View
23
Download
12
Category
Preview:
DESCRIPTION
analisis bensorsa pada jajanan anak sekolah
Citation preview
44
BAB III
ANALISIS BENSORSA PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DENGAN HPLC
DI BBPOM DENPASAR
3.1 Material
3.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan sebagai sampel adalah 23 macam jajanan
anak sekolah yang berupa makanan ringan (snack). Sampel diperoleh dari
pihak ketiga yang diterima pada bulan Juli tahun 2013 oleh Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan di Denpasar. Bahan-bahan kimia yang
digunakan adalah Larutan K2HPO4 10 mmol, KH2PO4 10 mmol, metanol
60%, Natrium Bensoat, Asam Sorbat, Natrium Sakarin.
3.1.2 Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah blender, labu ukur 50 mL, labu
ukur 2000 mL, corong gelas, erlenmeyer 50 mL, kertas saring 1Chr, Syringe
Filter whatman 45 µm, pipet tetes, pipet volume 5mL, filler mekanik, alat
sonikasi, botol vial 1,5 mL, seperangkat alat kromatografi cair kinerja
tinggi.
3.2 Metode
3.2.1 Pembuatan Larutan Baku
49,975 mg baku natrium benzoat, 50,065 mg baku asam sorbat dan
49,98 mg baku natrium sakarin masing-masing dilarutkan kedalam labu
ukur 50 mL dengan methanol 60% dan disonikasi selama 10 menit yang
bertujuan untuk lebih menghomogenkan larutan. Larutan tersebut kemudian
disebut dengan larutan baku induk. Dari larutan baku induk dalam labu ukur
tersebut kemudian dipipet sebanyak 5 mL dan dilarutkan dalam labu ukur
45
50 mL dengan metanol 60% menghasilkan larutan baku antara. Pembuatan
baku antara ini bertujuan agar mengefisienkan penggunaan pelarut jadi tidak
banyak pelarut yang akan terbuang atau digunakan. Larutan baku antara
dipipet sebanyak 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8 mL dan dilarutkan dengan metanol
60% dalam labu ukur 50 mL larutan tersebut kemudian disebut dengan
larutan baku kerja. Larutan baku kerja yang telah dibuat tersebut, disaring
menggunakan Syringe Filter whatman 0,45 µm dan ditampung kedalam
botol vial yang nantinya digunakan pada pengukuran kadar bensorsa pada
HPLC.
3.2.2 Pembuatan Larutan Uji
Sampel jajanan anak sekolah dihaluskan dengan blender yang
bertujuan untuk menghomogenkan dan memperbesar luas permukaan
sampel sehingga lebih mudah tercampur dengan pelarut kemudian
ditimbang sebanyak ± 5 g. Sampel yang sudah ditimbang dimasukan ke
dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan ± 10 mL metanol 60% kemudian
disonikasi selama 10 menit yang bertujuan untuk lebih menghomogenkan
campuran. Setelah disonikasi, ditambahkan metanol 60% hingga tanda batas
kemudian disaring dengan kertas saring dan ditampung kedalam
erlenmeyer. Filtrat dipipet sebanyak 5 mL dan dilarutkan dengan pure
aquades dalam labu ukur 50 mL sampai tanda batas. Larutan tersebut
kemudian disaring dengan syringe filter whatman 45 µL dan dimasukkan ke
dalam botol vial.
3.2.3 Pembuatan Fase Gerak
Larutan K2HPO4 10 mmol, KH2PO4 10 mmol, dan metanol 60%
dicampurkan ke dalam labu 2000 mL dengan perbandingan voleme 47:47:6
selanjutnya campuran dikocok dan disaring dengan syringe filter whatman
0,45 µm yang berfungsi untuk menyaring partikel-partikel halus pada
larutan sehingga tidak mengganggu proses pemisahan sampel pada HPLC.
46
3.2.4 Penetapan Kadar Bensorsa dengan HPLC
Penetapan kadar bensorsa dimulai dengan mengatur alat HPLC
sehingga dapat digunakan untuk menetapkan kadar bensorsa pada sampel.
Detektor yang digunakan pada instrumen HPLC adalah UV dengan panjang
gelombang 225 nm karena bensorsa berada pada jangkauan panjang
gelombang tersebut dan kolom yang digunakan untuk memisahkan masing-
masing fraksi sampel adalah Oktadesilsilana. Selanjutnya larutan baku kerja
dan larutan uji yang sudah ditampung pada botol vial dimasukkan kedalam
alat secara berurutan sesuai data yang diinput pada komputer. Selanjutnya
penetapan kadar dimulai (running) dan menghasilkan kurva dan regresi
linier dengan sistem pengolahan data berupa kurva baku bertingkat.
