View
18
Download
3
Category
Preview:
DESCRIPTION
ok
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA
INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
S K R I P S I
Oleh :
R O Y A N I NIM: X.5108517
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA
INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
R O Y A N I NIM: X.5108517
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Maryadi, M.Ag. Dewi Sri Rejeki, S.Pd.,M.Pd. NIP. 19520601 198103 1003 NIP. 19760730 200604 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 5 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. ..
Sekretaris : Sugini, S.Pd. ..
Anggota I : Drs. Maryadi, M.Ag. ...
Anggota II : Dewi Sri Rejeki, S.Pd., M.Pd. ..
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 1960 0727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Royani. PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca anak berkesulitan belajar Bahasa Indonesia menggunakan media kartu huruf pada siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran membaca bagi anak yang berkesulitan belajar Bahasa Indonesia. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen, Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 5 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya membandingkan data nilai kemampuan membaca permulaan sebelum perbaikan dengan siklus 1 dan siklus 2.
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca bagi anak berkesulitan belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Royani. THE USING OF LETTER CARD MEDIA TO INCREASE THE READING ABILITY OF STUDENTS WHO ARE DIFFICULT TO STUDY INDONESIAN ON CLASS II STUDENTS SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KARANGANYAR REGENCY IN THE SCHOOL YEAR 2009/2010. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, October 2010.
The aim of this research is to increase the reading ability of students who are difficult of study Indonesian by using the media of letter card on class II students semester I SD Negeri 04 Bejen Karanganyar Regency in the school year 2010/2011.
The research used is Class Action Research (CAR) namely the study that is carried out by a teacher in my classroom, by stressing on the perfectness or increasing practice and process in teaching reading for students who ore difficult to study Indonesian. The subject of this study is the class II students SD Negeri 04 Bejen, Karanganyar in the school year 2010/2011 that consists of 5 students. To analysis the data this research uses comparative analysis technique. It means that comparing the data of the early reading ability value before improvement to the cycle 1 and the cycle 2.
From the classroom action research that has been carried out, it can be concluded that the using of letter card media card increase the reading ability of students who are difficult of study Indonesian on class II students SD Negeri 04 Bejen Karanganyar Regency in the school year 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah ......
( Terjemah Q.S. An-Nissa: 9)
Wahai generasi muda
Masa depan akan menantangmu
Kuatkan iman !
Perbanyak ilmu !
Kebahagiaan yang kau damba
Kan menyertai langkahmu.
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
- Istri tercinta.
- Anak-anak tersayang. - Rekan-rekan di PLB FKIP UNS. - Murid-murid yang kusayangi. - Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala
bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan petunjuk kepada penulis dalam menulisan skripsi.
3. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa
yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
4. Drs. Maryadi, M.Ag., selaku pembimbing I yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Dewi Sri Rejeki, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan
petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Sutardi, S.Pd., selaku Kepala SD Negeri 04 Bejen, Karanganyar yang telah
memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
tindakan kelas ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,
karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan
menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Oktober 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
A. Kajian Teori .............................................................................. 6
1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar .................... 6
2. Tinjauan Tentang Kartu Huruf ........................................... 14
3. Peranan Guru bagi Anak Berkesulitan Belajar ................... 22
4. Tinjauan Tentang Belajar Membaca ................................... 23
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 32
C. Perumusan Hipotesis ................................................................. 33
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 34
A. Setting Penelitian ...................................................................... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Halaman
B. Subyek Penelitian ...................................................................... 34
C. Data dan Sumber Data............................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 34
E. Validitas Data ............................................................................ 40
F. Analisis Data.............................................................................. 41
G. Indikator Kinerja........................................................................ 42
H. Prosedur Penelitian ................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 44
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 44
B. Hasil Penelitian .......................................................................... 55
C. Pembahaan Hasil Penelitian ....................................................... 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 62
A. Simpulan .................................................................................... 62
B. Saran .......................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................ 34
Tabel 3.2. Prosedur Penelitian ........................................................................ 43
Tabel 4.1. Kemampuan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Bahasa
Indonesia Kelas II SD Negeri 04 Bejen Karanganyar pada
Kondisi Awal .................................................................................. 45
Tabel 4.2. Kemampuan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Bahasa
Indonesia Kelas II SD Negeri 04 Bejen Karanganyar pada
Siklus I ............................................................................................ 49
Tabel 4.3. Kemampuan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Bahasa
Indonesia Kelas II SD Negeri 04 Bejen Karanganyar pada
Siklus II ........................................................................................... 54
Tabel 4.4. Kemampuan Membaca Setiap Siklus Melalui Media Kartu .......... 59
Tabel 4.5. Peningkatan Nilai Rata-rata Kemampuan Membaca Setiap
Siklus .............................................................................................. 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1. Kerangka Berpikir......................................................................... 33
Bagan 3.1. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas....................................... 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1. Peningkatan Kemampuan Membaca Setiap Siswa Melalui
Media Kartu Huruf ....................................................................... 59
Grafik 4.2. Peningkatan Kemampuan Membaca Setiap Siklus ...................... 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Siswa Berkesulitan Belajar Bahasa Indonesia Kelas
II SDN 04 Bejen Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011..... 65
Lampiran 2. Program Pembelajaran Individual (PPI) Siklus I ..................... 66
Lampiran 3. Program Pembelajaran Individual (PPI) Siklus II ................... 70
Lampiran 4. Soal Tes Membaca Kelas II SD Negeri 04 Bejen Pre Test .... 74
Lampiran 5. Soal Tes Membaca Kelas II SD Negeri 04 Bejen Siklus I ...... 75
Lampiran 6. Soal Tes Membaca Kelas II SD Negeri 04 Bejen Siklus II ..... 76
Lampiran 7. Kemampuan Membaca Siwa Kelas II SD Negeri 04 Bejen
(Nilai Awal ) ........................................................................... 77
Lampiran 8. Kemampuan Membaca Siwa Kelas II SD Negeri 04 Bejen
(Siklus I) ................................................................................. 78
Lampiran 9. Kemampuan Membaca Siwa Kelas II SD Negeri 04 Bejen
(Siklus II) ................................................................................ 79
Lampiran 10. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus I) ...................... 80
Lampiran 11. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus II) ..................... 81
Lampiran 12. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus I) ..................... 82
Lampiran 13. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus II) .................... 83
Lampiran 14. Media Pembelajaran Kartu Huruf dan Kartu Kata .................. 84
Lampiran 15. Foto-foto Kegiatan Penelitian .................................................. 85
Lampiran 16. Perijinan Penelitian .................................................................. 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar1945 khususnya alenia keempat (4) antara lain sebagai
berikut ... untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, ... sebagai upaya untuk mencapai tujuan negara tersebut di atas maka
pemerintah menyelenggarakan suatu bentuk pembangunan yang komprehensif
dalam berbagai aspek kehidupan baik yang menyangkut bidang fisik maupun non
fisik, termasuk pembangunan bidang pendidikan. Perwujudan pembangunan
bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Di samping itu
pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
dalam menciptakan masyarakat yang maju, makmur, serta memberi kesempatan
kepada warganya untuk mengembangkan diri yang sejajar dengan bangsa lain di
dunia. Demi terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang
sejajar dengan bangsa lain di dunia, maka pembangunan nasional di bidang
pendidikan harus mendapatkan prioritas, serta mengadakan penyempurnaan
penyelenggaraan pendidikan nasional dari waktu ke waktu.
Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
Makna yang terkandung pada pasal 31 UUD 1945 di atas sesuai dengan
pernyataan UNESCO tentang pendidikan untuk semua (Education for all).
Pernyataan tersebut dideklarasikan oleh UNESCO di Jantion Thailand tahun
1990. Diperkuat dengan deklarasi Salamanca (1994) dan Dakkar (2000). Hal
inilah yang kemudian memunculkan konsep pendidikan Inklusi.
Dewasa ini pendidikan inklusi menjadi paradigma baru dalam dunia
pendidikan. Konsep ini dimaksudkan untuk memberi akses seluas mungkin bagi
semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk belajar. Sistem
layanan ini mensyaratkan di sekolah terdekat di kelas biasa bersama-sama dengan
teman seusianya.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Sekolah Dasar Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar telah dipercaya
oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi sejak tahun 2004.
