View
147
Download
13
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN KELOMPOK TUTORIAL
SISTEM KEDOKTERAN TROPIS
MODUL 1
DEMAM
KELOMPOK A 3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009
DEMAM
A. Kasus
Skenario
Seorang laki-laki berumur 22 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan demam
selama seminggu, selera makan kurang dan disertai sakit kepala. Sepuluh hari yang lalu
penderita baru datang dari Papua.
B. Kata Kunci
1. Laki-laki, 22 tahun
2. Demam selama seminggu
3. Selera makan kurang
4. Sakit kepala
5. Riwayat berkunjung ke daerah endemik (Papua) sepuluh hari yang lalu
C. Pertanyaan
1. Jelaskan tipe-tipe demam !
2. Jelaskan patomekanisme terjadinya demam !
3. Sebutkan diagnosis banding pada skenario !
4. Sebutkan anamnesis tambahan dan pemeriksaan fisis yang dibutuhkan !
5. Sebutkan pemeriksaan tambahan yang diperlukan !
6. Jelaskan penatalaksanaan !
D. Jawaban
1. Demam (fever/febris/pireksia) adalah peningkatan temperatur/suhu tubuh di atas normal
> 370 C (Normal : 36-370 C)
Tipe-tipe demam, yaitu :
a. Demam septik.
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat
yang normal. Dinamakan juga demam hektik.
b. Demam Remitten
Pada tipe demam remitten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
c. Demam intermitten
Pada tipe demam intermitten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali
disebut tertiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam
disebut kuartana.
d. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula.
2. Patomekanisme demam
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap adanya infeksi, baik oleh bakteri,
parasit, maupun virus. Selain itu demam dapat juga disebabkan oleh adanya trauma,
keganasan (neoplasma), kelainan darah (anemia hemolitik) dan gangguan imun (colagen
vascular disease).
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh sebagai akibat infeksi atau
peradangan baik oleh bakteri, parasit, maupun virus merupakan respon tubuh terhadap
invasi mikroba, sel-sel darah putih tertentu mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal
sebagai pirogen endogen, yang memiliki banyak efek untuk melawan infeksi dan juga
bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat.
Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di
suhu tubuh normal. Jika sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan
menjadi 38,90 C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam sebesar 370 C terlalu
dingin, dan organ ini memicu mekanisme-mekanisme respon-dingin untuk meningkatkan
suhu menjadi 38,90 C . Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi
panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi
pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Mekanisme-
mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Mekanisme-mekanisme tersebut menyebabkan
timbulnya rasa dingin menggigil yang mendadak pada permulaan demam. Karena merasa
kedinginan, orang yang bersangkutan mungkin memakai selimut sebagai mekanisme
volunter untuk membantu meningkatkan suhu tubuh dengan mengkonversi panas. Setelah
suhu baru tercapai, suhu tubuh diatur seperti keadaan normal sebagai respon terhadap
pajanan dingin atau panas, tetapi dengan patokan yang lebih tinggi. Dengan demikian,
pembentukan demam sebagai respon terhadap infeksi adalah sesuatu yang disengaja dan
bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi. Walaupun makna fisiologis
dari demam masih belum jelas, banyak pakar medis berpendapat bahwa peningkatan suhu
tubuh bersifat menguntungkan untuk melawan infeksi. Demam memperkuat respon
peradangan dan mungkin mengganggu multiplikasi bakteri.
Pirogen endogen meningkatkan titik patokan termostat hipotalamus selama
demam dengan memicu pengeluaran lokal prostaglandin, yaitu zat perantara kimiawi
lokal yang bekerja langsung di hipotalamus. Aspirin menurunkan demam dengan
menghambat sintesis prostaglandin. Aspirin tidak menurunkan suhu pada orang yang
tidak terdapat prostaglandin dalam jumlah berarti di hipotalamus.
