View
292
Download
7
Category
Preview:
DESCRIPTION
Tugas bisnis dan kewirausahaan STIKES ICSADA BOJONEGORO
Citation preview
Nama : Dewi Yulaikah
NIM : 01114052
Kelas : V-B
Tugas : Bisnis dan Kewirausahaan
KISAH SUKSES KARENA BEKERJA
1. Arifdiarto Ambar Wirawan
Meski hanya lulusan sekolah menengah atas, Arifdiarto Ambar Wirawan (35) atau
yang akrab disapa Kelik berhasil menjadi pengusaha sukses. Usaha geplak dan peyek
tumpuk yang sudah digelutinya selama 10 tahun ini mampu meraih omzet hingga Rp 60
juta per bulan.
Dengan margin 30 persen, Kelik bisa menyisakan keuntungan sekitar Rp 18 juta per
bulan. Nilai yang luar biasa bagi pengusaha di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Meski
sudah sukses, ia belum merasa puas. Penambahan cabang gerai baru di kota lain menjadi
obsesinya ke depan.
Kelik membuka usaha geplak dan peyek tumpuk bersama istrinya, Sri Kasih (32), di
Jalan Wahid Hasyim, Bantul. Toko berukuran 5 x 8 meter itu berdampingan dengan
rumah tempat tinggalnya sekaligus lokasi produksi. Dulu, toko itu hanya berupa
bangunan bambu, tetapi kini sudah berkembang menjadi bangunan permanen dengan
desain lebih menarik.
Dalam sehari, Kelik membutuhkan sekitar 2,5 kuintal gula pasir untuk membuat
geplak. Untuk peyek tumpuk, ia butuh sekitar 50 kilogram kacang dan 25 kilogram
tepung beras per hari. Untuk membantunya berproduksi, ia mempekerjakan 20 tenaga
kerja.
Apa istimewanya geplak buatan Kelik. Menurut dia, ia hanya menggunakan gula asli
tanpa pemanis sehingga rasa manisnya lebih mantap. Tak heran jika geplak yang dijual
seharga Rp 16.000 per kilogram itu laris manis. ”Kalau bentuknya hampir sama produk
milik orang lain, tetapi dari segi rasa, konsumen bisa membedakannya,” katanya.
Untuk membuat geplak, ia memakai kelapa, gula, dan aroma sesuai selera. Proses
pembuatan geplak diawali dengan pemarutan kelapa lalu santannya ditempatkan di kuali
dan dicampur dengan gula kemudian diaduk. Setelah dinaikkan ke tungku sekitar 4 jam,
lalu diturunkan dan diberi aroma, olahan itu kemudian dibentuk dan diangin-anginkan
selama 10 menit.
Menurut Kelik, produknya yang dinilai istimewa adalah peyek tumpuk. Sesuai dengan
namanya, peyek tersebut dibuat dengan cara menyusun sehingga membentuk rangkaian
peyek. Berbeda dengan peyek pipih yang dimasak dengan satu kali penggorengan, peyek
tumpuk digoreng selama tiga kali.
Pertama, penggorengan dimaksudkan untuk membuat susunan peyek. Setelah
terbentuk susunan, peyek dipindahkan ke penggorengan kedua. Pada penggorengan
pertama, nyala api harus kuat agar efek panasnya tinggi. Tujuannya supaya kacangnya
bisa lekas matang. Di penggorengan kedua, nyala api justru lebih kecil karena tujuannya
supaya peyek secara keseluruhan bisa matang. ”Kalau apinya terlalu besar, bisa gosong,”
ujar bapak tiga anak ini.
Sebelum masuk ke penggorengan terakhir, peyek terlebih dahulu diangin-anginkan
selama semalam. Tujuannya supaya peyek benar-benar renyah dan gurih. Peyek tersebut
dijual seharga Rp 32.000 per kilogram. Untuk proses pengapian, ia memanfaatkan
tempurung kelapa.
”Untuk membuat peyek dan geplak, dalam sehari saya butuh sekitar 750 butir kelapa.
