View
240
Download
12
Category
Preview:
DESCRIPTION
Upaya penghisapan sumber daya alam melalui penambangan yang merusak lingkungan terus dilakukan. Upaya ini selalu dibarengi penyebaran informasi sepihak dari perusahaan bahwa semuanya aman, sesuai hukum dan akan membawa kesejahteraan bagi komunitas setempat. Inilah ujian bagi komunitas tersebut. Saat mereka memiliki informasi yang berbeda tentang dampak penghisapan tersebut, mereka mesti bertarung untuk menyebarkannya pada publik. Tentu bukan pertarungan yang seimbang dan ideal, mengingat perusahaan korporasi dengan dana tak terbatas akan menggunakan banyak cara termasuk membentuk opini melalui media arus utama yang lebih massif. Namun saat membaca edisi ini, kita tahu bahwa komunitas di Rembang, di Kulonprogo, di Sidoarjo dan mungkin di banyak tempat lain memiliki cara untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Mereka pantang menyerah menyebarkan informasi sesungguhnya kepada publik, bahkan bila perlu dengan melakukan aksi. Menjadi tugas kita membantu mereka dengan cara yang kita bisa
Citation preview
Edisi ke-56 Juni 2014 kombinasi.net
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 20142� Kombinasi Edisi ke-48 Tahun 2013
D a r i r E d a K s i
Pemimpin Redaksi
Imung Yuniardi
Redaktur Pelaksana
Yuliyanti
Kontributor
Imung Yuniardi, Lisistrata, Lia
Syafitri Yuniar, Caecilia Mediana,
Annisa Faza, Mulia Bahagia Putri
Mooduto, Arie Sujito, Iman Abda,
Yeti Chotimah
Ilustrasi
Dani Yuniarto
Tata Letak
MS Lubis
Alamat Redaksi
Jalan KH Ali Maksum RT 06 No.
183 Pelemsewu, Panggungharjo,
Sewon, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia 55188
Telp/Fax: 0274-411123
Email: office@combine.or.id
Website: http://kombinasi.net
KOMBINASI diterbitkan oleh
COMBINE Resource Institution
(CRI) atas dukungan Ford
Foundation.
COMBINE Resource Institution
adalah lembaga yang
mendukung pengembangan
jaringan informasi berbasis
komunitas. Komunitas
menggali, mengolah, dan
mengkomunikasikan informasi
demi penguatan masyarakat
sipil di Indonesia.
Bila ingin lebih banyak melihat tayangan berita tentang kejadian di daerah Anda dibandingkan aksi Olga Syah
putra, pendam dahulu mimpi Anda itu. Jika ingin melihat kelompok kesenian anak tradisional lebih sering tampil di televisi dibanding Super Junior atau grup band ala Korea, catat saja itu dalam daftar keinginan Anda. Keberagaman isi siaran bukan salah satu hal yang diprioritaskan pemerintah melalui revisi UU Penyiaran.
Terpaan informasi yang dikendalikan media arus utama memang sedemikian dahsyat sehingga kerap membuat masyarakat lupa pada masalah yang penting dan dampaknya di depan mata, seperti revisi UU Penyiaran tersebut. Silih berganti ruang obrolan kita dipenuhi oleh kehebohan sosok misterius Bunda Putri hingga pro kontra Gubernur DKI Jokowi. Padahal, ada banyak hal yang dampaknya jauh lebih riil bagi masyarakat di seluruh pelosok negeri, termasuk UU Penyiaran ini.
Entah halhal penting ini sengaja dijauhkan atau disembunyikan dari mata masyarakat, yang jelas dengan minimnya daya kritis seluruh elemen masyarakat maka kelak bila akhirnya lolos disahkan begitu saja, masyarakat cuma bisa terlongonglongong melihat pemerintah dan penguasa modal menari bersama di atas frekuensi yang notabene milik publik.
Itulah mengapa kami memutuskan untuk sekali lagi membahas tentang revisi UU Penyiaran di edisi kali ini. Meski telah banyak pembahasan pro dan kontra mengenai revisi, terutama sejak pemerintah menyerahkan Daftar Isian Masalah (DIM) yang isinya begitu kontroversial itu, diskusi tentang ini wajib terus dikumandangkan. Kita tentu tak lupa sepak terjang Departemen Penerangan yang otoriter saat Orde Baru. Kita juga ingat bagaimana jaringan televisi nasional beramairamai mengajukan judicial review UU Penyiaran pada Mahkamah Konstitusi yang berujung pada pengembalian wewenang izin serta sanksi dari KPI ke pemerintah.
Sudah lebih dari 10 tahun usia UU Penyiaran, tapi banyak hal yang belum ditaati oleh televisi swasta serta pemerintah, misalnya tentang kewajiban televisi berjaringan. Dan itu tanpa sanksi sama sekali. Padahal klausul itulah salah satu yang menjadi prasyarat adanya keberagaman isi serta kepemilikan lembaga penyiaran.
Masih sangat banyak amanat yang baik di UU Penyiaran yang belum dilakukan. Kolaborasi pemerintah dan pemilik modal begitu kuat sehingga kontribusi UU Penyiaran bagi demokratisasi penyiaran masih minim. Kita bertugas untuk terus meluaskan pemahaman tentang ini pada masyarakat. Agar kita tak mudah dibuat lupa, dan menjadi tak berdaya.
ilu
sTr
as
i: d
an
i Yu
nia
rTo
� Kombinasi Edisi ke-48 Tahun 2013
D a r i r E d a K s i
Pemimpin Redaksi
Imung Yuniardi
Redaktur Pelaksana
Yuliyanti
Kontributor
Imung Yuniardi, Lisistrata, Lia
Syafitri Yuniar, Caecilia Mediana,
Annisa Faza, Mulia Bahagia Putri
Mooduto, Arie Sujito, Iman Abda,
Yeti Chotimah
Ilustrasi
Dani Yuniarto
Tata Letak
MS Lubis
Alamat Redaksi
Jalan KH Ali Maksum RT 06 No.
183 Pelemsewu, Panggungharjo,
Sewon, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia 55188
Telp/Fax: 0274-411123
Email: office@combine.or.id
Website: http://kombinasi.net
KOMBINASI diterbitkan oleh
COMBINE Resource Institution
(CRI) atas dukungan Ford
Foundation.
COMBINE Resource Institution
adalah lembaga yang
mendukung pengembangan
jaringan informasi berbasis
komunitas. Komunitas
menggali, mengolah, dan
mengkomunikasikan informasi
demi penguatan masyarakat
sipil di Indonesia.
Bila ingin lebih banyak melihat tayangan berita tentang kejadian di daerah Anda dibandingkan aksi Olga Syah
putra, pendam dahulu mimpi Anda itu. Jika ingin melihat kelompok kesenian anak tradisional lebih sering tampil di televisi dibanding Super Junior atau grup band ala Korea, catat saja itu dalam daftar keinginan Anda. Keberagaman isi siaran bukan salah satu hal yang diprioritaskan pemerintah melalui revisi UU Penyiaran.
Terpaan informasi yang dikendalikan media arus utama memang sedemikian dahsyat sehingga kerap membuat masyarakat lupa pada masalah yang penting dan dampaknya di depan mata, seperti revisi UU Penyiaran tersebut. Silih berganti ruang obrolan kita dipenuhi oleh kehebohan sosok misterius Bunda Putri hingga pro kontra Gubernur DKI Jokowi. Padahal, ada banyak hal yang dampaknya jauh lebih riil bagi masyarakat di seluruh pelosok negeri, termasuk UU Penyiaran ini.
Entah halhal penting ini sengaja dijauhkan atau disembunyikan dari mata masyarakat, yang jelas dengan minimnya daya kritis seluruh elemen masyarakat maka kelak bila akhirnya lolos disahkan begitu saja, masyarakat cuma bisa terlongonglongong melihat pemerintah dan penguasa modal menari bersama di atas frekuensi yang notabene milik publik.
Itulah mengapa kami memutuskan untuk sekali lagi membahas tentang revisi UU Penyiaran di edisi kali ini. Meski telah banyak pembahasan pro dan kontra mengenai revisi, terutama sejak pemerintah menyerahkan Daftar Isian Masalah (DIM) yang isinya begitu kontroversial itu, diskusi tentang ini wajib terus dikumandangkan. Kita tentu tak lupa sepak terjang Departemen Penerangan yang otoriter saat Orde Baru. Kita juga ingat bagaimana jaringan televisi nasional beramairamai mengajukan judicial review UU Penyiaran pada Mahkamah Konstitusi yang berujung pada pengembalian wewenang izin serta sanksi dari KPI ke pemerintah.
Sudah lebih dari 10 tahun usia UU Penyiaran, tapi banyak hal yang belum ditaati oleh televisi swasta serta pemerintah, misalnya tentang kewajiban televisi berjaringan. Dan itu tanpa sanksi sama sekali. Padahal klausul itulah salah satu yang menjadi prasyarat adanya keberagaman isi serta kepemilikan lembaga penyiaran.
Masih sangat banyak amanat yang baik di UU Penyiaran yang belum dilakukan. Kolaborasi pemerintah dan pemilik modal begitu kuat sehingga kontribusi UU Penyiaran bagi demokratisasi penyiaran masih minim. Kita bertugas untuk terus meluaskan pemahaman tentang ini pada masyarakat. Agar kita tak mudah dibuat lupa, dan menjadi tak berdaya.
ilu
sTr
as
i: d
an
i Yu
nia
rTo
D a r i r E d a K s i
Pemimpin RedaksiImung YuniardiRedaktur PelaksanaIdha SaraswatiKontributorMing Ming Lukiarti, Ferdy S Putra, Maryani, Fatchur Rahman, M AfandiIlustrasiDani YuniartoSampulDani YuniartoTata LetakMS Lubis
Alamat RedaksiJalan KH Ali Maksum RT 06 No. 183 Pelemsewu, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia 55188Telp/Fax: 0274-411123Email: redaksikombinasi@combine.or.idWebsite: http://kombinasi.net
Kombinasi adalah majalah dua bulanan yang diterbitkan oleh Combine Resource Institution atas dukungan dari Ford Foundation.
Combine Resorce Institution adalah lembaga yang mendukung pengembangan jaringan informasi berbasis komunitas.
Redaksi Majalah Kombinasi menerima opini, resensi, maupun tulisan berbasis peliputan seputar tema media komuni-tas. Panjang tulisan sekitar 6.000 karakter (with spaces), dengan men-can tum kan foto untuk tulisan non opini, dan dikirim ke redaksikombinasi@combine.or.id. Redaksi berhak memilih dan menyun ting tulisan yang masuk ke maja lah Kombinasi. Penulis yang karya nya dimuat akan mendapat honor sepantasnya.
Secara garis besar, film Hollywood berjudul Promise Land mengisahkan upaya se bu ah per usahaan gas alam mem bu
juk warga di sebuah de sa kecil di Amerika Serikat agar meng ijinkan eks ploitasi gas di la han mereka. Masyarakat di desa itu digambarkan be gitu miskin dan mi nim akses informasi. Akibat nya se ba gi an di an ta ra nya setuju un tuk menandatangani kontrak ka rena imingiming uang yang besar, serta yang pa ling pen ting, janji per usaha an bahwa pro ses eks ploitasi akan berjalan aman dan ti dak mengganggu ke hi dup an ma sya rakat.
Ternyata di kemudian hari muncul informasi yang bertolak bela kang. Proses eksploitasi yang akan dilakukan itu ternyata dampaknya sa ngat berba haya, tidak saja un tuk ter nak tapi bah kan untuk ma nu sia. Informasi ini disebarkan ke ko mu ni tas melalui pamflet se hing ga men do rong warga untuk men dis kusikan nya, dan ujungnya kemudian adalah war ga menolak rencana perusahaan gas tersebut.
Di Indonesia, nun jauh dari Hol lywood, situasinya kurang lebih seperti itu. Upaya penghisapan sumber daya alam melalui penambangan yang
me ru sak lingkungan terus dilakukan. Upa ya ini selalu dibarengi pe nye baran informasi sepihak dari per usa haan bahwa semuanya aman, se suai hukum dan akan membawa ke se jah tera an bagi komunitas setem pat.
Inilah ujian bagi komunitas tersebut. Saat mereka memiliki informasi yang berbeda tentang dampak penghi sap an tersebut, me re ka mes ti berta rung untuk me nye barkan nya pada publik. Tentu bu kan per ta rung an yang seimbang dan ideal, meng ingat perusa haan kor po rasi dengan da na tidak terbatas akan meng gu na kan ba nyak cara termasuk mem ben tuk opi ni le wat media arus utama yang le bih massif.
