View
21
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
KAJI EKSPERIMEN PERFORMA ALAT PEMANAS KANDANG
INDUKAN AYAM RAS TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN AYAM
JURNAL TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MagisterTeknik Mesin
HERIS SYAMSURI
NPM: 158070007
PROGRAM MAGISTER TEKNIK MESIN
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS PASUNDAN
2019
1
KAJI EKSPERIMEN PERFORMA ALAT PEMANAS KANDANG INDUKAN
AYAM RAS TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN AYAM
Heris Syamsuri, Muki Satya Permana, Hery Sonawan
email :herissyamsuri@gmail,com
ABSTRAK
Ayam ras akan tumbuh optimal jika didukung oleh faktor lingkungan yang sesuai. Salah
satu faktor yang berpengaruh adalah temperatur lingkungan yang nyaman. Temperatur ini dapat
dipenuhi dengan menyediakan alat pemanas, disisi lain dengan pengunaan alat pemanas akan
menyebabkan meningkatnya biaya operasional pemeliharaan.
Pada penelitian ini telah dibuat alat pemanas yang dapat memenuhi kebutuhan temperatur
kandang yang nyaman dan hemat konsumsi bahan bakar LPG. Hasil yang diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah dapat diciptakan alat pemanas model baru dengan performan yang baik
dan hemat pemakaian bahan bakar LPG dalam penggunaannya. Berdasarkan hasil pengujian
menunjukan bahwa alat pemanas ini dapat menghemat konsumsi bahan bakar LPG sebesar 20
% jika dibandingkan dengan alat pemanas jenis semawar.
Kata kunci : Ayam, Temperatur, Alat Pemanas, LPG
I. PENDAHULUAN
Beternak ayam ras banyak dilakukan
masyarakat yang berbisnis di bidang
peternakan. Berdasarkan data pada
Direktori Perusahaan Pertanian (DPP)
tahun 2015, di Indonesia terdapat 442
perusahaan peternakan unggas. Direktorat
Statistik Peternakan, Perikanan, dan
Kehutanan – Badan Pusat Statistik pada
tahun 2014 mencatat Jawa Barat merupakan
provinsi dengan produksi daging ayam ras
terbesar yaitu 547.584 ton.
Ayam ras khusus broiler mempunyai
sifat pertumbuhan yang cepat, hal ini
dikarenakan perbaikan genetik dan akan
tumbuh optimal jika didukung oleh faktor
lingkungan yang sesuai. Salah satu faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ayam adalah temperatur
lingkungan yang nyaman..
Temperatur ini dapat dipenuhi dengan
menyediakan kandang indukan yaitu
serangkaian alat terdiri dari alat pemanas
dan sekat ruangan yang dilengkapi tempat
pakan, air minum, dan pencahayaan.
Kondisi di lapangan saat ini untuk
mendapatkan temperatur kandang 34OC-
39OC digunakan alat pemanas, hal ini
menyebabkan biaya operasional dalam
pemeliharaan menjadi besar seiring dengan
kenaikan harga bahan bakar LPG yang terus
meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut maka
dirancang model baru alat pemanas ayam
ras yang dapat memenuhi kebutuhan
temperatur nyaman tetap dapat terpenuhi
dan effisien dalam mengkonsumsi bahan
bakar LPG.
Pemanas model baru dibuat dengan
menggunakan pengapian memanjang, dan
dipasang lempeng baja di atas
permukaannya. Hal ini dilakukan untuk
membantu proses pemanasan rungan, selain
menggunakan api sebagai sumbernya,
sekaligus lempeng baja yang terbakar akan
menjadi sumber panas juga
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Broiler
Ayam merupakan hewan unggas yang
temperatur tubuhnya selalu dijaga tetap
walaupun terjadi fluktuasi temperatur
lingkungan disekitarnya.
Kenyamanan di dalam ruangan
kandang dipengaruhi oleh temperatur
udara, pergerakan udara dan kelembaban
udara dan akan tergantung pada toleransi
terhadap temperatur udara, pergerakan
udara dan kelembaban udara di luar
kandang (Mei Sulistyoningsih: 2003).
2
Ayam akan tumbuh secara optimum
jika dipelihara di kandang yang nyaman.
Temperatur yang rendah menyebabkan
ayam bergerombol dan malas untuk
beraktifitas sedangkan temperatur tinggi
menyebabkan ayam meningkatkan
konsumsi air minum dan mengurangi
konsumsi pakan.
Kebutuhan terhadap temperatur
lingkungan dapat dipenuhi dengan
menyediakan kandang indukan
menggunakan jenis alat pemanas yang
mampu menghasilkan kalor secara
langsung maupun tidak langsung. (Dede
Risnajati : 2011).
2.1.1. Pemeliharaan Anak Ayam Broiler.
Pemeliharaan pada masa brooding
merupakan pondasi yang kuat dalam
pemeliharaan ayam broiler dan bertujuan
sebagai pengganti pengeram, karena ayam
baru dapat mengatur temperatur tubuh pada
umur 14 hari.
Ukuran ideal brooder anak ayam
adalah 4,5 m2/100 ekor. Brooder ayam
terlalu sempit mengakibatkan aktifitas anak
ayam kurang, sementara jika terlalu besar,
aktifitas ayam akan berlebihan sehingga
pertumbuhan akan lama dan membutuhkan
kalor yang lebih besar.
