View
752
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
PENERAPAN PERUBAHAN ACUAN ATURAN AKUNTANSI
UNIT PKBL (PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA
LINGKUNGAN) PADA LAPORAN KEUANGAN 2011 UNIT
PKBL-PTHX
LAPORAN MAGANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi
MOCH HASAN
0806351640
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JUNI 2012
ii
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Magang ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Moch Hasan
NPM : 0806351640
Tanda Tangan :
Tanggal : 5 Juni 2012
iii
Universitas Indonesia
TANDA PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR MAGANG
Nama Mahasiswa : Moch Hasan
Nomor Pokok Mahasiswa : 0806351640
Judul Laporan Akhir Magang : Penerapan Perubahan Acuan Aturan
Akuntansi Unit PKBL (Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan) pada
Laporan Keuangan 2011 Unit PKBL-
PTHX
Tanggal : 5 Juni 2012
Pembimbing Magang : Kurnia Irwansyah Rais, SE, M.Ak
TTD
(Kurnia Irwansyah Rais, SE, M.Ak)
iv
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Magang ini diajukan oleh :
Nama : Moch Hasan
NPM : 0806351640
Program Studi : S1 Reguler - Akuntansi
Judul Laporan Magang : Penerapan Perubahan Acuan Aturan Akuntansi
Unit PKBL (Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan) pada Laporan Keuangan 2011 Unit
PKBL-PTHX
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Kurnia Irwansyah Rais, S.E., M.Ak ( )
Ketua : ( )
Anggota : ( )
Ditetapkan di : Depok, Jawa Barat
Tanggal : Juni 2012
v
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan magang dengan judul Penerapan
Perubahan Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL (Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan) pada Laporan Keuangan 2011 Unit PKBL-PTHX. Penulisan laporan
magang ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam rangka
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program S-1 Reguler jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada pihak-pihak yang selama mendukung dan membantu penulis penyelesaian
laporan magang, yaitu kepada:
1. Bapak Kurnia Irwansyah Rais, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
penyusunan laporan magang ini. Terima kasih atas bantuan dan kesabaranya.
2. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan mendoakan penulis
sehingga penulis mampu bertahan dan melakukan yang terbaik yang penulis
mampu lakukan. Khusus kepada Bapak Ilyas dan Ibu Siamah, penulis
mengucapkan sayang, hormat, terima kasih, dan untaian ikatan hati. Penulis
bersyukur untuk diberi kesempatan untuk menjadi anak Bapak Ilyas dan Ibu
Siamah “Thanks to Allah to give me chance to be your son, Ibu Siamah dan
Bapak Ilyas”. Tanpa dukungan Ibu dan Bapak sangat sulit rasanya bagi
penulis untuk membayangkan berdiri di bangunan dengan hiasan makara abu-
abu dan menulis laporan ini. “You are the best nikmaah that Allah give to
me”. Terima kasih, penulis kembali mucapkan. Penulis juga menyampaikan
terima kasih kepada kakak tercinta, Kak Farih, yang selalu memberikan
dukungan, doa, dan harapan bagi penulis. Terima kasih penulis sampaikan.
3. Pihak Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, yang
memberikan pembelajaran. Terima kasih kepada Ibu Dina Nagib (selaku
pembimbing akademik), Bapak Baraba, Ibu Selvy, Bapak Eko, Ibu Syvia,
Mbak Miranti, Bang Banu, Bapak-Ibu penjaga perpustakaan, Bapak-Ibu
bagian Kemahasiswan, Bapak-Ibu bagian Akademik.
vi
Universitas Indonesia
4. Pihak PwC Indonesia yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan
program magang, khususnya kepada Mas Galih, Bang Wika, Mbak Lolly,
Mbak May, Bang Ricky, dan kawan satu klien, Deo. Kebersamaan yang relatif
singkat telah memberikan penulis kesan mendalam, bukan hanya sebagai
pengemban profesi auditor, tetapi sebagai rekan satu tim. Penulis juga tidak
lupa menyampaikan rekan-rekan klien yang telah kenangan yang
menyenangkan selama proses magang.
5. Bang Rus’an yang menjadikan penulis merasa nyaman dan memberi nasihat
kepada penulis. Terima kasih penulis sampaikan.
6. Kepada teman-teman di ShARE UI, ada mushfi, akhir, dan firhat yang
bersama memberikan kenangan atas kehidupan penulis di kampus. Terima
kasih penulis sampaikan kepada mushfi, yang menjadi teman sejak awal
masuk FEUI, teman satu asrama, teman untuk mengerjakan berbagai
perlombaan, dan teman untuk mengerjakan hal-hal yang menyenangkan.
7. Terimkasih pula samapaikan kepada teman-teman di PPSDMS, kakek wahyu
dan hamam yang bersedia untuk dibuat hiburan, Arafat yang istiqomah
membangunkan subuh dan mengambil kunci kamar penulis, Bang Big yang
berbaik hati dan pengertian, Bang Tino yang memahami, Ilvan yang
memberikan masukan bagi penulis dan membiarkan penulis mengunakan
kamar untuk pengerjaan laporan magang, dan teman-teman PPSDMS lainnya
8. Terima kasih juga penulis samapaikan kepada Preh, Hafny, Sarahi, dan Arie
atas bantuanya dalam penulisan laporan magang
9. Terima kasih kepada teman-teman yang menyertahi penulis untuk mengambil
beberapa mata kuliah terakhir. Terimakasih kepada Baihaqi, Ryan, Sugeng,
Ayu, Sasa, Yogi, Farhan, Aditya, Acay, Bram
Akhir kata semoga, semoga laporan magang ini bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan
Depok, Juni 2012
Penulis
vii
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Moch Hasan
NPM : 080635i640
Program Studi : S1 Reguler
Departemen : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Jenis Karya : Laporan Magang
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Penerapan Perubahan Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL (Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan) pada Laporan Keuangan 2011
Unit PKBL-PTHX
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih-
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 5 Juni 2012
Yang menyatakan,
(Moch Hasan)
viii
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Moch Hasan
Program Studi : Akuntansi
Judul : Penerapan Perubahan Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL
(Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) pada Laporan
Keuangan 2011 Unit PKBL-PTHX
Laporan magang ini merupakan penerapan perubahan acuan aturan akuntansi unit
PKBL pada Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX. Perubahan acuan aturan
akuntansi unit PKBL didasari atas tiga landasan utama, yaitu bentuk operasional,
perkembangan standar akuntansi di Indonesia, dan peraturan hukum. Berdasarkan
Surat Edaran Menteri BUMN No. SE.02/MBU/Wk/2012 dan No. SE-
01/D5/MBU/2012, acuan aturan akuntansi unit PKBL adalah SAK ETAP dan
PSAK 45 (Revisi 2011). Penerapan acuan aturan akuntansi ini menjadikan
Laporan Kuangan 2011 unit PKBL-PTHX mengunakan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Hal ini berbeda dengan Laporan Keuangn 2010 yang
masih menerapkan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Dampak penerapannya terlihat dalam laporan
keuangan,, misalnya pada perubahan pengukuran pada pos piutang pinjaman.
Kata kunci:
Unit PKBL, Perubahan Aturan Akuntansi, SAK ETAP, Piutang Pinjaman
ix
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Moch Hasan
Study Program: Accounting
Title : Application of The Change of PKBL’s Accounting Policy
(Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) on Financial
Statements 2011 PKBL-PTHX
This internship report analyzes the application of the change in PKBL‘s
accounting policy on the Financial Statements 2011 PKBL-PTHX. The change in
PKBL’s accounting policy is based on three reasons. They are the uniqueness of
PKBL’s operation, the development of accounting standards in Indonesia, and the
development of law. Based on Circular Letter of Minister SOE Number
SE.02/MBU/Wk/2012 and No. SE-01/D5/MBU/2012, Applied accounting policy
for PKBL is SAK ETAP and SFAS 45 (Revised 2011). This means that Financial
Statement 2011 PKBL PTHX has used the generally accepted accounting
principles in Indonesia. This is different from Financial Statement 2010 that
applies other comprehensive accounting basis that different from generally
accepted accounting principles in Indonesia. The impact of its application can be
seen in the Financial Statements 2011, for example in the change in measurement
of account receivable
Key word:
PKBL, Accounting Changes, SAK ETAP, Account Receivable
x
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii
TANDA PERSETUJUAN AKHIR MAGANG ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Program Magang ............................................................ 1
1.2 Tujuan Program Magang dan Penulisan Laporan .................................... 1
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang................................................. 2
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Magang............................................................ 2
1.5 Tujuan Penulisan Laporan Magang tentang Penerapan Perubahan
Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL (Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan) pada Laporan Keuangan 2011 Unit PKBL-PTHX .... 3
1.6 Sistematika Penulisan Laporan Magang .................................................. 4
2. LANDASAN TEORI .................................................................................... 5
2.1 Peraturan Perundang-Undangan yang Menjadi Dasar Hukum
Penerapan Standar Akuntansi Unit PKBL ............................................... 5
2.1.1 Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003 ..................... 5
2.1.2 Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 ................ 6
2.1.3 Surat Edaran Menteri Negara BUMN No. SE-04/MBU.S/2007 .... 6
2.1.4 Surat Edaran Kementerian BUMN No. SE-04/S.MBU/2011 ........ 6
2.1.5 Surat Edaran Menteri Negara BUMN
No. SE-02/MBU/Wk/2012 ............................................................ 7
2.1.6 Surat Edaran Menteri Negara BUMN
No. SE-01/D5.MBU/2012 ............................................................. 7
2.2 PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006)
tentang Instrumen Keuangan .................................................................... 7
2.3 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP) ........................................................................... 12
2.4 PSAK 45 (Revisi 2011) tentang Organisasi Nirlaba .............................. 15
3. PROFIL PERUSAHAAN TERKAIT ........................................................ 18
3.1 Profil PwC .............................................................................................. 18
3.2 Profil Unit PKBL PTHX ........................................................................ 19
xi
Universitas Indonesia
3.2.1 Profil PTHX ................................................................................. 19
3.2.2 Profil Unit PKBL PTHX .............................................................. 20
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................. 23
4.1 Perubahan Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL ................................... 23
4.1.1 Dasar Pijakan Perubahan Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL . 23
4.2.1.1Aspek Operasional Unit PKBL ........................................ 24
4.2.1.2Aspek Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia ... 25
4.2.1.3Aspek Regulasi ................................................................ 26
4.1.2 Latar Belakang Penerapan SAK ETAP dan PSAK 45
(Revisi 2011) sebagai Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL ...... 27
4.2 Perbandingan antar Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL ..................... 32
4.2.1 Perkembangan Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL.................. 32
4.2.2 Perbandingan antar Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL .......... 33
4.2.2.1 Pedoman Laporan Pelaksanaan Unit PKBL
Berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri BUMN
Nomor 236/MBU/2003 .................................................. 34
4.2.2.2 Pedoman Akuntansi Unit PKBL yang Ditetapkan
melalui Surat Edaran Menteri BUMN
No SE-04/MBU.S/2007 ................................................. 36
4.2.2.2 Acuan Standar Akuntansi Unit PKBL yang
Ditetapkan melalui Surat Menteri Negara BUMN
No. SE-02/MBU/Wk/2012 dan SE-01/D5.MBU/2012 . 40
4.3 Penerapan Perubahan Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL pada
Laporan Keuangan 2011 Unit PKBL-PTHX ............................................ 44
4.3.1 Proses Penerbitan Laporan Keuangan 2011 Unit PKBL-PTHX.. 44
4.3.2 Perbandingan Laporan Keuangan 2010 dan 2011
Unit PKBL PTHX Sesudah Penerapan Perubahan
Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL .......................................... 46
4.3.2.1 Opini Audit untuk Laporan Keuangan Unit PKBL ........ 47
4.3.2.2 Penyesuaian dan Reklasifikasi atas Pos-Pos
pada Laporan Keuangan 2011 Unit PKBL ..................... 50
4.3.2.3 Kebijakan Akuntansi atas Piutang Pinjaman
Kemitraan ........................................................................ 52
4.3.2.4 Kebijakan Akuntansi atas Pendapatan ............................ 62
4.3.2.5 Kebijakan Akuntansi atas Berbagai Pengungkapan
Khusus ... ......................................................................... 63
5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 65
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 65
5.2 Saran ....................................................................................................... 67
5.2.1. Saran untuk PwC ......................................................................... 68
5.2.1. Saran untuk Pengeloal Unit PKBL-PTHX .................................. 68
5.2.1. Saran untuk Pihak Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ...... 69
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 70
LAMPIRAN
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel metode pengukuran untuk masing-masing kategori
instrumen keuangan berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2006) ... 10
Tabel 2.2 Tebel metode perlakuan pemulihan atas penurunan nilai
untuk masing-masing kategori instrumen keuangan
berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2006) ..................................... 12
Tabel 4.1 Perbandingan singkat antara tiga acuan aturan akuntansi
unit PKBL .............................................................................. 43
Tabel 4.2 Daftar piutang berdasarkan kualitas pada Laporan
Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX ........................................ 53
Tabel 4.3 Ilustrasi perhitungan alokasi penyisihan piutang pada
Laporan Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX ......................... 53
Tabel 4.4 Mutasi angsuran belum teridentifikasi tahun 2010 ............... 54
Tabel 4.5 Klasifikasi piutang pinjaman berdasarkan kualitas ............... 56
Tabel 4.6 Daftar piutang pinjaman berdasarkan kualitas dari Januri
2010 sampai dengan Juni 2010.............................................. 56
Tabel 4.7 Daftar piutang pinjaman berdasarkan kualitas dari Juli 2010
sampai dengan Desember 2010 ............................................. 56
Tabel 4.8 Daftar piutang pinjaman berdasarkan kualitas dari Januri
2011 sampai dengan Juni 2011.............................................. 57
Tabel 4.9 Daftar piutang pinjaman berdasarkan kualitas dari Juli 2011
sampai dengan Desember 2011 ............................................. 57
Tabel 4.10 Ilustrasi perhitungan persentase pergerakan piutang dari
Februari 2010 sampai dengan Juli 2010 ................................ 57
Tabel 4.11 Ilustrasi perhitungan persentase pergerakan piutang dari
Agustus 2010 sampai dengan Januari 2011........................... 58
Tabel 4.12 Ilustrasi perhitungan persentase pergerakan piutang dari
Februari 2011 sampai dengan Juli 2011 ................................ 58
Tabel 4.13 Ilustrasi perhitungan persentase pergerakan piutang dari
Agustus 2011 sampai dengan Desember 2011 ...................... 58
xiii
Universitas Indonesia
Tabel 4.14 Ilustrasi perhitungan persentase tarif penyisihan piutang per
kualitas pinjaman ................................................................... 59
Tabel 4.15 Ilustrasi perhitungan nilai alokasi penyisihan piutang dan
beban penyisishan pada Laporan Keuangan 2011 unit
PKBL-PTHX ......................................................................... 60
Tabel 4.16 Ilustrasi perhitungan nilai bersih piutang pada Laporan
Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX ........................................ 61
Tabel 4.17 Perbandingan pada pencatatan pendapatan administrasi
pinjaman jatuh tempo pada jurnal Laporan Keuangan 2011
dan 2010 unit PKBL-PTHX .................................................. 63
Tabel 4.18 Perbandingan pada pencatatan penerimaan kas pada jurnal
Laporan Keuangan 2011 dan 2010 unit PKBL-PTHX.......... 63
xiv
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Perkembangan Pedoman Akuntansi Unit PKBL ................... 32
Gambar 4.2 Ilustrasi opini khusus atas Laporan Keuangan 2010 unit
PKBL-PTHX ......................................................................... 47
Gambar 4.3 Ilustrasi opini umum atas Laporan Keuangan 2010 unit
PKBL-PTHX ......................................................................... 48
Gambar 4.4 Ilustrasi opini audit atas Laporan Keuangan 2011 unit
PKBL-PTHX ......................................................................... 49
Gambar 4.5 Ilustrasi klasifikasi pos-pos pada Laporan Keuangan 2011
unit PKBL-PTHX .................................................................. 52
Gambar 4.6 Ilustrasi klasifikasi pos-pos pada Laporan Keuangan 2010
unit PKBL-PTHX .................................................................. 52
Gambar 4.7 Ilustrasi penyajian angsuran belum teridentifikasi ................ 55
xv
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Edaran Kementrian BUMN No. SE-02/MBU/Wk/2012
tentang Penetapan Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan
Lampiran 2 Surat Edaran Institut Akuntan Publik Indonesia No. 562/IV/Int-
IAPI/ 2012 tentang Laporan Auditor Independen atas Laporan
Keuangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang Disusun
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik
Lampiran 3 Surat Edaran Kementrian BUMN No. SE-04/S.MBU/ 2011 tentang
Tanggapan atas Surat IAPI No. 347/III/Int-IAPI/2011 terkait
Adanya Dua Opini Auditor atas Laporan Keuangan Unit PKBL
Lampiran 4 Buletin Teknis 6 tentang Keterterapan SAK ETAP untuk Entitas
Koperasi dan Entitas Nirlaba
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Program Magang
Perkembangan dunia bisnis merupakan suatu realita yang tidak terelakkan. Hal ini
menuntut universitas untuk mempersiapkan lulusannya sesuai dengan kebutuhan
dunia bisnis. Lulusan universitas diharapakan tidak hanya memiliki kompetensi
dari sisi teori dan pengetahuan akademis, melainkan juga dari sisi mental dan
pengalaman nyata, termasuk lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia mempersiapkan berbagai program untuk
membekali lulusannya dengan pengalaman nyata di dunia bisnis. Salah satu
program yang dipersiapakan adalah program magang.
Program magang di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia merupakan
salah satu alternatif syarat kelulusan yang disediakan oleh Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Program magang ini memiliki bobot sebesar 6 sks.
Program magang ini diperuntukan kepada mahasiswa yang telah menyelesaikan
satuan kredit minimal sebanyak 120 sks dan memperoleh Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) minimal sebesar 2,75. Program magang ini ditujukan sebagai
sarana belajar bagi calon lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia untuk
mengimplementasikan dan mengaplikasikan ilmu dan pengetahunan selama masa
perkuliahan. Pada akhirnya mahasiswa yang telah mengikuti program magang
tidak hanya siap dari sisi teori dan pengetahuan akademis saja, melainkan juga
dari sisi mental dan pengalaman nyata untuk menghadapi tantangan dunia bisnis.
1.2 Tujuan Program Magang dan Penulisan Laporan Magang
Secara umum tujuan penyelengaraan program magang adalah untuk
mempersiapkan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang mampu
bersaing dalam dunia bisnis. Sedangkan secara khusus, tujuan pelaksanaan
program magang adalah sebagai berikut:
1. Menjadikan tempat praktik atas pengetahuan dan ilmu yang diperoleh selama
proses kuliah, terutama terkait dengan akuntansi dan audit
2
Universitas Indonesia
2. Memberikan gambaran kepada calon lulusan Universitas Indonesia atas
keadan dunia kerja nantinya
3. Menyediakan sarana latihan untuk bekerja nantinya
4. Memperluas cakrawala pengetahuan calon lulusan Universitas Indonesia atas
kegiatan bisnis pada saat ini
Sejalan dengan tujuan pelaksanaan program magang, mahasiswa juga diwajibkan
untuk menyusun suatu karya berupa laporan magang dengan tujuan, tidak
terbatas, sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu bagian dari syarat kelulusan Program Sarjana Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
2. Sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh selama program magang
3. Sebagai sarana untuk dokumentasi atas kegiatan magang yang telah dilakukan
4. Sebagai salah satu bentuk kontribusi kepada perusahaan tempat magang
5. Sebagai sarana latihan bagi mahasiswa untuk mampu membuat laporan dalam
bentuk tulisan yang sistematis
1.3 Tempat dan Waktu Magang
Penulis melaksanakan program magang selama tiga bulan terhitung dari tanggal
16 Januari 2012 sampai dengan tanggal 16 April 2012. Tempat pelaksanaan
program magang adalah Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibasana, dan
Rekan (PwC). Selama proses pelaksanaan program magang, penulis menempati
posisi sebagai associate di bagian assurance service pada sub line service Energy,
Utility, and Mining.
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Magang
Selama tiga bulan kegiatan program magang, penulis bertugas untuk membantu
manager in charge, senior associate, dan associate untuk melaksanakan prosedur
audit dan penyusunan laporan keuangan. Sebagian tugas yang dikerjakan oleh
penulis selama proses magang adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pemahaman secara menyeluruh atas gambaran umum pelaksanaan
audit. Tugas ini dilakukan dengan melakukan pemahaman atas dokumen
3
Universitas Indonesia
proses audit tahun sebelumnya dan petunjuk umum pelaksanaan audit PwC
global
2. Membantu pelaksanaan audit fieldwork. Penulis dalam hal ini bertugas untuk
melakukan vouching atas sampel yang dipilih, meringkas berbagai perjanjian
dan berita-berita terkait, menyusun audit trial balance, mempersiapkan
dokumentasi audit, dan membantu penyusunan laporan keuangan
3. Melakukan pekerjaan umum yang mendukung pelaksanaan audit. Contohnya
berhubungan dengan bagian percetakan untuk memastikan kelengkapan hard
copy laporan keuangan, melakukan pemesanan audit file, dan mempersiapkan
dokumen bank confirmation.