Saat ini memiliki siswa keseluruhan 235 siswa, 42 di antaranya adalah anak
berkebutuhan khusus, 5 di antara 42 anak berkebutuhan khusus adalah siswa
kelas II. Mereka rata-rata belum bisa membaca, padahal kita tahu bahwa membaca
merupakan kunci daripada ilmu.
Anak berkesulitan belajar membaca adalah anak-anak yang dalam
mengenal tulisan serta menyuarakan tulisan kata atau kalimat yang bermakna
mengalami kesulitan, sehingga dampak dari kesulitan membaca ini sangat luas,
antara lain rendah diri, diolok-olok oleh teman dan sudah pasti adalah rendahnya
prestasi belajar, yang sangat berpotensi untuk tinggal kelas bahkan drop out.
Padahal menurut berbagai penelitian para ahli prevalensi anak-anak berkesulitan
membaca populasinya cukup signifikan sekitar 71,8% dari jumlah sekitar 100%
populasi siswa yang mengalami kesulitan belajar (Berit H. Johnsen, 2004: 4).
Bahasa, bagi sebagian orang, diperlakukan sekedar alat komunikasi.
Implikasinya adalah adanya kecenderungan yang lebih menekankan aspek
komunikasi daripada aspek lain yang sebenarnya juga penting dalam kaitannya
dengan bahasa. Harus diakui, manusia di mana pun, lebih banyak melakukan
komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan. Jadilah kemudian komunikasi lisan
dianggap jauh lebih penting dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan
(Maman S. Mahayana, 2008: 1). Melalui bahasa manusia dapat saling
berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari
yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran bahasa
Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Kemampuan membaca merupakan modal dasar bagi siswa dalam
pembelajaran di sekolah, karena dengan membaca siswa dapat memberikan
makna terhadap tulisan. Menurut Dechant yang dikutip Darmiyati Zuhdi
(2007:21), membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dengan maksud penulis. Lebih lanjut Smith mendefinisikan membaca sebagai
proses komunikasi yang berupa pemerolehan informasi dari penulis oleh
pembaca (Darmiyati Zuhdi, 2007:21).
Sudah banyak usaha-usaha yang telah dilaksanakan baik oleh pemerintah
maupun pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan khususnya pendidikan dasar. Namun sedikit sekali usaha-
usaha ini yang dapat menyentuh anak-anak berkesulitan belajar. Mungkin karena
itulah maka usaha untuk meningkatkan kualitas lulusan itu belum banyak berhasil.
Hal ini ditandai dengan masih sangat rendahnya kualitas lulusan Sekolah Dasar,
sehingga anak berkesulitan belajar perlu mendapatkan cara pelayanan yang lebih
intensif dan pemilihan pendekatan dan metode yang menarik minat belajar anak.
Kualitas lulusan Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh kemampuan 3R
yaitu Reading, Writing, dan Arimatics (membaca, menulis, dan berhitung). Siswa
akan mampu berkembang dan mempelajari topik lain atau mempelajari mata
pelajaran lain maka kemampuan dasarnya harus mampu membaca, menulis, dan
berhitung dengan baik. Kalau kemampuan dasar ini baik maka kemungkinan
berkembang dan berprestasi baik, tetapi jika kemampuan awal ini tidak baik maka
kemungkinan prestasinya juga tidak baik. Sehingga jelas sekali bahwa
kemampuan membaca merupakan syarat mutlak bagi setiap manusia untuk
menyerap informasi yang pada umumnya tersaji dalam bentuk tulisan. Demikian
pula bagi siswa Sekolah Dasar tanpa menguasai kemampuan membaca yang baik
maka tidak akan bisa berkembang, menyerap informasi dan komunikasi dengan
lingkungannya.
Keberhasilan pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan (MMP)
sangat tergantung pada banyak hal antara lain: kesiapan siswa, sarana, metode
pembelajaran dan sebagainya. Berbagai metode pembelajaran telah diterapkan
oleh guru-guru Sekolah Dasar untuk sarana pembelajaran membaca.
Jika dalam membaca siswa menjumpai kata dan mengatakan tidak
memahami kata tersebut, ada tiga penjelasan kesulitan membaca yang mungkin
dapat dikemukakan: 1) Ia mungkin mengenalnya, tetapi tidak memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
maknanya; 2) ia mungkin mengetahui artinya secara lisan, tetapi tidak mengenal
kata tersebut secara tertulis; dan 3) ia mungkin tidak mengenalnya dan sekaligus
juga tidak memperdulikan artinya. (Darmiyati Zuhdi, 2007: 35). Jika anak
mengalami kesulitan jenis pertama, ia haraus mengembangkan kosakata
bermakna. Jika kesulitannya adalah jenis kedua, ia memerlukan latihan
pengenalan kata. Jika kelemahannya pada pengenalan kata maupun kosakata
bermakna, kedua macam itu perlu diberikan secara serentak.
Media kartu huruf adalah media kartu yang di dalamnya terdapat huruf
yang secara teoritis sangat menarik bagi anak didik untuk belajar membaca huruf,
kata atau kalimat. Karena itu untuk membuktikan kebenaran asumsi tersebut
penulis mengangkat judul penelitian yaitu PENGGUNAAN MEDIA KARTU
HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI
ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA
SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah mengenai penggunaan kartu huruf
untuk meningkatkan kemampuan membaca bagi anak berkesulitan belajar bahasa
Indonesia maka dapat dirumuskah permasalahan sebagai berikut:
Apakah penggunaan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan
membaca bagi anak yang berkesulitan belajar Bahasa Indonesia siswa kelas II SD
Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca anak
berkesulitan belajar Bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen
Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Mengetahui peranan penggunaan media kartu huruf untuk meningkatkan
kemampuan membaca bagi anak yang berkesulitan belajar Bahasa Indonesia
pada siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun
pelajaran 2010/2011.
2. Manfaat praktis
a. Menemukan alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca pada
siswa yang mengalami kesulitan belajar Bahasa Indonesia.
b. Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa yang mengalami
kesulitan belajar Bahasa Indonesia dalam hal membaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang Anak Berkesulitan Belajar
a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar
Dewasa ini pendidikan inklusif makin digalakkan. Program ini
bertujuan untuk memberi akses yang seluas mungkin untuk semua anak,
termasuk untuk anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Diharapkan ABK
mampu belajar bersama dengan anak-anak normal pada satu kelas yang sama,
dengan hak dan kewajiban yang sama pula.
Salah satu yang disebut anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
mengalami kesulitan dalam belajarnya. Anak berkesulitan belajar atau learning
disabilities sering dijadikan sebutan untuk anak yang mempunyai prestasi
rendah, entah prestasi dalam bidang bahasa, pengetahuan umum maupun
logika atau penalaran.
Batasan tentang anak berkesulitan belajar menurut Kirk (dalam
Sunaryo Kartadinata, 2002: 71) adalah:
Murid yang tidak digolongkan kepada kategori normal (keluarbiasaan), namun mereka mengalami kelemahan dalam berbicara perseptual motorik (berbahasa) persepsi visual dan auditory. Anak dengan kondisi saat mulai mempelajari mata pelajaran dasar, cenderung mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, dan berhitung.
The Nationt Joint Commite for Learning Disabilities (NJCLD)
mengemukakan definisi yang dikutip oleh Hammill, Leigh, Mc.Nutt dan
Larsen (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 7-8) sebagai berikut:
Kesulitan belajar adalah suatu batasan generik yang menunjuk pada suatu kelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata (significant) dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengar, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi berbarengan
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dengan adanya kondisi gangguan lain (misalnya gangguan sensoris, retardasi mental, hambatan sosial, dan emosional) atau pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik). Hambatan-hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.
Pendapat Cannadian Association for Children and Adult with Learning
Disabilities adalah mereka yang tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah
meskipun kecerdasannya termasuk normal, sedikit di atas normal atau sedikit
di bawah normal (Mulyono Abdurrahman, 2003: 8). Menurut batasan ini anak
yang mempunyai kecerdasan berkisar antara 90, dan mempunyai prestasi
belajar yang rendah sering dikategorikan dengan anak yang berkesulitan
belajar.
