pada Kecamatan Purwoharjo
program-program yang di danai oleh CSR
meliputi segala aspek. Dari hal ini dapt
disimpulkan bahwa Kecamatan
Purwoharjo memiliki potensi yang besar
untuk pengembangan Kabupaten
Banyuwangi. Mulai dari bidang pertanian
hingga koperasi dan UMKM. Diantara
bidang yang ada tersebut,bidang
perikanan dan kelautan menjadi bidang
yang lebih potensial untuk dikembangkan
lebih lanjut dengan program-program
yang ada seperti Pelatihan dan bantuan
alat pengolahan produk perikanan non konsumsi, Pelatihan dan bantuan alat
pengolah produk perikanan konsumsi, Bantuan peralatan pemasaran produk
perikanan ikan bagi kelompok pemasar, Pengadaan bantuan rumpon laut
dalam/dangkal, Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN),
Sosialisasi peraturan bagi masyarakat perikanan & kelautan, Bantuan sarana
bagi kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) perairan
Pada tabel VI.3.15 dapat dilihat lebih jelas mengenai program-program yang
didanai oleh CSR pada kecamatan Purwoharjo.
Tabel VI.3.15 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Purwoharjo
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 pengembangan tanaman tebu rakyat
Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
2 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 9 desa
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
86
No Keterangan
Bidang Peternakan
3 Alat Pasteurisasi susu
4 Biogas
5 Distribusi bibit sapi perah
Bidang Kelautan Perikanan
6 Pelatihan dan bantuan alat pengolahan produk perikanan non konsumsi
7 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
8 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
9 Pengadaan bantuan rumpon laut dalam / dangkal
10 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
11 Sosialisasi peraturan bagi masyarakat perikanan & kelautan
12 Bantuan sarana bagi kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) perairan
Bidang Koperasi dan UMKM
13 Fasilitasi Pelatihan Ketrampilan
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
p. Kecamatan Rogojampi
Kecamatan Rogojampi merupakan salah
satu Kecamatan di Banyuwangi yang
memiliki potensi di bidang pertanian
dan perikanan. Namun potensi di
daerah ini lebih menonjol di bidang
perikanan. Hal ini dikarenakan karena
Kecamatan Rogojampi merupakan
daerah pesisir yang sebagian besar
mata pencaharian penduduk sebagai
nelayan. Untuk mengembangkan
daerah ini, maka pemerintah memiki
program yang dapat disinergikan
dengan dana CSR. Program-program
tersebut dapat dilihat pada tabel VI.3.16
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
87
Tabel VI.3.16 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Rogojampi
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Pengembangan tanaman kelapa gejah
2 Intensifikasi tanaman kelapa
Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
3 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 16 desa
Bidang Perindustrian,perdagangan dan Pertambangan
4 Bantuan peralatan IKM Gula Kelapa Sehat dalam rangka pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Banyuwangi
Bidang Kelautan Perikanan
5 Pelatihan dan bantuan alat pengolahan produk perikanan non konsumsi
6 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
7 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
8 Rehabilitasiekosistem pantai
9 Rehabilitasi terumbu karang
10 Pengadaan bantuan rumpon laut dalam / dangkal
11 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
12 Sosialisasi peraturan bagi masyarakat perikanan & kelautan
13 Bantuan sarana bagi kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) perairan
Bidang Koperasi dan UMKM
14 Fasilitas sarana Tenda
15 Fasilitasi sarana Kaos
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
q. Kecamatan Siliragung
Siliragung adalah sebuah Kecamatan di
kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa
Timur Kecamatan ini dibentuk pada tanggal
8 Juli 2004 dari Kecamatan Pesanggaran
menurut Perda No. 33 Tahun 2004.
Kecamatan Siliragung merupakan daerah
pesisir sehingga daerah ini banyak
menghasilkan hasil laut. Dalam
pengembangan daerah ini, maka
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
88
pemerintah bersinergi dengan swasta mendanai program dengan dana CSR
dengan tujuan meningkatkan potensi daerah agar menjadi lebih maju dan
berkembang. Pada tabel VI.3.17 dapat dilihat mengenai program dari dana
CSR.
