View
232
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
KANDUNGAN SELULOSA, HEMISELULOSA DAN LIGNIN SERAT
SAWIT HASIL FERMENTASI JAMUR PELAPUK
SKRIPSI
OLEH :
YUNUS DARTO SUSILO
I211 10 276
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
KANDUNGAN SELULOSA, HEMISELULOSA DAN LIGNIN SERAT
SAWIT HASIL FERMENTASI JAMUR PELAPUK
SKRIPSI
Oleh:
YUNUS DARTO SUSILO
I211 10 276
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahuwata’ala atas
limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Kandungan Selulosa, Hemiselulosa Dan Lignin Serat
Sawit Hasil Fermentasi Jamur Pelapuk” sebagai salah satu tugas akhir. Dalam
penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa
dukungan, motivasi, nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
Kedua orang tua saya Ramli Musa dan Nurmi atas segala perhatian dan kasih
sayang, bantuan materi maupun non materi yang tak ternilai harganya serta doa-
doa yang senantiasa dipanjatkan. Dan pada kesempatan ini pula dengan segala
keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Jamila, S.Pt, M.Si. Sebagai pembimbing utama dan Dr. Ir. Anie
Asriany, M.Si. Selaku pembimbing anggota, yang telah membagi ilmunya dan
banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan
nasihat serta motivasi dalam penyusunan makalah ini. Jasa beliau akan
terkenang dalam lembaran kehidupan pribadi penulis dan semoga Allah
membalasnya dengan yang lebih baik dan meridhai setiap amal ibadahnya.
vi
2. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I, II dan III dan seluruh
Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis, dan
Bapak/Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
3. Untuk Penasehat Akademik saya Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si. serta
seluruh kalangan civitas akademik yang tak mampu saya sebutkan, terima
kasih atas seluruh partisipasi dan dukunganya yang dari awal hingga akhir telah
banyak membantu.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si., Bapak Prof. Dr. Ir.
Asmuddin Natsir, M.Si dan Ibu Marhamah Nadir, SP, M.Si, PhD. Selaku
Dosen pembahas/penguji, yang begitu bijak dalam memberikan masukan/saran
untuk mempermudah dalam perbaikan penulisan skripsi penulis. Semoga
beliau tetap diberikan perlindungan Allah .
5. Untuk kakanda Sirajudin, S.Pt. Rosida dan Eva Ardiani, S.Pd serta (Alm)
Kaharudin yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama ini.
6. Untuk teman-teman KKN Reguler gel 87. Desa Buntu Barana, Kec. Curio,
Kab. Enrekang yang telah berjuang bersama-sama di lokasi KKN.
7. Keluarga besar MATADOR (Hasrul, Adiyatma Saputra, Zhilal, Sema, Arfan,
Fadin, Riyan, Awal, Anto, Amir, Qadri dan teman-teman lain) yang
mengajarkan artinya persahabatan dan persaudaraan, terima kasih atas
kebersamaannya.
8. Ucapan terima kasih yang sangat spesial buat Sitti Azizah Mahmud yang
selalu menemani, mendukung, menyemangati dan membantu dalam segala hal.
vii
viii
ABSTRAK
Yunus Darto Susilo I211 10 276. Kandungan Selulosa, Hemiselulosa dan Lignin
Serat Sawit Hasil Fermentasi Jamur Pelapuk. Dibawah bimbingan Jamila sebagai
Pembimbing Utama dan Anie Asriany sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fermentasi oleh isolat jamur
pelapuk terhadap kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin serat sawit.
Penelitian ini dirancang berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
4 perlakuan 3 kali ulangan. Perlakuan A = Serat sawit yang tidak difermentasi
(kontrol); B = Serat sawit fermentasi dengan Isolat Jamur dari jerami padi (SHP1);
C = Serat sawit fermentasi dengan Isolat Jamur Trametes versicolor dan
D = Serat sawit fermentasi dengan Isolat Jamur Ganoderma applanatum. Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan fermentasi serat sawit dengan
jamur pelapuk tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kandungan lignin dan
berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan selulosa dan hemiselulosa serat
sawit. Disimpulkan bahwa fermentasi serat sawit menggunakan isolat jamur SHP1
adalah yang terendah kandungan ligninnya yaitu sebesar 17,94 %, Perlakuan
fermentasi dengan isolat jamur Ganoderma applanatum (D) adalah yang tertinggi
kandungan selulosa dan hemiselulosa.
Kata kunci: Serat Sawit, Jamur Pelapuk, Selulosa, Hemiselulosa dan Lignin.
ix
ABSTRACT
Yunus Darto Susilo I211 10 276. The content of cellulose, hemicellulose and
lignin of palm fiber fermentation with fungal rot. Supervisor main as Jamila and
Anie Asriany as supervisor members.