Selama pelaksanaan program magang, penulis telah ditugaskan untuk membantu
dua engagement team, yakni tim auditor PTHX dan PTAA.
1.5 Tujuan Penulisan Laporan Magang tentang Penerapan Perubahan
Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL (Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan) pada Laporan Keuangan 2011 Unit PKBL-PTHX
Pembahasan yang diangkat dalam laporan magang adalah penerapan aturan
akuntansi untuk unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada
Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX. Terdapat perubahan acuan aturan
akuntansi untuk unit PKBL. Perubahan acuan ini didasarkan pada Surat Edaran
Kementerian BUMN No. SE-02/MBU/Wk/2012 dan No. SE-01/D5.MBU/2012.
Surat edaran tersebut menyatakan bahwa standar akuntansi yang diterapkan untuk
unit PKBL adalah SAK ETAP, PSAK 45 (Revisi 2011) dan peraturan perundang-
undangan lain terkait dengan unit PKBL.
Pembahasan dilakukan dengan melihat perubahan acuan aturan akuntansi
unit PKBL, perbandingan antara acuan aturan akuntansi unit PKBL dengan
pedoman akuntansi unit PKBL sebelumnya, dan penerapan perubahan acuan
aturan akuntansi unit PKBL pada Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX.
Tujuan penulisan laporan magang adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui latar belakang dan penyebab perubahan acuan aturan akuntansi
unit PKBL
4
Universitas Indonesia
2. Mengetahui perbandingan antara acuan aturan akuntansi unit PKBL dengan
pedoman akuntansi unit PKBL sebelumnya
3. Mengetahui penerapan perubahan acuan aturan akuntansi unit PKBL pada
Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX
1.6 Sistematika Penulisan Laporan Magang
Laporan magang ini tersusun atas lima bab sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan segala aspek administratif dari program magang. Pada
bab satu, dijelaskan latar belakang, tujuan program magang dan penulisan
laporan magang, tempat pelaksanaan program magang, ruang lingkup kegiatan
magang program magang, rumusan penulisan laporan magang, dan
sistematika penulisan.
2. Bab II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenahi semua peraturan yang terkait dengan
perubahan aturan akuntansi untuk unit PKBL dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan terkait dengan unit PKBL.
3. Bab III PROFIL PERUSAHAAN TERKAIT
Bab ini menjelaskan secara singkat perusahaan tempat penulis magang,
perkembangan unit PKBL-PTHX, dan operasional kegiatan unit PKBL-
PTHX.
4. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Terdapat tiga poin utama terkait dengan analisis dan pembahasan laporan
magang. Ketiga poin tersebut adalah perubahan acuan aturan akuntansi unit
PKBL, perbandingan acuan aturan akuntansi unit PKBL dengan pedoman
akuntansi unit PKBL sebelumnya, dan penerapan perubahan acuan aturan
akuntansi unit PKBL pada Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX.
5. BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan atas pembahasan yang telah dituliskan dan saran-
saran yang relevan bagi PwC, pengelolan Unit PKBL-PTHX, dan pihak FEUI.
5 Universitas Indonesia
BAB 2
LANDASAN TEORI
Landasan teori terkait yang digunakan dalam pembahasan laporan magang ini
meliput peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum penerapan
standar akuntansi baru unit PKBL, PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi
2006) tentang Instrumen Keuangan, PSAK 45 (Revisi 2011) tentang Organisasi
Nirlaba, dan SAK ETAP. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci dari masing-
masing landasan teori
2.1 Peraturan Perundang-Undangan yang Menjadi Dasar Hukum
Penerapan Standar Akuntansi Unit PKBL
Terdapat beberapa peraturan yang terkait dengan standar akuntansi unit PKBL,
yaitu: Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003, Peraturan Menteri
Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007, Surat Edaran Menteri Negara BUMN
Nomor SE-04/MBU.S/2007, Surat Edaran Kementerian BUMN Nomor SE-
04/S.MBU/2011, Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor SE-
02/MBU/Wk/2012, dan Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor SE-
01/D5.MBU/2012.
2.1.1 Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003
Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003 menjelaskan Program
Kemitraan Badan Usaha Miliki Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan. Dalam keputusan ini dijelaskan pedoman penyusuhan dan
pengesahan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan. Pasal 19 menyatakan kewajiban BUMN Pembina untuk menyusun
laporan pelaksanaan triwulan dan tahunan untuk Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan. Format dan isi laporan diatur lebih lanjut dalam lampiran II dan
lampiran III dari lembar keputusan ini.
6
Universitas Indonesia
2.1.2 Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007
Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan
Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan,
merupakan peraturan penganti atas Keputusan Menteri BUMN Nomor
236/MBU/2003. Pengesahan peraturan ini berarti secara langsung dinyatakan
bahwa Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003 dan produk-produk
hukum lain yang bertentangan dengan peraturan ini tidak berlaku.
BUMN Pembina juga diwajibkan untuk menyusun laporan pelaksanaan
triwulan dan tahunan untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Laporan
pelaksanaan ini disampaikan secara terpisah dari laporan berkala dan laporan
tahunan BUMN Pembina. Batas waktu penyampaian laporan pelaksanaan
triwulan harus dilakukan paling lambat 30 hari setelah berakhirnya triwulan
bersangkutan. Untuk laporan pelaksanaan tahunan, harus disampaikan paling
lambat 5 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran terkait. Khusus untuk laporan
tahunan diharuskan laporan memasukan laporan keuangan yang telah diaudit.
Selain itu, peraturan ini juga memberikan kewenangan kepada Sekretaris
Kementerian Negara BUMN untuk membentuk petunjuk teknis lebih lanjut untuk
Peraturan ini.
2.1.3 Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor SE-04/MBU.S/2007
Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor SE-04/MBU.S/2007 berisi tentang
pentunjuk teknis pedoman akuntansi yang diterapkan untuk Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan. Pedoman akuntansi ini disusun untuk menjamin bahwa
laporan keuangan unit PKBL sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan dan peraturan perundang-undangan yang terkait.
2.1.4 Surat Edaran Kementerian BUMN Nomor SE-04/S.MBU/2011
Surat Edaran Kementrian BUMN Nomor SE-04/S.MBU/2011 merupakan bentuk
tanggapan atas surat yang dilayangkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia
kepada seluruh anggota yang mengatur bahwa terdapat dua opini yang diterbitkan
oleh akuntan publik atas laporan keuangan unit PKBL.
7
Universitas Indonesia
Kebijakan akuntansi unit PKBL, untuk sementara waktu, tetap mengacu
pada pada pedoman akutansi yang diterbitkan oleh Kementerian BUMN dengan
Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor SE-04/MBU.S/2007 sampai
ditetapkannya perubahan pedoman akuntansi unit Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan.
2.1.5 Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor SE-02/MBU/Wk/2012
Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor SE-02/MBU/Wk/2012 merupakan
surat penetapan pengubahan pedoman akuntansi unit PKBL yang ditetapkan
dalam Surat Edaran Kementerian BUMN Nomor SE-04/MBU.S/2007 dengan
Pedoman Akuntansi PKBL Revisi Tahun 2012. Penerapan pedoman ini ditetapkan
untuk tahun buku 2012 dengan diperkenankanya penerapan dini.
2.1.6 Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor SE-01/D5.MBU/2012
Surat Menteri Negara BUMN Nomor SE-01/D5.MBU/2012 berisi tentang
petunjuk teknis penerapan pedoman standar akuntansi untuk unit Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan Revisi 2012 dengan mengacu pada SAK ETAP
dan PSAK 45 (Revisi 2011) tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba.
2.2 PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen
Keuangan
PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) merupakan adopsi dari
International Accounting Standard (IAS) 32 dan IAS 39. PSAK ini mengatur
perlakuan akuntansi untuk instrumen keuangan. Poin-poin utama yang akan
dijelaskan di sini meliputi definisi, klasifikasi, dan pengukuran.
Definisi instrumen keuangan menurut PSAK 50 (Revisi 2006) adalah
setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas dan kewajiban
keuangan atau intrumen ekuitas entitas lain. Definisi ini berbeda dengan definisi
instrument keuangan menurut PSAK 50 (Revisi 1998) yang lebih merujuk pada
jenis instrument keuangan. PSAK 50 (Revisi 2006) cenderung melihat instrument
keuangan dari sisi kontak. Kencenderungan ini menjadikan cakupan instrumen
keuangan menurut PSAK 50 (Revisi 2006) menjadi lebih luas, misalnya
8
Universitas Indonesia
mencakup kas, piutang, dan hak kontraktual. Klasifikasi instrumen keuangan
berdasarkan penyajian pada neraca adalah sebagai berikut:
1. Aset keuangan meliputi:
a. Kas
b. Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain
c. Hak kontraktual untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya
dari entitas lain atau untuk mempertukarkan aset keuangan dengan
entitas lain dengan kondisi berpotensi untuk untung
d. Kontrak yang akan diselesaikan dengan penerbitan instrumen
ekuitas entitas.
2. Liabilitas keuangan meliputi:
a. Kewajiban kontraktual untuk menyerahkan kas atau aset keuangan
lain kepada entitas lain atau untuk mempertukarkan aset keuangan
atau kewajiban keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang
tidak yang berpotensi tidak menguntungkan entitas
b. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas.
3. Instrumen ekuitas merupakan kontrak yang memberikan hak residual atas
aset suatu entitas setelah dikurangi dengan keseluruhan kewajibanya.
Selain diklasifikasikan berdasarkan penyajian pada neraca, instrumen keuangan
juga dikalsifikasikan berdasarkan pengakuan dan pengukuranya sebagai berikut:
1. Aset atau kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi (Financial asset at fair value through profit and
loss/FVTPL) dengan kriteria sebagai berikut:
a. diperdagangkan, kriteria pertama ini mengisyaratkan bahwa
instrumen keuangan tersebut diperoleh/dimiliki untuk tujuan
dijual/dibeli kembali dalam waktu dekat, bagian dari portofolio
instrument keuangan tertentu yang memiliki pola ambil untuk
untuk jangka waktu yang pendek, atau merupakan instrumen
derivatif kecuali untuk instrument derivatif yang ditetapkan sebagai
instrument lingdung nilai dan efektif.
9
Universitas Indonesia
b. ditetapkan, kriteria kedua ini mengisyaratkan bahwa instrumen
keuangan tersebut ditetapkan untuk dinilai pada nilai wajar melalui
laporan laba-rugi.
2. Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo (Hold to Maturity/HTM)
dengan kriteria sebagai berikut:
a. aset keuangan non derivatif
b. pembayaran tetap/telah ditentukan
c. jatuh tempo telah ditetapkan
d. entitas memiliki maksud dan kemampuan untuk memiliki hingga
jatuh tempo
3. Pinjaman yang telah diberikan dan piutang (Loan and Receivable/L&R)
dengan kriteria sebagai berikut:
a. aset keuangan non-derivatif
b. pembayaran tetap/telah ditentukan
c. tidak memiliki kuotasi dipasar aktif
4. Aset keuangan tersedia untuk dijual dengan kriteria sebagai berikut:
a. aset keuangan non derivative
b. ditetapkan sebagai Available for Sale (AFS)
c. tidak diklasifikasikan sebagai FVTPL, L&R, atau HTM
PSAK 55 (Revisi 2006) juga menjelaskan terkait dengan penghentian
pengakuan. PSAK 55 (Revisi 2006) memiliki kecenderungan untuk melihat
keterlibatan berkelanjutan. Hal ini dilakukan dengan melihat apakah telah terjadi
transfer seluruh manfaat dan risiko secara subtansial, atau juga melihat apakah
masih terdapat pengendalian secara subtansial atau tidak.
Secara umum, pengukuran instrumen keuangan berdasarkan pada PSAK
55 (Revisi 2006) adalah dengan penggunaan nilai wajar. Asumsi yang digunakan
dalam penilaian wajar adalah bahwa entitas terjamin keberlangsungan tanpa ada
keinginan untuk melikuidasi, membatasi skala operasi, dan melakukan transaksi
yang merugikan. Nilai wajar merupakan nilai diharapak ketika terjadi pertukaran
aset atau pelunasan kewajiban. Untuk instrumen keuangan dengan pasar aktif nilai
wajar adalah harga pasar secara wajar. Sedangkan untuk instrument keuangan
dengan pasar tidak aktif, penentuan nilai wajar dilakukan dengan teknik penilaian.
10
Universitas Indonesia
Berikut ini disajikan tabel metode pengukuran untuk masing-masing kategori
instrumen keuangan berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2006):
Tabel 2.1 Tabel metode pengukuran untuk masing-masing kategori instrumen
keuangan berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2006)
Instrumen Keuangan Metode pengukuran yang dilakukan
Financial asset at fair
value through profit
and loss
1. Pengukuran awal berdasarkan nilai wajar
2. Pengukuran selanjutnya berdasarkan nilai wajar
3. Keuntungan dan kerugian diakui dalam laporan
laba rugi
Hold to Maturity 1. Pengukuran awal berdasarkan nilai wajar
2. Pengukuran selanjutnya dilakukan dengan biaya
perolehan diamortisasi dengan suku bunga
efektif
3. Keuntungan dan kerugian diakui dalam laporan
laba rugi
Loan and Receivable 1. Pengukuran awal dengan nilai wajar
2. Pengukuran selanjutnya dilakukan dengan biaya
perolehan diamortisasi dengan suku bunga
efektif
3. Keuntungan dan kerugian diakui dalam laporan
laba rugi
Available for Sale 1. Pengukuran awal dengan nilai wajar
2. Pengukuran selanjutnya dengan nilai wajar
3. Keuntungan dan kerugian diakui dalam laporan
perubahan ekuitas
Sumber: PSAK 55 (Revisi 2006), diolah
Penurunan nilai (impairment) merupakan kebijakan akuntansi untuk
meurunkan nilai aset atau kewajiban berdasarkan perkiraan nilai ekonomi pada
masa yang akan datang, termasuk aset dan kewajiban keuangan. PSAK 55 (Revisi
2006) menengahkan adanya bukti objektif (objective evidence) yang dijadikan
11
Universitas Indonesia
untuk menurunkan nilai aset dan kewajiban keuangan. Bukti objektif tersebut
secara langsung menunjukan adanya/terjadinya keadaan/peristiwa yang
berpengaruh negatif pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau
kelompok aset keuangan. Estimasi arus kas tersebut harus dilakukan dengan
handal. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi penurunan akan adanya kemungkinan
nilai pada setiap tanggal neraca.
Bukti objektif yang dimaksud merupakan data yang dapat diobservasi
yang menjadi perhatian dari pemegang aset keuangan tersebut yang meliputi
sebagai berikut:
1. kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak penjamin
2. pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan
pembayaran pokok atau bunga
3. pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan
dengan dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam,
memberikan keringanan pada pihak peminjam yang tidak mungkin
diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut
4. terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau
melakukan reorganisasi keuangan lainnya
5. hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan; atau
6. data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang
dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset
keuangan sejak pengakuan awal aset dimaksud, meskipun penurunannya
belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam
kelompok aset tersebut, termasuk:
a. memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam
kelompok tersebut
b. kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan
wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut.
Bukti objektif mengenahi penurunan nilai investasi dalam instrumen
ekuitas mencakup:
1. informasi mengenahi perubahan signifikan yang berdampak pada
buruknya lingkungan teknologi, pasar, ekonomi, atau hokum di wilayah
12
Universitas Indonesia
tempat pihak penerbit instrumen menjalankan usahanya, dan
mengindikasikan bahwa biaya perolehan investasi tersebut tidak dapat
diperoleh kembali
2. penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang pada nilai wajar
dari investasi dalam instrumen ekuitas di bawah biaya perolehannya
Selain penurunan nilai, PSAK 55 (Revisi 2006) juga menjelaskan terkait
dengan kemungkinan adanya restorasi nilai. Berikut ini merupakan detail
perlakukan kebijakan akuntansi untuk masing-masing kategori instrument
keuangan:
Tabel 2.2 Tabel metode perlakuan pemulihan atas penurunan nilai untuk masing-
masing kategori instrumen keuangan berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2006)
Instrumen Keuangan Perlakuan Pemulihan atas Penurunan Nilai
Financial asset at fair
value through profit and
loss
Tidak berlaku penurunan nilai (impairment)
sebab sudah dinilai pada nilai wajar
Hold to Maturity Penuruna nilai dapat dipulihkan
Loan and Receivable Penuruna nilai dapat dipulihkan
Available for Sale Penurunan nilai instrumen ekuitas sebagai AFS
tidak dapat dipulihkan, sedangkan untuk
penurunan nilai instrumen hutang dapat
dipulihkan
Sumber: PSAK 55 (Revisi 2006), diolah
2.3 Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP)
SAK ETAP diadopsi dari IFRS for SME dengan penyesuaian kedaaan di
Indonesia. SAK ETAP merupakan PSAK yang disederhanakan dan merupakan
standar yang berdiri sendiri secara keseluruhan. Penyederhanaan standar ini
dimaksudkan untuk mempermudah implementasinya oleh entitas terkait.
SAK ETAP dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas
publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yaitu entitas yang:
13
Universitas Indonesia
1. tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
2. menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna
eksternal
Entitas tergolong memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
1. telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau sedang dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
2. menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,pialang dan atau pedagang efek,
dana pensiun, reksa dana dan bank investasi
Konsep dan prinsip pervasif merupakan kerangka dasar untuk SAK ETAP.
Kerangka dasar ini meliputi tujuan laporan keuangan, karakteristik kualitatif,
posisi keuangan, kinerja keuangan, pengakuan dan pengukuran, basis akrual, serta
tidak diperkenankanya saling hapus.
Karakteristik kualitatif meliputi dapat dipahami, relevan, materialitas,
keandalan, substansi mengungguli bentuk, pertimbangan sehat, kelengkapan,
dapat dibandingkan, tepat waktu, keseimbangan antara biaya dan manfaat.
Laporan posisi keuangan terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Kinerja
keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan beban yang disajikan dalam
laporan laba rugi.
Pengakuan atas aset atau kewajiban dilakukan ketika terdapat manfaat
ekonomi masa depan atau keharusan mentransfer sumber daya di masa datang dan
nilainya dapat diukur secara andal. Dasar pengukuran yang digunakan dalam SAK
ETAP adalah biaya historis dan nilai wajar. Pengakuan dan pengukuran
mengunakan prinsip berpengaruh luas. Basis akuntansi yang digunakan adalah
akrual.
Penyajian laporan keuangan dilakukan dengan wajar untuk posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas. Entitas yang menggunakan SAK ETAP
harus secara eksplisit menyatakan secara penuh untuk patuh terhadap SAK ETAP
dalam catatan laporan keuangan. Kemampuan kelangsungan usaha pada saat
penyusunan laporan keuangan harus dinilai kecuali jika manajemen bermaksud
14
Universitas Indonesia
melakukan likuidasi, menghentikan operasi, atau tidak mempunayai alternatif
lainnya. Entitas menyajikan laporan keuangan minimal satu kali dalam setahun.
Penyajian dan klasifikasi pos-pos harus konsisten, kecuali terjadi
perubahan signifikan operasi entitas atau perubahan tersebut menghasilkan
penyajian yang lebih andal dan relevan. Selain itu, perubahan juga dilakukan jika
SAK ETAP mensyaratkannya. Informasi harus diungkapkan secara komparatif
dengan periode sebelumnya dengan keunggulan yang sama. Laporan keuangan
lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Neraca menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
SAK ETAP tidak menentukan format dan urutan pos di neraca. Aset di neraca
disajikan dalam aset lancar dan tidak lancar. Sedangkan kewajiban disajikan
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.
Laporan laba rugi menunjukan kinerja keuangan selama periode tersebut.
Laporan laba rugi minimal terdiri dari pos pendapatan, beban keuangan, bagian
laba atau rugi investasi dengan metode ekuitas, dan laba rugi neto. Analisis beban
dapat disajikan berdasarkan fungsi atau berdasarkan sifat beban.
Laporan perubahan ekuitas menyajikan
1. laba rugi untuk periode
2. pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas,
3. pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
yang diakui untuk setiap komponen ekuitas.
4. rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode dari komponen
ekuitas.
Laporan laba rugi dan saldo laba (gabungan) dapat disajikan sebagai pengganti
laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas jika perubahan pada ekuitas
hanya berasal dari laba atau rugi, pembayaran dividen, koreksi kesalahan periode
lalu, dan perubahan kebijakan akuntansi.