2.1.2. Kandang Indukan
Kandang Indukan adalah kandang
yang khusus dipergunakan untuk
memelihara anak ayam. Kandang ini dibuat
disesuaikan dengan jumlah anak ayam dan
dapat menjamin ventilasi udara yang segar
dan lancar serta lantainya mudah
dibersihkan dan tidak lembab. Lantai
lembab menimbulkan penyakit cacing dan
timbul macam-macam penyakit lainnya.
Bahan liter yang dipergunakan adalah
sekam padi yang tidak terkena insektisida,
jamur dan bahan kimia lain yang
membahayakan dengan ketebalan 5 cm –
7,5 cm. Litter tidak terlalu kering dengan
kelembaban sekitar 25 %.
2.1.3. Pemanas Kandang
Periode starter merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan ayam.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan
sel–sel dan perkembangan organ tubuh.
Kegagalan pada periode starter dapat
menurunkan performa ayam dan
pencapaian produktivitas pada masa
berikutnya.
Kebutuhan terhadap temperatur
lingkungan dapat dipenuhi dengan
menyediakan kandang indukan. Kandang
indukan merupakan serangkaian sistem
yang terdiri dari alat pemanas dan sekat
yang dilengkapi tempat pakan dan air
minum, litter, dan pencahayaan. Kandang
indukan dapat menggunakan jenis alat
pemanas yang mampu menghasilkan kalor
secara langsung maupun tidak langsung.
Pemanasan secara langsung yaitu
memanaskan udara dengan alat pemanas
secara konveksi dan memasukkan udara
kalor tersebut ke dalam ruangan.
Pemanasan tidak langsung adalah
memanaskan udara yang ada di dalam
ruangan dengan alat pemanas secara radiasi
sehingga meningkatkan temperatur ruang.
Alat pemanas dipilih berdasarkan
kemampuan dalam menghasilkan
temperatur ruangan kandang yang sesuai
dengan kebutuhan anak ayam, stabil dan
sebaran kalornya merata di dalam ruangan
kandang serta tidak mengeluarkan suara
berisik. Brooder sebaiknya menghasilkan
kalor yang cukup, stabil dan terfokus,
karena berfungsi sebagai induk buatan yang
memberikan kehangatan kepada anak
ayam.
Kalor atau dingin yang ekstim akan
mempengaruhi performans ayam dengan
berkurangnya pertambahan bobot badan,
meningkatkan kematian dan peka terhadap
penyakit. Perubahan yang terjadi secara
fisiologis sebagai akibat dari temperatur
lingkungan tinggi adalah fungsi hormon
tinggi yang akan mempengaruhi
metabolisme. Kalor dapat mengalir dari
tubuh ternak ke lingkungan atau sebaliknya.
(Jon Harianto Tabara: 2012)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di peternakan
ayam broiler milik masyarakat dusun Rawa
3
II Desa Rawa Kecamatan Lumbung
Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Sedangkan
waktu penelitian dimulai dari bulan oktober
2018 sampai April 2019, yang dilakukan
dalam empat musim pemeliharaan selama
15 hari tiap musim pemeliharaan.
3.2. Penentuan Sumber Data
Data pada penelitian ini terdiri dari
sumber data yang diperoleh dari hasil
pengujian dan mempelajari literatur-
literatur dan jenis data yang digunakan
dalam penelitian yang terdiri dari data
kuantitatif dan data kualitatif.
3.2.1 Sumber Data
Data yang diperoleh dalam pengujian
dikelompokan menjadi :
1. Data Primer
Data yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian alat pemanas. Metode
penelitian yang digunakan adalah
eksperimen menggunakan dua kandang
disekat dan tertutup dengan dua perlakuan
sebagai zona pengamatan. Perlakuan
percobaan yaitu :
P1 = kandang dengan pemanas model
P2 = kandang dengan pemanas uji
Percobaan dilakukan dengan
membagi dua zona pengamatan masing-
masing zona memiliki tiga ulangan. Pada
setiap zona dipasang alat pemanas yaitu
zona 1 dipasang P1 dan zona 2 dipasang P2.
Pada tiap zona ditempatkan alat ukur panas
berupa sensor LM35 menggunakan bantuan
arduino dengan posisi alat ukur seperti
tersaji dalam gambar berikut :
P1 = kandang ayam yang
diberi pemanas modelP2 = kandang ayam yang
diberi pemanas uji
RUANG KONTROLZONA PENGAMATAN 1ZONA PENGAMATAN 2
Sensor1Sensor2
Sensor3
Sensor4
Sensor5
Sensor6
arduino
Komputer/
laptop
LPG
Untuk zona 1LPG
Untuk zona 2
Gambar 3.1. Zona Pengamatan
Untuk mengetahui respon performa
alat pemanas digunakan parameter
penelitian meliputi : Temperatur dan
Konsumsi bahan bakar LPG.
Temperatur ruangan diperoleh
dengan cara melakukan pengukuran pada
satu musim pemeliharaan untuk periode
starter yaitu selama 15 hari dengan periode
pengukuran setiap 60 detik dengan
menggunakan alat bantu arduino.
Konsumsi bahan bakar LPG
merupakan jumlah bahan bakar yang
dikonsumsi (kg) selama pemeliharaan, yang
diperoleh dengan cara melakukan
penimbangan jumlah bahan bakar yang
terpakai setiap enam jam
2. Data Sekunder
Data diperoleh berdasarkan hasil
mempelajari literatur-literatur yang
berkaitan dengan spesifikasi ayam broiler
yang dipelihara.
Penelitian dilakukan menggunakan
DOC layer strain Lohmann LSL – Classic
unsexed sebanyak 200 ekor dengan bobot
badan awal rata – rata 40,32 ± 0,95 g/ekor
dan koefisien variasinya 2,35 %, pakan
komersial, Vita Chick, air, gula pasir,
formalin, dan Medisep.