Kalau tempurungnya tidak saya manfaatkan kan sayang. Hitung-hitung, ongkos produksi
bisa ditekan, apalagi harga gas dan minyak tanah sudah sangat mahal,” katanya.
Ide pembuatan peyek tumpuk sebenarnya berasal dari mertuanya yang kebetulan
bernama Mbok Tumpuk. Sebagai menantu, Kelik berhasil meningkatkan usaha
mertuanya dengan tetap mempertahankan nama Mbok Tumpuk sebagai identitas
produknya.
Menurut Kelik, membuka usaha di bidang makanan awalnya tergolong susah. Karena
belum dikenal masyarakat, biasanya penjualan masih minim. Kalau tidak kuat, si
pengusaha bisa saja memutuskan untuk berhenti.
”Bagi saya, usaha butuh konsistensi. Meski awalnya tidak laku, saya harus terus
berproduksi. Saya tidak boleh menyerah. Konsistensi juga faktor utama untuk
menumbuhkan kepercayaan pelanggan,” paparnya.
Selain konsistensi, lanjut Kelik, faktor kejujuran juga memegang peranan penting.
Kepada pembeli, ia selalu menginformasikan soal masa kedaluwarsa produknya. Kalau
waktunya tinggal sedikit, ia menyarankan pembeli tidak mengambilnya, apalagi jika
peyek atau geplak tersebut akan dibawa ke luar kota.
Kelik hanya menjual geplak dan peyeknya di toko sendiri. Ia sengaja tidak
menitipkannya ke toko-toko lain meski banyak permintaan. Ia khawatir bila dititipkan,
harga dan kualitas tidak bisa terkontrol. ”Bisa saja di toko lain produk kami dijual sangat
mahal. Mereka juga bisa saja menjual produk kedaluwarsa. Kalau sudah begitu, citra
kami pasti hancur,” katanya.
Ia berharap bisa membuka gerai sendiri di kota-kota besar. Dengan pengendalian
sendiri, ia yakin usahanya bisa maju karena semuanya lebih terkontrol. Sampai sekarang
saja, Kelik bersama istri masih terlibat langsung dalam proses peracikan bumbu.
Karakter Arifdiarto Ambar Wirawan adalah beliau seseorang yang ulet, pantang
menyerah, konsisten, jujur, mengutamakan kepuasan pelanggan, dan kreatif.
2. Sukamto
Lelaki kelahiran Gunungkidul 38 Tahun silam di kampung Temugiring Rt 03/06,
Nglipar, yang kini menjadi pengusaha sukses lewat CV. Tian Dekor, Perusahaan Jasa
interior dan pemasangan Gypsum yang didiriknnya di Privinsi Riau. Bahkan kini
sukamto merambah ke dunia investasi lahan sawit yang luasnya puluhan hektare dan
mempekerjakan lebih dari 30 orang karyawan di kedua usahanya tersebut.
Untuk menjadi sukses seperti sekarang bukan hal mudah, Susahnya menjadi „kuli‟
dan buruh di perantauan telah ia jalani. Sukamto mengawali kisah hidupnya dengan
merantau di jakarta pada tahun 1992 menjadi seorang cleaning service di pasar Senen,
Setahun dijalaninya ia pun harus rela mendapat jatah PHK entah karna apa.
Tahun kedua masih sebagai cleaning service dia bekerja di RS Halim perdana
kusuma, tapi sayang belum genap setahun ia bekerja, dia kembali merasakan pahitnya
dipecat lantaran dituduh mencuri mesin rontgen. Tak berlangsung lama menganggur ia
kembali dipanggil pihak rumah sakit, namun sebagai pegawai bagian dapur rumah sakit.
Namun lagi-lagi ia dikeluarkan tanpa alasan.
Keterpurukan itu tak membuat Sukamto patah semangat. Dia langsung membanting
stir pergi ke cilegon banten untuk kerja buruh di sebuah perusahaan produksi gypsum.
Setahun ia bekerja, ibarat pegawai ia dipindah tugaskan ke Pekanbaru Riau. Merasa
cukup mapan di pekanbaru iapun menikah dengan mutini dan dikaruniai seorang anak
lelaki. Tapi justru Beberapa bulan sejak kelahiran putranya justru cabang perusahaan
tempatnya bekerja bangkrut dan beberapa karyawan dipulangkan.