Keadaan ini terjadi sebagai akibat Disfungsi Minimal Otak (DMO)
yang terjadi karena penyimpangan perkembangan otak yang dapat berwujud
dalam berbagai kombinasi gejala gangguan seperti gangguan persepsi,
membentuk konsep bahasa ingatan, kontrol perhatian atau gangguan motorik.
Keadaan ini tidak disebabkan oleh gangguan primer pada penglihatan,
pendengaran, cacat motorik atau gangguan emosional.
Anak berkesulitan belajar adalah anak secara nyata mengalami
kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh adanya disfungsi
neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi
belajarnya rendah, dan anak tersebut beresiko tinggal kelas (Munawir Yusuf,
1997: 7).
Learning disorder or learning difficulty, is a classification several disorders in which a person has difficulty learning in a typical manner, usually caused by an unknown factors. The unknown factor is the disorder that affects the brains ability to receive and process information. This disorder can make it problematic for a person to learn as quickly or in the same way as someone whto inst affected by a learning disability. Learning disability is not indicative of intelligence level. Rather, pepole with a learning disability have trouble performing specific types of skills or completing tasks if left to figure things out by themselves or if taught in conventional ways. (Berit H. Johnsen, 2004: 6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
(Kesulitan belajar atau kesulitan belajar, adalah termasuk dari beberapa klasifikasi gangguan di mana seseorang mengalami kesulitan belajar dengan ciri-ciri khusus, biasanya disebabkan oleh faktor yang diketahui atau faktor-faktor lain. Faktor yang tidak diketahui adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan otak untuk menerima dan memproses informasi, gangguan ini dapat membuat masalah bagi seseorang untuk belajar dengan cepat atau dengan cara yang sama sebagai seseorang yang tidak terpengaruh oleh ketidakmampuan belajar. Kesulitan belajar tidak menunjukkan tingkat kecerdasan. Sebaliknya, orang dengan ketidakmampuan belajar mengalami hal-hal yang oleh mereka sendiri atau jika diajarkan dengan cara konvensional. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
(learning disabilities) merupakan istilah generik yang merujuk kepada
keragaman kelompok yang mengalami gangguan dimana gangguan tersebut
diwujudkan dalam kesilitan-kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan
gangguan proses belajar. Umumnya masalah ini tampak ketika murid mulai
mempelajari mata pelajaran dasar seperti menulis, membaca, berhitung, dan
mengeja.
b. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua
kelompok, (1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(developmental learning disabilities) dan (2) kesulitan belajar akademik
(academic learning disabilities) (Mulyono Abdurrahman, 2003: 11).
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup
gangguan motirik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan
kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik
menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik
yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut
mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan/atau
matematika.
Secara umum kesulitan belajar khusus menurut Munawir Yusuf (1997:
7) dapat diklasifikasikan menjadi dua: Pertama, kesulitan belajar pra akademik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
meliputi: (1) gangguan perkembangan motorik dan persepsi, (2) kesulitan
belajar kognitif, (3) gangguan perkembangan bahasa, dan (4) kesulitan
menyesuaikan sosial. Kedua, kesulitan belajar akademik, meliputi: (1) kesulitan
belajar membaca, (2) kesulitan belajar menulis, dan (3) kesulitan belajar
berhitung dan matematika.
Kesulitan belajar secara umum maupun kesulitan belajar secara khusus
pada umumnya mempunyai gangguan penyerta/penyebab yang dikelompokkan
sebagai berikut (Munawir Yusuf, 1997:16-17):
1) Gangguan intelegensi rendah
Anak yang ber IQ antara 70-90, mereka termasuk dikategorikan
under line (garis batas) yang secara pendidikan disebut sebagai slow learner
(lambat belajar). Gejala yang nampak antara lain prestasi belajar sebagian
besar atau seluruh mata pelajaran umumnya rendah, sering tidak naik kelas,
sulit menangkap pelajaran, dan sebagainya akibat lebih jauh dari kondisi ini
adalah putus sekolah.
2) Anak berprestasi di bawah potensi (under achiever)
Anak-anak yang berpotensi unggul secara intelektual atau yang
sering disebut memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak selalu
menunjukkan hasil belajar yang tinggi. Apabila prestasi belajar yang mereka
capai berada dibawah potensinya mereka disebut under achiever.
3) Gangguan emosi dan perilaku
Tidak ada definisi yang baku mengenai gangguan emosi dan
perilaku tetapi ciri-ciri umum mengambarkan adanya 4 definisi (Hallahan
dan Kauffman), sebagai berikut:
a) Anak yang mengalami gangguan perilaku, contoh adalah: suka berkelahi, memukul, menyerang, bersifat pemarah tidak penurut/ melawan peraturan, suka merusak baik milik sendiri maupun orang lain, kasar, tidak sopan, tidak mau kerjasama, penentang, suka ribut, mudah marah, suka mendominasi orang lain, suka mengancam atau menggertak, iri hati, cemburu, suka bertengkar, tidak bertanggung jawab, ceroboh, mencuri, mengancam, menggoda, menolak kesalahan dan menyalahkan orang lain, murung, cemberut, meningkatkan diri sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b) Anak yang mengalami kecemasan dan menyendiri, contoh: rasa takut, bersalah, cemas, pemalu, mengasingkan diri, tidak punya teman, perasaan tertekan, sedih, sensitif, mudah merasa disakiti hatinya, merasa rendah diri, merasa tidak berharga, mudah frustasi, kurang keyakinan, pendiam.
c) Anak yang agresif sosial memiliki perkumpulan yang tidak baik, contoh: berani mencuri, loyal terhadap teman yang suka melanggar hukum, suka begadang sampai larut malam, melarikan diri dari sekolah, melarikan diri dari rumah.
d) Individu yang tidak pernah dewasa perhatiannya terbatas kurang konsentrasi, contoh: melamun, kaku, canggung, pasif, kurang inisiatif, mudah digerakkan, lamban, ceroboh, mudah bosan, kurang tabah, tidak rapi (Munawir Yusuf, 1997:17).
Emosi merupakan faktor dalam struktur pribadi. Pernyataan emosi
tersebut dapat berbentuk senang dan tidak senang, dan perasaan yang tidak
senang ini yang akan menggangu proses belajar. Reaksi emosi terhadap
jasmani adalah bermacam-macam, misalnya denyut jantung terlalu cepat,
pencernaan terganggu, sukar tidur, gugup dan sebagainya. Perkembangan
emosi itu dimulai sejak lahir, pada masa bagi pernyataan emosi cukup pada
tangis dan artinya bisa bermacam-macam, misalnya takut, marah, sakit,
lapar, haus, pedih. Pada dasarnya emosi dibagi menjadi dua bagian, yaitu
emosi yang tidak menyenangkan biasanya merugikan, antara lain : marah,
takut, iri, susah dan sebagainya. Berhasil atau gagalnya anak dalam belajar
sebagian besar tergantung pada sikap emosi, anak yang selalu dimarahi akan
menjadi rendah diri, takut, dan menjadi tenang-tenang. Jadi jelaslah bahwa
kemunduran atau kesulitan suatu kegagalan belajar itu bukan faktor
intelegensinya juga bukan karena bakat, tetapi karena emosinya yang
mengalami kegagalan.
4) Gangguan komunikasi
Di Indonesia gangguan komunikasi sering disamakan dengan
gangguan wicara. Menurut Hallahan dan Kauffman gangguan komunikasi
terdiri atas:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
(1)gangguan wicara, dan (2) gangguan bahasa. Gangguan wicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suatu artikulasi dari bunyi dan atau kelancaran wicara. Jadi gangguan wicara terdiri dari tiga macam yaitu: gangguan suara, gangguan artikulasi dan gangguan kelancaran bicara. (Munawir Yusuf, 1997:18).
Gangguan dari pemahaman atau penggunaan bahasa ujaran, bahasa
tulis atau sistem simbol, kerusakan tersebut mungkin meliputi bentuk bahasa
(fonologi, morfologi dan sintaksis), isi bahasa atau semantik, dan fungsi
bahasa atau pragmatik.. Anak yang mengalami gangguan komunikasi
biasanya menunjukkan gejala tidak lancar berbicara, pembicaraanya sulit
ditangkap, suaranya tidak normal, gagap dan sebagainya, penyebabnya dapat
bersifat organik dan dapat pula psikologik.
