View
0
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
79
POLITIK LOKAL KOTA SANTRI
( SEBUAH TELAAH KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM dan
PERILAKU POLITIK SANTRI)
Oleh : Mufatihatut Taubah1,
Abstract
In the midst of political and bawdy Indonesian civilization is getting worse and is
more opaque guided by the Qur'an and the Hadith is the best alternative to clear up the
nation's morality. Kota santri is an area in which there are many Islamic educational
institutions, there are many kiai and students who recite and study the Qur'an and Sunnah.
That then the teachings contained in the two books used as reference and a foundation in
every work, including as a reference in choosing a leader, lead and politics. In Islam a
leader chosen based on the requirements demanded by the welfare of a country depends on
who is controlling it (the leader).
Keywords: leadership, local polical, city students
A. Pendahuluan
Kota santri adalah sebuah daerah atau kota yang di dalamnya terdapat banyak
pondok pesantren dan madrasah-madrasah yang dipimpin oleh seorang kiai. Sebagian besar
masyarakat kota santri adalah santri atau murid dari madrasah-madrasah pada pondok
pesentren di daerah tersebut ataupun di daerah lain yang ada di kota itu. Kiai2 adalah ikon
dalam masyarakat yang menjadi panutan dalam setiap ucapan dan tingkah lakunya.
Pada umumnya dalam pondok pesantren diajarkan segala bidang keilmuan Islam
yang digali dari al Qur’an, Hadis dan Ijma’ para ulama salaf maupun kontemporer. Kiai
adalah tokoh elit dalam sebuah masyarakat santri yang mengajarkan semua hal yang
berkaitan dengan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat sesuai dengat syari’at Islam
berlandaskan pada al Qur’an dan Hadis dan semua keilmuan Islam.
Dengan berkembangnya waktu santri di pondok pesantren tidak hanya mempelajari
ilmu-ilmu akhirat saja, tetapi mereka juga diberi pelajaran umum dan berbagai
keterampilan praktis sebagai bekal mereka untuk terjun ke tengah masyarakat. Pesantren
1 Penulis adalah peneliti di El-kasyf kudus 2 Kyai adalah elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Ia seringkali bahkan pendirinya.
Pertumbuhan suatu pesantren semata mata bergantung pada kemampuan pribadi kyainya. Menurut asal
usulnya kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda yaitu : pertama sebagai gelar
kehormatan bagi barang-barang yang dianggap kermat, kedua gelar untuk orang-orang tua pada umumnya,
ketiga gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama islam yang memiliki atau menjadi
pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab islam klasik kepada para santrinya. Lihat Zamakhsyari Dhofir,
Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup kyai, LP3ES, tt, hal 55
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
80
yang selama ini identik dengan sufisme, sebenarnya sudah melangkah maju menuju
pesantren modern yang membuka kebebasan berfikir dan berpolitik.3 Yang seharusnya juga
berlandaskan dan berpedoman pada al Qur’an dan Hadis karena Rosulullah bersabda “aku
tinggalkan dua perkara yang apabila kamu berpegang teguh terhadap keduanya maka tidak
akan tersesat, dua perkara tersebut adalah kitab al Qur’an dan Sunnah beliau. Al Qur’an
dan hadis adalah pedoman hidup bagi umat Islam, segala tindakan perbuatan dan semua
tatacara kehidupan umat Islam di atur di dalamnya sehingga umat Islam harus beracuan
pada al Qur’an dan Sunnah.
Di tengah carut marutnya politik dan peradaban bangsa Indonesia yang semakin
terpuruk dan semakin buram ini berpedoman pada al Qur’an dan Hadis adalah merupakan
alternatif terbaik untuk menjernihkan moralitas bangsa. Lewat pengamalan al Qur’an dan
Sunnah secara sungguh-sungguh manusia akan terbimbing pada jalan yang lurus. Manusia
yang taat menjalankan ajaran al Qur’an dan Hadis akan membersihkan dirinya dari
perbuatan tercela. Sebab dalam alQur’an dan Hadis menuntut satunya kata dengan tindakan
karena jika tidak maka kebencian Allah yang didapatkannya. Sebagaimana firman dalam al
Qur’an Surat Shaff ayat 2-3 : ‘Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”
Artinya kalau dalam al Qur’an dan Hadis mengajarkan perlunya keluhuran akhlaq,
seorang muslim tidak cukup hanya dengan ucapan tapi yang lebih penting adalah
perwujudan ucapan itu dalam sebuah tindakan. Jadi sangat memprihatinkan kalau ada
seorang muslim yang begitu fasih dalam mengucapkan ajaran Islam, tetapi dia sendiri tidak
bisa mewujudkan apa yang diucapkannya dalam sebuah tindakan. Dengan demikian kalau
umat Islam sudah bisa mewujudkan satunya ucapan dengan tindakannya maka dengan
sendirinya keluhuran moralitas di tengah masyarakat Islam pun akan bisa terwujud.
Kesatuan ucapan dan tindakan yang diatur dalam al Qur’an dan Hadis tersebut
menyangkut segala hal yang berkaitan dengan kehidupan umat manusia termasuk
diantaranya dalam berbangsa dan bernegara juga dalam berpolitik. Dibutuhkan adanya
keserasian antara ucapan dan tindakan dalam berpolitik. Artinya seorang politikus muslim
yang taat menjalankan ajaran al Qur’an dan Hadis akan membersihkan dirinya dari
perbuatan-perbuatan tercela dalam berpolitik. Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang
dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap
aspek pemerintahannya maka terwujudlah sebuah pemerintahan yang adil dan bijaksana
dengan menjunjung tinggi moralitas bangsa yang berdasarkan pada pancasila sebagai dasar
negara Indonesia.
Dalam Islam, seorang pemimpin dipilih berdasarkan pada persyaratan-persyaratan
yang harus dimiliki karena kesejahteraan sebuah negara bergantung kepada siapa yang
3 Hamdan daulay, Dakwah ditengah Persoalan Budaya dan politik, LESFI,Yogyakarta 2001 hal 53
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
81
mengendalikannya (pemimpinnya). Jika sang pemimpin punya komitmen kuat untuk
membangun negaranya maka rakyatnyapun mudah untuk diatur dan diarahkan, tetapi bila
sebaliknya maka sebaliknya pulalah yang akan terjadikan. Para pelajar, mahasiswa,
masyarakat pada umumnya yang tumbuh dalam perlakuan penguasa yang tidak adil dan
tiran atau dlolim akan diperbudak, akibatnya mereka akan kehilangan energy yang
akhirnya membuat mereka malas dan mendorong mereka untuk berbohong. Tindakan dan
perilaku mereka bertentangan dengan apa yang mereka pikirkan, karena mereka takut akan
mendapatkan perlakuan yang kejam jika mereka mengatakan yang sebenarnya. Jadi mereka
dibiasakan untuk berbohong dan melakukan tipu daya.4 Begitu juga pada sebuah daerah,
kelurahan, kecamatan ataukah kabupaten, atau bahkan di sebuah lembaga pendidikan, di
kampus misalnya, semuanya sama.
