View
121
Download
6
Category
Preview:
DESCRIPTION
buletin dwi bulanan yang diterbitkan oleh Mapala Silvagama, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.
Citation preview
Volume II, Juni 2011
Ekowisata, Wisata Alam
Berbasis Konservasi
Tree Climbing bersama
Sahabat dari Oregon
Pengembaraan Gladian
XXVI Kelelawar
(Hipposideros cervinus)
Topik Utama
Ekowisata, Wisata Alam Ber-
basis Konservasi …….. 3
Petualangan Massal, Akankah
Kita Mengatakan Tidak?......6
Parangndog, yang Kini Jadi
Wisata untuk Semua…. 7
Podjok Silva
Pengembaraan Gladian XXVI
Kelelawar :
Tebing (penambangan)
Citatah T125….. 9
Menelusuri “Rumah
Kami” di Tasikmalaya…. 14
Bogowonto Mengering,
Progo Atas Kami Susuri…
16
Puncak Itu, Puncak Jobola-
rangan… 18
Pulau Nusakambangan, Bu-
kan Tentang Narapidana
Tapi Tentang Pengem-
bara… . 20
Daftar isi
Cover by : Mapala Silvagama
Lokasi : Pantai Siung,
Gunung Kidul
Penanggung jawab : Ketua
Umum Mapala Silvagama
Pemimpin Redaksi : Afifah
Redaktur Pelaksana : Tami, Unti
Editor dan Layouting : Hesty
Reporter : Sidiq, Faisol
Distribusi : Imam, Danang
Penerbit : Lembaga Pers Mapala Silvagama
Sekretariat : Sekretariat Bersama Fakultas Kehutanan
UGM
Jl Agro No 1 Bulaksumur Yogyakarta
Email : mapalasilvagama@gmail.com
Website : www.mapalasilvagama.or.id
Hallo jhon!!
Kabar Silva kembali hadir mengisi kebutuhan
Anda akan informasi baru yang menyegarkan. Topik
utama edisi ini adalah ekowisata vs konservasi,
bagaimana kebijakan ekowisata yang tepat guna
mendukung konservasi SDA?
Selain itu, kali ini Anda akan disuguhkan kisah
para pengembara dari Gladian XXVI Kelelawar, rasakan
sensasi tidur di benteng penuh misteri
P.Nusakambangan, butiran2 batu kapur tebing citatah,
gelap abadi goa2 tasikmalaya, deras jeram sungai progo
atas dan semak belukar yang menghadang pembukaan
jalur di Jobolarangan, Gn. Lawu.
Pengetahuan baru, kisah baru. Selamat belajar
dan ikut merasakan sensasi para
pengembara!!
Dapur Kasil,
Petualangan-petualangan yang selama ini kita lakukan
di alam, baik dalam bentuk sedikit memuaskan hasrat
yang selalu ingin menjelajah atau sekedar duduk
menikmati hamparan keindahan lukisan alam Sang
Pencipta, dapat digolongkan dalam satu kata yakni
“berwisata”. Tapi, apakah yang kita lakukan hanya
sekadar ingin berwisata? Apakah kita sudah bertang-
gung jawab dalam setiap kegiatan-kegiatan kita ini?
Apa-apa saja sebenarnya yang dapat kita pelajari dari
wisata alam agar apa yang kita nikmati dapat pula
dinikmati generasi mendatang? Dan dapat pula mem-
berikan manfaat terhadap masyarakat? Jawabannya
adalah……. Ekowisata.
Melakukan aktivitas wisata ke kawasan alam (nature
area) dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan
melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk
setempat ini disebut dengan ekowisata.
Topik Utama
EKOWISATA DAN KONSERVASI
Page 4 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Sebagai mahasiswa di Fakultas Kehu-tanan tentunya kalian berkesempatan belajar dan mengarungi keindahan alam negeri ini. Indonesia merupakan negara dengan keane-garaman hayati tertinggi ketiga di dunia, setelah Brazil dan Zaire, dan memiliki sumber daya alam berlimpah, baik di daratan, udara maupun di perairan. Semua potensi tersebut mempunyai peranan sangat penting bagi pengembangan kepariwisataan, khususnya wisata alam. Sejak awal abad 20, negeri Katulistiwa ini sudah menjadi incaran Bangsa Eropa dan Amerika sebagai tujuan destinasi wisata. Saat itu Indonesia terkenal sebagai Mooi Indie dan Java, The Garden of The East, sangat memberikan citra kuat bagi masyarakat Barat. Hingga kini Indonesia dikenal sebagai paradise in the world, dengan kenyamanan iklim tropis, keanekaragaman hayati dan keindahan alam
Ekowisata, Wisata Alam Berbasis Konservasi
Oleh Siti Nurul Rofiqo Irwan, PhD., (Lab Kepariwisataan Alam, Bagian Konservasi Sumber Daya Hutan , Fakultas Kehutanan UGM)
nya merupakan citra kuat sebagai destinasi wisata.
Atraksi wisata merupakan daya tarik yang dapat membuat seseorang untuk berkunjung atau disebut wisatawan. Keberadaan hutan, keindahan sumber daya alam dan keanekagaman flora dan fauna Indonesia merupakan potensi atraksi wisata alam atau merupakan salah satu potensi unggulan hasil hutan non kayu. Atraksi wisata lain seperti peninggalan sejarah, kebudayaan dan sampai keanekaragaman masakan Indonesia merupakan bentuk potensi atraksi pendukung atraksi wisata alam di Indonesia. Selain memiliki nilai keindahan dan keunikan, atraksi alam juga berada dalam kawasan yang harus dijaga kelestariannya. Melakukan aktivitas wisata ke kawasan alam (nature area) dengan
Page 5 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
dan budaya bahkan sampai pada men-cicipi masakan khas setempat juga meru-pakan rangkaian atraksi terpadu (integrated-attractions) dalam destinasi ekowisata. Tantangan untuk kalian sebagai generasi ekowisata era depan, apakah kalian siap untuk mengembangkan program-program ekowisata yang menjangkau bentangan kepulauan Indonesia yang indah dan melimpah ini? Masih banyak ruang dan kesempatan untuk menjadikan peluang ekowisata sebagai wadah untuk berkarya, belajar dan berusaha yang bersahabat den-gan alam. Semoga!!!
tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat ini disebut Ekowisata. Ekowisata (ecotourism) menurut The International Ecotourism Society (TIES) pada awal tahun 1990 adalah wisata yang bertanggung jawab ke daerah alami dengan tujuan melestarikan dan meningkatkan kesejahtearaan masyarakat sekitar.
