View
5.890
Download
18
Category
Preview:
Citation preview
1. PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem
perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan
ekosistem air laut. Ekosistem perairan lotik atau perairan mengalir adalah
suatu ekosistem perairaan yang di dalamnya terdapat adanya arus.
Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang selalu mengalami
perubahan kualitas dan kuantitas akibat pengaruh variasi abiotik tersebut.
Oleh karena itu, organisme perairan harus dapat beradaptasi dalam
mencari nutrisi dan menjalankan kelangsungan hidup dengan
menggunakan gas-gas yang terlarut pada perairan tersebut. Pengaruh
variasi abiotik ini juga sebagai penunjang lingkungan secara keseluruhan
yang memungkinkan adanya perubahan produktivitas biologis (Sony, dkk,
2009).
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem
dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik.
Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi,
sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas,
dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem
yang menunjukkan kesatuan (Alwi, 2009).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan mahasiswa adalah :
a. Keterampilan Kognitif
Komparansi antasi teori dan kondisi di lapangan
Pengintegrasian pemahaman sebagai teori
Penerapan teori pada keadaan nyata lapangan
b. Ketrampilan afektif:
Perencanna kegiatan secara mandiri
Kemampuan bekerjasama
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 1
Pengkomunikasian hasil belajar
c. Kemampuan psikomotorik
Penguasaan pemasangan peralatan
Penggunaan peralatan dan instrumen tertentu
1.3 Kegunaan Praktikum
Kegunaan dari kegiatan praktikum ini adalah :
1) Mengenal ikan sekaligus menumbuh rasa empati mahasiswa tehadap
ekosistem pada kolam atau tambak.
2) Meningkatkan kemampuan teknis dalam mengukur parameter fisika,
kimia dan biologi.
3) Bagi peneliti atau lembaga ilmiah Sebagai sumber informasi keilmuan
dan dasar untuk penuisan atau penelitian lebih lanjut berkaitan dengan
ekosistem kolam.
1.4 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum Ekologi Perairan ini dilaksanakan di
Mata Air Sumber Awan Singosari Kabupaten Malang. Pelaksanaan
praktikum ini di laksanakan pada hari Sabtu, 20 November 2010, pukul :
09.15 -12.00 WIB. Dan Praktikum di aboratorium dilaksanakan pada
tanggal 23 November 2010 pukul 15.00 sampai selesai di Laboratorium
Parasit dan Penyakit, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekologi Perairan
Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungan. Istilah ekologi pertama kali ditemukan oleh
Haeckel, seorang ahli biologi pada akhir pertengahan dasawarsa 1960. Ekologi
berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti
ilmu, sehingga secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk
hidup (Kristanto, 2002).
Ekosistem perairan merupakan suatu unit ekologis yang mempunyai
komponen biotik dan abiotik yang saling berhubungan di habitat perairan.
Komponen biotik terdiri atas komponen flora dan fauna. Sedangkan komponen
atbiotik terdiri atas komponen tidak hidup misalnya air dan sifat fisik dan
kimianya. Ilmu yang mempelajari peranan laut terbuka tersebut oceanografi,
sedangkan ilmu yang mempelajari perairan tawar dan asin di bawah pesisir
disebut hymnologi (Sudaryanti dan Wijarni, 2006).
Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan organisme dengan
lingkungannya– mempelajari hubungan antara tempat hidup organisme dan
interaksi mereka dengan lingkungan secara alami atau linkungan yang sedang
berkembang. Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan organime
dengan lingkungan perairan (Sadish,2010).
2.2. Ciri-ciri Ekologi Kolam
Ekosistem kolam ditandai oleh adanya bagian perairan yang tidak dalam
sehingga (kedalamannya tidak lebih dari 4-5 meter) yang memungkinkan
tumbuh-tumbuhan berakar dapat tumbuh di semua bagian perairan.Tidak ada
batasan tegas yang dapat dibuat antara danau dan kolam. Ada perbedaan
kepentingan secara ekologis, selain dari ukuran secara keseluruhan. Dalam
danau zona limneti dan profundal relatif besar ukurannya dibandingkan dengan
zona litoral. Bila sifat-sifatnya kebalikannya biasanya disebut kolam. Jadi zona
limnetik adalah daerah produsen utama untuk danau secara keseluruhan
(Syafitrianto, 2009).
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 3
Kolam umumnya di definisikan sebagai kumpulan air yang dangkal dan
sifat umumnya relatif merupakan air tenang dan kaya akan vegetasi.
Kolam dapat dibagi atas :
1. Kolam berasal dari danau yang luas.
2. Kolam yang tidak berhubungan dengan danau, ukurannya kecil.
3. Kolam buatan manusia
Berdasarkan musim, kolam dapat di bedakan atas :
1.Kolam sementara
Kolam sementar/ temporary hanya ada pada waktu adaair sementara di waktu
lain menjadi kering.
2.Kolam permanen
Kolam permanen berisi air sepanjang tahun
(Rifqi's,2008).
Pada ekosistem kolam air tawar terdapat berbagai macam tumbuhan dan
hewan yang hidup bersama. Ekosistem tersusun atas populasi makhluk hidup
dan lingkungan tidak hidup. Hubungan antar populasi tersebut akan menyusun
komunitas dan seterusnya (Metuk, 2010).
2.3. Ciri-ciri Ekologi Sungai
Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatic yang mempunyai
peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air
(catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat
dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya. Sebagai
suatu ekosistem, perairan sungai mempunyai berbagai komponen biotik dan
abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling
mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 4
lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas
ekosisten tersebut (Suwondo,2004).
Ekosistem sungai mempunyai sifat aliran yang unidirectional yaitu
mengalir satu arah dari hulu menuju hilir. Berdasar sifat fisikanya biota yang
dominan hidup di ekosistem sungai adalah organisme heterotrof, artinya tidak
dapat membuat makanan sendiri, yaitu makroinvertebrata bentik. Fauna tersebut
umumnya hidup di dasar perairan. Setelah itu ikan, alga, bentik dan macrofita.
Tentu saja selain biota tersebut masih ditemukan flora fauna yang ditemukan di
ekosistem sungai, misalnya makrofita (Sudarjanti, dan Wijarni, 2006).
Salah satu contoh perairan mengalir adalah singai. Sungai di alirkan oleh
arus yang rendah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1-
1,0m/s serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim dan pola drainase. Pada
perairan sungai, biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh
dan tidak terbentuk sratifikasi vertikal kolam air, seperti pada perairan lentik.
Kecepatan arus, erosi dan sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi
di sungai sehingga kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga
varibel tersebut (Effendie, 2003).
Ekosistem sungai sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia di daerah
aliran sungai (DAS). Aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai sangat erat
kaitannya dengan pemanfaatan air sungai di daerah pemukiman, industri, dan
irigasi pertanian. Dengan demikian secara langsung atau tidak, sampah atau
limbah pemukiman, industri, dan pertanian masuk ke dalam sungai. Sampah
atau limbah tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas air dan berubahnya
komposisi substrat dasar sungai menyebabkan organisme yang hidup di
dalamnya yakni hewan makrobentos terganggu (Muhajir, 2010).
2.4. Siklus Hidrologi Air
Menurut Effendi (2003), siklus hidrologi air tergantung pada proses
evaporasi dan prespitasi. Air yang terdapat di permukaan bumi berubah menjadi
uap air di lapisan atmosfer melalui proses evaporasi (penguapan) air sungai,
danau, dan laut serta proses evapotranspirasi atau penguapan air oleh tanaman.
Uap air bergerak ke atas hingga membentuk awan yang dapat berpindah oleh
karena tiupan angina. Oleh pengaruh udara dengan pada lapisan atmosfer. Uap
air membesar dan akhirnya jatuh sebagia hujan.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 5
Air tawar di bumi berasal dari siklus air yang sudah diatur sangat baik
oleh Yang Maha Kuasa melalui proses penguapan. Kemudian terbentuk awan,
hujan, selanjutnya menjadi air lonon, air infiltrasi, baru kemudian muncul kembali
ke permukaan bumi sebagai sumber atau mata air yang bersih dan jernih karena
telah mendapat proses penyaringan alami dan lapisan – lapisan tanah. Dengan
demikian manusia dan organisme yang ada di bumi ini dapat dengan mudah
menjangkau dan memanfaatkannya (Arfiati, 2009).
