View
222
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR
�
� �
�
�
�
�
TRIWULAN IV - 2011 �
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
BANK INDONESIA SURABAYA
Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 129/128 Fax : 031-3554178 Email : kke_sby@bi.go.id Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)
Visi, Misi dan Nilai Strategis
Bank Indonesia
Visi dan Misi
Kantor Bank Indonesia Surabaya
Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya :
“Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter,
perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta
memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam
rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.”
Visi Kantor Bank Indonesia Surabaya :
“Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui
peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang
diberikan.”
Misi Bank Indonesia :
“ Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan
kestabilan moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan
nasional yang berkesinambungan.“
Visi Bank Indonesia :
“Menjadi bank sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional
melalui penguatan nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan
stabil.“
Nilai – Nilai Strategis :
Kompetensi – Intergritas – Transparansi – Akuntabilitas – Kebersamaan.
Pertama-tama ijink
Yang Maha Esa atas rah
Provinsi Jawa Timur Triwula
Kajian triwulanan ini disus
eksternal maupun interna
perbankan dan sistem pem
prospek ke depan.
Analisa pada kajian
Provinsi Jawa Timur didasa
pihak seperti perbankan da
swasta. Atas seluruh bant
kasih yang sebesar-besarny
ini dapat lebih ditingkatk
masukan dan saran unt
memberikan kemanfaatan
Semoga Tuhan Y
kemudahan kepada kita
peningkatan kesejahteraan
umumnya.
i
KATA PENGANTAR
kanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke
ahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Eko
lan IV - 2011 dapat diselesaikan dengan baik d
sun untuk memenuhi kebutuhan informasi ba
nal yang berkaitan dengan perkembangan
mbayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dim
an ini menggambarkan perkembangan pereko
sarkan pada data dan informasi yang diperole
dan instansi di lingkungan pemerintah daerah,
ntuan tersebut kami mengucapkan pengharga
nya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang
tkan di masa yang akan datang. Kami juga
ntuk lebih meningkatkan kualitas kajian s
n yang maksimal.
Yang Maha Pemurah selalu memberikan
a semua dalam memberikan kontribusi yan
n masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan
Surabaya, 8 Feb
BANK INDONESIA
MohamadPemim
ke hadirat Tuhan
konomi Regional
dan tepat waktu.
bagi stakeholders
perekonomian,
imaksud maupun
onomian daerah
leh dari berbagai
, BUMN maupun
gaan dan terima
g terjalin selama
a mengharapkan
sehingga dapat
kekuatan dan
ng terbaik bagi
n Indonesia pada
ebruari 2012
SIA SURABAYA
ad Ishak mpin
RingkasanRingkasanRingkasanRingkasan EksekutifEksekutifEksekutifEksekutif
Ringkasan Eksekutif
Triwulan IV-2011
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ass
seb
seb
pe
tah
Tim
20
ya
pa
inv
sek
me
pa
ya
da
sek
lim
hin
pe
12
Asses
ke
IV-
triw
1 7 kota di Jawa Timur yang
Jember, Probolinggo, Madiun d
Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan IV-2011 masih tumhuh tinggi, meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
utif Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur
Bank Indo
KAJIAN EKONOMI REGIO
TRIWULAN IV – 2011
ssesmen Perkembangan Makro Ekonomi
Perekonomian Jawa Timur pada triwulan
sebesar 7,11% (yoy) lebih rendah dibandingkan
sebesar 7,30%. Sedangkan sepanjang tahun
pertumbuhan sebesar 7,22% (yoy) lebih tin
tahun 2010 sebesar 6,68% (yoy). Pertumbuh
Timur baik pada triwulan IV-2011 maupun di
2011 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
yang tercatat sebesar 6,50%. Dari sisi perminta
pada triwulan ini didorong oleh konsumsi ru
investasi (PMTB). Dari sisi penawaran, sektor Ind
sektor Konstruksi, serta sektor Pertambangan
merupakan sektor pendorong pertumbuhan eko
Dari sisi penawaran, struktur perekono
pada triwulan III-2011 masih didorong oleh t
yaitu Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), In
dan Pertanian. Kombinasi ketiganya memberi s
sekitar 71,10% terhadap PDRB Jawa Timur. Seb
lima tahun terakhir ini terjadi peningkatan pr
hingga mencapai level 9%, hampir mendeka
pertanian pada PDRB Jawa Timur yang berada
12% - 13%.
Assesmen Inflasi
Inflasi Jawa Timur (Jatim) yang dihi
kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 71 k
-2011 sebesar 0,92% (qtq) atau melamb
triwulan sebelumnya yang mencapai 2,05%(qtq
masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surab dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,8
ix
ndonesia Surabaya
IONAL 1
lan IV-2011 tumbuh
an triwulan III-2011
un 2011 mencatat
inggi dibandingkan
han ekonomi Jawa
di sepanjang tahun
n ekonomi nasional
ntaan, pertumbuhan
rumah tangga dan
Industri Pengolahan,
an dan Penggalian
konomi Jatim.
nomian Jawa Timur
tiga sektor utama
Industri Pengolahan
i sumbangan hingga
bagai catatan, pada
proporsi sektor jasa
kati proporsi sektor
a pada kisaran level
hitung berdasarkan
kota pada triwulan
mbat dibandingkan
tq). Secara tahunan,
baya, Malang, Kediri, ,87%.
Ringkasan Eksekutif
Triwulan IV-2011
rea
seb
sas
pe
pe
14
ole
seh
inf
Asses
me
pe
tum
Rp
Tri
seb
Tri
Um
pe
kre
seb
22
Jaw
pa
pa
ak
20
dii
Pe
me
Fungsi Intermediasi perbankan berjalan baik, dengan didorong oleh pertumbuhan kredit yang terus meningkat.
utif Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur
Bank Indo
realisasi inflasi tersebut menutup inflasi di tah
sebesar 4,29% (yoy) atau berada pada bata
sasaran inflasi nasional 2011 (5%±1%). Penur
periode laporan terkait dengan kembali no
permintaan pasca periode Ramadhan dan Ha
1432H yang berlangsung pada triwulan III-201
oleh pelemahan harga beberapa komoditas stra
sehingga mengurangi tekanan dari sisi ek
inflation.
Assesmen Perbankan
Pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa
meningkat ditopang oleh cukup stabilnya perk
perbankan. Total Aset Bank Umum dan BP
tumbuh sebesar 17,33% (yoy) atau 3,90%
Rp288,37 Triliun pada triwulan sebelumnya m
Triliun pada Triwulan IV 2011. Dana Pihak Ket
sebesar 16,41% (yoy) atau 6,96% (qtq) dari s
Triliun menjadi Rp 254,65 Triliun pada periode la
Peningkatan aset dan Dana Pihak K
Umum dan BPR di Jawa Timur tersebut
peningkatan penyaluran kredit yang tercermin p
kredit dari sebesar Rp 185,24 Triliun pada Tr
sebesar Rp 195,42 Triliun pada Triwulan IV 201
22,04 % (yoy) dan 5,5 % (qtq).
Pertumbuhan penyaluran kredit Bank U
Jawa Timur meningkat dari sebesar 20,51% (yoy
pada Triwulan III menjadi sebesar 22,04% (yoy
pada Triwulan IV 2011. Peningkatan tersebu
kselerasi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
2011 di level 7%. Peningkatan pertumbu
diimbangi dengan penurunan rasio kredit berm
Performing Loans (NPL) dari 3,55% pada Triw
menjadi 3,35% pada Triwulan IV Tahun 2011.
x
ndonesia Surabaya
ahun 2011 menjadi
tas bawah rentang
urunan inflasi pada
normalnya tekanan
Hari Raya Idul Fitri
011, serta didorong
rategis internasional,
eksternal/ imported
Timur yang terus
rkembangan kinerja
PR di Jawa Timur
(qtq) dari sebesar
menjadi Rp 299,63
etiga (DPK) tumbuh
i sebesar Rp 238,09
laporan.
Ketiga (DPK) Bank
ut diiringi dengan
pada pertumbuhan
Triwulan III menjadi
11, atau meningkat
Umum dan BPR di
oy) dan 4,53% (qtq)
y) dan 5,50% (qtq)
but mengkonfirmasi
r pada Triwulan IV
buhan kredit juga
ermasalah atau Non
riwulan sebelumnya
Ringkasan Eksekutif
Triwulan IV-2011
Asses
Tim
me
rea
me
sis
Jaw
35
sam
11
me
rea
(12
pe
As
sep
Be
Ba
lai
Ko
(21
me
Prosp
dip
Pe
dib
me
pe
dip
Ekonomi Jatim pada Tw I-2012 berpotensi untuk tumbuh pada batas tengah dari rentang pertumbuhan 6,7% – 7,1%
utif Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur
Bank Indo
Assesmen Keuangan Daerah
Anggaran Pendapatan Daerah Pemerin
Timur pada tahun anggaran 2011 mencapai Rp
meningkat 32,56% dibandingkan anggaran
realisasi pendapatan sampai dengan triwulan
mencapai Rp Rp 11,66 triliun atau 117,76%. S
sisi pengeluaran Anggaran Belanja Daerah Pe
Jawa Timur pada tahun 2011 sebesar Rp 10,62
35,77% dibandingkan anggaran 2010, denga
sampai dengan triwulan IV – 2011 sebesar Rp
111,58%. Secara umum kinerja keuangan Pe
menunjukkan perkembangan yang lebih rend
realisasi anggaran pada periode yang sa
(127,21%).
Sebagaimana pola-pola anggaran di
pendapatan daerah di Jawa Timur didominasi
Asli daerah (PAD) yang bersumber dari penerim
seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta peneri
lainnya yang sah dengan proporsi 77,8% dari
Kontribusi terbesar selanjutnya berasal dari D
(21,67%), sementara itu pendapatan lain-lain
memberikan kontribusi yang relatif rendah.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Triwulan IV-
Pada triwulan I-2012, pertumbuhan
diproyeksikan tumbuh pada rentang pertumbuh
Perekonomian Jatim diperkirakan mengala
dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan p
melambatnya kinerja konsumsi rumah ta
pemerintah dan investasi. Kinerja ekspor n
diperkirakan masih berada dalam tren per
xi
ndonesia Surabaya
rintah Provinsi Jawa
Rp 9,90 triliun atau
an 2010, dengan
n IV – 2011 telah
. Sementara itu dari
Pemerintah Provinsi
62 triliun meningkat
gan realisasi belanja
p 11,86 triliun atau
Pemerintah Provinsi
ndah dibandingkan
sama tahun 2010
i daerah, struktur
si oleh Pendapatan
rimaan pajak daerah
ik Nama Kendaraan
ir Permukaan, Pajak
rimaaan asli daerah
ri total pendapatan.
Dana Perimbangan
in yang sah hanya
-2011
an ekonomi Jatim
uhan 6,7% – 7,1%.
alami perlambatan
pemicu utama dari
angga, konsumsi
non migas Jatim
erbaikan, meskipun
Ringkasan Eksekutif
Triwulan IV-2011
dib
tre
ma
ne
sta
seb
dip
ma
Pe
Su
(IE
pe
dip
be
utif Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur
Bank Indo
dibayangi tekanan pelemahan ekonomi Eropa
tren impor Jatim.
Penyumbang pertumbuhan ekonomi
asih berasal dari konsumsi rumah tangga dan
negeri (net ekspor). Konsumsi rumah tangga
stabil di level 6%, namun sedikit melambat diba
sebelumnya. Momentum Tahun Baru, Imlek
diperkirakan mampu menjaga stabilitas t
masyarakat, yang diiringi peningkatan indeks pe
Perkiraan ini dikonfirmasi oleh hasil Surve
Surabaya, yang menunjukkan bahwa Indeks Eks
(IEK) dan Indeks Penghasilan Saat Ini ya
eningkatan.
Sementara itu, Inflasi Jawa Timur pad
diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan
berada di kisaran 1% s/d 1,5% (qtq) atau 4,30%
xii
ndonesia Surabaya
a dan menguatnya
i pada triwulan ini
n perdagangan luar
a diperkirakan tetap
bandingkan triwulan
dan cuti bersama
tingkat konsumsi
penghasilan saat ini.
vei Konsumen KBI
kspektasi Konsumen
yang menunjukkan
ada triwulan I-2012
an sebelumnya dan
% s/d 4,82% (yoy).
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)
JAWA TIMUR 124.36 125.591 125.92 128.50 129.69
- Kota Surabaya 123.53 125.081 125.50 128.30 129.38
- Kota Malang 124.84 125.735 126.03 128.46 129.91
- Kota Kediri 124.14 123.956 124.60 127.34 128.66
- Kota Jember 126.95 127.970 126.99 128.73 130.02
- Kota Probolinggo 127.92 129.455 129.84 131.66 132.75
- Kota Madiun 129.01 130.053 130.09 132.35 133.51
- Kota Sumenep 121.91 122.031 123.09 125.03 127.02
LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)
JAWA TIMUR 7.10 6.94 6.26 4.87 4.29
- Kota Surabaya 7.34 7.60 6.98 5.22 4.73
- Kota Malang 6.70 5.82 5.37 4.71 4.07
- Kota Kediri 6.80 5.38 4.48 4.45 3.64
- Kota Jember 7.09 6.76 5.04 4.03 2.42
- Kota Probolinggo 6.68 6.81 5.59 3.71 3.78
- Kota Madiun 6.53 5.60 5.32 4.65 3.49
- Kota Sumenep 6.75 5.69 5.70 3.57 4.19
PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 87,026,727 88,869,716 91,398,578 93,503,329 93,212,679
LAMPIRAN
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
INDIKATOR2010 2011
PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 87,026,727 88,869,716 91,398,578 93,503,329 93,212,679
- Pertanian 10,337,933 15,553,734 13,543,813 13,023,015 10,507,871
- Pertambangan dan Penggalian 2,099,675 1,802,122 2,085,751 2,139,238 2,201,521
- Industri Pengolahan 22,932,487 22,036,934 22,576,080 23,259,085 24,299,093
- Listrik, gas, dan air bersih 1,206,216 1,174,790 1,237,703 1,245,192 1,274,399
- Bangunan 2,947,205 2,626,382 3,054,205 3,102,022 3,212,217
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 27,759,932 27,425,226 28,748,367 30,020,944 30,450,678
- Pengangkutan dan komunikasi 6,774,834 6,135,139 7,057,113 7,310,931 7,443,098
- Keuangan, persewaan, dan jasa 4,896,615 4,785,173 4,993,959 5,124,947 5,282,030
- Jasa 8,071,829 7,330,216 8,101,587 8,277,955 8,541,772
Pertumbuhan PDRB (yoy ) 7.20 7.17 7.29 7.30 7.11
Pertumbuhan (YoY)
- Pertanian 1.99 2.82 3.35 2.06 1.64
- Pertambangan dan Penggalian 9.25 10.34 5.44 4.55 4.85
- Industri Pengolahan 5.82 6.66 6.08 5.60 5.96
- Listrik, gas, dan air bersih 8.31 7.22 7.05 5.17 5.65
- Bangunan 8.80 7.42 10.98 8.90 8.99
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.74 9.60 9.47 10.44 9.69
- Pengangkutan dan komunikasi 11.25 12.39 12.10 11.66 9.86
- Keuangan, persewaan, dan jasa 9.00 8.21 8.50 8.17 7.87
- Jasa 4.08 3.89 4.48 5.96 5.82
Pertumbuhan PDRB (yoy ) 7.20 7.17 7.29 7.30 7.11
xviii
A. Perbankan
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Bank Umum :
Total Asset (Rp. Triliun) 249.63 256.43 270.26 282.00 292.82
DPK (Rp. Triliun) 215.24 217.02 226.92 234.25 250.61
- Tabungan (Rp. Triliun) 90.91 90.19 92.85 98.48 110.42
- Giro (Rp. Triliun) 35.86 38.03 40.31 41.85 40.99
- Deposito (Rp. Triliun) 88.47 88.79 93.76 95.31 99.20
Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 155.98 161.93 172.59 180.42 190.57
- Modal Kerja 95.02 95.80 102.38 107.00 113.54
- Investasi 19.33 21.77 23.36 23.29 24.89
- Konsumsi 41.63 44.36 47.37 50.12 52.15
Non Performing Loan (NPL-Gross) 2.94 3.37 3.55 3.47 2.90
Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 72.47% 74.61% 76.06% 77.02% 76.04%
Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 57.51 59.20 61.35 62.22 64.37
NPL UMKM Gross (%) 3.65% 4.47% 4.54% 4.71% 3.73%
BPR :
Total Asset (Rp. Triliun) 5.73 5.86 6.16 6.37 6.81
DPK (Rp. Triliun) 3.51 3.58 3.72 3.84 4.04
- Tabungan (Rp. Triliun) 1.11 1.12 1.15 1.15 1.28
- Deposito (Rp. Triliun) 2.40 2.46 2.58 2.69 2.76
Kredit (Rp. Triliun) 4.15 4.28 4.62 4.82 4.85
- Modal Kerja 2.86 2.94 3.13 3.22 3.18
- Investasi 0.12 0.11 0.13 0.14 0.14
- Konsumsi 1.17 1.23 1.36 1.47 1.53
Non Performing Loan (NPL-Gross) 4.24% 4.99% 4.92% 4.77% 4.01%
Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 118.28% 119.67% 115.49% 125.69% 120.01%
SYARIAH :
Total Asset (Rp. Triliun) 7.57 8.04 9.02 10.30 11.65
DPK (Rp. Triliun) 5.71 6.28 7.07 7.74 9.23
- Giro (Rp. Triliun) 0.43 0.47 0.56 0.46 0.63
- Tabungan (Rp. Triliun) 2.18 2.23 2.50 2.78 3.36
- Deposito (Rp. Triliun) 3.10 3.58 4.01 4.50 5.24
Pembiayaan (Rp. Triliun) 5.14 6.16 6.96 8.08 8.84
- Modal Kerja 2.12 2.25 2.80 3.17 3.45
- Investasi 0.69 0.93 1.04 1.19 1.40
- Konsumsi 2.76 2.97 3.13 3.72 3.98
Non Performance Financing (NPF) % 1.08 1.14 1.45 1.41 1.21
Financing to Deposit Ratio (FDR) % 90.02 98.06 98.53 104.46 95.73
B. SISTEM PEMBAYARAN
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Inflow (Rp. Triliun) 6.84 8.99 7.13 12.2 8.7
Outflow (Rp. Triliun) 5.25 3.54 7.62 14.66 8.24
Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 2.14 6.30 5.08 5.61 4.07
Nominal Transaksi RTGS 141.82 127 125.07 149.32 148.29
Volume Transaksi RTGS 157,374 142,015 141,213 149,834 155,650
Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 38.26 40.04 40.58 41.00 44.33
Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1.27 1.35 1.37 1.23 1.37498
Tolakan Kliring (Rp. Juta) 598,697 764,425 691,041 518,985 596,757
Tolakan Kliring (lembar) 20,592 24,250 20,257 17,900 48,249
LAMPIRAN 2
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR
INDIKATOR2010 2011
INDIKATOR2010 2011
Bab 1Bab 1Bab 1Bab 1
PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONAL
1
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral
Prov.Jawa Timur
Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan
Prov.Jawa Timur
1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1. KONDISI UMUM
Perekonomian Jawa Timur pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 7,11% (yoy)
lebih rendah dibandingkan triwulan III-2011 sebesar 7,30%. Sedangkan sepanjang
tahun 2011 mencatat pertumbuhan sebesar 7,22% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
tahun 2010 sebesar 6,68% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur baik pada triwulan
IV-2011 maupun di sepanjang tahun 2011 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,50%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan
pada triwulan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB). Dari sisi
penawaran, sektor Industri Pengolahan, sektor Konstruksi, serta sektor Pertambangan
dan Penggalian merupakan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim.
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
5.65
6.03
6.39 6.34
5.996.27
6.17
5.35
4.33
5.01 4.98
5.16
5.81
6.53
7.14 7.16 6.997.25
7.12 7.11
5.85
5.18
4.37
4.00 4.20
4.58
5.70
6.17
5.80
6.9
6.5 6.5
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Jawa Timur Nasional
%
y
o
y
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Listrik Gas Air Bersih
Tambang
Bangunan
Keuangan
Angkut & Kom
Jasa
Pertanian
Industri
PHR
%
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
0.24
0.22
1.53
0.12
0.30
3.11
0.88
0.51
0.38
0.29
0.10
1.39
0.07
0.30
3.35
0.91
0.45
0.53
0.19
0.11
1.55
0.08
0.31
3.17
0.79
0.45
0.53
- 1 2 3 4
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa …
Jasa-jasaQ4-2011
Q3-2011
Q4-2010
5.47
0.05
0.67
1.38
0.00
1.88
-1.73
5.51
0.05
0.57
1.44
0.15
1.94
-1.78
6.01
0.06
0.71
1.67
0.01
2.13
-1.97
-4 -2 0 2 4 6 8
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Lembaga Swasta
Nirlaba
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Perubahan Stok
Ekspor
Impor
q4-2011
q3-2011
q4-2010
2
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh konsumsi
rumah tangga dan investasi.
a. Konsumsi
Pada triwulan IV-2011, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap menjadi
pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Meskipun mengalami
perlambatan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap berada pada level tinggi
yaitu di kisaran 7%. Tercatat pertumbuhannya pada triwulan ini mencapai 6,97% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yang mencapai 7,44%. Kondisi ini
dikonfirmasi dari stabilnya beberapa indikator konsumsi seperti nilai indeks omset riil
hasil Survei Penjualan Eceran. Sedangkan, jumlah konsumsi listrik rumah tangga dan
bahan bakar masyarakat pada triwulan ini mengalami peningkatan.
