View
22
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
ASD
Citation preview
Klasifikasi gips (ADA) spesifikasi nomor 25
1. Impression plaster (tipe I)
Impression plaster sekarang jarang digunakan dalam bidang kedokteran
gigi dan bahan ini digantikan dengan bahan yang tidak terlalu kaku dan
material elastik impression
2. Model plaster (tipe II)
Model plaster biasanya digunakan untuk diagnostik cast dan artikulasi dari
stone cast. Produk ini secara tardisional diproduksi dalam warna putih untuk
membedakannya dengan dental stone.
3. Dental stone (tipe III)
Dental stone ideal untuk pembuatan model dari full atau partial denture,
model ortodonsi dan lain lain.Dental stone secara tradisional berwarana
kuning atau putih
4. Dental stone, high strength (tipe IV)
Material tipe IV ini sering digunakan sebagai die stones karena cocok
untuk pembuatan pola dari malam dalam cast restoration
5. High strength, high expansion dental stone (tipe V)
Tambahan dalam klasifikasi ADA untuk material ini berkembang atas
respon untuk memenuhi kebutuhan akan kekuatan dan ekspansi gips yang
lebih tinggi dibanding dental stone. Material ini berwarna biru atau hijau dan
paling banyak membutuhkan biaya dibandingkan semua produk gips.(Hatrick
dkk, 2003)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Material
1. Gips tipe II (gips plaster)
2. Gips tipe III(gips stone tipe I)
3. Gips tipe IV (gips stone tipe II)
4. Vaselin
5. Aquades
6. Kertas amplas
B. Alat
1. Rubber bowl (Mangkok karet) dan spatula
2. Neraca (timbangan)
3. Stop watch
4. kotak kubus dengan atas terbuka ukuran 4 x 3 x 3
5. gelas ukur
6. vibrator
7. pisau gips
8. alas kerja kain putih dengan ukuran 40*40cm
C. Cara kerja
1. Timbang gips tipe II dan IV sebanyak 100gr dan gips tipe III sebanyak 90gr
2. Mengolesi seluruh bagian dalam kotak kubus dengan vaselin secara tipis dan
merata
3. Siapkan aquadest dengan perbandingan 1:2 untuk gips tipe II dan 1:3 untuk
gips tipe III dan 1:2 untuk gips tipe IV
4. Masukkan aquadest ke dalam mangkok karet sebanyak 50ml, 30ml,dan 20 ml
untuk masing-masing gips
5. kemudian masukkan bubuk gips ke dalam mangkok karet yang sudah terisi
aquadest dalam waktu 10 detik dan dalam waktu 20 detik bubuk gips sudah
terendam dalam aquadest,
6. catat awal waktu dari mulai pencampuran gips dengan aquadest menggunakan
stopwatch
7. aduk gips hingga homogeny dengan menggunakan spatula sebanyak 60 kali
putaran seama 1 menit. Bersamaan dengan mangkok kater diputar perlahan-
lahan.
8. Gunakan vibrator untuk mengeluarkan gelembung
9. Tuangkan adonan gips kedalam cetakan kubus, kemudian rata adonan setinggi
cetakan
10. Ukur waktu pengerasan adonan gips menggunakan stopwatch
11. Satu atau dua menit waktu pengerasan (umumnya ditandai dengan hilangnya
permukaan yang mengkilat atau hilangnya kelebihan air) dan perhatikan
adonan dengan interval waktu 30 detik
12. Waktu pengerasan dihitunga sejak awal pengadukan sampai mengeras
13. Setelah gips mencapi finnal setting, membuka kotak kubus kemudian
merapikan gips dengan pisau gips menjadi ukuran 3,5 x 2,5 x 2,5
menggunakan penggaris dan pensil tinta. Terakhir menghaluskan permukaan
gips dengan kertas amplas.
14. Hasil maksimal adalah didapatkan balok gips dengan ukuran tepat, permukaan
yang halus dan tidak poros
Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :
1. Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu campuran gips
dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan. secara visual
ditandai dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilatan/ timbulnya kemuraman).
Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.
2. Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara
lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai.
Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum
maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.
Uji untuk waktu kerja, pengerasan, dan waktu pengerasan akhir :
a. Waktu pengadukan
Waktu pengadukan adalah waktu dari penambahan bubuk pada air sampai pengadukan
sempurna. Pengadukan stone dan plater secara mekanik biasanya tercapai dalam 20-30
detik. Pengadukan tangan dengan spatula umumnya memerlukan minimal 1 menit untuk
memperoleh adukan yang halus.
b. Waktu kerja
Ini adalah waktu yang tersedia untuk menggunakan adukan, dimana konsistensi yang
merata dipertahankan untuk dilakukan satu atau beberapa manipulasi. Misalnya, waktu
kerja yang cukup diperlukan untuk mengisi cetakan, mengisi cetakan cadangan, dan
membersihkan peralatan sebelum gipsum benar-benar mengeras. Umumnya waktu kerja
sekitar 3 menit adalah cukup.
c. Waktu pengerasan
Adalah waktu yang terentang antara mulai pengadukan sampai bahan mengeras. Biasanya
diukur dengan beberapa jenis uji penetrasi , menggunakan instrumen. Waktu pengerasan
terjadi selama 5 sampai 15 menit.
d. Uji hilang kilap untuk pengerasan awal
Begitu reaksi berlangsung, sebagian kelebihan air diambil dalam bentuk dihidrat sehingga
adukan kehilangan kilapnya. Hal ini terjadi kurang lebih pada 9 menit, dan massa masih
belum memilik kekuatan kompresi yang dapat diukur.
e. Pengendalian waktu pengerasan :
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gipsum ini adalah pengendalian waktu
pengerasan yang secara teori ada 3 metode :
Kelarutan hemihidrat (penyusun stone dan plaster) dapat ditingkatkan atau dikurangi
Jumlah nukleus kristalisasi dapat ditingkatkan atau dikurangi. Semakin besar jumlah
nukleus kristalisasi, semakin cepat terbentuk kristal gipsum dan semakin cepat pula
pengerasan massa.