Siklus hidrologi adalah pergerakan permanent dari kelembapan di bumi
yang membentuk urutan berputar dari lautan, melewati proses penguapan (CE=
Evaporasi), kemudian menjadi hujan (P= presipitasi) dan akhirnya melewati
sungai mengalir disebut sebagai debit (R= Run off) menuju kembali ke laut
(Mulyanto, 1995).
2.5. Rantai Makanan
Menurut Resosoedarmo (1992), rantai pangan adalah pengalihan enzim
dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan di makan. Para
ilmuan ekologi mengenalkan 3 macam rantai pokok yaitu :
Rantai Pemangsa, dimulai dari hewan kecil sebagai mata rantai pertama,
kepada hewan yang lebih besar dan berakhir pada hewan terbesar.
Landasan permukaan adalah tumbuhan sebagai produsen.
Rantai Parasit, dimulai dari organisme besar kepada organisme kecil
yang hidup sebagai parasit.
Rantai Saprofit, berjalan dari orgnisme mati ke jasad renik rantai-rantai ini
tidak berjalan sendiri-sendiritetapi saling berkaitan yang satu dengan
yang lainnya, sehingga membentuk jaring-jaring makanan.
Menurut Kristanto (2004), dalam suatu ekosistem terdapat suatu rantai
makanan. Suatu ekosistem tidak hanya mencakup sebagian species hewan dan
tumbuhan saja, tetapi segala bentuk materi yang menurunkan siklus dalam
sistem tersebut dengan sinar matahari sebagai sumber kekuatannya. Sinar
Matahari merupakan sumber energi dalam suatu ekosistem.Energi ini, oleh
tumbuhan dapat di ubah menjadi energi kimia melalui fotosintesis. Pembentukan
jaringan hidup selanjutnya tergantung pada kemampuan dari tumbuhan
menyerap bahan-bahan mineral dari dalam tanah, yang selanjutnya di olah
melalui proses metabolisme.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 6
Menurut Anggoro (2010), rantai makanan adalah perpindahan materi dan
energy dari individu ke individu lain melalui proses makanan dan dimakan yang
menuju ke satu arah.
2.6. Hubungan Interaksi Antar Organisme
Menurut Cailm (1993), terdapat 9 interaksi penting, yaitu :
1. Neutratisme dimana tidak ada satupun populasi yang berpegaruh dalam
asosiasi yang lain.
2. Tipe persaingan yang saling menghalang-halangi (mutual inhibition
competition type) yang mana kedua populasi dengan aktif saling
mempengaruhi.
3. Tipe persaingan menggunakansumber daya di dalam populasi memiliki
pengaruh yang mungkin yang lain dalam perjuangannya untuk memproduksi
sumber persediaan yang kekurangan.
4. Ameralisme yang mana satu populasi dan yang lain tidak berpengaruh.
5. Parasitisme
6. Comensalisme dimana suatu perairan mengikat yang lain tidak terpengaruh.
7. Pemangsaan, dimana satu populasi merugikan yang lai dengan cara
menyerang langsung tetapi bergantung pada yang lain.
8. Protocooperation, dimana kedua populasi memperoleh keuntungan
9. .Mutualisme dimana pertumbuhan dan kehidupan populasi mendapat
keuntungan.
Menurut Anggoro (2010), bentuk interaksi antar individu/populasi ialah,
a. Kompetisi : hubungan antar spesies yang mnyebabkan terjadinya persaingan.
b. Netral : hubungan antar spesies yang hidup bersaqma tanpa saling
mengganggu
c. Predasi : hubungan antara individu pemangsa (predator) dan yang dimangsa
(prey).
d. Simbiosis : hubungan antara dua spesies yang ber bedayang hidup pada
suatu tempat dan saling berintgeraksi.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 7
Menurut Alan(2009), Interaksi antar organisme dapat di kategorikan
sebagai berikut:
a. Netral, hubungan tidak saling mengganggu antar organisme dalam
habitat yang sama yang bersifat tidak rugi dan tidak merugikan kedua
belah pihak.
b. Predasi, hubungan antara mangsa dan pemangsa (Predator). Hubungan
ini sangat erat karena tanpa mangsa, predator tidak dapat hidup,
sebaliknya predator berfungsi untuk mengontrol populasi mangsa.
c. Komensalisme, hubungan antar organisme yang berbeda species daloam
bentuk kehidupan bersama sebagai sumber makanan dalam suatu
species diuntungkan yang lain tidak dirugikan.
d. Parasitisme, Hubungan antara organisme yang berbeda species salah
satu hidup pada organisme mengambil makanan dari inang sehingga
bersifat merugikan mangsanya.
e. Mutualisme, hubungan antara dua organisme berbeda species yang
sama saling menguntungkan kedua belah pihak.
2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Kolam
2.7.1. Faktor Fisika
Menurut Arfiati (2009), air tergantung yang melarut dalam aliran
memberikan tekanan kepada semua benda di dalamnya termasuk ikan. Distribusi
cahaya pada air tergenang juga akan makin berkurang dengan bertambahnya
kedalaman. Makin jernih air, makin banyak cahya yang dapat menembus
perairan sehingga suhu air hangat, untuk perairan keruh, bau disebabkan oleh
kepadatan fitoplankton maupun karna parlemen tanah, tingkat kecerahan air
sangat rendah, aspek lain adalah kekentalan (Viscositas air).
Menurut Ansori (2006), kekeruhan menggambarkan sifat optis air yang
diteruskan banyaknya cahaya yang diserap oleh bahan-bahan yang terdapat
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh cahaya bahan organic dan anorganik
yang tersuspensi dan terlarut.
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 8
daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula
sebaliknya (Erikarianto,2008).
2.7.2. Faktor Kimia
Menurut Sekarwangi (2008), kolam merupakan suatu ekosistem air
(aquatik) sebagai tempat hidup hewan-hewan air, dan vegetasi air. Vegetasi air
dan hewan air menjadikan kolam suatu ekosistem yang mempunyai fungsi
tertentu. Komponen-komponen kolam terdiri atas senyawa-senyawa abiotik air,
CO2, O2, Ca, Nitogen, garam-garam fosfor, asam aminom dan sebagainya.
Organisme produsen (Algae atau ganggang), Organisme mikro komsumen
(Larva serangga, crustacea dan ikan),dan Organisme saprofit (Bakteri, Flagellata
dan jamur).
Oksigen adalah salah satu unsure kimia penunjang utama kehidupan.
Dalam air laut, oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses
respirasi dan untuk mengurangi zat organic oleh mikroorgfanisme. Ketiadaan
oksigen dalam suatu perairan akan menyebabkan organism dalam perairan
tersebut tidak akan hidup dalam waktu yang lama. Oleh karena itu salah satu
cara untuk menjaga kelestarian kehidupan dalam laut adalah dengan cara
memantau kadar oksigen dalam perairan tersebut (Hutagalung et-al,1985).
Komponen abiotik yang berupa bahan organik dan anorganik seperti air,
karbondioksida, oksigen, kalsium, garam–garam hidrogen dan anorganik, seperti
air dan humus dan sebagainya. Hanya sebagian kecil saja hara makanan
penting dalam larutan yang tersedia bagi organisme, sebagian besar tersimpan
dalam zarah–zarah endapan dan dalam badan organisme itu sendiri
(Rososoedarmo, dkk. 1984).
2.7.3. Faktor Biologi
Menurut Syarinanto (2004), organisme pada kolam seperti ini harus dapat
bertahan pada stadium Domain selama periode kering atau dapat bergerak
keluar atau kedalam kolam seperti amphibi dan serangga air yang dewasa.