This study aims to determine the effect of fermentation by rot fungal isolates on the
cellulose, hemicellulose and lignin of palm fiber. This study was designed on a
Completely Randomized Design with 4 treatments 3 replications. Treatment A =
unfermented palm fibers (control); B = fermentation of palm fibers by the isolated
fungus of rice straw (SHP1); C = fermentation of palm fibers by the fungus
Trametes versicolor isolates and D = fermentation of palm fibers with fungus
Ganoderma applanatum isolats. Statistical analysis showed that the fermentation of
palm fiber by rot fungi was not significant (P>0.05) of lignin and significantly effect
(P<0.05) to cellulose and hemicellulose. It was concluded that fermentation of palm
fiber using SHP1 fungal isolates had a lower lignin content of 17.94%, fermentation
with fungus Ganoderma applanatum isolates was the highest cellulose content and
hemicellulose.
Keywords: palm fiber, fungal rot, cellulose, hemicellulose and lignin
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Rumusan Masalah ................................................................................... 2
Hipotesis .. .............................................................................................. 2
Tujuan dan Kegunaan ............................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
Potensi Limbah Kelapa Sawit Sebagai Pakan......................................... 3
Pemanfaatan Jamur Pelapuk dalam Pengolahan Pakan ......................... 5
Teknologi Fermentasi untuk peningkatan Kualitas Pakan ...................... 6
METODE PENELITIAN ..................................................................... 8
Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 8
Materi Penelitian ..................................................................................... 8
Metode Penelitian .................................................................................. 8
Pelaksanaan penelitian ............................................................................ 9
Bagan Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 10
Parameter yang Diukur ........................................................................... 11
Pengolahan Data ..................................................................................... 13
xi
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 14
Pengaruh Fermentasi Jamur Pelapuk Terhadap Kandungan Lignin
Serat Sawit .............................................................................................. 14
Pengaruh Fermentasi Jamur Pelapuk Terhadap Kandungan Selulosa
Serat Sawit .............................................................................................. 15
Pengaruh Fermentasi Jamur Pelapuk Terhadap Kandungan
Hemiselulosa Serat Sawit ....................................................................... 16
PENUTUP .............................................................................................. 18
Kesimpulan ............................................................................................ 18
Saran ........ .............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19
xii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Rerata kandungan lignin, selulosa, dan hemiselulosa limbah serat
sawit difermentasi menggunakan isolat jamur SHP1, Trametes
versicolor, dan Ganoderma applanatum .......................................... 14
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Serat Sawit ........................................................................................... 4
2. Bagan Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 10
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Hasil Analisis Sidik Ragam Kandungan Lignin Fermentasi Serat
Sawit dengan Jamur Pelapuk ............................................................... 22
2. Hasil Analisis Sidik Ragam Kandungan Selulosa Fermentasi Serat
Sawit dengan Jamur Pelapuk ............................................................... 23
3. Hasil Analisis Sidik Ragam Kandungan Hemiselulosa Fermentasi
Serat Sawit dengan Jamur Pelapuk ..................................................... 24
4. Dokumentasi Fermentasi Serat Sawit Menggunakan Jamur Pelapuk ... 25
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena merupakan salahsatu tanaman penghasil minyak nabati. Produksi minyak
kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai 6,5 juta ton pertahun dan diperkirakan
pada tahun 2016 akan meningkat menjadi 15 juta ton pertahun, kerena terjadinya
pengembangan lahan. Limbah pabrik kelapa sawit yang mengandung sejumlah
padatan tersuspensi, terlarut dan mengambang merupakan bahan-bahan organik
dengan konsentrasi tinggi (Kasnawati, 2011).
Produk samping industri kelapa sawit yang belum dimanfaatkan secara
optimal adalah limbah kelapa sawit yaitu serat sawit, lumpur sawit dan pelepah
sawit. Salah satu pemecahan adalah dengan memanfaatkannya menjadi pakan
ternak. Kandungan gizi limbah kelapa sawit mengandung protein kasar 15% dan
cukup baik unutk pakan. Namun, disisi lain kandungan serat kasar limbah kelapa
sawit terbilang tinggi (Mathius et al., 2004), sehingga perlu di lakukan suatu
pengolahan untuk mengurangi serat sawit tersebut.
Solusi dari tingginya kandungan serat kasar dari kelapa sawit yaitu dengan
melakukan berbagai macam cara pengolahan seperti perlakuan fisik, kimia, dan
biologi. Salah satu perlakuan pakan yang akan di gunakan pada penelitian ini yaitu
dengan perlakuan biologi dilakukan dengan menambahkan jamur pelapuk.
Pemanfaatan limbah tanaman kelapa sawit yang cukup melimpah perlu di
optimalkan dengan teknologi fermentasi menggunakan jamur pelapuk.
Jamila (2013), menyatakan bahwa penggunaan jamur pelapuk dapat meningkatkan
2
kualitas jerami padi. Oleh karna itu perlu di lakukan penelitian penggunaan jamur
pelapuk untuk meningkatkan kandungan nutrisi limbah tanaman kelapa sawit yaitu
serat sawit.
Rumusan Masalah
Pemanfaatan serat sawit yang dianggap belum memberi nilai optimal dalam
pemanfaatannya sebagai pakan ternak. Karena adanya faktor pembatas yaitu
tingginya kandungan lignin dalam serat sawit yang menyebabkan kurangnya
tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik. Peningkatkan nilai gizi dari
serat sawit dapat dilakukan melalui pengolahan secara biologis yaitu fermentasi
dengan menggunakan beberapa isolat jamur pelapuk.
