View
12
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
PEMENUHAN GIZI PADA BALITA STUNTING MELALUI BUDIDAYA
SAYURAN DI DESA BONTORIRO
Dibiayai oleh :
YAYASAN AKADEMI KEBIDANAN TAHIRAH AL BAETI BULUKUMBA
Sesuai dengan surat perjanjian penungasan pelaksanaan program penelitian
NO :14402.A.4122.PGM.PLT.AKBID.TABR.X.2019
Oleh
JUSNI.S.ST.,M.Kes : NIDN 0924049003 (ketua)
Dr.SRI NINGSIH.,SS.,M.HUM. : NIDN 0925108203 ( Anggota )
AKADEMI KEBIDANAN TAHIRAH AL BAETI BULUKUMBA
TAHUN 2019
Ringkasan
Masalah gizi pada masa anak-anak merupakan masalah penting yang harus ditangani. Stunting
merupakan salah satu masalah gizi yang berupa tinggi badan anak kurang dari standar. Hal ini
merupakan dampak dari kurangnya asupan gizi pada seribu hari pertama kehidupan. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk melihat sejauh mana pemenuhan gizi pada balita stunting melalui budidaya
sayuran di Desa Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Hasil penelitian yang dilakukan di Desa
Bontotiro Kabupaten Bulukumba mengenai pengetahuan Ibu tentang stunting mayoritas berada pada
kategori pengetahuan kurang 39 responden (79,6%). Hasil penelitian yang dilakukan di Desa
Bontotiro Kabupaten Bulukumba mengenai Pemenuhan Gizi Balita Stunting Melalui Budidaya
Sayuran di Desa Bontotiro mayoritas berada pada kategori cukup.
Kata Kunci : Stunting, Gizi, Sayuran
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmatnya
sehingga kami menyelesaikan laporan penelitian ini berjudul pemenuhan Gizi Pada Balita
Stunting melalui budidaya sayuran
Kami menyadari, bahwa laporan penelitian yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan penelitian ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Bulukumba , oktober 2019
Tim Peneliti Dosen Pemula
DAFTAR ISI
Sampul i
Lembar Pengesahan ii
Ringkasan iii
Kata pengantar iv
Daftar Isi
Bab 1. Pendahuluan 1
Bab 2. Tinjauan Pustaka 4
Bab 3. Metodologi Penelitian 20
Bab 4. Hasil dan Pembahasan 24
Bab 5. Kesimpulan dan Saran 41
Daftar Pustaka 42
Lampiran-Lampiran 43
Lampiran 1 Biodata I
Lampiran 2 anggaran I
Lampiran 3 jadwal II
Lampiran 4 Berita Acara Seminar Hasil III
Lampiran 5 Daftar Hadir Seminar Hasil IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi pada masa anak-anak merupakan masalah penting yang harus ditangani. Stunting
merupakan salah satu masalah gizi yang berupa tinggi badan anak kurang dari standar. Hal ini
merupakan dampak dari kurangnya asupan gizi pada seribu hari pertama kehidupan (Perdagangan,
2013).
Causin dalam Salman dkk, 2017 stunting masih menjadi permasalahan besar untuk sebagian besar
negara di dunia. Data WHO mencatat bahwa terdapat 162 juta balita penderita stunting di seluruh
dunia, dimana 56% berasal dari Asia. Indonesia bahkan termasuk dalam lima besar negara dengan
prevalensi stunting tertinggi di Asia-Afrika. Anak dikatakan stunting ketika pertumbuhan tinggi
badannya tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan standar dunia atau dalam bahasa lebih umum
pendek.