Pulang kampung sempat terfikir dalam benak sukamto. Namun keyakinan yang kuat
dan semangat tinggi membuat sukamto memutuskan untuk tidak pulang ke Gunungkidul
karena ia merasa bahwa di kampungpun ia akan menganggur. Bahkan karena lama tak
pulang ia malah dikabarkan hilang bahkan meninggal.
Dengan modal keterampilan yang ia peroleh saat menjadi pekerja, Sukamto
memutuskan untuk menjalankan usaha bidang gypsum itu sendiri. Satu tahun berjalan
iya menawarkan jasa pemasangan gypsum dari pintu ke pintu dengan membawa album
photo ke proyek-proyek yang sedang berjalan. Seiring berjalannya waktu usaha bidang
gypsum ini mulai mencukupi kebutuhan keluarga bahkan bisa ia tabung untuk modal
usaha.
Sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengembangkan usahanya di kota
bangkinang kabupaten kampar. Usahanya terus berkembang sampai akhirnya dia
membuka lagi satu toko di kabupaten rokanhulu dan membuka lapangan pekerjaan di
tanah rantau. Iapun mengajak adik-adiknya ke perantauan untuk ikut mengelola
bisnisnya.
Saat inipun Sukamto telah merambah ke bisnis kelapa sawit, investasi jangka panjang
yang ia siapkan untuk masa depan putra putrinya. Yang juga mampu membuka lapangan
pekerjaan di sana.
Semula dia tidak pernah bermimpi untuk menjasi seperti sekarang, setiap bulan
mendapat gaji sudah menjadi impian termanisnya, sampai semuanya mengalir bukan
hanya menjadi orang gajian, tapi dia bisa menggaji puluhan karyawan dari hasil
usahanya.
Selalu percaya dengan Tuhan diiringi belajar yang keras, tidak minder dengan profesi
apapun dan fokus pada bidang yang ditekuni dijadikannya pesan untuk kita meraih
sukses bersama.
Karakter sukamto adalah beliau seseorang yang pekerja keras, religius, optimis,
rendah hati, dan penuh semangat.
3. Irma Suyanti
IRMA SUYANTI adalah seorang penyandang cacat lumpuh kaki akibat polio. Wanita
ini mampu memutar balikkan keadaan yang selama ini ditasbihkan pada diri seorang
penyandang cacat.
Sejak tahun 1999, selepas menikah dengan Agus Priyanto (seorang penyandang cacat
juga), berusaha untuk melawan keterbatasannya melalui usaha mandiri yang bermanfaat.
Ia berusaha memanfaatkan potongan-potongan kain (kain perca) menjadi sesuatu yang
lebih bermanfaat dan mempunyai daya guna yang lebih. Ia dibantu oleh suaminya
membuat usaha keset dari kain perca yang didapatkan dari penjahit-penjahit
dilingkungannya. Ditangan Irma dan suaminya, kain perca ini disulap menjadi keset
yang menarik.
Pada awalnya, untuk pemasaran ia pun menawarkan produknya kepada tetangga-
tetangganya yang membutuhkan dan dijual ke pasar terdekat. Mungkin bias saja terjadi,
pada saat awal melakukan pemasaran produknya ini, pembeli hanya kasihan kepadanya,
sehingga membelinya walaupun tidak membutuhkan. Terkadang hal semacam ini
menjadi dilematis terhadap pembeli, karena kasihan semata. Tetapi hal itu tidak
menyurutkan semangat Irma dan suaminya untuk berusaha. Semakin lama usahanya
semakin bertambah, maka iapun tidak mampu mengatasi permintaan pelanggan. Maka
selanjutnya Irma dan suaminya mencari orang untuk membantunya. Pada awalnya ia
mengoptimalkan temen-teman penyandang cacat untuk membantu memproduksi.
Harapannya untuk memberikan bekal terhadap teman-teman senasib agar lebih produktif.