Mikroba menonjol karena dapat beradaptasi dengan baik dan amat terbatas
penyesuaiannya pada kolam sementara.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 9
Menurut Kristanto (2004), komponen pembentuk ekosistem adalah
komponen hidup dan koimponen tidak hidup (dua komponen tersebut hidup
dalam satu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kisaran yang teratur,
misalnya pada suatu ekosistem kecil, katakanlah aquarium). Ekosistem dalam air
terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang melayang dan tergantung dalam air
sebagai komponen hidup.
Menurut Arfiati (2009), ekosistem air tawar di ikuti oleh organisme dari tingkat
sederhana seperti bakteri, jamur dan lainnya sampai organisme tingkat tinggi.
2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Sungai
2.8.1. Faktor Fisika
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu
penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu
perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan
kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan
menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis) (Kordi
dan Andi, 2009).
Suhu merupakan salah satu factor pembatas terhadap ikan-ikan atau
biota akuatik. Suhu dapat mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan
berperan secara langsung atau tidak langsung bersama dengan komponen
kualitas lainnya mempengaruhi kualitas akuatik. Temperature air mengendalikan
spawing dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangan menyebababkan air menjadi panas atau dingin
sekali secara mendadak . temperature juga mempengaruhi berbagai macam
reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik (Souisa, 2009).
Faktor kecerahan ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan
perairan tinggi memenuhi berarti cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu
produktivitas perairan yang tinggi pula (Dedi, 2003).
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 10
2.8.2. Faktor Kimia
Oksigen adalah salah satu unsure kimia penunjang utama kehidupan.
Dalam air laut, oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses
respirasi dan untuk mengurangi zat organic oleh mikroorgfanisme. Ketiadaan
oksigen dalam suatu perairan akan menyebabkan organism dalam perairan
tersebut tidak akan hidup dalam waktu yang lama. Oleh karena itu salah satu
cara untuk menjaga kelestarian kehidupan dalam laut adalah dengan cara
memantau kadar oksigen dalam perairan tersebut (Hutagalung et-al,1985).
Menurut Susanto (2002), suatu limbah yang mengandung beban
pencemar masuk ke lingkungan perairan dapat menyebabkan perubhan kualitas
air. Salah satu efeknya adalah menurunnya kadar oksigen terlarut yang
berpengaruh terhadap fungsi fisiologis organisme akuatik. Air limbah
memungkinkan mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun
berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan tersebar ke
lingkungan.
pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat
membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan
oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun,
aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada
suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik
dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7 (Kordi
dan Andi,2009).
2.8.3. Faktor Biologi
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter
biologi yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya
kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada kandungan
zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat
dan nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai dengan kebutuhan
organisme yang hidup diperairan tersebut.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 11
Air dari alam atau natural water secara foundamental akan berbeda
kondisinya dengan air dari tempat budidaya, terutama sistem tertutup yang
menggunakan akuarium atau bak, berdasarkan sifat kimia maupun biologi.
Jumlah ikan ditempat budidaya umumnya jauh lebih banyak dibandingkan jumlah
air. Akibatnya, material hasil metrabolisme yang dikeluarkan ikan tidak dapat
mengurai seimbang. Artinya, waktu penguraian metabolit secara alami tidak
mencukupi karena jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu, air tidak dapat atau
sulit kembali menjadi baik dan cenderung menghasilkan substannsi atau bahan
metabolit yang berbahaya bagi ikan (Lesmana,2001).
Untuk melengkapi kekurangan pendekatan fisika kimiawi dapat dilakukan
dengan memberdayakan komunitas makroinvertebrata, yaitu hewan – hewan
yang tidak mempunyai tulang belakang dan berukuran relatif tidak bergerak
mempnyai siklus hidup yang panjang dan mempunayai keanekaragaman tinggi
yan tersebar di hulu sampai di hilir sungai. Ditemukan suatu kelompok
mikroinvertebrata mencerminkan kondisi air sungai apakah masih baik (tidak
mengalami pencemaran organik tertentu), atau telah mengalami pencemaran
organik terlarut atau telah mengganggu (Sudaryanti dan Wijarni, 2006).
2.9. Definisi Benthos
2.9.1.Ciri-ciri Benthos
Benthos adalah organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar
atau hidup didasar endapan binatang benthos dapat dibagi berdasarkan cara
makannya menjadi pemakan kenyang (seperti kerang) dan pemakan deposit
(seperti sioler) (Odum,1993).
Organisme benthos adalah binatang yang relative besar dan sebagian
siklus hidupnya berada didalam atau pada substrat di air. Adapun yang termasuk
dalam kelompok ini adalah cacing, serangga air, annelida, mollusca, dll.
Beberapa spesies nyamuk, ialah midgnes alan pada umumnya termasuk
kelompok yang dapat mengganggu kesehatan (Sutrisno dan Emi, 2004).
Hewan-hewan bentos yang sering ada dalam grup dan mempunyai sifat
yang khas dikenal sebagai communities (Masyarakat). Dimana hali ini
berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup yang spesifik. Communities
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 12
biasanya didominasi oleh satu atau dua jenis hewan (species) dari mana mereka
dikena, yang disertai oleh organisme yang bersifat sub dominan (Sahala,1985).
2.9.2.Peranan Benthos di Perairan
Hewan yang hidup didasar perairan adalah mikrozoobenthos,
makrozoobenthos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem
perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jarring
makanan selain itu tingkat kenea ragaman yang terdapat di lingkungan perairan
dapat digunakan sebagai indicator pencemaran. Dengan adanya kelompok
bonthos yang hidup melekat (sessile) dan daya adaptasi berfariasi terhadap
kondisi lingkungan membuat hewan benthos seringkali digunakan sebagai
petunjuk bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan umper air tawar, kijina,
kerang cacing pipih, siput memiliki over operkulum dan siput tidak beroperkulum
yang hidup di perairan tersebut maka dapat digolongkan ke dalam perairan yang
berkulitas sedang (Pratiwi, dkk, 2004 dalam Parjan 2005).
Kominiti benthos sematif pada perubahan kualitas air berbatasan motilitas
dan kemampuan yang relative karena merupakan fungsi kualitas perairan yang
relative tidak dapat didefinisikan melalui permukaan fisik dan kimia dapat
didefinisikan melalui organisme benthos. Dalam mempelajari sifat organisme
benthos bermanfaat dalam mendeteksi masalah pencemaran air. Pada dasarnya
tidak ada organisme yang memberikan reaksi sama pada pencemaran karena
adanya hubungan yang sangat kompleks antara faktor genetik dengan
parameter kualitas air. Berbagai tingkat pencemaran air menentukan macam
organisme di perairan tersebut (Sutrisno dan Eni, 2004).
Makrozoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus
hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali
lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti
dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki
perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan
(Odum,1993).
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 13
2.9.3.Jenis Benthos di Perairan
Diantara benthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap
perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam
kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan
makrozoobenthos (Rosenberg, 1993).
Menurut Sahala (1985), bentos dapat dibedakan dengan beberapa cara,
salah satunya yaitu dengan cara mengidentifikasi ukuran dari bentos tersebut,
pengklasifikasian menurut ukuran mereka dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Microfauna: hewan yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,1 mm,
seluruh protozoa masuk dalam golongan ini.
b. Meiofauna: golongan hewan-hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1
mm sampai 1,0 mm. Ini termasuk protozoa yang bergolongan besar,
cnidaria, cacing-cacing yang berukuran sangat kecil, dan beberapa
crustacea yang berukuran sangat kecil.
Selain itu juga bentos dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat hidupnya, dalam
hal ini bentos dibagi menjasi 2 macam yaitu:
a. Epifauna : hewan yang hidupnya di atas permukaan dasar lautan. Contoh
hewan epifauna diantara nya yaitu kepiting berduri Spiny stonecrab, siput
laut (Sea slug), bintang laut (Brittlle star).
b. Infauna : hewan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada dasar
lautan. Contoh hewan infauna yaitu cacing (Lugworm), tiram (Cockle),
macoma, Remis (clam).
