View
16
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
JURNAL ILMIAH
PERJANJIAN KERJASAMA PENJUALAN DISTRIBUSI OUTLET (DISTRO) DENGAN
SUPPLIER APPAREL (PENYEDIA BARANG)
(Studi Kota Mataram dan Bali)
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
untuk mencapai derajat S-1 pada
Progam Studi Ilmu Hukum
Oleh:
Alexander Bramantheo
D1A114023
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2018
ii
Halaman Pengesahan Jurnal Ilmiah
Perjanjian Kerjasama Penjualan Distribution Outlet (distro) dengan Supplier Apparel
(Studi Kota Mataram dan Bali)
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
untuk mencapai derajat S-1 pada
Progam Studi Ilmu Hukum
Oleh:
Alexander Bramantheo
D1A114023
Menyetujui,
Pembimbing Pertama
Dr. Aris Munandar, S.H., M.Hum
NIP. 19610610 198703 1 001
iii
PERJANJIAN KERJASAMA PENJUALAN DISTRIBUTION OUTLET (distro)
DENGAN SUPPLIER APPAREL (STUDI MATARAM DAN BALI)
ALEXANDER BRAMANTHEO
(D1A114023)
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem perjanjian kerjasama penjualan seperti apa yang dipakai oleh distro dan supplier apparel yang ada di Mataram dan Bali. Penulis
menggunakan metode jenis Normatif Empiris, Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem
kerjasama yang dipakai oleh distro dan supplier apparel yang ada di Mataram dan Bali memakai
sistem perjanjian Konsinyasi namun ada perbedaan untuk di Mataram masih memakai
kepercayaan satu sama lain sedangkan di Bali sudah memakai perjanjian konsinyasi secara
tertulis, untuk hak dan kewajiban serta penyelesaian sengketa sudah sesuai dengan apa yang
diinginkan para pihak walaupun belum secara tertulis atau resmi. Untuk itu perjanjian konsinyasi
ini harus dibuat secara tertulis atau baku agar menjadi acuan dalam melaksanakan hak dan
kewajiban yang seharusnya dilaksanakan dalam perjanjian tersebut.
Kata kunci : perjanjian kerja sama penjualan, konsinyasi.
COOPERATION AGREEMENT OF SALES DISTRIBUTION OUTLET (DISTRO) WITH
SUPPLIER OF APPAREL
(THE STUDY IN MATARAM AND BALI)
ABSTRACT
This study aims to determine a system cooperation agreement of sales such as what is used by
distros and supplier of apparel in Mataram and Bali. The author uses the method of types of
normative empirical. The results showed that the cooperation system used by the “distros” and
supplier of apparel in Mataram and Bali wear system consignment agreement but there are
differences for in Mataram still wear trust each other, while in Bali already wear consignment
agreement in writing, to the rights and obligations and the settlement of disputes is in
accordance with what is desired of the parties, although not in writing or official. For that, a
consignment agreement must be made in writing or raw in order to become a reference in
carrying out the rights and obligations that should be implemented in the agreement. therefore,
the consignment agreement must be made in writing or the contract standards in order to
become a reference in carrying out the rights and obligations that should be implemented in the
agreement.
Keywords : cooperation agreement of sale, consignment
i
I.PENDAHULUAN
Dalam perkembangan masyarakat saat ini salah satu bentuk kerjasama yang masih sangat
dipakai oleh para pelaku usaha sekarang ini adalah kerjasama titip jual barang, bentuk
kerjasama penjualan ini sangat berkembang di dalam masyarakat dikarenakan memberikan
keuntungan bagi penerima titipan selain itu juga memberikan keuntungan bagi penitip barang
karena mereka tidak perlu susah payah mencari tempat untuk berjualan yang akan memakan
biaya yang lebih besar karena kebanyakan pelaku usaha yang menerapkan bentuk kerjasama ini
pelaku usaha yang ada diskala kecil, menengah, dan bisa juga perusahaan dengan skala besar
yang sekalian melakukan promosi terhadap produk-produk baru mereka.