Hipotesis
Diduga bahwa fermentasi serat sawit dengan menggunakan jamur pelapuk
dapat menurunkan kandungan lignin dan meningkatkan kandungan selulosa,
hemiselulosa pada serat sawit.
Tujuan dan Kegunan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh fermentasi oleh
isolat jamur pelapuk terhadap kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin limbah
kelapa sawit yaitu serat sawit.
Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
pengaruh fermentasi menggunakan jamur pelapuk terhadap kualitas serat sawit.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Limbah Kelapa Sawit Sebagai Pakan Ternak
Kelapa sawit (Elaisguinensis) merupakan golongan yang dapat
menghasilkan minyak dan tumbuh baik di daerah tropis. Kelapa sawit berasal dari
afrika barat yang mempunyai iklim tropis, bangsa Inggri dan Portugis membawa
kelapa sawit ke Amerika (Simanjuntak, 1998). Di Indonesia kelapa sawit banyak
terdapat di daerah Sumetera utara, Aceh, Lampung, Jawa Barat, Riau, Jambi,
Kalimantan Barat dan Timur, serta Irian Jaya namun yang paling menonjol
terdapat di pulau Sumatera.
Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2006), bahwa
terbukti dalam 20 tahun terakhir (1985-2005), pertambahan kebun kelapa sawit
mencapai 5 juta hektar atau sekitar 837 %. Hal itu juga dibuktikan dengan
kontribusi minyak sawit terhadap ekspor nasional yang mencapai 6%. Minyak sawit
telah menjadi komoditas nomor satu dari produksi Indonesia. Data tersebut diatas
dapat diketahui bahwa semakin tinggi produksi kelapa sawit maka semakin banyak
limbah kelapa sawit. Karena itu diperlukan suatu teknologi tepat guna yang dapat
mengolah limbah kelapa sawit ini menjadi sesuatu yang berguna atau bermanfaat
dan memiliki nilai komersil.
Kandungan zat nutrisi yang terdapat pada serat sawit seperti; bahan organik
sebesar 16,6%, serat deterjen netral sebesar 78,7% dan serat deterjen asam sebesar
55,6% (Alimon dan Hair-Bejo, 1996) relatif sebanding dengan zat nutrisi rumput,
meskipun kandungan protein kasar serat sawit (3,44%) lebih rendah dibandingkan
4
dengan protein kasar rumput (7-14%) (Simanihuruk et al, 2007), tetapi nilai
kecernaan bahan kering serat sawit adalah 51%, relatif sama dengan rumput alam
yang mencapai 50 - 54% (Purba et al., 1997).
Gambar 1. Serat Sawit
Simanihuruk et al, (2007) mengemukakan bahwa kendala utama dalam
pemanfaatan hasil ikutan pertanian dan perkebunan sebagai pakan ternak adalah
rendahnya nilai nutrisi yang dikandungnya serta terdapatnya kandungan anti
nutrisi yang berpengaruh pada pertumbuhan ternak, sehingga diperlukan
pengolahan terlebih dahulu sebelum diberikan sebagai pakan ternak.
5
Pemanfaatan Jamur Pelapuk Dalam Pengolahan Pakan
Jamur pelapuk secara garis besar dikelompokkan menjadi tiga kelompok,
yaitu pelapuk coklat, pelapuk putih, dan pelapuk lunak. Pelapuk coklat merupakan
jamur tingkat tinggi dari kelas Basidiomyetes. Jamur kelas ini mampu
mendegradasi holoselulosa. Pelapuk putih merupakan jamur dari kelas
Basidiomyetes yang mampu mendegradasi lignin sehingga menyebabkan warna
lebih muda daripada warna normal. Jamur ini mampu mendegradasi selulosa dan
komponen penyusun dinding sel sehingga lebih lunak (Fengel dan
Waegener., 1995).
Beberapa kelompok jamur mampu mendegradasi senyawa lignin, seperti
misalnya kelompok "Jamur Pelapuk Putih" mampu menggunakan sellulosa sebagai
sumber karbon untuk substrat pertumbuhannya dan mempunyai kemampuan
mendegradasi lignin. Jamur pendegradasi lignin yang paling aktif adalah jamur
pelapuk putih seperti misalnya Phanerochaete chrysosporium dan Coriolus
versicolor yang mampu merombak hemisellulosa, sellulosa dan lignin dari limbah
tanaman menjadi CO2 dan H2O (Tuomela et al., 2002).
Jamur pelapuk dipakai untuk meningkatkan kualitas bahan pakan yang sulit
dicerna. Jamur pelapuk ini dapat memecah ikatan lignoselulosa karena jamur ini
mengeluarkan enzim yang dapat mendegradasi lignin yaitu enzim peroksidase (Mn
peroksidase dan lignin peroksidase), phenol oksidase, dan lakase (Chang et al.,
1980). Wina et al., (2005) melaporkan adanya peningkatan kecernaan bahan kering
substrat walaupun kandungan lignin dan selulosa dalam kulit kayu tidak berkurang.
