View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
KARYA TULIS ILMIAH
UJI KESADAHAN AIR CUBANG DI PULAU NUSA PENIDA
KABUPATEN KLUNGKUNG
Oleh:
DEWA AYU YUNI KARTIKA PUTRI
NIM. P07134016 015
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
DENPASAR
2019
ii
KARYA TULIS ILMIAH
UJI KESADAHAN AIR CUBANG DI PULAU NUSA PENIDA
KABUPATEN KLUNGKUNG
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Denpasar
Oleh:
DEWA AYU YUNI KARTIKA PUTRI
NIM. P07134016015
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
DENPASAR
2019
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini dipersembahkan untuk keluarga tercinta yang tiada pernah
lelah memberikan doa dan semangat…
Untuk yang terkasih yang selalu memberi dukungan, semangat dan ada disaat suka
maupun duka, selalu menjadi sandaran dikala aku bingung dan kesabaran yang
tiada pernah hentinya... Terimakasih Sayang
Terimakasih kepada dosen pembimbing yaitu ibu I Gusti Ayu Sri Dhyanaputri,
S.KM.,M.PH dan bapak I Wayan Karta, S.Pd.,M.Si yang selalu memberikan
arahan demi terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik…
Untuk sahabat Apriliawati, Adenandani, Intan Visva, Deknik Budhiartini, Ditha
Hendrika dan Putri Kristina terimakasih semangat dan dukungan yang tiada
hentinya…
Untuk keluarga besar organisasi BEM periode 2017/2018 terimakasih selalu
mendoakan kesuksesan ku serta yang selalu menjadi sandaran disaat kebingungan
dan selalu mewarnai masa kuliahku…
Dan keluarga jak16
Yang telah memberikan banyak warna dalam masa kuliah ini…
iv
RIWAYAT PENULIS
Penulis bernama Dewa Ayu Yuni Kartika Putri
lahir di Klungkung pada tanggal 25 Juni 1998. Penulis
merupakan putri ke-3 dari 3 bersaudara, dari pasangan
I Dewa Gede Bambang (ayah) dan Desak Made
Puspawati (ibu).
Penulis memulai pendidikan dari Taman
Kanak-kanak pada tahun 2005 di TK Dharma Surya
Bhudita Tusan, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar di SDN
2 Tusan pada tahun 2006-2011. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Banjarangkan pada tahun 2011-2013.
Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 1 Semarapura dan lulus pada tahun 2016.
Penulis melanjutkan jenjang pendidikan D-III Jurusan Analis Kesehatan di
Poltekkes Denpasar pada tahun 2016.
v
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
UJI KESADAHAN AIR CUBANG DI PULAU NUSA PENIDA
KABUPATEN KLUNGKUNG
TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN
Pembimbing Utama:
I Gusti Ayu Sri Dhyanaputri, S.KM., M.PH.
NIP. 19720901 199803 2 003
Pembimbing Pendamping:
I Wayan Karta, S.Pd., M.Si.
NIP. 19860309 201402 1 003
MENGETAHUI:
KETUA JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
Cokorda Dewi Widhya Hana Sundari, S.KM., M.Si
NIP. 19690621 199203 2 004
vi
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL :
UJI KESADAHAN AIR CUBANG DI PULAU NUSA PENIDA
KABUPATEN KLUNGKUNG
TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI
PADA HARI : SELASA
TANGGAL : 28 MEI 2019
TIM PENGUJI :
1. I Wayan Merta, SKM., M.Si (Ketua) ………..
2. I Gusti Ayu Sri Dhyanaputri, SKM., MPH. (Anggota) …….…..
3. Cokorda Dewi Widhya Hana Sundari, SKM., M.Si (Anggota) …....…...
vii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dewa Ayu Yuni Kartika Putri
Jenis kelamin : Perempuan
NIM : P07134016015
Tempat/tanggal lahir : Klungkung, 25 Juni 1998
Alamat rumah : Dsn. Sema Agung, Ds. Tusan, Kec. Banjarangkan,
Klungkung
No. Telp. : 082145509650
Menyatakan bahwa saya sebagai Peneliti pada penelitian/artikel dengan judul :
Uji Kesadahan Air Cubang Di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung.
Adalah benar bahwa naskah (teks) dalam penelitian/artikel dengan judul diatas baik
keseluruhan dan/atau bagian didalamnya adalah asli (original). Penelitian dengan
judul diatas merupakan karya tulis ilmiah (KTI) yang merupakan tugas akhir untuk
menyelesaikan jenjang pendidikan D-III Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Denpasar.
Demi Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya serta penuh kesadaran tanpa
ada paksaan dari pihak manapun. Jika dikemudian hari ditemukan kesalahan dan/atau
pelanggaran atas penelitian/artikel diatas, saya bersedia untuk bertanggung jawab
sepenuhnya sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Denpasar, 28 Mei 2019
Dewa Ayu Yuni Kartika Putri
NIM: P07134016015
viii
DESCRIPTION OF HARDNESS TEST IN CUBANG WATER AT
NUSA PENIDA ISLAND OF KLUNGKUNG DISTRICT
ABSTRACT
Background: Water that contains lots of calcium and magnesium minerals is known
as hard water. Hardness test known as CaCO3 is a combination of calcium and
magnesium. Based on Peraturan Menteri Kesehatan No 907/Menkes/SK/VII/2002
maximum value of total hardness contained in water 500 mg/L CaCO3. High value of
hardness in water does not directly cause a disease, but hardness influence water
quality. High value of hardness indicated that the water had high mineral content and
if it consumed in long periods can interfere body health, cause urolithiasis disease and
cardiovascular disease. Purpose: This study aims to describe of cubang hardness test
value in cubang water at nusa penida island of klungkung district. This study is a
descriptive design. Method: Sample were taken by using simple random sampling
methods. From total population 150 cubang waters, 30 samples were taken randomly
and measured by Complexometry Titration method. Result:The result show that from
30 cubang water samples 10 samples (33%) get in very hard water category, 15
samples (50%) get in hard water category and 5 samples (17%) get in moderately
hard water category. Conclusion: It can be concluded that hardness value in cubang
water at nusa penida island of klungkung district the results of hardness test exceed
the maximum limit determined by Peraturan Menteri Kesehatan No
907/Menkes/SK/VII/2002 maximum value of total hardness contained in water 500
mg/L CaCO3.
Keyword : hardness, cubang, CaCO3
ix
UJI KESADAHAN AIR CUBANG DI PULAU NUSA PENIDA KABUPATEN
KLUNGKUNG
ABSTRAK
Latar Belakang: Air yang mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal
dengan air yang sadah. Uji kesadahanatau yang biasa disebut CaCO3 adalah adanya
kalsium dan magnesium di dalam air. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No
907/Menkes/SK/VII/2002kadar maksimum kesadahan pada air bersih yang
diperbolehkan adalah 500 mg/L CaCO3. Kesadahan yang tinggi dalam air tidak
secara langsung menyebabkan penyakit, tetapi kesadahan mempengaruhi kualitas air.
Nilai kesadahan yang tinggi menunjukkan bahwa air tersebut memiliki kandungan
mineral yang tinggi dan jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat
mengganggu kesehatan tubuh, menyebabkan penyakit batu ginjal dan penyakit
kardiovaskular. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kesadahan
aircubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung. Penelitian ini menggunakan
desain deskriptif. Metode: Sampel diambil dengan menggunakan metode simple
random sampling. Dari total populasi 150 cubang, 30 sampel diambil secara acak dan
diukur dengan metode Titrasi Kompleksometri. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 30 sampel air cubang, 10 sampel (33%) masuk dalam kategori sangat
sadah, 15 sampel (50%) masuk dalam kategori sadah dan 5 sampel (17%) masuk
dalam kategori menengah. Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa nilai kesadahan
dalam air cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung hasil uji kesadahan
melebihi batas maksimum yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No
907/Menkes/SK/VII/2002 nilai maksimum kesadahan yang diperbolehkan dalam air
bersih adalah 500 mg/L CaCO3.
Kata kunci: Kesadahan, cubang, CaCO3
x
RINGKASAN PENELITIAN
Uji Kesadahan Air Cubang Di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung
Oleh : Dewa Ayu Yuni Kartika Putri (NIM : P07134016015)
Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal
dengan air yang sadah. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air
Minum kadar maksimum kesadahan pada air bersih adalah 500 mg/L CaCO3. Kadar
kesadahan air yang melebihi 500 mg/L CaCO3dapat menyebabkan air berwarna
keruh. Penggunaan air yang sadah menyebabkan banyak kerugian. Di Pulau Nusa
Penida Kabupaten Klungkung, masyarakat banyak yang memanfaatkan air cubang
sebagai sumber air bersih disamping menggunakan PAM. Masyarakat membuat
cubang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti memasak, mencuci, mandi dan
untuk diminum. Dalam penggunaan air cubang, timbul keluhan oleh beberapa warga
tentang air cubang yang terasa licin dan sabun susah membusa apabila digunakan
untuk mencuci dengan air cubang. Keluhan-keluhan tersebut diduga disebabkan oleh
kesadahan air yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kesadahan pada air cubang
serta mengetahui cara pemeriharaan cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten
Klungkung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Teknik sampling
yang digunakan adalah simple random sampling, dari 150 populasi diambil secara
acak 30 sampel air cubang yang kemudian diperiksa kadar kesadahannya
menggunakan metode titrasi kompleksometri.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar sampel air cubang (33%)
termasuk dalam kategori sangat sadah (very hard), (50%) termasuk dalam kategori
sadah (hard), dan (17%) termasuk kategori menengah (moderately hard).
Secara keseluruhan rata-rata kadar kesadahan air cubang di Pulau Nusa
Penida Kabupaten Klungkung yaitu 281,375 mg/L CaCO3. Hasil ini terdapat 7
xi
sampel air cubang yang didapatkan hasilnya melewati batas maksimal yang
ditentukan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum dengan batas maksimal
kesadahan yaitu 500 mg/L CaCO3.
Daftar bacaan : 20 (tahun 2002-tahun 2017)
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) yang berjudul “Uji Kesadahan Air Cubang di Pulau Nusa Penida
Kabupaten Klungkung” dengan baik. Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini disusun untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan mata kuliah karya tulis ilmiah
di Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
Penyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat diselesaikan bukan hanya karena
usaha penulis sendiri melainkan berkat bantuan, dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, S.P., M.PH., selaku direktur Politeknik
Kesehatan Denpasar yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di
Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
2. Ibu Cokorda Dewi Widhya Hana Sundari, S.KM., M.Si., selaku Ketua Jurusan
Analis Kesehatan yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun Karya
Tulis Ilmiah (KTI) ini sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar.
3. Ibu I Gusti Ayu Sri Dhyanaputri, S.KM., M.PH., selaku pembimbing utama yang
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.
xiii
4. Bapak I Wayan Karta, S.Pd., M.Si., selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, petunjuk, koreksi dan saran dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan
Denpasar yang telah membantu dan membimbing selama penyusunan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) ini.
6. Orang tua, kakak dan seluruh keluarga yang telah memberi dorongan, motivasi
dan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.
