View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SAMMARIE BASRA
JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR
PERIODE 10 -28 MARET DAN 21 APRIL – 12 MEI 2014
SAMPUL
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PUTRI SYAHIDA AGUSTINA, S.Farm.
1306344072
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SAMMARIE BASRA
JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR
PERIODE 10 -28 MARET DAN 21 APRIL – 12 MEI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
PUTRI SYAHIDA AGUSTINA, S.Farm.
1306344072
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
iii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, 4 Juli 2014
Putri Syahida Agustina
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Putri Syahida Agustina
NPM : 1306344072
Tanda Tangan :
Tanggal : 4 Juli 2014
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
v
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh :
Nama / NPM : Corry Shirleyana Putri, S.Farm
Npm : 1306343435
Program Studi : Apoteker-Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
JudulLaporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah
Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra Periode 10
Maret – 10 Mei 2013
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : T. Nebrisa Z., S.Farm., Apt., MARS ( )
Pembimbing II : Dr. Anton Bahtiar, S.Si., M.Si. ( )
Penguji I : ( )
Penguji II : ( )
Penguji III : ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan
menyusun laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Ibu dan Anak
(RSIA) SamMarie Basra yang dilaksanakan pada tanggal 10 – 28 Maret dan 21
April – 12 Mei 2014.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk menambah pemahaman, pengetahuan dan
keterampilan apoteker dalam dunia kerjanya. Laporan ini disusun sebagai syarat
untuk menempuh ujian akhir Apoteker pada Fakultas FarmasiUniversitas
Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah
penulis terima, kiranya sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1. T. Nebrisa Z., S.Farm., Apt., MARS selaku Pembimbing telah banyak
membantu dan membimbing penulis untuk mengenal Rumah Sakit ini;
2. Anton Bahtiar M.Si, Apt.,selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan
laporan ini.
3. Khristiana Ratnawati, S. Si., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi RSIA
SamMarie Basra yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengenal RSIA SamMarie Basra;
4. Seluruh Tenaga Kefarmasian dan CSSD di RSIA SamMarie Basra
5. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi.
6. Dr. Hayun, Apt. selaku ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
7.
8. Seluruh staf dan karyawan RSIA SamMarie Basra atas segala keramahan,
pengarahan, dan bantuan selama penulis melaksanakan PKPA;
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
vii
9. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada
penulis;
10. Keluarga tercinta atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran,
dorongan, semangat dan doa yang tidak henti-hentinya;
11. Teman-teman Apoteker Angkatan 78 atas dukungan dan kerja samanya;
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama
penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan laporan ini.
Penulis
April 2014
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Putri Syahida Agustina
NPM : 1306344072
Program Studi : Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie
Basra Jl. Basuki Rachmat No. 31, Jakarta Timur Periode 10 – 28 Maret dan 21
April – 12 Mei 2014
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 4 Juli 2014
Yang menyatakan
(Putri Syahida Agustina)
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
ix
ABSTRAK
Nama : Putri Syahida Agustina
Program Studi : Apoteker – Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
Judul Laporan : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra Periode 10 - 28
Maret dan 21 April - 12 Mei 2014
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang
penyelenggaraannya dilakukan oleh tenaga kesehatan berbagai profesi, salah
satunya adalah Apoteker. Apoteker di rumah sakit berperan dalam
menyelenggarakan pelayanan farmasi Rumah Sakit yang merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang utuh dan
berorientasi pada pelayanan pasien dengan penyediaan obat yang bermutu dan
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Peran
Apoteker dalam pelayanan kesehatan penting terutama untuk menjaga
ketersediaan perbekalan farmasi, mengelola perbekalan farmasi yang optimal dan
memantau pengobatan demi keamanan pasien dalam pengobatan yang optimal
dan paripurna. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan praktek kerja sebagai salah
satu cara mengetahui kegiatan yang dilakukan Apoteker dan penerapan kegiatan
yang sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di RSIA SamMarie Basra.