Sistem dilakukannya bentuk kerjasama titip jual barang ini dikenal dengan konsinyasi
(consignment) sistem perjanjian ini berkembang di bidang usaha khususnya distro dikarenakan
para pemilik dari distro ini mengejar anak-anak muda yang sekarang sangat tertarik dibidang
fashion oleh karena itu para pemilik distro berlomba-lomba untuk menarik pembeli dengan
cara melakukan perjanjian dengan para pemilik apparel yang lagi sangat diminati oleh anak-
anak muda sekarang ini, alasan para pemilik distro memilih konsinyasi adalah untuk
menaikkan nama distro mereka sendiri, bisa juga mereka tidak memproduksi produk mereka
melainkan hanya ingin melakukan konsinyasi saja dengan apparel yang ada dan juga bagi
apparel yang melakukan kerjasama dengan mereka yaitu semakin naiknya nama produk
mereka dan juga makin banyak minat juga dari konsumen. Konsinyasi merupakan pilihan
dengan resiko yang tidak banyak terutama bagi pelaku usaha distro dan apparel dikarenakan
bagi penerima titipan hanya menyediakan tempat sedangkan bagi apparel tidak perlu membuat
ii
toko dikarenakan dengan konsinyasi mereka hanya menitipkan barang lalu mendapat hasil dari
penjualan barang mereka.
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu: 1) Bagaimana
sistem perjanjian kerjasama penjualan antara distro dengan supplier apparel, 2) Bagaimana hak
dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama penjualan, 3)Bagaimana cara
menyelesaikan sengketa bila terjadi wanprestasi.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:1) Untuk mengetahui bentuk pemenuhan hak dan kewajiban yang diberikan dari pihak
distro (distribution outlet) dan pihak pihak supplier apparel sebagai penyedia barang yang
dilihat dalam bentuk perjanjian konsinyasi sudah disepakati oleh kedua pihak,2) Untuk
mengetahui bentuk atau cara penyelesaian masalah jika sewaktu-waktu salah satu pihak yang
melakukan perjanjian konsinyasi ini melakukan wanprestasi atau cidera janji dari apa yang
telah kedua belah pihak perjanjikan dan dicantumkan dalam surat perjanjian yang telah
disepakati.
Adapun Manfaat penelitiansesuai dengan judul dan permasalahan yang telah
diuraikan,manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) manfaat akademis
merupakan salah satu syarat untuk mencapai studi program strata 1 (S1) pada Fakultas Hukum
Universitas Mataram, 2) manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan dibidang karya ilmiah serta diharapkan dapat melengkapi dan
mengembangkan perbendaharaan ilmu hukum perdata bagi penulis khususnya mendapat
jawaban bagi masalah yang penulis teliti.
iii
Ruang lingkup penelitian ini adalah kajian dan analisis bagaimana sistem perjanjian
kerjasama penjualan dan juga hak dan kewajiban para pihak serta bagaimana cara
menyelesaikan sengketa bila terjadi wanprestasi di kota Mataram dan Bali.
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode jenis Normatif Empiris, jenis
penelitian yang bersifat deskriptif.Deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu
gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala lain dalam masyarakat.
Dapat menggunakan data kuantitatif, Deskriptif bertujuan menggambarkan fakta hukum dan
fakta sosial.Serta pendekatan yang digunakan adalah metode Pendekatan Perundang-undangan,
Pendekatan Konseptual, dan Pendekatan Sosiologis.
Dengan demikian peneliti dapat menganalisis dari bahan hukum primer yang diperoleh dari
peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder yang diperoleh dari studi pustaka
serta hasil pengamatan dan wawancara serta bahan hukum tersier bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
kamus hukum, ensiklopedia.Dalam penelitian bahan hukum pendukungnya adalah Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KKBI) dan Wikipedia, untuk selanjutnya dianalisa kemudian ditarik suatu
kesimpulan terkait dengan Perjanjian Kerjasama Penjualan Distribution Outlet Dengan Supplier
Apparel studi kota Mataram dan Bali. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kualitatif, data yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari studi lapangan dengan
cara menjelaskan kenyataan-kenyataan atau keadaan obyek penelitian yang didapat dari hasil
penelitian lapangan.
iv
II.PEMBAHASAN
Sistem Perjanjian Kerjasama Penjualan antara Distro dengan Supplier Apparel
Mengenai perjanjian kerjasama penjualan antara distro dengan supplier apparel yang ada
di Mataram dan Bali yang dalam prakteknya dikenal dengan konsinyasi merupakan perjanjian
penitipan barang yang berupa produk-produk pakaian, topi, sepatu dan lain-lain untuk
kebutuhan fashion anak muda sekarang yang dititipkan oleh supplier apparel atau pemilik
barang untuk dijualkan pada salah satu distro yang sudah menjalin kerjasama dan menyepakati
suatu perjanjian bersama.