6
Jamur pelapuk menguraikan lignin melalui proses oksidasi menggunakan
enzim phenol oksidase (Sanchez, 2009) menjadi senyawa yang lebih sederhana
sehingga dapat diserap oleh mikroorganisme. Selulosa dan hemiselulosa juga
merupakan penyusun jaringan tumbuhan yang tersusun dari gula yang berbeda.
Selulosa adalah polimer linier yang tersusun dari D-glukosa yang diikaat oleh b 1,4
glycosida membentuk celobiosa. Senyawa ini didegradasi oleh enzim mikroba
menjadi oligosakarida kemudian menjadi glukosa.
Teknologi Fermentasi untuk Peningkatan Kualitas Pakan
Pengolahan biologis dapat dilakukan dengan mengkultivasikan fungi,
bakteri dan alga pada skala besar karena mikroba tersebut sangat atraktif pada bahan
pakan hasil ikutan atau limbah agroindustri dengan poduksi protein sel yang
tinggi serta memungkinkan mengandung semua asam amino yang esensial, dan
dapat menambah cita rasa serta mengandung vitamin dan mineral yang tinggi
(Brum et al.,1994). Selanjutnya pertumbuhan mikroba pada limbah lignoselulosa
dapat dilakukan untuk melengkapi semua enzim hidrolitik yang kerap kali
ditambahkan pada pakan dan juga dapat membuat mineral tersedia untuk absobsi
oleh ternak. Menurut Pelczar (1996), penggunaan mikroorganisme memberikan
keuntungan tersendiri karena dapat meningkatkan nutrisi bahan pakan
dibandingkan dengan cara tradisional dari formulasi ransum.
Mikroba yang banyak digunakan dalam proses fermentasi antara lain
khamir, kapang dan bekteri. Kemajuan dalam bidang teknologi fermentasi telah
memungkinkan manusia untuk memproduki berbagai produk yang tidak dapat atau
sulit diproduksi melalui proses kimia. Teknologi fermentasi merupakan salah satu
7
upaya manusia dalam memanfaatkan bahan-bahan yang berharga relatif murah
bahkan kurang berharga menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi dan berguna
bagi kesejahteraan hidup manusia (Sulistyaningrum, 2008).
Hasil fermentasi diperoleh sebagai akibat metabolisme mikroba-mikroba
pada suatu bahan pangan dalam keadaan anaerob. Mikroba yang melakukan
fermentasi membutuhkan energi yang umumnya diperoleh dari glukosa. Dalam
keadaan aerob, mikroba mengubah glukosa menjadi air, CO2 dan energi (ATP).
Beberapa mikroba hanya dapat melangsungkan metabolisme dalam keadaan
anaerob dan hasilnya adalah substrat yang setengah terurai. Hasil penguraiannya
adalah air, CO2, energi dan sejumlah asam organik lainnya, seperti asam laktat,
asam asetat, etanol serta bahan-bahan organik yang mudah menguap.
Perkembangan mikroba-mikroba dalam keadaan anaerob biasanya dicirikan
sebagai proses fermentasi (Muchtadi dan Ayustaningwarno, 2010).
8
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2017 dengan dua tahap.
Tahap pertama yaitu proses fermentasi serat sawit di Laboratorium Valorisasi
Limbah, dan tahap kedua yaitu analisis van soest di Laboratorium Kimia dan
Makanan Ternak, keduanya di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Materi penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur pelapuk
(SHP1), Trametes versicolor, dan Ganoderma applanatum, serat sawit, dedak,
kapur, air serta bahan kimia untuk analisa lignin, selulosa dan hemiselulosa.
Alat-alat yang digunakan botol kaca, gelas ukur, oven autoclave, neraca
analitik, talenan serta alat-alat laboratorium dalam analisa lignin, selulosa dan
hemiselulosa.
Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut
Gaspersz (1991). Terdiri dari 4 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 3
kali. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah :
A = Serat sawit yang tidak difermentasi (kontrol)
B = Serat sawit fermentasi dngan Isolat Jamur dari jerami padi (SHP1)
C = Serat sawit fermentasi dengan Isolat Jamur Trametes versicolor
D = Serat sawit fermentasi dengan Isolat Jamur Ganoderma applanatum
9
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama yaitu fermentasi.
Sebelum dilakukan fermentasi, terlebih dahulu dilakukan metode isolasi jamur
yang merujuk pada Chang dan Miles (1989), gunting dibersihkan dengan alcohol
70%, kemudian sebagian dari cendawan di potong kecil-kecil. Potongan tersebut
dicelupkan ke dalam aqua destilasi steril, lalu dicelupkan ke dalam alkohol 70%,
lalu dicelupkan kembali ke dalam aqua destilasi steril, kemudian diletakkan di atas
kertas saring steril dalam cawan petri, kemudian potongan tersebut diinkubasi pada
suhu 300C, selama 2-3 hari. Koloni cendawan yang tumbuh di ambil denngan pinset
dan dipindahkan ke cawan petri berisi media Potato Dextro Agar (PDA). Isolat
jamur yang telah tumbuh kemudian di murnikan.
