View
248
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
KEKUATAN PAVING BLOCK DENGAN BERBAGAI
KANDUNGAN LIMBAH PENGOLAHAN LUMPUR
PENGEBORAN SUMUR MINYAK
ANISA RAHMENIA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kekuatan Paving
Block Dengan Berbagai Kandungan Limbah Pengolahan Lumpur Pengeboran
Sumur Minyak”adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 27 Desember 2013
Anisa Rahmenia
F44080031
ABSTRAK
ANISA RAHMENIA. Kekuatan Bata Beton Dengan Berbagai Kandungan
Limbah Pengolahan Lumpur Pengeboran Sumur Minyak. Dibimbing oleh ASEP
SAPEI.
Limbah dari kegiatan eksplorasi dan pengeboran sumur minyak bumi dan gas
alam, bila tidak dapat ditangani dengan baik dapat merusak ekosistem dan
lingkungan, oleh karena itu, limbah ini dikonversi menjadi bahan bangunan yang
bermanfaat, seperti bata beton sebagai penunjang kegiatan. Bata beton dengan
berbagai kandungan limbah lumpur diantaranya 40%, 30%, 20%, 10% dan 0%,
memiliki perbandingan semen : pasir : limbah lumpur yaitu 1:2:2 ; 1:2,5:1,5 ;
1:3:1 ; 1:3,5:0,5 ; 1:4:0 dalam berat 3,02 kg tiap bata betonnya. Bata beton dengan
kadar lumpur 0% memiliki kekuatan tekan paling tinggi 12 MPa dan dapat
diklasifikasikan dalam SNI 0691-1996 dengan mutu D peruntukan taman. Bata
beton dengan kandungan limbah 10% memiliki kuat tekan 7,26 MPa. Beton
dengan kandungan limbah 20% memiliki kuat tekan 3,25 MPa. Beton dengan
kandungan limbah 30% memiliki kuat tekan 2,6 MPa. Beton dengan kadar limbah
40% memiliki kuat tekan 0,9 MPa. Tingginya kandungan limbah lumpur pada
bata beton akan mempengaruhi kekuatannya karena beberapa faktor karakteristik
limbah seperti kadar air dan kadar zat organik yang tinggi. Oleh karena itu
diperlukan adanya penambahan bahan lain seperti Fly ash untuk meningkatkan
kekuatan bata beton tersebut.
Kata kunci: Bata beton, limbah lumpur, kuat tekan.
ABSTRACT
ANISA RAHMENIA. Strength of Concrete Bricks With Different Content of
Waste Oil Well Drilling Mud Processing. Supervised by ASEP SAPEI.
Waste from exploration and drilling of petroleum wells and natural gas, if not
handled properly, could damage ecosystem and environment, therefore, waste is
converted into useful construction material, such paving block, as supporting
activities. Paving block with several content of mud waste 40%, 30%, 20%, 10%
and 0% comparison of cement: sand: mud waste that is 1:2:2; 1:2,5:1,5; 1:3:1;
1:3,5:0,5; 1:4:0 in weight of 3,02 kg per brick. Paving block with mud content 0%
has the highest compressive strength 12 MPa and can be classified wthin The ISO
0691-1996 quality D, designed for park. Paving block with waste content of 10%
has 7,26 MPa compressive strength. Paving block with 20% waste content has
3,25 MPa compressive strength. Paving block with 30% waste content has 2,6
MPa compressive strength. Paving block with 40% waste content has 0,9 MPa
compressive strength. The high content of mud waste on paving block will affect
its strength dua do several factors such as The characteristics of water content and
high level of organic matter. Therefore, the addition of other material such as
brick, fly ash si needed do increase the strength of the paving block.
Keywords: paving block, mud waste, compressive strength.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
KEKUATAN PAVING BLOCK DENGAN BERBAGAI
KANDUNGAN LIMBAH PENGOLAHAN LUMPUR
PENGEBORAN SUMUR MINYAK
ANISA RAHMENIA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Kekuatan Paving block Dengan Berbagai Kandungan Limbah
Pengolahan Lumpur Pengeboran Sumur Minyak
Nama : Anisa Rahmenia
NIM : F44080031
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, M.S. Muhammad Fauzan ST. MT.
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Yudi Chadirin S TP.M Agr
Plh. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Kekuatm:: -ng block Dengan Berbagai Kandungan Limbah Peng la L" ipur Pengeboran Sumur Minyak
Nama : Anisa Rah.-r.enja NIM : F4408003:
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, M.S. Muhammad Fauzan ST. MT. Pembimbing I Pembimbing II
Tanggal Lulus: ,1 DEC
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah
kekuatan bahan, dengan judul Kekuatan Paving block Dengan Berbagai
Kandungan Limbah Pengolahan Lumpur Pengeboran Sumur Minyak.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Asep Sapei M.S
selaku pembimbing I dan Muhammad Fauzan ST. MT selaku pembimbing II,
serta teman-teman seperjuangan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan yang
telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, 27 Desember 2013
Anisa Rahmenia
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Paving block (Paving Block) 2
Limbah Lumpur Pengeboran 4
Semen 5
Agregat 6
Air 6
METODE 7
Waktu dan Tempat 7
Peralatan dan Bahan yang digunakan 7
Prosedur Analisis Data 7
Pengujian 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Keadaan Umum Bahan 10
A. Semen 10 B. Agregat Halus 10 C. Limbah Lumpur 14
Paving Block Mixing 15
Tegangan dan Regangan Paving Block 15
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 218
DAFTAR TABEL
1. Mutu Paving block 3
2. Baku Mutu Limbah Lumpur 4
3. Hasil Analisis Gradasi Agregat Halus 10
4. Perbandingan Campuran 15
5. Perbandingan Berat Campuran 15
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram Alir Prosedur Penelitian 8
2. Kurva Analisis Gradasi (ASTM C33-90 Batas Atas dan Batas Bawah) 11
3. Pengukuran Skala Volume Air dan Lumpur 11
4. Hasil Pengukuran Zat Organik pada Pasir 12
5. Hasil Pengukuran Pasir Selama 24 jam 12
6. Pengukuran Spesific Gravity dan Absorpsi Menggunakan Piknometer 13
7. Hasil Uji Kadar Organik pada Limbah Lumpur 14
8. Keretakan Halus pada Paving Block 16
9. Kurva Tegangan Regangan Paving Block dengan Kadar Limbah 0% 16
10. Kurva Tegangan Regangan Paving Block dengan Kadar Limbah 10% 17
11. Kurva Tegangan Regangan Paving Block dengan Kadar Limbah 20% 17
12. Kurva Tegangan Regangan Paving Block dengan Kadar Limbah 30% 18
13. Kurva Tegangan Regangan Paving Block dengan Kadar Limbah 40% 18
14. Kurva Tegangan Regangan Paving Block Saat Umur 7 Hari 19
15. Kurva Tegangan Regangan Paving Block Saat Umur 14 Hari 19
16. Kurva Tegangan Regangan Paving Block Saat Umur 28 Hari 20
DAFTAR LAMPIRAN
1. Semen 23
2. Agregat Halus 24
3. Limbah Lumpur 27
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri pertambangan minyak dan gas bumi merupakan salah satu industri
yang berkembang pesat dan memberikan sumbangsih besar bagi pertumbuhan
ekonomi nasional. Setiap tahun jumlah kebutuhan minyak bumi terus mengalami
peningkatan seiring dengan tingginya kebutuhan energi sebagai akibat
perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia.
