JARINGAN SARAF TIRUAN (NEURAL...

Preview:

Citation preview

JARINGAN SARAF TIRUAN

(ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

INTRODUCTION

Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah

merupakan salah satu representasi tiruan dari otak

manusia yang selalu mencoba untuk

mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

manusia.

Istilah Tiruan / Buatan digunakan karena JST ini

diimplementasi pada program komputer yang

mampu menyelesaikan proses penghitungan

selama proses pembelajaran.

HUMAN BRAIN

Bertugas untuk memproses informasi Seperti prosesor sederhana.

Masing-masing cell tersebut berinteraksi mendukung kinerja otak

Setiap sel (neuron) memiliki satu nukleus (soma), bertugas memproses informasi, informasi diterima oleh dendrit, dan disebarkan melalui akson

Pertemuan informasi antar syaraf berada di sinapsis

CONTINUE HUMAN BRAIN

axon

cell body

synapse

nucleus

dendrites

CONTINUE HUMAN BRAIN

Manusia memiliki +10^12 neuron Dan 6x10^18 sinapsis

Informasi yang dikirimkan berupa rangsangan dengan sebuah batas ambang (threshold) Pada batas tertentu, syaraf lain akan teraktifasi

dan merespon

Hubungan antar syaraf terjadi secara dinamis

Otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar dan beradaptasi Mampu mengenali pola, wajah, mengkontrol

organ tubuh

CONTINUE HUMAN BRAIN

Neuron merupakan sistem yang fault tolerance

Dapat mengenali sinyal input yang berbeda dari sebelumnya Dapat mengenali orang yang belum pernah ditemui hanya

dengan melihat dari foto.

Dapat mengenali orang yang berubah karena tua.

Tetap dapat bekerja walau beberapa neuronnya rusak, neuron lain dapat tumbuh dan dilatih

HISTORY OF ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

Sejak ditemukan, JST telah mengalami tahap-tahap perkembangan diantaranya adalah :

1940, Para ilmuwan menemukan bahwa psikologi dari otak sama dengan mode pemrosesan yang dilakukan oleh peralatan komputer.

1943, McCulloch dan Pitts merancang model formal yang pertama kali sebagai perhitungan dasar neuron.

1949, Hebb menyatakan bahwa informasi dapat disimpan dalam koneksi – koneksi dan mengusulkan adanya skema pembelajaran untuk memperbaiki koneksi – koneksi antar neuron tersebut.

1954, Farley dan Clark mensetup model-model untuk relasi adaptif stimulus-respon dan jaringan random.

1958, Rosenblat mengembangkan konsep dasar Perceptron untuk klasifikasi pola.

1960, Widrow dan Hoff mengembangkan ADALINE untuk kendali adaptif dan pencocokan pola yang dilatih dengan aturan pembelajaran Least Mean Square (LSM)

1974, Werbos mengenalkan algoritma Backpropagation untuk melatih Perceptron dengan banyak lapisan.

1975, Little dan Shaw menggambarkan jaringan saraf dengan menggunakan probabilistik.

1982, Kohonen mengembangkan metode pembelajaran jaringan saraf yang tidak terawasi (Unsupervised Learning) untuk pemetaan.

1982, Grossberg dan Carpenter mengembangkan teori jaringan yang di inspirasi oleh perkembangan psikologi. Arsitektur jaringan tersebut diberi nama antara lain : Adaptive Resonance Theory (ART), ART2 dan ART3

1982, Hopfield mengembangkan jaringan syaraf reccurent yang dapat digunakan untuk menyimpan informasi dan optimasi.

1985, Algoritma Boltzmann untuk jaringan syaraf probabilistik.

1987, dikembangkan BAM (Bidirectional Associative Memory).

1988, dikembangkan Radial Basis Function.

Dan seterusnya...????

COMPONENT OF ANN

Ada macam – macam algoritma pada JST, tetapi semua jenis algoritma memiliki komponen yang sama antara satu dengan yang lainnya.

JST juga memiliki neuron dan saling terhubung antara neuron satu dengan neuron yang lainnya.

Neuron tersebut akan mentransformasikan informasi yang diterima melalui sambungan keluarnya (dendrit) melalui sinapsis menuju ke neuron – neuron yang lainnya.

Pada JST ini hubungan ini dikenal dengan istilah bobot / weight (w).

Informasi tersebut disimpan pada suatu nilai tertentu pada bobot.

GENERAL STRUCTURE NEURON OF ANN

∑ bobot

Input dari

neuron – neuron

yang lain

Fungsi aktivasi

output

bobot Output ke

neuron2 yang

lain

X1

X2

X3

Y1

Y2

Y3

W1

W2

W3

ACTIVATION

FUNCTION

INPUT OUTPUT

Y1 = X1.W1 + X2.W2 + X3.W3; dst…

DESCRIPTION STRUCTURE OF NEURON

Informasi (dari input) akan dikirim ke neuron dengan

nilai bobot.

Input diproses oleh fungsi perambatan yang akan

menjumlahkan nilai – nilai semua bobot yang datang.

Hasil penjumlahan ini kemudian akan dibandingkan

dengan nilai batas ambang (threshold) tertentu melalui

fungsi aktivasi setiap neuron.

Apabila input melewati suatu nilai ambang tertentu

maka neuron tersebut akan diaktifkan.

Apabila neuron tersebut diaktifkan, maka neuron

tersebut mengirimkan output melalui bobot-bobot

outputnya ke semua neuron yang berhubungan

dengannya.