Jika merujuk pada pola pertumbuhan ekonomi tahunan, terdapat pola
pelemahan daya konsumsi masyarakat pada triwulan pasca Idul Fitri, namun situasi
perekonomian Jatim yang terus menunjukkan perbaikan di sepanjang tahun 2011
turut mendorong perbaikan pendapatan masyarakat sehingga pertumbuhan konsumsi
masyarakat pada triwulan ini relatif stabil. Momentum Natal dan sale akhir tahun
direspon positif oleh masyarakat Jawa Timur, terutama di kota-kota besar.
Indikator survei penjualan eceran mencerminkan kondisi serupa dengan nilai
total indeks omset riil sebesar 88,53. Meskipun demikian terdapat pelemahan kinerja
penjualan untuk jenis bahan bangunan/konstruksi sebesar -20,18 yang diduga dipicu
oleh meningkatnya harga produk dan jasa di sektor ini. Tren peningkatan indeks omset
penjualan pada kelompok komoditas kerajinan, seni dan mainan anak diduga dipicu
Grafik 1.5
Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Grafik 1.6
Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Sumber: BPS Jatim Sumber: BPS Jatim
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Kons Rumah Tangga Kons Pemerintah
gKons Rumah Tangga (rhs) gKonsumsi Pemerintah (rhs)
T
R
I
L
I
U
N
R
p
%
y
o
y
-600%
-400%
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
-3
-2
-1
0
1
2
3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Net Ekspor Net Ekspor Antar Pulau
gNet Ekspor (rhs) gNet Ekspor Antar Pulau (rhs)
T
R
I
L
I
U
N
R
p
%
y
o
y
3
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Grafik 1.7
Indeks Penjualan Eceran
Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya Sumber: PLN Distribusi Jatim
Sumber: Pertamina Jatim, diolah
oleh momentum Natal, seiring meningkatnya kebutuhan ekspor produk ini. Selain itu
kelompok alat tulis, pakaian serta makanan, minuman dan tembakau turut merespon
baik momentum Natal pada tahun ini dengan mencatatkan peningkatan omset
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, indikator konsumsi listrik rumah tangga menunjukkan
peningkatan, yaitu dari 761,5 Kwh menjadi 819,4 Kwh atau sama dengan peningkatan
dari 105,7 menjadi 112,2 Kwh per pelanggan. Peningkatan konsumsi listrik
dimungkinkan dipicu oleh peningkatan kegiatan kebersamaan baik dalam hubungan
keluarga maupun komunitas dalam merespon perayaan Natal dan Tahun Baru. Kondisi
sama terjadi pula pada indikator konsumsi bahan bakar yang digunakan untuk
transportasi darat dan rumah tangga, dengan peningkatan tertinggi pada
pemanfaatan jenis solar hingga mencapai 25,6% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan
Grafik 1.9 Pertumbuhan Konsumsi BBM
(Transportasi Darat & Rumah Tangga) di Jawa
Grafik 1.8
Konsumsi Listrik Rumah Tangga
0
100
200
300
400
500
600
700
800
70
80
90
100
110
120
130
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
2007 2008 2009 2010 2011
Konsumsi listrik RT
KwH per pelanggan RT
-
50
100
150
200
250
300
350
70
75
80
85
90
95
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Omset Riil Peralatan Rumah Tangga
Pakaian & Perlengkapannya Makanan, Minuman, Tembakau
Alat Tulis Konstruksi
Kerajinan, Seni, Mainan Anak
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
0
200
400
600
800
1000
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
Premium Solar
gPremium (%) gSolar (%)
4
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Grafik 1.10
Perkembangan Kredit Konsumsi Th 2011
triwulan sebelumnya, yang hanya mencapai 13,9%. Sedangkan, pertumbuhan
konsumsi premium relatif stabil di level 10%, meningkat dari 10,01% (yoy) menjadi
10,27%.
Pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan
konsumsi masyarakat menunjukkan pertumbuhan signifikan yaitu dari 7,96% pada
triwulan sebelumnya menjadi 25,71%. Meningkatnya pertumbuhan simpanan
perorangan yang dipicu oleh lonjakan pertumbuhan tabungan perorangan diyakini
sebagai aksi simpan kelompok rumah tangga pasca pengeluaran cukup besar di Hari
Raya Idul Fitri. Jenis simpanan lainnya, yaitu giro dan deposito pun mengalami
peningkatan menjadi sebesar 18,98% dan 10,8%. Sebagai sumber pembiayaan lainnya,
kondisi serupa tercermin pula pada melambatnya kinerja pertumbuhan kredit
konsumsi Bank Umum, yaitu dari 27,9% (yoy) menjadi 25,27%.
Selain itu, indikator membaiknya kondisi perekonomian juga tercermin dari
keyakinan konsumen hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia Surabaya,
menyakini bahwa ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan saat ini akan terus
mengalami perbaikan. Keyakinan pada kedua indeks ini turut pula meningkatkan
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama, seperti elektronik dan
kendaraan bermotor. Sehingga secara keseluruhan ketiga indeks ini membentuk
peningkatan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yaitu dari 106,67 menjadi 113,47.
Demikian pula, responden memiliki ekspektasi bahwa perekonomian akan semakin
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Grafik 1.11
Dana Simpanan Perbankan Perorangan
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
gDPK Perorangan gGiro Perorangan (rhs)
gTab Perorangan (rhs) gDep Perorangan (rhs)
23%
24%
25%
26%
27%
28%
29%
30%
31%
40,000,000
42,000,000
44,000,000
46,000,000
48,000,000
50,000,000
52,000,000
54,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2011
Konsumsi gKonsumsi (rhs)
5
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Grafik 1.13
Survei Konsumen – Kondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik 1.12
Survei Konsumen – Keyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
membaik yang diwakili oleh peningkatan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), dari 125,6
menjadi 125,73 .
b. Investasi
Tren peningkatan kinerja investasi masih terjadi pada triwulan ini, sebagaimana
tercermin pada tingkat pertumbuhan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto –
PMTB) yang meningkat dari 13,96% (yoy) pada triwulan III-2011 menjadi 17,73%.
Pertumbuhan investasi tersebut antara lain terindikasi dari nilai realisasi investasi PMA
yang tercatat selama triwulan IV-2011di Jawa Timur yang mengalami peningkatan
cukup signifikan dari sebesar USD 250,9 juta (58 proyek) pada triwulan sebelumnya
menjadi sebesar USD 777,3 juta (93 proyek). Sedangkan nilai realisasi PMDN sedikit
melambat dari sebesar Rp 2,69 triliun (37 proyek) pada triwulan sebelumnya menjadi
sebesar Rp 2,42 triliun (61 proyek). Jika dibandingkan periode yang sama tahun 2010,
kinerja investasi PMA mencatat kinerja positif setelah sebelumnya selama tiga triwulan
berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif, yaitu sebesar 159% (yoy).
Perbaikan kinerja investasi PMA ini diharapkan terus terjadi di tahun 2012,
mengingat berbagai kebijakan yang dilakukan Pemerintah Daerah guna memperbaiki
iklim investasi. Salah satunya, dengan terus memperbaiki kualitas infrastruktur
pelabuhan, bandara dan Jalan Tol sebagai akses kawasan industri menuju daerah
pemasaran atau tujuan ekspor. Selain itu, upaya percepatan pengurusan perizinan juga
telah menjadi komitmen utama di Jawa Timur hingga tingkat kabupaten/kota.
Pemerintah Provinsi pun turut berupaya mengembangkan jejaring perdagangan luar
negeri dengan melakukan temu dagang antara pedagang daerah dan investor
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Kondisi Ekonomi Saat In i (IKE)Indeks Penghasilan Saat In iIndeks Ketersediaan Lapangan KerjaIndeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV
I II III IV
I II III IV
I II III IV
I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
6
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah
Grafik 1.17
Perkembangan Kredit Investasi
Grafik 1.16
Perkembangan PMTB
Grafik 1.14
Perkembangan Jumlah Proyek Investasi
Grafik 1.15
Perkembangan Nilai Proyek Investasi
internasional guna menjajaki berbagai kemungkinan kerjasama perdagangan atau pun
investasi.
Indikator lainnya juga mengindikasikan hal yang sama, sebagaimana tercermin
dari peningkatan pertumbuhan kredit investasi yang merupakan salah satu sumber
pembiayaan investasi dari Bank Umum yang meningkat dari 26,26% pada triwulan
sebelumnya menjadi sebesar 28,76% (yoy). Kondisi serupa tercermin pula dari indikator
penjualan semen yang mengalami peningkatan dari 9,13% menjadi 19,66%. Namun
belum diikuti kinerja penjualan bahan bangunan/konstruksi sebagai dampak terhadap
kenaikan harga produk dan jasa di bidang konstruksi. Pengaruh tingginya kebutuhan
pembangunan di daerah ini yang belum mempengaruhi kinerja komoditas semen,
sehingga penjualannya pun bahkan mengalami peningkatan.
Sumber: BKPM
Sumber: BPM Jawa Timur
-100%
0%
100%
200%
300%
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN
Perubahan Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMDN
Sumber: BKPM
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Nilai Proyek PMA (USD million) Nilai Proyek PMDN (Rp miliar)
g Nilai Proyek PMA g Nilai Proyek PMDN
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0
3
6
9
12
15
18
21
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
PMTB gPMTB (rhs)
T
R
I
L
I
U
N
R
p
%
y
o
y
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
20,000,000
20,500,000
21,000,000
21,500,000
22,000,000
22,500,000
23,000,000
23,500,000
24,000,000
24,500,000
25,000,000
25,500,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2011
Investasi gInvestasi (rhs)
7
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Grafik 1.18
Perkembangan Volume Penjualan Semen
Grafik 1.19
Perkembangan Impor Barang Modal
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
Indikator lainnya, impor barang modal menunjukan perlambatan pertumbuhan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini diperkirakan terjadi karena pelaku
dunia usaha sudah mempersiapkan keperluan investasi barang modal ataupun
penggantian suku cadang pada triwulan-triwulan sebelumnya serta adanya
kecenderungan aksi “wait and see” para pelaku usaha di akhir tahun 2011 sebagai
respon atas kekhawatiran dampak pelemahan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat
pada kinerja perekonomian Indonesia dan dari sisi negara tujuan pemasaran
produknya.
c. Ekspor-Impor
Kinerja perdagangan Jawa Timur pada posisi triwulan IV-2011 menurut publikasi
BPS Jawa Timur (BPS Jatim) mencatatkan angka net impor sebesar Rp 0,86 trilyun yang
terus menunjukan tren positif sejak triwulan awal tahun berjalan. Angka tersebut
dihasilkan dari aktvitas perdagangan luar negeri yang mencatatkan net impor sebesar
Rp 0,42 trilyun dan perdagangan antar pulau sebesar Rp 0,44 trilyun.
Sementara itu, aktivitas perdagangan luar negeri Jawa Timur yang bersumber
dari aplikasi Permohonan Ekspor Barang (PEB) dan Permohonan Impor Barang (PIB)
masih mencatatkan net impor yang tercatat sebesar USD 357,61 juta didorong net
impor barang modal (USD 512,55 juta) dan barang bahan baku (USD 594,57 juta).
Sedangkan barang konsumsi mencatatkan net ekspor sebesar USD 749,51,38 juta.
Berdasarkan data ini, kinerja perdagangan luar negeri Jatim mengalami perbaikan
dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun masih berada dalam posisi net impor.
Sumber: Bank Indonesia
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Penjualan Semen (ribu sak) g_Penjualan Semen
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
140
160
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Capital Goods g_Capital Goods
8
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Grafik 1.20 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim
Grafik 1.21 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim
Meningkatnya ekspor barang konsumsi guna memenuhi permintaan luar negeri untuk
kelompok barang – barang perlengkapan Natal dan Tahun Baru diduga menjadi
pemicu utama perbaikan kinerja pada triwulan ini.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.25 Perkembangan Nilai Impor
Grafik 1.23 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang
Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Per Jenis Barang
Sumber: BPS Jatim Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor
Sumber: Bank Indonesia
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
Consumption Goods Intermediate Goods Capital GoodsJ
U
T
A
U
S
D
(
C
I
F)
(50)
-
50
100
150
200
I II III IV I II III IV
2010 2011
g_Total Ekspor g_Capital Goods
g_Intermediate Goods g_Consumption Goods
%
-
y
o
y
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
-3
-2
-1
0
1
2
3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Net Ekspor Net Ekspor Antar Pulau
T
R
I
L
I
U
N
R
p
(800)
(600)
(400)
(200)
-
200
400
600
800
1,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
NET EKSPOR (USD Juta) Net Capital Goods
Net Intermediate Goods Net Consumption Goods
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total Ekspor g_Total Ekspor
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total Impor g_Total Impor
9
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Grafik 1.29
Statistik Discharge-Loaded di Tanjung Perak
Grafik 1.26
Nilai Impor per Jenis Barang Grafik 1.27
Pertumbuhan Impor per Jenis Barang
Peningkatan kinerja perdagangan luar negeri Jatim juga tercermin dari
kegiatan bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Perak. Sebagaimana
ditunjukkan pada grafik 1.28, terjadi peningkatan jumlah kontainer yang melakukan
kegiatan bongkar muat, dengan dominasi pada jenis pengiriman barang antar negara.
Tercatat peningkatan arus bongkar muat kontainer baik yang ditujukan untuk pasar
internasional maupun domestic, secara total tumbuh positif sebesar 8.91% (yoy) atau
menjadi sebanyak 337,448 Teus.
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Grafik 1.28
Statistik Kontainer di Tanjung Perak
Sumber: PT X, Tanjung Perak
(20)
(10)
-
10
20
30
40
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Total Kontainer (Teus)
gTotal Kontainer (Teus)
TEUS %
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Discharge Loaded
gDischarge gLoaded
TEUS
Sumber: PT X, Tanjung Perak
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Consumption Goods Intermediate Goods Capital GoodsJ
U
T
A
U
S
D
(
C
I
F)
-60.0
-40.0
-20.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
160.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
g_Total Impor g_Capital Goods
g_Intermediate Goods g_Consumption Goods
%
y
o
y
Sumber: Bank Indonesia
10
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Grafik 1.30
Statistik Kontainer Internasional
1.3. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2011
masih didorong oleh tiga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR),
Industri Pengolahan dan Pertanian. Kombinasi ketiganya memberi sumbangan
hingga sekitar 71,10% terhadap PDRB Jawa Timur. Sebagai catatan, pada lima tahun
terakhir ini terjadi peningkatan proporsi sektor jasa hingga mencapai level 9%,
hampir mendekati proporsi sektor pertanian pada PDRB Jawa Timur yang berada
pada kisaran level 12% - 13%.
Grafik 1.32
Pertumbuhan Tiga Sektor Utama
Sumber: BPS Jawa Timur
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Grafik 1.31
Statistik Kontainer Domestik
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Grafik 1.33
Pertumbuhan Sektor Pendukung
Sumber: BPS Jawa Timur
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Discharge Loaded
gDischarge gLoaded
TEUS %
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Discharge Loaded
gDischarge gLoaded
TEUS
-8%
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
PHR Industri Pertanian
gPHR (rhs) gIndustri (rhs) gPertanian (rhs)
T
R
I
L
I
U
N
R
p
%
y
o
y
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Jasa Angkut & Kom KeuangangJasa (rhs) gAngkut & Kom (rhs) gKeuangan (rhs)
T
R
I
L
I
U
N
R
p
%
y
o
y
11
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi
mencapai angka 9,86% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0,77%. Selanjutnya,
pertumbuhan tertinggi berada pada salah satu sektor utama Jawa Timur, yaitu sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang mencapai 9,69% sehingga memberikan
sumbangan pertumbuhan terbesar mencapai 3,09%. Sedangkan sektor Industri
Pengolahan dan sektor Pertanian masing-masing tumbuh sebesar 5,96% dan 1,64%
dengan kontribusi masing-masing sebesar 1,57% dan 0,20% terhadap pertumbuhan
ekonomi Jatim. Sedangkan sektor pendukung mencatatkan perlambatan pertumbuhan
kecuali sektor jasa-jasa yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi
5,82%.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank
Indonesia Surabaya, tingkat utilisasi kapasitas produksi di Jawa Timur tercatat
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 74,5% menjadi
78,14% (lihat grafik 1.40). Dari sisi sektoral, peningkatan kapasitas produksi ini dipicu
oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan, pertanian dan industri pengolahan.
Sumber: BPS Jawa Timur
Grafik 1.34
Pertumbuhan Sektor Pendukung
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
0
1
2
3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Bangunan Tambang Listrik Gas Air Bersih
gBangunan (rhs) gTambang (rhs) gListrik Gas Air Bersih (rhs)
T
R
I
L
I
U
N
R
p
%
y
o
y
12
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Grafik 1.35
Utilisasi Kapasitas Produksi
Optimalisasi kapasitas terpakai juga terkonfirmasi dengan peningkatan angka
indeks realisasi usaha hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), yaitu dari 8,49
menjadi 35,87. Sedangkan indeks realisasi usaha secara sektoral angka tertinggi berada
pada sektor jasa-jasa. Mengingat analisa proporsi sektoral yang menunjukkan bahwa
sektor ini memiliki proporsi hampir sama dengan sektor pertanian, sehingga
diperlukan kajian lebih lanjut guna menggali potensi sektor ini di masa mendatang,
agar pertumbuhan ekonomi Jawa Timur terus terjaga di atas level 6%.
Grafik 1.37
Indeks Realisasi Usaha
Sumber: SKDU BI Surabaya
Grafik 1.38
Indeks Realisasi Usaha Sektoral
Sumber: SKDU BI Surabaya
Grafik 1.36
Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral
Sumber: SKDU BI Surabaya
0.240.73
6.48
5.23
-4.30 -4.03
-15
-10
-5
0
5
10
15
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian Industri Pengolahan PHR
S
B
T
63.4
56.9
67.2
71.5
63.3
64.2
70.0
69.8
75.1
80.1
77.7
73.2
74.9
69.3
70.7
73.974.3
73.3
74.5
78.1
30
40
50
60
70
80
90
I II II I IV I II III IV I I I III IV I II III IV I II III IV I II II I IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II II I IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total Pertanian Pertambangan
Industri Pengolahan Listrik Gas Air Bersih
%
-27.23
7.05
22.1
-0.45
-18.91
11.35
22.32
25.86
-1.85
21.623.29
4.15
1.1
19.5518.54
6.47
-1.46
20.88
11.6
15.81
6.43
26.35
8.49
35.87
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Realisasi Usaha
S
B
T
13
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Grafik 1.39
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
Grafik 1.40
Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) mengalami perlambatan
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 10,44% menjadi 9,69% (yoy), seiring
telah berlalunya puncak kegiatan perdagangan pada saat Hari Raya Idul Fitri.
Berdasarkan sub-sub sektornya, sektor Perhotelan mencatatkan pertumbuhan positif
yaitu dari 8,49% (yoy) menjadi 9,45%. Sedangkan, kedua sub sektor lainnya
mengalami pertumbuhan negatif, masing-masing untuk sub sektor Perdagangan
Besar dan Eceran dari 10,64% (yoy) menjadi 9,93% dan sub sektor Restoran dari
9,74% menjadi 8,51%. Kinerja positif sektor perhotelan diyakini sebagai respon
meningkatnya tingkat hunian kamar pada libur Natal dan Tahun Baru.
Perlambatan kinerja subsektor Perdagangan Besar dan Eceran dipicu oleh
melambatnya konsumsi masyarakat pada triwulan ini dibandingkan triwulan
sebelumnya, mengikuti pola-pola di tahun sebelumnya, di saat munculnya aksi saving
pasca puncak belanja masyarakat di saat Idul Fitri.