Laporan arus kas menyajikan informasi arus kas dari aktivitas operasi,
aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Aktivitas operasi harus disajikan
secara tidak langsung. Pengungkapan bunga dan dividen dilakukan secara terpisah
dan konsisten sebagai aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan. Pajak
15
Universitas Indonesia
penghasilan diungkapkan terpisah sebagai aktivitas operasi kecuali diidentifikasi
sebagai aktivitas investasi atau pendanaan.
Catatan laporan keuangan berisi informasi tambahan yang disajikan dalam
laporan keuangan. Informasi tersebut disajikan dalam narasi atau rincian jumlah
atau informasi yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
Catatan laporan keuangan harus:
1. menyajikan informasi dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang digunakan termasuk dasar pengukuran
2. mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK ETAP
3. memberikan informasi tambahan yang relevan, namun tidak disyaratkan
SAK ETAP.
Secara normal, urutan penyajian catatan laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
SAK ETAP
2. ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan, termasuk dasar
pengukuran yang digunakan dan kebijakan akuntansi lain yang relevan
untuk memahami laporan keuangan
3. informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan, sesuai dengan
urutan penyajian setiap komponen laporan keuangan dan urutan penyajian
pos-pos tersebut.
4. pengungkapan lain.
2.4 PSAK 45 (Revisi 2011) tentang Organisasi Nirlaba
PSAK 45 (Revisi 2011) dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah dan unit-unit
sejenis lainnya dengan ketetuan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. PSAK 45 (Revisi 2011) bertujuan untuk menyediakan
standar pelaporan keuangan bagi organisasi nirlaba sehingga laporan tersebut
mudah dipahami serta memiliki tingkat relevansi dan daya banding yang tinggi.
Organisasi nirlaba adalah organisasi dengan karakteristik sebagai berikut:
16
Universitas Indonesia
1. memiliki sumber daya yang berasal dari penyumbang yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang
sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
2. menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan untuk memupuk laba,
dan jika entitas menghasilkan laba maka jumlahnya tidak dibagikan
kepada pendiri atau pemilik entitas nirlaba tersebut
3. tidak adanya kepemilikan sebagaimana dalam entitas bisnis
Tujuan laporan keuangan secara rinci adalah untuk menyajikan informasi
mengenai:
1. jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan aset netto entitas nirlaba
2. pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan
sifat aset netto
3. jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu
periode dan hubungan antara keduanya
4. cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh
pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lain yang berpengaruh pada
likuiditasinya
5. usaha jasa entitas nirlaba
Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan, laporan
aktivitas serta laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Penyajian
laporan posis keuangan dilakukan dengan melihat sifat likuiditas untuk aset,
tanggal jatuh tempo untuk liabilitas, dan sifat pembatasan untuk aset neto.
Laporan aktivitas bertujuan untuk menyediakan informasi terkait dengan:
1. pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset
neto
2. hubungan antara transaksi dan peristiwa lain
3. bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa
Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aset neto terikat permanen,
terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode. Laporan aktivitas
menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto, kecuali diatur berbeda
oleh SAK lain atau SAK ETAP.
17
Universitas Indonesia
Laporan arus kas disajikan sesuai dengan PSAK 2 tentang Arus Kas
dengan penambahan sebagai berikut:
1. aktivitas pendanaan:
a. penerimaan kas dari penyumbang yang dibatasi untuk jangka
panjang
b. penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaanya dibatasi untuk pembangunan dan pemeliharaan aset
tetap, atau peningkatan dana abadi
c. bunga dan dividen yang dibatasi penggunaanya untuk jangka
panjang
2. pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non-
kas: sumbangan berupa bangunan atau aset investasi
18 Universitas Indonesia
BAB 3
PROFIL PERUSAHAAN TERKAIT
Sebagai bahan penulisan laporan magang, penulis melaksanakan kegiatan magang
di PwC. Selama pelaksanaan program magang, penulis mendapat kesempatan
untuk bergabung bersama dua tim audit keuangan yang berbeda. Tim pertama
adalah tim auditor untuk PTHX dan tim kedua adalah auditor untuk PT AA.
Selama bergabung dengan tim auditor PTHX, penulis berkesempatan untuk
terlibat dalam proses pelaksanaan audit unit PKBL-PTHX.
Meskipun penulis berkesempatan bergabung dengan dua tim auditor,
penulis menghabiskan sebagian besar masa magang dengan tim auditor PTHX,
yakni sekitar dua setengah bulan. Oleh sebab itu, penulisan laporan magang
dilakukan berdasarkan pengalaman penulis yang diperoleh selama melaksanakan
audit untuk unit PKBL-PTHX.
3.1 Profil PwC
PwC merupakan salah satu dari Kantor Akuntan Publik Big Four bersama dengan
Ernst & Young (EY), Delloite, dan KPMG. Di Indonesia, PwC memberikan jasa
di tiga bidang utama. Ketiga bidang tersebut adalah jasa assurance, perpajakan,
dan advisory. Untuk jasa assurance terdapat tiga divisi. Ketiga divisi tersebut
adalah CIPSTICE, financial service, dan energy, untility, and mining. Berikut ini
merupakan detail dari masing-masing ketiga bagian tersebut.
1. Energy, utility, and mining: divisi ini menyediakan jasa assurance bagi
perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri pertambangan dan energi,
seperti kelistrikan, serta minyak dan gas.
2. Financial services: divisi ini menyediakan jasa assurance bagi lembaga-
lembaga keuangan, seperti perbankan, asuransi, reksadana, dan lainnya.
3. Consumer and industrial products & services (CIPS) - technology,
information, communication & entertainment (TICE): divisi ini menyediakan
jasa assurance bagi perusahaan-perusahaan bergerak dalam bidang otomotif,
ritel dan konsumen, transportasi dan logistik, farmasi, kimia, teknik dan
konstruksi, kehutanan, kertas dan pengemasan, manufaktur industri, baja,
19
Universitas Indonesia
periklanan, televisi, publikasi dan media, hiburan, teknologi informasi,
telekomunikasi, dan perhotelan dan rekreasi.
3.2 Profil Unit PKBL-PTHX
3.2.1 Profil PTHX
PTHX merupakan salah satu Badan Usaha Milik Pemerintah yang bergerak dalam
bidang industri tambang batubara. Kegiatan usaha PTHX meliputi kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian,
pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga khusus batubara
baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik
tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain, dan memberikan jasa-
jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya dengan industri
pertambangan batubara beserta hasil olahannya.
PTHX pada saat ini memiliki tujuh anak perusahaan. Ketujuh anak
perusahaan tersebut adalah:
1. PTAA, perusahaan yang bergerak dalam penambangan batubara. Persentase
kepemilikan PTHX atas PTAA adalah sebesar 75.00%. PTAA sudah
beroprasi sejak tahun 1997
2. PTAB, perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan batubara.
Persentase kepemilikan PTHX atas PTAB adalah sebesar 99.99%. PTAB
sudah beroperasi sejak tahun 2007
3. PTAC, perusahaan yang bergerak dalam bidang penambangan batubara.
Persentase kepemilikan PTHX atas PTAC adalah sebesar 51.00%. PTAC
sudah beroperasi sejak tahu 2010
4. PTAD, perusahaan yang bergerak dalam bidang penambangan gas metana
batubara. Persentase kepemilikan PTHX atas PTAD adalah sebesar 99.99%.
PTAD belum beroperasi sampai Laporan Keuangan 2011 PTHX dikeluarkan
5. PTAE, perusahaan yang bergerak dalam bidang penambangan gas metana
batubara. Persentase kepemilikan PTHX atas PTAE adalah sebesar 99.99%.
PTAE belum beroperasi sampai Laporan Keuangan 2011 PTHX dikeluarkan
20
Universitas Indonesia
6. PTAF, perusahaan yang bergerak dalam bidang penambangan gas metana
batubara. Persentase kepemilikan PTHX atas PTAF adalah sebesar 99.99%.
PTAF belum beroperasi sampai Laporan Keuangan 2011 PTHX dikeluarkan
7. PTAG, perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan, perdagangan,
dan industri batubara. Persentase kepemilikan PTHX atas PTAB adalah
sebesar 65.00%. PTAG belum beroperasi sampai Laporan Keuangan 2011
PTHX dikeluarkan
3.2.2 Profil Unit PKBL-PTHX
PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) adalah program yang
diwajibkan untuk oleh kementrian BUMN kepada setiap BUMN dengan
menyisihkan sebagaian laba untuk melakukan pembinaan terhadap usaha kecil
dan pembinaan terhadap masyarakat sekitar BUMN. Setiap BUMN yang
melaksanakan program ini diwajibkan untuk membentuk organisasi yang khusus
mengelola program tersebut. BUMN yang melaksanakan program itu disebut
sebagai BUMN Pembina dan organisasi yang mengelola program itu disebut
sebagai unit PKBL. Unit PKBL ini secara organisasi merupakan bagian dari
organisasi BUMN Pembina yang berada dalam pengawasan seorang direksi, akan
tetapi terpisah secara entitas pelaporan.
Terdapat dua program utama unit PKBL, yaitu program kemitraan dan
program bina lingkungan. Program kemitraan merupakan program penyaluran
pinjaman dan pembinaan kepada usaha kecil. Program bina lingkungan terdiri dari
program bina lingkungan BUMN Pembina dan program bina lingkungan BUMN
Peduli. Program bina lingkungan BUMN Pembina adalah program bina
lingkungan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh BUMN Pembina di wilayah
usaha BUMN yang bersangkutan. Sedangkan program bina lingkungan BUMN
Peduli adalah program bina lingkungan yang dilakukan secara bersama-sama oleh
BUMN Pembina dan pelaksanaanya ditetapkan dan dikoordinasi oleh Menteri
Negara BUMN.
Peraturan yang menjadi landasan hukum untuk pelaksanaan unit PKBL
adalah Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 1883, Surat Keputusan Menteri
Keuangan No. 316/KMK.016/1994, Surat Keputusan Menteri Negara BUMN No.
21
Universitas Indonesia
Kep-236/MBU/2003, dan Surat Edaran Menteri Negaraa BUMN No. SE-
433/MBU/2003. Peraturan tersebut mengalami beberapa kali perubahan dengan
perubahan terakhir adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan
2. Surat Edaran Menteri BUMN No. SE.03/MBU.S/2007 tentang Wilayah
Binaan dan BUMN kordinator PKBL tahun 2007
PTHX sudah mulai membentuk unit PKBL-PTHX pada tahun 1992,
awalnya disebut sebagai Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi PTHX. Unit
PKBL-PTHX merupakan unit organisasi khusus yang mengelola program
kemitraan dan program bina lingkungan. Unit PKBL secara organisasi merupakan
bagian dari BUMN Pembina. Akan tetapi, terpisah dari BUMN Pembina secara
entitas pelaporan. Sumber dana unit PKBL-PTHX berasal dari alokasi laba
BUMN Pembina, jasa administrasi pinjaman, dan pendapatan keuangan.
Kegiatan utama yang dilaksanakna oleh unit PKBL-PTHX adalah sebagai
berikut:
1. Memberi pinjaman modal kerja dan pelatihan manajerial sederhana untuk
usaha mikro, kecil, dan menengah serta koperasi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Pemberian pinjaman dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Penerimaan dan evaluasi proposal. Calon mitra binaan unit PKBL-PTHX
diharuskan untuk membuat proposal kepada BUMN Pembina terkait
dengan pengajuan pinjaman. Setelah meneriman proposal BUMN
Pembina akan melakukan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang
diajukan oleh calon mitra binaan. Evaluasi ini dilakukan baik secara
langsung terjun ke lapangan atau dengan cara lain. BUMN Pembinan akan
menentukan keputusan berdasarkan criteria yang telah ditemtukan
b. Penyaluran pinjaman dilakukan dengan penandatangan kontrak penjanjian
yang setidaknya memuat nama dan alamat BUMN Pembina, hak dan
kewajiban BUMN Pembina, jumlah pinjaman dan peruntukan, serta
syarat-syarat pinjaman
c. Pengawasan, penagihan, dan penyelesaian pinjaman
22
Universitas Indonesia
Selain itu unit PKBL juga mengadakan beberapa program untuk membantu
mitra binaan mengembangkan usahanya, seperti program pendidikan,
pelatihan, pemagangan, dan pemasaran. Selama tahun 2011 program
kemitraan yang telah dilakukan oleh unit PKBL-PTHX adalah:
i. Penyaluran pinjaman kepada usaha kecil dan koperasi di berbagai wilayah
di Indonesia dengan nilai penyaluran pinjaman mencapai 47 miliar rupiah
ii. Pelaksanaan pelatihan manajemen kewirausahaan kepada calon mitra
binaan
iii. Bantuan promosi dan pemasaran produk mitra binaan melalui berbagai
pameran di berbagai kota besar di Indonesia
2. Memberi bantuan untuk pemberdayaan masyarakat sekitar dalam bentuk
bantuan bencana alam, pendidikan dan pelatihan, kesehatan, sarana dan
prasarana umum, sarana ibadah, dan pelestarian alam. Selama tahun 2011
penyaluran dana bina lingkungan unit PKBL-PTHX mencapai 46 miliar
rupiah dengan jumlah 3 miliar untuk BUMN Peduli.
23 Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas perubahan acuan aturan akuntansi untuk unit PKBL,
perbandingan acuan aturan akuntansi unit PKBL dengan pedoman akuntansi unit
PKBL sebelumnya, dan penerapan perubahan acuan aturan akuntansi pada
Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX. Perubahan acuan aturan akuntansi
unit PKBL ditetapkan dengan adanya Surat Edaran Menteri BUMN No. SE-
02/MBU/Wk/2012 dan Surat Edaran Menteri BUMN No. SE-01/D5.MBU/2012.
Surat edaran tersebut mengatur antara lain bahwa Laporan Keuangan PKBL
disusun sesuai dengan SAK ETAP yang bentuk penyajiannya mengacu pada
PSAK 45 (Revisi 2011) tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba dan Buletin
Teknis 6 tentang Keterterapan SAK ETAP untuk Entitas Koperasi dan Entitas
Nirlaba.
Perubahan acauan aturan akuntansi unit PKBL ini berbeda dengan
pedoman akuntansi unit PKBL yang berlaku pada tahun-tahun sebelumnya.
Perubahan acuan aturan akuntansi yang diterapkan untuk unit PKBL
kemungkinan akan berpengaruh pada laporan keuangan unit PKBL yang
menerapkan acuan aturan akuntansi tersebut, termasuk unit PKBL-PTHX. Unit
PKBL-PTHX telah menerapkan acuan aturan akuntansi yang baru unit PKBL
pada laporan keuangan 2011.
4.1 Perubahan Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL
4.1.1 Dasar Pijakan Perubahan Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL
Dasar pijakan perubahan acuan aturan akuntansi unit PKBL merupakan hal-hal
yang melandasi dirubahnya acuan aturan akuntansi untuk unit PKBL. Landasan
inilah yang dijadikan justifikasi atas perubahan acuan aturan akuntansi. Landasan
ini menjadi penting untuk menjadi basis argumentasi atas perubahan acuan aturan
akuntansi unit PKBL dan penerapan aturan akuntansi itu sendiri pada unit PKBL.
Terdapat tiga dasar pijakan yang melandasi. Ketiga dasar pijakan tersebut adalah
aspek operasi, aspek perkembangan standar di Indonesia, dan aspek regulasi.
Berikut akan dijelaskan dengan rinci ketiga aspek tersebut
24
Universitas Indonesia
4.1.2.1 Aspek Operasional Unit PKBL
Aspek operasional unit PKBL merupakan bentuk keunikan operasional dari unit
PKBL. Keunikan ini menjadikan unit PKBL membutuhkan acuan aturan
akuntansi khusus yang sesuai dengan keunikan bentuk operasionalnya. Berikut ini
dijelaskan aspek operasional unit PKBL:
1. Unit PKBL merupakan unit khusus yang menjadi bagian dari organisasi
BUMN Pembina untuk mengelola program kemitraan dan program bina
lingkungan.
2. Pelaksanaan pembukuan dan pencatatan akuntansi dari unit PKBL dilakukan
secara terpisah dari BUMN Pembina. Artinya secara pencatatan akuntansi unit
PKBL merupakan entitas yang terpisah dan berdiri sendiri dari BUMN
Pembina
3. Unit PKBL membedakan perolehan sumber pendanaan untuk program
kemitraan dan program bina. Program kemitraan memperoleh pendanaan dari:
a. Penyisihan laba setelah dikurangi pajak dari BUMN Pembina. Pengaturan
terkait dengan penyisihan laba, besaran persentase, dikurangi pajak telah
diatur dalam Peraturan Menteri BUMN Nomor PER/MBU/2007
b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito, dan/atau
jasa giro dari dana program kemitraan
c. Dana yang diperoleh dari pelimpahan dari BUMN lain
d. Penyaluran dari BUMN lain
Unit PKBL memperoleh sumber pendanaan untuk program bina lingkungan
dari:
a. Penyisihan laba setelah dikurangi pajak dari BUMN Pembina. Besaran
persentase untuk penyisihan sudah diatur dalam perturan Menteri BUMN
b. Hasil bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana program dana
lingkungan
4. Dikhususkan untuk program kemitraan:
a. Dana program kemitraan hanya dapat disalurkan dalam bentuk pinjaman
ataupun dalam bentuk pembinaan. Pengeluaran selain untuk program
kemitraan selain kedua bentuk diatas dianggap tidak dapat dibenarkan
25
Universitas Indonesia
b. Besaran dana yang dialokasikan dan digunakan untuk program kemitraan
harus mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku
c. Penggunaan dana yang disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada mitra
binaan hanya terbatas pada peraturan yang berlaku, seperti modal kerja
dan pembelian aktiva produktif
d. Dengan adanya jasa penyaluran yang dilakukan oleh unit PKBL, unit
PKBL mengenakan jasa administrasi yang besarnya disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan
e. Pinjaman/pembiayaan yang mengunakan transaksi atau prinsip lain,
perhitungan jasa pendapatan unit PKBL disesuaikan dengan peraturan
yang berlaku
f. BUMN Pembina diperkenankan untuk melakukan rescheduling atau
reconditioning atas pinjaman pinjaman dengan kategori kurang lancar,
diragukan, dan macet sesuai dengan peraturan yang berlaku
g. Pinjaman dengan kategori bermasalah akan dihapus sesuai peraturan yang
berlaku
5. Beban operasional unit PKBL merupakan beban operasi unit PKBL yang
berasal dari dana program kemitraan dan bina lingkungan. Beban operasional
program kemitraan dibiayai dari dana hasil jasa administrasi pinjaman, bunga
deposito, dan/ atau jasa giro dari dana program kemitraan. Apabila dana beban
untuk operasional tidak mencukupi, kekurangan akan dibebankan pada pada
anggaran BUMN Pembina. Beban operasional program bina lingkungan
dibiayai dari dana program lingkungan.
4.1.2.2 Aspek Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia
Perkembangan standar akuntansi juga merupakan faktor yang berpengaruh pada
perubahan acuan aturan akuntansi unit PKBL. Perkembangan standar akuntansi
yang terjadi saat ini mengarahkan unit PKBL untuk menerapkan standar akuntansi
umum yang berlaku di Indonesia. Akan tetapi, pada saat ini unit PKBL belum
menerapkan standar akuntansi yang yang berlaku di Indonesia. Hal ini akan
menjadi permasalahan bagi unit PKBL. Salah satu indikasinya adalah
dikeluarkanya dua opini terkait dengan laporan keuangan unit PKBL.
26
Universitas Indonesia
Terdapat dua opini auditor yang dikeluarkan untuk unit PKBL. Opini yang
pertama dikeluarkan berdasarkan standar yang berlaku umum di Indonesia. Opini
yang kedua dikeluarkan berdasarkan pedoman akuntansi yang dikeluarkan oleh
Kementrian BUMN. Pengeluaran dua opini ini menunjukan bahwa kebijakan dan
praktik akuntansi yang digunakan berdasarkan pedoman akuntansi Kementerian
BUMN untuk unit PKBL berbeda dengan standar akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia. Oleh sebab itu terdapat tuntutan untuk merubah acuan aturan
akuntansi unit PKBL.
Tututan perubahan acuan aturan akuntansi unit PKBL didasari adanya
ketidaksesuaian antara pedoman akuntansi yang telah disusun sebelumnya dengan
standar akuntansi Indonesia saat ini. Salah satunya terkait dengan dikeluarkanya
PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006).
Dikeluarknya perubahan PSAK 50 (Revisi 2006) dan dan PSAK 55 (2006)
merupakan salah satu dasar pertimbangan perubahan acuan standar akuntansi baru
untuk unit PKBL. PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006)
menyatakan penggunaan nilai wajar untuk instrumen keuangan. Unit PKBL yang
secara operasional juga menjalankan fungsi penyaluran pinjaman melalui program
kemitraan, termasuk dalam cakupan aturan PSAK ini. Oleh sebab itu, terdapat
tuntutan perubahan acuan standar akuntansi untuk unit PKBL.