Instalasi farmasi menggunakan formularium dalam merencanakan pengadaan
sediaan farmasi. Dokter menggunakan formularium dalam penulisan resep agar
obat yang dicantumkan dalam resep terjamin ketersediaannya. Formularium
sebagai salah satu bentuk tertulis hasil kerja Panitia Farmasi Terapi memiliki
peran penting dalam memenuhi kebutuhan pasien. Formularium digunakan secara
terbatas, di lingkungan rumah sakit yang membuat formularium, untuk menunjang
kebutuhan pasien. Pengadaan obat di rumah sakit dilakukan oleh instalasi farmasi
dengan sistem satu pintu. Pengadaan obat disesuaikan dengan formularium rumah
sakit yang penyusunan dan pengembangannya dilakukan oleh Panitia Farmasi dan
Terapi. Saat ini 41,67% penulisan resep oleh dokter di RSIA SamMarie Basra
sudah sesuai dengan Formularium RSIA SamMarie 2013, sedangkan menurut
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit kesuaian resep dengan formularium
yang harus dipenuhi adalah 100%.
Kata Kunci : Apoteker, Formularium, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS)
xiv + 82 halaman : 24 gambar; 20 tabel; 11 lampiran
Daftar Acuan : 21 (2007-2014)
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
x
ABSTRACT
Name : Putri Syahida Agustina
Program Study : Apothecary – Faculty of Pharmacy
Title : Report of Apothecary Internship at RSIA SamMarie Basra
March 10th - 28th and April 21st - May 12th 2014 Periods
The hospital is one of the implementation of health care facilities conducted
by health personnel of various professions, one of which was a
pharmacist. Hospital pharmacists play a role in organizing the hospital pharmacy
services that are an integral part of the health care system intact Hospital and
patient oriented services with the provision of quality drugs and clinical pharmacy
services affordable to all levels of society. The role of pharmacists in health care
is especially important to maintain the availability of
pharmaceuticals, manage pharmaceuticals and monitor treatment for the safety of
patients in the optimal treatment and plenary. Therefore, working practices was
done as a way of knowing that the activities performed by Pharmacists and
implementation of activities in accordance with the standards of pharmacy
services in RSIA SamMarie Basra. Pharmaceutical installation uses the
hospital formulary for procurement plan in pharmaceutical preparations. Doctors
use the hospital formulary for prescription to make sure that the prescribe drugs
listed available. Formulary as one of the forms of written work Pharmacy
Therapeutic Committee has an important role in meeting the needs of
patients. Formulary used on a limited basis, in a hospital environment that makes
formulary, to support the needs of the patient. Procurement of drugs in a
pharmaceutical installation performed using the one-way system. Procurement of
drugs tailored to the hospital formulary which preparation and development was
conducted by the Pharmacy and Therapeutics Committee. Currently 41.67% by
doctor's prescription in RSIA SamMarie Basra is in compliance with formulary
RSIA SamMarie 2013, while according to the Minimum Service Standards
Hospitals conformance with formulary prescriptions to be filled is 100%.
Kata Kunci : Pharmacist, Formulary, Pharmaceutical installation
xiv + 82 pages : 24 pictures; 20 tables; 11 attachments
Bibliography : 21 (2007-2014)
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ..................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................vi
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Tujuan .....................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN UMUM .................................................................................... 3
2.1. Definisi Rumah Sakit ............................................................................3
2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .............................................................3
2.3. Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................................4
2.4. Struktur Organisasi Rumah Sakit ..........................................................6
2.5. Tenaga Kesehatan..................................................................................6
2.6. Instalasi Farmasi Rumah Sakit ..............................................................7
2.7. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) .........................................................9
2.8. Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) ............................................................11
2.9. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit ...............................13
2.10. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit ..............................22
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ............................................................................... 28
3.1. Profil RSIA SamMarie Basra ..............................................................28
3.2. Profil Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra ..................................30
3.3. Instalasi CSS – Linen RSIA SamMarie Basra ....................................31
BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................................ 33
4.1. IFRS ....................................................................................................33
4.2. Sumber Daya Manusia ........................................................................35
4.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi ........................................................35
4.4. Gudang Perbekalan Farmasi (Gudang PF) ..........................................36
4.5. Penerimaan Perbekalan Farmasi ........................................................37
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 41
5.1. Kesimpulan ..........................................................................................41
5.2. Saran ....................................................................................................41
DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 43
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Struktur Organisasi SamMarie Health Care Group ...................... 41
Lampiran 2. Struktur Organisasi RSIA SamMarie Basra ................................. 45
Lampiran 3. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra ..... 46
Lampiran 4. Contoh Formulir Resep dan Telaah Resep ................................. 47
Lampiran 5. Formulir Catatan Medisinal IFRS untuk Pasien Rawat Inap ....... 48
Lampiran 6. Alur Pelayanan Resep dari Farmasi ke Rawat Inap ..................... 49
Lampiran 7. Alur Pelayanan Resep ke Instalasi OK, VK, NICU, HCU ........... 50
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
melalui upaya kesehatan. Upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam suatu wadah yaitu fasilitas
pelayanan kesehatan dan dilakukan oleh tenaga kesehatan. Fasilitas pelayanan
kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu
fasilitas pelayanan kesehatan yang penyelenggaraannya dilakukan oleh tenaga
kesehatan berbagai profesi, salah satunya adalah Apoteker (Presiden RI, 2009a).