Tabel VI.3.17 Program-Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Siliragung
No Keterangan
Dinas Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Pengembangan tanaman kelapa gejah
2 pengembangan tanaman tebu rakyat
Badan Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
3 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 5 desa
Dinas Perindustrian,perdagangan dan Pertambangan
4 Bantuan peralatan IKM Gula Kelapa Sehat dalam rangka pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Banyuwangi
Dinas Kelautan Perikanan
5 Pelatihan dan bantuan alat pengolahan produk perikanan non konsumsi
6 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
7 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
8 Pengadaan bantuan rumpon laut dalam / dangkal
9 Sosialisasi peraturan bagi masyarakat perikanan & kelautan
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
r. Kecamatan Sempu
Kecamatan Sempu merupakan salah
satu Kecamatan di Banyuwangi yang
memiliki potensi di bidang pertanian.
Pertanian merupakan sektor unggulan di
Kabupaten Banyuwangi. Untuk
mengembangkan potensi pertanian di
Kecamatan tersebut maka banyak
program-program pemerintah yang
bekerja sama dengan swasta yang
didanai dari dana CSR yang dilakukan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
89
utnuk pengembangan di bidang pertanian, namun tidak melupakan bidang lain
seperti pemberdayaan masyarakat dan perikanan. Program-program yang
berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut melalui didanai melalui dana CSR
dapat dilihat pada tabel VI.3.18
Tabel VI.3.18 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Sempu
No Keterangan
Dinas Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Bantuan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usaha tani
2 Pengembangan tanaman kelapa gejah
3 Rehabilitasi tanaman cengkeh
4 Modal usaha kelompok tani kakao
5 Intensifikasi tanaman kelapa
6 pengembangan tanaman tebu rakyat
Badan Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
7 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 3 desa
Dinas Kelautan Perikanan
8 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
9 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
10 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
s. Kecamatan Singojuruh
Kecamatan Singojuruh merupakan
salah satu Kecamatan di Banyuwangi.
Program-program yang dapat
dilaksanakan dengan bantuan dana CSR
dapat dilihat tabel VI.22. pada
Kecamatan ini program yang paling
banyak dibutuhkan yaitu pemberdayaan
masyarakat, yaitu bantuan sosial rumah
yang tidak layak huni tersebar di 11
desa. Kecamatan ini merupakan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
90
kecamatan ke-2 yang paling banyak membutuhkan bantuan di bidang
pemberdayaan masyarakat, kurang lebih sebanyak 1.519 rumah yang perlu
bantuan. Namun, selain membutuhkan bantuan di bidang pemberdayaan
masyarakat, wilayah ini juga membutuhkan bantuan pengembangan program di
bidang pertanian, kehutanan dan perkebunan karena potensi di bidang ini juga
berpotensi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Program yang
masih berpotensi untuk dikembangkan melalui dana CSR dapat dilihat pada
tabel VI.3.19 dibawah ini.
Tabel VI.3.19 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Singojuruh
No Keterangan
Dinas Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Pengembangan tanaman kelapa gejah
Badan Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
2 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 11 desa
Dinas Kelautan Perikanan
3 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
t. Kecamatan Songgon
Kecamatan Songgon merupakan salah
satu Kecamatan di Banyuwangi yang
memiliki potensi di bidang pertanian.