Berdasar Australian Departement of Tourism (Black, 1999), Ekowisata merupakan wisata berbasis pada alam dengan mengikuti aspek pendidikan dan interpretasi lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis.
Adanya masalah lingkungan secara global, upaya konservasi di wilayah alam (natural area) mutlak perlu dilakukan, sehingga sifat wisata alam yang dilakukan haruslah mendukung pilar-pilar konservasi berdasar UU no. 5 tahun 1990, yaitu perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari. Ekowisata merupakan wisata alam yang ber-basis konservasi, dengan tujuan wisata minat khusus (ke daerah alam yang unik), tidak dikunjungi secara massal, merupakan kunjun-gan perorangan atau kelompok kecil, memiliki tujuan pendidikan, dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Oleh karena itu Ekowisata tak kan lepas dari kawasan konservasi dan upaya konservasi.
Ekowisata memberi banyak kesempatan kepada wisatawan untuk memahami tentang pentingnya upaya perlindungan alam dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal. Dalam perencanaan ekowisata, fasilitas infor-masi yang bersifat edukatif dan ekologis san-gat penting untuk meningkatkan nilai dari pengalaman wisatawan.
Informasi lengkap tentang deskripsi elemen-elemen alam, rangkaian terkaitan dalam ekosistem dan uraian kelangkaan flora-fauna merupakan keunggulan program eko-wisata yang dapat dikembangkan.
Selain itu menyaksikan acara kebu-dayaan, sejarah, kerajinan tangan, kearifan lokasi setempat dalam melestarikan alam
Target pasar Anda adalah
Mahasiswa? MAPALA?
Masyarakat Umum?
Kamilah media yang menca-
kup semuanya!!!
CP: Tami 085276465515
Petualangan Masal, akankah kita mengatakan tidak?
“Say good bye to mass tourism! Ya, katakan selamat tinggal untuk kegiatan-kegiatan petualangan massal, jika Anda mengaku Pecinta Alam. Un-tuk segala pertanyaan apa dan mengapa, kita akan bahas satu per satu.”
Apa itu mass tourism? Mass tourism atau wisata massal adalah mengunjungi suatu tempat secara beramai-ramai dan dalam satu waktu, batasan ramai disini tergantung dari daya tam-pung dari tempat yang dikunjungi.
Dan saya mendefinisikan kegiatan petualangan massal sebagai suatu kegiatan yang dilakukan sekelompok orang dialam bebas den-gan jumlah anggota yang banyak, baik dengan tujuan berwisata, memuaskan hasrat petualan-gan, memecahkan rekor, tanpa tujuan ilmiah, bakti sosial ataupun pendidikan. Menurut saya, ada toleransi untuk tujuan tujuan yang disebut-kan terakhir.
Seberapa banyak batasan jumlahnya? Jumlah disini bersifat relatif dan disini kita perlu mengetahui daya dukung kawasan untuk me-nentukan batasan jumlah maksimal.
Nah, apa itu daya dukung kawasan? Daya dukung kawasan adalah kemampuan suatu kawasan untuk menampung jumlah wisatawan maksimal dalam jangka waktu tertentu tanpa menyebabkan kerusakan yang berarti pada ka-wasan tersebut. Artinya, jika dalam jumlah dan jangka waktu tertentu pengunjung menyebab-kan terjadi perubahan fisik yang jelas pada ka-wasan tersebut maka dikatakan telah melampaui daya dukung kawasan. Bagaimana kita menge-tahui daya dukung suatu kawasan? Daya dukung suatu kawasan dapat diketahui melalui peneli-tian, tapi disini saya tidak akan menjabarkan hal itu, karena hal tersebut harusnya dilakukan oleh pengelola kawasan. Kita disini sebagai pecinta alam adalah penikmat atau pemakai jasa wisata. Oleh karena itulah beberapa kawasan menetap-kan kuota pengunjung dan batasan waktu, hal ini dilakukan untuk menjaga agar kawasan terse-but etap lestari, selain tentunya alasan kea-manan, contohnya adalah Gunung Gede Pan-grango.
Page 6 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Apa efek buruk dari petualangan massal itu? Petualangan masal yang tidak memperhatikan daya dukung kawasan dapat menyebabkan kerusakan pada kawsana tersebut. Kerusakan dalam artian perubahan bentuk fisik kawasan, dapat dalam bentuk rusaknya atau berkurangnya vegetasi, hi-langnya sumber air, perubahan struktur tanah menjadi memadat dan kehilangan daya aerasi dan drainasenya, dll. Hal ini ter-jadi karena jumlah peserta yang banyak akan membutuhkan areal camp yang luas, menye-babkan tekanan dalam jangka panjang pada jalur pendakian, membutuhkan air yang juga banyak, dll.
Sebagai contoh kita dapat melihat Luweng Jomblang, vegetasi hutan purba dilantai gua mulai terancam akibat jalan setapak yang semakin meluas, sebagai akibat dari jumlah dan frekuensi pengunjung yang semakin meningkat. Contoh lainnya adalah Gunung-gunung di Jawa yang merupakan “taman bermain” bagi ratusan kelompok Mapala, Sispala, Freelance, dan sebagainya, pernahkah kita perhatikan kawasan disekitar jalur pendakian kita? Sayangnya tidak ka-wan, tidak. Kita hanya berpikir bahwa akan sangat menyenangkan pergi berpetualang beramai-ramai, suatu kebanggaan kita dapat membawa berapa puluh orang dalam penda-kian dan sebagainya. Atau mungkin niat kita memang baik, bersih gunung masal. Tapi apakah kita memikirkan efek samping dari kegiatan kita? Mari bertanya kepada diri masing-masing…
Akankah kita mengatakan tidak untuk petualangan masal? (MSG_623)
mengeksplor tempat-tempat baru, alam-alam yang masih asri di pedalaman sana dan kemudian kita dengan bangga menyebut tempat tersebut kita yang menjadi pionerr penemunya.
Pernahkan kita berpikir akibatnya kede-pan bagi alam itu sendiri? Katakanlah, “Kami ini Mapala, kami gak akan meninggalkan apapun kecuali jejak kaki”, tapi apa yang akan dilakukan orang lain yang menemukan tempat itu karena kita? Mereka juga ingin menikmati apa yang kita nik-mati, kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam raya ini. Saat mereka yang tidak bertanggung jawab atas “kunjungan” mereka ini, siapa yang akan bertanggung jawab? Mapalakah? Yang mungkin memiliki jadawal khusus bersih tempat wisata penemuannya? Tidak kawan, tidak ada yang bertanggung jawab, hanya alam itu yang menanggungnya sendiri, dalam diam dan indah-nya yang dirusak oleh ornament kecil buatan manusia, vandalisme dan sampah-sampah.