Apoteker di rumah sakit berperan dalam menyelenggarakan pelayanan
farmasi Rumah Sakit yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang utuh dan berorientasi pada pelayanan
pasien dengan penyediaan obat yang bermutu dan pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Peran Apoteker dalam pelayanan
kesehatan penting terutama untuk menjaga ketersediaan perbekalan farmasi,
mengelola perbekalan farmasi yang optimal dan memantau pengobatan demi
keamanan pasien dalam pengobatan yang optimal dan paripurna. Kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker harus sesuai dengan peraturan dan standar yang
diberlakukan. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan praktek kerja sebagai salah satu
cara mengetahui kegiatan yang dilakukan Apoteker dan penerapan kegiatan yang
sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
2
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktek kerja profesi Apoteker di rumah sakit
adalah
a. Memahami tugas dan fungsi instalasi farmasi, pelaksanaan pelayanan
kefarmasian, dan peran Apoteker di rumah sakit.
b. Memahami kondisi instalasi farmasi, pelaksanaan pelayanan kefarmasian
dan peran Apoteker di RSIA SamMarie Basra
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1. Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yaitu suatu
alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan. Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit
mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna,
untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, Rumah Sakit mempunyai
fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
4
Universitas Indonesia
2.3. Klasifikasi Rumah Sakit
Suatu sistem klasifikasi Rumah Sakit diperlukan untuk memberi
kemudahan mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan,
pemilik serta evaluasi golongan Rumah Sakit. Rumah Sakit dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, Rumah
Sakit pendidikan.
2.3.1. Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan, Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi:
a. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan Rumah Sakit umum digolongkan menjadi:
Rumah Sakit umum kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas)
Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub
Spesialis.
Rumah Sakit Umum kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan)
Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik
Subspesialis Dasar.
Rumah Sakit Umum kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis
Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
Rumah Sakit Umum kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
5
Universitas Indonesia
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit khusus digolongkan
menjadi:
Rumah Sakit Khusus kelas A
Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang lengkap.
Rumah Sakit Khusus kelas B
Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang terbatas.
Rumah Sakit Khusus kelas C
Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang minimal.
2.3.2. Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Pengelola
Berdasarkan pengelolanya Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi :
a. Rumah Sakit Publik
Rumah Sakit Publik adalah Rumah Sakit yang dapat dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Rumah Sakit Privat
Rumah Sakit Privat adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk Persero Terbatas atau Persero.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
6
Universitas Indonesia
2.3.3. Rumah Sakit Pendidikan
Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi
kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga
kesehatan lainnya.
2.4. Struktur Organisasi Rumah Sakit
Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Menurut UU No.44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit, organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri
atas kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan. Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga
medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan
dimana pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah
Sakit.
2.5. Tenaga Kesehatan
Menurut UU No.36 tahun 2009, tenaga kesehatan merupakan setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga
kesehatan juga harus memiliki kualifikasi minimum, memenuhi ketentuan kode
etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi
profesi masing-masing.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No.32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi.
b. Tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan.
c. Tenaga kefarmasian yang meliputi Apoteker, analis farmasi dan Asisten
Apoteker.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
7
Universitas Indonesia
d. Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan,
entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan,
administrator kesehatan dan sanitarian.
e. Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisian.
f. Tenaga keterapian medik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapi
wicara.
g. Tenaga keteknisian teknis yang meliputi radiographer, radioterapis, teknisi
gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis, optisien, ototik
prostetik, teknisi transfuse darah dan perekam medis.
