View
109
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
HUBUNGAN JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL TAHUN 20071
Almira Gitta N 2,Th Ninuk sri hartini3, Zulaela4
INTISARI
Kesehatan bayi secara umum masih rendah, antara lain terlihat pada angka kematian bayi yang masih tinggi (32 per 1000 kelahiran hidup). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal, hal tersebut terjadi dipengaruhi oleh karakteristik seperti jarak kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR di RSD Panembahan Senopati Bantul tahun 2007. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan secara cross sectional. Subjek penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RSD Panembahan Senopati Bantul tahun 2007 dengan jarak kehamilan berisiko dan tidak berisiko, umur ibu 20-35 tahun, paritas 2-4, kehamilan tunggal, berat badan lahir tercantum dalam status, umur kehamilan > 37 minggu. Nilai chi square hitung sebesar 4,185 bersesuaian dengan nilai p=0,041 yang berarti ada hubungan antara jarak kehamilan dan kejadian BBLR. Nilai Rasio Prevalens sebesar 2,67 menunjukkan bahwa jarak kehamilan pada ibu bersalin di RSD Panembahan Senopati Bantul tahun 2007 mempunyai risiko 2,67 kali melahirkan bayi dengan BBLR. Ada hubungan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR di RSD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2007.
Kata Kunci : Jarak kehamilan, BBLRKepustakaan : 19 Daftar Pustaka, 6 Situs InternetJumlah halaman : 35 halaman, 4 lampiran
1Judul Karya tulis Ilmiah2 Peneliti
1
3Pembimbing I (FMIPA UGM Yogyakarta) 4Pembimbing II (STIKES Respati Yogyakarta)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan dan strategi dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah dengan dikembangkan Making Pregnancy Safer
(MPS). Tiga pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan adalah setiap persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan yang terlatih, setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan
yang adekuat (memadai), dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Depkes, 2006).
AKI di Indonesia pada tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran
hidup, pada tahun 2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun
2005 menurun menjadi 262 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2006).
Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, preeklamsia, partus lama,
komplikasi aborsi dan infeksi, sedangkan yang menjadi penyebab tidak langsung
kematian ibu antara lain keadaan ibu dengan empat terlalu (terlalu muda, terlalu
tua, grande multipara, jarak kehamilan pendek), abortus ilegal dan sistem rujukan
yang lemah (Manuaba, 2002).
Pengaturan jarak kehamilan yang direalisasikan melalui program Keluarga
Berencana ternyata tidak semudah yang dibayangkan karena pada kenyataannya
masih banyak ibu-ibu muda memiliki jarak kehamilan terlalu dekat. Data di
Indonesia menunjukkan 36 % kelahiran memiliki jarak kelahiran kurang dari 2
tahun (Dian, 2004).
Amiruddin (2005) dalam penelitiannya di Makassar, mengemukakan
bahwa jarak kehamilan berpengaruh terhadap kejadian BBLR dengan Odds Ratio
4,646, 95 % CI: 2,009-10,747. Selain itu, kehamilan dengan jarak kurang dari 2
tahun dapat menyebabkan keguguran, anemia, payah jantung, bayi lahir sebelum
waktunya (prematur), Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), cacat bawaan, dan
tidak optimalnya tumbuh kembang anak. Oleh karena itu jarak kehamilan yang
baik adalah 2-4 tahun (BKKBN, 2007).
2
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKB di
Indonesia yang pada tahun 1997 sebesar 46 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun
2003 sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2005 menurun menjadi
32 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2006), sedangkan AKB Yogyakarta tahun
2006 yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
adalah 4,97 per 1000 kelahiran hidup.
Tiga penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia yaitu Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) sekitar 29 %, pernafasan tersumbat atau asfiksia 27 % dan
tetanus sekitar 10 %. Selebihnya adalah infeksi sebanyak 5 %, gangguan
hematologis 6 %, masalah pemberian makanan 10 % serta lain-lain sekitar 13 %
(Rosdiana, 2007).
Berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor utama yang
berkontribusi terhadap kematian perinatal. BBLR dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan ibu seperti: umur ibu, umur
kehamilan, paritas, berat badan dan tinggi badan, status gizi (nutrisi), anemia,
kebiasaan minum alkohol dan merokok, penyakit-penyakit keadaan tertentu waktu
hamil (misalnya anemia, perdarahan dan lain-lain), jarak kehamilan, riwayat
abortus, faktor janin meliputi kehamilan kembar dan kelainan bawaan, faktor bayi
seperti jenis kelamin dan ras, faktor lingkungan seperti: pendidikan dan
pengetahuan ibu, pekerjaan, dan status sosial ekonomi dan budaya, Antenatal
Care (Amiruddin, 2004).
Dari Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2006
diperoleh data kejadian BBLR di kabupaten Kulon Progo 255 BBLR, kabupaten
Gunung Kidul 146 BBLR, di kabupaten Sleman 78 BBLR, di kabupaten Bantul
sebanyak 577 BBLR, sedangkan kejadian BBLR di RSD Panembahan Senopati
Kabupaten Bantul pada tahun 2007 adalah 1061 BBLR.
Melihat jumlah kejadian BBLR tertinggi tahun 2006 yaitu di kabupaten
Bantul dan kejadian BBLR tahun 2007 di RSD Panembahan Senopati Kabupaten
Bantul yang masih sangat tinggi yaitu 1061 BBLR maka alasan ini yang membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan jarak kehamilan
dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah tahun 2007.
3
TINJAUAN TEORI
Jarak Kehamilan
Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000). Kehamilan adalah dimulainya
pembuahan sel telur oleh sperma sampai dengan lahirnya janin dihitung dari hari
pertama haid terakhir (BKKBN, 2005). Jadi jarak kehamilan adalah ruang sela
antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan berikutnya.
Menurut Manuaba (2002) jarak kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun.
Ibu hamil yang jarak kehamilannya kurang dari 2 tahun, kesehatan fisik dan rahim
ibu masih butuh istirahat (Rochjati, 2003). Jarak kehamilan dengan spacing
kurang dari 2 tahun atau lebih 4 tahun dapat menyebabkan berat badan lahir
rendah, nutrisi kurang, lama menyusui berkurang, kompetensi dalam sumber–
sumber keluarga, lebih sering terkena penyakit, tumbuh kembang lambat,
pendidikan akademi lebih rendah. Oleh karena itu jarak kehamilan yang baik
adalah 2 sampai 4 tahun (Hartanto, 2002). Selain itu dampak dari interval antar
kehamilan kurang dari 18 bulan dan interval atau lebih dari 60 bulan ada
hubungan risiko kelahiran premature, Small for Gestasional Age (SGA),
Intrauterine Growth Retardation (IUGR) dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
(Yustina, 2005).
Berat Badan Lahir Rendah
BBLR didefinisikan sebagai bayi berat lahir kurang dari 2500 gram dan
telah dimodifikasi untuk menguraikan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)
yang beratnya 1500 gram atau kurang dan bayi yang luar biasa rendah atau berat
lahir ekstrem rendah, dengan berat 1000 gram atau kurang (Wiknjosastro, 2005).
Menurut Mochtar (1998) terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan
BBLR antara lain : 1) Prematuritas Murni adalah bayi lahir pada kehamilan
kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai; 2) Small for date (SFD)
atau kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang berat badannya kurang
dari seharusnya umur kehamilan; 3) Retardasi pertumbuhan janin intrauterin
4
adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan; 4) Light for date sama dengan small for date; 5) Dismaturitas adalah
suatu sindroma klinik dimana terjadi ketidak-seimbangan antara pertumbuhan
janin dengan lanjutnya kehamilan, atau bayi-bayi yang lahir dengan berat badan
tidak sesuai dengan tuanya kehamilan atau bayi dengan gejala intrauterine
malnutrition or wasting; 6) Large for date adalah bayi yang dilahirkan lebih besar
dari seharusnya tua kehamilan, misalnya pada diabetes mellitus.