Menurut Odum (1993), makrozoobenthos merupakan hewan yang
sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil,
merayap maupun menggali lubang. Makrozoobenthos dapat bersifat toleran
maupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan.
2.10. Definisi Plankton
2.10.1. Ciri-ciri Plankton
Ukuran plankton sangat beraneka ragam dari yang terkecil yang disebut
ultra plankton berukuran < 0,005 mm atau milimikron. Termasuk di sini bakteri
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 14
dan diatom kecil sampai monoplankton berukuran 60-70 mikron, sebagian bersel
dan mikroskopis. Termasuk fillum Chrysophyta (Romimohtarto,2003).
Plankton adalah tanaman (phytoplankton) dan binatang (zooplankton) yang
biasanya berenang atau terapung di perairan, dan gerakannya mengikuti arus
(Sutrisno dan Eni, 2004).
Menurut Djarijah (1996), plankton terkadang ditemukan terapung di
permukaan air, di dasar, ataupun melayang-layang memenuhi kolom air.
Plankton ini ada yang bergerak aktif seperti hewan pada umumnya, tetapi ada
pula yang bisa melakukan assimilasi (photosynthesis) seperti halnya tumbuhan di
daratan.
2.10.2. Peranan Plankton di Perairan
Phytoplankton menghasilkan energi melalui proses photosyntetis
menggunakan bahan organik dan sinar matahari sedangkan zooplankton adalah
konsumen yang memperoleh energi dan makanan dari phytoplankton siklus
hidup phytoplankton yang pendek menyebabkan cepat sekali memberi reaksi
(Sutrisno dan Eni,2004).
Berperannya plankton sebagai sumber makanan organisme perairan
menjadikan kehadiran plankton di perairan sebagai ukuran keseluruhan perairan
yang bersangkutan. Dalam hal ini ditujukan oleh nilai kepadatan plankton
sehingga akan menjadi dasar penentuan akan tingkat kesuburan perairan,
apakah suatu perairan itu subur atau sebaliknua (Rahman,2008).
Mengingat peranan plankton sebagai penyedia energi maka fitoplankton
termasuk dalam golongan autotrop. Energi hasil fotosintetis ini berasal dari CO2
terlarut dengan H2O dan zat nutrien lainnya yang terkena sinar matahari
( Wibisono, 2005).
Fitoplankton merupakan algae yang tergolong autotrof, dimana dengan
energi sinar dan klorofil, serta menyerap karbon dioksida dan senyawa nutrien
anorganik organisme ini mampu mensintesa senyawa organik yang kompleks
melalui proses fotosintesis. Algae autotrof melimpah di daerah eutrofik (zona
fotik). Zona ini adalah mulai dari permukaan sampai ke kedalaman tertentu,
dimana intensitas sinar matahari masih memungkinkan pembentukan bahan
organik oleh tumbuhan melalui fotosintesis tadi (Basmi, 1995).
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 15
Perubahan terhadap kualitas perairan erat kaitannya dengan potensi
perairan ditinjau dari kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Keberadaan
fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi
perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan
indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan
perairan (Fachrul,2005).
2.10.3. Jenis Plankton di Perairan
Fitoplankton jenisnya ada yang berupa diatome dan dinoflagellata adalah
dominan sekali diseluruh laut sebagai produsen. Diatom di dapat di daerah –
daerah beriklim kutub dan sedang, untuk perairan beriklim sub tropic dan tropic
dinoflagellata sangat dominan (Sediadi, 1986).
Menurut Goldman dan Alegandra (1983) plankton dibagi menjadi
1) Holoplankton, merupakan plankton yang banyak dijumpai, termasuk
ganggang seperti : Asterionella, Fragilaria, dan Tubellaria
2) Meroplankton, merupakan plankton yang cukup banyak yang termasuk
golongan ini seperti diatom melosira.
Menurut Horne dan Charles (1994) yang termasuk zooplankton adalah
microzooplankton, seperti protozoa, porifera, dan moseplankton yaitu crustacean.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 16
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsinya
a. Parameter Fisika
Alat- alat yang digunakan untuk pengamatan dalam parameter
Fisika antara lain adalah sebagai berikut:
Thermometer Hg : untuk mengukur suhu kolam.
Stopwatch : sebagai timer pada saat mengukur suhu dan
kecepatan arus.
Penggaris : untuk mengukur kedalaman kolam.
Tongkat skala : untuk mengetahui kedalaman kolam.
Secchi disk : untuk mengkur kecerahan kolam.
b. Parameter Kimia
Alat- alat yang digunakan untuk pengamatan dalam parameter
Kimia antara lain adalah sebagai berikut:
pH box : untuk mencocokkan nilai pH pada pH paper.
Stopwatch : untuk timer pada saat mengukur pH.
Botol DO : sebagai tempat pengukuran Do dengan metode Winkler.
Buret : sebagai tempat larutan titran.
Statif : sebagai tempat buret.
Pipet tetes : sebagai alat untuk mengambil dan meindahkan larutan.
c. Parameter Biologi
Alat- alat yang digunakan untuk pengamatan dalam parameter
Biologi antara lain adalah sebagai berikut:
Ekman grab : untuk mengambil bentos di kolam atau/perairan
yang dasarnya berlumpur.
Pinset : untuk mengambil bentos di nampan.
Timba : untuk tempat substrat dan bentos setelah diambil dari
kolam.
Nampan : untuk tempat mengoyak bentos.
Botol film : untuk tempat bentos.
Loop : untuk alat bantu melihat bentos.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 17
3.1.2 Bahan dan Fungsinya
a. Parameter Fisika
Bahan- bahan yang digunakan untuk pengamatan dalam
parameter Fisika antara lain adalah sebagai berikut:
Sampel air : bahan yang diamati parameter fisikanya.
Air kolam : sebagai bahan yang diamati parameter fisikanya.
Botol aqua : sebagai bahan untuk mengukur kecepatan arus
dan sebagai wadah sampel.
Tali rafia : bahan untuk pengukuran kecepatan arus.
b. Parameter Kimia
Bahan- bahan yang digunakan untuk pengamatan dalam
parameter Kimia antara lain adalah sebagai berikut:
Air kolam : sebagai bahan yang diamati parameter kimianya.
pH paper : untuk mengukur nilai pH kolam.
Larutan NaOH+KI : sebagai pembentuk endapan coklat dan mengikat
ion I2
Larutan MnSO4 : sebagai pengikat oksigen bebas.
Na- Thisulfat 0,025 N : sebagai larutan titran.
Larutan H2SO4 pekat : sebagai indikator asam, pengencer
endapan coklat dan melepas I2.
Amilum : sebagai indikator basa dan membentuk warna
ungu kehitam- hitaman.
c. Parameter Biologi
Bahan- bahan yang digunakan untuk pengamatan dalam
parameter Biologi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bentos
Air kolam : untuk sampel yang akan diamati bentosnya.
Alkohol 70% : untuk mengawetkan bentos.
Kertas label : untuk memberi nama pada botol film.
2. Plankton
Air sampel : untuk bahan sampel kolam yang akan diamati.
Kertas label : untuk memberi nama pada botol film.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 18
Hasil
Lugol : untuk mengawetkan plankton.
Tissue : untuk membersihkan alat.
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Suhu
Thermometer Hg
Disiapkan thermmometer hg.
Dicelupkan kedalam air kolam, selama + 3menit hinga air
raksa berhenti.
Dicelupkan dengan membelakangi sinar matahari.
Diangkat thermometer dari kolam.
Dicatat hasilnya.
3.2.2 Kecerahan
Secchi disk
Diturunkan secchi disk pelan-pelan ke dalam kolam.
Diamati sampai tidak nampak pertama kali.
Dicatat sebagai d1.
Diturunkan sechhi disk sampai ke dasar kolam.
Ditarik sechhi disk pelan-pelan.
Diamati sampai batas tampak pertama kali.