3.2.2 Jenis Data
Data yang dipakai dalam penelitian
ini adalah :
1. Data Kuantitatif
Merupakan data yang berupa angka-
angka dari hasil pengukuran berupa
temperatur dan konsumsi bahan bakar
(LPG)selama masa pemeliharaan
2. Data Kualitatif
Merupakan data yang tidak berupa
angka, misalnya tampilan ayam, kondisi
alat pemanas, kondisi alat ukur (arduino)
sebagai pembaca temperatur ruangan
selama masa percobaan.
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh
berdasarkan metode berikut :
1. Metode Observasi
Metode pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan serta pengujian
secara langsung terhadap parameter-
parameter kandang indukan yang nyaman
4
bagi ayam broiler dan effisien bagi
operasional kegiatan.
2. Metode Kepustakaan
Merupakan metode pengumpulan
data dengan cara mempelajari literatur-
literatur dari beberapa referensi seperti
buku, datasheet, maupun dari sumber-
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
3.3. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang
besarnya ditetapkan oleh peneliti dan
ditetapkan sebelum penelitian dilakukan.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah performa alat pemanas.
2. Variabel Terikat
Variabel Terikat adalah variabel yang
besarnya tergantung dari variabel bebas dan
diketahui setelah penelitian dilakukan.
Dalam penelitian ini variabel terikatnya
adalah :
1. Temperatur ruangan kandang indukan
2. Konsumsi bahan bakar (LPG) selama
musim pemeliharaan.
3.4. Instrumen Penelitian
Peralatan yang digunakan adalah dua
buah ruangan percobaan model kandang
tertutup sebagai zona pengamatan, pemanas
model, pemanas Uji, timer, kertas, plastik
bening, timbangan, komputer/laptop dan
arduino sebagai alat bantu untuk mengukur
temperatur.
3.5. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan
tahapan penting dalam penelitian, dengan
membuat prosedur penelitian, peneliti dapat
mengetahui komponen apa saja yang akan
digunakan, sehingga alat yang diuji dapat
bekerja seperti apa yang diharapkan.
Untuk mendapatkan hasil yang
optimal, harus dibuat rancangan yang baik
dengan memperhatikan sifat dan
karakteristik dari komponen serta
ketersediaan suku cadang yang digunakan
dipasaran, sehingga dapat memudahkan
dalam pengerjaan dan mencari komponen
tersebut apabila terjadi kerusakan.
3.5.1 Diagram Alir Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara
eksperimen yang meliputi langkah,
sebagaimana disajikan dalam bentuk flow
chart berikut : Mulai
Perancangan Dan pembuatan
Alat Pemanas ruangan Studi Literatur : - Jurnal
- Text book
Wawancara
Ekperimen
Pembuatan peralatan kontrol dan
program pada arduino dengan
interface komunikasi Usb
Persiapan komponen dan alat
penunjang lainnya
Instalasi alat kontrol dan upload
program pada peralatan
eksperimen
Pengujian dan pengambilan data
Pengujian alat rancangan Pengujian alat pabrikan
Data pengujian Data pengujian
Pengolahan data dan
analisa
Pengolahan data dan
analisa
Hasil Analisa alat rancangan
dan Produk pabrikan yang dibandingkan
Data pengujian
Selesai Gambar 3.3. Flow Chart Penelitian
3.5.2 Prosedur Pengujian dan
Pengambilan Data
Prosedur yang dilakukan dalam
melakukan pengujian alat pemanas kandang
ayam broiler ini adalah :
1. Mempersiapkan alat uji dan peralatan
yang diperlukan.
2. Melakukan kalibrasi keenam sensor dan
tunggu sekitar ± 5 menit.
3. Meletakkan sensor pada pada lokasi
yang telah direncanakan
4. Kemudian menghubungkan arduino ke
komputer untuk mengambil data
pembacaan sensor.
5. Setelah arduino dan komputer terhubung
maka data pembacaan temperatur
ruangan dapat dilihat melalui layar
komputer.
6. Komputer membandingkan pembacaan
data sensor dengan nilai standard baku
ambang batas maksimal temperatur yang
direkomendasikan.
7. Jika nilai melebihi batas ambang maka
variable akan disimpan dan akan ada
peringatan berupa warna sensor akan
berubah menjadi merah.
5
3.5.3 Pelaksanaan Pengujian
Pelaksanaan pengujian dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Melakukan pengaturan sumber tegangan
pada sensor agar konstan 5 volt
2. Pengukuran dan pengujian tiap-tiap
sensor yang terdapat pada alat.
3. Setting sensor :
Temperatur minimal 34 OC
Temperatur maksimal 39 OC
Periode waktu pengukuran : 60 detik
4.6.4 Data pengujian yang diambil
Dalam pengujian ini data yang ingin
diketahui adalah :
1. Pembacaan nilai temperatur ruangan.
2. Pengukuran konsumsi LPG
3.6. Analisis Data
Dalam menganalisis hasil penelitian
dilakukan tiga langkah kegiatan, yaitu :
1. Tahap persiapan, meliputi survey dan uji
eksperimen terhadap alat pemanas yang
telah digunakan peternak yaitu
pengukuran temperatur ruang serta
mengkaji teori dan referensi yang
mendukung penelitian.
2. Mengkaji alat pemanas hasil rancangan
terhadap tingkat konsumsi bahan bakar
(LPG) dengan cara membandingkan
dengan alat pemanas yang telah gunakan
peternak.
