View
106
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
survey
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian keperawatan (nursing research) dibangun dari dua kata, yaitu
penelitian (research) dan keperawatan (nursing). Kata “penelitian” dan “riset”
mempunyai makna yang sama dan selalu dapat dipertukarkan (Danim, Sudarwan.
2003: 3).
Tujuan penelitian keperawatan adalah menegembangkan dasar pengetahuan
ilmiah (development scientific knowledge base) untuk praktik keperawatan yang
efektif dan efisien. Peneliti keperawatan bertanggung jawab kepada masyarakat
dalam hal penyediaan kualitas layanan dan merumuskan cara-cara untuk
meningkatkan mutu layanan itu, dan lebih khusus, perawat bertanggung jawab
terhadap kliennya. Penelitian keperawatan memerlukan keterampulan berpikir,
baik berpikir abstrak maupun berpikir konkret. Berpikir abstrak dibutuhkan untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat diteliti, mendesain studi, dan
mengintrepretasikan atau memberi makna atas penemuan-penemuan dalam
penelitian. Berpikir konkret diperlukan, baik pada perencanaan maupun
implementasi penelitian; juga pada tahap pengumpulan data dan analisis temuan-
temuan penelitian. Arus bolak-balik (back-and-forh) di antara berpikir abstrak dan
berpikir konkret menjadi sebuah rasional mengapa penelitian keperawatan terlihat
asing dan kompleks (Danim, Sudarwan. 2003: 9, 15).
Penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan formal, objektif, dan proses
sistematik. Pada penelitian kuantitatif, data numeris digunakan untuk memperoleh
informasi tentang dunia ini. Metode ini digunakan untuk menjelaskan variabel,
menguji hubungan antarvariabel, dan menentukan interaksi sebab dan akibat
antarvariabel. Penelitian kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif yang
digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya.
Penelitian kualitatif berorientasi pada upaya memahami fenomena secara
menyeluruh (Danim, Sudarwan. 2003: 44-45).
1
Metode penelitian kuantitatif diklasifikasikan menjadi tujuh kategori, yaitu
penelitian deskriptif, penelitian perkembangan, penelitian tindakan, penelitian
perbandingan kausal, penelitian korelasional, penelitian eksperimental-semu, dan
penelitian eksperimental. Sedangkan metode penelitian kualitatif meliputi tujuh
jenis, yaitu penelitian fenomenologis, penelitian grounded, penelitian etnografi,
penelitian historis, penelitian kasus, penelitian filosofis, dan penelitian teori kritik
sosial. Penelitian deskriptif, perkembangan, dan tindakan, misalnya, dapat saja
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif (Danim, Sudarwan. 2003:
51).
Bentuk-bentuk pelaksanaan Penelitian Deskriptif dapat dikategorikan menjadi
beberapa macam, antara lain Survey (Survei), Case Study (Studi Kasus),
Corelation Study (Studi Korelasi), Comparative Study (Studi Perbandingan),
Prediction Study (Studi Prediksi), dan Evaluation Study (Studi Evaluasi) (S,
Dodiet Aditya. 2009)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :
1.2.1. Apakah pengertian dari penelitian deskriptif?
1.2.2. Apakah pengertian dari penelitian survei?
1.2.3. Apakah pengertian desain penelitian survei?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dari desain penelitian survey.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penelitian deskriptif
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penelitian survei
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi desain penelitian survei
1.4. Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang desain penelitian
survey dan dapat digunakan sebagai kajian ilmiah dan landasan pengetahuan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
2.1.1. Desain penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehinggan peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam
penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan
sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tesebut. Desain penelitian
membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian
dengan sahih, objektif, akurat serta observasional (Setiadi. 2007: 127).
2.1.1. Syarat Desain Penelitian
Desain harus disusun dan dilaksanakan dengan penuh perhitungan
agar dapat menghasilkan petunjuk empiris yang kuat relevansinya dengan
pertanyaan penelitian. Terhadap hal penting yang perlu dinilai sebelum kita
menentukan jenis penelitian yaitu :
1. Sejak awal peneliti harus menentukan apakah akan dilakukan intervensi
dalam penelitian tersebut, yaitu dengan melakukan penelitian
intervensional (eksperimental) atau apakah hanya melakukan
pengamatan saja tanpa intervensi yaitu dengan melakukan pengamatan
saja tanpa intervensi yaitu dengan melakukan observasional.
2. Bila peneliti memilih studi observasional, perlu ditentukan apakah akan
mengadakan pengamatan sewaktu (cross sectional) atau melakukan
follow up dalam jangka waktu tertentu (longitudinal).
3. Apakah akan dilakukan studi retrospektif yaitu meneliti peristiwa yang
sudah berlangsung atau prospektif yaitu dengan mengikuti subyek untuk
meneliti peristiwa yang belum terjadi (Setiadi. 2007: 127-128).
3
Eksperimental
DESAIN PENELITIAN
Observasional
DeskriptifPra eksperimentalEksperimental semu (Quasi Eksperimental)Eksperimental Sungguhan (True Eksperimental)
Analitik
SensusSurveyStudi kasus
Cross sectionalCase controlCohort ProspektiveRetrospektive
2.1.1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian menurut desainnya terbagi secara jelas bisa dilihat
pada bagan.
(Setiadi. 2007: 128)
2.1.1. Desain Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara
sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat
faktual. Penelitian deskriptif dapat pula diartikan sebagai penelitian yang
dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi, atau kelompok
tertentu yang terjadi baru-baru ini. Studi deskriptif adalah alat untuk
menemukan makna-makna baru, menjelaskan sebuah kondisi keberadaan,
menentukan frekuensi kemunculan sesuatu, dan mengategorikan informasi.
Ada beberapa ciri dominan dari penelitian deskriptif, antara lain:
a. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual.
Adakalanya penelitian dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau uraian
semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antar
variabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan.
b. Dilakukan secara survei, karena itu penelitian deskriptif sering disebut
sebagai penelitian survey. Dalam arti luas, penelitian deskriptif dapat
4
mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat historis dan
eksperimental.
c. Bersifat mencari informasi fakyual dan dilakukan secara mendetail.
d. Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi
keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.
e. Mendeskripsikan tentang subyek yang sedang dikelola oleh kelompok
orang tertentu dalam waktu yang bersamaan (Danim, Sudarwan. 2003:
52-53).
Langkah umum penelitian deskriptif (Danim, Sudarwan. 2003: 53),
adalah:
a. Mengidentifikasi masalah
b. Mendefinisikan masalah secara spesifik
c. Merumuskan rancangan atau desain pendekatan
d. Mengumpulkan data dan menganalisis data
e. Menyusun laporan penelitian.
5
BAB 3
PEMBAHASAN
2.2. Penelitian Survei
Penelitian survei adalah pengumpulan data dari suatu populasi dengan
memilih sampel.
Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Survei
tidak selalu identik dengan kuesioner (meski teknik pengumpulan data survei
seringkali menggunakan kuesioner karena berhubungan dengan sampel berjumlah
besar). Dalam praktiknya, terkadang pelaksanan survei tidak hanya menggunakan
kuesioner atau angket, namun dilengkapi dengan wawancara atau observasi.
Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup,
sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan
pertanyaan terbuka
Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk melakukan
penelitian survei, antara lain:
1. Penelitian survei dapat digunakan untuk sampel yang besar.
2. Penggunaan kuesioner dapat menghasilkan data/informasi yang beragam dari
setiap responden/individu dengan variabel penelitian yang banyak.
3. Data yang diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi.
Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), penelitian survey adalah
penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner
sebagai alat pengumpul data yang pokok. Menurut Daniel dalam Balipaper
(2010), survei merupakan pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk
mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan tertentu di dalam
daerah atau lokasi tertentu atau suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk
memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan.
6
Penelitian Survey adalah jenis penelitian yang mengumpulkan informasi
tentang karakteristik, tindakan, pendapat dari sekelompok responden yang
representative yang dianggap sebagai populasi.
2.3. Jenis Survei
Ada beberapa kategori penelitian survei dilihat dari proses pelaksanaannya
dan perlakuan terhadap sampel.
a. Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei).
Data hanya dikumpulkan untuk waktu tertentu saja dengan tujuan
menggambarkan kondisi populasi.
b. Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei).
Survei dilakukan berulang untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena
dari waktu ke waktu.
c. Survei Tracking/Trend.
Survei dilakukan pada populasi yang sama namun dengan sampel berbeda
untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena dari waktu ke waktu.
d. Survei Panel.
Survei dilakukan terhadap sampel yang sama untuk memahami suatu
fenomena dari waktu ke waktu.
e. Survei Cohort.
Survei dilakukan pada sekelompok populasi yang spesifik untuk mengetahui
perkembangan suatu fenomena dari waktu ke waktu.
Dalam konteks pendidikan dan tingkah laku, penelitian survey minimal dapat
dikelompokkan menjadi lima macam yaitu (Sukardi, 2007):
a. Survey catatan
Jenis survey ini sering disebut survey of records, karena dalam kegiatan
penelitian ini banyak menggunakan sumber-sumber yang berupa catata atau
informasi nonreaksi. Dalam penelitian nonreaksi ini, penelitian ini biasanya
tidak banyak melibatkan jawaban langsung dari subjek orang atau subjek
7
yang diteliti. Survey model catatan ini mempunyai keuntungan dibanding
model lainnya, yaitu bahwa objektivitas informasi yang diperolah lebih
objektif dan bisa dipertanggung jawabkan.
b. Survey menggunakan angket
Jenis kedua adalah metode survei dengan menggunakan angket atau
kuisioner. Survei dengan angket biasanya didistribusikan ke responden
melalui jasa pos. Di negara-negara dimana masyarakatnya lebih maju tingkat
pendidikannya, penelitian ini temasuk aman, tetapi untuk negara kita masih
memerlukan pencermatan secara insentif.
c. Survey melalui telepon
Pada penelitian ini, peneliti dengan menggunakan buku petunjuk telepon
(buku kuning) menghubungi responden, kemudian mengatakan kepada
mereka maksud dan tujuannya memperoleh informasi yang diinginkan adalah
jawaban dari mereka. Seiring dengan kemajuan teknologi, penelitian survey
melalui telepon juga maju dan banyak digunakan baikd alam bidang
pendidikan maupun pada penelitian social
d. Survey dengan melakukan wawancara kelompok
Teknik ini mirip dengan wawancara perorangan. Peneliti dalam menggali
informasi dalam grup, memungkinkan terjadinya interaksi di antara anggota
kelompok dan dengan peneliti, sehingga menghasilkan suatu gambaran yang
lebih baik tentang keadaan subjek atau objek yang diteliti.
e. Survey dengan melakukan wawancara individu
Penelitian survey jenis yang kelima ini merupakan survey dengan
menggunakan pendekatan konvesional, yaitu wawancara perorangan. Pada
penelitian dengan wawancara individual ini lebih berhasil apabila peneliti
merasa tertantang atau challenging untuk melakukan eksplorasi permasalahan
dengan informasi terbatas.
8
2.4. Tahapan Penelitian Survei
Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni:
a. Menentukan masalah penelitian
Setiap penelitian diawali dari adanya “masalah”. Masalah
Penelitian adalah konseptualisasi (pemakaian konsep) atas sebuah
fenomena atau gejala sosial yang akan diteliti. Itu berarti, tidak semua
masalah dapat dikatakan sebagai masalah penelitian. Masalah adalah
gejala/fenomena/kasus yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari,
sedangkan Masalah Penelitian adalah konseptualisasi terhadap masalah
sosial. Masalah sosial dapat di ubah menjadi masalah penelitian, dengan
syarat:
1) Hubungkan masalah sosial dengan konsep (teori).
2) Kaitkan dengan metode penelitian yang dipakai.
3) Hubungkan dengan paradigma penelitian yang dipergunakan.
4) Rumuskan dalam kalimat tanya.
b. Membuat desain survei
Tahap kedua dalam penelitian survei adalah membuat desain
penelitian. Desain penelitian merupakan konseptualisasi atas sebuah
fenomena atau gejala sosial yang akan diturunkan menjadi variabel-
variabel penelitian sampai ke tingkat indikator. Jika digambarkan secara
sistematis, maka desain penelitian survei tampak dalam hierarki sebagai
berikut:
1) Teori
2) Konsep
3) Variabel
4) Dimensi
5) Indikator
6) Skala/Pengukuran
Skala diperlukan sebagai teknik pengukuran yang sejak awal
dirancang dalam desain penelitian. Terdapat empat jenis skala dalam
penelitian survei, yakni nominal, ordinal, interval, dan rasio.
9
a) Skala Nominal
Skala nominal membedakan satu kategori dengan kategori
lainnya. Dasar perbedaannya adalah penggolongan yang tidak
saling tumpang tindih antar kategori.
Contoh:
Jenis kelamin :
a. pria b. Wanita
Status kepegawaian :
a. Honorer b. Tetap c.Kontrak
Sumber informasi utama bagi Anda :
a. Radio b. Televisi c. Koran d. Internet
Stasiun radio yang Anda dengarkan :
a. W FM b. X FM c. Y FM d. Z FM
b) Skala Ordinal
Skala ordinal mempunyai sifat membedakan dan mencerminkan
adanya tingkatan dari tinggi ke rendah.
Contoh:
Jenjang Pendidikan :
a. SD b. SLTP c. SMA d. Sarjana
Tingkat kepuasan :
a. Sangat Tidak Memuaskan b. Cukup Memuaskan
c. Sangat Memuaskan
Kepangkatan dalam militer :
a. Brigadir Jendral b. Mayor Jendral c. Letnan Jendral d.