4.1.2.3 Aspek Regulasi
Terdapat dua keterkaitan yang terjadi antara aspek regulasi dan perubahan acuan
aturan akuntasi unit PKBL. Keterkaitan pertama terjadi dikarenakan adanya
peraturan yang menuntut perlunya good corporate governance di lingkungan
BUMN, termasuk unit PKBL. Keterkaitan kedua terjadi dengan adanya peraturan
yang melandasi penggunaan pedoman akuntansi yang disusun oleh Kemeterian
BUMN untuk unit PKBL.
Keterkaitan pertama terjadi dengan dikeluarkanya Keputusan Menteri
BUMN No. KEP-117/M.MBU/2002 tentang penerapan praktek Good Corporate
Governance pada Badan Usaha Milik Negara. Pada tahun 2011, Menteri Negara
BUMN mengeluarkan peraturan menteri BUMN sebagai pengganti atas
Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M.MBU/2002. Peraturan tersebut
27
Universitas Indonesia
adalah Peraturan Menteri BUMN No. PER – 01/MBU/2011 tentang Penerapan
Tata Kelola yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN. Keputusan
Menteri BUMN ini menjelaskan bahwa BUMN, termasuk unit PKBL, diwajibkan
menerapkan GCG secara konsisten dan berkelanjutan dengan berpedoman pada
Peraturan Menteri BUMN No. PER-01/MBU/2011. Penerapan tatakelola
perusahaan yang baik di BUMN harus memperhatikan ketentuann yang berlaku
pada anggaran dasar BUMN.
Sebagian prinsip tatakelola perusahaan yang baik adalah transparansi dan
akuntabilitas. Transparansi diartikan sebagai keterbukaan dalam pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam pengungkapan informasi yang material dan
relevan mengenai perusahaan. Akuntanbilitas diartikan sebagai kejelasan fungsi,
pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan
dapat dilakukan secara efektif. Untuk mencapai tuntutan transparansi dan
akuntabilitas diperlukan pedoman akuntansi dengan basis pencatatan yang
akuntabel.
Sampai saat ini terdapat dua landasar hukum yeng melandasi pedoman
akuntansi unit PKBL. Kedua landasan tersebut adalah Surat Edaran Menteri
Negara BUMN Nomor SE-04/MBU.S/2007 dan Surat Menteri Negara BUMN
Nomor SE-01/D5.MBU/2012. Surat edaran yang pertama merupakan landasan
untuk penerapan pedoman akuntansi sesuai dengan standar akunatnsi umum di
Indonesia. Surat edaran yang kedua merupakan landasan pedoman akuntansi
sesuai dengan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011).
4.1.2 Latar Belakang Penerapan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011)
sebagai Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL
Penerapan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011) sebagai acuan standar
akuntansi unit PKBL disebabkan adanya kebutuhan perubahan acuan standar
akuntansi unit PKBL. Terdapat beberapa hal yang menjadi latar belakang
kebutuhan perubahan acuan standar akuntansi unit PKBL, yaitu adanya perubahan
standar akuntansi yang diterapkan di Indonesia dan kemampuan sumber daya
akuntansi yang dimiliki oleh unit PKBL.
28
Universitas Indonesia
Salah satu perubahan standar akuntansi di Indonesia yang berpengaruh
pada laporan keuangan unit PKBL adalah pengesahan PSAK 50 (Revisi 2006)
dan PSAK 55 (Revisi 2006) tentang instrumen keuangan. Pengesahan kedua
PSAK ini menjadi salah satu penyebab perubahan standar akuntansi unit PKBL.
Unit PKBL yang sebelumnya mengunakan standar akuntansi komprehensif lain.
Pengunaan standar akuntansi komplehensif lain ini dilakukan dengan menerapkan
pedoman akuntansi unit PKBL yang disusun Kementrian BUMN yang mengacu
pada PSAK secara keseluruhan dengan mempertimbangkan praktik akuntansi unit
PKBL. Pengesahan kedua PSAK ini menjadikan unit PKBL diharuskan untuk
mengikuti dan menerapkan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006)
sebab bentuk operasional unit PKBL termasuk dalam cakupan kedua PSAK
tersebut. Akan tetapi perlu disadari bahwa pada umumnya unit PKBL tidak
memiliki sumber daya dalam bidang akuntansi yang memadai untuk menerapkan
perubahan PSAK tersebut.
Oleh sebab itu, unit PKBL masih tetap menggunakan standar akuntansi
komprehensif lain dengan menerapkan pedoman akuntansi yang ditetapkan pada
tahun 2007 melalui Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-04/MBU.S/2007.
Permasalahanya adalah bahwa pedoman akuntansi tersebut sudah tidak sesuai
dengan PSAK yang telah direvisi.
Salah satu akibat dari pengunaan standar akuntansi yang berbeda dengan
PSAK adalah adanya dua opini audit untuk laporan keuangan unit PKBL.
Pengeluaran dua opini didasari adanya dua standar akuntansi yang berbeda untuk
unit PKBL, yakni standar akuntansi umum yang berlaku di Indonesia dan standar
akuntansi komprehensif lain yang mengacu pada pedoman akuntansi yang disusun
oleh Kementrian BUMN. Keberadaan dua standar akuntansi tersebut
menjadikankan auditor mengeluarkan kesepakatan untuk mengeluarkan dua opini
terkait dengan laporan keuangan unit PKBL. Kesepakatan penerbitan dua opini
oleh auditor ini dinyatakan dalam Surat Ikatan Akuntan Publik Indonesia No.
347/III/Int-IAPI/2011.
Penerbitan dua opini untuk laporan keuangan unit PKBL menunjukkan
adanya perbedaaan dalam penerapan standar akuntansi. Pada satu sisi, unit PKBL
harus mematuhi peraturan perundang-undangan untuk menerapkan pedoman
29
Universitas Indonesia
akuntansi unit PKBL yang disusun Kementerian BUMN dan pada sisi yang lain
pedoman akuntansi yang ditetapkan melalui undang-undang tidak lagi sesuai
dengan standar akuntansi umum yang berlaku di Indonesia. Oleh sebab itu,
diperlukan adanya satu acuan standar akuntansi untuk unit PKBL yang ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan dan sesuai dengan standar akuntansi umum
yang berlaku di Indonesia. Pada akhirnya, ditetapkan penerapan SAK ETAP
dengan penyajian mengacu pada PSAK 45 (Revisi 2011) untuk unit PKBL.
Penerapan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011) sebagai acuan standar
akuntansi untuk unit PKBL didasari atas karakteristik bentuk operasional unit
PKBL. Terdapat dua karakteristik utama penerapan SAK ETAP dan PSAK 45
(Revisi 2011) sebagai acuan standar akuntansi unit PKBL. Kedua karakteristik
tersebut adalah keberadaan unit PKBL sebagai entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan dengan tujuan umum penerbitan laporan keuangan
serta keberadaan unit PKBL sebagai organisasi nirlaba.
Pada dasarnya SAK ETAP diterapkan untuk entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik tidak
diperbolehkan menggunakan SAK ETAP kecuali jika terdapat peraturan yang
memperbolehkan penggunaan penggunaan SAK ETAP. Sedangkan untuk entitas
yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP diperkenankan untuk
memilih antara mengunakan SAK ETAP atau non-ETAP. Apabila entitas tersebut
mengunakan SAK non ETAP maka harus menerapkan secara konsisten dan tidak
diperbolehkan untuk menerapkan SAK ETAP untuk laporan keuangan periode
selanjutnya.
Unit PKBL merupakan entitas yang memenuhi persyaratan untuk
menerapkan SAK ETAP. Oleh sebab itu, pengacuan standar akuntansi untuk unit
PKBL pada SAK ETAP merupakan hal yang diperbolehkan. Hal ini disebabkan
pada dasarnya unit PKBL diperkenankan untuk memilih untuk menerapkan SAK
ETAP atau non ETAP.
Unit PKBL dinyatakan sebagai entitas yang memenuhi persyaratan untuk
menerapkan SAK ETAP dikarenakan kesesuaian dengan dua kriteria sebagai
entitas tanpa akuntabilitas publik, yaitu tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan dan menerbitkan laporan keuangan dengan tujuan umum. Unit PKBL
30
Universitas Indonesia
dinyatakan sebagai entitas tanpa akuntabilitas publik signifikan karena unit PKBL
tidak memiliki kaitan dengan pasar modal sebagai perusahaan yang terdaftar dan
unit PKBL tidak memiliki/ menguasahi aset dari sekelompok besar masyarakat.
Meskipun, unit PKBL merupakan unit khusus dari BUMN Pembina dan menjadi
bagian dari organisasi BUMN Pembina, unit PKBL merupakan unit terpisah
dalam pelaporan keuangan dari BUMN Pembinan. Dalam pengelolaan
organisasinya unit PKBL berada dalam pengawasan seorang direksi.
Selain itu, unit PKBL menerbitkan laporan keuangan untuk pengguna
eksternal. Pihak-pihak eksternal, di luar entitas pelaporan unit PKBL, yang terkait
dengan unit PKBL adalah sebagai berikut:
1. Menteri negara BUMN/ pemegang saham merupakan pihak yang memiliki
modal pada BUMN, pihak yang mengesahkan RKA (Rencana Kerja dan
Anggaran) unit PKBL, dan pihak yang mengesahkan laporan keuangan unit
PKBL
2. BUMN Pembina merupakan pihak yang bertanggungjawab atas penyusunan
RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) unit PKBL yang terpisah dari RKAP
BUMN dan penyusunan laporan keuangan unit PKBL
Keberadaan unit PKBL sebagai organisasi nirlaba diketahui dari tujuan
pendirian unit PKBL. Terdapat dua tujuan utama dari pendirian unit PKBL.
Pertama adalah untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil melaui pemberian
pelayanan pinjaman dan pembinaan. Kedua adalah untuk pemberdayaan kondisi
sosial masyarakat melalui penyaluran bantuan. Oleh sebab itu, pendirian unit
PKBL tidak ditujukan untuk mencari laba. Selain itu bentuk kegiatan operasional
unit PKBL juga sesuai dengan kedua tujuan utama pendirian, yaitu: penyaluran
pinjaman, penyaluran dana pembinaan kemitraan, dan penyaluran bantuan sosial
masyarakat.
Unit PKBL sesuai dengan kriteria-kriteria organisasi nirlaba sebagaimana
disebutkan dalam PSAK 45 (Revisi 2011). Kriteria-kriteria tersebut adalah:
1. Sumber daya organisasi nirlaba berasal dari penyumbang dengan tidak
mengharapkan manfaat ekonomi yang sebanding dengan sumber daya yang
disumbangkan. Sumber dana untuk unit PKBL dipisahkan antara program
kemitraan dan program bina lingkungan. Sumber dana program kemitraan
31
Universitas Indonesia
berasal dari penyisihan laba setelah dikurangi pajak BUMN Pembina, jasa
administrasi pinjaman, bungan deposito dan jasa giro, pelimpahan dana dari
program kemitraan dari BUMN Pembinan lain, serta penyaluran dana dari
BUMN Pembina lain. Sumber dana program bina lingkungan berasal dari
penyisihan laba BUMN Pembina dan hasil bungan deposito dan/atau jasa giro
dari dana bina lingkungan.
BUMN Pembina sebagai penyokong utama untuk unit PKBL tidak
memperoleh manfaat ekonomi dari penyisihan laba yang dilakukan untuk unit
PKBL. Oleh sebab itu unit PKBL sesuai dengan kriteria pertama organisasi
nirlaba
2. Menghasilkan barang atau jasa tidak untuk memupuk laba. Unit PKBL
memberikan jasa kepada mitra binaan dan penerima bantuan melalui
penyaluran dana pinjaman, pelaksanaan pembinaan, dan penyaluran dana bina
lingkungan. Meskipun demikian, pemberian jasa yang dilakukan unit PKBL
tidak dimaksudkan untuk memupuk laba. Keberadaan unit PKBL ditujukan
untuk pengembangan mitra binaan dan pemberdayaan sosial untuk
masyarakat.
3. Apabila organisasi nirlaba menghasilkan laba maka laba tersebut tidak
dimaksudkan untuk para pendiri atau pemilik organisasi nirlaba. Kegiatan
operasional unit PKBL memungkinkan unit PKBL memperoleh laba dari jasa
administrasi pinjaman serta hasil bunga deposito dan/ atau jasa giro. Akan
tetapi perolehan laba tersebut tidak dimaksudkan untuk para pendiri dan
pemilik unit PKBL. Oleh sebab itu, unit PKBL sesuai dengan karakteristik
ketiga organisasi nirlaba.
Kesesuaian unit PKBL dengan karakteristik organisasi nirlaba menjadikan dasar
pengunaan PSAK 45 (Revisi 2011) sebagai acuan standar akuntansi dalam
penyajian laporan keuangan. Hal ini diperkuat dengan adanya ketentuan bahwa
PSAK 45 (Revisi 2011) diperbolehkan untuk diterapkan oleh lembaga pemerintah
dan unit-unit sejenis lain sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu, pengunaan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011) sebagai
acuan standar akuntansi unit PKBL tidak bertentangan satu dengan yang lain.
32
Universitas Indonesia
PSAK 45 (Revisi 2011) menyatakan bahwa pengaturan yang tidak terdapat dalam
PSAK 45 (Revisi 2011), harus mengacu SAK atau SAK ETAP untuk entitas yang
tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan. Pada saat yang sama, SAK ETAP
menyatakan bahwa PSAK non ETAP dan panduan tambahan dapat dijadikan
rujukan sepanjang tidak bertentangan dengan SAK ETAP.
4.2 Perbandingan antar Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL
4.2.1 Perkembangan Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL
Perkembangan acuan standar akuntansi unit PKBL dimulai dengan penetapan
Keputusan Menteri BUMN No. 236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan
Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan,
kemudian penetapan Surat Edaran Menteri Negara BUMN No. SE-
04/MBU.S/2007 tentang Pentunjuk Teknis Pedoman Akuntansi yang Diterapkan
untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, dan yang terakhir Surat Edaran
Menteri BUMN No. SE.02/MBU/Wk/2012 tentang Penetapan Pedoman
Akuntansi PKBL dan Surat Menteri Negara BUMN No. SE-01/D5.MBU/2012
tentang Petunjuk Teknis Penerapan Pedoman Standar Akuntansi untuk Unit
PKBL Revisi 2012.
Gambar 4.1 Perkembangan Pedoman Akuntansi Unit PKBL Sumber: Berbagai peraturan terkait, diolah
Pedoman akuntansi berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor
236/MBU/2003 hanya dinyatakan dalam bentuk lampiran surat keputusan.
Pedoman yang ada tidak menjelaskan secara rinci basis dan dasar pedoman
akuntansi untuk unit PKBL. Pedoman tersebut hanya berupa petunjuk teknis
Keputusan Menteri BUMN No. 236/MBU/2003
Surat Edaran Menteri Negara BUMN No. SE-04/MBU.S/2007
Surat Menteri Negara BUMN No. SE.02/MBU/Wk/2012 dan No. SE-01/D5.MBU/2012
33
Universitas Indonesia
terkait dengan penyusunan rencana kerja unit PKBL dan laporan pelaksanaan unit
PKBL. Bentuk laporan pelaksanaan yang digunakan bersifat sederhana yang
secara garis beras berisi rencana realisasi kerja dan rencana realisasi anggaran unit
PKBL.
Pedoman akuntansi yang ditetapkan dengan Surat Edaran Menteri BUMN
Nomor SE-04/MBU.S/2007 merupakan pedoman akuntansi unit PKBL yang
memperhatikan praktik akuntansi yang diterima secara umum di Indonesia. Selain
itu, pedoman akuntansi yang dibuat juga dilandasi dengan peraturan-peraturan
perundang-undangan yang terkait program kemitraan dan bina lingkungan.
Penerapan pedoman akuntansi ini diharapakn untuk mencapai informasi keuangan
program kemitraan dan bina lingkungan yang akuntabel dan auditabel.
Surat Menteri Negara BUMN No. SE.02/MBU/Wk/2012 dan No. SE-
01/D5/MBU/2012 secara eksplisit menyatakan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi
2011) Organisasi Nirlaba sebagai acuan standar akuntansi unit PKBL. Penetapan
ini merupakan perbedaan mendasar dalam perkembangan acuan standar akuntansi
unit PKBL. Hal berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebelumnya unit PKBL
mengunakan basis akuntansi komprehensif selain prinsip yang berlaku umum di
Indonesia dengan penerapan pedoman akuntansi unit PKBL yang disusun
Kementrian BUMN.
Keberadaan kedua surat edaran ini menjadikan unit PKBL diharuskan
untuk menerapan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yaitu SAK
ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011). Penerapan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi
2011) sebagai acuan akuntansi ini dilakukan dengan tetap melihat bentuk
operasional dari unit PKBL dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.2.2 Perbandingan antar Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL
Perbandingan antar acuan aturan akuntansi unit PKBL merupakan penjelasan
secara rinci dari pedoman laporan pelaksanaan unit PKBL berdasarkan Keputusan
Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003, pedoman akuntansi unit PKBL
berdasarkan Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-04/MBU.S/2007, dan
penetapan acuan standar akuntansi unit PKBL berdasarkan Surat Menteri Negara
BUMN No. SE-02/MBU/Wk/2012 dan No. SE-01/D5/MBU/2012.
34
Universitas Indonesia
4.2.2.1 Pedoman Laporan Pelaksanaan Unit PKBL Berdasarkan Lampiran
Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003
Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003 ini terkait dengan keseluruhan
Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan. Keputusan menteri ini menjelaskan secara keseluruhan program
kemitraan dan bina lingkungan, termasuk penyusunan laporan pelaksanaan dan
pengesahan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan. Keputusan ini menyatakan bahwa BUMN Pembina berkewajiban
untuk menyusun laporan pelaksanaan triwulan dan tahunan untuk Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dan menyampaikan laporan
pelaksanaan kepada Menteri BUMN/ pemegang saham dengan tembusan kepada
Komisaris atau Dewan Pengawas. Pedoman penyusunan laporan pelaksanaan unit
PKBL diatur lebih lanjut dalam lampiran keputusan ini.
Terdapat dua jenis laporan pelaksanaan, yakni laporan pelaksanaan
triwulan dan laporan pelaksanaan tahunan. Pada pedoman laporan pelaksanaan
triwulan, terdapat dua pengungkapan yang diharuskan untuk program kemitraan.
Kedua pengungkapan tersebut adalah realisasi rencana kerja dan realisasi
anggaran. Realisasi recana kerja sekurang-kurangnya memuat informasi terkait
dengan jumlah mitra binaan dan perkembangan kinerja mitra binaan untuk
periode triwulan. Realisasi anggaran sekurang-kurangnya memuat sumber dana,
dana tersedia dan penggunaanya, penyaluran perwilayah dan per sektor, dan
mutasi pinjaman bermasalah.
Begitu pula untuk program bina lingkungan, terdapat dua pengungkapan,
yaitu realisasi rencana kerja dan realisasi anggaran. Realisasi rencana kerja
mengungkapkan realisasi sasaran yang meliputi bentuk dan jumlah penerima
bantuan perwilayah usaha BUMN Pembina selama triwulan. Realisasi anggaran
memuat sumber dana, dana tersedia dan penggunaan dana, serta penyaluran per
bentuk bantuan per wilayah usaha BUMN Pembina.
Sebagaimana pada laporan pelaksanaan triwulan, laporan pelaksanaan
tahunan memuat dua pengungkapan untuk masing-masing program kemitraan dan
program bina lingkungan. Kedua pengungkapan tersebut adalah realisasi rencana
35
Universitas Indonesia
kerja dan realisasi anggaran. Untuk program kemitraan, pengungkapan realisasi
rencana kerja meliputi informasi jumlah mitra binaan dan perkembangan kinerja
mitra binaan. Pengungkapan realisasi anggaran meliputi sumber dana, dana
tersedia dan penggunaan dana, penyaluran perwilayah dan sektor, mutasi
pinjaman bermasalah, pendapatan dan beban, serta neraca.
Untuk program bina lingkungan, pengungkapan realisasi rencana kerja
meliputi realisasi sasaran dalam bentuk dan jumlah penerima per wilayah usaha
BUMN Pembina. Pengungkapan realisasi anggaran meliputi sumber dana, dana
tersedia dan penggunaan dana, serta penyaluran per bentuk bantuan per wilayah
usaha BUMN Pembina. Selain itu, laporan pelaksanaan juga memuat hal-hal yang
perlu diperhatikan, hal-hal yang perlu mendapat persetujuan Menteri/RUPS, dan
masalah yang dihadapi serta penyelesaian.