Terlebih pada sebuah daerah yang kemudian disebut sebagai kota santri. Kota santri
adalah sebuah daerah yang di dalamnya terdapat banyak lembaga-lembaga pendidikan
Islam, terdapat banyak kiai dan santri yang mengaji dan mengkaji al Qur’an dan Sunnah.
Yang kemudian ajaran-ajaran yang terdapat dalam dua kitab tersebut dijadikan acuan dan
landasan dalam setiap perbuatan, termasuk diantaranya sebagai acuan dalam memilih
pemimpin, memimpin dan berpolitik sekalipun, maka sudah selayaknya dan bahkan wajar
apabila rakyat di sebuah kota santri ketika memilih pemimpinnya berlandaskan dan
beracuan pada al Qur’an dan Hadis dan penteladanan terhadap kiai karena hal itu
merupakan bentuk komitmen terhadap ajaran yang mereka terima.
Bentuk lain dari komitmen tersebut adalah bahwa masyarakat pada kota santri tidak
akan melakukan GOLPUT dalam proses pemilihan pemimpinnya karena memilih atau
memberikan suaranya pada seorang calon pemimpin adalah hak setiap orang dan sebuah
bentuk perjuangan dalam merealisasikan konsep “cinta tanah air”.
Akan tetapi sangat tidak wajar jika masyarakat kota santri memilih pemimpinnya
tidak beracuan pada al Qur’an dan Hadis serta tidak menteladani kiai sehingga mereka
tidak memiliki komitmen dalam memilih pemimpinnya. Tidak heran jika dalam pemilihan
pemimpin banyak bermunculan masyarakat yang GOLPUT yang orientasinya
BERJUANG. Kita tahu bahwa GOLPUT adalah GOLongan PUTih. Sebutan ini diberikan
pada mereka yang tidak mau memihak atau tidak mau memberikan suaranya untuk calon
pemimpinnya sehingga jumlah perolehan suara berkurang. Akan tetapi GOLPUT yang
penulis maksud adalah GOLongan Pencari Uang Tunai yang orientasinya pada
BERJUANG = BERas baJU dan uANG artinya golongan ini adalah golongan masyarakat
yang mau memilih seorang untuk menjadi pemimpinnya jika dia dibayar atau diberi uang
tunai dari salah satu orang yang mencalonkan diri untuk dipilih menjadi pemimpin tersebut
4 Antony Black, Pemikiran Politik Islam dari masa Nabi Hingga Masa Kini,PT Srambi Ilmu Semesta,
Jakrta 2006, hal 330-331
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
82
atau lebih memilih pemimpin mereka dengar ukuran berapa uang yang dibagi-bagikan,
yang lebih banyak nominal pembagiannya dialah yang dipilih.5
Masyarakat tidak menyadari bahwa sebenarnya seorang pemimpin yang
mendapatkan kekuasaan dengan cara membayar masyarakatnya untuk memilihnya
menjabat sebagai pemimpin maka besar kemungkinan dia akan mencari ganti rugi
terhadap uang yang sudah digunakannya membayar penduduk atau warga untuk
memilihnya. Hal itu ia lakukan pada saat ia berkuasa sehingga hal ini membuka peluang
terjadinya korupsi. Ketika seseorang meminta suatu jabatan maka hal ini didasari adanya
kepentingan-kepentingan yang bersifat pribadi atau golongan terhadap jabatan tersebut.
Sehingga dari latar belakang ini maka muncul beberapa permasalahan yang akan
menjadi kajian dalam tulisan ini yang seharusnya menjadi acuan bagi masyarakat kota
santri dalam memilih pepimpin-peminpin mereka dalam sebuah birokrasi.
1. Persyaratan-persyaratan apa yang harus dimiliki oleh seseorang sehingga dia masuk
dalam kriteria seorang pemimpin menurut Islam?
2. Bagaimana konsep perilaku politik santri yang seharusnya diterapkan dalam
pemerintahan ?
B. Pembahasan
1. Konsep pemimpin dalam islam
Pemimpin dalam bahasa arab disebut imamah, khalifah, maupun sultan. Imamah
dan ummah berasal dari akar kata yang sama amm berarti kehendak atau maksud.
Selanjutnya dari akar kata ini terbentuk kata imam yang berarti orang yang diikuti dan
imamah kekuasaan atau kekuatan yang ditaati dan diikuti. Sampai akhir abad dua hijriyah
istilah imamah belum dipergunakan secara resmi dalam literatur maupun dalam percakapan
sehari hari kecuali dalam arti ibadah seperti imam dalam shalat. Istilah ini kemudian
muncul pada akhir abad kedua atau permulaan abad ketiga dalam buku fiqh karya al-Syafii
dan Abu Yusuf. Sejak saat itu istilah ini menjadi sangat populer dan hampir secara eksklusi
dalam kaitannya dengan politik untuk menyebut khalifah, sedang untuk menyebut
pemimpin suatu lembaga lain, misalnya militer, dipergunakan istilah amir. 6
Kata khalifah terdapat dalam al Qur’an dengan konteks pengertian pewarisan,
penerimaan pewarisan, atau pengganti bukan sebagai institusi politik. Sementara terdapat
pula beberapa ayat al Qu’an7 yang menunjukkan arti sebagai “penguasa’ atau “pengatur”
dengan demikian dipandang dapat berkaitan dengan institusi politik. Ayat al Qur’an
tersebut adalah terdapat pada surat Al-An’am ayat 165: dan Dia lah yang menjadikan kamu
5 Hal ini dibuktikan oleh adanya spanduk disuatu daerah pada salah satu kecamatan dikabupaten kudus
yang memuat ungkapan “tidak ada uang tidak ada suara” 6 Lihat M.Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia; Pendekatan Fikih dalam Politik, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1994, hal 21. 7 Terdapat dalam al Qur’an 2;30, 10;14, 6;165, 7;69, 35;39, dan 27;62
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
83
penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang
lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menurut fitrahnya sendiri manusia dengan
sendirinya terdorong untuk membangun kekuasaan untuk kepentingan mengatur kehidupan
politiknya. Secara historis tidak bisa dibantah bahwa setelah Nabi Muhammad wafat
institusi politik yang dilembagakan secara formal disebut dengan istilah khalifah, walaupun
pada mulanya tidak dimaksudkan sebagai nama lembaga politik tertentu, tetapi lebih
berarti sebagai penerimaan atau penggantian dari suatu kekuasaan terdahulu.
