View
221
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
1
KOMPARASI EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP
HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI
SISWA KELAS XI IS SMA NEGERI 14 SEMARANG
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh :
Rahman Erfian
7101407023
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Asrori, MS. Linda Agustina, SE., M. Si.
NIP. 196005051986011001 NIP. 197708152000122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi
Dr.Partono Thomas, M.S
NIP.195212191982031002
ii
3
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan dalam sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji Utama
Drs. Tarsis Tarmudji, MM.
NIP. 194911211976031002
Anggota I Anggota II
Drs. Asrori, M.S. Linda Agustina, SE., M. Si.
NIP. 196005051986011001 NIP. 197708152000122001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. S. Martono, M. Si.
NIP.196603081989011001
iii
4
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari
terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, 27 Juli 2011
Rahman Erfian
NIM. 7101407023
iv
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri(QS.Ar-Raad:11)
Bersikap Sabar dan menjaga sholat adalah kunci untuk meraih kemenangan yang nyata dan pertolongan yang dekat.(QS.Al-Baqoroh:45)
Selalu menjaga kepercayaan
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas kasih sayang, perhatian, doa serta dukungan yang telah diberikan selama ini.
Mas Ridwan dan Mbak Endah yang menberikan motivasi kepadaku.
Calon makmumku yang tak henti-hentinya memberikan doa dan semangat.
Sahabat-sahabatku(anda,eko,Heigo,ilham) terima kasih motivasi dan kebersamaannya selama ini.
Kawan-kawan pend. Akuntansi07.
Teman-teman Jogo Bonito kost yang sudah seperti keluarga sendiri.
v
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Komparasi
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
dengan Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran
Akuntansi Siswa Kelas XI IS SMA Negeri 14 Semarang , dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari
bimbingan, bantuan dan saran dari segala pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.
3. Dr. Partono Thomas, M.S, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
4. Drs. Asrori, MS., Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan
mengarahkan skripsi ini.
5. Linda Agustina SE., M. Si., Dosen Pembimbing II yang telah membimbing
dan mengarahkan skripsi ini.
vi
7
6. Drs. Wagino Sunarto, Kepala SMA N 14 Semarang yang telah memberikan
ijin penelitian, guru dan karyawan SMA N 14 Semarang yang telah memberi
bantuan dalam melaksanakan penelitian.
7. Siswa-siswi kelas XI IS SMA Negeri 14 Semarang yang telah membantu
dalam penelitian ini.
8. Arum Widayati yang memberikan doa dan dukungan selama ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberi rahmat serta hidayah-Nya pada kita semua
baik di dunia maupun di akhirat. Penulis sadar bahwa kesempurnaan hanya milik
Allah Yang Maha Kuasa, penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
Almamater pada khususnya serta pembaca pada umumnya.
Semarang, 27 Juli 2011
Rahman Erfian
NIM. 7101407023
vii
8
SARI
Erfian, Rahman. 2011. Komparasi Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan Pembelajaran Konvensional Terhadap
Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi SMA Negeri 14 Semarang. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I: Drs. Asrori, MS. Pembimbing II: Linda Agustina SE., M. Si.
Kata kunci: Efektifitas, Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT), Pembelajaran Konvensional, Hasil belajar.
Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor yang dibahas dalam penelitian ini adalah faktor eksternal yaitu metode
pembelajaran. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan adalah
model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran
konvensional. Permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah perbedaan hasil
belajar pembelajaran kooperatif Numbered Head Together dengan hasil belajar
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas XI IS SMA
Negeri 14 Semarang?
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IS SMA Negeri 14
Semarang tahun 2010. Dari populasi tersebut diambil 2 kelas sebagai sampel yaitu
kelas XI IS 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IS 1 sebagai kelas kontrol.
Kemudian kelas XII IPS 3 adalah sebagai kelas uji coba instrument. Pada kelas
eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sedangkan pada
kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional. Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah observasi/pengamatan, tes hasil belajar, dan
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata post-test kelas eksperiment =
79,34 dan rata-rata kelas kontrol 70,53 dengan n1 = 32 dan n2 = 30 sehingga
diperoleh thitung = 4,502 dengan taraf signifikan 5% dan dk = (32+30)-2 = 60 maka
ttabel = 1,67, karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil efektifitas
pembelajaran untuk indikator aktivitas siswa menunjukan nilai rata-rata hasil
observasi kelas eksperimen = 314,50 dan rata-rata kelas kontrol = 284,50 dengan
n1 =8 dan n2 = 8 sehingga diperoleh thitung = 3,375 dengan taraf signifikan 5% dan
dk = (8+8)-2 = 14 maka ttabel = 2,14, karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Sedangkan indikator pengelolaan pembelajaran menunjukan nilai rata-
rata hasil observasi kelas eksperimen = 11,13 dan rata-rata kelas kontrol = 10,23
dengan n1 =8 dan n2 = 8 sehingga diperoleh thitung = 1,296 dengan taraf signifikan
5% dan dk = (8+8)-2 = 14 maka ttabel = 2,14, karena thitung < ttabel maka Ho diterima
dan Ha ditolak.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil
belajar kelas eksperimen (pembelajaran NHT) dengan hasil belajar kelas kontrol
(pembelajaran konvensional). Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini
yaitu model pembelajaran NHT dapat digunakan sebagai alternatif dalam
pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
viii
9
ABSTRACT
Erfian, Rahman. 2011. The Comparation of The Effectiveness of Cooperative
Learning type Numbered Head Together (NHT) with Conventional Learning to
The Learning Achievement in The accounting at 14 Senior High School
Semarang. Final project. Economy Department. Economy Faculty. Semarang
State University. First Advisor is Drs. Asrori, M.S. Second Advisor is Linda
Agustina SE., M. Si.
Key words: Effectiveness, Cooperative Learning type NHT, Conventional
learning, learning achievement.
Learning achievement is influenced by two factors: internal and external
factors. Factor which is discussed in this study is an external factor which is the
method of learning. In this study the learning method used is the type of
cooperative model Numbered Head Together (NHT) and conventional learning
methods. The problems in this study is whether any different learning
achievement between students taught using Numbered Head Together (NHT)
metodh and those taught using conventional way for the students at grade XI of
student accounting subjects in class XI IS 14 Senior High School Semarang?
The population of this study were students in grade XI IS 14 Senior High
School Semarang in the academic year 2011. From this population as a sample
taken two classes namely class XI IS 4 as the experimental class and the class XI
IS 1 as the control class. Then the class XII IPS 3 is the class of test instruments.
In experiments class applied the model of cooperative learning in the classroom
while the NHT type of control applied conventional learning models. Methods of
data collection in this study are the observation, tests, and documentation.