Selanjutnya dilakukan pembuatan media (F0) yaitu tempat pertumbuhan
jamur dengan substrat serat sawit, kemudian dimasukkan dalam botol pengamatan,
setiap botol pengamatan (tinggi 9 cm dan diameter 5 cm ) diisi 100 gram, kemudian
ditutup rapat dan disterilkan ke dalam autoclave dengan suhu 1210C dengan tekanan
1 atmosfer selama 1 jam, sebanyak 2 kali hingga semua spora dan mikroba
pengganggu benar-benar mati. Inokulasi dilakukan keesokan harinya pada saat
media telah dingin. Setelah dingin, isolat yang berasal dari cawan petri sebanyak
5 cutborer dimasukkan kedalam botol dan dicampurkan dengan subtrat kemudian
botol ditutup. Diamati secara teratur agar tidak terkontaminasi oleh pertumbuhan
mikroorganisme lain.
10
Setelah itu dilakukan pembuatan media organik (F1) dengan cara
mencampurkan limbah tanaman kelapa sawit sebanyak 92%, dedak 6% dan kapur
2%, lalu di tambah air sampai kadar 70% campur secara merata. Media tanam
dikemas dalam plastik sebanyak 500 gram, lalu dipadatkan dan dimasukkan
kedalam autoclave pada suhu 1210C dengan tekanan 1 atmosfer selama 1 jam,
sebanyak 2 kali. Diamkan selama 12 jam sebelum inokulasi dilakukan. Isolat jamur
yang telah ditumbuhkan dalam media organik (F0) diinokulasikan ke dalam media
tanam pada level 10% dari berat substrat (B/B). Selanjutnya dilakukan uji van soest.
Untuk menentukan kadar lignin, selulosa dan hemiselulosa pada limbah serat sawit.
Bagan Pelaksanaan Penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Bagan Pelaksanaan Penelitian
Bibit jamur (SHP1, Trametes versicolor, dan Ganoderma applanatum)
Pemurnian
Pembuatan Media Tempat
Pertumbuhan Jamur (F0)
Inokulasi (F0) 10% (B/B)
Pembuatan Media Organik (F1)
Inkubasi 30 hari
Analisa lignin, selulosa dan hemiselulosa
Gambar 2. Bagan pelaksanaan penelitian
11
Parameter yang diukur
Parameter yang diukur adalah Hemiselulosa, Selulosa dan Lignin. Untuk
menentukan kadar lignin, selulosa dan hemiselulosa maka sampel terlebih dahulu
ditentukan kadar ADF dan NDF (Van Soest, 1985).
Penentuann Kadar Acid Detergent Fiber (ADF)
1. Sampel sebanyak 0,5 gram (a gram) dimasukkan ke dalam gelas piala
kemudian dtambahkan 50 ml larutan ADS dan 2 ml decalin. Dipanaskan selama
1 jam diatas penangas air.
2. Penyaringan di lakukan dengan bantuan pompa vakum, juga dengan
menggunakan penyaring kaca masir yang sudah di timbang sebagai b gram,
Pencucian di lakukan dengan menggunakan hexan acetone dan air panas.
3. Dilakukan pengeringan dengan memasukkan hasil penyaringan tersebut dalam
oven, setelah dimasukkan lagi di dalam desikator untuk melakukan pendinginan
dan ditimbang sebagai c gram.
c - b
%ADF = --------- x 100%
a
Penentuan Neutral Detergent Fiber (NDF)
1. Sampel sebanyak 0,5 gram (a gram) di masukkan ke dalam gelas piala
berukuran 500 ml, serta di tambahkan dengan 50 ml larutan NDS dan 0,5 gram
Na2SO3, Dipanaskan selama 1 jam.
2. Menimbang kaca masir sebagai b gram.
3. Melakukan penyaringan dengan bantuan pompa vakum dibilas dengan air
panas dan acetone.
12
4. Hasil penyaringan tersebut dikeringkan dalam oven 105°C setelah itu
dimasukkan lagi dalam eksikator selama 1 jam, kemudian dilakukan
penimbangan akhir sebagai c gram.
a - b
%NDF = ---------- x 100%
a
Rumus yang digunkan sebagai berikut:
% Hemisellulosa = %NDF - % ADF
% Lignin dan Selulosa
1. Residu ADF (c gram) yang berada di dalam kaca masir diletakkan di atas
nampan yang berisi air setinggi kira-kira 1 cm.
2. Ditambahkan H2S04 72% setinggi . bagian gelas kaca masir dan dibiarkan
selama 3 jam sambil diaduk-aduk.
3. Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum serta pencucian juga
dilakukan seperti analisis sebelumnya.
4. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven 105°C dan selanjutnya
dilakukan pendinginan dengan desikator dan ditimbang sebagai berat akhir,
yaitu e gram.
c - e
% Selulosa = -------------- x 100%
a
5. Jika dibakar dalam tanur 500°C, didinginkan dalam desikator serta disimpan
kembali sebagai berat akhir, yaitu f gram.
e - f
% Lignin = ---------------- x 100%
a
13
Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan sidik ragam sesuai dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut (Gaspersz, 1991).