Kata Sultan dan Sultah berasal dari akar kata yang sama dengan sallata berarti
memberi kekuasaan, sultah berarti kekuasaan (dalam arti umum), sultanah lembaga
kekuasaan politik yang dipimpin sultan. Khalifah merupakan simbol kekuasaan keagamaan
yang sah, sementara sultan hanya pelaksana setelah mendapat pengesahan khalifah.
Sehingga dengan demikian penguasa pada institusi politik tertinggi (pemerintahan) disebut
khalifah.
2. Syarat syarat pemimpin
Ahmad Abdul Qodir Abu Fariz memberikan 12 persyaratan yang harus dipenuhi
oleh seorang kepala negara yaitu ; Islam, dewasa atau aqil baligh, berakal, merdeka, laki-
laki, adalah (Kelayakan Moral), mempunyai kemampuan, berpengetahuan, tidak meminta
Imaroh atau jabatan, berdiam di dalam negeri, sehat indra dan anggota badan, keturunan
Quraisy. 8
Sementara menurut Sulaiman Rosyid dalam Fiqh Islam menjelaskan beberapa
syarat menjadi seorang pemimpin adalah berpengetahuan tinggi, adil, kifayah atau
bertanggung jawab, dan sejahtera panca indera dan anggotanya.9
Beberapa diantara Syarat-syarat ini menurut penulis bisa digunakan sebagai
persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pemimpin yang ada di lingkungan masyarakat
Indonesia yang masyarakatnya mayoritas muslim, bahkan di lingkungan kota santri.
Syarat-syarat tersebut adalah :
2.1. Islam
Kepala negara atau pemimpin apapun dalam lingkungan masyarakat Islam harus
beragama Islam. Orang kafir sehebat apapun tidak dibenarkan memegang jabatan penting
ini secara mutlak. Masyarakat Islam akan berada pada sebuah ancaman yang besar ketika
mereka mengangkat pemimpin dari golongan non Islam. Dinyatakan dalam Al Qur’an
8 Muhammad Abdul Qodir Abu Fariz, Sistem Politik Islam, Robbani Press, Jakarta 2000, hal 121 9 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Attahiriyah, Jakarta ; 1954, Hal 470
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
84
bahwa orang-orang non Islam selamanya tidak akan pernah rela melihat orang Islam
berada dalam kejayaan.
Dalam al Qur’an surat al Baqoroh ayat 120 dijelaskan :
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesunguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang
benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan
datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”10(QS.
Al Baqoroh ; 120)
Sejarahpun mengatakan demikian. Mulai dari runtuhnya dinasti Abbasiyah oleh
tentara Mongol sampai pada peperangan yang marak terjadi di negara Arab adalah bentuk
nyata dari ketidakrelaan orang-orang atau negara non Islam terhadap kejayaan negara
Islam.
2.2. Dewasa atau aqil baligh
Seorang pemimpin ataupun kepala negara disyaratkan sudah baligh atau mencapai
usia dewasa karena menjadi prasyarat beban agama atau taklif. Anak di bawah umur tidak
dikenai kewajiban agama sedangkan imamah adalah taklif yang paling berat untuk
diemban.
Keharusan seorang pemimpin memiliki sifat dewasa bukan saja dewasa dalam segi
usia tapi juga memiliki kedewasaan dalam segi berfikir dan bersikap. Kedewasaan berpikir
dan bersikap dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk menghadapi kemungkinan
persoalan yang akan muncul sehingga dia mampu menghadapinya dengan sikap yang
tenang dengan pemikiran yang matang.
2.3. Berakal
Akal juga perangkat taklif agama. Olehsebab itu tidak dibenarkan mengangkat
orang yang tidak sempurna akalnya (gila) menjadi pemimpin, melainkan harus memiliki
tingkat kecerdasan yang tinggi sehingga memungkinkan baginya berpikir dan mencermati
persoalan-persoalan umat serta menemukan jalan keluar yang tepat.
Seorang calon pemimpin sudah selayaknya dilakukan tes oleh psikiater untuk
mengetahui tingkat kewarasannya, ketahanan mentalnya dalam menghadapi kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi ketika dia menjabat sebagai seorang pemimpin. Atau dengan
kata lain tingkat stresnya dalam menghadapi permasalahan yang muncul pada masa
kepemimpinannya.
Gila di sini banyak macamnya, diantaranya gila harta sehingga bisa mengakibatkan
seseorang menjadi koruptor. Gila jabatan yang bisa menyebabkan seseorang
mempraktekkan money politik atau apapun namanya agar dia mendapatkan jabatan,
10 Departemen agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, CV Diponegoro Bandung 2000, hal 15
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
85
walaupun dengan menghalalkan segala cara yang penting bisa menjabat. Demikian juga
gila wanita yang mengakibatkan seorang pejabat melakukan perselingkuhan nasional, tidak
cukup dengan satu istri tetapi memiliki banyak wanita simpanan sebagai tempat pencucian
uang dengan mudah. Atau dengan kata lain gila harta, tahta dan wanita yang sekarang ini
sedang marak dipraktikkan oleh para pejabat di Indonesia.
Pemimpin yang berakal adalah seorang pemimpin yang tidak gila harta,jabatan dan
wanita. Pemimpin yang berakal adalah seorang pemimpin yang bekerja dan berjuang demi
kemaslahatan dan kesejahteraan rakyatnya. Bukan pemimpin yang berakal namanya jika
dia hanya memikirkan kesejahteraan keluarganya dan kesenangan-kesenangan pribadinya,
memburu kemewahan hidup akan tetapi dia adalah digolongkan pada pemimpin yang tidak
waras atau gila.
2.4. Merdeka
Syarat seorang pemimpin menurut Ahmad abdul qodir Abu Fariz adalah Bukan
seorang hamba sahaya atau merdeka. Merdeka merupakan syarat mutlak yang harus juga
dipenuhi oleh seorang pemimpin agar dia mempunyai kebebasan untuk mengurus urusan
umat dan memiliki kewenangan atas orang lain dan dapat melakukan ibadah wajib dan
sunnah secara bebas.