3. Analisis data hasil pengujian dan
pengukuran. Berdasarkan data hasil
pengujian dan pengukuran, selanjutnya
dibuat tabel hasil penelitian. Untuk
menganalisa hasil penelitian, setiap 24
jam pelaksanaan, hasil penelitian
disajikan dalam bentuk tabel, dan grafik
untuk memudahkan dalam menganalisis,
Selanjutnya dilakukan uji statistik
dengan menggunakan Software IBM
SPSS Statistics 21
IV. ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Meskipun kegiatan berternak ini
cukup sederhana, banyak peternak di
kecamatan Lumbung mempermasalahkan
tentang bagaimana merawat anak ayam
yang baru saja menetas, karena anak ayam
pada periode ini belum bisa mengatur suhu
tubuhnya sendiri. Untuk itu perlu kandang
ayam yang dapat membuat anak ayam
tersebut tetap berada didalam keadaan zona
nyaman yaitu pada ayam broiler ketika
masa brooding.
Masa brooding adalah masa dimana
anak ayam masih butuh indukan atau butuh
penghangat buatan sampai umur tertentu
yaitu sampai anak ayam bisa menyesuaikan
sendiri dengan suhu lingkungannya. Untuk
ayam broiler masa broodingnya yaitu
selama 15 hari.
Suhu yang diperlukan disesuaikan
dengan suhu induk ayam yaitu 34 oC – 39 oC. Kebutuhan terhadap temperatur ini
dapat dipenuhi dengan menyediakan
kandang indukan, yang merupakan
serangkaian sistem yang terdiri dari alat
pemanas (brooding) dan sekat yang
dilengkapi tempat pakan dan air minum,
dan pencahayaan.
Kondisi di lapangan alat pemanas
ayam ras memiliki kelemahan yaitu boros
konsumsi bahan bakar (LPG). Berdasarkan
hasil eksperimen terhadap alat pemanas
jenis semawar, untuk memanaskan kandang
indukan yang sesuai dengan kebutuhan
kapasitas 1.000 ayam, yaitu pada
temperatur antara 32 oC – 37 oC, diperlukan
rata-rata 10 kg per hari.
Maka dalam penelitian ini untuk
menguji performa alat pemasan hasil
rancangan digunakan alat pemanas jenis
semawar
Gambar 4.1. Alat pemanas semawar
6
4.2. Desain Alat Pemanas
Dalam penelitian ini diawali dengan
melalukan desain terhadap alat pemanas
yang akan digunakan peternak. Desain
dilakukan untuk menghasilkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Konsumsi bahan bakar harus lebih hemat
dari pemanas saat ini.
2. Mudah dioperasikan
3. Mempunyai tingkat keamanan yang
lebih handal
Gambar 4.2. Alat Pemanas rancangan
4.4 Proses Penelitian
Proses penelitian dilakukan dengan
mengikuti prosedur yang telah buat dalam
melakukan pengujian alat pemanas kandang
ayam broiler ini yaitu :
1. Mempersiapkan alat uji dan peralatan
yang diperlukan.
Penelitian diawali dengan menguji
alat kontrol temperatur yang dipakai. Pada
penelitian ini alat ukur temperatur
menggunakan sensor LM35, yaitu
komponen elektronika yang berfungsi
untuk mengubah besaran temperatur
menjadi besaran listrik dalam bentuk
tegangan.
LM35 memiliki tingkat akurasi yang
tinggi jika dibandingkan dengan sensor
temperatur yang lain, selain itu LM35
mempunyai keluaran impedansi yang
rendah dan linieritas yang tinggi sehingga
dapat dengan mudah dihubungkan dengan
rangkaian kendali serta tidak memerlukan
penyetelan lanjutan.
Tegangan yang diberikan ke sensor
adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat
digunakan dengan catu daya tunggal.
Karakteristik sensor LM35 memiliki
beberapa kelebihan, yaitu
Memiliki sensitivitas temperatur, dengan
faktor skala linier antara tegangan dan
temperatur 10 mV/ºC,
Memiliki akurasi kalibrasi 0,5ºC pada
temperatur 25 ºC,
Memiliki jangkauan maksimal operasi
temperatur -55ºC - 150 ºC.
Bekerja pada tegangan 4 - 30 volt.
Memiliki arus rendah < 60 µA.
Memiliki pemanasan yang rendah (low-
heating) < 0,1 ºC pada udara diam.
Memiliki impedansi keluaran 0,1W/mA.
Memiliki ketidaklinieran ± ¼ ºC.
Sensor LM35 bekerja dengan
mengubah besaran temperatur menjadi
besaran tegangan. Tegangan ideal yang
keluar dari LM35 mempunyai
perbandingan 100°C setara dengan 1 volt.
Sensor ini mempunyai pemanasan
diri (self heating) kurang dari 0,1°C, dapat
dioperasikan dengan menggunakan power
supply tunggal dan dapat dihubungkan
antar muka (interface) rangkaian control
yang sangat mudah.
Sensor LM35 sebagai sensor
temperatur yang teliti dan terkemas dalam
bentuk Integrated Circuit (IC), dimana
output tegangan keluaran sangat linear
terhadap perubahan temperatur.
2. Melakukan kalibrasi keenam sensor dan
tunggu sekitar ± 5 menit.
Sensor ini berfungsi sebagai pegubah
dari besaran fisis temperatur ke besaran
tegangan yang memiliki koefisien sebesar
10 mV/°C yang berarti bahwa kenaikan
temperatur 1°C akan terjadi kenaikan
tegangan sebesar 10 mV.