Untunglah, di Parangndog masih ada
keluarga Yu Mar yang terkadang “terpaksa” me-
munguti sampah yang ditinggalkan pengunjung.
Mereka mencari nafkah di tempat ini sekaligus
“penanggung jawab” tempat ini. Hah! Masihkah
kita tega membuat Ibu tua (tapi energik) ini me-
mungut “sampah kita”? Siapkan diri kita, para
Mapala untuk tak hanya mengoarkan “leave nothing
but footprint” di kandang kita sendiri, tapi ke
mereka diluar sana, yang menikmati keindahan
alam tanpa tanggung jawab. Ayo lakukan ini ber-
sama,,, (Tami_657)
Page 7 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
“Masih inget gak dulu cah? Parangndog ini sepi, paling ya cuma kita-kita yang mau manjat yang datang kesini. Tapi coba liat sekarang……”
Banyak pertanyaan yang mengganjal dalam hati kami, atau bahkan pernyataan yang kami sendiri tahu apa yang menyebabkan ini semua. Maukah kita disalahkan? Maukah kita dianggap Mahasiswa Perusak Alam dan bu-kannya Mahasiswa Pecinta Alam? Bukan, bu-kan… titik masalahnya bukan hanya dari kita, Mapala. Saatnya melihat hal ini dari berbagai sisi, pertanyaan-pertanyaan yang terus bergulir : Siapa coba yang pertama nemuin parangndog? Siapa yang suka pamer-pamer foto helipad yang keren itu? Siapa yang membuat orang lain penasaran akan parangndog itu? Siapa yang memang paling sering datang ke Parangndog? Siapa? Siapa?
Kita diterpa dua sisi mata pisau den-gan menyebut diri Pecinta Alam, disatu sisi kita memang melakukan banyak program untuk lingkungan, disaat bersamaan, rasa ingin tahu dan petualangan kita membuat kita banyak
Parangndog, yang kini jadi tujuan wisata untuk semua
Page 8 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Saatnya para Kelelawar
mengembara melebarkan sayap-
nya menuju Pulau Nusakamban-
gan, Tebing Citatah, Sungai
Progo Atas, Jobolarangan di Gn.
Lawu, dan melihat kembali
rumah asli mereka, goa-goa yang
dalam dan gelap di Tasikmalaya.
PENGEMBARAAN GLADIAN XXVI KELELAWAR
(Hipposideros cervinus) MAPALA SILVAGAMA
Page 9 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Citatah,banyak orang yang meng-
gagap bahwa tebing ini merupakan awal
sejarah panjat tebing di Indonesia.Tebing
Citatah berdiri menjulang di Desa Ci-
patat,daerah Bandung Barat.Dikarenakan
tinggi tebing ini dan merupakan satu-
satunya di kawasan tersebut, maka beberapa
orang menyebutnya dengan Gunung Sing-
galang.Tinggi tebing ini kurang lebih 125
meter,dari sinilah asal-usul nama jalur Cita-
tah T125.
Tingkat kesulitan di tebing Citatah
bervariasi, begitu pula dengan batuan karst
penyusunnya.Di bagian tengah tebing sam-
pai ke puncak dijumpai beberapa tumbuhan,
yang menambah indah pemandangan te-
bing. Satu hal lagi yang khas dari tebing ini
adalah adanya semacam goa atau lubang
tembus yang luas dari depan tebing ke be-
lakang tebing.Lubang tembus luas ini sering
digunakan pemanjat sebagai lokasi pembua-
tan pitch pertama atau tempat ngecamp
sementara.
Selain Tebing Citatah T125,masih
ada tebing-tebing lainnya yang bisa dijadikan
tempat pemanjatan antara lain Tebing Cita-
tah 48 dan 90. Tebing ini bukan hanya ser-
ing dipakai oleh pemanjat saja,tetapi juga
oleh Anggota Kopasus untuk latihan. Te-
bing CitatahT125 memiliki 2 akses jalan
menuju start pemanjatan,yaitu dari belakang
pabrik marmer(MMA) dan jalan kecil sebe-
lum warung-warung peuyeum. Tebing Cita-
tah memiliki etika pemanjatan yang cukup
ketat yang tertulis di start jalur pemanjatan,
salah satunya adalah larangan menggunakan
piton dalam pemanjatan.
Miris memang bila kita melihat
sekeliling tebing ini, dimana kita dilarang
Pengembaraan Panjat Tebing : Tebing (penambangan) Citatah T125
Podjok Silva
untuk menggunakan piton demi menjaga keutu-
han tebing, tetapi dilain sisi tebing ini dikelilingi
oleh pabrik kapur dan marmer yang berasal dari
penambangan yang tidak terkontrol.Tidak cukup
sampai di situ,menurut kabar Tebing Citatah ini
pun sudah dibeli oleh pihak swasta guna dilaku-
kannya penambangan.
Didasari nama besar Tebing Citatah
inilah, maka kami Mapala Silvagama memutuskan
untuk melakukan Pengembaraan Panjat Tebing
di sana, Citatah T125. Persiapan kami lakukan
dengan membawa seabreg alat panjat yang kira-
kira mencukupi kegiatan pemanjatan, yaitu 3 tali
dinamis, 2 palu, 10 runner, 22 cons, 9 hexa, 12
piton, 11 prusik, 2 CDNS, 3 carabiner bullock, 6
COS, 1pullay, 1tiblock, 3 figgur of eight, 3 cara-
biner heart, 2 friend, 1 grigri, 23 slink webbing, 8
webbing, 2 padding, 2 tali kordelet, 4 harnest, 4
helm dan 3 chalkbag.
Personil yang berangkat ke sana terdiri
dari Satrio, Agus, Tri, Farid dan Bolank. Per-
jalanan dari Jogja ke Bandung kami tempuh
selama 9 jam menggunakan Kereta Kahuripan.
Sabtu pagi setibanya disana kami melanjutkan
perjalanan menuju Tebing Citatah T125 dengan
angkutan kota. Tidak sulit memang untuk men-
genali tebing ini, kemegahannya mendominasi
pemandangan bahkan dari jauh sebelum sampai
ditebing ini.