7. Teman-teman mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar dan
semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini masih jauh dari
sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang
penulis miliki serta keterbatasan literatur yang terkait dengan penelitian ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dan sehingga dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Denpasar,28 Mei 2019
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ................................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................... iii
RIWAYAT PENULIS .......................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ........................................ v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...................................................... vii
ABSTRACK ........................................................................................................ viii
RINGKASAN PENELITIAN .................................................................................. x
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xx
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah Penelitian .......................................................................... 4
C. Tujuan .............................................................................................................. 4
D. Manfaat ........................................................................................................... 4
xv
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
A. Air .................................................................................................................... 6
1. Pengertian air ............................................................................................. 6
2. Karakteristik air ......................................................................................... 8
3. Air Angkasa ............................................................................................. 11
4. Siklus Hidrologi ....................................................................................... 13
5. Persyaratan Air Bersih ............................................................................. 15
6. Syarat-Syarat Air Minum ......................................................................... 19
7. Penampungan Air Hujan .......................................................................... 21
B. Kesadahan air .................................................................................................. 22
C. Penentuan Kesadahan .................................................................................... 27
D. Keuntungan dan Kerugian Air Sadah ............................................................ 28
BAB III. KERANGKA KONSEP ....................................................................... 29
A. Kerangka Konsep .......................................................................................... 29
B. Variabel dan Definisi Operasional ................................................................. 30
BAB IV. METODE PENELITIAN ...................................................................... 32
A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 32
C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 32
D. Alat dan Bahan ................................................................................................ 34
E. Prosedur ........................................................................................................ 34
F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 36
G. Pengolahan dan Analisis Data ...................................................................... 37
xvi
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 38
A. Hasil ................................................................................................................ 38
1. Kondisi nusa penida ................................................................................... 38
2. Keadaan lingkungan cubang ..................................................................... 39
3. Pemeliharaan cubang ................................................................................ 43
4. Hasil pemeriksaan uji kesadahan air cubang ............................................ 46
5. Kesadahan dibandingkan dengan standar ................................................. 47
B. Pembahasan ..................................................................................................... 47
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 56
A. Simpulan ......................................................................................................... 56
B. Saran ................................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Perairan .................................................................................. 25
Tabel 2. Definisi Operasional ............................................................................... 31
Tabel 3. Keadaan Cubang ..................................................................................... 39
Tabel 4. Bahan Penadah Air Hujan ....................................................................... 40
Tabel 5. Keadaan Saluran Cubang ........................................................................ 40
Tabel 6. Pipa Penguras Cubang ............................................................................ 41
Tabel 7. Saringan Air Hujan ................................................................................. 42
Tabel 8. pH Air Cubang ......................................................................................... 43
Tabel 9. Sabun Deterjen Sukar Berbusa ................................................................ 44
Tabel 10. Pembersihan Penadah ............................................................................ 45
Tabel 11. Cubang Dikuras ..................................................................................... 46
Tabel 12. Klasifikasi Air Cubang........................................................................... 46
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep ............................................................................... 29
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar Wawancara ........................................................................... 60
Lampiran 2. Lembar Observasi .............................................................................. 62
Lampiran 3. Data Hasil Uji Kesadahan Total ...................................................... 64
Lampiran 4. Data Wawancara ................................................................................ 67
Lampiran 5.Data Hasil Observasi .......................................................................... 70
Lampiran 6. Surat Ijin Rekomendasi Penelitian .................................................... 74
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian .................................................................... 78
xx
DAFTAR SINGKATAN
PAM : Perusahaan Air Minum
BPS : Badan Pusat Statistik
pH : potensial hidrogen
PHA : Penampungan Air Hujan
mEq/l : Milli-Equivalent per liter
ppm : part per million
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
mL : Milli Liter
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air adalah materi esensial yang merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan
manusia, sehingga jika kebutuhan air tersebut baik dalam segi kuantitas maupun
kualitas belum tercukupi dapat memberikan dampak yang besar terhadap kerawanan
kesehatan maupun sosial. Di Indonesia pelayanan air bersih untuk skala yang besar
masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM)
kota yang bersangkutan. Namun demikian secara nasional jumlahnya masih belum
mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil. Untuk daerah yang belum mendapatkan
pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air
sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya (Astuti, Siti, dan Sawlenitami,
2016).
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Air hujan
cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang
berlangsung di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan
gas misalnya, karbon dioksida, nitrogen dan amonia (Sumantri, 2015). Penurunan
kualitas air secara kimiawi dapat diketahui dengan penilaian ada atau tidaknya zat
yang keberadaannya tidak diizinkan dalam air bersih karena berbahaya bagi
kesehatan. Zat yang keberadaannya berlebihan tidak diizinkan dalam air bersih adalah
gas H2S, CO2 agresif, NO2, NO3, NH3. Senyawa ini dapat menimbulkan gangguan
kesehatan (Budiman & Suyono,2014).
2
Air yang layak digunakan, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni
persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu
kesatuan, sehingga apabila ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka
air tesebut tidak layak untuk digunakan. Salah satu parameter kimia dalam
persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam air
yang keberadaannya biasa disebut kesadahan air. Pada umumnya kesadahan
menunjukkan jumlah kalsium karbonat dalam milligram perliter atau bagian perjuta.
Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan rumah tangga
maupun untuk penggunaan industri (Astuti, Siti, dan Sawlenitami, 2016).
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah diantaranya yaitu pengendapan mineral yangmenyumbat saluran
pipa dan keran, menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga. Selain itu dampak
yang ditimbulkan oleh adanya air sadah bagi kesehatan adalah dapat mengganggu
kesehatan seperti terjadinya endapan kapur pada ginjal atau saluran kencing jika
dikonsumsi secara terus menerus (Cholil, Anna, dan Setyaningsih, 2016).
Peraturan Menteri Kesehatan No 907/Menkes/SK/VII/2002 menyatakan
bahwa air bersih dan air minum yang sehat harus memenuhi persyaratan fisik, kimia,
dan mikrobiologi. Beberapa persyaratan tersebut antara lain air harus jernih atau tidak
keruh, tidak berwarna, rasanya tawar, pH netral, tidak mengandung zat kimia
beracun, kesadahannya rendah, dan tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti
Escherichia coli. Berdasarkan peraturan tersebut jelas disebutkan bahwa salah satu
syarat yang harus dipenuhi dalam kualitas air minum dengan parameter kimia adalah
3
kesadahan. Kadar kesadahan maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah
500 mg/L (Menteri Kesehatan RI, 2002).
Kebutuhan air masyarakat sekitar Nusa Penida cukup tinggi. Sebagian besar
masyarakat masih memanfaatkan cubang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Cubang adalah sumur dengan ukuran 3,5 meter x 3,5 meter x 3,5 meter yang
ditutupi oleh semen. Di dasar sumur dibuat lubang besar untuk menampung air hujan
yang dijadikan persediaan selama musim kemarau. Masyarakat disana jarang
memasak air sebelum diminum karna dipercaya rasa airnya menjadi berbeda. Pada
saat mencuci sabun tersebut sukar berbusa, hal tersebut menandakan air tersebut
mengalami sadah. Gejala kesadahan air juga dapat diamati dari adanya kerak pada
panci saat merebus air.
Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
5 sampel air hujan yang ditampung pada cubang di sekitar Pulau Nusa Penida
diperoleh hasil kadar kesadahan sebesar 69,36 mg/L, 312,12 mg/L, 71,40 mg/L,
40,80 mg/L dan 108,12 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kadar kesadahan pada
kelima sampel tidak melebihi standar maksimum yaitu 500 mg/L menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No 907/Menkes/SK/VII/2002.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai kesadahan air
cubangdi Pulau Nusa Penida.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka
dalam penelitian ini diajukan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana kadar
kesadahan air cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kesadahan air cubang di
pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui keadaan lingkungan pada cubang di Pulau Nusa Penida
Kabupaten Klungkung.
b. Untuk mengetahui pemeliharaan pada cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten
Klungkung.
c. Untuk mengukur kesadahan total pada air cubang di pulau Nusa Penida
Kabupaten Klungkung.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi Masyarakat
Manfaat penulisan karya tulis ini bagi masyarakat adalah memberikan
informasi tentang pentingnya peningkatan pengolahan kualitas air sehingga dapat
dijadikan masukkan dalam pemanfaatan sarana air yang berasal dari penampungan air
hujan cubang.
5
b. Manfaat bagi Pemerintah
Manfaat penulisan karya ilmiah ini bagi pemerintah dapat mengetahui kualitas
air pada cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung sehingga dapat
dijadikan acuan dalam pembuatan kebijakan penggunaan penampungan air.
2. Manfaat teoritis
Manfaat penulisan karya tulis ini bagi penulis dan pembaca adalah menambah
wawasan, serta memberikan informasi sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya
tentang bahaya kesadahan yang berdampak kesehatan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air
1. Pengertian air
Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi
perikehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat
berlangsung. Oleh karena itu penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama
bagi manusia untuk kelangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan
dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2013).
Sumber daya air dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain ;
untuk kepentingan rumah tangga (domestik), undustri, pertanian, perikanan, dan
sarana angkutan air. Sesuai dengan kebutuhan akan air dan kemajuan teknologi, air
permukaan dapat dimanfaatkan lebih luas lagi antara lain untuk sumber baku air
minum dan air industri (Sumantri, 2013).
Tanpa disadari pada saat ini kita membayar biaya yang cukup tinggi untuk
mendapatkan segelas air yang layak umtuk kesehatan. Bagi Indonesia yang
merupakan negara agraris yang tengah merintis arah pembangunan nasionalnya
menuju era industrialisasi, peranan sumber daya air sangatlah menentukan. Di
samping itu, sejalan dengan pertambahan penduduk Indonesia yang terus meningkat,
peranan sumber daya air tersebut dirasakan semakin menentukan dalam kehidupan
sehari-hari. Di lain pihak, keberadaan sumber daya air yang dapat memenuhi
kebutuhan penduduk dan kegiatan pembangunan di berbagai sector semakin
7
mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti pencemaran,
penggundulan hutaan, kegiatan pertanian yang mengabaikan kelestarian lingkungan,
dan berubahnya fungsi-fungsi daerah-daerah tangkapan air (Sumantri, 2013).
Untuk kelangsungan hidup perlu disadari bahwa sumber daya air, baik permukaan
maupun air tanah harus mendapatkan perlindungan dari manusia dengan sebaik-
baiknya, supaya mendapatkan manfaat yang optimum dari keberadaan sumber daya
air dan mencegah terjadinya penurunan kuantitas dan kualitas dari sumber daya air.
Dalam memenuhi kebutuhan akan air, manusia selalu memerhatikan aspek kualitas
dan kuantitas air. Kuantitas air yang cukup
dimungkinkan karena adanya siklus hidrologi, yaitu siklus alami yang
mengatur tersedianya air permukaan dan air tanah (Sumantri, 2013).
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas
air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas
air untuk keperluan domestik yang semakin turun. Kegiatan industri, domestik, dan
kegiatan yang lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, menyebabkan
penurunan kualitas air. Kondisi ini menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya
bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu,
pengolahan sumber daya air sangat penting agar dimanfaatkan secara berkelanjutan
dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan
adalah pemantauan dan interprestasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika,
kimia, dan biologi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 907
tahun 2002 tentang Pengendalian Pencemaran Air mendefenisikan kualiatas air
sebagai sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain
8
didalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter
fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH,
BOD, COD, kadar logam, dan sebagainya). Dan parameter biologi (keberadaan
plankton, bakteri, dan sebagainya) (Widyaningsih, Setiawan, dan Setyaningsih,
2011).
Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 907 tahun 2002 mengelompokkan
kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukkannya. Adapun
pengolonggan air menurut Effendi (2003) adalah sebagai berikut:
a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
c. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
pertenakan. Golonagan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit tenaga listrik (Sumantri,
2013).
2. Karakteristik air
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1,368 juta
km3 (Angel dan Woseley, 1992). Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap
air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat disungai, danau, air tanah
(ground water), dan gunung es (glacier). Semua badan air di dataran dihubungkan
dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara
kontinu(Sumantri, 2013).
9
Air memiliki karakteristik yang khas dan tidak dimiliki oleh senyawa kimia
yang lain. Karakteristik ini sebagai berikut.
a. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C (32°F) - 100°C, air
berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100°C
merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat ini, air yang terdapat di
dalam jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai,
danau, dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan ;
sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka bumi ini, karena sekitar 60% -
90% bagian sel makhluk hidup adalah air.
b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpanan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi
panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah
terjadinya stres pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang
mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini
juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.
c. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan
energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air
menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan
energi ini merupakan salah satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat
berkeringat. Sifat ini juga merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan
terjadinya penyebaran panas secara baik di bumi.
10
d. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa
kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit,
sedangkan air laut dapat mengandung senyawa hingga 35.000 mg/liter. Sifat ini
memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh
makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam
jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini
juga memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer
bahan pencemar (polutan) yang masuk ke badan air.
e. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antarmolekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi
suatu badan secara baik (higher wetting ability). Tegangan permukaan yang
tinggi juga memungkinkan terjadinya sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk
bergerak dalam pipa kapiler (pipa dengan lubang yang kecil). Dengan adanya
sistem kapiler dan sifat sebagai pelarut yang baik, air dapat membawa nutrient
dari dalam tanah ke jaringan tumbuhan (akar, batang dan daun). Adanya
tegangan permukaan memungkinkan beberapa organisme, misalnya jenis-jenis
insekta, dapar menyerap di permukaan air.
f. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada
saat mebeku, air mereganggan sehingga es memiliki nilai densitas
(massa/volume) yang lebih rendah daripada air. Dengan demikian, es akan
mengapung di air. Sifat ini mengakibatkan danau-danau di daerah yang beriklim
dingin hanya membeku pada bagian permukaan (bagian di bawah permukaan
11
masih berupa cairan) sehingga kehidupan organisme akuatik tetap berlangsung.