Akan tetapi, ketika membaca edisi ini, kita ta hu bahwa komunitas di Rembang, di Kulonprogo, di Sido arjo dan mung kin di banyak tem pat lain memi liki ca ra guna mem per ta han kan kedau lat an wilayahnya. Mereka pan tang me nye rah menyebarkan infor ma si sesung guh nya pada publik, bah kan bila perlu dengan melakukan ak si. Menja di tugas kita membantu mere ka dengan cara yang kita bisa, ter masuk ikut menyebarkan infor masi da ri mereka agar publik tak ha nya di su guhi informasi ciptaan korporasi.
ilu
str
as
i: v
iEn
na
-wv.
co
m
� Kombinasi Edisi ke-48 Tahun 2013
D a r i r E d a K s i
Pemimpin Redaksi
Imung Yuniardi
Redaktur Pelaksana
Yuliyanti
Kontributor
Imung Yuniardi, Lisistrata, Lia
Syafitri Yuniar, Caecilia Mediana,
Annisa Faza, Mulia Bahagia Putri
Mooduto, Arie Sujito, Iman Abda,
Yeti Chotimah
Ilustrasi
Dani Yuniarto
Tata Letak
MS Lubis
Alamat Redaksi
Jalan KH Ali Maksum RT 06 No.
183 Pelemsewu, Panggungharjo,
Sewon, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia 55188
Telp/Fax: 0274-411123
Email: office@combine.or.id
Website: http://kombinasi.net
KOMBINASI diterbitkan oleh
COMBINE Resource Institution
(CRI) atas dukungan Ford
Foundation.
COMBINE Resource Institution
adalah lembaga yang
mendukung pengembangan
jaringan informasi berbasis
komunitas. Komunitas
menggali, mengolah, dan
mengkomunikasikan informasi
demi penguatan masyarakat
sipil di Indonesia.
Bila ingin lebih banyak melihat tayangan berita tentang kejadian di daerah Anda dibandingkan aksi Olga Syah
putra, pendam dahulu mimpi Anda itu. Jika ingin melihat kelompok kesenian anak tradisional lebih sering tampil di televisi dibanding Super Junior atau grup band ala Korea, catat saja itu dalam daftar keinginan Anda. Keberagaman isi siaran bukan salah satu hal yang diprioritaskan pemerintah melalui revisi UU Penyiaran.
Terpaan informasi yang dikendalikan media arus utama memang sedemikian dahsyat sehingga kerap membuat masyarakat lupa pada masalah yang penting dan dampaknya di depan mata, seperti revisi UU Penyiaran tersebut. Silih berganti ruang obrolan kita dipenuhi oleh kehebohan sosok misterius Bunda Putri hingga pro kontra Gubernur DKI Jokowi. Padahal, ada banyak hal yang dampaknya jauh lebih riil bagi masyarakat di seluruh pelosok negeri, termasuk UU Penyiaran ini.
Entah halhal penting ini sengaja dijauhkan atau disembunyikan dari mata masyarakat, yang jelas dengan minimnya daya kritis seluruh elemen masyarakat maka kelak bila akhirnya lolos disahkan begitu saja, masyarakat cuma bisa terlongonglongong melihat pemerintah dan penguasa modal menari bersama di atas frekuensi yang notabene milik publik.
Itulah mengapa kami memutuskan untuk sekali lagi membahas tentang revisi UU Penyiaran di edisi kali ini. Meski telah banyak pembahasan pro dan kontra mengenai revisi, terutama sejak pemerintah menyerahkan Daftar Isian Masalah (DIM) yang isinya begitu kontroversial itu, diskusi tentang ini wajib terus dikumandangkan. Kita tentu tak lupa sepak terjang Departemen Penerangan yang otoriter saat Orde Baru. Kita juga ingat bagaimana jaringan televisi nasional beramairamai mengajukan judicial review UU Penyiaran pada Mahkamah Konstitusi yang berujung pada pengembalian wewenang izin serta sanksi dari KPI ke pemerintah.
Sudah lebih dari 10 tahun usia UU Penyiaran, tapi banyak hal yang belum ditaati oleh televisi swasta serta pemerintah, misalnya tentang kewajiban televisi berjaringan. Dan itu tanpa sanksi sama sekali. Padahal klausul itulah salah satu yang menjadi prasyarat adanya keberagaman isi serta kepemilikan lembaga penyiaran.
Masih sangat banyak amanat yang baik di UU Penyiaran yang belum dilakukan. Kolaborasi pemerintah dan pemilik modal begitu kuat sehingga kontribusi UU Penyiaran bagi demokratisasi penyiaran masih minim. Kita bertugas untuk terus meluaskan pemahaman tentang ini pada masyarakat. Agar kita tak mudah dibuat lupa, dan menjadi tak berdaya.
ilu
sTr
as
i: d
an
i Yu
nia
rTo
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 3
I n f o s E K i l a s
KIM Malaysia dan Brunai Darussalam Kunjungi KIM VII Koto Talago
limaPuluH Kota
Pada Minggu (25/5), tiga Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dari Malaysia dan Brunai Darussalam me ngun
jungi KIM VII Koto Talago, Kecamatan Guguak, Kabupaten Li ma pu luh Kota, Sumatera Barat. KIM ter se but adalah KIM Selangor, KIM Ne ge ri Sembilan, dan KIM Per se ku tu an Tanah Melayu.
Mereka datang didampingi Direktur Layanan Luar Negeri Kementerian Komunikasi dan Informasi, serta Kepala Dinas Perhubungan Kominfo Kabupaten Limapuluh Kota. Salah sa tu KIM yang dikunjungi ialah Ke lom pok Senior Ganepo UP3HP Padang Kandi, Nagari VII Koto Talago, yang meru pakan binaan KIM VII Koto Talago. Sesampainya di lokasi acara, delegasi KIM negara Malaysia dan Brunai Darussalam disambut dengan Tari Pasam bahan oleh anak nagari VII Koto Ta lago.
Dalam sambutannya, Wali Nagari VII Koto Ta lago Jon Hen dri menuturkan, keberadaan KIM VII Koto Talago
diawali lewat kegiat an Prog ram Pemberdayaan Petani me la lui Tek no logi In formasi Pertanian (P3TIP) yang dimulai pada 2008. Ke ti ka prog ram terse but ber akhir pa da 2012, kelompok peser ta program tersebut te tap eksis me la ku kan kegiat an di bi dang pember da yaan Sum ber Daya Manusia melalui pe man faatan teknolo gi infor masi per ta ni an. Inilah awal mula ber diri nya KIM VII Koto Talago.
Sampai saat ini KIM VII Koto Ta lago terus melakukan kegiatan seper ti pelatihan pengenalan serta apli ka si me dia internet sebagai media pemasaran, toko online, dan work shop UMKM untuk pelaku usaha. Pelatihan ini merupakan kerjasama an ta ra Pe merin tah Nagari VII Koto Ta la go, KIM VII Koto Talago, dan tim pengab di an masyarakat dari Uni ver si tas Ne ge ri Padang (UNP).
Adapun untuk sosialisasi program PNPM, tim sosialisasi KIM VII Koto Ta lago bekerja sama dengan Radio Komunitas Taratak FM. Acara kun jung
an ini juga diliput serta di si ar kan seca ra langsung oleh Radio Komunitas Taratak FM. KIM VII Koto Talago beker ja sama dengan pemerintah setempat dan SMKN 2 Guguak ju ga sudah memiliki media online www. 7kotota lago.limapuluhkota.org.
Heri Niz war, Ketua KIM VII Koto Talago, dalam presentasinya menje laskan, KIM ini bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan dan kesejah teraan masyarakat, serta menjadi mitra kerja pemerintah da lam me nyebarluaskan informasi pem ba ngunan kepada masyarakat sesuai de ngan situasi dan ke bu tuh an ma sya ra kat. KIM juga menjadi jembatan in for masi dari pemerintah ke pada ma sya ra kat dan sebaliknya.
Salah satu delegasi KIM Sela ngor, Malaysia, mengaku amat se nang dan berterima kasih atas sambutan yang diberikan. Pihaknya juga kagum terha dap produkproduk yang di ha silkan mitra binaan KIM VII Ko to Ta lago. www.suarakomunitas.net
su
ar
aK
om
un
ita
s.n
Et
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 20144
I n f o s E K i l a s
Rencana pembangunan pabrik semen baru di Kabu paten Rembang oleh PT Se men Indonesia akan direa li sa si kan
pada 2014 ini. Hanya saja, pele takan batu pertama sebagai penanda di mulainya bangunan pabrik yang dijad walkan dilakukan pada medio Ju ni di pasti kan molor dari rencana awal. Demikian kata staf Biro Hu mas Se men Indonesia Faiq Ni ya zi, Ming gu (8/6).
“Pembangunan pabrik akan dila kukan tahun ini. Memang untuk ren ca
Media Harus Berimbang Beritakan Capres-Cawapres
Semen Indonesia Siap Diskusi dengan Kelompok Penolak
na peletakan batu pertama yang ka mi jadwalkan pada Juni ini, mun dur dari rencana awal,” terang nya.
Sementara itu, tentang munculnya penolakan dari se bagian ele men masya ra kat terkait dengan ren cana pemba ngun an pabrik, pihaknya mengaku telah berupaya meng ajak mereka berdiskusi, ter uta ma yang terkait de ngan alasan keberatan mereka yang menyebut ka wasan rencana pab rik terletak pada kawasan karst Pe gu nung an Kendeng Utara yang di lin dungi.
“Belum lama ini, perusahaan telah mengundang kelompok warga yang menentang rencana pendirian pabrik semen untuk diskusi bersama de ngan mendatangkan para ahli karst dari beberapa universitas di Yog yakarta. Tapi mereka urung datang dengan alasan mereka menghendaki da tang dalam jumlah besar bukan ha nya per wakilan,” katanya.
Faiq juga menegaskan bahwa rencana pem bangunan pabrik semen di Rem bang tak menabrak regulasi. Hal itu bisa dilihan dengan terbitnya Kepu tus an Menteri ESDM No. 2641K/ 40/MEM/2014 Tentang Pe ne tap an Kawasan Bentang Alam Karst Su ko li lo.
“Kementerian Energi dan Sumber Da ya Mineral (ESDM) telah menerbitkan serta memberlakukan keputusan Menteri ESDM Nomor 2641K/40/ME M/2014. Peraturan ter se but men jadi dasar perlindungan kawasan karst Pegunungan Kendeng Utara yang membentang dari Kabupaten Grobogan, Blora, dan Pati. Sedangkan Rembang tidak termasuk dalam ke pu tus an tersebut sehingga tidak per lu lagi diperdebatkan,” tegasnya.
Meskipun demikian Manajemen PT Se men Indonesia membuka diri bagi pihakpihak yang kontra untuk diskusi dalam koridor ilmiah. “Kita siap untuk berdiskusi dengan kawanka wan yang tidak setuju sepanjang di ser tai dengan agumentasi ilmiah,” pung kasnya. www.suarakomunitas.net
rEmbang
lomboK utara
foto
-fo
to: s
ua
ra
Ko
mu
nit
as
.nE
t
BEBERAPA media televisi nasional, online, dan media cetak hampir setiap saat menyuguhkan berita terkait pemilihan calon presiden beserta wakilnya. Tetapi kadangkadang berita yang disuguhkan membuat pemilih tambah bingung karena tidak berimbang. Demi kian ungkap Jaelani dalam Forum Warga III yang digelar Radia Komunitas Primadona, Sabtu (7/6) malam.
Sebuah stasiun televisi, lanjut Jaelani, pernah menam pilkan hasil survei kedua pasangan capresca wapres. Namun, survei tersebut dinilai sebagai hasil reka yasa karena sering memojokkan salah satu pa sang
an capres. “Hasil survei yang ditampilkan oleh sa tu televisi nasional saya rasa hanya buatan be la ka,” ujar Jaelani. Seharusnya, lanjut Jaelani, berita yang di sampaikan media adalah berita yang tepat, aku rat dan terpercaya, bukan opini yang tidak jelas sum ber nya.
Sementara Taufiq dari Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur menilai, visimisi kedua pasangan caprescawapres sudah cukup baik. Hanya saja, masingmasing pendukung perlu menyampaikan isi dan misi itu dengan bahasa yang santun sehingga ti dak saling menyalahkan. www.suarakomunitas.net
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 5
KELoMPoK petani kopi di Kabupaten Bantaeg, Sulawesi Selatan, menda pat kunjungan dari Ford Found ation. Kunjungan tersebut me rupakan bentuk evaluasi Project Bawakara eng Coffee tahap I yang dilakukan oleh Yayasan Pensa Agro Man di ri (Ya pen sa) yang didanai Ford Foun da tion.