Lampiran surat keputusan ini juga menyertakan format laporan aktivitas
program kemitraan, laporan akumulasi dana program kemitraan, dan neraca
program kemitraan. Selain itu juga terdapat format laporan penyaluran program
kemitraan per wilayah dan kualitas pinjaman program kemitraan menurut sektor
usaha.
Laporan aktivitas terdiri dari enam bagian utama, yaitu dana yang tersedia,
penggunaan dana, sisa dana yang tersedia, pendapatan tahun berjalan, beban
operasional tahun berjalan, surplus/defisit, dan saldo akhir tahun. Pengunaan
terdiri dari pinjaman, pinjaman khusus, dan hibah. Laporan akumulasi dana
kemitraan terdiri dari dua bagian utama, yaitu akumulasi sumber dana dan
akumulasi penyaluran dana. Neraca terdiri dari aktiva serta kewajiban dan ekuitas.
Aktiva dibedakan menjadi aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain.
4.2.2.2 Pedoman Akuntansi Unit PKBL yang Ditetapkan melalui Surat
Edaran Menteri BUMN Nomor SE-04/MBU.S/2007
Pedoman akuntansi unit PKBL yang ditetapkan melaui Surat Edaran Menteri
BUMN Nomor SE – 04/MBU.S/2007 merupakan basis akuntansi komprehensif
selain prinsip akuntansi yang diterapkan secara resmi untuk pedoman akuntansi
unit PKBL. Basis akuntansi ini memperhatikan prinsip dan praktik akuntansi yang
diterima secara umum di Indonesia. Artinya, pedoman ini merupakan basis
36
Universitas Indonesia
akuntansi komprehensif di luar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan
memperhatikan PSAK sebagai salah satu rujukan dalam penyusunan pedoman
akuntansi. Selain itu, pedoman ini juga merujuk pada peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan program kemitraan dan program bina lingkungan.
Tujuan penerapan pedoman akuntansi ini adalah untuk menyajikan
informasi keuangan PKBL yang akuntabel dan auditabel. Berikut ini dijelaskan
secara umum pedoman akuntansi unit PKBL yang ditetapkan melalui Surat
Edaran Menteri BUMN Nomor SE-04/MBU.S/2007.
1. Konsep dan prinsip laporan keuangan PKBL
Tujuan utama laporan keuangan yang disajikan dengan pedoman akuntansi ini
adalah untuk menyediakan informasi yang relevan dan dapat diandalkan untuk
memenuhi kepentingan masyarakat, pemerintah, dan pihak-pihak lain. Asumsi
dasar yang digunakan dalam kebijakan akuntansi unit PKBL adalah kemandirian
entitas, kelangsungan usaha, keterukuran satuan mata uang, dan periode
akuntansi.
Karakteristik kualitatif yang harus ada dalam laporan keuangan unit PKBL
meliputi relevan, dapat diandalkan, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.
Kendala pelaporan dalam penyajian informasi yang sesuai dengan tujuan adalah
pertimbangan manfaat dan biaya, materialitas, dan keseimbangan antara
karakteristik kualitatatif. Terdapat perbedaan antara pedoman akuntansi unit
PKBL ini dan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
PSAK (KDPPLK PSAK), yaitu pada poin materialitas. KDPPLK PSAK melihat
bahwa materialitas merupakan salah satu karakteristik kulitatif sedangkan
pedoman akuntansi unit PKBL melihat sebagai kendala pelaporan. Materialitas
pada pedoman akuntansi unit PKBL dilihat sebagai kendala sebab diperlukanya
pertimbamngan profesional atas materialitas. Oleh sebab itu, penetuan materialitas
pada titik tertentu akan memicu perbedaan persepsi sehingga menghambat
dihasilkanya laporan keuangan yang relevan dan handal.
Prinsip akuntansi yang mendasari penentuan teknik-teknik akuntansi yang
dipergunakan pada untuk transaksi dan peristiwa-peristiwa terjadi meliputi basis
akuntansi akrual, prinsip nilai historis, prinsip realisasi, prinsip substansi
37
Universitas Indonesia
mengungguli bentuk, prinsip periodisitas, prinsip konsistensi, prinsip
pengungkapan lengkap, prinsip penyajian wajar, dan prinsip kehati-hatian.
Pengakuan atas suatu transaksi, kejadian atau peristiwa dilakukan apabila
memenuhi krieria definisi, dapat diukur, relevansi, dan reliabilitas. Pengukuran
pada umumnya menggunakan nilai perolehan.
2. Kebijakan akuntansi
Kas dan setara kas merupakan perlakuan akuntansi untuk program kemitraan dan
bina lingkungan. Pengakuan dilakukan ketika diterima baik secara tunai maupun
tidak. Pengukuran dilakukan dengan nilai nominal dan disajikan dalam aset
lancar. Pengungkapan diharuskan menyatakan bahwa nilai kas tidak dijaminkan.
Kas yang dibatasi penggunaannya merupakan perlakuan akuntansi khusus
untuk program bina lingkungan. Kas ini merupakan kas yang disisihkan dari
program bina lingkungan untuk program bina lingkungan BUMN Peduli.
Pengakuan dilakukan untuk nilai nominal dan disajikan pada kelompok aktiva
lain-lain
Deposito berjangka disajikan sebagai aset lancar dan diakui sebesar nilai
nominalnya. Pengungkapan yang diperlukan adalah nilai nominal, jenis investasi,
dan informasi lain yang relevan.
Piutang meliputi meliputi piutang penyisihan laba BUMN Pembina,
piutang BUMN Pembina lain/ lembaga penyalur, piutang sewa beli syariah,
piutang pendapatan bagi hasil, piutang pinjaman khusus, piutang pinjaman mitra
binaan, dan piutang lain-lain. Selain piutang penyisishan laba BUMN Pembina
merupakan cangkupan perlakuan akuntansi khusus untuk program kemitraan
berikut penjelasan dari masing-masing piutag terkait.
Pengakuan piutang penyisihan BUMN Pembina dilakukan pada saat
penetapan persentase alokasi oleh RUPS BUMN Pembina. Pengukuran dan
pencatatan dilakukan sesuai dengan persentase yang telah ditentukan setelah
dikurangi pajak BUMN Pembina dan jumlah yang telah dibayarkan terlebih
dahulu. Pengungkapan untuk piutang ini meliputi nominal alokasi laba, laba
BUMN Pembina tahun buku, alokasi yang telah dilakukan, dan informasi lain
yang relevan.
38
Universitas Indonesia
Piutang BUMN Pembina lain/ lembaga penyalur merupakan pinjaman
yang disalurkan kepada unit PKBL lain/ lembaga penyalur tanpa adanya bunga
dan biaya administrasi. Pengakuan sebesar nilai nominal yang diserahkan dan
dikelaompokan pada aktiva lancar. Pengungkapan yang diperlukan adalah rincian
untuk masing-masing unit PKBL lain/ lembaga penyalur dan informasi lain.
Piutang pinjaman khusus adalah piutang jangka pendek kepada mitra
binaan yang digunakan untuk memenuhi pesanan dari rekan usaha mitra binaan.
Perjanjian untuk pinjaman khusus melibatkan BUMN Pembina, mitra binaan, dan
rekanan usaha mitra binaan. Pengakuan dilakukan saat transfer atau penyerahan
tunai. Piutang disajikan dalam sebagai aktiva lancar dengan pengungkapan
meliputi pokok pinjaman, sektor dan wilayah, serta kualitas pinjaman.
Piutang mitra binaan merupakan pinjaman yang disalurkan kepada mitra
binaan unit PKBL. Piutang diakui saat dilakukan penyaluran baik secara tunai
atau transfer serta diukur sebesar jumlah bersih/pokok yang diharapkan dapat
ditagih dari mitra binaan. Piutang disajikan sebagai aktiva lancar dengan
pengungkapan meliputi besa pinjaman pokok, per sektor per wilayah, dan kualitas
pinjaman.
Piutang sewa beli syariah adalah piutang dengan transaksi yang
menyatakan adanya opsi perpindahan hak sesuai dengan akad syariah.
Pengukuran nilai piutang sebesar nila pokok sewa beli syariah dengan adanya
pengurangan atas pembayaran pokok sewa secara berkala. Pengungkapan meliputi
rincian jenis piutang, sektor dan wilayah, kualitas, dan informasi relevan lainnya.
Piutang bagi hasil adalah tagihan yang berasal dari hak atas laba usaha
yang diperoleh mitra bagi hasil sebesar nisbah yang telah ditentukan. Pengukuran
atas piutang ini adalah sebesar nilai realisasi bersih yang diharapkan dapat
diterima.
Pengukuran alokasi penyisihan piutang pinjaman dilakukan berdasarkan
kualitas pinjaman. Berikut ini merupakan ketentuan alokasi penyisihan piutang
berdasarkan kualitas piutang pinjaman yang mengacu pada Peraturan Menteri
Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007:
1. Piutang lancar adalah piutang dengan pembayaran angsuran pokok dan jasa
administrasi yang dilakukan tepat waktu atau tidak terjadi keterlambatan
39
Universitas Indonesia
pembayaran selambat-lambatnya 30 hari dari tanggal jatuh tempo. Persentase
alokasi penyisihan adalah sebesar 0%
2. Piutang kurang lancar adalah piutang dengan pembayaran angsuran pokok dan
jasa administrasi yang dilakukan setelah 30 hari dari tanggal jatuh tempo dan
belum melampaui 180 hari dari tanggal jatuh tempo. Persentase alokasi
penyisihan adalah sebesar 25%
3. Piutang diragukan adalah piutang dengan pembayaran angsuran pokok dan
jasa administrasi yang dilakukan setelah 180 hari dari tanggal jatuh tempo dan
belum melampaui 270 hari dari tanggal jatuh tempo. Persentase alokasi
penyisihan adalah sebesar 75%
4. Piutang macet adalah piutang dengan pembayaran angsuran pokok dan jasa
administrasi dilakukan setelah 270 hari dari tanggal jatuh tempo. Persentase
alokasi penyisihan adalah sebesar 100%
Piutang bermasalah merupakan piutang macet yang sudah diupayakan
penagihanya akan tetapi tidak bisa ditagih. Penyisihan piutang ini adalah sebesar
100% dari saldo piutang bermasalah.
Dana penjaminan Kredit Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan (“KUM-
LTA”) adalah dana penjaminan yang diserahkan kepada bank yang telah
ditentukan oleh Kementerian BUMN. Dana penjamin KUM-LTA diklasifikasikan
sebagai aset lain-lain.
Kewajiban meliputi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang pemenuhanya
harus dilakukan kurang atau sama dengan 12 bulan. Kewajiban jangka pendek
diakui sebesar nilai transaksi dan disajikan pada urutan pertama pada laporan
posisi keuangan. Kewajiban jangka pendek meliputi, tapi tidak terbatas pada biaya
yang masih harus dibayar, hutang pajak, kelebihan pembayaran angsuran, dan
angsuran belum teridentifikasi. Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban
dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun.
Pada dasarnya kebijakan akuntansi untuk penerimaan dan pendapatan
adalah dengan basis akrual. Meskipun terdapat pengakuan penerimaan dan
pendapatan dengan mengunakan basis kas. Penerimaan pelimpahan dana dari
PKBL lain diakui pada saat terjadi penerimaan dana, pengantian beban
40
Universitas Indonesia
operasional diakui pada saat penerimaan dana, sumbangan diakui pada saat
penerimaan dana sumbangan.
4.2.2.3 Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL yang Ditetapkan melalui Surat
Menteri Negara BUMN No. SE-02/MBU/Wk/2012 dan No. SE-
01/D5.MBU/2012
Surat Menteri Negara BUMN No. SE-02/MBU/Wk/2012 dan SE-
01/D5.MBU/2012 menyatakan secara eksplisit penerapan SAK ETAP dan PSAK
45 (Revisi 2011) sebagai acuan aturan akuntansi unit PKBL. Acuan aturan
akuntansi ini meliputi penyelengaraan pencatatan atas transaksi unit PKBL,
penyusunan dan penyajian laporan keuangan dengan SAK ETAP dan PSAK 45
(Revisi 2011) sehingga laporan tersebut menyajikan informasi keuangan yang
akuntabel dan auditabel. Apabila dalam pelaksanaanya tidak terdapat pengaturan
suatu transaksi dan peristiwa di unit PKBL pada standar akuntansi acuan, maka
dapat mempertimbangkan kebijakan akuntansi yang mengacu pada persyaratan
dan panduan SAK non-ETAP yang berhubungan dengan transaksi terkait.
Berikut ini dijelaskan dengan rinci pedoman akuntansi unit PKBL yang
ditetapkan melalui Suran Menteri BUMN No. SE-02/MBU/Wk/2012 dan SE-
01/D5.MBU/2012
1. Konsep dan prinsip laporan keuangan PKBL
Tujuan laporan keuangan adalah penyediaan informasi yang relevan untuk
memenuhi kepentingan BUMN Pembina, kreditur, dan pihak lain yang
berkepentingan. Oleh sebab itu, diperlukan karakteristik kualitatif keuangan yang
harus ada dalam laporan keuangan, yaitu: dapat dipahami, relevan, materialitas,
keandalan, substansi mengungguli bentuk, pertimbangan sehat, kelengkapan,
dapat dibandingkan, tepat waktu, serta keseimbangan antara biaya dan manfaat.
Karakteristik-karakteristik kualitatif inilah yang memastikan bahwa laporan
keuangan yang disusun unit PBKL mampu mrncapai tujuan yang ditetapkan.
Prinsip akuntansi yang yang mendasari adalah basis akuntansi akrual,
dasar pengukuran nilai wajar dan historis, prinsip periodisitas, prinsip konsistensi,
prinsip pengungkapan lengkap, dan prinsip penyajian wajar.
41
Universitas Indonesia
Pengakuan aset, libilitas, pendapatan, dan beban harus dilakukan saat
terjadinya transaksi, bukan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas. Dasar
pengukuran yang digunakan dalam penyususnan laporan keuangan adalah
berdasarkan biaya historis dan nilai wajar. Biaya historis adalah biaya yang diukur
berdasarkan nilai pada saat perolehan. Prinsip periodisitas menghendaki
pembagian transaksi dan penyusunan laporan keuangan berdasarkan periode-
periode pelaporan.
Prinsip konsistensi berarti adanya kebijakan akuntansi yang konsisten dan
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan PKBL. Akan tetapi perlu
ditengahkan bahwa prinsip konsistensi ini tidak menghalangi unit PKBL untuk
menerapkan kebijakan akuntansi dan estimasi akuntansi yang berbeda selama
memenuhi dua syarat. Kedua syarat tersebut adalah kesesuaian dengan SAK dan
dihasilkanya informasi yang lebih relevan.
Prinsip pengungkapan lengkap mengharuskan laporan keuangan yang
disusun mengambarkan secara wajar dan tidak menyesatkan atas peristiwa
ekonomi yang telah mempengaruhi unit PKBL. Selain itu, prinsip ini juga
mengharuskan tidak adanya pengungkapan informasi dan fakta material yang
tidak benar serta menghilangkan informasi atau fakta material dari laporan
keuangan. Prinsip penyajian wajar mengharuskan penyajian wajar laporan
keuangan berdasarkan standar akuntansi dan pelaporan keuangan di Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Kebijakan akuntansi
Kebijakan akuntansi kas mencangkup definisi, pengakuan, pengukuran dan
pencatatan. Berikut merupakan detail dariperlakuan aset.
Kas meliputi kas, kas on bank, dan deposito. Tidak terdapat perbedaan
berarti terkait perlakuan akuntansi kas dibandingkan dengan pedoman akuntansi
sebelumnya dalam pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan.
Kebijakan akuntansi untuk kas yang dibatasi penggunaanya sama dengan
pedoman sebelumnya kecuali untuk penyajian. Pedoman akuntansi akuntansi baru
menyajikannya sebagai aset lancar sebab dapat dicairkan sewaktu-waktu.
Deposito berjangka merupakan penempatan sementara dana dari program
kemitraan dan bina lingkungan pada deposito berjangka lebih dari tiga bulan.
42
Universitas Indonesia
Kebijakan akuntansinya sama dengan kebijakan akuntansi di pedoman
sebelumnya.
Piutang disajikan secara bersih, yaitu setelah dikurangi penyisishan
penurunan piutang. Piutang meliputi piutang penyisihan laba kepada BUMN,
piutang unit PKBL BUMN Pembina lain/ lembaga penyalur, piutang pinjaman
khusus, piutang pinjaman mitra binaan, dan piutang lain-lain.
Piutang mitra binaan merupakan penyaluran kepada mitra binaan yang
meliputi pokok pinjaman dan bunga atas pinjaman. Pengakuan dilakukan sat
dilakukan penyaluran pinjaman. Pengukuran meliputi piutang jasa administrasi
selama kualitas pinjaman dikategorikan lancar atau kurang lancar. Jika meragukan
tidak dilakukan akrualisasi piutang jasa administrasi.
Piutang lain-lain merupakan piutang yang tidak termasuk ke dalam
kategori piutang diatas. Termasuk piutang yang mengunakan akad syariah sebagai
dasar transaksi.
Penyisihan penurunan nilai pitang untuk diakui pada saat akhir periode
akuntansi dan diukur sebesar nilai estimasi kerugian yang tidak dapat ditagih.
Berdasarkan pertimbangan karakteristik khusus PKBL maka metode yang
digunakan adalah metode perhitungan kolektif berdasarkan prosentase tertentu
tingkat ketidaktertagihan dari data historis. Data historsi tersebut minimal memuat
masa dua tahun. Pengungkapan yang dilakukan meliputi persentase dasar yang
digunakan dan mutasi penyisishan penurunan piutang. Aset lain-lain meliputi aset
tetap tidak berfungsi, dana penjaminan KUM-LTA, dan piutang bermasalah.
Perbedaan utama dengan pedoman sebelumnya terletak pada klasifikasi atas kas
yang dibatasi penggunaanya yang pada pedoman akuntansi sebelumnya
diklasifikasikan sebagai aset lain-lain.
Perbedaan terletak pada kebijakan akuntansi pendapatan yang
mengunakan basis akrual, tidak seperti kebijakan akuntansi pada pedoman
sebelumnya yang masih mengunakan setengah basis kas.
Berikut ini disajikan tabel ringkasan perbandingan tiga acuan aturan
akuntansi untuk unit PKBL:
43
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 Perbandingan singkat antara tiga acuan aturan akuntansi unit PKBL
Keputusan Menteri BUMN No. 236/MBU/2003
Belum terdapat acuan aturan akuntansi untuk unit PKBL. Keputusan ini
hanya memberikan petunjuk penyusunan, bentuk, dan format sederhana dari
laporan pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan. Unit PKBL
belum menerapkan kebijakan akuntansi.
Surat Edaran Menteri Negara BUMN No. SE-04/MBU.S/2007
Surat edaran ini memberikan acuan aturan akuntasi yang digunakan unit
PKBL. Aturan ini sudah mengunakan prinsip akuntansi umum yang berlaku
di Indonesia sebagai salah satu bahan penyusunnya. Akan tetapi, unit PKBL
secara pelaporan diwajibkan mengikuti acuan aturan akuntansi yang tertera
pada surat edaran ini, bukan standar akuntansi umum yang berlaku di
Indonesia.
Surat Menteri Negara BUMN No. SE.02/MBU/Wk/2012 dan No. SE-
01/D5.MBU/2012
Surat edaran ini memberikan keputusan bahawa unit PKBL mengunakan
standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia sebagai acuan, yaitu
PSAK 45 (Revisi 2011) dan SAK ETAP. Jadi dengan adanya surat edaran ini,
unit PKBL secara laangsung menerapkan standar akuntansi umum yang
berlaku di Indonesia, tidak lagi menerapkan prinsip akuntansi khusus selain
prinsip akuntansi yang ebrlaku di Indonesia seperti sebelumnya
Sumber: Berbagai peraturan terkait, diolah
Kebijakan
akuntansi unit
PKBL
Belum terdapat
acuan akuntansi
Kebijakan
akuntansi unit
PKBL
Acuan khusus
PKBL
PSAK dan
peraturan lain
akuntansi PKBL
Kebijakan
akuntansi unit
PKBL
Prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
(PSAK 45 dan SAK ETAP)
44
Universitas Indonesia
4.3 Penerapan Perubahan Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL pada
Laporan Keuangan 2011 Unit PKBL-PTHX
Laporan keuangan unit PKBL-PTHX dipengaruhi berbagai faktor-faktor. Salah
satunya adalah acuan aturan akuntansi yang diterapkan. Berikut ini akan
dijelaskan proses penerbitan laporan keuangan unit PKBL-PTHX dan
perbandingan laporan keuangan unit PKBL HX sebelum dan sesudah penerapan
perubahan acuan standar akuntansi unit PKBL.