Kegiatan terbesar yang dilaksanakan dalam eksplorasi minyak bumi ialah
pengeboran. Hal ini dilakukan untuk mengangkat fluida minyak bumi ke
permukaan agar dapat diolah dan disuling sehingga menghasilkan bebagai macam
produk dari minyak bumi. Pengeboran ini tentunya menghasilkan pencemaran
yang berdampak buruk bagi lingkungan, apabila tidak ditangani dengan baik akan
berdampak buruk bagi keseimbangan ekosistem.
Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di industri pertambangan
minyak bumi dan gas alam terbesar di Indonesia yang menguasai tidak hanya
pengeboran di daratan namun juga menguasai pengeboran lepas pantai, PT
Chevron Pasific Indonesia (PT CPI) tentunya banyak menghasilkan limbah dari
aktifitas tersebut. Menurut PP no 18 JO 1999 limbah dari pengeboran merupakan
salah satu jenis limbah B3. Untuk mengantisipasi terjadinya pencemaran
lingkungan secara besar-besaran dari aktifitas eksplorasi tersebut maka PT CPI
dengan mandiri mengolah dan mengkonversi limbah lumpur pengeboran menjadi
barang yang lebih bermanfaat seperti bahan bangunan dalam bentuk paving block.
Limbah lumpur dapat digunakan sebagai bahan pengganti campuran pasir pada
paving block. Paving block ini sering digunakan untuk menunjang fasilitas
internal perusahaan seperti lahan parkir di perkantoran PT CPI, jalan minor pada
komplek perumahan PT CPI, pejalan kaki, taman dan halaman sekolah yang
berada di komplek perumahan PT CPI, dapat terlihat bahwa dengan pembuatan
paving block ini, mampu mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk hal-hal tersebut.
Selama ini, pembutan paving block oleh PT CPI masih belum mengikuti
baku mutu yang berlaku di Indonesia. Standar baku mutu pembuatan paving block
yang berlaku di Indonesia ialah SNI 0691-1996. Untuk itu penelitian ini
diharapkan mampu membantu dan mengarahkan pembuatan paving block ini
sesuai dengan peruntukannya. Selain itu juga dapat menjadi rekomendasi bagi
perusahaan-perusahaan yang dalam aktifitasnya juga menghasilkan limbah dari
lumpur pengeboran.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
bagaimana memberdayakan limbah dari sisa pengolahan lumpur pengeboran
sumur minyak PT Chevron Pasific Indonesia agar tidak lepas dan mencemari
lingkungan sehingga menjadi suatu produk bahan bangunan berupa paving block
yang dapat menunjang kegiatan perusahaan sesuai dengan SNI 0691-1996.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kekuatan paving block dengan
berbagai kandungan kadar limbah lumpur pengeboran sumur minyak.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah dapat memberikan
petunjuk alternatif dan arahan bagi perusahaan-perusahaan yang sisa dari
kegiatannya menghasilkan limbah lumpur sehingga optimal penggunaan dan
kadarnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian antara lain pemeriksaan karakteristik bahan-bahan
yang akan digunakan, pembuatan paving block dengan kadar limbah lumpur yang
berbeda-beda, lalu penguringan dari paving block tersebut. Dengan demikian
didapat data primer dari kekuatan dan elastisitas beton, bobot beton. Setelah itu
dilakukan pengolahan data kuat tekan untuk menentukan mutu paving block
berdasarkan SNI 0691-1996.
TINJAUAN PUSTAKA
Paving block (Paving Block)
Berdasarkan SNI 0691-1996, paving block (paving block) adalah suatu
komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan
perekat hidrolis sejenisnva, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan
lainnya yang tidak mengurangi mutu paving block itu.
Paving block merupakan komponen bangunan yang umum dipakai sebagai
lapisan perkerasan permukaan tanah. Komposisi yang biasa digunakan pada
produsen paving block adalah campuran 1 semen : 6 pasir : 1 abu batu (flyash).
Para produsen cenderung menggunakan sedikit semen dan semen dengan harga
yang murah supaya mendapat keuntungan yang lebih besar. Keunggulan dari
paving block adalah mudah dipasang dan memiliki daya serap air yang baik dan
harga relatif murah.( Raharjo, 2012)
A. Klasifikasi paving block
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 0691-1996, paving block dapat
dikelompokkan dalam beberapa kelas, diantaranya:
Paving block mutu A : digunakan untuk jalan
Paving block mute B : digunakan untuk peralatan parkir
Paving block mutu C : digunakan untuk pejalan kaki
Paving block mutu D : digunakan untuk taman dan penggunaan lain.
3
B. Syarat mutu
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 0691-1996, bahwa syarat mutu
paving block terdiri dari:
Sifat tampak
Paving block mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak-
retak dan cacat,bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan
kekuatan jari tangan.
Ukuran
Paving block mempunyai ukuran tebal nominal minimum60mm
dengan toleransi + 8%.
Sifat fisika
Paving block mempunyai sifat-sifat fisika seperti pada Tabel 1. Mutu
Paving block.
Tabel 1. Mutu Paving block
Mutu
Kuat Tekan
(MPa)
Ketahanan Aus
(mm/menit) Penyerapan air
rata-rata maksimal
(%) Rata-rata Min Rata-rata Min
A 40 35,0 0,090 0,103 3
B 20 17,0 0,130 0,149 6
C 15 12,5 0,160 0,184 8
D 10 8,5 0,219 0,251 10
Sifat kimia
Secara kimiawi, paving block memiliki sifat antara lain: ketahanan terhadap
natrium sulfat. tidak boleh carat, dan kehilangan berat yang diperkenankan
maksirnum 1%
C. Cara uji
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 0691-1996, bahwa paving block
diuji dengan kriteria sebagai berikut:
Ukuran
Digunakan peralatan kaliper atau sejenisnya dengan ketelitian 0,1 mm.
Pengukuran tebal dilakukan terhadap tiga tempat yang berbeda dan diambil nilai
rata-rata. Pengujian dilakukan terhadap 10 buah contoh uji.
Kuat tekan
Contoh uji diambil 10 buah, masing-masing dipotong berbentuk kubus dan
rusuk-rusuknya disesuaikan dengan ukuran contoh uji.
Contoh uji yang telah siap, ditekan hingga hancur dengan mesin penekan
yang dapatdiatur kecepatannya. Kecepatan penekanan dari mulai pemberian beban
sampai contoh uji hancur, diatur dalam waktu 1 sampai 2 menit Arah penekanan
pada contoh uji disesuaikandengan arah tekanan beban didalam pemakaiannya.