Kunjungan itu dimulai dari kebun pembibitan yang berlokasi di Dusun Panjang Utara, dilanjutkan ke Sekretariat Kelompok Tani Baji Ati 2 untuk melihat cara pengolahan kopi arabika, mulai dari penggilingan buah gelon dongan hingga masuk dalam mesin Pulper untuk menjadi Kopi Gabah yang disebut dengan pulping.
Lalu rombongan menuju Sanggar Tani yang berada di Kebun Percontohan Dusun Bawa', kemudian ke sek retariat Kelompok Tani Baji Am pe. Haji
TIDAK hanya Pulau Dewata yang memiliki air suci, masyarakat Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yog ya karta juga memiliki air suci. War ga se kitar menyebutnya dengan na ma Kali Batur, kali yang berasal da ri sebuah mata air yang sampai ki ni ti dak pernah habis.
Ketika ada pernikahan ataupun sunatan, warga yang punya hajat selalu mengambil air di mata air Kali Batur yang digunakan untuk masak dan mandi. Hal ini dilandasi kepercayaan bahwa air dari Kali Batur memberikan berkah.
Setiap bulan Ruwah dalam penanggalan jawa, warga sekitar memiliki tradisi Dandan Kali. Tradisi ini sudah ada sejak za man nenek moyang, dan terus dilakukan se cara turun temurun hingga saat ini. Dandan kali ada lah sebuah tradisi untuk mem ber sih kan mata air, yang diakhiri kenduri de ngan menyembelih seekor kam bing.
Meski kondisi Kali Batur tidak seperti dulu akibat Erupsi Merapi, warga masih melestarikan tradisi ini, yang tahun ini berlang sung pada Sabtu (8/6) dan Ming gu (9/6). Pada hari ter akhir, war ga mengungkapkan syu kur atas rah mat Tuhan beru pa air yang tidak pernah ha bis de ngan me nyem belih kambing. Untuk kenduri, warga biasanya memba wa am beng, yakni nasi yang ditem patkan di wadah besi, leng kap dengan lauk, jajan pasar, dan buah yang di bung kus ules atau kain. www.suarakomunitas.net
Lestarikan Tradisi Dandan Kali
Ibu Pekka Berkarya dengan Sampah
Petani Kopi Butuh Pelatihan Budidaya
buton
bantaEng
slEman
SAMPAH tak selamanya menjijikkan. Hal ini dibuktikan Ibu PEKKA Kelompok Kuncup Mekar Desa Wajahjaya, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara yang membuat kerajian tangan berupa tas keranjang dari bahan bekas.
Proses pembuatan satu tas keranjang itu membutuhkan waktu dua minggu. Bahan dasarnya menggunakan gelas bekas minuman siap saji dan tali tambang kecil berwarna biru sebagai penyatunya, serta pipa elas tis bening berukuran kecil sebagai pegangannya. Tas keranjang ini mampu memuat beban hingga lima kilogram.
“Yang penting mau melakukannya, sampah pun bisa menjadi karya yang bagus dan memiliki kegunaan. Tetapi kami belum memasarkanya karena masih membutuhkan bahan lain agar terlihat lebih cantik lagi,” tutur Yuliatin ketua kelompok tersebut. www.suarakomunitas.net
Jumali, Ketua Kelompok Tani Bum des Labbo, mengaku amat ber syu kur dengan adanya Yapensa dan Ford Founda tion di Desa Labbo. Ia ber ha rap ke depan Yapensa bisa mem be ri kan pela tihan budidaya, karena Dinas Perkebunan se tem pat ti dak lagi me nyediakan tenaga pe nyu luh un tuk bu dida ya kopi.
Selain itu, ia berharap subsidi untuk petani, misalnya berbentuk pupuk. Harapan senada diungkapkan se jumlah petani yang men da pat kesem patan untuk bicara. Se la in itu, pe ta ni juga berharap ada ban tu an ak ses ja lan ke kebun kopi yang jarak nya ja uh.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Yapen sa Hermansyah Gafur menjelaskan bah wa ke depan Ya pensa su dah me ren ca na kan ada nya perubah an pola da ri per te mu an kelom pok yang ada pada tahap I men jadi kegiatan sekolah lapang. Se dang kan Pimpinan Ford Foun dation menjelaskan bahwa bantuan akan disesuaikan ke bu tuhan dan kemampuan, karena ada hal yang bisa dibantu dan ada yang ti dak. Ford Foundation, misal nya, tak bisa membuat jalan karena itu tugas Pe merintah Dae rah yang bi sa dilaku kan lewat PNPM. www.suarakomunitas.net
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 20146
U t a m a
senin (16/6) pagi, media sosial (medsos) riuh oleh informasi menge nai ben trok antara ibuibu dengan aparat keamanan di sela acara bertema
'Doa Persiapan Pembangunan Pabrik Se men di Rembang'. Informasi yang beredar simpang siur. Berbagai akun di medsos mengamini bahwa bentrokan tersebut be nar terjadi. Namun tidak demikian di me dia massa arus utama. Ka bar itu se per ti luput dari perhatian para jur na lis yang ha dir di acara itu.
Fakta tentang bentrokan tersebut nyaris tidak ada di media massa pada hari kejadian. Kabar itu hanya tersebar di medsos yang menampilkan fotofoto keja di an di lapang an sebagai bukti. Bahkan Gu ber nur Ja wa Te ngah Gan jar Pranowo pun tak ta hu apa yang sebenarnya terjadi. Da lam cuit nya di Twitter pada 16 Ju ni 2014, Gan jar me nga ta kan, “Ratusan SMS ke saya so al se men Rem bang. Ada yg me nga ta kan ter ja di ben trok. Ada yg bilang tdk. Ada yg bs ksh in fo la pang an?”
Sesampainya di lokasi, terlihat dua tenda yang tampaknya dipasang seadanya. Tenda itu didirikan Senin malam oleh warga sebagai respons lanjutan terhasap acara yang digelar siang sebelumnya. Namanya tenda perjuangan. Tenda beratap terpal biru itu di tempati 80100 warga, mayoritas pe rem pu an, yang menolak pendirian pabrik se men.
Mereka memutuskan untuk menduduki area tersebut dan mendirikan tenda darurat hingga alat berat tambang ditarik kelu ar dari lokasi. Dengan kata lain, mereka akan berada di tenda tersebut hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Membantah
Terkait dengan informasi bentrokan antara aparat dengan warga yang beredar di medsos, pihak keamanan membantah. Di sejum
Selasa (17/6) pagi, jalan menuju desa itu begitu sunyi. Tak banyak aktivitas warga yang tampak. Pada rentang jarak sekitar empat kilometer dari jalan utama, hanya tiga sampai empat kerumunan petani yang tampak tengah beristirahat di tepi jalan tak beraspal. Mata kami sesekali mawas terhadap ge-rak-gerik orang berseragam, atau yang tidak berseragam, namun terlihat asing. Kemawasan kami bu-kan tanpa alasan mengingat tempat yang akan kami datangi adalah lokasi konflik antara war ga Keca-matan Gunem, Rembang, Jawa Tengah dengan PT Semen Indonesia yang pecah sehari sebe lum nya. Aparat keamanan tampak berjaga memantau siapa saja yang masuk ke area tersebut.
lah media, polisi dan sejumlah pejabat daerah menyatakan tak ada bentrokan de ngan ibuibu. Kepala Kepolisian Resort (Kapol res) Rembang AKBP M Kurniawan, se per ti di kutip humas.polri.go.id, menolak bah wa te lah terjadi bentrokan antara pihak ke po li si an dengan ibuibu.
Hal senada diungkapkan salah satu anggota DPRD Rembang, A'ang Maskur. Selama mengikuti prosesi acara doa bersama ter sebut, ia mengaku tidak melihat adanya keribut an, terlebih bentrokan.
Kami pun mencoba mengecek kesim pangsiur an tersebut ke sejumlah pihak. Kepala ke aman an sipil PT Semen Indonesia proyek Rem bang Sutikno, berpendapat serupa. “Ti dak ada bentrokan, hanya ibuibu kami pinggirkan karena menghalangi jalan ma suk tamu undangan,” ujarnya.
Di pihak lain, warga mengakui ada tindakan represif aparat terhadap aksi damai ibuibu yang menolak pembangunan pabrik semen di daerahnya. Yani (25), salah satu warga Desa Timbrangan, Kecamatan Gu nem mengatakan bahwa ketika aksi da mai berlangsung, beberapa polisi memeganginya agar tidak menerobos ba ris an aparat yang sedang mengawal ke da tang an tamu undang an.
Selain Yani, beberapa rekannya pun mendapatkan perlakuan serupa. Ibu Mur ti ni, misalnya. Setelah bertahan dengan ber ba ring di tengah jalan, tibatiba tubuhnya diangkat oleh beberapa polisi yang kemudian me lemparkannya ke semaksemak. Aki bat nya Murtini jatuh pingsan dan segera di to long oleh rekanrekan lainnya.
Tak hanya kaum perempuan yang memperoleh perlakuan kasar aparat. Kaum pria yang ikut mengawal aksi mendapatkan perla ku an serupa, khususnya mereka yang berpe ran sebagai dokumentator aksi. Sedikitnya
Tenda Perjuangan Menolak Pabrik Semen
Oleh FeRDHI S PUTRA, M AFAnDI, dan FATCHUR RAHMAn
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 7
empat warga yang memegang ka me ra pe rekam ditangkap aparat dan di in te ro ga si. Susilo, salah seorang warga yang di tangkap mengatakan bahwa saat sedang me re kam aksi aparat, ia diringkus dan lang sung di bawa ke mobil patroli. Saat coba me ne rus kan perekaman dari dalam mobil, se orang po lisi me ngancamnya. “Matikan, mas, atau kamera nya saya banting!”
Jumlah warga yang ditahan polisi ketika kejadian adalah tujuh orang, yang terdiri dari enam lakilaki dan satu perempuan. Mere ka ditahan tanpa alasan yang jelas, kecuali dituduh sebagai provokator, dan tidak memiliki kartu pers.
Klarifikasi SulitSetelah berhasil mengumpulkan informa
si dari warga, kami beranjak ke bebe rapa institusi guna meminta klarifikasi ten tang apa yang terjadi di area sekitar ta pak pabrik semen di Kecamatan Bulu, Rembang. Beberapa di antaranya adalah Pe rum Perhutani, PT Semen Gresik proyek Rem bang, Pelaksana Tugas Bupati Rembang, Bap pe da, Dinas ESDM wilayah Rembang, Ba dan Ling kung
an Hidup (BLH) wilayah Rem bang dan Polres Rembang.
Tujuan pertama adalah Perhutani. Lembaga pemerintah ini dipilih karena dianggap bertanggungjawab dalam perluasan area pabrik semen di daerah tersebut. Per hu tani dan PT Semen Indonesia telah menyepakati tukar guling hutan untuk dijadikan areal tambang seluas 57 Hektar. Itu ke mu di an menjadi pintu masuk bagi PT Se men Indo ne sia untuk membuka per tam bang an di Bulu.
Pihak Perhutani Mantingan yang diwakili Ismartoyo dari bagian Humas mengatakan bahwa tukar guling hutan tersebut bukanlah kebijakan mereka, melainkan kebijakan Kementerian Kehutanan.
Penelusuran berlanjut ke Kantor PT Semen Gresik proyek Rembang. Sebagai informasi, sebelum berganti nama menjadi PT Semen Indonesia pada 2012, perusahaan tersebut bernama PT Semen Gresik. Sementa ra Semen Indonesia Group adalah Ba dan Usaha Milik Negara (BUMN) yang me na ungi be berapa perusahaan semen besar se per ti PT Semen Gresik, PT Semen Tonasa, PT Se men Padang dan Thang Long Cement (Vietnam).
Ibu-ibu membawa
poster berisi penolak-
an terhadap pabrik
semen di Rembang.
Ko
mb
ina
si
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 20148
U t a m a
Di kantor tersebut, tak ada satu pun perwakilan yang mau memberikan penjelasan. Pihak perwakilan malah mengimbau kami untuk mendatangi kantor pusatnya di Gresik, Jawa Timur. Hal serupa terjadi di lokasilokasi berikutnya: Kantor Bupati, Bappeda, Dinas ESDM dan BLH. Tapi tak satu pun bersedia memberikan klarifkasi soal ben trok, maupun memberikan data dan fak ta terkait keberadaan pabrik semen di Rem bang.
Begitu juga ketika kami mendatangi Polres Rembang. Wakapolres Rembang yang ber hasil ditemui tidak berani memberikan kla rfikasi dengan alasan tidak ingin me langkahi Kapolres yang pada saat itu sedang tidak berada di kantor.