3.3 Hasil dan Pembahasan
3.3.1 Hasil
Tabel 7. Hasil Pengukuran Standar Asam Benzoat
No Konsentasi dalam ppm (X) Area (Y)
1 1,661 85340
2 3,321 177237
3 4,982 271253
4 6,642 356607
5 8,303 446475
6 9,964 533682
7 11,624 632275
8 13,285 711682
Tabel 8. Hasil Pengukuran Standar Asam Sorbat
No Konsentasi dalam ppm (X) Area (Y)
1 1,940 117642
2 3,880 245989
47
3 5,820 374826
4 7,760 495473
5 9,700 619722
6 11,640 741212
7 13,580 877059
8 15,520 993227
Tabel 9. Hasil Pengukuran Standar Sakarin
No Konsentasi dalam ppm (X) Area (Y)
1 1,711 77820
2 3,423 165280
3 5,134 280792
4 6,846 356777
5 8,557 448963
6 10,269 540033
7 11,980 656236
8 13,691 697228
Tabel 10. Hasil Pengukuran Kadar Bensorsa Pada Sampel
No Kode sampel Benzoat* Sorbat
** Sakarin
***
1 157/PL-K/VII/13 Negatif Negatif I. 139,29 ppm
II. 139,12 ppm
2 158/PL-K/VII/13 Negatif Negatif I. 76,35 ppm
II. 75,07 ppm
3 159/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
4 160/PL-K/VII/13 Negatif I. 101,23 ppm
II. 102,00 ppm
Negatif
5 161/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
6 163/PL-K/VII/13 Negatif Negatif I. 102,17 ppm
II. 101,45 ppm
7 164/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
48
8 165/PL-/K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
9 166/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
10 167/PL-K/VII/13 Negatif Negatif I. 101, 32 ppm
II. 101,32 ppm
11 168/PL-K/VII/13 Negatif Negatif I. 122,97 ppm
II. 123,48 ppm
12 169/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
13 170/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
14 171/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
15 172/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
16 173/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
17 174/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
18 175/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
19 176/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
20 177/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
21 178/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
22 179/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
23 180/PL-K/VII/13 Negatif Negatif Negatif
*) maks 1000 ppm (SNI 01-0222-1995)
**) MA.PPOM NO: 26/MA/98
***) maks 200 ppm (Kep.Ka.BPOMN No.HK.00.05.5.1.4547)
3.3.2 Pembahasan
Analisis kadar asam benzoat, asam sorbat, dan sakarin (bensorsa)
ini dilakukan terhadap 23 sampel jajanan anak sekolah khusnya makanan
ringan (snack) yang diminta untuk diuji oleh pihak ketiga. Analisis kadar
49
bensorsa ini dilakukan menggunakan instrument HPLC dikarenakan
prinsip kerja HPLC lebih efektif, dan efisien dibandingkan dengan prinsip
kerja instrument lain seperti AAS dan GC-MS. Keunggulan lain dari HPLC
adalah analisisnya cepat, daya pisah baik, peka, penyiapan sampel mudah,
dan dapat dihubungkan dengan detektor yang sesuai. Dalam instrumentasi
HPLC terdapat fase diam (kolom) yang spesifik tepatnya menggunakan
plat berlapiskan mikropartikel silika halus sehingga menghasilkan
pemisahan yang lebih efisien dan lebih cepat. Teknik konvensional dalam
analisis bensorsa dapat menggunakan prinsip titrasi, namun teknik ini
membutuhkan waktu yang lama serta menghabiskan zat yang cukup
banyak sehingga HPLC menjadi pilihan terbaik dalam pengujian bensorsa.
Pada analisis yang dilakukan ini, cara kerja yang digunakan sudah
terverifikasi dan tersertifikasi oleh BPOM pusat, sehingga pengerjaannya
tidak menyalahi aturan yang sudah ditetapkan. Untuk analisis bensorsa ini,
langkah pengerjaan dimulai dengan penyiapan dan pengujian kemurnian
baku pada HPLC seperti dijelaskan pada metode penelitian. Konsentrasi
baku standar (induk) yang digunakan maing-masing sebesar 831,667 ppm
untuk asam benzoat, 992,616 ppm untuk asam sorbat dan 888,147 untuk
natrium sakarin. Perhitungan masing-masing konsentrasi baku dapat dilihat
pada lampiran 3.