Penanganan masalah stunting dapat dimulai sejak anak di dalam kandungan, yaitu memberikan
asupan gizi yang cukup yang dibutuhkan selama kehamilan hingga anak berusia tiga tahun. Asupan
gizi yang baik yaitu mencukupi kebutuhan baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Perdagangan,
2013). Asupan gizi terkait dengan ketahanan pangan di tingkat keluarga. Keluarga yang tahan pangan
dapat mengkonsumsi berbagai macam bahan pangan terutama sayuran dan buah yang selama ini
masih tergolong rendah(Kurniasih & Ardianto, 2017). Berdasarkan hasil data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2017 stunting dalam lingkup
nasional sebesar 37,2 persen, terdiri dari prevalensi pendek sebesar 18,0 persen dan sangat
pendek sebesar 19,2 persen. Sedangkan pada tahun 2018 proporsi status gizi sangat pendek
sebesar 11,5% dan status gizi pendek sebesar 19,3% (Riskesdas 2018). Prevalensi stunting di
Indonesia lebih tinggi dari pada negara-negara di Asia. Stunting dianggap sebagai masalah
kesehatan masyarakat yang berat bila prevalensi stunting berada pada rentang sudah melebihi
30% persen. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami masalah kesehatan
masyarakat yang perlu penanganan serius terhadap balita stunting. Prevalensi anak stunting
(pendek) di Indonesia masih menjadi permasalahan kesehatan dan harus segera
ditanggulangi. Menteri kesehatan RI mengungkapkan bahwa indonesia tengah fokus dalam
menangani tiga prioritas masalah kesehatan salah satunya adalah permasalahan stunting yang
masih tinggi dan diperlukan kerjasama dengan semua lintas sektor untuk menangani masalah
ini (Rihano, 2018). Indonesia menargetkan dalam pokok rancangan pembangunan jangka
menengah tahun 2015-2019 untuk menurunkan prevelensi stunting menjadi 28 %, meskipun
presentase ini masih jauh dengan standar yang telah di tetapkan oleh yakni 20 % (Kemenkes,
2016).
diantaranya adalah masalah gizi ibu hamil yang tidak mudah untuk diketahui.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kabupaten Bulukumba angka Stunting tertinggi
terdapat di daerah Kindang yaitu di wilayah kerja Puskesmas Borong Rappoa yang berjumlah
95 anak yang terdapat di Desa Borong Rappoa, Kindang, Oro, Garuntungan dan Tamaona.
Pada tahun 2017 angka kejadian Stunting berjumlah 12 orang, pada tahun 2018 angka
kejadian Stunting berjumlah 18 orang, dan pada tahun 2019 terjadi peningkatan angka
kejadian Stunting berjumlah 95 orang, karena kurangnya pengetahuan ibu tentang Stunting.
Meningkatnya kejadian stunting disebabkan oleh pengetahuan dan sikap ibu. Apabila
pengetahuan ibu baik, maka orang tua dapat menerima informasi dengan baik dari berbagai
sumber tentang stunting. Selain pengetahuan ibu, tingkat pendidikan dan pekerjaan akan
mempengaruhi kejadian stunting pada anak.
Secara geografis kondisi perkampungan di Desa Bontotiro dapat dikatakan masih banyak
yang belum memanfaatkan dengan baik. Tipe rumah yang masih tradisional dengan halaman
rumah yang luas masih belum digunakan untuk menanam tanaman yang bernilai ekonomis,
seperti buah dan sayuran yang dapat dipanen, dikonsumsi sendiri ataupun dijual (Soviyah,
Lamondjong, Kuswandari, & Marisa, 2018).
Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber gizi yaitu dapat digunakan dengan
menanam sayuran atau buah yang dapat dipanen untuk dikonsumsi keluarga. Hal ini menjadi
salah satu pencegahan dalam upaya mengatasi kekurangan gizi di tingkat keluarga.
Penanaman sayuran dan buah di pekarangan cukup mudah dilakukan oleh ibu ataupun
anggota keluarga lainnya. Ibu dapat memanfaatkan biji-bijian dari sayuran atau buah yang
dikonsumsi sebagai bibit yang akan ditanam di pekarangan (Refliaty & Endriani, 2016). Faktor lain yang mempengaruhi kejadian stunting adalah sikap ibu. Sebagaimana
diketahui semakin baik sikap seseorang, maka semakin baik pula tindakan yang akan
dilakukan. Sikap yang baik akan merubah perilaku orang tua dalam hal pengasuhan dan
pemberian makanan pada anak sehingga akan meningkatkan status gizi pada anak. Dengan
adanya pemenuhan gizi yang baik terhadap anak akan mengurangi resikon terjadinya
stunting.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka
rumusan masalahnya yaitu bagimana “Pemenuhan Gizi pada balita stungting melalui
Budidaya Sayuran di Desa Bontotiro tahun 2019
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah menganalisis pemenuhan gizi pada
Balita stunting melalui budidaya sayuran di desa Bontiro. Bulukumba tahun 2019
D. Target Luaran Target luaran yang diharapkan adalah adalah publikasi pada jurnal ilmiah OJS ber ISSN dan sebagai tambahan materi bahan ajar di Akademi kebidanan tahirah Al Baeti Bulukumba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting
a. DefinsiStunting
Stunting merupakan gangguan gizi yang bersifat kronis, sebagaimana disebutkan oleh WHO bahwa indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 SD (moderate) atau dibawah -3 SD (severe stunting).Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier dan apabila terjadi pada masa golden periode (0-3 tahun), maka berakibat tidak baik pada perkembangan otak. Akibat yang dapat ditimbulkan di masa yang akan datang adalah terjadinya penurunan kemampuan intelektual dan produktivitas, peningkatan risiko penyakit degeneratif dan kelahiran bayi dengan berat lahir atau prematur. a) Faktor yang Mempengaruhi Stunting
1. Usia mempengaruhi terjadinya stunting, pertumbuhan tubuh bayi dimulai dari bagian torso atau batang tubuh, kemudian bagian kaki setelah usia satu tahun . Tingkat aktivitas, tingkat metabolisme basal dan tingkat pertumbuhan setiap anak berbeda di setiap tahap perkembangan usianya . Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan data bahwa usia anak memiliki hubungan dengan kejadian stunting (20).