Hal ini mengandung pengertian bahwa seorang pemimpin memiliki kebebasan
penuh dalam mengatur dan menjalankan roda pemerintahannya. Dalam bernegara dan
berpolitik seorang pemimpin seharusnya sudah tidak lagi tergantung pada partai manapun
yang mengusungnya tetapi ketika dia menjabat maka dia milik semua rakyatnya. Tidak
dibenarkan jika dalam kepemimpinnya, dalam memutuskan kebijakannya masih
dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan partainya atau salah satu partai tertentu
sehingga kebijakan yang diambilnya terkesan berat sebelah.
2.5. Laki-laki
Para ulama salaf dan juga khalaf telah sepakat bahwasanya tidak dibenarkan
perempuan memegang kepmimpinan negara Islam karena bertitik tolak pada sabda
Rosulullah :”tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinan mereka
kepada seorang perempuan.” Dan juga adanya firman Allah SWT ;
“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita
yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri11 ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memelihara (mereka)12 wanita-wanita yang kamu khawatirkan
11 Maksudnya: tidak Berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya. 12 Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
86
nusyuznya13, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka,
dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-
cari jalan untuk menyusahkannya14. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”
(QS. An Nisa’ 34)
Kalimat laki-laki adalah pemimpin bagi wanita inilah yang kemudian dijadikan
sandaran hukum untuk mengangkat laki-laki sebagai pemimpin dalam segala hal. Oleh
sebab itu laki-laki lebih didahulukan dari pada perempuan, dan pada umumnya laki-laki
lebih berkemampuan dari pada perempuan. Ayat ini meskipun diturunkan khusus mengenai
kepemimpinan dalam keluarga akan tetapi ungkapan ayat ini menyangkut keumuman
lafadz bukan keumuman sebab. Oleh sebab itu ayat ini tetap berlaku bagi kepemimpinan
laki-laki dalam sebuah negara atau organisasi. Karena juga laki-laki dipandang lebih kuat
fisik maupun mentalnya serta lebih lurus pandangannya dibanding perempuan. Secara
psikologis perempuan lebih gampang trenyuh dan lebih sensitif perasaannya.
Akan tetapi pendapat ini banyak dibantah karena seorang wanitapun memiliki
kemampuan untuk memimpin jika mereka diberi keleluasaan dan kesempatan. Sebagai
bukti bahwa Indonesia pernah dipimpin oleh seorang presiden perempuan. Meskipun
demikian pendapat diatas tidak bisa sepenuhnya dipungkiri karena diakui atau tidak
kepemimpinan perempuan memiliki banyak kekurangan walaupun kepemimpinan laki-
lakipun tidak jauh berbeda.
2.6. ‘Adalah (kelayakan moral)
Yang dimaksud adil (layak moral) bagi calon kepala negara tidak berarti dia
terpelihara dari kesalahan : ucapan, perbuatan dan sikap. Sebab sifat ma’shum hanya
dimiliki oleh para rosul yang memang mendapat perlindungan dari Allah dari perbuatan
dosa dan ma’siat.
Yang dimaksud dengan layak moral di sini adalah bahwa seorang pemimpin yang
melaksanakan kewajiban-kewajiban dan rukun-rukun dalam rukun Islam dengan baik dan
tetap menjauhi dosa-dosa besar, tidak terus menerus melakukan dosa dosa kecil. Meskipun
dosa-dosa kecil tidak menggugurkan kelayakan moralnya namun harus segera beristighfar
dari perbuatan salah dan dosa kecil yang disadari dengan tetap berniat untuk memperbaiki
diri. Bertutur kata yang jujur, tampak teguh memegang amanah, jauh dari meragukan,
dapat mengendalikan diri saat gembira dan saat marah, tidak secara terang-terangan
melakukan maksiat dan tidak bertindak dlalim dalam pemerintahan.
13 Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan
rumah tanpa izin suaminya. 14 Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah
mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila
tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas.
bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
87
Oleh sebab itu tidak dibenarkan mengangkat pemimpin yang fasik. Sebab orang
fasik adalah orang yang meremehkan aturan agama, tidak peduli dengan perbuatan dosa,
tidak menjauhi kedzaliman terhadap orang lain, dan sikap berat sebelah. Sementara itu
seorang pemimpin memiliki tugas memerangi kemungkaran, menghukum orang-orang
fasik dan pelanggar hukum. Jadi mana mungkin diangkat menjadi pemimpin seorang yang
melakukan perbuatan-perbuatan buruk ?
Dalam hadis Nabi disebutkan bahwa :
قال حدثني خبيب بن ع د بن بشار بندار قال حدثنا يحيى عن عبيد الل حمن عن حفص بن حدثنا محم بد الر
في ظل ه يوم ل ظل إل عاصم عن أبي هر عليه وسلم قال سبعة يظلهم الل صلى الل مام ظله يرة عن النبي الإ
قا عليه وشاب نشأ في عبادة رب ه ورجل قلبه معلق في المساجد ورجلن ت الإعادل اجتمعا عليه وتفر حابا في الل
ورجل تصدق أخفى حتى ل ت علم شماله ما تنفق ورجل طلبته امرأة ذات منصب وجمال فقال إن ي أخاف الل
خال يا ففاضت عيناه يمينه ورجل ذكر الل
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar Bundar
berkata, telah mencerit akan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah berkata, telah
menceritakan kepadaku Khubaib bin 'Abdurrahman dari Hafsh bin 'Ashim dari Abu
Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada tujuh golongan manusia
yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-
Nya; pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah
kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-
laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah
dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang
wani :ta kaya lagi cantik lalu dia berkata, 'Aku takut kepada Allah', dan seorang yang
bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa
yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada
Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis."
Dalam hadis di atas dijelaskan bahwa ada tujuh orang yang mendapatkan naungan
Allah pada suatu masa dimana tidak ada naungan selain naungan Allah. Salah satu dari
ketujuh orang itu adalah pemimpin yang adil disebut pertama kali dibanding ke enam orang
lainnya. Pemimpin yang adil adalah seorang pemimpin yang menempatkan segala sesuatu,
segala urusan ataupun segala permasalahan sesuai tempatnya, dan mengambil kebijakan-
kebijakan yang tidak menyimpang dari kaidah adil tersebut.
Dalam hadis lain diriwayatkan pula bahwa :
صلى الل عليه وسلم إن أحب حدثنا يحيى بن آدم حدثنا فضيل عن عطية عن أبي سعيد قال قال رسول الل
عز وجل يوم القيامة وأقربهم منه مجلسا إمام يوم القيامة وأشده الناس إلى الل عادل وإن أبغض الناس إلى الل
عذابا إمام جائر
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam berkata; telah
menceritakan kepada kami Fudhail dari 'Athiyyah dari Abu Sa'id ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling dicintai Allah
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
88
'azza wajalla pada hari kiamat dan paling dekat tempat duduknya dari-Nya adalah
seorang pemimpin yang adil, sedangkan orang yang paling dibenci Allah pada hari
kiamat dan paling keras siksanya adalah seorang pemimpin yang lalim."