Selanjutnya, turut mendukung tren peningkatan kinerja subsektor hotel
beberapa indikator, seperti Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan lama tinggal tamu di
Hotel Berbintang Jatim serta jumlah wisatawan asing melalui Bandara Juanda,
mencerminkan kondisi serupa, yaitu mengalami peningkatan. Bahkan, TPK Hotel
Berbintang mencapai titik tertinggi selama 4 (empat) tahun terakhir, yaitu berada
pada level 54,22%. Berbeda dengan ketiga indikator sebelumnya, indikator konsumsi
listrik bisnis di Jawa Timur pada triwulan ini mengalami penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya, hingga mencapai -14,16%. Tren negatif pertumbuhan ini
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
2007 2008 2009 2010 2011
TPK Hotel Berbintang Jatim
%
0
1
2
3
4
5
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
2007 2008 2009 2010 2011
Asing Indonesia Total
H
A
R
I
14
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
sebenarnya telah terjadi sejak triwulan III-2011, dan masih berlanjut hingga triwulan
ini. Berbeda dengan kinerja subsektor perhotelan, subsektor restoran mengalami
perlambatan kinerja, namun masih tetap tinggi yaitu berada di atas level 8%. Seiring
dengan meningkatnya animo masyarakat untuk berwisata di hari libur dan cuti
bersama, maka kinerja subsektor perhotelan dan restoran terus berada dalam tren
perbaikan pasca krisis global tahun 2008.
b. Sektor Industri Pengolahan
Industri Pengolahan pada triwulan IV-2011 berada dalam tren peningkatan, yaitu
dari 5,60% menjadi 5,96%. Berbeda dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan
tertinggi terdapat pada sub sektor semen dan barang galian bukan logam sebesar
17,40%, yang diikuti oleh sub sektor pupuk, kimia dan barang dari karet (8,16%) dan
sub sektor logam dasar besi dan baja (6,89%). Pertumbuhan positif hampir terjadi di
seluruh sub sektor, kecuali sub sektor industri alat angkutan mesin dan peralatannya
serta sub sektor barang lainnya. Perbaikan kinerja sektor ini diharapkan masih terus
terjadi di sepanjang tahun 2012, di tengah kekhawatiran pelaku usaha terkait dampak
pelemahan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat pada perekonomian Indonesia dan
Jawa Timur.
Grafik 1.41
Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda
Grafik 1.42
Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
2007 2008 2009 2010 2011
Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan
%
K
W
h
0
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Wisman Melalui Juanda
O
R
A
N
G
Sumber: BPS Jawa Timur
15
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Sumber: BPS Prov.Jawa Timur
Namun demikian, indikator pendukung sektor industri pengolahan, yang terdiri
dari data impor bahan baku dan modal, konsumsi bahan bakar dan listrik sektor
industri menunjukkan kondisi yang tidak sama. Tren penurunan yang terjadi pada
triwulan III-2011 masih berlanjut pada triwulan ini, kecuali yang terjadi pada impor
bahan baku.
Grafik 1.44
Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku
Grafik 1.45 Perkembangan Pertumbuhan Impor
Impor Barang Bahan Baku
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.43
Pertumbuhan Produksi Industri Pengolahan
Grafik 1.46 Perkembangan Konsumsi BBM Industri
Sumber: Pertamina, diolah
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30 Tw III-2010 Tw.IV-2010 Tw I-2011
Tw II-2011 Tw III-2011 Tw IV-2011
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
Solar gSolar (rhs)
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Consumption Goods Intermediate Goods Capital GoodsJ
U
T
A
U
S
D
(
C
I
F)
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
g_Total Impor g_Capital Goods
g_Intermediate Goods g_Consumption Goods
%
y
o
y
Sumber: Bank Indonesia
16
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Gambar 1.48
Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur
Gambar 1.49
Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur
c. Pertanian
Kinerja Sektor Pertanian mengalami perlambatan dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu dari tumbuh sebesar 2,06% menjadi 1,64% (yoy). Hampir semua sub
sektor mengalami perlambatan pertumbuhan, kecuali sub sektor tanaman perkebunan
yang mencatatkan perbaikan pertumbuhan dari -1,53% menjadi 9,36% (yoy), dan sub
sektor kehutanan dari 7,62% menjadi 8,04% (yoy).
Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur
Grafik 1.47
Konsumsi Listrik Golongan Industri
Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur
-25%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
80
180
280
380
480
580
680
780
880
980
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
2007 2008 2009 2010 2011
Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan
K
W
h
%
Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
200.00
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha)
gLuas Panen Padi (%) gLuas Tanam Padi (%)
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Luas Panen Jagung (Ha) Luas Tanam Jagung (Ha)
gLuas Panen Jagung (%) gLuas Tanam Jagung (%)
17
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Sumber: Dinas Pertanian Prov.Jawa Timur
d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Pada triwulan III-2011, kinerja Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa, masih
relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun sedikit tumbuh melambat
yaitu dari sebesar 8,17% menjadi 7,87% (yoy). Semua sub sektor mengindikasi
perlambatan pertumbuhan yaitu bank, jasa perusahaan dan sewa bangunan, kecuali
sub sektor lembaga keuangan bukan bank yang menunjukan perbaikan pertumbuhan
yang meningkat dari 12,93% menjadi 14,20%.
Namun demikian, dari beberapa indikator perbankan yang menjadi penopang
pembiayaan berbagai sektor ekonomi, masih cenderung menunjukan peningkatan
diantaranya pertumbuhan dana pihak ketiga, net interest margin dan fee based
income.
Grafik 1.52
Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
Grafik 1.51
Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
Gambar 1.50
Luas Lahan Puso di Jawa Timur
(2,000)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Luas Puso Padi (Ha) Luas Puso Jagung (Ha)
gLuas Puso Padi (%) gLuas Puso Jagung (%)
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
gDana Pihak Ketiga gKredit
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
(10,000,000)
(8,000,000)
(6,000,000)
(4,000,000)
(2,000,000)
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011
Nilai Net Interest Margin (NIM)
gNet Interest Margin (NIM)
18
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
e. Bangunan
Kinerja sektor bangunan pada triwulan III-2011 menunjukan peningkatan
pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 8,90% menjadi
8,99%(yoy). Hal tersebut juga terindikasi peningkatan pertumbuhan volume penjualan
semen dari 9,13% menjadi 19,66% (yoy).
Grafik 1.53
Perkembangan Fee-Based Income
Grafik 1.54
Perkembangan Interest-Based Income
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
Fee Based Income
g.Fee Based Income
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
Interest Based Income
g.Interest Based Income
0.60
20.60
40.60
60.60
80.60
100.60
120.60
140.60
(1,500,000)
(1,000,000)
(500,000)
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
Pendapatan Operasional - Biaya Operasional
BO/PO
Grafik 1.55
Perkembangan Pendapatan – Biaya Operasional Bank
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
19
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Grafik 1.56
Volume Penjualan Semen di Jawa Timur
Gambar 1.58
Arus Barang di Tanjung Perak
f. Pengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan IV-2011
menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu
dari 11,66% menjadi 9,86% (yoy). Hal yang sama juga terjadi di sub sektor transportasi
dan sub sektor komunikasi. Indikator penurunan di sektor ini, salah satunya tercermin
dari menurunnya jumlah penumpang wisatawan mancanegara dan domestik yang
masuk melalui Pelabuhan Udara Juanda Surabaya. Selain itu, indikator arus
penumpang dan barang di Tanjung Perak pun menunjukkan penurunan.
Sumber: Asosisasi Semen Indonesia
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011
Penjualan Semen (ribu sak) g_Penjualan Semen
Gambar 1.57
Arus Penumpang di Tanjung Perak
Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Sumber: BPS Prov. Jawa Timur
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
-10
10
30
50
70
90
110
130
150
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
2007 2008 2009 2010 2011
Jml Penumpang g Jml Penumpang (rhs)
R
I
B
U
O
R
A
N
G
%
y
o
y
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-100
100
300
500
700
900
1100
1300
1500
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
2007 2008 2009 2010 2011
Vol Barang g Jml Barang (rhs)
R
I
B
U
O
R
A
N
G
%
y
o
y
20
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2011
Gambar 1.59
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
Gambar 1.60
Penumpang Internasional di Bandara Juanda
Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Sumber: BPS Prov. Jawa Timur
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
2007 2008 2009 2010 2011
Jml Penumpang Domestik
g Jml Penumpang Domestik (rhs)
R
I
B
U
O
R
A
N
G
%
y
o
y
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
10
20
30
40
50
60
70
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
2007 2008 2009 2010 2011
Jml Penumpang Intl
gPenumpang Intl (rhs)
R
I
B
U
O
R
A
N
G
%
y
o
y
Bab 2Bab 2Bab 2Bab 2
PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI
JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
21
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
2 PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 KONDISI UMUM
Inflasi Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks
Harga Konsumen (IHK) di 71 kota pada triwulan IV-2011 sebesar 0,92% (qtq) atau
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,05%(qtq). Secara
tahunan, realisasi inflasi tersebut menutup inflasi di tahun 2011 menjadi sebesar
4,29% (yoy) atau berada pada batas bawah rentang sasaran inflasi nasional 2011
(5%±1%). Penurunan inflasi pada periode laporan terkait dengan kembali
normalnya tekanan permintaan pasca periode Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
1432H yang berlangsung pada triwulan III-2011, serta didorong oleh pelemahan
harga beberapa komoditas strategis internasional, sehingga mengurangi tekanan
dari sisi eksternal/ imported inflation.
Berdasarkan pendekatan kelompok barang, perlambatan laju inflasi terutama
disebabkan oleh perlambatan inflasi pada kelompok sandang, kelompok
pendidikan,rekreasi dan olah raga, serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau. Berdasarkan disagregasinya, penurunan laju inflasi pada kelompok
inflasi inti (core inflation) dan administered price menjadi penyebab penurunan
inflasi Jatim secara umum.
Sebagaimana arah perlambatan inflasi yang ditunjukkan oleh provinsi lain di
pulau Jawa maupun secara nasional, inflasi Jatim juga menunjukkan tren yang
searah. Namun demikian, jika dibanding dengan provinsi lain di kawasan Jawa,
1 7 kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri,
Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,87%.
Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
Sumber : BPS, data diolah
Grafik 2.2.Perkembangan Inflasi Jawa Timur
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
4.29
3.79
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2011
Inflasi Jatim (7 Kota)
Inflasi Nasional (66 Kota)
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2011
% Inflasi Bulanan (mtm) inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq)
22
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Jatim masih mencatat inflasi tertinggi
(Grafik 2.3). Tercatat realisasi inflasi
tahunan (yoy) provinsi-provinsi di pulau
Jawa s/d akhir tahun 2011 berdasarkan
urutan realisasi inflasi terendah yaitu
Jawa Barat (3,08%), Jawa Tengah
(3,35%), Banten (3,51%), DI
Yogyakarta (4,03%), dan Jawa Timur
(4,29%), sedangkan inflasi nasional
tercatat sebesar 3,79% (yoy).
2.2 INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan realisasi inflasi Jatim cukup terkendali, bahkan mengalami
deflasi sebesar -0,18% pada bulan Oktober yaitu pasca periode Hari Raya Idul Fitri
di bulan September, serta selanjutnya kembali meningkat pada bulan November
dan Desember dengan angka inflasi bulanan masing-masing sebesar 0,49% dan
0,61% (mtm). Deflasi yang terjadi pada bulan Oktober utamanya menjadi
pendorong perlambatan laju inflasi pada triwulan IV-2011, mengingat realisasi
inflasi pada bulan Desember masih berada diatas rata-rata historikal inflasinya
selama 5 (lima) tahun terakhir2, kecuali bulan November.
Berdasarkan kelompok barang, rata-rata laju inflasi bulanan di sepanjang
triwulan IV-2011 diwarnai dengan inflasi yang berada dibawah rata-rata inflasi
2 Rata-rata inflasi bulanan Jawa Timur selama 5 (lima) tahun terakhir (2006-2010) untuk bulan
Oktober, November dan Desember masing-masing sebesar 0,44%, 0,43% dan 0.63% (mtm)
Grafik 2.3
Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)
Tabel 2.1
Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) pada Triwulan IV Tahun 2010-2011
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV
2010 2011
% (yoy)
Jabar Jatim Jateng DIY Banten Nasional
Okt Nov Des Okt Nov Des
UMUM 0.04 0.51 0.93 0.49 -0.18 0.49 0.61 0.31
1 Bahan Makanan -0.74 1.25 3.03 1.18 -0.52 0.83 2.18 0.83
2 Mamin, Rokok & Tbakau 0.81 0.72 0.40 0.64 0.24 0.29 0.24 0.26
3 Perumahan,LGBB 0.31 0.17 0.13 0.20 0.22 0.21 0.13 0.19
4 Sandang 1.57 0.94 1.21 1.24 -2.05 2.15 -0.26 -0.05
5 Kesehatan 0.21 0.11 0.15 0.16 0.08 0.24 0.21 0.17
6 Pendidikan 0.40 0.00 0.05 0.15 0.38 0.01 0.01 0.13
7 Transportasi -0.84 0.00 0.26 -0.19 -0.30 0.29 0.25 0.08
Rata-
rata
Tw IV-2010Kelompok BarangNo
Tw IV-2011Rata-
rata
23
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
bulanan pada periode yang sama di 2010, kecuali untuk kelompok kesehatan dan
kelompok Perumahan, listrik, gas dan bahan bakar yang yang mencatat inflasi
cukup stabil. Inflasi bulanan tertinggi terdapat pada kelompok bahan makanan
dengan rata-rata inflasi sebesar 0,83%, sedangkan terendah terdapat pada
kelompok sandang (-0,05%) yang pada bulan Oktober dan Desember mengalami
deflasi sebesar -2,05% dan -0,26% (mtm). Relatif tingginya inflasi pada kelompok
bahan makanan dibandingkan kelompok barang lainnya terutama terkait dengan
faktor cuaca yang mulai memasuki musim penghujan (November-Desember),
sehingga berpengaruh terhadap penurunan produktivitas hasil produksi komoditas-
komoditas yang masuk dalam kelompok tersebut.
Pasca periode Ramadhan dan
Hari Raya Idul Fitri di bulan Agustus-
September, IHK di 7 kota di Jatim pada
bulan Oktober 2011 mengalami
penurunan sehingga mencatat deflasi
sebesar -0,18% (mtm). Hal ini
disebabkan oleh deflasi yang terjadi
pada 3 (tiga) kelompok barang, yaitu
kelompok sandang (-2,05%), kelompok
bahan makanan (-0,52%), dan kelompok
transportasi, komunikasi & jasa keuangan (-0,30%). Sedangkan empat kelompok
barang lainnya mencatat inflasi pada kisaran yang moderat, yaitu kelompok
pendidikan (0,38%), kelompok makanan minuman & tembakau (0,24%), kelompok
perumahan, listrik & bahan bakar (0,22%), serta kelompok kesehatan (0,08%).
Penurunan laju inflasi pada kelompok sandang disebabkan oleh koreksi harga yang
cukup signifikan pada komoditas emas perhiasan hingga mencapai -5,73% (mtm)
atau menyumbang deflasi sebesar -0,15%, seiring dengan koreksi harga emas yang
juga sedang berlangsung di pasar internasional. Sementara itu deflasi pada
kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh penurunan harga telur ayam
ras (-8,40%), daging ayam ras (-1,51%), kelapa (-6,34%) dan minyak goreng (0,48%)
dengan total sumbangan sebesar -0,10%. Penurunan harga daging ayam ras dan
telur ayam ras diperkirakan terkait dengan cukup melimpahnya persediaan pasca
hari raya Idul Fitri, sementara tekanan dari sisi permintaan sudah kembali ke kondisi
normal.
Grafik 2.4
Inflasi Okt 2011 – Berdasarkan Kelompok Barang
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
-2.50 -2.00 -1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50
1
-0.52
0.24
0.22
-2.05
0.08
0.38
-0.30
mtm (%)
Transportasi Pendidikan
Kesehatan Sandang
Perumahan,LGBB Mamin, Rokok & Tbakau
Bahan Makanan
Deflasi Jatim : -0,18%
24
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
Inflasi Jatim pada bulan November sebesar 0,49% (mtm), meningkat
dibandingkan periode Oktober yang mencatat deflasi sebesar -0,18%. Peningkatan
ini terutama disebabkan oleh peningkatan laju inflasi pada kelompok sandang,
yang sebelumnya mengalami deflasi sebesar -2,05 menjadi inflasi 2,15%, didorong
peningkatan harga emas perhiasan yang cukup berfluktuasi searah dengan
fluktuasi harga emas internasional, sebagaimana yang ditunjukkan pada grafik 2.6.
Kelompok lainnya yang menyumbang inflasi cukup tinggi di bulan November
adalah kelompok bahan makanan (0,83%) atau menyumbang inflasi sebesar 0,18%
dengan komoditas utama penyumbang inflasi tertinggi adalah telur ayam ras, cabe
merah, cabe rawit, daging sapi dan tomat sayur, dengan total sumbangan inflasi
mencapai 0,21%.
Selanjutnya, inflasi bulanan pada
Desember 2011 kembali meningkat, dari
0,49% di bulan November menjadi
0,61% (mtm). Peningkatan laju inflasi
diyakini terkait dengan dorongan dari
sisi permintaan seiring dengan tibanya
hari Raya Natal dan tahun baru di bulan
Desember. Namun demikian, realisasi
inflasi pada periode tersebut masih lebih
rendah dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya (0,93%). Berdasarkan kelompok barang, inflasi pada bulan
Desember terutama didorong oleh kelompok bahan makanan dengan laju inflasi
Grafik 2.5
Inflasi November – Per Kelompok Barang
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Grafik 2.7
Inflasi Desember – Berdasarkan Kelompok Barang
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
250,000
270,000
290,000
310,000
330,000
350,000
370,000
390,000
410,000
430,000
450,000
1000
1100
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
1900
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Oct
Nov
Dec
2010 2011
Rp/ Gram
USD/Troy onz
Harga Emas Perhiasan (Skala Kanan)
Harga Emas Internasional
Grafik 2.6
Harga Emas Internasional vs Emas Perhiasan
Sumber: SPH, Bank Indonesia & Bloomberg
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
1
2.18
0.240.13
-0.26
0.21
0.01
0.25
Inflasi mtm (%)
Bahan Makanan
Mamin, Rokok & Tbakau
Perumahan,LGBB
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Inf. Jatim : 0,61%
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0.83
0.29
0.21
2.15
0.24
0.01
0.29
mtm (%)
Bahan Makanan
Mamin, Rokok & Tbakau
Perumahan,LGBB
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Inf. Jatim : 0,49%
25
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
sebesar 2,18%, sedangkan kelompok barang lainnya cenderung menunjukkan laju
inflasi yang lebih rendah yaitu kelompok transportasi (0,25%), kelompok makanan
jadi, minuman, dan tembakau (0,28%), kelompok kesehatan (0,21%), kelompok
perumahan, listrik, gas dan air bersih (0,13%) dan kelompok pendidikan (0,01%),
sedangkan bahkan kelompok sandang mencatat deflasi sebesar -0,26% (mtm).
Tingginya inflasi pada kelompok bahan makanan terutama didorong oleh kenaikan
harga tomat sayur yang mencatat kenaikan harga sebesar 118,99% (mtm) atau
menyumbang inflasi sebesar 0,13%. Tingginya kenaikan harga tomat sayur diyakini
terkait dengan kondisi cuaca yang berpengaruh pada penurunan produktivitas
tanaman ini. Disamping itu, jika dibandingkan dengan periode musim kemarau,
biaya produksi tomat pada musim hujan relatif lebih tinggi, khususnya terkait
dengan peningkatan penggunaan pupuk dan biaya perawatan tanaman selama
musim hujan yang cenderung rentan terhadap penyakit dan gagal panen.
Selanjutnya komoditas bahan makanan lainnya yang menyumbang inflasi cukup
besar adalah cabe rawit (32,60%), beras (0,85%), telur ayam ras (5,67%) dan daging
ayam ras (2,89%), dengan total sumbangan inflasi sebesar 0,20%.
2.3. INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Laju inflasi Jatim secara triwulanan pada Tw IV-2011 sebesar 0,92% (qtq),
atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,05% (qtq).
Berdasarkan kelompok barang, inflasi pada periode laporan terutama didorong
oleh kelompok bahan makanan (2,49%-qtq) yang mencatat kenaikan inflasi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, keenam kelompok barang dan
jasa lainnya cenderung menunjukkan perlambatan laju inflasi atau bahkan
Grafik 2.9
Harga Sub Kelompok Bumbu-bumbuan
Grafik 2.8
Harga Daging Ayam Ras & Telur Ayam Ras
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
22,000
24,000
26,000
28,000
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
s
2010 2011
Daging ayam ras Telur Ayam Ras
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
s
2010 2011
Rp/ Kg
Cabe Merah
Bawang Merah
Cabe Rawit
Bawang Putih
Sumber: SPH, Bank Indonesi Sumber: SPH, Bank Indonesi
26
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
Grafik 2.10
Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan
Grafik 2.11 Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan
Tw III & Tw IV-2011
mengalami deflasi (kelompok sandang) sehingga secara keseluruhan menyebabkan
penurunan inflasi secara umum pada periode laporan.
Jika dirinci berdasarkan sub kelompoknya, inflasi kelompok bahan makanan
pada periode laporan terutama disebabkan tingginya inflasi pada kelompok sayur-
sayuran (11,71%) dan kelompok bumbu-bumbuan (8,80%) dimana keduanya juga
mengalami kenaikan inflasi dibandingkan periode Tw III-2011 (grafik 2.11).