Di catat sebagai d2.
Dihitung rata-rata hasil pengukuran dengan rumus D1+D2/2
Dicatat hasilnya.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 19
Hasil
3.2.3 KEDALAMAN
Tongkat skala
Ditancapkan pada dasar kolam.
Ditandai pada batas permukaan.
Diangkat dari permukaan.
Diukur panjang/kedalaman dengan pengaris.
Dicatat kedalaman kolam.
Hasil
3.2.4 pH
ph paper
Dicelupkan pH paper kedalam sampel perairan/kolam.
Ditunggu ± 2 menit.
Diangkat dari kolam/perairan.
Dikipas-kipaskan sampai kering.
Dicocokkan warnanya dengan pH box.
Dicatat hasilnya.
Hasil
3.2.5 Substrat
Substrat
Diambil dari dasar perairan/kolam.
Diambil tipe substratnya.
Ditentukan tipe substratnya.
Dicatat.
Hasil
3.2.6 DO
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 20
Diukur dan dicatat volume botol DO
Dimasukkan dalam air yang akan diukur dengan posisi miring agar
tidak ada gelembung
Ditutup dalam air
Diangkat ke darat dan dibolak-balik, jika ada gelembung. Diulangi
lagi
Dibuka tutup botol DO
Ditambah 2ml MnSO₄ dan 2ml NaOH+KI
Dihomogenkan
Didiamkan sampai terbentuk endapan coklat
Dibuang air bening diatas endapan coklat
Ditambah 2ml H₂SO₄ pekat
Dihomogenkan sampai endapan larut
Ditambahkan 3-4 tetes amilium
Dihomogenkan hingga bewarna ungu kehitam-hitaman
Dititrasi dengan Na-thiosulfat 0,025 N
Dihitung selisih volume titran
Dihitung dengan rumus :
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 21
Botol DO
Air sampel
Hasil
3.2.6 Kecepatan Arus
- diisi dengan air pada salah satu botol
- dihubungkan botol satu dengan botol dua
menggunakan tali plastik sepanjang 30cm
- diikat botol satu dengan tali plastik sepanjang 5m
- dijatuhkan ke perairan
- dihitung waktu menggunakan stopwatch
- dicatat waktu
- dihitung kecepatan arus
3.2.7 PENGAMATAN BENTOS
a. Metode Kicking
Jala
Disiapkan
Dipegang tiang jala dengan arah melawan arus
Diaduk dasar perairan
Digerakkan maju melawan arus
Diangkat pelan-pelan ke permukaan.
Dicari benthos yang didapat
Diletakkan sampel bentos ke dalam nampan.
Diamati jenis bentos
Botol film
Bentos dimasukkan.
Diberi alkohol.
Diberi label.
Bentos dikelompokkan berdasarkan jennis.
Dihitung.
Hasil
b. Metode Ekman grab
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 22
Hasil
Botol Aqua
Ekman grab
Disiapkan ekman grab.
Dibuka penutupnya.
Dimasukkan kedalam kolam secara tegak lurus sampai ke
dasar.
Dijatuhkan pemberatnya.
Ditarik pelan-pelan ke permukaan.
Dibuka penutupnya.
Diletakkan sampel bentos ke dalam nampan.
Diamati jenis bentos
Botol film
Bentos dimasukkan.
Diberi alkohol.
Diberi label.
Bentos dikelompokkan berdasarkan jennis.
Dihitung.
Hasil
c.Identifikasi jenis benthos
Ekman grab
Dibuka penutupnya.
Diletakkan sampel bentos ke dalam nampan.
Bentos
Ditiriskan pada tanah
Dicari
Dimasukkan botol film
Diberi alkohol.
Diberi label.
Bentos dikelompokkan berdasarkan jennis.
Dihitung.
Hasil
3.2.8 Plankton
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 23
a. Pengambilan Plankton (di lapang)
- diambil dengan timba sebanyak 25 liter air
- diangkat ke permukaan
- diikat pada botol film ujung jaring bawah dengan tali
- dimasukkan air sampel
- diputar-putar searah plankton net
- ditutup botol film setelah plankton tersaring
- diberi bahan preservasi ( lugol ) sebanyak 3 tetes
- diberi label
-
b. Identifikasi Jenis Plankton (di Laboratorium)
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 24
Air Kolam
Plankton net
Hasil
-
- disiapkan haemocytometer dan cover glass
- dibersihkan dengan menggunakan tissue secara searah
- ditutup haemocytometer dengan cover glass pada bagian tengah
- diambil sampel plankton dengan pipet tetes
- dituangkan pada haemocytometer
- disiapkan dan dinyalakan lampu pada perbesaran 400x
- diamati setelah ditemukan focus
- dibagi menjadi 5 bidang pandang
- dihitung jumlah plankton pada tiap bidang pandang
- dicatat
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 25
Haemocytometer
Mikroskop
Hasil
c. Identifikasi Jenis Plankton
Ekman grab
Dibuka penutupnya.
Diletakkan sampel bentos ke dalam nampan.
Bentos
Ditiriskan pada tanah
Dicari
Dimasukkan botol film
Diberi alkohol.
Diberi label.
Bentos dikelompokkan berdasarkan jennis.
Dihitung.
Hasil
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 26
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
4.1.1 Data Pengamatan Lapang
a. Kolam
Data hasil yang diperoleh dalam praktikum Ekologi Perairan ini adalah :
Pelaksana : Kelompok 14
Tanggal pelasanaan : Sabtu, 20 November 2010
Waktu : 09.15 s/d 12.00WIB
Nama tempat : Mata Air Sumber Awan Singosari Kabupaten
Malang
Musim : Panas
Jenis Kolam : Biasa dan Eutrofikasi
Warna air : Hijau bening dan Keruh berlumpur
Data Parameter Kualitas Air
No Parameter Hasil
1 Suhu 23o C
2 pH 7
3 Jenis Substrat Pasir berbatu dan Berlumpur
4 Kecerahan 100%
5 Kedalaman 48 cm
Data Organisme yang Diperoleh
No Organisme Jumlah
1 Branchiura sowerbyi 3
2 Thiara balonnensis 1
3 Potamopyrgus antipodurum 1
4 Actinastrum hantzschii 12
5 Naviculace margalit 3
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 27
Identifikasi pakan Tambahan
Pakan tambahan adalah pakan yang diberikan sebagai tambahan
untuk ikan, sehingga tanpa pakan tambahanpun ikan tersebut masih
memiliki nutrisi dalam tubuhnya. Jenis pakan tambahn misalnya adalah
daun kelor, daun papaya dan lain sebagainya.
Identifikasi Jenis Ikan Herbivora
Ikan herbivore adalah ikan yang memangsa tumbuh-tumbuhan,
atau dapat juga dikatakan pemakan fitoplankton. Dalam proses
pencernaannya membutuhkan waktu yang lam karena adanya selulosa
dalam kandungan pakan. Sehingga usus ikan herbivore cenderung
panjang.
Identifikasi Jenis Ikan Karnivora
Ikan karnivora adalah ikan yang memakan makanan berupa
zooplankton. Kadang juga memakan ikan- ikan kecil yang lain. Ikan kar
nivora dalam proses pencernaan cenderung cepat, karena ususnya
pendek.
Identifikasi Jenis Ikan Omnivora
Ikan omnivora adalah jenis ikan pemakan segala, yaitu bisa
memakan zooplankton ataupun fitoplankton. Bentuk ususnya cenderung
sedang, karena merupakan kombinasi antara jenis usus ikan karnivora
dan jenis ikan herbivora.
Identifikasi Tanaman Air
Tanaman air yang ada didalam kolam yaitu lumut jaring.
Identifikasi Organisme yang Ada Di sekitar Kolam
Organisme yang ada di sekitar kolam adalah semut, siput, belalang dan
ulat.