Juga diriwayatkan bahwa:
عن أبي مدلة عن أبي هريرة قال قال حدثنا وكيع قال حدثنا سعدان الجهني عن سعد أبي مجاهد الطائي
مام العادل ل ترد دعوته عليه وسلم ال صلى الل رسول الل
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Waki' berkata; telah menceritakan kepada
kami Sa'dan Al Juhani dari Sa'd Abu Mujahid Ath Tha`i dari Abu Mudillah dari Abu
Hurairah berkata; Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Seorang
pemimpin yang adil tidak akan ditolak doanya."
Dari beberapa hadis di atas nampak jelas bahwa seorang pemimpin mendapatkan
keutamaan di sisi Allah adalah pemimpin yang adil. Oleh sebab itu, hendaknya masyarakat
santri dalam memilih pemimpinnya harus didasari pada tujuan untuk memilih pemimpin
yang mampu bersikap adil dalam kepemimpinannya. Jika pemimpinnya adil maka
masyarakatnya menjadi aman, nyaman dan tentram. Akan tetapi jika pemimpinnya dhalim
maka masyarakatnya akan selalu dilanda konflik, kecemasan, penindasan dan kesewenang-
wenangan dari pemimpinnya.
2.7. Mempunyai kemampuan
Seorang pemimpin harus mampu mengarahkan diri pada kepentingan umat, berani
dan tegar, memiliki daya nalar yang baik, memusatkan pikiran untuk meningkatkan
kesejahteraan umat dan mengurusinya, menyingkirkan kerusakan, cerdik dalam berpolitik,
memiliki kesadaran tinggi, tidak lengah, memahami kemampuan para pembantunya dan
akhlaq mereka agar dapat memilih dan menempatkan mereka pada posisi yang tepat.
Ibnu Khaldun berkata jika kepala negara tegas dalam menegakkan hukum pidana
dan mendobrak peperangan, memahami politik hukum dan perang, mampu mengarahkan
manusia kearah sana, mengetahui liku-liku persekongkolan, kuat menghadapi beratnya
politik, maka dengan demikian ia mampu melindungi agama, memerangi musuh,
menegakkan hukum, dan mengurus kepentingan.
ل يصلح الناس فوضى ل سراة لهم ول سراة إذا جهالهم سادوا
“Manusia tidak akan beres tanpa pemimpin dan bukanlah seorang pemimpin jika
orang yang bodoh yang memimpin”
2.8. Berpengetahuan
Para ulama membuat persyaratan hendaknya seorang pemimpin memiliki ilmu
pengetahuan. Akan tetapi mereka berbeda pendapat mengenai yang dimaksud dengan ilmu
pengetahuan. Sebagian mereka berpendapat bahwa ilmu pengetahuan yang disyaratkan
adalah ijtihad. Alasannya adalah karena seorang pemimpin melihat persoalan-persoalan
yang timbul yang ia hadapi. Apalagi jika ada perselisihan antara rakyat atau pejabatnya
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
89
maka dia mampu berijtihad sehingga mampu membenarkan yang benar dan menyalahkan
yang salah.
Artinya bahwa seorang pemimpin harus cerdas dalam menghadapi permasalahan-
permasalahan yang muncul dalam masa kepemimpinannya. Memiliki pengetahuan luas
sehingga dia mampu mencari solusi atau ide-ide baru guna menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang muncul.
Asy-Syahristani mengemukakan : “sekelompok ahlussunnah cenderung
membolehkan imam yang bukan mujtahid, yang tidak menguasai masalah ijtihad. Akan
tetapi harus didampingi para mujtahid untuk menjadikan rujukan yang dapat memberi
fatwa mengenai halal dan haram. Syarat ijtihad dan keberanian bagi imam tidak berlaku
disebabkan karena dua persyaratan itu sulit ditemukan pada diri seseorang.15
أطلب في الحياة العلم والمال تحر الرئاسة على الناس ألنهم بين خاص وعام فالخاصة تفضلك بالعلم والعامة
16تفضلك بالمال
Sehingga dengan adanya ungkapan ini maka seorang pemimpin harus memiliki
ilmu pengetahuan minimal tentang ketatanegaraan dan politik. Sedangkan untuk
pengetahuan-pengetahuan bidang yang lain bisa dibantu oleh para menteri-menteri yang
diangkatnya.
2.9. Tidak meminta imarah
Tidak meminta imarah atau jabatan. Abu Faris menjelaskan bahwa Islam melarang
seseorang meminta jabatan kepemimpinan sebab menurutnya hal itu merupakan pengakuan
diri suci, lebih suci dibanding orang lain. Sehingga dia layak dipilih. Ini merupakan hal
yang tercela karena dzat yang paling suci adalah Allah SWT.17 Dengan mengutip potongan
ayat firman Allah dalam QS. An Najm ayat 32:
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui
tentang orang yang bertakwa.”
Dalam sebuah hadispun dijelaskan bahwa Rosulullahpun melarang umat Islam
untuk meminta jabatan atau memberikan jabatan kepada orang yang memintanya.
Sebagaimana sabda beliau: “Dan kami, demi Allah sungguh tidak memberikan
kepemimpinan ini kepada seseorang yang memintanya, dan tidak pula yang berambisi
kepadanya.
Dan pada kesempatan yang lain beliau juga bersabda kepada Abdurrahman bin
Samurah : “Hai Abdurrahman, janganlah kamu meminta kepemimpinan, sebab jika kamu
diberi karena meminta kamu tidak akan dibantu, dan jika diberi bukan karena meminta,
maka kamu akan dibantu..
15 Ibid, 126 16 Abdurrahman Tsanie, Mutiara Kehidupan Manusia, Ababil Pers Surabaya,2003, hal 38 17 Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Sistem Politik Islam,hal 127
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
90
Secara umum meminta kepemimpinan dalam agama ini dilarang. Nash-nash al
Qur’an dan Sunnah Nabi SAW yang jumlahnya cukup banyak menguatkan keharamannya
atau setidaknya menunjukkan kemakruhannya. Apalagi meminta jabatan dengan
memberikan uang kepada masyarakat agar masyarakat memilihya menjadi pemimpin. yang
kemudian pemberian itu disebut money politik.