Setibanya di sana kami segera membuka
peralatan pemanjatan kami. Waktu yang hanya
memungkinkan untuk kami menaiki tebing ini
sampai pitch 1, yang sangat luas dan terdapat
banyak hanger untuk mendirikan camp. Tidak
sulit untuk memasang pengaman di sepanjang
jalur dari start sampai pitch 1,karena banyaknya
lubang tembus. Satu hal lagi yang unik dari pitch
1, yaitu adanya jalan belakang menuju ke tempat
ini tanpa harus memanjatnya.
Page 10 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Hari kedua, kami mencoba
untuk melanjutkan perjalanan ke pun-
cak Citatah. Lagi-lagi strategi yang
salah dalam membagi waktu dan
ormed (orientasi medan) menghalangi
permanjatan kami. Hal karena tebing
ini disinari matahari penuh yang panas-
nya sangat menyengat, membuat kami
hanya dapat mencapai pitch 2, dimana
tempat ini merupakan awalan dari tem-
pat vegetasi tumbuh sampai puncak
tebing.
Setelah merancang strategi
pemanjatan dengan baik dan men-
gubah jalur pemanjatan, kami memulai
pemanjatan tepat jam 7 pagi keesokan
harinya. Peserta pemanjatan diset den-
gan Tri sebagai Leader,Satrio sebagai
Secondman,dan Agus sebagai Clean-
ingman. Jalur yang cukup sulit terdapat
sebelum pitch 2 dan beberapa meter
sebelum sampai puncak. Hati-hati den-
gan lubang-lubang yang ada disepan-
jang jalur menuju pitch 2, beberapa
merupakan sarang tokek dan sarang
burung. Di tengah-tengah jalur peman-
jatan terdapat jalur yang landai se-
hingga kita tidak perlu memanjatnya,
tingginya sekitar beberapa meter.
Akhirnya, Pukul 14.00 kami
berhasil mencapai puncak Citatah
T125.Tingginya tebing ini membuat
kami cukup bangga telah berhasil men-
capai puncaknya dan kami pun men-
yanyikan Mars Silvagama. Di puncak
tebing ini, kita beristirahat di saung
yang terletak di puncak, yang menurut
informasi dibuat oleh anak-anak Sky-
gear. Inilah sekelumit cerita Pengem-
baraan Tebing, Citatah T125 yang tak
akan pernah kami lupakan. Citatah
T125,
Satrio Budi P. (MSG_ 669)
EKSPEDISI KARIMATA
Mahasiswa, Pecinta Alam, Dan Ilmu Kehutanan
Mahasiswa adalah komunitas intelektual,
adalah masyarakat ilmiah.Memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi ,jujur, dan peduli dan tang-
gap terhadap kondisi sekitar adalah jiwa ideal
seorang mahasiswa sebagai perwujudan sikap
ilmiahnya. UGM mengkonsep pola pendidi-
kan berbasis riset dalam World Class Research
University, kami, MAPALA SILVAGAMA
FKT UGM menyambutnya dengan penelitian
dan ekspedisi.
Pecinta alam seyogyanya adalah orang orang
yan mencintai alam, baik dari pikiran, per-
kataan, dan perbuatan. Kami bukan sekedar
pendaki gunung atau pemanjat tebing, karena
kami yakin gunung dan tebing hanyalah sarana
untuk membuat otakmu berfikir dan hatimu
merasakan cinta, cinta kepada alam dan isinya.
Esensi pecinta alam tentu saja terletak pada
sikapnya, yang pertama adalah tidak merusak,
dan selanjutnya adalah ikut berkontribusi pada
perbaikan.
Karena itulah kami konsern pada kegiatan
dan tujuan konservasi dan perlindungan alam,
tentu saja dengan kapasitas sebagai mahasiswa.
Dan ilmu kehutanan adalah apa yang coba
kami pelajari. Dari teori teori, kami tahu bagi
manusia hutan memiliki peranan yang sangat
berarti. Umat manusia harus menjaganya ha-
rus tetap lestari. Namun jika kau bahkan tidak
mengenali dan memahaminya, bagaimana
mungkin kau bisa ikut mencintainya?
Mumpung masih muda.kami ingin bela-
jar berkarya. Lewat kegiatan yang ber-
basis riset, cinta alam, dan ilmu kehu-
tanan, tercetuslah kegiatan ini dengan
nama Ekspedisi Mapala Silvagama
“Eksplorasi Pengabdian Masyarakat
Pulau Karimata, Cagar Alam Kepulauan
Karimata”
Page 11 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Quote of this month
Pemimpin, Bagaimana Mengubah Orang
Lain Tanpa Menyinggung atau Mem-
bangkitkan Kemarahan :
1. Mulailah dengan pujian dan
penghargaan yang jujur
2. Beritahukan kesalahan orang lain
secara tidak langsung
3. Bicarakan tentang kesalahan kita
sendiri dulu sebelum mengkritik
orang lain
4. Ajukan pertanyaan, bukan memberi
perintah langsung
5. Biarkan orang lain menyelamatkan
muka
6. Pujilah peningkatan sekecil apapun
7. Beri orang lain cap yang baik, se-
hingga mereka berusaha memenu-
hinya
8. Gunakan dorongan, buatlah seakan-
akan kesalahan gampang diperbaiki
9. Buat orang lain senang mengerjakan
hal yang Anda sarankan
Daniel Carniegie, disadur dari buku
How To Win Friends and Influence People
Page 12 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
COMING SOON …..
EKSPEDISI MAPALA SILVAGAMA
EKSPLORASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
PULAU KARIMATA, CAGAR ALAM LAUT KEPULAUAN KARIMATA
Page 12 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
COMING SOON …..
EKSPEDISI MAPALA SILVAGAMA
EKSPLORASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
PULAU KARIMATA, CAGAR ALAM LAUT KEPULAUAN KARIMATA
Pengembaraan Caving dilakukan oleh kami berenam,Wiki,Nita,Irfan ,Taka,Soni dan Kries.Kami mulai berangkat dari sekre sekitar jam 19.30 menuju Stasiun Lempuyangan. Setelah menunggu sekitar 1 jam kurang,akhirnya kereta Pasundan yang kami nanti datang,dengan kereta kelas ekonomi itu kami berangkat menuju Tasik dengan suasana yang cukup nyaman soalnya bisa tidur bebas di gerbong bagian paling belakang. Hehehe
Sekitar pukul 02.00 dinihari,kami akhirnya tiba di Tasikmalaya,kemudian kami lanjut beristirahat di persinggahan basecamp TCC (Tasikmalaya Caving Club). Di basecamp TCC kami disambut hangat oleh beberapa teman TCC, mereka adalah Aa Desmon, Aa Fajar, Aa Maman, Qondim, dan satu lagi, aku lupa namanya.
