View
11
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI DKI JAKARTA
JALAN OTTO ISKANDARDINATA NO. 53-55, DKI JAKARTA 13330; TELEPON (021) 8190410; FAKSIMILI (021) 8195583; SUREL : KANWIL.DKI@GMAIL.COM; LAMAN :
WWW.DJPB.KEMENKEU.GO.ID/KANWIL/JAKARTA
NOTA DINASNOMOR ND-760/WPB.12/2020
Yth : Direktur Pelaksanaan AnggaranDari : Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi DKI
JakartaSifat : BiasaLampiran : Satu berkasHal : Penyampaian Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2020 Tanggal : 14 Agustus 2020
Menunjuk Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.01/2016 tentang Organisasidan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Surat Edaran DirekturJenderal Perbendaharaan Nomor SE-61/PB/2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan KajianFiskal Regional, dengan ini kami sampaikan bahwa Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta telahmenyusun Kajian Fiskal Regional Triwulan II 2020. Adapun ringkasan dari Kajian FiskalRegional Triwulan II 2020 dapat kami sampaikan sebagai berikut :
1. Kinerja Ekonomi Regional
• Kinerja ekonomi regional DKI Jakarta Triwulan II masih dalam koridor yang tepat (ontrack) walaupun mengalami kontraksi signifikan (-8,22 %) akibat pandemi COVID-19yang memukul ekonomi global. Kebijakan fiskal ekspansif melalui APBN dan APBDdan berbagai kebijakan regional diambil untuk meredam dampak pandemi COVID-19terhadap perekonomian regional.
• Dari sisi lapangan usaha, sektor yang laju pertumbuhannya mengalami penurunanpaling dalam adalah sektor penyediaan akomodasi makan minum yang terkontraksi -34,81% yang disebabkan turunnya tingkat hunian kamar hotel. Sedangkan dari sisipengeluaran, penurunan laju pertumbuhan terjadi pada seluruh komponen denganpenurunan tertinggi pada Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) -10,36%dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
2. Indikator Kesejahteraan
• Dampak pandemi COVID-19 juga berimbas pada menurunnya Indikatorkesejahteraan. Tingkat kemiskinan Maret 2020 mengalami kenaikan 1,11%dibandingkan kondisi September 2019 dan merupakan kenaikan tertinggi di Indonesia.Gini rasio Maret 2020 juga mengalami peningkatan indeks 0,008 dibandingkan kondisiSeptember 2019 yang mencerminkan pelebaran ketimpangan.
3. APBN
Realisasi pendapatan pemerintah pusat (APBN) tercapai sebesar Rp439.484,11 miliarturun 12,50% dibandingkan realisasi triwulan II tahun 2019 yang sebesar Rp502.270,81miliar. Realisasi belanja pemerintah pusat (APBN) untuk K/L tercapai Rp217.392,12 miliaratau 40% dari pagu, mengalami kenaikan dibanding realisasi belanja pada triwulan II tahun2019 sebesar 16,60%. Realisasi transfer ke daerah tercapai Rp9.213,34 miliar atau
[@KopSurat][@KopSurat][@KopSurat][@AlamatOrganisasi][@AlamatOrganisasi][@AlamatOrganisasi]%5b@NomorND%5d%5b@Tujuan%5d%5b@Tujuan%5d%5b@Tujuan%5d%5b@Tujuan%5d%5b@Tujuan%5d%5b@pengirim%5d%5b@pengirim%5d%5b@pengirim%5d%5b@pengirim%5d%5b@pengirim%5d%5b@pengirim%5d%5b@pengirim%5d%5b@pengirim%5d%5b@pengirim%5d%5b@pengirim%5d%5b@pengirim%5d%5b@SifatNd%5d%5b@Lampiran%5d%5b@Lampiran%5d%5b@Perihal%5d%5b@Perihal%5d%5b@Perihal%5d%5b@Perihal%5d%5b@Perihal%5d%5b@Perihal%5d%5b@TanggalND%5d
60,45% dari pagu, meningkat dibandingkan realisasi triwulan II tahun 2019 sebesar15,56%.
4. APBD
Pada tahun 2020 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menaikkan 9,9% target pendapatandaerah sebesar menjadi Rp82,19 triliun dari tahun sebelumnya Rp74,78 triliun. Dampakpandemi juga tercermin dari capaian pendapatan sampai dengan akhir triwulan II terealisasihanya Rp23,76 triliun atau 28,9% dari yang ditargetkan yakni turun sebesar Rp1,54 triliunatau 6,08% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Belanja Daerah Pemerintah ProvinsiDKI Jakarta tahun 2020 dianggarkan sebesar Rp80,45 triliun relatif sama dengan tahunsebelumnya hanya bertambah 0,5%.Sampai dengan akhir triwulan II tahun 2020 realisasimenurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama yaknimencapai sebesar Rp19,89 triliun atau 24,73% dari yang dianggarkan, sementara padatahun 2019 dapat mencapai 30,47%.
5. Isu Fiskal Terpilih.
KFR Triwulan II 2020 mengupas tentang isu kebijakan fiskal dan regional dalam mengatasipandemi di episentrum. Isu kemacetan yang menjadi masalah klasik diangkat denganmengaitkan pada kebijakan PSBB dan kebijakan sistem pembatasan kendaraan bermotorberdasarkan nomor polisi ganjil dan genap sejak Maret 2020.
Sehubungan hal tersebut, bersama ini kami sampaikan Kajian Fiskal Regional TriwulanII 2020 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi DKI Jakartasebagaimana terlampir.Softcopy kami sampaikan juga melalui alamat emailditpa@kemenkeu.go.id dengan tembusan (cc) ke lo.ditpa@gmail.com.
Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Ditandatangani secara elektronik Ludiro
mailto:ditpa@kemenkeu.go.id%20mailto:lo.ditpa@gmail.com%5b@NamaPejabat%5d%5b@Tembusan%5d
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, Kajian Fiskal Regional
(KFR) Triwulan II 2020 dapat diselesaikan dengan baik. KFR
Triwulan II 2020 menyajikan, mengevaluasi, dan menganalisis
kondisi perekonomian dan kebijakan fiskal regional di Provinsi
DKI Jakarta. KFR Triwulan II 2020 ini berbeda dengan KFR
yang disusun oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI
Jakarta pada periode-periode sebelumnya. Hal ini disebabkan
kondisi perekonomian regional, sama seperti perekonomian
nasional dan global, banyak dipengaruhi oleh dinamika yang
saat ini terjadi yaitu pandemi COVID-19. Kebijakan fiskal APBN dan APBD diulas dalam
KFR ini untuk mengetahui intervensi Pemerintah Pusat dan intervensi Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dalam meredam dampak pandemi COVID-19 terhadap masyarakat dan dunia
usaha di wilayah DKI Jakarta.
Kebijakan fiskal regional harus dilakukan secara terintegrasi dengan kebijakan regional
lainnya agar tujuan untuk mensejahterakan masyarakat dapat tercapai secara optimal.
Melalui pembahasan dan analisis variabel makroekonomi regional, variabel fiskal dan
kebijakan regional terkait, KFR Triwulan II 2020 diharapkan dapat memberikan informasi
dan masukan yang bermanfaat bagi penyusun kebijakan regional, kebijakan pusat, dan
pemangku kepentingan lainnya. Hasil analisis yang tertuang dalam KFR Triwulan II 2020
diharapkan juga menjadi basis monitoring dan evaluasi kebijakan regional dalam
penanganan COVID-19.
Kami menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak seperti
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, BPS Provinsi DKI Jakarta, Kantor Perwakilan BI
Provinsi DKI Jakarta atas dukungannya dalam perolehan data dan informasi yang
diperlukan dalam penyusunan KFR.
Kami menyadari bahwa KFR Triwulan II 2020 yang kami susun ini masih jauh dari sempurna
dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan pada periode
berikutnya. Akhir kata, semoga KFR Triwulan II 2020 ini dapat bermanfaat untuk
pembaca dan para pemangku kepentingan sebagai salah satu pijakan dalam menyusun
kebijakan fiskal tingkat regional berbasis bukti (evidence-based regional fiscal policy).
Jakarta, 13 Agustus 2020
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta
Kepala Kanwil,
Ludiro
EXECUTIVE SUMMARY
Kinerja ekonomi regional DKI Jakarta Triwulan II 2020 masih dalam koridor yang tepat (on
track) walaupun mengalami kontraksi signifikan akibat pandemi COVID-19 yang memukul
ekonomi global. Kebijakan fiskal ekspansif melalui APBN dan APBD dan berbagai kebijakan
regional diambil untuk meredam dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian
regional.
Kinerja Ekonomi Regional
Pada triwulan II 2020 pertumbuhan ekonomi
regional terkontraksi -8,22 % dari periode yang
sama tahun sebelumnya, yang terakumulasi
dari kontraksi konsumsi rumah tangga (-5,23),
konsumsi pemerintah (-8,51%), pembentukan
modal tetap bruto (-10,36%). Dampak
perlambatan ekonomi secara signifikan
dialami oleh sektor penyediaan akomodasi
makan minum yang terkontraksi -34,81%
diikuti dengan sektor transportasi
pergudangan (-23,45%) dan sektor industri pengolahan (-20,51%).
Indikator Kesejahteraan
Penurunan kinerja ekonomi berimplikasi pada
indikator kesejahteraan yang menurun. Pada
bulan Maret 2020, DKI Jakarta mengalami
tingkat kemiskinan tertinggi relatif terhadap
wilayah lain di Indonesia. Akibatnya,
ketimpangan yang tercermin dari rasio Gini
pada bulan Maret 2020 meningkat dengan
indeks 0,399 sebagai peningkatan
ketimpangan tertinggi di Indonesia.
APBN dan APBD
Dalam kondisi perekonomian yang lesu,
kebijakan fiskal menjadi salah satu ujung
tombak dalam memulihkan perekonomian.
Pemerintah melakukan pelebaran defisit
dalam rangka melakukan ekspansi fiskal
dengan meningkatkan pagu belanja APBN.
Adapun pagu untuk Kementerian/Lembaga
Provinsi DKI Jakarta tahun 2020 mengalami
kenaikan sebesar 5,85% dari Rp495,01 triliun
menjadi Rp523,99 triliun. Sedangkan, belanja
APBD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun
2020 dianggarkan sebesar Rp80,45 triliun
relatif sama dengan tahun sebelumnya hanya
bertambah 0,5%. Untuk pendapatan, realisasi
sampai dengan triwulan II-2020 relatif
menurun dari tahun sebelumnya yakni untuk
APBN mencapai Rp439,48 triliun, atau
mengalami penurunan 12,5% dan APBD
mencapai Rp23,76 triliun yang menurun
6,08%.
Konsolidasi APBN dan APBD
Hasil konsolidasi antara APBN dan APBD
menunjukkan realisasi belanja pemerintah
konsolidasian meningkat sebesar 12,55%
sedangkan pendapatan konsolidasian
menurun 12,2% sehingga menyebabkan nilai
surplus turun sebesar 28,66% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Isu Fiskal Terpilih
Disamping kebijakan fiskal, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta juga menerapkan
serangkaian kebijakan regional dalam
mendukung penanganan pandemi COVID-19.
Berbagai kebijakan dimaksud menjadi kritikal
dikarenakan status Jakarta yang menjadi salah
satu episentrum penyebaran COVID-19.
Salah satu kebijakan regional yang diambil
terkait erat dengan isu klasik kemacetan yang
menjadi masalah publik di Jakarta.