Llwellyn dan Jones (2002) dan Winknjosastro (2005) mengatakan data
yang tersedia dari beberapa negara maju menunjukkan perbandingan bayi dengan
berat lahir rendah, angka kematian perinatal dan kelangsungan hidup bayi yang
dilahirkan hidup. Data ini mengaburkan fakta bahwa bayi dengan berat lahir
rendah terdiri dari 2 populasi yaitu: 1) Bayi Prematur (Sesuai Masa Kehamilan =
SMK), secara definisi, bayi preterm sudah tumbuh dengan normal di dalam uterus
tetapi dilahirkan preterm, sebelum kehamilan minggu ke 37; 2) Bayi kecil untuk
masa kehamilannya (KMK) atau Small for Gestasional Age (SGA) juga
disebutkan sebagai small-for-date baby. Kombinasi dari kedua populasi utama
tersebut dapat terjadi: bayi preterm dapat juga kecil untuk masa kehamilannya
(small for date) (Llewellyn dan Jones, 2002).
Menurut Syaifuddin,dkk (2002) Bayi Berat Lahir Rendah dapat dibedakan
menurut penanganannya menjadi: 1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan
berat lahir 1500–2500 gram; 2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan
berat lahir 1000-1500 gram (< 1500 gram); 3)Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah
(BBLER) dengan berat lahir 1000 gram.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm
(prematur) atau berat lahir rendah adalah: 1) Faktor Maternal diantaranya: nutrisi,
umur ibu, jarak kehamilan (Seorang ibu memerlukan waktu paling tidak 2 tahun
antara kehamilan agar pulih secara fisiologik dari persalinan dan mempersiapkan
diri untuk hamil berikutnya (Manuaba, 1998). Semakin pendek jarak antara dua
kelahiran semakin besar risiko melahirkan BBLR), Penyakit Menahun Ibu, Faktor
pekerja yang terlalu berat; 2) Faktor Kehamilan diantaranya: hamil dengan
hidramnion, hamil Ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil; 3) Faktor
5
janin diantaranya: cacat bawaan dan kelainan konginetal, infeksi dalam rahim; 4)
faktor uterus dan plasenta; 5) Faktor dari Lingkungan. Selain faktor-faktor
tersebut masih ada faktor lain yang sampai saat ini masih belum diketahui.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian analitik dengan pendekatan secara
Cross Sectional (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian Cross Sectional peneliti
melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat. Kata satu saat di
sini bukan berarti semua subjek diamati tepat pada saat yang sama, tetapi artinya
setiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subjek
dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. Jadi pada studi cross sectional peneliti
tidak melakukan tindak lanjut (Sastroasmoro, 1995). Faktor risiko dalam
penelitian ini adalah jarak kehamilan, sedangkan faktor efek adalah kejadian
BBLR.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dimulai tanggal 1 April sampai dengan 12 April 2007. Tempat
penelitian di RSD Panembahan Senopati Bantul.
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu semua ibu yang melahirkan di RSD
Panembahan Senopati Bantul dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eklusi
dengan jumlah populasi 435 ibu bersalin. Kriteria inklusi yang digunakan peneliti
adalah: 1) Semua ibu yang melahirkan di RSD Panembahan Senopati Bantul
tahun 2007, dengan jarak kehamilan berisiko dan tidak berisiko; 2) Umur ibu 20 –
35 tahun; 3) Paritas lebih dari 1 anak dan kurang dari sama dengan 4 anak; 4)
Kehamilan tunggal, berat badan lahir tercantum dalam status; 5) Umur kehamilan
> 37 minggu. Kriteria eklusi yang digunakan peneliti adalah: 1) Ibu menderita
penyakit kronis misalnya jantung; 2) Ibu mengalami komplikasi kehamilan:
preeklamsi–eklamsi, perda-rahan, anemia. Data diambil selama periode 1 Januari
sampai dengan 31 Desember 2007.
Sampel dan Cara Pemilihan Sampel
6
Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling,
sedangkan rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel adalah:
n=zα /2
2 p (1−p ) N
d2 (N−1 )+zα /22 p (1−p )
Keterangan :
n = banyaknya elemen yang akan diteliti dalam sampel
N = banyaknya anggota dalam populasi
p = persentasi atau proporsi (0,5)
d = sampling error (0,05)
zα /2 = tingkat keyakinan 95% (1,96)
Berdasarkan rumus di atas, perhitungan sampel dari jumlah populasi 435
ibu bersalin didapatkan sampel sebanyak 204 ibu bersalin.