Sikap UlamaBeberapa ulama juga bersikap atas pen
dirian pabrik semen di Rembang. KH Ubaidil lah Achmad, misalnya. Dia adalah to koh ula ma yang selama ini cukup intens berkomu ni kasi dengan warga perihal kon flik pabrik semen. Di hari ketika warga meng alami represi, ulama yang akrab dipanggil Gus Ubaid ini adalah orang yang melobi apa rat agar mau memberi ruang pada warga untuk mendirikan tenda protes di de kat ta pak pabrik.
Mengenai keberadaan pabrik semen, Gus Ubaid secara terangterangan menolak. Ia khawatir pendirian pabrik semen akan mengubah kultur keagamaan atau spiritual masya ra kat. “Sebab, tiap industri masuk desa selalu dibarengi dengan adanya ko mer si a lisasi yang berdampak buruk pada perubahan gaya hidup dan pergaulan ma sya ra kat. Apalagi industri yang datang ka te gori high ca pital (bermodal be sar),” katanya.
Namun dalam sebuah konferensi pers 27 Juni 2014, Gus Ubaid menyatakan mundur da ri aktivitas pendampingan warga. Alasannya, warga sudah tak mengindahkan tra disi norma kemasyarakatan dan agama yang ditetapkannya, misalnya dengan te tap ber tahan menggelar demo di tenda men je lang datangnya Ramadhan. Selain itu, Gus Ubaid juga menengarai penolakan warga un tuk pulang dipicu adanya pihak lain yang ber ma in di belakangnya.
Di pihak lain, Ming Ming Lukiarti, pegiat Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang, membantah hal itu. “Tidak ada intervensi dari aktivis yang dimak sudkan (...) Pergerakan ini ada lah perge rak an masyarakat yang ha rus digerakkan oleh hati masyarakat itu sendiri, bu kan per
gerakan elit yang hanya me mas rah kan se gala urusan kepada aktivis,” te rang nya.
Selain Gus Ubaid, ulama yang juga me nyatakan diri berpihak pada perjuangan warga adalah KH Yahya Cholil Staquf, Peng asuh Pondok Pesantren Rudlatul Tholibien Rembang. Gus Yahya menyatakan dengan te gas keberpihakannya kepada warga. Alas annya cukup berbeda dengan Gus Ubaid yang le bih memperhatikan faktor kultural. Gus Yahya menekankan bahwa perjuangan warga melawan pendirian pabrik semen tidak se matamata urusan ekonomi, tetapi juga ke lesta rian alam dan pemanfaatan sumber da ya alam yang melimpah di Rembang.
Salah satu alasan warga dan aliansi masya rakat Rembang menolak pabrik semen ada lah karena di areal proyek tersebut terdapat banyak sumber mata air berupa su ngai bawah tanah, dan gua karst yang me ru pa kan pilar keseimbangan ekosistem di Rembang dan Pegunungan Kendeng. Apa bila semua itu hancur, ekosistem pun akan terganggu. Imbasnya tidak hanya terdampak pada kerusak an lingkungan, melainkan ju ga pada benca na yang lebih besar, yakni kemanusiaan—akibat kekeringan dan paceklik.
SolidaritasHingga berita ini ditulis, sudah lebih dari
tiga pekan warga melakukan aksi pen du dukan. Berbagai bentuk solidaritas pun dilakukan oleh individu maupun kelompok di berbagai daerah—Jakarta, Yogyakarta, Sema rang, Bandung, Surabaya, Palembang, Ma lang, Makassar, Ternate, Karawang, Lam pung, bahkan Australia dan Hong Kong—yang pe duli terhadap perjuangan warga.
Sejumlah tokoh baik lokal maupun na si onal juga menyambangi mereka un tuk sekadar memberi semangat, atau meng im bau mereka untuk menghentikan aksinya. Ibuibu itu bergeming. Mereka bersikukuh bertahan di tenda perjuangan. Mereka meng aku tak akan mundur meski ula ma menyuruh mereka kem bali ke rumah. Me re ka tak akan menye rah meski kepolisian meng an cam de ngan penjara, pun tidak mau ber kom pro mi keti ka gubernur meminta me re ka me la ku kan ak si dengan cara yang le bih 'elegan'.
Namun, masih ada yang mampu membuat me reka mau menghentikan aksinya dan kem bali ke rumah, menjalani kehidupan seper ti sedia kala: berhentinya operasi pendirian pabrik semen dan ditarik keluarnya alatalat berat dari kampung mereka.
Pergerakan ini ada lah per ge rak-an masyarakat yang ha rus digerakkan oleh hati masyarakat itu sendiri, bu kan per gerakan elit yang hanya me-mas rah kan se ga-la urusan pada aktivis.
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 9
Perbukitan batu gamping di Gunung Watuputih terletak di tenggara Kabupaten Rembang. Gunung ini masuk wilayah Kecamatan Sale dan Ke
camatan Gunem di Rembang, serta sebagian kecil termasuk wilayah Kabupaten Blora.
Menurut hasil penelitian oleh Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah dan Direktorat Jende ral Geologi dan Sumber Daya Mineral pada 1998, perbukitan Gunung Watuputih meru pa kan bentang alam karst yang terbentuk pada zaman pliosen. Secara hidrogeologis, pada tempat tertentu akan terben tuk saluran bawah permukaan yang me mung kin kan terbentuknya mata air berdebit besar.
Hasil survei lapangan Semarang Ca ver Association dan Jaringan Masya ra kat Peduli Pegunungan Kendeng Rem bang ditemukan 49 goa dan 109 sum ber mata air alami.
Tidak banyak yang tahu ada banyak fakta di balik gerakan penolakan pendirian pabrik semen di Rembang. Maklum, sebagian besar isi berita di media arus utama hanya mengulas sisi permukaan yang tampak, yaitu aksi masyarakat melawan rencana pemerintah dan pengusaha. Padahal di balik itu, banyak fenomena sosial masyarakat dan kajian geologi yang penting diketahui khalayak.
Ancaman Tambang SemenNamun, penelitian tersebut seolah men
ja di dokumen bisu tak berarti lantaran renca na pendirian serta penambangan pabrik se men di Rembang terus berjalan bahkan didu kung Pemkab Rembang. Perusahaan terse but antara lain PT Semen Indonesia, PT Gunung Mas Mineral, dan kemudian akan menyu sul Bo sowa.
Padahal secara hukum, setidaknya ada tiga regulasi yang menegaskan cekungan air tanah Watuputih adalah kawasan lin dung. Mu lai dari Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011, Perda Provinsi Jateng No. 6 Tahun 2010 yang semuanya tentang Tata Ruang Wilayah, hingga Keputusan Pre si den Repub lik Indonesia No. 26 Tahun 2011.
Aksi perusahaanperusahaan semen yang terus melanjutkan proses pendirian pabrik
Tambang Semen Ancam Karst Gunung Watuputih Rembang
Oleh MInG MInG LUKIARTI
Bentuk Protes warga
atas keberadaan
tambang Semen Indo-
nesia di Rembang.
foto
-fo
to: d
oK
um
En
min
g m
ing
lu
Kia
rti
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201410
U t a m a
jelas mengancam kerusakan ekologi. Selain membabat lahan hutan, penambangan kawasan karst akan merusak sumber mata air. Sela in dimanfaatkan oleh petani, sum ber mata air di Gunung Watuputih juga dimanfaatkan PDAM Rembang untuk melayani ma syara kat Rembang dan Lasem.
Masyarakat di sekitar yang mayoritas petani merasa resah. Bukan hanya kebutuhan air yang terancam, tapi sebagian lahan pertanian produktif pun bakal hilang lantaran pabrik semen membutuhkan lahan yang sangat luas. Pada ujungnya, semua hal ini akan melemahkan ketahanan pangan dae rah dan nasional.
Menurut Ketua Program Studi Teknik Geologi ITB Budi Bramantyo, kawasan karst menyimpan air tanah dengan sangat ba ik, sela in menjadi habitat fauna penjaga ke se imbangan ekologi. Karena itu, kawasan karst, terutama yang di dekat area pertanian dan permukiman penduduk mutlak perlu di lindungi (Kompas, 13/5/2014).
Di samping secara ekologi dan ekonomi, an cam an yang tak kalah mengerikan adalah ten tang meluasnya penyebaran virus HIV/AIDS. Sekarang di Rembang angka tertinggi penderita HIV/AIDS terdapat di Ke ca matan Sale yang merupakan kawasan per tambangan. Di sana kerap terjadi protes warga ka rena menjamurnya kafe dan warung re mangremang yang diduga sebagai awal mu la penye baran virus HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS di wilayah Kabupaten Rembang da ri tahun 20042013 mencapai angka 149 ka sus, 80 di antaranya berakhir dengan meninggal nya penderita.
Penolakan Warga Warga Rembang baik yang dekat maupun
jauh dengan calon lokasi tambang dan tapak pabrik sejak awal telah mela ku kan penolakan. Beberapa saat ter akhir ge rakan ini ju ga didukung sejumlah pe san tren.
Gerakan masyarakat ini antara lain berupa kegiatan belajar bersama dan menguatkan jaringan. Mereka selalu berswadaya untuk menghidupi gerakan. Mi sal nya de ngan iuran sesuai kemampuan, membentuk kelom pok yang menawarkan jasa te na ga untuk mendirikan rumah, memproduksi perakpernik terkait ge rak an yang ke mudian dijual dan keuntungannya ma suk ke kas kelompok.
Faktanya di lapangan belum semua lahan dibebaskan, masih banyak warga yang meno lak menjual untuk dijadikan lo ka si pabrik atau pertambangan. Sebagian be sar warga yang telah menjual pun se betul nya ti dak memiliki informasi akurat dan leng kap, misalnya ada yang dijanjikan tanahnya dibeli untuk ditanami pohon jarak. Ini membuktikan minimnya sosialisasi yang tran s pa ran pada seluruh masyarakat ten tang rencana tersebut. Tapi tetap saja in ti mi dasi sering di alami oleh warga yang me no lak, ba ik ber asal dari perangkat desa, apa rat mau pun orang yang mengaku dari per usa ha an se men.
Dampak bagi Perekonomian Warga Dalam berbagai kesempatan, pemerintah
baik daerah maupun pusat selalu menyatakan penambangan dan pendirian pabrik semen akan meningkatkan perekonomian dae rah melalui peningkatan PAD. Tapi se mua itu belum tentu benar. Data BPS Rembang menyebutkan catatan pertumbuhan ekonomi tahun 2011 di Rembang adalah 4,4%. Sumbangan sektor pertanian adalah 44,75%, sektor perdagangan 17,38% dan paling kecil adalah sektor pertambangan sebesar 1,6 7%.
Bayangkan saja jika sektor pertanian mati, maka separuh PAD akan hilang. Da ri potensi yang ada, pemerintah justru ha rusnya fokus memajukan pertanian. Pe nam bang an hanya akan menimbulkan ke ru sak an alam, apalagi jika dilakukan di kawasan lindung. Umur ekonomis perusahaan tam bang amat terbatas, beda dengan umur eko no mis la han produktif pertanian yang tak ter ba tas.
Ming Ming Lukiarti
Aktivis Lingkungan, Koordinator
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan
Kendeng (JMPPK) Rembang
Salah satu sungai
bawah tanah di dalam
goa di Gu nung Watu-
putih, Kabu pa ten
Rem bang.
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 11
Sekitar enam bulan terakhir, Purwaningsih (55) sudah bisa berdiri dan berjalan kaki tanpa bantuan orang lain. Ini adalah perkembangan yang baik, mengingat sebelumnya selama tak kurang dari tiga tahun ia hanya bisa tergolek di ranjang sambil merintih kesakitan.
Purwaningsih adalah korban ledakan gas metan di rumahnya sendiri yang berada di seberang tang gul lumpur Lapindo, tepatnya di De sa Si ring Ba
rat, Porong, Kabupaten Si do ar jo, Ja wa Timur. Waktu itu tahun 2010. Ge lem bung gas metan yang gampang ter ba kar ber mun cul an di are al sekitar tanggul lum pur La pino. En tah dari mana, pada 7 Sep tem ber menje lang malam, api tibatiba mun cul di ru mah nya dan menjalar dengan ce pat.
Purwaningsih yang sedang berada di dalam rumah tidak kuasa menghindar. Api pun menyambar tubuhnya. Anaknya juga menderi ta luka bakar meski tidak separah diri nya. Rumahnya turut terbakar. Sejak hari itu, ia dan keluarganya harus pindah rumah. Mere ka kemudian menempati rumah pe ninggal an keluarga yang lokasinya tak ter lalu jauh dari rumah yang terbakar. Di da lam ru
mah itu, Purwaningsih hanya bisa ter ba ring. Semua aktivitas dari ma kan sampai buang air dilakukan di atas tem pat tidur.