2.6. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.6.1 Definisi IFRS
Instalasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan dan
pemeliharaan sarana Rumah Sakit. Farmasi Rumah Sakit adalah seluruh aspek
kefarmasian yang dilakukan Rumah Sakit. Jadi, instalasi farmasi Rumah Sakit
adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas di Rumah Sakit, tempat
penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk
keperluan Rumah Sakit itu sendiri (Siregar, 2004).
2.6.2 Tujuan IFRS
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, tujuan pelayanan
farmasi ialah :
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
8
Universitas Indonesia
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan.
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
2.6.3 Tugas dan Tanggung Jawab IFRS
Tugas utama IFRS adalah pengelolaan yang mulai dari perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada
penderita hingga pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan
digunakan oleh pasien rawat inap, rawat jalan maupun semua unit di Rumah
Sakit. Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, IFRS harus menyediakan terapi
obat yang optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan bermutu tinggi
dengan biaya minimal.
IFRS juga bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi
yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan
berbagai bagian/unit diagnosa dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik
dan Rumah Sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasien yang lebih
baik (Siregar, 2004).
2.6.4 Ruang Lingkup Fungsi IFRS
IFRS mempunyai berbagai fungsi yang dapat digolongkan menjadi fungsi
klinik dan non klinik. Fungsi non klinik meliputi perencanaan, penetapan
spesifikasi produk dan pemasok, pengadaan, pengendalian, produksi,
penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi dan pengendalian
semua perbekalan kesehatan yang beredar (Siregar, 2004).
Ruang lingkup farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan
dalam program Rumah Sakit yaitu pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi
penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitotoksik, pelayanan di unit
perawatan kritis, penelitian, pengendalian infeksi Rumah Sakit, sentra informasi
obat, pemantauan reaksi obat merugikan (ROM), sistem pemantauan kesalahan
obat, buletin terapi obat, program edukasi ‘in-service’ bagi Apoteker, dokter dan
perawat dan investigasi obat, konseling, pemantauan kadar obat dalam darah,
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
9
Universitas Indonesia
ronde/visite pasien, pengkajian resep dan penggunaan obat (Siregar, 2004 dan
Menteri Kesehatan RI, 2004).
2.6.5 Struktur Organisasi IFRS
Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004,
pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi, tujuan, dan bagan organisasi
yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan filosofi pelayanan kefarmasian.
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,
koordinasi, dan kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasi minimal
mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi
klinik dan manajemen mutu, serta harus selalu dinamis sesuai perubahan yang
dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan.
Struktur organisasi dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat puncak,
tingkat menengah, dan garis depan. Manajer tingkat puncak bertanggung jawab
untuk perencanaan, penerapan, dan peningkatan efektifitas fungsi dari sistem
mutu secara menyeluruh. Manajer tingkat menengah sebagian besar merupakan
kepala bagian/unit fungsional yang bertanggung jawab untuk mendesain dan
menerapkan berbagai kegiatan pelayanan yang diinginkan. Manajer garis depan
terdiri atas personil pengawas yang secara langsung memantau dan
mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu pelayanan. Setiap personil
IFRS harus mengetahui lingkup, tanggung jawab, kewenangan fungsi mereka,
dampaknya pada pelayanan dan bertanggung jawab untuk mencapai mutu produk
dan pelayanan (Siregar, 2004).
2.7. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
2.7.1. Definisi PFT
Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit
dan Apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya
(Menteri Kesehatan RI, 2004).
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
2.7.2. Tujuan PFT
Tujuan Panitia Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan
obat, serta evaluasi obat.