Jendral
c) Skala Interval
Skala interval mempunyai sifat membedakan, mempunyai
tingkatan, dan mempunyai jarak yang pasti antara satu kategori
dengan kategori lainnya
Contoh:
Tingkat Penghasilan
10
a. < 500.000 b. 500.000 – 999.000 c. 1000.000- 3.000.000 d.
> 3 juta
Frekuensi Mendengarkan radio
a. 1-5 jam = sangat rendah
b. 6- 10 jam = cukup
c. 11-15 jam = tinggi
d. 16-20 jam = sangat tinggi
d) Skala Rasio
Skala rasio mempunyai sifat membedakan, mempunyai tingkatan
dan jarak, dan setiap nilai variabel diukur dari suatu keadaan atau
titik yang sama (titik nol mutlak).
Contoh:
Umur Manusia (0, 1, 2, 3 dst)
Berat badan dalam kg
Tinggi badan dalam cm, dan sebagainya.
7) Pertanyaan
c. Mengembangkan instrumen survei
Tahap ketiga dari penelitian survei adalah mengembangkan
isntrumen penelitian dari matriks menjadi daftar pertanyaan. Dalam
penelitian survei, data dapat diperoleh dengan berbagai alternatif cara
pengumpulan data. Berikut adalah beberapa teknik pengumpulan data
dalam survei.
1) Kuesioner langsung
2) Kuesioner via pos
3) Wawancara tatap muka
4) Wawancara via telepon
5) Pengisian kuesioner via komputer
6) Wawancara online (chatting, dsb)
7) Polling
11
Tahap akhir dalam menyusun desain penelitian survei adalah
menurunkan matriks operasionalisasi ke dalam item-item pertanyaan. Berikut
adalah ciri-ciri pertanyaan penelitian yang baik:
1) Jelas dan menggunakan bahasa yang sederhana
2) Padat
3) Spesifik
4) Bisa dijawab
5) Memiliki relevansi dengan responden
6) Tidak menggunakan kalimat negatif
7) Hindari menggunakan terminology yang bias
8) Hindari menanyakan dua hal sekaligus dalam suatu pertanyaan.
d. Menentukan sampel
Tahap keempat dalam penelitian survei adalah menentukan sampel.
Menentukan sampel artinya memilih teknik dan metode yang akan
digunakan untuk mengambil sampel yang didasarkan pada keadaan dan
kebutuhan data penelitian. Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga untuk
meneliti suatu populasi menyebabkan perlunya dilakukan penentuan
sampel. Dalam hal ini, populasi adalah semua individu/unit-unit yang
menjadi target penelitian. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi
yang dipilih mengikuti prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
populasinya. Kerangka sampel adalah daftar anggota populasi (Purwanto
dan Sulistyastuti, 2007: 37).
Secara umum ada dua macam teknik penentuan sampel,
yakni random sampling atau probability sampling dan non-random
sampling atau non probablity sampling.
1) Teknik Sampling
a) Sampel Probabilita
• Penarikan sampel Secara Acak Sederhana (Simple Random
Sampling)
12
Sampel acak sederhana adalah sampel yang diambil sedemikian
rupa sehingga anggota populasi mempunyai
kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
• Penarikan Sampel Sistematis (Systematic Random Sampling)
Metode pengambilan sampel di mana anggota sampel dipilih
secara sistematis dari daftar populasi. Daftar populasi harus
berada dalam keadaan acak atau membaur.
Penarikan Sampel Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Metode penarikan sampel berlapis atau berstrata. Suatu kriteria
yang jelas harus ditetapkan untuk membatasi strata. Penarikan
sampel dari setiap strata dapat dilakukan secara proporsional
atau tidak proporsional.
Penarikan Sampel Secara Bergerombol (Cluster Sampling)
Dalam praktek seringkali kita tidak mempunyai daftar populasi
yang lengkap. Dalam kondisi seperti ini diperlukan “Populasi
Mini” yang sifat dan karakternya sama dengan seluruh
Populasi. Populasi mini seperti ini disebut Cluster atau
Gerombol. Setelah cluster ditetapkan, barulah memilih sampel
secara acak. Kelemahan cara ini adalah sulit mengetahui
bahwa setiap gerombol meng-gambarkan sifat populasi secara
tuntas.
b) Sampel Tidak Probabilita
Penarikan Sampel Secara Kebetulan (Accidental Sampling)
Peneliti dapat memilih orang atau responden yang terdekat
dengannya, atau yang pertama kali dijumpainya dan seterusnya.
Penarikan Sampel Secara Sengaja (Purposive Sampling)
Peneliti telah menentukan responden menjadi sampel
penelitiannya dengan anggapan atau menurut pendapatnya
sendiri degan suatu argumentasi.
Penarikan Sampel Jatah (Quota Sampling)
13
Populasi dibagi menjadi beberapa strata sesuai dengan fokus
penelitian. Penarikan sampel jatah dilakukan kalau peneliti tidak
mengetahui jumlah yang rinci dari setiap strata populasinya.
Dalam kondisi ini peneliti menentukan jatah untuk setiap strata
yang kurang-lebih seimbang.
Penarikan Sampel Bola Salju (Snowball Sampling)
Bola salju dibuat dengan menggulung salju yang bertebaran di
atas rumput, dari sedikit menjadi banyak dan besar. Pertama kali
ditentukan satu atau beberapa responden untuk diwawancarai,
sehingga berperan sebagai titik awal penarikan sampel.
Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari
responden sebelumnya. Cara ini sering digunakan dalam peneli-
tian-penelitian pemasaran.
c) Sampling Error (Tingkat Kesalahan yang Diinginkan) dan Tingkat
Kepercayaan (Derajat Ketelitian)
Dalam penentuan sampel sering dikenal istilah sampling
error dan Tingkat Kepercayaan (derajat ketelitian).
Sampling error menunjukkan tingkat presisi yang
diinginkan oleh peneliti (berapa derajat perbedaan yang diinginkan
antara hasil sampel dengan populasi). Sampling error adalah
kesalahan (error) yang terjadi dari tahap kerangka sampel dan
penarikan sampel. Kesalahan ini adalah kesalahan alamiah yang
pasti terjadi karena peneliti menggunakan sampel dan tidak
mewawancarai semua anggota populasi (Tim AROPI, 2007: 61).
Besar kecilnya sampling error sangat tergantung pada
jumlah sampel yang dipakai. Jika peneliti ingin
mendapatkan sampling error yang kecil, maka jumlah sampel
harus ditambah. Sebaliknya, jika sampel yang dipakai
kecil, sampling error akan besar.
d) Menghitung Sampel dengan Rumus
Dalam menghitung sampel dapat digunakan beberapa rumus.
Antara lain dengan rumus Slovin dan Yamane.