Untuk mengembangkan potensi di
kecamatan tersebut maka banyak
program-program pemerintah yang
bekerja sama dengan swasta yang
didanai dari dana CSR yang dilakukan
untuk pengembangan di bidang
pertanian, namun tidak melupakan
bidang lain seperti pemberdayaan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
91
masyarakat dan perikanan. Bidang Pertanian memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan melalui program-program yang dibuat melalui CSR seperti
rehabilitasi, intensifikasi dan pengembangan tanaman kopi robusta. Program-
program lain yang berpotensi dikembangkan melalui dana CSR dapat dilihat
pada tabel VI.3.20
Tabel VI.3.20 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Songgon
No Keterangan
Dinas Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Rehabilitasi tanaman kopi robusta
2 Intensifikasi tanaman kopi robusta
3 Pengembangan tanaman kelapa gejah
4 Rehabilitasi tanaman cengkeh
5 Pengembangan tanaman pala
6 Modal usaha kelompok tani kopi
7 Modal usaha kelompok tani kakao
8 Intensifikasi tanaman kelapa
9 pengembangan tanaman tebu rakyat
10 Pasca panen kopi
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa
11 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 4 desa
Dinas Kelautan Perikanan
12 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
u. Kecamatan Srono
Kecamatan Srono merupakan salah satu
Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi
yang memiliki potensi daerah berupa
produksi gula kelapa. Dan sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai pengrajin gula. Diketahui dari
data Banyuwangi dalam angka bahwa
Kecamatan Srono memiliki jumlah
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
92
penyerapan tenaga kerja terbanyak di Kabupaten Banyuwangi. Tercatat
sebanyak 12.591 orang pekerja di industri kecil non formal dan sebanyak 726
orang di industri kecil formal. Dalam pemebrian bantuan pada masyarakat
melalui bantuan CSR di kecamatan srono lebih banyak pada pengembangan
industri gula serta pengembangan tanaman penghasil gula seperti kelapa dan
tebu. Pada tabel VI.3.21 dapat dilihat menegnai program-program CSR yang
ada di Kecamatan Srono.
Tabel VI.3.21 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Srono
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Pengembangan tanaman kelapa gejah
2 Intensifikasi tanaman kelapa
3 pengembangan tanaman tebu rakyat
Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
4 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 5 desa
BidangPerindustrian,perdagangan dan Pertambangan
5 Bantuan peralatan IKM Gula Kelapa Sehat dalam rangka pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Banyuwangi
Bidang Kelautan Perikanan
6 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
7 Fasilitasi Pelatihan Ketrampilan
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
v. Kecamatan Tegaldlimo
Kecamatan Tegaldlimo merupakan salah
satu Kecamatan yag merupakan daerah
pesisir. Dengan demikian Tegaldlimo
memiliki potensi daerah di bidang
perikanan. Untuk menguatkan potensi
desa di daerah ini maka beberapa program
dirancang untuk menjadikan Kecamatan
ini lebih baik serta tidak ada ketimpangan
antara kecamatan satu dengan lainnya
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
93
seperti program melalui Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan
bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan
rendah yang tersebar di 6 desa. Tabel VI.3.22 menyajikan program-program
lain yang berpotensi di danai oleh CSR.
Tabel VI.3.22 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Tegaldlimo
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Pengembangan tanaman kelapa gejah
Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa
2 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 6 desa
Bidang Kelautan Perikanan
3 Pelatihan dan bantuan alat pengolahan produk perikanan non konsumsi
4 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
5 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
6 Pengadaan bantuan rumpon laut dalam / dangkal
7 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
8 Sosialisasi peraturan bagi masyarakat perikanan & kelautan
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
w. Kecamatan Tegalsari
Kecamatan Tegalsari memiliki potensi
daerah di bidang pertanian. Salah satu
hasil pertanian yang ada di Kecamatan
Banyuwangi adalah labu kuning dan jambu
biji. Untuk meningkatkan kesejahteraan
petani di Kecamatan ini, maka diperlukan
bantuan agar produk hasil pertanian
utamanya memiliki nilai ekonomi yang lebih
tinggi. Selain pertanian, bidang kehutanan
dan perkebunan juga tidak kalah penting
untuk dikembangkan melalui program CSR
sehingga mampu meningkatkan kehidupan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
94
ekonomi masyarakatnya seperti pengadaan sumur bor mendukung kawasan
hortikultura (komoditas jambu biji daging merah), pengadaan keranjang panen
buah (komoditas jambu biji daging merah), pengembangan tanaman kelapa
gejah, pengembangan tanaman tebu rakyat.