Money politik bisa dihukumi sebagai suap. Suap adalah memberikan harta atau
barang berharga kepada orang lain dengan tujuan-tujuan tertentu selain Allah berdasarkan
kepentingan-kepentingan pribadi. Ini hukumnya haram. Sebagaimana Hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam kitab Hadist Sunan Abu Daud, hadis no 3109 :
حمن عن أبي سلمة عن حدثنا أحمد بن يونس حدثنا ابن أبي ذئب عن الحارث بن عبد الر بن عمر ا عبد ال
اشي المرتشي عليه سلم الر صلى ال ال لعن رسو
“Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami
Ibnu Abu Dzi`b dari Al Harits bin Abdurrahman dari Abu Salamah dari Abdullah bin
'Amru ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melaknat orang yang
memberi uang sogokan dan orang yang menerimanya."
2.10. Berdiam di dalam negeri
Seorang pemimpin atau kepala negara harus warga negara yang bertempat tinggal
di dalam negeri dan hidup bersama warganya dan ikut merasakan apa yang mereka hadapi.
Karena tidak mungkin seorang pemimpin yang tidak tinggal di daerah atau wilayah
kepemimpinannya bisa menangani masalah-masalah dan mengambil kebijakan politik
dalam negeri dan luar negerinya dari jauh, dan diapun tidak ikut merasakan problem-
problem yang dihadapi masyarakatnya di negaranya, tidak memiliki kepekaan dan
mengambil kebijakan
Allah SWT berfirman dalam surat An Anfal ayat 72 :
“Sesungguhnya orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan
jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertolongan kepada orang-orag muhajirin, mereka itu satu sama lain saling melindungi.
Dan terhadap orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban
sedikitpun atas kamu melindungi mereka hingga mereka itu hijrah. (al-Anfal 72).18
2.11. Sehat indra dan anggota badan
Maksud persyaratan ini adalah sehat indra dan anggota badan yang tidak
menyebabkan gangguan serius dalam kepemimpinan seperti tidak mempunyai daya
penglihatan, wicara, pendengaran dan lain-lain yang member pengaruh terhadap penalaran
dan analisis. Sedangkan cacat fisik adalah seperti tidak sempurna kedua tangan atau
18 Departemen Agama, hal 148
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
91
kakinya yang menyebabkan gangguan pada kelincahan dan gerakan serta kurang menarik
pemandangan serta megurangi wibawa dimata umum. Tidak juga gila, buta,tuli dan pelat
serta kekurangan-kekurangan fisik atau mental yang berdampak tidak dapat melaksanakan
pekerjaan. Diisyaratkan bebas dari itu semua dikarenakan berdampak pada kesempurnaan
pelaksanaan tugas.
Di samping beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk
kemudian bisa dipilih menjadi seorang pemimpin secara garis besar bisa kita simpulkan
bahwa mereka juga harus memiliki ke empat sifat Rosulullah Muhammad SAW.
Rosulullah Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang sempurna. Beliau
selain memiliki syarat-syarat yang telah disebutkan di atas juga memiiki sifat-sifat yang
utama yang dianugrahkan Allah kepada beliau. Sifat tersebut adalah tabligh, shiddiq,
amanah, dan fathonah. Semuanya itu menggambarkan kesempurnaan pribadi Rosulullah
SAW sebagai sosok panutan serta bagaimana kaum muslimin menyikapi dalam
menteladani perilaku beliau.19
Kesempurnaan beliau sebagai seorang pemimpin negara sudah selayaknya
dijadikan acuan oleh para pemimpin bangsa Indonesia dalam segala lini. Sehingga selain
persyaratan di atas maka seorang pemimpin juga harus memiliki sifat tabligh, shiddiq,
amanah, fatonah.
Tabligh artinya menyampaikan. Dalam sebuah kepemimpinan seorang pemimpin
harus transparan terhadap rakyatnya. Selalu menyampaikan segala sesuatu apa adanya
tanpa harus ada yang ditutup tutupi, demi kelancaran kepemimpinannya dan kemaslahatan
warganya. Sehingga terhindar dari perbuatan manipulasi dan pemalsuan data.
Shiddiq bermakna benar. Seorang pemimpin sudah seharusnya menjunjung tinggi
kebenaran dan menyatakan perang terhadap kedloliman. Dalam sebuah kepemimpinan,
seorang pemimpin ditutut untuk berlaku benar baik dalam ucapan maupun perbuatan.
Benar dalam ucapan adalah berkata benar atau jujur. menyampaikan segala sesuatu
dengan benar, transparan tanpa ada aspek manipulasi.dengan memperhatikan sabda Rosul
“katakanlah yang benar walaupun itu menyakikan.” Sedangkan benar dalam perbuatan
adalah benar dalam bersikap, mengambil kebijakan kebijakan yang sifatnya untuk
kemaslahatan umatnya/warganya
Amanah adalah melaksanakan kepemimpinan dengan jujur, Bertanggung jawab
terhadap segala persoalan-persoalan yang muncul pada masa kepemimpinannya dengan
sebaik-baiknya, dengan segala daya upayanya. Mengatasi persoalan-persoalan dengan
bijaksana. Menghindar bahkan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela yang
dapat mencoreng nama baik dirinya dan kepemimpinannya. Seperti korupsi, kolusi dan
nepotisme atau perbuatan khianat lainnya yang sangat merugikan kepemimpinannya dan
bahkan rakyatnya.
H.Jalaludin, Teologi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2002,cet 2, hal 127
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
92
Fatonah artinya cerdas. Seorang pemimpin dituntut cerdas dalam berpikir, berucap
dan bersikap. Cerdas dalam berfikir adalah seorang mampu memikirkan dan mencari solusi
terhadap persoalan-persoalan yang muncul. Cerdas dalam berucap adalah selalu santun dan
penuh tatakrama dalam berbahasa untuk menyampaikan ide-ide inovatifnya. Cerdas dalam
bersikap adalah seorang pemimpin dituntut untuk bijaksana dan berusaha untuk selalu tepat
dalam mengambil kebijakan-kebijakan terkait permasalahan-permasalahan dalam
kepemimpinannya.