The results showed the average post-test class of experiments = 79.34 and
averaged 70.53 of the control class and n2 n1 = 32 = 30 to obtain thitung = 4.502
with a significant level of 5% and dk = (32 +30 ) -2 = 60 then TTable = 1.67,
because thitung> TTable then Ho is rejected and Ha accepted. The results of the
effectiveness of learning for the student activity indicator shows the average value
of the observation of experimental class = 314.50 and the average grade controls =
284.50 with n1 = 8 and n2 = 8, so obtained thitung = 3.375 with a significant level
of 5% and dk = (8 +8) -2 = 14 then TTable = 2.14, because thitung> TTable then
Ho is rejected and Ha accepted. While the learning management indicator shows
the average value of the observation of experimental class = 11.13 and averaged
10.23 with the control class = n1 = 8 and n2 = 8, so obtained thitung = 1.296 with
a significant level of 5% and dk = (8 +8) -2 = 14 then TTable = 2.14, because
thitung
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
SARI ..................................................................................................................... vii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 11
2.1 Landasan Teori .................................................................................... 11
2.1.1 Hasil Belajar ................................................................................. 11
2.1.2 Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Hasil Belajar ....................... 12
2.1.3 Teori Belajar................................................................................. 15
2.1.4 Efektifitas Pembelajaran .............................................................. 23
2.1.5 Model Pembelajaran..................................................................... 25
2.1.6 Pembelajaran Kooperatif .............................................................. 27
2.1.7 Pembelajaran Koopertif tipe Numbered Head Together ............... 35
2.1.8 Pembelajaran Konvensional .......................................................... 38
2.2 Kerangka Berpikir .............................................................................. 40
x
11
2.3 Hipotesis .............................................................................................. 43
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 44
3.1 Metode Populasi dan Sampel Penelitian ......................................... 44
3.1.1 Populasi .................................................................................. 45
3.1.2 Sampel .................................................................................... 45
3.2 Variabel Penelitian ............................................................................ 47
3.2.1 Variabel Bebas ......................................................................... 47
3.2.2 Variabel Terikat ....................................................................... 48
3.3 Sumber Data...................................................................................... 48
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 48
3.4.1 Metode Tes ............................................................................. 49
3.4.2 Metode Pengamatan (observasi) ............................................. 49
3.3.3 Metode Dokumentasi .............................................................. 49
3.5 Rancangan Penelitian ........................................................................ 49
3.6 Analisis Instrument Penelitian .......................................................... 50
3.6.1 Validitas Butir Soal ................................................................. 50
3.6.2 Reliabilitas .............................................................................. 52
3.6.3 Daya Pembeda ........................................................................ 53
3.6.4 Tingkat Kesukaran Butir Soal ................................................. 55
3.7 Prosedur Penelitian ........................................................................... 56
3.7.1 Kelas Eksperimen ................................................................... 56
3.7.2 Kelas Kontrol .......................................................................... 57
3.8 Metode Analisis Data ........................................................................ 57
3.8.1 Analisis Data Tahap Awal ...................................................... 58
3.8.2 Analisis Data Tahap Akhir ...................................................... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 67
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 67
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 67
4.1.2 Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ...................... 67
4.1.3 Keefektifan Pembelajaran Konvensional ................................... 75
4.1.4 Analisis Data Awal .................................................................... 81
xi
12
4.1.5 Analisis Data Akhir ................................................................... 84
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 90
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 95
5.1 Simpulan ............................................................................................... 95
5.2 Saran ...................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 97
LAMPIRAN
xii
13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Nilai Ulangan Kenaikan Kelas 2009/2010 Pelajaran Akuntansi .......... 4
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ...................................... 34
Tabel 3.1 Analisis Uji Normalitas Populasi ........................................................ 46
Tabel 3.2 Analisis Uji Homogenitas Populasi .................................................... 47
Tabel 3.3 Analisis Validitas Butir Soal ............................................................... 51
Tabel 3.4 Analisis Daya Pembeda Butir Soal ..................................................... 54
Tabel 3.5 Interval Kelas dan Kategori Aspek Aktivitas Siswa ........................... 65
Tabel 3.6 Interval Kelas dan Kategori Aspek Pengelolaan Pembelajaran .......... 66
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aspek Pengelolaan Pembelajaran NHT ................... 70
Tabel 4.2 Deskriptif Persentatif Aspek Aktivitas Siswa Pembelajaran NHT ..... 71
Tabel 4.3 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Konvensional ................. 77
Tabel 4.4 Deskriptif Persentatif Aspek Aktivitas Siswa Pembelajaran
Konvensional ...................................................................................... 78
Tabel 4.5 Analisis Uji Normalitas Data Awal .................................................... 82
Tabel 4.6 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Awal ................................ 83
Tabel 4.7 Analisis Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ............................................... 84
Tabel 4.8 Analisis Uji Normalitas Data Akhir .................................................... 85
Tabel 4.9 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Akhir ................................ 80
Tabel 4.10 Analisis Uji Beda Hasil Pembelajaran .............................................. 87
Tabel 4.11 Analisis Uji Beda Hasil Aktivitas Siswa........................................... 88
xiii
14
Tabel 4.12 Analisis Uji Beda Hasil Aktivitas Siswa........................................... 89
Tabel 4.13 Analisis Uji Ketuntasan Hasil Belajar .............................................. 90
xiv
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................... 43
Gambar 3.1 Gambaran Prosedur Penelitian ...................................................... 50
xv
16
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Nilai Ulangan Tengah Semester Kelas XI IS 1 ................................ 99
Lampiran 2 Nilai Ulangan Tengah Semester Kelas XI IS 2 ................................ 100
Lampiran 3 Nilai Ulangan Tengah Semester Kelas XI IS 3 ................................. 101
Lampiran 4 Nilai Ulangan Tengah Semester Kelas XI IS 4 ................................. 102
Lampiran 5 Daftar Nama Kelas Uji Coba ............................................................. 103
Lampiran 6 Daftar Nama Kelas Kontrol ............................................................... 104
Lampiran 7 Daftar Nama Kelas Eksperimen ........................................................ 105
Lampiran 8 Daftar Nilai Ulangan Tengah Semester kelas XI IS 1,2,3,4 .............. 106
Lampiran 9 Uji Normalitas Nilai UTS kelas XI IS 1 ............................................ 107
Lampiran 10 Uji Normalitas Nilai UTS kelas XI IS 2 .......................................... 108
Lampiran 11 Uji Normalitas Nilai UTS kelas XI IS 3 .......................................... 109
Lampiran 12 Uji Normalitas Nilai UTS kelas XI IS 4 .......................................... 110
Lampiran 13 Uji Homogenitas Populasi ............................................................... 111
Lampiran 14 Kisi-Kisi Uji Coba ........................................................................... 112