4.3.1 Proses Penerbitan Laporan Keuangan 2011 Unit PKBL-PTHX
Proses penerbitan laporan keuangan yang diaudit merupakan proses
penyusunan Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX. Mengetahui proses
penerbitan Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX menjadi penting
didasarkan pada asumsi bahwa proses audit laporan keuangan berperan signifikan
terkait informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan 2011 unit PKBL. Oleh
sebab itu, memahami proses penerbitan laporan keuangan menjadi salah satu
bagian tidak terpisahkan dari pembahasan penerapan perubahan standar akuntansi
unit PKBL pada Laporan Keungan 2011 PKBL-PTHX.
Proses penerbitan laporan keuangan yang diaudit adalah sebagai berikut:
1. Penyelesaian audit fieldwork untuk memperoleh saldo hasil audit unit PKBL-
PTHX
Penyelesaian audit fieldwork dimaksudkan untuk memperoleh saldo akhir
hasil audit unit PKBL-PTHX. Tujuan utama proses ini adalah mengunci saldo
audit atas setiap akun laporan keuangan unit PKBL-PTHX berdasarkan
pengujian yang dilakukan dan bukti-bukti audit yang diperoleh. Saldo hasil
audit inilah yang kemudian menjadi acuan dalam pengajuan penyesuaian
kepada penagung jawab unit PKBL-PTHX.
2. Penerimaan draf laporan keuangan dari penangung jawab unit PKBL-PTHX
Setelah audit fieldwork telah dilakukan, penangung jawab unit PKBL-PTHX
akan diminta untuk mengirimkan draf laporan keuangan unit PKBL-PTHX
kepada auditor. Draf laporan keuangan tersebut merupakan draf Laporan
Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX yang sudah susun oleh penangung jawab
unit PKBL-PTHX.
45
Universitas Indonesia
3. Review atas Laporan Keuangan 2011unit PKBL-PTHX
Review atas Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX meliputi pemeriksaan
kesesuaian prinsip dan kebijakan akuntansi unit PKBL-PTHX dengan acuan
standar akuntansi unit PKBL, pengisian saldo final pada laporan keuangan,
penyajian laporan keuangan, dan pengungkapan laporan keuangan. Hasil dari
review ini kemudian dikomunikasikan dengan penanggung jawab unit PKBL-
PTHX.
Pengisian saldo final merupakan pengisian saldo final dari setiap akun di
laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan. Hal yang harus
diperhatikan adalah memastikan bahwa saldo pada laporan keuangan benar
dan akurat serta reference atas saldo tersebut sudah tepat. Untuk memastikan
keakuratan, saldo pada laporan keaungan dikontrol dengan saldo audit pada
kertas kerja audit.
Update atas laporan keuangan dilakukan untuk memastikan bahwa semua
pengungkapan yang ada pada laporan keuangan sudah di update. Hal yang
harus diperhatikan adalah update atas peraturan perundang-undangan,
transaksi-transaksi khusus, serta peristiwa dan kejadian yang berpengaruh
pada disclosure laporan keuangan.
Pelaksanaan review dilakukan secara bertingkat dengan sistem silang.
Pada praktiknya proses review dimulai dengan call over laporan oleh auditor
junior, senior auditor, dan manajer in charge. Review terakhir akan dilakukan
oleh partner untuk memastikan kualitas laporan keuangan. Hal yang menjadi
perhatian adalah tingkat ketelitian dan kecepatan. Selain mempersiapkan
laporan keuangan, pada saat yang sama dilakukan update atas dokumentasi
audit, termasuk mempersiapkan dokumen ekternal untuk melengkapi
dokumentasi audit.
Komunikasi akhir merupakan komunikasi dengan penanggung jawab
laporan keuangan unit PKBL-PTHX untuk menjelaskan permasalahan yang
muncul, tambahan bukti yang diperlukan, dan penjelasan-penjelasan lain yang
dibutuhkan. Komunikasi ini untuk memastikan bahwa tidak terdapat
permasalahan signifikan terkait dengan audit.
46
Universitas Indonesia
4. Sign off atas dokumentasi proses audit
Setelah dokumentasi atas proses audit sudah selesai, akan dilakukan sign off
atas proses dokumentasi. Sign off ini berarti rangkaian proses dokumentasi
atas proses audit sudah selesai. Sign off harus sudah dilakukan sebelum auditor
mengeluarkan opini audit untuk unit PKBL-PTHX.
5. Penerbitan Laporan Audit unit PKBL-PTHX
Penerbitan laporan audit merupakan tahapan terakhir dalam penerbitan
Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX yang telah diaudit. Sebab dengan
penerbitan laporan audit yang berisi opini auditor atas Laporan Keuangan
2011 unit PKBL-PTHX, penangung jawab unit PKBL-PTHX dapat
menerbitkan Laporan Keuangan yang telah diaudit. Pada praktiknya, auditor
akan menyerahkan laporan audit dilampiri dengan laporan keuangan yang
diterbitkan oleh penangung jawab unit PKBL-PTHX.
Penyerahan laporan audit dilakukan setelah pencetakan laporan audit dan
laporan keuangan selesai. Hal yang perlu diperhatikan dalam pencetakan
laporan adalah memastikan bahwa laporan keuangan yang dicetak adalah
benar sesuai dengan draf yang dipersiapkan. Termasuk kelengkapan lembaran
laporan keuangan, kejelasan tinta, dan kesesuaian format laporan keuangan
dengan standar perusahaan. Untuk itu, setiap laporan keuangan yang akan
diteliti terlebih dahulu untuk kemudian diserahkan kepada penangung jawab
unit PKBL-PTHX
4.3.2 Perbandingan Laporan Keuangan 2011 dan 2010 Unit PKBL-PTHX
Sesudah Penerapan Perubahan Acuan Aturan Akuntansi Unit PKBL
Perbandingan laporan keuangan unit PKBL dilakukan dengan melihat Laporan
Keuangan unit 2011 dan 2010 unit PKBL-PTHX sesudah penerapan acuan aturan
akuntansi unit PKBL. Audit atas laporan keuangan unit PKBL-PTHX baru
dilakukan dua kali, yakni pada tahun 2010 dan 2011 dengan tim auditor yang
sama. Oleh sebab itu, diasumsikan tidak terdapat bias judgment dalam diri auditor
sehingga perbedaan yang muncul dalam penyusunan laporan keuangan yang telah
diaudit merupakan akibat penerapan acuan aturan akuntansi yang berbeda dengan
sebelumnya. Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci terkait dengan perbandingan
47
Universitas Indonesia
Laporan Keuangan 2011 dengan laporan Laporan Keuangan 2010 unit PKBL-
PTHX
4.3.2.1 Opini Audit untuk Laporan Keuangan Unit PKBL-PTHX
Terdapat dua opini audit yang dikeluarkan untuk Laporan Keuangan 2010 unit
PKBL-PTHX. Penerbitan kedua laporan tersebut sesuai dengan surat edaran dari
Ikatan Akuntan Publik Indonesia yang menyatakan bahwa auditor diharuskan
mengeluarkan dua opini untuk Laporan Keuangan 2010 unit PKBL. Kedua opini
tersebut adalah opini umum yang ditujukan kepada pihak berkepentingan dengan
mengacu pada standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dan opini khusus yang
ditujukan kepada Menteri Negara BUMN yang mengacu pada pedoman akuntansi
yang disusun oleh kementrian BUMN.
Opini pertama terdapat pada laporan auditor yang ditujukan untuk
pengelola unit PKBL-PTHX. Opini yang dikeluarkan merupakan atas Laporan
Keuangan unit PKBL yang disusun berdasarkan basis akuntansi komprehensif
selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan ini secara
khusus dumaksudkan untuk pengelola unit PKBL dan tidak diperkenankan untuk
digunakan untuk pihak lain.
Opini kedua pada laporan auditor yang ditujukan untuk pemegang saham,
dewan komisaris, direksi, dan pengelola unit PKBL-PTHX. Opini dikeluarkan
atas laporan keuangan unit PKBL-PTHX dengan dasar standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Oleh sebab itu laporan auditor secara eksplisit
menyebutkan adanya adanya pengecualian dalam lingkupan opini auditor.
Pengecualian tersebut disebabkan adanya penyesuaian yang diakibatkan
penerapan PSAK baru yang berbeda dengan pedoman akuntansi unit PKBL.
Berikut dilustrasikan opini khusus yang dikeluarkan oleh auditor untuk Laporan
Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX:
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN KEPADA PENGELOLA UNIT
PKBL (PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN) PTHX
Kami telah mengaudit laporan posisi keuangan Unit PKBL (Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan) PTHX tanggal 31 Desember 2010, serta
laporan aktivitas dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
48
Universitas Indonesia
tersebut…
Seperti yang dijelaskan pada Catatan 2 atas laporan keuangan, laporan
keuangan unit PKBL-PTHX disusun berdasarkan pedoman akuntansi Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara (“BUMN”) yang
ditetapkan oleh Menteri Negara BUMN melalui Surat Edaran No. SE-04/MBU-
S/2007, yang merupakan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia….
Laporan ini hanya dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada, dan
digunakan oleh, Pengelola unit PKBL-PTHX dan Menteri Negara BUMN, dan
tidak boleh digunakan oleh pihak lain atau tujuan lain.
Jakarta
25, Maret 2011
ZZZZ
Surat Izin Praktik Akuntan Publik
Gambar 4.2 Ilustrasi opini khusus atas Laporan Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX Sumber: Laporan Keuangan unit PKBL-PTHX, diolah
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN KEPADA PEMEGANG SAHAM,
DEWAN KOMISARIS, DIREKSI, DAN PENGELOLA UNIT PKBL
(PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN) PTHX
Kami telah mengaudit laporan posisi keuangan Unit PKBL (Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan) PTHX tanggal 31 Desember 2010, …
…
Pada tanggal 31 Desember 201, piutang unit PKBL-PTHX tidak dicatat
berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 55 (Revisi 2006),
“Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” dan tidak diungakapkan
berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 50 (Revisi 2006),
“Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. … . Catatan akuntansi untuk
menentukan nilai piutang tersebut berdasarkan PSAK 50 dan PSAK 55 tidak
tersedia. Oleh karena itu, kami tidak dapat menerapkan prosedur audit secara
memadai untuk memperoleh keyakinan atas nilai piutang tersebut sebesar Rp
XXXX dalam laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010 dan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut.
…
Menurut pendapat kami, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut diatas
terhadap laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010, laporan keuangan yang
kami sebut diatas menyajikan secara ZZZZ, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia..
49
Universitas Indonesia
…
Jakarta
25 Maret 2011
ZZZZ
Surat Izin Praktik Akuntan Publik
Gambar 4.3 Ilustrasi opini audit umum atas Laporan Keuangan 2010 unit PKBL-
PTHX Sumber: Laporan Keuangan unit PKBL-PTHX, diolah
Hal ini berbeda dengan Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX.
Hanya terdapat satu opini auditor yang ditujukan kepada pemegang saham, dewan
komisaris, direksi, dan pengelola unit PKBL-PTHX. Laporan auditor unit PKBL-
PTHX mengungkapkan bahwa pelaksanaan audit atas laporan keuangan meliputi
pemerikasaan atas pegujian dan bukti-bukti mendukung dari jumlah dan
pengungkapan laporan keuangan unit PKBL-PTHX. Selain itu, pelaksanaan audit
juga meliputi atas penilaian atas prinsip akuntansi, estimasi signifikan, dan
penyajian laporan keuangan unit PKBL-PTHX secara keseluruhan. Audit atas
laporan keuangan unit PKBL-PTHX dilakukan dengan memastikan penyusunan
laporan keuangan unit PKBL-PTHX mengacu pada SAK ETAP. Oleh sebab itu,
dapat dipastikan bahwa pengungkapan laporan keuangan, penerapan prinsip
akuntansi, penggunaan estimasi signifikan, dan penyajian laporan keuangan unit
PKBL-PTHX dilakukan dengan mengacu pada SAK ETAP. Hal ini sesuai dengan
apa yang dinyatakan dalam laporan keuangan unit PKBL-PTHX.
Berikut disajikan ilustrasi dari opini auditor untuk Laporan Keuangan
2011 unit PKBL-PTHX:
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN KEPADA PEMEGANG SAHAM,
DEWAN KOMISARIS, DIREKSI, DAN PENGELOLA UNIT PKBL
(PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN) PTHX
Kami telah mengaudit laporan posisi keuangan Unit PKBL (Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan) PTHX tanggal 31 Desember 2011, …
…
Seperti yang diungkapkan dalam Catatan 2 atas laporan keuangan, sebelum
50
Universitas Indonesia
tanggal 1 Januari 2011 laporan keuangan unit PKBL disusun berdasarkan Surat
Edaran Meneteri BUMN No.Se-04/MBU-S/2007. Pada tanggal 1 Januari 2011,
unit PKB-PTHX menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Entitas
Publik dan diterapkan secara prospektif. Meskipun penyesuaian yang tepat
telah dilakukan untuk terhadap saldo aset bersih pada tanggal 1 Januari
2011,dengan mempertimbangkan alasan ketidakpraktisan, Pengelola unit
PKBL-PTHX tidak melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk menyajikan
kembali laporan keuangan periode lalu agar sesuai dengan Standar Akuntansi
Tanpa Akuntabilitas Publik. Oleh karena itu, laporan keuangan unit PKBL-
PTHX pada tanggal 31 Desember 2011 dan untuk tahun yang berakhir pada
tahun tersebut tidak menyajikan laporan keuangan periode komparatif.
….
Jakarta
25, Maret 2012
ZZZZ
Surat Izin Praktik Akuntan Publik
Gambar 4.4: Ilustrasi opini audit atas Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX Sumber: Laporan Keuangan unit PKBL-PTHX, diolah
4.3.2.2 Penyesuaian dan Reklasifikasi atas Pos-Pos pada Laporan Keuangan
2011 Unit PKBL-PTHX
Unit PKBL-PTHX yang menerapkan SAK ETAP secara prospektif dan telah
menyusun laporan keuangan sebelumnya diharuskan:
1. mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuanya dipersyaratkan
dalam SAK ETAP
2. tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak
mengijinkan pengakuan tersebut
3. mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban
atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya,
tetapi merupakan jenis aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang
berbeda berdasarkan SAK ETAP
4. menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban
yang diakui
Oleh sebab itu, penerapan SAK ETAP pada Laporan Keuangan unit PKBL-PTHX
secara prospektif tidak mengharuskan dilakukanya penyajian kembali seluruh
saldo berdasarkan SAK ETAP. Meskipun demikian, Laporan Keuangan 2011 unit
51
Universitas Indonesia
PKBL-PTHX telah menyajikan penyesuaian yang tepat atas saldo awal aset bersih
dan memenuhi ketentuan terkait dengan penerapan SAK ETAP secara
prospoektif. Penyesuaian atas saldo awal aset bersih dilakukan untuk memperoleh
nilai piutang bersih yang andal. Berikut merupakan jurnal penyesuaian terkait
Alokasi penyisishan piutang- Kemitraan 4,230,000,000
Aset bersih tidak terikat 4,230,000,000
Selain itu, terdapat beberapa reklasifikasi pos Laporan Keuangan 2011 unit
PKBL, yaitu sebagai berikut:
1. Kas yang dibatasi penggunaannya: kas yang dibatasi penggunaannya
merupakan kas dan setara kas yang ditempatkan sebagai jaminan atau
penyisihan alokasi dana BUMN Peduli, program bina lingkungan yang
dilakukan secara bersama-sama oleh BUMN Pembina dan pelaksanaanya
ditetapkan dan dikoordinasi oleh Menteri Negara BUMN, sebesar 30% dari
dana untuk program bina lingkungan. Laporan Keuangan 2010 unit PKBL
menyatakan bahwa kas yang dibatasi pengunaanya termasuk aset lain-lain.
Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX mengelompokan kas yang dibatasi
penggunaanya sebagai aset lancar.
2. Dana penjamin KUM LTA: dana penjamin KUM-LTA merupakan dana
deposit yang dijaminkan untuk program kemitraan di bank pemerintah yang
telah ditentukan. Dana penjamin KUM-LTA diakui sebesar nilai nominal dana
yang ditempatkan. Pada Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX dana
penjamin KUM-LTA dikelompokan sebagai aset lancar, berbeda dengan
Laporan Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX yang mengelompokan sebagai
aset lain-lain.
3. Angsuran belum teridentifikasi: angsuran belum teridentifikasi merupakan
angsuran yang telah dibayarkan oleh mitra binaan, tetapi belum diidentifikasi
identitas penyetor sampai dengan tanggal pelaporan. Laporan Keuangan 2011
unit PKBL-PTHX menyajikan angsuran belum teridentifikasi sebagai
kewajiban lancar. Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX sebagai
pengurang nilai piutang kemitraan. Berikut ini disajikan ilustrasi reklasifikasi
pos-pos terkait:
52
Universitas Indonesia
Laporan Posisi Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX
Aset Lancar
Piutang kemitraan, setelah dikurangi angsuran
belum teridentifikasi XXX
Kas yang dibatasi pengunaanya XXX
Aset lain-lain- dana KUM LTA XXX
…
Aset Tidak Lancar
…
Kewajiban Lancar
…
Aset Bersih
…
Gambar 4.5 Ilustrasi klasifikasi pos-pos pada Laporan Keuangan 2011 unit
PKBL-PTHX Sumber: Laporan Keuangaan unit PKBL-PTHX, diolah
Laporan Posisi Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX
Aset Lancar
…
Aset Lain-Lain
…
Kas yang dibatasi pengunaanya XXX
Aset lain-lain- dana KUM LTA XXX
…
Kewajiban Lancar
…
Angsuran belum teridentifikasi
…………….. XXX
Aset Bersih
…
Gambar 4.6 Ilustrasi klasifikasi pos-pos pada Laporan Keuangan 2010 unit
PKBL-PTHX Sumber: Laporan Keuangaan unit PKBL-PTHX, diolah
4.3.2.3 Kebijakan Akuntansi atas Piutang Pinjaman Kemitraan
Laporan Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX mencatat piutang sebesar jumlah
bersih/pokok yang diharapkan dapat ditagih dari mitra binaan. Penghitungan
alokasi yang penyisihan piutang dihitung berdasarkan persentase yang tidak
tertagih adalah sebagai berikut:
1. Piutang lancar adalah piutang dengan pembayaran angsuran pokok dan jasa
administrasi yang dilakukan tepat waktu atau tidak terjadi keterlambatan
pembayaran selambat-lambatnya 30 hari dari tanggal jatuh tempo. Persentase
alokasi penyisihan adalah sebesar 0%
2. Piutang kurang lancar adalah piutang dengan pembayaran angsuran pokok dan
jasa administrasi yang dilakukan setelah 30 hari dari tanggal jatuh tempo dan
53
Universitas Indonesia
belum melampaui 180 hari dari tanggal jatuh tempo. Persentase alokasi
penyisihan adalah sebesar 25%
3. Piutang diragukan adalah piutang dengan pembayaran angsuran pokok dan
jasa administrasi yang dilakukan setelah 180 hari dari tanggal jatuh tempo dan
belum melampaui 270 hari dari tanggal jatuh tempo. Persentase alokasi
penyisihan adalah sebesar 75%
4. Piutang macet adalah piutang dengan pembayaran angsuran pokok dan jasa
administrasi dilakukan setelah 270 hari dari tanggal jatuh tempo. Persentase
alokasi penyisihan adalah sebesar 100%
Piutang bermasalah disajikan sebagai aset lain-lain dengan besaran penyisihan
sebesar 100%. Piutang bermasalah adalah piutang kepada mitra binaan dengan
kondisi macet dan sudah diupayakan untuk pemulihan melalui penjadwalan ulang
dan rekondisi, akan tetapi tidak dapat dipulihkan.