Beberapa bantuan pemerintah dan swasta lain yang dapat dilakukan melalui
program CSR dapat dilihat melalui tabel VI.3.23
Tabel VI.3.23 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Tegalsari
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Pengadaan sumur bor mendukung kawasan hortikultura(komoditas jambu biji daging merah)
2 Pengadaan keranjang panen buah (komoditas jambu biji daging merah)
3 Pengembangan tanaman kelapa gejah
4 pengembangan tanaman tebu rakyat
BidangKelautan Perikanan
5 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
x. Kecamatan Wongsorejo
Kecamatan Wongsorejo merupakan
salah satu Kecamatan di Banyuwangi
yang memiliki potensi di bidang
perikanan. Kecamatan Wongsorejo
merupakan Kecamatan yang berada di
daerah pesisir. Hasil tangkap ikan di
Kecamatan ini seperti ikan
kakap,kerapu dan udang. Selain itu,
hasil non ikan seperti cumi-cumi,
kepiting juga bisa di dapatkan di
daerah ini. Untuk peningkatan potensi
daerah maka di Kecamatan ini
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
95
program-program dari dana CSR lebih banyak dilakukan untuk pengembangan
ekosistem air. Upaya pengembangan daerah laut perlu dilakukan untuk
meningkatkan tidak sekedar jumlah produksinya saja tetapi juga kualitasnya,
sehingga memenuhi standar untuk dieksport. Disamping itu karena jenis-jenis
ikan kerapu atau kakap merupakan ikan karang, maka upaya penangkapannya
hendaklah juga memperhatikan kelestarian lingkungan terumbu karang sebagai
habitat ikan-ikan karang tersebut. Program program CSR dapat dilihat lebih
lengkap pada tabel VI.3.24
Tabel VI.3.24 Program - Program yang dapat didanai oleh dana CSR
di Kecamatan Wongsorejo
No Keterangan
Bidang Pertanian,Kehutanan dan Perkebunan
1 Pengembangan tanaman kopi arabika
2 Pegembangan Tanaman Kelapa Gejah
3 Pasca panen kopi
Bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Pemerintah Desa
4 Program pengentasan kemiskinan dengan kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tersebar di 12 desa
Bidang Kelautan Perikanan
5 Pelatihan dan bantuan alat pengolahan produk perikanan non konsumsi
6 Pelatihan dan bantuan alat pengolah produk perikanan konsumsi
7 Bantuan peralatan pemasaran produk perikanan ikan bagi kelompok pemasar
8 Rehabilitasiekosistem pantai
9 Rehabilitasi terumbu karang
10 Pengadaan bantuan rumpon laut dalam / dangkal
11 Gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN)
12 Sosialisasi peraturan bagi masyarakat perikanan & kelautan
13 Bantuan sarana bagi kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) perairan
Bidang Koperasi dan UMKM
14 Fasilitas sarana Tenda
Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
96
VI.4 Model Kelembagaan Pengembangan Forum CSR
Dalam rangka meningkatkan optimalisasi pemanfaat dana CSR sebagai
upaya mendukung program-program pembangunan pemerintah daerah maka
diperlukan suatu wadah untuk mensinergikan CSR dengan pembangunan
daerah. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah pemerintah daerah
dapat menginisiasi membentuk forum CSR. Forum CSR ini merupakan suatu
wahana bertemunya pemerintah daerah, dunia usaha (BUMN, BUMD,
Perusahaan, etc.), organisasi kemasyarakatan, LSM, lembaga pendidikan, dan
stakeholders lainnya.
Gambar. VI.4
Model Kelembagaan Pengembangan Forum CSR
Sumber: Penulis, 2013
Pemerintah Daerah dapat menginisiasi pembentukan forum CSR.
Pemerintah Daerah harus memiliki semacam tim ad hoc (satgas/pokja) yang
khusus menangani CSR ini. Satgas/pojka ini dapat dinamakan sebagai Tim
Fasilitasi CSR (TF-CSR). Pokja ini terdiri dari SKPD-SKPD yang terkait, dimana
salah satu SKPD dapat menajdi koordinator Pokja ini, Misalnya Bappeda. Pokja
ini melakukan sosialisasi-sosialisasi penetingnya sinergi swasta dalam
mendukung perekonomian daerah kesejahteraan masyarakat melalui sinergi
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
97
CSR dengan program pembangunan daerah. Pemerintah Daerah dapat
mengundang pihak swasta (kalangan usaha), perguruan tinggi, organisasi
kemasyarakatan, dan stakeholders lainnya untuk mendorong pembentukan
forum CSR. Alangkah lebih baik jika forum CSR diberikan payung hukum,
misalnya melalui Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati.