Hampir seluruh kulit tubuhnya melepuh se hingga dokter memvonisnya akan cacat seumur hidup. Ia harus melalui prosedur operasi berkalikali untuk mengatasi luka ba karnya. Daging di perutnya diambil un tuk menam bal daging di tangan dan kaki. Se dangkan suami dan anaknya harus pon tangpanting mencari biaya.
Hingga akhirnya pada hari itu, Jumat 29 Mei 2014 pagi, Purwaningsih sudah bisa duduk manis dalam warung yang ber ada di bawah tanggul lumpur Lapindo. Wa jah nya tampak segar. “Saya sangat bersyukur sudah bisa jalan lagi, pelanpelan, meskipun ka lau untuk berdiri masih sangat sakit,” ujar nya.
Pagi itu, Purwaningsih menjadi satu dari ribuan warga yang muncul di tanggul un tuk mem peringati delapan tahun tragedi bencana Lumpur Lapindo. Warga yang menjadi korban maupun warga yang tinggal di seki tar tanggul lumpur memang senantiasa memper ingati bencana itu setiap tahun. Bencana yang telah membuat mereka kehilangan rumah, harta benda, kampung, tetangga, juga ma kam leluhur mereka.
Gemuruh Ingatan Lumpur Lapindo
Oleh IDHA SARASWATI
Foto: karya instalasi
berjudul “survivor”
karya Dadang Cristan-
to, Jumat (29/5),
yang dipasang di atas
lumpur Lapindo guna
memperingati 8 tahun
Lumpur Lapindo.
Kombinasi
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201412
U t a m a
Puncak peringatan selalu diadakan pada 29 Mei, karena pada tanggal itulah untuk pertama kalinya, delapan tahun silam, lum pur panas menyembur dari su mur gas mi lik PT Lapindo Brantas. Sejak saat itu, lum pur panas terus menyembur hingga me ne lan rumahrumah di 16 desa yang ada di Kecamatan Porong, Jabon serta Tang gul angin. Total ada tak kurang dari 1.600 rumah tenggelam dan rusak. Seba nyak 25.000 jiwa mengungsi karena kehi lang an tanah dan ba ngun an (Radar Sido arjo).
Di luar kerusakan bangunan, semburan lum pur juga berdampak pada menurunnya ku alitas air tanah sehingga tak layak di konsumsi. Warga yang masih bertahan di se ki tar tanggul juga harus menghirup bau gas yang keluar bersama lumpur.
Peringatan dilakukan warga untuk mengingat bencana ini dan dampaknya, sekaligus mengingatkan pihak lain agar tragedi se rupa tak terulang. Apalagi sampai hari ini masih ada sekitar 3.000 berkas tanah dan bangun an milik warga yang belum me ne rima pelunasan ganti rugi dari PT Minarak La pindo Jaya. Mereka dibiarkan hidup ter ka tungkatung selama delapan tahun.
Pagi itu pun mereka hadir untuk menuntut agar pembayaran ganti rugi bagi korban segera dilunasi. Jika Lapindo tidak sanggup me lunasi, mereka meminta komitmen negara untuk mengeluarkan dana talangan gu na
melunasi ganti rugi, sehingga nasib kor ban tak perlu terkatungkatung lebih la ma lagi.
Acara peringatan itu juga ditandai de ngan penandatanganan kontrak politik mengenai pe nyelesaian ganti rugi bagi korban lumpur oleh salah seorang calon presiden. Di tahun politik, tragedi yang merugikan puluhan ribu orang ini memang menjadi sa lah satu isu penting yang berulangkali di se but dalam hiruk pikuk jelang pemilihan presiden. Apa lagi sosok yang dianggap bertanggung jawab atas terjadinya tragedi ini ada lah ketua umum partai politik besar yang sempat men ca lonkan diri menjadi pre si den.
Ingatan dalam PuisiNamun di luar acara peringatan yang sa
rat nuansa politik, ada halhal lain yang dilakukan tanpa mempedulikan po li tik. Sejak beberapa bulan menjelang peringatan, Korban Lumpur Menggugat (KLM) ber sa ma Ur ban Poor Consortium (UPC) telah merencana kan penerbitan buku puisi un tuk me nam pung ingatan tentang Lumpur La pin do.
Koordinator KLM Muhammad Nur Hidayat mengatakan, semburan lumpur Lapindo pada 29 Mei 2006 selalu diperingati warga korban lumpur setiap tahun. Dalam se tiap peringatan korban lumpur selalu meneriakkan tuntutan pelunasan ganti rugi, pemulihan lingkungan, serta tanggung jawab pi hak Lapindo untuk membereskan semua per so
Antologi puisi (foto atas) dan penampilan anak-anak korban lumpur di panggung Malam Budaya (foto bawah) dalam mem-peringati 8 tahun tra-gedi Lapindo.
foto
-fo
to: i
sti
mE
wa
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 13
al an yang muncul akibat pemboran yang telah ia lakukan.
Isi tuntutuan warga nyaris sama selama delapan tahun, karena persoalan yang mereka hadapi tak kunjung diselesaikan baik oleh Lapindo maupun pemerintah. Dan kini saat berbagai tuntutan belum dipenuhi, Lapindo malah berencana membuka sumur gas baru di Tanggulangin yang jaraknya tak le bih dari 2 kilo meter dari pusat semburan.
oleh karena itu, lanjut Muhammad, momen delapan tahun lumpur lapindo digu nakan untuk menjaring keprihatinan berbagai kalangan melalui puisi. Kumpulan puisi ini diharapkan bisa menjaga akal sehat atas tragedi kemanusiaan tersebut.
Buku puisi itu disusun dengan mengundang para penyair dari berbagai wilayah yang ingin bersolidaritas. Ternyata sambutannya baik. Para penyair dari berbagai daerah mulai dari Sidoarjo, Denpasar, hing ga Australia berpartisipasi dengan me ngi rim kan puisinya. Mereka berempati melalui puisi.
Raudal Tanjung Banua, penyair yang menye leksi dan mengedit puisipuisi tersebut kemudian mengumpulkannya dalam sebuah buku antologi puisi yang diberi judul “Gemu ruh Ingatan”. “Total ada 88 puisi dari 72 pe nyair. Karyakarya yang masuk tetap mela lui proses seleksi,” jelasnya.
Menurut Raudal, bencana semburan lumpur telah melenyapkan banyak hal. Maka semua yang dibuat sengsara dan mende rita layak dikenang, dan peristiwa yang menghancur kan segalanya tersebut harus dicatat dalam ingatan kolektif, personal maupun memo ri sejarah. Puisi menjadi salah satu me dia yang bisa digunakan untuk itu.
Sejumlah penyair yang puisinya masuk dalam buku tersebut lantas membacakannya di atas panggung Malam Budaya Peringatan 8 Tahun Lumpur Lapindo yang digelar di atas tanggul lumpur pada Kamis (28/5) ma lam. Acara tersebut dihadiri ratusan warga korban lumpur, termasuk mereka yang sudah pin dah ke wilayah lain yang jauh dari area tang gul. “Saya sudah pindah ke rumah baru da ri tahun kemarin, ya sejak dilunasi oleh BP LS saya serta tetangga lainnya langsung men ca ri rumah baru,” ujar Salam, salah sa tu korban lumpur.
Salam masuk ke dalam kelompok korban lum pur yang ditangani oleh Badan Pe nanggulang an Lumpur Sidoarjo (BPLS). Pembayar an ganti rugi oleh BPLS menggunakan dana dari anggaran belanja dan pendapatan ne
ga ra (APBN) sehingga lebih cepat selesai. Situasi Salam ini berbeda dengan nasib ribuan warga yang harus berhadapan dengan PT MLJ. Meski rumahnya sudah ditelan lumpur, selama delapan tahun mereka tak kun jung mendapatkan pelunasan ganti rugi.
Sejumlah anak yang menjadi korban lumpur juga membacakan puisi buatan mere ka sen diri di atas panggung. Selain itu, panggung budaya juga diisi dengan berbagai acara. Musisi rock Roy Jecovox (eks vokalis Boome rang), misalnya, menyempatkan hadir untuk menyanyikan sejumlah lagu untuk menya ta kan dukungannya bagi korban lum pur. Begitu juga dengan pemain ludruk terkenal di Jawa Timur, Cak Kartolo, dan ang gota Slanker Fans Club (SFC) Surabaya yang ikut tampil di atas panggung.
Di samping mengingat dengan puisi, sejum lah perupa juga membuat karya untuk memper ingati delapan tahun lumpur Lapindo. Da dang Cristanto menghadirkan in sta lasi pa tung ber judul “survivor” yang dipasang di da nau lumpur. Patungpatung de ngan tangan te nga dah itu membawa ber ba gai pera botan da pur mulai dari kompor gas, ki pas angin, peng go rengan, hingga panci dan main an anakanak. Proses pembuatan pa tung itu me li bat kan warga, begitu juga de ngan pema sang annya.
Kelompok seni Taring Padi dari Yogyakarta bersama warga juga menciptakan karya in sta lasi berupa tangantangan kardus yang muncul dari danau lumpur. Mereka ju ga membuat ogohogoh raksasa. Dengan begi tu, acara peringatan tersebut telah me li bat kan seni sastra, musik, dan seni rupa se ka li gus.
Karyakarya tersebut mendapat sambutan hangat dari para pengunjung tanggul lumpur. Mereka mengambil foto berlatar karyakarya tersebut. Tidak sedikit yang kemudian mengunggah fotofoto tersebut ke me dia sosial seperti facebook dan twitter, sehingga pesan tentang peringatan delapan ta hun lumpur Lapindo semakin meluas.
Warga yang jadi korban lumpur pun tak mau ketinggalan. Mereka aktif mendokumentasikan proses pemasangan karya dan mengunggah fotofoto tersebut di me dia so si al.
Bersamasama, warga serta mereka yang bersimpati pada korban lumpur Lapindo berupaya untuk terus merawat ingatan tentang bencana yang telah terjadi. Sedangkan bagi Purwaningsih, kenangan akan tragedi itu abadi di keloid tebal yang membungkus tangan dan kakinya.
Ogoh-ogoh di atas danau lumpur Lapindo kar ya
Taring Padi.
Peringatan dilakukan
warga untuk meng ingat
bencana ini dan dampaknya,
sekaligus mengingatkan pihak lain agar tragedi serupa
tak terulang
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201414
U t a m a
ada sekitar 30 orang di ruangan yang berlokasi tak jauh dari bibir Pantai Parangkusumo, Bantul, Se lasa (27/ 5) pagi itu. Mereka ber asal da ri be
ragam tempat, antara lain Ku lon pro go, Bantul, Sleman, Blora, Jepara, In dramayu, dan Jakarta. Pun latar belakang me re ka. Keba nyakan adalah petani, atau masyara kat de sa yang masih akrab dengan kegiat an meng olah tanah. Selain itu ada bu ruh, mahasis wa, pe dagang kecil, dan sebagainya. Mereka da tang untuk mengikuti Ke las Bel ajar FK MA.
FKMA atau Forum Komunikasi Masya rakat Agraris merupakan wadah komunikasi ba gi komunitaskomunitas yang kini hampir, sedang, atau telah menjadi kor ban ekspan si kapital korporasi maupun ne ga ra. Forum ini dideklarasikan pada 22 Desember 2011 di Yogyakarta. Selama hampir tiga tahun berproses, anggota FKMA sudah menca pai 13 komunitas dari 12 kabupaten di Pulau Jawa dan Sumatera. Dalam rentang waktu itu pula, FKMA sudah mengadakan kongres sebanyak dua kali, yakni pada 2011 dan 2013. Pascakongres ke dua, ko mu ni taskomu ni tas yang tergabung bersepakat un tuk mengadakan pertemuan lanjutan. Me li hat kebutuhan dan misi FKMA ke depan, ma ka dise pakati bahwa agenda selanjutnya ada lah sekolah atau kelas belajar.
Mengapa Kelas Belajar Setahun lebih sejak kongres ke dua dige
lar, rencana kelas belajar kian dimatangkan. Berawal dari obrolan santai para anggota dan relawan FKMA, rencana untuk mengadakan sekolah tani terus digodok. Sekolah tani, atau disebut juga kelas belajar, tidak sematamata diperuntukkan bagi para pe ta ni, me la inkan bagi seluruh komunitas yang ter ga bung dalam FKMA; yakni pe ta ni, nelayan, pe dagang kecil ataupun ma sya ra kat yang selama ini ditindas oleh per usa ha an dan ne ga ra. Su
Fajar belum lama meninggi, namun ruangan kecil itu sudah penuh sesak oleh orang-orang. Pemandangan itu tak seperti biasanya, karena memang ruangan itu hanya bagian kecil dari bangunan serupa penginapan 'sesaat' yang terletak di pesisir selatan Yogyakarta.
dah menjadi rahasia umum bahwa perusahaan dan negara kerap ber tin dak sewe nangwenang terhadap rak yat kecil, dan se ba liknya selalu membela ke lom pok ber du it.