Sifat ini juga dapat mengakibatkan pecahnya pipa air pada saat air di dalam pipa
membeku. Densitas (berat jenis) air maksimum sebesar 1 gr/cm3 terjadi pada
suhu 3,95°C. Pada suhu lebih besar maupun lebih kecil dari 3,95°C, densitas air
lebih kecil dari satu(Sumantri, 2013).
3. Air angkasa (hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada
saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami
pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu
dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon
dioksida, nitrogen, dan ammonia.
Air hujan merupakan penyublinan awan/uap air menjadi air murni yang ketika
turun dan melalui udara akan melarutkan benda-benda yang terdapat di udara. Dalam
keadaan murni sangat bersih. Diantara benda-benda yang terkait dari udara ini yaitu :
1) Gas (O2, CO2, H2, dan lain-lain).
2) Jasad-jasad renik.
3) Debu.
Kelarutan gas CO2 didalam air hujan akan membentuk asam karbonat
(H2CO3) yang menjadikan air hujan bereaksi dengan asam. Beberapa gas oksida
dapat berada pula didalam udara, di antaranya ang penting adalah oksida belerang dan
oksida nitrogen (S2O3 dan N2O5). Kedua oksida ini bersama-sama dengan air hujan
akan membentuk larutan asam sulfat dan larutan asam nitrat (H2SO4 dan H2NO3).
Jadi setelah mencapai permukaan bumi air hujan bukan merupakan air murni lagi.
12
Air hujan memiliki beberapa kandungan zat yang tidak baik untuk aktifitas
manusia antara lain sebagai berikut:
a. Uap air atau H2O
Air hujan memiliki kandungan utama yaitu uap air atau H2O. kandungan uap
air ini merupakan yang paling dominan dengan persentase sebesar 99,9% dan sisanya
tergantung pada lapisan atmosfer yang dilaluinya. Mungkin kita sudah mengetahui
tentang siklus hujan. Bagaimana hujan terjadi dari awal mula hingga turun ke bumi
bahkan menjadi hujan lagi. Nah dari proses terjadinya hujan tersebut ada yang
namanya penguapan dari sumber- sumber air yang ada di planet bumi. Dari proses
tersebut yang membawa uap air dan membentuk awan-awan yang kecil, dari awan
kecil tersebut kemudian menggumpal menjadi awan besar. Uap air ini sifatnya aman
selama uap tersebut berasal dari sumber air di permukaan bumi yang aman bagi
manusia pula.
b. Asam nitrat
Kandungan zat kimia yang terdapat pada air hujan adalah asam nitrat.
Mungkin kita pernah mendengar terjadinya hujan asam. Hujan asam ialah hujan yang
terjadi akibat adanya aktifitas manusia akibat dari pencemaran oleh pabrik yang
bersifat kotor atau dari semburan gunung berapi. Kandungan asam nitrat yang
berlebihan tidak baik dan bisa membahayakan. Kandungan asam juga bisa dinyatakan
dalam pH. Air hujan normal memiliki pH 6, sementara hujan asam memiliki pH
dibawah normal, yakni sekitar 5,7 ke bawah.
c. Karbon (silika dan fly ash dalam bentuk abu ringan)
13
Dalam air hujan juga mengandung zat karbon. Zat karbon yang ada pada air
hujan berupa silika dan juga fly ash. Silika dan fly ash merupakan zat debu yang
mengikat molekul-molekul pada air hingga terbentuklah hujan. Kedua zat ini juga
berperan dalam proses terjadinya hujan.
d. Asam Sulfat
Kandungan zat kimia lainnya yang ada pada air hujan adalah asam sulfat.
Asam sulfat adalah zat yang ada pada air hujan jika berlebihan maka bisa
menyebabkan gangguan pada pernapasan manusia.
e. Garam
Zat kimia selanjutnya yang ada pada air hujan adalah garam. Seperti sudah
diketahui garam berasal dari laut yang rasanya asin. Air hujan dengan kandungan
garam itu realatif. Air hujan yang mengandung banyak kandungan garam adalah
hujan yang terjadi di daerah pantai. Hal tersebut karena proses terjadinya hujan
karena penguapan air laut yang terpanaskan oleh matahari.(Sumantri, 2013).
4. Siklus hidrologi
Siklus Hidrologi merupakan suatu fenomena alam. Secara umum, pergerakan
air di alam terdiri dari berbagaiperistiwa, yaitu penguapan air (evaporasi),
pembentukan awan (kondensasi), peristiwa jatuhnya air ke bumi atau hujan
(presipitasi), aliran air pada permukaan bumi dan di dalam tanah. Lingkungan air
disebut juga hidrosfer. Lingkungan ini sangat erat berlangsung hanya bila kebutuhan
air secara kualitatif dan kuantitatif dapat dipenuhi. Sekalipun air jumlahnya relatif
konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersikulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga
terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologi. Secara umum siklus hidrologi dapat
14
diterangkan melalui proses yaitu, air di bumi mengalami sirkulasi yang terus-menerus
sepanjang masa. Menguap, mengembun dan mengalir. Air menguap ke udara dari
permukaan bumi berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses, kemudian
jatuh kembali ke permukaan bumi dalam bentuk hujan, baik hujan air ataupun hujan
es atau salju. Sebelum tiba di permukaan bumi, sebagian langsung menguap kembali
ke udara dan sebagian sisanya tiba di permukaan bumi, yakni ke daratan (termasuk
sungai dan danau) dan ke laut. Dari bagian yang tidak langsung menguap ke udara,
sebagian sisanya jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah
(Sumantri, 2013).
Air hujan yang tiba di permukaan bumi, sebagian masuk menyusup kedalam
tanah, bagian lainnya masuk mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah, mengalir ke
daerah-daerah yang rendah dan kemudian masuk ke sungai untuk akhirnya bermuara
ke laut. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah segera kembali keluar memasuki
sungai-sungai dan akhirnya pun ke laut. Akan tetapi, sebagian besar tersimpan di
dalam tanah sebagai air tanah, kemudian dalam jangka waktu yang lama keluar
sedikit demi sedikit ke daerah-daerah yang rendah di permukaan tanah. Sementara
itu, butir-butir air yang mengalir di permukaan tanah, yakni yang tidak sampai masuk
ke dalam tanah, tidak seluruhnya sampai ke laut. Dalam perjalanannya menuju laut
sebagian menguap kembali ke udara. Uap –uap air yang naik ke atmosfer bumi
kembali terbentuk menjadi awan dan kelak pun akan jatuh kembali berupa hujan.
Kegiatan ini berlangsung terus – menerus sepanjang masa tanpa pernah berhenti
(Sumantri, 2013).
15
Proses mengembunnya uap air menjadi hujan dan jatuh menuju bumi
dinamakan presipitasi (precipitation). Proses menguapnya air dari daratan dan lautan
menuju atmosfer bumi dinamakan evaporasi (evaporation), sedangkan proses
menguapnya air dari tanaman disebut transpirasi (transpiration), keduanya secara
bersama – sama disebut evapotranspirasi. Adapun proses masuknya air ke dalam
tanah yang menyusup melalui pori – pori tanah dinamakan infiltrasi (infiltration) atau
perkolasi (percolation). Aliran air di permukaan bumi dari daratan ke sungai
kemudian akhirnya ke laut dinamakan aliran permukaan (surface stream flow). Aliran
air yang masuk ke dalam tanah tetapi kemudian segera kembali keluar dan menuju
sungai disebut aliran intra (intraflow). Air yang di dalam tanah (ground water).
Secara keseluruhan, sirkulasi air yang berlangsung di bumi ini mencakup semua
proses tadi dan disebut daur hidrologi (hidrological cycle) (Sumantri, 2013).
5. Persyaratan air bersih
Air bersih berbeda dengan air minum. Menurut Dirjen PPM PLP Departemen
Kesehatan RI, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak.
Sedangkan air minum adalah air yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum(Suyono, 2012).
Persyaratan air bersih diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416
Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Sedangkan untuk air
minum diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 907/Menkes/SK/VII/2002
tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air Minum. Air bersih harus memenuhi
beberapa persyaratan sebagai berikut : (Suyono, 2012)
16
a. Syarat fisik :
1) Tidak berbau
2) Tidak berwarna
3) Tidak berasa
4) Terasa segar
b. Syarat kimia :
1) Derajat keasaman (pH) antara 6,5-9,2
2) Tidak boleh ada zat kimia berbahaya (beracun), kalaupun ada jumlahnya harus
sedikit sekali.
3) Unsur kimiawi yang diizinkan tidak boleh melebihi standar yang telah ditentukan
4) Unsur kimiawi yang disyaratkan mutlak harus ada dalam air
c. Syarat bakteriologis :
1) Tidak ada bakteri/virus kuman berbahaya (pathogen) dalam air
2) Bakteri yang tidak berbahaya namun menjadi indikator pencemaran tinja
(Coliform bacteria) harus negatif
d. Syarat radioaktivitas : Tidak ada zat radiasi yang berbahaya dalam air.
Masalah yang ditimbulkan karena air tidak bersih :
a. Fisik
1) Bau. Air yang berbau dapat berasal dari hasil pembusukan benda organic
(sampah, sisa makanan, bangkai, tumbuhan), buangan industry, limbah rumah
tangga yang terlarut dalam air.
2) Warna. Warna air terbagi dalam dua jenis :
17
a) Warna asli (true color) : akibat pembusukan atau pelarutan bagian dari tumbuhan
yaitu batang, akar, daun. Selain itu sebagai hasil kegiatan industri tekstil,
penyamak kulit, sablon, pabrik cat dll. Warna asli tidak dapat dihilangkan dengan
penyaringan sederhana, harus ada intervensi bahan lain.
b) Warna tidak asli (apparent color), akibat dari partikel-partikel padat yang sangat
halus antara lain tanah, pasir, batuan, dll. Warna tidak asli dapat dihilangkan
dengan penyaringan sederhana atau pengendapan.
3) Rasa. Rasa air berasal dari kandungan zat kimia yang terlarut dalam air (asam,
asin, manis, pahit, payau). pH air yang rendah dapat mengakibatkan rasa air
menjadi asam/kesat. Air bersih harus tidak berasa (netral). Air yang berasa sering
menimbulkan masalah, baik masalah kesehatan maupun masalah lainnya. Air
asam akan memengaruhi ketahanan gigi dan mengganggu pencernaa, selain itu
akan menyebabkan iritasi pada kulit. Selain itu air asam tidak melarutkan busa
sabun meskipun dengan menggunakan banyak air. Sebaliknya air yang terlalu
basa akan mengganggu pencernaan dan ginjal. Air asin atau sadah sama sekali
tidak dapat digunakan untuk aktivitas sehari-hari, sabun sulit berbusa meskipun
dengan menggunakan dalam jumlah banyak. Air yang berasa pahit disebabkan
pH yang sangat rendah atau dapat juga karena adanya bahan kimia atau bahan
berbahaya (toksik) yang terlarut.
4) Kesegaran. Kesegaran air dapat tercapai apabila temperatur air lebih rendah dari
temperatur udara sekitarnya.
b. Kimiawi
18
1) Bahan kimia yang dilarang/tidak diizinkan berada dalam air bersih karena
berbahaya diantaranya gas H2S, CO2 agresif, NO2, NH3. Gas-gas ini dapat
menimbulkan gangguan kesehatan maupun kerusakan material (terjadi korosi).
NO2 dalam air apabila terminum bayi akan mengakibatkan penyakit blue baby
disease.
2) Bahan kimia yang masih diizinkan ada dalam air bersih dengan jumlah yang
dibatasi sesuai standar air minum. Bahan kimia ini terutama logam berat antara
lain Hg, Pb, Se, dll. Dalam jumlah diatas standar akan mengakibatkan keracunan.