Menurut Drebin Allan R, konsinyasi merupakan penyerahan fisik barang-barang
kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual, secara hukum dapat
dikatakan bahwa hak atas barang ini tetap ada pada ditangan pemilik sampai barang-
barang ini dijual oleh pihak agen penjual. Pemilik yang memiliki barang atau yang
menitipkan barang disebut konsinyor, sedangkan pihak yang dititipi barang disebut
konsinyi.1
Yang dimaksud dengan konsinyasi (Consignment) adalah pemindahan (penitipan) barang
dari pemilik kepada pihak lain untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang sudah diatur
dalam perjanjian.2
Menurut Muhammad Syaifuddin konsinyasi adalah suatu penawaran pembayaran
(pelaksanaan prestasi) tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan, yang dapat
terjadi berdasarkan Pasal 1404 KUH Perdata, yaitu jika dalam kontrak kreditor (atau
pihak yang mempunyai hak menerima prestasi) tidak bersedia menerima prestasi
1 Drebin Allan R, Akuntansi Keuangan lanjutan, Erlangga, Jakarta, 1994, hlm 158.
2L Suparwoto, Akuntansi Keuangan lanjutan Bag I, Yogyakarta BFPE, 1999, hlm 202.
v
yang wajib dilakukan oleh debitor (atau pihak yang mempunyai kewajiban
melaksanakan prestasi dalam kontrak).3
Perjanjian konsinyasi yang timbul antara pihak distro dengan supplier apparel dikarenakan
adanya kebebasan para pihak dalam membuat kontrak yang diperkuat lagi dalam Pasal 1338
KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua kontrak (perjanjian) yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, dapat dikatakan juga
menganut asas konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul
karenanya itu sudah lahir sejak detik tercapainya kesepakatan. Dengan kata lain, perjanjian itu
sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal pokok dan tidaklah diperlukan suatu
formalitas.4
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengenai perjanjian kerjasama penjualan yang ada
di Mataram dan Bali, distro dengan supplier apparel yang ada di Mataram dan Bali sudah
sama-sama menganut sistem konsinyasi (consignment), namun untuk sistem perjanjian yang
dipakai di daerah kota Mataram sendiri masih bersifat lisan atas dasar kepercayaan atau
pertemanan atau lebih memakai asas konsensualisme tanpa harus memerlukan perjanjian yang
tertulis untuk menitip barang di distro tetapi mereka hanya memakai bukti daftar barang atau
nota barang yang akan masuk kedalam distro tersebut sebagai bentuk bahwa kedua belah pihak
sudah mengikatkan diri satu sama lain dalam perjanjian kerjasama penjualan, sedangkan untuk
di Bali sudah memakai sistem perjanjian yang tertulis atau secara formal yang mana kedua
belah pihak sudah mengatur pembayaran hasil penjualan, biaya pengiriman barang keluar
3Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak Memahami Hukum Kontrak Dalam Perspektif Filasafat, Teori,
Dogmatik, dan Praktik Hukum (seri pengayaan hukum perikatan), CV. Mandar Maju, 2012, hal 415. 4 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2004, hal 15
vi
daerah, jangka waktu perjanjian, keadaan memaksa (force majure) sebelum mereka menitip
jual barang di salah satu store yang di Bali maupun diluar wilayah Bali.
Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Penjualan
Hak dan kewajiban pihak konsinyi (distro) yang mengandung hal-hal penting adalah
sebagai berikut: Hak pihak konsinyi (distro): - Pihak konsinyi berhak memperoleh penggantian
atas pengeluaran yang dibutuhkan berkaitan dengan barang konsinyasi dan juga berhak
memperoleh imbalan atas penjualan konsinyasi; - Pihak konsinyi berhak menawarkan garansi
biasa atas barang konsinyasi yang dijual dan sementara itu pihak konsinyor terikat pada syarat
pemberian garansi seperti ini. Kewajiban pihak konsinyi (distro): - Pihak konsinyi harus
melindungi barang-barang pihak pemilik denga cara yang baik dan sesuai dengan sifat barang
dan kondisi konsinyasi. Jika pihak konsinyi telah menerima instruksi khusus, maka ia harus
melaksanakannya dengan baik untuk menghindari kewajiban; -Pihak konsinyi harus menjual
barang konsinyasi dengan harga yang telah ditentukan atau jika tidak ada ketentuan mengenai
harga, ia harus menjualnya denga harga yang memuaskan kepentingan pihak pemilik; -Pihak
konsinyi harus memisahkan barang konsinyasi dari barang dagangan lainnya jika pemisahan
fisik ini tidak dapat dilakukan, maka barang konsinyasi ini harus diberi tanda khusus atau
diselenggarakan catatan yang memungkinkan untuk menetapkan dengan segera barang
konsinyasi ini; -Pihak konsinyi harus mengirimkan laporan berkala mengenai kemajuan
penjualan barang konsinyasi. Laporan yang dikirimkan oleh pihak konsinyi ini disebut sebagai
perkiraan penjualan konsinyasi (account sales).5
Untuk hak dan kewajiban dari pihak konsiyor (supplier apparel), yakni: Hak dari pihak
konsinyor (supplier apparel); -Mendapatkan sejumlah pembayaran dari baran titipan yang
5Drebin Allan R, Op Cit, hlm 159.
vii
terjual kepada pihak ketiga dari konsinyi; -Menarik kembali barang titipan dari komisioner jika
sudah tidak ada kecocokan lagi atau kesesuaian; -Mendapatkan layanan baik tempat penjualan
maupun kesepakatan harga atas barang yang dititipkannya kepada konsinyi. Kewajiban
konsinyor (supplier apparel); -Menyediakan barang dagangan untuk dijualkan oleh konsinyi; -
Memberikan penggantian biaya-biaya yang dikeluarkan oleh komisioner dalam menjaga,
mengelola dan menyimpan barang-barang titipan dalam waktu tertentu; -Memberikan komisi
kepada konsinyi atas barang-barang titipan yang terjual sesuai dengan kesepakatan kedua belah
pihak.6
Hak dari pihak yang memiliki barang atau konsinyor (supplier apparel): 1.Berhak
mendapatkan pembayaran atau hasil dari penjualan catalog yang dititipkan di awal bulan dan
menerima hasil 30%, pembayaran dilakukan pada tgl 20 dengan cara transfer melalui rekening
bank owner; 2.Berhak menarik barang yang belum habis terjual ditoko untuk diganti dengan
catalog baru; 3.Berhak mendapat kelancaran promosi; 4.Mendapat penjagaan untuk produk/
barang yang ada distore; 5.Perjanjian berlaku untuk 3 (tiga) tahun akan diperpanjang jika sudah
tercapai dan sesuai dengan isi yang tercantum dalam perjanjian kerjasama penjualan. Kewajiban
dari pihak yang memiliki barang atau konsinyor (supplier apparel); 1.Wajib mengupdate barang
minimal 1 bulan sekali; 2.Wajib mengikuti promo-promo yang ada di toko (jika ada); 3.Wajib
melakukan stocktake minimal 2 bulan sekali; 3.Wajib melakukan pereturan barang jika ada
artikel yang rijek;
Cara Penyelesaian Sengketa Jika Salah Satu Pihak Yang Melakukan Wanprestasi
Didalam sebuah perjanjian selalu ada dua subjek yaitu pihak yang berkewajiban untuk
melaksanakan prestasi dan pihak berhak menerima prestasi namun tidak jarang dari suatu
6
Siti Hidayah, Accounting Study Konsinyasi, shizayadhy.blogspot.co.id/2013/07/konsinyasi.html?m=1,
diakses pada minggu, 23-September-2018.
viii
perjanjian yang telah dibuat ada pihak yang lalai melaksanakan prestasi atau tidak
melaksanakan secara penuh prestasi yang sudah di perjanjikan sebelumnya hal seperti ini
dinamakan wanprestasi.