5) Gangguan gizi dan kesehatan
Anak-anak yang mempunyai penyakit kronis dan bergizi kurang,
cenderung mengalami kesulitan belajar. Jenis penyakit kronis dimaksud
antara lain: epilepsi, diabetes, cytic fibrosis, hemofilia dan luka bakar.
Sedangkan gangguan gizi terutama bagi mereka yang kekurangan kalori dan
protein serta kekurangan zat iodium.
6) Gangguan gerakan/anggota tubuh
Ada dua kategori cacat tubuh, ialah cacat anggota karena penyakit
polio, dan cacat tubuh karena kerusakan otak sehingga mengakibatkan
ketidakmampuan gerak (disebut cerebral palsy) pada dasarnya cerebral
palsy merupakan koordinasi otot, ototnya sendiri sebenarnya normal, tetapi
otak mengalami gangguan dalam mengirimkan sinyal-sinyal yang penting
untuk memerintahkan otot-otot untuk memendek atau memanjang atau harus
merengang.
Anak-anak semacam ini masih dapat belajar dengan menggunakan
semua inderanya. Tingkat intelektualnya umumnya normal bahkan ada yang
superior. Namun, karena pada otak, mereka akan mengalami kesulitan dalam
melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan koordinasi motorik
ketrampilan fisik, hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesulitan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
7) Gangguan penglihatan ringan
Untuk mengenal anak apakah mereka mengalami gangguan
penglihatan, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik, perilaku maupun keluhan.
a) Contoh ciri fisik: seperti mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata,
kelopak mata merah, mata infeksi, gerakan mata tak beraturan (goyang),
mata yang selalu berair.
b) Contoh ciri perilaku; membaca terlalu dekat, membaca banyak terlewati,
cepat lelah ketika membaca, mengerutkan mata ketika melihat papan
tulis, sering mengupas mata, mendongokkan kepala saat melihat benda
jarak jauh, cenderung melihat dengan memiringkan kepala, berjalan
sering manabrak benda di depannya, salah menyalin dalam jarak dekat.
c) Contoh ciri keluhan: seperti merasa sakit kepala, sulit melihat dengan
jelas dari jarak jauh, pengelihatan terasa kabur ketika membaca, menulis,
benda terlihat seperti dua buah, mata sering terasa gatal.
8) Gangguan pendengaran ringan
Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kerusakan fungsi dari
sebagian atau seluruh alat atau organ-organ pendengaran, dapat diketahui
dengan menggunakan (Andiometer).
Dengan menggunakan ciri-ciri fisik dan perilaku anak, seseorang
dapat dideteksi sebagai mengalami gangguan pendengaran atau tidak. Ciri-
ciri tersebut, antara lain sering keluar cairan dari liang telinga, bentuk daun
telinga tidak normal, sering mengeluh gatal atau sakit di liang telinga, kalau
berbicara selalu melihat gerakan bibir lawan bicara, sering tidak bereaksi
jika diajak bicara kurang keras, selalu minta diulang dalam pembicaraan,
dan sebagainya.
Dampak anak yang mengalami gangguan pendengaran dapat
menyebabkan terjadinya kesulitan belajar.
c. Penyebab Kesulitan Belajar
Banyak faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan
dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Penyebab utama kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis; sedangkan penyebab utama problema belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat (Mulyono Abdurrahman, 2003: 13).
Disfungsi neurologis sering tidak hanya menyebabkan kesulitan belajar
tetapi juga menyebabkan tunagrahita atau emosional. Berbagai faktor yang
dapat menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya dapat
menyebabkan kesultian belajar (Mulyono Abdurrahman, 2003: 13) antara lain:
1) Faktor genetik
2) Luka pada otak karena trauma fisik atau kekurangan oksigen.
3) Biokimia yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk
memfungsikan sistem syaraf pusat).
4) Biokimia yang dapat merusak otak (misalnya zat pewarna pada makanan).
5) Pencemaran lingkungan (misalnya mencemaran timah hitam).
6) Gizi yang tidak memadai.
7) Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan
anak (deprevasi lingkungan).
Sebagaimana dapat dilihat di atas, kesulitan belajar dapat terdiri dari
banyak bentuk. Di masa lalu, pendekatan-pendekatan pengajaran anak yang
berkelainan ditentukan oleh diagnosis medis yang diberikan kepada mereka.
Dengan pendekatan tersebut, anak-anak dengan diagnosis yang serupa harus
diajar dengan cara yang sama.
Sekarang disadari bahwa walaupun pembelajaran akan dipengaruhi
oleh kecacatan, tetapi ada faktor-faktor lain yang lebih penting. Faktor-faktor
tersebut dapat terletak dalam pengalaman tergantung pada: 1) Lingkungan, termasuk sikap terhadap anak-anak pada umumnya dan
terhadap anak tertentu karena: a) Lingkungan yang tidak responsif dan kurang stimulasi b) Pemahaman atau kesalahpahaman guru akan proses
pembelajaran. c) Isi, pendekatan pengajaran dan materi pembelajaran d) Faktor-faktor lingkungan umum yang berkaitan dengan kondisi
sosial, ekonomi dan politik di masa lalu dan sekarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2) Faktor-faktor dalam diri anak termasuk: a) Keingintahuan b) Motivasi c) Inisiatif, interaksi dan komunikasi d) Kompetensi sosial e) Kreatifitas f) Temperamen g) Dorongan untuk belajar dan gaya belajar h) Kemampuan
3) Hakikat dan tingkat kecacatan kecacatan, jika ini merupakan bagian dari gambaran tentang anak itu. (Miriam Donath Skjorten, 2004: 23).
Dari poin-poin di atas dapat dilihat bahwa kesulitan belajar dapat
terjadi juga ketika tidak ada kecacatan terlibat di sana. Juga dapat dilihat
kompleksitas dan multiplisitas kondisi pembelajaran. Diharapkan dengan
mempertimbangkan semua faktor ini akan meningkatkan pemahaman tentang
keunikan setiap individu. Apa yang harus diingat adalah bahwa menghadapi
keunikan dapat menjadi tantangan yang besar dalam sebuah kelas dan
khususnya dalam kelas yang besar.
Konsep kesulitan belajar menarik perhatian pada kesulitan dan
tantangan yang dapat muncul di setiap kelas, kesulitan-kesulitan yang dapat
dihadapi oleh semua anak. Namun, konsep ini juga membantu menyadarkan
besarnya implikasi dari kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor sensori,
motorik, kognitif, emosional dan lingkungan.
2. Tinjauan tentang Kartu Huruf
a. Pengertian Media Pembelajaran
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media pembelajaran. Dari
berbagai literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:
Pengertian media menurut Sri Anitah (2010: 4) adalah sebagai berikut:
kata media berasal dari bahasa Latin medium adalah sesuatu yang terletak di
tengah (antara dua kutub atau antara dua pihak); atau suatu alat. Banyak
batasan yang diberikan oleh para ahli tentang media menurut Association for
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Educational Communications Technology (AECT) di Amerika yang dikutip
oleh Azhar Arsyad (2002: 3) media pendidikan ialah segala bentuk saluran
yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Sementara itu
Gagne (dalam Arief S. Sadiman, dkk, 2009: 6): media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan, media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran
terjadi dan berlangsung lebih efisien.
Media merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan atau
pembelajaran. Komponen sistem pembelajaran ini, dan media pembelajaran
memegang peran penting. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada
diri peserta didik.
Media bukan sekedar alat bantu, tetapi lebih merupakan bagian integral
dalam proses belajar mengajar. Kehadiran media pembelajaran ini merupakan
suatu keharusan dan menuntut para guru untuk merancang sistem instruksional
yang terpadu. Guru dan media secara bersama-sama membagi tanggung jawab
dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Guru tetap sebagai pengelola,
motivator dan tutor; sedangkan media sebagai penyaji materi (bahan) ajar.
Dengan demikian guru dapat menggunakan waktunya secara lebih efisien dan
beban tugas dapat dikurangi, produktivitas pengajaran lebih tinggi.
Media pembelajaran sangat diperlukan bila media tersebut dapat
membantu guru dalam membangkitkan semangat untuk belajar, dengan
demikian media pembelajaran di samping berfungsi untuk memperjelas materi
yang diajarkan, media juga untuk memberikan motivasi dan mengkondisikan
konsentrasi dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Fungsi Media Pendidikan
Pembelajaran adalah proses komunikasi interaksi antara guru dan murid.