2. Jenis KelaminTerdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian stunting dimana kejadian stunting lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan masing-masing 42 dan 38% . Anak laki-laki berisiko mengalami stunting 1,4 lebih besar daripada perempuan.
3. Asupan Makanan Penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat asupan energi dengan kejadian stunting.
4. Pendidikan Orang Tua merupakan penerima segala jenis informasi sehingga pendidikan orang tua menjadi sangat penting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak. Jenis informasi yang dapat diakses tentang tata cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya. Pendidikan ibu memiliki hubungan yang kuat dengan status gizi balita khususnya prevalensi stunting. Penelitian sebelumnya menunjukkan pengetahuan ibu mengenai gizi menjadi salah satu faktor terjadinya stunting.
5. Sanitasi Penelitian menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara sanitasi kurang baik dengan stunting pada anak usia 0—23 bulan.
6. Berat Bayi Baru Lahir Penelitian menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara berat badan lahir rendah dengan stunting pada anak usia 0—23 bulan (24). Penelitian lain menyatakan bahwa kejadian stunting berhubungan secara bermakna dengan berat lahir. Bayi dengan berat badan lahir rendah berisiko terjadi infeksi terutama di 6 bulan pertama kehidupannya. Infeksi tersebut dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stunting .
7. MP-ASI Terdapat hubungan yang signifikan antara waktu pertama pemberian MP- ASI yang terlalu dini terhadap kejadian stunting.
b. Dampak stunting Dampak dari kejadian stunting merujuk pada kerangka konseptual WHO mencakup dampak jangka pendek dan jangka panjang berupa aspek kesehatan, aspek perkembangan, dan aspek ekonomi. Dampak jangka pendek pada aspek kesehatan meliputi mortalitas dan morbiditas, aspek perkembangan meliputi perkembangan kognitif, psikomotor dan bahasa. Pada aspek ekonomi mencakup biaya kesehatan karena harus merawat anak yang menderita sakit. Adapun dampak jangka panjang pada aspek kesehatan meliputi postur fisik saat dewasa, obesitas,
dan kesehatan reproduktif, aspek perkembangan meliputi kinerja di sekolah dan kapasitas belajar yang kurang optimal, pada aspek ekonomi mencakup kapasitas kerja dan produktivitas kerja. Mayoritas perkembangan otak anak lengkap pada usia 2 tahun dan kekurangan gizi selama periode ini dapat meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan dan kognitif pada anak
c. Pencegahan dan Penanganan Stunting dapat dilakukan dengan pemberian a) protein hewani, ASI, b) MP-ASI, c) lingkungan yang bersih terutama pada air bersih dan ketersediaam jamban, d) Dukungan pemerintah seperti posyandu serta e) Tambahan suplemen gizi pada 1000 hari kehidupannya. f) Asupan makanan (konsumsi energi dan protein)Asupan makanan berkaitan
dengan kandungan nutrisi (zat gizi) yang terkandung didalam makanan yang dimakan.
B. Pertumbuhan Balita Pertumbuhan Balita Menurut Tanuwidjaya dalam Narendra et al(2002). Anak memiliki ciri
khas yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai masa remaja akhir. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler yang berarti juga bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau secara keseluruhan. Pertumbuhan bersifat kuantitatif, dengan demikian pertumbuhan dapat diukur menggunakan satuan panjang atau satuan berat.
a. Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) perubahan ukuran, b) perubahan proporsi, c) menghilangkan ciri-ciri lama dan d) timbulnya ciri-ciri baru.