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru
yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai kebutuhan
2.7.3. Fungsi dan Ruang Lingkup PFT
Berikut adalah beberapa fungsi PFT :
a. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat
yang sama.
b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf
medis.
c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang
termasuk dalam kategori khusus.
d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di
rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji rekam medik dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan obat secara rasional.
f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis
dan perawat.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
11
Universitas Indonesia
2.7.4. Struktur Organisasi PFT
Susunan organisasi PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap Rumah
Sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi Rumah Sakit setempat :
a. PFT harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) Dokter, Apoteker dan
Perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3 (tiga)
orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada.
b. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika Rumah
Sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua berasal
Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi farmasi atau
Apoteker yang ditunjuk.
c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali
dan untuk Rumah Sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat PFT
dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit
yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT.
d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,
termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam Rumah Sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
2.8. Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP)
2.8.1. Definisi Instalasi Sterilisasi Pusat
Instalasi sterilisasi pusat adalah unit pelayanan non struktural yang
berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai standar/pedoman dan
memenuhi kebutuhan barang steril di Rumah Sakit. Instalasi ini khusus melayani
ruang perawatan, klinik, laboratorium khusus seperti Cardiac Catherization
Laboratory (laboratorium katerisasi jantung) dan ruang operasi.
2.8.2. Tugas dan Tujuan Instalasi Sterilisasi Pusat
Tugas utama dari ISP adalah menyediakan seluruh kebutuhan barang atau
peralatan steril Rumah Sakit. ISP menerima pesanan barang untuk disterilkan
seperti alat-alat bedah dari instalasi bedah pusat serta obat-obat steril dari sub
bagian produksi (Siregar, 2004). Tujuan ISP adalah:
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
12
Universitas Indonesia
a. Membantu unit lain di Rumah Sakit yang membutuhkan alat-alat dengan
kondisi steril, untuk mencegah terjadinya infeksi.
b. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah, serta
menanggulangi infeksi nosokomial.
c. Efisiensi tenaga medis/paramedis lain serta pada media unit kegiatan-kegiatan
yang pada dasarnya bersifat patient care (berorientasi pada pelayanan
terhadap pasien).
d. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan .
2.8.3. Personil Instalasi Sterilisasi Pusat
Pemilihan tenaga kerja untuk ditempatkan di ISP harus dilatih terlebih
dahulu tentang prinsip sterilisasi, monitoring autoklaf, pengoperasian sterilisasi
gas, identifikasi alat bedah, menyusun dan membersihkan peralatan, tes
bakteriologi dan biologi dasar. Progam pelatihan ini membutuhkan waktu dan
biaya sehingga harus ada teknisi progam pelatihan untuk mengembangkan
karyawan sehingga berkualitas baik dari segi teori dan teknologi (Siregar, 2004).
2.8.4. Lokasi Ideal Instalasi Sterilisasi Pusat
Ruangan ISP idealnya berdekatan dengan ruangan pemakaian alat/bahan
steril terbesar di Rumah Sakit. Hal penting lain yang harus dipertimbangkan
adalah besarnya ruangan untuk ISP. Ruang ISP harus mampu menampung
baju/kain dalam jumlah besar yang berasal dari laundry dan ruang bedah serta
sejumlah besar produk intravena (IV) steril dan larutan irigasi jika tidak
diproduksi sendiri.
Faktor-faktor yang cukup penting untuk menentukan besar ruangan ISP
adalah ukuran dan keadaan Rumah Sakit, jumlah barang dalam ISP, jumlah shift
kerja per hari dan tipe sterilisasi yang dilakukan. Jika manajemen farmasi dan ISP
dikombinasi, secara fisik kedua ruangan dapat digabung atau berdekatan sehingga
memudahkan pengawas untuk melaksanakan tugasnya selama 24 jam (Siregar,
2004).
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
13
Universitas Indonesia
2.8.5. Kegiatan Instalasi Sterilisasi Pusat
Barang yang masuk ke dalam ISP dicatat dalam buku penerimaan yang
memuat data tentang tanggal masuk barang, nama dan jumlah barang, nama
ruangan serta keterangan mengenai fisik barang.
Barang yang masuk dalam ISP dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Barang bersih
Berasal dari bagian perbekalan dan distribusi, rumah tangga dan barang
pesanan untuk disterilkan.
b. Barang kotor
Berasal dari ruangan-ruangan seperti sarung tangan, pakaian, dan alat
kedokteran.