Proses komunikasi terdapat tiga bagian yang tidak dapat dilepaskan satu sama
lain yaitu pembawa pesan, penyampai pesan dan penerima pesan. Arief S.
Sadiman, dkk. (2009: 16-17) mengemukakan, secara umum media pendidikan
mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra seperti misalnya: a) Obyek terlalu besar bisa digantikan dengan realitas gambar,
film bingkai, film dan model. b) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film
bingkai, film dan gambar. c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu high
speed photography atau low speed photography. 3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi
dapat diatasi sikap pasif anak didik dalam hal ini media berguna untuk: a) Menimbulkan kegairahan belajar. b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan. c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya. 4) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum, dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana latar belakang guru dan siswa sangat berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan.
Dari uraian di atas media dapat membantu untuk mengatasi berbagai
macam hambatan diantaranya mengurangi sifat verbalisme mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan tipe belajar murid karena kelemahan di salah
satu indra, mengatasi sifat anak pasif menjadi aktif, membantu mengatasi
kesulitan guru dalam memberikan pelayanan belajar kepada murid serta
memperingan beban guru.
Oemar Hamalik (2000: 19), menyebutkan bahwa banyak manfaat yang
diperoleh jika menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar, namun
secara umum media pembelajaran memiliki fungsi seperti berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistik, artinya hanya berbentuk kata-kata tertulis atau lisan.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya objek yang besar diganti gambar, objek yang terlalu kecil bisa diganti dengan proyektor mikro, film bingkai, gambar, sedang gerak yang lambat atau cepat bisa dibantu dengan time-lapse atau high-speed photography, tentang kejadian masa lalu dapat ditampilkan kembali lewat rekaman film, video, film bingkai, foto, kemudian objek yang terlalu kompleks bisa dibantu dengan modul, diagram, terakhir konsep yang sangat luas seperti gunung berapi, gempa bumi, iklim dan divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain sebagianya.
3) Menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi akan dapat diatasi sikap pasif anak didik atau siswa. Dalam situasi demikian media pembelajaran dapat menimbulkan kegairahan belajar dan memungkinkan terjadinya interaksi secara langsung antara anak didik dengan lingkungannya serta memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (2001: 2-3) media dapat
mempertinggi proses belajar siswa dalam gilirannya dapat mempertinggi hasil
belajar yang dicapai. Ada beberapa alasan di antaranya yang berkenaan dengan
manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai materi lebih baik.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi. 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan dan sebagainya.
Dari kenyataan yang demikian maka penggunaan media pembelajaran
diharapkan dapat membantu memecahkan masalah-masalah yang ada,
sehubungan media pembelajaran memiliki kemampuan memberi perangsang
yang sama, pengalaman yang sama, kemudian terakhir memberi persepsi yang
sama pula.
Dalam penelitian ini diharapkan media pembelajaran yang digunakan
dalam mengajar siswa dapat efektif artinya media tersebut akan lebih tepat
guna dan bermanfaat sesuai yang diharapkan dibandingkan dengan mengajar
tanpa menggunakan media. Dengan demikian kegunaan media antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik
(hafalan, dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengetahui keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.
3) Dengan menggunakan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sifat pasif anak didik sehingga siswa lebih bergairah.
4) Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh
karena itu membuat belajar lebih mantap. Dengan media penanaman
pengertian lebih jelas.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa media pendidikan sangat
besar manfaatnya dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran
sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.
c. Pengertian Kartu Huruf
Kartu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995:
448) adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang. Kartu adalah
kertas tebal yang berbentuk persegi panjang untuk berbagai macam
keperluan (Peter Salim dan Yenni Salim (1991: 425). Dari pendapat
tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa kartu adalah jenis kertas yang
berukuran tebal dan berbentuk persegi panjang dan dapat dipergunakan
untuk berbagai keperluan.
Huruf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995:
362) adalah tanda aksara atau tata tulis yang merupakan abjad yang
melambangkan bunyi bahasa atau aksara. Dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia (WJS. Poerwadarminta, 1996: 527), huruf adalah unsur abjad
yang melambangkan bunyi. Jadi dapat penulis simpulkan huruf adalah tanda
aksara atau abjad yang melambangkan bunyi bahasa tertentu menurut model
dan bentuknya.
Dari pengertian tentang kartu dan huruf di atas maka dapat penulis
simpulkan bahwa kartu huruf adalah jenis kertas yang berukuran tebal dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
berbentuk persegi panjang yang ditulisi atau ditandai dengan unsur abjad
atau huruf tertentu yang melambangkan bunyi bahasa tertentu. Kartu huruf
merupakan suatu alat peraga yang praktis dan menarik bagi kalangan anak
anak khususnya anak tunagrahita yang sangat membutuhkan rangsangan
untuk memicu kemampuan belajar khususnya kemampuan membaca
permulaan.
d. Jenis-jenis Kartu
Kartu yang digunakan dalam pembelajaran terdiri dari berbagai jenis.
Penulis mencoba menggunakan alat peraga kartu kata dan kartu bergambar
untuk pengembangan kemampuan membaca bagi anak berkesulitan
belajar. Dengan kartu huruf merupakan suatu alat peraga yang praktis
dan menarik bagi anak-anak khususnya anak yang berkesulitan belajar
yang sangat membutuhkan rangsangan untuk memacu kemampuan belajar
anak khususnya kemampuan membaca.
Menurut Thachir A. Malik (1995: 2) Di dalam pelajaran Bahasa
Indonesia terdapat beberapa jenis kartu kata yang digunakan sebagai alat
peraga dalam membantu siswa membaca antara lain berupa kartu huruf,
kartu suku kata, kartu kata, dan kartu gambar.
Berikut jenis-jenis kartu yang digunakan sebagai alat peraga dalam
membantu siswa dalam bukunya Pandai Membaca dan Menulis oleh Thachir
A. Malik (1995: 3) sebagai berikut:
1) kartu huruf
2) kartu suku kata
3) kartu kata
4) kartu tembus pandang
5) karton.
Dari berbagai macam kartu di atas, penulis mencoba menggunakan
alat peraga kartu huruf untuk pengembangan kemampuan membaca bagi
anak yang berkesulitan belajar membaca. Kartu huruf terdiri dari unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
abjad yang dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca
dengan cara penggunaannya bisa dengan diadakan permainan antara anak
didik dengan guru. Selain itu bisa juga bisa digunakan permainan antar
sesama anak didik. Dengan kartu huruf ada kemungkinan anak-anak tertarik
oleh adanya huruf-huruf yang berwarna-warni sehingga merespon anak
untuk bisa menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf tertentu.
e. Hubungan Pengguna Kartu Huruf dengan Anak Berkesulitan Belajar
Membaca
Kartu huruf merupakan suatu alat peraga praktis dan menarik bagi
kalangan anak-anak khususnya anak yang berkesulitan belajar membaca
yang sangat membutuhkan rangsangan untuk memicu kemampuan
membaca. Glenn Doman (1991: 154) menyatakan bahwa dalam mengajari
anak membaca semua metode mempunyai tiga persamaan penting yang
perlu diperhatikan adalah:
1) Setiap metode yang digunakan untuk mengajar anak kecil membaca
selalu berhasil.
2) Setiap metode menggunakan huruf dengan ukuran besar.
3) Setiap metode menekankan perlunya merasakan dan memperhatikan
kegembiraan dalam proses membaca.
Huruf yang digunakan dalam pelajaran membaca permulaan terdiri
atas 26 huruf yang terbagi 5 huruf vokal dan 21 huruf konsonan.