Penyebab molekuler pasti "hilangnya" demam secara alamiah tidak diketahui,
walaupun diperkirakan bahwa hal tersebut terjadi karena penurunan pengeluaran pirogen
atau pengurangan sintesis prostaglandin. Apabila titik patokan hipotalamus dipulihkan ke
normal, suhu 38,90 C (dalam contoh ini) terlalu tinggi. Mekanisme respon panas
diaktifkan untuk mendinginkan tubuh. Terjadi vasodilatasi kulit yang diikuti oleh
berkeringat. Orang yang bersangkutan merasa panas dan membuka semua pelindung
tubuh tambahan. Pengaktifan mekanisme pengeluaran panas oleh hipotalamus ini
menurunkan suhu ke normal.
+
Mengeluarkan
+
Infeksi atau peradangan
Neutrofil
Pirogen endogen
Prostaglandin
Peningkatan titik patokan hipotalamus
Mengawali “respon dingin”
Peningkatan produksi panas,Penurunan pengeluaran panas
3. Diagnosis banding pada scenario, yaitu :
a. Malaria
b. Demam Berdarah Dengue (DBD)
c. Demam Typhoid
4. Anamnesis tambahan, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan
serta penatalaksanaan.
Diagnosis dan
Penatalaksanaan
Diagnosis Banding
MalariaDemam Berdarah
DengueDemam Typhoid
Anamnesis Menggigil, demam,
berkeringat, fatigue,
sakit kepala, batuk
kering, myalgia,
arthralgia, nyeri
punggung, nausea,
vomiting, anoreksia,
diare, keram perut
Suhu badan ↑ tiba-
tiba, demam
berlangsung < 10
hari, kurva demam
menyerupai pelana
kuda, arthralgia,
sakit kepala,
malaise, ruam-ruam
di kulit, perdarahan
Demam, myalgia,
nyeri kepala,
anoreksia, mual,
muntah, obstipasi,
diare, perasaan tidak
enak di perut, batuk
Pemeriksaan
Fisis
Anemia, ikterus,
splenomegali,
hepatomegali
Uji turniket positif Lidah kotor, bibir
pecah-pecah,
hepatomegali,
splenomegali
Pemeriksaan
penunjang
Hapusan darah :
Plasmodium malaria
Hb ↓, leukosit
normal/↓, AST dan
Darah:leukopeni,
tromsitopenia
Urin:albuminuria
Tes serologi
Tes Widal:titer ↑ 4 x
lipat
Biakan darah (+)
Peningkatan suhu tubuh ke titik patokan yang baru = Demam
ALT ↑, bilirubin ↑ Isolasi virus
Penatalaksanaan Klorokuin,
Primakuin
Pengobatan
simptomatis
Antibiotik, istirahat,
diet
Penjelasan lebih lanjut dibahas pada bagian selanjutnya diagnosis banding kasus
dibahas dibahas pada bagian selanjutnya.
E. Analisis Masalah
Dari kasus diketahui bahwa seorang laki-laki berumur 22 tahun datang ke
puskesmas dengan keluhan demam selama seminggu, selera makan kurang dan disertai
sakit kepala. Sepuluh hari yang lalu penderita baru datang dari Papua.
Kata KunciDiagnosis Banding
Malaria Demam Berdarah Dengue Demam Typhoid
Laki-laki, 22 tahun + + +
Demam seminggu + + +
Selera makan kurang + + +
Sakit kepala + + +
Datang dari Papua + - -
Dari tabel analisis masalah/kasus di atas, diketahui bahwa kemungkinan besar
penyakit yang diderita oleh pasien tersebut adalah malaria, walaupun ketiga diagnosis
banding tersebut memiliki gejala yang sama dengan kasus di atas. Malaria dipilih sebagai
penyakit yang paling mungkin karena pasien memiliki riwayat perjalanan ke daerah
endemis malaria, yaitu Papua sepuluh hari yang lalu.
Oleh karena itu, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium untuk menegakkan diagnosis sehingga pasien dapat diberi
pengobatan yang terbaik sesuai penyakit yang dideritanya.