Kuat tekan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kuat Tekan = 𝑃
𝐿
4
Keterangan :
P = beban tekan, N
L = luas bidang tekan mm2
Kuat tekan rata-rata dari contoh paving block dihitung dari jumlah kuat tekan
dibagi jumlah contoh uji.
Limbah Lumpur Pengeboran
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 045 Tahun 2006, Limbah
Lumpur adalah sisa-sisa pemakaian lumpur bor yang telah dipergunakan pada
pengeboran dan tidak dipergunakan lagi. Baku mutu limbah lumpur dapat dilihat
pada Tabel 2. Baku mutu limbah lumpur.
Tabel 2. Baku mutu limbah lumpur
No Nama Kimia Simbol Baku Mutu
(mg/l)
1 Arsen Ar 5,0
2 Barium Ba 100,0
3 Cadmium Cd 1,0
4 Chromium Cr 5,0
5 Copper Cu 10,0
6 Lead Pb 5,0
7 Mercury Hg 0,2
8 Selenium Se 1,0
9 Silver Ag 5,0
10 Zinc Zn 50,0
Limbah lumpur pengeboran dinyatakan limbah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun) oleh Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dengan kode limbah
D220 dan D221 setelah dilakukan uji toksisitas dan uji karakteristik.
Sumber pencemaran yang mampu menghasilkan limbah lumpur,
berasal dari beberapa kegiatan diantaranya:
Eksplorasi dan produksi
Pemeliharaan fasilitas produksi
Pemeliharaan fasilitas penyimpanan
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang mengolah effluen minyak
dan gas alam
Tanki penyimpanan
Proses pengolahan
IPAL yang mengolah proses pengolahan
Unit DAF (Dissolved Air Floatation)
Pembersihan heat exchanger
5
Dari berbagai kegiatan yang dilakukan, asal limbah terdapat di
beberapa proses, diantaranya:
Slop Minyak
Lumpur bor (Mud Drilling) bekas
Sludge minyak
Karbon aktif dan absorban bekas
Sludge dari IPAL
Cutting Pemboran
Residu dasar tangki (yang memiliki kontaminan diatas standar dan
memiliki karakteristik limbah B3)
Katalis bekas
Limbah Laboratorium
Limbah PCB
Bahan pencemar utama yang banyak terdapat pada limbah lumpur
pengeboran adalah:
Bahan Organik
Bahan terkontaminasi minyak
Logam berat Ba, Cr, Pb, Ni
Merkuri (pada karbon aktif, dan moleculare sieve)
Sulfida
Ferusioactive (sulfactan)
Semen
Semen terdiri dari perekat, bahan bitumen dan berbagai macam zat kapur.
Sejumlah bahan yang mengandung zat kapur, ketika dicampur menjadi pasta
dengan air memiliki sifat kekerasan menuju massa padat dibawah reaksi kimia
dan terjadi pengkristalan karena penambahan air tersebut. Bahan semen secara
luas digunakan dalam teknik konstruksi, umumnya sebagai bahan pengikat untuk
apung hitam, pasir, batu, dan material inert untuk membentuk sebuah massa keras
dari bentuk yang diinginkan. bahan semen yang bersifat kapur pada konstruksi
adalah gipsum, kapur, portland, dan semen portland khusus.
Semen portland penting bagi struktur teknis untuk bahan penyemenan
berfungsi mengikat bagian-bagian beton. Berdasarkan ASTM (standar pengujian
dan bahan Amerika) semen portland adalah produk dari penghalusan batu klinker,
pada dasarnya terdiri dari hidrolik silikat kalsium yang tidak ada penambahan,
selain air dan atau tidak kalsium sulfat dan telah dibuat untuk pengapuran, kecuali
penambahan melebihi 1 % dari bahan lain.
Portland semen tidak memburuk pada jumlah tertentu pada udara kering.
Saat dicampur air, semen mengeras di udara dan di dalam air. Saat pengeringan,
semen menyusut jauh lebih sedikit dari pada gipsum atau mortir kapur. Sifat
mortir semen portland pada waktu tertentu setelah pencampuran dipengaruhi oleh
jumlah bahan kimia partikel semen, suhu mortir, dan jumlah air yg tersedia pada
kombinasi campuran semen. Sifat ini juga langsung berkaitan dengan agregat
alami dengan yang dicampur bersama semen (Graham, 1996)
Standar spesifikasi untuk semen portland (rancangan ASTM C150-49)
meliputi lima tipe:
6
- Tipe 1, semen yang umum digunakan.
- Tipe 2 adalah semen khusus konstruksi yang terpapar bahan sulfat atau yg
membutuhkan hidrasi panas.
- Tipe 3 adalah semen khusus kekuatan tinggi.
- Tipe 4 adalah semen khusus hidrasi suhu rendah
- Tipe 5 adalah semen tahan terhadap kadar sulfat tinggi
Agregat
Agregat adalah komponen penyusun beton yang tidak ikut bereaksi dengan
semen dan air. Agregat antara 60% sampai 80% dari total volume beton yang ada
sehingga sering disebut bahan pengisi.
a) Agregat Halus
Adalah agregat yang lolos saringan standar 4,76 mm. Yang umum
digunakan sebagai agregat halus adalah pasir alam, dan untuk beton yang tahan
radiasi digunakan butiran baja halus (fine steel shot) dan butiran besi halus (crush
iron core).
Agregat halus yang umum dipakai dalam campuran paving block adalah
pasir alam. Pasir alam berupa butiran mineral halus yang banyak mengandung
karbon dan mineral sulfat seperti kalsit dan gypsum, terbentuk dari proses fisika
dan kimia di alam dalam suatu kurun waktu. Berawal dari perpecahan batuan
berapi secara dominan menjadi buritan mineral. Mineral yang paling umum
seperti feldspars berkisar 60%, pyroxene berkisar 17%, kuarsa berkisar 12%, dan
mika berkisar 4 %, serta mineral lain 8%. (James K Mitchell, et al., 2005)
b) Agregat Kasar
Adalah semua butiran batuan yang tidak dapat lolos dari saringan 4,76 mm.
Terdiri dari :
- Batu pecah alam
- Batu alam
- Agregat kasar buatan
- Agregat berat
Agregat sebagai material alami sering tercampur dengan bahan organik, silt,
dan clay. Bahan organik tercampur ini harus dibatasi kadarnya, begitu juga
dengan kadar silt dan clay karena dapat menurunkan kekuatan betonnya.
Air
Dalam campuran beton, air yang digunakan tidak boleh mengandung
material-material yang bisa mengakibatkan pengaruh yang merugikan pada beton
seperti alkali, asam, lanau, minyak, dan bahan organik. Di samping memengaruhi
kekuatan beton juga memengaruhi setting time, drying shrinkage. durability
ataupun efflorescence (garam-garam yang terbentuk naik ke permukaan beton).