Lampiran 15 Soal Uji Coba................................................................................... 113
Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal ........................................................................ 122
Lampiran 17 Hasil Uji Coba ................................................................................. 123
Lampiran 18 Validitas Soal ................................................................................. 127
Lampiran 19 Reliabilitas Soal ............................................................................... 128
Lampiran 20 Daya Pembeda Soal ......................................................................... 129
Lampiran 21 Tingkat Kesukaran Soal................................................................... 130
xvi
17
Lampiran 22 Kisi-Kisi Soal Pre Test ................................................................... 131
Lampiran 23 Soal Pre Test .................................................................................... 132
Lampiran 24 Kunci Jawaban Soal Pre Test .......................................................... 139
Lampiran 25 Nilai Pre Test Kelas Kontrol ........................................................... 140
Lampiran 26 Nilai Pre Test Kelas Eksperimen..................................................... 141
Lampiran 27 Uji Normalitas Kelas Eksperimen (XI IS 4) .................................... 142
Lampiran 28 Uji Normalitas Kelas Kontrol (XI IS 1) .......................................... 143
Lampiran 29 Uji Homogenitas Pre Test ............................................................... 144
Lampiran 30 Uji Kesamaan Dua Varian Pre Test ................................................ 145
Lampiran 31 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pre Test ........................................... 146
Lampiran 32 Soal Post Test .................................................................................. 147
Lampiran 33 Kunci Jawaban Post Test ................................................................. 154
Lampiran 34 Nilai Post Test Kelas Kontrol .......................................................... 155
Lampiran 35 Nilai Post Test Kelas Eksperimen ................................................... 156
Lampiran 36 Data Nilai Post Test kelas Eksperimen dan Kontrol ....................... 157
Lampiran 37 Uji Normalitas Post Test Kelas Eksperimen ................................... 158
Lampiran 38 Uji Normalitas Post Test Kelas Kontrol .......................................... 159
Lampiran 39 Uji Kesamaan Dua Varian Post Test .............................................. 160
Lampiran 40 Uji Beda Dua Rata Post Test ........................................................... 161
Lampiran 41 Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ...................................... 162
Lampiran 42 Uji Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ............................................. 163
Lampiran 43 Uji Kesamaan Dua Varian Aktivitas Siswa ..................................... 164
Lampiran 44 Uji Beda Aktivitas Siswa ................................................................. 165
xvii
18
Lampiran 45 Uji Kesamaan Dua Varian Pengelolaan Pembelajaran .................... 166
Lampiran 46 Uji Beda Pengelolaan Pembelajaran................................................ 167
Lampiran 47 Hasil Pengelolaan Pembelajaran ..................................................... 168
Lampiran 48 Hasil Aktivitas Siswa....................................................................... 179
Lampiran 49 RPP kelas Eksperimen ..................................................................... 180
Lampiran 50 RPP Kelas Kontrol........................................................................... 190
Lampiran 51 Daftar Nama Kelompok Eksperimen .............................................. 198
Lampiran 52 Dokumentasi .................................................................................... 199
Lampiran 53 Permohonan Ijin Penelitian Kepada Kepala SMA N 14 Semarang
....................................................................................................... 203
Lampiran 54 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMA N
14 Semarang ................................................................................... 204
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar menumbuhkembangkan potensi sumber daya
manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran yang bertujuan membantu siswa
dalam pengembangan dirinya secara optimal, yaitu pengembangan semua potensi,
kecakapan serta karakteristik pribadinya ke arah positif. Keberhasilan pencapaian
tujuan pendidikan terutama ditentukan oleh proses pembelajaran yang dialami
siswa. Dengan proses pembelajaran diharapkan adanya peningkatan pada aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,
menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar
mengajar. Siswa yang terlibat dalam proses belajar mengajar diharapkan
mengalami perubahan baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai dan sikap. Dalam proses belajar-mengajar guru akan
1
2
menghadapi siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga
guru tidak akan lepas dengan masalah hasil belajar.
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah tergantung kepada
beberapa aspek yaitu kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa, dan metode.
Aspek yang dominan dalam proses belajar mengajar adalah guru dan siswa.
Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam hubungannya dengan pendidikan
disebut kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai motivator dan fasilitator
sedangkan siswa sebagai penerima informasi yang diharapkan dapat lebih aktif
dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk menciptakan suasana belajar siswa aktif,
maka diperlukan pemilihan metode yang tepat agar keaktifan siswa dapat terjadi.
Metode pengajaran sangat diperlukan oleh guru sesuai dengan tujuan yang
dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan
tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah
dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan (Djamarah,
2002:53). Guru harus memiliki strategi dalam proses pengajaran dan
pembelajaran, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga tercapai
ketuntasan hasil belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui
proses pembelajaran (Sudjana, 1999:22). Hasil belajar terdiri dari tiga aspek
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar kognitif merupakan
tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Hasil belajar aspek afektif lebih
berorientasi pada pembentukan sikap melalui proses pembelajaran. Sedangkan
hasil belajar psikomotor berkaitan dengan hasil kemampuan fisik siswa. Menurut
3
Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah, faktor
psikologis, faktor kelelahan.Faktor Ekstern terdiri dari faktor keluarga, faktor
sekolah, faktor masyarakat.
Pelaksanaan pembelajaran ekonomi di Sekolah Menengah Atas (SMA)
merupakan pengajaran terpadu dari ekonomi dan akuntansi. Berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, selanjutnya disingkat KTSP, mata
pelajaran Akuntansi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dipelajari oleh siswa-
siswi jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Akuntansi mulai dipelajari di kelas
XI yang mengkaji akuntansi mulai dari dasar yang meliputi: akuntansi dan
lingkungannya, dasar-dasar prosedur pembukuan, jurnal dan posting, penyesuaian
pembukuan, neraca lajur, penutupan buku dan penyesuaian kembali. Pemberian
mata pelajaran akuntansi bertujuan membekali lulusan SMA dengan berbagai
kompetensi dasar agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep
dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar dan baik untuk kepentingan
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat
(Depdiknas 2003).
Observasi awal di SMA Negeri 14 Semarang tahun pelajaran 2009/2010
yaitu kelas XI Ilmu Sosial (IS) diperoleh data yang menunjukan masih banyak
nilai akuntansi siswa kurang dari ketuntasan. Hal ini dibuktikan dengan nilai
akuntansi ujian akhir semester genap siswa kelas XI IS banyak di bawah standar
ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 68. Untuk lebih jelasnya
berikut ini tabel ketuntasan siswa:
4
Tabel 1.1 Nilai Ujian Akhir Semester Genap 2009/2010 Pelajaran
Akuntansi
No Kelas Jumlah
Siswa
Tuntas % Belum
tuntas
%
1
2
3
4
XI IS 1
XI IS 2
XI IS 3
XI IS 4
38
38
38
40
20
22
22
21
52,6%
57,8%
57,8%
52,5%
18
16
16
19
47,4%
42,2%
42,2%
47,5%
154 86 55,15% 70 44,85%
Sumber: Dokumentasi nilai sumatif guru mapel ekonomi SMA 14 Semarang
Nilai prosentase berdasarkan tabel 1.1 di atas belum mencapai kriteria
ketuntasan yang ditargetkan minimal 90% dari siswa per kelas sedangkan
kenyataannya siswa yang mencapai ketuntasan baru 52% sampai 58% per
kelasnya. Hal ini menunjukan bahwa banyaknya siswa yang masih belum tuntas
dalam belajarnya, disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama yaitu cara
mengajar guru di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu menggunakan
metode konvensional. Guru sangat aktif dan siswa menjadi pasif dan tidak kreatif.