Keistimewaan IC LM 35 adalah :
• Kalibrasi dalam satuan derajat celcius.
• Lineritas +10 mV/ º C.
• Akurasi 0,5 ºC pada temperatur ruang.
• Range +2 º C – 150 º C.
• Dioperasikan pada catu daya 4 – 30 V.
• Arus yang mengalir kurang dari 60 μA
7
3. Meletakkan sensor pada lokasi yang
telah direncanakan.
Sensor pada alat kontrol setelah diuji
kelayakannya selanjutnya ditempatkan
pada posisi yang telah direncanakan.
a. dimensi kandang
Kandang yang digunakan sebagai
zona pengamatan merupakan kandang milik
petani dengan ukuran p x l x t adalah 12 m
x 3 m x 2,5 m, yang disekat menjadi ukuran
p x l x t = 4 m x 3 m x 2,5 m
b. Posisi sensor
Sensor LM35 dipasang sebanyak 3
buah untuk setiap zona pengamatan, dengan
posisi dinding arah lebar, dinding arah
panjang dan sudut kandang. Posisi
penempatan ditentukan 5 cm diatas lantai.
Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan
dengan tinggi ayam, sehinggan temperatur
yang dihasilkan benar-benar memenuhi
kebutuhan ayam.
4. Menghubungkan arduino ke komputer
Untuk mengambil data pembacaan
keenam sensor. Setelah ruang zona
pengamatan disiapkan, selanjutnya
membuat instalasi dari sensor LM35 ke
arduino, selanjutnya dihubungkan ke laptop
dengan interface komunikasi USB.
5. Pembacaan temperatur
Setelah arduino dan komputer
terhubung maka data pembacaan
temperatur ruangan dapat dilihat melalui
layar komputer.
6. Membandingkan pembacaan data
Komputer membandingkan
pembacaan data sensor dengan nilai
standard baku ambang batas maksimal
temperatur yang direkomendasikan.
4.5 Data pengujian Penelitian dilakukan menggunakan
DOC layer strain Lohmann LSL – Classic
unsexed sebanyak 200 ekor dengan bobot
badan awal rata – rata 40,32 ± 0,95 g/ekor
dan koefisien variasinya 2,35 %, pakan
komersial, Vita Chick, air, gula pasir,
formalin, dan Medisep, mulai dari bulan
oktober 2018 dan berakhir bulan April
2019, yang dilakukan dalam empat musim
pemeliharaan selama 15 hari untuk tiap
musim pemeliharaan. Dalam pengujian ini
diperoleh data sebagai berikut :
1. Pembacaan nilai temperatur ruangan.
2. Pengukuran konsumsi LPG
Untuk mengetahui respon performa
alat pemanas digunakan parameter
penelitian meliputi temperatur dan
konsumsi bahan bakar LPG.
Temperatur ruangan diperoleh
dengan cara melakukan pengukuran pada
satu musim pemeliharaan untuk periode
starter yaitu selama 15 hari dengan periode
pengukuran setiap 60 detik dengan
menggunakan alat bantu arduino.
Konsumsi bahan bakar LPG
merupakan jumlah bahan bakar yang
dikonsumsi (kg) selama pemeliharaan, yang
diperoleh dengan cara melakukan
penimbangan jumlah bahan bakar yang
terpakai setiap enam jam
1. Distribusi Temperatur
Distribusi temperatur didapat dari
temperatur yang diukur pada sensor LM35.
Berdasarkan data hasil pengujian, maka
selanjutnya dibuatkan tabel dan grafik
untuk masing-masing hasil sensor.
Untuk menganalisa hasil penelitian,
berdasarkan data hasil pengujian dan
pengukuran, selanjutnya dibuat tabel hasil
penelitian. Untuk menganalisa hasil
penelitian, setiap 24 jam pelaksanaan, hasil
penelitian disajikan dalam bentuk tabel, dan
grafik untuk memudahkan dalam
menganalisis.
Posisi sensor LM35 terbagi kedalam
2 (dua) zona pengamatan yaitu :
1) Zona pengamatan 1 :
yaitu zona dengan menggunakan alat
pemanas hasil rancangan (P1)
a) dinding terdekat : sensor_1
b) dinding terjauh : sensor_2
c) sudut ruangan : sensor_3
2) Zona pengamatan 2 :
yaitu zona dengan menggunakan alat
pemanas semawar (P2)
a) dinding terdekat : sensor_4
b) dinding terjauh : sensor_5
c) sudut ruangan : sensor_6
8
A. Hasil Percobaan hari ke-1
Pemanas Rancangan
Pemanas Semawar
Gambar. 4.3. Distribusi Temperatur hari-1
Dari gambar 4.3. terdapat 2 (dua)
kondisi, yaitu :
1) Kondisi pertama adalah pada saat awal
penyalaan dimana temperatur diukur
dari saat awal penyalaan alat pemanas
sampai dengan temperatur sesuai yang
diinginkan yaitu 25 oC sampai dicapai
temperatur 34oC – 39 oC
2) Kondisi kedua adalah saat temperatur
ruang kandang ayam telah mencapai
temperatur 34oC – 39 oC
Untuk mencapai temperatur tersebut
diperlukan waktu selama 59 menit,
sedangkan pada alat pemanas semawar
diperlukan waktu selama 93 menit.