Identifikasi Tanaman yang ada di sekitar kolam
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 28
Tanaman yang ada di sekitar kolam adalah rumput, palawija dan pohon-
pohon.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 29
Denah Lokasi Stasiun Pengambilan sample
Kolam Biasa
Outlet Inlet
Gambar Inlet
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 30
Gambar outlet
Kolam Eutrofikasi
b. Sungai
Data hasil yang diperoleh dalam praktikum Ekologi Perairan ini adalah :
Pelaksana : Kelompok 14
Tanggal pelasanaan : Sabtu, 20 November 2010
Waktu : 09.15 s/d 12.00 WIB
Nama tempat : Mata Air Sumber Awan Singosari Kabupaten
Malang
Musim : Panas
Jenis sungai : Tenang dan Deras
Station : -
Net Size : Meshsize 0,5
Warna air : Bening
Dept : 48 dan 14
Data Parameter Kualitas Air
No Parameter Hasil
1 Suhu 25 oC
2 Ph 7
3 Jenis Substrat Lumpur berbatu
4 Kecepatan arus 0,33 m/ s
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 31
Data Hasil Pengamatan Ekosistem sungai
Denah Lokasi Stasiun Pengambilan sampel
Sungai Deras
Sungai Tenang
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 32
4.1.2 Data Pengamatan Laboratorium
a. Bentos
No Gambar Literatur Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Diptera
Family: Chironomidae
Domain: Eukaryota
Kingdom: Animalia
Subkingdom: Bilateria
Phylum: Mollusca
Class: Gastropoda
Subclass: Orthogastropoda
Superorder: Caenogastropoda
Order: Sorbeoconcha
Family: Hydrobiidae
Subfamily: Coliadinae
Genus: Potamopyrgus
Specific name: antipodarum
Scientific name: Potamopyrgus
antipodarum
Kingdom: Animalia
Phylum: Annelida
Class: Clitellata
Order: Haplotaxida
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 33
Family: Tubificidae
Genus: Branchiura
Specific name: sowerbyi - Beddard, 1892
Domain: Eukaryota
Kingdom: Animalia
Subkingdom: Bilateria
Phylum: Mollusca
Class: Gastropoda
Subclass: Orthogastropoda Superorder: Caenogastropoda
Order: Sorbeoconcha
Family: Hydrobiidae
Subfamily: Coliadinae
Genus: Potamopyrgus
Specific name: antipodarum
Scientific name: Potamopyrgus antipodarum
b. Plankton
No Gambar Literatur Klasifikasi
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 34
Kingdom: Plantae
Phylum: Chlorophyta
Class: Trebouxiophyceae
Genus: Actinastrum
Specific epithet: hantzschii
Botanical name: Actinastrum hantzschii
Filum : Chrysophyta
Subfilum: Basihario
Ordo : Ponnales
Spesies: Naviculace
Margalit
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 35
4.2 Analisa Prosedur
4.2.1 Suhu
Pada pengamatan suhu ini menggunakan thermometer raksa. Pertama-tama
termometer dipersiapkan terlebih dahulu. Lalu termometer dimasukkan ke dalam air
selama beberapa menit sampai terlihat air raksa termometer stabil. Termometer
jangan dipegang pada bagian termometernya tetapi dipegang bagian talinya yang
terdapat pada bagian ujung termometer. Tujuan tidak dipegangnya termometer itu
adalah supaya termometer tidak terpengaruh oleh suhu tubuh. Setelah 3 menit hal
ini dilakukan agar suhu dalam termometer Hg stabil, kemudian termometer diangkat
dari perairan dan dicatat suhu yang diperoleh pada termometer tersebut dalam
satuan 0C.
4.2.2 Kecerahan
Pada pengukuran kecerahan alat dan bahan yang digunakan yaitu secchi
disk dan air kolam yang digunakan. Setelah itu secchi disk disiapkan, secchi disk
diturunkan ke dalam air kolam dengan perlahah-lahan sampai tidak nampak pertama
kali dan dicatat hasilnya sebagai sebagai D1 lalu ditandai. Kemudian secchi disk
diturunkan lebih dalam lagi hingga benar-benar tidak nampak. Kemudian secchi disk
ditarik keatas dengan perlahan-lahan hingga nampak pertama kali dan ditandai, ini
dicatat sebagai D2. Dan dicatat kedalamannya. Setelah itu dihitung dengan rumus
kecerahan D=D2+D2/2 dan dicatat hasilnya dalam data.
4.2.3 Kedalaman
Pada pengukuran kedalaman perairan kolam alat yang digunakan adalah
tongkat panjang dan penggaris. Setelah itu alat ddan bahan disiapkan. Pengamatan
terhadap kedalaman dilakukan dengan cara memasukkkan tongkat panjang ke
permukaan dan diukur menggunakan penggaris lalu catat hasilnya dalam data.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 36
4.2.4 pH
Pada pengukuran pH ini digunakan pH paper. pH paper digunakan untuk
mengukur pH disuatu perairan. Pertama-tama pH dipersiapkan lalu dicelupkan pH
paper tersebut pada perairan hingga pH paper benar-benar basah. Kemudian pH
paper diangin-anginkan sampai kering. Setela itu dicocokkan warnr pH paper
dengan garis warna pada pH box untuk mengetahui nilai dari pH perairan tersebut.
Setelah diketahui nilainya lalu dicatat hasilnya.
4.2.5 Substrat
Pertama kita ambil substrat yang ada didasar perairan. Setelah itu kita amati
tipe substrat yang ada. Setelah diamati lalu ditentukan tipe subtratnya dan dicatat
hasilnya.
4.2.6 DO
Pada saat praktikum ekologi perairan dilakukan pengukuran DO. Pertama
siapkan alat dan bahan yang digunakan yaitu, botol DO dimasukkan kedalam
perairan secara perlahan dengan posisi miring dan jangan sampai terjadi gelembung
udara.Botol DO ditutup di dalam air, bila botol telah penuh selanjutnya dilakukan
pengujian dengan larutan – larutan kimia. Pertama tutup botol DO dibuka dan
diteteskan MnSO4 sebanyak 2 ml/ 44 tetes yang bertujuan mengikat endapan
coklat. Selanjutnya botol DO ditutup dan dihomogenkan dengan cara dibolak – balik.
Setelah itu di tunggu sampai pemisahan oksigen yang menyatu dengan endapan
coklat dan larutan yang bening dibuang secara perlahan atau dengan pipet tetes.
Sehingga yang tetinggal larutan yang terdapat endapan coklat. Selanjutnya
ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 22 ml/44 tetes yang berfungsi untuk
pengenceran endapan coklat dan pengondisian asam dan ditambahkan kembali
amylum 2 -3 tetes yang berfungsi untuk indikator warna ungu dan pengondisian
basa, lalu di homogenkan. Terakhir dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat hingga
berubah warna menjadi bening pertama kali. Kemudian volume titran dihabiskan
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 37
untuk titrasi dan larutan yang sudah dititrasi digoyang – goyang agar homogen.