Guru hanya menjalankan tugasnya sebagai pengajar yang merupakan sumber
informasi satu-satunya bukan sebagai fasilitator belajar.
Pembelajaran seperti ini berpusat pada guru yaitu dengan memadukan
metode ceramah, tanya jawab, dan tanpa ada variasi lain pada tiap kali mengajar.
Siswa sebagai penerima dan pelaksanaan tugas dari guru yang merasa kurang
termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran akuntansi. Apabila guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami
mereka hanya diam dan tidak mau bertanya. Maka dibutuhkan pengembangan
5
metode pembelajaran guna menciptakan lingkungan pembelajaran yang dapat
meningkatkan peran aktif siswa dan meningkatkan hasil belajar bidang studi
akuntansi.
Akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan menghasilkan informasi
keuangan dan penalaran dalam materi akuntansi bersifat deduktif (dari pengertian
akuntansi secara umum sampai laporan keuangan baik perusahaan jasa, dagang,
maupun koperasi dan akhirnya pada analisis laporan keuangan). Tujuan pelajaran
akuntansi adalah membekali siswa berbagai pengetahuan dan pemahaman agar
mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan
prosedur akuntansi yang benar.
Salah satu standar kompotensi mata pelajaran akuntansi pada kelas XI IS
adalah ayat jurnal penyesuaian. Ayat jurnal penyesuaian adalah ayat jurnal untuk
menyesuaikan angka-angka dalam neraca sisa yang masih belum memperlihatkan
transaksi operasional perusahaan yang sesungguhnya pada akhir periode
(Suhadimanto, 2005:115). Materi ini memerlukan pemahaman konsep yang
mendalam, ketrampilan, dan ketelitian serta penalaran dalam mempelajarinya.
Materi jurnal penyesuaian menjadi materi yang rumit karena ada keterkaitan
dengan transaksi yang terjadi sebelumnya dan memerlukan perhitungan
matematika untuk mengetahui besarnya penyesuaian.
Pembelajaran akuntansi yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang
dapat meningkatkan penguasaan materi dan kreatifitas siswa. Dengan terlibatnya
siswa secara aktif dalam pembelajaran, maka siswa akan merasa senang dan
tertarik dalam pembelajaran. Sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat
6
semakin baik. Namun, tidak hanya itu pembelajaran yang dapat menimbulkan
atau meningkatkan kerjasama, sifat menghargai pendapat orang lain juga
diperlukan.
Cara untuk mengatasi kondisi di atas, salah satu solusinya adalah model
pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai proses pembelajaran berbasis kerja
sama (Budimansyah, 2002:9). Dalam pembelajaran kooperatif siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil yang akan bekerjasama dalam memecahkan masalah
yang diberikan guru.
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Penerapan model
pembelajaran kooperatif akan menambah pembelajaran yang lebih menarik,
menyenangkan, melibatkan siswa, meningkatkan aktifitas dan kerja sama siswa.
Pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam pendekatan diantaranya
yaitu Student Team Achivement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi kelompok
(Team Games Tournament atau TGT), Pendekatan struktural yang terbagi dalam
dua macam yaitu Think Pair Share dan Numbered Head Together (NHT).
Numbered Heads Together atau penomoran berpikir bersama adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT
(Numbered Heads Together) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen
(1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
7
pelajaran tersebut (Trianto, 2007:62). Meskipun memiliki banyak persamaan
dengan pendekatan yang lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada
penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa.
Numbered Head Together (NHT) sebagai model pembelajaran pada
dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Model NHT digunakan
untuk materi pelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep yang mendalam,
sehingga sangat tepat digunakan dalam mata pelajaran akuntansi khususnya pokok
bahasan jurnal penyesuaian karena didalamnya dibutuhkan pemahman kosep-
konsep yang mendalam. Adapun ciri khas dari Numbered Head Together adalah
guru hanya menunjuk seseorang siswa tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa
yang akan mewakili kelompoknya masing-masing. Melalui model pembelajaran
seperti ini siswa dituntut untuk terlibat secara maksimal, sehingga tidak hanya
bergantung dari teman sekelompoknya serta siswa diberi kesempatan untuk
memberikan ide-ide dan menerima pendapat anggota lain untuk menetukan
jawaban yang paling tepat mengenai materi jurnal penyesuaian. Meskipun dalam
model NHT siswa lebih aktif, namun guru tetap mengawasi kelas untuk
memberikan semangat dorongan belajar dan memberikan bimbingan secara
individu atau kelompok.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa NHT menunjukan hasil yang
signifikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Mufid (2007), menunjukan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
8
VII-A MTs Islamiyah Sumpiuh pada pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar
hasil siklus I rata-rata 64,11 dan pada siklus II meningkat 76,63. Munaharoh
(2008) menunjukan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 MA AL-ASROR pada bahasan
jurnal penyesuaian dapat dilihat dari hasil siklus I nilai rata-rata sebesar 64,44
pada siklus II meningkat menjadi 75.22.
Smialek dan Boburka (2006) meneliti tentang pengaruh efektifitas latihan
pembelajaran kooperatif pada kemampuan mendengarkan secara kritis di
perguruan tinggi menunjukan bahwa nilai rata-rata pada kelas eksperimen yang
diberi perlakuan pembelajaran tradisional (ceramah). Hal ini dapat dilihat pada
nilai pelajaran musicsal style period. Nilai rata-rata kelas eksperimen 83,87
sedangkan nilai rata-rata kelas control 76,23
Penelitian lain pernah dilakukan oleh Bernard et al. (2005) yang meneliti
tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam mengajar puisi. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif lebih efektif untuk
meningkatkan prestasi akademik siswa. Sesuai latar belakang di atas dan
diperkuat dengan penelitian sebelumnya maka judul penelitian ini adalah
KOMPARASI EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA
PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 14
SEMARANG.
9
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Adakah perbedaan hasil belajar yang dicapai antara siswa dalam
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran akuntansi kelas XI
IS di SMA Negeri 14 Semarang?
2. Adakah perbedaan efektifitas pembelajaran antara pembelajaran kooperatif
tipe NHT dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran
akuntansi pada siswa kelas XI IS SMA Negeri 14 Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sesuai rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan hasil belajar yang dicapai antara siswa dalam pembelajaran
yang menggunakan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran akuntansi Kelas XI IS SMA Negeri 14
Semarang.
2. Perbedaan efektifitas pembelajaran antara pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran akuntansi
pada siswa kelas XI IS SMA Negeri 14 Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dalam menambah
pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya penggunaan model
10
pembelajaran NHT untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
akuntansi.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
a. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar baru dan
diharapkan dengan adanya model pembelajaran ini, belajar menjadi lebih
mudah dan menyenangkan dan tentunya dengan hasil yang lebih baik.
b. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai alternatif guru untuk memilih model
pembelajaran yang variatif, sehingga akan meningkatkan motivasi belajar
siswa.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai model-
model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi di sekolah.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 1999:22). Hasil belajar merupakan
perubahan yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar.