Dalam forum CSR ini, pemerintah daerah dapat memberikan fasilitasi
kepada dunia usaha untuk menyalurkan program CSR-nya. Di sisi lain,
Pemerintah Daerah harus memiliki data base terkait sasaran-sasaran yang
dapat dibiayai oleh CSR. Dengan adanya data base ini, perusahaan memiliki
pilihan untuk menyalurkan dana CSR-nya sesuai dengan minat dan kompetensi
dari masing-masing perusahaan. Dalam hal ini, Perusahaan dapat bekerjasama
dengan perguruan tinggi maupun organisasi kemasyarakatan untuk membantu
atau memediasi penyaluran dana CSR perusahaan kepada kelompok sasaran.
Di kalangan perusahaan, antar perusahaan dapat membentuk wadah
tersendiri antar perusahaan sebagai media komunikasi antar perusahaan dalam
hal penyusunan program CSR. Wadah ini dapat dinamkan Forum Pelaksana CSR
(FP-CSR). FP-CSR harus dapat menunjuk salah satu anggotanya untuk menjadi
koordinator, dimana tugas koordinator FP-CSR ini adalh menajalin komunikasi
yang intensi dengan koordinatir TF-CSR. Dengan terjalinnya komunikasi yang
baik antar keduanya diharapkan dapat menimbulkan sinergi antar program CSR
dan program pembangunan daerah.
Perguruan tinggi dapat dilibatkan dalam pelaksanaan CSR karena
perguruan tinggi memiliki kompetensi dalam hal pemberdayaan masyarakat,
pembinaan maupun pendampingan bagi pengembangan kelompok masyarakat.
Selain itu, organisasi kemasyarakat dapat dilibatkan dalam pelaksanaan
program CSR, karena organisasi kemasyarakatan biasanya memiliki modal
sosial yang kuat yaitu trust (kepercayaan) dan keeratan hubungan dengan
masyarakat. Sehingga hal ini dapat menjadi garansi bagi penyaluran dana CSR.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
98
VI.5 Sinergi Program Pembangunan Daerah dengan CSR
Dalam rangka mendorong sinergi dan arah yang lebih jelas prgram CSR
dengan program pembangunan daerah, maka perlu ada “rule of game” atau
aturan main yang jelas di dalam foum CSR. Perusahaan-perusahaan setiap
tahun dapat menyusun program CSR-nya masing-masing, kemudian
menyampaikan rencana program CSR-nya kepada koordinator FP-CSR.
Kumpulan dari berbagai rencana program CSR yang telah disusun oleh masing-
masing perusahaan yang tergabung dalam FP-CSR kemudian disampaikan
kepada TF-CSR melalui koordinator FP-CSR. Selanjutnya, TF-CSR ini akan
mensinergikan dengan program pembangunan daerah, bisanya akan
disinergikan dengan Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD).
Gambar VI.5
Model Sinergi Program Pembangunan Daerah dengan CSR
Sumber: Penulis, 2013
Perusahaan-perusahaan yang belum tergabung di dalam FP-CSR dapat
menyampaikan program-program CSR-nya langung kepada TF-CSR. TF-CSR
dapat mengarahkan perusahaan-perusahaan yang belum tergabung dalam FP-
CSR untuk bergabung dalam FP-CSR agar lebih memudahkan dalam sinergi dan
koordinasi.