Tingginya intensitas curah hujan di akhir tahun diperkirakan menjadi penyebab
terbatasnya pasokan akibat penurunan produktivitas dan kondisi sayur yang mudah
rusak di musim hujan. Sementara itu, kenaikan inflasi pada sub kelompok bumbu-
bumbuan selama triwulan IV-2011 terutama disebabkan oleh kenaikan harga cabe
merah dan cabe rawit, seiring belum banyaknya angka produksi panen di sentra-
sentra cabe Jawa Timur. Di sisi lain, sub kelompok padi-padian yang pada triwulan
sebelumnya menyumbang inflasi cukup tinggi, pada triwulan ini menunjukkan laju
inflasi yang relatif rendah, sehingga mampu menahan tekanan inflasi kelompok
bahan makanan ke level yang lebih tinggi. Rata-rata harga beras di pasar
tradisional maupun modern berdasarkan Survei Pemantauan Harga yang dilakukan
Tabel 2.2
Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Sumber : BPS, data diolah
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
UMUM 0.99 0.26 2.05 0.92 0.99 0.26 2.06 0.92
BAHAN MAKANAN 0.81 -1.14 2.07 2.49 0.18 -0.25 0.46 0.56
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK 1.20 0.71 2.23 0.77 0.22 0.23 0.30 0.14
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 1.01 0.65 0.79 0.57 0.22 0.14 0.17 0.13
SANDANG 1.04 2.03 5.88 -0.21 0.07 0.14 0.40 -0.01
KESEHATAN 1.64 1.46 0.26 0.52 0.08 0.07 0.01 0.02
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH R 0.79 0.35 5.29 0.40 0.07 0.03 0.48 0.04
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA 1.06 0.17 0.79 0.23 0.19 0.03 0.14 0.03
SUMBANGAN INFLASI QTQ
KELOMPOK 2011
INFLASI QTQ
2011
-30.00
-25.00
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
Pa
di-
pa
dia
n, u
mb
i-u
mb
ian
Da
gin
g d
an
Ha
sil-
ha
siln
ya
Ika
n S
eg
ar
Ika
n D
iaw
etk
an
Te
lur,
Su
su d
an
Ha
sil2
nya
Sa
yu
r-sa
yu
ran
Ka
ca
ng
-ka
ca
ng
an
Bu
ah
-b
ua
ha
n
Bu
mb
u -
bu
mb
ua
n
Le
ma
k d
an
Min
ya
k
Ba
ha
n M
aka
na
n L
ain
nya
2.03 2.04 1.900.98
3.01
11.71
-1.78 -0.76
8.80
-1.07 0.12
% (qtq)
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00Padi-padian, umbi-umbian
Daging dan Hasil-hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu dan Hasil2nya
Sayur-sayuranKacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak dan Minyak
Bahan Makanan Lainnya
Tw IV-2011 Tw III-2011
Sumber : BPS, data diolah
27
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
Grafik 2.15 Pergerakan Harga Sayur-sayuran
Grafik 2.12 Pergerakan Harga Beras di Surabaya
Grafik 2.13 Pergerakan Harga Beras Internasional
oleh Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur menunjukkan kenaikan harga yang
relatif minim. Kebijakan impor beras yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk
kebutuhan penyaluran raskin di Indonesia diperkirakan menjadi salah satu faktor
terbatasnya tekanan kenaikan harga komoditas ini, mengingat dorongan
permintaan dari luar provinsi Jatim sedikit banyak telah dicukupi oleh beras impor
tersebut.
Sebagaimana diketahui, pemerintah pusat mengambil kebijakan impor beras
dari Vietnam, India dan Thailand dalam periode Agustus 2011 s/d Februari 2012
dengan kuota impor sebesar 1,9 juta ton, dimana 1,4 juta diantaranya sudah
menjadi kontrak dan hingga akhir Desember telah terealisasi sebesar 68% atau
sebesar ± 956 ribu ton. Dalam lingkup regional, Pemerintah Provinsi Jawa Timur
juga telah melakukan kebijakan stabilisasi harga seperti operasi pasar beras yang
bekerja sama dengan Bulog Divre Jawa Timur guna mengarahkan ekspektasi
pembentukan harga beras di level pedagang, serta penyaluran beras raskin secara
tepat waktu dan jumlahnya, sehingga mampu meredam gejolak harga beras secara
berlebihan di pasaran.
350.00
400.00
450.00
500.00
550.00
600.00
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2009 2010 2011
USD/ Metrik Ton
Harga Beras Internasional
Grafik 2.14
Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep
2009 2010 2011
Rp/ KgCabe Merah Bawang Merah Cabe Rawit Bawang Putih
7000
7500
8000
8500
9000
9500
10000
10500
Ma
yJu
nJu
lA
ug
Se
pO
ct
No
vD
ec
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ay
Jun
Jul
Au
gSe
pO
ct
No
vD
ec
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ay
Jun
Jul
Au
gSe
pO
ct
No
vD
es
2009 2010 2011
Rp/Kg
Harga Beras Domestik
3,000
5,000
7,000
9,000
11,000
13,000
15,000
Ma
yJu
nJu
lA
ug
Se
pO
ct
No
vD
ec
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ay
Jun
Jul
Au
gSe
pO
ct
No
vD
ec
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ay
Jun
Jul
Au
gSe
pO
ct
No
vD
es
2009 2010 2011
Rp/ Kg
Kangkung
Bayam
Sawi Hijau
Tomat Sayur
Kentang
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Sumber: Bloomberg
28
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
Di sisi lain, kelompok Sandang
menjadi penahan laju inflasi pada
triwulan laporan dengan mencatat
deflasi sebesar -0,21% (qtq). Penurunan
ini terutama disebabkan oleh deflasi
pada sub kelompok Barang pribadi dan
sandang lain khususnya komoditas emas
perhiasan didorong oleh koreksi harga
emas perhiasan di akhir tahun.
2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Inflasi Jawa Timur sampai dengan akhir tahun 2011 masih dalam tren
perlambatan. Laju inflasi Jatim pada Tw IV-2011 sebesar 4,29% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya (4,87%), serta jauh lebih rendah dibandingkan
laju inflasi di tahun 2010 yang mencapai 7,10%. Pencapaian inflasi Jatim yang
cukup rendah dan berada pada kisaran inflasi nasional 5%±1% cukup
menggembirakan, khususnya seiring dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi
Jatim yang cukup tinggi di tahun 2011 (7,22%) sehingga akselerasi pertumbuhan
ekonomi juga masih diiringi oleh inflasi yang terkendali. Faktor utama penyebab
perlambatan laju inflasi di tahun 2011 adalah penurunan inflasi pada kelompok
bahan makanan dari 16,39% (yoy) menjadi 4,26% (yoy), sedangkan keenam
kelompok barang lainnya cenderung menunjukkan pergerakan inflasi yang tidak
signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebagaimana kondisi triwulan sebelumnya, inflasi tertinggi masih terjadi
pada kelompok sandang (8,93%), diikuti oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan
olah raga (6,29%), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (5,00%)
Tabel 2.4
Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
Sumber: BPS, data diolah
Grafik 2.16 Inflasi Kelompok Sandang (qtq)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Sandang Laki-
laki
Sandang
Wanita
Sandang Anak-
anak
Barang Pribadi
dan Sandang
Lain
Tw I-2011 Tw II-2011 Tw III-2011 Tw IV-2011
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
UMUM 7.10 7.46 6.26 4.87 4.29 7.10 7.46 6.26 4.87 4.29
BAHAN MAKANAN 16.39 15.71 9.69 5.33 4.26 3.71 3.55 2.16 1.19 0.96
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK 5.85 5.63 5.98 6.22 5.00 1.05 1.01 1.19 1.13 1.02
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.42 4.62 4.83 3.08 3.04 0.95 0.99 1.04 0.66 0.66
SANDANG 6.89 9.58 7.64 13.27 8.93 0.45 0.63 0.51 0.91 0.60
KESEHATAN 1.99 3.11 4.34 3.88 3.93 0.09 0.15 0.21 0.18 0.18
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH R 5.89 6.75 7.08 6.97 6.92 0.52 0.59 0.62 0.63 0.63
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA 2.87 3.93 3.98 1.44 2.27 0.52 0.71 0.71 0.26 0.39
SUMBANGAN INFLASI YOY
KELOMPOK
INFLASI YOY
2010 2011 2010 2011
29
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
dan kelompok bahan makanan (4,26%). Kelompok lainnya yang mencatat inflasi
cukup rendah adalah kelompok kesehatan (3,93%), kelompok perumahan, listrik,
gas dan bahan bakar (3,04%) dan kelompok transportasi, komunikasi & jasa
keuangan (1,27%). Sementara itu jika dilihat dari besaran sumbangannya terhadap
inflasi di tahun 2011, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
memberikan sumbangan inflasi tertinggi (1,02%) disusul oleh kelompok bahan
makanan dengan sumbangan inflasi sebesar 0,96%.
Selama triwulan laporan, perkembangan dua kelompok barang utama
penyumbang inflasi di Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang searah, yaitu
dengan tren yang menurun. Jika dibandingkan dengan kondisi di tahun 2010,
penurunan inflasi yang cukup signifikan disumbang oleh kelompok bahan makanan
(grafik 2.17), dimana inflasi kelompok ini turun dari 16,39% menjadi 4,26% (yoy).
Kelompok bahan makanan yang
sejak tahun 2010 selalu mencatat inflasi
tertinggi, saat ini menunjukkan tren
perlambatan dan berada dibawah tingkat
inflasi kedua kelompok komoditas utama
lainnya. Sebagaimana yang disampaikan
pada ulasan inflasi triwulanan,
penurunan tekanan inflasi pada
kelompok bahan makanan terutama
dipicu oleh penurunan harga komoditas
pada sub kelompok bumbu-bumbuan (cabe merah, cabe rawit, bawang merah,
bawang putih). Penurunan harga cabe merah dan cabe rawit didorong oleh
Grafik 2.20 Pergerakan Inflasi Tiga komoditas
penyumbang inflasi (yoy) tertinggi di Jatim
Grafik 2.17 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)
Per Kelompok Barang
Sumber : BPS, (data diolah) Sumber : BPS, (data diolah)
Grafik 2.18
Inflasi (yoy) Tertinggi - Kelompok Barang
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI
PERUMAHAN
SANDANGKESEHATAN
PENDIDIKAN
TRANSPORTASI
Inflasi (yoy) Tahun 2011 Inflasi (yoy) Tahun 2010
Sumber : BPS, (data diolah)
Grafik 2.19 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan
Makanan Tahun 2010 - 2011
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00Padi-padian
Daging & hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu
Sayur-sayuranKacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak dan Minyak
Bahan Makanan Lainnya
inflasi (yoy) 2010 inflasi (yoy) 2011
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2009 2010 2011
Inflasi yoy (%)
BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
30
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
kecukupan pasokan di pasaran yang didukung oleh peningkatan produktivitas serta
kenaikan luas tanam cabe di sentra-sentra cabe di Jawa Timur. Sementara itu,
penurunan harga bawang merah dan bawang putih disebabkan oleh melimpahnya
pasokan, baik yang bersumber dari produksi lokal maupun yang berasal dari impor
dari China, India, dan Banglades.
Seiring dengan perlambatan
inflasi pada kelompok bahan makanan,
kelompok makanan jadi, minuman, dan
tembakau yang sebagian besar
komoditasnya terkait dengan fluktuasi
inflasi kelompok bahan makanan juga
menunjukkan perlambatan, meski
dengan kisaran yang terbatas.
Perlambatan ini terutama disumbang
oleh penurunan inflasi sub kelompok
minuman yang tidak beralkohol dari 4,70% (yoy) menjadi deflasi 0,12%. Deflasi
tersebut terkait dengan koreksi harga komoditas gula pasir sebesar -5,53% (yoy) di
sepanjang tahun 2011. Di sisi lain, inflasi sub kelompok tembakau dan minuman
beralkohol meningkat, sebagai konskuensi atas kebijakan kenaikan harga pita cukai
rokok yang ditetapkan pada awal tahun 2011 yang lalu. Secara umum, fluktuasi
harga komoditas dalam kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau juga
dipengaruhi oleh harga komoditas internasional yang saat ini dalam tren
melambat.
Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg
Grafik 2.21
Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia
Grafik 2.22
Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00Makanan Jadi
Minuman yang
Tidak Beralkohol
Tembakau dan
Minuman
Beralkohol
Inflasi (yoy) Tahun 2010 Inflasi (yoy) Tahun 2011
Grafik 2.21 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman
& Tembakau
5
5.5
6
6.5
7
7.5
8
8.5
9USD/Bushel
Harga Gandum Internasional
Tw III-2011 Tw IV-2011
10
10.5
11
11.5
12
12.5
13
13.5
14
14.5
15
USD /Bushel
Harga Kedelai Internasional
Tw III-2011 Tw IV-2011
31
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
2.4 INFLASI MENURUT KOTA
Pada triwulan IV-2011, 7 (tujuh) kota di Jatim yang masuk dalam perhitungan
inflasi nasional menunjukkan perlambatan laju inflasi. Secara triwulanan, inflasi
tertinggi pada periode laporan terjadi di kota Sumenep dengan inflasi sebesar
1,57% (qtq) sedangkan terendah terjadi di Probolinggo (0,61%).
Secara keseluruhan tahun 2011, ketujuh kota tersebut juga menunjukkan
penurunan laju inflasi dengan besaran yang lebih rendah dibandingkan tahun 2010.
Tabel 2.6 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur
Grafik 2.23
Perkembangan Harga Jagung di Pasar Dunia Grafik 2.24
Perkembangan Harga Beras Internasional
Sumber: Bloomberg
Sumber : BPS, data diolah.
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.25
Perkembangan Harga Minyak Kelapa Sawit
Grafik 2.26
Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Jawa Timur 1.49 0.99 0.26 2.05 0.92 7.10 7.46 6.26 4.87 4.29
Surabaya 1.31 1.25 0.34 2.23 0.84 7.34 8.00 6.98 5.22 4.73
Malang 1.76 0.72 0.24 1.92 1.13 6.70 6.42 5.37 4.71 4.07
Kediri 1.83 -0.15 0.52 2.20 1.03 6.81 5.98 4.48 4.45 3.64
Jember 2.59 0.80 -0.76 1.37 1.00 7.10 7.97 5.04 4.03 2.42
Sumenep 0.96 0.10 0.87 1.59 1.57 6.75 6.31 5.70 3.57 4.19
Probolinggo 0.54 1.20 0.30 1.62 0.61 6.68 7.19 5.59 3.71 3.78
Madiun 2.02 0.81 0.03 1.73 0.89 6.53 6.51 5.32 4.65 3.49
Inflasi Triwulanan (qtq)
WILAYAH 2010 2011 2010 2011
Inflasi Tahunan (yoy)
400
420
440
460
480
500
520
540
560
580USD/MT
White Rice 5% Thailand
Tw III-2011 Tw IV-2011
5
5.5
6
6.5
7
7.5
8USD/Bushel
Harga Jagung Internasional
Tw III-2011 Tw IV-2011
800
900
1000
1100
1200
1300
1400
Axis Title
Minyak Kelapa Sawit
Tw III-2011 Tw IV-2011
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
Harga Minyak Mentah
Tw III-2011 Tw IV-2011
32
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
Inflasi tahunan (yoy) tertinggi di tahun 2011 terjadi di kota Surabaya (4,73%) dan
inflasi terendah terjadi di Jember (2,42%).
Salah satu faktor yang
mendorong tingginya inflasi di kota
Surabaya dibandingkan kota-kota
lainnya diperkirakan terkait dengan
besarnya tekanan permintaan
masyarakat. Sebagai ibu kota provinsi
Jawa Timur yang juga menjadi pintu
masuk perdagangan wilayah Indonesia
Timur, menyebabkan pergerakan
harga di kota ini sangat sensitif
terhadap tekanan permintaan. Di sisi
lain, meski telah ditunjang dengan kondisi infrastruktur yang cukup baik, karakter
kota Surabaya yang bukan merupakan wilayah produsen komoditas bahan
makanan/pertanian menjadi sangat tergantung dengan ketersediaan stok bahan
makanan dari wilayah penghasil di sekelilingnya. Di sisi lain, rendahnya inflasi di
kota Jember dibandingkan kota-kota lainnya di Jatim terutama disebabkan deflasi
pada kelompok bahan makanan, disaat kota-kota lainnya mengalami inflasi yang
tinggi untuk kelompok ini. Keberadaan Jember sebagai wilayah produsen
komoditas pertanian dan perkebunan, serta upaya pemerintah daerah dalam
menjaga stabilitas harga diyakini sebagai faktor penahan tekanan inflasi di wilayah
Jawa Timur.
Berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan inflasi di
ketujuh kota cenderung beragam (tabel 2.8). Kelompok bahan makanan
memberikan sumbangan inflasi tertinggi di kota Surabaya, Malang, Sumenep dan
Tabel 2.7 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa
Tahun 2011 (% YOY)
Sumber : BPS, data diolah.
Sumber : BPS, data diolah.
Grafik 2.27 Perbandingan Inflasi Year on Year (yoy)
7 Kota di Jawa Timur
Sumber: BPS, Data diolah.
KELOMPOK BARANG JATIM Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo
UMUM 4.29 4.73 4.07 3.64 2.42 4.19 3.78
BAHAN MAKANAN 4.26 4.84 6.04 1.39 -2.07 5.50 4.08
MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK 5.00 5.60 3.58 5.07 5.87 2.34 4.21
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 3.04 3.02 2.32 4.01 3.22 3.77 2.39
SANDANG 8.93 9.52 7.10 9.19 7.81 9.02 10.90
KESEHATAN 3.93 4.40 1.94 4.73 4.43 5.43 2.56
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH R 6.92 7.20 8.21 5.84 4.08 4.68 6.99
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 2.27 2.78 1.22 2.00 2.38 1.17 0.95
Jatim, 4.29
Surabaya, 4.73
Malang, 4.07
Kediri, 3.64
Jember, 2.42
Probolinggo,
3.78Madiun, 3.49
Sumenep, 4.19
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
% (Yoy)
33
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
Probolinggo. Sedangkan inflasi di kota Kediri dan Jember terutama disumbang oleh
kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau.
2.5 DISAGREGASI INFLASI
Berdasarkan disagregasinya,
penurunan laju inflasi di tahun 2011
terutama terkait dengan faktor non
fundamental yang berasal dari koreksi
harga pada kelompok volatile food
serta berkurangnya tekanan dari
kelompok administered price seiring
dengan tidak banyaknya kebijakan
strategis pengaturan harga oleh pemerintah pusat maupun daerah. Selanjutnya,
sebagaimana karakteristiknya yang cenderung persisten, tekanan inflasi dari
kelompok inti relatif stabil di kisaran 4,5%.
Secara tahunan, penurunan inflasi volatile food (VF) masih berlangsung
meski dengan besaran yang tidak sedalam penurunan inflasi di awal tahun. Sampai
dengan akhir tahun 2011, inflasi VF tercatat sebesar 5,84% atau turun signifikan
dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 18,81% (yoy). Sebagaimana yang telah
dibahas pada bahasan inflasi tahunan pada kelompok bahan makanan, penurunan
inflasi VF terutama dipicu oleh koreksi harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan
yang mencatat deflasi sebesar -32,60% (yoy).
Sementara itu inflasi dari kelompok administered price selama Tw IV-2011
cenderung stabil, hal ini disebabkan oleh minimnya kebijakan harga yang
ditentukan oleh pemerintah selama periode laporan. Sepanjang tahun 2011, inflasi
Tabel 2.8 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa
Tahun 2011 (% YOY)
Grafik 2.29 Laju Inflasi Jatim per Komponen (yoy)
Sumber : BPS, data diolah.
KELOMPOK BARANG JATIM Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo
UMUM 4.29 4.73 4.07 3.64 2.42 4.19 3.78
BAHAN MAKANAN 0.96 1.02 1.49 0.35 -0.56 1.72 1.07
MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK 1.02 1.01 0.70 0.91 0.94 0.37 3.59
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 0.66 0.66 0.48 0.88 0.68 0.74 0.54
SANDANG 0.60 0.67 0.39 0.51 0.58 0.71 0.76
KESEHATAN 0.18 0.21 0.09 0.22 0.21 0.24 0.12
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH R 0.63 0.68 0.77 0.46 0.30 0.27 0.44
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 0.39 0.51 0.19 0.35 0.39 0.18 0.02
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug Se
pO
ctN
ovD
ec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sept
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
ilM
eiJu
niJu
liA
gst
Sept
Okt
Nov
Des
2009 2010 2011
% (yoy)umum Volatile food Adm Price Core Inflation
34
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
kelompok administered price tercatat sebesar 3,56% (yoy) atau turun dibandingkan
tahun 2010 yang mencapai 6%. Inflasi kelompok ini pada tahun 2011 lebih banyak
diwarnai oleh kenaikan harga berbagai jenis rokok sebagai dampak dari kebijakan
kenaikan tarif cukai rokok di awal tahun 2011. Komoditas lain yang memberikan
sumbangan inflasi pada kelompok ini adalah kenaikan tarif kereta api, khususnya
pada periode liburan dan hari besar keagamaan mengingat tingginya permintaan
penggunaan angkutan ini.