Merujuk pemikiran Gagne dalam Supriono (2010:5-6), hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara
spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan.
2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemempuan
melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
11
12
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Sesuai beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kulikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah
afektif, ranah psikomotorik.
2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor
yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang
yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Dalam Slameto (2003:54) faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi dua
faktor, yaitu :
1. Faktor dalam (internal) yaitu faktor yang berasal dari siswa yang sedang
mengalami proses pembelajaran.
13
a. Faktor jasmaniah, adalah faktor kesehatan tubuh dalam kesiapan
menerima pelajaran, cacat tubuh yang mempengaruhi secara langsung
atau tidaknya dalam proses belajar
b. Kondisi psikologi, sekurang-kurangnya ada 7 faktor yang tergolong
dalam faktor psikologi yang mempengaruhi hasil belajar.
Faktor-faktor itu adalah :
1). Intelegensi adalah kecakapan untuk mengahadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui atau menggunakan konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui hasil dan mempelajari dengan cepat.
2). Perhatian yaitu keaktifan jiwa atau sekumpulan obyek dalam hal ini
proses belajar
3). Minat yaitu kecenderungan tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan
4). Bakat yaitu kemampuan untuk belajar
5). Motif yaitu yang menjadi penyebab berbuat
6). Kematangan yaitu kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi
dalam belajar
c. Faktor kelelahan : faktor-faktor kelelahan dibagi menjadi 2 yaitu
1). Kelelahan jasmani
2). Kelelahan rohani
2. Faktor luar (eksternal) yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa
yang mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor luar meliputi :
14
a. Faktor keluarga
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anak, demikian juga relasi antara anak dan anggota keluarganya yang
lain bila tercipta kondisi yang dinamis akan berpengaruh baik dalam
belajar anak dan sebaliknya, kemudian suasana rumah terkait dengan
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada
dan belajar, serta keadaan ekonomi keluarga yaitu terkait dengan
pemenuhan kebutuhan pokok dan fasilitas belajar anak apakah sudah
terpenuhi.
b. Faktor sekolah
1) Kurikulum, diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar
siswa dapat menerima pelajaran dengan baik.
2) Relasi siswa dengan guru dan siswa lain. Cara belajar siswa
dipengaruhi relasi dengan gurunya, guru yang kurang interaksi
dengan siswa menyebabkan siswa segan berpartisipasi aktif dalam
belajar. Menciptakan relasi yang baik antara siswa perlu agar dapat
memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
3) Disiplin sekolah. Agar siswa lebih maju, harus disiplin dalam
belajar di sekolah dan di rumah yang dicontohkan oleh guru dan
staf.
4) Kondisi dan fasilitas belajar, mengusahakan kondisi yang baik dan
fasilitas yang lengkap diperlukan agar guru dapat mengajar dengan
15
baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan
dapat belajar dengan baik pula.
5) Metode adalah cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode
belajar Sangat mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang
kurang baik maka hasil belajar siswa kurang baik pula. Guru biasa
mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan,
mengantuk dan pasif dan hanya mencatat saja. Guru progresif
berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu
meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. Agar
dapat berjalan dengan baik, maka metode belajar harus diusahakan
yang tepat, efisien dan seefektif mungkin.
c. Faktor masyarakat
Faktor masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keadaannya siswa
dalam masyarakat dan pergaulan siswa dalam masyarakat.
2.1.3. Teori Belajar
Teori belajar menurut Sugandi (2004:7) adalah konsep-konsep dan prinsip-
prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui
eksperimen. Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai
bagaimana terjadinya belajar dan bagaimana informasi diproses di dalam pikiran
siswa. Gagne dalam Supriono (2010:2) menyatakan belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
16
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan secara
alamiah.
Sesuai beberapa pendapat tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang secara sadar dalam rangka
untuk mengembangkan diri baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan. Ada beberapa teori belajar yang melandasi munculnya model
pembelajaran, diantaranya teori belajar behavioristik dan teori kontruktivisme.
1. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Dalam perspektik behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai proses
pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas (respons). Hasil
pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan.
Teori behavioristik sering disebut stimulus-respons (S-R) psikologis artinya
bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan
penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulnya. Tokoh-
tokoh perilaku yang tergolong dalam pengkondisian klasik adalah Ivan Petrovich
Pavlov sedangkan tokoh-tokoh perilaku yang termasuk dalam pengondisian
operan adalah Edward Lee Thorndike dan Skinner (Supriono, 2010:18). Beberapa
pemikiran tokoh-tokoh teori perilaku dijabarkan sebagai berikut:
17
a. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Pavlov mengadakan percobaan labortoris terhadap anjing. Dalam
percobaan ini anjing diberi stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi
bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia
adalah bunyi bel di kelas untuk penanda sesuatu terhadap bunyi-bunyian.
Melalui berbagai bunyi bel ternyata individu dapat dikendalikan melalui
cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Belajar menurut teori
ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
yang menimbulkan reaksi.
b. Connectionism (S-R Bond) menurut Thorndike
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respons. Teori
belajar ini disebut teori connectionism. Eksperimen yang dilakukan dengan
kucing yang dimasukan pada sangkar tertutup. Percobaan tersebut
menghasilkan teori Trial and Error. Sumbangan pemikiran Thorndike
mengenai perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah hukum-hukum
sebagai berikut:
1). Hukum kesiapan atau Law of Readiness
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk
memperoleh stimulus, maka pelaksanaan tingkah laku akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga assosiasi cenderung
diperkuat.
18
2). Hukum latihan atau Law of Exercise
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan, maka
asosiasi cenderung diperkuat.
3). Hukum hasil atau Law of Effect
Hubungan antara rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila
terdapat kepuasan dan akan makin diperlemah apabila tidak terdapat
kepuasan.
c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Operant Conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku
operant positif atau negatif yang mengakibatkan perilaku tersebut dapat
berulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Peneguhan positif
adalah rangsangan yang makin memperkuat atau mendorong suatu tindak
balas. Peneguhan negatif ialah peneguhan yang mendorong individu untuk
menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan.
Implikasi prinsip-prinsip behaviorisme pada kegiatan pembelajaran adalah:
1). Kegiatan belajar adalah belajar figuratif.
2). Belajar menekankan perolehan informasi dan penembahan informasi.
3). Belajar merupakan proses dialog imperatif, bukan dialog interaktif.
4). Belajar bukan proses organik dan konstruktif melainkan proses
mekanik.
5). Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan menghafal dan latihan.
Aplikasi teori behavioristik pada proses pembelajaran, di dalam teori ini
guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran
19
dalam bentuk sudah siap. Dalam pembelajarannya dimana siswa berpusat pada
guru (teacher centered learning), bersifat mekanistik dan hanya diamati dan
diukur. Tujuan dalam pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang
ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan. Evaluasi didasari atas perilaku
tampak dalam diri siswa.