FP-CSR
Program CSR
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
99
VII.1 Kesimpulan
Merujuk kepada hasil pengamatan di lapangan mengenai
pelaksanaan program CSR yang kemudian dianalisa sesuai dengan tujuan
penelitian mengenai sinergitas pembiayaan non APBD terdapat beberapa
poin yang dapat dikemukanan yaitu :
1. Program–program pembangunan yang potensial dibiayai oleh
pembiayaan non APBD berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banyuwangi bersadarkan isu
strategis terdapat enam hal yaitu :
a. Mengenai pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan,
b. Pengentasan kemiskinan dan pengangguran,
c. Pembangunan pertanian dan peningkatan pariwisata,
d. Pembangunan infrastruktur,
e. Mengatasi permasalahn degradasi lingkungan,
f. serta peningkatan good government pemerintah daerah.
Program tersebut potensial sesuai dengan perencanaan
pembangunan pembangunan jangka menengah daerah, sehingga
pelaksanaan pembiayaan non APBD dapat lebih terarah dan dapat
mendukung program karena sejalan dengan rencana pembangunan
daerah Kabupaten Banyuwangi.
PENUTUP
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
100
2. Potensi dan permasalahan penyaluran CSR di Kabupaten Banyuwangi
berdasarkan observasi lapangan adalah :
a. Potensi :
Sudah banyak perusahaan yang melakukan program CSR dengan
berbagai variasi pelaksanaan kegiatan,
Sudah munculnya kesadaran untuk melakukan CSR,
Adanya dukungan peraturan perusahaan untuk melakukan CSR,
Adanya keterbukaan perusahaan untuk saling bersinergi,
Pertumbuhan ekonomi yang memungkinkan semakin
berkembangnya usaha dan industri yang kemudian akan berimbas
kepada semakin besarnya dana CSR yang akan disalurkan ke
Masyarakat.
b. Permasalahan :
Masih minimnya pengetahuan mengenai CSR yang menyebabkan
banyak perusahaan tidak memahami definisi dan manfaat CSR
sehingga mereka tidak melakukan CSR,
Minimnya data yang akurat menyebabkan perusahaan kesulitan
untuk menetapkan sasaran kegiatan sehingga kerap mereka
masih harus melakukan observasi ulang saran kegiatan,
Otoritas terbatas dari beberapa perusahaan utamanya perusahaan
yang meiliki induk di Jakarta atau Surabaya karena otoritas
penentuan program CSR ditentukan oleh pusat.
3. Permasalahan umum yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi mengenai
pelaksanaan program CSR adalah kurang terarahnya dan terkoordinirnya
pelaksanaan yang diakibatkan belum adanya forum yang mampu
mengakomodir pelaksanaan kegiatan CSR dari semua stakehorlder yang
melaksanakan CSR.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
101
VII.2 Saran
a. Agar pelaksanaan program CSR tidak terjadi simpang siur maka
hendaknya disesuaikan dengan perencanaan pembangunan daerah.
Terdapat beberapa alternatif bentuk CSR dengan mengacu kepada
rencana pembangunan jangka menengah daerah yaitu:
Tabel VII.2 Program Pembangunan yang dapat dibantu dengan CSR
NO PRIORITAS PEMBANGUNAN BENTUK BANTUAN CSR
1 Pendidikan
1. Rehabilitasi bangunan sekolah dan sarana
penunjang
2. Penyediaan buku-buku sekolah
3. Penyediaan alat-alat praktek & peraga
pengajaran
4. Pemberian beasiswa untuk siswa berprestasi
dan tidak mampu
5. Pemberian seragam sekolah bagi siswa tidak
mampu
6. Pelatihan dan bimibingan bagi peningkatan
kompetensi guru
7. Memberikan pelatihan kewirausahaan bagi
siswa
8. Mempermudah akses magang bagi siswa SMK
dan sederajat.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
102
NO PRIORITAS PEMBANGUNAN BENTUK BANTUAN CSR
2 Kesehatan
1. Peningkatan program sosial melalui layanan
gratis, misalnya operasi katarak, khitan
massal, pemeriksaan gigi, konsultasi dan
pemeriksaan kesehatan.
2. Penyuluhan kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
3. Peningkatan gizi masyarakat.
4. Bantuan peralatan kesehatan di tingkat
posyandu dan puskesmas pembantu.
5. Peningkatan partisipasi dalam pencegahan
wabah penyakit, misalanya bantuan fogging.