Berdasarkan studi INRIX, penduduk Jakarta
menghabiskan waktu di jalan sekitar 150 jam
pada tahun 2019 akibat kemacetan. Dengan
adanya PSBB dalam rangka memitigasi risiko
penularan COVID, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta melakukan evaluasi terhadap dampak
kemacetan dimana terbukti mobilitas di jalan
semakin berkurang pada masa PSBB
dibandingkan Pra PSBB.
ii
AGUSTUS 2020 5
Kajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2020
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta
Bab 1
ii
AGUSTUS 2020 6
Kajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2020
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta
Bab 1
AGUSTUS 2020 7
Kajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2020
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta
Bab 1
AGUSTUS 2020 8
Kajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2020
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta
Bab 1
AGUSTUS 2020 9
Kajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2020
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta
Bab 1
BAB I
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
EKONOMI REGIONAL
1
3
3
BAB II
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN APBN
A. Produk Domestik Regional Bruto
B. Inflasi
C. Indikator Kesejahteraan
BAB III
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN APBD
BAB IV
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN DAN
APBD)
BAB V
BERITA / ISU FISKAL REGIONAL
TERPILIH:
KEBIJAKAN REGIONAL
PENANGANAN COVID-19 DI
EPISENTRUM PANDEMI
A. Pendapatan Negara
B. Belanja Negara
C. Prognosis Realisasi APBN sampai
dengan Akhir Tahun 2020
A. Pendapatan Daerah
B. Belanja Daerah
C. Prognosis Realisasi APBD sampai
dengan Akhir Tahun 2020
A. Laporan Keuangan Pemerintah
Konsolidasian
B. Pendapatan Konsolidasian
C. Belanja Konsolidasian
D. Analisis Kontribusi Pemerintah
dalam Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB)
A. Ekspansi Fiskal: Bantuan Sosial
B. Pengaruh COVID-19 terhadap
Kemacetan di Jakarta dan Kebijakan
Ganjil Genap
DAFTAR ISI
halaman
6
9
11
13
16
17
18
19
20
22
23
25
-
Kata Pengantar
Ringkasan Eksekutif
Dashboard
Dashboard
Dashboard
Dashboard
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Grafik
i
ii
-
-
-
-
iii
Iv
v
DAFTAR PUSTAKA
Indikator Makroekonomi dan Kesejahteraan
Kinerja APBN dan APBD
Regulasi Keuangan Baru di Masa Pandemi
COVID-19
Surplus/Defisit APBN Tahun 2020
iii
AGUSTUS 2020 10
Kajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2020
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta
Bab 1
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indikator Terpilih
Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN s.d. Triwulan II Tahun 2020 dan
Tahun 2019
Tabel 2.2 Outstanding Pinjaman Lingkup Provinsi DKI Jakarta s.d.
Triwulan II Tahun 2020
Tabel 2.3 Perkiraan Realisasi APBN s.d. Triwulan IV Tahun 2020
Tabel 3.1 Realisasi APBD s.d. Triwulan II Tahun 2020 dan Tahun 2019
Tabel 3.2 Perkiraan Realisasi APBD s.d. Triwulan IV Tahun 2020
Tabel 4.1 Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi
DKI Jakarta Triwulan II Tahun 2019-2020
Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di
Wilayah Provinsi DKI Jakarta Triwulan II Tahun 2019 dan 2020
Tabel 5.1 Pagu dan Realisasi Belanja Bantuan Sosial APBN dan APBD
Tahun 2020
5
10
11
12
17
18
24
4
20
iv
AGUSTUS 2020 11
Kajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2020
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta
Bab 1
/
Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Triwulanan YOY
Grafik 1.2 Tingkat Inflasi Kota Satelit
Grafik 1.3 Tingkat Inflasi Kelompok Pengeluaran
Grafik 1.4 Peningkatan Kemiskinan Tahun 2020
Grafik 1.5 Perkembangan Kemiskinan dalam 5 Tahun
Grafik 2.1 Realisasi Penerimaan PPh Triwulan II Tahun 2020
Grafik 2.2 Realisasi Penerimaan PPN dan PPNBM Triwulan II Tahun 2020
Grafik 2.3 Realisasi Penerimaan Bea dan Cukai Triwulan II Tahun 2020
Grafik 2.4 Realisasi Penerimaan SDA Triwulan II Tahun 2020
Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan BLU s.d. Triwulan II Tahun 2020
Grafik 2.6 PNBP Lainnya s.d. Triwulan II Tahun 2020
Grafik 2.7 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat s.d. Triwulan II Tahun 2020
Grafik 2.8 Realisasi Belanja Satuan Kerja BLU Pusat s.d. Triwulan II
Tahun 2020
Grafik 2.9 Outstanding Pinjaman BUMN s.d. Triwulan II Tahun 2020
Grafik 3.1 Pagu dan Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan II Tahun 2020
Grafik 3.2 Komposisi Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Triwulan II
Tahun 2020
DAFTAR GRAFIK
6
7
7
8
8
8
9
10
11
14
14
2
2
3
3
4
3
v
AGUSTUS 2020 12
Kajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2020
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta
Bab 1
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.3 Persentase Transfer Daerah Terhadap Pendapatan Daerah
Triwulan II Tahun 2019 – 2020
Grafik 3.4 Realisasi Per Jenis Belanja Triwulan II Tahun 2019 – 2020
Grafik 3.5 10 Urusan Penyumbang Realisasi Tertinggi Triwulan II Tahun
2020
Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah Triwulan II Tahun 2019 - 2020 (dalam triliun)
Grafik 4.2 Perubahan Komposisi Pendapatan Konsolidasian Triwulan II
Tahun 2019 - 2020 (dalam triliun)
Grafik 4.3 Perbandingan Komposisi Belanja dan Transfer Pada Triwulan II
Tahun 2019 - 2020
Grafik 4.4 Perubahan Komposisi Belanja Konsolidasian Triwulan II Tahun
2019 dan 2020
15
16
17
19
19
20
21
vi
AGUSTUS 2020 13
Kajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2020
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta
Bab 1
AGUSTUS 2020 1
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional Bab 1
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pandemi COVID-19 yang tengah terjadi telah mengakibatkan resesi di berbagai yurisdiksi
ekonomi. Demikian pula dengan DKI Jakarta dimana perekonomian regional mengalami
tekanan sebagai dampak krisis kesehatan akibat pandemi. Total kasus COVID-19 terhadap
total kasus di Indonesia sekitar 20,8% telah menjadikan DKI Jakarta sebagai episentrum
pandemi COVID-19 di Indonesia.
Sebagai episentrum penyebaran COVID-19, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan
berbagai kebijakan regional dan fiskal untuk meredam dampak pandemi terhadap
perekonomian regional. Salah satu kebijakan yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
adalah kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang mengakibatkan penurunan
pertumbuhan ekonomi. PSBB I sampai dengan III diberlakukan mulai tanggal 10 April 2020
s.d tanggal 4 Juni 2020. Selanjutnya sejak tanggal 5 Juni 2020 Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta menerapkan PSBB Transisi.
Kebijakan PSBB sebagai upaya untuk menahan laju penyebaran COVID-19 hampir
menghentikan seluruh aktivitas masyarakat dan berdampak signifikan pada kinerja ekonomi.
Pengaruh PSBB terhadap perlambatan ekonomi tercermin dari pertumbuhan ekonomi di
triwulan II yang terkontraksi -8,22% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
5,71%. Angka ini adalah yang terendah selama kurun waktu 10 tahun terakhir, meskipun tidak
sedalam saat krisis ekonomi tahun 1998. Walaupun perekonomian terkontraksi, Jakarta
masih memiliki share terbesar terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional
yaitu 17,17%.
1. Pertumbuhan Sisi Lapangan Usaha (Sektor)
Tiga sektor yang laju pertumbuhannya mengalami penurunan paling dalam bila dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya adalah sektor penyediaan akomodasi makan minum
(-34,81%) disebabkan turunnya tingkat hunian kamar hotel; sektor transportasi pergudangan
(-23,45%) disebabkan turunnya volume penumpang; dan sektor industri pengolahan
(-20,51%) disebabkan turunnya produksi kendaraan dan impor bahan baku/penolong.
Penurunan tiga sektor ini, terutama penurunan pertumbuhan industri pengolahan yang
merupakan sektor pembentuk atau penggerak utama ekonomi Provinsi DKI Jakarta sangat
mempengaruhi laju perekonomian Jakarta secara keseluruhan.
AGUSTUS 2020 2
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional Bab 1
Sementara itu tiga sektor yang masih tumbuh positif (yoy) tertinggi yaitu informasi komunikasi
(12,71%) disebabkan peningkatan konsumsi data internet untuk bekerja, sekolah, dan ibadah
secara daring dari rumah; jasa kesehatan dan kegiatan sosial (9,65%) disebabkan upaya
penanganan pandemi COVID-19; dan jasa pendidikan (0,80%) disebabkan masih adanya
inovasi dalam bidang pendidikan yang dilakukan secara daring (tirto.id, 2020).
2. Pertumbuhan Sisi Pengeluaran
Pada sisi pengeluaran, penurunan laju
pertumbuhan terjadi pada seluruh komponen.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebagai
cerminan dari investasi fisik merupakan komponen
yang terkontraksi cukup dalam yaitu -10,36%
dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Kondisi perekonomian yang tidak
pasti karena pandemi COVID-19 menyebabkan
banyak pihak menahan diri untuk melakukan
investasi.
Komponen berikutnya yang mengalami penurunan
laju pertumbuhan bila dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yaitu pengeluaran
konsumsi pemerintah (PKP) sebesar -8,51% dan
pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT)
sebesar -5,23%. Turunnya laju pertumbuhan PKP disebabkan kontraksi pada belanja barang,
belanja jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan, serta perubahan kebijakan dalam
penyaluran tunjangan hari raya dan gaji 13 tahun 2020.
Perekonomian DKI Jakarta didominasi oleh komponen konsumsi (consumption-driven
economy) dengan komponen PK-RT sebagai kontributor pembentuk ekonomi tertinggi yaitu
64% dari total PDRB. Kontraksi PK-RT sebesar -5,23% berpengaruh signifikan terhadap laju
pertumbuhan PDRB. Menurunnya laju pertumbuhan PK-RT disebabkan pembatasan kegiatan
bepergian, bersosialisasi, dan menurunnya daya beli. Penurunan terbesar utamanya terjadi
pada pengeluaran konsumsi untuk jasa hotel, restoran, transportasi, dan pengeluaran untuk
rekreasi dan hiburan. Selain itu, dengan adanya pandemi sebagian besar rumah tangga juga
menunda untuk melakukan pembelian barang tahan lama (durable goods) dan kendaraan.
GRAFIK 1.1
LAJU PERTUMBUHAN TRIWULANAN YOY
(DALAM %)
Sumber: Website BPS Provinsi DKI Jakarta dan BPS RI 2018-2020
-10
0
10
-50
0
50
Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
2018 2019 2020
Konsumsi-Rumah TanggaKonsumsi-LNPRTKonsumsi-PemerintahPMTB (Pembentukan Modal tetap Bruto)EksporImporDKI
AGUSTUS 2020 3
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional Bab 1
B. Inflasi
Laju inflasi Jakarta tahun kalender (Januari-Juni
2020) mencapai 1,18%, di bawah laju inflasi pada
periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar
2,12%, namun masih terendah dibandingkan kota
satelit
lainnya.