Air diperlukan untuk proses hidrasi (pengerasan) antara semen dan agregat.
Tanpa air tidak akan terjadi hidrasi dan campuran beton akan tetap berupa bulk.
Air merupakan pengaruh yang penting dalam menentukan kekuatan dan
kemudahan pelaksanaan pekerjaan beton. Untuk mendapatkan beton yang mudah
dilaksanakan tetapi mempunyai kekuatan yang tetap, maka harus dipertahankan
nilai perbandingan antara jumlah air dan semen.
7
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan, mulai dari bulan Maret
hingga bulan September 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Struktur dan Infrastruktur Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Peralatan dan Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
- Limbah Lumpur Pengeboran Sumur Minyak PT CPI
- Semen Portland
- Agregat halus (Pasir)
- Air
- Kerosin
- Larutan NaOH 3%
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
- Mesin paving block (paving block machine)
- Sendok semen
- Timbangan
- Pelat pengaduk bahan
- Penggaris
- UTM (universal testing machine)
- Stopwatch
- Oven
- Botol Le Chatelier
- Saringan No.4 sampai dengan No.200
- Oven
- Mesin Penggetar
- Talam
- Kuas, sikat, sendok
- Botol tempuh pandang
- Organic Plate
- Gelas Ukur
- Alat Pengaduk
Prosedur Analisis Data
Langkah awal dalam memulai penelitian ini adalah menentukan bahan dan
komposisi paving block. Selanjutnya bahan yang terkumpul ditinjau sifat dan
karakteristiknya seperti berat jenis, kandungan zat organik dan jenis semen.
Pengumpulan data primer berupa kuat tekan, elastisitas dan bobot paving block
didapat setelah proses pembuatan dan curing seperti pada Gambar 1. Diagram
Alir Prosedur Penelitian.
8
Gambar 1. Diagram Alir Prosedur Penelitian
Metode pengumpulan data dilakukan sebagai langkah awal penelitian. Data
yang digunakan dalam berupa data primer yang didapat dengan Studi lapangan
dengan penelitian langsung di laboratorium dan data sekunder yang merupakan
studi literatur.
9
Pengujian
Kualitas Bahan
1 Semen
Pengujian berat jenis semen menggunakan Metode SNI 03-2531-1991
terdapat pada Lampiran 1.
2 Agregat Halus (Pasir)
a) Analisis Saringan agregat halus berdasarkan SNI 03-1968-1990 terdapat pada
Lampiran 2
b) Kadar Lumpur (Lolos Saringan #200) agregat halus berdasarkan SNI 03-
4142-1996 dan ASTM C117 pada Lampiran 2.
c) Kadar Zat Organik agregat halus berdasarkan SNI 03-2816-1992 terdapat
pada Lampiran 2
d) Kadar Air agregat halus berdasarkan SNI 03-1971-1990 terdapat pada
Lampiran 2
e) Specific Gravity Agregat Halus terdapat pada Lampiran 2.
3 Limbah Lumpur
a) Kadar Zat Organik pada limbah lumpur berdasarkan SNI 03-2816-1992
terdapat pada Lampiran 3
b). Kadar Air pada limbah lumpur berdasarkan SNI 03-1971-1990 terdapat pada
Lampiran 3
Mutu Paving block
1. Ukuran
Digunakan peralatan kaliper atau sejenisnya dengan ketelitian 0,1 mm.
Pengukuran tebal dilakukan terhadap tiga tempat yang berbeda dan diambil
nilai rata-rata.
2. Kuat tekan
Contoh uji yang telah siap, ditekan hingga hancur dengan mesin penekan
(universal testing machine) yang dapatdiatur kecepatannya. Kecepatan
penekanan dari mulai pemberian beban sampai contoh uji hancur, diatur dalam
waktu 1 sampai 2 menit Arah penekanan pada contoh uji disesuaikan dengan
arah tekanan beban didalam pemakaiannya. Kuat tekan dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Kuat Tekan =𝑃
𝐿
Keterangan :
P = beban tekan, N
L = luas bidang tekan mm2
Kuat tekan rata-rata dari contoh paving block dihitung dari jumlah kuat tekan
dibagi jumlah contoh uji.
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Bahan
A. Semen
Berat Jenis
Berat jenis semen adalah nilai berat semen per volume semen. Saat
pengukuran didapat v1 sebesar 250 ml dan v2 sebesar 281,3 ml dengan
densitas kerosin 1 gr/cm3. Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan berat
jenia (ρ) semen sebesar 3,10 gr/cm3. Berat jenis semen ini sama dengan
berat jenis semen tipe 1 pada umumnya.
B. Agregat Halus
Analisis Gradasi
Analisis gradasi agregat halus bertujuan untuk mengetahui modulus
kehalusan agregat yang digunakan sebagai bahan campuran dalam
pembuatan paving block. Perhitungan modulus kehalusan berasal dari
pembagian jumlah persentase berat lolos kumulatif dengan total persentase
berat lolos. Agregat halus memiliki moduluds sebesar 3,64. Hasil pengujian
kehalusan agregat dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil Analisis Gradasi.
Tabel 3. Hasil Analisis Gradasi Agregat Halus
No. Saringan
Ukuran lubang Berat Tertahan
(gram)
Persentase
(%)
Berat lolos
kumulatif
(%) mm inchi
- v 3/8 0 0 100,0
4 4,76 - 22,5 4,5 95,5
8 2,38 - 48,0 9,6 85,9
16 1,19 - 91,0 18,2 67,7
30 0,59 - 260,5 52,1 15,6
100 0,14 - 79,0 15,6 0
Wadah 500,0 Total 100
Modulus Kehalusan 3,64
11
Gambar 2. Kurva Analisi Gradasi (ASTM C33-90 Batas Atas dan Batas
Bawah)
Agregat Halus yang digunakan untuk campuran paving block memiliki
modulus kehalusan yang sangat baik, bernilai 3,64. Ini dapat terlihat dari grafik di
atas Gambar 2. Kurva Analisi Gradasi (ASTM C33-90 Batas Atas dan Batas
Bawah), karena persentase yang lolos pada tiap-tiap ukuran saringan yang telah
ditentukan tidak melewati batas atas dan batas bawah sesuai dengan ASTM C33-
90.
Kajian Bahan Lewat Saringan # 200 ( Kadar Lumpur)
Bahan pasir yang digunakan mengandung lumpur dalam kadar tertentu.
Kandungan lumpur pasir dapat dilihat dari perbedaan tinggi volume air dan pasir
setelah pengadukan pada Gambar 3 Pengukuran Skala Volume Air Dan Lumpur.
Dari hasil pengujian didapat tinggi campuran pasir dan air 100 ml, sementara
tinggi pasir berlumpur 60 ml. Perhitungan kadar lumpur didapat dari pembagian
volume tinggi pasir berlumpur dengan jumlah volume campuran air dan pasir.
Kadar lumpur pasir sebesar 37,5%.