Menutup akhir tahun 2011, tekanan inflasi di Jatim yang berasal dari faktor
fundamental atau inflasi inti tercatat sebesar 4,72% (yoy), atau meningkat
dibanding akhir tahun 2010 yang tercatat sebesar 4,18%. Secara umum tekanan
inflasi inti di tahun 2011 berasal dari faktor eksternal maupun internal. Dari sisi
eksternal terutama dipengaruhi oleh perkembangan harga komoditas internasional
yang dipicu oleh ekspektasi pelaku ekonomi atas ketidakpastian kondisi ekonomi
Amerika dan Eropa, serta depresiasi nilai tukar rupiah yang berasal dari fluktuasi
capital outflow sebagai respon investor asing atas penurunan suku bunga acuan BI
rate pada bulan November 2011 dari 6,5% menjadi 6%. Sementara itu kondisi
output gap yang menunjukkan kesenjangan antara sisi permintaan dan penawaran
pada periode laporan diestimasikan berada pada kondisi yang cukup baik. Tekanan
kenaikan permintaan pada periode Natal dan tahun baru diyakini masih mampu
direspon oleh sisi penawaran/sektor produksi, sehingga tidak banyak memberikan
dorongan kenaikan harga. Hal ini dikonfirmasi oleh tingkat kapasitas utilisasi dunia
usaha berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jatim pada Tw IV-2011
yang meningkat dari 74,47% menjadi 78,14% dari kapasitas terpasangnya.
Grafik 2.30
Perkembangan Inflasi Volatile Food
Grafik 2.31 Perkembangan Inflasi Adm. Price
Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sept
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Juli
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
2010 2011
% (yoy)% (mtm)
Administered Price (mtm) - LHS Administered Price (yoy) - RHS
-4.00
1.00
6.00
11.00
16.00
21.00
26.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sept
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Juli
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
2010 2011
% (yoy)% (mtm)Volatile Food (mtm) - LHS
Volatile Food (yoy) - RHS
35
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
Dengan menggunakan pendekatan
komoditas, perhitungan inflasi inti pada
triwulan IV-2011 sebesar 0,58% (qtq) atau
turun dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 2,23% (qtq). Berdasarkan
komponen pembentuknya, penurunan
inflasi inti terutama disebabkan oleh
penurunan inflasi pada kelompok inflasi inti
tradeable (barang) maupun non tradeable
(jasa). Penurunan inflasi inti dari kelompok
non tradeable terkait dengan base effect
pasca tingginya inflasi seasonal dari kenaikan biaya sekolah dan akademi di Tw III-
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
REALISASI
1 PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHU 72.84 69.66 79.71 74.69 74.47 72.17 74.82 80.32
A. Tanaman Pangan 84.75 71.56 73.61 73.33 81.56 68.00 71.94 69.00
B. Tanaman Perkebunan 55.92 62.22 88.75 72.50 59.44 70.47 74.38 85.08
C. Peternakan dan Hasil - hasilnya 87.50 88.33 85.63 86.67 75.88 83.75 85.86 86.88
D. Kehutanan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00
E. Perikanan 79.49 67.61 76.43 72.62 77.93 83.22 66.94 87.84
2 PERTAMBANGAN 70.00 55.13 75.00 75.00 78.33 68.33 61.67 100.00
A. Minyak dan gas bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
B. Pertambangan tanpa migas 50.00 0.50 100.00 75.00 75.00 80.00 80.00 100.00
C. Penggalian 80.00 73.33 50.00 0.00 80.00 62.50 52.50 0.00
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 68.16 71.51 73.29 74.41 73.80 74.85 74.26 77.32
A. Industri Non Migas
1. Makanan, minuman dan tembakau 64.84 70.88 73.79 71.00 73.98 75.38 74.40 77.40
2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 81.53 74.19 77.03 74.26 80.11 74.37 78.37 78.98
3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 53.07 63.23 58.15 61.73 59.67 65.81 56.73 59.91
4. Kertas dan barang cetakan 67.80 76.38 83.57 89.56 83.63 86.38 71.63 84.14
5. Kimia dan barang dari karet 73.24 78.47 76.13 87.11 80.91 83.54 83.86 87.23
6. Semen dan barang galian bukan logam 98.50 73.00 100.00 80.00 90.00 99.00 92.33 80.00
7. Logam dasar, besi dan baja 63.93 68.23 69.71 76.45 73.17 68.67 74.29 77.64
8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 78.00 76.25 76.67 72.50 64.63 73.13 73.57 80.00
9. Barang Lainnya 64.18 66.00 72.13 73.57 67.13 68.00 69.55 71.88
B. Industri Migas
4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 83.82 68.71 61.36 72.29 64.56 64.83 78.49 76.06
A. Listrik 0.00 67.50 26.67 82.50 35.00 45.00 46.50 66.25
B. Gas 0.00 75.00 100.00 0.00 80.00 0.00 81.67 72.00
C. Air bersih 83.82 67.75 70.71 69.74 70.99 69.79 86.27 81.78
TOTAL SELURUH SEKTOR 69.49 70.71 73.89 74.31 73.26 73.64 74.47 78.14
No SEKTOR2010 2011
Grafik 2.36
Perkembangan Capacity Utilization
Tabel 2.9
Perkembangan Capacity Utilization Industri pengolahan
Sumber Survei Kegiatan Dunia Usaha Sumber: Kurs Tengah Bank Indonesia
Sumber: Survei Kegiatan Dunia usaha, KBI Surabaya
Grafik 2.35
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
8000
8200
8400
8600
8800
9000
9200
Rp/1 USD
Kurs Rupiah/USD
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
I II IIIIVI II IIIIVI II IIIIVI II IIIIVI II IIIIVI II IIIIVI II IIIIVI II IIIIVI II IIIIV
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
Kapasitas Utilisasi
Sumber : BPS, data diolah.
Grafik 2.32
Perbandingan Komponen Inflasi Inti
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Tw II-2011 Tw III-2011 Tw IV-2011% (qtq)
Inflasi Inti - Traded Inflasi Inti - Non Traded
36
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
2011. Inflasi inti non tradeable pada Tw IV-2011 disumbang oleh kenaikan tarif
angkutan udara, khususnya pada periode liburan Natal dan Tahun Baru. Sementara
itu, inflasi inti pada kelompok tradeable terutama disumbang oleh koreksi harga
komoditas emas perhiasan yang selama periode laporan turun sebesar -1,23% (qtq).
Grafik 2.33 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable
& Non Tradeable
(0.50)
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50 Core Inflation (mtm)
Inti - Tradeable
Inti - Non Tradeable
(0.20)
-
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40 Core Inflation (mtm)
Core Inf. Exclude Gold
Grafik 2.34
Perekembangan Inflasi Inti – Exclude Gold Price
�
Bab 3Bab 3Bab 3Bab 3
�
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN
PERBANKANPERBANKANPERBANKANPERBANKAN DAN DAN DAN DAN
SISTEMSISTEMSISTEMSISTEM PEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARAN
�
37
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
3 PERKEMBANGAN PERBANKAN
Pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur yang terus meningkat ditopang
oleh cukup stabilnya perkembangan kinerja perbankan. Total Aset Bank Umum dan
BPR di Jawa Timur tumbuh sebesar 17,33% (yoy) atau 3,90% (qtq) dari sebesar
Rp288,37 Triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp 299,63 Triliun pada Triwulan IV
2011. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 16,41% (yoy) atau 6,96% (qtq) dari
sebesar Rp 238,09 Triliun menjadi Rp 254,65 Triliun pada periode laporan.
Peningkatan aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa
Timur tersebut diiringi dengan peningkatan penyaluran kredit yang tercermin pada
pertumbuhan kredit dari sebesar Rp 185,24 Triliun pada Triwulan III menjadi sebesar Rp
195,42 Triliun pada Triwulan IV 2011, atau meningkat 22,04 % (yoy) dan 5,5 % (qtq).
Pertumbuhan penyaluran kredit Bank Umum dan BPR di Jawa Timur meningkat
dari sebesar 20,51% (yoy) dan 4,53% (qtq) pada Triwulan III menjadi sebesar 22,04%
(yoy) dan 5,50% (qtq) pada Triwulan IV 2011. Peningkatan tersebut mengkonfirmasi
akselerasi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada Triwulan IV 2011 di level 7%.
Peningkatan pertumbuhan kredit juga diimbangi dengan penurunan rasio kredit
bermasalah atau Non Performing Loans (NPL) dari 3,55% pada Triwulan sebelumnya
menjadi 3,35% pada Triwulan IV Tahun 2011.
Tabel 3.1
Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur
Sumber: Laporan Bank Umum- BI Surabaya, data diolah
TW I *) TW II *) TW III *) TW IV *) TW I *) TW II *) Tw III *) Tw IV
Total Aset (Triliun Rupiah) 226,31 225,99 238,78 255,37 262,29 276,41 288,37 299,63
Pertumbuhan (yoy %) - - - - 15,90 22,31 20,77 17,33
Pertumbuhan (qtq %) - (0,14) 5,66 6,95 2,71 5,38 4,33 3,90
Dana Pihak Ketiga (Triliun Rupiah) 196,02 202,75 205,94 218,75 220,59 230,64 238,09 254,65
Pertumbuhan (yoy %) - - - - 12,54 13,75 15,61 16,41
Pertumbuhan (qtq) - 3,43 1,57 6,22 0,85 4,55 3,23 6,96
Kredit (Triliun Rupiah) 136,24 148,46 153,71 160,12 166,21 177,21 185,24 195,42
Pertumbuhan (yoy %) - - - - 21,99 19,36 20,51 22,04
Pertumbuhan (qtq) - 8,97 3,54 4,17 3,80 6,62 4,53 5,50
LDR (%) 69,50 73,22 74,64 73,20 75,35 76,83 77,80 76,74
NPL (%) 3,05 2,90 3,06 2,97 3,24 3,56 3,55 3,35
*) angka diperbaiki
INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR2010 2011
38
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM
Secara umum, kinerja Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan IV Tahun 2011
menunjukkan perkembangan positif dan mencerminkan pelaksanaan fungsi
intermediasi yang berjalan dengan baik.
Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timur tercermin dari pertumbuhan
triwulanan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit yang mencatat
pertumbuhan cukup tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di sisi lain,
pertumbuhan aset Bank Umum menunjukkan tren perlambatan walaupun secara
nominal masih mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Secara tahunan, ketiga indikator utama Bank Umum di Jawa Timur pada
Triwulan IV Tahun 2011 secara umum tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan
periode yang sama di tahun 2010.
Sumber: Bank Indonesia, data cognos diolah
Tabel 3.2
Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
Grafik 3.2
Perkembangan LDR per Kelompok Bank
Grafik 3.1
Perkembangan LDR
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Rp
Ju
ta
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing LDR Bank Umum
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Rp
Ju
ta
LDR (%)
TW III TW IV TW I TW II Tw III Tw IV
Total Aset (Juta Rupiah) 233.305.942,74 249.633.203,50 256.430.659,91 270.256.844,98 281.997.097,77 292.821.890,11
Pertumbuhan (yoy %) 8,40 11,57 15,86 22,42 20,87 17,30
Pertumbuhan (qtq %) 5,68 7,00 2,72 5,39 4,34 3,84
Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) 202.585.450,53 215.237.379,81 217.015.966,13 226.917.054,82 234.250.558,88 250.610.383,61
Pertumbuhan (yoy %) 8,87 10,84 12,48 13,73 15,63 16,43
Pertumbuhan (qtq) 1,54 6,25 0,83 4,56 3,23 6,98
Kredit (Juta Rupiah) 149.536.491,39 155.975.435,30 161.925.326,55 172.590.155,78 180.416.086,21 190.572.609,86
Pertumbuhan (yoy %) 21,65 20,91 22,23 19,50 20,65 22,18
Pertumbuhan (qtq) 3,54 4,31 3,81 6,59 4,53 5,63
LDR (%) 73,81% 72,47% 74,61% 76,06% 77,02% 76,04%
NPL (%) 3,03 2,94 3,37 3,55 3,47 2,90
INDIKATOR BANK UMUM2010 2011
39
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Pertumbuhan kredit pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 22,18% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK yang tercatat sebesar 16,43% (yoy).
Hal tersebut menjadi faktor pendorong peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR), dari
sebesar 72,47% (yoy) pada Triwulan IV 2010 menjadi sebesar 76,04% (yoy) pada
Triwulan IV 2011. Berdasarkan kelompok bank, penyaluran kredit tertinggi didominasi
oleh kelompok Bank Pemerintah dengan rasio LDR sebesar 95,92%, diikuti oleh
kelompok Bank Asing sebesar 77,34% dan Bank Swasta sebesar 60,01%.
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
Kinerja total aset Bank Umum pada Triwulan IV 2011 secara umum
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya. Tercatat total Aset Bank Umum meningkat dari sebesar Rp
249,63 triliun (Tw IV-2010) menjadi Rp 292,82 triliun pada Triwulan IV tahun 2011.
Ditinjau dari sisi prosentase pertumbuhan, total aset Bank Umum di Jawa Timur
pada Triwulan IV 2011 menunjukkan tren perlambatan apabila dibandingkan dengan
Triwulan sebelumnya. Tercatat total aset Bank Umum tumbuh sebesar 17,30% (yoy)
dan 3,84% (qtq), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada
Triwulan III 2011 sebesar 20,87% (yoy) dan 4,34% (qtq).
Secara umum, melambatnya pertumbuhan total aset yang terjadi disebabkan
oleh relatif tertahannya pertumbuhan nilai aktiva produktif dari 4,45% (qtq) pada
Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama
Perbankan (yoy)
Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama
Perbankan (qtq)
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
Jan Feb Tw I Apr Mei Tw II Jul Aug Tw III Okt Nop Tw IV
2011
%
Aset Kredit DPK
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2011
%Aset Kredit DPK
Sumber: Bank Indonesia, data cognos diolah Sumber: Bank Indonesia, data cognos diolah
40
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Triwulan III 2011 menjadi 4,54% (yoy) pada Triwulan IV 2011. Perlambatan tersebut
utamanya didorong oleh perlambatan pertumbuhan Penempatan pada BI sebesar -
25,02% (qtq) dan Penempatan pada Bank Lain sebesar -11,79% (qtq) yang diyakini
beralih ke peningkatan penyaluran kredit karena peningkatan belanja masyarakat
menjelang natal dan tahun baru 2012.
Berdasarkan komponen pembentuknya, aktiva produktif Bank Umum di Jawa
Timur masih didominasi oleh penyaluran kredit kepada masyarakat yaitu sebesar
96,17%, diikuti oleh Penempatan pada Bank lain sebesar 1,78%, Penempatan pada
Bank Indonesia sebesar 1,5%, dan terkecil aktiva produktif lainnya yang berbentuk
surat berharga dengan proporsi sebesar 0,56%.
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)
Kinerja pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Jawa Timur pada
Triwulan IV 2011 menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Sepanjang periode
laporan, DPK tumbuh sebesar 6,98% (qtq) dan 16,43% (yoy) menjadi Rp 250,61 triliun.
Berdasarkan jenisnya, meningkatnya pertumbuhan DPK tersebut terutama didorong
oleh tabungan dengan pertumbuhan sebesar 12,2% (qtq), lebih tinggi dibandingkan
dengan Triwulan III 2011 yang tercatat sebesar 6,07% (qtq). Berdasarkan jenis
simpanannya pertumbuhan tertinggi dalam bentuk tabungan yang tumbuh dari 6,07%
(qtq Tw III-2011) menjadi 12,12% (qtq Tw IV – 2011). Selanjutnya dalam bentuk
Grafik 3.6 ProporsiAktivaProduktif
Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum
Sumber: Bank Indonesia, data cognos diolah Sumber: Bank Indonesia, data cognos diolah
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
220,000,000
230,000,000
240,000,000
250,000,000
260,000,000
270,000,000
280,000,000
290,000,000
300,000,000
Jan Feb Tw I Apr Mei Tw II Jul Aug Tw III Okt Nop Tw IV
2011
Nominal Juta Rupiah (Skala Kiri) Growth % yoy (Skala Kanan)
1% 2%1%
96%
Penempatan pada BI Penempatan pada bank lain
Surat Berharga Kredit
41
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
deposito yang tumbuh sebesar 4,08% (qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
hanya sebesar 1,66% (qtq). Sementara giro mencatat pertumbuhan terendah sebesar
1,32% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan Triwulan III 2011 yang tercatat sebesar
0,36% (qtq).
DPK yang dihimpun Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan IV 2011 sebagian
besar adalah dalam bentuk tabungan yaitu dengan proporsi 44,06%, deposito 39,58%,
dan giro dengan proporsi terkecil sebesar 16,36%.
Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y)
Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (q-t-q)
Grafik 3.9
Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp.Juta) Grafik 3.10
Komposisi DPK Bank Umum (%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
16%
40%
44%
Giro Deposito Tabungan
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Axis
Tit
le
Giro Deposito Tabungan
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Jan Feb Tw I Apr Mei Tw II Jul Aug Tw III Okt Nop Tw IV
2011
Ax
is T
itle
Giro Deposito Tabungan
-
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Rp
Ju
ta
Giro Deposito Tabungan
42
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan masyarakat dalam
penempatan dana di bank adalah
tingkat suku bunga simpanan bank.
Bank yang dapat memberikan tingkat
suku bunga simpanan kompetitif akan
lebih menarik mengingat cukup
banyaknya pilihan instrumen simpanan
sekaligus investasi di luar perbankan
yang menawarkan tingkat
pengembalian (return) yang tinggi.
3.1.3. KREDIT Penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan IV Tahun 2011
mengalami peningkatan sebesar Rp 10,15 Triliun atau tumbuh 22,18% (yoy) dan 5,63%
(qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dengan angka pertumbuhan
tersebut, maka outstanding/ baki debet kredit yang disalurkan oleh bank umum Jatim
kepada masyarakat dan dunia usaha sampai dengan akhir periode laporan mencapai
Rp 190,57 Triliun. Kondisi perekonomian Jawa timur yang cukup stabil dan kondusif
menjadi salah satu pendorong peningkatan permintaan kredit.
Grafik 3.12
Pertumbuhan Kredit (yoy)
Grafik 3.13
PertumbuhanKredit(qtq)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik 3.11
Perbandingkan Suku Bunga Simpanan – BI Rate
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
Tw 1 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Tabungan Deposito BI Rate (%)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
Jan Feb Tw I Apr Mei Tw II Jul Aug Tw III Okt Nop Tw IV
2011
Kredit Juta Rupiah (Skala Kiri) Growth % yoy (Skala Kanan)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Kredit Juta Rupiah (Skala Kiri) Growth % qtq (Skala Kanan)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
43
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Berdasarkan jenisnya, kredit di Jatim pada Triwulan IV 2011 masih didominasi
oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dengan jumlah mencapai Rp 113,54
triliun atau sebesar 59,58% dari keseluruhan total kredit, disusul kemudian oleh kredit
konsumsi sebesar Rp 52,14 Triliun dengan proporsi 27,36% serta kredit investasi
sebesar Rp 24,89 Triliun dengan proporsi 13,06%. Pertumbuhan kredit paling tinggi
pada periode ini masih terjadi pada kredit investasi dengan pertumbuhan sebesar
28,76% (yoy) disusul kredit modal kerja sebesar 19,49%, sedangkan kredit konsumsi
terjadi perlambatan pertumbuhan namun masih relatif stabil di level 25,27% (yoy).
Cukup besarnya alokasi penyaluran kredit untuk kegiatan produktif dapat dijadikan
indikator bahwa perbankan di Jawa Timur turut berperan aktif dalam melaksanakan
fungsi intermediasinya guna mendorong kemajuan aktivitas dunia usaha.
Grafik 3.16 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan
(q-t-q)
Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan
(y-o-y)
Sumber: Bank Indonesia, data cognos diolah
Sumber: Bank Indonesia, data cognos diolah
Grafik 3.14 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis
Penggunaan
Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan
Kelompok Bank
60%
13%
27%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
53%42%
5%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
Jan Feb Tw I Apr Mei Tw II Jul Aug Tw III Okt Nop Tw IV
2011
%y
oy
Modal Kerja Investasi Konsumsi
44
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit bank umum paling besar
disalurkan kepada sektor-sektor yang mendominasi struktur perekonomian di Jatim,
seperti sektor Industri Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan
proporsi masing-masing sebesar 27,38% dan 23,12%.
Sementara itu apabila dilihat dari angka pertumbuhannya, peningkatan
penyaluran kredit tertinggi adalah pada sektor jasa perorangan yang melayani rumah
tangga, penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum serta perantara
keuangan, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 85,41%, 69,26% dan 61,69%
(yoy).