14
e) Menghitung Sampel dengan Tabel
Selain menggunakan rumus, menetukan jumlah sampel
juga bisa dilakukan dengan melihat tabel penentuan jumlah sampel
e. Melakukan pre-test
Tahap kelima dari penelitian survei adalah melakukan tes pendahuluan pra
riset (pre-test) . Tujuan pre-test:
1) Untuk mengetahui apakah ada beberapa pertanyaan yang perlu
dihilangkan atau ditambah.
2) Untuk mengetahui apakah ada pertanyaan yang sulit dipahami
responden.
3) Untuk mengetahui apakah susunan pertanyaan ada yang pertu diubah.
4) Untuk mendeteksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengisi
satu kuesioner.
Test yang dilakukan meliputi:
1) Jawaban yang salah
2) Jawaban dengan pilihan lebih dari satu
3) Jawaban lain-lain sebutkan
4) Jawaban yang benar
Untuk format kuesioner termasuk: .
1) Perintah pengisian
2) Aliran pertanyaan
3) Layout
Dalam tahapan pretest, seringkali dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas
untuk mengetahui kemantapan dan keshahihan instrumen penelitian.
a) Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk mendeteksi apakah alat ukur (butir-butir
pertanyaan dalam suatu kuesioner) yang digunakan untuk mengumpulkan
data itu memang benar-benar alat yang sesungguhnya, artinya alat itu
sahih atau valid. Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat
15
suatu tes melakukan fungsi ukurnya terhadap suatu gejala. Untuk menguji
validitas dapat dilakukan dengan pendekatan teknik koreksi produk
moment misalnya dengan rumus Karl Pearson
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan atau tingat presisi dan tingkat
keajegan konsistensi suatu alat ukur, artinya jawaban responden terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pendekatan
yang sering digunakan untuk uji ini adalah dengan mencari koefisien alpha
dari formula Cronbach.
f. Mengumpulkan data
Tahap keenam dalam rangkaian prosedur penelitian survei adalah
mengumpulkan data. Seperti dipaparkan pada bahasan sebelumnya, dalam
penelitian survei, data dapat diperoleh dengan berbagai alternatif teknik
pengumpulan data.
Pengumpulan data merupakan aksi langsung ke lapangan yang
artinya mengumpulkan data. Dalam kaitan ini peneliti dalam riset survei
tidak harus turun sendiri ke lapangan. Sesuai dengan perannya, peneliti
dapat mengambil salah satu peran, beberapa peran, atau semua peran
sekaligus dalam penelitian survei. Posisi tersebut yakni:
1) Pembuat desain instrumen/konseptor riset
2) Pengumpul data/enumerator
3) Pengolah dan interpreter data/analis
4) Penyusun laporan.
g. Memeriksa data (editing)
Tahap ketujuh dalam penelitian survei adalah memeriksa data.
Pemeriksaan data dilakukan dengan beberapa langkah:
1. Menyortir kuesioner yang masuk apakah layak diproses atau didrop,
misalnya untuk jawaban yang tidak lengkap
2. Memberi nomor kuesioner sebagai kendali
3. Memeriksa kelengkapan jawaban dan kejelasan makna jawaban
16
4. Memeriksa konsistensi antar jawaban dan relevansinya
h. Mengkode data
Tahap kedelapan dalam penelitian survei adalah mengkode data.
Sebagai bagian dari penelitian kuantitatif, data yang terkumpul dalam
penelitian survei biasanya berupa angka-angka yang merupakan nilai dari
variabel-variabel tertentu. Untuk angket atau kuesioner dengan sistem
tertutup maka kode-kode jawaban yang harus diberikan oleh responden
sudah dibuatkan oleh peneliti (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007: 73-74).
Dalam pemberian kode ini peneliti harus selalu ingat tentang
prinsip-prinsip pengukuran atau skala pengukuran. Sebagai contoh dalam
kuesioner sering ditanyakan hal-hal berikut:
a. Jenis kelamin responden:
1 = laki-laki
2 = perempuan
b. Penghasilan per bulan responden dari pekerjaan pokok:
1 = 0 – 1.000.000
2 = 1.000.001- 2.000.000
3 = 2.000.001 ke atas
Dalam contoh a, angka 1 dan 2 merupakan kode. Karena jenis
kelamin memiliki skala nominal, maka angka 1 dan 2 tidak memiliki nilai
kecuali nilai pembeda antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Sementara pada contoh b, angka 1, 2, dan 3 sedikit berbeda perannya,
karena angka tersebut mencerminkan skala ordinal yang mengurutkan
responden berdasarkan besarnya penghasilan di mana 3> 2> 1.
Pemberian kode setelah pengumpulan data juga perlu dilakukan
ketika pertanyaan dalam kuesioner bersifat terbuka atau kombinasi antara
tertutup dan terbuka. Sehingga, jawaban-jawaban responden perlu dikode
untuk dapat di-entry dan dianalisis.
Contoh:
Pekerjaan pokok responden
1 = PNS
2 = Karyawan swasta
17
3 = Pengusaha
4 = Lainnya, sebutkan…
Misalnya responden menjawab “buruh”, maka “buruh” kemudian harus
diberi kode yang baru, misalnya 5= buruh.
i. Data entry (Memasukkan data ke dalam program komputer )
Tahap kesembilan dari penelitian survei adalah data entry. Data
entry berkaitan dengan memasukkan (input) data ke dalam program
komputer. Setelah seluruh data yang dikumpulkan dari angket atau
kuesioner diberi kode, maka peneliti kemudian memasukkan data-data
tersebut dengan menggunakan software yang ada, misalnya program SPSS
(singkatan dari Statistical Package for the Social Sciences) atau yang lebih
sederhana dengan program Excell dari Microsoft Office. Setelah data
dimasukkan, selanjutnya adalah membersihkan data dari salah ketik atau
salah mengkode data. Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007: 75) cara
yang dilakukan dalam mengkode data adalah:
1) Memproses data untuk dilihat misalnya dengan pilihan statistik
deskriptif seperti frekuensi, mean, modus, dan median.
2) Melihat penyimpangan-penyimpangan yang ada.
3) Mencocokkan kembali data dengan data yang ada pada kuesioner.
4) Membetulkan data entry.
5) Memproses kembali dan kembali ke langkah pertama.
j. Pengolahan dan analisis data
Tahap kesepuluh dari penelitian survei adalah pengolahan dan
analisis data. Agar dapat menjawab pertanyaan penelitian dan
membuktikan hipotesis, peneliti harus memilih teknik analisis data yang
tepat. Karena penelitian survei menyangkut banyak kasus, maka umumnya
teknik analisis data berhubungan dengan statistik. Ada beberapa prosedur
pengujian hipotesis secara statistik (Djarwanto, 1996: 20-21; dalam
Rahayu, 2008: 74)
18
1) Memilih uji statistik yang sesuai, yaitu teknik uji yang modelnya
paling mendekati asumsi yang memperbolehkan penggunaan uji
tersebut dan syarat pengukurannya dapat dipenuhi oleh ukuran-ukuran
yang digunakan dalam penelitian.