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: 1) Variabel
independen (Variabel bebas) adalah jarak kehamilan yang dikelompokkan
menjadi jarak kehamilan berisiko dan tidak berisiko; 2) Variabel dependen
(Variabel terikat) adalah bayi dengan berat lahir dikelompokkan menjadi berat
badan lahir rendah dan berat badan lahir normal.
Definisi Operasional
Jarak kehamilan adalah ruang sela antara persalinan yang lalu dengan
kehamilan berikutnya, skala nominal, dibagi menjadi paritas < 2 th atau > 4 th,
paritas 2-4 th
Berat badan lahir rendah adalah berat badan bayi lahir < 2500 gram, skala
nominal, dibagi menjadi BBLR, tidak BBLR
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder dari register dan rekam medik di RSD Panembahan Senopati Bantul
tahun 2007. Adapun data sekunder diperoleh dari arsip-arsip berupa
dokumen/catatan medis. Studi dokumentasi diperoleh dari catatan rekam medik di
7
RSD Panembahan Senopati Bantul selama periode 1 Januari sampai 31 Desember
2007.
Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian menggunakan format pengumpulan data yang berisi
nomor, No CM, umur ibu, paritas, berat badan lahir dan jarak kehamilan.
Metode Pengolahan
Langkah-langkah dalam pengolahan data adalah: 1) Editing yaitu
melakukan pemeriksaan data ibu bersalin di RSD Panembahan Senopati kab
Bantul tahun 2007, mencatat nomor rekam medik untuk memudahkan dalam
pencarian lembaran status rekam medik ibu bersalin tahun 2007, kemudian
mencatat data yang diperlukan ke dalam format pengumpul data; 2) Coding yaitu
data yang telah diperiksa dikumpulkan dan diberi kode dengan
mengklasifikasikan dengan memberi kode pada paritas kurang dari 2 tahun atau
lebih dari 4 tahun = 1, paritas 2 – 4 tahun = 2, BBLR = 1 dan tidak BBLR = 2; 3)
Tabulating yaitu dari hasil klasifikasi yang telah diberi kode maka data tersebut
didistribusikan ke dalam tabel 2 x 2 pada studi Cross Sectional.
Analisis Data
Chi-square test digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, sedang-kan
untuk mencari derajat hubungan digunakan nilai rasio prevalens, yakni
perbandingan antara prevalens kejadian efek pada subyek dari kelompok dengan
risiko, dengan prevalens efek pada subjek pada kelompok tanpa risiko. Rasio
prevalens dapat dihitung yakni dengan menggunakan tabel 2 x 2 (Sastroasmoro,
1995).
Adapun rumus Chi-square test adalah sebagai berikut:
χ2=( ad−bc )2 n
nD nND nE nNE
Keterangan :
a = subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek
b = subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek
8
c = subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
d = subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek
n = jumlah sampel
nD = jumlah sampel yang terkena efek (Disease)
nND = jumlah sampel yang tidak terkena efek (Non Disease)
nE = jumlah sampel yang terkena faktor risiko (Exposure)
nNE = jumlah sampel yang tidak terkena faktor risiko (Non Exposure)
Rasio prevalens rancangan cross sectional dapat diformulasikan dengan
rumus sebagai berikut :
RP=a/nE : c /nNE
Keterangan :
a/nE = Proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor risiko yang
mengalami efek
c/nNE = Proporsi (prevalens) subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul menggiatkan pemantauan pada setiap kehamilan berisiko tinggi
yang dilakukan melalui posyandu, bidan praktek swasta, puskesmas pembantu,
dan puskesmas. Pemerintah Kabupaten Bantul juga memberikan pemeriksaan
gratis kepada ibu hamil sejak tahun 2003 melalui puskesmas. Setiap pemantauan
kehamilan di Kabupaten Bantul diperiksa sesuai standar pelayanan dengan 7 T,
seperti halnya yang dilakukan oleh Rumah Sakit Panembahan Senopati dan Bidan
Praktek Swasta (BPS) di daerah Bantul.