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik 3.19
Perkembangan Kredit Sektoral (yoy)
Grafik 3.18
Proporsi Kredit Sektoral
Grafik 3.20
Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
Tw 1 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Investasi Konsumsi Modal kerja BI Rate (%)
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kredit (Juta Rupiah) Growth (%yoy)
27%
27%
23%
5%
4%
3%3%
2%1% 1%
1%
1%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0% 0%
INDUSTRI PENGOLAHAN
PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
KONSTRUKSI
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN
PERORANGAN LAINNYAPENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
PERANTARA KEUANGAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
LISTRIK, GAS DAN AIR
JASA PENDIDIKAN
PERIKANAN
BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL
LAINNYAADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN
SOSIAL WAJIBJASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
Lain-lain
45
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
3.1.4 Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Penyaluran kredit perbankan kepada Kelompok Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) diperlukan untuk meningkatkan kemampuan ekspansi sektor
usaha mikro kecil menengah yang pada akhirnya diharapkan dapat mendorong
perekonomian Jawa Timur dan mendukung terciptanya perluasan lapangan kerja.
Terkait dengan hal tersebut di atas, Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah
terus berupaya untuk memfasilitasi serta menyusun kebijakan-kebijakan yang
diharapkan dapat mendorong peningkatan penyaluran kredit UMKM. Salah satu
bentuk kerjasama tersebut adalah telah ditandatanganinya Program Kerjasama
Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang
bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Selain itu, Bank Indonesia juga berupaya dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan
Keuangan Mitra Bank (KKMB) dalam memberikan pendampingan kepada Usaha Mikro
Kecil dan Menengah yang feasible untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan.
Upaya lain yang dilakukan oleh Bank Indonesia Surabaya dalam mendorong
perkembangan UMKM adalah melalui pengembangan beberapa klaster komoditas
potensial melalui pola kemitraan, serta kegiatan Bantuan Teknis kepada UMKM.
Sampai dengan akhir periode laporan, penyaluran total kredit UMKM yang
mengacu definisi UMKM berdasarkan UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM di Jawa
Timur mencapai Rp 64,37 triliun atau tumbuh sebesar 11,94% (yoy) dan 3,46% (qtq)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.21
Perkembangan Kredit UMKM Grafik 3.22
Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
Sumber: Bank Indonesia
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Kredit Juta Rupiah (Skala Kiri) Kredit UMKM (Juta Rupiah)
58%
40%
2%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
46
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
dibandingkan periode sebelumnya. Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh Bank
Umum di Jawa Timur didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 58,22% dengan jumlah
mencapai Rp 37,48 Triliun, disusul kemudian oleh Bank Swasta dan Bank Asing dengan
besar masing-masing Rp 25,95 Triliun (40,3%) dan Rp 2,69 Triliun (1,48%).
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit / pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang
didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR merupakan program yang
dicanangkan oleh pemerintah dengan sumber dana penuh dari Bank, yang bertujuan
untuk memberikan akses pembiayaan bagi UMKM, khususnya usaha mikro yang
feasible namun belum bankable. Sebesar 70% dari KUR yang disalurkan dijamin oleh
Pemerintah, sementara sisanya ditanggung oleh Bank Pelaksana. KUR disalurkan oleh 7
Bank Umum di Jawa Timur, yaitu BRI, BNI, Mandiri, Mandiri Syariah, BTN, Bukopin, dan
Bank Jatim.
Hingga akhir periode laporan, perkembangan penyaluran KUR di Jawa Timur
terus menunjukkan perkembangan yang cukup baik dan mengindikasikan antusiasme
perbankan serta dunia usaha dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian RI, realisasi penyaluran KUR
hingga Tw IV-2011 mencapai Rp 9,84 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 993.585
nasabah atau tumbuh sebesar 100,39% (yoy) dan 12,3% (qtq) dibandingkan dengan
periode sebelumnya.
Kondisi ini masih memposisikan provinsi Jawa Timur pada urutan pertama daerah
penyalur KUR dengan plafon tertinggi secara nasional, disusul oleh Jawa Tengah dan
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Kredit U M K M (Rp Triliun) 58,64 57,51 59,20 61,35 62,22 64,37
a. Bank Pemerintah 34,38 33,34 35,20 36,30 36,95 37,48
b. Bank Swasta 21,77 22,68 22,57 23,52 24,16 25,95
c. Bank Asing 2,50 1,48 1,42 1,53 1,11 0,95
20112010Keterangan
Tabel 3.2
Penyaluran Kredit UMKM Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
47
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Jawa Barat dengan plafon masing-masing sebesar Rp 9,28 triliun dan Rp 8,35 triliun.
Sampai dengan akhir periode laporan tercatat outstanding / baki debet KUR di Jatim
sebesar Rp 4,79 triliun, meningkat sebesar 109,2% (yoy) dan 5,22% (qtq) dibandingkan
dengan Triwulan III 2011 yang tercatat sebesar Rp 4,55 triliun.
3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas industri perbankan yang tercermin dari berbagai risiko yang dihadapi
dalam pelaksanaan transaksi perbankan selama Triwulan IV-2011 secara umum
menunjukkan penguatan, khususnya yang berasal dari pengelolaan risiko likuditas
menunjukkan kondisi yang cukup baik dan terjaga. Potensi tekanan risiko kredit yang
tercermin dari besarnya Non Performing Loans (NPL) Bank Umum menunjukkan
perbaikan dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari sebesar 3,47% pada Triwulan
III Tahun 2011 menjadi sebesar 2,90% di Triwulan IV Tahun 2011. Penurunan NPL
tersebut mengindikasikan adanya peningkatan stabilitas sistem perbankan yang
didukung oleh kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai
debitur. Di sisi lain, peningkatan jumlah penyaluran kredit baru mendorong penurunan
angka rasio NPL.
Risiko lain yang patut diwaspadai adalah risiko operasional yang terkait dengan
mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan atau kejadian–
kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Hal tersebut perlu menjadi perhatian
Sumber: KementrianKoordinator Perekonomian
Grafik 3.23
5 BesarProvinsiPenyalur KUR
Grafik 3.24
PerkembanganPenyaluran KUR di Jatim
Sumber: KementrianKoordinatorPerekonomian
29%
27%
24%
10%
10%
JAWA TIMUR JAWA TENGAH JAWA BARAT
SULAWESI SELATAN SUMATERA UTARA
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
0,00
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
12.000.000,00
Tw I
Tw I
I
Tw I
II
Tw I
V
Tw I
Tw I
I
Tw I
II
Tw I
V
2010 2011
Jumlah Debitur (skala kanan) Plafon KUR (Juta Rupiah) Outstanding (Juta Rupiah)
48
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Bank Indonesia maupun Bank Umum dengan cara mengoptimalkan fungsi
pengawasan atas kegiatan operasional perbankan.
Bank Indonesia berupaya untuk terus mendorong terciptanya iklim perbankan
yang kondusif dengan cara mendorong peningkatan kualitas pelayanan perbankan
maupun perlindungan konsumen/ nasabah dengan pelaksanaan beberapa program
peningkatan perlindungan dan pemberdayaan nasabah yang terdiri atas Transparansi
Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan Edukasi Konsumen.
3.2.1. RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap
total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur pada periode laporan
menunjukkan perbaikan. NPL bank umum pada akhir triwulan IV-2011 sebesar 2,90%,
lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 3,47%.
Berdasarkan kelompok bank, prosentase NPL tertinggi masih tercatat pada kelompok
bank asing yang mencapai 4,18%. Disusul kemudian oleh kelompok bank pemerintah
dan bank swasta dengan rasio NPL masing-masing sebesar 3,71% dan 1,70%.
Sementara itu berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi terjadi pada
kredit modal kerja dengan prosentase sebesar 4,12%, disusul oleh kredit investasi
sebesar 3,81% dan kredit konsumsi sebesar 1,38%.
Tabel 3.3
Perkembangan NPL per-Kelompok Bank
Sumber: Bank Indonesia
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
NPL Bank Umum (%) 3,02 2,88 3,03 2,94 3,37 3,55 3,47 2,90
a. Bank Pemerintah 2,76 2,67 2,98 3,13 3,79 4,11 4,38 3,71
b. Bank Swasta 2,70 2,55 2,52 2,34 2,55 2,62 2,12 1,70
c. Bank Asing 6,64 6,56 7,11 5,55 5,18 4,88 4,46 4,18
Kelompok Bank 2010 2011
49
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar yang dilakukan oleh Bank Umum
hingga akhir Triwulan IV 2011 tertuju pada Industri Pengolahan, Penerima Kredit
Bukan Lapangan Usaha (konsumsi) dan Perdagangan Besar dan Eceran dengan
prosentase masing-masing terhadap total kredit sebesar 27,38%, 27,36% dan
23,12%.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.26
Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
Grafik
Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah)
Grafik 3.25
Perkembangan NPL Bank Umum
Sumber: Bank Indonesia
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
NP
L (
%)
NPL Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2,50%
3,00%
3,50%
4,00%
4,50%
5,00%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011N
PL (
%)
NPL Bank Umum Modal Kerja Investasi Konsumsi
Sumber: Bank Indonesia
0
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
50.000.000
60.000.000
1
INDUSTRI PENGOLAHAN
PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
KONSTRUKSI
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN
PERORANGAN LAINNYAPENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN
MINUMPERANTARA KEUANGAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
LISTRIK, GAS DAN AIR
JASA PENDIDIKAN
50
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Dari sisi pertumbuhan tahunan, peningkatan penyaluran kredit tertinggi
terdapat pada Sektor Perorangan yang Melayani Jasa Rumah Tangga sebesar
85,41% (yoy), Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum sebesar
69,26% (yoy), Perantara Keuangan sebesar 61,69% (yoy).
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS
Risiko likuiditas perbankan di Jawa Timur pada triwulan IV 2011 secara umum
relatif terjaga. Namun demikian, tetap perlu diperhatikan terjadinya peningkatan
preferensi penempatan dana masyarakat pada instrumen simpanan jangka pendek
perbankan seperti tabungan, dibandingkan dengan deposito yang mempunyai tenor
jangka panjang. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk tabungan
pada Triwulan IV 2011 tercatat meningkat sebesar 21,46% (yoy) atau 12,12% (qtq),
sementara Deposito mencatat pertumbuhan sebesar 12,13% (yoy) atau 4,08% (qtq)
dibandingkan periode sebelumnya.
Kondisi tersebut perlu menjadi perhatian perbankan di Jawa Timur untuk lebih
berhati-hati dalam pengelolaan aset serta melakukan mitigasi risiko dengan
menerapkan pengendalian risiko likuiditas yang tepat guna mengurangi potensi
mismatch likuiditas.
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
1
JASA PERORANGAN YANG MELAYANI
RUMAH TANGGA
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN
PENYEDIAAN MAKAN MINUM
PERANTARA KEUANGAN
PERTANIAN, PERBURUAN DAN
KEHUTANAN
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN
JASA PERUSAHAAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
KONSTRUKSI
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN
KOMUNIKASI
PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN
USAHA
INDUSTRI PENGOLAHAN
Grafik
Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy)
51
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
53%
21%
26%
Kas Penempatan pada BI Penempatan pada bank lain
Pada Triwulan IV 2011, Cash Ratio yang
mencerminkan kemampuan perbankan
Jawa Timur dalam melunasi kewajiban
jangka pendek dengan aktiva likuid yang
dimilikinya menunjukkan tren perlambatan.
Tercatat Cash Ratio Bank Umum di Jawa
Timur berada di kisaran 5,34% pada periode
laporan. Begitu pula dengan jumlah Aktiva
Lancar yang secara Triwulanan
menunjukkan sedikit penurunan dari
Rp14,14 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp 13,76 triliun (2,67%). Komposisi
aktiva lancar terbesar berupa kas sebesar Rp 7,27 triliun, disusul dengan penempatan
pada bank lain dan Bank Indonesia masing–masing sebesar Rp 3,53 triliun dan Rp 2,96
triliun.
3.3. PERBANKAN SYARIAH
Peningkatan ekspansi usaha perbankan syariah di Provinsi Jawa Timur salah
satunya didorong oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang terus menunjukkan
perkembangan positif, serta masih terbukanya pasar perbankan syariah di Jawa Timur.
Selain itu, peningkatan kinerja Perbankan Syariah di Jawa Timur juga dapat menjadi
indikasi terjaganya kepercayaan terhadap Bank Syariah.
Grafik 3.27
Money Position Perbankan di Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.28
Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq)
Grafik 3.29
Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy)
Sumber: Bank Indonesia
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Jan
Fe
b
Tw
I
Ap
r
Me
i
Tw
II
Juli
Ag
ust
us
Tw
III
Ok
tob
er
No
pe
mb
er
Tw
IV
2011
Ax
is T
itle
Aset Pembiayaan DPK
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
% q
tq
Aset Pembiayaan DPK
52
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Secara umum, indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yang
terdiri atas Aset, Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan mencatat pertumbuhan. Aset
tumbuh sebesar 53,87% (yoy) dan 13,11% (qtq) dari Rp 10,3 Triliun pada Triwulan III
2011 menjadi Rp 11,65 Triliun pada Triwulan IV 2011. Dana masyarakat yang disimpan
pada Bank Syariah di Jawa Timur tumbuh 61,78% (yoy) dan 19,32% (qtq), atau
meningkat dari sebesar Rp 7,74 Triliun menjadi Rp 9,23 Triliun.
Berdasarkan komposisinya, peningkatan dana masyarakat didorong oleh cukup
tingginya pertumbuhan ketiga jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito yang
masing–masing secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 47,63%, 53,92%, dan 69,27%.
Secara triwulanan, pertumbuhan dari masing-masing Dana Pihak Ketiga Bank Syariah
adalah 37,05% (qtq) untuk giro, 20,76% (qtq) untuk tabungan, dan 16,61% (qtq)
untuk deposito.
Selama Tw IV-2011 penyaluran pembiayaan tumbuh 9,35% (qtq) atau 72,06%
(yoy) dengan baki debet sebesar Rp 8,84 Triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran
pembiayaan konsumsi masih mengambil proporsi terbesar dengan prosentase
mencapai 45,07% dari total pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah di Jawa Timur,
disusul kemudian oleh pembiayaan modal kerja 39,07% dan pembiayaan investasi
15,86%.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.30 Proporsi DPK Perbankan Syariah
di Jawa Timur
Grafik 3.31 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
Sumber: Bank Indonesia
7%
36%
57%
GIRO TABUNGAN DEPOSITO
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Jan
Fe
b
Tw
I
Ap
r
Me
i
Tw
II
Juli
Ag
ust
us
Tw
III
Ok
tob
er
No
pe
mb
er
Tw
IV
2011
% y
oy
Giro Tabungan Deposito
53
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Besarnya proporsi pembiayaan konsumsi Bank Syariah di Jawa Timur antara lain
didorong oleh ekspansi kepada kebutuhan pembiayaan kepemilikan rumah/ properti,
serta kepemilikan kendaraan bermotor. Sementara itu, meskipun mempunyai proporsi
yang lebih rendah, penyaluran pembiayaan untuk modal kerja dan investasi yang
merupakan jenis kredit produktif tetap menjadi perhatian bank syariah dalam
mengalokasikan pembiayaannya. Hal ini tercermin dari tingginya pertumbuhan
penyaluran pembiayaan Modal Kerja, Konsumsi dan Investasi yang masing-masing
tumbuh sebesar 62,59%, 44,55% dan 101,90% (yoy). Kinerja penyaluran pembiayaan
yang cukup baik tersebut diiringi dengan kualitas kredit yang terjaga, tercermin dari
penurunan rasio Non Performing Financing (NPF) dari sebesar 1,41% pada Triwulan III
2011 menjadi sebesar 1,21% pada Triwulan IV 2011.
Grafik 3.33 Pangsa Pembiayaan Syariah
Per Jenis Penggunaan
Grafik 3.32 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah
Per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.34 Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Jawa Timur
Grafik 3.35 Financing to Deposits Ratio (FDR)
Perbankan Syariah Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Jan
Fe
b
Tw
I
Ap
r
Me
i
Tw
II
Juli
Ag
ust
us
Tw
III
Okto
be
r
No
pe
mb
er
Tw
IV
2011
% y
oy
Modal Kerja Investasi Konsumsi
39%
16%
45%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
-
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
NPF (%)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
FDR (%)
54
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran
pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun secara umum menunjukkan
peningkatan. Namun apabila ditinjau secara triwulanan, terdapat penurunan FDR dari
sebesar 104,46% pada Triwulan III 2011 menjadi sebesar 95,73% pada Triwulan IV
2011. Penurunan ini disebabkan oleh lebih tingginya pertumbuhan penghimpunan
Dana Pihak Ketiga (DPK) dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan yang
disalurkan pada triwulan laporan.
3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan IV 2011 secara umum
menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Secara tahunan (yoy), total aset pada
periode laporan tumbuh sebesar 18,76% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 16,50% (yoy). Penyaluran kredit BPR tumbuh dari
sebesar 15,46% (yoy) pada triwulan III 2011 menjadi sebesar 16,88% (yoy) pada
Triwulan IV 2011. Penghimpunan dana dari masyarakat (DPK) juga mencatat
pertumbuhan dari sebesar 14,53% (yoy) pada Triwulan III 2011 menjadi sebesar 15,19%
(yoy) pada periode laporan.
Grafik 3.36
Perkembangan Indikator BPR (yoy)
Grafik 3.37
Perkembangan Indikator BPR (qtq)
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
% y
oy
Total Asset DPK Kredit
(2.00)
(1.00)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
DPK Aset Kredit
55
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Total aset BPR di Jawa Timur pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,83% (qtq)
atau 18,76% (yoy) menjadi senilai Rp 6,81 triliun, tumbuh lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,52% (qtq) dan 16,5% (yoy). Pertumbuhan
kinerja aset tersebut salah satunya didorong oleh peningkatan kinerja penghimpunan
DPK dari 3,04% (qtq) di Triwulan III menjadi 5,29% pada Triwulan IV Tahun 2011.
Hingga akhir periode laporan total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jatim
mencapai Rp 4,04 triliun. Berdasarkan jenis DPK, pertumbuhan tertinggi dicatat oleh
DPK dalam bentuk tabungan dengan nominal sebesar Rp 1,28 triliun, tumbuh sebesar
11,5% (qtq) dan 15,71% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Sementara deposito
tumbuh sebesar 2,64% (qtq) dan 14,95% (yoy), menjadi Rp 2,76 triliun pada periode
laporan.
Cukup stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk Deposito dan
Tabungan yang disimpan di BPR, selain menunjukkan tingginya kepercayaan
masyarakat juga terkait dengan besarnya suku bunga simpanan BPR yang secara rata-
rata berada di atas level suku bunga deposito bank umum. Bagi sebagian masyarakat
yang menganggap instrumen simpanan di BPR lebih menarik sebagai salah satu
bentuk investasi tentunya memanfaatkan hal ini dalam mengalokasikan dana yang
dimilikinya.
Grafik 3.38
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy)
Grafik 3.39
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq)
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
% y
oy
DPK DEPOSITO TABUNGAN
(2.00)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
DPK Deposito Tabungan
56
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Pertumbuhan penyaluran kredit Modal Kerja yang memiliki proporsi terbesar
dalam penyaluran kredit BPR (mencapai 66,5% dari total kredit) meningkat sebesar
11,17% (yoy) menjadi sebesar Rp 3,18 triliun pada Triwulan IV 2011. Pertumbuhan
tersebut menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya outstanding penyaluran
kredit oleh BPR pada Tw-IV tahun 2011 hingga mencapai Rp 4,85 triliun pada akhir
periode laporan.
Kinerja intermediasi perbankan yang tercermin dari besarnya Loan to Deposit Ratio
(LDR) pada Triwulan IV 2011 mengalami perlambatan dari sebesar 125,69% pada
Triwulan III 2011 menjadi 120,01% pada Triwulan IV 2011. Di sisi lain, resiko kredit
yang tercermin dari besar Non Performing Loan (NPL) mengalami perbaikan dari
Grafik 3.41
Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
ia
Grafik 3.42
Perkembangan LDR & NPL BPR
Grafik 3.40
Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy)
Sumber: Bank Indonesia
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
% y
oy
Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi
65%
3%
32%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
110.00%
112.00%
114.00%
116.00%
118.00%
120.00%
122.00%
124.00%
126.00%
128.00%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
%
LDR NPL Skala Kanan
57
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
sebesar 4,77% pada Triwulan III 2011 menjadi sebesar 4,01% pada akhir periode
laporan. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi peningkatan kinerja BPR dalam
menghadapi resiko kredit.
3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
Kinerja 6 (enam)1 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada triwulan
laporan secara umum menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup stabil, namun
cenderung melambat. Tercatat total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur pada
Triwulan IV 2011 menurun dari sebesar 5,28% (qtq) pada Triwulan III 2011, menjadi
(2,16)% qtq pada Triwulan IV 2011 dengan nominal sebesar Rp 30,56 Triliun.
1 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda),
Bank AnglomasInternasional (Bank Amin), Bank CNB dan Bank Prima Master.