2. Teori belajar kontruktivisme
Seiring perbaikan kualitas pembelajaran ke arah pembelajaran organis,
filsafat kontruktivisme kian populer pada dekade terakhir ini. Teori
kontruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit yang
kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Sebagaimana telah
dikemukakan bahwa menurut teori belajar kontruktivisme, pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya bahwa
siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya.
Pendekatan kontruktivisme adalah pendekatan yang mengajak siswa untuk
berpikir dan mengkontruksi dalam memecahkan suatu permasalahan secara
bersama-sama sehingga didapatkan suatu penyelesaian yang akurat. Prinsip utama
dalam pembelajaran dengan teori belajar kontuktivisme adalah pengetahuan tidak
dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa dan
fungsi kognitif bersifat aditif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak. Model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan teori kontruktivisme ialah Contextual Teaching and Learning (CTL),
model pembelajaran Quantum, dan model pembelajaran kooperatif.
20
1. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Komponen utama pembelajaran kontektual yang efektif meliputi:
a. Kontruktivisme, konsep ini menuntut siswa untuk menyusun dan
membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada
pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara
tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan
dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau
mengingat pengetahuan.
b. Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik
oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan
mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan
wujud keingintahuan.
c. Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan atau
konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi,
analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi:
observasi, tanya jawab, hipotesis, pengumpulan data, analisis data,
kemudian disimpulkan.
21
d. Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang
berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan
gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam pembentukan kelompok kecil
atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan
kelas sederajat, bekerja dengan kelas diatasnya, bekerja dengan
masyarakat.
e. Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja
agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu dengan
model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara
belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa
berpresentasi melalui media cetak dan elektronik.
f. Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan
dan pengalaman yang bertujuan mengidentifikasi hal yang sudah
diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu
tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah pertanyaan langsung
tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku
siswa, kesan dan saran, siswa mengenai pembelajaran pada hari itu,
diskusi dan hasil karya.
g. Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukan kemampuan
(pengetahuan, keterampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan
penilaian otentik adalah pembelajaran yang seharusnya membantu siswa
agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di
akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada
22
prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa.
Aplikasi CTL dalam pembelajaranya, tugas guru adalah membantu siswa
dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi dari
pada memberi informasi. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student Centered
dari pada Teacher Centered.
2. Pembelajaran Quantum
Quantum Learning didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi, sedangkan learning adalah
belajar. Dengan demikian, quantum learning adalah cara perubahan bermacam-
macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen
belajar. (DePorter & Mike dalam Baharuddin 2007:134)
Asas utama yang berkaitan dengan pembelajaran quantum adalah konsep
Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia
Mereka. Mengandung konsekuensi bahwa langkah pertama yang harus
dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah membangun jembatan
autentik memasuki kehidupan siswa, untuk mendapatkan hak mengajar. Dengan
demikian, pembelajaran merupakan kegiatan full-contact yang melibatkan sesuai
aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) disamping
pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa depan.
Aplikasi dalam pembelajaran, dimana guru harus menyiapkan suasana yang
menggairahkan menyangkut hubungan antara guru dan siswa, jalinan rasa simpati
dan pengertian, keringanan dan ketakjuban dan rasa saling memiliki. Pedoman
23
yang jelas dalam merancang suatu pengajaran untuk diikuti siswa, misalnya:
tujuan, prisip, keyakinan, prosedur,dan kebijakan yang jelas agar materiyang
disampaikan kepada siswa dapat diterima dan dipahami.
3. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif bernaung pada teori kontruktivisme.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan
berbeda. Pembelajaran kooperatif sebagai proses pembelajaran berbasis kerja
sama. Dalam pelajaran kooperatif siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
yang akan bekerja sama dalam memecahkan masalah yang diberikan guru
(Budimansyah, 2002:9).
Lie (2002:29) menjelaskan ada lima unsur dalam kodel pembelajaran
kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan,
tatap muka, komunikasi antar kelas, evaluasi proses kelas. Menurut Eggen dan
Kauchak (dalam Trianto, 2007:42) pembelajaran kooperatif merupakan sebuah
strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama.
2.1.4. Efektifitas Pembelajaran
Efektifitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai
terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki seseorang. Efektifitas berkaitan
dangan pencapaian target yang berkaitan dengan pencapaian untuk kerja secara
24
maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas,
dan waktu. Efektifitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran
seberapa jauh target yang dicapai (Mulyasa, 2004:132-133).
Pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan,
baik dari segi tujuan pembelajaran dan prestasi siswa yang maksimal, sehingga
yang merupakan indikator keefektifan pembelajaran yaitu ketercapaian ketuntasan
belajar, ketercapaian keefektifan aktivitas siswa, yaitu pencapaian waktu ideal
yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan termuat dalam rencana
pembelajaran, ketercapaian efektifitas kemampuan guru mengelola pembelajaran,
respon siswa terhadap pembelajaran yang positif (Pardomuan, 2008:78).
Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa
belajar efektif pula. Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-
syarat seperti belajar secara aktif, baik mental maupun fisik, guru harus
mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar, guru harus bisa
memberikan motivasi kepada siswa tepat sasaran. Kurikulum yang baik dan
seimbang, guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual, guru senantiasa
membuat perencanaan sebelum mengajar, pengaruh guru sugestif perlu diberikan
pula kepada siswa, guru harus memiliki keberanian menghadapi siswa-siswanya,
juga masalah-masalah yang timbul waktu proses belajar berlangsung, guru harus
menciptakan suasana yang demokratis di sekolah (Slameto, 2003:92-94).
Simpulan dari pengertian di atas maka efektifitas pembelajaran adalah
pengaruh atau akibat yang ditimbulkan dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Efektifitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu
25
pembelajaran dikatakan efektif apabila telah mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan. Kriteria efektifitas dalam penelitian ini mengacu pada ketuntasan hasil
belajar siswa dan rata-rata nilai ketuntasan belajar pada pokok bahasan jurnal
penyesuaian.
2.1.5. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
didalamnya buku-buku, film, komputer, dan lain-lain (Joyce dalam Trianto
2007:5). Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Supriono, 2010:46).
Model pembelajaran terdiri atas model pembelajaran langsung, model
pembelajaran kooperatif, dan Model berbasis masalah (Supriono, 2010:46).
1. Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung atau direct intruction dikenal dengan sebutan
active teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar dimana guru
terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan
mengajarkannya secara langsung kepada seluruh siswa. Pembelajaran
langsung dirancang untuk penguasaan pengetahuan prosedural, pengetahuan
deklaratif (pengetahuan faktual) serta berbagai keterampilan. Pembelajaran
langsung dimaksudkan untuk menuntaskan dua hasil belajar yaitu
26
penguasaan pengetahuan yang distrukturkan dengan baik dan penguasaan
keterampilan
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tidak
sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar
pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok
yang dilakukan asal-asalan.
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan
konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah
belajar penemuan atau discovery learning. Mengenai discovery learning ,
Johnson membedakannya dengan inquiry learning. Hal ini karena proses
akhir discovery learning adalah penemuan, sedangkan inquiry learning
proses akhir terletak pada kepuasan meneliti.
