View
4.036
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NURHAPNI
NIM: 08530224
UNIVERSITAS LABUHAN BATU
RANTAU PRAPAT
2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kita panjatkan kehadirat Allah Swt, karena
limpahan taufiq dan hidayahnya,tulisan yang berikut ini tentang
kebenaran-kebenaran dapat saya persembahkan. Sekalipun telah
banyak buku yang telah disusun dengan berbagai variasi. Tulisan ini
saya persembahkan kepada pembaca, terutama para mahasiswa
yang membutuhkannya.
Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pengarang yang karyanya telah saya pakai sebagai panduan
dalam penyelesaian makalah ini.sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi saya.
Saya yakin makalah ini masih jauh dari sempurna.saya sebagai
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian untuk
kesempurnaan makalah ini.Atas saran dan kritiknya saya ucapkan
terima kasih.
Kepada para guru pengajar yang arif dan bijaksana, penulis
sangat mengharapkan tegur sapa guna perbaikan tulisan ini.
Semoga Allah Swt. Meridhoi kita semua dan kiranya juga tulisan
ini berguna atau pun bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
Nurhapni
PENDAHULUAN
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara
ditempuh untuk memperoleh kebenaran antara lain dengan
menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman
atau secara empiris.Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia
membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional agar
kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.
Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan
dalam hal menangkap kebenaran.Setiap tingkat pengetahuan dalam
struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang
berbeda.Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan
rasional dan intuitif.Sedangkan tingkat yang lebih rendah dalam
menangkap kebenaran adalah pengetahuan indra dan naluri karena
tidak terstruktur dan pada umumnya kabur.Oleh sebab itu
pengetahuan harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi.
Proses pencarian kebenaran tentu bukan hal yang mudah dan
dapat dikatakan merupakan proses yang sangat melelahkan,bahkan
bukan tidak mungkin akan mendatangkan keputusasaan.Manusia,yang
pada dasarnya adalah makhluk yang selalu bertanya dan selalu
merasa ingin tahu pada akhirnya memutuskan untuk tetap selalu
mencari kebenaran,tidak peduli betapa keputusasaan telah
mengepungnya dari berbagai sudut penjuru.Tujuan akhirnya adalah
kebenaran harus ditemukan.
Dan akibat dari keputusasaan itu,pada akhirnya manusia mulai
berani berspekulasi tentang kebenaran dan mulai mengurai defnisi-
definisi tentang kebenaran “Inilah kebenaran! Inilah kebenaran!Marilah
bergabung dalam barisan kami, maka kalian akanmenemukan cahaya
kebenaran!”. Maka mau tidak mau, sukla tidak suka, like or dis like
kebenaran pun terkurung dalam penjara defenisi yang tentu saja
sangat subjektif.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………….i
Pendahuluan …………………………………………………….ii
Daftar Isi
…………………………………………………….iii
Bab I
Kebenaran Absolut …………………………………………………….1
Kebenaran Universal …………………………………………………….1
Kebenran Relatif …………………………………………………….2
Bab II
Defenisi Agama …………………………………………………….4
Daftar Pustaka ……………………………………………………6
PENDAHULUAN
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara
ditempuh untuk memperoleh kebenaran antara lain dengan
menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman
atau secara empiris.Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia
membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional agar
kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.
Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan
dalam hal menangkap kebenaran.Setiap tingkat pengetahuan dalam
struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang
berbeda.Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan
rasional dan intuitif.Sedangkan tingkat yang lebih rendah dalam
menangkap kebenaran adalah pengetahuan indra dan naluri karena
tidak terstruktur dan pada umumnya kabur.Oleh sebab itu
pengetahuan harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi.
Proses pencarian kebenaran tentu bukan hal yang mudah dan
dapat dikatakan merupakan proses yang sangat melelahkan,bahkan
bukan tidak mungkin akan mendatangkan keputusasaan.Manusia,yang
pada dasarnya adalah makhluk yang selalu bertanya dan selalu
merasa ingin tahu pada akhirnya memutuskan untuk tetap selalu
mencari kebenaran,tidak peduli betapa keputusasaan telah
mengepungnya dari berbagai sudut penjuru.Tujuan akhirnya adalah
kebenaran harus ditemukan.