Grafik 3.43 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di
Surabaya (qtq)
Grafik 3.44 Perumbuhan Indikator Bank Ber-KP di
Surabaya (yoy)
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya
(dalam juta Rupiah)
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia (15,00)
(10,00)
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
%
Aset Kredit DPK
TW I TW II Tw III Tw IV
Total Aset (Juta Rupiah) 26.786.468,42 29.668.517,03 31.234.859,97 30.560.729,77
Pertumbuhan (yoy %) 10,83 14,55 21,53 24,33
Pertumbuhan (qtq %) 8,97 10,76 5,28 (2,16)
Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) 20.305.854,21 23.003.101,04 23.954.468,00 21.755.511,54
Pertumbuhan (yoy %) 9,82 12,03 17,36 20,81
Pertumbuhan (qtq) 12,76 13,28 4,14 (9,18)
Kredit (Juta Rupiah) 14.269.653,00 15.529.866,00 16.680.432,00 16.958.441,00
Pertumbuhan (yoy %) 30,09 30,38 28,20 24,70
Pertumbuhan (qtq) 4,93 8,83 7,41 1,67
LDR (%) 70,27% 67,51% 69,63% 77,95%
NPL (%) 0,82% 1,03% 1,30% 1,08%
2011INDIKATOR BANK UMUM
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
Jan
Feb
Tw I
Ap
r
Me
i
Tw II
Juli
Agu
stu
s
Tw II
I
Ok
tob
er
No
pe
mb
er
Tw IV
2011
%
Aset Kredit DPK
58
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Dana Pihak Ketiga (DPK) menurun dari sebesar Rp 4,14% (qtq) pada Triwulan III
menjadi (9,18)% (qtq) pada Triwulan IV 2011 dengan nominal mencapai Rp 21,75
Triliun. Bentuk Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat terdiri atas
Giro, Tabungan dan Deposito dengan prosporsi hampir merata, masing-masing sebesar
36%, 35% dan 29%.
Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar
24,70% (yoy) dan 1,67% (qtq), meningkat dari sebesar Rp 16,68 triliun pada Triwulan III
2011 menjadi Rp 16,96 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit
konsumsi memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 46%, disusul kemudian oleh Kredit
Modal Kerja dan Investasi dengan proporsi masing-masing sebesar 42% dan 12%.
Cukup besarnya Kredit Modal Kerja yang disalurkan dapat menjadi indikator positif
antusiasme masyarakat dan perbankan di Jawa Timur dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi.
Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan
IV 2011 didukung oleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang
cukup rendah, yaitu di kisaran 1,08%. NPL tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
Triwulan III 2011 yang tercatat sebesar 1,08%.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.45 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan
Pada Bank Ber KP di Surabaya
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.46 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan
Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
36%
29%
35%
Giro Deposito Tabungan
(30,00)
(25,00)
(20,00)
(15,00)
(10,00)
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
% q
tq
Giro Deposito Tabungan
59
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum
Berkantor Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang
terlihat dari peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari sebesar 69,63% pada
Triwulan III menjadi sebesar 77,95% pada Triwulan IV Tahun 2011.
Grafik 3.49 Perkembangan LDR dan NPL Bank
Berkantor Pusat di Surabaya
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.47 Perkembangan Kredit Per Jenis Simpanan
Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.48 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan
Bank Ber KP di Surabaya
Sumber : Bank Indonesia
45%
12%
43%
Modal Kerja Investasi Konsumsi(15,00)
(10,00)
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
Jan
Fe
b
Tw
I
Ap
r
Me
i
Tw
II
Juli
Ag
ust
us
Tw
III
Okto
be
r
No
pe
mb
er
Tw
IV
2011
% q
tq
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0,00%
0,20%
0,40%
0,60%
0,80%
1,00%
1,20%
1,40%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
LDR NPL (Skala Kanan)
60
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang - Undang
adalah untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional, baik
tunai maupun non tunai. Dalam sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia berperan
dalam pemenuhan kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang
cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean
money policy). Sementara itu dalam kebijakan di bidang instrumen pembayaran non
tunai, Bank Indonesia berperan dalam penyediaan sistem pembayaran yang efektif,
efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan
konsumen.
TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI
Transaksi sistem pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa
kegiatan, yaitu : aliran uang keluar (outflow) dan aliran uang masuk (inflow) dari
perbankan ke Bank Indonesia, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB), serta kegiatan penukaran uang pecahan kecil
kepada masyarakat.
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Sampai dengan akhir Triwulan IV 2011, aliran uang kartal yang masuk/ keluar dari
Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri, dan KBI
Jember) secara kumulatif menunjukkan posisi net inflow. Jumlah aliran uang yang
keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih kecil dibandingkan
jumlah aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Net inflow yang terjadi
diperkirakan terkait dengan pola musiman/cyclical akibat dari tingginya penarikan
dana oleh masyarakat dalam rangka peringatan Bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya
Idul Fitri 1432 H, yaitu pada Bulan Agustus – September Tahun 2011. Sehingga pada
akhir tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah aliran uang masuk ke Bank Indonesia
sebagai arus balik dari banyaknya uang yang beredar di masyarakat pada periode
tersebut.
61
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Secara umum transaksi inflow maupun outflow pada 4 Kantor Bank Indonesia
(KBI) di Jawa Timur pada Tw IV-2011 menunjukkan tren penurunan. Dibandingkan
dengan periode sebelumnya, Outflow menurun sebesar 43,79% (qtq) dari sebesar Rp
14,66 triliun menjadi Rp 8,24 triliun. Demikian juga dengan inflow yang menurun
sebesar 28,67% (qtq) dari sebesar Rp 12,2 triliun menjadi Rp 8,7 triliun. Penurunan
Net Outflow yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan inflow pada periode
ini menyebabkan terjadinya Net Inflow sebesar Rp 461,19 Miliar.
Gambar 3.51
Perkembangan Net Flow Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow)
Kantor Bank Indonesia – Rp. Juta
Gambar 3.50 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow)
Dalam Juta Rupiah
2010
TW IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
OUTFLOW 2.468.381 2.000.130,88 3.859.961,16 7.241.746,38 4.826.881,52
INFLOW 3.952.519 4.711.067,49 3.044.294,55 6.584.758,69 5.316.031,06
NET FLOW 1.484.138,00 2.710.936,61 (815.666,60) (656.987,69) 489.149,53
OUTFLOW 1.293.583 926.510,13 1.963.414,00 3.567.299,00 2.081.368,42
INFLOW 725.625 1.021.510,17 1.505.535,00 2.239.735,00 1.207.693,84
NET FLOW (567.958,00) 95.000,04 (457.879,00) (1.327.564,00) (873.674,58)
OUTFLOW 822.704 324.031,03 1.105.888,00 2.135.130,44 1.331.602,91
INFLOW 1.393.413 2.319.335,73 1.996.449,00 2.726.217,97 2.177.240,19
NET FLOW 570.709,00 1.995.304,70 890.561,00 591.087,53 845.637,28
OUTFLOW 669.488 292.363,72 687.462,52 1.716.668,17 945,52
INFLOW 764.637 940.678,06 585.137,39 649.344,40 1.032,18
NET FLOW 95.149,00 648.314,34 (102.325,13) (1.067.323,77) 86,66
OUTFLOW 5.254.156 3.543.035,75 7.616.725,67 14.660.843,99 8.240.798,38
INFLOW 6.836.194 8.992.591,45 7.131.415,94 12.200.056,06 8.701.997,27
NET FLOW 1.582.038,00 5.449.555,69 (485.309,73) (2.460.787,93) 461.198,89
Keterangan :
Net Flow (+) : Net Inflow
Net Flow (-) : Net outflow
MALANG
Wilayah Keterangan
JEMBER
SURABAYA
KEDIRI
JAWA TIMUR
2011
-
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
12.000.000,00
14.000.000,00
16.000.000,00
TW I TW II TW III TW IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
OUTFLOW INFLOW
(3.000.000,00)
(2.000.000,00)
(1.000.000,00)
-
1.000.000,00
2.000.000,00
3.000.000,00
4.000.000,00
5.000.000,00
6.000.000,00
TW I TW II TW III TW IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
NET FLOW
62
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar
Sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada
masyarakat (Clean Money Policy), dilakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak
Berharga (PTTB) sebagai bagian dari proses pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
(UTLE) atau rusak yang dilakukan secara rutin oleh Bank Indonesia. Selama triwulan
IV-2011, tercatat sebesar Rp 4,07 triliun uang kartal yang tidak layak edar dalam
berbagai pecahan dimusnahkan. Jumlah tersebut menurun 27,41% (qtq)
dibandingkan dengan yang dimusnahkan pada Triwulan III 2011 yang mencapai Rp
5,61 triliun. Penurunan jumlah PTTB pada periode laporan disebabkan oleh kondisi
uang kartal yang beredar di masyarakat masih cukup baik, sebagai rangkaian dari
peningkatan outflow dalam bentuk uang baru pada periode menjelang Bulan Puasa
dan Hari Raya Idul Fitri pada Triwulan III 2011.
Dalam memenuhi kewajibannya untuk menyediakan Uang Layak Edar (ULE) di
masyarakat, Bank Indonesia melaksanakan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
(UTLE) menggantinya dengan Uang Layak Edar (ULE) yang siap digunakan untuk
kebutuhan transaksi keuangan. Namun demikian, tetap diperlukan peningkatan
kesadaran masyarakat untuk menjaga kondisi fisik uang kartal yang dimiliki. Dengan
demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 3.52 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
2010 2011
PTTB (Rp Triliun) Rasio PTTB thdp Inflow (%)
63
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
0,000
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Volume Nominal
mengurangi besarnya volume PTTB yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan
uang baru. Terkait dengan hal tersebut, Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi
kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang
kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi perbankan.
3.6.1. TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI
Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan
transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan yang menggunakan sistem BI-Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
a. Transaksi RTGS ( Real Time Gross Settlement)
Transaksi keuangan dengan
menggunakan sistem RTGS di Jawa
Timur pada Triwulan IV Tahun 2011
menunjukkan secara umum
menunjukkan peningkatan. Tercatat
volume transaksi RTGS (outgoing)
dari 30 kota di Jawa Timur pada
periode laporan adalah sebanyak
Gambar 3.53
Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur
Gambar 3.54
Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Share Kliring Share RTGS
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Trili
un
Ru
pia
h
Kliring RTGS
64
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
155.650 transaksi atau meningkat sebesar 3,88% (qtq) dari periode sebelumnya.
Nominal transaksi RTGS Jawa Timur pada Triwulan IV tahun 2011 adalah sebesar Rp
148,29 triliun, menurun 0,69% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, namun
meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,56% (yoy).
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur,
besarnya transaksi RTGS di tingkat kabupaten / kota menunjukkan masih terpusatnya
kegiatan perekonomian pada wilayah – wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya,
transaksi outgoing maupun incoming RTGS didominasi oleh beberapa kota/
kabupaten dengan karakteristik perekonomian yang cukup menonjol. Kota Surabaya
sebagai ibukota provinsi Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi.
Tercatat transaksi RTGS pada triwulan IV-2011 dari kota Surabaya ke kota
lainnya (outgoing) sebesar Rp 81,79 triliun dengan volume sebanyak 63.400
transaksi. Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di
Surabaya (incoming) tercatat sebanyak 114.503 transaksi atau senilai Rp 110,82
triliun. Kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik
outgoing maupun incoming adalah Kediri, Malang, Gresik, Batu dan Sidoarjo.
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 3.55 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing
RTGS Terbesar Tw IV -2011
Gambar 3.56 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming
RTGS Terbesar Tw IV -2011
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
90000Nilai (Milyar Rp) Volume
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000Nilai (Milyar Rp) Volume
65
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
b. Transaksi Kliring
Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui
transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa
Timur diikuti oleh 449 kantor/bank umum peserta kliring baik langsung maupun
tidak langsung yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan
kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Bank Indonesia (Surabaya, Malang, Kediri
dan Jember).
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung
pada triwulan IV Tahun 2011 menunjukkan peningkatan. Tercatat sebanyak 1,37
juta warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan)
ditransaksikan melalui kliring dengan nilai mencapai Rp 44,33 triliun, meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 43,4 triliun. Begitu
pula dengan jumlah tolakan warkat kliring yang menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat sebanyak 48.249 lembar tolakan
warkat senilai Rp 596,76 milyar, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya
sebanyak 20.680 lembar warkat senilai Rp 522 milyar.
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Tabel 3.7
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw IV - 2011
Jumlah
Kota Kantor
Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal
(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%)
Surabaya 254 1.135.630 36.507.412 56.782 1.825.371 44.265 481.559 2.213 24.078 3,90 1,32
Malang 63 113.849 4.174.791 5.692 208.740 2.031 62.016 102 3.101 1,78 1,49
Kediri 77 73.234 2.309.315 3.662 115.466 1.136 32.460 57 1.623 1,55 1,41
Jember 55 52.267 1.337.107 2.613 66.855 817 20.722 41 1.036 1,56 1,55
Jatim 449 1.374.980 44.328.625 68.749 2.216.431 48.249 596.757 2.412 29.838 3,51 1,35
Keterangan : - Jumlah kantor peserta kliring termasuk yang tidak langsung (kliring lokal)
Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan CekRata-2 Penolakan Cek
Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari Cek Dan BG Kosong Sehari
Persentase Rata-2 Penolakan
66
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
2010 2011
Upal (Lembar)
5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR
Penemuan uang palsu di Jawa
Timur pada Triwulan IV tahun 2011
melalui perbankan maupun berdasarkan
laporan masyarakat secara umum
menunjukkan peningkatan. Pada
Triwulan IV Tahun 2011 tercatat
penemuan uang palsu sebanyak 6.186
lembar dalam berbagai pecahan dengan
nilai nominal sebesar Rp 529,61 juta.
Dilihat dari jumlah lembar uang palsu
yang ditemukan, pada periode ini terjadi
peningkatan sebesar 23,02% (qtq) dan 31,18% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebanyak 5.164 lembar dengan nilai nominal mencapai Rp
430,53 juta.
Peningkatan jumlah uang palsu yang ditemukan pada Triwulan IV 2011
disebabkan oleh meningkatnya jumlah uang yang masuk ke perbankan paska Hari
Raya Idul Fitri 2011, serta meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat jelang libur
natal dan tahun baru 2012.
Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 3.56
Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
Gambar 3.57
Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
Gambar 3.58
Statistik Uang Palsu yang Ditemukan
1,100
1,200
1,300
1,400
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
2010 2011
Nominal (Rp Triliun) Warkat Jt Lbr (Skala Kanan)
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
900.000
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
2010 2011
Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
67
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
Sebagaimana periode-periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang
beredar di Jawa Timur pada Triwulan IV Tahun 2011 didominasi oleh nominal
Rp100.000,- dengan proporsi mencapai 74% (lembar) dan 86% (nominal). Surabaya
sebagai kota terbesar dan pintu gerbang perdagangan Indonesia Timur masih menjadi
kota dengan penemuan uang palsu baik lembar maupun nominal tertinggi di Jawa
Timur.
Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi
berwenang yang terkait terus berupaya untuk melakukan penanggulangan yang
bersifat preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya–
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 3.59 Statistik Uang Palsu yang ditemukan
(lembar)
Gambar 3.60 Statistik Uang Palsu yang ditemukan
(nilai)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
74%
22%
2% 1%1%
100.000 50.000 20.000 10.000 5.000
86%
13%
1%0%0%
100.000 50.000 20.000 10.000 5.000
Gambar 3.61 Statistik Uang Palsu yang Per Kota
(lembar)
Gambar 3.62 Statistik Uang Palsu yang Per Kota
(Nominal Juta)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya Sumber : Bank Indonesia Surabaya
68
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2011
upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah,
meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan
instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan
secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum
pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang -
undangan yang berlaku.
�
Bab 4
�
PERKEMBANGAN
KEUANGAN DAERAH
�
69
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.1. UMUM
Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun
anggaran 2011 mencapai Rp 9,90 triliun atau meningkat 32,56% dibandingkan
anggaran 2010, dengan realisasi pendapatan sampai dengan triwulan IV – 2011 telah
mencapai Rp Rp 11,66 triliun atau 117,76%. Sementara itu dari sisi pengeluaran
Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 sebesar Rp
10,62 triliun meningkat 35,77% dibandingkan anggaran 2010, dengan realisasi belanja
sampai dengan triwulan IV – 2011 sebesar Rp 11,86 triliun atau 111,58%. Secara umum
kinerja keuangan Pemerintah Provinsi menunjukkan perkembangan yang lebih rendah
dibandingkan realisasi anggaran pada periode yang sama tahun 2010 (127,21%).
Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa
Timur didominasi oleh Pendapatan Asli daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan
pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah dengan proporsi 77,8% dari total
pendapatan. Kontribusi terbesar selanjutnya berasal dari Dana Perimbangan (21,67%),
sementara itu pendapatan lain-lain yang sah hanya memberikan kontribusi yang relatif
rendah.
4.2. REALISASI PENDAPATAN DAERAH
Kinerja pendapatan daerah hingga triwulan IV-2011 telah mencapai Rp 11,86
triliun atau terealisasi sebesar 117,76% dari yang ditargetkan di tahun 2011. Kondisi ini
cenderung menurun jika dibandingkan realisasi penerimaan pendapatan pada periode
yang sama tahun 2010 yang mencapai 130,55% di akhir triwulan III-2011. Realisasi
pendapatan daerah sebagian besar disumbang oleh pajak daerah yang merupakan
bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp9,07 triliun dan telah melebihi
target yang direncanakan (119,13%), sedangkan sisanya disumbangkan oleh dana
perimbangan dengan realisasi sebesar Rp.2,53 triliun (terealisasi 111,51%) dan lain-lain
pendapatan yang sah sebesar Rp66,131 miliar (terealisasi 266,66% / melebihi target).
70
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
TABEL 4.1
REALISASI PENDAPATAN APBD PROP. JAWA TIMUR TRIWULAN IV-2011 (Rp juta)
Anggaran Sebelum Anggaran Sebelum
Perubahan Tahun
2010
Perubahan Tahun
2011
4 7,397,413,565,397.00 9,656,999,170,251.53 9,907,001,026,685.00 11,666,148,445,312.60 130.55% 117.76%
4.1 5,143,999,228,183.00 7,154,984,500,123.53 7,615,042,879,117.00 9,071,930,456,708.13 139.09% 119.13%
4.1.1 4,282,150,000,000.00 5,907,320,404,512.00 6,120,000,000,000.00 7,298,242,129,260.52 137.95% 119.25%
4.1.2 50,428,197,600.00 66,249,669,817.70 56,357,559,100.00 66,359,601,552.87 131.37% 117.75%
4.1.3 239,267,670,239.00 243,826,825,791.13 315,158,897,817.00 365,149,164,686.78 101.91% 115.86%
4.1.4 572,153,360,344.00 937,587,600,000.00 1,123,526,422,200.00 1,342,179,561,207.96 163.87% 119.46%
4.2 2,214,004,796,214.00 2,445,304,862,332.00 2,267,158,147,568.00 2,528,086,449,989.00 110.45% 111.51%
4.2.1 944,087,831,214.00 1,175,387,897,332.00 864,625,248,568.00 1,125,553,550,989.00 124.50% 130.18%
4.2.2 1,212,934,765,000.00 1,212,934,765.00 1,347,501,699,000.00 1,347,501,699,000.00 0.10% 100.00%
4.2.3 56,982,200,000.00 56,982,200,000.00 55,031,200,000.00 55,031,200,000.00 100.00% 100.00%
4.3 39,409,541,000.00 56,709,807,796.00 24,800,000,000.00 66,131,538,615.50 143.90% 266.66%
4.3.1 12,900,000,000.00 28,167,691,796.00 24,800,000,000.00 28,656,436,615.50 218.35% 115.55%
4.3.4 26,509,541,000.00 28,542,116,000.00 - 37,475,102,000.00 107.67% 0.00%
7,397,413,565,397.00 9,656,999,170,251.53 9,907,001,026,685.00 11,666,148,445,312.60 130.55% 117.76%
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG
SAHPENDAPATAN HIBAH
DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI
KHUSUSJUMLAH PENDAPATAN DAERAH
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN
DAERAH YANG DIPISAHKANLAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH
YANG SAHDANA PERIMBANGAN
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL
BUKAN PAJAKDANA ALOKASI UMUM
DANA ALOKASI KHUSUS
% Tw IV-
2010
% Tw IV-
2011
PENDAPATAN DAERAH
PENDAPATAN ASLI DAERAH
PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
No Uraian Realisasi Tw IV-2010 Realisasi Tw IV-2011
4.3. REALISASI BELANJA DAERAH
Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011
direncanakan sebesar Rp.10,62 triliun atau naik 35,77% dibandingkan anggaran
belanja tahun sebelumnya.
