View
84
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
LAPORAN IUT
Citation preview
5/25/2018 LAPORAN IUT
1/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar BelakangDalam Ilmu Ukur Tanah dipelajari tentang cara-cara pengukuran di
atas permukaan bumi yang tidak teratur (pemetaan, penentuan posisi relative,
dan lain-lain). Pada daerah yang relative sempit, unsur kelengkungan
permukaan dapat diabaikan.
Adapun penyajian gambar dapat berupa :1. Peta dengan menampilkan skala tertentu.2. Penampang melintang dengan menambahkan skala horizontal dan skala
vertikal.
3. Penyajian ketinggian suatu tempat dengan garis kontur.Untuk penggambaran data permukaan bumi, diperlukan adanya
suatu bidang referensi (vertikal), biasanya digunakan untuk menggambarkan
muka air laut rata-rata (mean sea level) dan juga bidang referensi horizontal.
Dalam penggambaran peta ada dua sistem koordinat yang harus dicantumkan
yaitu sistem koordinat geografis (sudut lintang dan bujur) dan sistem
koordinat kartesian.
Dalam penggunaan alat, sangat diperlukan pemahaman dalam
penggunaan alat (waterpass dan theodolite). Kesabaran, kecakapan,
kecermatan, dan ketelitian dalam menggunakan alat ukur juga sangat
diperlukan untuk membuat gambaran keadaan di lapangan sehingga
diperoleh data secara cepat dan tepat.
Proses pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah
pengukuran lokal yang diperuntukan pada perencanaan teknis. Hasil dari
pengukuran langsung diplot pada peta skala yang besarnya sudah tersedia
dan dapat digunakan sebagai peta perencanaan atau gambar rencana. Semua
pengukuran dikerjakan berdasarkan pada peta hasil pengukuran detail.
5/25/2018 LAPORAN IUT
2/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
Dengan kontrol yang telah ada dan hasil pengukuran yang pada umumnya
peta skala besar semuanya tergantung pada pengukuran yang dilakukan
sebelumnya.
Pada lmu Ukur Tanah, pekerjaan pengukuran dapat dibagi menjadi
dua, yaitu pengukuran geodesi dan pengukuran tanah datar. Pekerjaan ini
berdasarkan atas luas serta bentuk daerah yang diukur.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini bermaksud agar mahasiswa
mengerti dan memahami tentang Ilmu Ukur Tanah, cara-cara pengukurannya
dan aplikasinya terutama yang berkaitan pekerjaan teknik sipil. Selain itu
kegiatan pengukuran secara langsung di lapangan ini juga dimaksudkan
untuk memperoleh data tanah yang lengkap di daerah tempat pengukuran.
1.2.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami secara detail tentang kegiatan pengukuran.2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami alat-alat pengukuran tanah
(waterpass dan theodolite), serta cara-cara penggunaannya.
3. Mahasiswa dapat menerapkan secara langsung ilmu yang didapat darikegiatan perkuliahan Ilmu Ukur Tanah.
4. Mahasiswa dapat merencanakan suatu sketsa pengukuran.
1.3. Ruang Lingkup PraktikumDalam penyusunan laporan ini, secara garis besar memuat tentang
pokok-pokok yang akan dibahas selanjutnnya, yaitu:
1. Praktek penggunaan Waterpass2. Pengukuran beda tinggi3. Perhitungan penampang melintang dan penampang memanjang
5/25/2018 LAPORAN IUT
3/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
4. Perhitungan volume5. Praktek penggunaan Theodolit6. Pembacaan sudut horizontal dan vertikal pada Theodolit7. Perhitungan polygon8. Penggambaran (plotting, kontur dan editting)
1.4. Metode Penelitian
Laporan ini disusun dalam bentuk penyajian data-data yang diperoleh
secara langsung dari pengukuran dan gambar di lapangan dari hasil
praktikum sehingga dapat mempermudah teori yang sudah ada. Perhitungan
pada praktikum ini menggunakan polygon tertutup.