Model matematikanya adalah :
Yij = µ + τi + €ij
Keterangan : Yij = Nilai Pengamatan dengan ulangan ke-j
µ = Rata - rata umum (nilai tengah pengamatan)
τi = Pengaruh Perlakuan ke- i ( i = 1, 2, 3, 4)
€ij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan
ke –j ( j = 1, 2, 3, 4, 5)
Apabila perlakuan berpengaruh nyata maka akan di uji lebih lanjut dengan
menggunakan uji Duncan (Gaspersz, 1991).
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rerata kandungan lignin, selulosa, dan hemiselulosa limbah serat sawit
difermentasi menggunakan isolat jamur SHP1, Trametes versicolor, dan
Ganoderma applanatum dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerata kandungan lignin, selulosa, dan hemiselulosa limbah serat sawit
difermentasi menggunakan isolat jamur SHP1, Trametes versicolor, dan
Ganoderma applanatum.
Perlakuan Lignin Selulosa Hemiselulosa
%
A 21.71 41.92a 11.36a
B 17.94 45.34ab 12.24a
C 18.84 47.10ab 13.15a
D 22.33 52.57b 17.68b
Keterangan: a b ab superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh
nyata (P<0,05) terhada kandungan selulosa dan hemiselulosa A(Serat sawit
tanpa fermentasi); B(Serat Sawit fermentasi dengan Isolat Jamur dari
jerami padi); C(Serat sawit fermentasi dengan Isolat jamur Trametes
versicolor); D(Serat sawit fermentasi dengan isolat jamur Ganoderma
applanatum)
Pengaruh Fermentasi Jamur Pelapuk Terhadap Kandungan Lignin Serat
Sawit
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa fermentasi limbah
serat sawit menggunakan jamur SHP1, Trametes versicolor dan Ganoderma
applanatum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kandungan lignin serat
sawit.
Pada Tabel. 1 terlihat bahwa perlakuan B yaitu serat sawit yang difermentasi
dengan isolat jamur dari jerami padi (SHP!) adalah yang terendah (17,94), Hal ini
menunjukan bahwa jamur SHP1 mampu mendegradasi lignin yang ada pada serat
sawit dibanding isolat jamur lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
15
Chang et al., (1980) bahwa jamur pelapuk dapat memecah ikatan lignoselulosa
karena jamur ini mengeluarkan enzim yang dapat mendegradasi lignin yaitu enzim
peroksidase (Mn peroksidase dan lignin peroksidase), phenol oksidase, dan lakase.
Wina et al., (2005) melaporkan adanya peningkatan kecernaan bahan kering
substrat walaupun kandungan lignin dan selulosa dalam kulit kayu tidak berkurang.
Didukung oleh Sanchez (2009) yang menyatakan bahwa jamur pelapuk
menguraikan lignin melalui proses oksidasi menggunakan enzim phenol oksidase
menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh
mikroorganisme.
Pengaruh Fermentasi Jamur Pelapuk Terhadap Kandungan Selulosa Serat
Sawit
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan
fermentasi limbah serat sawit menggunakan jamur SHP1, Trametes versicolor dan
Ganoderma applanatum berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan selulosa
serat sawit. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan tanpa fermentasi
(kontrol) berbeda dengan perlakuan yang difermentasi dengan isolat jamur
Ganoderma applatanum (D), tetapi tidak ada perbedaan antara perlakuan kontrol
dengan perlakuan B dan C. Hasil penelitian menggunakan jamur pelapuk pada serat
sawit mampu meningkatkan kadar selulosa lebih tinggi pada perlakuan Ganoderma
applatanum yaitu 52,57% dibandingkan tanpa fermentasi, terjadinya peningkatan
disebabkan oleh isolat jamur pelapuk memiliki kemampuan dekomposisi selulosa
selama proses fermentasi berlangsung (Tilman dkk., 1989).
Peningkatan tersebut menjadi sangat menguntungkan bagi ternak
ruminansia karena ternak ruminansia dapat memanfaatkan selulosa sebagai sumber
16
energi, asalkan tidak dalam bentuk kristalisasi selulosa. Landecker, (1990)
menyatakan bahwa dalam pendegrasian selulosa akan di ubah menjadi rantai-rantai
linear dan unit-unit disakarida (selubiosa) oleh enzim selulosa, lalu selubiosa
dihirolisis menjadi glukosa oleh enzim selulosa. Zeng et al., (2010) menambahkan
bahwa hasil perombakan komponen lignoselulosa akan di manfaatkan oleh jamur
untuk pertumbuhannya.
Pengaruh Fermentasi Jamur Pelapuk Terhadap Kandungan Hemiselulosa
Serat Sawit
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan
fermentasi limbah serat sawit menggunakan jamur SHP1, Trametes versicolor dan
Ganoderma applanatum berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan
hemiselulosa serat sawit. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan tanpa
fermentasi (kontrol) berbeda dengan perlakuan yang difermentasi dengan isolat
jamur Ganoderma applatanum (D), tetapi tidak ada perbedaan antara kontrol
dengan perlakuan B dan C (Lampiran 3). Hasil penelitian menggunakan jamur
pelapuk pada serat sawit mampu meningkatkan kadar hemiselulosa lebih tinggi
pada perlakuan Ganoderma applatanum yaitu 13,15 %.