Menurut Riduan Syahrani, prestasi adalah suatu yang wajib harus dipenuhi oleh
debitur dalam setiap perikatan. Prestasi merupakan isi daripada perikatan.Apabila
debitur tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam
perjanjian, ia dikatakan wanprestasi (kelalaian). Wanprestasi seorang debitur dapat
berupa 4 macam yaitu:
1. Samasekali tidak memenuhi prestasi;
2. Tidak tunai memenuhi prestasi;
3. Terlambat memenuhi prestasi;
4. Keliru memenuhi prestasi.7
Menurut ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata, tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan
sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Menurut Abdulkadir Muhammad Tujuan seseorang mengadakan suatu perjanjian
kerjasama adalah untuk memperoleh suatu prestasi, prestasi memiliki arti kewajiban
yang harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan, dimana prestasi itu sendiri
dapat berupa memberikan sesuatu dan tidak berbuat sesuatu.8
Menurut Subekti kelalaian atau kealpaan (wanprestasi) ini ada empat macam :
a).Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya; b).Melaksanakan apa
yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;
7 Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, PT. Alumni, Bandung, 2006, cetakan ke-2,
hal 218. 8 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan , Cet. Ke-2, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1990, hal. 17.
ix
c).Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;
d).Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.9
Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi. Wanprestasi adalah
tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam
perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur.10
Pernyataan dari lalai sendiri secara substansi dalam Pasal 1243 KUHPerdata, menyatakan:
Penggantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan,
barulah mulai diwajibkan apabila debitur, setelah dinyatakan lalai dalam memenuhi
perikatannya, tetapi melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
dibuatnya hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah
dilampaukannya.11
penyelesaian sengketa dalam perjanjian kerjasama penjualan (konsinyasi), dari pihak
distro ataupun pihak supplier apparel yang sudah melakukan perjanjian, menurut hasil
wawancara yang didapat dengan pemilik distro yang ada di Mataram mereka mengatakan belum
pernah mengalami namanya sengketa dengan maksud kata sengketa disini bahwa benar-benar
harus diselesaikan melalu jalur pengadilan (litigasi) karena perjanjian yang mereka lakukan ini
masih berlandaskan pada saling percaya satu sama lain atau lebih tepatnya mereka memakai asas
konsensualisme sehingga tidak perlu memakai perjanjian secara tertulis namun dengan kata
sepakat saja mereka sudah terikat dalam sebuah perjanjian, jadi untuk penyelesaian wanprestasi
ataupun sengketa lainnya yang masih bisa diselesaiakan dengan penyelesaian melalui luar
pengadilan (non-litigasi) masih sangat diusahakan oleh para pihak dikarenakan menghemat
waktu, tenaga, biaya dan lain-lain sehingga para pihak lebih memilih jalur penyelesaian sengketa
diluar pengadilan (non litigasi) yang dicapai melalui musyawarah untuk mufakat sehingga lebih
cepat mendapatkan hasil tanpa membuang waktu kedua belah pihak.
9Subekti, Op Cit, hal 45.
10Salim H.S., Hukum kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, hal 98.
11 KUH Perdata, Buku Ketiga Tentang Perikatan, Pasal 1243.
x
III.PENUTUP
Kesimpulan
1)Dalam sistem perjanjian kerja sama penjualan barang dalam hal ini yang dipakai
merupakan sistem perjanjian konsinyasi (consignment) namun ada perbedaan mengenai sistem
perjanjian konsinyasi ini untuk di daerah kota Mataram sendiri masih bersifat kepercayaan atau
pertemanan atau lebih memakai asas konsensualisme tanpa harus memerlukan perjanjian yang
tertulis untuk menitip barang di distro namun hanya berupa daftar barang atau nota barang yang
akan masuk kedalam distro tersebut, sedangkan untuk di Bali sudah memakai yang tertulis
dimana sudah jelas pemenuhan hak dan kewajiban, cara penyelesaian sengketa jika sewaktu-
waktu muncul. 2) Dari pemenuhan hak dan kewajiban yang dilakukan baik itu pihak konsinyi
maupun pihak konsinyor sudah sama-sama sesuai dengan apa yang ada dalam kontrak, seperti :