Sebagai contoh kejadian di Minamata Jepang dan Teluk Buyat di Sulawesi Utara,
akibat mengkonsumsi air yang tercemar merkuri (Hg).
3) Bahan kimia yang disyaratkan harus ada dalam air karena sangat diperlukan
untuk metabolisme tubuh anatara lain mineral F, Ca, Na, Cu, dll.
c. Bakteriologis. Bakteri atau virus dalam air yang dapat menular ke manusia
sebagian besar berasal dari tinja dan urine. Untuk mengetahui pencemaran tinja
tersebut perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun untuk memeriksa
adanya bakteri atau virus tidak mudah karena harus menggunakan peralatan
khusus dan memerlukan waktu, sedangkan bakteri dalam tinja yang relatif lebih
mudah ditemukan adalah bakteri jenia Coli padahal bakteri ini umumnya tidak
patogen karena berada dalam perut manusia, kecuali ada beberapa bakteri seperti
Escherichia coli jenis 0157 dan Enterohaemorrhagic E.coli (EHEC) yang
patogen. Untuk mengatasi masalah penegakan diagnosis pencemaran air oleh
bakteri atau virus dalam air maka ditetapkan bakteri Coli sebagai indikatornya,
artinya apabila ditemukan adanya Coli dalam air, maka patut diduga air tersebut
19
tercemar tinja sehingga dugaan selanjutnya adalah kemungkinan ada bakteri atau
virus lain dalam air tersebut.
d. Radioaktivitas. Zat radiasi berasal dari limbah khusus yang dihasilkan oleh
industri, reactor nuklir, rumah sakit, pertambangan. Penanganannya harus khusus
pula.
6. Syarat-syarat air minum
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan
segala yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang
dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat
merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan
endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Atas dasar pemikiran tersebut dibuat
suatu standar air minum yaitu suatu peraturan yang memberi petunjuk tentang
konsentrasi sebagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan di dalam air
minum(Soemirat, 2011).
Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air tersebut
haruslah memenuhi persyaratan – persyaratan kesehatan. Di Indonesia, standar air
minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan No
907/Menkes/SK/VII/2002. Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan No
907/Menkes/SK/VII/2002, persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter
kimia, parameter fisika, parameter bakteriologis(Mulia, 2005)
Menurut Sutrisno (1994), dari segi kualitas air minum harus memenuhi:
(Soemirat, 2011)
20
a. Syarat Fisik
1) Air tidak boleh berbau
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya, bau amis
dapat disebabkan oleh tumbuhnya Algae.
2) Air tidak boleh berasa
Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa
logam/amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya tergantung pada penyebab
timbulnya bau tersebut.
3) Air tidak boleh berwarna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.
4) Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat
anorganik maupun organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan tanaman
dan hewan. Buangan industri juga dapat menyebabkan kekeruhan. Zat organic dapat
menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembang biakannya.
5) Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ± 250 C) agar:
a) Tidak terjadi pelarutan kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat
membahayakan kesehatan
b) Menghambat reaksi-reaksi biokimia didalam saluran/pipa
c) Mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak
21
d) Bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
6) Jumlah zat padat terlarut (TDS)
TDS biasanya terdiri dari zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila
TDS bertambah maka kesadahan juga akan naik pula(Soemirat, 2011).
7. PAH (Penampungan Air Hujan)
Air hujan dari segi kuantitas sangat berlebih pada musim hujan, namun tidak
dapat diharapkan pada musim kemarau sehingga untuk menjamin tersedianya air
pada musim kemarau perlu dibuat suatu penampungan yang volumenya memadai
untuk cadangan di musim kemarau tersebut. Hal ini dilakukan oleh masyarakat yang
daerahnya kesulitan sumber air yaitu di daerah pantai atau rawa, pegunungan atau
batu atau kapur. Sarana yang digunakan untuk penyedian air hujan lazim disebut
penampungan air hujan (PAH). PAH ini terbuat dari bahan semen pasir, atau dari
logam, dan bahan dari kayu. Untuk menentukan kecukupan air hujan pada musim
kemarau perlu dihitung curah hujan rata – rata per bulan, berapa lama musim
kemaraunya, berapa luas atap penangkap airnya dan berapa jumlah orang yang
(Budiman & Suyono,2014).
Penampungan air hujan dapat dibuat secara sederhana terdiri dari tiga bagian
dasar, yaitu :
a. Bidang pengumpulan air hujan dapat berupa atap bangunan yang bersih atau
lembar plastik (atau bahan yang lain yang tahan air) yang lebar dan dapat
menampung air.
b. Sistem penyaluran air hujan dapat berupa pipa bambu, pralon, atau saluran air
yang menyalurkan air hujan ke fasilitas penampungan.
22
c. Fasilitas penampungan atau gentong besar (Soemirat, 2011).
Penampungan air hujan cubang nusa penida
Secara historis cubang mulai dibuat di Nusa Penida sekitar akhir tahun
1970an. Sebelumnya, masyarakat masih memanfaatkan sumur batu alami, sumur air
asin dan sebagian sumber air yang muncul di tebing dekat pantai, seperti di
Peguyangan, Seganing, Sekartaji, Suehan, Tabuanan dan Mas Kasa di Banjar
Dlundungan. Nusa Penida jaman dulu harus berpikir keras untuk mendapatkan
sumber air seiring meningkatnya kebutuhan air sementara sumber air terlalu jauh.
Dari pemikiran seperti itulah para tetua membuat bak penampung air hujan yang
disebut dengan cubang. Cubang merupakan bak penampungan air hujan yang hanya
ada di Nusa Penida. Cubang dimanfaatkan oleh warga yang tinggal jauh dengan
daerah pantai sedangkan masyarakat pantai memanfaatkan semer sebagai sumber air
meski sedikit.
B. Kesadahan Air
Air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang mengandung kation
penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logamlogam
atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab
utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kalsium dalam air
mempunyai kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida dan nitrat,
sementara itu magnesium dalam air kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat,
sulfat dan khlorida.
23
Kesadahan merupakan suatu keadaan dengan kandungan kapur yang
berlebihan dalam air. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk
endapan maupun dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan
atau karat pada peralatan logam(Astuti, Siti, dan Sawlenitami, 2016).
Kesadahan pada prinsipnya adalah terkontaminasi air dengan unsur kation
seperti Na, Ca, Mg. didalam kesadahan yang paling banyak dijumpai adalah air laut.
Pada air tawar permukaan umumnya kandungan Ca dan Mg dalam kadar yang tinggi
(>200 ppm) CaCO3. Sehingga air yang mengalir pada daerah batuan kapur akan
mempunyai tingkat kesadahan tinggi. Kesadahan yang tinggi dan mulai berakubat
pada peralatan rumah tangga apabila jumlah diatas 100 ml/L. pada kesadahan diatas
300 mg/L dalam jangka waktu yang panjang akan berpengaruh pada manusia dengan
ginjal yang lemah sehingga mengalami gangguan pada ginjal. Kesadahan ini dapat
digolongkan pada kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara
akan terendap pada saat pemanasan. Kesadahan tetap akan lebih permanen di dalam
air(Astuti, Siti, dan Sawlenitami, 2016).
Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan
tanah dan pembentukan batuan. Umumnya air sadah berasal dari daerah di mana
lapisan tanah atas tebal, dan adanya pembentukan kapur. Kesadahan total adalah yang
disebabkan oleh adanya ion Ca dan Mg secara bersama-sama. Kesadahan dapat
menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif(Astuti, Siti, dan Sawlenitami,
2016).
Sifat kesadahan sering kali ditemukan pada air yang menjadi sumber baku air
bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung deposit
24
garam mineral dan kapur. Air semacam ini memerlukan penanganan khusus
sehingga biaya purifikasi tentunya menjadi tinggi(Sumantri, 2013).
Kesadahan pada air dapat terjadi karena air mengandung :
a. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat.
b. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat, dan klorida.
c. Garam-garam besi, zink, dan silica.
Kesadahan pada air ini dapat berlangsung sementara (temporary) maupun
menetap (permanent).
Kesadahan air yang bersifat sementara disebabkan oleh adanya persenyawaan
dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat, sedangkan yang bersifat permanen
terjadi bila terdapat persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat,
dan klorida (Sumantri, 2013).
Menurut Gaman (1992), berdasarkan kandungan mineral maka kesadahan air
dibagi dalam 2 (dua) golongan yaitu: (Astuti, Siti, dan Sawlenitami, 2016).
a. Kesadahan air sementara/temporer disebut pula kesadahan karbonat.
Air disebut mempunyai kesadahan sementara apabila kesadahannya dapat
dihilangkan dengan pendidihan, mengandung kalsium dan magnesium bikarbonat.
Air dengan tipe ini terdapat di daerah berkapur. Sejumlah kecil karbon dioksidasi
terlarut dalam air hujan membentuk asam lemah yaitu asam bikarbonat.
H2O + CO2 → H2CO3
Asam karbonat secara perlahan-lahan melarutkan kalsium karbonat
membentuk kalsium bikarbonat yang larut.
b. Kesadahan air tetap/permanen disebut pula kesadahan non karbonat.
25
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat,
misalnya dapat berupa ion Cl– dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi
berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4),
magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat
(MgSO4). Air yang mengandung senyawa senyawa tersebut disebut air sadah tetap,
karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan.
Air dengan kesadahan tetap mengandung sulfat dan klorida kalsium dan
magnesium yang terlarut dalam air hujan yang lewat menerobos batu-batuan yang
mengandung garam-garam tersebut(Nurullita, Astuti, dan Arifin, 2010).
Berikut beberapa batasan kesadahan pada air :
Tabel 1
Klasifikasi Perairan Berdasarkan Nilai Kesadahan
Kesadahan (mg/liter CaCO3) Klasifikasi Perairan
<50 Lunak (soft)
50-150 Menengah (moderately hard)
150-300 Sadah (hard)
>300 Sangat sadah (very hard)
Sumber : Peavy et al., 1985 dalam Effendi, H., Telaan Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber
Daya dan Lingkungan Perairan Cetakan ke-5, 2007
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 907/Menkes/SK/VII/2002
Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum, kadar maksimal
kesadahan CaCO3 pada air bersih yaitu 500 mg/liter.
Menurut Chandra (2007) kadar kesadahan air yang melebihi 500 mg/liter
dapat menyebabkan air berwarna kerug. Di dalam International Standard of Drinking
26
Water tahun 1971 dari WHO, kesadahan air dinyatakan dalam satuan Milli-
Equivalent per liter (mEq/l) selain itu, 1 mEq/l dari ion penghasil kesadahan pada air
sebanding dengan 50 mg CaCO3 (50 ppm) di dalam 1 liter air. Air untuk keperluan
minum dan masak hanya diperbolehkan dengan batasan kesadahan anatara 1-3 mEq/l
(50-150 ppm).
Menurut Chandra (2007) kesadahan pada air dapat dihilangkan, metode yang
dapat digunakan untuk menghilangkan kesadahan antara lain :
i. Pendidihan
Jika air dididihkan, hanya kesadahan sementara yang dapat dihilangkan.