DEMAM TIFOID
Definisi
Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di
Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.
Etiologi
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yang memasuki
tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang
selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang
dalam masa penyembuhan.Pada masa penyembuhan, penderita pada masih mengandung
Salmonella spp didalam kandung empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5% penderita demam
tifoid kelak akan menjadi karier sementara, sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang
menahun.Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang
yang lain termasuk urinary type. Kekambuhan yang yang ringan pada karier demam
tifoid,terutama pada karier jenis intestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak
jelas.
Penyebaran Kuman
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna (mulut,
esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi masuk ke tubuh manusia
bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan,
urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat).
Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar. Saat kuman
masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian
kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol”
usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke
pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).Jika
demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman S typhi yang siap
menginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari. Pada penderita
yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejala sakit), kuman
Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya
berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering ditemui di tempat-tempat
di mana penduduknya kurang mengamalkan membasuh tangan manakala airnya mungkin
tercemar dengan sisa kumbahan.
Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan membahagi dan merebak ke
dalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan menunjukkan beberapa gejala seperti
demam. Pembuangan najis di merata-rata tempat dan hinggapan lalat (lipas dan tikus) yang akan
menyebabkan demam tifoid.
Gambaran Klinik
Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari. Pada
awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
~ anoreksia
~ rasa malas
~ sakit kepala bagian depan
~ nyeri otot
~ lidah kotor
~ gangguan perut (perut meragam dan sakit)
Gambaran klasik demam tifoid (Gejala Khas)
Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun bisa langsung ditegakkan. Yang
termasuk gejala khas Demam tifoid adalah sebagai berikut.
~Minggu Pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama
dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi
39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi
antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis
kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada
akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah,
tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor. Episteksis dapat dialami oleh penderita
sedangkan tenggorokan terasa kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode
tersebut, akan menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada
penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas
pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5
hari, kemudian hilang dengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit
putih yaitu berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada
kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi
yang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba dan abdomen
mengalami distensi.
~ Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang
biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu,
pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu
badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan
relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat
ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat
yang ditandai dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran
umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan
darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat
terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan
kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika berkomunikasi dan lain-lain.
~ Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jika
terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan
berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi
perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya
jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas
berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin.
Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan
nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai
oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus
sedangkan keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya
memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab
umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
~ Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya
pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
Relaps
Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikia juga hanya menghasilkan
kekebalan yang lemah,kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang
pendek.Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala
lebih berat daripada infeksi primer tersebut.Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak diobati
akan mengakibatkan timbulnya relaps.
Diagnosis
Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menguji sampel najis atau darah bagi mengesan
kehadiran bakteri Salmonella spp dalam darah penderita, dengan membiakkan darah pada hari 14
yang pertama dari penyakit.
Selain itu tes widal (O dah H agglutinin) mulai posotif pada hari kesepuluh dan titer akan
semakin meningkat sampai berakhirnya penyakit. Pengulangan tes widal selang 2 hari
menunjukkan peningkatan progresif dari titer agglutinin (diatas 1:200) menunjukkkan diagnosis
positif dari infeksi aktif demam tifoid.
Biakan tinja dilakukan pada minggu kedua dan ketiga serta biakan urin pada minggu
ketiga dan keempat dapat mendukung diagnosis dengan ditemukannya Salmonella.
Gambaran darah juga dapat membantu menentukan diagnosis. Jika terdapat lekopeni
polimorfonuklear dengan limfositosis yang relatif pada hari kesepuluh dari demam, maka arah
demam tifoid menjadi jelas. Sebaliknya jika terjadi lekositosis polimorfonuklear, maka berarti
terdapat infeksi sekunder bakteri di dalam lesi usus. Peningkatan yang cepat dari lekositosis
polimorfonuklear ini mengharuskan kita waspada akan terjadinya perforasi dari usus penderita.