Rumah Sakit Daerah (RSD) Panembahan Senopati merupakan rumah sakit
daerah milik Pemerintah Kabupaten Bantul yang termasuk rumah sakit tipe C.
Rumah sakit ini terletak di Jl. Cokroaminoto Bantul. Pelayanan yang diberikan
9
RSD Panembahan Senopati Bantul adalah pelayanan untuk penyakit dalam,
bedah, kandungan dan anak.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu bersalin di RSD
Panembahan Senopati Bantul tahun 2007 ada 70,1% yang mempunyai jarak
kehamilan berisiko untuk terjadinya BBLR yaitu jarak kehamilan <2 tahun atau
>4 tahun. Menurut Istiarti (2000), jarak kehamilan <2 tahun atau >4 tahun
menjadi faktor risiko terjadinya ibu melahirkan dengan BBLR. Hal ini
dikarenakan seorang ibu memerlukan waktu paling tidak 2 tahun untuk dapat
hamil kembali pulih secara fisiologik dari persalinan dan mempersiapkan diri
untuk kehamilan berikutnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bayi yang lahir di RSD
Panembahan Senopati Bantul tahun 2007 sebesar 14,2% termasuk kategori
BBLR. Manuaba (1998) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi lahirnya
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah faktor maternal, yang
meliputi : umur ibu dalam reproduksi tidak sehat (<20 tahun dan >35 tahun), jarak
hamil dan bersalin terlalu dekat, dan penyakit menahun ibu. Faktor lain yang
mempengaruhi lahirnya bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah
faktor kehamilan yang meliputi : hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan antepartum, dan komplikasi kehamilan, serta faktor janin yang
meliputi : cacat bawaan, infeksi dalam rahim, dan faktor lain yang masih belum
diketahui. Berbagai macam faktor tersebut apabila tidak diperhatikan secara baik
maka dapat berisiko untuk lahirnya bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
Hasil Analisis Chi Square dari penelitian ini yaitu sebesar 4,185 dengan
nilai p=0,041 yang menunjukkan ada hubungan jarak kehamilan dengan kejadian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Nilai Ratio Relatif yang menunjukkan rasio
prevalens dari data di atas yaitu jarak kehamilan <2 tahun atau >4 tahun
mempunyai risiko terjadinya BBLR sebesar 2,67 kali dibandingkan dengan jarak
kehamilan 2-4 tahun.
10
Hasil penelitian ini juga sama seperti yang ditemukan oleh Yustina (2005)
di Purworejo bahwa interval kelahiran lebih atau sama dengan 60 bulan (5 tahun)
memiliki risiko terhadap lahirnya bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
dengan rasio prevalens sebesar 3,15 dibanding dengan interval kelahiran kurang
atau sama dengan 35 bulan (3 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa jarak
kehamilan <2 tahun atau >4 tahun lebih berisiko untuk terjadinya Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) dibandingkan jarak kelahiran 2-4 tahun.
Hal yang menyebabkan jarak kelahiran <2 tahun lebih berisiko untuk
terjadinya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dibanding jarak kelahiran 2-4 tahun
adalah belum pulihnya kondisi fisiologik ibu dalam mempersiapkan diri untuk
hamil berikutnya. Hasil ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
Istiarti (2000) bahwa jarak kehamilan yang sangat pendek dan sangat panjang
menjadi faktor risiko terjadinya ibu melahirkan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Jarak kehamilan yang tepat dan baik untuk melahirkan adalah kehamilan
dengan spacing antara 2 tahun sampai 4 tahun (Hartanto, 2002).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hal-hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Ada hubungan yang bermakna antara
jarak kehamilan dengan kejadian BBLR di RSD Panembahan Senopati Bantul
tahun 2007; 2) Ibu yang bersalin di RSD Panembahan Senopati tahun 2007
sebagian besar (70,1%) mempunyai jarak kehamilan yang berisiko (<2 tahun atau
>4 tahun) untuk terjadinya BBLR; 3) Nilai Rasio Prevalens sebesar 2,67
menunjukkan bahwa jarak kehamilan pada ibu bersalin di RSD Panembahan
Senopati Bantul tahun 2007 mempunyai risiko 2,67 kali melahirkan bayi dengan
BBLR.