Bikarbonat dipecah menjadi karbonat, air dan karbon dioksida. Persamaan berikut
menunjukkan pemecahan kalsium karbonat:
Ca(HCO3)2 → CaCO3 ↓ + H2O + CO2
Persamaan untuk magnesium bikarbonat adalah serupa. Karbonat adalah
ndapan dan oleh karena itu tidak bereaksi dengan sabun dan keluar dari larutan.
ii. Penambahan kapur mati
Kapur mati (kalsium hidroksida) juga hanya memisahkan kesadahan
sementara. Kapur harus ditambahkan pada jumlah yang telah diperhitungkan
sehingga kapur tersebut hanya cukup untuk menetralkan bikarbonat. Terbentuknya
kalsium karbonat yang tidak larut
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 → 2CaCO ↓ + 2H2O
iii. Penambahan soda pencuci
Metoda ini menghilangkan kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Soda
pencuci (natrium karbonat) bereaksi dengan garam kalsium dan magnesium dalam air
27
sadah membentuk garam natrium yang larut dengan garam kalsium dan magnesium
yang tidak larut yang tertinggal sebagai endapan. Sebagai contoh:
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 ↓ +
Na2SO4(Astrini, Haryono, & Suwerda, 2017)
C. Penentuan kesadahan air
Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan
melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka
terhadap semua kation tersebut. Pada penentuan kesadahan air, diperlukan modifikasi
dari cara titrasi larutan Mg-Ca murni, karena dalam air sering dijumpai pengotoran
oleh ion besi dan logam-logam lain. Penggunaan indikator Eriochrome Black T atau
Calmagit akan terjadi indikator oleh ion besi karena bereaksi secara. Oleh sebab itu,
penambahan buffer pH 10 jumlah molekul EDTA dapat membuat pasangan kimiawi
dengan ion-ion kesadahan dan beberapa jenis ion lainnya. Pasangan tersebut lebih
kuat dari pada hubungan antara indikator dengan ion-ion kesadahan. Oleh karena itu,
pada pH 10 jumlah molekul EDTA yang ditambahkan sebagai titran sama (ekuivalen)
dengan jumlah ion-ion kesadahan dalam sampel, dan molekul indikator terlepas dari
ion kesadahan. (Nurullita, Astuti, dan Arifin, 2010).
Pada umumnya kesadahan dinyatakan dalam satuan ppm (part per
milloion/satu persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH),
atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan Kesadahan Jerman
atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air. Dengan demikian
satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17,85 ppm CaCO3. Sedangkan
28
satuan konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen=2,8 dH= 50 ppm(Prasetyo, Nur,
Muhlisin, 2015).
D. Keuntungan dan kerugian dari air sadah
Air sadah dapat menguntungkan dan merugikan bagi kehidupan kita.
(Nurullita, Astuti, dan Arifin, 2010).
a. Keuntungan yang dapat diperoleh dari air sadah sebagai berikut.
1) Mempunyai rasa yang lebih baik daripada air lunak.
2) Menyediakan kalsium yang diperlukan tubuh, misalnya untuk pembentukan gigi
dan tulang.
3) Senyawa timbal (dari pipa air) lebih sukar larut dalam air sadah. Timbal
merupakan racun bagi tubuh.
b. Kerugian yang ditimbulkan air sadah sebagai berikut.
2) Memboroskan sabun
Karena air sadah menggumpalkan sabun membentuk scum, sehingga sabun tidak
akan berbuih sebelum ion Ca2+ dan Mg2+ mengendap.
2) Scum dapat meninggalkan noda pada pakaian, sehingga pakaian menjadi kusam.
3) Menimbulkan batu ketel
Batu ketel adalah sejenis karang yang terbentuk pada dasar ketel. Adanya batu
ketel mengakibatkan penghantaran panas dari ketel ke air berkurang, sehingga
akan memboroskan penggunaan bahan bakar. Selain itu, batu ketel dapat
menyumbat pipa saluran air panas, misalnyapada radiator(Prasetyo, Nur,
Muhlisin, 2015)
29
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
jhjj
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Gambar 1. Kerangka Konsep
Sarana Air Minum
Mata air Cubang Sumur
Kualitas Air
Parameter Kimia Parameter Fisika Parameter Biologi
Kesadahan
Dampak yang ditimbulkan
bagi kesehatan adalah dapat
mengganggu kesehatan
seperti terjadinya endapan
kapur pada ginjal atau
saluran kencing.
PDAM
30
Sarana air bersih yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat dapat berasal dari
Cubang, PDAM, sumur, dan mata air. Salah satu masalah yang ditimbulkan dalam
penggunaan sarana air bersih sebagai sumber air minum dan kebutuhan sehari-hari
harus memenuhi parameter kualitas air. Parameter kimiawi yang dapat digunakan
untuk mengetahui kualitas air cubang adalah pemeriksaan kesadahan,dimana dampak
yang ditimbulkan bagi kesehatan adalah dapat mengganggu kesehatan seperti
terjadinya endapan kapur pada ginjal atau saluran kencing. Parameter fisika yang
dilakukan adalah pemeriksaan bau, rasa, kekeruhan dan pH.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegunaan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).
Variabel dalam penelitian ini adalah kesadahan air cubang di pulau Nusa Penida.
31
2. Definisi operasional
Tabel 2
Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur dan
Alat ukur
Skala Pengukuran
1 2 3 4 5
1 Kesadahan Air Jumlah kesadahan total
yang terdapat pada air
cubang di pulau Nusa
Penida yang diperiksa di
laboratorium dengan batas
kesadahan maksimum 500
mg/L.
Diukur dengan
metode
Titrimetri
Rasio
2 Cubang Tempat penampungan air
hujan yang ada di Pulau
Nusa PenidaKabupaten
Klungkung.
Observasi
wawancara
Nominal
3 Klasifikasi nilai
kesadahan
Batasan kesadahan pada
air
lunak : <50 mg/ Liter
menengah :50-150
mg/Liter
sadah : 150-300 mg/Liter
sangat sadah : >300
mg/Liter
Diukur dengan
metode
Titrimetri
Rasio
32
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yang didasari pada
tujuan peneliti untuk mengetahui karakteristik kesadaham air hujan yang ditampung
pada cubang di Pulau Nusa PenidaKabupaten Klungkung. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian observasional yaitu mencakup semua proses yang
diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan pada sebuah penelitian (Nasir,
Muhith, dan Ideputri, 2011).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung
sedangkan proses pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Kesling RSUP
Sanglah, Laboratorium Kimia Dasar dan Laboratorium Kimia Terapan Jurusan Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2019.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah penampungan air hujan cubang yang
berada di Kecamatan Nusa Penida sebanyak 150 cubang
33
2. Sampel penelitian
a. Jumlah sampel
Menurut Arikunto apabila subjek penelitian ini lebih dari 100 maka sampel
dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25 % atau lebih. Pada penelitian ini besar
sampel yang diambil adalah 20 % dari total populasi, yaitu 150 buah cubang,
sehingga diperoleh besar sampel 30 sampel
b. Teknik sampling
Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probability
Sampling yang termasuk dalam Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel
dilakukan secara acak dimana setiap sampel dari populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Nasir, Muhith, & Ideputri, 2011).
c. Kriteria sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan menentukan kriteria inklusi dan eksklusi
kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap masing-masing
anggota populasi yang akan dijadikan sampel dan kriteria eksklusi adalah kriteria
kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak bisa dijadikan sampel penelitian
(Notoadmojo, 2010). Adapun kriteria inklusi dari sampel penelitian ini yaitu :
1) Air cubang yang digunakan untuk diminum dan air bersih.
2) Pemilik cubang bersedia diambil air cubangnya untuk dilakukan penelitian
Sedangkan kriteria eksklusi dari sampel penelitian ini yaitu :
1) Cubang yang tidak berisi air
2) Air cubang yang tidak untuk diminum dan air bersih.
34
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Buret (1 buah), Labu
Erlenmeyer 250 mL (3 buah), Labu ukur 100 mL (3 buah) , Gelas ukur 100 mL (3
buah), Pipet volume 1 mL, 5 mL dan 10 mL (3 buah), Pipet ukur 1 mL, 5 mL dan 10
mL (3 buah), pH universal, Batang pengaduk (1 buah), Pemanas listrik (1 buah),
Gelas arloji (1 buah) dan Botol semprot(1 buah).
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, air cubang, botol
penampung air cubang, air suling, buffer, NH4Cl, NH4OH pekat, EDTA,
MgSO4.7H2O, MgCl2.6H2O, NaOH 0,1 N, NaCN, Na2S.9H2O, NaS.5H2O,
MgCDTA, NaCl, Indikator Eriochrome Black T, Indikator Calmagite, titran baku
EDTA 0,01 M, Larutan baku kalsium, HNO3 dan CaCO3
E. Prosedur Kerja
1. Pengambilan sampel
Pengambilan air dilakukan melalui langkah-langkah kerja sebagai berikut :
a. Disiapkan alat pengambil sampel yang sesuai dengan keadaan sumber air. Untuk
pemeriksaan air sadah digunakan wadah botol yang terbuat dari polietilen.
b. Mengambil air cubang dengan menggunakan botol yang berukuran 1 liter. Botol
yang sudah diikat dengan tali dan diberi pemberat dimasukkan kedalam cubang
sampai penuh berisi air lalu angkat secara perlahan-lahan supaya tidak tumpah.
c. Ditutup botol secara rapat tanpa ada udara didalam botol, kemudian beri kode
35
atau label pada botol. Kode atau label pada botol harus sama dengan kode pada
checklist atau lembar pemeriksaan.
d. Sampel selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan
kesadahan pada air cubang.
e. Apabila tidak dapat segera dianalisis, awetkan contoh uji dengan HNO3 sampai
pH lebih kecil dari 2. Waktu simpan contoh uji disarankan tidak lebih dari 6
bulan.
2. Pemeriksaan pH
a. Diambil air cubang
b. Dimasukkan kertas pH ke dalam air cubang hingga batasan indeks warna
c. Dibiarkan kertas pH hingga kering
d. Dintepretasikan pH sampel dengan membandingkan warna kertas pH dengan
skala warna pada kotak pH
3. Prosedur kesadahan total
a. Diencerkan 25 mL sampel sampai 50 mL dengan air suling dalam Erlenmeyer.
b. Ditambahkan 1-2 mL larutan buffer. Biasanya 1 mL larutan buffer akan dapat
memberikan pH 10,0 ± 0,1.Tidak adanya perubahan warna titik akhir yang jelas
pada titrasi, ini berarti bahwa suatu penghambat harus ditambahkan pada tahap ini
atau bisa juga disebabkan terurainya indikator tersebut.
c. Ditambahkan 1-2 tetes larutan indikator EBT atau sejumlah kecil serbuk kering
indikator, dikocok.
3) Ditambahkan titran baku EDTA perlahan-lahan, dengan pengocokan yang terus
menerus, sampai hilang warna kemerahan.
36
4) Ditambahkan beberapa tetes terakhir dalam interval / jarak waktu antara 3-5 detik.
Pada titik akhir larutan akan berwarna biru.
Perhitungan kesadahan total
Kesadahan (EDTA) sebagai mg/L (CaCO3)
= 𝐴 𝑥 𝐵 𝑥 1000
𝑚𝐿 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Dimana :
A = mL titrasi untuk contoh
B = mg CaCO3 yang setara dengan 1,00 mL titran EDTA
F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis data yang dikumpulkan
a. Data primer
Data yang didapat secara langsung dari hasil pemeriksaan kesadahan di
laboratorium
b. Data sekunder
Jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini seluruh cubang yang
ada di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung.
2. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan
pemeriksaan laboratorium kandungan kesadahan air cubang di pulau Nusa Penida
melalui metode titrimetri.
3. Instrumen pengumpulan data
a. Kamera sebagai sarana dokumentasi
37
b. Wadah sampel (botol)
c. Alat ukur berupa buret untuk mengukur kadar kesadahan air
d. Lembar wawancara
e. Lembar observasi
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik pengolahan data
Hasil perhitungan sampel yang diperoleh dibandingkan dengan standar
Peraturan Menteri Kesehatan No 907/Menkes/SK/VII/2002. Hasil ini kemudian
disajikan dalam tabel dan narasi.
2. Analisis data
Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif. Hasil yang diperoleh
dibandingkan dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan No
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang persyaratan kualitas air minum, kadar maksimum
kesadahan total (CaCO3) yang diperbolehkan adalah 500 mg/L.
38
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Kondisi Nusa Penida
Penelitian ini dilakukan di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung. Secara
geografis Pulau Nusa Penida yang termasuk dalam wilayah Klungkung terletak pada
ketinggian 0-268 m di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Nusa Penida yaitu
sebelah utara berbatasan dengan Selat Kusamba, sebelah barat berbatasan dengan
Selat Sanur, sebelah selatan berbatasan dengan Lautan Indonesia, dan sebelah timur
berbatasan dengan Selata Lombok. Pulau Nusa Penida mempunyai luas wilayah total
191,4625 km2. Yang digunakan untuk pemukiman, perkebunan, kuburan,
pekarangan, perkantoran, dan prasarana umum lainnya. Wilayah Nusa Penida terbagi
menjadi 16 desa yaitu :Desa Ped, Desa Batukandik, Desabunga Mekar, Desa
Jungutbatu, Desa Klumpu, Desa Kutampi, Desa Kutampi Kaler, Desa Lembongan,
Desa Suana, Desa Pejukutan, Desa Sakti, Desa Sekartaji, Desa Batumadeg, Desa
Batununggul, Desa Toyapakeh, dan Desa Tanglan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2016 Kecamatan Nusa Penida memiliki jumlah penduduk sebanyak
45.470 jiwa. (Badan Pusat Statistik, 2016).