Perlakuan yang difermentasi oleh isolat jamur pelapuk, tinggi
kemampuannya dalam mendegradasi kandungan lignin sehingga kandungan
hemiselulosa tidak terdegradasi. Lebih lanjut dijelaskan (Landecker, 1990) bahwa
dalam mendegradasi hemiselulosa, ikatan hemiselulosa diserang pertama kali oleh
endoenzim-endoenzim (mannase dan xilanase) yang menghasilkan secara intensif
ikatan-ikatan pendek yang dhidrolisis menjadi gula sederhana oleh glukosidae
(mannosidae, xilosidae dan glukosidae) seperti dengan selulosa, gula-gula
17
sederhana membatasi produksi sebagian besar enzim-enzim pendegrdasi
hemiselulosa oleh jamur pelapuk. Selulosa diduga menjadi sumber karbon penting
untuk mendorong terbentuknya enzim-enzim pendegradasi hemiselulosa oleh
kapang.
18
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa fermentasi
serat sawit menggunakan jamur pelapuk tidak berpengaruh nyata (P>0,05) pada
kandungan lignin, fermentasi menggunakan jamur isolat jerami padi (SHP1)
mampu menurunkan kandungan lignin serat sawit. Fermentasi serat sawit
menggunakan jamur pelapuk berpengaruh nyata (P<0,05) pada kandungan selulosa
dan hemiselulosa, fermentasi menggunakan isolat jamur Ganoderma applanatum
mampu meningkatkan kandungan selulosa dan hemiselulosa serat sawit.
Saran
Sebaiknya serat sawit hasil fermentasi jamur pelapuk diaplikasikan sebagai
pakan ternak ruminansia, karena mampu meningkatkan kandungan selulosa dan
hemiselulosa serat sawit.
19
DAFTAR PUSTAKA
Alimon, A. R. and M. Hair-Bejo. 1996. Feeding system based on oil palm by-
product in Malaysia. In: Proc. of the First International Symposium on the
Integration of Livestock to Oil Palm Production. HO, Y.W., M.K.
Vidyardaran and M.D. Sanchez (Eds.). 25 – 27 May 1995, Kuala Lumpur,
Malaysia.
Brum, G. Larry, M.K. and Garry, K. 1994. Biology : Exploring Life, Second
Edition. John Wiley and Sons, Inc. Toronto, Canada.
Chang, H.M, C.L. Chen and T.K . Kirk . 1980 . Chemistry of lignin degraded by
white rot fungi. In : Lignin Biodegradation : Microbiology, Chemistry and
Potential Application . KIRK, T.K., T. 111 G. Uchi and H.M. CHANG (Eds).
CRC Press. Boca Raton, Florida.1 : 215-230.
Chang, S.T and P.G. Miles. (1989). Edible Mushroom and Their Cultivation.
Florida: CRC Press, Inc., Boca raton Florida.
Direktoran Jenderal Perkebunan. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri
Kelapa Sawit. Departemen Perkebunan. Jakarta.
Fengel, D. & G. Wegener. 1995. Kayu : Kimia, Ultrastruktur, Reaksi – Reaksi,
Terjemahan Hardjono Sastroharaidjojo. UGM Press, Yogyakarta.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan . Bandung : Armico
Jamila. 2013. Studi Pemanfaatan Jamur Pelapuk Putih dalam Meningkatkan
Kualitas Jerami Padi Sebagai Pakan Ruminansia. Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin. Makassar
Kasnawati. 2011. Penggunaan limbah sabut kelapa sawit sebagaibahan untuk
mengolah limbah cair. Ilmu Teknik 6 : 891-898
Landecker, M. E., 1990. Fundamentals of The Fungi. Fourth Edition Prentice
Mathius I.W., D. Sitompul, B.P. Manurung, dan Azmi. 2004. Produk samping
tanaman dan pengolahan kelapa sawit sebagai bahan pakan ternak sapi potong
: suatu tinjauan. Hlm : 120-128. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem
Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Pemerintah Provinsi Bengkulu dan PT Agricinal.
Muchtadi, T.R. dan Ayustaningwarno, F. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.
Alfabeta. Bandung.
20
Purba, A., S.P. Ginting, Z. Poeloengan, K. Simanihuruk dan Junjungan. 1997. Nilai
Nutrisi dan Manfaat Pelepah Kelapa Sawit sebagai Pakan Ternak. J.
Penelitian Kelapa Sawit. 5(3): 161 – 170.
Pelczar. J. M. 1996. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia : Jakarta.
Sanchez, C. 2009. Lignocellulosic Residues : Biodegradation and Bioconversion
by Fungi. Biotechnology Advances 27.
Simanihuruk. K, J. L.P. Batubara, A. Tarigan, R. Hutasoit, M. Hutauruk,
Supriyatna, M. Situmorang dan Taryono. 2007. Pemanfaatan Pelepah Kelapa
Sawit sebagai Pakan Basal Kambing Kacang Fase Pertumbuhan. Laporan
Akhir Kegiatan Penelitian. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih.