3. Perilaku politik santri
Martin Van Bruinessen menjelaskan tentang hubungan antara ulama dan umaro
selalu bersifat ambivalen. Pendapat ini dikuatkannya dengan mengemukakan sebuah hadis
yang mengatakan “seburuk buruk ulama adalah mereka yang menemui umara dan sebaik-
baik umara adalah mereka yang menemui ulama”. Pendasaran ini disebabkan adanya
pemikiran bahwa ulama senantiasa memberikan legitimasi keagamaan kepada pemegang
kekauasaan de facto. Sedangkan pandangan lain mengatakan bahwa kekuasaan itu selalu
korup, dan berdekatan dengan mereka akan merusak harkat moral ulama dan integritas
ajaran mereka,para ulama.20
Konsep politik dalam Islam sangat erat kaitannya dengan hukum, sebab salah satu
yang penting dalam hukum Islam mengharuskan adanya lembaga kekuasaan untuk
menjalankan hukum itu.21 Konsep politik dalam Islam adalah politik tingkat tinggi yaitu
politik yang berpegang pada politik kebangsaan, politik kerakyatan dan etika politik.22
Politik kebangsaan adalah sebuah politik yang konsisten dan proaktif
mempertahankan NKRI sebagai wujud final Negara bagi bangsa indonsia yang selama
berratus-ratus tahun diperjuangkan oleh para pejuang bangsa Indonesia.
Politik kerakyatan adalah politik yang aktif memberikan penyadaran tentang hak-
hak dan kewajiban rakyat, melindungi dan membela mereka dari perlakuan sewenang-
wenang dari pihak manapun. Sehingga untuk itu semua etika politik harus ditanamkan pada
para pejabat pada khususnya serta masyarakat dan bangsa pada umumnya agar tercipta
kehidupan politik yang santun dan bermoral yang tidak menghalalkan segala cara.
Etika politik adalah sebuah sikap yang harus dijunjung tinggi, dihayati dan
diamalkan. Menurut Frans Magnis Suseno etika politik atau filsafat moral mengenai
dimensi politik kehidupan manusia merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut
tentang tanggung jawab dan kewajiban manusia terhadap sesamanya yang tidak hanya
20 Martin Van Bruinessen, Rakyat Kecil, Islam dan Politik, yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta 1998,
hal 165 21 M.Ali Haidar, hal 97 22 Muhammadun, kiai Sahal,NU, dan Politik 2014, jawaps disi Sabtu 25 Januari 2014, hal 4
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
93
dipertanggungjawabkan kepada sesama manusia tetapi juga terhadap Yang Ilahi.23 Etika
politik yang harus diterapkan dalam pemerintahan di Indonesia pada umumnya adalah
sebuah etika politik yang berlandaskan kepada pancasila.
Dalam Filsafat Pancasila terkandung suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat
kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran
ini merupakan suatu nilai. Sebagai suatu nilai, Pancasila merupakan dasar-dasar yang
bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila diambil dari nilai-
nilai al Qur’an dan hadis yang merupakan karakter politik pesantren dan seharusnya juga
menjadi karakter politik bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim dan
beberapa wilayah di dalamnya merupakan basis pesantren. Dengan demikian sudah
seharusnyalah politik yang digunakan harus berkarakter pesantren.
Menurut sejarah, sebagaimana yang dipaparkan Ainna Amalia, karakter politik
pesantren sangat visioner, reformatif, dan reflektif dengan semangat perjuangan dan
pemihakan bagi kepentingan masyarakat. Politik pesantren yang mewarnai kehidupan
berbangsa dan bernegara lebih mengedepankan rasa optimisme dan selalu berfikir dan
bertindak positif demi kepentingan rakyat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan itu semua
maka butuhnya menjadikan nilai-nilai Qur’ani sebagai landasan atau roh bagi pembenahan
sistem bernegara yang dimulai dari penataan mental manusianya.
Nila- nilai qur’ani tersebut adalah :
1. Terciptanya sosok pemimpin yang mulia atau Al akrom. Yang diambil dari ayat
alQur’an S. Al Hujurat ayat 13 :
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dalam ayat ini dijelaskan manusia yang mulia disisi Allah itu adalah manusia
yang memegang teguh ketakwaannya. Hal ini mengandung pengertian bahwa bentuk
individu yang ideal adalah yang memiliki kesalehan yang transendental. Politikus
akrom dipersonifikasikan dengan niat baik penuh keikhlasan. Bertindak hanya karena
Allah, bukan semata mata kepentingan pribadi atau golongan.
23 Etika dibagi dalam etika umum dan etika khusus. Etika umum adalah etika yang mempertanyakan
tentang prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi segenap tindakan manusia, sedangkan etika khusus
membahas prinsip prinsip tersebut dalam berbagai lingkup kehidupannya. Yang kemudian dibedakan antara
etika individu, yang membahas tentang kewajiban manusia sebagai individu terhadap dirinya sendiri dan
terhadap tuhannya, dengan etika social yang didalamnya tercakup juga etika politik yang menyangkut tentang
kewajiban dan tanggungjawabnya terhadap orang lain, lingkungannya dan dipertanggungjawabkan kepada
Tuhannya. lihat Franz Magnis Suseno, Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral Dasar KeNegaraan Modern, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2005 hal 13
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
94
2. Pemimpin yang solih atau al Sholih yang diambil dari QS. Al Anbiya’ ; 105.
“dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur24 sesudah (kami tulis dalam) Lauh
Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.”
Dalam ayat ini mengandung pengertian bahwa individu dengan kesalihan
horizontal adalah individu yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi, jujur, tawadu’
(humbleness), sederhana, santun dalam bertutur dan bertindak, istiqomah baik dalam
bentuk kepatuhan terhadap aturan maupun ketaatan memenuhi tanggung jawab yang
diemban.
3. Pemimpin yang teladan al Uswah al hasanah (memiliki keteladanan) yaitu individu
yang memiliki sikap, pola pikir dan tutur sapa yang dapat dijadikan suri tauladan bagi
masyarakatnya, dengan kata lain dapat menjadi role model bagi orang lain yang
dikembangkan menjadi bentuk komunikasi yang terbuka, demokratis, serta siap
memimpin sekaligus bersedia dipimpin.
4. Pemimpin yang tidak matre atau gila harta al Zuhd (tidak berorientasi pada materi).
Individu dengan sifat Zuhd tidak akan memiliki orientasi hidup yang bersifat
kebendaan dan jabatan. Sesuatu yang berupa materi hanya perantara untuk pencapaian
yang lebih tinggi, yakni ridlo Allah SWT. Segala sesuatu yang dia lakukan di dunia
bertujuan hanya untuk beribadah kepada Allah dalam rangka mewujudkan firman
Allah :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat : 56 )
5. Pejuang al Kifah al Mawaddah (pemimpin yang memiliki daya juang). Individu yang
memiliki daya juang akan berani melakukan sesuatu demi kemajuan masyarakat,
bangsa, dan agama tanpa pamrih pribadi. Tidak takut dengan resiko yang dihadapi
dengan selalu bertawakkal kepada Allah.