Inflasi bulan
Januari s.d.
Maret 2020
masih
menunjukkan
kenaikan, namun mulai bulan April terjadi deflasi karena
terjadinya penurunan harga barang dan jasa. Cabai
merah dan telur ayam ras menyumbang deflasi terbesar
karena banyaknya pasokan namun permintaan
berkurang karena terkendala PSBB.
C. Indikator Kesejahteraan
1. Kemiskinan dan Ketimpangan
Penduduk miskin di DKI Jakarta
bertambah 118,6 ribu orang menjadi
480,86 ribu orang pada Maret 2020.
Jumlah tersebut setara dengan 4,53
persen dari total penduduk di ibukota atau
naik 1,11% dibandingkan kondisi
September 2019.
Angka kemiskinan ini tertinggi dalam satu
dekade terakhir dan bahkan hampir
menyamai kondisi Jakarta 20 tahun lalu
(4,96 %) dan mengalami peningkatan tertinggi dibandingkan kota lain di Indonesia.
Penambahan penduduk miskin pada periode ini (September 2019 s.d. Maret 2020)
disebabkan karena penurunan daya beli (purchasing power) masyarakat yang dipengaruhi
oleh kehilangan sumber pendapatan sebagai dampak pandemi. Tingginya peningkatan
kemiskinan ini ditengarai karena jatuhnya kelompok hampir miskin pada periode lalu menjadi
kategori miskin pada periode Maret 2020 ini. Untuk menjaga stabilitas konsumsi pada rumah
tangga miskin karena dampak COVID-19, pemerintah memberikan bantuan sosial (bansos)
GRAFIK 1.3
TINGKAT INFLASI KELOMPOK PENGELUARAN TAHUN 2020 (MTM)
-0.5
0
0.5
-5
0
5
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Makanan-minuman Pakaian
Kesehatan Rekreasi
Transportasi Umum
Sumber: Website BPS Provinsi DKI Jakarta dan BPS RI Tahun 2020
Sumber: Website BPS Provinsi DKI Jakarta 2020 2020
GRAFIK 1.2
TINGKAT INFLASI BULAN JUNI 2020 KOTA SATELIT
Sumber: Website BPS Provinsi DKI Jakarta dan BPS RI 2020
GRAFIK 1.4 PENINGKATAN KEMISKINAN TERTINGGI DAN TERENDAH MARET TAHUN 2020
AGUSTUS 2020 4
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional Bab 1
dalam bentuk natura. Namun dampak penyaluran
bansos belum dapat dilihat pada periode ini karena
baru didistribusikan mulai tanggal 9 April 2020.
Selain jumlah penduduk miskin yang meningkat,
tingkat ketimpangan di DKI Jakarta juga
meningkat. Indeks Gini naik dari 0,391 pada
September 2019 menjadi 0,399 pada Maret 2020
yang merupakan kenaikan ketimpangan tertinggi
relatif terhadap wilayah lain di Indonesia.
2. Ketenagakerjaan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada
Februari 2020 mencapai 4,93%. TPT periode ini
mengalami penurunan dibanding periode yang
sama dalam empat tahun terakhir. Angkatan kerja
periode Februari 2020 di DKI Jakarta sebanyak
5,44 juta orang menurun 8,5 ribu orang
dibandingkan bulan Februari 2019. Seiring dengan
diberlakukannya PSBB sejak tanggal 10 April 2020,
gelombang PHK berpotensi semakin meningkat di
Provinsi DKI Jakarta yang akan mempengaruhi
jumlah angkatan kerja.
Indikator 2015 2020 Tren 5 tahun
Jumlah Penduduk 10.177.900 10.645.000
PDRB atas dasar harga konstan (miliar) 1.454.563,85 415457,1
PDRB atas dasar harga berlaku (miliar) 1.989.088,75 648631,5
PDRB Perkapita (juta) 142,.91 269,07
Laju Pertumbuhan yoy (%) 5,91 -8,22
Inflasi yoy (%) 3,30 1,18
Tingkat Kemiskinan (%) 3,61 4,53 Pada masa pandemi
Gini Ratio (indeks) 0,431 0,399 Pada masa pandemi
Jumlah Pengangguran 463.900 268.324
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 8,36 4,93
Indeks Pembangunan Manusia 78,99 80,76
Umur Harapan Hidup (UHH) (%) 72,43 72,79
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (%) 10,7 11,06
Harapan Lama Sekolah (HLS) (%) 12,59 12,97
GRAFIK 1.5 PERKEMBANGAN KEMISKINAN DALAM 5 TAHUN
Sumber: Website BPS Provinsi DKI Jakarta dan BPS RI tahun 2016-2020
0
5
10
15
-
500.00
1000.00
Mar
et
Sep
tem
ber
Mar
et
Sep
tem
ber
Mar
et
Sep
tem
ber
Mar
et
Sep
tem
ber
Mar
et
2016 2017 2018 2019 2020Jumlah (ribu) Garis Kemiskinan (ribu)Kemiskinan DKI Kemiskinan Nasional
GRAFIK 1.6
PERKEMBANGAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (%)
Sumber: Website BPS Provinsi DKI Jakarta dan BPS RI 2015-2020
0
5
10
0
2000
4000
6000Fe
b
Agu
s
Feb
Agu
s
Feb
Agu
s
Feb
Agu
s
Feb
Agu
s
Feb
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah Angkatan Kerja (AK) ribu orang
Jumlah Penduduk Bekerja ribu orang
Jumlah PENGANGGURAN ribu orang
TPT %
TABEL 1.1
INDIKATOR TERPILIH
Sumber: Website BPS Provinsi DKI Jakarta 2015-2020
AGUSTUS 2020 5
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional Bab 1
AGUSTUS 2020 6
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional Bab 1
AGUSTUS 2020 7
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional Bab 1
AGUSTUS 2020 %5
5
Bab 3 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Provinsi DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ibukota memiliki peran sangat penting
terhadap pengelolaan APBN secara nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana APBN
baik pendapatan maupun belanja negara dikelola oleh kementerian dan lembaga yang
berlokasi di Jakarta. Postur APBN lingkup Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
TABEL 2.1
PAGU DAN REALISASI APBN S.D. TRIWULAN II TAHUN 2020 DAN TAHUN 2019 (dalam miliar)
URAIAN
TAHUN 2020 TAHUN 2019 +/- PERSEN REALISASI 2020-2019 PAGU REALISASI % PAGU REALISASI %
A. Pendapatan Negara 439,484.11 502,270.81 -12.50
I . Penerimaan Dalam Negeri
439,484.11 502,270.81 -12.50
3. Penerimaan Pajak 371,751.27 441,298.19 -15.76
4. Pnbp 67,732.84 60,972.62 11.09
II. Hibah
B. Belanja Negara 539,232.04 217,392.12 40.32 514,452.89 186,441.30 36.24 16.60
I . Belanja Pemerintah Pusat
523,991.95 208,178.78 39.73 495,015.03 178,469.25 36.05 16.65
1. Belanja Pegawai
98,270.86 42,292.65 43.04 97,846.41 45,582.78 46.59 -7.22
2. Belanja Barang 183,663.42 51,057.30 27.80 182,288.51 50,076.25 27.47 1.96
3. Belanja Modal 72,158.00 15,694.56 21.75 101,747.10 12,498.02 12.28 25.58
4. Belanja Bantuan Sosial
169,899.67 99,134.27 58.35 113,133.00 70,312.20 62.15 40.99
II. Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa
1. Transfer Ke Daerah
15,240.09 9,213.34 60.45 19,437.86 7,972.05 41.01 15.56
a . Dana Perimbangan
15,177.48 9,179.27 60.48 19,380.68 7,943.46 40.99 15.56
1) Dana Bagi Hasil 11,947.22 7,841.50 65.63 16,224.37 6,489.46 40.00 20.83
2) Dana Alokasi Khusus Fisik
26.67 0.02 0.07 9.30 0.00
3) Dana Alokasi Khusus Non Fisik
3,203.79 1,337.75 41.76 3,147.01 1,454.00 46.20 -8.00
b. Dana Insentif Daerah
62.61 34.07 54.42 57.18 28.59 50.00 19.17
C. Surplus Defisit 222,091.99 315,829.51 -29.68 Sumber: OMSPAN, MEBE dan SIMTRADA, diolah, diakses 24 Juli 2020
Realisasi pendapatan pemerintah pusat triwulan II tahun 2020 menurun 12,50% dibandingkan
realisasi triwulan II tahun 2019. Penurunan penerimaan pemerintah terjadi akibat dampak
pandemi dan pembatasan aktivitas perekonomian. Realisasi belanja pemerintah pusat untuk
K/L pada triwulan II 2020 tercapai sebesar 39,73% mengalami kenaikan dibanding realisasi
5
AGUSTUS 2020 6
Bab 2 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
belanja pada triwulan II tahun 2019 sebesar 36,05%. Realisasi transfer ke daerah mengalami
kenaikan sebesar 15.57% yaitu telah mencapai 60,45% dari pagu dibanding realisasi tahun
sebelumnya sebesar 41,01%. Berbeda dengan penerimaan yang menurun, kenaikan realisasi
belanja pemerintah pusat mencerminkan kebijakan fiskal ekspansif berupa pemberian
stimulus fiskal untuk menopang pemulihan ekonomi nasional. Di tingkat nasional stimulus
fiskal nasional mencapai 4,2 % PDB.
Keberhasilan penanganan krisis ekonomi yang berasal dari krisis kesehatan sejatinya
bersumber dari keberhasilan penanganan COVID-19. Namun upaya penemuan vaksin masih
berlangsung maka dukungan ekspansi fsikal dalam konteks Pemuluhan Ekonomi Nasional
menjadi penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
A. Pendapatan Negara
Dibandingkan dengan triwulan II tahun 2019, total penerimaan negara pada triwulan II tahun
2020 turun sebesar 12,50%. Angka tersebut merupakan kontribusi dari penurunan
penerimaan pajak sebesar 15,76% dan peningkatan penerimaan negara bukan pajak 11,09%.
1. Penerimaan Perpajakan
Realisasi penerimaan pajak pada triwulan II 2020 sebesar Rp371,75 triliun atau sebesar
59,4%% dari penerimaan pajak secara nasional sebesar Rp624,9 triliun, dengan rincian:
a) Pajak Penghasilan (PPh)
Realisasi penerimaan PPh sebagaimana grafik 2.1 pada triwulan II tahun 2020 turun
15,35% dibandingkan realisasi triwulan II tahun 2019, mencapai Rp226,69 triliun atau
68,6% dari realisasi nasional sebesar Rp330,3 triliun. Penurunan PPh terjadi seiring
dengan aktivitas perekonomian yang melambat. Penurunan PPh di Provinsi DKI
Jakarta mengakibatkan penurunan
total pendapatan Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta yang signifikan, karena
PPh adalah elemen perpajakan yang
mendominasi keseluruhan pajak di
wilayah DKI Jakarta.
Kontribusi terbesar penerimaan pajak
penghasilan berasal dari PPh Pasal 25
Badan sebesar Rp70,84 triliun dan
PPh Pasal 21 sebesar Rp38,35 triliun.
b) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
0
20
40
60
80
Jan Peb Mar Apr Mei Jun
PPh Ps 25
PPh Ps 21
PPh Final
Total PPh
GRAFIK 2.1
REALISASI PENERIMAAN PPH TRIWULAN II TAHUN 2020
(DALAM TRILIUN)
Sumber: OMSPAN, diolah, diakses 24 Juli 2020
AGUSTUS 2020 7
Bab 2 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Realisasi PPN dan PPnBM pada triwulan II tahun 2020 turun 16,27% dari tahun
sebelumnya, mencapai Rp127,88 triliun setara 67,4% dari realisasi nasional sebesar
Rp189,5 triliun.