Gambar 3. Pengukuran Skala Volume Air Dan Lumpur
10095,5
85,9
67,7
15,6
0
0
20
40
60
80
100
120
0 2 4 6 8 10
Pe
rse
nta
se A
gre
gat
Lolo
s (%
)
Ukuran Saringan (mm)
Hasil
batas bawah
batas atas
12
Kadar Zat Organik
Dalam pembuatan paving block, kadar zat organik pada bahan pasir mampu
mempengaruhi kualitas dari paving block itu sendiri. Semakin tinggi kadar zat
organik bahan, maka kualitas paving block akan menurun.
Gambar 4. Hasil Pengukuran Zat Organik Pada Pasir
Dari Gambar 4. Hasil Pengukuran Zat Organik, pasir masih dalam batas
aman. Warna cairan yang telah terendap selama 24 jam berwarna seperti skala 1
pada organic plate. Ketika suatu bahan untuk campuran beton mengandung zat
organik yang tinggi, dapat dilihat dari warna cairan terendapkan selama 24 jam
melewati standar warna nomor 3 pada organic plate, maka bahan tersebut dapat
menurunkan kualitas dari beton.
Kadar Air
Pada pengujian pertama, kadar air pasir sebesar 2,87% selanjutnya
pengujian kedua kadar air sebesar 3,50% serta pada pengujian ketiga kadar air
sebesar 2,81%. Rataan dari ketiga pengujian merupakan kadar air yang dikandung
oleh bahan pasir yaitu sebesar 3,06% dapat dilihat pada Lampiran 2.
Gambar 5. Hasil Pengeringan Pasir Selama 24 Jam
Standar warna nomor 3,
sebagai batas aman kandungan
zat organik
13
Kadar Air pada pasir sebesar 3,06 % termasuk ke dalam jumlah yang baik.
Pasir mengandung kadar air yang baik juga dapat mempengaruhi kualitas dari
paving block. Semakin sedikit kadar air, terlihat pada Gambar 5. Hasil
Pengeringan Pasir Selama 24 Jam, maka akan meningkatkan kualitas dari paving
karena kekuatan paving akan bertambah. Hal ini disebabkan oleh air dengan kadar
yang cukup baik tidak mengurangi kepadatan dan kekakuan dari bahan hingga
tidak menyebabkan indikasi kurangnya ikatan antara bahan-bahan.
Specific Grafity Dan Absorpsi
Gambar 6. Pengukuran Specific Grafity Dan Absorpsi Menggunakan
Piknometer
Specific grafity dan absorpsi ini tidak berpengaruh langsung terhadap
kualitas suatu paving block. Nilai yang didapat hanya untuk menentukan kadar
jumlah air yang dibutuhkan pada proses pencampuran bahan dalam pembuatan
paving block. Jumlah air yang ditambahkan sesuai dengan jumlah semen yang
digunakan sehingga sesuai dengan w/c ratio. Kebutuhan air paving block
umumnya tidak terlalu tinggi karena metode dari pembuatan paving block sendiri
dengan cara ditempa. Jika jumlah air tinggi, maka adukan bahan tidak akan
terbentuk karena terlalu basah. w/c ratio yang direncanakan adalah 0,4.
Dari hasil uji specific grafity yang terlihat pada Gambar 6. Pengukuran
Specific gravity Dan Absorbsi Menggunakan Piknometer, nilai apparent dan bulk
yang cukup baik yaitu sebesar 5,75 dan 8,19 sementara nilai absorpsi sebesar
17,3 % sehingga kebutuhan air tidak banyak karena agregat halus dan lumpur
sudah mengandung banyak air. Oleh karena itu, saat pembuatan paving block ini
tidak menggunakan air.
14
C. Limbah Lumpur
Kadar Zat Organik
Dalam pembuatan paving block, kadar zat organik pada bahan limbah
lumpur mampu mempengaruhi kualitas dari paving block itu sendiri. Semakin
tinggi kadar zat organik bahan, maka kualitas paving block akan menurun.
Gambar 7. Hasil Uji Kadar Organik Pada Limbah Lumpur
Standar warna No. 3 berwarna Jingga pekat, merupakan warna yang masih
diperbolehkan, sementara cara yang terendapkan selama 24 jam berwarna coklat
tua. Warna melewati standar nomor 3, limbah lumpur mengandung zat organik
yang dapat menurunkan kualitas dari paving block terlihat pada Gambar 7. Hasil
Uji Kadar Zat Organik Pada Limbah Lumpur.
Lumpur limbah dari kegiatan pengeboran yang digunakan tidak hanya
mengandung zat organik, tetapi banyak pula terdapat zat kimia dan unsur logam
lainnya. Hal ini juga membuat kualitas paving block menurun.
Kadar Air
Pada pengujian pertama, kadar air limbah lumpur sebesar 13,54%
selanjutnya pengujian kedua, kadar air sebesar 5,18% serta pada pengujian ketiga,
kadar air sebesar 15,41%. Rataan dari ketiga pengujian merupakan kadar air yang
dikandung oleh bahan limbah lumpur yaitu sebesar11,37% dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Kadar Air pada limbah lumpur sebesar 11,37 % termasuk ke dalam jumlah
yang cukup tinggi. Limbah lumpur mengandung kadar air yang tinggi juga dapat
mempengaruhi kualitas dari paving block. Semakin tinggi kadar air maka akan
menurunkan kualitas dari paving karena kekuatan paving akan berkurang. Hal ini
disebabkan oleh air akan mengurangi kepadatan dan kekakuan dari campuran. Air
Standar warna nomor 3,
sebagai batas aman kandungan
zat organik
15
mengisi rongga-rongga pada celah ketika dalam kondisi basah, namun setelah
kering rongga-rongga tersebut akan kosong dan menyebabkan indikasi kurangnya
ikatan antara bahan-bahan.
Paving Block Mixing
Perbandingan campuran semen : agregat halus yang digunakan dalam
pembuatan Paving block ini adalah 1:4. Berat Paving per satuan buah adalah 3,02
kg. Limbah lumpur akan dimasukkan sebagai campuran yang menggantikan
fungsi posisi dari agregat halus. Perbandingan semen : pasir : limbah lumpur
dapat dilihat pada Tabel 4. Perbandingan Campuran, sementara itu perbandingan
berat dalam satuan kg dapat dilihat pada Tabel 5. Perbandingan Berat Campuran.
Tabel 4. Perbandingan Campuran
Kadar Limbah
(%)
Kadar Pasir
(%)
Perbandingan
Semen Pasir Lumpur
40 40 1 2 2
30 50 1 2,5 1,5
20 60 1 3 1
10 70 1 3,5 0,5
0 80 1 4 0
Tabel 5. Perbandingan Berat Campuran
Kadar Limbah
(%)
Perbandingan (kg)
Semen Pasir Lumpur
40 0,604 1,208 1,208
30 0,604 1,510 0,906
20 0,604 1,812 0,604
10 0,604 2,114 0,302
0 0,604 2,416 0
Tegangan dan Regangan Paving Block
Gambar 9. Kurva Tegangan Regangan Paving dengan Kadar Limbah 0%
menunjukkan kondisi paving block turun pada umur 14 hari dibandingkan umur 7
hari. Hal ini dapat terjadi karena curing kurang maksimal. Selain itu kondisi
paving pada hari ke-14 ditemukan retakan halus pada paving tampak pada
Gambar 8.