Saran
Beberapa saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagi RSD Panembahan Senopati,
berdasarkan hasil penelitian bahwa jarak kehamilan merupakan faktor risiko untuk
11
terjadinya BBLR, maka diharapkan pihak RSD Panembahan Senopati Bantul
bekerja sama dengan sektor-sektor terkait untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam perilaku hidup sehat terutama dengan merencanakan jarak
kehamilan dan peningkatan pengetahuan pada ibu tentang kehamilannya untuk
mengetahui dan melakukan perawatan intensif pada setiap kehamilan untuk
mengurangi risiko pada saat tumbuh kembang janin, kelangsungan persalinan, dan
nifas; 2) Bagi Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan khususnya Bidan diharapkan
selalu memberikan konseling atau penyuluhan terhadap ibu hamil agar menjaga
jarak kehamilan antara 2-4 tahun agar tidak berisiko melahirkan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR); 3) Bagi Ibu Hamil, ibu hamil diharapkan memperhatikan
jarak kehamilan untuk menjaga agar bayi yang dilahirkan tidak mempunyai berat
badan rendah; 4) Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan melakukan penelitian
dengan variabel independen yang lain agar faktor-faktor yang berisiko untuk
lahirnya Berat Badan Lahir Rendah dapat diketahui.
12
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, R. 2004. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian
Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantmurung. http://med.unhas.ac.id
2004. Diakses tanggal 10 Januari 2007
__________. 2005. Analisis Risiko Pajanan Asap Rokok terhadap Berat Badan
Lahir di RS Fatimah Makassar 2005.
http://ridwanamiruddin.wordpress.com. Diakses tanggal 10 Januari 2007.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2005. Menyiapkan Ibu Sehat
melahirkan Bayi Sehat. Jakarta.
__________. 2007. Ingin Memiliki Kesehatan Reproduksi Prima?.
http://www.bkkbn.go.id. Diakses tanggal 10 Januari 2007.
Bagian Perinatologi RSD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul. 2007. Hasil
Kegiatan Pelayanan Perinatologi RSD Panembahan Senopati Kab Bantul
tahun 2007.
Dian. 2004. Mengatur Jarak Kehamilan Dampaknya pada Pembentukan
Keluarga Sejahtera. http://www.bkkbn.go.id. Diakses tanggal 10 Januari
2007.
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2007. Profil Kesehatan Propinsi
D.I Yogyakarta tahun 2007.
Depkes. 2006. Kesehatan Masyarakat. http://www.depkes.go.id. Diakses
tanggal10 Januari 2007.
Hartanto, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
13
Istiarti, T. 2000. Menanti Buah Hati, Kaitan antara kemiskinan dan Kesehatan.
Yogyakarta : Media Pressindo.
Llewellyn, D dan Jones. 2002. Dasar – dasar Obstetri dan Ginekologi edisi 6.
Jakarta : Hipokrates.
Manuaba, IBG. 2002. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.
__________. 2002. Konsep Obstetri Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta : EGC.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.
Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Oxorn, H. 2003. Ilmu kebidanan : fisiologi dan patologi persalinan. Jakarta:
Yayasan Essentia Medica.
Pemerintah Daerah Bantul. 2007. Profil Rumah Sakit Daerah Panembahan
senopati Bantul
Purwaningsih, W. 2005. Karakteristik Ibu Bersalin dengan Bayi BBLR di rumah
Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Kabupaten Bantul tahun 2003.
(Tidak dipublikasikan).
Rochjati, P. 2003. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya : Airlangga
University Press.
Rosdiana. 2007. Tiap Sejam 10 Bayi Baru Lahir Meninggal. http://bkkbn.go.id .
9 Februari 2007
14
Saifuddin, A.B., Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, dan Djoko
Waspodo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka-Sarwono Prawirohardjo.
Sastroasmoro, S dan Sofyan Ismael. 1995. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000. Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Bali Pustaka
Wiknjosastro. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka-Sarwono
Prawirohardjo.
Yustina. 2005. Hubungan Interval Kelahiran dengan Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah di Kabupaten Purworejo. (Tidak dipublikasikan).
15
16
Recommended