Proses seleksi dilakukan untuk memisahkan barang yang dapat dipakai
ulang dengan barang yang sudah rusak seperti sobek, tidak tajam lagi, bekas
pasien AIDS, dan sebagainya. Pemberian desinfektan dengan cara merendam
barang dalam larutan desinfektan seperti lisol dan wipol, kecuali tenun operasi
yang tidak mengalami proses pemberian desinfektan. Kontrol kualitas dilakukan
untuk menjamin mutu sterilitas produk yang dihasilkan. Kontrol kualitas tersebut
diantaranya adalah pemasangan indikator fisik pada barang-barang yang akan
disterilkan, uji mikrobiologi barang-barang yang telah disterilkan, penentuan
tanggal kadaluarsa untuk barang yang telah disterilkan (Siregar, 2004).
2.9. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit
Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai
dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi, dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
2.9.1. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai
menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
14
Universitas Indonesia
peran aktif Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas
dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.
2.9.2. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggung jawabkan seperti metode konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi.
a. Tujuan Perencanaan
Tujuan utama dari perencanaan dalam farmasi adalah untuk menetapkan
jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
b. Prinsip Perencanaan
Perencanaan obat harus ditetapkan berdasarkan pada pedoman
perencanaan, yaitu:
1. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) untuk tingkat nasional,
formularium Rumah Sakit untuk tingkat Rumah Sakit, standar diagnosis
dan terapi untuk unit pelayanan fungsional (UPF), dan juga berdasarkan
permintaan perbekalan farmasi.
2. Data catatan medik, untuk mengetahui macam-macam penyakit yang
diderita pasien, rata-rata lama perawatan pasien, serta jumlah pasien dalam
kurun waktu tertentu.
3. Sesuai dengan anggaran yang tersedia.
4. Penetapan prioritas berdasarkan sasaran unit pelayanan, jenis perbekalan
farmasi, dan fungsinya.
5. Siklus penyakit
6. Jumlah stok barang yang tersisa.
7. Data pemakaian periode lalu
8. Rencana pengembangan
c. Metode-Metode Perhitungan Obat
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
15
Universitas Indonesia
Perhitungan kebutuhan obat dilakukan untuk menghindari masalah
kekosongan obat atau kelebihan obat. Metode yang biasa digunakan dalam
perhitungan kebutuhan obat, antara lain :
1. Metode Konsumsi
Secara umum, metode konsumsi menggunakan data konsumsi obat individual
dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan data
konsumsi tahun sebelumnya. Dasarnya adalah data riil konsumsi obat per
periode yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
2. Metode Morbiditas
Metode morbiditas menggunakan data jumlah pasien pengguna fasilitas
kesehatan yang ada dan tingkat morbiditas (frekuensi masalah kesehatan yang
umum) untuk membuat rencana kesehatan obat yang dibutuhkan. Dasarnya
adalah jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan. Metode
morbiditas membutuhkan sebuah daftar tentang masalah kesehatan umum,
sebuah daftar obat-obatan yang penting mencakup terapi untuk masalah-
masalah tersebut dan satu set pengobatan standar untuk tujuan perhitungan
(berdasarkan pada praktek rata-rata atau pedoman pengobatan).
3. Metode kombinasi
Pada kasus tertentu digunakan metode morbiditas/epidemiologi, selain itu
dihitung dengan menggunakan metode konsumsi. Misalnya metode morbiditas
digunakan untuk menghitung obat-obat yang digunakan untuk kasus demam
berdarah berdasarkan angka prevalensinya, sisanya dihitung dengan
menggunakan metode konsumsi.
2.9.3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui melalui :
a. Pembelian :
Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi)
Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan
b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi:
Produksi Steril
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
16
Universitas Indonesia
Produksi Non Steril
c. Sumbangan/droping/hibah
Terdapat empat metode pada proses pengadaan, yaitu :
a. Pelelangan (tender) terbuka
Berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan. Pada penentuan harga metode ini lebih menguntungkan.