Semula, sekolah ini diagendakan sebagai sekolah anak tani, yakni sekolah yang di tujukan bagi generasi muda di komunitaskomu nitas yang tergabung dalam FKMA. Menga pa anak tani menjadi sasarannya? Karena jika melihat jauh ke depan, konflik saat ini mungkin akan jadi konflik berkepanjang an yang tidak terselesaikan hanya pa da satu generasi saja. Ini dikarenakan korporasi hampir pasti tidak akan me ning gal kan la han potensial sampai sum ber daya alam yang dikan dungnya di keruk ha bis. Ma ka, para ge nerasi muda, yang di ang gap sebagai pene rus perjuangan, per lu me ma hami sega la se luk beluk konflik yang ter ja di di dae rah nya.
Selain itu, gagasan ini juga berangkat dari kegelisahan umum terhadap semakin berkurangnya generasi muda yang bercitacita menjadi petani. Padahal, petani, nelayan dan para peda gang yang memproduksi bahan pangan se ca ra langsung, adalah tulang punggung ke lang sungan per adab an ma nu sia.
Berangkat dari gagasan itulah, upaya rea lisasi agenda kelas belajar dilakukan. Langkah awal yang dilakukan adalah menggalang dana untuk keberlangsungan kelas bel ajar. Hal ini dilakukan mengingat FKMA adalah wadah otonom, sehingga swadaya da na menjadi keniscayaan.
Pada 2729 Maret 2014, individuindividu yang tergabung dalam Relawan FKMA mengadakan fundraising (penggalangan da na) di Jakarta, yakni di galeri milik pema tung Dolo rosa Sinaga, markas KontraS dan Kantor Change.org. Agenda serupa juga dilakukan di Yogyakarta pada 12 April 2014 di kawasan Nol Kilometer. Berbekal dana yang ter kumpul dari penggalangan itu, akhirnya pada 2729 Mei 2014 ke las belajar FKMA digelar.
Kelas Belajar Agraria FKMA: Perkuat Gagasan, Pertahankan Lingkungan
Oleh FeRDHI S PUTRA
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 15
MP3eI: Benang Merah Konflik Agraria Indonesia Kontemporer
Kelas yang digelar selama tiga hari tersebut disusun agar para peserta bisa memetik pelajaran dari komunitas lainnya. Da lam kegiatan ini, dibangun semangat bel ajar yang sifatnya horisontal. Setiap ko mu ni tas yang dipercaya untuk membagi peng alam an nya mendapat ruang untuk bercerita ten tang apa pun yang mereka alami, baik ke ber ha sil an maupun kegagalan.
Tema besar kelas belajar ini adalah tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pem bangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Sebuah skema besar pembangunan yang dalam praktiknya akan menghancurkan lingkung an dan manusia serta ruang hidup nya. Hendro Sangkoyo, pendiri Sekolah De mo kratik Ekonomi, menjadi pemateri sesi ini.
Dalam pemaparannya, pria yang kerap disapa Yoyok ini menjelaskan relasi antara konflikkonflik agraria dengan agenda MP3EI. Ia menjelaskan bahwa konflik yang tengah dihadapi komunitaskomunitas ta ni tak lain adalah dampak dari progres implementasi agenda tersebut. Selama ini isu kon flik berusaha dilokalisasi oleh pe ngu a sa, se hing ga
terlihat seolaholah tidak per nah ada kait an antara konflik petani di Ku lon pro go de ngan perusahaan tambang pa sir besi, misal nya, dengan konflik petani Ba tang, Jateng de ngan PLTU (Pembangkit Lis trik Tenaga Uap).
Dampak dari isolasi konflik ini membuat konflik di daerahdaerah tersebut hanya terli hat sebagai riakriak kecil dari se ge lin tir orang yang menolak digusur. Pa da hal konflik itu adalah sebuah skema be sar eksploi tasi sumber daya alam—dan pe ram pasan tanahtanah warga—berkedok pem ba ngun an.
Hingga hari terakhir, rasa kebersamaan antarkomunitas semakin menguat. Ratusan orang dari beberapa daerah konflik, seperti Kulonprogo dan Bantul, datang berbondongbondong untuk mengikuti penutupan kelas belajar yang disertai dengan gelaran ritual larung di Pantai Selatan. Para peserta kelas belajar silih berganti melakukan orasi untuk menyemangati warga yang datang. Mereka berbagi cerita tentang apa yang me re ka dapatkan di kelas belajar. Pekikan so li da ri tas terus berseru sebelum akhirnya gu nungan larung diarak menuju tepi pantai, yang menandai akhir dari rangkaian kelas bel a jar agraria FKMA.
foto-foto: Kombinasi
Foto-foto: suasana
diskusi Forum Komuni-
kasi Masyarakat Ag ra-
ris di Pantai Parang ku-
sumo, Yogyakarta.
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201416
P o r t a l
Fenomena kampanye hitam jelang Pilpres ini dirasa sangat meresahkan, sehingga tema itu dibahas pada dis kusi pub
lik “Media Sosial untuk Pil pres yang Ber ku a li tas dan Ber adab”, Jum at (6/6) di kantor KPUD Da e rah Is ti me wa Yogyakarta. Acara ini di ha diri oleh per wakilan KPUD DIY, perwakilan tim sukses dari ke dua calon pasang an pre siden, jur na lis, pegiat media ko mu ni tas, dan pe mer hati me dia.
Budi Hermanto dari Masyarakat Peduli Media (MPM) selaku mo de rator diskusi menyebutkan, jelang Pil pres me dia sosial berubah menjadi media yang membodohi. Tidak ada lagi dialog yang mencerahkan. Be gitu ber beda pendapat, caci maki akan dengan mudah muncul di me dia so si al. Tidak sedikit orang yang akhir nya memutus kan hubungan per te man an garaga ra temannya me ma jang status berbau pilpres di me dia sosial. “Ini aneh ka rena toh sa lah satu dari pa sang an itu nanti akan ja di pre si den ki ta, dan kita harus me ne ri ma itu,” ujar nya.
Di samping itu, banyak akun anonim yang bermunculan dan digunakan untuk menyerang pasangan la wan dengan isuisu sensitif macam agama, suku dan ras. Kondisi ini dikhawa tirkan bakal menjauhkan Pil pres 2014 dari pemilu yang ber in te gri tas.
Diskusi dimulai dengan membahas definisi kampanye hitam. Kesimpulan nya, sebuah informasi ter ka it tokoh politik/partai politik disebut sebagai kampanye hitam jika dise bar kan tanpa disertai verifikasi atau pun sumber data yang bisa di per tang gung ja wab
Meskipun Komisi Pemilihan Umum atau KPU belum memulai jadwal kampanye pemilihan presiden 2014, tim sukses dari kedua kubu kandidat presiden dan wakil presiden sudah bergerilya di dunia maya sejak jauh-jauh hari. Tak hanya menginformasikan keunggulan pasangan yang didukungnya, keburukan dan kejelekan lawan juga disebar ke media sosial kerapkali tanpa disertai verifikasi dan sumber data yang bisa dipertanggungjawabkan. Inilah era kampanye hitam di media sosial.
Oleh IDHA SARASWATI
kan dari pihak yang se dang dibicarakan. Prinsip ini mirip ca ra kerja jurna lis yang ha rus memberitakan sesuatu secara ber im bang atau cover both side. “Tak hanya di me dia sosial, media umum pun kerap me la ku kan kampa nye hitam karena ti dak meng konfirmasi pihak yang ber sang kut an,” kata Faried Bambang Sis wan to ro, komisioner KPUD DIY.
Media sosial menjadi arena baru dalam kampanye pemilihan umum tahun ini. Kondisi ini berbeda dengan pemilu sebelumnya ketika me dia sosial belum semarak sa at ini. Pa paran tentang profil ca pres bisa di tu lis panjang di blog mau pun web site, un tuk kemudian di se bar lu as kan me la lui media sosial.
Dari total jumlah pemilih sebanyak 185 juta jiwa, 30 persen di antaranya adalah pemilih pemula dengan usia antara 1730 tahun. Bagi generasi ini, internet menjadi salah satu sum ber informasi utama. Maka tidak heran ji ka media sosial dan media berbasis inter net lainnya menjadi lahan em puk untuk berkampanye.
Celah regulasi yang terkait kampanye dan internet membuat siapa pun dapat menggunggah beragam informa si tentang pemilu di internet. Badan Pengawasan Pemilihan Umum (Bawas lu), Komisi Penyiaran In do nesia (KPI), hingga Kementerian Ko mu nika si dan Informasi (Ke men ko min fo) tak punya wewenang menye ret akun anonim mem per tang gung ja wabkan informasi yang di se bar kan.
Di sisi lain, tidak semua pengguna internet dan media sosial bisa kritis
sa at membaca aneka informasi yang disajikan di internet. Tak sedikit orang yang percaya begitu saja pa da informa si yang tersaji karena mereka tak mempunyai metode untuk menya ring mana informasi yang dapat diper caya dan mana yang tidak.
Literasi Media
Melihat kondisi tersebut, sejumlah peserta diskusi menyampaikan pentingnya literasi media berbasis internet bagi warga. Literasi media menjadi jalan keluar alternatif untuk mengatasi dampak kampanye hitam pada warga, setelah jalur regulasi tak memberikan celah.
Literasi media sangat penting di lakukan agar warga bisa memilah mana informasi yang benar, serta mana in formasi yang ternyata hanyalah isu untuk menjatuhkan maupun mena ikkan citra seseorang. Dengan be gi tu, mereka dapat mengumpulkan informa si yang benar tentang para kandidat yang sedang bertarung. In for masi itu menjadi referensi pen ting yang menggiring mereka dalam me ne tapkan pilihan.
Dasardasar jurnalistik sebetulnya bisa dipakai untuk memilah informasi. Prinsip cover both side dapat di guna kan untuk melihat apakah se bu ah informasi layak dipercaya atau ti dak. Apabula sebuah media me nye bar kan in formasi salah satu kan didat tanpa menyebut sumber yang jelas, media ter se but ti dak dapat di per caya.
Suatu sumber bisa disebut jelas jika datanya bisa diverifikasi. Krite ria tentang sumber menjadi penting, se
Kampanye Hitam di Media Sosial
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 17
bab tak sedikit media yang mengaku sedang melaporkan hasil investigasi tetapi ternyata investigasi itu dibuat dengan merekayasa sumber dan nara sumer.
Mengenali pemilik media juga bisa menjadi salah satu cara untuk memilah informasi. Di Indonesia, terpusatnya kepemilikan media di tangan para petinggi partai politik memang sudah lama menjadi sorotan. Media yang memakai frekuensi milik pub lik rentan disalahgunakan untuk ke pentingan partai dan kelompok ter ten tu sehingga merugikan publik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan MPP untuk Dewan Pers ter hadap tiga stasiun televisi dan dua me dia cetak, disimpulkan bahwa di tingkat jurnalis dan pemimpin redaksi, profesionalisme dan in de pen densi masih terjaga. Kode etik jurnalistik, termasuk prinsip cover both side masih dipegang. Akan tetapi, pa ra pe milik me dia ternyata kerap me la ku kan in ter vensi. Akibatnya, ruang re daksi me dia pada masa kampanye ber ubah men jadi ruang tim sukses.
Sinam dari Jaringan Radio Ko mu nitas Indonesia (JRKI) menga takan, ke
pemilikan media massa mainstream semacam itu perlu diatur de ngan tegas karena informasi yang disajikan media mainstream mem pe ngaruhi media sosial. Sebagian besar infor masi yang tersebar di media so sial berasal dari media maistream. Untuk itu, salah satu solusi yang bi sa di la ku kan adalah memperkuat lem ba ga pe nyiar an publik.
Terkait dengan itu, Budi mengatakan bahwa dalam catatan MPM setidak nya ada dua stasiun televisi swasta nasional yang me nye barkan informasi tidak berimbang ter kait Capres. “Dua televisi nasional itu akan kami laporkan ke Dewan Pers,” ujarnya.
Usulan lainnya adalah dengan menyebarkan kampanye tandingan guna menghadang kampanye hitam. KPU bersama lembaga terkait sebenarnya bisa mendesakkan agenda kampanye damai di media dengan mengajak kedua tim pendukung. Salah satu peserta diskusi bahkan mengusulkan perlunya semacam kam pa nye pu tih, yang dapat dilakukan an ta ra lain de ngan mengajak para peng gu na media sosial untuk lebih kri tis memilah dan menyebarkan in for masi.
orangorang dengan jumlah pengikut banyak di twitter, atau jamak dise but sebagai selebtwit, bisa dirangkul agar ikut serta menye barkan ajakan kampanye putih tersebut. Ca ra ini dipandang cukup relevan meng ingat dari 100 juta pengguna in ter net di Indonesia, sekitar 40 juta di an ta ra nya adalah pengguna twit ter.