39
2. Keadaan lingkungan cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung
a. Keadaan cubang
Keadaan cubang yang bersih dilihat dari ada tidaknya kotoran seperti debu,
sampah dedaunan dan kotoran hewan. Hasil observasi terdapat 20 cubang (66,7%)
yang dalam keadaan bersih dimana bebas dari debu, sampah dedaunan dan kotoran
hewan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 3 :
Tabel 3
Keadaan cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung
Keadaan cubang Jumlah (N) Persentase (%)
Keadaan cubang bersih 20 66,7%
Keadaan cubang kotor 10 33,3%
Total 30 100
b. Penadah hujan
Penadah hujan adalah tempat jatuhnya air hujan sebelum ditampung pada
cubang. Di pulau Nusa Penida ada tiga jenis penadah hujan diantaranya genteng,
asbes dan telabah. Masyarakat disana kebanyakan menggunakan genteng sebagai alat
penadah hujan. Hasil observasi sebanyak 23 cubang (76,7%) menggunakan penadah
dari genteng. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 4:
40
Tabel 4
Bahan penadah air hujan di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung
Bahan penadah Jumlah (N) Persentase (%)
Genteng 23 76,7%
Telabah 5 16,6%
Asbes 2 6,7%
Total 30 100
c. Saluran cubang
Saluran cubang adalah alat yang membawa air dari penadah hujan menuju ke
cubang. Saluran cubang ini berbahan pipa ataupun seng yang berbentuk kotak.
Keadaan saluran cubang tersebut masih banyak yang kotor. Kotornya saluran cubang
dilihat dari adanya besi yang berkarat pada saluran cubang. Hasil observasi
didapatkan 21 cubang (70%) keadaan saluran cubang kotor. Untuk hasil lebih
jelasnya bisa dilihat pada tabel 5 :
Tabel 5
Keadaan saluran cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung
Keadaan saluran cubang Jumlah (N) Persentase (%)
Keadaan saluran cubang
bersih 9 30%
Keadaan saluran cubang
kotor 21 70%
Total 30 100
41
d. Pipa penguras
Pipa penguras cubang digunakan untuk menguras air pada cubang akan tetapi
masyarakat disana belum semuanya menggunakan pipa untuk menguras cubang dari
hasil observasi hanya 1 cubang (3%) yang ada pipa penguras cubang. Untuk hasil
lebih jelasnya bsa dilihat pada tabel 6
Tabel 6
Pipa penguras cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung
Pipa penguras cubang Jumlah (N) Persentase (%)
Ada pipa penguras
cubang 1 3%
Tidak ada pipa penguras
cubang 29 97%
Total 30 100
e. Saringan air hujan
Saringan air hujan digunakan untuk menyaring air hujan yang masuk ke
cubang agar tidak ada kotoran seperti debu, sampah dedaunan dan kotoran-kotoran
akibat dari penadah hujan. Saringan air cubang terbuat dari kain seperti kasa.
Seharusnya cubang yang bagus harus berisi saringan namun masih saja terdapat
cubang yang tidak berisi saringan. Hasil observasi ada 16 cubang (53%) tidak berisi
saringan air hujan. Untuk hasil lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 7:
42
Tabel 7
Saringan air hujan pada cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung
Saringan air hujan Jumlah (N) Persentase (%)
Ada saringan air hujan 14 47%
Tidak ada saringan air
hujan 16 53%
Total 30 100
f. Pengambilan air cubang
Alat yang digunakan untuk mengambil air cubang yaitu timba dan keran. Dari
hasil observasi keseluruh sampel cubang menggunakan timba untuk mengambil air
dari cubang.
g. pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Air cubang tersebut
sebagian besar memiliki pH 7 itu menandakan derajat keasaman dari air cubang
dinyatakan netral. Hasil observasi terdapat 28 cubang (93%) memiliki pH 7. Untuk
hasil lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 8 :
43
Tabel 8
Derajat Keasaman (pH) air cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung
Derajat Keasamn (pH) Jumlah (N) Persentase (%)
pH 7 28 93%
pH 9 2 7%
Total 30 100
3. Pemeliharaan cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung
a. Cubang digunakan sebagai satu-satunya air minum
Di Pulau Nusa Penida menggunakan cubang sebagai sumber air untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya seperti memasak, mencuci, mandi dan untuk
diminum. Selain cubang, sumber air lain yang di gunakan oleh masyarakat disana
adalah PAM dan mata air. Untuk kebutuhan lain masyarakat disana menggunakan
cubang, PAM dan sumber mata air. Hasil wawancara seluruh cubang digunakan
sebagai satu-satunya air minum oleh warga yang ada di Pulau Nusa Penida
Kabupaten Klungkung.
b. Cubang sebagai sumber air minum
Seluruh cubang yang berada di Pulau Nusa Penida digunakan sebagai air
minum oleh masyarakat disana. Air cubang tersebut langsung diminum oleh
masyarakat disana dan tidak dimasak sebelumnya. Karena dipercaya rasa air akan
berbeda. Hasil wawancara seluruh cubang digunakan sebagai sumber air minum oleh
warga yang ada di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung.
44
c. Cubang digunakan untuk memasak dan mencuci
Cubang yang ada di Pulau Nusa Penida digunakan untuk memasak dan
mencuci pakaian oleh masyarakat disana. Karena keterbatasan sumber air di daerah
tersebut. Hasil wawancara didapatkan seluruh cubang digunakan untuk memasak dan
mencuci.
d. Gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi air cubang
Selama masyarakat disana mengkonsumsi air cubang, belum pernah ada yang
mengalami gangguan kesehatan seperti mual-mual, pusing, gatal-gatal dan juga sakit
perut.
e. Sabun deterjen sukar berbusa ketika mencuci menggunakan air cubang
Sabun deterjen yang sukar berbusa menandakan adanya kandungan kesadahan
pada air. Ada beberapa sampel air cubang yang mengalami sukar berbusa dan ada
yang tidak mengalami suka berbusa. Hasil wawancara didapatkan 10 cubang (33%)
menunjukkan sabun yang sukar berbusa ketika mencuci dengan air cubang. Untuk
hasil lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 9 :
Tabel 9
Sabun deterjen sukar berbusa ketika mencuci menggunakan air cubang di
Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung
Sabun deterjen sukar
berbusa ketika mencuci
menggunakan air cubang
Jumlah (N) Persentase
Sukar berbusa 10 33%
Berbusa 20 67%
Total 30 100
45
f. Pembersihan pada penadah
Penadah hujan adalah tempat jatuhnya air hujan sebelum ditampung ke dalam
cubang. Pembersihan pada penadah hujan dilakukan bervariasi, ada yang setiap 6
bulan sekali, kadang setiap tahun dan bahkan ada yang membersihkan saat musim
hujan datang. Hasil wawancara didapatkan 16 cubang (53%) tidak dilakukan
pembersihan pada cubang. Untuk hasil lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 :
Tabel 10
Pembersihan penadah yang dilakukan di Pulau Nusa Penida Kabupaten
Klungkung
Pembersihan penadah
hujan Jumlah (N) Persentase
Dilakukan pembersihan 14 47%
Tidak dilakukan
pembersihan 16 53%
Total 30 100
g. Pengurasan cubang
Pengurasan pada cubang menggunakan tangga untuk mengurasnya.
Masyarakat disana melakukan pengurasan cubang setiap beberapa tahun sekali atau
setiap 20 tahun sekali dan bahkan ada beberapa cubang yang tidak dikuras setiap
beberapa tahun atau 20 tahun sekali. Hasil wawancara didapatkan 24 cubang (80%)
tidak dilakukan pengurasan pada cubang. Untuk hasil lebih jelasnya bisa dilihat pada
tabel 11:
46
Tabel 11
Cubang yang dikuras di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung
Pengurasan cubang Jumlah (N) Persentase
Dilakukan pengurasan
cubang 6 20%
Tidak dilakukan
pengurasan cubang 24 80%
Total 30 100
4. Hasil pemeriksaan uji kesadahan air cubang di pulau Nusa Penida Kabupaten
Klungkung
Pemeriksaan kesadahan bertujuan untuk mengetahui kadar/tingkat kesadahan
air. Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar kesadahan (lampiran 3) pada air cubang di
Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung diperoleh data penelitian pada tabel berikut
:
Tabel 12
Klasifikasi air cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung berdasarkan
nilai kesadahannya
Klasifikasi perairan Kesadahan (mg/liter
CaCO3) Jumlah (N) Persentase (%)
Lunak (soft) <50 0 -
Menengah (moderately
hard) 50-150 5 17%
Sadah (hard) 150-300 15 50%
Sangat sadah (very hard) >300 10 33%
Total 30 100
47
Beradasarkan hasil pemeriksaan kadar kesadahan terhadap 30 sampel air
cubang diperoleh 10 sampel (33%) termasuk dalam kategori sangat sadah (very
hard), 15 sampel (50%) termasuk dalam kategori sadah (hard), dan 5 sampel (17%)
termasuk kategori menengah (moderately hard).
5. Kesadahan dibandingkan dengan standar
Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan
standar menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Berdasarkan hasil pemeriksaan,
kadar kesadahan air pada sampel air cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten
Klungkung ada sejumlah 7 cubang yang memiliki kadar kesadahan diatas batas
maksimal yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No
907/Menkes/SK/VII/2002tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum
dengan batas maksimal kesadahan pada air bersih 500 mg/L CaCO3.
B. Pembahasan
Pemeriksaan kesadahan bertujuan untuk mengetahui kadar/tingkat kesadahan
air cubang yang berada di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung dan hasilnya
dibandingkan dengan standar yaitu menurut Peraturan Menteri Kesehatan No
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air
Minum. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan kadar kesadahan air adalah
titrasi kompleksometri. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel
air cubang yang ada di Pulau Nusa Penida.
48
Cubang adalah tempat untuk menampung air hujan yang terbuat dari semen
menyerupai sumur. Cubang biasanya digunakan sebagai sumber air oleh masyarakat
yang tinggal di Pulau Nusa Penida. Masyarakat disana menggunakan cubang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mencuci, mandi dan sebagai
sumber air minum. Air yang digunakan untuk minum jarang dimasak karena menurut
penuturan masyarakat disana rasa air akan berbeda jika dimasak terlebih dahulu.
Keadaan cubang yang bersih dilihat dari ada tidaknya kotoran seperti debu,
sampah dedaunan dan kotoran hewan. Hasil observasi didapatkan hasil dari 30
sampel terdapat 20 cubang (66,7%) yang dalam keadaan bersih dimana bebas dari
debu, sampah dedaunan dan kotoran hewan sedangkan 10 cubang (33,3%) dalam
keadaan kotor. Kotornya cubang dikarenakan adanya kurangnya menutup cubang
dengan baik hal tersebut menyebabkan ada debu-debu yang masuk ke dalam cubang.
Selain itu, penutup cubang yang terbuat dari asbes juga menimbulkan adanya kotoran
yang masuk kedalam cubang.
Penadah hujan adalah tempat jatuhnya air hujan sebelum ditampung pada
cubang. Di pulau Nusa Penida ada tiga jenis penadah hujan diantaranya genteng,
asbes dan telabah. Masyarakat disana kebanyakan menggunakan genteng sebagai alat
penadah hujan. Hasil observasi sebanyak 23 cubang (76,7%) menggunakan penadah
dari genteng, 5 cubang (76,7%) menggunakan telabah dan 2 cubang (6,7%)
menggunakan asbes.
49
Saluran cubang adalah alat yang membawa air dari penadah hujan menuju ke
cubang. Saluran cubang ini berbahan pipa ataupun seng yang berbentuk kotak.