1.5. Lokasi PraktikumLokasi Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini berada di sekitar Jalan Prof.
Sudharto Tembalang Kompleks Kampus UNDIP Tembalang, dengan patok
pertama berada di perempatan pertenakan Kompleks Kampus UNDIP
Tembalang dan patok terakhir berada di PKM lama. Dan jarak dari patok
pertama sampai patok terakhir adalah 120 meter.
5/25/2018 LAPORAN IUT
4/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
BAB II
ILMU UKUR TANAH
Bentuk dari muka bumi adalah elipsoida putar, yaitu bentuk elips yang
diputar pada sumbu pendeknya. Karena penggambaran peta menggunakan sistem
koordinat, maka pengerjaan pengukuran yang dapat dilakukan adalah dengan
sistem ukur tanah datar (surveying). Pada sistem ukur tanah datar (surveying)
daerah cakupan kecil sehingga permukaan bumi dapat dianggap sebagai bidang
datar. Bila daerah cakupan lebih luas, maka permukaan bumi harusdiperhitungkan sebagai elipsoida putar yang memerlukan perhitungan yang lebih
sulit.
Praktikum IImu Ukur Tanah berkaitan dengan disiplin teknik sipil sering
disebut sebagai pengukuran teknik sipil (construction survey). Pengukuran ini
dimaksudkan untuk memperoleh data tanah yang lengkap sehubungan dengan
perencanaan suatu proyek bangunan seperti gedung bangunan, perumahan, jalan
raya, bendungan, jembatan dan macam-macam bangunan sipil lainnya.
Berdasarkan keperluan/tujuan dari pekerjaan pengukuran, maka dapat
digolongkan menjadi :
1. Pengukuran Topografi (Topographic Sur vey)Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh gambaran dari
permukaan tanah yang diukur, yaitu keadaan medan (tinggi-rendahnya)
serta semua benda-benda atau bangunan-bangunan yang ada di
sekitarnya.
2. Pengukuran Kadaster (Cadastral Sur vey)Pengukuran yang berhubungan dengan pemilikan tanah, hak tanah
dan batas tanah.
3. Pengukuran Teknik Sipil (Construction Survey)Pengukuran yang berhubungan dengan pembangunan gedung, jalan
raya, dan lainnya.
5/25/2018 LAPORAN IUT
5/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
4. FotogrametriPengukuran yang dilakukan dengan menggunakan foto udara.
5. Pengukuran Hidrografi (Hydrographic Survey)Pengukuran untuk mendapatkan bentuk dari permukaan dasar laut,
dasar danau, dasar sungai dan bentuk dasar perairan-perairan lainnya.
5/25/2018 LAPORAN IUT
6/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
BAB III
PENGUKURAN WATERPASS
3.1. Dasar Teori
Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda
tinggi antara dua titik atau lebih dan elevasi titik-titik kontrol vertikal dengan
alat ukur waterpas. Tujuannya untuk memperbanyak titik kontrol vertikal
pada suatu lokasi proyek yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan
antara lain: untuk pemetaan, perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran air,penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan pada elevasi tanah yang
ada, perhitungan ruangan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-
saluran yang sudah ada dan pengukuran penampang memanjang dan
melintang dalam berbagai pekerjaan teknik sipil lainnya.
Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan empat metode
yaitu:
1. Metode BarometrisPengukuran beda tinggi dengan melakukan pengukuran tekanan udara
antara satu titik dengan titik yang lain kemudian dengan perbedaan
tekanan udara tersebut dapat ditentukan beda ketinggiannya.
2. Metode TrigonometrisPengukuran beda tinggi dengan mengukur jarak horizontal dan sudut
vertikal.
3. Metode Pengukuran dengan Sifat DatarPengukuran ini digunakan untuk mengukur beda tinggi dengan jarak
yang jauh, dalam pengukuran ini digunakan alat yang disebut dengan
waterpass.
5/25/2018 LAPORAN IUT
7/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
4. Pengukuran Tinggi Secara langsungPengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur ketinggian suatu
tempat secara langsung di lokasi/tempat yang hendak kita ketahui
ketinggiannya.