Pemenuhan hak dari pihak konsinyor(supplier apparel): -Berhak mendapatkan pembayaran atau
hasil dari penjualan catalog yang dititipkan di awal bulan; -Berhak mendapat kelancaran
promosi; -Berhak menarik barang yang belum habis terjual ditoko untuk diganti dengan catalog
baru; -Pemenuhan kewajiban dari pihak konsinyor (supplier apparel): -Wajib mengupdate
barang minimal 1 bulan sekali; -Wajib mengikuti promo-promo yang ada di toko (jika ada);-
Wajib melakukan stocktake minimal 2 bulan sekali; -Wajib melakukan pereturan barang jika ada
artikel yang rijek; -Wajib mematuhi target bulanan sesuai kesepakatan.Pemenuhan hak dan
kewajiban dari pihak konsinyi (distro): -Tiap bulan barang yang laku langsung dipotong dari
hasil penjualan oleh toko; -Dari pihak yang menitip setiap awal bulan di report hasil penjualan
dan kalau ada barang yang hilang kewajiban dari toko yang ganti. -Berhak menentukan target
penjualan bulanan yang harus dicapai, jika tidak sesuai maka perjanjian kerjasama ini tidak bisa
diperpanjangdan juga sampai saat ini belum ada dari pihak konsinyi maupun pihak konsinyor
xi
mengalami kendala yang bisa menyebabkan kerugian karena hak ataupun kewajibannya belum
terpenuhi.Walaupun perjanjian kerjasama penjualan di Mataram sendiri masih berdasarkan
saling percaya namun pemenuhan hak dan kewajiban para pihak sudah selayaknya perjanjian
kerjsama yang sudah dibuat secara formal seperti yang ada di Bali. 3) Untuk cara penyelesaian
sengketa yang diambil para pihak mereka lebih mengedepankan penyelesaian sengketa non
litigasi dengan alasan tidak ingin memperpanjang masalah jika mereka bisa menemukan
solusinya dengan komunikasi antar pihak mereka akan berusaha agar lebih menghemat waktu,
biaya, namun lain halnya jika memang sudah tidak ada itikad baik dari salah satu pihak maka
penyelesaian sengketa ini diambil jalur litigasi sesuai dengan domisili hukum umum seperti yang
sudah tercantum dalam perjanjian.
Saran
Untuk saran penulis disini menyarankan hendaknya dalam pembuatan perjanjian kerjasama
penjualan antara pihak konsinyi maupun pihak konsinyor yang ada di Mataram :
Dibuat secara tertulis atau baku agar menjadi acuan dalam melaksanakan hak dan kewajiban
yang seharusnya dilaksanakan dalam perjanjian tersebut, bagaimana penyelesaian sengketa yang
dipakai jika sewaktu-waktu ada wanprestasisehingga meminimalisir dan juga mengurangi
adanya segketa antar pihak dikarenakan ada barang dari pihak konsinyor dibawa lari atau yang
lainnya yang bisa menimbulkan kerugian dan juga dapat membatasi prestasi atau perbuatan mana
yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam perjanjian kerjasama penjualan jika sudah
dalam bentuk tertulis. Selain itu juga bisa dijadikan rujukan dalam penyelesaian sengketa jika
terjadi sewaktu-waktu karena sudah termuat jelas sebelumnya dalam perjanjian, sebelum
melakukan perjanjian buat dulu nota kesepakatan sehingga para pihak dapat menentukan isi yang
akan muncul dalam perjanjian tersebut selain itu juga para pihak tadi tidak merasa diberatkan
akibat perjanjian yang disepakati karena hanya satu pihak saja yang membuatnya.
xii
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan , Cet. Ke-2, PT. Citra Aditya
Ahmad Miru dan Sakka pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW,
Rajawali Pers, Jakarta, 2016
Allan R. Drebin, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Erlangga, cetakan ke-5, 1994.
Bakti, Bandung, 1990.
L Suparwoto, Akuntansi Keuangan Lanjutan (Persekutuan, Joint Venture, Penjualan Angsuran,
Konsinyasi Dan Hubungan Pusat-Cabang) Bagian 1 Edisi 1, BPFE-Yogyakarta,
Yogyakarta, 1999.
Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak Memahami Hukum Kontrak Dalam Perspektif
Filasafat, Teori, Dogmatik, dan Praktik Hukum (seri pengayaan hukum perikatan), CV.
Mandar Maju, 2012.
Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, PT. Alumni, Bandung,cetakan ke-
2, 2006.
Salim H.S., Hukum kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta.
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2004.
Undang-undang
Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Internet
Siti Hidayah, Accounting Study Konsinyasi,
shizayadhy.blogspot.co.id/2013/07/konsinyasi.html?m=1, diakses pada minggu, 23
September 2018
Recommended