2) Menentukan taraf signifikansi dan besarnya sampel.
3) Mengemukakan distribusi sampling harga statistik, arah pengujian,
daerah penerimaan dan penolakan, serta kriteria pengujian hipotesis
nihil.
4) Menghitung harga uji statistik dengan menggunakan data yang
diperoleh dari sampel, berdasarkan pada uji statistik yang telah
dipilih.
5) Mengambil kesimpulan pengujian, yaitu apakah hipotesis nihil
diterima atau ditolak berdasarkan suatu taraf signifikansi yang telah
dipilih.
Dalam menetukan uji statistik, peneliti perlu mempertimbangkan
sejumlah aspek, misalnya skala pengukuran (nominal, ordinal, interval,
dan rasio), kategori sampel (tunggal, ganda independen, atau ganda
berpasangan), jumlah variabel, serta asumsi apakah populasi digambarkan
berdistribusi normal atau tidak.
Variabel yang diukur dengan skala nominal atau ordinal dianalisis
dengan uji statistik nonparametrik, sedangkan yang diukur dengan skala
interval atau rasio dianalisis dengan uji statistik parametrik. Uji statistik
parametrik adalah teknik uji yang mengasumsikan populasi yang diteliti
berdistribusi normal. Sementara, uji nonparametrik tidak memerlukan
asumsi tersebut.
Sampel tunggal, ganda independen, dan ganda berpasangan menuntut
aplikasi uji statistik yang berbeda. Sebagai contoh, variabel dengan skala
nominal dengan sampel tunggal menggunakan uji nonparametrik-chi-
Square. Sementara, variabel ordinal dengan sampel independen
menggunakan teknik uji Kolmogorof Smirnov.
19
Setelah uji statistik ditemukan, selanjutnya peneliti memasuki proses
pengolahan data dilanjutkan oleh analisis data. Analisis data dilakukan
tidak hanya dengan membaca data, tapi juga menghubungkan data yang
diperoleh dari hasil pengolahan data dan sejumlah informasi lainnya.
Peneliti perlu melakukan komparasi teoritis untuk mengkritisi fenomena
yang dikaji, atau sebaliknya, mengkritisi teori yang ada.
Pada suatu uji eksplanatif, analisis yang dilakukan terutama ditujukan
untuk melakukan pengujian terhadap research hypothesis dan statistical
hypothesis. Dalam hal ini, peneliti harus jelas membatasi analisis yang
dilakukannya hanya seputar data empiris (facts) yang telah dikumpulkan,
tanpa mencampuradukkan dengan interpretasi atau opini. Berikut ini
beberapa metode uji statistik dalam olah data.
Pengolahan dan Analisis Data:
Jenis
Analisa/Pengujian
Statistik Inferensi
Parametrik Nonparametrik
Uji Komparatif - T-test- ANOVA
- Chi Square- Mann
Whitney U Test-
Wilcoxin signed-rank
Test-Kruskall-Wallace
Test
Uji Asosiatif
- Pearson Correlation
Coefficient
- Contingency
Coefficient- Rank-
difference correlation,
Rho-Kendall’s Tau
20
k. Interpretasi data
Tahap kesebelas dari penelitian survei adalah interpretasi data.
Interpretasi datamenjadi dasar untuk membuat kesimpulan. Dilihat dari
proses timbulnya, analisis data mendahului baru kemudian interpretasi.D
ilihat dari sifatnya, analisis data bersifat objektif, asli, apa adanya
sedangkan interpretasi bersifat subjektif, dan bisa berubah-ubah. Untuk
menginterpretasi data yang perlu dilakukan peneliti adalah mengaitkan
temuan dan data dengan teori yang dibangun di awal. Selanjutnya berikan
konteks, makna, atau implikasi data temuan tersebut dengan kondisi dan
situasi atau setting penelitian secara lebih luas.
l. Membuat kesimpulan serta rekomendasi.
Tahap terakhir dari rangkaian penelitian survei adalah Membuat
Kesimpulan dan Rekomendasi. Setelah analisis dan interpretasi data,
bagian akhir dari penelitian survei adalah menyusun kesimpulan dan
rekomendasi.
Cara membuat kesimpulan:
1) Perhatikan permasalahan dan tujuan penelitian
2) Perhatikan hipotesis
3) Buat kesimpulan umum
4) Buat kesimpulan-kesimpulan khusus
5) Kesimpulan harus bersandar pada hasil analisis data dan hasil
interpretasi data
Cara membuat rekomendasi:
1) Perhatikan gap antara kebutuhan dan hasil penelitian
2) Temukan rekomedasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian
itu
3) Berikan saran yang realistis
2.5. Instrumen penelitian survei
Penelitian – penelitian yang menggunakan teknik sampling, kecuali
penelitian eksperimental dan penelitian penyelidikan naturalistik termasuk
kedalam kategori metode – metode penelitian suvei atau analisis survei.
21
Pada metode penelitian survei atau analisis survei, instrument penelitian
yang digunakan ada 2 jenis, yaitu kuesioner dan pedoman wawancara.
Kuesioner dan pedoman wawancara digunakan dengan cara yang berbeda
dan data yang diperoleh umumnya berbedapula, meskipun respondennya
juga sama.
2.5.1. Kuesioner
Kuesioner atau angket paling umum dipakai dalam metode-metode
penelitian survei, saat penelitian mengajukan pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada sekelompok populasi atau representatifnya. Dilihat dari
permukaan, kuesioner adakalanya sulit dibedakan dengan instrumen tes,
akan tetapi dari segi isi dan kedudukan subjek di dalamnya, kuesioner
berbeda dengan instrumen tes. Pada sebuah kuesioner, peneliti
menyajikanalternatif pilihan atau kategori jawaban, dengan tidak
menentukan mana pilihan yang salah atau benar. Kuesioner sebagai alat
pengumpul data penelitian dirumuskan dengan kriteria tertentu.
Kuesioner yang dirumuskan tanpa kriteria yang jelas, tidak banyak
manfaatnya dilihat dari tujuan penelitian dan hipotesis yang akan di uji.
Kriteria ini sebenarnya merupakan media penghubung antara peneliti dan
respoden, oleh karena data yang dikehendaki sejalan dengan baik jika antara
penelitian yang akan diuji,hanya akan didapat dengan tujuan atau hipotesis
penelitian yang akan diuji, hanya akan didapat dengan baik jika antara
peneliti dan responden tidak ada jurang kognitif yang lebar, perbedaan
nuansa yang ekstrem, dan perbedaan makna konotatif yang kentara.sebagai
misal,status sosial tinggi, sedang, dan rendah dipersepsikan berbeda oleh
responden yang berasal dari lingkungan sosial ekonomi yang berbeda pula.