Esok harinya sekitar pukul 09.00 , kami akhirnya berangkat menuju Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan, daerah Bojong namanya, perjalanan ke Bojong cukup panjang butuh waktu sekitar 2,5 jam. Daerah ini merupakan wilayah yang cukup pelosok dan jalannya lumayanlah untuk membuat
Pengembaraan Caving : Menelusuri “Rumah Kami” di Ta-
sikmalaya
kita merasa mual . Kami akhirnya sampai juga , lalu kami menuju basecamp seorang warga sana yang bernama Mang Uul, suasana kehidupan masyarakat Sunda begitu kental, dirumah yang cukup sederhana tapi nyaman itu kami berbincang-bincang dengan penghuni rumah. Jam 14.00 kami akhirnya diantar oleh Mang Uul menuju gua-gua yang ada disana. Gua yang akan kami sambangi pertama kali adalah Gua Noh dan kemudian Gua Lisung.
Sekitar jam 17.00 kami mulai memasang jalur di Gua Noh, dinamakan Gua Noh karena dulu ada seorang ibu-ibu yang hamil dan jatuh terpelosok ke dalam gua, dan ibu-ibu itu memiliki nama Noh, jadi dinamakan Gua Noh. Aku sebagai riggingman mulai memasang 3 anchor di Gua vertikal yang berkedalaman sekitar 17 meter. Pertama kali , masuk ke gua ini aku disambut oleh suara kelelawar dan penghuni-penghuni gua yang beraneka ragam, suasana begitu aneh , hawa yang kurasakan terkadang membuat aku dag dig dug. Setelah kami berenam turun ke gua, kami mulai melakukan eksplorasi ke seluruh bagian gua yang ada, luas area gua yang ada memang tak begitu luas sehingga kami dapat melakukan eksplorasi dengan cepat.
Jam 22.00 kami semua sudah keluar dari Gua Noh, kemudian kami lanjut ke Gua Lisung. Di Gua Lisung memiliki ketinggian vertikal sekitar 35 meter dan memiliki multipitch. Bucek sebagai riggingman memasang 2 anchor dan mulai turun pertama kali ke gua ini. Kami berenam juga turun ke gua ini, Gua Lisung memiliki bentuk yang sempit dan kecil tapi dalam. Menurutku gua Lisung memilki kesulitan tersendiri, kami harus turun melewati celah yang cukup sempit dan hanya pas dengan ukuran badan. Di dalam gua, kami beristirahat sejenak sambil menunggu gantian siapa yang akan naik duluan. Aku mulai memasang jumar dan crool ke carmentel dan mulai naik perlahan-lahan ke atas dalam kondisi badan yang lumayan mengantuk, cukup menguras tenaga menurutku dan keringat mengucur deras membasahi coverall yang aku kenakan.
Pagi yang cerah pun tiba, kicauan burung begitu indah di pagi ini, setelah kami makan pagi dan packing, semua tim lanjut menuju Gua horizontal yang indah, gua ini dinamakan Gua Bojong karena gua ini terletak di wilayah Bojong. Gua ini merupakan sumber mata air bagi warga sehingga banyak dibuat pipa-pipa dari bambu untuk mengalirkan air ke rumah warga. Di mulut gua, kami foto-foto terlebih dahulu dan kemudian kami melakukan eksplorasi. Gua ini memiliki jalur yang panjang, lebih dari 500 meter dan memilki aliran air .
Eksplorasi kami ini dibantu oleh Aa Desmon dan Aa Kondim yang sudah mengenal betul bagian-bagian gua ini. Kami melewati jalur berair yang cukup dalam, sekitar 1 meter-hingga 1,5 meteran kedalamannya, sepanjang jalur kami dapat melihat ornamen stalaktit, stalagmit, gorsdam, pilar dan masih banyak lagi.Didalam gua ternyata banyak juga penghuninya, ada udang yang cukup besar, sebesar ibu jari ukurannya, ada jangkrik, kelelawar, dan hewan-hewan lain yang tak dapat disebutkan satu persatu. Setelah sekitar dua jam kami eksplorasi gua ini, kami akhirnya sampai di pintu keluar gua , rasa terpuaskan menghampiri hati kami. Petualangan kami akhirnya selesai, Gua Bojong ini merupakan gua terakhir yang kami sambangi dan kami kembali lagi menuju basecampnya Mang Uul. Disinilah akhir dari kisah pengembaraan kami, yang dilanjutkan dengan naik kereta lagi...
By :Kries Coni/673
Page 15 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Bogowonto, sungai yang terletak di Wonosobo-Purworejo dijadikan tujuan pengembaraan divisi arung jeram Mapala Silvagama Gladian XXVI Kelelawar, yang akan dilaksanakan pada 4-5 Juni 2011. Me-rupakan sungai dengan tipe sungai hulu, sehingga memang banyak batuan, jeramnya pun berdekatan. Namun, meleset dari hara-pan, “ sudah seminggu tidak hujan mas”, begitu ucap warga sekitar start pengarungan Sungai Bogowonto. Karena sudah seminggu tidak hujan disertai sinar matahari yang terus setia bersinar dengan teriknya menyebabkan debit air sungai Bogowonto berkurang. Jadi-lah Sungai Bogowonto dengan batu-batu yang nampak sehingga tidak bisa diarungi.
Pengembaraan pun dialihkan ke sungai Progo kandangan, Temanggung-Magelang. Seperti sungai Bogowonto, Progo-Kandangan juga sungai tipe hulu, jadi diperlukan manuver-manuver ketika penga-rungan. Berangkat lah kami tanggal 4 Juni dari Sekre Mapala Silvagama, tujuan awal adalah survey ke Sungai Progo Kandangan, sekitar 2 jam kami tempuh. Selesai survey, kami langsung ke mendut, basecamp milik Mas Rosyid. Turun 2 perahu, kami di te-mani teman-teman dari FAJY (Forumnya arung Jeram Yogyakarta), total orang yang turut serta dalam pengembaraan arung jeram Gladian Kelelawar adalah 12 orang, 6 orang dari Mapala Silvagama sisanya dari FAJY.