3.2. Prinsip Kerja Waterpass
Prinsip keda alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu
teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan horisontal adalah
nivo, yang berbentuk tabung yang berisi cairan dengan gelembung udara di
dalamnya berada di tengah.
nivo
Sumbu teropong
Sekrup pengungkit
Gambar 3.2.1. Alat Ukur Waterpass
Selain itu kelebihan dari alat ukur waterpass adalah alat ukur ini
dilengkapi dengan lensa optik yang berfungsi memperbesar bayangan
sehingga dapat membaca rambu ukur sampai jarak 75 m.
5/25/2018 LAPORAN IUT
8/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
Sebelumnya pertu dipahami terlebih dahulu prosedur pengukuran
waterpass, antara lain:
1. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari (jam 07.00-10.00) ataupada sore hari (jam 14.00-17.00).
2. Alat ukur diletakkan pad a permukaan tanah yang stabil.3. Rambu ukur didirikan di atas patok.4. Selama pengukuran alat ukur dilindungi payung.5. Jarak alat ukur ke rambu ukur maksimum 50 m.
Selain prosedur pengukuran, dalam penggunaan alat waterpas harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo. Untukmemeriksa alat tersebut diperlukan penyelidikan terhadap selisih tinggi
antara dua titik
Pa Pb
B b
A
21
Gambar 3.2.2. Pengukuran Beda Tinggi
Pertama-tama peralatan ditempatkan di tengah-tengah antara A dan B. Jika
syarat tersebut tidak terpenuhi, maka akan terbentuk sudut antara garis
visir (garis arah nivo) dengan garis horisontal, walaupun nivo sudah
seimbang.
5/25/2018 LAPORAN IUT
9/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
Pa : Pembacaan baak ukur A 2L : Jarak A - B
Pb : Pembacaan baak ukur B b : Beda tinggi (pa - Pb)
Kemudian peralatan dipindahkan ke BQ = X, karena adanya
kesalahan sudut tadi, maka pada pembacaan baak ukur A dibaca Qa, dan
pada baak ukur B dibaca Qb, maka besarnya penyimpangan ( C ) adalah :
C = 2L + (Qa - Qb - h)
Pada teropong tanpa sekrup helling, maka koreksi dilakukan dengan
koreksi benang silang vertikal, sedangkan nivo tetap seimbang. Pada
teropong dengan sekrup hellingada kemungkinan yaitu koreksi pada garis
visir atau koreksi pada nivo. Bila dikerjakan koreksi pada garis visir, maka
pekerjaan dilakukan seperti teropong tanpa sekrup helling sampai
pembacaan selanjutnya, dilanjutkan dengan koreksi pada nivo.
2. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu IPada alat tanpa sekrup helling pengaturannya seperti mengatur sumbu I
pada teodolit, yaitu dengan tiga sekrup pengatur. Setelah penyimpangan
nivo diperbaiki dengan sekrup koreksi maka syarat dapat dipenuhi. Bila
tidak ada sekrup helling maka syarat di atas tidak perlu.
3. Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu IDiperiksa dengan mengarahkan ke suatu titik pada tembok, ujung kiri
benang silang dibuat berhimpitan dengan titik ini. Jika benang datar ini
tegak lurus sumbu I, maka benang akan selalu berhimpitan dengan titik
tersebut, jika teropong diputar dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Jika
tidak demikian,maka diafragma dengan benang silang diputar sedikit dengan
tangan, sesudah itu sekrup kecil yang terletak pada sisi diafragma dilepas
sedikit.
5/25/2018 LAPORAN IUT
10/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
Rambu Ukur (Level li ng Rod)
Dalam setiap penggunaan alat ukur waterpass harus selalu disertai
dengan rambu atau baak ukur. Rambu ukur ini terbuat dari bahan kayu atau
alumunium yang panjangnya 3-5 m. Yang utama dari rambu ukur ini adalah
pembagian skalanya yang harus betul-betul teliti untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang baik. Disamping itu pemegangannya harus tegak.
Pengukuran Beda Tinggi
Bila alat memenuhi syarat seperti yang telah dijelaskan di atas, maka alat
diletakkan di titik P sehingga PA = PB. Pembacaan benang tengah ke A = b dan
pembacaan benang tengah ke B = m. Maka beda tinggi antara titik A dan B
adalah: dh = bm
b m
P P
b m
B
P dh
A
Gambar 3.4.1. Pengukuran Beda Tinggi
Cara meletakkan pesawat seperti di atas adalah untuk menghindari adanya
kesalahan dari kedudukan tidak sejajarnya sumbu teropong dengan garis arah
nivo. Bila kedudukannya tidak betul, maka sumbu teropong akan membentuk
sudut a dengan garis datar, walaupun gelembung nivo sudah kita setel di tengah-
tengah.