16
Gambar 8. Keretakan Halus Pada Paving Block
Gambar 9 menunjukkan bahwa kuat tekan paving dengan kadar limbah 0%
paling tinggi saat umur 28 hari. Kuat tekan semakin maksimal seiring dengan
bertambahnya umur paving. Pada hari ke-28 tersebut, kekuatan paving dapat
dilihat sudah 100% dan stabil. Kuat tekan paving hari ke-28 sebesar 12 MPa
diklasifikasikan ke dalam kelas mutu D dengan peruntukan untuk taman
berdasarkan SNI 0691-1996.
Regangan maksimal terjadi pada paving block berumur 28 hari dan 7 hari.
Regangan tersebut menunjukkan deformasi paving umur 7 hari dan 28 hari lebih
besar dari umur 14 hari.
Gambar 9. Kurva Tegangan Regangan Paving dengan Kadar Limbah 0%
Gambar 10 menunjukkan paving block dengan kadar limbah 10% memiliki
kualitas kuat tekan yang terbaik saat umur 28 hari sebesar 7,2 MPa. Pada umur 28
hari kuat tekan paving telah mencapai 100%. Kuat tekan paving block terlihat
semakin meningkat seiring dengan penambahan umur paving. Dilihat dari kurva,
Regangan pada hari ke-14 memiliki nilai paling tinggi diantara hari ke-7 dan hari
ke-28 yang menandakan deformasi paving pada hari ke-14 paling tinggi.
0123456789
10111213
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18 0,2
Tega
nga
n (
MP
a)
Regangan (mm)
7 hari
14 hari
28 hari
Retakan halus
17
Gambar 10. Kurva Tegangan Regangan Paving dengan Kadar Limbah 10%
Gambar 11 menunjukkan paving block dengan Kadar Limbah 20% menurun
pada umur 28 hari sebesar 3,25 MPa, dibandingkan umur 14 hari. Hal ini
disebabkan sebelum dilakukan uji tekan, kondisi paving hari ke-28 telah
mengalami keretakan halus. Keretakan halus ini akan membuat hasil pengujian
menjadi tidak maksimal. Keretakan halus pada beton umur 28 hari ini terindikasi
dari pencetakan paving yang tidak sempurna. Dilihat dari kurva, Regangan pada
hari ke-14 memiliki nilai paling tinggi diantara hari ke-7 dan hari ke-28 yang
menandakan deformasi paving pada hari ke-14 paling tinggi.
Gambar 11. Kurva Tegangan Regangan Paving dengan Kadar limbah 20 %
Gambar 12 menunjukkan paving dengan kadar limbah 30% memiliki kuat
tekan yang terbaik saat umur 28 hari sebesar 2,6 MPa. Pada umur 28 hari kuat
tekan paving telah mencapai lebih dari 100%. kuat tekan paving block terlihat
semakin meningkat seiring dengan penambahan umur paving. Dari kurva juga
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60
Tega
nga
n (
MP
a)
Regangan (mm)
7 hari
14 hari
28 hari
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
Tega
nga
n (
MP
a)
regangan (mm)
7 hari
14 hari
28 hari
18
terlihat regangan paling besar ketika umur 28 hari, menandakan pada paving umur
28 hari mengalami deformasi tertinggi.
Gambar 12. Kurva Tegangan Regangan Paving dengan Kadar limbah 30 %
Gambar 13 menunjukkan paving dengan kadar limbah 40% memiliki
tegangan mencapai nilai terbaik saat umur 28 hari dengan kekuatan 0,9 MPa. .
pada kondisi ini kekuatan dari paving block sudah stabil karena sudah mencapai
100%. Peningkatan kuat tekan diikuti dengan bertambahnya umur paving block.
Kondisi paving block meningkat terus dengan baik. Dari kurva, dapat dilihat
regangan lebih besar saat umur 14 hari dibandingkan umur 28 hari. Ini
menunjukkan paving block saat umur 14 hari mengalami deformasi paling tinggi.
Gambar 13. Kurva Tegangan Regangan Paving dengan Kadar limbah 40%
Kurva pada Gambar 14 menunjukkan kuat tekan paving dengan kadar
limbah 0% hingga 40 % dalam umur 7 hari. Paving block dengan kadar limbah
0% memiliki kuat tekan paling tinggi yaitu 10 MPa, sementara kuat tekan paling
rendah beton dengan kadar limbah 40% sebesar 0,35 MPa.
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
0,90
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60
Tega
nga
n (
MP
a)
regangan (mm)
7 hari
14 hari
28 hari
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00
Tega
nga
n (
MP
a)
regangan (mm)
7 hari
28 hari
14 hari
19
Gambar 14. Kurva Tegangan Regangan Paving Saat Umur 7 Hari
Kurva pada Gambar 15 menunjukkan kuat tekan paving dengan kadar
limbah 0% hingga 40 % dalam umur 14 hari. Paving block dengan kadar limbah
0% memiliki kuat tekan paling tinggi yaitu 7,5 MPa, sementara kuat tekan paling
rendah beton dengan kadar limbah 40% sebesar 0,43 MPa.
Gambar 15. Kurva Tegangan Regangan Paving Saat Umur 14 Hari
Kurva pada Gambar 16 menunjukkan kuat tekan paving dengan kadar
limbah 0% hingga 40 % dalam umur 28 hari. Paving block dengan kadar limbah
0% memiliki kuat tekan paling tinggi yaitu 12 MPa, sementara kuat tekan paling
rendah beton dengan kadar limbah 40% sebesar 1,0 MPa. Kuat tekan paving kadar
limbah 0% hari ke-28 sebesar 12 MPa diklasifikasikan ke dalam kelas mutu C
dengan peruntukan untuk pejalan kaki berdasarkan SNI 0691-1996.
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00
Tega
nga
n (
MP
a)
Regangan (mm)e
0% 10% 20% 30% 40%
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00
Tega
nga
n (
MP
a)Ti
tle
regangan (mm)
0%
10%
20%
30%
40%
20
Gambar 16. Kurva Tegangan Regangan Paving Saat Umur 28 Hari
Jika dilihat dari komposisi jumlah limbah, semakin banyak paving block
mengandung limbah maka kuat tekan dari paving juga semakin menurun. Dapat
dilihat pada Gambar 14. Kurva tegangan regangan umur 7 hari, Gambar 15. Kurva
tegangan regangan umur 14 hari dan Gambar 16. Kurva tegangan regangan umur
28 hari.