Cara ini juga perlu dilakukan mengingat demi kebutuhan kampanye, di media sosial bermunculan akunakun anonim yang digunakan untuk mengkam panyekan keunggulan se orang calon sembari menyebarkan kampanye hitam untuk lawan. Budi me nye but bahwa sekarang ada sekitar 130.000 akun twitter anonim. Partai po li tik berani memberikan bayaran be sar kepa da aktivis media sosial un tuk mela kukan kampanye.
Faried Bambang Siswantoro menuturkan, ada banyak hal terkait kampanye yang berada di luar KPU, ter le bih KPU di daerah. Pa da pil pres 2014 ini, KPUD hanya bisa se ba tas mengajak para tim sukses ke dua pasangan untuk ber kumpul me nye pa kati dekla rasi kam panye damai meng ikuti agen da KPU pu sat.
JaK
Pr
o.id
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201418
M E d i a
Hal itu terungkap dalam diskusi bertema “Jurnalisme Se hat dalam Penanggu langan Bencana Erupsi Me rapi”
yang diprakarsai Ba dan Pengkajian dan Penerapan Teknolo gi Geo logi (BPPTKG) dan Jalin Merapi, Selasa (10/6) di Kantor BPP TKG Yog ya kar ta. Diskusi yang di bu ka Kepala BPP T KG Subandriyo itu meng ha dirkan Je nar to, penyi ar Ra dio Ko muni tas Lin tas Merapi FM dan Ah mad Arif, jur na lis Ha rian Kompas se ba gai na ra sum ber.
Dalam diskusi yang diikuti oleh jurnalis media arus utama, media ko munitas, serta admin media so sial ini, Subandriyo menuturkan bah wa sela ma ini pihaknya cukup ke wa lahan ketika menghadapi munculnya bera gam infor masi terkait kondisi Gu nung Mera pi. Banyak berita yang ternyata tak sesuai fak ta se hing ga membuat masya rakat bi ngung. oleh karena itu jurnalisme se hat sangat dibutuhkan.
Bagi Subandriyo, jurnalisme sehat adalah jurnalisme yang menghasilkan informasi menyehatkan bagi psikologi masyarakat. Artinya, informasi itu
tidak membingungkan, dan bisa mendorong masyarakat untuk ber si kap te nang namun tetap siaga dan an ti sipa tif dalam merespons ben ca na. “Sehingga masyarakat dapat merespons aktivitas gunung Merapi se ca ra lebih efektif dan terukur tanpa ada kepanikan, meskipun badan pe me rin tah tak bisa menjamin ma sya ra kat un tuk tidak panik,” ujarnya.
Terkait dengan aktivitas kegunungapian, lanjut dia, perbedaan persepsi dalam menginterpretasikan aktivitas gunung api adalah hal biasa. Interpretasi tidak tunggal karena setiap ahli mempunyai pendapat yang ber beda. Perbedaan interpretasi ini menjadi bahan berita yang menarik bagi me dia. Namun jika tidak hatiha ti, infor masi mengenai perbedaan pen da pat di kalangan ahli gunung api bisa mem buat masyarakat kebi ngung an.
oleh karena itu, ke depan ia berharap informasi yang berkaitan dengan peringatan dini status Merapi berasal dari satu sumber. Adapun sum ber informasi resmi terkait aktivitas gu nung api di Indonesia ada di Badan Geo logi
Kementerian Energi dan Sum ber Daya Mineral, dan BPPTKG un tuk in formasi lokal terkait Merapi.
Gagap Bencana Ahmad Arif berpendapat, salah sa
tu ma salah paling serius dalam peliput an bencana di Indonesia adalah minim nya pengetahuan jurnalis ten tang bencana. Banyak media arus uta ma yang tak punya standar pro se dur operasional dalam meliput ben ca na.
Arif mencontohkan adanya jur nalis televisi yang tidak dapat mem beda kan antara awan panas dengan abu vul kanik. Selain itu, banyak lembaga media yang menggunakan lokasi bencana sebagai tempat magang bagi warta wan baru, sehingga akhirnya sa lah dalam memberitakan bencana.
Padahal jurnalis juga menjadi kelompok rentan dalam bencana. Ke tika meliput tsunami Aceh, ada jurnalis foto yang kehilangan keluarganya ke tika sedang meliput bencana yang se mu la dikiranya hanya banjir be sar. Sebagai jurnalis, ia memang men dapat kepuasan batin lantaran berhasil
Jurnalisme Sehat untuk Penanggulangan BencanaTahap-tahap penanggulangan bencana membutuhkan keterlibatan media yang menyebarkan informasi terkait bencana kepada masyarakat. Namun informasi mengenai penanggulangan bencana ha-nya akan berguna bagi warga jika media menerapkan jurnalisme sehat.
Oleh FATCHUR RAHMAn
satuHaraPan.com
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 19
meng aba di kan momen bencana. Namun ia tidak menyadari bahaya yang meng ancam nyawanya saat bertugas.
Bencana juga menjadi komoditi, tidak hanya bagi media massa, tapi juga media sosial. Kesedihan ma sya rakat dieksploitasi. Prak tik itu se makin marak ter uta ma di me dia yang sarat ke pen ting an po li tik pemiliknya.
Kini ada kecenderungan me dia di Indonesia dimiliki pengu asa tunggal atau pemegang saham mayo ritas. Karena itu, ada prak tikprak tik tang gung jawab sosial per usa ha an (CSR) terselubung saat me dia menyalurkan bantuan. Ben ca na didra ma ti sasi lantaran pihak media terlibat da lam pe ngumpulan ser ta penyaluran ban tuan.
Media massa pun tak selalu mengawal proses pemulihan pascabencana yang sebenarnya vital. Se la in itu, ada bias desentralisasi da lam pemberitaan, seperti ketika ben cana di Menta wai ber lang sung ham pir bersamaan dengan Me ra pi. Li put an me dia yang terfokus pada Me ra pi membuat bencana Mentawai ham pir ter lu pakan.
Situasi pascabencana juga berpotensi jadi bencana ba ru. Sembi lan bulan usai erupsi Sina bung menjadi puncak kri sis bagi war ga penyintas. Pusat Vulka nologi dan Mitigasi Benca na Geologi sudah mem per si la kan warga untuk pulang, ta pi warga tak be ra ni. Selain itu, se la lu ada po tensi kon flik dan kejahat an korupsi pas caben cana yang se ba ik nya dika wal media.
Arif menambahkan, seharusnya liputan bencana diawali dengan mempelajari informasi dari bencana sebelumnya. Ada tiga tahap yang harus dilakukan. Pertama meliput pra bencana untuk mendorong kesiapsiagaan, kedua meliput tahap tanggap darurat sewaktu terjadi ben ca na, dan ketiga mengawal proses re kon struksi dan rehabilitasi pas ca ben cana untuk mencegah munculnya ben ca na baru.
Dia lantas membandingkan media di Indonesia dengan media di Jepang da lam memberitakan tahap tanggap darurat bencana. Jepang mempunyai lem baga penyiaran publik NHK yang me mang diwajibkan oleh undangundang untuk menyampaikan in for masi tanggap darurat.
Pendokumentasian terbaik tentang tsunami dilakukan oleh me dia di Jepang karena sebelum tsunami da tang, stasiun televisi di sana sudah si ap menyorot gelombang yang da tang. Sedangkan berita pertama ten tang tsunami Aceh baru muncul 12 jam pascakejadian, itu pun tidak akurat.
Di Jepang, hampir tak ada jeda dalam pemberitaan bencana. Media Jepang berhubungan langsung de ngan institusi pemantau bencana dan lembaga ber we nang. Di Indonesia, jur nalis terpaksa mengandalkan te bengan untuk mencapai lo ka si ben cana di pelosok. Aki bat nya, antara lain, pe nyampaian in for ma si bencana di Ke pu lauan Men ta wai terlambat satu hari.
Di samping itu, mediamedia di Jepang cenderung memberi infor masi yang bisa mengangkat semangat untuk bang kit. “Substansi pem be ritaannya di de sain untuk mendorong korban tetap bersemangat,” ka ta Arif.
AlternatifKegagapan media arus utama da
lam meliput bencana itu meng ha dirkan tantangan sekaligus peluang bagi mediamedia alternatif, utamanya me dia komunitas. Untuk itu, ke mampu an media komunitas dalam mengha dirkan informasi akurat ter ka it bencana di wilayahnya perlu di per kuat sehingga warga punya sum ber infor masi alternatif yang bisa di per caya.
Terlebih lagi pada kondisi bencana, ba nyak media arus utama yang lumpuh karena ikut terkena bencana. Radio dan media sosial semacam twitter yang lebih tahan bencana menjadi media yang efektif. Ketika terjadi tsu nami, media sosial di Jepang juga me miliki peran besar. Banyak korban yang terselamatkan berkat informasi yang beredar di twitter.
Penggunaan radio dan media sosial juga sudah lama dipraktikkan di Merapi. Salah satu contoh keberhasilan penggunaan radio dan media sosial un tuk meliput bencana di se putar kawasan Merapi dilakukan oleh Ra dio Komunitas Lintas Merapi FM.
Jenarto mengungkapkan, pada awal kip rah nya menyediakan informasi sepu tar Merapi bagi warga, Lintas Me
ra pi FM kerap dicap sebagai provokator dan pembangkang oleh pe merintah. Cap itu justru muncul ke ti ka para pe giatnya berupaya me nyam pai kan in formasi yang benar bagi war ga.
Contohnya terjadi men jelang erupsi Merapi 2006. Sewaktu Merapi bersta tus “waspada”, pe merintah setempat me me rin tahkan warga me ngungsi. Pe giat Lintas Merapi FM yang sudah bel ajar bahwa evakuasi mestinya ba ru dila ku kan ketika sta tus “awas” pun me no lak pe rintah itu, se hing ga dicap se ba gai pem bang kang.
Namun, radio komunitas itu terus konsisten pada upayanya sehingga jadi rujukan penting bagi warga. Pada erupsi Merapi 2010, Lintas Me rapi FM dapat menunjukkan bahwa ra dio komunitas bisa berperan baik di ra nah onair maupun offair.
Menurut Jenarto, media arus utama ter utama televisi masih sering salah da lam memahami istilahistilah keben ca naan sehingga memberi informasi yang membingungkan bagi warga. Guna mengatasi hal itu, Lintas Merapi FM pernah sampai ha rus menda tangkan petugas BP P T KG guna meluruskan informasi dan mem berikan penjelasan lang sung ke pada warga.
Terkait fenomena media sosial, Jenarto mengatakan saat ini ma kin banyak komunitas yang meng gu na kan media sosial untuk menye bar kan informasi tentang Merapi. Na mun, banyak di antaranya yang menyebarkan opini ketimbang fakta.
Kondisi tersebut membuat pegiat Lin tas Merapi FM khawatir. “Mun culnya komunitaskomunitas itu membuat masyarakat terkotakko tak, sehingga nanti jika terjadi le tus an, masyarakat bingung harus ber gan tung pada in formasi siapa,” ung kapnya.
Melihat kondisi tersebut, para pegiat radio komunitas pun aktif menda tangi warga untuk mengajak mereka lebih kritis atas informasi di te levisi dan me dia la in. “Ka mi bukannya anti TV, te tapi ingin mem be ri pe mahaman ten tang pem be ri taan yang tidak be nar, ba gai ma na meng an ti sipasi an cam an, me ne nang kan warga, serta me re dam ke pa nik an jika ben ca na Me ra pi ter ja di lagi,” te rang nya.
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201420
R a d i o
Seperti diungkapkan Frida Br. Bangun, relawan pemantau lahar hujan Gunung Sinabung di Jembatan Titi kam bing Pa
yung, Kabupaten Karo, ketika ditemui awal Mei silam. Menurut dia, Erupsi Sinabung pada 2010 tak di awali dengan tandatanda pe ning katan ak tivi tas sehingga tidak ada per ingatan di ni dari pihak manapun. Akibatnya, ketika terjadi erupsi in for ma si yang di terima warga sim pang si ur. Banyak war ga yang berlari ke ta kut an sehingga terpisah dari ke lu ar ga nya.
Sebelum kembali erupsi pada tahun 2010, Gunung Sinabung telah beristi rahat selama tak kurang dari 400 ta hun. Melihat kondisi gunung yang aman, permukiman penduduk te rus ber kem bang di sekitar gunung ter sebut. Maka ketika Sinabung erupsi pada 7 September 2010, tak kurang dari 25.000 penduduk yang tinggal di seki tar gunung harus dievakuasi.
Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 17 September 2013, Sinabung kem bali bergejolak. Aktivitasnya te rus me ningkat hingga akhirnya terjadi erupsi de ngan mengeluarkan awan pa nas dan abu vulkanik. Akibat pe ningkat an ak tivitas tersebut, warga desa yang berada di radius 5 kilometer me ter da ri puncak Sinabung diung si kan.
Menghadapi ancaman erupsi yang memaksa mereka meninggalkan rumah, warga sangat membutuhkan infor masi akurat terkait kondisi bencana. Guna menjawab kebutuhan itu, di
Berdasarkan pengalaman di berbagai daerah rawan bencana, beredarnya informasi tidak akurat yang disertai dengan isu-isu negatif terkait bencana kerap membuat warga bingung dan ketakutan. Oleh karena itu informasi yang akurat merupakan kebutuhan utama bagi warga yang tinggal di daerah rawan bencana, termasuk bagi warga di daerah sekitar Gunung Sinabung, Provinsi Sumatera Utara.
Oleh MARYAnI
per lukan sebuah media yang meng hubungkan masyarakat ter dam pak, pemerintah, organisasi ke ma nu sia an dan para relawan.
Melihat kondisi tersebut, Combine Resource Institution bekerjasama dengan Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), Radio Komunitas Lintas Merapi FM Klaten, dan Radio FMYY Jepang mendirikan radio darurat untuk membantu penguatan sis tem komunikasi serta informasi untuk mengu rangi risiko bencana. Radio yang meng udara di frekuensi 107,8 FM itu di be ri nama Sora Sinabung.
Sora Sinabung didirikan agar masyarakat dapat mengakses informasi yang lebih akurat terkait situasi bencana erupsi Gunung Sinabung. Selain menyiarkan berbagai informasi terba ru terkait kondisi Sinabung, radio ini juga kerap menggelar program bincangbincang dengan para pihak yang berkepentingan, memutar iklan la yanan masyarakat, dan musik. Ra dio darurat ini beroperasi singkat, yak ni pada Maret hingga April 2014.
Sistem Peringatan DiniInformasi ternyata tidak hanya di
butuhkan saat erupsi tengah berlangsung. Pascaerupsi, masih ada ben cana sekunder yang mengancam. Se lain itu, informasi juga dibutuhkan ba gi warga yang sedang berupaya memu lihkan kehidupannya.
Bencana sekunder yang dapat terjadi di Gunung Sinabung adalah banjir lahar hujan. Sewaktu terjadi erup
si, banyak material vulkanik yang terta han di kawasan puncak gunung sehing ga menumpuk dan menjadi sedi men. Menurut perkiraan Pos Pengamat an Gunung Api (PGA) Gunung Si na bung, material yang menumpuk sudah mencapai hampir 30 juta me ter kubik.
“Sudah kelewat banyak tumpukan yang ada di lereng gunung. Kami khawatir material tersebut terbawa mela lui aliran sungai dan mengancam desa yang dilalui sungai Labuborus ini,” ungkap Hikmat Surbakti, Kepala Teknis Seksi Informasi, Media Center Kabu paten Karo.
Untuk mengurangi risiko bencana lahar hujan, perlu dikembangkan sistem peringatan dini. Combine kembali bekerjasama dengan Radio FMYY, Pemerintah Kabupaten Ka ro, dan masyarakat sekitar guna mem ba ngun sistem peringatan dini berbasis ma syarakat. Dikatakan berbasis masyarakat karena sebagian besar pe la kunya adalah masyarakat, re la wan pe man tau, Pos Pengamatan Gu nung Api (PGA), dan Badan Pe nang gu lang an Bencana Daerah (BPBD).
Untuk mendukung suksesnya sistem peringatan itu, perlu ada media yang menyampaikan informasi peringat an dini kepada masyarakat di seki tar Sinabung, khususnya yang tinggal di bantaran sungai. Radio komunitas (rakom) kembali menjadi ja waban nya.
Tapi mengapa harus rakom? Berda sarkan hasil wawancara dengan se
Mengurangi Risiko Bencana dengan Radio Komunitas
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 21
jum lah warga, keberadaan radio daru rat Sora Sinabung ter nya ta dirasakan berguna bagi war ga sehingga mere ka kerap men de ngar kan ra dio tersebut. Melalui radio, in for masi yang disampaikan dapat langsung sam pai ke warga. Mereka ju ga sering da tang langsung ke stu dio un tuk menanya kan langsung in for masi yang sebelumnya telah di si ar kan.
Rakom untuk mendukung sistem per ingatan dini tersebut didiri kan di Desa Batukarang dan Desa Per te guhen. Didirikan pada 1420 April, rakom di Desa Perteguhen diberi nama Ke ke lengan FM, sedangkan rakom di De sa Batukarang disebut Dia Ermedi a te FM.
Dua desa tersebut dipilih sebagai lokasi radio karena berada di radius aman bencana erupsi Sinabung. Pancaran siaran radio Perteguhen dapat menjangkau sisi ti mur, se latan, sampai barat daya Gu nung Sina bung, antara lain Desa Pin tube si, Je ra ya, Berasitepu, Suka Meriah, Si ga ranggarang, dan desade sa la in nya yang terletak dalam zo na ba ha ya. Se dang kan Radio Ba tu ka rang sanggup men jang kau de sadesa di sekitar Ba tu ka rang se perti Perbaji, Mar din ding, Tiganderket, Tanjung me rawa, Jan di me riah, dan desadesa la innya.
Selain membangun peralatan teknis pendukung siaran, warga juga dilatih untuk menjadi penyiar radio. Ke depan, rakom tersebut diharapkan bisa berperan dalam menyampaikan infor masi yang berasal dari hasil pantau an relawan di lapangan mau pun dari Pos PGA, BPBD dan lem ba ga yang berkompeten, menyosialisasikan penge tahuan kebencanaan serta risiko bencana gunung berapi, dan me nyampaikan kondisi terkini gu nung api.
Agar informasi yang disampaikan kedua radio tersebut bisa menjangkau warga, pendirian stasiun pemancar rakom Perteguhen dan Ba tuka rang kemudian diimbangi de ngan pembagian radio penerima ke ma sya ra kat
Foto: Pendirian antena Kekelengan
FM di Desa Perteguhen, Kabupaten
Karo, Sumatera Utara.
Ko
mb
ina
si
Kombinasi Edisi ke-56 Juni 201422
Pe mi lihan radio sebagai media
pe nyam paian informasi tentang ak tivi tas Gu-nung Sinabung dinilai sa ngat tepat karena in-for masi bisa langsung diterima oleh warga.
R a d i o
di desadesa sekitar, khu sus nya yang tinggal di bantaran Su ngai Lauborus dan zona bahaya. De ngan demikian, ma syarakat dapat men de ngar kan siar an dua rakom itu di ma na pun dan ka pan pun.
Dukungan WargaPendirian rakom di kedua desa itu
mendapat sambutan positif dari pemerintah desa maupun dari masya rakat. Dukungan kepala desa di wu judkan dengan menyediakan ruang an di kantor kepala desa.
Selain dukungan positif dari pihak Pemerintah Desa, masyarakat juga turut terlibat langsung dalam pendirian nya. Hendrik Junanta Ba ngun, penge lola Kekelengen FM, mence ri takan masyarakat se ki tar turut mem ban tu pendirian rakom. Mereka ikut mendirikan antena, setting alat, dan bel ajar mengoperasikan alat. Hal serupa juga terjadi di Dia Ermediate FM.
Pengurus rakom ditentukan melalui diskusi warga. Meski begitu, ti dak mudah mengajak para remaja un tuk terlibat dalam aktivitas penyi ar an di Kekelengan FM. Kondisi di Dia Er me
diate FM lebih baik ka re na pe nge lola dan penyiarnya me li bat kan warga dari beragam usia.
Informasi yang disampaikan kepada pendengar dua radio terse but meli puti aktivitas gunung, kemungkinan adanya lahar hujan, dan ke si ap siagaan. Informasi tersebut diperoleh dari relawan pemantau, ke pa la desa, maupun dari Pos PGA dan BPBD.
Antusiasme masyarakat yang terjang kau oleh pancaran siaran kedua radio ini dapat dikatakan ting gi. Dari delapan warga yang di wa wan carai, seluruhnya mengaku senantiasa mendengar kan kedua radio tersebut karena in for masi yang disampaikan radio tak didapatkan dari media lain. Pende ngar nya tidak terbatas pada warga yang mendapat bantuan radio peneri ma, tapi juga warga lain. Ada yang
membeli radio baru, namun ada ju ga yang men dengarkan siarannya lewat pon sel. “Saya membawa radio ke ladang, jadi kalau ada per ingat an ba haya saya langsung bisa de ngar,” kata Pinalti Sitepu, warga Pin tu be si.
Di samping mendengarkan siarannya, warga juga aktif merespons in formasi yang disajikan. Dalam satu kali siaran, Kekelengen FM bisa meneri ma setidaknya 30 pesan pendek (SMS) untuk menanyakan informasi yang di siarkan maupun sekadar un tuk ki rim salam ke pendengar radio la in nya.
Sedangkan pada Dia Ermediate FM, pesan pendek yang masuk dalam sa tu kali siaran mencapai 150. Selain itu, ada saja warga yang datang meng antar makanan ke studio untuk penyiar yang bertugas malam hari. Antusiasme warga untuk belajar si ar an di studio juga tinggi. Mereka ikut bel ajar dan siaran didampingi oleh pe nyiar.
Tingginya antusiasme dan ha rapan masyarakat harus diimbangi dengan rencana keberlanjutan rakom ke depan. Arsatma Ba ngun, salah seorang pengelola Dia Erme diate FM, mengaku akan terus melan jut kan dan mencari inovasi demi keber lan jut an ra kom tersebut. Bebera pa gambaran program acara ke depan su dah disu sun, misalnya dengan mem bu at talk show tentang kebenca naan, per ta ni an, kero hanian, dan kese nian.
Sebelum ada rakom, warga mengakses informasi dari televisi. Namun setelah didirikan rakom untuk mendukung sistem peringatan dini guna me ngurangi resiko bencana, antusi asme warga ternyata sangat tinggi. Pemi lihan radio sebagai media dalam me nyam paikan informasi mengenai ak ti vi tas Gunung Sinabung dinilai sangat tepat lantaran melalui radio infor masi bisa langsung diterima oleh warga.
Supaya tujuan didirikannya rakom itu bisa tercapai, dukungan dari pemerintah daerah terutama BPBD dan Pos PGA sangat diperlukan. Komunikasi antara rakom, Pos PGA dan BPBD harus terjalin dengan baik agar fungsinya dalam mendukung sis tem peringatan dini bencana dapat berjalan mak si mal.
Foto: Pemasangan peralatan radio
Kekelengan FM di Desa Perteguhen,
Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Ko
mb
ina
si
Tertarik Menulis di Majalah Kombinasi?
Redaksi Majalah Kombinasi menerima tulisan berupa opini, feature hasil liputan, dan resensi (buku dan film dokumenter) dengan tema-tema yang berhubungan dengan komunitas maupun media komunitas.
Ketentuan tulisan
Ditulis menggunakan bahasa Indonesia dengan mengikuti kaidah penulisan yang benar.
Ditulis dengan font times new roman, ukuran 12, panjang tulisan sekitar 6.000 karakter (with spaces).
Untuk tulisan feature dan resensi, harap sertakan foto dengan resolusi standard (minimal 1.000 x 800 pixel).
Mencantumkan nama terang penulis dan aktivitas penulis Mencantumkan nomor rekening penulis. Redaksi berhak menyeleksi tulisan yang sesuai dengan
Majalah Kombinasi. Untuk tulisan yang terpilih, redaksi berhak mengedit tulisan
tanpa mengubah maksud tulisan. Penulis yang tulisan diterbitkan akan mendapatkan honor
sepantasnya.
Tulisan bisa dikirim ke redaksi Majalah Kombinasi di Jalan KH Ali Maksum RT 06 No.183, Pelemsewu, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia (kode pos 55188) atau melalui surat eletronik di redaksikombinasi@combine.or.id
Majalah Kombinasi (Komunitas Membangun Jaringan Informasi) adalah majalah yang diterbitkan Combine Resource Institution (CRI) sebagai media untuk menyebarkan gagasan, inspirasi, dan pengetahuan tentang media komunitas. Majalah ini diterbitkan sebagai salah satu upaya Combine untuk membantu pelaku media komunitas dalam mengembangkan medianya, baik dalam hal teknis pengelolaan, keredaksian, maupun isu.
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Segenap keLuarga BeSar CoMBine reSourCe inStitution
MenguCapkan
Selamat idul fitri 1435 h
Recommended