Peralatan yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran beda tinggi adalah:
5/25/2018 LAPORAN IUT
11/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
1. WaterpassAlat yang digunakan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik
2. StatifAlat yang digunakan untuk menopang Waterpass agar bisa digunakan
sambil berdiri.
3. Rambu ukur atau Baak UkurAlat yang digunakan untuk pembacaan beda tinggi
4. PatokAlat untuk menentukan titik-titik yang akan diukur. biasanya
menggunakan kayu yang memanjang atau dengan paku paying baja.
5. PayungAlat yang digunakan untuk melindungi Waterpass dari panas matahari,
karena nivo pada waterpass sangat sensitif terhadap sinar matahari
6. Formulir Data dan Alat tulisUntuk mencatat hasil pengukuran
7. KalkulatorUntuk menghitung hasil pengukuran
Metode Pelaksanaan Profil Memanjang
Pada pengukuran beda tinggi menggunakan Waterpass, metode
pelaksanaan Waterpass memanjang adalah sebagai berikut:
1. Memasang patok dengan jarak antar patok 30 60 meter di sekitar jalanMajapahit dengan posisi patok pertama berada di depan kantor Dinas
Pekerjaan Umum Wilayah Semarang, memutar hingga pada patok terakhir
kembali ke patok awal (polygon tertutup).
2. Setelah semua patok selesai dipasang, kemudian dilanjutkan denganpemasangan Waterpass di antara dua patok secara berurutan. Pemasangan
Waterpass diusahakan berada pada tengah-tengah kedua patok yang akan
diukur, sehingga diperoleh jarak muka = jarak belakang.
5/25/2018 LAPORAN IUT
12/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
3. Setelah Waterpass dipasang, dilanjutkan dengan pengaturan nivo padaWaterpass agar tepat di tengah-tengah tempat nivo, sehingga posisi
Waterpass bisa benar-benar sejajar dengan bidang horizontal.
4. Memulai pengukuran dengan Waterpass dimulai dari titik awal ketitikakhir (arah pergi).
5. Bidik Waterpass kearah baak ukur belakang, kemudian baca BA, BT, BB.lakukan pengecekan dengan menggunakan rumus:
2 BT = BA + BB
Apabila tidak sama, maka batas toleransi adalah 2mm
6. Setelah mengukur baak ukur belakang dilanjutkan dengan mengukur baakukur muka, lakukan sesuai dengan langkah 4.
7. Setelah selesai pada titik pertama, dilanjutkan pada titik berikutnya. ulangipekerjaan ini sampai ke titik awal lagi.
8. Tahap selanjutnya mengukur kearah berlawanan yaitu dari titik akhir ketitik awal (arah pulang).
9. Setelah pengukuran Waterpass polygon tertutup selesai dalam arah pulangpergi, dilanjutkan dengan pengolahan data dengan melakukan koreksi dan
perhitungan jarak dari Waterpass ke baak ukur dengan menggunakan
rumus:
D = 100 x (BA - BB)
keterangan : D = jarak
BA = bacaan benang atas
BB = Bacaan benang bawah
3.6.1.Menghitung beda tinggi dan jarakRumus:
h = BT (belakang) BT (muka)
D = 100 x (BA - BB)
5/25/2018 LAPORAN IUT
13/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
keterangan: h = Beda Tinggi
D =Jarak
BT =Bacaan Benang Tengah
BA =Bacaan Benang atas
BB =Bacaan Benang Bawah
misalkan:
P1 P1
BB (belakang) = 0,120 m BB (muka) = 2,870 m
BT (belakang) = 0.180 m BT (muka) = 2,960 m
BA (belakang) = 0.240 m BA (muka) = 3,050 m
BA + BB = 0.360 m BA + BB = 5,920 m
jarak (D) = 100 x (BA - BB)
= 100 x (0,240 - 0,120) + 100 x (3,0502,870)
= 30 meter
Beda tinggi = BT (belakang) - BT (muka)
= 0,1802,960
= -2,780 meter
Untuk tinggi dihitung antar patok, yang berharga negatif ditulis
negatif, demikian pula yang positif ditulis positif. Untuk pengukuran poligon
tertutup, harga beda tinggi dari semua patok dijumlahkan, bila hasilnya nol (0)
berarti perhitungannya benar. Tetapi kalau tidak nol (0), maka harus dikoreksi
agar hasilnya sama dengan nol (0).