Lambat-laun ia mampu produk yang dihasilkan benar-benar mampu menjawab
kebutuhan pasar. Sehingga produk yang dihasilkanpun semakin banyak dan semakin
beragam. Tidak hanya keset saja, tetapi juga merambah produk-produk lain yang
berbahan dasar kain perca. Pada akhirnya kebutuhan tenaga kerjapun harus terus
ditambah untuk memenuhi kuota, sehingga harus terus menambah jumlah tenaga kerja.
Hingga saat jumlah tenaga yang mengolah kain perca inipun telah mencapai 2.500 orang,
dengan 150 orang di antaranya adalah penyandang cacat. Bahkan iapun menyediakan
tempat menginap bagi penyandang cacat yang bekerja ditempatnya. Selain hal itu, iapun
mengoptimalkan masyarakat sekitar desanya di Karangsari, Kecamatan Buayan
Kabupaten Kebumen. Selain memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar,
Irma juga melakukan pendampingan untuk produksi bagi kelompok-kelompok kerja
maupun secara individual. Pendampingan yang dilakukan Irma pun pada akirnya telah
menyebar seluruh Kebumen maupun Jawa Tengah.
Sejalan dengan perkembangan usahanya, akhirnya berbagai kesempatan datang
menghampirinya, termasuk perhatian dari pemerintah daerah maupun propinsi. Berbagai
udangan untuk mengikuti pameran produk datang padanya. Di antaranya adalah
kesempatan untuk memamerkan produknya di showroom miliki Kementerian Pemuda
dan Olah Raga di Jakarta. Pameran produk di Melbourn Australia bersama
Kemenporapun pernah dilakukan.
Dengan adanya pengenalan produk inilah, pada akhirnya produk dari Irma tidak
hanya di dalam negeri saja, tetapi mampu menembus pasar ekspor. Hingga saat ini Irma
telah mampu menciptakan puluhan jenis produk dari memanfaatkan kain perca ini.
Kualitaspun terus ditingkatkan demi terjaganya produk dan memberikan kepuasan
pelanggan. Hingga saat ini produk yang dihasilkan telah diekspor ke Australi, Jerman,
Turki dan Jepang.
Penghargaan
Wirausahawati Muda Teladan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007)
Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen (2008)
Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang cacat
Dan yang terakhir adalah penghargaan dari SCTV Award 2012.
Karakter Irma Suyanti adalah beliau seseorang yang tangguh, pantang menyerah,
selalu berusaha, tidak mau menggantungkan pada orang lain walaupun dengan
keterbatasan yang ada, optimis, sangat kreatif, peduli dengan sesama, dan penyabar.
KISAH SUKSES KARENA BERWIRAUSAHA
1. Jakob Oetama
Dr (HC) Jakob Oetama (lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931; umur 81
tahun), adalah wartawan dan salah satu pendiri Surat Kabar Kompas. Saat ini ia
merupakan Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia, Pembina Pengurus Pusat
Persatuan Wartawan Indonesia, dan Penasihat Konfederasi Wartawan ASEAN.
Jakob adalah putra seorang pensiunan guru di Sleman, Yogyakarta. Setelah lulus
SMA (Seminari) di Yogyakarta, ia mengajar di SMP Mardiyuwana (Cipanas, Jawa
Barat) dan SMP Van Lith Jakarta. Tahun 1955, ia menjadi redaktur mingguan Penabur di
Jakarta. Jakob kemudian melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta
dan Fakultas Sosial Politik UGM Yogyakarta.
Karir jurnalistik Jakob dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun
1956 dan berlanjut dengan mendirikan majalah Intisari tahun 1963 bersama P.K. Ojong,
yang mungkin diilhami majalah Reader's Digest dari Amerika. Dua tahun kemudian, 28
Juni 1965, bersama Ojong, Jacob mendirikan harian Kompas yang dikelolanya hingga
kini. Tahun 80-an Kompas Gramedia Group mulai berkembang pesat, terutama dalam
bidang komunikasi. Saat ini, Kompas Gramedia Group memiliki beberapa anak
perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko buku, percetakan, radio,
hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV hingga universitas.