NEURON LAYERS

Neuron pada lapisan input (Input Layer)

Neuron pada lapisan tersembunyi (Hidden Layer)

Neuron pada lapisan output (Output Layer)

ARSITEKTUR JARINGAN

Jaringan Dengan Lapisan Tunggal (Single Layer

Net)

X1

X2

X3

Y1

Y2

W11 W

32

W31

W22

W21

W12

Nilai Input

Lapisan Input

Matriks Bobot

Lapisan Output

Nilai Output

Jaringan Dengan Banyak Lapisan (Multi Layer Net)

Jaringan Dengan Lapisan Kompetitif (Competitive

Layer Net)

FUNGSI AKTIVASI / ACTIVATION FUNCTION

Fungsi Undak Biner (Hard Limit)

Jaringan dengan lapisan tunggal sering menggunakan

fungsi undak (step function) untuk mengkonversi input

dari suatu variabel yang bernilai continue ke suatu

output biner (0 atau 1).

Dapat dirumuskan sebagai berikut :

1

y

x0

0 x jika,1

0 x jika,0y

Fungsi Undak Biner (Threshold)

Fungsi undak biner dengan menggunakan batas

ambang sering juga disebut dengan nama fungsi nilai

ambang (threshold) atau fungsi Heaviside.

Dapat dirumuskan sebagai berikut :

0

1

y

x0

x jika,1

x jika,0y

Fungsi Bipolar (Symetric Hard Limit)

Fungsi bipolar hampir sama dengan fungsi undak biner.

Output yang dihasilkan terdiri – dari nilai 0,1 dan -1

Dapat dirumuskan sebagai berikut :

0

-1

x

1

y

0 x jika,1

0 x jika,0

0 x jika,1

y

Fungsi Bipolar (Dengan Threshold)

Fungsi bipolar hampir sama dengan fungsi undak biner

dengan nila batas ambang.

Output yang dihasilkan terdiri – dari nilai 0,1 dan -1

Dapat dirumuskan sebagai berikut :

0

-1

x

1

y

0

x jika,1

x jika,1y

Fungsi Linier (Identitas)

Fungsi linier memiliki nilai output sama dengan nilai

inputnya.

Dapat dirumuskan sebagai berikut :

0

-1

x

1

y

-1 1

y = x

Fungsi Saturating Linier

Fungsi ini akan bernilai 0, jika x > -0,5

Fungsi ini akan bernilai 1, jika x < 0,5

Jika nilai inputnya antara -0,5 ≤ x ≤ 0,5 maka outputnya

akan bernilai sama dengan nilai input ditambah 0,5 (y =

x + 0,5)

1

y

x0 0,5-0,5

0,5- x jika;0

0,5x0,5- jika0,5; x

0,5 x jika;1

y

Fungsi Symetric Saturating Linier

Fungsi akan bernilai -1, jika x < -1

Fungsi akan bernilai 1, jika x > 1

Jika nilai inputnya antara -1 ≤ x ≤ 1 maka outputnya

akan bernilai sama dengan nilai inputnya (y = x)

0

-1

x

1

y

-1 1

1 - x jika;1

1x 1 - jikax;

1 x jika;1

y

Fungsi Sigmoid Biner

Fungsi ini digunakan untuk JST yang dilatih dengan

menggunakan metode backpropagation.

Fungsi ini memiliki nilai 0 sampai dengan 1

Fungsi ini digunakan untuk JST yang memiliki nilai

output dengan interval 0 s/d 1

xe

xfy

1

1

xfxfxf 1'

Dengan

Fungsi Sigmoid Bipolar

Fungsi ini hampir sama dengan sigmoid biner.

Perbedaannya yaitu pada nilai outputnya mulai dari -1 ≤ x ≤ 1

= 1

= 2σ

σ

= 0,5σ

1

0.8

0.6

0.4

0.2

0

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8

-1

- 10 - 8 - 6 - 4 - 2 0 2 4 6 8 10

y

x

x

x

e

exfy

1

1)(

xfxfxf 112

'

Dengan

Fungsi ini dekat dengan hyperbolic tangen

keduanya memiliki range -1 s/d 1

xx

xx

ee

eexfy

)( x

x

e

exfy 2

2

1

1)(

xfxfxf 11'

Dengan

atau

LEARNING PROCESS

Pembelajaran Terawasi (Supervised Learning)

Metode Pembelajaran pada JST disebut terawasi jika output yang diharapkan telah diketahui sebelumnya.

Pada proses pembelajaran, satu pola input akan diberikan ke satu neuron pada lapisan input. Pola ini akan dirambatkan di sepanjang jaringan syaraf hingga sampai ke neuron lapisan output.

Lapisan output ini akan membangkitkan pola output yang nantinya akan dicocokan dengan pola output targetnya.

Apabila terjadi nilai perbedaan pada waktu proses pencocokan maka akan muncul nilai error.

Apabila nilai error masih terlalu besar maka perlu dilakukan proses pembelajaran lagi.

Contoh : Operator biner AND

Pembelajaran Tidak Terawasi (UnSupervised

Learning)

Metode ini tidak memerlukan target output.

Metode ini tidak dapat diharapkan outputnya seperti

pada waktu proses pembelajaran (training).

Pada proses pembelajaran, nilai bobot disusun dalam

suatu range tertentu tergantung pada nilai input yang

diberikan.

Tujuan pembelajaran adalah mengelompokan atau

peng-klasifikasian unit – unit yang hampir sama dalam

suatu area tertentu.

Biasanya digunakan untuk klasifikasi pola.

TERIMA KASIH

Recommended