Kebutuhan temperatur ruangan lebih
cepat dipenuhi oleh alat pemanas hasil
rancangan dengan selisih waktu 34 menit
B. Hasil Percobaan hari ke-2
Pemanas Rancangan
Pemanas Semawar
Gambar. 4.4. Distribusi Temperatur hari-2
C. Hasil Percobaan hari ke-3
Pemanas Rancangan
Pemanas semawar
Gambar. 4.5. Distribusi Temperatur hari-3
25,0030,0035,0040,00
7:3
8:0
3
8:5
4:0
3
10
:10
:03
11
:26
:03
12
:42
:03
1:5
8:0
3
3:1
4:0
3
4:3
0:0
3
5:4
6:0
3
7:0
2:0
3
8:1
8:0
3
9:3
4:0
3
10
:50
:03
Pemanas Rancangan Sensor_1
Pemanas Rancangan Sensor_2
Pemanas Rancangan Sensor_3
25,0030,0035,0040,00
7:3
8:0
3
8:5
4:0
3
10
:10
:03
11
:26
:03
12
:42
:03
1:5
8:0
3
3:1
4:0
3
4:3
0:0
3
5:4
6:0
3
7:0
2:0
3
8:1
8:0
3
9:3
4:0
3
10
:50
:03
Pemanas Semawar Sensor_4
Pemanas Semawar Sensor_5
Pemanas Semawar Sensor_6
34,0036,0038,0040,00
12
:00
:03
1:5
1:0
3
3:4
2:0
3
5:3
3:0
3
7:2
4:0
3
9:1
5:0
3
11
:06
:03
12
:57
:03
2:4
8:0
3
4:3
9:0
3
6:3
0:0
3
8:2
1:0
3
10
:12
:03
Pemanas Rancangan Sensor_1
Pemanas Rancangan Sensor_2
Pemanas Rancangan Sensor_3
34,0036,0038,0040,00
12
:00
:03
1:5
1:0
3
3:4
2:0
3
5:3
3:0
3
7:2
4:0
3
9:1
5:0
3
11
:06
:03
12
:57
:03
2:4
8:0
3
4:3
9:0
3
6:3
0:0
3
8:2
1:0
3
10
:12
:03
Pemanas Semawar Sensor_4
Pemanas Semawar Sensor_5
Pemanas Semawar Sensor_6
35,00
37,00
39,00
12
:00
:03
1:5
1:0
3
3:4
2:0
3
5:3
3:0
3
7:2
4:0
3
9:1
5:0
3
11
:06
:03
12
:57
:03
2:4
8:0
3
4:3
9:0
3
6:3
0:0
3
8:2
1:0
3
10
:12
:03
Pemanas Rancangan Sensor_1
Pemanas Rancangan Sensor_2
Pemanas Rancangan Sensor_3
35,00
37,00
39,00
12
:00
:03
1:5
1:0
3
3:4
2:0
3
5:3
3:0
3
7:2
4:0
3
9:1
5:0
3
11
:06
:03
12
:57
:03
2:4
8:0
3
4:3
9:0
3
6:3
0:0
3
8:2
1:0
3
10
:12
:03
Pemanas Semawar Sensor_4
Pemanas Semawar Sensor_5
Pemanas Semawar Sensor_6
9
Dari tabel dan gambar, terlihat bahwa
distribusi temperatur telah sesuai dengan
yang dinginkan yaitu 34oC – 39oC. Hal ini
membuktikan bahwa kedua alat pemanas,
telah memenuhi persyaratan untuk
digunakan sebagai pemanas kandang
indukan pada budidaya ayam broiler untuk
masa starter sampai dengan usia 15 hari.
2. Pemakain Bahan Bakar LPG
Konsumsi LPG merupakan jumlah
bahan bakar yang dikonsumsi selama
pemeliharaan dan diperoleh dengan cara
melakukan penimbangan bahan bakar yang
terpakai setiap 6 (enam) jam kecuali pada
hari pertama, penimbangan dilakukan sejak
awal penyalaan sampai jam 12.00. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah
perhitungan waktu penimbangan yaitu
setiap jam 6.00, 12.00, 18.00 dan 24.00.
Selisih dari setiap periode
penimbangan, merupakan jumlah bahan
bahak LPG yang dikonsumsi oleh alat
pemanas. Data hasil penimbangan
pemakaian bahan bakar LPG, seperti tersaji
pada gambar berikut :
Gambar 4.6. Grafik Konsumsi LPG
Dari gambar 4.6, terlihat bahwa
pemakaian bahan bakar LPG untuk alat
pemanas hasil rancangan ternyata lebih
hemat dibanding dengan konsumsi bahan
bakar alat pemanas semawar.
Selama masa pemanasan alat
pemanas hasil rancangan menghabiskan
bahan bakar LPG seberat 79,9 kg, alat
pemanas semawar menghabiskan bahan
bakar sebanyak 110,46 kg. Sehingga terjadi
penghematan bahan bakar sebanyak 30,47
kg atau sekitar 27,6 %
Uji Statistik Temperatur
Temperatur ruangan diperoleh
dengan cara melakukan pengukuran pada
satu musim pemeliharaan untuk periode
starter yaitu selama 15 hari pertama dengan
periode pengukuran setiap 60 detik dengan
menggunakan alat bantu arduino.
Percobaan dilakukan dengan
membagi dua zona pengamatan, masing-
masing zona memiliki empat ulangan.
Pada setiap zona pengamatan
dipasang alat pemanas yaitu zona satu
dipasang P1 dan zona dua dipasang P2.