Penerimaan PPN dan PPnBM
berasal dari aktivitas perdagangan
barang/jasa dalam negeri maupun
impor, sumbangan terbesar PPN
dan PPnBM adalah PPN Impor
sebesar Rp70,03 triliun. Aktivitas
perekonomian dan perdagangan
internasional yang melambat
menjadi penyebab penurunan PPN
dan PPnBM di Jakarta.
c) Penerimaan Bea dan Cukai
Realisasi penerimaan bea cukai triwulan II tahun 2020 sebesar Rp7,9 triliun, yang
mengalami penurunan sebesar 8,97% dibanding tahun sebelumnya. Realisasi
tersebut memberikan kontribusi terhadap penerimaan Bea Cukai nasional sebesar
10,4% atau senilai Rp75,4 triliun. Kontributor tertinggi penerimaan bea berasal dari
penerimaan bea masuk sedangkan penerimaan cukai bersumber dari cukai hasil
tembakau.
Dalam rangka mengurangi dampak
pandemi COVID-19 di sektor dunia
usaha pemerintah mengeluarkan
kebijakan fiskal perpajakan antara lain
berupa insentif atau penurunan tarif
sebagaimana diatur dalam PP 29
Tahun 2020, PP 30 Tahun 2020, dan
PMK.86/PMK.03/2020 yaitu PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah, PPh UMKM
Ditanggung Pemerintah, Pembebasan PPh Pasal 22 Impor, Pengurangan Angsuran
PPH Pasal 25 sebesar 30%, dan Pengembalian Pendahuluan PPN.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Realisasi penerimaan PNBP pada triwulan II 2020 sebesar Rp67,73 triliun atau sebesar
36,71% dari penerimaan PNBP secara nasional sebesar Rp184,5 triliun. Kenaikan PNBP
ditopang adanya penerimaan BLU yang meningkat dari Pendapatan Dana Perkebunan
Sawit sebesar Rp3,58 triliun dan Pendapatan Pengelolaan Dana Pengembangan
0
5
10
15
20
25
30
Jan Peb Mar Apr Mei Jun
PPN Impor
PPN DalamNegeri
Total PPNdanPPnBM
0
1
2
J A N P E B M A R A P R M E I J U N
Bea Total Bea dan Cukai
GRAFIK 2.2
REALISASI PENERIMAAN PPN DAN PPNBM TRIWULAN II
TAHUN 2020 (DALAM TRILIUN)
Sumber: OMSPAN, diolah, diakses 24 Juli 2020
Sumber: OMSPAN, diolah, diakses 24 Juli 2020
GRAFIK 2.3
REALISASI PENERIMAAN BEA DAN CUKAI TRIWULAN II TAHUN 2020 (DALAM TRILIUN)
AGUSTUS 2020 8
Bab 2 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Pendidikan Nasional Rp1,02 triliun. Rincian PNBP triwulan II 2020 adalah sebagai
berikut:
a) Penerimaan Pendapatan Sumber Daya Alam
Realisasi penerimaan SDA sampai dengan triwulan II tahun 2020 turun sebesar
20,09% dibandingkan dengan triwulan II tahun 2019 yang mencapai Rp12,10 triliun
(22,2% dari realisasi nasional).
Kontributor terbesar penerimaan
SDA adalah iuran produksi/royalty
pertambangan batubara sebesar
Rp6.56 triliun.
Komponen utama Penerimaan SDA
di Provinsi DKI Jakarta adalah iuran
produksi/royalty pertambangan batubara. Iuran produksi/royalty dimaksud yang
mengalami penurunan 31,5% yang berpengaruh terhadap penurunan realisasi
penerimaan SDA secara nasional.
b) Pendapatan Badan Layanan Umum
Realisasi penerimaan BLU sampai
dengan triwulan II tahun 2020 mengalami
kenaikan sebesar 34% dari tahun
sebelumnya, sebesar Rp13.24 triliun
yang setara 43,2% dari realisasi nasional
sebesar Rp30,6 triliun. Kenaikan
penerimaan BLU ditopang adanya
Pendapatan Dana Perkebunan Sawit
sebesar Rp3,58 triliun dan Pendapatan
Pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional Rp1,02 triliun.
c) Penerimaan PNBP Lainnya
PNBP Lainnya adalah penerimaan
Kementerian/Lembaga yang berasal
dari sumber PNBP selain
penerimaan sumber daya alam dan
penerimaan BLU.
Realisasi penerimaan PNBP
Lainnya triwulan II tahun 2020 naik
17.95% dibanding tahun
0
2
4
Jan Peb Mar Apr Mei Jun
IP Batubara
IP Lainnya
Total SDA
0
2
4
6
8
10
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Layanan RS
Dana Pendidikan
LayananPerbankanTotal Pend. BLU
02468
101214
Jan Peb Mar Apr Mei jun
Batubara ObligasiUang BI Total PNBP Lainnya
Sumber: OMSPAN, diolah, diakses 24 Juli 2020
GRAFIK 2.4
REALISASI PENERIMAAN SDA TRIWULAN II TAHUN 2020
(DALAM TRILIUN)
Sumber: OMSPAN, diolah, diakses 24 Juli 2020
GRAFIK 2.5
REALISASI PENDAPATAN BLU S.D. TRIWULAN II
TAHUN 2020 (DALAM TRILIUN)
GRAFIK 2.6
PNBP LAINNYA S.D. TRIWULAN II TAHUN 2020 (DALAM TRILIUN)
Sumber: OMSPAN, diolah, diakses 24 Juli 2020
AGUSTUS 2020 9
Bab 2 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
sebelumnya, yang tercatat Rp42,39 triliun atau setara 79,69% realisasi nasional
sebesar Rp53,2 triliun. Realisasi PNBP Lainnya tersebut utamanya ditopang oleh
Penjualan Hasil Tambang Batubara, Pendapatan atas Penempatan Uang Negara
pada Bank Indonesia, Pendapatan Premium Obligasi Negara Dalam Negeri dan
pendapatan izin penggunaan spektrum radio.
B. Belanja Negara
1. Belanja Pemerintah Pusat
Pandemi COVID-19 yang semakin meluas membuat pemerintah melakukan relaksasi
APBN dari Perpres 54 Tahun 2020 tanggal 3 April 2020 dilakukan relaksasi kembali
Perpres 72 Tahun 2020 tanggal 25 Juni 2020. Dalam Perpres dimaksud pemerintah
merelaksasi aturan fiskal menjadi 6,34% (Perpres 72 tahun 2020) dan meningkatkan pagu
belanja APBN. Peningkatan pagu untuk Kementerian/Lembaga Provinsi DKI Jakarta
mengalami kenaikan alokasi belanja sebesar 0,22% dari Rp522,86 triliun menjadi
Rp523,99 triliun.
Realisasi belanja pemerintah pusat Kementerian/Lembaga lingkup Provinsi DKI Jakarta
sampai dengan triwulan II 2020 mencapai 39.73% atau sebesar Rp208,17 triliun, yang
setara 31,13% realisasi nasional sebesar Rp668,5 triliun.
GRAFIK 2.7
REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT S.D. TRIWULAN II TAHUN 2020 (DALAM TRILIUN)
Realisasi belanja yang paling tinggi adalah belanja bantuan sosial yang mencapai 58,35%,
yang berupa pencairan bantuan kepada masyarakat miskin melalui Program Keluarga
Harapan, bantuan pangan non tunai dan Program Indonesia Pintar serta penanganan
dampak wabah COVID-19. Signifikansi kenaikan pagu dan realisasi belanja bansos
sejalan dengan prioritas pemerintah pusat di masa pendemi COVID-19 bahwa anggaran
diprioritaskan untuk kesehatan, jaring pengaman sosial dan program dukungan dunia
usaha. Realisasi terbesar berikutnya adalah Belanja Pegawai sebesar 43,04%, Belanja
Barang 27.80% dan Belanja Modal 21.75%.
2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Realisasi dana transfer ke daerah sampai dengan triwulan II tahun 2020 mencapai Rp7,97
triliun atau 41% dari pagu transfer, yang setara 2,3% realisasi nasional sebesar Rp400,4
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
0
20
40
60Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Sumber: MEBE, diolah, diakses 24 Juli 2020
AGUSTUS 2020 10
Bab 2 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
triliun. Realisasi dana transfer untuk Provinsi DKI Jakarta terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana
Insentif Daerah dan Dana Alokasi Khusus. Alokasi transfer ke daerah pada Provinsi DKI
Jakarta sebesar 1,99% dari total dana transfer secara nasional sebesar Rp763,9 triliun.
Alokasi dana transfer sangat kecil karena Provinsi DKI Jakarta telah memiliki kemandirian
dalam pembiayaan pemerintahan daerahnya yang berasal dari Penerimaan Asli Daerah
(PAD).
3. Pengelolaan BLU
Sampai dengan triwulan II 2020 jumlah
satuan kerja BLU pusat di Provinsi DKI
Jakarta sebanyak 46 satuan kerja. Realisasi
belanja BLU tercatat sebesar Rp15,28 triliun
atau 56,23% dari pagu sebesar Rp27,18
triliun sebagaimana terlihat pada grafik 2.8.
Kontribusi realisasi BLU ditopang oleh
Belanja Barang sebesar 99,27% dan Belanja
Modal sebesar 0,73%.
4. Manajemen Investasi Pusat
Sampai dengan semester I 2020 investasi pemerintah pusat yang direkonsiliasi oleh Kanwil
DJPb Provinsi DKI Jakarta bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta/BUMD/Koperasi
sebanyak enam pinjaman dengan rincian sebagai berikut:
TABEL 2.2
OUTSTANDING PINJAMAN LINGKUP PROVINSI DKI JAKARTA S.D. TRIWULAN II TAHUN 2020
No. Nomor Pinjaman Tanggal
Pinjaman Loan Id
Jumlah Hak Tagih
Rp/JPY Debitur Status
1. SLA-876/DP3/ 1996 14/02/1996 2117201 - Pemprov DKI
Sudah Lunas
2. AMA-363/SLA-607/DSMI
19/02/2010 2077401 - PDAM DKI Sudah Lunas
3. SLA-1247/DSMI/2012
16/05/2012 2219001 IDR404.060.430.437,67 Pemprov DKI
Belum jatuh tempo
4. SLA-1263/DSMI/2016
04/02/2016 2241001 JPY52.409.555.431,00 Pemprov DKI
Belum jatuh tempo
5. 2001601/RDI-259/DP3/1993
30/01/1993 2001601 Rp24,607,256,887.45 Koperasi Pembiayaan IndonesiaI
Macet
6. 2057201/11/004/PP 22/05/1978 2057201 Rp575,742,272.95 PD Dharma Jaya
Macet
Pembayaran pokok dan biaya lainnya berdasarkan data kartu piutang Aplikasi SLIM
Koperasi Pembiayaan Indonesia (KPI) dan PD Dharma Jaya telah macet sejak 31
Desember 2006. Pada saat rekonsiliasi periode semester I 2020 PD Dharma Jaya telah
-5.0000
.0000
5.0000
10.0000
15.0000
J A N P E B M A R A P R M E I J U N
GRAFIK 2.8
REALISASI BELANJA SATUAN KERJA BLU PUSAT S.D. TRIWULAN II TAHUN 2020 (DALAM TRILIUN)
Sumber: MEBE , diolah, diakses 24 Juli 2020
Sumber : SLIM, diakses 24 Juli 2020
AGUSTUS 2020 11
Bab 2 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
diingatkan kembali untuk segera menyelesaikan permasalahan tersebut dengan
berkoordinasi dengan Direktorat Sistem Manajemen Investasi.