Pendidikan
SD, Yogyakarta (1945)
SMA Seminari, Yogyakarta (1951)
Sekolah Guru Jurusan B-1 Ilmu Sejarah, Jakarta (1956)
Perguruan Tinggi Publisistik, Jakarta (1959)
Jurusan Publisistik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada (1961)
Pengalaman Bekerja
Guru SMP Mardijuwana, Cipanas (1952-1953)
Guru Sekolah Guru Bantu (SGB), Bogor (1953-1954)
Guru SMP Van Lith, Jakarta (1954-1956)
Redaktur Mingguan Penabur (1956-1963)
Ketua Editor majalah bulanan Intisari
Ketua Editor harian Kompas
Pemimpin Umum/Redaksi Kompas
Presiden Direktur Kompas Gramedia
Presiden Komisaris Kompas Gramedia
Jakob Oetama telah banyak berbagi pengalaman untuk para wirausahawan yang ada
di tanah air, sehingga banyak orang yang sukses karena mengadopsi semangat
perjuangan beliau. Banyak orang yang terinspirasi dari kisah orang sukses berwirausaha
dan menetapkan diri untuk setia pada langkah utama untuk menjadi entrepreneur yang
mandiri.
Karakter Jakob Oetama adalah beliau sangatlah tangguh, pekerja keras, ulet dan selalu
bersemangat dalam setiap apa yang dilakukannya.
2. Sandiaga Salahudin Uno
Sandiaga Salahudin Uno atau sering dipanggil Sandi Uno (lahir di Rumbai,
Pekanbaru, 28 Juni 1969; umur 43 tahun) adalah pengusaha asal Indonesia. Sering hadir
di acara seminar-seminar, Sandi Uno yang berdarah Gorontalo ini kerap memberikan
pembekalan tentang jiwa kewirausahaan (entrepreneurship), utamanya pada pemuda.
Sandi Uno memulai usahanya setelah sempat menjadi seorang pengangguran ketika
perusahaan yang mempekerjakannya bangkrut. Bersama rekannya, Sandi Uno
mendirikan sebuah perusahaan di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor.Usaha tersebut
terbukti sukses dan telah mengambil alih beberapa perusahaan lain . Pada tahun 2009,
Sandi Uno tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah
Forbes.. Tahun 2011, Forbes kembali merilis daftar orang terkaya di Indonesia. Sandiaga
Uno menduduki peringkat ke-37 dengan total kekayaan US$ 660 juta .
Karier
Sandi Uno adalah lulusan Wichita State University, Amerika Serikat, dengan predikat
summa cum laude. Sandi mengawali karier sebagai karyawan Bank Summa pada 1990.
Setahun kemudian ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di George
Washington University, Amerika Serikat. Ia lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK)
4,00 .
Kemudian, pada tahun 1993 ia bergabung dengan Seapower Asia Investment Limited
di Singapura sebagai manajer investasi sekaligus di MP Holding Limited Group (mulai
1994). Pada 1995 ia pindah ke NTI Resources Ltd di Kanada dan menjabat Executive
Vice President NTI Resources Ltd. dengan penghasilan 8.000 dollar AS per bulan.
Namun, krisis moneter sejak akhir 1997 menyebabkan perusahaan tempatnya bekerja
bangkrut. Sandi pun tidak bisa lagi meneruskan pekerjaanya tersebut. Ia pulang ke
Indonesia dengan predikat pengangguran. Meskipun demikian, karena kejadian tersebut,
Sandi Uno kemudian mengubah cara pandangnya dan berbalik arah menjadi pengusaha.
Pada tahun 1997 Sandi Uno mendirikan perusahaan penasihat keuangan, PT Recapital
Advisors bersama teman SMA-nya, Rosan Perkasa Roeslani. Salah satu mentor
bisnisnya adalah William Soeryadjaya. Kemudian, pada 1998 ia dan Edwin Soeryadjaya,
putra William, mendirikan perusahaan investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya.
Bidang usahanya meliputi pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan.