Dari hasil pengujian kuat tekan paving block ini, yang hanya dapat
diklasifikasikan dalam mutu SNI 0691-1996 adalah paving dengan kadar lumpur
0%. Penambahan lumpur pada bahan campuran paving block hanya akan
membuat kualitas paving menjadi menurun dan kuat tekan paving juga tidak
maksimal. Jika pemamfaatan limbah lumpur ini tetap digunakan dalam campuran
bahan paving block agar limbah lumpur tidak lepas dan merusak lingkungan,
maka digunakan tambahan bahan lain yang mampu meningkatkan kuat tekan dan
kualitas dari paving ini.
Penambahan bahan lain yang dapat meningkatkan kualitas dan kuat tekan
paving seperti batu pecah dan fly ash. Batu pecah dengan modulus 6,98 bila
dicampurkan dengan pasir akan menghasilkan daya lekat (interlocking) yang
sangat baik (Maulanie.et al, 2010). Fly ash pada dasarnya digunakan sebagai
pengganti bahan semen. Penambahan Fly ash dapat meningkatkan kuat tekan dan
kuat desak dari paving block karena butirannya yang lebih halus sehingga rongga
antar butiran dapat terisi dan dapat memperkecil pori-pori pada paving. Fly ash
juga memiliki sifat pozzolan yang dapat memperbaiki mutu beton. Penggunaan
Fly ash memberikan dua fungsi pada paving block, yaitu sebagi agregat halus dan
sebagai pozzolan (Saputro, 2008).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Paving block pada umur 7 hari dengan kadar limbah lumpur 40% memiliki
kuat tekan paling rendah 0,35 MPa sedangkan paving block 0 % kadar limbah
lumpur, kuat tekan sebesar 10 MPa. Paving block umur 14 hari dengan kadar
limbah lumpur 40% memiliki kuat tekan sebesar 0,43 MPa, sedangkan paving
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00
Tega
nga
n (
MP
a)
regangan (mm)
0%
10%
20%
30%
40%
21
block 0% sebesar 7,5 MPa. Paving block umur 28 hari dengan kadar limbah
lumpur 40% memiliki kuat tekan sebesar 1,0 MPa, sedangkan paving block 0%
sebesar 12 MPa. Penggunaan limbah lumpur sebagai bahan campuran pada
paving block sebagai substitusi pasir akan menurunkan kualitas dan kuat tekan
pada paving tersebut. Semakin tinggi kandungan kadar limbah lumpur yang
digunakan, maka kualitas semakin buruk dan kuat tekan semakin rendah. Paving
yang menggunakan limbah lumpur belum dapat diklasifikasikan ke dalam mutu
paving block SNI 0691-1996, yang hanya dapat diklasifikasikan adalah paving
yang tidak menggunakkan limbah lumpur (kadar limbah lumpur 0% hari ke 28)
kuat tekan sebesar 12 MPa, dengan mutu D peruntukan taman. Hasil akan lebih
baik bila pemanfaatan limbah lumpur sebagai bahan paving block dapat ditambah
bahan lain yang mampu meningkatkan kekuatan dan kualitas paving block
tersebut
Saran
Jika pemanfaatan limbah lumpur digunakan sebagai bahan pengganti
agregat halus pada paving block, maka perlu ditambahkan bahan lain agar dapat
meningkatkan mutu dari paving block tersebut. Bahan lain yang mampu
meningkatkan kekuatan dari paving block diantaranya fly ash dan batu pecah.
Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ketahanan aus dan penyerapan air pada
paving block sesuai SNI 0691-1996.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM C117 Standard Test Method for Materials Finer Than 75µm Sieve
Ni Mineral Aggregates by Washing
Maulanie, Estutie dik. 2010. Pembuatan Paving block dengan Campuran
Pulverized Fly Ash dan Pasir Lumajang. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh November.
Peraturan Menteri ESDM No. 045 Tahun 2006. Pengelolaan Lumpur Bor,
Limbah Lumpur dan Serbuk Bor pada Kegiatan Pengeboran Minyak
dan Gas Bumi.
Peraturan Pemerintah No. 18 JO 85 Tahun 1999. Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun.
Raharjo, Hendra Dwi. 2012. Uji Kuat Tekan Paving Block Dengan Berbagai
Macam Komposisi Dan Merk Semen [ Tugas Akhir ]. Program Studi
Teknik Sipil dan Bangunan, Universitas Negeri Malang.
Saputro, Aswin Budhi. 2008. Pengaruh Abu Terbang Sebagai Pengganti
Semen Pada beton Mutu Tinggi. Yogyakarta: Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.
SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat
Halus dan Kasar
SNI 03-1971-1990 Metode Pengujian Kadar Air Agregat
SNI 03-2531-1991Pengujian Berat Jenis Semen Portland
22
SNI 03-2816-1992 Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk
Campuran Mortar atau Beton
SNI 0691-1996 Paving block
SNI 03-4142-1996 Metode Pengujian Jumlah Bahan dalam Agregat yang
Lolos Saringan No. 200 (0,075 mm)
23
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Semen
Pengujian berat jenis semen menggunakan Metode SNI 03-2531-1991.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Botol Le chatelier diisi dengan kerosin sampai skala antara 0 dan 1. Bagian
dalam botol dikeringkan diatas permukaan cairan.
- Botol direndam ke dalam baki air sebagai usaha menjaga suhu konstan
untuk menghindari variasi suhu botol.
- Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, skala dibaca pada
botol (V1).
- Contoh semen dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam botol. Jangan
sampai ada semen yang menempel pada dinding botol diatas cairan.
- Setelah benda uji dimasukkan, botol diputar dengan posisi miring secara
perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan
cairan.
- Diulangi pekerjaan seperti nomor 1. Setelah suhu air sama dengan suhu
cairan dalam botol, skala dibaca pada botol (V2).
Perhitungan berat jenis semen:
V1 = 250,5 ml
V2 = 281,3 ml
Ws= 95,5 gr
d = 1 gr/cm3
ρ = 𝑊𝑠
𝑉2−𝑉1 𝑥 𝑑 =
95,5
281,3−250,5 𝑥 1 = 3,10 gr/cm3
24
LAMPIRAN 2
Agregat Halus (Pasir)
a. Analisis Saringan,SNI 03-1968-1990
- Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu 110o C sampai berat contoh
tetap
- Contoh dicurahkan pada pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai
dari saringan dengan diameter paling besar diletakkan pada bagian paling
atas. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang
selama 15 menit.
b. Kadar Lumpur (Lolos Saringan #200), SNI 03-4142-1996, ASTM C117
- Contoh agregat yang beratnya 1,25x berat minimum benda uji dimasukkan
ke dalam talam. Dikeringkan dalam oven dengan suhu 110oC sampai
mencapai berat tetap.
- Benda uji agregat dimasukkan kedalam wadah dan diberi air pencuci
secukupnya hingga terendam.
- Wadah diguncang-guncangkan kemudian air cucian dituangkan ke dalam
saringan nomor 16 dan 200.
- Dimasukkan air pencuci baru, lalu pekrjaan c diulang sampai air pencucian
menjadi jernih.