Berikut adalah huruf (abjad) yang dipakai dalam pelajaran Bahasa
Indonesia dalam bukunya Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia oleh Tarigan,
H.G. (1994: 12).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Huruf Nama
Aa
Bb
Cc
Dd
Ee
Ff
Gg
Hh
Ii
Jj
Kk
Ll
Mm
Nn
Oo
Pp
Rr
Ss
Tt
Uu
Vv
Ww
Xx
Yy
Zz
Aa
Be
Ce
De
Ee
Ef
Ge
Ha
Ii
Je
Ka
El
Em
En
Oo
Pe
Qi
Er
Es
Te
Uu
Ve
We
Ex
Ye
Zet
Dari beberapa uraian tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa
kartu huruf sangat diperlukan bagi anak yang berkesulitan membaca pada masa
awal sekolah dimana masih memerlukan kekongkritan dan rangsangan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
stimulus dalam belajar membaca permulaan. Dengan alat peraga kartu huruf
ini anak yang berkesulitan belajar membaca yang mengalami hambatan dalam
aspek kognitif akan dapat memahami apa yang ada dalam setiap kartu huruf
sehingga anak berkesulitan belajar membaca lebih mudah mencerna huruf
maupun kosa kata yang ada pada setiap huruf-huruf itu.
3. Peranan Guru Anak Berkesulitan Belajar
Guru memiliki peranan yang sangat penting untuk mencerdaskan generasi yang akan datang untuk kemajuan bangsa. Dalam mengajar guru diwajibkan memiliki kritreria tertentu sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Menurut Munawir Yusuf (2002 : 12): Guru khusus untuk anak dengan berproblema belajar sebaiknya memperoleh pendidikan khusus dalam bidang tersebut pada jurusan atau program studi pendidikan luar biasa di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (FKIP). Guru-guru di sekolah reguler seyogyanya mendapatkan pelatihan khusus untuk dapat mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di kelas dan membantu anak dengan problema belajar. Kerja sama antara guru PLB dan guru kelas reguler sangat penting.
Terkait dengan peranan guru anak berkebutuhan khusus di sekolah menurut Munawir Yusuf (2002: 13) menyebutkan ada sembilan peranan, yaitu: a. Menyusun rancangan program identifikasi, asesmen dan pembelajaran anak
berkesulitan belajar. b. Berpartisipasi dalam penjaringan, asesmen dan evaluasi anak berkesulitan
belajar. c. Berkonsultasi dengan para ahli yang terkait (psikolog, dokter) dan
menginterpretasikan laporan para ahli tersebut. d. Menyelenggarakan tes, baik tes formal maupun tes informal. e. Berpartisipasi dalam penyusunan program pendidikan individual. f. Melaksanakan program pendidikan individual. g. Menyelengarakan pertemuan dan wawancara dengan orang tua. h. Bekerja sama dengan guru reguler atau guru kelas untuk memahami anak dan
menyediakan pembelajaran yang efektif, dan i. Membantu anak dalam mengembangkan pemahaman diri dan memperoleh
harapan untuk berhasil serta keyakinan kesanggupan mengatasi kesulitan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Ada dua kompetensi yang harus di kuasai oleh guru bagi anak berkesulitan
belajar, ialah: (l) kompetensi teknis dan (2) kompetensi konsultasi kolaboratif.
Kompetensi teknis mencakup:
1. Memahami berbagai teori tentang kesulitan belajar.
2. Memahami berbagai tes yang terkait dengan kesulitan belajar.
3. Terampil dalam melaksanakan asesmen dan evaluasi,dan
4. Terampil dalam mengajarkan bahasa ujaran (lisan), bahasa tulis, membaca,
berhitung, mengelola perilaku, dan terampil dalam memberikan pelajaran
prevoksional dan vokasional.
Kompetensi konsultasi koluboratif mencakup :
Kemampuan untuk menjamin hubungan kerja sama dengan semua orang
yang terkait dengan upaya memberikan bantuan kepada anak berkesulitan belajar.
Orang-orang yang terkait dengan upaya memberikan bantuan kepada anak
tersebut adalah guru kelas, kepala sekolah, tim ahli (dokter psikolog, konselor dan
sebagainya), dan orang tua.
Guru kelas sering tidak memperoleh latihan dibidang ini dan tidak
dipersiapkan untuk mengajar anak berkesulitan belajar, mereka sering takut
terhadap tanggung jawab dan enggan menerima tugas tambahan untuk membantu
anak berkesulitan belajar. Padahal, tujuan pembelajaran yang dirancang untuk
anak hanya dapat dicapai jika semua orang yang terlibat dalam memberikan
bantuan kepada anak berfungsi secara terpadu. Oleh karena itu, diperlukan adanya
konsultasi kolaboratif yang dapat meningkatkan kerja sama antar orang-orang
yang terlibat dalam upaya memberikan bantuan kepada anak dengan problema
belajar disekolah-sekolah reguler khususnya di sekolah dasar.
4. Tinjauan Kesulitan Belajar Membaca
a. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki banyak makna dan terdapat penjelasan darti beberapa
literatur mengenai arti bahasa Indonesia.
Pengertian bahasa menurut Owens yang dikutip Mulyono
Abdurrahman (2003: 183): Bahasa merupakan kode atau sistem kovensional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
yang disepakati secara sosial untuk menyajikan berbagai pengertian melalui
penggunaan simbol-simbol sembarang (arbitrary sysmbols) dan tersusun
berdasarkan aturan yang telah ditentukan. Menurut Maman S. Mahayana
(2008: 2), bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang dipergunakan
oleh anggota kelompok sosial untuk berkomunikasi, mengidentifikasikan diri,
bekerja sama, dan melakukan kontrol sosiol.
Dari beberapa pengertian bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa
bahasa adalah kode atau sistem kovensional yang disepakati secara sosial
untuk menyajikan berbagai pengertian melalui penggunaan simbol-simbol
sembarang (arbitrary sysmbols) dan tersusun berdasarkan aturan yang telah
ditentukan untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi
yang diharapkan (rasional).
b. Pengertian Membaca
Membaca memiliki beberapa pengertian menurut beberapa literatur.
Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan yang berkaitan dengan
membaca.
Menurut Dechant yang dikutip Darmiyati Zuhdi (2007:21), membaca
adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud
penulis. Lebih lanjut Smith mendefinisikan membaca sebagai proses
komunikasi yang berupa pemperolehan informasi dari penulis oleh pembaca
(Darmiyati Zuhdi, 2007:21). Menutur Farida Rahim (2007:2), membaca
adalah proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata
lisan.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
adalah proses komunikasi menerjemahkan simbol tulisan (huruf) dalam
pemberian makna terhadap tulisan untuk memperoleh informasi, sesuai dengan
maksud penulis ke dalam kata-kata lisan.
c. Materi Membaca
Membaca terdiri dari beberapa materi, tergantung dari tingkatan kelas
yang diajarkan. Menurut Sunardi (1997: 3), materi membaca meliputi
keterampilan membaca teknis dan membaca pemahaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1) Membaca Teknis
Membaca teknis adalah proses decoding atau mengubah simbol-
simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi atau yang
sejenisnya. Proses ini juga sering disebut pengenalan kata. Dalam proses
membaca teknis, ada beberapa keterampilan yang dipersyaratkan.
Keterampilan pertama disebut konfigurasi, yaitu pengenalan secara
grobal bentuk huruf atau kata. Misalnya, kata buku lebih panjang dari kata
aku. Kata Ani bermula dengan huruf besar. Tinggi huruf l adalah dua kali
tinggi huruf u.
Keterampilan kedua disebut analisis konteks, yaitu memanfaatkan
kata-kata petunjuk lain di sekitarnya untuk menerka makna suatu kata.
Analisis konteks ini bersifat struktual, artinya memanfaatkan pengetahuan
tata bahasa atau bersifat semantik. Misalnya, pada waktu anak membaca
kalimat Ani pergi ke sekolah naik kodo. Kata kodo sebenarnya tidak ada.
Tetapi dengan memasukkan dalam konek, anak dapat menerka bahwa kodo
adalah sejenis kendaraan. Konteks yang diberikan kepada anak untuk
membantunya membaca dapat dilakukan melalui gambar kendaraan.
Keterampilan ketiga adalah penguasaan kosakata pandang (sight
vocabulary), yaitu kata-kata yang dapat dibaca dengan mudah oleh anak
tanpa dipikir lagi. Kosakata pandang adalah kata-kata yang sangat sering
dibaca atau ditemui oleh anak sehingga tanpa berpikir pun mereka dapat
membacanya. Untuk membantu anak yang berkesulitan membaca, guru
dapat menyusun daftar kosakata pandang. Misalnya, daftar100 kosakata
pandang, diurutkan berdasarkan frekuensi penggunaan dalam kehidupan
sehari-hari. Kata-kata ini dapat ditulis pada kertas besar dan digantung di
dinding kelas, sehingga anak akan membacanya setiap saat.