Bila kecepatan pertumbuhan kristal dapat ditingkatkan atau dikurangi, begitu pula
waktu pengerasan dapat dipercepat atau diperlambat.Operator dapat mengubah
waktu pengerasan dalam batasan tertentu dengan mengubah rasio W:P dan waktu
pengadukan.
1. Resin Akrilik Polimerisasi Panas (Heat-Cured Polymerization).
Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan.
Energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan
menggunakan perendaman air atau microwave. Penggunaan energy termal
menyebabkan dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal
bebas yang terbentuk akan mengawali proses polimerisasi.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Pembuatan model malam
• Pisau wax / Lecron
• Lampu spiritus
• Base Plate Wax
2. Penanaman model malam
• Cuvet ukuran
• Bowl dan Spatula
• Gelas ukur dan timbangan
• Kunci pas no. 10
• Alat press
• Gips tipe II
• Vaselin
• Air
3. Pengolahan resin akrilik
• Kuas kecil
• Lecron
• Alat press
• Cawan porselein
• Plastik
• Cold mold seal
• Powder polimer dan liquid monomer
• Spuit
4. Pemasakan Resin Akrilik (Curing)
• Kompor
• Panci
5. Mengeluarkan model resin akrilik dari cuvet (Deflasking)
• Gergaji besi / pisau gips
• Kunci pas no. 10
• Lecron
B. Cara Kerja
1. Model Malam (Wax)
Siapkan model malam dengan memotong sesuai ukuran yang diperlukan.
Dengan menggunakan bantuan lampu spiritus, sesuaikan bentuk wax dengan
cetakan.
2. Flasking
Olesi dinding cuvet dengan vaselin tipis saja.
Isi cuvet dengan adonan tipe II hingga penuh.
Model malam ditanamkan dalam cuvet, permukaan model malam rata dengan
gips.
Cobakan cuvet atas sebelum adonan mengeras.
Setelah adonan gips pada cuvet bawah mengeras permukaan gips diolesi vaselin.
Pasangkan cuvet atas, kemudian isi dengan adonan gips tipe II.
Pasang tutup cuvet atas, kemudian dipress hingga rapat (metal to metal), sekrup
dikencangkan.
Tunggu sampai adonan gips mengeras.
3. Wax elimination
Didihkan air dengan suhu lebih kurang 100°C.
Celupkan cuvet yang diikat tali, tunggu lima menit.
Angkat cuvet, buka, keluarkan cairan malam.
Bersihkan mold space dengan menyiramnya dengan air panas yang dicampur
detergen.
Bersihkan juga cuvet atas.
(seharusnya dengan cara diatas, namun karena keterbatasan waktu proses wax
elimination dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara langsung membuka
cuvet lalu membuang malam dengan menggunakan lecron)
4. Packing
Siapkan mold space tepi gips yang di bevel.
Olesi permukaan mold space dengan Cold Mold Seal dengan menggunakan
kuas.
Tunggu hingga kering
Siapkan monomer didalam mangkok/cawan porselen.
Masukkan bubuk polimer sedikit demi sedikit sampai terlihat seperti pasir basah
dan getarkan mangkok tersebut (kelebihan monomer akan naik ke permukaan).
Taburi lagi polimer sampai tidak ada kelebihan monomer.
Bila telah mencapai fase dough stage, ambil seluruh adonan dengan
menggunakan lecron dan letakkan dalam mold space. Lapisi permukaan dengan
plastik.
Pasang cuvet atas beserta tutupny, lakukan pengepresan ringan (jarak antar cuvet
2 mm)
Buka cuvet atas dan buang kelebihan adonan.
Lakukan sampai cuvet “metal to metal” kontak.
Lihat apakan ada porus. Bila ada bagian tersebut ditusuk dengan sonde dan
dilapisi monomer.
Bila tidak ada lagi kelebihan akrilik dan porus dapat dilakukan pengepresan
akhir, plastik dilepas.
Pasang sekrup dan lakukan pres akhir.
5. Curing
Masukkan air dalam panci.
Masukkan cuvet.
Panaskan panci dengan api kecil selama 10 menit kemudian dilanjutkan dengan
api besar selama 20 menit.
Matikan api dan biarkan cuvet berada dalam panci hingga mencapai suhu kamar.
6. Deflasking
Sekrup dibuka tutup cuvet dibuka.
Lepaskan cuvet bawah dengan cara mengetuk bagian dasar cuvet.
Bongkar secara hati-hati.
7. Polishing
Rapikan pinggiran akrilik yang runcing dengan carbid bur
Licinkan permukaan akrilik dengan amplas menggunakan mandril
Kilatkan permukaan dengan bulu domba yang sebelumnya diolesi dengan
pumish
Recommended