Dan akibat dari keputusasaan itu,pada akhirnya manusia mulai
berani berspekulasi tentang kebenaran dan mulai mengurai defnisi-
definisi tentang kebenaran “Inilah kebenaran! Inilah kebenaran!Marilah
bergabung dalam barisan kami, maka kalian akanmenemukan cahaya
kebenaran!”. Maka mau tidak mau, sukla tidak suka, like or dis like
kebenaran pun terkurung dalam penjara defenisi yang tentu saja
sangat subjektif.
BAB I
KEBENARAN
A. Kebenaran Absolut
Kebenaran Absolut adalah kebenaran yang logis / tidak logis atau
rasional / tidak rasional.
Misalnya adalah :
1. Kebenaran meletakkan Tuhan sebagai titik terakhir atau
kesimpulan seluruh pengkajian
2. Kebenaran untuk memahami Tuhan sebagai sebagai penyebab
pertama dalam semesta, penyebab pertama semua
kesempurnaan yang ditemukan didunia.
3. Kebenaran untuk menjelaskan Tuhan sebagai zat yang
impersonal.
4. Dalil dari suatu kebenaran yang ada buka untuk
memepertahankan keyakinan suatu agama tertentu, tetapi
bermaksud menyatakan kebenaran dasar dari semua agama
atau ketidakbenaran dasar-dasar tertentu.
5. Kebenaran yang selalu membahas segala sesuatu akan tetap
membahas eksitensi Tuhan.
6. Objek dari kebenaran tersebut adalah yaitu tentang wujud Tuhan
sebagai zat yang yang paling dan abadi.
7. Tuhan adalah sumber dari segala yang ada.
B. Kebenaran Universal
Kebenaran universal adalah kebenaran yang selain logis / tidak logis
juga menyangkut masalah imam/kafir dan halal atau haram.
Misalnya adalah :
1. Kebenaran memandang tuhan sebagai titik awal
pembahasannya
2. kebenaran menjelasakan Tuhan dengan segala misterinya
berdasakan wahyu.
3. Kebenaran melihat tuhan sebagai zat yang personal. Yaitu tuhan
yang mencipta sekaligus disembah serta dapat berhubungan
dengan makhluk.
4. Kebenaran yang bertujuan untuk mempertahankan keyakinan
agama tersebut.
5. Kebenaran yang selalu membahas segala sesuatu akan tetap
membahas eksitensi Tuhan.
6. Objek dari kebenaran tersebut adalah yaitu tentang wujud Tuhan
sebagai zat yang yang paling dan abadi.
7. Tuhan adalah sumber dari segala yang ada.
C. Kebenaran Relatif
Kebenaran Relatif adalah kebenaran yang hanya didasarkan dari
pemikiran personal maupun secara tidak personal. Dalam arti kata
dapat memilih kebenaran yangf bagaimana saja dengan maksud
untuk ketenangan dalam diri seseorang dan merasa damai dalam
menjalankannya. Dengan kata lain memikirkan dasar-dasar agama,
seseorang tidak lepas dari perasaan agamanya.
Salah satu tokoh seperi Al-Gazali mencari kebenaran yang hakiki,
yaitu kebenaran yang tidak diragukan lagi, seperti sepuluh banyak
dari pada tiga. Sekiranya ada orang yang mengatakan bahwa tiga
lebih banyak dari pada sepuluh dengan mengatakn tongkat bisa
dijadikan ular, dan hal itu memang ia lakukan. Al-Gazalai kagum
akan kemampuannya, tetapi sungguhpun demikian keyakinan nya
sepuluh lebih besar dari pada tiga tidak akan goyah.
Akhirnya Al-Gazali sampai pada kebenarannya yang demikian
dalam tasawup setelah dia mengalami proses yang amat panjang
dan berbelit-belit. Tasawuflah yang menghilangkan keraguannnya.