Keadaan saluran cubang tersebut masih banyak yang kotor. Kotornya saluran cubang
dilihat dari adanya besi yang berkarat pada saluran cubang. Tetesan air hujan yang di
jatuh ke asbes dan genteng-genteng kemudian dialiri ke dalam cubang. Air hujan
yang jatuh ke penadah harus dalam ke adaan bersih karena jika tidak bersih akan
berpengaruh pada orang yang mengkonsumsinya namun kebanyakan orang masih
jarang membersihkan saluran penadah air tersebut. Hasil observasi didapatkan 21
cubang (70%) keadaan saluran cubang kotor dan 9 saluran penadah (30%) dalam
keadaan bersih
Pipa penguras cubang digunakan untuk menguras air pada cubang akan tetapi
masyarakat disana belum semuanya menggunakan pipa untuk menguras cubang.
Cubang yang sudah lama berisi air harus dikuras seperti pada cubang yang ada di
Pulau Nusa Penida mereka menggunakan pipa untuk menguras cubang. Hasil
observasi hanya 1 cubang (3%) yang ada pipa penguras cubang dan 29 cubang (97%)
tidak berisi pipa untuk menguras cubang.
Saringan air hujan digunakan untuk menyaring air hujan yang masuk ke
cubang agar tidak ada kotoran seperti debu, sampah dedaunan dan kotoran-kotoran
akibat dari penadah hujan. Saringan air cubang terbuat dari kain seperti kasa.
Seharusnya cubang yang bagus harus berisi saringan namun masih saja terdapat
cubang yang tidak berisi saringan. Hasil observasi ada 16 cubang (53%) berisi
50
saringan air hujandan 14 cubang (47%) berisi penyaring air hujan sebelum air
ditampung pada cubang sedangkan 16 cubang (53%) tidak berisi saringan air.
Alat yang digunakan untuk mengambil air cubang yaitu timba dan keran. Dari
hasil observasi keseluruh sampel cubang menggunakan timba untuk mengambil air
dari cubang.
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Air cubang tersebut
sebagian besar memiliki pH 7 itu menandakan derajat keasaman dari air cubang
dinyatakan netral. Hasil observasi terdapat 28 cubang (93%) memiliki pH 7 dan 2
cubang (7%) memiliki pH 9. pH dipengaruhi oleh konsentrasi gas-gas dalam air
seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat dan proses
dekomposisi bahan organik di dasar perairan. Sampel yang memiliki pH 9 yaitu
sampel cubang ke-13 dan sampel cubang ke-27 dilihat dari hasil observasi keadaan
cubang yang tidak bersih.
Di Pulau Nusa Penida menggunakan cubang sebagai sumber air untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya seperti memasak, mencuci, mandi dan untuk
diminum. Selain cubang, sumber air lain yang di gunakan oleh masyarakat disana
adalah PAM dan mata air. Untuk kebutuhan lain masyarakat disana menggunakan
cubang, PAM dan sumber mata air. Hasil wawancara seluruh cubang digunakan
sebagai satu-satunya air minum oleh warga yang ada di Pulau Nusa Penida
Kabupaten Klungkung.
51
Seluruh cubang yang berada di Pulau Nusa Penida digunakan sebagai air
minum oleh masyarakat disana. Air cubang tersebut langsung diminum oleh
masyarakat disana dan tidak dimasak sebelumnya. Karena dipercaya rasa air akan
berbeda. Hasil wawancara seluruh cubang digunakan sebagai sumber air minum oleh
warga yang ada di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung.
Cubang yang ada di Pulau Nusa Penida digunakan untuk memasak dan
mencuci pakaian oleh masyarakat disana. Karena keterbatasan sumber air di daerah
tersebut. Hasil wawancara didapatkan seluruh cubang digunakan untuk memasak dan
mencuci.
Selama masyarakat disana mengkonsumsi air cubang, belum pernah ada yang
mengalami gangguan kesehatan seperti mual-mual, pusing, gatal-gatal dan juga sakit
perut.
Sabun deterjen yang sukar berbusa menandakan adanya kandungan kesadahan
pada air. Ada beberapa sampel air cubang yang mengalami sukar berbusa dan ada
yang tidak mengalami suka berbusa. Hasil wawancara didapatkan 10 cubang (33%)
menunjukkan sabun yang sukar berbusa ketika mencuci dengan air cubang.
Penadah hujan adalah tempat jatuhnya air hujan sebelum ditampung ke dalam
cubang. Pembersihan pada penadah hujan dilakukan bervariasi, ada yang setiap 6
bulan sekali, kadang setiap tahun dan bahkan ada yang membersihkan saat musim
hujan datang. Hasil wawancara didapatkan 16 cubang (53%) tidak dilakukan
pembersihan pada cubang.
52
Pengurasan pada cubang menggunakan tangga untuk mengurasnya.
Masyarakat disana melakukan pengurasan cubang setiap beberapa tahun sekali atau
setiap 20 tahun sekali dan bahkan ada beberapa cubang yang tidak dikuras setiap
beberapa tahun atau 20 tahun sekali. Hasil wawancara didapatkan 24 cubang (80%)
tidak dilakukan pengurasan pada cubang
Hasil penelitian kesadahan air cubang di pulau Nusa Penida Kabupaten
Klungkung didapatkan sebanyak 33% dalam kategori air yang sangat sadah (very
hard) dengan rentang hasil pemeriksaan kadar kesadahan total >300 mg/L CaCO3
dan didapatkan hasil sebanyak 50% dalam kategori air yang sadah (hard) dengan
rentang hasil 150-300 mg/L CaCO3. Hasil ini sesuai dengan dengan keluhan yang
dirasakan oleh beberapa warga dalam penggunaan air cubang. Sementara itu, 17%
termasuk dalam kategori air menengah (moderately hard). Walaupun sebagian besar
sampel air termasuk air yang sadah, namun kadarnya tidak semua melewati batas
maksimal hanya terdapat 7 sampel air cubang yang didapatkan melewati batas
maksimal yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No
907/Menkes/SK/VII/2002tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum
dengan batas maksimal kesadahan yaitu 500 mg/L CaCO3.
Sampel yang kadar kesadahannya tinggi umumnya sistem penadah hujannya
menggunakan genteng. Genteng berbahan dasar tanah liat yang dimana menurut Das
(1998) tanah liat ini memiliki struktur atom mineral lempung terdiri dari dua unit
struktural, yaituSilika tetrahedral, yang terdiri dari empat atom oksigen mengelilingi
satu atom silicon, kombinasi ini membentuk lempeng silica (shilica sheet) dan
53
Aluminium oktahedral, yang terdiri dari enam gugus hidroksil yang mengelilingi
sebuah atom aluminium. Kombinasi ini membentuk lempeng gibbsite (gibbsite sheet)
atau dapat juga disebut lempengbrucite (brucite sheet) bila atom Al digantikan oleh
Mg. Maka dari itu sistem penadah menggunakan genteng mengandung mineral Mg
yang menyebabkan air itu menjadi sadah . Selain itu sampel air yang kadar
kesadahaannya tinggi mengalami sukar berbusa ketika mencuci menggunakan sabun
deterjen dengan air cubang.
Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air.
Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ionion Ca2+, Mg2+ dapat juga
disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi
banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan
bikarbonat dalam jumlah kecil (Suantara, Sundari, dan Mastra, 2015)
Hasil pemeriksaan kesadahan air cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten
Klungkung belum memenuhi standar menurut Peraturan Menteri Kesehatan No
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air
Minum. Struktur geologis tanas mempengaruhi kadar kesadahan. Kesadahan perairan
berasal dari kontak air dengan bebatuan. Perairan dengan nilai kesadahan tinggi pada
umumnya merupakan perairan yang berada di wilayah yang dengat dengan pantai dan
batuan kapur. Adanya keluhan rasa licin pada saat menggunakan air cubang dapat
juga disebabkan oleh adanya lumut pada cubang yang diakibatkan oleh kelembaban
dan jarang dikurasnya cubang.
54
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah diantaranya yaitu pengendapan mineral yangmenyumbat saluran
pipa dan keran, menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga. Selain itu dampak
yang ditimbulkan oleh adanya air sadah bagi kesehatan adalah dapat mengganggu
kesehatan seperti terjadinya endapan kapur pada ginjal atau saluran kencing jika
dikonsumsi secara terus menerus (Cholil, Anna, dan Setyaningsih, 2016).
Air cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung biasanya digunakan
sebagai sumber air bersih untuk kegiatan dirumah tangga seperti memasak, mandi,
mencuci, dan untuk diminum. Untuk air cubang yang digunakan sebagai bahan baku
air minum seharusnya direbus terlebih dahulu, selain untuk mematikan kuman kuman
penyebab penyakit pemanasan juga berfungsi untuk menurunkan kadar kesdahan air.
Proses pemanasan mengendapkan garam-garam karbonat yang merupakan penyusun
kesadahan air, hanya tetapi masyarakat di Nusa Penida jarang memasak air cubang
tersebut sebelum diminum karena rasa air akan berbeda.
Selain dengan pemanasan terdapat beberapa cara untuk menurunkan kadar
hingga menghilangkan kesadahan yaitu dengan menambahkan kapur (Metode Clark),
penambahan natrium karbonat dan proses pertukaran basa (base exchange process).
Penambahan kapur pada air yang sifat kesadahannya sementara dapat mengabsorbsi
CO2 dan mengendapkan CaCO3 yang todak terlarut. Caranya dengan memasukkan
kapur (quick lime) seberat 1 ons ke dalam setiap 700 galon air untuk setiap derajat
kesadahan air (14,25 ppm). Penambahan natrium karbonat dapat menghilangkan
kesadahan sementara maupun kesadahan tetap. Pada proses pertukaran basa
55
menggunakan natrium permutit, terjadi pertukaran kation Na dengan ion Ca dan Mg
di dalam air. Semua ion Ca dan Mg akan dilepas melalui reaksi pertukaran basa (base
exchange) dan natrium permutit akan menjadi kalsium dan magnesium permutit.
Metode ini dapat melunakkan basa biasanya digunakan untuk pelunakan air skala
besar (Chandra, 2007).
Metode lain yang dapat digunakan untuk menurunkan kesadahan yaitu metode
filtrasi (penyaringan). Filtrasi adalah suatu cara memisahkan padatan dari air, adapun
media yang digunakan dalam filtrasi antara lain pasir, ijuk, kerikil dan arang aktif
atau karbon aktif. Penelitian Mifbakhudin (2009) tentang Pengaruh Ketebalan Karbon
Aktif Sebagai Media Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artesis
diperoleh ada pengaruh ketebalan karbon aktif sebagai media filter terhadap
penurunan kesdahan air sumur artesis dengan penurunan kesadahan yang paling
efektif pada ketebalan filter 80 cm.
56
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan yaitu :
1. Keadaan lingkungan cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung yaitu
sebagian terdapat 20 cubang (67%) bersih tidak ada kotoran hewan, sampah
dedaunan maupun debu.
2. Pemeliharaan cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung yaitu jika
terdapat cubang yang rusak akan diperbaiki oleh pemilik cubang sedangkan
pengurasan pada cubang dilakukan setiap beberapa tahun sekali atau setiap 20
tahun sekali dan bahkan ada beberapa cubang yang tidak dikuras setiap beberapa
tahun atau 20 tahun sekali.
3. Dari 30 sampel air cubang di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkundiperoleh
30 sampel air cubang yang diperiksa di Laboratorium Kesling RSUP Sanglah
didapatkan hasil seluruhnya termasuk kesadahan total dengan kategori 10 sampel
(33%) termasuk dalam kategori sangat sadah (very hard), 15 sampel (50%)
termasuk dalam kategori sadah (hard), dan 5 sampel (17%) termasuk kategori
menengah (moderately hard).
B. Saran
1. Bagi masyarakat yang air cubangnya sadah dapat melakukan penambahan kapur
(quick lime) jenis baking soda dengan takaran 1 ons baking soda dimasukkan
57
kedalam 700 galon air untuk setiap derajat kesadahan air (14,25 ppm) untuk
menurunkan kadar kesadahan air.
2. Bagi masyarakat yang menggunakan air cubang sebagai bahan baku air minum
sebaiknya air cubang tersebut dimasak/direbus terlebih dahulu untuk
menurunkan kadar kesadahanya.