Besarnya koreksi tiap titik = Jumlah kesalahan : Jumlah titik
rumus:
beda tinggi = BT (belakang) - BT (muka) + kf (kesalahan) = 0
5/25/2018 LAPORAN IUT
14/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
Koreksi tiap titik = kx = -
n
kf
contoh:
diketahui: kesalahan = kf = 0,076
jumlah titik = n = 10
ditanya : koreksi tiap titik = kx = ?
jawab : koreksi tiap titik = kx = -
n
kf
= -
10
076,0
= 0,0076 meter
3.6.2.Menghitung tinggi titikTinggi titik adalah tinggi titik referensi ditambah besarnya beda tinggi
terkoreksi (definitif). Sedangkan beda tinggi terkoreksi (definitif) yaitu bed a
tinggi antar titik dikurangi koreksi beda tinggi tiap titik.
Rumus:
Tinggi titik X = Tinggi titik + definitif
Definitif = beda tinggi + koreksi kx
Misalkan :
Ditentukan tinggi titik P1 = + 180,000 m
Beda tinggi P1 - P2 = - 2,795 m
Koreksi = - 0,0076 m
Definitif = -2,795 m+(-0,0076) m
= - 2,803 m
Tinggi titik P2 = + 180,000 m - 2,803 m
= + 177,197 m
5/25/2018 LAPORAN IUT
15/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
Perhitungan dilanjutkan sampai pada titik terakhir. Perhitungan dapat
dikatakan benar jika tinggi titik akhir ditambah definitif beda tinggi titik akhir-
awal besarnya sama dengan titik awal.
Hasil Perhitungan Profil Memanjang Terdapat padaLampir an
3.7. Metode Pelaksanaan Profil Melintang
Langkah pengukuran sebagai berikut:
1. Untuk pelaksanaan praktikum, setiap kelompok harus mengukurpenampang melintang sebanyak 6 patok.
2. Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan cara mendirikan alatdi atas patok atau di luar patok.
3. Langkah selanjutnya perhitungan alat di atas titik atau alat di luar titik.4. Setelah data diolah, penggambaran penampang memanjang dibuat dengan
skala horizontal 1 : 1000 dan skala vertikal 1 : 100.
5. Kemudian penggambaran penampang melintang dibuat dengan skala 1 :100 (vertikal dan horizontal).
Perhitungan Profil Melintang
Waterpass Profil melintang Dimisalkan profil di titik P1 :
Titik P1: BT = 1,216
BB = 1,150
BA = 1.282
Garis vizir (V) = t + BT , dimana t = tinggi permukaan air tanah terhadap air laut
Garis vizir diambil dari titik P1 = e
V = t + BT e
= 180,000 + 13,20
= 193,200 meter
Kemudian tinggi titik P1 = V - BT P1
= 193,200m13,20 m
= 180,000 meter
5/25/2018 LAPORAN IUT
16/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
Titik-titik yang lain dilakukan dengan perhitungan yang sarna. Misalnya
profil P2, untuk visir memakai BT P2 dan seterusnya.
Hasil Perhitungan Profil Melintang Terdapat padaLampiran
5/25/2018 LAPORAN IUT
17/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
BAB IV
PENGUKURAN POLIGON
5.1. Dasar Teori
Poligon adalah suatu cara menghubungkan titik-titik dengan mengukur
sudut dan jarak antara titik-titik tersebut. Pengukuran poligon dimaksudkan
sebagai metode untuk menentukan titik kontrol horizontal (x,y) berupa segi
banyak yang nantinya akan berfungsi sebagai kerangka peta. Dalam pembuatan
poligon, diperlukan beberapa peralatan-peralatan, peralatan-peralatan itudiantaranya adalah theodolite, rambu ukur, unting-unting, patok, pita ukur dan alat
tulis.