Tabel 4.2 Daftar piutang berdasarkan kualitas pada Laporan Keuangan 2010 unit
PKBL-PTHX
2010 2009
Lancar 15,000,000,000 12,500,000,000
Kurang lancer 7,000,000,000 5,000,000,000
Diragukan 2,000,000,000 1,500,000,000
Macet 25,000,000,000 10,000,000,000
Total Piutang 49,000,000,000 29,000,000,000 Sumber: Dokumentasi audit, diolah
Tabel 4.3 Ilustrasi perhitungan alokasi penyisihanpiutang pada Laporan Keuangan
2010 unit PKBL-PTHX
Kualitas
Pinjaman Umur
Piutang
(hari)
Saldo
Piutang
(jutaan)
Persentase
Penyisihan
Alokasi Penyisihan
(jutaan) Beban
Penyisihan 2010 2009
Lancar 0-30 15,000 0% 0 0 0
Kurang Lancar 30-180 7,000 25% 1,750 1,250 500
Diragukan 180-270 2,000 75% 5,250 1,125 4,125
Macet >270 25,000 100% 25,000 10,000 15,000
Jumlah 49,000 32,000 12,375 19,625
Bermasalah 3,000 100% 3,000 3,200 (200)
Jumlah 52,000 35,000 15,375 19,425
Sumber: Dokumentasi audit, diolah
54
Universitas Indonesia
Berikut ini akan diilustrasika beberapa jurnal terkait dengan piutang:
(1) Ketika diakui piutang dari alokasi laba BUMN maka dicatat dalam juranl
seperti:
Piutang penyisihan laba kepada BUMN 33,000,000,000
Alokasi bagian dari BUMN 33,000,000,000
(2) Ketika terjadi penyaluran pinjaman kepada salah seorang mitra binaan, maka
akan dicatat:
Piutang pinjaman kemitraan 60,000,000
Bank/Kas - program kemitraan 60,000,000
(3) Untuk pencatatan beban penyisihan piutang adalah sebagai berikut:
Beban penyisihan piutang- kemitraan 19,425,000,000
Alokasi penyisihan piutang 19,425,000,000
(4) Ketika dilakukan penghapusan piutang pinjaman kemitraan dari salah seorang
mitra binaan, maka akan dicatat dalam jurnal:
Alokasi penyisihan piutang- kemitraan 130,000,000
Piutang pinjaman kemitraan 130,000,000
Selain itu, terdapat akun lain yang terkait dengan piutang yaitu akun
angsuran belum teridentifikasi. Angsuran belum teridentifikasi adalah angsuran
pembayaran pinjaman dari mitra binaan yang belum diketahui identitas
pengangsur sampai tanggal pelaporan keuangan.
Tabel 4.4 Mutasi angsuran belum teridentifikasi tahun 2010
2010 2009
Saldo awal 300,000 100,000
Jumlah angsuran masuk 8,000,000 6,000,000
Angsuran teridentifikasi (7,500,000) (5,500,000)
Jumlah belum teridentifikasi 800,000 600,000 Sumber: Dokumentasi audit, diolah
55
Universitas Indonesia
Angsuran belum teridentifikasi disajikan di kewajiban jangka pendek pada
laporan posisi keuangan. Berikut ilustrasinya:
Aset Kewajiban Lancar
Angsuran belum belum teridentifikasi XXXX
Aset bersih
Aset bersih terikat XXXX
Jumlah Aset bersih dan Kewajiban XXXX
Gambar 4.7 Ilustrasi penyajian angsuran belum teridentifikasi Sumber: Dokumentasi audit 2010, diolah
Sehingga pada saat penerimaan angsuran belum teridentifikasi akan dicatat dalam
jurnal sebagai berikut:
(1) Penerimaan atas angsuran yang belum teridentifikasi
Kas/Bank – program kemitraan 500,000,000
Angsuran belum teridentifikasi - kewajiban 500,000,000
Laporan keuangan 2011 unit PKBL-PTHX mengakui piutang sebesar nilai
wajar dan untuk kemudian diukur pada biaya perolehan dengan dukurangi
penyisihan piutang. Besaran nilai piutang dihitung sebesar pokok piutang dan jasa
administrasi yang jatuh tempo untuk piutang dengan kualitas lancar dan kurang
lancar. Penentuan kualitas pinjaman berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No.
PER-05/MBU/2007.
Penyisihan piutang tidak tertagih berdasarkan estimasi kerugian yang tidak
dapat ditagih. Estimasi kerugian dihitung secara kolektif berdasarkan presentase
tertentu tingkat ketertagihan. Untuk keperluan penentuan presentase tersebut
digunakan data historis minimal dua tahun. Terkait piutang bermasalah Laporan
Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX mengelompokan sebagai aset tidak lancar
dengan alokasi penyisihan tidak tertagih 100%.
Laporan Keuangan 2011 unit PKBL mengelompokan angsuran belum
teridentifikasi sebagai pengurang untuk nilai piutang. Angsuran belum
teridentifikasi adalah penerimaan angsuran yang belum dapat diklasifikasikan dan
diidentifikasikan nama mitra binaanya sampai tanggal laporan keuangan. Berikut
ilustrasi untuk atas kebijakan akuntansi untuk piutang pada Laporan Keuangan
2011 unit PKBL-PTHX.
56
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 Klasifikasi piutang pinjaman kemitraan berdasarkan kualitas
Piutang pinjaman berdasarkan kualitas 2011 (dalam jutaan)
Lancar
Kurang lancar
Diragukan
Macet
16,000
6,500
3,000
30,000
Jumlah 55,500 Sumber: Dokumentasi audit, diolah
Berikut ini disajikan ilustrasi perhitungan untuk menetukan persentase penyisihan
piutang pinjaman kemitraan dengan mengunakan dua tahun data historis:
1. Menyajikan data saldo piutang selama 24 bulan.
Tabel 4.6 Daftar piutang pinjaman berdasarkan kualitas bulan dari Januari 2010
sampai dengan Juni 2010
Umur
Tunggakan
Kualitas
Piutang Jan'10 Feb'10 Mar'10 Apr'10 Mei'10 Jun'10
0-30 Lancar 12,500 15,000 12,000 12,500 16,000 14,000
31-180
Kurang
Lancar 5,000 6,000 4,500 3,000 3,200 6,000
181-270 Diragukan 1,500 1,200 1,400 1,100 1,200 1,050
>270 Macet 10,000 9,000 9,800 14,000 15,000 16,500
Sumber: Dokumentasi audit, diolah
Tabel 4.7 Daftar piutang pinjaman berdasarkan kualitas bulan dari Juli 2010
sampai dengan Desember 2010
Umur
Tunggakan
Kualitas
Piutang Jul'10 Agu'10 Sep'10 Okt'10 Nov'10 Des'10
0-30 Lancar 11,000 18,000 19,800 15,000 12,000 15,000
31-180
Kurang
Lancar 7,000 5,000 5,500 4,600 5,000 7,000
181-270 Diragukan 1,090 1,120 1,340 1,300 1,370 1,300
>270 Macet 15,400 17,000 16,800 16,900 20,400 25,000
Sumber: Dokumentasi audit, diolah
57
Universitas Indonesia
Tabel 4.8 Daftar piutang pinjaman berdasarkan kualitas bulan dari Januari 2011
sampai dengan Juni 2011
Umur
Tunggakan
Kualitas
Piutang Jan'11 Feb'11 Mar'11 Apr'11 Mei'11 Jun'11
0-30 Lancar 17,000 12,000 11,500 16,000 12,500 13,500
31-180
Kurang
Lancar 5,600 7,000 6,400 5,900 5,900 4,800
181-270 Diragukan 1,260 1,250 1,200 1,120 1,230 1,410
>270 Macet 23,000 21,000 22,400 19,500 18,000 17,000
Sumber: Dokumentasi audit, diolah
Tabel 4.9 Daftar piutang pinjaman berdasarkan kualitas bulan dari Juli 2011
sampai dengan Desember 2011
Umur
Tunggakan
Kualitas
Piutang Jul'11 Agu'11 Sep'11 Okt'11 Nov'11 Des'11
0-30 Lancar 11,300 14,000 17,000 13,400 11.200 16,000
31-180
Kurang
Lancar 5,400 5,300 6,100 5,600 4,000 7,000
181-270 Diragukan 1,300 1,530 1,760 1,920 2,600 3,000
>270 Macet 23,000 24,700 25,300 26,100 26,800 30,000
Sumber: Dokumentasi audit, diolah
2. Menghitung rata-rata persentase pergerakan piutang untuk masing-masing
kategori kualitas pinjaman. Persentase pergerakan piutang perbulan dihitung
dengan membagi nilai saldo piutang bulan depan dengan saldo piutang saat ini
yang kualitasnya satu tingkat dibawahnya.
Tabel 4.10 Ilustrasi perhitungan persentase pergerakan piutang dari Februari 2010
sampai dengan Juli 2010
Kualitas AR Feb'10 Mar'10 Apr'10 Mei'10 Jun'10 Jul'10
Lancar → Kurang Lancar
48.00% 30.00% 25.00% 25.60% 37.50% 50.00%
Kurang Lancar
→ Diragukan 21.00% 18.17% 24.89% 44.67% 40.63% 22.83%
Diragukan → Macet
100.00% 83.33% 100.00% 0.00% 100.00% 0.00%
Sumber: Dokumentasi audit, diolah
58
Universitas Indonesia
Tabel 4.11 Ilustrasi perhitungan persentase pergerakan piutang dari Agustus 2010
sampai dengan Januari 2011
Kualitas AR Agu’10 Sept’10 Okt’10 Nov’10 Des’10 Jan’11
Lancar → Kurang Lancar
45.45% 30.56% 23.23% 33.33% 58.33% 37.33%
Kurang Lancar
→ Diragukan 18.57% 25.20% 22.73% 26.09% 22.40% 17.57%
Diragukan → Macet
9.17% 100.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00%
Sumber: Dokumentasi audit, diolah
Tabel 4.12 Ilustrasi perhitungan persentase pergerakan piutang dari Februari 2011
sampai dengan Juli 2011
Kualitas AR Feb'11 Mar'11 Apr'11 Mei'11 Jun'11 Jul’11
Lancar → Kurang Lancar
41.18% 53.33% 51.30% 36.88% 38.40% 40.00%
Kurang Lancar
→ Diragukan 25.18% 18.57% 23.91% 29.83% 32.54% 54.17%
Diragukan → Macet
0.00% 0.00% 0.00% 100.00% 100.00% 42.55%
Sumber: Dokumentasi audit, diolah
Tabel 4.13 Ilustrasi perhitungan persentase pergerakan piutang dari Agustus 2011
sampai dengan Desember 2011
Kualitas AR Agu’11 Sept’11 Okt’11 Nov’11 Des’11 Rata-rata
Lancar → Kurang Lancar
46.90% 43.57% 32.94% 29.85% 62.50% 40.05%
Kurang Lancar
→ Diragukan 55.56% 33.21% 31.48% 46.43% 75.00% 28.66%
Diragukan → Macet
61.54% 45.75% 68.18% - - 52.88%
Sumber: Dokumentasi audit, diolah
59
Universitas Indonesia
3. Melakukan perhitungan persentase penyisihan piutang
Tabel 4.14 Ilustrasi perhitungan persentase tarif penyisihan piutang per kualitas
pinjaman
Kualitas Piutang Rata-rata Probability
Default
Loss Given
Default
Tarif Penyisihan
(%)
Lancar 40.05% 6.07% 100.00% 6.00
Kurang lancar 28.66% 15.15% 100.00% 15.15
Diragukan 52.88% 52.88% 100.00% 52.88
Macet 100.00% 100.00% 100.00% 100.00
Sumber: Dokumentasi audit, diolah
Probability default merupakan kemungkinan terjadinya kemacetan piutang
pinjaman. Probability default dihitung dengan mengalikan rata-rata persentase
pergerakan piutang yang relevan untuk masing-masing kelompok piutang.
Perhitungan untuk probibality default piutang kurang lancar adalah sebagai
berikut:
PD piutang lancar = 40.05% X 28.66% X 52.88% X 100.00%
= 6.07%
PD piutang kurang = 28.66% X 52.88% X 100.00%
lancar = 15.15%
PD piutang diragukan = 52.88% X 100.00%
= 52.88%
PD piutang macet = 100.00%
Loss given default merupakan besarnya kerugian yang diperkirakan apabila terjadi
default pada masing-masing golongan piutang. Besarnya kerugian dipengaruhi
oleh besarnya jaminan yang diberikan. Semakin besar nilai jaminan piutang
semakin kecil nilai kerugian yang mungkin. Pada contoh ilustrasi di atas
diasumsikan tidak terdapat jaminan sehingaa nilai kerugian yang diperkirakan
adalah sebesar 100% dari jumlah piutang. Tarif penyisihan piutang untuk masing-
masing kelompok piutang dihitung dengan rumus berikut ini:
Tarif penyisihan piutang = PD X LGD ,
60
Universitas Indonesia
dengan PD adalah probability default dan LGD adalah loss given default.
Sehingga tarif penyisihan piutang untuk masing-masing kategori adalah sebagi
berikut:
Piutang lancar = 6.07% X 100.00%
= 6.07%
Piutang kurang lancar = 15.15% X 100.00%
= 15.15%
Piutang diragukan = 52.88% X 100.00%
= 52.88%
Piutang macet = 100.00% X 100.00%
= 100.00%
Perhitungan persentase penyisihan piutang untuk masing-masing kelompok
kualitas piutang digunakan untuk menghitung nilai alokasi penyisihan piutang
pada Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX. Perhitungan alokasi penyisihan
penurunan nilai piutang dan beban penyisihan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.15 Ilustrasi perhitungan nilai alokasi penyisihan piutang dan beban
penyisihan pada Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX
Kualitas
Pinjaman Umur
Piutang
(hari)
Saldo
Piutang
(jutaan)
Persentase
Penyisihan
Alokasi Penyisihan
(jutaan) Beban
Penyisihan 2011 2010
Lancar 0-30 16,000 6.07% 971.20 0 971.20
Kurang Lancar 30-180 6,500 15.15% 984.75 1,750 (965.25)
Diragukan 180-270 3,000 52.88% 1,586.40 6,250 (4,663.6)
Macet >270 30,000 100.00% 30,000.00 22,500 7,500
Jumlah 55,500 33,542.35 30,500 3,042.35
Sumber: Dokumentasi audit, diolah
61
Universitas Indonesia
Tabel 4.16 Ilustrasi perhitungan nilai bersih piutang pada Laporan Keuangan 2011
unit PKBL-PTHX
Perhitungan nilai piutang bersih 2011 (dalam jutaan)
Piutang lancar 16,000.00
Piutang kurang lancar 6,500.00
Piutang diragukan 3,000.00
Piutang macet 30,000.00
Jumlah piutang 55,500.00
Penyisihan penurunan piutang 33,542.35
21,957.65
Angsuran belum teridentifikasi 850.00
Piutang kemitraan bersih 21,107.65 Sumber: Dokumentasi audit, diolah
Angsuran belum teridentifikasi pada Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX
dijadikan sebagai nilai pengurang dari piutang. Hal ini berbeda dengan Laporan
Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX yang menyajikan angsuran belum
teridentifikasi sebagai kewajiban jangka pendek.
Pencatatan jurnal yang relevan atas piutang adalah sebagai berikut:
(1) Ketika terjadi penyaluran pinjaman kepada salah seorang mitra binaan, maka
akan dicatat:
Piutang pinjaman kemitraan 80,000,000
Bank/Kas - program kemitraan 80,000,000
(2) Untuk pencatatan beban penyisihan piutang adalah sebagai berikut:
Beban penyisihan piutang- kemitraan 3,042,350,000
Alokasi penyisihan piutang 3,042,350,000
(3) Ketika dilakukan penghapusan piutang pinjaman kemitraan dari salah seorang
mitra binaan, maka akan dicatat dalam jurnal:
Alokasi penyisihan piutang- kemitraan 90,000,000
Piutang pinjaman kemitraan 90,000,000
Terdapat perbedaan pengungkapan piutang dalam Laporan Keuangan 2010 dan
2011 unit PKBL-PTHX. Laporan Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX menyajikan
62
Universitas Indonesia
pos dan format khusus untuk pengungkapan kualitas piutang pinjaman. Selain itu,
saldo piutang pinjaman disajikan secara bruto dan kemudian dikurangi dengan
alokasi penyisihan piutang. Hal ini berbeda dengan pedoman akuntansi (revisi
2012) unit PKBL yang mengacu pada SAK ETAP. Piutang disajikan pada nilai
bersih dengan mengungkapkan informasi relevan. Informasi yang relevan meliputi
perhitungan besaran nilai penyisihan, jasa administrasi pinjaman, dan angsuran
tidak teridentifikasi.
4.3.2.4 Kebijakan Akuntansi atas Pendapatan
Perbedaan utama terkait dengan kebijakan akuntansi untuk pendapatan adalah
basis akuntansi yang digunakan. Laporan Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX
belum sepenuhnya mengunakan basis akrual. Pendapatan jasa administrasi
pinjaman mengunakan basis kas sehingga yang akan diakui pada saat realisasi
penerimaan kas. Penerimaan pelimpahan dari PKBL lain diakui ketika terjadi
transfer dana dari unit PKBL lain. Sumbangan diakui pada saat terjadi penerimaan
oleh unit PKBL-PTHX. Pengantian beban operasional diakui ketika unit PKBL-
PTHX menerima penggantian dana.
Hal ini berbeda dengan kebijakan akuntansi untuk pendapatan pada
Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX. Kebijakan akuntansi pada Laporan
Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX menyatakan bahwa pengakuan atas pendapatan
dilakukan ketika terpenuhi kondisi:
1. Unit PKBL tidak mempertahankan atau meneruskan baik keterlibatan
manajerial sampai tingkat yang pada umumnya diasosiasikan dengan
kepemilikan maupun kontrol efektif atas barang yang terjual.
2. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
3. Adanya manfaat ekonomi yang mengalir ke dalam unit PKBL berkaitan
dengan transaksi terkait
4. Biaya yang telah dan akan terjadi terkait dengan transaksi dapat diukur
dengan andal
Oleh sebab itu, meskipun belum diterima kas akan tetapi sudah terpenuhi kondisi
yang dipersyaratakan unit PKBL sudah bisa mengakui pendapatan. Berikut
disajikan ilustrasi atas kebijakan akuntansi pendapatan:
63
Universitas Indonesia
(1) Sudah jatuh tempo pendapatan administrasi pinjaman
Tabel 4.17 Perbandingan pada pencatatan pendapatan jatuh tempo pada jurnal
antara Laporan Keuangan 2011 dan 2010 unit PKBL-PTHX
Jurnal Laporan Keuangan 2011 Jurnal Laporan Keuangan 2010
Piutang Kemitraan XXXX
Pendapatan administrasi XXXX
Tidak terdapat pencatatan
Sumber: Jurnal Laporan Keuangan unit PKBL-PTHX, diolah
(2) Penerimaan kas atas pendapatan administrasi pinjaman
Tabel 4.18 Perbandingan pada pencatatan penerimaan kas pada jurnal antara
Laporan Keuangan 2011 dan 2010 unit PKBL-PTHX
Jurnal Laporan Keuangan 2011 Jurnal Laporan Keuangan 2010
Kas/Bank- Kemitraan XXXX
Piutang Kemitraan XXXX
Kas/Bank- Kemitraan XXXX
Piutang Kemitraan XXXX
Sumber: Jurnal Laporan Keuangan unit PKBL-PTHX, diolah
4.3.2.5 Kebijakan Akuntansi atas Berbagai Pengungkapan Khusus
a. Penyajian kembali laporan keuangan: pengungkapan terkait dengan penyajian
kembali laporan keuangan hanya terdapat pada Laporan Keuangan 2010 unit
PKBL-PTHX. Laporan Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX merupakan laporan
keuangan pertama yang diaudit oleh auditor eksternal. Sebelumnya belum
pernah dilakukan audit atas Laporan Keuangan unit PKBL-PTHX oleh auditor
eksternal. Tidak terdapat pengungkapan atas penyajian kembali pada Laporan
Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX sebab Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-
PTHX tidak menyajikan laporan keuangan komparatif dengan alasan
ketidakpraktisan, meskipun Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX
menerapkan acuan akuntansi baru, yaitu SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi
2011).
b. Rekapitulasi tingkat kinerja program kemitraan: Rakapitulasi tingkat kinerja
program kemitraan diungkapkan pada Laporan Keuangan 2010 unit PKBL-
64
Universitas Indonesia
PTHX dan tidak pada Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX disebabkan
perbedaan acuan standar akuntansi yang digunakan. Berdasarkan pedoman
akuntansi yang ditetapkan dengan Surat Edaran Menteri BUMN No. SE-
04/MBU-S/2007 serta Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002
mengharuskan pengungkapan oleh unit PKBL atas penilaian kinerja BUMN.
Terkait dengan operasional PKBL, aspek penilaian yang dilakukan meliputi
efektifitas penyaluran pinjaman dan tingkat penerimaan pengembalian
pinajaman.
Hal ini berbeda dengan SAK ETAP yang acuan standar akuntansi Laporan
Keuangan 2011 unit PKBL. SAK ETAP tidak menyebutkan adanya kewajiban
pengungkapan dan auditor tidak melihat pengungkapan ini relevan untuk
Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX
c. Informasi pihak berelasi: Pengungkapan informasi pihak berelasi pada
Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX disebabkan adanya kewajiban
pengungkapan berdasarkan SAK ETAP. Selain itu, pengungkapan ini
diperlukan berdasarkan penilaian dari auditor. Hal ini berbeda dengan tahun
sebelumnya dimana pengungkapan pihak berelasi tidak dijelaskan sama sekali.