- Semua bahan yang tertahan saringan nomor 16 dan 200 dikembalikan ke
dalam wadah, kemudian seluruh bahan tersebut dimasukkan ke dalam talam
yang diketahui beratnya (W2).
- Dikeringkan dalam oven dengan 110oC sampai mencapai berat tetap.
- Setelah kering, ditimbang dan dicatat beratnya (W3).
- Berat bahan kering tersebut adalah W4 = W3- W2
- Atau, contoh benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur.
- Ditambahkan air untuk melarutkan lumpur
- Gelas dikocok untuk mencuci pasir dari lumpur
- Gelas disimpan pada tempat yang datar dan lumpur dibiarkan mengendap
selama 24 jam
- Tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur (V2) diukur.
Perhitungan Kadar Lumpur:
V1 = tinggi pasir = 100 ml
V2 = tinggi lumpur = 60 ml
Kadar lumpur = 𝑉2
𝑉1+𝑉2× 100 % = 37,5 %
c. Kadar Zat Organik, SNI 03-2816-1992
- Contoh benda uji dimasukkan ke dalam botol mencapai garis skala 130 ml
- Senyawa NaOH 3% ditambahkan kemudian dikocok. Total volume
menjadi 200 ml.
- Botol ditutup erat dengan penutup dan dikocok kembali. Setelah itu
didiamkan 24 jam.
- Warna cairan yang terlihat lalu dibandingkan dengan warna standar no. 3
d. Kadar Air, SNI 03-1971-1990
25
- Ditimbang dan dicatat berat talam (W1)
- Benda uji dimasukkan ke dalam talam dan kemudian berat talam dam benda
uji ditimbang (W2)
- Berat benda uji dihitung
- Benda uji dan talam dikeringkan dalam oven dengan suhu 110oC hingga
mencapai bobot tetap
- Setelah kering benda uji dan talam ditimbang (W4)
- Berat benda uji kering W5 = W4 - W1
Perhitungan Kadar Air:
W1 = 335,5 g
W3 = 509,5 g – 335,5 g = 174,0 g
W5 = 504,5 g – 335,5 g = 169,0 g
Kadar air = 174,0 − 169,0
174,0 × 100 % = 2,87 %
W3 = 535,5 g – 335,5 g = 200,0 g
W5 = 528,5 g – 335,5 g = 193,0 g
Kadar air = 200,0 − 193,0
200,0 × 100 % = 3,50 %
W3 = 548,5 g – 335,5 g = 213,0 g
W5 = 542,5g – 335,5 g = 207,0 g
Kadar air = 213,0 − 207,0
213,0 × 100 % = 2,81 %
Kadar Air rata-rata = 2,87 + 3,50 + 2,81
3 = 3,06 %
e. Specific Gravity Agregat Halus
- Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering
dengan indikasi contoh tercurah dengan baik
- Sebagian dari contoh dimasukkan pada “metal and One mol”. Benda uji
dipadatkan dengan tongkat pemadat. Jumlah tumbukkan adalah 25 kali.
Kondisi SSD diperoleh jika cetakkan diangkat, butiran-butiran pasir
longsor/runtuh
- Contoh agregat halus seberat 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer.
Diisi dengan air sampai 90% penuh. Gelembung dibebaskan dengan
mengoyang piknometer. Direndam dengan suhu air selama 24 jam,
ditimbang berat piknometer yang berisi contoh dan air.
- Benda uji dipisahkan dari piknometer dan dikeringkan pada suhu 1100C
dalam waktu 24 jam.
- Piknometer berisi air ditimbang sesuai dengan kapasitas kalibrasi dengan
ketelitian 0,1 gr
Perhitungan Specific Grafity :
A. Berat Piknometer = 341,0 gr
B. Berat contoh kondisi kering = 500,0 gr
C. Berat piknometer + air + contoh SSD = 1388,5 gr
D. Berat piknometer + air = 940,5 gr
26
E. Berat contoh kering = 426,0 gr
Apparent Spesific Gravity = 5,75
Bulk Specific Gravity Kondisi Kering = 8,19
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD = 9,60
Persentase absorpsi air = 17,3 %
27
LAMPIRAN 3
Limbah Lumpur
a. Kadar Zat Organik, SNI 03-2816-1992
- Contoh benda uji dimasukkan ke dalam botol mencapai garis skala 130 ml
- Senyawa NaOH 3% ditambahkan kemudian dikocok. Total volume
menjadi 200 ml.
- Botol ditutup erat dengan penutup dan dikocok kembali. Setelah itu
didiamkan 24 jam.
- Warna cairan yang terlihat lalu dibandingkan dengan warna standar no. 3
b. Kadar Air, SNI 03-1971-1990
- Ditimbang dan dicatat berat talam (W1)
- Benda uji dimasukkan ke dalam talam dan kemudian berat talam dam benda
uji ditimbang (W2)
- Berat benda uji dihitung
- Benda uji dan talam dikeringkan dalam oven dengan suhu 110oC hingga
mencapai bobot tetap
- Setelah kering benda uji dan talam ditimbang (W4)
- Berat benda uji kering W5 = W4 - W1
W1 = 335,5 g
W3 = 431,5 g – 335,5 g = 96,0 g
W5 = 418,5 g – 335,5 g = 83,0 g
Kadar air = 96,0 − 83,0
96,0 × 100 % = 13,54 %
W3 = 510,0 g – 335,5 g = 174,5 g
W5 = 501,0 g – 335,5 g = 165,5 g
Kadar air = 174,5 – 165,5
174,5 × 100 % = 5,18 %
W3 = 462,0 g – 335,5 g = 126,5 g
W5 = 442,5 g – 335,5 g = 107,0 g
Kadar air = 126,5 −107,0
126,5 × 100 % = 15,41 %
Kadar Air rata-rata = 13,54 + 5,18 + 15,41
3 = 11,37 %
28
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Duri, Riau pada tanggal 2
Agustus 1990 merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Arlis dan Ibu Ida
Fauzianti S.Pd. Penulis mulai masuk jenjang pendidikan
formal pada tahun 1996 di SD Negeri 049 Babusalam
Duri. Kemudian tahun 2002 melanjut ke SMP Cendana
Duri dan pada tahun 2005 diterima di SMA Cendana
Duri serta lulus pada tahun 2008. Penulis diterima
sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2008 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi
Masuk IPB) di Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif terlibat dalam organisasi
kemahasiswaan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi
Pertanian, Pra-Himpunan Mahasiswa SIL, Organisasi Mahasiswa Daerah IPMM
dan IKPMR, Unit Kegiatan Mahasiswa bidang olahraga Volly dan pada Bulan
Juni hingga Agustus 2012 melaksanakan Praktik Lapangan di PT Chevron Pasific
Indonesia dengan judul laporan Pengolahan Limbah Cair Hasil Pengeboran
Sumur Minyak PT Chevron Pasific Indonesia, Duri-Riau.
Recommended