Investasi pemerintah juga dilakukan dalam
bentuk pemberian pinjaman kepada BUMN
dalam rangka pengembangan usaha dan
restrukturisasi sebagaimana grafik 2.9.
Sampai dengan triwulan II tahun 2020
terdapat 27 BUMN lingkup wilayah Provinsi
DKI Jakarta yang mendapatkan pinjaman
dengan total 141 perjanjian. Dari 27 BUMN
saat ini PT. PLN merupakan debitur dengan
jumlah hak tagih pemerintah terbesar yaitu
Rp40,95 triliun atau 52,96%.
Investasi pemerintah pusat lainnya adalah berupa pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR)
bekerjasama dengan pihak perbankan dan Pembiayaan Ultra Mikro (Umi) melalui
Lembaga penyalur. Pinjaman KUR jumlah debitur sebanyak 32.746 dengan realisasi
Rp1,32 triliun dan jumlah debitur UMi sebanyak 487.773 dengan realisasi Rp1,45 triliun
(sumber: aplikasi SIKP, 2020).
C. Prognosis Realisasi APBN sampai dengan Akhir Tahun 2020
Berdasarkan tren realisasi pendapatan APBN dalam triwulan IV 2019, dan triwulan II tahun
2020, realisasi pendapatan pada triwulan IV tahun 2020 diperkirakan mencapai
Rp1.058,68 tiliun, namun dengan adanya wabah pandemi COVID-19 selaras dengan
prediksi penurunan pendapatan secara nasional sebesar 13,6% maka realisasi pedapatan
diperkirakan akan sebesar Rp914,69 triliun. Adapun, berdasarkan tren realisasi belanja
triwulan s.d. IV tahun 2019 dan juga capaian realisasi pada triwulan II tahun 2020, realisasi
belanja sampai dengan triwulan IV tahun 2020 diperkirakan mencapai Rp498.20 triliun atau
92,39% dari pagu belanja.
TABEL 2.3
PERKIRAAN REALISASI APBN S.D. TRIWULAN IV TAHUN 2020 (DALAM MILIAR)
Uraian Pagu
Realisasi s.d. Triwulan II Tahun 2020
Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV 2020
Rp % Realisasi Rp % Perkiraan
Realisasi
Pendapatan Negara -- 439.484,11 -- 1.058,682,43 --
Belanja Negara 539.232,04 217.392,12 40,32% 498.209,43 92,39%
Surplus/Defisit -- 222.091,99 -- 560.473 --
Sumber: OMSPAN, MEBE dan SIMTRADA, diolah, diakses 24 Juli 2020
Sumber : Aplikasi SLIM, diolah, diakses 24 Juli 2020
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0.005,000.00
10,000.0015,000.0020,000.0025,000.0030,000.0035,000.0040,000.0045,000.00
GRAFIK 2.9
OUTSTANDING PINJAMAN BUMN S.D. TRIWULAN II
TAHUN 2020
AGUSTUS 2020 12
Bab 2 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
AGUSTUS 2020 13
Bab 2 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
AGUSTUS 2020 14
Bab 2 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
AGUSTUS 2020 12
Bab 2 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
APBD Provinsi DKI Jakarta triwulan II tahun 2020 mengalami keterpurukan akibat adanya
pandemi COVID-19. Banyak kegiatan perekonomian yang terhambat yang berpengaruh pada
penerimaan pajak yang menjadi sumber utama pendapatan DKI Jakarta. Akibatnya
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus merelokasi anggaran, yakni
pengurangan/pemotongan anggaran di berbagai sektor belanja baik belanja langsung
maupun tidak langsung.
TABEL 3.1
REALISASI APBD S.D. TRIWULAN II TAHUN 2020 DAN TAHUN 2019 (DALAM MILIAR)
Sumber : Dashboard EIS-BPKD Provinsi DKI Jakarta, diolah, diakses 18 Juli 2020
Sampai dengan akhir triwulan II tahun 2020, realisasi pendapatan mencapai Rp23,76 triliun
atau 28,9% dari target Rp82,19 triliun dan menurun 6,68% jika dibandingkan dengan tahun
URAIAN Tahun 2020 Tahun 2019 Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
PENDAPATAN 82.195,99 23.757,49 28,90 74.776,74 25.294,67 33,83
Pendapatan Asli Daerah 57.561,16 14.057,58 24,42 50.624,33 17.231,94 34,04
Pendapatan Pajak Daerah 50.170,00 11.459,74 22,84 44.180,00 14.162,37 32,06 Retribusi Daerah 755,76 285,29 37,75 710,13 257,23 36,23
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan
750,00 341,28 45,50 757,63 288,53 38,08
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah 5.885,41 1.971,27 33,49 4.976,57 2523,79 50,71 Pendapatan Transfer 21,680,92 9.696,73 44,72 21.366,24 7,908.97 37,02
DBH Pajak/ Bukan Pajak 18.387,83 7.841,46 42,64 18.152,76 6.489,16 35,75
Dana Alokasi Khusus 3.230,47 1.821,20 56,38 3.156,30 1.391,22 44,08 Dana Penyesuaian dan Otsus 62,62 34,08 54,42 57,18 28,59 50,00
Lain-lain Pendapatan Yang Sah 2.953,91 3,18 0,11 2.786,17 153,76 5,52
Pendapatan Hibah 2.953,91 3,18 0,11 2.786,17 153,76 5,52 BELANJA 80.454,44 19.894,72 24,73 80.055,66 24.393,75 30,47
Belanja Pegawai 24.190,77 8.463,69 34,99 24.778,67 10.380,10 41,89
Belanja Bunga 76,00 31,56 41,53 76,00 29,12 38,32 Belanja Subsidi 5.579,19 1.021,11 18,30 4.846,26 551,96 11,39
Belanja Hibah 2.575,05 777,45 30,19 2.300,75 1.295,63 56,31
Belanja Bantuan Sosial 4.805,80 1.144,68 23,82 4.466,44 2.312,09 51,77
Belanja Bantuan Keuangan 563,91 98,24 17,42 - - - Belanja Tidak Terduga 2.897,26 1.475,11 50,91 552,47 0,24 0,04
Belanja Barang dan Jasa 23.679,83 6.499,87 27,45 24.679,69 8.287,10 33,58
Belanja Modal 16.086,61 383,01 2,38 18.355,38 1.537,51 8,38 SURPLUS/DEFISIT 1.741,56 3.862,77 221,80 (5.278,92) 900,92 117,07
Penerimaan Pembiayaan 5.760,15 1.203,97 20,90 11.895,00 0,00 0,00
SiLPA TA yang lalu 5.500,00 1.203,97 21,89 9.755,08 0,00 0,00 Penerimaan Pinjaman Daerah 260,15 0,00 0,00 2.139,92 0,00 0,00
Pengeluaran Pembiayaan 7.501,71 16,81 49,97 9.034,89 1.796,81 19,89
Penyertaan Modal (Investasi) 6.968,06 0,00 0,00 8.602,61 1.780,00 20,69 Pembayaran Pokok Utang 33,65 16,81 49,97 33,65 16,81 49,97
Pemberian Pinjaman Daerah 500,00 0,00 0,00 350,00 0,00 0,00
Pengeluaran Pembiayaan BLUD - - 48,62 0,00 0,00 PENDAPATAN + PENERIMAAN PEMBIAYAAN 87.956,15 24.961,46 28,38 86.671,74 25.294,67 29,18
BELANJA + PENGELUARAN PEMBIAYAAN 87.956,15 19.911,53 22,64 89.090,55 26.190,56 29,40
SiLPA 5.049,93 (895,89)
AGUSTUS 2020 13
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Bab 3 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
sebelumnya. Sama seperti penurunan target pendapatan APBN, penurunan realisasi
pendapatan APBD Provinsi DKI Jakarta diakibatkan penurunan aktivitas perekonomian dan
bisnis akibat pandemi.
Penurunan realisasi pendapatan tersebut berbanding lurus dengan realisasi anggaran belanja
yang juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 20,41% yakni mencapai
Rp19,89 triliun atau 18,44% dari pagu yang dianggarkan sebesar Rp80,45 triliun. Berbagai
macam usaha sudah dilakukan oleh pemerintah dalam menangani dampak dari COVID-19,
dan saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memfokuskan anggaran untuk penanganan
COVID-19 dan penanganan dampaknya pada sektor perekonomian.
A. Pendapatan Daerah
Pada tahun 2020 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menaikkan 9,9% target pendapatan
daerah sebesar menjadi Rp82,19 triliun dari tahun sebelumnya Rp74,78 triliun. Akan tetapi
kenaikan tersebut tidak selaras dengan realisasi pendapatan yang telah diterima dimana
sampai dengan akhir triwulan II realisasi pendapatan hanya mencapai Rp23,76 triliun atau
28,9% dari yang ditargetkan yakni turun sebesar Rp1,54 triliun atau 6,08% dari tahun
sebelumnya. Sementara pada tahun 2019 realisasi pendapatan dapat mencapai Rp25,29
triliun atau 33,83% dari yang ditargetkan. Hal tersebut disebabkan oleh dampak pandemi
COVID-19 terhadap perekonomian secara nasional serta kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Seiring dengan menurunnya realisasi pendapatan akibat pandemi COVID-19 tersebut,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengajukan peyesuaian APBD Tahun 2020 sesuai dengan
Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan nomor 119/2813/SJ dan
nomor 177/KMK.07/2020 dengan menerbitkan Surat Edaran Sekretaris Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 35/SE/2020 pada tanggal 29 Mei 2020 tentang Percepatan Penyesuaian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2020 dalam rangka penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19), serta pengamanan daya beli masyarakat dan perekonomian
nasional.
Pendapatan Daerah
Provinsi DKI Jakarta
bersumber dari tiga jenis
pendapatan yaitu
Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Pendapatan
Transfer (Dana
Perimbangan) dan Lain-
lain Pendapatan Yang
GRAFIK 3.1 PAGU DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH TRIWULAN II TAHUN 2020
Sumber : Dashboard EIS-BPKD Provinsi DKI Jakarta, diolah, diakses 18 Juli 2020
0%
20%
40%
60%
-
20,000
40,000
60,000
80,000
Pendapatan AsliDarah
Transfer Daerah Lain-lainPendapatan yang
Sahpagu realisasi %
AGUSTUS 2020 14
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Bab 3 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Sah. Sampai dengan triwulan II tahun 2020 secara persentase dari yang ditargetkan, tertinggi
adalah transfer daerah mencapai Rp9,7 triliun atau 44,72 dari target, menyumbangkan 40,84
dari total pendapatan daerah.
Akan tetapi penyumbang nilai penerimaan terbesar adalah PAD mencapai Rp14,06 triliun
mencapai 59,17% dari total pendapataan daerah, sedangkan lain-lain pendapatan yang sah
hanya menyumbang Rp 3,18 miliar atau 0,013%.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Meskipun pandemi COVID-19 telah berlangsung sejak triwulan I tahun 2020, Pendapatan
Asli Daerah (PAD) tetap menjadi sumber pendapatan tertinggi bagi Provinsi DKI Jakarta
sama seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan II tahun 2020
realisasi PAD mencapai sebesar Rp14,06 triliun atau 59,17% dari total realisasi
pendapatan DKI Jakarta. Namun angka tersebut turun sebesar 18,4% dari tahun
sebelumnya sebesar Rp17,23 triliun.
Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersumber dari empat
pendapatan dimana realisasi terbesar adalah pendapatan pajak daerah sebesar Rp11,46
triliun atau 81,52% dari total PAD. Realisasi pendapatan tertinggi kedua adalah lain-lain
pendapatan asli daerah sebesar Rp1,97 triliun atau 14,02% dari total PAD sedangkan dua
pendapatan lainnya hanya menyumbangkan sebesar 4,46% dari total PAD.
GRAFIK 3.2
KOMPOSISI REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TRIWULAN II TAHUN 2020
Sumber : Dashboard EIS-BPKD Provinsi DKI Jakarta, diolah, diakses 18 Juli 2020
2. Pendapatan Transfer / Dana Perimbangan
Disamping penerimaan dari PAD pendapatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga
berasal dana transfer dari pemerintah pusat yang pada tahun 2020 dianggarkan sebesar
Rp21,68 triliun tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya hanya naik sebesar 1,45%.
Anggaran pendapatan transfer tersebut berasal dari Dana Bagi Hasil Pajak maupun
Bukan Pajak (DBH Pajak/Bukan Pajak) Rp18,39 triliun, Dana Alokasi Khusus (DAK)
Rp3,23 triliun serta Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar Rp62,62 miliar.
Target dari setiap komponen pendapatan transfer tersebut rata-rata mengalami kenaikan
sebesar satu sampai sepuluh persen dari tahun sebelumnya.
AGUSTUS 2020 15
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Bab 3 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Sampai dengan triwulan II tahun 2020
realisasi pendapatan transfer/dana
perimbangan yang diperoleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta naik
22,63% dari tahun sebelumnya
mencapai Rp9,7 trliliun dan
menyumbangkan 40,82% dari total
realisasi pendapatan. Hal tersebut
merupakan stimulus fiskal bagi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam
mendukung kegiatan pemulihan
ekonomi akibat dampak COVID-19.
Kenaikan realisasi pendapatan
transfer/dana perimbangan tersebut terjadi pada semua komponen pendukung
pendapatan transfer yakni Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak/Bukan Pajak yang mencapai
Rp7,84 triliun mengalami kenaikan sebesar 20,8% dari tahun sebelumnya, Dana Alokasi
Khusus (DAK) mencapai Rp1,82 triliun naik sebesar 30,93% dari tahun sebelumnya serta
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Rp34,08 miliar naik 19,2% dari tahun
sebelumnya. Namun yang mempunyai kontribusi terbesar dari pendapatan transfer
adalah DBH Pajak/Bukan Pajak yaitu sebesar 80,82% dari total pendapatan transfer.
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Unsur pendapatan daerah selain dari Pajak Daerah dan Dana Transfer dari pemerintah
pusat juga berasal dari Lain-lain Pendapatan yang Sah, yaitu penerimaan hibah dalam
rangka pembangunan kereta Moda Raya Terpadu (MRT).
Anggaran penerimaan hibah tahun 2020 adalah sebesar Rp2,95 triliun tidak berbeda jauh
dengan yang ditargetkan pada tahun sebelumnya yakni naik sebesar 6,11%. Sedangkan
untuk realisasinya sampai dengan akhir triwulan II tahun 2020 hanya sebesar Rp3,18
miliar atau 0,11% dari yang ditargetkan. Angka tersebut turun jauh bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yakni -97,9% dalam periode yang sama.
B. Belanja Daerah
Belanja Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2020 dianggarkan sebesar Rp80,45
triliun relatif sama dengan tahun sebelumnya hanya bertambah 0,5%. Akan tetapi, sampai
dengan akhir triwulan II tahun 2020 realisasi menurun bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya pada periode yang sama yakni mencapai sebesar Rp19,89 triliun atau 24,73%
dari yang dianggarkan, sementara pada tahun 2019 dapat mencapai 30,47%.
GRAFIK 3.3
PERSENTASE TRANSFER DAERAH TERHADAP
PENDAPATAN DAERAH TRIWULAN II
TAHUN 2019 – 2020
Sumber : Dashboard EIS-BPKD Provinsi DKI Jakarta,
diolah, diakses 18 Juli 2020
76%
24%
71%
29%
Pendapatan Daerah Transfer Daerah
2019
2020
AGUSTUS 2020 16
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Bab 3 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
1. Klasifikasi Per Jenis Belanja
Terdapat sembilan jenis belanja pada APBD tahun 2020, dimana hanya tiga jenis belanja
yang mempunyai alokasi anggaran tertinggi yakni belanja pegawai sebesar 30,67%;
belanja barang dan jasa sebesar 29,43% dan belanja modal sebesar 22,47% dari total
belanja daerah, sementara sebesar 17,43% dialokasikan untuk enam jenis belanja yang
lain.
Sampai dengan triwulan II tahun
2020 realisasi belanja daerah
mencapai Rp19,89 triliun atau
24,73% turun sebesar 18,45% dari
tahun sebelumnya. Pencapaian
tertinggi terdapat pada belanja
pegawai Rp8,46 triliun
menyumbangkan 42,53% dari total
realisasi belanja daerah. Sedangkan
realisasi belanja terkecil adalah
belanja modal hanya mencapai
Rp383,01 miliar atau 2,38% dari
alokasi belanja modal dan menyumbangkan 1,92% dari total belanja daerah.
2. Klasifikasi Perurusan
APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020 terdiri dari 37 urusan belanja, namun terdapat
tiga urusan belanja yang memunyai alokasi terbesar yakni urusan keuangan sebesar
Rp16,76 triliun, urusan pendidikan sebesar Rp15,72 triliun dan urusan kesehatan sebesar
GRAFIK 3.4
REALISASI PER JENIS BELANJA TRIWULAN II TAHUN 2019 – 2020
Sumber : Dashboard EIS-BPKD Provinsi DKI Jakarta, diolah,
diakses 18 Juli 2020
(2,000)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,0002020 2019
GRAFIK 3.5
10 URUSAN PENYUMBANG REALISASI TERTINGGI TRIWULAN II TAHUN 2020 (DALAM TRILIUN)
Sumber : Dashboard EIS-BPKD Provinsi DKI Jakarta, diolah, diakses 18 Juli 2020
0 5 10 15 20
10. Keuangan
9. Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
8. Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman
7. Kehutanan
6. Pendidikan
5. Fungsi Lain Sesuai Ketentuan Perundang-Undangan
4. Ketenteraman Dan Ketertiban Umum Serta Perlindungan…
3. Lingkungan Hidup
2. Kesehatan
1. Kewilayahan
% thdp Pagu Realisasi Anggaran
AGUSTUS 2020 17
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Bab 3 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Rp10,36 triliun. Ketiga urusan belanja tersebut mempunyai alokasi sebesar 53,25% dari
total pagu belanja daerah yang telah dianggarkan sebesar Rp80,45 triliun.
Akan tetapi sampai dengan triwulan II tahun 2020 realisasi tertinggi terdapat pada 3
urusan yakni urusan kesehatan mencapai Rp5,9 triliun atau 57,83% dari belanja urusan
kesehatan, urusan pendidikan sebesar Rp5,25 triliun atau 33,4% dari belanja urusan
pendidikan serta urusan kewilayahan sebesar Rp3,38 triiun artau 61,4% dari pagu urusan
kewilayahan. Sementara urusan yang lainnya rata-rata mempunyai realisasi kurang dari
Rp2 triliun.
C. Prognosis Realisasi APBD sampai dengan Akhir Tahun 2020
Pelaksanaan anggaran daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2020 mengalami banyak tantangan
dikarenakan dampak perekonomian akibat pandemi COVID-19. Dengan asumsi pertumbuhan
ekonomi sampai dengan akhir tahun 0%, realisasi sampai dengan akhir tahun anggaran 2020
jika diproyeksikan terhadap realisasi pada triwulan I ke triwulan II tahun 2020 menghasilkan
prognosis pendapatan dan belanja daerah yang mengalami penurunan secara signifikan.
Prognosis realisasi pendapatan sebesar Rp50,54 triliun atau 59,33% dari target, turun 23,85%
dibandingkan dengan tahun 2019. Penurunan pendapatan tersebut didominasi oleh sektor
pajak akibat berhentinya hampir sebagian besar sektor perekonomian seperti restoran, pusat
perbelanjaan, tempat hiburan, dan perhotelan. Sedangkan prognosis belanja daerah sebesar
Rp43,8 triliun atau 54,44% dari anggaran yang dialokasikan, turun 29,11% dibandingkan
dengan tahun 2019. Penurunan belanja daerah ini merupakan penyesuaian dari penurunan
pendapatan daerah, akibat adanya kebijakan prioritas belanja untuk penanggulangan dampak
COVID-19. Untuk mengantisipasi capaian realisasi yang sangat rendah tersebut, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta telah mengambil langkah strategis dengan melakukan penyesuaian
APBD tahun 2020.
TABEL 3.2
PERKIRAAN REALISASI APBD S.D. TRIWULAN IV TAHUN 2020 (DALAM TRILIUN)
Sumber : Dashboard EIS-BPKD Provinsi DKI Jakarta, diolah, diakses 18 Juli 2020
Uraian Target/
Pagu
Realisasi s.d. TW I Realisasi s.d.
TW II Realisasi s.d.
TW III Perkiraan s.d.
TW IV
Rp % Rp % Rp % Rp %
Pendapatan Daerah 85,19 10,37 12,17 23,76 28,90 37,15 43,61 50,54 59,33
Belanja Daerah 80,45 7,99 9,93 19,89 24,73 31,79 39,51 43,80 54,44
Surplus/ Defisit 2,38 3,87 5,36 6,74
AGUSTUS 2020 18
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Bab 3 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
AGUSTUS 2020 17
Kajan Fiskal Regional Triwulan II
Bab 4
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran
Konsolidasian (APBD dan APBN)
AGUSTUS 2020 18
Kajan Fiskal Regional Triwulan II
Bab 4
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran
Konsolidasian (APBD dan APBN)
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian
Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara, perlu
mengkonsolidasikan data dan informasi keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dengan adanya informasi keuangan pemerintah konsolidasian, maka dapat dilihat kualitas
keuangan suatu daerah secara agregat, informasi tersebut sangat berguna terutama pada
masa pandemi COVID-19 saat ini.
Pada akhir triwulan II tahun 2020, pendapatan konsolidasian Provinsi DKI Jakarta yang
merupakan gabungan antara APBN dan APBD adalah sebesar Rp463,24 triliun mengalami
penurunan sebesar 12,2% dari tahun sebelumnya, sedangkan belanja konsolidasian
mengalami kenaikan sebesar 12,55% dari tahun sebelumnya yakni mencapai sebesar
Rp237,29 triliun. Dengan menurunnya pendapatan konsolidasian namun justru meningkat
dari sisi belanja konsolidasian menyebabkan nilai surplus juga turun sebesar Rp90,77 triliun
atau sebesar 28,66% dari tahun sebelumnya dalam periode yang sama.