Tidak selalu mudah mendiagnosis karena gejala yang ditimbulkan oleh penyakit itu tidak selalu
khas seperti di atas. Bisa ditemukan gejala- gejala yang tidak khas. Ada orang yang setelah
terpapar dengan kuman S typhi, hanya mengalami demam sedikit kemudian sembuh tanpa diberi
obat. Hal itu bisa terjadi karena tidak semua penderita yang secara tidak sengaja menelan kuman
ini langsung menjadi sakit. Tergantung banyaknya jumlah kuman dan tingkat kekebalan
seseorang dan daya tahannya, termasuk apakah sudah imun atau kebal. Bila jumlah kuman hanya
sedikit yang masuk ke saluran cerna, bisa saja langsung dimatikan oleh sistem pelindung tubuh
manusia. Namun demikian, penyakit ini tidak bisa dianggap enteng, misalnya nanti juga sembuh
sendiri.
Komplikasi
1. Komplikasi Intestinal
~ Perdarahan usus
~ Perforasi usus
~ Ileus paralitik
2. Komplikasi Ekstra –Intestinal
~ Komplikasi Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan
septik),miokarditis,trombosis dan tromboflebitis
~ Komplikasi darah : anemia hemolitik ,trombositopenia, dan /atau Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC) dan Sindrom uremia hemolitik
~ Komplikasi paru : Pneumonia,empiema,dan pleuritis
~ Komplikasi hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolesistitis
~ Komplikasi ginjal : glomerulonefritis,pielonefritis, dan perinefritis
~ Komplikasi tulang : osteomielitis,periostitis,spondilitisdan Artritis
~ Komplikasi Neuropsikiatrik : Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis
perifer, sindrom guillain-barre, psikosis dan sindrom katatonia
Pengobatan
1. Perawatan umum
Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan.
Paasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama
14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau
perforasi usus. Mobilisasi pesien harus dilakukan secara bertahap,sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu
untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil harus dperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan
retensi air kemih. Pengobatan simtomik diberikan untuk menekan gejala-gejala simtomatik yang
dijumpai seperti demam, diare, sembelit, mual, muntah, dan meteorismus. Sembelit bila lebih
dari 3 hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavase dengan glistering. Obat bentuk laksan
ataupun enema tidak dianjurkan karena dapat memberikan akibat perdarahan maupun perforasi
intestinal.
Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan penderita, misalnya pemberian
cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam.
2. Diet
Di masa lampau, pasien demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya
diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini,yaitu nasi
dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan
aman pada pasien demam tifoid.
3. Obat
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan adalah :
Kloramfenikol : Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama pada pasien demam
tifoid.Dosis untuk orang dewasa adalah 4 kali 500 mg perhari oral atau intravena,sampai 7
hari bebas demam.Penyuntikan kloramfenikol siuksinat intramuskuler tidak dianurkan
karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri.Dengan
kloramfenikol,demam pada demam tifoid dapat turun rata 5 hari.
Tiamfenikol : Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid sama dengan
kloramfenikol.Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang
daripada klloramfenikol. Dengan penggunaan tiamfenikol demam pada demam tiofoid
dapat turun rata-rata 5-6 hari
Ko-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulfametoksazol) : Efektivitas ko-
trimoksazol kurang lebih sama dengan kloramfenikol,Dosis untuk orang dewasa,2 kali 2
tablet sehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung 80 mg
trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol).dengan ko-trimoksazol demam rata-rata turun d
setelah 5-6 hari.
Ampislin dan Amoksisilin : Dalam hal kemampuan menurunkan demam,efektivitas
ampisilin dan amoksisilin lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol.Indikasi mutlak
penggunannnya adalah pasien demam tifoid dengan leukopenia.Dosis yang dianjurkan
berkisar antara 75-150 mg/kgBB sehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam.Dengan
Amoksisilin dan Ampisilin,demam rata-rata turun 7-9 hari.