Kuesioner sebagai alat pengumpul data disusun oleh peneliti dengan
keragaman tertentu. Keragaman ini ditentukan oleh beberapa hal, seperti
jenis data/ informasi yang dikehendaki, tingkat penguasaan peneliti terhadap
fokus dan karakrentang opini atau pendapatteristik umum responden.
Keragaman kuesioner dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:
22
2.5.1.1. Jenis pertanyaan dalam kuesioner
Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner meliputi pertanyaan
rentang fakta, pertanyaan informatif atau pengetahuan, pertanyaan
tentang opini atau pendapat, dan pertanyaan persepsi. Pertanyaan tentang
fakta Pertanyaan tentang fakta adalah pertanyaan yang dimaksudkan
untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang ada pada diri
responden atau yang dipahami secara jelas oleh responden. Pertanyaan ini
paling banyak dipakai dalam penelitian survei dimaksudkan untuk
mengumpulkan fakta sebanyak-banyaknya. Pertanyaan tentang fakta
terdiri dari beberapa jenis, seperti berikut ini:
1) Pertanyaan yang menjawabnya hampir dapat dipastikan oleh
peneliti,sehubung dengan jawaban diatas pertanyaan itu relatif dapat
diterka dari permukaan.
Contoh: Apakah pekerjaan anda? Keterangan: jika pertanyaan itu
diajukan kepada kepala keluarga yang tinggal didesa tradisional,
hampir dipastikan jawabannya adalah tani.
2) Pertanyaan yang dimaksudkan untuk membuat klasifikasi.
Contoh: Jenis kelamin a. Pria b. Wanita Keterangan : misalnya,
peneliti ingin mengetahui ada perbedaan persepsi antara pria dan
wanita mengenai suatu gejala tertentu.
3) Pertanyaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan fakta mengenai
responden sendiri atau beberapa aspek yang terkait langsung dengan
dirinya.
Contoh: Apakah agama anda? Berapa gaji tetap anda?
4) Pertanyaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan fakta mengenai
gejalatertentu diluar diri responden, namun diketahuinya secara pasti.
Contoh: Ada berapa kepala keluarga penghuni desa gunung mesir ini?
Tuan A,berapa orang puteranya? Tuan B, berapa orang puteranya?
23
a. Pertanyaan tentang pendapat
Pertanyaan tentang pendapat relatif mudah menyusunnya,
sebaliknya hal itu cenderung menyebabkan responden relatif lebih sukar
menjawabnya dari pad pertanyaan fakta. Pertanyan tentang pendapat ini
dimaksud oleh peneliti untuk mengetahui pendapat responden mengenai
gejala umum diluar dirinya atau public opinion pools (bailey,1982),
meski juga dapat berupa pendapat responden mengenai gejala yang ada
padsa dirinya sendiri . pertanyaan pendapat banyak sekali fokusnya,
seperti moral, kebudayaan, harga diri dan sebagainya (Nazir, 1985). Juga
dapat pula memuat hal – hal yang berkaitan dengan masalah politik,
proyeksi ke depan (kuantitatif), kualitas suatu subjek, dan sebagainya.
Pertanyaan tentang pendapat ada dua jenis, yaitu :
1. Pertanyaan yang dimaksudkan untuk menggali pendapat responden
mengenai gejala diluar dirinya
Contoh :
a. Bagaimana pendapat anda mengenai kebijakan pemerintah
menaikan harga obat?
b. Bagaimana pendapat anda mengenai kebijakan sistem promosi
bagu tenaga perawat di lingkungan rumah sakit X?
2. Pertanyaan yang dimaksud untuk menggali pendapat responden
mengenai gejala pada dirinya sendiri
Contoh :
a. Sebagai perawat, jika anda ditawari pekerjaan dilembaga swasta
dengan gaji yang lebih besar, akan tetapi anda harus meninggalkan
pekerjaan sekarang; apakah anda akan menerima penawaran
tersebut?
b. Beberapa saat sebelum votingb, ternyata and mengundurkan diri
sebagai calon direktur rumah sakit Z. apa alasan utama anda?
24
b. Pertanyaan Persepsi
Pertanyaan tentang persepsi seringkali sulit dibedakan dengan
pertanyaan pendapat. Konsep dasar pertanyaan persepsi adalah peneliti
diminta menilai sesuatu mengenai perilakunya sendiri dikaitkan dengan
perilaku orang lain, posisi siri sendiri dikaitkan dengan gejala eksternal, atau
suatu gejala dihubungkan dengan gejala lainnya. Pertanyaan tentang
persepsi bersifat terbuka dan tidak diformat dalam bentuk benar-salah (true-
false), oleh karena jawaban atas pertanyaan tidak dinilai dalam bobot benar
atau salahnya. Peneliti tidak bleh memaksakan kehendak agar responden
mempunyai persepsi tertentu, karena lasan-alasan politik melancarkan suatu
usaha atau praktik “asal bapak senang” (ABS), dan sebagainya. Apa yang
dikemukakan oleh responden secara persepsi, begitulah adanya dan itulah
yang harus direncanakan oleh peneliti (Danim, Sudarwan. 2003: 205).
c. Pertanyaan Informatif
Pertanyaan informatif sering pula disebut pertanyaan tentang
pengetahuan. Dimaksudkan untuk menggali pengetahuan yang dimiliki oleh
responden mengenai sesuatu hal atau gejala. Menyusun pertanyaan informatif
tidak sulit, namun peneliti perlu bertindak hati-hati, agar pertanyaan semacam
ini benar-benar berbeda dengan tes. Artinya, pertanyaan tentang pengetahuan
tidak dimaksudkan untuk mengukur satu segi dari ranah kognitif (cognitive
domain) responden (Danim, Sudarwan. 2003: 206).
2.5.1.2. Bentuk Pertanyaan Kuesioner
Dari bentuk pertanyaan yang disajikan, kuesioner dibedakan dalam
tiga jenis, yaitu :
1) Kuesioner berstruktur (tertutup)
Umumnya dibuat dengan pertimbangan untuk menghimpun data
kuantitatif atau data yang bisa dikuantifikasi. Responden hanya diberi
peluang untuk memilih salah satu atau beberapa (“beberapa” ini tidak
lazim dan sebaiknya dihindari, meskipun adakalanya tidak selalu bisa)
25
alternatif/ kategori jawaban yang telah disediakan oleh peneliti.
Kuesioner berstruktur harus disusun dengan cara yang hati-hati,
penyusunnya harus benar-benar memahami permasalahan dan
sebelum digunakan harus reliabilitasnya.
2) Kuesioner setengah berstruktur (tertutup dan terbuka).