Walaupun ada pendapat yang membedakan antara discovery learning
dan inquiry learning, namun keduanya memiliki persamaan discovery
learning dan inquiry learning merupakan pembelajaran beraksentuasi pada
masalah-masalah kontekstual. Keduanya merupakan pembelajaran yang
menekankan aktivitas penyelidikan meliputi proses informasi, transformasi
dan evaluasi.
27
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.
Pembelajaran kooperatif sebagai proses pembelajaran berbasis kerja sama. Dalam
pelajaran kooperatif siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang akan
bekerja sama dalam memecahkan masalah yang diberikan guru (Budimansyah,
2002:9).
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Adapun elemen dalam pembelajaran
kooperatif adalah adanya saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,
akuntabilitas individual, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi
atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Abdurrahman & Bintoro,
2000:78-79 dalam Nurhadi, 2000:61).
1. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling
membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.
Saling ketergantungan positif menuntut adanya Interaksi promotif yang
memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih
hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai
melalui saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling ketergantungan
dalam menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber,
saling ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah.
28
2. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat
saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya
dengan guru, tetapi juga sesama siswa. Interaksi semacam itu
memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga
sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena
ada siswa yang lebih mudah belajar dari sesamanya.
3. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil
penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru
kepada kelompok agar anggota kelompok mengetahui siapa anggota
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang
dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil
belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota kelompok harus
memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang
didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara
inividual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang
rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik
teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendomonasi orang
29
lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin
hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat
menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru
tetapi juga dari sesama siswa. Pendekatan kooperatif terdiri dari berbagai
macam pendekatan diantaranya yaitu:
a. Student Team Achivement Division (STAD)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya
di Universitas John Hopkin. Guru yang menggunakan STAD mengacu
kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi baru kepada
siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal/teks.
Pelaksanaan pembelajaran STAD dengan mengelompokan siswa
dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5orang secara
heterogen. Guru menyajikan pelajaran dan siswa yang bekerja dalam
tim, mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Kemudian semua siswa diberi tes yang dikerjakan
individu.
b. Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot dan
teman-teman di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh
Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Dalam
penerapan Jigsaw, Siswa dibagi berkelompok 5/6 anggota kelompok
belajar heterogen dengan pola kelompok asal dan kelompok ahli,
30
materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi menjadi beberapa sub bab. Kemudian siswa mempelajari sub
bab yang ditugaskan dalam kelompok ahli, setelah itu kelompok
ahli membantu kelompok asal mempelajari sub bab tersebut.
c. Group Investigation (GI)
Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran
kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.
Dalam mengimplementasi tipe investigasi kelompok guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok heterogen dengan anggota 5-6
siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik
yang dipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan mempresentasikan
laporannya kepada seluruh kelas.
d. Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer kagen dan kawan-
kawan. Meskipun banyak memiliki persamaan dengan pendekatan
yang lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada
penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk memperoleh pola
interaksi siswa. Dalam penerapan pendekatan struktural, guru
membentuk kelompok dengan jumlah yang bervariasi misal berdua,
bertiga, atau 4-5orang anggota. Pemilihan topik pelajaran biasanya
dilakukan oleh guru. Tugas siswa mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan secara sosial dan kognitif. Pada akhir pembelajaran seluruh
31
siswa diberi tes yang dikerjakan individu. Ada struktur tertentu yang
dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada
struktur yang dirancang untuk mengajarkan yang terkenal, adalah
Think Pair Share dan Numbered Head Together yang dapat digunakan
oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau mengecek
pemahaman siswa terhadap isi tertentu.
Model pembelajaraan kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan
pengembangan ketermpilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model
pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi peserta didik
dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas
berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu
pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
maupun reward.
Salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah interaksi
kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi personal (interaksi antar
anggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan
mengembangkan intelegensi interpersonal. Intelegensi ini berupa kemampuan
untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak,
tempramen orang lain. Secara umum intelegensi interpersonal berkaitan dengan
kemampuan seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang.
Interaksi kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif dengan kata lain
bertujuan mengembangkan keterampilan sosial (social skill). Beberapa komponen
32
keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja
kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas (Supriono, 2010:61-62)
Unsur-unsur dalam pembelajran kooperatif menurut Ibrahim (2000:6) adalah
sebagai berikut:
1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama.
2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya,
seperti milik mereka sendiri.
3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota didalam kelompok menjadi
tujuan yang sama.
4) Siswa haruslah membagi tugas semua dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota-anggota kelompoknya.
5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan
yang juga akan dikenakan oleh anggota kecil.
Kelebihan pembelajaran kooperatif antara lain diantaranya:
1) Adanya saling ketergantungan yang positif, Saling membantu dan
memberika motivasi sehingga ada interaksi yang baik.
2) Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerjasama seperti
kepemimpinan, kemampuan komunikasi mempercayai orang lain dan
mengelola konflik secara langsung diajarkan dalam melakukan kerjasama
kelompok.
3) Adanya penataan tingkat kecerdasan pemahaman siswa karena siswa
terbagi dalam kelompok yang terdiri dari berbagai macam perbedaan.
33
4) Siswa lebih termotivasi dan terlibat dalam proses pembelajaran.
Kekurangan pembelajaran kooperatif diantaranya:
1) Apabila dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak benar-benar
memahami dan guru tidak mengendalikan kelas dengan baik maka
pembelajaran ini tidak akan mencapai tujuan.
2) Waktu yang diperoleh relatif lama karena guru harus membagi siswa
dalam kelompok yang sama rata dan harus mengendalikan, membimbing
masing-masing kelompok dalam berdiskusi.
3) Kesulitan dalam pembagian kelompok heterogen, artinya jika siswa
terdiri dari macam-macam tingkat perbedaan kecerdasan, latar belakang,
suku dan budaya serta agama maka kelompok harus dibagi secara merata.
Langkah-langkah utama atau harapan di dalam pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 2.1
34
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
memotivasi pendidik.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi peserta didik belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi
Menyajikan informasi kepada peserta didik
dengan jalan demontrasi/lewat bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan
peserta didik ke dalam
kelompok
Menjelaskan kepada peserta didik bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar mengerjakan
tugas dengan baik
Fase 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar.
Membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mengerjakan tugas.
Fase 5
Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai dengan
baik upaya/hasil belajar individu/kelompok.
Sumber: Ibrahim 2000:10
35
2.1.7. Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together
Numbered Head Together (NHT) adalah struktural pembelajaran kooperatif
yang telah dikembangkan oleh Spencer Kagen (dalam Ibrahim 2000:25).
Meskipun memiliki banyak persamaan dengan pendekatan yang lain, namun
pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Numbered Head Together
(NHT) adalah menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000:25).