Dalam pengukuran poligon, poligon terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:
A. Menurut bentuk poliogon1. Poligon terbuka
Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya tidak
bertemu pada satu titik.
U
1 3 5
2 4 5
Gambar 6.1.1. Poligon terbuka
2. Poligon tertutup
5/25/2018 LAPORAN IUT
18/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
Poligon tertutup adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya bertemu
pada satu titik.
3
U 2
4
1
6
8 7
Gambar 6.1.2. Poligon tertutup
B. Menurut titik ikat1. Poligon terbuka terikat sempurna
Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon terbuka yang kedua
ujungnya terikat pada titik tertentu.
U U
A B
(x,y)awal (x,y)akhir
Gambar 6.1.3. Poligon terbuka terikat sempurna
2. Poligon terbuka terikat azimuth
5/25/2018 LAPORAN IUT
19/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
Poligon terbuka terikat azimuthadalah poligon terbuka yang hanya salah
satu terikat pada titik yang telah diketahui koordinatnya.
U
U
A B
(x,y)awal (x,y)akhir
Gambar 6.1.4. Poligon terbuka terikat azimuth
3. Poligon tidak terikat koordinatPoligon tidak terikat koordinat adalah poligon terbuka yang pada titik-
titiknya sama sekali tidak terikat pada titik yang telah diketahui
koordinatnya.
A 2 3
1
Gambar 6.1.5. 3. Poligon tidak terikat koordinat
5.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengukuran poligon adalah:
5/25/2018 LAPORAN IUT
20/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
1. Theodolite.
2. Theodolite Bousole.
3. Bousole Tramebe Mautegne (BTM).
4. Plane Table.
Pada poligon dengan alat theodolite data lapangan yang diperlukan adalah:
Sudut horizontal tiap titik. Jarak antar titik. Azimut sisi yang ditentukan pada posisi awal.
5.3. Penyelesaian
Ditinjau dari segi penyelesaiannya po ligon dapat dibedakan menjadi:
1. Poligon yang dapat diselesaikan secara numeris.
2. Poligon yang dapat diselesaikan dengan cara grafis.
Penentuan sudut poligon pada alat theodolite dilakukan dengan
mendirikan pesawat tersebut di titik T, diarahkan ke A kemudian dibaca piringan
horizontalnya. Selanjutnya alat diputar pada sumbu horizontalnya dan diarahkan
ke titik B.
Misal pembacaan piringan horizontal pada titik A adalah dan pada titik
B adalah , maka besar titik sudutnya adalah LA TB= - . Jika dalam
penggambaran poligon terjadi ujung poligon tidak berhimpit dengan pangkal
poligon, maka harus diadakan koreksi secara grafis.
5.4. Metode Pelaksanaan Poligon
1. Menentukan titik poligon dengan cara menancapkan tongkat pada tempat yang
lapang sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengukuran.
2. Mengukur jarak secara langsung dengan pita ukur pada sisi poligon.
3. Menentukan titik awal dari suatu poligon kemudian menentukan besarnya
azimut.
4. Mendirikan alat theodolite pada titik poligon tersebut tegak lurus patok
5/25/2018 LAPORAN IUT
21/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
dengan bantuan unting-unting.
5. Membidik titik poligon tersebut dalam dua posisi teropong yang berbeda,
sudut biasa dan luar biasa.
6. Membaca pembacaan pada piringan horizontal dan vertikal.
7. Mengulangi langkah-langkah pada no.A dan seterusnya pada patok berikutnya
sampai patak terakhir. Setiap memindah alat perlu mengatur theodolite
kembali pada posisi agar sumbu I vertikal.