Masing-masing baku induk kemudian dipipet 5 mL dan diencerkan
50 mL untuk membuat baku antara dengan konsentrasi masing-masing,
yaitu 83,1667 ppm (asam benzoat), 99,2616 ppm (asam sorbat) dan
88,8147 (natrium sakarin) . Baku antara dipipet dengan volume berbeda
yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 mL yang perhitungan konsentrasinya dapat
dilihat pada lampiran untuk membuat baku kerja. Baku kerja ini kemudian
dianalisis pada HPLC untuk melihat koefisien regresi liniernya. Baku yang
bagus adalah baku yang memiliki koefisien regresi linier 0,9990-1.
Koefisien regresi yang diperoleh untuk masing-masing baku sebesar
50
0,9998 untuk asam benzoat, 0,9999 untuk asam sorbat, dan 0,9977 untuk
natrium sakarin.
Tahap selanjutnya berupa pengekstrakan sampel menggunakan
metanol dan disaring sampai jernih sebelum dimasukkan kedalam botol
vial untuk dianalisis menggunakan HPLC. Penyaringan dimaksudkan untuk
menghilangkan endapan atau partikel-partikel lain yang dapat menghalangi
dan menyumbat kolom dalam proses pemisahan. Untuk itu, sampel yang
digunakan harus dalam keadaan jernih dan bening agar mudah dianalisis.
Sampel yang telah di-running pada HPLC selanjutnya akan mengalami
proses pemisahan dalam kolom pada HPLC tepatnya menggunakan kolom
oktadesilsilana (C18) yang bersifat non polar. Pemisahan terjadi akibat
adanya interaksi dengan fase diam dalam kolom dikarenakan kepolaran
yang berbeda. Senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase diam akan lebih
lama keluar kolom sehingga memiliki waktu retensi yang lebih panjang
dibandingkan dengan senyawa yang berinteraksi lemah akan lebih awal
keluar dari kolom dengan waktu retensi yang lebih pendek. Prinsip analisis
bensorsa pada HPLC menggunakan teknik kromatografi fase terbalik, yaitu
fase diam yang bersifat non polar dengan fase gerak (campuran pelarut)
yang polar.
Untuk fase gerak yang digunakan dalam analisis ini berupa
campuran pelarut yang terdiri dari garam kalium (K2HPO4 10 mmol;
KH2PO4 10 mmol) dan metanol 60% dengan perbandingan volume
47:47:6. Campuran garam ini berfungsi sebagai dapar (buffer) untuk
mengontrol pH sampel sehingga pemisahan dapat terjadi pada pH optimum
pada masing-masing senyawa yang ada pada sampel. Hasil analisis sampel
bensorsa diperoleh berupa grafik yang membandingkan antara waktu
retensi (sumbu x) dan peak (sumbu y) yang mana sampel yang terdeteksi
mengandung bensorsa ada 6 sampel dari 23 sampel jajanan yang dianalisis
(data terlampir). Hasil persamaan regresi linier masing-masing baku
51
standar untuk asam benzoat, asam sorbat, dan natrium sakarin berturut-
turut didapat sebesar y = 54031x – 1937,39, y = 64480,5x - 4774,6, dan y =
53287,1x – 7495,62. Berdasarkan persamaan regresi linier ini kemudian
dapat ditentukan masing-masing konsentrasi sampel uji yang terdeteksi
adanya kandungan bensorsa. Berdasarkan hasil analisis ini diperoleh 1
sampel yang mengandung asam sorbat (160-PL-K) dengan konsentrasi
101,23 ppm; 102,00 ppm dan ada 5 sampel yang mengandung sakarin yaitu
sampel 157-PL-K dengan konsentrasi 139,29 ppm dan 139,12 ppm; sampel
158-PL-K (76,35 ppm dan 74,07 ppm); sampel 163-PL-K (102,17 ppm dan
101,45 ppm); sampel 167-PL-K (101,32 ppm dan 101,32 ppm); serta
sampel 168-PL-K (122,97 ppm dan 123,22 ppm). Untuk kandungan asam
benzoat tidak terdeteksi pada sampel.
Dalam proses preparasinya, setiap sampel dilakukan pengulangan
secara duplo sampai triplo untuk meminimalisir kesalahan dalam
perhitungan. Pengulangan pengujian dapat dilakukan bagi sampel yang
TMS (Tidak Memenuhi Syarat). Dari seluruh sampel yang dianalisis
kandungan bensorsa, seluruh sampel tersebut masih layak untuk
dikonsumsi. Hal ini dikarenakan kadar bensorsa yang terkandung masih
memenuhi standar yang diberlakukan oleh BPOM RI yang dapat dilihat
pada tabel (Tabel 10).