Pada tiap zona pengamatan
ditempatkan alat ukur panas menggunakan
bantuan arduino dengan posisi alat ukur
sebagai berikut :
P1 = sensor_1, sensor_2 dan sensor_3
(hasil rancangan)
P2 = sensor_4, sensor_5, dan sensor_6
(semawar)
Pengolahan data dilakukan analisis
statistik menggunakan Software IBM SPSS
Statistics 21.
Tabel 4.1. Deskripsi Statistik Temperatur
Zona Pemanas N Rerata
P1
Sensor_1 15 34,77
Sensor_2 15 37,19
Sensor_3 15 37,91
P2
Sensor_4 15 34,78
Sensor_5 15 37,25
Sensor_6 15 37,81
Berdasarkan Tabel 4.1. terlihat
perbedaaan temperatur antara P1 dengan
P2. Namun untuk mengetahui signifikansi
dari perbedaan rata-rata tersebut, dilakukan
uji dua rerata terhadap masing-masing zona
pengamatan.
Uji Normalitas Temperatur
Uji normalitas data dilakukan untuk
mengetahui temperatur kandang indukan
apakah berdistribusi normal atau tidak
berdistribusi normal, dengan menggunakan
uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan
tingkat kepercayaan 0,99 atau nilai
signifikan ∝ = 0,01.
0
1
2
3
4
9:1
6:0
3
0:0
0:3
6
18
:01
:15
12
:01
:54
6:0
2:3
3
0:0
3:1
2
18
:03
:51
12
:04
:30
6:0
5:0
9
0:0
5:4
8
18
:06
:27
12
:07
:06
Pemanas Rancangan
Pemanas Pabrikan
10
Kriteria pengujiannya, yaitu:
Jika Sig > 0,01 : temperatur berdistribusi
normal.
Jika Sig ≤ 0,01 : temperatur tidak
berdistribusi normal.
Berikut ini disajikan hasil pengolahan data
uji normalitas temperatur P1 dan P2
Tabel 4.2 Uji Normalitas Temperatur
Zona Pemanas
Kolmogorov-
Smirnova
Statistic df Sig.
P1
Sensor_1 ,478 15 ,000
Sensor_2 ,418 15 ,000
Sensor_3 ,389 15 ,000
P2
Sensor_4 ,310 15 ,000
Sensor_5 ,382 15 ,000
Sensor_6 ,379 15 ,000
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa
temperatur P1 dan P2 berada pada Sig.
0,000 dimana nilai tersebut memenuhi
kriteria Sig. ≤ 0,01 artinya temperatur
kandang tidak berdistribusi normal,
sehingga dilanjutkan uji non parametrik
dengan uji Kruskal-Wallis.
a) uji Kruskal-Wallis
Rumus Hipotesis statistic :
H0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2 : Tidak terdapat perbedaan
Temperatur kandang pada P1 dan
P2
H1 : 𝜇1 > 𝜇2 : Temperatur kandang P1
lebih baik daripada temperatur
kandang P2
Menurut Uyanto (2009) bahwa
tampilan signifikan dari SPSS adalah untuk
uji dua pihak (2-tailed), karena akan
melakukan uji hipotesis satu sisi (1-tailed)
maka nilai sig. (2-tailed) harus dibagi dua.
Kriteria pengujiannya, yaitu:
Jika Sig. (1-tailed) = 1
2 x Sig. (2-tailed) >
0,01, maka H0 diterima
Jika Sig. (1-tailed) = 1
2 x Sig. (2-tailed) ≤
0,01, maka H0 ditolak
Hasil pengolahan data uji Kruskal-Wallis
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Uji Kruskal-Wallis Temperatur
P1 dan P2
Ranks
Zona Pemanas N Mean Rank
P1
Sensor_1 15 18,40
Sensor_2 15 40,07
Sensor_3 15 82,07
P2
Sensor_4 15 12,60
Sensor_5 15 50,93
Sensor_6 15 68,93
Total 90
Test Statisticsa,b
Temperatur
Chi-Square 82,851
df 5
Asymp. Sig. ,000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanas
Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat Sig. (2-
tailed) adalah 0,000 sehingga Sig. (1-tailed)
menjadi 0,000
2= 0,00 nilai tersebut
memenuhi kriteria Sig. ≤ 0,01, maka H0
ditolak. Maka Temperatur di P1 lebih
mendekati temperatur kandang yang
diinginkan sekitar 34oC – 36oC di P2.
3. Uji Statistik Pemakaian LPG
Konsumsi bahan bakar LPG
merupakan jumlah bahan bakar yang
dikonsumsi (kg) selama pemeliharaan, yang
diperoleh dengan cara melakukan
penimbangan jumlah bahan bakar yang
terpakai.
Percobaan dilakukan dengan
membagi dua zona pengamatan, masing-
masing zona memiliki empat ulangan. Pada
setiap zona pengamatan dipasang alat
pemanas yaitu zona 1 dipasang P1 dan zona
2 dipasang P2, sebagai berikut :
P1 = Alat pemanas hasil rancangan
P2 = Alat pemanas hasil produk pabrikan
Pengolahan data dianalisis
menggunakan Software IBM SPSS
Statistics 21. Berikut ini hasil output
pengujian statistik tersaji dalam tabel
berikut :
11
Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Konsumsi LPG
Pemakaian
LPG
Zona N Rata-rata
P1 15 2,3526
P2 15 3,2488
Berdasarkan Tabel 4.4 hasil
pengujian tersebut terlihat perbedaaan
pemakaian LPG antara P1 dengan P2, untuk
mengetahui signifikansi dari perbedaan
rata-rata tersebut, dilakukan uji dua rerata
terhadap masing-masing zona pengamatan.
a) Uji Normalitas Temperatur
Uji normalitas data dilakukan untuk
mengetahui konsumsi LPG pada P1 dan P2
apakah berdistribusi normal atau tidak
berdistribusi normal, dengan menggunakan
uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan
taraf kepercayaan 0,99 atau taraf signifikan
∝ = 0,01.