Pertanyaan-pertanyaan setengah berstruktur dibuat dengan
pertimbangan untuk menghimpun data kuantitatif (dapat
dikuantifikasi), menghimpun data kualitatif, dan memberi keleluasan
terbatas kepada responden. Setiap pertanyaan atau pernyataan yang
ada pada kuesioner disertai alternatif/kategori jawaban, tetapi tidak
tuntas. Kuesioner setengah berstruktur disusun oleh peneliti dengan
dua pertimbangan utama, yaitu memberikan keleluasaan kepada
responden untuk menentukan kategori/alternatif jawaban yang benar-
benar sesuai dengannya dan peneliti tidak dapat menyajikan secara
tuntas kategori/alternatif jawaban sehubungan dengan keterbatasan
pemahamannya mengenai karakteristik responden, situasi lokal yang
bersifat spesifik, dan penguasaan terhadap masalah yang menjadi
fokus.
3) Kuesioner terbuka
Pertanyaan terbuka umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan data
kualitatif dan memberi keleluasaan penuh kepada responden untuk
menjawab pertanyaan itu. Jenis pertanyaan kuesioner yang tidak
disertai alternatif/kategori jawaban. Jawaban terhadap pertanyaan
dalam kuesioner sepenuhnya dibuat oleh responden. Untuk
pertanyaan terbuka ditekankan pada usaha untuk mendapatkan
keterangan atau data kualitatif. Pertimbangan ini tidak sepenuhnya
benar, namun dalam batas-batas tertentu akan sangat membantu
proses pengumpulan, tabulasi, dan analisis data (Danim, Sudarwan.
2003: 206-207).
Menurut Bailey (1982) dan Mallo (1988) kuesioner mempunyai
beberapa kelebihan dan kelemahan, sebagai berikut:
26
Kelebihan Kelemahan
a) Jawaban responden mudah
dikomparasikan
a) Kemungkinan responden memilih
asal saja
b) Mudah dianalisis dan ditafsirkan b) Menimbulkan kekecewaan
responden, jika jawaban tidak
tersedia
c) Responden dapat memahami
semua pertanyaan atau pertanyaan
yang diajukan
c) Adakalnya daftar alternatif/
kategori jawaban yang terlalu
panjang
d) Kecil kemungkinan (peneliti)
memperoleh jawaban yang tidak
relevan
d) Kemungkinan responden
mempunyai persepsi yang
berbeda dengan peneliti mengenai
kategori/alternatif jawaban yang
disediakan
e) Memperkecil pepekaan, terutama
memguasai masalah pribadi,
harga diri, dan masalah-masalah
politik.
e) Jika ternyata responden salah
memilih alternatif/kategori
jawaban, peneliti sulit
melacaknya
f) Meringankan responden dalam
menjawabnya.
f) Variasi jawaban responden
(terutama yang berbentuk
interval) kurang/tidak terlihat
2.5.1.3. Pola Sajian Kuesioner
Kuesioner dapat disajikan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan
disertai kategori/alternatif jawaban. Kuesioner yang disajikan dalam bentuk
pernyataan (kalimat pernyataan) sering kali dirasakan lebih praktis, jika pada
bagian awal kuesioner dibuat instruksi atau petunjuk yang jelas, sehingga
responden tidak salah tafsir terhadap apa yang dimaksud oleh peneliti
(Danim, Sudarwan. 2003: 213, 214).
Kuesioner yang alternatif/kategori jawabannya ditetapkan secra
bergam seperti sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS),
27
dan sangat tidak setuju (STS); atau sangat sering (SS), sering (S), jarang (J),
dan sangat jarang (SJ), dan sejenisnya sebaiknya disajikan dalam bentuk
pertanyaan. Sebaliknya, kuesioner yang alternatif/kategori jawabannya
beragam atau memiliki keragaman, sebaiknya disajikan dalam bentuk
pertanyaan (Danim, Sudarwan. 2003: 214).
2.5.1.4. Urutan Pertanyaan
Urutan penelitian memungkinkan peneliti memperoleh
data/keterangan yang cukup dan objektif serta memudahkan peneliti dalam
proses pengolahan data, seperti editing, coding, tabulasi data, analisis data,
dan interpretasi. Urutan pertanyaan juga menudahkan responden untuk
mengisinya, sekaligus menjaga keutuhan pikiran peneliti selama proses
menjawab pertanyaan kuesioner. Kuesioner yang baik tidak hanya memenuhi
kriteria isi, bersifat tuntas, dan tidak saling tumpang tindih, melainkan juga
harus memenuhi kriteria urutan pertanyaan yang baik. Secara keseluruhan,
sebuah kuesioner berbentuk batang tubuh sebagai berikut (Danim, Sudarwan.
2003: 220-221).
BAGIAN AWAL
Surat pengantar dari instansi/pejabat pemberi izin atau surat pengantar dari
peneliti.
BAGIAN INTI
Instruksikan atau pedoman pengisian dan contoh pengisian. Adakalnya
diperlukan penjelasan untuk masing-masing bagian dari kuesioner.
Kuesioner (pertanyaan/pernyataan/isian) yang disajikan sesuai dengan
kriteria urutan.
BAGIAN PENUTUP
Pernyataan singkat, misalnya: Terima kasih atas partisipasi Anda.
2.5.1.5. Mengatur Pokok-Pokok Kuesioner
Dalam rangka menyusun instrumen, kriteria-kriteria berikut ini perlu
diperhatikan oleh peneliti, meskipun tidak sepenuhnya berlaku untuk setiap
28
bentuk kuesioner yang dibuat. Kriteria kuesioner yang baik, secara umum
adalah sebagai berikut:
1) dirumuskan secara singkat
2) dapat dicerna isinya
3) ditata dengan urutan yang logis
4) jawaban yang diminta tidak bermakna ganda
5) jawaban yang diminta tidak membingungkan
6) tidak memuat unsur prasangka atau bias
7) hanya untuk tujuan menjaring data penelitian
8) bersifat tuntas
9) tidak tumpang tindih
10) mencakup semua variabel penelitian (Danim, Sudarwan. 2003: 224-
225)
2.5.2. Wawancara dan Observasi
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dipakai dalam rangka
pengumpulan data penelitian. Wawancara dapat dilakukan dengan
menggunakan jadwal terstruktur, terfokus, atau bebas. Jadwal terstruktur
adalah wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
pedoman wawancara spesifik dan ada strukturnya. Wawancara berstruktur
sring pula disebut sebagai “angket yang dicakapkan”. Wawancara terfokus
dilakukan untyk tujuan memperoleh data atau opini dari responden yang
bersifat sanfat khusus, misalnya sangat pribadi atau rahasia. Wawancara
bebas atau tidak terstruktur dilakukan oleh peneliti dengan tidak
mengguanakan panduan khusus. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti terhadap responden beranjak dari fokus umum dan isu-isu yang
berkembang dalam proses (Danim, Sudarwan. 2003: 231-232).
Sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Observasi data dapat
dilakukan dengan menggunakan tida pola dasar, yaitu observasi objektif,
observasi peran serta (participant observation), dan observasi tersamar atau
tidak langsung. Observasi objektif dimaksudkan untuk mengamati
kondisinyata dari suatu subjek atau perilaku yang dapat dilihat. Untuk itu,
biasanya peneliti membuat pedoman observasi (yang umumnya dalam
29
bentuk daftar periksa). Peneliti mengamati subjek atau perilaku tertentu dan
menentukan objek atau perilaku tersebut, seperti: baik, sedang, atau kurang;
memuaskan, kurang memuaskan, atau tidak memuaskan (Danim, Sudarwan.
2003: 232).
Observasi partisipan atau observasi peran serta dilakukan peneliti
dengan hajat untuk mendapatkan bukti yang benar-benar ilmiah, sesuai
dengan kondisi alami di lapangan. Misalnya, seorang peneliti ingin
menegetahui kebiasaan komunitas tradisional tertentu dalam mengatur menu
makanan. Untuk itu, dia tinggal cukup lama di dalam kelompok komunitas
tersebut. Hasil pengamatan dalam proses observasi partisipan ini akan lebih
tajam jika dilengkapi dengan wawancara (Danim, Sudarwan. 2003: 232).
Observasi secara tersamar atau tidak langsung. Observasi ini dapat
dapat dilakukan oleh peneliti atau subjek lain yang ditugasi untuk itu.
misalnya, seseorang peneliti ingin mengamati secara mikro keterampilan
mengajar seorang calon guru perawat. Untuk itu, peneliti tersebut
mengamati perilaku mengajar calon guru perawat itu secara makro, yaitu,
pengamatan dilakukan di laboratorium pengajaran mikro. Keakuratan hasil
observasi akan sangat bergantung pada ketelitian pengamat dan frekuensi
pengamatan (Danim, Sudarwan. 2003: 232-233).
2.5.3. Kelebihan dan Keterbatasan Survei
Sebagaimana umunya sebuah metode penelitian, survei juga
memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Wimmer dan Dominick (2003:
167-168), kelebihan survei meliputi sejumlah aspek, yaitu:
1. Dapat digunakan untuk melakukan investigasi masalah
dalam setting yang alamiah tanpa harus dilakukan dalam laboratorium
atau melalui perancangan suatu kondisi tertentu. Karenanya, survei dapat
menguji pola-pola perilaku bermedia, seperti membaca surat kabar,
menonton televisi, mendengarkan radio, dan sebagainya.
2. Dari sisi pembiayaan, survei paling masuk akal karena dapat disesuaikan
dengan jangkauan informasi yang ingin dikumpulkan.
30
3. Data yang luas dapat dikumpulkan dari responden yang bervariasi
dengan cara yang relatif mudah, sebab survei memperbolehkan peneliti
memilih dan menguji sejumlah variabel. Peneliti juga dapat
menggunakan beragam statistik untuk menganalisis data.
4. Survei tidak dihalangi oleh batas-batas gegografi dan dapat dilakukan di
mana saja, tergantung kepentingan dan sumber daya yang dimiliki oleh
peneliti.
5. Data yang telah ada di lapangan memberikan kemudahan survei, seperti
dokumen-dokumen pemerintah, data sensus, rating media, dan
sebagainya.
Di samping kelebihan tersebut, survei pun memiliki sejumlah
keterbatasan sebagimana disampaikan Wimmer dan Dominick (2003: 168)
dan Rahayu (2008: 76), yaitu:
1. Variabel independen tidak dapat dimanipulasi seperti halnya metode
eksperimental. Tanpa kontrol pada variabel independen, peneliti tidak
dapat meyakini sepenuhnya apakah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen memiliki hubungan sebab akibat
(causal) atau bukan (noncausal). Survei hanya mampu memproyeksikan
ada-tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut, sebab untuk
menilai hubungan sebab akibat (causal linked) terdapat sejumlah
variabel yang kemungkinan berada di antara keduanya.
2. Instrumen kuesioner memiliki potensi bias yang cukup besar karena
pertanyaan yang tertuang di dalamnya tidak selalu menampung
persoalan penelitian. Selain itu, ada kemungkinan kuesioner dipahami
secara berbeda oleh responden.
3. Ada kemungkinan responden yang terlibat dalam survei tidak sesuai
dengan karakteristik sampel yang dituju. Misalnya, dalam wawancara
melalui telepon, responden bisa saja mengklaim dirinya berkesesuaian
dengan karakteristik tertentu (umur, pendidikan, pekerjaan, dan
sebagainya).
31
4. Beberapa survei dukup sulit dilakukan, terutama terkait dengan
kesediaan berpartisipasi.
5. Survei tak cukup fleksibel menangkap sejumlah perbedaan atau
perubahan sosial yang terjadi karena tidak mampu diprediksi
sebelumnya oleh peneliti.
6. Survei mensyaratkan kerangka operasional yang ketat, sedangkan tidak
semua fenomena dapat diukur atau terukur sehingga survei tidak bisa
menjangkau semua persoalan.
7. Survei terlalu mengandalkan statistik sehinga mereduksi data-data
kualitatif yang sebenarnya dapat memperkaya penjelasan sebuah
persoalan.
32
BAB 4
PENUTUP
Setelah kami membahas desain penelitian survey, kami selaku penulis dapat
menarik kesimpulan dan saran, yakni sebagai berikut :
1.1. Kesimpulan
Penelitian survei adalah pengumpulan data dari suatu populasi dengan
memilih sampel.
Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Survei
tidak selalu identik dengan kuesioner (meski teknik pengumpulan data survei
seringkali menggunakan kuesioner karena berhubungan dengan sampel berjumlah
besar). Dalam praktiknya, terkadang pelaksanan survei tidak hanya menggunakan
kuesioner atau angket, namun dilengkapi dengan wawancara atau observasi.
Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup,
sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan
pertanyaan terbuka
Ada beberapa kategori penelitian survei dilihat dari proses pelaksanaannya
dan perlakuan terhadap sampel.
a. Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei).
b. Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei).
c. Survei Tracking/Trend.
d. Survei Panel.
e. Survei Cohort.
Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni:
a. Menentukan masalah penelitian
b. Membuat desain survei
c. Mengembangkan instrumen survei
d. Menentukan sampel
33
e. Melakukan pre-test
f. Mengumpulkan data
g. Memeriksa data (editing)
h. Mengkode data
i. Data entry (Memasukkan data ke dalam program komputer )
j. Pengolahan dan analisis data
k. Interpretasi data
1.2. Saran
Demikianlah makalah yang telah kami buat. Semoga isi dari makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan teman-teman tentang desain penelitian
survey. Saran, kritik, maupun sanggahan tetap kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau
kekurangan dalam penulisan makalah ini.
34
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi. Jakarta:
EGC
S, Dodiet Aditya. 2009. Penelitian Deskriptif. Diakses di pdffactory.com tanggal
26 Oktober 2013 pukul 06.15 WIB
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Sripsi,Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Edisi2. Jakarta: Salemba Medika
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan Edisi Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu
35
Recommended