TABEL 4.1
REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN TINGKAT WILAYAH PROVINSI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2019 - 2020 (DALAM MILIAR)
Uraian
Triwulan II Tahun 2020 Triwulan II
Tahun 2019
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan/
Penurunan Konsolidasi
Pendapatan Negara 439,484.11 23,757.49 463,241.60 (64,323.86) 527,565.46
Pendapatan Perpajakan 371,751.27 11,459.74 383,211.01 (72,249.55) 455,460.56
PNBP 67,732.84 2,597.84 70,330.68 6,288.51 64,042.17
Hibah - 3.18 3.18 (150.58) 153.76
Transfer - 9,696.73 9,696.73 1,787.76 7,908.97
Belanja Negara 217,392.12 19,894.72 237,286.84 26,451.79 210,835.05
Belanja Pemerintah 208,178.78 19,894.72 228,073.50 25,210.50 202,863.00
Transfer 9,213.34 - 9,213.34 1,241.29 7,972.05
Surplus/(Defisit) 222,091.99 3,862.77 225,954.76 (90,775.65) 316,730.41
Pembiayaan - 1,187.16 1,187.16 2,983.97 (1,796.81)
Penerimaan Pembiayaan
Daerah - 1,203.97 1,203.97 1,203.97 -
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
- 16.81 16.81 (1,780.00) 1,796.81
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran
222,091.99 5,049.93 227,141.92 (87,791.68) 314,933.60
Sumber : OMSPAN, MEBE dan SIMTRADA, diolah, diakses 16 Juli 2020 dan Dashboard EIS-BPKD Prov.DKI Jakarta, diolah, diakses 18 Juli 2020
AGUSTUS 2020 19
Kajan Fiskal Regional Triwulan II
Bab 4
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran
Konsolidasian (APBD dan APBN)
B. Pendapatan Konsolidasian
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Komposisi pendapatan pemerintah tahun
2020 hampir sama dengan tahun 2019.
Pendapatan konsolidasian Provinsi DKI
Jakarta di tahun 2020 masih didominasi
oleh pendapatan dari pemerintah pusat
hanya berkurang 0,34% dan pendapatan
daerah bertambah 0,34%. Akan tetapi
besaran nilai pendapatan pemerintah
tersebut turun dibandingkan tahun 2019,
yakni pendapatan pemerintah pusat turun
sebesar 12,5% sedangkan pendapatan
daerah turun sebesar 6,08%. Penurunan
pendapatan tersebut merupakan dampak
pandemi COVID-19 yang terutama terjadi
pada sisi penerimaan perpajakan.
2. Analisis Perubahan
Secara umum pendapatan
konsolidasian sampai dengan
triwulan II tahun 2020 turun
sebesar Rp64,32 triliun atau
12,19% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan klasifikasi sumber
penerimaan, kontributor
penerimaan negara terbesar
adalah penerimaan perpajakan
yang sampai dengan mencapai
82,72% dari total pendapatan
konsolidasian, turun sebesar
15,9% dari tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2019 dari keempat
komponen pendapatan konsolidasian sampai dengan triwulan II tahun 2020 yang
mengalami kenaikan adalah pendapatan negara bukan pajak sebesar Rp6,29 triliun dan
pendapatan transfer sebesar Rp1,79 triliun, sedangkan pendapatan perpajakan turun
sebesar Rp72,25 triliun dan pendapatan hibah sebesar Rp150,58 miliar.
GRAFIK 4.1
PERBANDINGAN KOMPOSISI PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH TRIWULAN II TAHUN 2019 - 2020 (DALAM TRILIUN)
Sumber : OMSPAN, MEBE dan SIMTRADA, diolah, diakses 16 Juli 2020 dan Dashboard EIS-BPKD Prov.DKI Jakarta, diolah, diakses 18 Juli 2020
94,87%95,21%
5,13%4,79%
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
2020 2019
Pusat Daerah
GRAFIK 4.2 PERUBAHAN KOMPOSISI PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
TRIWULAN II TAHUN 2019 - 2020 (DALAM TRILIUN)
Sumber : OMSPAN, MEBE dan SIMTRADA, diolah, diakses 16 Juli 2020 dan Dashboard EIS-BPKD Prov.DKI Jakarta, diolah, diakses 18 Juli 2020
-120%
-100%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
Perpajakan PNBP Hibah Transfer
2020 2019 % kenaikan/penurunan
6,08%
12,5%
AGUSTUS 2020 20
Kajan Fiskal Regional Triwulan II
Bab 4
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran
Konsolidasian (APBD dan APBN)
3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan konsolidasian
Pertumbuhan ekonomi Provinsi DKI Jakarta periode triwulan II tahun 2020 turun drastis
mencapai -8,22. Pertumbuhan ekonomi tersebut menurun sebesar 13,93 poin dari tahun
sebelumnya yang mencapai 5,71. Sementara pada periode yang sama pendapatan yang
diterima pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga mengalami penurunan yang
signifikan terutama pada pendapatan perpajakan yang hanya mencapai Rp383,21 triliun
atau berkurang 15,86% dari tahun sebelumnya.
Penurunan pendapatan perpajakan tersebut sebagian besar disebabkan dampak dari
pandemi COVID-19 yang mengakibatkan tekanan besar pada pendapatan pajak
pemerintah pusat khususnya pada sektor migas dimana harga minyak turun drastis
(antara news.com, 16 Juni 2020).
TABEL 4.2 REALISASI PENDAPATAN KONSOLIDASIAN PEMPUS DAN PEMDA DI WILAYAH PROVINSI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2019 DAN 2020 (DALAM TRILIUN)
Uraian
Triwulan II tahun 2020 Triwulan II tahun 2019
Realisasi Kenaikan/
Penurunan
Realisasi Kenaikan/
Penurunan
Penerimaan Perpajakan 383.21 -15.86% 455.46 8.82%
PNBP 70.33 9.82% 64.04 -30.98%
Total 453.54 -12.70% 519.5 1.59%
Pert. Ekonomi 5.06 -11.38% 5.71 -3.71% Sumber : OMSPAN, MEBE dan SIMTRADA, diolah, diakses 16 Juli 2020, Dashboard EIS-BPKD Prov.DKI Jakarta, diolah, diakses 18 Juli 2020, dan Website BPS RI
C. Belanja Konsolidasian
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Sampai dengan triwulan II tahun 2020 realisasi
belanja konsolidasian mencapai Rp 237,29
triliun naik sebesar 12,55% dari tahun
sebelumnya. Kenaikan tersebut merupakan
kontribusi dari belanja pemerintah pusat
sebesar Rp217,39 triliun naik 16,6%,
sedangkan belanja pemerintah daerah justru
mengalami penurunan sebesar 18,44% atau
mencapai Rp19,89 triliun. Adapun pencapaian
realisasi tertiggi adalah belanja bantuan sosial
sebesar Rp100,28 triliun atau 42,26% dari total
belanja konsolidasian.
GRAFIK 4.3
PERBANDINGAN KOMPOSISI BELANJA DAN TRANSFER
PADA TRIWULAN II TAHUN 2019 - 2020
Sumber : OMSPAN, MEBE dan SIMTRADA, diolah, diakses 16 Juli 2020 dan Dashboard EIS-BPKD Prov.DKI Jakarta, diolah, diakses 18 Juli 2020
90,84%87,59%
8,31%
11,46%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
2020 2019
Pusat Daerah
AGUSTUS 2020 21
Kajan Fiskal Regional Triwulan II
Bab 4
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran
Konsolidasian (APBD dan APBN)
2. Analisis Perubahan
Realisasi belanja pemerintah sampai dengan triwulan II tahun 2020 dikonsentrasikan
dalam rangka mendukung penanganan dampak COVID-19 baik dari sisi kesehatan, sosial
dan ekonomi. Kenaikan tertinggi terdapat pada belanja bantuan sosial dengan kenaikan
sebesar Rp27,65 triliun atau 38,08% namun kenaikan tersebut merupakan kontribusi dari
belanja pemerintah pusat, dimana pada belanja daerah bantuan sosial menurun sebesar
50,49% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah
menyiapkan alokasi dana penanggulangan dampak COVID-19 yang dimasukkan dalam
pos Belanja Tak Terduga (BTT) dan bukan dari pos belanja bantuan sosial (Merdeka.com,
8 Mei 2020). Dimana sampai dengan triwulan II tahun 2020 realisasi belanja tak terduga
mencapai Rp1,47 triliun meningkat 614,53% dari tahun 2019.
Sedangkan realisasi jenis belanja yang mengalami penurunan signifikan adalah belanja
pegawai yakni turun sebesar Rp5,21 triliun dari tahun sebelumnya, untuk belanja
pemerintah pusat turun sebesar 7,22% sedangkan dari belanja daerah turun sebesar
18,46%. Penurunan belanja pemerintah pusat disebabkan adanya kebijakan pembatasan
pemberian THR tahun 2020 sebagaimana tercantum dalam PP Nomor 24 Tahun 2020.
Sedangkan pada belanja pemerintah daerah penurunan belanja pegawai disebabkan
Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) ASN Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kurang lebih 25%
direlokasikan untuk melindungi anggaran bantuan sosial, dan 25% berikutnya ditunda
pemberiannya untuk dialihkan sementara pada darurat penangan Covid-19 (Suara.com, 2
Juli 2020)
3. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Indikator Ekonomi Regional
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengambil kebijakan fiskal yang komprehensif dalam
menghadapi COVID-19. Baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah melakukan
GRAFIK 4.4
PERUBAHAN KOMPOSISI BELANJA KONSOLIDASIAN TRIWULAN II TAHUN 2019 DAN 2020
Sumber : OMSPAN, MEBE dan SIMTRADA, diolah, diakses 16 Juli 2020 dan Dashboard EIS-BPKD Prov.DKI Jakarta, diolah, diakses 18 Juli 2020
(10,000) (5,000) - 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000
- 20,000 40,000 60,000 80,000
100,000 120,000
2020 2019 Perubahan
AGUSTUS 2020 22
Kajan Fiskal Regional Triwulan II
Bab 4
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran
Konsolidasian (APBD dan APBN)
realokasi anggaran belanja yang dialihkan untuk penanganan/pengendalian COVID-19,
perlindungan sosial (social safety net) dan insentif dunia usaha yang direalokasi dari anggaran
perjalanan dinas, belanja non-operasional serta honorarium.
Penguatan penanganan COVID-19, dilakukan dengan menyediakan fasilitas dan alat
kesehatan, obat-obatan, insentif tim medis yang menangani pasien COVID-19 dan kebutuhan
lainnya. Social safety net diberikan untuk meningkatkan daya beli masyarakat melalui
program keluarga harapan (PKH), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Sembako dan beras
sejahtera. Sedangkan insentif dunia usaha dilakukan untuk membantu pelaku usaha
khususnya UMKM dimana pemerintah memberikan berbagai stimulus antara lain
restrukturisasi kredit serta pemberian subsidi bunga/subsidi margin bagi pelaku usaha mikro,
kecil dan menengah.
D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
1. Nilai Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB
Nilai kontribusi belanja pemerintah terhadap PDRB sampai dengan triwulan II tahun 2020
sebesar 32,43%. Nilai kontribusi tersebut biasa disebut sebagai ukuran pemerintah atau
size of government yang meningkat dibandingkan dengan tahun 2019 yang mencapai
30%. Kenaikan konsumsi pemerintah tersebut berkontribusi terhadap PDRB DKI Jakarta
Triwulan II 2020 dari sisi pengeluaran, yaitu Komponen Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah yang tumbuh 12,55% berpengaruh terhadap PDRB yang tumbuh 4,03%.