Sefalosporin generasi ketiga : Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sefalosporin
generasi ketiga antara lain Sefoperazon,seftriakson, dan sefotaksim efektif untuk demam
tifoidtetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.
Fluorokinolon : Fluorokinolon efektif untuk demam tifoidtetapi dosis dan lama pemberian
belum diketahui dengan pasti.
Furazolidon.
DEMAM BERDARAH DENGUE
Definisi
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut
yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang
disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan
kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
Gejala Klinik
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue
Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah
(Melena), dan lain-lainnya.
Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas
20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan
nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
←
Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Penularan Demam Dengue
Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah
menggigit orang yang terinfeksi dengue. Populasi nyamuk ini akan meningkat pesat saat musim
hujan namun nyamuk Aedes aegypti juga dapat hidup dan berkembang biak pada bak bak
penampungan air sepanjang tahun. Satu gigitan nyamuk yang telah terinfeksi sudah mampu untuk
menimbulkan penyakit dengue pada orang yang sehat.
Penularan demam dengue tidak bisa langsung dari manusia ke manusia tetapi harus
melalui perantara nyamuk sehingga kita tidak perlu khawatir kontak langsung dengan penderita
demam dengue.
Diagnosis
Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah
demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia
relatif.
Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam
berdarah jika terindikasi secara klinis.
Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada
menunggu akut.
Pengobatan Penyakit Demam Berdarah
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah
atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum
sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet
menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul,
misalnya :
Paracetamol membantu menurunkan demam
Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan
beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternatif
yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum
pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan
cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore,
karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi
yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.
Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan
atau pengendalian vektornya adalah :
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat.
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri
(Bt.H-14).
Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong
air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
MALARIA
Definisi
Malaria bukan disebabkan oleh bakteri atau virus melainkan oleh parasit darah bernama
plasmodium. Plasmodium penyebab malaria terbagi empat, yaitu plasmodium falciparum,
plasmodium vivax, plasmodium ovale, dan plasmodium malariae. Penyakit ini disebarkan oleh
nyamuk anopheles.
Gejala Klinik
Gejala malaria biasanya berupa meriang, panas dingin, menggigil, dan keluar keringat
dingin. Jenis malaria paling ringan adalah yang disebabkan oleh plasmodium vivax dengan gejala
demam dapat terjadi sekali dua hari setelah gejala pertama terjadi. Jenis paling parah adalah yang
disebabkan oleh plasmodium falciparum yang merupakan penyebab sebagian besar kematian
akibat malaria. Seseorang yang terinfeksi plasmodium falciparum dapat mengalami hambatan
aliran darah ke otak, menhebabkan koma, mengigau, dan berakhir pada kematian. Sedangkan
nyamuk yang disebabkan oleh Plasmodium malariae memiliki masa inkubasi lebih lama
dibanding jenis malaria lainnya. Gejala pertama bagi yang terinfeksi parasit ini biasanya tidak
terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi. Gejala tersebut akan terulang kembali setiap 3
hari. Jenis malaria lainnya yaitu yang disebabkan oleh plasmodium ovale jarang ditemukan tetapi
gejalanya mirip dengan yang disebabkan oleh Plamodium vivax.
Parasit darah umumnya menyerang dan menghancurkan sel darah merah sehingga
menyebabkan demam. Malaria juga dapat merangsang beberapa penyakit komplikasi, antara lain
anemia berat (kurang darah), pembengkakan paru-paru, gagal ginjal akut, dan gangguan
pembekuan darah.
Diagnosis
Diagnosis pasti infeksi malaria dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah yang
diperiksa dengan mikroskop. Peranan diagnosis laboratorium terutama untuk menunjang
penanganan klinis.
Tekhnik diagnosis :
Mikroskop cahaya. Sediaan darah dengan pulasan Giemsa adalah merupakan dasar dari
pemeriksaan dengan mikroskop cahaya. Pemeriksaan sediaan darah tebal dilakukan dengan
memeriksa 100 lapangan mikroskopis dengan pembesaran 500-600 kali yang setara dengan 0,20
µL darah. Jumlah parasit dapat dihitung per lapangan mikroskopis.