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan
kesesatan terletak didalam ide dan bukan didalam diri sesuatu. Jika
kebenaran mengandung makna ide yang sesuai dengan atau yang
menunjuk pada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada
didalam pikiran seseorang dan hanya bisa diperoleh dengan akal
budi saja.
Dari ketiga jenis kebenaran tersebut yang telah di jelaskan
diatas juga ternyata terdapat empat macam kebenaran yang
bersifat Korespon
densi, Koherensi, Pragmatisme, dan Hudhuri.
1. Kebenaran Korespondensi
Yaitu kebenaran yang menarik kesimpulan umum dari hal-hal
yang khusus. Sebagai sarana utamanya adalah akal yang sehat.
2. Kebenaran Koherensi
Yaitu kebenaran yang pernyataannya dianggap benar bila
Pernyataannya itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan pernyataan sebelumnya dianggap benar.
3. Kebenaran Pragmatisme
Yaitu kebenaran suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis
atau tidak. Agama bisa dianggap benar karena memberi kan
ketenangan pada jiwa dan ketertiban dalam masyarakat.
Kebenaran Hudhuri
4. Yaitu kebenaran yang dikethui dengan kehadiran karena ia
ditandai oleh keadaan neotic dan objek yang memiliki imanen
yang menjadikannya pengetahuan swaobjek.
Dalam bukunya The Meaning Of Truth (Arti Kebenaran )
James menjeaskan bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak
yang berlaku umum ,tetap, berdiri sendiri,dan terlepas dari akal
yang mengenal . p[engalaman seseorang selalu berubah karena
dalam praktiknya apa yang diangggap benar bisa dikoreksi oleh
pengalaman berikutnya.oleh karena itu tidak ada kebenaran
yang mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran,yaitu apa
yang benar dalam pengalaman-pengalamnnya yang khusus
BAB II
PANDANGAN AGAMA ISLAM TERHADAP
KEBENARAN ABSOLUT, UNIVERSAL
DAN RELATIF
A.Defenisi Agama
Agama adalah suatu system kepercayaan Tuhan yang dianut
oleh sekelompok manusia dengan selalu mengadakan dengannya
pokok persoalan. Yang dibahas dalam agama adalah eksistensi
tuhan manusia dan hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Dalam kesimpulannnya, pandangan agama islam terhadap
kebenaran-kebenaran tersebut pada hakikatnya didasari pada
keimanan dan ketaqwaan pada diri kita masing-masing.
Berpikir secara bebas dalam membahas dasar-dasar agama
dapat diambil dalam dua bentuk :
1. Membahas dasar-dasar agama secara analistis dan kritis tanpa
terikat ajaran-ajaran dan tanpa ada tujuan untuk menyatakan
kebenaran suatu agama.
2. Membahas dasar-dasar agama secara analistis dan kritis dengan
maksud untuk menyatakan kebenaran ajaran agama, atau
sekurang-kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang
diajarkan agama tidak bertentangan dengan logika.
Ibnu Rusyd, Filosop Muslim dari Andalusia, berpendapat
bahwa menghilangkan keraguan naturalis terhadap agama,maka
pengertian mukjizat perlu diperluas. Selama ini mukjizat hanya
terfokus pada hal-hal supernatural. Mukjizat adalah bukti-bukti
kebenaran seorang utusan Allah. Misalnya tidak terbakarnya nabi
Ibrahim oleh api bukan sebagai bukti kenabian, tetapi sebagai
bagian dari keyakinan yang ditujukan untuk orang awam.
Adapun kita sebagai orang yang beriman harus meyakini
mukjizat yang lain dari pada suatu peristiwa itu, yaitu kandungan
rsisalah nya para nabi-nabi.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Zar Sirajuddin. M.A. Filsafat Islam. PT. Raja Grafindo, Jakarta.2007
Prof. Dr. Bakhtiar Amsal, M.A. Filsafat Agama. PT. Raja Grafindo, Jakarta.2007
http/www.hakekat kebenaran,co.id.
Recommended