Tanggal 5 Juni 2011, berangkatlah dari Mendut ke start Progo Kandangan jam 07.30 setelah menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengarungan. Tapi malam sebelumnya sudah briefing tentang kegiatan pengembaraan. Waktu tempuh mendut-start Progo Kandangan sekitar 1,5 jam dengan sinar matahari yang sudah men-yengat sehingga perahu pun dikurangi uda-ranya.
Pengembaraan Arung Jeram, :
Bogowonto mengering, Progo Atas Kami Susuri
Page 16 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Sampai di start Progo Kandangan, matahari benar-benar menyengat, sekitar jam 9. Karena tempat berhenti angkot dan tempat start agak jauh, jadi ya harus portaging terle-bih dahulu, dengan medan yang menurun. Seperti pengarungan biasa, kami menyiap-kan perlengkapan seperti memompa perahu, menyiapkan dayung dan helm. Debit air di sungai Progo Kandangan memang tak ter-lalu besar, ya karena sekitar satu minggu tidak hujan. Tetapi debitnya lebih besar daripada Sungai Bogowonto dengan batu-batu yang bermunculan sehingga tidak bisa dilewati.
Jam 10 kami sudah melakukan pengarungan dengan 2 perahu dengan teknik river running system, karena tidak ada tim darat kali ini. Beberapa saat setelah start, kami harus ber-manuver untuk membelok-belokkan perahu, memang banyak batu-batu di tengah sungai dan menjadi penghalang perahu untuk me-luncur lurus.
Setelah satu perahu melewati jeram, satu perahu di depan menunggu perahu di belakang sebagai usaha saling menjaga. Pengarungan di temani sinar matahari yang menyengat tapi angin ken-cang menjadikan efeknya tidak terlalu panas, bahkan dingin lah yang kami rasakan. Selain jeram yang saling bersambungan, penam-pang sungai yang flat juga panjang sehingga membutuhkan tenaga ekstra untuk menda-yung, apalagi ketika arah angin berlawanan dengan arah laju perahu. Banyak pula pen-dangkalan di Sungai Progo Kandangan.
Di Sungai Progo Kandangan, ada 3 black spot area, yaitu titik yang harus kami waspadai, yaitu jeram silit boyo, jeram entel-emi, dan dam dengan tinggi sekitar 4 meter. Jeram silit boyo perlu di hindari karena jalur yang bisa dilewati hanya untuk satu perahu, selain itu awak sebelah kiri harus menunduk karena ada tebing yang menghalangi. Se-dangkan jeram entelemi karena banyak ba-tuan yang bermunculan, sehingga perahu harus bermanuver cepat di jeram, kedua jeram diperlukan scoting, yaitu merencana-kan jalur yang akan dilewati ketika perahu di jeram. Black spot area yang ketiga adalah dam, sebelum sampai di dam ini, perahu harus menepi ke sebelah kiri untuk portaging me-lewati pintu dam. Dengan daerah yang benar-benar miring, perlu tenaga ekstra untuk mengangkatnya ke atas.
Pengarungan dengan durasi 6 jam, berakhir sekitar jam 4 sore, dengan perasaan puas setelah pengarungan 6 jam yang mele-lahkan. Nah, disinilah pengembaraan kami berujung, dikelelahan dan kepuasan.
Oleh Sidiq Purwanto (MSG_674)
Page 17 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Pengembaraan Mapala Silvagama me-
rupakan wadah bagi anggota untuk mengaplika-
sikan ilmu kepencintaalaman yang telah didapat
selama menjadi sapling member dalam penjuru-
san menuju ke lima divisi. Pengembaraan ini
dilakukan sesuai divisi kepencintaalaman masing
-masing anggota. Kali ini, pengembaraan divisi
rimba gunung Gladian XXVI Kelelawar dilaku-
kan oleh Indra/667, Ami/670, dan Hafidh/676.
Bentuk kegiatan pengembaraan ini berupa pen-
erapan teknik – teknik rimba gunung seperti
aplikasi ilmu medan, peta, dan kompas di jalur
pendakian, penerapan simulasi survival, serta
pengamatan dan pengenalan langsung kenam-
pakkan alam. Pengembaraan divisi Rimba
Gunung kali ini dilaksanakan pada tanggal 27-30
mei 2011 di Kawasan Jobolarangan, Gunung
Lawu.
Sebelum keberangkatan kami mem-
buat manper dan menyiapkan segala perlengka-
pan termasuk memplotting jalur yang akan
kami lalui pada peta. Kami berangkat pada hari
jumat tanggal 27 mei 2011 pukul 09.10 dengan
menggunakan bis Sumber Kencono. Per-
jalanan yang kami tempuh menuju base camp
± 6 jam. Kemudian kami start perjalanan
menuju titik pertama yaitu puncak 2065 pada
pukul 14.45, di perjalanan ini kami memulai
IMPK pertama dengan membaca bentukan-
bentukan alam dan membuka jalur menuju
puncak 2065. Kami tiba di titik pertama pada
pukul 17.00 sesuai dengan manajemen per-
jalanan yang kami buat. Kemudian kami mem-
bangun camp, masak-masak, evaluasi dan
briefing kegiatan, istirahat dan melakukan ak-
tivitas lainnya. Udara yang sangat dingin mem-
buat kami harus mengaklimatisasikan diri agar
tidak kedinginan dengan berbagai aktifitas sok
aktif, yah sedikit berhasil mengurangi rasa din-
gin.
Pengembaraan Rimba Gunung : Puncak itu Puncak Jobolarangan
Page 18 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Pengembaraan kami terdiri dari 5 orang,
sibuk yang kami lakukan akhirnya rasa dingin
mulai menjadi hal “biasa”. Keesokan harinya,
kami memulai perjalanan menuju titik utama
yaitu puncak Jobolarangan pada pukul 08.00,
disinilah ilmu-ilmu RG diaplikasikan, mulai dari
membaca bentukan alam, resection dan intersec-
tion, plotting jalur dan membuka jalur. Selama
perjalanan, kami disuguhkan dengan pemandan-
gan alam Gunung Lawu yang sangat indah
berupa bukit-bukit gunung yang hijau dan awan
biru yang cerah. Perjalanan ini kami tempuh se-
lama 5 jam. Ketahanan fisik benar-benar diuji
melalui lebatnya hutan gunung dan semak-semak
yang menutupi jalur, terjalnya punggungan, dan
panasnya udara pada siang hari yang membuat
kami semua dehidrasi. Namun bagi kami rimba
gunung Mapala Silvagama bukanlah halangan
untuk menuju sebuah tujuan. Setibanya kami
dipuncak Jobolarangan, rasa lelah dan lapar yang
menyerang kami berubah menjadi rasa senang
dan bangga karena akhirnya bisa mencapai titik
tujuan.