Berbekal jejaring (network) yang baik dengan perusahaan serta lembaga keuangan
dalam dan luar negeri, Sandi Uno sukses menjalankan bisnis tersebut. Mekanisme
kinerja perusahaan tersebut adalah menghimpun modal investor untuk mengakuisisi
perusahaan-perusahaan yang mengalami masalah keuangan. Kinerja perusahaan yang
krisis itu kemudian dibenahi dan dikembangkan. Setelah kembali sehat, aset perusahaan
tersebut dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Hingga 2009, ada 12 perusahaan
yang sudah diambil alih oleh PT Saratoga. Beberapa perusahaan pun telah dijual kembali
, antara lain PT Dipasena Citra Darmaja, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
(BTPN), dan PT Astra Microtronics.
Pada 2005-2008, Sandi Uno menjadi ketua umum Himpunan pengusaha Muda
Indonesia (HIPMI). Ia juga menjadi Ketua Komite Tetap Bidang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM) di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sejak 2004.
Sandi dinobatkan menjadi 122 orang terkaya di Indonesia versi majalah Asia Globe
dengan total aset perusahaan mencapai 80 juta dollar AS, Pada 2007. Sementara, pada
2008 ia dinobatkan menjadi orang terkaya ke-63 di Indonesia dengan total aset 245 juta
dollar AS. Pada 2009 Sand masuk sebagai pendatang baru dalam daftar 40 orang terkaya
Indonesia versi majalah Forbes. Majalah tersebut menuliskan Sandi memiliki kekayaan
US$ 400 juta dan berada di peringkat 29.
Saat ini, Sandi Uno juga menjadi jajaran direksi beberapa perusahaan.
PT Adaro Indonesia
PT Indonesia Bulk Terminal
PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia
Interra Resources Limited
PT. iFORTE SOLUSI INFOTEK
Pendidikan
Bachelor of Business Administration dengan predikat summa cum laude dari
Wichita State University (1990)
Masters of Business Administration dari George Washington University (1992)
Pemikiran Kesuksesan
Sandi Uno meyakini bahwa keberanian dan optimisme dalam memandang masa
depan menjadi kunci pembuka jalan untuk meraih kesuksesan. Selain itu, bangunan
jejaring juga harus menjadi perhatian. Meskipun demikian, jejaring relasi hanya
menyumbang 30 persen dari kesuksesan. Unsur kesuksesan, menurutnya, selebihnya
bersumber dari kerja keras dan menjaga kepercayaan. Sandi Uno menganggap bahwa
hidup harus memiliki target. Tanpa target, pencapaian yang ingin diraih akan sulit
terwujud.
Menurut Sandi Uno, kegagalan dan kesalahan merupakan keniscayaan dalam
berusaha. Tapi ia optimis bahwa kegigihan dalam upaya untuk terus berani mencoba
adalah kunci menuju kesuksesan. Apabila terus selalu mencoba untuk belajar dari
kesalahan dan kegagalan (trial and error), maka hal itu akan mengantarkan seseorang
pada puncak kesuksesan.
Sandi Uno menyatakan bahwa salah satu strategi penting dalam meraih keberhasilan
adalah mencari tahu dan mempelajari apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang
telah berhasil meraih kesuksesan. Kuncinya adalah belajar dari pengalaman mereka
sampai mampu meraih kesuksesan seperti mereka.
Menurut Sandi Uno, untuk meraih kesuksesan tersebut sesorang harus memiliki
kompetensi, kapasitas dan kapabilitas yang memadai. Untuk mendapatkannya seseorang
senantiasa harus memiliki karakter dan komitmen yang kuat, integritas yang tinggi,
tekun, bekerja keras, dan disiplin. Sandi Uno menegaskan bahwa perlu adanya inovasi
tiada henti dengan selalu tanggap terhadap perubahan dan terus menerus berusaha
menuju perubahan yang lebih baik lagi. Menurutnya, akan lebih bagus lagi apabila
seseorang berusaha untuk bisa menjadi seorang role model yang bisa memberikan contoh
yang baik dan inspirasi bagi orang lain di sekitarnya.