Pertumbuhan pada masa balita lebih lambat dibandingkan pada bayi masa kini,
namun pertumbuhan stabil. Memperlambat kecepatan pertumbuhan tercermin dalam
penurunan nafsu makan, padahal anak-anak membutuhkan energi dan zat gizi yang
memadai untuk memenuhi mereka kebutuhan gizi. Pertumbuhan tinggi badan pada manusia
tidak seragam di setiap tahap kehidupan. Pertumbuhan maksimal terjadi sebelum
kehidupan, pada bulan ke 4 kehidupan janin yaitu 1,5 mm per hari, setelah itu ada
penurunan kecepatan secara progresif, setelah lahir bayi masih dapat tumbuh sangat cepat
dibandingkan dengan anak lebih tua. Satu tahun setelah lahir, panjang badan dibandingkan
dengan anak yang lebih tua. Satu tahun setelah lahir, panjang badan bayi meningkat 50%
dan pada tahun kedua panjang badan bertambah 12-13 cm. Setelah itu peningkatan tinggi
badan merata sekitar 5-6 cm per tahun. Percepatan pertumbuhan pertama kali terjadi pada
kaki dan tangan, kemudian pada betis dan lengan bawah, diikuti pinggul dan dada, dan
kemudian pada bahu. Pertumbuhan pada kaki lebih dahulu berhenti daripada hampir semua
bagian kerangka lainnya.Pertumbuhan pada masa 12 balita lebih lambat daripada masa
bayi, namun pertumbuhannya stabil. Memperlambatnya kecepatan pertumbuhan tercermin
dalam nafsu makan, padahal anak-anak membutuhkan energi dan zat gizi yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi (Brown, 2008).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiyono, 2014). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang anaknya
mengalami stunting yang berjumlah 95 orang di Desa Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Teknik
pengambilan sampel ini adalah purposive sampling. sebanyak 49 responden (100%) dari populasi.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder. Pengumpulan
data primer dilakukan dengan cara mengisi kuesioner dengan ibu yang anaknya yang mengalami
stunting. Pengumpulan data sekunder berasal dari Dinas Kesehatan. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel tunggal. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah pengetahuan
dan sikap ibu terhadap stunting.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Karakteristik Responden
Pada bagian karakteristik responden peneliti akan menyajikan hasil berdasarkan tiga variabel diantaranya :
a. Usia
Tabel 1 distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di Desa Bontotiro
No Kriteria n %
1 <22 tahun 4 8,1
2 22-35 tahun 38 77,6
3 >35 tahun 7 14,3
Total 49 100
Data Primer Tahun (2020)
Tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa dari 49 responden, usia < 22 tahun yakni sebanyak 4 (8.1%), usia 22-35 tahun
yakni sebanyak 38 (77.6%) dan usia > 35 tahun yakni sebanyak 7 (14.3%).
b. Pendidikan
Tabel 2 distribusi frekuensi responden berdasarkan Pendidikan di Desa Bontotiro
No Kriteria n %
1 Tidak sekolah 14 28,6
2 SD 16 32,7
3 SMP 14 28,6
4 SMA 5 10,2
Total 49 100
Data Primer Tahun (2020)
Tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa dari 49 responden, Pendidikan Tidak Sekolah yakni sebanyak 14
(28.6%), Pendidikan SD yakni sebanyak 16 (32.7%), Pendidikan SMP yakni sebanyak 14 (28.6%) dan
Pendidikan SMA yakni sebanyak 5 (10.2%).
c. Pekerjaan
Tabel 3 distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Desa Bontotiro
No Kriteria n %
1 IRT 49 100
Total 49 100
Data Primer Tahun (2020)
Tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa dari 49 responden terdapat ibu bekerja sebagai IRT yakni
sebanyak 49 (100%) dan ibu bekerja sebagai wiraswasta, honorer dan PNS yakni sebanyak 0 (0%).
Tabel 4 distribusi frekuensi sikap tentang pemenuhan gizi pada balita stunting melalui budidaya sayuran di Desa
Bontotiro
P Mean TCR KET
1 3,43 68,57 Baik
2 3,27 65,30 Cukup
3 3,16 63,26 Cukup
4 3,1 62,04 Cukup
5 3,2 64,08 Cukup
6 3,31 66,12 Baik
7 2,94 58,77 Cukup
8 2,71 54,28 Cukup
9 2,8 55,91 Cukup
10 2,82 56,32 Cukup
11 3,1 62,04 Cukup
12 3,39 67,75 Baik
13 3,22 64,48 Cukup
14 3,41 68,16 Baik
15 3,71 74,28 Baik
Mean 3,17 63,42 Cukup
Data Primer Tahun (2020)
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari 49 responden dengan 15 pernyataan mengenai sikap tentang
pemenuhan gizi pada balita stunting melalui budidaya sayuran kategori baik yakni pada variabel 1,6,12,14,
dan 15 dengan mean rata-rata 3,45 dengan tingkat pencapaian responden (CTR) rata-rata 66,804.