Terakhir dicatat volume titrasi dan dihitung dengan rumus:
4.2.7 Kecepatan Arus
Pada saat praktikum ekologi perairan dilakukan pengukuran kecepatan arus. Pertama siapkan alat dan bahan yaitu, botol plastik 600 ml 2 buah sebagai pemberat dan pelampung, tali rafia 5 m sebagai jarak pengubung antara 2 botol, dan stopwatch sebagai perhitungan selang waktu pengukuran kecepatan arus. Setelah itu dilakukan pengukuran kecepatan arus dengan cara diisi salah satu botol dengan air lokal yang berfungsi sebagai pemberat dan satu lagi sebagai pelampung. Kemudian ke 2 botol yang sudah diikatkan dan dihubungkan dengan tali rafia tersebut di hanyutkan ke perairan bersamaan dengan dinyalakan stopwatch. Lalu stopwatch dimatikan ketika tali rafia pada ke 2 botol meranggang sempurna. selanjutnya data di catat dan dihitung dengan rumus
4.2.8 Bentos
a. Metode Kicking
Pada saat praktikum ekologi perairan tentang pengambilan benthos dengan
metode kicking hal pertama yang dilakukan menyiapkan alat seperti planktonnet ,
jaring planktonnet digerakkan maju dalam air dengan cara di bagian depan jaring di
gerak-gerakkan dengan kaki agar benthos yang berada didalam pasir masuk
kedalam planktonnet, setelah itu planktonnet diangkat lalu isi yang tersaring tadi
dimasukkan dalam nampan dan di cari benthosnya lalu diidentifikasi di praktikum
laboratorium.
b. Metode Ekman Grab
Pada saat praktikum ekologi perairan tentang pengambilan benthos dengan
metode ekman grab hal pertama yang dilakukan menyiapkan alat seperti ekman
grab,kemudian ekman grab dibuka dengan cara menarik kedua tali disamping kiri
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 38
dan kanan lalu di eratkan pada bagian atas ekman grab kemudian ekman grab
dimasukkan sampai dasar perairan lalu pemberat pada ujung tali di lepas dan masuk
kedalam air hingga ekman grab menutup dan mendapatkan lumpur sebagai substrat
dari benthos , lalu dimasukkan dalam nampan dan di cari benthosnya lalu
diidentifikasi di praktikum laboratorium.
c. Identifikasi Jenis Bentos
Pertama-tama alat dan bahan disiapkan diantaranya ekman grap, timba,
pinset, nampan, botol film, alkohol 70%, dan kertas label. Langkah pertama diambil
ekman grap yang akan digunakan setelah itu dibuka penutup ekman grap dengan
cara menarik tali penutupnya. Lalu ekman grap dmasukkann ke dalam kolam
dengan perlahan-lahan sampai dasar secara tegak lurus. Setelah itu ekman grapp
ditutup dengan cara menjatuhkan pemberat sehingga dapat ditutup dan mengambil
bentos yang ada dikolam. Lalu ekman grap ditarik kepermukaan secara pelan-pelan.
Setelah ditaruh ditanah ekman grap dibuka penutupnya lalu bentosnya diyaruh
dalam ember. Selah itu sampel bentos ditampatkan pada nampan dan disortir, untuk
mempermudah mencari bentos dgunakan loop. Setelah bentos didapatkan, lalu
dimasukkan kedalam notol film yang sudah diberi alkohol sampai separuh botol film.
Setelah itu diberi label agar tidak tertukar. Pada pengamatan di laboratorium IIP
bentos yang ada di botol film dikeluarkan lalu dikelompokkan berdasarkan jenis
bentos yang telah diambil setelah itu dihitung dengan menggunakan rumus H=Σpi ln
Pi dan dicatat hasilnya.
4.2.9 Plankton
a. Pengambilan Plankton
Pertama tama kita siapkan dahulu alat berupa planktonnet kemudian
planktonet di beri botol flim pada ujung bawa lalu diikat dan dirapatkan dengan
karet gelang , setah itu diambil airt kolam sebanyak 25 liter dengan
menggunakan timbah dengan volume 5 nliter, jadi pengambilan dilakukan
sebanyak 5 kali , selagi air dimasukkan , planktonnet digoyang – goyang kan
agar plankton dapat masuk kedalam botol film, setelah didapat air yang ada
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 39
didalam botol film ditetesi dengan larutan lugol agar mengawetkan plankton
didalamnya.
b. Identifikasi Jenis Plankton
Pada identifikasi plankton hal pertama yang dilakukan adalah dengan
menyiapkan alat dan bahan ,pertama – tama obyek glass dan cover glass
dikalibrasi terlebih dahulu agar terhindar dari bakteri maupun kotoran yang
melekat,kemudian diambil sampel plankton dari botol film dengan menggunakan
pipet tetes sebanyak 1 tetes , lalu diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 40 kali , setelah didapat planktonnya lalu diidentifikasi jenis
planktonnya dan dicatat hasilnya.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 40
4.3 Analisa Hasil
4.3.1 Rantai Makanan Yang Terjadi
Rantai makanan yang terjadi antara organisme yang ditemukan dalam
praktikum Ekologi Perairan yang dilakukan di Mata Air Sumber Awan Singosari
Kabupaten Malang adalah seperti dalam bagan di bawah ini :
Suatu rantai makanan dapat disusun dalam piramida makanan adalah
komposisi rantai makanan yang semakin ke atas jumlahnya semakin kecil (Sumantri,
2009).
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 41
Matahari
Tumbuhan Lumut
Zooplankton
KatakBakteri/Decomposer
Belalang IkanSemut
Fitoplankton
Siput
4.3.2 Interaksi Antar Organisme Yang Ada
Interaksi antar organisme atau yang biasa disebut dengan simbiosis
parasitisme adalah hubungan antara 2 makhluk hidup yang berbeda jenis dan salah
satu merugikan jenis yang lain. Dari organisme-organisme yang telah ditemukan,
dapat diambil contoh adanya interaksi (simbiosis parasitisme). Simbiosis ini terlihat
dari adanya ikan dengan siput dimana siput memakan makanan dari ikan sehingga
siput menjadi parasit bagi ikan. Dari interaksi ini dapat terlihat bahwa kolam di Mata
Air Sumber Awan Singosari Kabupaten Malang ada interaksi yang salah satu pihak
dirugikan.
Parasitisme adalah hubungan antar organisme yang berbeda spesies dan
salah satu spesies merugikan jenis lain (Bagas, 2009).
4.3.3 Pengaruh Nilai Faktor Fisika, Kimia Air dengan Makrozoobenthos
Dari praktikum yang dilakukan, faktor fisika meliputi suhu, kecerahan, dan
jenis substrat. Sedangkan faktor kimia dapat dilihat dari pengukuran pH air. Dari
praktikum yang dilakukan, maka didapatkan suhu sebesar 280C, kecerahan sebesar
100%, substratnya lumpur, dan pH sebesar 7. Selain itu, makrozoobenthos yang
didapat juga cukup banyak.
Benthos merupakan organisme yang hidup di dasar perairan . Dengan jenis
substrat lumpur memang memungkinkan untuk ditemukannya benthos yang
beragam. Selain itu, nilai pH air sebesar 7 juga memungkinkan untuk ditemukannya
benthos yang beragam. Hal ini sesuai dengan Effendie (2003) bahwa sebagian
besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sebesar 7
- 8,5.
4.3.4 Perhitungan Benthos
Dari hasil praktikum pada kolam biasa dan kolam eutrifikasi di dapat 1 jenis
bentos yang sama yaitu berupa Chironomous cloacalis. Pada kolam biasa didapat
dua organisme sedangkan dikolam eutrifikasi didapat 4 organisme.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 42
DENSITAS
Densitas (md/m2) = total spesiesLuas
= 60,0225
= 266,67 md/m2
DIVERSITAS
Pi = n
N
= 6
6
= 1
Diversitas = H = - Epi log2 Pi
= 1 log 1
= 1
Nilai H=1 menunjukkan indeks keragaman yang sedang. Menurut Hdjosuwarno (1990) dalam Djahjah (2005) menyatakan bahwa Indeks Keragaman H terdiri dari beberapa kriteria yaitu
H > 3,0 = Menunjukkan keanekaragaman sangat
H 1,6 – 3,0 = Menunjukkan keanekaragaman tinggi
H 1 – 1,5 = Menunjukkan keanekaragaman sedang
H < 1 = Menunjukkan keanekaragaman rendah
Sedangnya keanekaragaman benthos diperairan kolam tersebut mungkin disebabkan karena pencemaran limbah pertanian seperti peptisida maupun hibrisida mengingat letak kolam dikelilingi sawah pertanian.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 43
4.3.5 Perhitungan Plankton
L.Kotak : 1 mm2
Kedalaman : 0,1 mm
V = 0,1 mm2 atau 0,0001 cm3 (0,0001 ml)
Total kepadatan = n x 104 sel/ml
= 15/4x104 sel/ml
= 3,7x104 sel/ml
4.3.6 Hubungan Antar Parameter
1. Hubungan pH dengan CO2 dan Alkalinitas.
Menurut Modereth et al dalam Effendi ( 2003 ), bahwa pH juga berkaitan erat
dengan karbondioksida dan alkalinitas, pada pH < 5 alkalinitas dapat mencapai “ nol
“. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah
kadar karbondioksida bebas terlarut yang bersifat asam ( pH rendah ) bersifat
korosif.