5.5. Perhitungan Poligon
Syarat poligon tertutup :
a. Sudut Dalam : 2 n x 1800Sudut Luar : 2 n x 1800
b. Syarat Absis : iD Sin i= 0Syarat Ordinat : D i Cos i= 0
Tahap Perhitungan :
a. Hitung koreksi seluruh sudut sudut = 2n x 1800+ K
1426053 30 = (10 2) + K
K = - 130 6 30
b. Hitung koreksi tiap titik Ki =titik
K
=
= -1018 39
c. Hitung sudut terkoreksi = i - koreksi tiap titik (Ki)Sudut Terkoreksi = 650 28 0+1018 39
= 6409 21
5/25/2018 LAPORAN IUT
22/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
d. Hitung Azimuth
akhir=
awal+
i1800
+K
i
2 = 190035 0 + 179010 0 1800+ 1018 37
= 19103 39
e. Hitung selisih absis dan koreksi absisxi = DiSin i
= 31.665x sin 190035 0= -5,186
f. Hitung koreksi absis tiap titikKxi =
D
Di
x DiSin i
=
= 0,128
g. Hitung selisih ordinat dan koreksi ordinatyi = Dicos i
= 31.665x cos 190035 0= -31.126
h. Hitung koreksi ordinat tiap titikKyi =
D
Di
x DiCos i
=
= 0.814
i. Hitung koordinat terkoreksiXi = X awal + Di sin i + KXi
= 310.000 + (-5) + (-0.105)
= 304.895
Yi = Y awal + Di cos i + KYi
= 256.000 + (-25.578) + 0.814
= 231.092
5/25/2018 LAPORAN IUT
23/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
5/25/2018 LAPORAN IUT
24/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
BAB V
PENGUKURAN SITUASI
6.1. Dasar Teori
Maksud dan tujuan pengukuran situasi adalah untuk mendapatkan data
ukuran dari lapangan yang akan digunakan untuk pembuatan Peta Situasi. Adapun
data-data yang dibutuhkan mencakup keadaan topografi, kondisi bangunan yang
ada, kondisi saluran, jalan, sungai dan data lain seperti areal persawahan, tegalan,
perumahan, batas desa dan lain-lain.
6.2. Peralatan Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan untuk menggambar antara lain :
1. Alat tulis dan gambar.2. Kertas millimeter.3. Kertas kalkir.
6.3. Metode Pelaksanaan Praktikum
Tahap pengukuran situasi secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Memasang dan mengatur alat di atas titik kontrol yang mempunyai datakoordinat dan elevasi (X, Y, Z).
2. Membuat sketsa lokasi yang meliputi :3. Skets kontur4. Skets titik detail5. Setelah selesai membuat skets lokasi, maka dapat dilakukan pengukuran
situasi cara Tachimetri. Apabila pengukuran dilakukan dengan alat
theodolit TO, maka sebelum mengukur kunci bousole dibuka terlebih
dahulu kemudian ditutup kembali, sudut 0 dari theodolit menunjukkan
arah utara magnetis.
5/25/2018 LAPORAN IUT
25/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
6. Tahap selanjutnya dilakukan pengukuran detail ke semua titik detail yang7. ada dalam skets lokasi dengan cara pengukuran radial.8. Pada pembuatan skets situasi biasakan dalam pembuatan nomor urut9. keterangan searah dengan jarum jam.10.Kemudian untuk setiap titik detail yang diukur harus dibaca :11.Tinggi alat12.Nomor titik sesuai dengan skets lokasi13.Benang atas14.Benang tengah15.Benang bawah16.Sudut miring atau sudut zenith ke titik detail17.Sudut horizontal ke titik detail18.Dalam setiap pengukuran usahakan agar bacaan benang tengah sama
dengan tinggi alat.
19.Apabila semua titik detail telah selesai diukur, maka pada akhirpengukuran harus diukur titik kontrol yang akan digunakan untuk tempat
pengukuran berikutnya.
20.Setelah selesai pengukuran, maka dapat dilanjutkan pengukuran ke titikberikutnya dengan prosedur yang sama.