Simanjuntak, W. 1998. Pengaruh Pemberian Berbagai Bentuk Fisik, Ransum dan
Pemotongan Paruh Terhadap Persentase Karkas Ayam Buras Umur 16
Minggu. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan
Sulistyaningrum L S. 2008. Optimasi Fermentasi. Fakultas Matimatika Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia.
Tilman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo & S.
Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Tuomela, M., Oivanen, P., Hatakka, A. 2002. Degradation of synthetic 14C-lignin
by various white-rot fungi in soil, Soil Biology & Biochemistry, 34, 1613–
1620.
Van Soest P. J. 1985. New Chemical Methods for Analysis of Forages for The
Purpose of Predicting Nutritive Value.Pref IX International Grassland Cong.
Wina, e., h. Affandi, e. Solihah dan R. Ningsih . 2005. Komposisi serat dan
kecemaan bahan kering kulit kayuAcacia mangium yang digunakan sebagai
media jamur Pleurotus ostreatus dan Ganoderma lucidutn .Pros . Seminar
Nasional AINI V. Malang, 10 Agustus 2005 (in press).
Zeng G., M. Yu., Y. Chen, D. Huang, J. Zhang, H. Huang, R. Jiang and Z. Yu.
2010. Effects of inoculation with phanerochaete chrysosporiumat various
time points on enzyme activities during agricultural waste composting.
Bioresour. Technol. 101:222-227.
21
LAMPIRAN
22
Lampiran 1. Hasil Analisa Sidik Ragam Kandungan Lignin fermentasi serat sawit
dengan jamur pelapuk.
ANOVA
Lignin
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 41.277 3 13.759 3.058 .092
Within Groups 35.990 8 4.499
Total 77.267 11
Descriptives
Lignin
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
Kontrol 3 21.7100 .94557 .54592 19.3611 24.0589 20.62 22.31
SHPI 3 17.9433 .18009 .10398 17.4960 18.3907 17.76 18.12
B3 3 18.8400 1.39567 .80579 15.3730 22.3070 17.42 20.21
B5 3 22.3300 3.88850 2.24502 12.6704 31.9896 17.85 24.83
Total 12 20.2058 2.65033 .76508 18.5219 21.8898 17.42 24.83
23
Lampiran 2. Hasil Analisa Sidik Ragam Kandungan Selulosa fermentasi serat
sawit dengan jamur pelapuk.
ANOVA
Selulosa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 177.787 3 59.262 4.228 .046
Within Groups 112.138 8 14.017
Total 289.925 11
Selulosa
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana B5 3 41.9233
Kontrol 3 45.3467 45.3467
B3 3 47.1033 47.1033
SHPI 3 52.5700
Sig. .143 .053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Descriptives
Selulosa
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
Kontrol 3 45.3467 3.16630 1.82806 37.4812 53.2122 41.99 48.28
SHPI 3 52.5700 .86712 .50063 50.4160 54.7240 51.74 53.47
B3 3 47.1033 1.96403 1.13394 42.2244 51.9823 45.58 49.32
B5 3 41.9233 6.43694 3.71637 25.9331 57.9136 37.95 49.35
Total 12 46.7358 5.13389 1.48203 43.4739 49.9978 37.95 53.47
24
Lampiran 3. Hasil Analisa Sidik Ragam Kandungan Hemiselulosa fermentasi serat
sawit dengan jamur pelapuk.
ANOVA
Hemiselulosa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 71.093 3 23.698 7.436 .011
Within Groups 25.496 8 3.187
Total 96.589 11
Hemiselulosa
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana SHPI 3 11.3600
B3 3 12.2467
Kontrol 3 13.1500
B5 3 17.6800
Sig. .273 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Descriptives
Hemiselulosa
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
Kontrol 3 13.1500 1.58521 .91522 9.2121 17.0879 12.20 14.98
SHPI 3 11.3600 1.21618 .70216 8.3388 14.3812 10.35 12.71
B3 3 12.2467 1.39429 .80499 8.7831 15.7103 11.25 13.84
B5 3 17.6800 2.61000 1.50688 11.1964 24.1636 15.07 20.29
Total 12 13.6092 2.96325 .85542 11.7264 15.4919 10.35 20.29
25
Lampiran 4. Dokumentasi Fermentasi Serat Sawit Menggunakan Jamur Pelapuk
26
27
RIWAYAT HIDUP
YUNUS DARTO SUSILO (I211 10 276) Lahir di Dompu,
Nusa Tenggara Barat, Tanggal 11 Desember 1992, Anak
dari pasangan Ramli Musa dan Nurmi. Memulai Pendidikan
di Tingkat Dasar pada Sekolah Dasar Inpres Anamina,
Dompu Pada tahun 1999 kemudian melanjutkan Pendidikan
Lanjutan Pertama Di SMP Negeri 1 Manggelewa pada tahun 2004, setelah itu
melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Manggelewa pada tahun 2007 dan lulus
pada tahun 2010. Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan di Universitas
Hasanuddin Fakultas Peternakan Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi seperti HUMANIKA UNHAS,
SEMA FAPET dan MAPERWA FAPET UNHAS.
Recommended