Numbered Head Together (NHT) sebagai model pembelajaran pada
dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari
Numbered Head Together (NHT) adalah guru hanya menunjuk seseorang siswa
tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya
masing-masing. Melalui cara seperti dalam model pembelajaran ini siswa dituntut
untuk terlibat secara maksimal, sehingga tidak hanya bergantung dari teman
sekelompoknya. Selain itu dalam model pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) siswa diberi kesempatan untuk memberikan ide-ide dan menerima
pendapat orang lain untuk menetukan jawaban yang paling tepat.
Numbered Head Together (NHT) adalah tipe model pembelajaran kooperatif
yang merupakan struktur sederhana dan memiliki karakteristik yang terdiri dari 4
tahap yang digunakan untuk mengevaluasi fakta-fakta dan informasi dasar yang
berfungsi untuk mengatur interaksi sosial. Dalam NHT ada 4 langkah yang harus
dijalankan, yaitu:
36
1. Penomoran (Numbering)
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan 3 hingga 5 orang dan member mereka nomor sehingga tiap
siswa dalam tim tersebut memiliki nomor berbeda.
2. Pengajuan pertanyaan (Questioning)
Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi, dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
3. Berpikir bersama (Head Together)
Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa
tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
4. Menjawab (Answering)
Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilakukan terdiri dari tiga tahap
yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada masing-masing langkahnya
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Didalam fase persiapan ini hal-hal yang dilakukan meliputi:
a. Menyusun perangkat pembelajran seperti rencana seperti rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta tujuan pembelajaran
b. Membuat lembar diskusi siswa beserta jawaban
c. Merancang pembentukan kelompok beserta membuat nomor undian
d. Membuat soal latihan mandiri.
37
2. Pelaksanaan
Dalam fase pelaksanaan ini hal-hal yang didukung meliputi:
a. Menyampaikan apersepsi dan motivasi pada siswa
b. Menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi yang akan
disampaikan
c. Mengorganisakan siswa ke dalam kelompok kooperatif tipe NHT (tiap
anggota diberi nomor urut 1)
d. Menyajikan informasi atau materi kepada siswa
e. Mengajukan pertanyaan melalui lembar diskusi siswa
f. Masing-masing kelompok belajar berpikir bersama (Head Together)
membahas penyelesaian dari lembar diskusi
g. Guru membimbing masing-masing kelompok belajar
h. Mengadakan diskusi bersama kelompok belajar tentang materi yang
dipelajari dengan menggunakan model NHT. Setelah itu menyimpulkan
bersama siswa materi yang telah dipelajari.
i. Mengadakan soal latihan mandiri
3. Evaluasi
Hal yang dilakukan dalam tahap evaluasi ini adalah mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang telah dipelajari atau dari masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
38
2.1.8. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan kegiatan belajar mengajar yang
diawali dengan penyajian informasi bahan ajar yang akan dipelajari yang disertai
dengan pemberian contoh soal, pemberian tugas, diskusi,dan tanya jawab sampai
pada akhirnya siswa dapat mengerti apa yang diajarkan oleh guru (Trianto,
2007:41). Penyajian materi pelajaran secara lisan sangat berbeda dengan
penyampaian secara tertulis. Hal ini tergantung pada cara guru mengajar,
kecepatan bicaranya serta volume bicara guru.
Pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru (teacher centered).
Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru menekankan pentingnya aktivitas
guru dalam membelajarkan peserta didik. Peserta didik berperan sebagai pengikut
dan penerima pasif dari kegiatan yang dilaksanakan.
Guru dalam pembelajaran konvensional biasanya menyampaikan mata
pelajaran yang dalam bentuk ceramah atau penjelasan lisan, siswa diharapkan
dapat mengungkapkan kembali semua yang telah dimiliki ketika diberi pertanyaan
oleh guru. Komunikasi yang digunakan adalah searah, kegiatan siswa terbatas
pada ucapan guru, mencatat dan sesekali bertanya. Lingkungan belajar kurang
mendapat perhatian, siswa kebanyakan pasif hanya sebagai pendengar.
Pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dominasi guru dalam kegiatan pembelajaran sedangkan peserta didik
bersifat pasif dan hanya melakukan kegiatan melalui perbuatan pendidik.
2. Bahan belajar terdiri atas konsep-konsep dasar atau materi belajar tidak
dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa
39
3. Pembelajaran tidak dilakukan secara kelompok
4. Pembelajaran tidak dilaksanakan melalui kegiatan laboratoriun
Kelebihan metode pembelajaran konvensional:
1. Bahan belajar dapat dituntaskan secara tuntas
2. Dapat dipahami oleh peserta didik dalam jumlah besar
3. Pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu
4. Target materi relatif mudah dicapai
Kekurangan pembelajaran konvensional:
1. Sangat membosankan karena mengurangi motivasi dan kreativitas siswa
2. Keberhasilan perubahan sikap dan perilaku peserta didik relatif sulit diukur
3. Kualitas pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan adalah relatif
rendah karena pendidik sering hanya mengejar targrt waktu untuk
menghabiskan target materi pembelajaran
4. Pembelajaran kebanyakan menggunakan ceramah dan Tanya jawab
Pembelajaran konvensional yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu tahap
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun tahapan dan masing-masing
langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Didalam fase persiapan ini hal-hal yang dilakukan meliputi: menyusun
perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang didalamya telah mencakup tujuan pembelajaran dan pokok-pokok
materi yang akan diceramahkan atu dijelaskan.
40
2. Pelaksanaan
Didalam fase pelaksanaan ini hal-hal yang dilakukan meliputi:
a. Menyampaikan apersepsi dan motivasi pada siswa
b. Menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi yang akan
disampaikan
c. Menyampaikan materi pembelajaran dengan cara bertutur dengan
sesekali mengajukan pertanyaan kepada siswa, dan siswa bebas
menjawab tanpa ditunjuk atau guru menunjuk siswa yang pandai
untuk menjawab
d. Guru memberikan contoh soal pada siswa secara umum definisi dan
cara penyelesaian dikerjakan oleh guru. Guru memerintahkan apa
yang harus dikerjakan dan bagaimana cara menyimpulkan. Kemudian
selanjutnya siswa diberi latihan soal dan yang menyelesaikan soal
adalah guru sedangkan siswa hanya menyalin
e. Guru menutup ceramah atau pembelajaran dengan menyimpulkan
materi pelajaran yang baru disampaikan
3. Evaluasi
Hal yang dilakukan dalam tahap evaluasi ini biasanya dengan menilai tugas
yang telah diberikan sebelumnya atau hasil dari tugas yang dikerjakan
selama pembelajaran.
2.2 Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pembelajaran akuntansi di kelas tidak bisa hanya menggunakan
metode ceramah saja tanpa latihan secara mandiri, sedangkan mata pelajaran
41
akuntansi banyak memerlukan latihan untuk melatih kemampuan dan
keterampilan dalam pencatatan akuntansi yang benar. Hasil belajar akuntansi
dipengaruhi oleh beberapa hal yang salah satunya adalah penggunaan model
pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif sangat diperlukan untuk
mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Setiap guru dalam proses belajar mengajar senantiasa mengharapkan anak
didiknya dapat mencapai hasil belajar yang semaksimal mungkin. Untuk itu guru
Recommended