Kriteria pengujiannya, yaitu:
Jika Sig > 0,01 : pemakaian LPG
berdistribusi normal.
Jika Sig ≤ 0,01 : pemakaian LPG tidak
berdistribusi normal.
Hasil pengolahan data uji normalitas
pemakaian LPG pada P1 dan P2
Tabel 4.5 Uji Normalitas Konsumsi LPG
Tests of Normality
LPG
Zona Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
P1 ,506 34 ,000
P2 ,405 34 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa
pemakaian LPG pada P1 dan P2 berada
pada Sig.0,000 dimana nilai tersebut
memenuhi kriteria Sig. ≤ 0,01 artinya
temperatur kandang tidak berdistribusi
normal, maka dilakukan uji Mann-Whitney
b) Uji Mann-Whitney P1 dan P2
Hipotesis statistiknya dirumuskan
sebagai berikut:
H0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2 : Tidak terdapat perbedaan
pemakaian LPG pada P1 dan P2
H1 : 𝜇1 > 𝜇2 : pemakaian LPG pada P1 lebih
baik daripada pemakaian LPG pada P2
Menurut Uyanto (2009) bahwa
tampilan signifikan dari SPSS adalah untuk
uji dua pihak (2-tailed), karena akan
melakukan uji hipotesis satu sisi (1-tailed)
maka nilai sig. (2-tailed) harus dibagi dua.
Kriteria pengujiannya, yaitu:
ika Sig. (1-tailed) = 1
2 x Sig. (2-tailed) >
0,01, maka H0 diterima
Jika Sig. (1-tailed) = 1
2 x Sig. (2-tailed) ≤
0,01, maka H0 ditolak
Hasil pengolahan data uji Mann-
Whitney disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Uji Mann-Whitney pemakaian
LPG pada P1 dan P2
Ranks
LPG
Zona N Mean Rank
P1 34 18,47
P2 34 50,53
Total 68
Test Statisticsa,b
LPG
Chi-Square 45,276
df 1
Asymp. Sig. ,000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pemanas
Berdasarkan Tabel 4.16 terlihat
bahwa Sig. (2-tailed) adalah 0,00 sehingga
Sig. (1-tailed) menjadi 0,00
2= 0,00. Nilai
tersebut memenuhi kriteria Sig. ≤ 0,01,
maka H0 ditolak. Maka Pemakaian LPG di
P1 lebih baik daripada Pemakaian LPG P2.
12
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari
penelitian ini adalah :
1. Distribusi temperatur ruang kandang
indukan yaitu 34 OC – 39 OC
2. Konsumsi pemakaian bahan bakar LPG
untuk alat pemanas hasil rancangan lebih
effisien dibanding dengan alat pemanas
pabrikan, dengan effisiensi sebesar 20 %
3. Terdapat penghematan biaya sebesar Rp.
457.050 permusim pemeliharaan jika
menggunakan alat pemanas hasil
rancangan dengan jumlah ayam yang
dipelihara sebanyak 200 ekor.
5.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari
hasil penelitian ini adalah agar dilakukan
penelitian lanjutan dengan analisis numerik
terhadap performa alat pemanas kandang
indukan ayam ras.
DAFTAR PUSTAKA
Dede Risnajati, , Maret 2011 Pengaruh
Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan
terhadap Performan Layer Periode
Starter. Sains Peternakan Vol. 9 (1) :
20-24, ISSN 1693-8828.
Fajrin Sidiq dan Wira Wisnu Wardani,
2014, Strategi Menghadapi Cekaman
Panas pada Industri Unggas Modern,
Masterlab Asia and Trouw Nutrition
Indonesia, Bekasi Indonesia
Gunawan dan D.T.H. Shihombing, 2011,
Pengaruh Temperatur Lingkungan
Tinggi terhadap Kondisi Fisiologis dan
produktivitas Ayam Buras. Watrazoa
Vol.14 No. 01. Indonesia
H.E.T. Ruseffendi, 1993. Statistik Dasar
untuk Penelitian Pendidikan.
Direktorat Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan Pendidikan
Tinggi, Jakarta.
Mei Sulistyoningsih, 2003, Pengaruh
temperatur lingkungan terhadap ayam
broiler, Majalah Ilmiah Lontar, Vol. 17
No. 01, Semarang
Mohammad Hasil Tamzil, 2014, Stres
Panas pada Unggas: Metabolisme,
Akibat dan Upaya
Penanggulangannya, Watrazoa Vol.24
No. 02. Indonesia.
Mufid Dahlan dan Nur Hudi, 2011. Studi
Manajemen Perkandangan Ayam
Broiler di Dusun Wangket Desa
Kaliwates Kecamatan Kembangbahu
Lamongan. Jurnal ternak, Vol. 02 No.
01. Indonesia
Nuhu Ali Ademoh, dkk, 2016. Investigation
of Neem Seed Oil as an Altanative
Metal Cutting Fluid. American Journal
of Mechanical Engineering, Vol. 4, No.
5, 191-199.
Sahrudin. Dkk, 2012, Performa Ayam Ras
Pedaging terhadap Pembatasan Waktu
Aksesibilitas Pakan, Program
Pascasarjana, Ilmu Peternakan
Universitas Hasanudin, Makasar.
Recommended