Metode semi kuantitaf untuk hitung parasit (parasite count) pada sediaan darah tebal adalah
sebagai berikut :
+ = 1 – 10 parasit per 100 lapangan
++ = 11 – 100 parasit per 100 lapangan
+++ = 1-10 parasit per 1 lapangan
++++ = >10 parasit per 1 lapangan
+++++ = >100 parasit per 1 lapangan, setara dengan 40.000 parasit / µL
Hitung parasit dapat juga dilakukan dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit
dalam sediaan darah tebal dan jumlah leukosit rata-rata 8000 / µL darah, sehingga densitas
parasit dapat dihitung sebagai berikut :
Parasit / µL darah = (Jumlah parasit yang dihitung × 8000)/(jumlah leukosit yang dihitung (200))
Diagnosis mikroskopis secara rutin kadang-kadang kurang bermutu atau tidak dapat
dilakukan pada sistem pelayanan kesehatan di daerah perifer. Walaupun teknolginya sederhana
dan biayanya relatif murah, diagnosis mikroskopis ini tetap memerlukan infrastruktur yang
memadai untuk pengadaan dan pemeliharaannya, serta untuk melatih tenaga mikroskopik dan
mempertahankan mutu.
Tekhnik mikroskopis lain:
Berbagai jenis upaya telah dilakukan untuk meningkatkan sensitivitas teknik mikroskopis
yang konvensional, diantaranya :
Teknik QBC (Quantitavie Buffy Coat)
Dengan pulasan jingga akridin (acridine orange) yang berfluoresensi dengan pemeriksaan
mikroskop fluoresen merupakan salah satu hasil usaha ini, tetapi masih belum dapat digunakan
secara luas seperti pemeriksaan sediaan darah tebal dengan pulasan Giemsa menggunakan
mikroskop cahaya biasa.
Teknik Kawamoto
Merupakan modifikasi teknik pulasan jingga akridin yang memulas sediaan darah bukan
dengan giemsa tetapi dengan akridin dan diperiksa dengan mikroskop cahaya yang diberi lampu
halogen.
Metode lain tanpa mikroskop:
Beberapa metode untukmendeteksi parasit malaria tanpa mengguankan mikroskop telah
dikembangkan denan maksud untuk mndeteksi parasit lebih baik daripada dengan mikroskop
cahaya. Metode ini mendeteksi protein atau asam nukleat yang berasal dari parasit.
Teknik dip-stick
Mendeteksi secara imuno-enzimatik suatu protein kaya histidine II yang spesifik parasit
(immuno enzymatic detection of the parasite spesific histidine rich protein II). Tes spesifik untuk
plasmodium falciparum telah dicoba pada beberapa negara, antara lain di Indonesia. Tes ini
sederhana dan cepat karena dapat dilakukand alam waktu 10 menit dan dapat dilakukan secara
massal. Selain itu, tes ini dapat dilakukan oleh petugas yang tidak terampil dan memerlukan
sedikti latihan. Alatnya sederhana, kecil dan tidak memerlukanaliran listrik.
Pengobatan
Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap
klorokuin.
Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap
klorokuin, bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada malaria lainnya jarang
terjadi resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin.
Prinsip penanganan malaria secara umum adalah bila tanpa komplikasi diberikan peroral
artesunat kombinasi dengan amodiakuin (artesdiakuin) atau coartem atau duo-cotexcin,
sedangkan malaria dengan komplikasi diberikan artesunat 2,4 mg/kgbb pada jam ke 0 - 12 - 24 -
72 dan seterusnya sampai pasien bisa diterapi secara oral atau digunakan artemeter 3,2 mg/kgbb
dilanjutkan dengan 1,6 mg/kgbb.
Recommended