Keterampilan keempat disebut analisis fonik, yaitu memahami
kaitan huruf dan bunyi pada kata. Keterampilan ini meliputi pengetahuan
tentang semua konsonan, vokal, konsonan ganda, bunyi hidup, bunyi mati,
bunyi sempurna, dan sebagainya. Misalnya, anak perlu memahami bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
huruf a melambangkan bunyi /a/, huruf ng menghasilkan bunyi eng, suara
/b/ pada kata bapak diucapkan berbeda dengan huruf /b/ pada kata sabtu,
huruf o pada kata toko dan tolong diucapkan berbeda, dan sebagainya.
Keterampilan kelima disebut analisis struktural, yaitu pemahaman
atas struktur bahasa. Termasuk di sini misalnya pengertian bahwa suku kata
terdiri dari vokal dan konsonan, berbagai imbuhan kata dan maknanya,
tanda baca, jenis kata, kata majemuk, dan sebagainya. Misalnya pada waktu
membaca pada kata membaca, anak harus memahami bahwa kata ini
berasal dari kata baca mendapat awalan me- yang menunjukkan kegiatan
aktif.
Secara lebih operasional, proses membaca teknis atau pengenalan
kata menuntut kemampuan sebagai berikut.
b) Mengenal huruf kecil dan besar pada alfabet
c) Mengucapkan bunyi (bukan nama) huruf, terdiri dari
1) konsonan tunggal (b, d, h, k, ...)
2) vokal (a, i, u, e, ...)
3) konsonan ganda (kr, gr, tr, ...)
4) diftong (ai, au, oi, ...)
d) Menggabungkan bunyi membentuk kata ( s a y a, i b u)
e) Variasi bunyi (/u/ pada kata pukulp, /o/ pada toko dan pohon)
f) Menerka kata menggunakan konteks
g) Menggunakan analisis struktural untuk identifikasi kata (kata ulang, kata
majemuk, imbuhan)
2) Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman meliputi beberapa komponen juga.
Komponen pertama adalah pengembangan kosakata. Penguasaan
kosakata sangat penting dalam memahami kata-kata yang dipakai oleh
penulis. Beberapa kegiatan dapat dilakukan dalam pengembangan kosakata.
Misalnya, memberikan pengalaman yang bermakna (menyediakan buku-
buku, memperkenalkan dengan orang atau lingkungan baru),
pengembangan kosakata melalui konteks, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Komponen kedua disebut pemahaman literal, yaitu memahami dan
mengingat informasi secara tersurat pada wacana. Keterampilan yang
diperlukan pada pemahaman literal meliputi mencari pokok pikiran bacaan,
beberapa informasi rinci yang penting, urutan kejadian, dan menjawab
pertanyaan bacaan. Misalnya, dari kalimat, Ani murid kelas I. Ia anak
rajin. Setiap hari ia membantu ibu, anak harus mengerti murid kelas berapa
Ani, apa yang dikerjakan setiap hari, dan pokok pikiran bahwa Ani anak
yang baik.
Komponen ketiga disebut pemahaman inferensial, menarik
kesimpulan dari informasi yang tersurat berdasarkan intuisi dan
pengalamannya. Istilah yang juga dikenal adalah pemahaman tersirat.
Beberapa aktivitas membaca misalnya mencari hubungan sebab akibat,
mengantisipasi lanjutan cerita. Dari tiga kalimat di atas, anak seharusnya
mampu menerka kegiatan Ani setiap pagi, apa yang dilakukannya jika suatu
hari sakit dan tidak masuk sekolah.
Komponen keempat adalah membaca kritis atau evaluatif, yaitu
memberikan penilaian materi wacana berdasarkan pengalaman,
pengetahuan, dan kriterianya sendiri. Penilaian yang dimaksudkan meliputi
kecermatan, akseptebilitas (dapat diterima), harga, dan kemungkinan
terjadi, apakah fantasi atau kenyataan, apakah fakta atau opini, dan apakah
kemampuan menulis pertanyaan seperti, Bagaimana pendapatmu tentang
wacana yang kau baca? dapat diberikan kepada anak.
Komponen terakhir adalah apresiasi, menyangkut kepekaan emosi
dan estetik (seni) anak atas materi wacana. Untuk dapat mengapresiasi isi
wacana, anak harus dilatih menempatkan dirinya sebagai pelaku dalam
kejadian yang ditulis pada wacana secara verbal mengekspresikan emosi
dan perasaannya.
Secara lebih operasional, membaca pemahaman menuntut
kemampuan berikut.
a) Mengingat pokok pikiran wacana tertulis
b) Mengingat urutan kejadian atau pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c) Menjari jawaban atas pertanyaan rinci isi wacana tertulis
d) Mengikuti petunjuk tertulis
e) Mencari hubungan sebab akibat
f) Mencari kesimpulan berdasarkan wacana tertulis
g) Mengetahui kejanggalan isi wacana
h) Mengenal materi faktual dan fiktif
i) Memanfaatkan daftar isi dan indeks buku
j) Membaca tabel, diagram, peta
k) Memanfaatkan berbagai makna dari suatu kata.
d. Pengertian tentang Kesulitan Belajar Membaca
Kesulitan belajar membaca yang terjadi pada anak biasanya bersamaan
dengan kesulitan belajar pada materi yang lain. Menurut The National Joint
Committee For Learning Desability (NJCLD) yang dikutip Munawir Yusuf
(1997:6):
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengar, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika.
Kesulitan belajar membaca sering disebut juga diseksi (dyslexia).
Perkataan disleksia berasal dari bahasa Yunani yang berarti kesulitan
membaca (Mulyono Abdurrahman, 2003: 204). Menurut Mercer yang dikutip
Mulyono Abdurrahman (2003: 204), bahwa disleksia sebagai suatu sindroma
kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat,
mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar
segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa.
Ada dua tipe disleksia, ialah disleksia auditoris dan disleksia visual
(Munawir Yusuf, 1997: 14) dengan gejala-gejala sebagai berikut:
Gejala disleksia auditoris adalah :
1) Kesulitan dalam diskriminasi auditoris dan presepsi sehingga mengalami
kesulitan dalam analisis fonetik.
2) Kesulitan analisis dan sintesis auditoris. Gangguan ini dapat menyebabkan
kesulitan membaca dan mengeja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3) Kesulitan re-auditoris bunyi atau kata. Bila diberi huruf tidak dapat
mengingat bunyi huruf atau kata tersebut, atau kalau melihat kata tidak
dapat mengungkapkannya walaupun mengerti arti kata tersebut.
4) Membaca dalam hati lebih baik dari membaca lisan.
5) Kadang-kadang disertai dengan gangguan auditoris.
6) Anak cenderung melakukan aktivitas visual.
Gejala diseleksia visual adalah:
1) Tendensi terbalik
2) Kesulitan diskriminasi, mengacaukan huruf atau kata yang mirip
3) Kesulitan mengikuti dan mengingat urutan visual. Bila diberi huruf cetak
atau menyusun kata mengalami kesulitan. Misal kata ibu menjadi ubi atau
iub
4) Memori visual terganggu
5) Kecepatan persepsi lambat
6) Kesulitan analisis dan sintesis visual
7) Hasil tes membaca buruk
8) Biasanya lebih baik dalam kemampuan aktivitas auditorik.
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 206), anak-anak berkesulitan
belajar membaca permulaan mengalami berbagai kesalahan dalam membaca
sebagai berikut:
1) Penghilangan kata atau huruf
2) Penyelipan kata
3) Penggantian kata
4) Pengucapan kata salah dan makna berbeda
5) Pengucapan kata salah tetapi makna sama
6) Pengucapan makna salah dan tidak bermakna
7) Pengucapan kata dengan bantuan guru
8) Pengulangan
9) Pembalikan kata
10) Pembalikan huruf
11) Kurang memperhatikan tanda baca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
12) Pembetulan sendiri
13) Ragu-ragu dan
14) Tersendat-sendat.