Kenaikan konsumsi pemerintah tersebut disebabkan meningkatnya realisasi belanja
bantuan sosial dalam rangka penanggulangan COVID-19 yakni meningkat sebesar
38,08% dari tahun sebelumnya.
2. Nilai kontribusi investasi pemerintah terhadap PDRB
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat realisasi investasi Rp30,1 triliun atau setara
dengan 15,7% dari total investasi pada triwulan II tahun 2020, menempati posisi pertama
disusul Jawa Barat dengan capaian Rp 28 triliun dan Jawa Timur sebesar Rp19,6
triliun.(bkpm.go.id, diunduh 30 Juli 2020).
Nilai kontribusi investasi pemerintah terhadap PDRB adalah sampai dengan triwulan II
tahun 2020 sebesar 4,11%. Investasi tersebut berupa Belanja Modal pemerintah pusat
yang sampai dengan triwulan II 2019 direalisasikan sebesar Rp15,69 triliun. Sebagian
besar realisasi belanja modal pemerintah pusat digunakan untuk peralatan dan mesin
yang mencapai 69,34% dari total realisasi belanja modal. Sedangkan untuk gedung dan
bangunan sebesar 9,37% serta jalan dan jembatan sebesar 8,25% sedangkan sisanya
sebesar 13,4% digunakan untuk 51 jenis belanja modal lainnya.
AGUSTUS 2020 23
Kajan Fiskal Regional Triwulan II
Bab 4
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran
Konsolidasian (APBD dan APBN)
1. Analisis Share
Provinsi DKI Jakarta merupakan Provinsi yang memiliki nilai share tertinggi dari ke -13 sampel Provinsi.
Tingginya nilai share ini menggambarkan bahwa Pendapatan Asli Daerah yang dimiliki oleh Provinsi DKI
Jakarta telah mampu membiayai 27,3% dari total belanja yang dikeluarkan.
No Provinsi Share
1 DKI Jakarta 72.30
2 Bal i 44.28
3 Jawa Barat 35.48
4 Jawa Timur 28.20
5 Jawa Tengah 27.02
6 D.I. Yogyakarta 26.47
7 Ka l imantan Timur 23.58
8 Sulawesi Selatan 21.25
9 Riau 20.28
10 Nusa Tenggara Barat 17.31
11 Aceh 11.55
12 Maluku 8.86
13 Papua 5.30
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi DKI Jakarta mengalami pertumbuhan setiap tahun rata-rata
sebesar 2,54%, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar kebutuhan belanja Provinsi DKI Jakarta dapat
dibiayai dari pendapatan asli daerah. Sehingga dengan adanya bantuan transfer daerah/dana
perimbangan dari Pemerintah Pusat yang setiap tahun rata-rata sebesar 27,24% dari tortal belanja,
Provinsi DKI Jakarta telah mampu membiayai seluruh belanja yang dikeluarkan dari tahun ke tahun. Fakta
ini yang menjadikan provinsi DKI Jakarta meraih peringkat pertama dalam aspek kemandirian.
2. Analisis Growth
Akibat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, pertumbuhan ekonomi sebagian besar provinsi di
Indonesia mengalami kontraksi. Dari 13 data sampel Provinsi DKI Jakarta menempati urutan ke -12 hal
tersebut dikarenakan Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah episentrum sehingga menjadi provinsi yang
paling terdampak COVID-19. Sampai dengan tahun 2019 Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi yang
memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dibanding provinsi lainnya, namun pada triwulan II
tahun 2020 turun drastis yakni -8,22% tahun dari tahun sebelumnya dengan periode yang sama,
sebanding dengan PAD yang juga mengalami penurunan akibat COVID-19.
No Provinsi Growth
1 Papua 4.52
2 Maluku 0.92
3 Nusa Tenggara Barat (1.41)
4 Aceh (1.82)
5 Riau (3.22)
6 Sulawesi Selatan (3.87)
7 Kal imantan Timur (5.46)
8 Jawa Timur (5.90)
9 Jawa Tengah (5.94)
10 Jawa Barat (5.98)
11 D.I. Yogyakarta (6.74)
12 DKI Jakarta (8.22)
13 Bal i (10.98)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
2016 2017 2018 2019 2020
DKI Jakarta dalam triliun
TKDD PAD Belanja Daerah
-10
-5
0
5
10
-
5.00
10.00
15.00
20.00
2016 2017 2018 2019 2020
TKDD
PAD
Pertumbuhan konomi
AGUSTUS 2020 24
Kajan Fiskal Regional Triwulan II
Bab 4
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran
Konsolidasian (APBD dan APBN)
AGUSTUS 2020 25
Kajan Fiskal Regional Triwulan II
Bab 4
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran
Konsolidasian (APBD dan APBN)
AGUSTUS 2020 26
Kajan Fiskal Regional Triwulan II
Bab 4
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran
Konsolidasian (APBD dan APBN)
AGUSTUS 2020 23
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Bab 5 Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih
KEBIJAKAN REGIONAL PENANGANAN COVID-19 DI EPISENTRUM PANDEMI
Seiring dengan meluasnya pandemi COVID-19, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan
ekspansi fiskal yang mengakibatkan peningkatan belanja utamanya belanja bantuan sosial
dan belanja subsidi. Sebagai episentrum pandemi COVID-19, Provinsi DKI Jakarta memiliki
tingkat insiden tertular dan meninggal yang cukup besar secara relatif di Indonesia. Melalui
portal resmi https://corona.jakarta.go.id/, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan
informasi yang cukup komprehensif mengenai perkembangan insiden COVID-19 baik di
Jakarta maupun seluruh Indonesia. Dalam rangka merespon hal dimaksud, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta meluncurkan serangkaian kebijakan regional mulai dari kebijakan
struktural, ekonomi, dan utamanya kebijakan fiskal. Kebijakan regional dimaksud antara lain
penerapan activity restriction melalui PSBB tahap I, II, III dan PSBB Transisi, serta kebijakan
fiskal yang fokus pada sektor kesehatan, rumah tangga melalui jaring pengaman sosial dan
dukungan dunia usaha.
Terdapat beberapa kebijakan yang disusun dalam konteks penanganan kesehatan untuk
menekan insiden penularan dan tingkat kematian karena COVID-19. Pertama, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta membuka hotline COVID-19. Layanan hotline dimaksud adalah
layanan Tanggap COVID-19 melalui hotline dan nomor telepon yang dapat diakses
masyarakat selama 24 jam. Kedua, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengembangkan dan
meluncurkan Aplikasi JAKI yang dapat diakses melalui android maupun google playstore.
Aplikasi JAKI adalah aplikasi cek mandiri COVID-19. Ketiga, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta juga mengembangkan JakCLM sebagai aplikasi ujian mandiri risiko COVID-19
Jakarta. CLM adalah Corona Likelihood Metric (CLM) yang bermanfaat mengukur risiko
kemungkinan terinfeksi COVID-10 berdasarkan gejala yang dialami serta memberikan
rekomendasi mengenai hal-hal yang harus dilakukan.
A. Ekspansi Fiskal: Bantuan Sosial
Selain kebijakan publik yang fokus pada penanganan insiden penularan, kebijakan dengan
fokus pada 3 prioritas juga dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yaitu bidang
kesehatan, sosial safety net dan dukungan dunia usaha dalam konteks pemulihan ekonomi
nasional. Kebijakan terkait social safety net tercermin dari stimulus fiskal melalui bantuan
sosial yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
https://corona.jakarta.go.id/id
AGUSTUS 2020 24
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Bab 5 Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih
Sumber dana bantuan sosial (bansos) yang dikucurkan bagi masyarakat Jakarta berasal
dari APBN melalui Kementerian Sosial dan APBD yang didistribusikan oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta. Dalam portal Jakarta Tanggap COVID-19 tersedia informasi
komprehensif mengenai distribusi bansos di wilayah DKI Jakarta. Informasi yang terbuka
meningkatkan transparansi kebijakan publik sekaligus meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penerima bansos dari Kementerian
Sosial mencapai jumlah 1,3 juta kepala keluarga sedangkan penerima bansos dari
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mencapai 1,1, juta kepala keluarga. Bantuan Sosial
COVID-19 adalah program bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kepada keluarga
rentan yang terdampak COVID-19 di Jakarta selama masa PSBB.
TABEL 5.1 PAGU DAN REALISASI BELANJA BANTUAN SOSIAL APBN DAN APBD TAHUN 2020
No Sumber
Dana Pagu Awal
Pagu setelah COVID-19 (Juni)
Realisasi (Juni) %
1 APBN 64,380,974,437,000 103,535,334,917,000 99,134,270,971,186 95,75
2 APBD 4,805,798,650,000 4,805,798,650,000 1,144,675,380,000 23,82
Sumber : Aplikasi MEBE, diolah, dan LRA Provinsi DKI Jakarta, diakses 28 Juli 2020
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menerima dana bansos yang bersumber dari APBN.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2020 tentang Perubahan Postur dan Rincian Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020, untuk pagu APBN belanja bantuan
sosial naik sebesar Rp39,154,360,480,000 atau 60,82% dibandingkan pagu awal. Realisasi
sampai dengan bulan Juni telah mencapai 95,75%.Pada APBD Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta tidak ada perubahan pagu belanja bantuan sosial. Realisasi sampai dengan bulan
Juni baru mencapai 23,82%.
Dalam penanganan pandemi COVID-19, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperkenalkan
Program Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB) yaitu sebuah program kolaborasi sosial
untuk bahu membahu membantu sesama, dengan mempertemukan antara masyarakat
yang ingin memberi dan masyarakat yang membutuhkan bantuan melalui fasilitasi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sumber dana KSBB berasal dari para donatur. Dalam
melakukan penggalangan dana, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bermitra dengan institusi
penyalur, yaitu: Palang Merah Indonesia, Baznas DKI Jakarta, Yayasan Rumah Zakat, Aksi
Cepat Tanggap, Human Initiative dan Yayasan Dompet Dhuafa Republika. Program ini
menggandeng Kolaborator yang dapat memilih Paket Bantuan Referensi yang dapat dipilih
oleh calon Kolaborator. Paket Bantuan Referensi terdiri atas Paket Siap Saji, Paket
Sembako, dan Paket Lebaran. Selanjutnya calon Kolaborator mengisi formulir komitmen
Kolaborasi. Agregator adalah penghimpun dan penyalur donasi kepada masyarakat dalam
program KSBB. Agregator dapat bermitra dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk
AGUSTUS 2020 25
Kajian Fiskal Regional Triwulan II
Bab 5 Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih
menjalankan program KSBB. Agregator yang dapat bermitra harus mengajukan
permohonan dan memenuhi persyaratan, yaitu merupakan Lembaga Berbadan Hukum
dan/atau Lembaga Pengumpul Dana Sosial berizin. Program KSBB berlaku tidak hanya
untuk warga Jakarta, selainkan juga warga lain yang berdomisili di Jakarta.
B. Pengaruh COVID-19 terhadap Kemacetan di Jakarta dan Kebijakan Ganjil Genap
Isu klasik utama di Jakarta kerap dikaitkan dengan kemacetan. Studi menunjukkan bahwa
kemacetan mengakibatkan biaya ekonomi yang tinggi. Bahkan Laporan PBB baru-baru ini
menyatakan bahwa pada tahun 2050, dua dari tiga orang akan cenderung hidup di kota-kota
besar (PBB, 2020), yang menggarisbawahi
Recommended