6.4. Perhitungan
Apabila semua pengukuran selesai tahap berikutnya adalah menghitung
jarak mendatar dan beda tinggi dari titik pengamatan ke titik detail serta elevasi
titik detail. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung jarak mendatar dan
beda tinggi dengan menggunakan sudut miring adalah sebagai berikut :
BT
5/25/2018 LAPORAN IUT
26/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
TA h
D
= 90 - sudut V
Y = AT - BW
D = Y cos
t = sin x D + TABT
Peil = Tinggi samping patok t
Contoh Perhitungan :
Misal pengukuran situasi P1-P2pada titik A :
BA = 1,175
BB = 0,825
BT = 1,000
Sudut Zenith (V) = 96o2500
= 90o - V
= 90o- 96o2500
= - 6o2500
TA = 1,310 m
Y = (BA-BB) x 100
= (1,175-0,825) x 100
= 35,000
D = Y cos2
= 35,000 cos2(-6o2500)
5/25/2018 LAPORAN IUT
27/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
= 34,645 m
t = sin x D + TABT
= sin (-6o2500) x 34,645 + 1,310 1,000
= -3,176 m
Peil = Tinggi samping patok t
= 1803,176
= 176,824 m
6.5. Penggambaran Peta Situasi
6.5.1. Penggambaran Detail dan Garis Kontur
1. Plot semua titik kontrol horisontal dan vertikal (x, y), kemudianhubungkan titik-titik tersebut dengan garis putus-putus.
2. Selanjutnya plot semua titik-titik detail sesuai dengan skets lokasi.Plotting titik detail dapat dilakukan dengan dua cara sesuai dengan
cara pengambilan data. Apabila pengambilan data ukur dilakukan
dengan theodolit yang dilengkapi Bousole, maka pengggambaran
dilakukan dengan cara menggunakan azimuth. Apabila pengambilan
data dilakukan dengan theodolit biasa yang tidak dilengkapi kompas,
maka penggambaran dilakukan dengan cara menggunakan sudut arah
theodolit.
3. Untuk semua titik detail, supaya dicantumkan ketinggian titik yangbersangkutan.
4. Untuk titik-titik yang membentuk garis linier (misalnya jalan), agarsegera dihubungkan satu sama lain.
5. Apabila semua titik detail telah diplot, maka dapat dilakukanpenarikan garis kontur.
5/25/2018 LAPORAN IUT
28/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
6. Lakukan penarikan garis kontur sesuai dengan skets yang dibuatpada waktu pengukuran.
7. Dalam penarikan garis kontur harus diperhatikan sifat-sifat gariskontur, Misalnya garis kontur tidak boleh berpotongan satu sama
lain.
8. Setelah selesai penggambaran baik gambar detail maupun gambarkontur, maka dapat dibuat penggambaran halus diatas kertas kalkir.
6.5.2. Penggambaran Halus
1. Pembuatan kop gambar.2. Penggambaran peta situasi dengan cara tracing pada kertas kalkir.3. Melengkapi gambar :
Absis pada kertas kalkir dari timur ke barat. Ordinat dari utara ke selatan. Keterangan peta.
5/25/2018 LAPORAN IUT
29/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan1. Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pengukuran guna mendapatkan
gambaran yang diukur, yaitu keadaan medan dan semua bangunan yang
ada di atasnya.
2. Pengukuran waterpas dapat digunakan untuk membuat penampangmelintang dan memanjang dari suatu area pengukuran.
3. Dari pengukuran Theodolit dapat dihasilkan peta situasi dari suatu areapengukuran.
4. Dalam pengukuran sering terjadi kesalahan karena faktor pengamat, alat,maupun keadaan lapangan.
7.2. Saran1. Waktu pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari agar
tidak terjadi penguapan pada nivo. Bila perlu saat melakukan pengukuran
alat dilindungi payung.
2. Untuk dapat mengurangi faktor kesalahan yang dilakukan mahasiswa,sebaiknya para mahsiswa didampingi oleh para asisten. Sehingga kinerja
yang dihasilkan akan lebih benar dan akurat.
3. Pada saat pengukuran, sebaiknya kita lebih teliti dalam pembaca skalapada bak ukur dan alat ukur.
4. Waktu untuk pengukuran sebaiknya ditambah karena sering terjadihambatan yang tidak terduga misalnya hujan.
5/25/2018 LAPORAN IUT
30/30
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 41
DAFTAR PUSTAKA
1. Petunjuk praktikum Ilmu Ukur Tanah 12. Buku Diktat Ilmu Ukur Tanah 1
Recommended