58
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Peneitian. Revisi V. Jakarta : PT Rineka Cipta
Astrini, N., Haryono, H., & Suwerda, B. 2017. 'Efektifitas Berbagai Dosis Rekashet
untuk Menurunkan Kesadahan Air Sumur Gali Di Desa Jimbung, Kalikotes,
Klaten'. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 7(3), 106–110. Retrieved from
http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasi/article/view/57/33.
Diakses 4 November 2018
Astuti, D. W., Fatimah, S., Anie, S, 2016. 'Analisis Kadar Kesadahan Total Pada Air
Sumur Di Padukuhan Bandung Playen Gunung Kidul', Jurnal Kesehatan
Lingkungan,1(1), 69–73. Retrieved from
http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/analit/article/view/1239. Diakses 4
November 2018
Chandra, B., 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan Cetakan I, Jakarta : EGC.
Cholil, M., Anna, A. N., & Setyaningsih, N. 2016. 'Analisis Kesadahan Air Tanah Di
Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tengah'. The 3rd
University Research Colloquium, 88–98. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/32171/20/Naskah%20Publikasi.pdf. Diakses 10
Desember 2018
Efendi, H., 2007, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan Catakan ke-5, Yogyakarta : Kanisius
Jaya, I. K. D. S., C. D. W. H. Sundari, I. N. Mastra. 2015, 'Gambaran Kadar
Kesadahan Total Pada Air Sumur Di Lingkungan Banjar Gaduh Kelurahan
Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan', Journal Meditory, Vol.3 , No.2. 2(2): 89-
96
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
907 / Men.Kes/SK/VII/2002tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum, Jakarta : Kemenkes RI
Mifbakhudin, 2009, 'Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media Filter
Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis',(online), aviable :
http://www.kopertis6.or.id.journal/index.php/eks/article/download/15/13
Diakses 2 Mei 2019
59
Nurullita, U., Astuti, R., & Arifin, M. Z. 2010. 'Pengaruh Lama Kontak Karbon Aktif
Sebagai Media Filter Terhadap Persentase Penurunan Kesadahan CaCO3 Air
Sumur Artesis'. J Kesehat Masy Indones, 48–56. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/27239/16/02._Jurnal_Publikasi.pdf. Diakses 21
November 2018
Prasetyo, A., Nur, M., Muhlisin, Z., & Putro, P. 2015. 'Reaktor Dielectric Barrier
Discharge Plasma Terhadap Konsentrasi Oksigen Terlarut,Kesadahan'.
Youngsters Physics Journal, 4(3), 237–242. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/bfd/article/view/9106. Diakses 21
November 2018
Sitepoe, M., 1997 Air Untuk Kehidupan, Pencemaran Air dan Usaha
Pencegahannya, Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Soemirat, J. 2011. Kesehatan Lingkungan (Revisi). Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sumantri, A. 2013. Kesehatan Lingkungan. (Revisi). Kencana Prenada Nedia Group.
Retrieved from www.prenadamedia.com
Suyono dan Budiman. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kesehatan
Lingkungan. (Pertama). Jakarta : EGC
Widyaningsih, S., Setiawan, E., & Setyaningtyas, T. 2011. 'Karakterisasi Abu
Terbang Pltu Cilacap Untuk Menurunkan Kesadahan Air Di Desa
Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas'. Molekul, 6(1), 35.
Retrieved from https://doi.org/10.20884/1.jm.2011.6.1.89. Diakses 14 Desember
2018
60
Lampiran 1
LEMBAR WAWANCARA
A. Karakteristik Pemilik Cubang
Kode cubang :
Tanggal wawancara :
Nama pemilik cubang :
Pengetahuan Pemilik Cubang
1. Apakah anda menggunakan air hujan yang ditampung pada cubang sebagai satu-
satunyaair minum?
Ya
Tidak
Keterangan :
2. Apakah anda menggunakan air hujan yang ditampung pada cubang sebagai air
minum ?
Ya
Tidak
Keterangan :
3. Apakah anda menggunakan air hujan yang ditampung pada cubang untuk mandi,
menggosok gigi, dan memasak?
Ya
Tidak
61
Keterangan :
4. Apakah anda mengalami gangguan kesehatan selama memanfaatkan air cubang
(misalnya mual-mual, gatal, pusing dan sakit perut) ?
Ya
Tidak
Keterangan :
5. Apakah sabun deterjen sukar berbusa ketika mencuci peralatan rumah tangga
menggunakan air cubang?
Ya
Tidak
Keterangan :
6. Apakah bapak/ibu pernah melakukan pengurasan pada cubang?
Ya
Tidak
Keterangan :
7. Apakah bapak/ibu pernah membersihkan penadah hujan pada cubang?
Ya
Tidak
Keterangan :
62
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
Kondisi lingkungan pada cubang Kode cubang
Keadaan cubang
a. Bersih
b. Tidak bersih
Sistem penadah hujan
a. Genteng
b. Telabah
c. Asbes
Saluran air dari penadah hujan ke cubang
a. Bersih
b. Tidak bersih
Terdapat pipa penguras pada cubing
a. Ada
b. Tidak ada
Saringan air sebelum ditampung pada cubang
63
a. Ada
b. Tidak
Pengambilan air pada cubang
a. Keran
b. Timba
pH
64
Lampiran 3
DATA HASIL UJI KESADAHAN TOTAL
No. Kode Sampel pH Hasil Klasifikasi Perairan
1. Sampel I 7 117,20 Menengah (moderately
hard)
2. Sampel II 7 360,30 Sangat sadah (very hard)
3. Sampel III 7 540,40 Sangat sadah (very hard)
4. Sampel IV 7 109,20 Menengah (moderately
hard)
5. Sampel V 7 191,00 Sadah (hard)
6. Sampel VI 7 372,80 Sangat sadah (very hard)
7. Sampel VII 7 546,20 Sangat sadah (very hard)
8. Sampel VIII 7 177,40 Sadah (hard)
9. Sampel IX 7 554,50 Sangat sadah (very hard)
10. Sampel X 7 163,70 Sadah (hard)
11. Sampel XI 7 172,80 Sadah (hard)
12. Sampel XII 7 281,90 Sadah (hard)
13. Sampel XIII 9 273,00 Sadah (hard)
14. Sampel XIV 7 172,80 Sadah (hard)
15. Sampel XV 7 563,70 Sangat sadah (very hard)
16. Sampel XVI 7 172,85 Sadah (hard)
17. Sampel XVII 7 136,50 Menengah (moderately
hard)
18. Sampel XVIII 7 546,30 Sangat sadah (very hard)
19. Sampel XIX 7 109,20 Menengah (moderately
hard)
20. Sampel XX 7 455,10 Sangat sadah (very hard)
21. Sampel XXI 7 546,50 Sangat sadah (very hard)
22. Sampel XXII 7 227,50 Sadah (hard)
23. Sampel XXIII 7 154,70 Sadah (hard)
24. Sampel XXIV 7 172,90 Sadah (hard)
65
25. Sampel XXV 7 163,70 Sadah (hard)
26. Sampel XXVI 7 154,70 Sadah (hard)
27. Sampel XXVII 9 136,40 Menengah (moderately
hard)
28. Sampel XXVIII 7 163,70 Sadah (hard)
29. Sampel XXIX 7 163,70 Sadah (hard)
30. Sampel XXX 7 540,60 Sangat sadah (very hard)
66
67
Lampiran 4 : Data wawancara
No. Kode
sampel
Karakteristik
Cubang
sebagai
sumber air
satu-satunya
Cubang
sebagai air
minum
Cubang
digunakan
untuk
mandi,
menggosok
gigi dan
memasak
Mengalami
gangguan
kesehatan saat
mengkonsumsi
air cubang
Sabun sukar
berbusa ketika
mencuci
menggunakan
air cubang
Pengurasan
cubang
Membersihkan
penadah hujan
1. Cubang 1 Y Y Y T T T T
2. Cubang 2 Y Y Y T Y Y Y
3. Cubang 3 Y Y Y T Y T T
4. Cubang 4 Y Y Y T T T T
5. Cubang 5 Y Y Y T T T Y
6. Cubang 6 Y Y Y T Y Y Y
7 Cubang 7 Y Y Y T Y T Y
8. Cubang 8 Y Y Y T T T Y
68
9. Cubang 9 Y Y Y T Y Y Y
10. Cubang 10 Y Y Y T T Y Y
11. Cubang 11 Y Y Y T T T Y
12. Cubang 12 Y Y Y T Y T Y
13 Cubang 13 Y Y Y T T T Y
14. Cubang 14 Y Y Y T T Y Y
15. Cubang 15 Y Y Y T Y Y Y
16. Cubang 16 Y Y Y T T T Y
17. Cubang 17 Y Y Y T Y T T
18. Cubang 18 Y Y Y T T T T
19. Cubang 19 Y Y Y T T T T
20 Cubang 20 Y Y Y T T T T
21. Cubang 21 Y Y Y T Y T T
22. Cubang 22 Y Y Y T T T T
23. Cubang 23 Y Y Y T T T T
24. Cubang 24 Y Y Y T T Y Y
25. Cubang 25 Y Y Y T T T T
26. Cubang 26 Y Y Y T T T T
69
27. Cubang 27 Y Y Y T T T T
28. Cubang 28 Y Y Y T T T T
29. Cubang 29 Y Y Y T T T T
30 Cubang 30 Y Y Y T Y T T
70
Lampiran 5 : Data Hasil Observasi cubang
No
.
Kode
sampel
Keadaan cubang Sistem penadah Saluran
penadah
Terdapat
pipa
penguras
Saringan air Pengambilan
air pH
Bersih Tidak
bersih Genteng Telabah Asbes Bersih Tidak ada tidak ada tidak keran timba 7 9
1. Cubang
1 Bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada Ada Timba 7
2. Cubang
2 Bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada ada Timba 7
3. Cubang
3 Bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada ada Timba 7
4. Cubang
4
Tidak
bersih Telabah
Tidak
bersih
Tidak
ada ada Timba 7
5. Cubang
5
Tidak
bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada Ada Timba 7
6. Cubang
6
Tidak
bersih Genteng
Tidak
bersih Ada Ada Timba 7
71
7. Cubang
7
Tidak
bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada ada Timba 7
8. Cubang
8 Bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada Ada Timba 7
9. Cubang
9 Bersih Genteng Bersih
Tidak
ada Ada Timba 7
10. Cubang
10 Bersih Genteng Bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
11. Cubang
11 Bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada Ada Timba 7
12. Cubang
12
tidak
bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
13. Cubang
13 Bersih Genteng Bersih
Tidak
ada Ada Timba 9
14. Cubang
14 Bersih Genteng Bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
15. Cubang
15 Bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
72
16. Cubang
16 Bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada Ada Timba 7
17. Cubang
17 Bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
18. Cubang
18 Bersih Genteng Bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
19. Cubang
19 Bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
20. Cubang
20 Bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
21. Cubang
21 Bersih Genteng Bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
22. Cubang
22 Bersih Asbes
Tidak
bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
23. Cubang
23 Bersih Asbes Bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
24. Cubang
24 Bersih Telabah
Tidak
bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
73
25. Cubang
25
tidak
bersih Telabah
Tidak
bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
26. Cubang
26
tidak
bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada Ada Timba 7
27. Cubang
27
tidak
bersih Genteng
Tidak
bersih
Tidak
ada Ada Timba 9
28. Cubang
28
tidak
bersih Telabah
Tidak
bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
29. Cubang
29
tidak
bersih Telabah
Tidak
bersih
Tidak
ada
Tidak
ada Timba 7
30. Cubang
30 Bersih Genteng Bersih
Tidak
ada Ada Timba 7
74
Lampiran 6 : Surat Ijin Rekomendasi Penelitian
75
76
77
78
Lampiran 7 : dokumentasi Penelitian
Kegiatan survei pada warga di Pulau
Nusa Penida Kabupaten Klungkung
Cubang yang ada di Pulau Nusa
Penida Kabupaten Klungkung
Mengikatkan tali pada botol sampel
Membersihkan botol sampel
dengan air cubang
Pengambilan sampel air cubang
Pengecekan pH sampel air
cubang
79
Sampel air cubang
Pemeriksaan kesadahan sampel
air cubang
Hasil negatif menunjukkan warna
merah
Hasil positif menunjukkan warna
biru
Saringan pada air hujan sebelum
masuk ke dalam cubang
Saluran air hujan yang masuk
kedalam cubang dari penadah
80
Penadah air hujan dari telabah
Recommended