Kemudian kami melakukan istirahat
sejenak dan berfoto-foto di puncak. Pukul 14.27
kami melanjutkan perjalanan kembali ke puncak
2065 untuk mendirikan camp dan beristirahat.
Hari terakhir, kami menuju Desa Ngeledok pada
pukul 08.32. Untuk mencapai desa Ngledok,
kami harus membuka jalur, melipir melewati
punggungan, melewati puncak dan lembahan.
Kami menempuh perjalanan selama 4,5
jam menuju desa tersebut. Rasa lelah kami kem-
bali berubah menjadi senang dan lega ketika
memasuki kawasan penduduk, akhirnya, kata itu
yang muncul dalam hati pertama kali saat melihat
Desa Ngeledok dari jauh.
Hijaunya sawah yang mengelilingi dan
gemercik air sungai yang menenangkan meru-
pakan bonus pemandangan bagi kami. Di Desa
inilah akhir dari pengembaraan kami, segala rasa
lelah terhapus oleh rasa senang telah berhasil
melalui segala tantangan dan rintangan dari alam.
Kami bukan menakhlukkannya, tapi mengambil
pelajaran darinya serta bonus refreshing memori
otak yang seakan sudah jenuh dengan peman-
dangan kota. Dari desa Ngledok, kami langsung
menuju Jogja dan tiba pada pukul 6 sore. Dari
pengembaraan ini, kami lebih banyak mendapat-
kan pengalaman dan ilmu kepencintaalaman
terutama dibidang rimba gunung. hal yang kami
lakukan ini merupakan salah satu dedikasi kami
bagi Mapala Silvagama dalam memajukan or-
ganisasi.(Oleh Yustika Ami, MSG/670)
Page 19 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Pengembaraan lingkungan Gladian XXVI Kelelawar Mapala Silvagama dilaksanakan di Pulau Nusakambangan Kabupaten Cilacap. Kawasan yang termasuk kedalam Cagar Alam ini sangat unik, disepanjang Pantai Selatan P. Jawa hanya di Cilacap dijumpai hutan payau, karena walaupun gelombang Samudera Indonesia itu cukup besar tetapi P.Nusakambangan berfungsi sebagai pelindung, se-hingga dimungkinkan sekali terbentuknya hutan payau disebelah utara Pulau Nusakambangan ini. Oleh karena itu dipilihlah Pulau Nusakambangan dalam kegiatan pengembaraan lingkungan ini. Pengembaraan lingkungan ini diikuti oleh anggota Gladian Kelelawar yakni Anif, Dito, Billy, Faisol, Sidiq, Agus, Indra, dan Hafidh yang didampingi oleh pengurus dan pendamping yakni mbak Ari, Mbak Mutia, Sari dan Sony. Pengembaraan ini dilaksanakan dari hari Minggu 15 Mei 2011 sampai hari Selasa tanggal 17 Mei 2011.
Dalam perjalanan menuju ke Cilacap den-gan menggunakan bus dari terminal Giwangan Yogyakarta menuju terminal Cilacap . Pada hari per-tama pengamatan dilakukan di hutan kota wisata payau/ wana wisata payau KPH Banyumas Barat, Kecamatan Tritih, Kabupaten Cilacap. Karena hari yang telah sore dan bertepatan dengan hari libur, kami tidak didampingi oleh pihak pengelola hutan kota wisata Payau tersebut. Di sana kita melakukan pengamatan mengenai hutan mangrove, kita dapat belajar dan mengetahui 3 zona vegetasi pengisi , karakteristik tanah dan berbagai komponen ekosis-tem yang berada di dalamnya.
Penyeberangan ke Pulau Nusakambangan dilakukan pada hari kedua, didampingi oleh pihak BKSDA, pendamping dari BKSDA tidak menemani perjalanan kami selama di pulau Nusakambangan, beliau hanya menemani kami menemui mbah Yono. Mbah Yono merupakan penduduk Pulau Nusakam-bangan paruh baya yang merupakan orang yang di-tuakan di Pulau Nusakambangan tersebut. Mbah Yono dan Pak Heri BKSDA memberikan informasi, wejangan, larangan, batasan serta saran untuk tempat kami beristirahat bukan karena angker namun untuk menjaga keselamatan kami, maklum di Pulau Nusa-kambangan masih banyak terdapat satwa liar dengan berbagai jenis ular yang berbisa dan berbahaya dan agar tetap dalam kawasan penjagaan dan pemantauan penjaga.
Pengembaran Lingkungan :
Pulau Nusakambangan, Bukan Tentang Narapidana Tapi Pengembara
Page 20 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Konon dulu pernah dikirim beberapa truk ular yang dilepas di Pulau Nusakambangan untuk siap men-yerang narapidana yang kabur/ melarikan diri dari jeruji besi eksekusi sementaranya.
Di Pulau Nusakambangan ini kami melaku-kan berbagai macam pengamatan mulai dari penga-matan penyusun hutan pantai , hutan dataran ren-dah,dan pengamatan burung. Dalam perjalanan pengamtan kami di Pulau Nusakambangan bagian Timur ini kita dapat mengetahui berbagai macam kondisi, vegetasi dan ekosistem penyusun di berba-gai jenis hutan yang diamati serta dapat belajar mengidentifikasi jenis burung yang berada di Pulau Nusakambangan. Dalam perjalanan ini kami juga menyempatkan diri untuk mengunjungi benteng pendem yang letaknya tidak jauh dari camp kami. Aktifitas dimalam hari dalam pengembaraan ling-kungan ini diisi dengan kegiatan diskusi mengenai kawasan wanawisata payau maupun hasil pengama-tan lain yang dilakukan untuk menkritisi maupun menyumbang ide untuk perkembangan kawasan dari hasil pengamatan yang kami lakukan.