Kewirausahaan dan UMKM
Kewirausahaan, menurut Sandi Uno, adalah sebuah pola pikir. Kewirausahaan seperti
menjadi sebuah ide yang menyebar luas terutama di kalangan anak muda. Sandi Uno
melihat bahwa anak muda memiliki sikap dinamis dan penuh gairah atau semangat.
Dinamisme dan semangat itu pada gilirannya akan membuat masa depan dunia
wirausaha di kalangan pemuda menjadi lebih cerah. Menurutnya, kombinasi antara kerja
keras (working hard), kerja cerdas (working smart) dan serta bermain sungguh-sungguh
(playing hard) semakin bergeser dari tren musiman menjadi gaya hidup. Bagi Sandi,
kalau keadaan ini terus berlangsung bahkan terus ditingkatkan, dapat dipastikan bahwa
prospek bisnis dan perekonomian Indonesia juga makin cerah.
Namun, menurut Sandi Uno, masih ada kesalahpahaman mengenai konsep
kewirausahan itu sendiri. Pertama, kebanyakan pemuda masih menganggap bahwa
kewirausahaan adalah sesuatu yang mudah. Menurutnya, kewirausahan bukan selalu
berarti harus meninggalkan sebuah pekerjaan dan membuka kerja sendiri. Meskipun
menjadi seorang pekerja (karyawan), seseorang masih bisa memiliki jiwa wirausaha.
Bagi Sandi Uno, wirausaha adalah sebuah pola pikir yang terus menghasilkan kreativitas
dan inovasi. Kewirausahaan memang memiliki visi yang baik, tapi tidak tergantung pada
tempat kerja. Jadi seorang wirausahawan tidak terbatas hanya pada lokasi atau status dan
posisi di tempat kerjanya.
Kedua, beberapa contoh wirausahawan memang tidak memiliki latar belakang
pendidikan yang memadai. Seharusnya, menurut Sandi Uno, sudut pandang diarahkan
kepada kesuksesan mereka dalam mengembangkan usahanya dan bukan pada latar
belakang pendidikan para orang sukses tersebut. Kewirausahaan mengharuskan adanya
kebijaksanaan, bukan intuisi yang buta. Menurutnya, kewirausahaan bukan bertujuan
untuk menjadikan orang kaya, tetapi menjadi orang yang lebih baik dan lebih baik.
Terakhir, kewirausahan adalah bukan untuk diri sendiri. Kewirausahan adalah tentang
kerjasama dengan orang lain. Kewirausahaan juga berbicara tentang bagaimana
memberikan manfaat bagi orang lain.
Bagi Sandi Uno, kewirausahaan bertentangan dengan konsep keberuntungan. Sandi
Uno menyatakan bahwa orang yang bergantung pada keberuntungn akan selalu menanti
keberuntungan itu datang. Sementara, menanti hanya akan membuat seseorang menjadi
miskin.
Menurutnya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai pelaku mayoritas
ekonomi Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi negara.
UMKM seharusnya diperhatikan secara lebih serius. Bagi Sandi Uno, kendala pada
UMKM akan sangat mengganggu perekonomian bangsa ini.
Dalam hal pengelolaannya, menurut Sandi Uno, ada tiga masalah besar yang dihadapi
pelaku UMKM saat ini, yaitu kualitas sumber daya manusia (SDM), akses pasar, dan
pendanaan. UMKM dibiarkan tumbuh sendiri oleh pemerintah tanpa kebijakan yang
berpihak. Namun, sektor tersebut terbukti mampu bertahan pada saat krisis dan
menopang perekonomian negara selama lebih sepuluh tahun terakhir ini. Sandi Uno
menyatakan bahwa sektor UMKM seharusnya ditegaskan kembali sebagai pilar
penciptaan lapangan kerja. Selama ini, menurut Sandi Uno, jiwa kewirausahaan telah
membuktikan bahwa UMKM mampu bertahan dan mampu memekerjakan karyawan
rata-rata 5-10 orang per unit usaha.