65
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Melihat bentuk dari operasional unit PKBL dan perkembangan standar
akuntansi yang berlaku di Indonesia menunjukan diperlukanya acuan standar
akuntansi yang baru untuk unit PKBL. Hal ini disebabkan dengan
perkembangan standar akuntansi yang terjadi pada saat ini menjadikan
pedoman akuntansi unit PKBL tidak lagi sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku di Indonesia. Salah satunya adalah pengesahan PSAK 50 (Revisi
2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan. Oleh sebab
itu, diperlukan adanya acuan standar akuntansi yang sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Melalui Surat Edaran Menteri BUMN No. SE-02/MBU/Wk/2012 dan
Surat Edaran Menteri BUMN No. SE-01/D5.MBU/2012, ditetapkan SAK
ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011) sebagai acuan standar akuntansi unit
PKBL. Mulai saat dikeluarkanya surat edaran ini unit PKBL tidak lagi
menerapkan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang
berlaku di Indonesia berupa pedoman akuntansi unit PKBL, melainkan standar
akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia.
Terdapat dua alasan yang mendasari penerapan SAK ETAP dan PSAK 45
(Revisi 2011) sebagai acuan standar akuntansi unit PKBL. Kedua alasan
tersebut adalah kesesuaian bentuk unit PKBL dengan karakterisitk entitas
yang diperkenankan untuk mengunakan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi
2011) dan belum adanya sumber daya akuntansi yang memadai pada unit
PKBL untuk menerapkan SAK non ETAP.
2. Acuan standar akuntansi unit PKBL mulai berkembang dengan penetapan
Keputusan Menteri BUMN No. 236/MBU/2003. Keputusan ini melampirkan
pedoman penyusunan rencana kerja dan laporan pelaksanaan untuk unit
66
Universitas Indonesia
PKBL. Tidak terdapat acuan standar akuntansi yang digunakan untuk unit
PKBL.
Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE-04/MBU.S/2007 menetapkan
pedoman akuntansi untuk unit PKBL. Pedoman akuntansi ini merupakan
acuan standar akuntansi komprehensif di luar standar akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Meskipun demikian, penetapan pedoman akuntansi unit
PKBL sebagai acuan standar akuntansi untuk unit PKBL merupakan langkah
kemajuan. Penerapan pedoman akuntansi ini dimaksudkan untuk menjadi
acuan penyususnan laporan keuangan unit PKBL sehingga menyajikan
informasi keuangan yang akuntabel dan auditabel.
SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011) ditetapkan sebagai sebagai acuan
standar akuntansi unit PKBL dengan Surat Edaran Menteri BUMN No.
SE.02/MBU/Wk/2012 dan No. SE-01/D5/MBU/2012. Penetapan ini berarti
bahwa standar acuan unit PKBL bukan lagi basis akuntansi komprehensif lain,
tetapi standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Perbedaan mendasar dengan penerapan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi
2011) adalah basis akuntansi yang digunakan untuk unit PKBL merupakan
basis akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Selain itu, perbedaan juga
muncul pada dasar-dasar penerapan kebijakan akuntansi serta penyajian,
pengakuan, dan pengungkapan pada laporan keuangan unit PKBL. Salah satu
contohnya pada praktik akuntansi untuk pos piutang.
3. Penerapan SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011) sebagai acuan standar
akuntansi unit PKBL akan berpengaruh pada hasil Laporan Keuangan 2011
unit PKBL-PTHX. Hal ini disebabkan kebijakan akuntansi yang diterapkan
pada Laporan Keuangan 2011 unit PKBL-PTHX sudah mengunakan SAK
ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011) sebagai acuan standarnya.
Selain itu, juga terdapat perbedaan antara Laporan Keuangan 2011 unit
PKBL-PTHX dan Laporan Keuangan 2010 unit PKBL-PTHX. Perbedaan
tersebut meliputi laporan audit yang terlampir, kebijakan akuntansi yang
diterapkan, dan bentuk pengungkapan pada Laporan Keuangan 2011 unit
PKBL-PTHX.
67
Universitas Indonesia
Hanya terdapat satu laporan audit yang terlampir untuk Laporan Keuangan
2011 unit PKBL-PTHX. Hal ini berbeda dengan Laporan Keuangan 2010 unti
PKBL-PTHX yang melampirkan dua laporan audit, yaitu laporan audit khusus
dan laporan audit umum.
Terkait kebijakan akuntansi, terdapat perbedaan dalam penerapan SAK ETAP.
Contohnya pada kebijakan akuntansi terkait dengan piutang. Metode
perhitungan alokasi penyisishan piutang berbeda pada Laporan Keuangan
2010 dan 2011 unit PKBL-PTHX. Perhitungan alokasi penyisihan piutang
pada Laporan Keuangan 2010 mengunakan persentase tetap sesuai dengan
peraturan pedoman akuntansi unti PKBL yang diedarkan Kementrian BUMN.
Sedangkan perhitungan alokasi penyisihan piutang pada Laporan Keuangan
2011 mengunakan rata-rata penyisihan sesuai dengan data historis, minimal
dua tahun.
Selain itu, terdapat beberapa pengungkapan yang tidak dilakukan di Laporan
Keuangan 2010, tetapi dilakukan di Laporan Keuangan di 2011. Contohnya
transaksi pihak berelasi. Hal ini disebabkan adanya kewajiban untuk
mengungkapkan informasi tersebut sesuai dengan ketentuan di SAK ETAP.
Hal sebaliknya juga terjadi.
5.2 Saran
Selama proses pelaksanaan magang, penulis tidak hanya mengerjakan hal-hal
yang bersifat teknis terkait dengan pelaksanaan audit. Penulis juga diberi
kesempatan untuk memahami gambaran umum proses bisnis klien, gambaran
umum pelaksanaan audit, dan berinteraksi baik dengan klien serta rekan-rekan
auditor lain, dari level junior auditor sampai dengan level manajer. Proses
interaksi tersebut memberikan bahan masukan bagi penulis untuk memahami
praktik lapangan pelaksanaan proses audit secara umum dan pelaksanaan program
magang. Oleh sebab itu, tanpa bermaksud untuk menggurui, penulis bermaksud
memberikan beberapa saran terkait dengan pelaksanaan proses audit dan
pelaksanaan program magang di PwC. Saran yang penulis ajukan merupakan
pemikiran subjekti dari penulis berdasarkan pengalaman penulis selama program
magang.
68
Universitas Indonesia
5.2.1 Saran untuk PwC
PwC merupakan salah satu kantor akuntan publik terkemuka di dunia. Menurut
penulis daya tarik utama PwC dibandingkan dengan kantor akuntan publik lain
terletak pada kepercayaan yang ada pada nama PwC. Oleh sebab itu, PwC
mempunyai daya tarik tersendiri bagi calon akuntan publik terbaik. Akibatnya
bisa dijamin kualitas jasa yang diberikan oleh PwC. Selain itu, nama PwC juga
memberikan jaminan kualitas atas layanan jasa kepada klien. Hal ini tentu
menjadi keunggulan bagi PwC untuk mendapatkan jumlah klien seoptimal
mungkin. Akan tetapi akan terjadi permasalahan jika jumlah klien yang diterima
oleh PwC begitu banyak sehingga relatif di luar kemampuan sumber daya yang
dimiliki. Akibatnya terjadi penggunaan jam kerja diatas rata-rata jam kerja kantor.
Terkait kejadian ini, akan lebih baik jika PwC melakukan perencanaan
dengan yang lebih baik untuk memastikan jumlah keseimbangan antara jumlah
permintaan jasa PwC dan sumber daya yang dimiliki. Selain itu, optimalisasi
sumber daya dengan pengunaan jam kerja yang efisien juga menjadi salah satu
solusi.
Selain itu menurut hemat penulis, perbaikan lain yang bisa dilakukan PwC
terkait dengan program magang adalah penugasan yang seimbang. Artinya,
penugasan pelaksanaan audit sebaiknya memperhatikan juga kebutuhan peserta
magang atas pengetahuan dan pengalaman pelaksanaan audit. Hal ini penting
untuk memastikan bahwa peserta magang mampu mengoptimalkan kesempatan
yang terbatas ini untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang relatif
memadai sehingga peserta magang memperoleh gambaran umum dari profesi
auditor, bukan hanya sepenggal-pengal dari pengetahuan teknis audit.
5.2.2 Saran untuk Pengelola Unit PKBL-PTHX
Pada dasarnya, pengelola unit PKBL-PTHX sudah memberikan dukungan yang
relatif memadai bagi kelancaran proses audit. Meskipun demikian terdapat
beberapa poin yang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kelancaran proses
audit. Pengelola unit PKBL-PTHX hendaknya meningkatkan kemampuan dan
pemahaman akuntansi sehingga mampu mempersiapkan laporan keuangan dengan
tepat pada batas waktu yang ditentukan. Peningkatan kemampuan dan
69
Universitas Indonesia
pemahaman akuntansi pengelola unit PKBL-PTHX menjadi relevan dengan
diwajibkanya unit PKBL-PTHX menerapkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia, yakni SAK ETAP dan PSAK 45 (Revisi 2011). Penerapan
prinsip ini membutuhkan pemahaman yang lebih dibandingkan dengan penerapan
pedoman akuntansi unit PKBL pada tahun-tahun sebelumnya.
Selain itu, pengelola unit PKBL juga lebih responsif dalam penyediaan
data-data yang diperlukan untuk pelaksanaan proses audit. Hal ini akan membantu
auditor dalam pelaksanaan proses audit sehingga pelaksanaan audit bisa berjalan
dengan baik.
5.2.3 Saran untuk Pihak Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Program magang merupakan salah satu program yang berbeda dengan kegiatan
perkuliahan pada umumnya. Program ini memberikan peserta magang
pengalaman nyata keadaan di dunia kerja. Terkebih bagi sebagian peserta yang
mengambil program magang, magang merupakan pengalaman yang pertama kali.
Oleh sebab itu, menurut hemat penulis akan lebih baik apabila pihak Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia memberikan pembekalan yang memadai bagi
peserta magang sebelum program itu dilaksanakan. Pembekalan itu bisa berupa
pelatihan soft skill yang mungkin akan diperlukan peserta magang pada saat
pelaksanaan program nanti.
70
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
IAI. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan IAI 45.Jakarta. Ikatan Akuntan
Indonesia
IAI. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan IAI 50.Jakarta. Ikatan Akuntan
Indonesia
IAI. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan IAI 55.Jakarta. Ikatan Akuntan
Indonesia
IAI. (2011). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik IAI.
Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia
IAI. (2011). Buletin Teknis 6 Keterterapan SAK ETAP untuk Entitas Koperasi dan
Entitas Nirlaba. Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia
IAPI. (2012). Surat Edaran No. 562/IV/Int-IAPI/2012 tentang Laporan Auditor
Independen atas Laporan Keuangan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan yang Disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
Kieso, Donald E., dan Jerry Weygandt, Warfiled, Terry., Intermediate Accounting,
Vol 2, IFRS Edition, John Wiley and Sons, 2011 (KW2)
Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.
KEP-100/MBU/2002 tentang Pemilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha
Milik Negara
Republik Indonesia. (2003). Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.
KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan Menteri Badan
Usaha Milik Negara
Republik Indonesia. (2007). Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
71
Universitas Indonesia
Republik Indonesia. (2007). Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara No.
SE-04/MBU.S/2007 tentang Pedoman Akuntansi Unit Program Kemitraan
dan BIna Lingkungan
Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-
05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan
Republik Indonesia. (2011). Surat Kementerian Badan Usaha Milik Negara No. SE-
04/S.MBU/2011 tentang Tanggapan atas Surat IAPI No. 347/Int-IAPI/2011
Terkait dengan Penerbitan Dua Opini Auditor
Republik Indonesia. (2012). Surat Edaran Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
No. SE-02/MBU/Wk/2012 tentang Penetapan Pedoman Akuntansi Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan
Republik Indonesia. (2012). Surat Edaran Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
No. SE-01/D5.MBU/2012 tentang Petunjuk Teknis Penerapan Pedoman
Akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Revisi 2012
.Company profile Unit PKBL-PTHX.
.Company profile PwC Indonesia
.Annual Report PTHX
.Annual Report 2010 Unit PKBL-PTHX
.Annual Report 2011 Unit PKBL-PTHX
.PwC Audit Guide. Jakarta: PwC Indonesia
1
QA 03
PERTANYAAN DAN JAWABAN
IAPI
INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA
Laporan Auditor Independen
atas Laporan Keuangan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
yang Disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
DEWAN STANDAR PROFESI
INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA
2012
2
INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA
DEWAN STANDAR PROFESI
2008 – 2012
Kusumaningsih Angkawidjaja Ketua
Handri Tjendra Wakil Ketua
Dedy Sukrisnadi Anggota
Fahmi Anggota
Godang Parulian Panjaitan Anggota
Johannes Emile Runtuwene Anggota
Lolita R. Siregar Anggota
Renie Feriana Anggota
Yusron Fauzan Anggota
3
Latar Belakang: Pada awal tahun 2012 Menteri Negara (“Meneg”) Badan Usaha Milik Negara (“BUMN”) menerbitkan Surat Edaran Meneg BUMN No. SE-02/MBU/Wk/2012 tanggal 23 Februari 2012 tentang “Penetapan Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan“ (“SE-02/2012”) dan Surat Edaran Meneg BUMN No. SE-01/D5.MBU/2012 tanggal 27 Maret 2012 tentang “Petunjuk Teknis Penerapan Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Revisi 2012” (SE-01/2012”), yang berlaku bagi entitas Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (“PKBL”) yang berada di bawah naungan BUMN Pembina. Kedua Surat Edaran tersebut diterbitkan untuk mengubah pedoman penyusunan laporan keuangan PKBL yang sebelumnya diatur dalam Surat Edaran Meneg BUMN No. SE-04/MBU.S/2007 tanggal 17 Juli 2007 tentang “Pedoman Akuntansi Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara” (“SE-04/2007”) untuk menyesuaikannya dengan perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. SE-02/2012 dan SE-01/2012 mengatur antara lain bahwa laporan keuangan PKBL disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (“SAK ETAP”), yang bentuk penyajiannya mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 2011) No. 45, ”Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba” (“PSAK 45R”) dan Buletin Teknis 6, “Keterterapan SAK ETAP untuk Entitas Koperasi dan Entitas Nirlaba” (“Bultek 6”), yang seluruhnya ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. SAK ETAP tersebut diterapkan secara prospektif dengan mempertimbangkan alasan ketidakpraktisan untuk menyajikan kembali laporan keuangan periode komparatif yang disusun berdasarkan SAK ETAP.
Pertanyaan: Sehubungan dengan: (a) hal-hal yang dijelaskan dalam Seksi “Latar Belakang” tersebut di atas; (b) implikasi penerapan SE-02/2012 dan SE-01/2012 bagi entitas PKBL yang
menerapkan SE-02/2012 dan SE-01/2012 untuk pertama kali, yaitu bahwa laporan keuangan entitas PKBL yang pertama kali disusun berdasarkan SAK ETAP disajikan tanpa periode komparatif (tidak berdaya banding), karena:
(i) laporan keuangan entitas PKBL untuk periode sebelumnya disusun berdasarkan
SE-04/2007, yang merupakan suatu kerangka pelaporan keuangan lain di luar SAK ETAP; dan
(ii) kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas PKBL pada tanggal awal
penerapan SAK ETAP berbeda dengan kebijakan akuntansi yang digunakan pada tanggal akhir periode laporan keuangan sebelumnya; dan
(c) penyesuaian yang terjadi sebagai akibat dari perubahan penggunaan kerangka
pelaporan keuangan entitas PKBL tersebut di atas (yang diakui secara langsung pada aset neto tanggal periode awal penerapan pertama kali SAK ETAP, sesuai dengan Bab 29 SAK ETAP, “Ketentuan Transisi”) telah diaudit oleh auditor independen;
bagaimana bentuk laporan auditor independen atas laporan keuangan PKBL untuk periode laporan keuangan yang pertama kali menerapkan SAK ETAP berdasarkan kondisi tersebut di atas?
4
Jawaban:
Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan: 1. hal-hal yang dijelaskan dalam Seksi “Latar Belakang” dan Butir-Butir (a), (b), dan (c)
dalam Seksi “Pertanyaan” tersebut di atas; 2. keterkaitan antara SAK ETAP dengan PSAK 45R dan Bultek 6;
3. prinsip-prinsip pelaporan auditor independen sebagaimana tercantum dalam Seksi 508 dari Standar Auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia “Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan”; dan
4. asumsi bahwa SAK ETAP diterapkan pertama kali dalam laporan keuangan PKBL tanggal 31 Desember 2011 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut (sesuai dengan paragraf 30.1 dari Bab 30 SAK ETAP, “Tanggal Efektif”);
di bawah ini disajikan contoh laporan auditor independen atas laporan keuangan PKBL tanggal 31 Desember 2011 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
Laporan Auditor Independen Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Direksi PT ABC Pengelola Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT ABC Kami telah mengaudit laporan posisi keuangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT ABC (“PKBL”) tanggal 31 Desember 2011, serta laporan aktivitas dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab Pengelola PKBL. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat. Seperti yang diungkapkan dalam Catatan [] atas laporan keuangan, sebelum tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan PKBL disusun berdasarkan Surat Edaran Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. SE-04/MBU-S/2007 tanggal 17 Juli 2007 tentang “Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara” (“SE-04/2007”). Pada tanggal 1 Januari 2011, PKBL menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011 dan diterapkan secara prospektif, dalam menyusun laporan keuangannya. Meskipun penyesuaian yang tepat telah dilakukan terhadap saldo aset neto pada tanggal 1 Januari 2011, dengan mempertimbangkan alasan ketidakpraktisan, Pengelola PKBL tidak melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk menyajikan kembali laporan keuangan periode lalu agar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Oleh karena itu, laporan keuangan PKBL tanggal 31 Desember 2011 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut tidak menyajikan laporan keuangan periode komparatif.
5
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut dalam paragraf pertama di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT ABC tanggal 31 Desember 2011, serta aktivitas dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. [tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik ] [tanggal]
1
BULETIN TEKNIS 6 KETERTERAPAN SAK ETAP UNTUK ENTITAS KOPERASI DAN ENTITAS NIRLABA
DIKELUARKAN OLEH DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
IKATAN AKUNTAN INDONESIA TANGGAL 11 AGUSTUS 2011 Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.
PENDAHULUAN
01. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) berlaku efektif mulai tahun buku yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2011. Entitas yang memenuhi syarat untuk menerapkan SAK ETAP adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.
02. Dalam beberapa PSAK diatur mengenai penyajian laporan keuangan dan hal lain untuk
beberapa jenis entitas, misalnya PSAK 27: Akuntansi Perkoperasian dan PSAK 45: Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba.
03. Dalam PSAK 27 paragraf 13 dinyatakan bahwa ‘hal-hal yang bersifat umum atau yang tidak
secara khusus diatur dalam Pernyataan ini, termasuk akuntansi untuk transaksi unit usaha otonom koperasi, harus diperlakukan dengan mengacu pada PSAK yang lain’.
04. Dalam PSAK 45 paragraf 04 dinyatakan bahwa ‘Pernyataan ini menetapkan informasi dasar
tertentu yang harus disajikan dalam laporan keuangan organisasi nirlaba. Hal-hal yang tidak diatur dalam pernyataan standar akuntansi ini harus mengacu kepada pernyataan standar akuntansi yang berlaku umum’.
05. Kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan apakah entitas koperasi dan nirlaba dapat
menerapkan SAK ETAP mengingat PSAK 27 dan PSAK 45 bukan merupakan bagian dari SAK ETAP.
PERMASALAHAN
06. Buletin Teknis ini membahas permasalahan tentang keterterapan SAK ETAP untuk entitas koperasi dan entitas nirlaba. KETERTERAPAN SAK ETAP UNTUK ENTITAS KOPERASI DAN ENTITAS NIRLABA
07. Dalam SAK ETAP Bab 1 tentang ruang lingkup mengatur bahwa entitas yang dapat menerapkan SAK ETAP adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement). Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan jika bukan entitas yang telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau bukan entitas yang menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat.1
1 SAK ETAP paragraf 1.1 dan 1.2
2
08. Dalam SAK ETAP Bab 9 tentang kebijakan dan estimasi akuntansi dan kesalahan dinyatakan bahwa entitas yang menerapkan SAK ETAP, dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi, untuk mempertimbangkan persyaratan dan panduan dalam SAK non-ETAP yang berhubungan dengan isu serupa dan terkait.2
09. Berdasarkan pengaturan di atas, jika ada entitas koperasi dan entitas nirlaba yang memenuhi syarat untuk menerapkan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menerapkan SAK ETAP.
10. Untuk hal-hal yang tidak diatur secara spesifik dalam SAK ETAP, entitas dapat mengacu pada
SAK non-ETAP. Misalnya, entitas koperasi yang menggunakan SAK ETAP dapat mengacu pada PSAK 27, atau entitas nirlaba yang menggunakan SAK ETAP dapat mengacu pada PSAK 45. Acuan pada SAK non-ETAP tidak hanya terbatas untuk kedua PSAK tersebut.
*****
2 SAK ETAP paragraf 9.6
Recommended