Berdasarkan pengertian kesulitan belajar dan membaca di atas maka
dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar membaca adalah suatu keadaan
yang menunjukkan bahwa dalam aktifitas auditif dan visual untuk memperoleh
makna dari simbol berupa huruf dan kata atau melihat serta memahami isi dari
apa yang tertulis (dengan melesankan atau hanya dalam hati) siswa mengalami
kesulitan. Sebagai akibatnya adalah siswa kesulitan mencapai hasil belajar
membaca atau tujuan pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
e. Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar membaca
Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam
membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat sangat
rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan yang jelas sering
kali tidak menciptakan motivasi dan meningkatkan minat baca, walaupun
sedikit, kehadirannya sangat berarti.
Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasaan), minat, motivasi, dan kumpulan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca), sedangkan faktor dari luar diri pembaca salah satunya adalah faktor kesiapan guru dalam pembelajaran (Johnson dan Pearson dalam Darmiyati Zuhdi, 2007:23-24).
Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis uraikan tersebut di
atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa Indonesia menangani
permasalahan dalam pengajaran membaca. Pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks
dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca.
Mengenai berbagai faktor penentuan kemampuan membaca, menurut
Yap yang dikutip Darmiyati Zuchdi (2007:25), bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya, maksudnya adalah kemampuan membaca seseorang itu sangat dipengaruhi oleh jumlah waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas membaca. Semakin bayak waktu membaca setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinya atau semakin mudah memahami bacaan.
Menurut Zaenal Alimin (2008: 44), kemampuan membaca dapat
dipengaruh oleh beberapa faktor sebagai berikut:
Membaca permulaan merupakan keterampilan memahami symbol bahasa atau tanda-tanda baca. Cepat lambatnya pemahaman terhadap symbol atau tanda-tanda baca tadi akan banyak bergantung pada metode yang digunakan. Namun demikian keterampilan itu biasanya mencakup sekurang-kurangnya pada empat aspek yaitu; a) mengenal huruf (Latter indintification), b) peleburan bunyi ( Sound blanding), c) membaca kata (Word Attack), dan d) membaca kalimat (Understanding). Membaca permulaan pada dasarnya merupakan suatu proses di dalam membunyikan simbol bahasa, apakah itu huruf, suku-kata, kata atau kalimat. Kesadaran akan lambang bahasa tadi dengan bunyi dari lambang yang dibaca memiliki kaitan yang sangat erat dalam membaca permulaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan kemampuan membaca baik itu faktor instrinsik
maupun faktor ekstrinsik. Bagi anak tunagrahita faktor instrinsik berupa
kemampuan psikologis antara lain tingkat intelegensi yang rendah,
kemampuan koordinasi motorik lambat, bicara lambat dan daya ingat yang
rendah perlu diperhatikan dengan merangsang kemampuannya berupa
stimulus dari luar.
f. Asesmen kesulitan membaca
Menurut Sunardi (1997: 11) Asesmen informal yang dapat digunakan
mengukur kemampuan prestasi belajar membaca ada lima, yaitu: observasi
guru, daftar kata bergradasi, inventori membaca informal, prosedur Cloze dan
tes berdasarkan kurikulum.
Penjelasan dari lima asesmen informal prestasi belajar membaca adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
1) Observasi guru
Observasi pengumpulan informasi harian secara teliti yang
dilakukan oleh guru terhadap siswa berkesulitan belajar membaca baik
dalam pembelajaran membaca, membaca bersuara, mengerjakan tugas di
kelas, mengerjakan ulangan harian, dan kegiatan rekreatif.
2) Daftar kata bergradasi
Daftar kata bergradasi adalah susunan kata secara teratur mulai dari
yang mudah dibaca sampai ke yang sulit dibaca.
3) Inventori Membaca Informal
Infentori membaca informal adalah beberapa bacaan informal yang
masing-masing terdiri dari 50 kata sampai 200 kata yang diurutkan dari
materi yang paling rendah (mudah) ke materi yang lebih tinggi (sulit).
Materi tersebut belum pernah dibaca siswa.
4) Prosedur Cloze
Prosedur cloze adalah bacaan informal yang terdiri dari lebih kurang
250 kata. Kalimat pertama dan terakhir dibiarkan utuh. Mulai kalimat
kedua, ada beberapa kata yang dihilangkan. Siswa diminta untuk
melengkapi kata yang hilang tersebut.
5) Tes berdasarkan kurikulum
Tes berdasarkan kurikulum adalah suatu ulangan yang bertujuan
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran khusus setiap pokok
bahasan.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas maka kerangka
berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bahwa anak yang berkesulitan belajar kemampuan dalam membaca sangat
rendah. Untuk meningkatkan kemampuan membaca anak tersebut diperlukan cara
yang tepat dan sesuai. Media kartu huruf merupakan salah satu media untuk
memotivasi minat belajar membaca anak berkesulitan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Sehubungan dengan hal tersebut diduga pembelajaran dengan
menggunakan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca pada
anak berkesulitan belajar Bahasa Indonesia pada SDN 04 Bejen Karanganyar.
Secara sederhana bagan kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan
dalam bentuk bagan sebagai berikut:
uru
Bagan 2.1. Kerangka Pemikiran
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Melalui penggunaan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan
membaca bagi anak yang berkesulitan belajar Bahasa Indonesia pada kelas II SD
Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Kemampuan membaca ABK SDN 04 Bejen
sebelum menggunakan media kartu huruf rendah
Guru menggunakan media kartu huruf
kemampuan membaca anak yang berkesulitan
belajar Bahasa Indonesia meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting dan Waktu Penelitian
Penelitian ini memilih setting di kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten
Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. Pemilihan setting ini dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. SD Negeri 04 Bejen Karanganyar merupakan sekolah yang melayani
pendidikan untuk inklusi.
2. Sekolah ini mengharapkan adanya upaya memaksimalkan kemampuan
kognitif peningkatan prestasi belajar ABK.
3. Penelitian mengenai penggunaan media kartu huruf untuk meningkatkan
kemampuan membaca belum banyak dilakukan.
Perlakuan dilaksanakan di ruang khusus tapi masih di lingkungan sekolah
untuk menjaga situasi pembelajaran tetap alami seperti pelajaran sehari-hari.
Penelitian ini dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian.
Bulan Minggu Juni Juli Agustus September Oktober No. U r a i a n
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pembuatan Proposal
2 Perijinan penulisan sripsi dan penulisan Bab I-III
3 Persetujuan Bab I-III
4 Perijinan Penelitian
5 Pelaksanaan Penelitian
6 Penulisan Bab IV-V
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
B. Subyek Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas diperlukan subyek penelitian yang
menjadi sumber data yang diamati oleh peneliti. Subyek penelitian menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 89) adalah keadaan atau orang, variabel melekat yang
dipermasalahkan. Penentuan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive yaitu, subyek dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu
dan juga dengan tujuan tertentu. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan
dalam penentuan subyek adalah sebagai berikut:
1. Subyek adalah anak berkebutuhan khusus dengan kondisi kesulitan dalam
belajar di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar kelas II.
2. Subyek masih dalam tahap awal belajar.
3. Subyek mengalami kesulitan dalam bidang membaca-menulis.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, diperoleh 5 orang anak sebagai
subyek penelitian yang terdiri dari 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.
C. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang berupa data kesulitan belajar membaca.
Sumber data kesuitan belajar siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten
Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 pada penelitian ini dari informan, arsip
atau dokumen dan tempat dan peristiwa. Informan yang dimaksud adalah dari
wali kelas tentang anak berkebutuhan khusus. Baik itu tentang data diri anak
maupun tentang prestasi mereka. Arsip dan dokumen digunakan untuk
mengetahui daftar anak dan progres atau kemajuan anak. Tempat dan peristiwa
berupa kegiatan belajar dan bermain anak.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini
merupakan sesuatu yang paling mendasar guna keberhasilan suatu penelitian
dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Penelitian, di samping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu
memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan
alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif.
Di bawah ini akan diuraikan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian
sebagai cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara
terencana dan sistematis untuk pemecahan masalah.
Berorientasi pada judul penelitian maka metode yang akan penulis
gunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dengan metode observasi,
dokumentasi, dan tes.
1. Observasi
a. Pengertian Observasi
Observasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu
dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari
beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis
maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Suharsimi
Arikunto, 2006: 229). Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah
kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi
adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal
fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan
untuk memotret seberapa jauh efek tindaka
Recommended