2. Hubungan pH dengan senyawa amonia
Menurut Effendi ( 2003 ), berpendapat bahwa senyawa amonium yang dapat
berionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium
bersifat tidak toksik, namun pada suasana alkalis ( ph tinggi ) lebih berionisasi dan
bersifat toksik.
3. -Hubungan DO dengan suhu dan Salinitas.
Hubungan antar kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu menggambarkan
bahwa semakin tinggi suhu, maka kelarutan oksigen akan semakin berkurang
kelarutan oksigen cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan air
tawar ( Effendi, 2003 ).
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 44
4. Hubungan Orthophospat dengan Suhu dan pH.
Semua poliphospat mengalami hidrolisis membentuk orthophospat
perubahan ini tergantung pada suhu yang mendekati titik didih. Perubahan
poliphosphat terjadi orthophospat pada air limbah yang mengandung bakteri lebih
cepat dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada air bersih ( Effendi, 2003).
5. Hubungan Kecerahan dengan Padatan tersuspensi.
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan semakin tinggi.
Akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan
misalnya air memiliki nilai kepadatan terlalu tinggi, tapi tidak berarti memiliki
kekeruhan yang tinggi ( Effendi, 2003 ).
6. Hubungan nitrat nitrogen dengan DO dan Suhu.
Proses oksidasi tersebut akan menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut
semakin berkurang terutama pada musim kemarau. Saat curah hujan sangat sedikit
dimana volume aliran air di sungai menjadi rendah. Diiringi dengan tingginya
temperatur dan apabila volume limbah tidak berkurang akan menyebabkan laju
oksidasi tersebut meningkat tajam. Keadaan ini menyebabkan konsentrasi oksigen
menjadi sangat rendah. Sehingga menimbulkan kondisi yang kritis bagi organisme
air.( Barus, 2001 ).
7. Hubungan Amonia dengan pH
Semakin tinggi nilai pH akan menyebabkan keseimbangan antara amonium
dengan amonia. Semakin bergeser kearah amonia berarti kenaikan pH akan
meningkatkan konsentrasi amonia yang diketahui bersifat sangat toksik bagi
organisme air ( Barus, 2007 ).
8. Hubungan Karbondioksida dengan pH.
Sebagian kecil karbondioksida yang terdapat di atmosfer larut kedalam uap air
membentuk asam karbonat, selanjutnya jatuh menjadi hujan. Air hujan bersifat asam
dengan pH 5,6 didalam perairan berbentuk ion H+, sehingga pH perairan menurun
( Effendi, 2003 ).
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 45
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal
balik atau interaksi antara organisme perairan dengan lingkungannya.
Benthos merupakan makhluk yang melekat atau sedang beristirahat pada
dasar perairan atau yang hidup didalam sedimen di dasar perairan.
Suhu kolam 250 C, PH air 7, jenis substrat yaitu jenis lempung
Menurut Wihm dalam Ardi (2002) menyatakan bahwa berat indeks
keragaman zoobentos < dari 1 adalah dalam keadaan tercemar, jika berkisar
1 – 3 air tersebut sedikit tercemar, air bersih indeks keragaman
zoobentosnya > 3.
5.2 Kritik dan saran
Dalam pelaksanaan praktikum ekologi perairan sebaiknya pada waktu
praktikum di Laboratorium lebih dikondisikan lagi, agar praktikan tidak bingung dan
bentrok dengan jam kuliah.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 46
DAFTAR PUSTAKA
Arfiati,D.2009.Startegi Peningkatan Kualitas Sumberdaya pada Ekosistem Perairan
Tawar. Universitas Brawijaya.Malang
Angelina,F. 2007. Simbiosis. http://fionaangelina.com/2007/12/23/symbiosis.
Diakses pada tanggal 01 desember 2010. Pukul 19.00 WIB
Barus, A. 2002. Pengantar Limnologi. Djambatan. Jakarta
Brotowidoyo,MD; Djaka,T dan Eko,M. 1999. Pengantar Linkungan Perairan dan
Budidaya Air. Liberty. Yogyakarta
Effendi,H. 2003. Telah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta
Ermawati,B ; Sri,S dan Endang, Y. 2001. Studi Ekologi Fitoplankton di Waduk
Wonorejo Desa Wonorejo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung
Jawa Timur. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang
Evans.2009. Diagram Siklus Air.http://google.com. Diakses tanggal 1 Desember
2010 pukul 21.45 Wib
Fachrul,Melati Ferianita, Herman Haeruman dan Listari C.Sitepu.2005.Komunitas
Fitoplankton sebagai Bio-Indikator Kualitas Perairan Teluk Jakarta.
http://api.ning.com/files/zsqyxD
FQyLipkNg8HVR0a25dw*ZmljIkQdZDlQ65k44_/KomunitasFitoplanktonsbg
BioindikatorPerairandiTelukJakarta.pdf. Diakses tanggal 1 Desember 2010
pukul 13.00 WIB.
Hakim,L. 2009. Makrozoobenthos Sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan.
http//ilmukelautan.com. Diakses tanggal 01 Desember 2010 pukul 21.43
Wib
Herawati, EY. 1989. Pengantar planktonologi. Fakultas Perikanan Universitas
Brawijaya. Malang
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 47
Mahmudi, M.2005. produktivitas Perairan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.
Malang
Musa dan Yanuhar, U.2006. diktat Limnologi. Fakultas Perikanan Universitas
Brawijaya. Malang
Nontji, A. 2003. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Odum, E. 1993. Dasar Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Rahman, Abdur.2008.Kajian Kandungan Phospat dan Nitrat Pengaruhnya terhadap
Kelimpahan Jenis Plankton di Perairan Muara Sungai Nelayan. Kalimantan
Scientiae. No.71 Th.XXVI Vol.April.2008.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2671083244.pdf. diakses tanggal 2
Desember pukul 15.00 WIB.
Resosoedarmo, S; Kuswata, K dan Aplilani, S. 1992. Pengantar Ekologi. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung
Romimohtanto dan Sri. 2001. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta
Soemarto. 1983. Pengantar Ilmu Perikanan. Jakarta
Sudarjanti dan Wijarni. 2006. Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobenthos.
Erlangga. Jakarta
Sumaryam. 2001. Susunan dan Macam Ekosistem. Djambatan. Jakarta
Sutrisno dan Suciastuti. 2004. Studi Ekologi Perairan. Kanisius. Jakarta
Suwondo, Elya Febrita, Dessy dan Mahmud Alpusari.2004. Kualitas Biologi Perairan
Sungai Senapelan, Sago dan Sail di Kota Pekanbaru berdasarkan
Bioindikator Plankton dan Bentos. Jurnal Biogenesis Vol. 1(1):15-20.2004.
http://biologi-fkip.unri.ac.id/karya_tulis/ suwondo.pdf. Diakses tanggal 1
Desember 2010 pukul 20.00 WIB.
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 48
syafitrianto,I.2009. ekosistem Kolam. http://pustaka.Ut.ac.id/pustaka/online.php?.
Diakses tanggal 11 Desember 2010 pukul 20.47 Wib
wikipedia. 2010. Ekologi.http://id.wikipedia.org/wiki/ekologi. Diakses tanggal 01
Desember pukul 21.22 Wib
Wikub3atbl4ck.blogspot.2010. pada interaksi
organisme.http://wikub3atbl4ck.blogspot.com/2010/03/. Diakses tanggal 01
Desember 2010 pukul 21.32 Wib
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 49
LAMPIRAN
Gambar Kegiatan Praktikum
Gambar Inlet Gambar outlet
Sungai Deras
Sungai deras Sungai Tenang
Laporan Ekologi Perairan 2010 – Kelompok 14 50
Recommended