Kategori cukup pada variabel 2,3,4,5,7,8,9,10,11 dan 13 dengan mean rata-rata 3,032 dengan tingkat
pencapaian respoden (CTR) rata-rata 60,648. Hasil penelitian menunjukkan sikap ibu tentang pemenuhan
gizi pada balita stunting melalui budidaya sayuran paling banyak pada kategori cukup, karena latar
belakang pendidikan ibu yang hanya berpendidikan SD, SMP dan Tidak Sekolah. Sikap erat kaitannya
dengan pendidikan, dimana dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan
semakin baik sikapnya, begitupun sebaliknya. Pendidikan yang rendah tidak menjamin seseorang ibu akan
memiliki sikap yang baik, namun dengan adanya rasa ingin tahu yang tinggi dapat mempengaruhi tindakan
ibu tentang pemberian makanan yang tepat pada anak untuk mencegah terjadinya stunting.
B. Pembahasan
Adapun hasil dari penelitian yang dilaksanakan di Desa Bontotiro Kabupaten Bulukumba tentang
pemenuhan gizi pada balita stunting melalui budidaya sayuran berada pada kategori cukup, Karena latar belakang
pendidikan ibu yang hanya berpendidikan SD, SMP dan Tidak Sekolah. Sikap erat kaitannya dengan pendidikan,
dimana dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik sikapnya,
begitupun sebaliknya. Pendidikan yang rendah tidak menjamin seseorang ibu akan memiliki sikap yang baik,
namun dengan adanya rasa ingin tahu yang tinggi dapat mempengaruhi tindakan ibu tentang pemberian makanan
yang tepat pada anak untuk mencegah terjadinya stunting. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan peneltian yang
dilakukan oleh Talitha (2015) di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur yang menemukan bahwa sikap ibu
paling banyak pada kategori positif 81,1%, sedangkan 18,9% pada ibu dengan sikap yang di kategorikan negatif.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Wilujeng et al (2013) pada anak usia 1-3 tahun di Desa Puton Kecamatan
Diwek Kabupaten Jomban menunjukkan hal yang hampir serupa. Dalam penelitian tersebut, didapatkan bahwa
sebagian besar ibu memiliki sikap yang di kategorikan positif yaitu sebesar 52% sedangkan ibu yang memiliki sikap
dengan kategori negatif sebesar 48%. Menurut Ramadhani (2017) sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai yang
dimiliki oleh seseorang. Sikap bisa dibentuk sehingga terjadi perilaku yang diinginkan.
Hal ini dapat diartikan bahwa adanya pengetahuan yang tinggi didukung dengan sikap yang baik maka akan
tercermin perilaku yang baik tentang makanan sehat. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan merupakan pelaksanaan atau
tindakan. Sikap mempengaruhi pengalaman seorangindividu yang bersumber dari desakan didalam hati,
kebiasaan-kebiasaan serta pengaruh dari lingkungan sekitar individu tersebut. Menurut Kristina dalam Oktaningrum (2018) faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu : (1)
Pengalaman pribadi, 2) Orang lain, (3) Kebudayaan, (4) Media massa, (5) Lembaga pendidikan dan lembaga
agama, dan (6) Faktor Emosional. Tingginya sikap ibu siswa dalam pemberian makanan sehat kepada anak
disebabkan adanya beberapa faktor yaitu: perkembangan teknologi di masa sekarang ini sehingga akses menuju
kesehatan sangat mudah tergantung dari cara penggunaanya. Dengan banyak media tentang kesehatan yang
disaksikan atau diakses para ibu-ibu membuat ibu siswa mudah dipengaruhi iklan atau siaran tersebut.
Sayuran dan buah merupakan bahan makanan yang penting untuk memenuhi kebutuhan serat setiap harinya.
Hampir 10% penduduk Indonesia kurang konsumsi sayur dan buah setiap harinya (Kurniasih & Ardianto, 2017).