6. Independen al I’timad ala al Nafs (kemandirian), yakni yang menghindari
ketergantungan kepada pihak lain. Karena itu, independensi sikap, prinsip, dan
pandangan hidup tidak terkoyak oleh pihak lain. Seorang politikus ketika menjabat
sudah seharusnya melepaskan diri dari ketergantungan atau keterikatan dengan partai
yang mengusungnya. Hal ini karena dia adalah pemimpin semua rakyat, milik semua
rakyat dengan kebijakan yang adil dan menyeluruh untuk semua rakyat bukan untuk
partainya saja. Maka sudah seharusnyalah dalam segala kebijakannya harus menjaga
independensi sikap dari ketergantungan, keberpihakan atau pengaruh partainya.
Nilai-nilai tersebut bisa menjadi pegangan bagi tercapainya kehidupan bernegara
yang adil dan sejahtera. Karena itu, sebenarnya tersemat harapan besar bagi kalangan
pesantren yang terjun kedunia politik praktis atau politik di kalangan kota yang berbasis
24 Yang dimaksud dengan Zabur di sini ialah seluruh kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-
Nya. sebahagian ahli tafsir mengartikan dengan kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s. dengan
demikian Adz Dzikr artinya adalah kitab Taurat.
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
95
santri bahwa mereka dapat membawa missi pembenahan system demokrasi yang dianggap
gagal.25 Hal ini semua bisa diwujudkan kalau para politikus muslim Indonesia tetap
memposisikan sikap politiknya pada politik tingkat tinggi (high politics) bukan malah
terhanyut pada pola permainan politik praktis/partai (low politics).
Berkaitan dengan itu semua diharapkan kepada semua warga, masyarakat Indonesia
pada umumnya dan masyarakat Islam pada khususnya untuk memilih pemimpin mereka
dengan memperhatikan beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
tersebut yang sudah dipaparkan di muka. Hal ini diharapkan ketika pemimpin yang terpilih
sesuai dengan persyaratannya maka akan terealisasi politik tingkat tinggi (high politics).
Akan tetapi apabila masyarakat Indonesia masih membiarkan dirinya terbuai
dengan kenikmatan money politik yang sifatnya hanya sesaat dan membiarkan mereka
politikus-politikus rakus yang berperangai seperti tikus menjabat maka tidak akan terwujud
baldatun toyyibatun wa robbun ghoffur yang didamba-dambakan oleh pejuang bangsa.
Karena jika benar itu dibiarkan terus terjadi maka bangsa akan mengalami kerugian dan
kemunduran yang sangat drastis. Kalau tidak mau disebut pada akhirnya akan terjerembab
pada kenistaan, karena korupsi dimana-mana, perselingkuhan merajalela dan menjadi trend
pejabat bangsa. Maka masyarakatnyapun tak jauh berbeda….. na’uzubillah.
Antony Black menyatakan bahwa salah satu sebab kenapa negara menjadi mundur
adalah disebabkan adanya pengangkatan pejabat yang tidak cakap, dan kesalahan
mengalokasikan tanah garapan militer. Solusinya adalah dengan penghapusan tradisi suap,
mengangkat hanya orang yang layak, memberikan gaji yang memadai kepada para pejabat
negara, dan menyusun peraturan untuk penetapan timer. Memberikan jabatan politik dan
militernya kepada orang yang memiliki latar belakang dan pendidikan yang sesuai.
Sebagaimana yang dikutip oleh antony black bahwa seorang penguasa harus jujur,
teratur dan harus menghindari kemewahan. Pranata yang baik dalam pemerintahan dan
agama dan restorasi kekuatan militer tergantung pada pelaksanaan syari’at. Hal ini
tergantung pada ilmu agama dan karenanya sangat penting untuk mengangkat para ulama
yang layak. Reformasi sitem pengangkatan pejabat agama khususnya syekhul islam dalam
hal ini teramat dibutuhkan.26
C. Kesimpulan dan penutup
1. Kesimpulan
Ahmad Abdul Qodir Abu Fariz memberikan 12 persyaratan yang harus dipenuhi
oleh seorang kepala negara yaitu ; Islam, dewasa atau aqil baligh, berakal, merdeka, laki-
laki, adalah (Kelayakan Moral), Mempunyai Kemampuan, Berpengetahuan, tidak meminta
25 Ainna amalia F.N, Psantren dan Anas Urbaningrum, Jawa Pos, Rabu 22 Januari 2014, hal 4 26 Antony Black, Pemikiran Politik Islam dari masa Nabi Hingga Masa Kini, hal 479-480
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014
96
Imaroh atau jabatan, berdiam di dalam negeri, sehat indra dan anggota badan, keturunan
Quraisy.
Sementara menurut Sulaiman Rosyid dalam Fiqh Islam menjelaskan beberapa
syarat menjadi seorang pemimpin adalah berpengetahuan tinggi, Adil, kifayah atau
bertanggung jawab, dan sejahtera pancaindara dan anggotanya.
Politik ala pesantren adalah konsep politik yang diajarkan dalam Islam yaitu politik
tingkat tinggi, politik yang berpegang pada dan menjunjung tinggi politik kebangsaan,
politik kerakyatan dan etika politik.
2. Penutup
Dengan lantunan Alhamdulillahirobbil ‘alamin yang tak terhingga, akhirnya artikel
ini selesai juga meskipun dalam waktu yang cukup lama. Pun demikian artikel ini memiliki
banyak kekurangan sehingga kami mohon keluasan pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun guna perbaikan dan pengayaan penulis pada artikel-artikel
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Antony Black, Pemikiran Politik Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini, PT Srambi
Ilmu Semesta, Jakarta 2006
Ainna amalia F.N, Psantren dan Anas Urbaningrum,Jawa Pos edisi Rabu 22 Januari 2014
Abdurrahman Tsanie, Mutiara Kehidupan Manusia, Ababil Pers Surabaya,2003
Franz Magnis Suseno, Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2005
Hamdan Daulay, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, LESFI,Yogyakarta
2001
H. Jalaludin, Teologi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2002, cet 2
Michael T.Gibbons, Tafsir Politik, CV. Qolam, Yogyakarta, 2002
M. Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia; Pendekatan Fikih dalam Politik,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1994
Muhammad Abdul Qodir Abu Fariz, Sistem Politik Islam, Robbani Press, Jakarta 2000
Martin Van Bruinessen, Rakyat Kecil, Islam dan Politik, Yayasan Bentang Budaya,
Yogyakarta 1998
Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3ES, tt
Recommended