TABEL 4.2 REALISASI BELANJA APBD PROV. JAWA TIMUR TRIWULAN IV-2011 (Rp juta)
Anggaran Sebelum Anggaran Sebelum
Perubahan Tahun
2010
Perubahan Tahun
2011
5.1 4,514,699,783,876.00 5,868,940,645,094.50 5,797,640,027,698.00 6,589,867,418,031.73 130.00% 113.66%
5.1.1 1,483,755,391,969.00 1,283,591,782,441.00 1,497,004,813,695.00 1,407,956,484,406.00 86.51% 94.05%
5.1.2 768,950,921.00 167,633,823.00 4,878,211,780.00 4,422,499,227.10 21.80% 90.66%
5.1.4 350,275,342,000.00 682,406,821,654.00 974,301,072,000.00 1,121,554,738,922.63 194.82% 115.11%
5.1.5 37,713,580,000.00 46,673,813,969.00 87,714,900,000.00 99,096,200,000.00 123.76% 112.98%
5.1.6 1,091,915,146,036.00 2,326,860,423,132.00 2,229,468,218,036.00 2,674,049,068,642.00 213.10% 119.94%
5.1.7 1,490,500,500,000.00 1,503,774,279,600.00 963,160,438,765.00 1,237,764,963,316.00 100.89% 128.51%
5.1.8 59,770,972,950.00 25,465,890,475.50 41,112,373,422.00 45,023,463,518.00 42.61% 109.51%
5.2 3,311,905,097,567.00 4,087,351,353,443.00 4,828,721,359,854.00 5,266,667,165,976.46 123.41% 109.07%
5.2.1 545,532,759,836.00 642,604,487,564.00 833,869,936,141.00 895,093,148,536.00 117.79% 107.34%
5.2.2 2,016,330,207,907.00 2,568,589,489,534.00 3,094,388,943,127.00 3,326,217,613,140.61 127.39% 107.49%
5.2.3 750,042,129,824.00 876,157,376,345.00 900,462,480,586.00 1,045,356,404,299.85 116.81% 116.09%
7,826,604,881,443.00 9,956,291,998,537.50 10,626,361,387,552.00 11,856,534,584,008.20 127.21% 111.58%
BELANJA LANGSUNG
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA MODAL
JUMLAH BELANJA DAERAH
BELANJA BUNGA
BELANJA HIBAH
BELANJA BANTUAN SOSIAL
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA
PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN BELANJA TIDAK TERDUGA
Realisasi Tw IV-2010 Realisasi Tw IV-2011 % Tw IV-
2010
% Tw IV-
2011
BELANJA TIDAK LANGSUNG
BELANJA PEGAWAI
No Uraian
Sampai dengan akhir triwulan IV-2011 realisasi belanja pada periode laporan
sebesar 111,58%, lebih rendah dibandingkan triwulan IV- 2010 yang mencapai
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daeah Prvinsi Jawa Timur Timur
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa Timur
71
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
127,21%. Jika dibandingkan berdasarkan komponen penyusunnya, realisasi belanja
terendah terjadi pada belanja modal yang baru dibelanjakan sebesar Rp.1,045 triliun
atau 116,09% dari total rencana belanja di tahun 2011. Rendahnya realisasi belanja
modal kemungkinan disebabkan oleh proses tender yang seringkali menyulitkan
pelaksanaan realisasi anggaran. Masih minimnya besaran realisasi APBD Prov. Jawa
Timur juga tercermin pada peningkatan saldo dana pemerintah di perbankan pada
triwulan ini (lihat gambar 4.1).
Sebagaimana triwulan sebelumnya, realisasi belanja tertinggi masih dicapai oleh pos
Pos Belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/ kabupaten/ kota yang mencapai
128,51%, disusul oleh Pos Belanja belanja bagi hasil kepada Provinsi/ kabupaten/ kota
yang mencapai 119,94%. Tingginya realisasi belanja baik bantuan keuangan maupun
bagi hasil pada kab/kota dan pemerintahan desa turut menyumbang kinerja belanja
Pemprov pada periode ini. Tingginya penyaluran anggaran pada kab/kota
mengindikasikan adanya perbaikan tata cara pelaporan pelaksanaan anggaran
kab/kota atas anggaran periode sebelumnya sehingga dana dapat tepat waktu cair
guna mendukung pembangunan infrastruktur di daerah. Meskipun masih relatif
lambat dalam realisasinya, secara umum komposisi realisasi anggaran belanja saat ini
menunjukkan kondisi yang cukup baik dengan pemanfaatan pos anggaran yang relatif
berimbang dan tidak hanya didominasi oleh belanja pegawai.
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tabungan
Deposito
Giro
Grafik 4.1
Dana Pemerintah Prov/ kab/Kota di Perbankan
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
�
Bab Bab Bab Bab 5555
�
KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKATMASYARAKATMASYARAKATMASYARAKAT
�
72
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5.1. UMUM
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) sepanjang tahun 2011 yang
tumbuh pada level yang cukup tinggi diikuti dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat serta peningkatan pastisipasi angkatan kerja antar tahun dan
penurunan tingkat pengangguran. Sementara itu, kondisi kesejahteraan
masyarakat pedesaan salah satunya dicerminkan dari Tukar Petani (NTP) dan Nilai
Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan ini menunjukkan kondisi yang stabil.
5.2. KETENAGAKERJAAN
5.2.1. Angkatan Kerja dan Pengangguran
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semester II yang
dilakukan oleh BPS, menunjukkan situasi ketenaga kerjaan di Jatim yang relatif
membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah angkatan
kerja di Jawa Timur (Jatim) tercatat sebanyak 19,76 juta jiwa, dan 18,94 juta
diantaranya dengan status bekerja. Angka ini meningkat dibandingkan semester
yang sama tahun 2010 (18,40 juta jiwa). Sementara itu, indikator utama
ketenagakerjaan yang banyak digunakan sebagai indikasi keberhasilan dalam
menangani penganguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang
merupakan perbandingan antara pengangur terhadap jumlah angkatan kerja.
Pada Semester II-2011 tercatat TPT di Jatim sebesar 4,16% atau lebih rendah
dibandingkan TPT pada peridoe yang salam tahun 2010 yang mencapai 4,25%
Tabel 5.1
Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2009-2011)
Feb Aug Feb Aug Feb Aug
Angkatan Kerja 20,316,773 20,338,568 20,623,490 19,527,051 20,251,672 19,761,886
- Bekerja 19,123,221 19,305,056 19,611,540 18,698,108 19,406,025 18,940,340
- Menganggur 1,193,552 1,033,512 1,011,950 828,943 845,647 821,546
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 69.36% 69.25% 69.77% 69.08% 71.39% 69.49%
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5.87% 5.08% 4.91% 4.25% 4.18% 4.16%
sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Sakernas 2009-2011
2011Indikator Ketenagakerjaan
2009 2010
73
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
5.3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN
5.3.1. NILAI TUKAR PETANI (NTP)
Pendapatan petani yang diukur dari nilai tukar petani (NTP) pada triwulan
IV-2011 menunjukkan peningkatan dari 102,56 menjadi 102,62 atau naik 0,06%
(qtq). Peningkatan NTP didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang diterima
petani (It) yang lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang
dibayarkan petani (Ib).
K
e
n
Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,16% (qtq)
pada periode ini diikuti pula oleh tingginya indeks harga yang dibayarkan
petani (Ib) yaitu sebesar 1,12%. Selisih yang cukup rendah antara indeks yang
diterima dengan indeks yang dibayarkan menyebabkan terbatasnya level
kenaikan NTP pada triwulan IV-2011.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
It Nasional It Jatim g It Nasional g It Jatim
Grafik 5.2
Perbandingan NTP Nasional & Jawa timur
Grafik 5.3
Perubahan NTP Nasional & Jawa Timur
Grafik 5.4 Perkembangan Indeks Harga
yang Dibayarkan Petani
Grafik 5.5 Perkembangan Indeks Harga
yang Diterima Petani
Sumber: BPS Jawa Timur
94
96
98
100
102
104
106
108
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2009 2010 2011
NTP Nasional NTP Jatim
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2009 2010 2011
Nasional Jatim g NTP Nasional g NTP Jatim
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
105
110
115
120
125
130
135
140
145
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
Ib Nasional Ib Jatim g Ib Nasional g Ib Jatim
Sumber: BPS Jawa Timur
Sumber: BPS Jawa Timur
74
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
5.4. NILAI TUKAR NELAYAN (NTN)
Ditengah penurunan angka Indeks Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada lingkup
Nasional, NTN Jatim yang mengindikasikan kesejateraan nelayan pada triwulan
IV-2011 menunjukkan peningkatan dari 148,83 menjadi 149,05. Perhitungan
NTN di Jatim dilakukan pada 6 kabupaten/kota di Jatim yang merupakan
wilayah penghasil komoditas perikanan laut, yaitu Trenggalek, Banyuwangi,
Situbondo, Tuban, Lamongan, dan Pamekasan. Dari keenam kota tersebut, NTN
tertinggi terjadi di Trenggalek (199,24), sedangkan terendah di Pamekasan
(119,13).
P
e
6.4. PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR
Perkembangan perekonomian Jawa Timur yang tumbuh cukup tinggi di
sepanjang tahun 2011 diiringi dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan yang
dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Jumlah penduduk Jatim yang
berada di bawah Garis Kemiskinan (penduduk miskin) pada bulan September
2011 sebanyak 5,22 juta jiwa atau 13,85 persen dari total penduduk di Jawa
Timur, atau turun dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 5,52 juta (15,26%).
Sumber: BPS Jawa Timur
Grafik 5.6
Perbandingan NTN Nasional & Jawa Timur
Grafik 5.7
NTN 6 Kabupaten di Jawa timur
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
Nasional Jatim g NTN Nasional g NTN Jatim
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
Trenggalek Banyuwangi Situbondo Tuban Lamongan Pamekasan
203.37
154.34 152.42
130.00141.61
119.05
199.24
152.43 148.18
128.49 138.45
119.13
Tw III-2011
Tw IV-2011
75
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
Penghitungan angka kemiskinan tidak lepas dari besaran Garis Kemiskinan
(GK) 1 yang telah ditetapkan. Garis kemiskinan pada September 2011 sebesar
Rp.227,603,- atau naik 3,58% dibandingkan posisi Maret 2011 (Rp. 219.727,-).
Angka garis kemiskinan perkapita perbulan pada tahun 2011 terbagi menjadi 2
kelompok, yaitu makanan dan non makanan. Garis kemiskinan makanan sebesar
Rp.167.360 sedangkan non makanan sebesar Rp.60.243,-. Perubahan angka garis
kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi tahunan di Jawa
Timur. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis
Kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir dan tempe. Untuk
komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan dan kayu
bakar. Pada kelompok non makanan pada 3 komoditas yang memiliki kontribusi
teratas untuk masing-masing daerah (perkotaan dan perdesaan) yaitu
perumahan, listrik dan pendidikan untuk daerah perkotaan, sedangkan daerah
perdesaan terjadi pada komoditas perumahan, kayu bakar dan listrik.
1 Garis Kemiskinan (GK) dihitung oleh BPS dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (Basic Need Approach). Terdiri atas dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan garis Kemiskinan Bukan makanan (GKBM). GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarkan dengan 2011 kkalori per kapita, yang diwakili oleh 52 jenis
komoditas dasar. GKBM adalah kebutuhan minumun untuk perumahan, sandang, pendidikan dan
kesehatan yang diwakili oleh 36 jenis komoditas.
Gambar 5.8 Perkembangan Persentasi penduduk Miskin
Di Jawa Timur 2005-2011
Sumber: BPS Jawa Timur
0
5
10
15
20
25
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
19.9521.09
19.98
18.51
16.6815.26
13.85
%
Sumber: BPS Jawa Timur
76
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
Tabel 5.2 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah Th. Maret 2008- Sept 2011
MakananBukan
MakananTotal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan
Maret 2008 131,487 51,921 183,408 2,438.76 13.15
Maret 2009 145,676 56,948 202,624 2,148.51 12.17 -0.98
Maret 2010 152,965 60,418 213,383 1,873.55 10.58 -1.59
Maret 2011 169,242 65,303 234,546 1,768.23 9.87 -0.71
Sept 2011 174,210 68,193 242,403 1,734.31 9.66 -0.21
Pedesaan
Maret 2008 118,971 36,461 155,432 4,581.19 23.64
Maret 2009 131,522 43,106 174,628 3,874.07 21.00 -2.64
Maret 2010 139,806 46,073 185,879 3,655.76 19.74 -1.26
Maret 2011 155,457 50,818 206,275 3,587.98 18.19 -1.55
Sept 2011 161,141 53,025 214,166 3,493.00 17.66 -0.53
Kota + Desa
Maret 2008 125,091 44,020 169,112 7,019.95 18.51 -1.47
Maret 2009 138,440 49,874 188,317 6,022.59 16.68 -1.83
Maret 2010 146,240 53,087 199,327 5,529.30 15.26 -1.42
Maret 2011 162,017 57,711 219,727 5,365.21 14.23 -1.03
Sept 2011 167,360 60,243 227,603 5,227.31 13.85 -0.38
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Daerah/ tahun
Jumlah
Penduduk Miskin
(Ribu)
Persentase
Penduduk Miskin
Perubahan
Persentase
Penduduk Miskin
(%)
�
Bab Bab Bab Bab 6666
�
PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN
HARGAHARGAHARGAHARGA
�
77
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Grafik 6.2
Indeks Ekspektasi Penghasilan
Grafik 6.1
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
Pada triwulan I-2012, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada
rentang pertumbuhan 6,7% – 7,1%. Perekonomian Jatim diperkirakan mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan pemicu utama dari
melambatnya kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi.
Kinerja ekspor non migas Jatim diperkirakan masih berada dalam tren perbaikan,
meskipun dibayangi tekanan pelemahan ekonomi Eropa dan menguatnya tren
impor Jatim.
Penyumbang pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini masih berasal dari
konsumsi rumah tangga dan perdagangan luar negeri (net ekspor). Konsumsi
rumah tangga diperkirakan tetap stabil di level 6%, namun sedikit melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Momentum Tahun Baru, Imlek dan cuti
bersama diperkirakan mampu menjaga stabilitas tingkat konsumsi masyarakat,
yang diiringi peningkatan indeks penghasilan saat ini. Perkiraan ini dikonfirmasi
oleh hasil Survei Konsumen KBI Surabaya, yang menunjukkan bahwa Indeks
Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Penghasilan Saat Ini yang menunjukkan
peningkatan.
80
90
100
110
120
130
140
150
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat Ini
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
78
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Kinerja perdagangan luar negeri diperkirakan mengalami gangguan pada
triwulan ini, di tengah kekhawatiran dampak pelemahan ekonomi Eropa
sebagaimana periode sebelumnya, namun seiring membaiknya perekonomian
negara tujuan utama ekspor Jatim, seperti Jepang dan Amerika Serikat
diperkirakan dapat mengurangi tekanan kinerja ekspor. Sedangkan kinerja impor
bahan baku dan barang modal diperkirakan turut meningkat. Namun, terdapat
beberapa hal yang dapat menghambat kinerja impor kedua barang ini, yaitu
meningkatnya bea impor masuk tepung terigu dan kedelai impor per 1 Januari
2012. Sedangkan, kebijakan pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang
dan bahan yang digunakan untuk pembangunan atau pengembangan industri
perakitan kendaraan bermotor diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sub
sektor alat angkutan, mesin dan peralatannya di Jawa Timur. Selain itu,
perusahaan yang menambah kapasitas produksi minimal 30% dari kapasitas
terpasang akan mendapatkan insentif dari anggaran pemerintah, khususnya
untuk impor barang modal dan barang bahan baku yang dibutuhkan.
Mengingat masih terkendalanya pengesahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Tahun 2012 di beberapa daerah,seperti Surabaya, Kediri
dan Sidoarjo, diperkirakan kinerja konsumsi pemerintah di awal tahun ini masih
minim. Namun demikian, diharapkan kinerjanya dapat diperbaiki pada triwulan
berikutnya sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan.
Ekspektasi pengusaha untuk merealisasikan rencana investasinya pada
triwulan ini diperkirakan masih relatif stabil seiring meningkatnya perekonomian
dalam dan luar negeri. Namun demikian, guna meningkatkan kinerja investasi di
Jatim, dibutuhkan perbaikan infrastruktur, khususnya untuk akses pengganti
Jalan Tol Porong – Gempol dan Pelabuhan.
Di sisi penawaran, kinerja sektor pertanian dan sektor PHR diperkirakan
mengalami peningkatan. Minimnya gangguan cuaca pada tahun ini diharapkan
dapat meningkatkan kinerja sub sektor tanaman bahan makanan dan
perkebunan pada triwulan ini. Sedangkan momentum Tahun Baru, Imlek dan Cuti
Bersama diperkirakan mampu mendorong kinerja PHR, ditambah dengan
maraknya promo diskon atau cuci gudang di awal tahun. Sementara itu,
berdasarkan indeks realisasi usaha pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
79
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
mengindikasikan adanya perlambatan pada sektor industri pengolahan.
Sementara itu, sektor lainnya relatif stabil. Kondisi sektoral pada triwulan I-2012
ini searah dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Surabaya yang
menunjukkan optimisme pelaku usaha yang dituangkan dalam nilai indeks
estimasi realisasi usaha dan penggunaan tenaga kerja sektoral tiga sektor utama.
6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR
Inflasi Jawa Timur pada triwulan I-2012 diperkirakan meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya dan berada di kisaran 1% s/d 1,5% (qtq) atau 4,30% s/d 4,82%
(yoy). Dari sisi non fundamental, pergerakan harga pada kelompok bahan makanan
(volatile food) pada triwulan I-2012 masih berpotensi untuk meningkat dan
berfluktuasi, namun peningkatannya akan diimbangi oleh musim panen beras yang
akan berlangsung pada bulan Februari & Maret 2012 dan mencapai puncak panen raya
pada bulan April-Mei 2011. Rencana kebijakan pemerintah untuk menyesuaikan Harga
Pembelian Pemerintah (HPP) Beras sebesar ±28% di Tw I-2012 berpotensi untuk
memicu ekspektasi kenaikan harga beras di masyarakat, khususnya sejak di level
petani.
Kebijakan pemerintah lainnya yang diyakini akan mendorong inflasi adalah
Kebijakan bea masuk impor untuk produk pangan dan bahan pangan, bahan baku
pakan ternak dan pupuk tertentu dari 0% menjadi 5% (misalnya gandum, kedelai,
tepung jagung, tepung beras dll) sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Sumber: SKDU KBI Surabaya
Grafik 7.4
Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw I-2012
Grafik 7.3
Estimasi Realisasi Usaha Tw I-2012
Sumber: SKDU KBI Surabaya
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011 2012
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
-20
-15
-10
-5
0
5
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011 2012
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
80
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2011
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Keuangan (PMK) No. 13/PMK.011/2011 tentang Perubahan Kelima Atas PMK No.
110/PMK.010/2006 Tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan tarif
Bea Masuk Atas Barang Impor yang mulai berlaku pada 1 Januari 2012. Kebijakan ini
diperkirakan akan mendorong inflasi pada sub kelompok makanan jadi, seperti mie
instan dan produk olahan tepung lainnya.
Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan masih berasal
dari kelompok tradeable, khususnya yang disebabkan oleh fluktuasi harga emas
perhiasan yang berpotensi rebound pasca koreksi harga yang cukup besar di akhir
tahun 2011. Sementara itu kondisi output gap yang mengGrafikkan kesenjangan
antara sisi permintaan dan penawaran diestimasikan berada pada kondisi yang cukup
baik dan tidak memberikan dorongan terhadap kenaikan harga. Hal tersebut terkait
dengan minimnya momentum khusus keagamaan maupun sosial masyarakat selama
Tw I-2012 sehingga diyakini tidak akan terjadi lonjakan dari sisi pemintaan, serta masih
cukup optimalnya penggunaan kapasitas terpasang pada sektor produksi.
Tekanan inflasi kedepan
diperkirakan masih berasal dari ekspektasi
masyarakat. Ekspektasi kenaikan harga 3
bulan yang akan datang berdasarkan hasil
Survei Konsumen (SK) dan Survei Pedagang
Eceran (SPE) menunjukkan peningkatan
baik dari sisi konsumen maupun produsen.
Selanjutnya dari sisi administered price,
rencana kenaikan cukai rokok pada bulan
Januari 2012 diyakini menjadi pendorong
inflasi pada kelompok ini. Namun, sebagaimana yang terjadi pada tahun 2011 yang
lalu, kenaikan cukai rokok akan direspon oleh perusahaan rokok untuk menaikkan
harga secara bertahap untuk berbagai jenis rokok yang berbeda, sehingga dampaknya
kepada inflasi diperkirakan akan menyebar di sepanjang tahun 2012.
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
s
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
s
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Ag
st
Se
p
No
p
De
s
2009 2010 2011
Inflasi (mtm)%Saldo Bersih/ SB
Inflasi Kota Surabaya Perubahan harga umum 3 bulan yad
Perubahan harga umum 6 bulan yad
Grafik 2.33 Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang
& Jasa Di Surabaya
Sumber: Survei Konsumen – KBI Surabaya
Recommended