Selama perjalanan pengembaraan lingkun-gan ini ada pengalaman konyol dan sangat unik untuk dilupakan yaitu ketika kami ngecamp di pu-lau Nusakambangan, pagi-pagi kami dikagetkan setengah mati dengan suara sirine. Serentak kami terbangun dan terkaget dalam hati berucap “ kita dikepung ?” hemhh… entah ada yang mengangkat kedua tangannya tidak saat itu, tidak terlihat karena masih terlalu gelap hehe …baru setelah semua ny-awa terkumpul kami pun tertawa karena kami sa-dari bahwa sirine yang jelas terdengar merupakan alarm handphone milik Agus, hahaha sepertinya kami terlalu terbawa oleh suasana Nusakambangan sebagai salah satu penjara “elit” di Indonesia. Hehe…itu pengalaman terunik yang mengisi per-jalanan kami dalam pengembaraan lingkungan, alarm ini mungkin cocok untuk kita jadikan alarm dalam petualangan-petualangan selanjutnya, pasti semuanya pada bangun dan gak ada tuh alesan “telat bangun”!
Wah, pengalaman kami dalam pengem-baraan ini benar-benar seru, tak hanya ilmu tapi juga refreshing pemandangan pantai yang buat pikiran kembali segar untuk kembali kuliah minggu selanjutnya! ( Oleh Anif/ MSG_633)
Pengembaran Lingkungan :
Pulau Nusakambangan, Bukan Tentang Narapidana Tapi Pengembara
Page 21 Kabar S i lva Volume II , Juni 2011
Tree Climbing, bersama Sahabat Dari Oregon
Petualangan yang dilakukan pecinta
alam di Indonesia mulai melemah. Kebosanan
menghinggapi para penggiat alam bebas. Pada
tahun terakhir kebutuhan mahasiswa pecinta
alam terbentur pada kepentingan pengemban-
gan keilmuan di bidang lingkungan. Isu-isu
lingkungan menjadi sesuatu yang benar-benar
nyata dan harus dipikirkan. Kita dituntut untuk
menghadirkan suatu petualangan yang berbasis
lingkungan atau pengetahuan lingkungan dida-
pat dengan teknik-teknik kepecintalaman kita.
Salah satunya adalah pengetahuan mengenai
pohon, panjat dan cari ilmunya.
Di Indonesia kemampuan memanjat
pohon secara professional mulai dilirik di ta-
hun1990-an. Kegiatan riset kanopi memerlu-
kan kemampuan hal tersebut. Di Bogor kawan-
kawan Rimpala membuat TCO (Tree Climbing
Organization) dan Di Jogjakarta kawan-kawan
Silvagama membuat komunitas TCY (Tree
Climbing Yogyakarta). Dengan semakin ban-
yaknya orang yang peduli pada pohon semoga
kegiatan Tree Climbing mampu penahan da-
haga para penggiat alam bebas yang haus akan
petualang alternative.
Sahabat Dari Oregon
Angin segar perkembangan panjat po-
hon di Indonesia bertiup dengan kedatangan
kawan dari Oregon tepatnya Portland. Seorang
kawan pemanjat profesional bernama Will
Koomjian singgah di kota gudeg, sekedar transit
dan merefresh kemampuan berbahasa indone-
sianya. Waktu seminggu di Jogja dimanfaatkan
sepenuhnya untuk menyampaikan kemampu-
annya pada kawan-kawan penggiat tree climbing
di Jogjakarta.
Baru-baru ini Will dan Brian membuat film yang akan dilaunching pada bulan Juli ini dengan judul “Treeverse” (penasaran? cekidot trailernya : http://vimeo.com/22858880). Pe-manjatan untuk berdiskusi dilakukan di arbore-tum Fakultas Kehutanan UGM dan Pohon Bom-bax malabaricum (Randu alas) di depan Museum Affandi.
Memanjat pohon secara teknik tidak
jauh beda dengan teknik yang diapakai dalam
panjat tebing dan susur goa. Untuk pengap-
likasiannya tinggal memodifikasi beberapa pera-
latan yang sudah banyak dimiliki oleh organisasi
pecinta alam. Secara umum menggunakan DRT
(Double Roof Technic) sistem untuk menambah
ketinggian ke ujung pohon. Namun ketika tali
fix sudah terpasang bisa menggunakan SRT
(Single Roof Technic) sistem yang telah banyak
dikenal di Indonesia. Nah, selanjutnya ya ting-
gal panjat setinggi tali fix yang terpasang, kalau
belum puas dengan ketinggian ini ya tinggal buat
lagi anchor yang tersambung antar dahan. Tak
hanya tentang memanjat pohon, Tree Climbing
bisa digunakan dalam berbagai keperluan peneli-
tian mengenai pohon, memperoleh biji yang
periode produksinya jarang dan sulit didapat,
riset kanopi hutan dan masih banyak lagi.
So, tertarik dengan jenis petualangan baru? Just
join with us, lewat Facebook dan Blog di TCY
( T r e e C l i m b i n g Y o g y a k a r t a ) .
Oleh Purbo/MSG_626
Well, mungkin kamu sudah pernah dengar film film ini, bahkan sudah pernah menontonnya …
Tapi iklan ini bukan buat kamu yang udah pernah nonton..
Buat kamu kamu yang belum nonton, keluhan pertamanya adalah bahwa versi original film film ini adalah langka, jarang bahkan tidak dijual ataupun disewakan di rental2 film di negeri ini.
Di internet, versi salinan dari film film ini beredar dengan sangat massif. Keluhan kedua, kecepatan koneksi internet kamu tidak cu-kup cepat untuk mendownload file file berukuran rata rata diatas 500 MB ini.
Dan kami menawarkan solusi sederhana untuk anda yang men-galami 2 keluhan diatas. BELILAH FILM FILM ITU DARI KAMI…(TENTU SAJA DENGAN HARGA MURAH…)
Meski bertujuan untuk memperoleh keuntungan financial, kedok kami adalah untuk membantu menambah referensi kalian semua, para penggiat alam bebas dan petualang serta pecinta alam, apapunlah sebutan buat anda.
Ini murni PEMBAJAKAN!!!! Kalau anda tak setuju, silahkan beli versi originalnya dari amazon.com atau ebay,
Tapi tenang saja, usaha ini tidak semata mata untuk profit, sebagian dari penghasilan didonasikan untuk kegiatan kegiatan kepecintaala-man dan lingkungan, seperti pembuatan jalur pemanjatan sport baru
di Parangndok tahun 2010 lalu.
Selain itu, kita juga akan memberikan gratis film film buatan sendiri yang coba kita bikin, sekedar buat mengisi kekoson-gan film film petualangan buatan dalam negeri…
TERTARIK????
KUNJUNGI HALAMAN WEB INI:
WWW.REDPOINT-REDPOINT.BLOGSPOT.COM
Recommended