Sebuah keluarga dapat disebut KADARZI atau keluarga sadar gizi apabila salah satu cirinya adalah makan
beraneka ragam (Depkes, 2013). Hal ini dapat dicukupi dengan menyediakan hidangan sayuran dan buah yang
dapat dipanen dari hasil tanaman di pekarangan rumah
BAB VI
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pemenuhan Gizi Pada Balita Stunting Melalui Budidaya
Sayuran di Desa Bontotiro Kabupaten Bulukumba dengan jumlah responden sebanyak 49 orang dapat disimpulkan
sebagai berikut
1. Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bontotiro Kabupaten Bulukumba mengenai pengetahuan Ibu
tentang stunting mayoritas berada pada kategori pengetahuan kurang 39 responden (79,6%).
2. Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bontotiro Kabupaten Bulukumba mengenai Pemenuhan Gizi Balita
Stunting Melalui Budidaya Sayuran di Desa Bontotiro mayoritas berada pada kategori cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar,S. 2013. Sikap manusia teori pengukuran. Yogyakarta: Pustaka pelajar offse
Depkes. (2013). Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dinas kesehatan Sulawesi Selatan. 2019. Angka Stunting di Sulsel masih tinggi
diindonesia.https://www.mediasulsel.com/angka-stunting-di-sulsel-masih-tinggi-di-indonesia/
diakses tanggal 12 desember 2019
Kemenkes. 2016. https://www.depkes.go.id
Notoatmodjo. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Oktaningrum. 2018. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Pemberian Makanan Sehat dengan
Status Gizi Anak SD Negeri 1 Beteng Kabupaten Magelang. Universitas Negeri Yogyakarta :
Yogyakarta..
Lampiran 1
Biodata ketua
Nama :Jusni.S.ST.M.KES
NIDN : 0924049003
Jabatan :
e-mail : unhy.ijazn@gmail.com
Biodata pengusul 1
Nama :Dr,Sri Ningsih.SS.,M.HUM
NIDN :
Jabatan :
e-mail : @gmail.com
PEMENUHAN GIZI PADA BALITA STUNTING MELALUI BUDIDAYA SAYURANG DI DESA
BONTIRO
Total RAB Rp :5.150.000
Jenis
Pembelajaran
Item Satuan Vol Biaya satua Total
Honor Pengelola
dan
analisis
data
p 1 800.000 800.000
Honor Proofedear
manuscript
publikasi
p 1 1000.000 1000.000
Belanja
barang non
oprasional
Kertas A4 paket 1 750.000 750.000
Belanja
barang non
oprasional
Tinta print unit 4 100.000 400.000
Belanja
barang non
oprasional
Tinta
warna
unit 2 100.000 200.000
Belanja
barang non
oprasional
Pulpen Paket 5 50.000 250.000
Belanja
barang non
oprasional
Responden
kit
Paket 1 250.000 250.000
Belanja
perjalanan
lainnya
Transport
untuk
sampel
OH 3 150.000 450.000
Belanja
perjalanan
lainnya
Perjalanan
lokasi
penelitian
OH
3 100.000 300.000
Belanja
perjalanan
lainnya
Transport
petugas
lapangan
OH 3 250.000 750.000
JADWAL WAKTU PENELITIAN
No
.
Jenis
Kegiatan
SEPTEMBE
R
OKTOBE
R
NOVEMBE
R
DESEMBE
R Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
proposal
2. Pengurusan
izin
3. Penyusunan
instrumen
4. Pengujicoba
an instrumen
5. Pengumpula
n data
6.
Pengolahan
dan analisis
data
7.
Penyusunan
laporan
penelitian
8. Penyajian
laporan
Lampiran hadir seminar hasil
DAFTAR HADIR SEMINAR HASIL PENELITIAN PROGRAM DIPA
AKBID KEBIDANAN TAHIRAH AL BAETI BULUKUMBA 2019
HARI / TANGGAL :
WAKTU :
TEMPAT :
JUDUL :
NO NAMA TANDA TANGAN
Bulukumba 2019
Narasumber
BERITA ACARA
PELAKSANAAN SEMINAR HASIL PENELITIAN DOSEN PROGRAM DIPA
AKADEMI KEBIDANAN TAHIRAH AL BAETI BULUKUMBA
Pada hari ini, tanggal bertebat di puskesmas
Telah dilkasnakan seminar hasil penelitian program hibah dikti
Catatan
Uraian revisi Tanda tangan /tanggal setelah revisi
Recommended