3 Infrastruktur
1. Bantuan penyediaan air bersih di daerah
terisolasi dan daerah kekeringan.
2. Penydiaan sanitasi di pusat-pusat kemiskinan
Bayuwangi.
3. Bantuan perbaikan infrastruktur jalan
pedesaan.
4. Bantuan penyediaan penerangan di kawasan
terpencil
5. Peningkatan akses informasi bagi masyarakat
melalui penyediaan Wifi gratis di pusat-pusat
bertemunya masyarakat, misalnya Alun-alun,
pusat perbelanjaan, dan kantor pemerintahan.
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
103
NO PRIORITAS PEMBANGUNAN BENTUK BANTUAN CSR
4 Kemiskinan
1. Rehabilitasi rumah bagi keluarga miskin
2. Bantuan modal usaha untuk keluarga miskin.
3. Pelatihan dan pendampingan pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
5 Pengangguran
1. Pelatihan-pelatihan kewirausahaan bagi
masyarakat, khususnya generasi muda di
Banyuwangi
2. Prioritas tenaga kerja lokal untuk tenaga kerja
bagi perusahaan-perusahaan yang berada di
Banyuwangi
3. Bantuan modal usaha bagi calon wirausaha
muda melalui kompetisi (dengan kompetisi
busines plan atau proposal usaha)
6 Sektor UMKM
1. Pembinaan dan pendampingan UMKM di
Kabupaten Banyuwangi
2. Peningkatan kerjasama antara UMKM dan
industri besar.
3. Bantuan modal usaha bagi UMKM yang
berpotensi ekspor.
4. Bantuan modal usaha untuk pemberdayaan
ekonomi kaun perempuan
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
104
NO PRIORITAS PEMBANGUNAN BENTUK BANTUAN CSR
7 Sektor Pertanian
1. Bantuan sarana dan prasarana pertanian bagi
petani miskin
2. Membuat pilot project untuk pengembangan
vaietas tertentu dalam rangka meningkatkan
produktivitas pertanian
3. Memberikan prnyuluhan dan pendampingan
bagi petani dalam rangka proses produksi dan
pengendalian hama serta pasca panen.
4. Kerjasama petani dan industri besar untuk
kepastian pembilian hasil-hasil pertanian yang
dapat mendukung input industri di
Banyuwangi.
8
Sektor Pariwisata
1. Promosi wisata di banyuwangi
2. Memberikan paket-paket murah untuk
wisatawan berlibur di Banyuwangi
3. Peningkatan frekwensi gelar wisata dan
festival seni dan budaya Banyuwangi
4. Pembangunan infrastruktur penunjang
pariwisata
9 Lingkungan
1. Bantuan rehabilitasi lingkungan, misalnya
penanaman pohon.
2. Membantu dalam pengelolalaan sampah
SINERGITAS PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN NON APBD
105
NO PRIORITAS PEMBANGUNAN BENTUK BANTUAN CSR
3. Memberikan kompensasi bagi masyarakat di
sekitar industri besar yang terkena dampak
polusi akibat proses produksi
10 Peningkatan good governance
pemerintah daerah
1. Bantuan teknis penyusunan perencanaan
pembangunan yang dapat diberikan oleh
lembaga perguruan tinggi.
2. Mempublikasikan program-program
pembangunan daerah dan keberhasilannya
melalui media cetak dan media informasi
lainnya.
Mendorong terbentuknya forum yang mampu menfasilitasi segala
kebutuhan yang berkaitan pelaksanaan kegiatan CSR ini. Forum tersebut
merupakan kumpulan dari beragam perusahaan yang mempunya visi
dan misi yang sama terhadap pentingnya pelaksanaan program CSR.
Dengan adanya forum tersebut diharapkan akan berfungsi sebagai :
a. Wadah untuk menampung aspirasi mengenai kegiatan CSR.
b. Wadah untuk bertukar fikir mengenai permasalahan yang melingkupi
pelaksanaan CSR yang kemudian dicarikan solusi terhadap
permasalahn tersebut.
Recommended