Karakter Sandiaga Salahudin Uno adalah beliau seseorang yang ulet, pantang
menyerah, religius, sangat cemerlang, dan pandai memanfaatkan peluang.
3. Bob Sadino
Bob Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang
pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah
pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering
terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri
khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak
bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu
berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara
kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.
Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam
perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di
sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman.
Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2
Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang
tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa
lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya
karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah
menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun
sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak
parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi
tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat
tekanan hidup yang dialaminya.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi
yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi
berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham,
ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.
Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor.
Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama
orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan
Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun.
Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun
terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob
yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem
Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya
holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di
Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan.
Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik.
Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari
dan menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu
baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia
lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga
ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke
lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses
keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian
praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba
canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Sedangkan Bob
selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar.
Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia
selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga
Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan
kekuatan.
Profil dan Biodata Bob Sadino
Nama : Bob Sadino
Lahir : Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama : Islam
Pendidikan :
-SD, Yogyakarta (1947)
-SMP, Jakarta (1950)
-SMA, Jakarta (1953)
Karir :
-Karyawan Unilever (1954-1955)
-Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
-Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
-Dirut PT Boga Catur Rata
-PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
-PT Kem Farms (kebun sayur)
Alamat Rumah:
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981
Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618
Karakter Bob Sadino adalah beliau seseorang yang selalu berusaha dan pantang
menyerah, Optimis, religius, Penyabar, selalu menghargai orang lain, dan sederhana.
Karakter kisah-kisah orang sukses diatas yang ingin saya miliki
Dari kisah-kisah orang sukses diatas sangat menginspirasi saya untuk menjadi
seseorang yang sukses dalam berwirausaha. Tidak ada kata tidak bisa selama kita mau
berusaha, bekerja keras, ulet, tetap teguh pada komitmen, optimis, dan pandai mengambil
peluang usaha.
Karakter wirausaha yang ingin saya miliki :
1. Sifat Instrumental
Selalu memanfaatkan segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya dalam
berbagai situasi demi tercapainya tujuan pribadi dalam berusaha.
2. Sifat Prestatif
Selalu tampil lebih baik, lebih efektif dalam berbagai situasi dibandingkan dengan
hasil yang tercapai sebelumnya.
3. Sifat Keluwesan Bergaul
Selalu berusaha untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan
antar manusia. Aktif bergaul, mencari kenalan baru, serta berusaha untuk dapat
terlibat dengan mereka yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari, untuk menambah
jaringan kerja.
4. Sifat Kerja Keras
Selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan
selesai. Mengutamakan kerja dan mengisi waktu yang ada dengan perbuatan nyata
untuk mencapai tujuan.
5. Sifat Keyakinan Diri
Selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, bahkan
berkecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi
dengan optimisme untuk berhasil.
6. Sifat Pengambilan Resiko
Selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam setiap kegiatannya
khususnya untuk mencapai keinginan. Akan melangkah bila kemungkinan untuk
gagal tidak terlalu besar.
7. Sifat Swa Kendali
Dalam menghadapi berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan
pribadi dan batas-batas kemampuan dalam berusaha. Selalu menyadari dengan
adanya pengendalian diri ini maka setiap kegiatan menjadi lebih terarah dalam
mencapai tujuan.
8. Sifat Inovatif
Selalu mendekati berbagai masalah dengan berusaha menggunakan cara-cara baru
yang lebih bermanfaat. Terbuka terhadap gagasan, pandangan, dan penemuan baru
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja. Tidak terpaku pada masa
lalu, tapi selalu berpandangan ke depan untuk mencari cara-cara baru atau
memperbaiki cara-cara yang biasa dilakukan orang lain untuk peningkatan kinerja.
9. Sifat Kemandirian
Selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi.
Keberhasilan dan kegagalan merupakan konsekuensi pribadi wirausaha .
Mementingkan otonomi dalam bertindak, pengambilan keputusan dan pemilihan
berbagai kegiatan dalam mencapai tujuan. Lebih senang bekerja sendiri,
menentukan dan memilih cara kerja yang sesuai dengan diri sendiri.
Recommended