Untuk pelaksanaannya memerlukan staf yang kuat, waktu yang lama serta
perhatian penuh.
b. Tender terbatas
Sering disebutkan sebagai lelang tertutup. Hanya dilakukan pada rekanan
tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang baik. Harga masih
dapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih ringan bila dibandingkan
dengan lelang terbuka.
c. Pembelian dengan tawar-menawar
Metode dilakukan bila item tidak penting, tidak banyak dan biasanya
dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.
d. Pembelian langsung
Pembelian jumlah kecil, perlu segera tersedia. Harga tertentu, relatif agak
lebih mahal
2.9.4 Produksi
Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan mengemas
kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (Menteri Kesehatan RI, 2004). Kriteria obat
yang diproduksi adalah :
a. Sediaan farmasi dengan formula khusus.
b. Sediaan farmasi dengan harga murah.
c. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil.
d. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran.
e. Sediaan farmasi untuk penelitian.
f. Sediaan nutrisi parenteral.
g. Rekonstruksi sediaan obat kanker.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
17
Universitas Indonesia
h. Sediaan farmasi yang harus dibuat baru.
Jenis sediaan farmasi yang diproduksi (Departemen Kesehatan RI, 2008) :
a. Produksi Steril
Persyaratan teknis untuk produksi steril :
1. Ruangan aseptis.
2. Peralatan, contohnya laminar air flow (horizontal dan vertikal), autoclave,
oven, Cytoguard, dan alat pelindung diri.
3. Sumber daya manusia : petugas terlatih.
Kegiatan produksi steril meliputi :
1. Pembuatan Sediaan steril
Contoh : Pembuatan methylene blue, triple dye, aqua steril
2. Total Parenteral Nutrisi (TPN)
TPN adalah nutrisi dasar yang diperlukan bagi penderita secara intravena
yang kebutuhan nutrisinya tidak dapat terpenuhi secara enteral. Contoh
TPN adalah campuran sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, dan
mineral untuk kebutuhan individual dan dikemas ke dalam kantong khusus
untuk nutrisi.
3. Pencampuran Obat Suntik/ Sediaan Intravena (IV admixture)
IV admixture adalah pencampuran sediaan steril ke dalam larutan
intravena secara aseptis untuk menghasilkan suatu sediaan steril. Contoh
kegiatan IV admixture adalah mencampur sediaan intravena ke dalam
cairan infus dan melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan
pelarut yang sesuai.
4. Pengemasan Kembali (Re-packing)
5. Rekonstitusi Sediaan Sitostatika
b. Produksi Nonsteril
Kegiatan produksi nonsteril meliputi :
1. Pembuatan Sirup
Contoh sirup yang umum dibuat di Rumah Sakit adalah OBH (Obat Batuk
Hitam).
2. Pembuatan Salep
Contoh : Salep AAV (Asam salisilat, Asam benzoat, Vaseline album).
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
18
Universitas Indonesia
3. Pembuatan Puyer
Contoh : obat racikan
4. Pengemasan Kembali (Re-packing)
Contoh : Alkohol, Povidon Iodine
5. Pengenceran
Contoh : H2O2 3%
Sediaan farmasi yang diproduksi oleh IFRS harus akurat dalam identitas,
kekuatan, kemurnian, dan mutu. Oleh karena itu, harus ada pengendalian proses
dan produk untuk semua sediaan yang diproduksi atau pembuatan sediaan ruah
dan pengemasan yang memenuhi syarat. Formula induk dan batch harus
terdokumentasi dengan baik (termasuk hasil pengujian produk).
2.9.5 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian. Staf farmasi merupakan bagian
dari tim penerimaan perbekalan farmasi. Pedoman dalam penerimaan perbekalan
farmasi:
a. Setiap produk jadi yang telah di produksi oleh pabrik harus mempunyai
Certificate of Analysis (CA).
b. Barang harus bersumber dari distributor utama.
c. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk kategori bahan-
bahan berbahaya.
d. Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai Certificate of
Origin (CO).
e. Waktu kadaluarsa minimal 2 tahun.
2.9.6 Penyimpanan
Tempat penyimpanan perbekalan farmasi adalah gudang farmasi. Gudang
perbekalan famasi yang ideal ditempatkan pada posisi yang strategis, dapat
diakses oleh pihak internal maupun eksternal dan memiliki akses jalan yang baik
sehingga mengefisiensikan aktivitas keluar masuk perbekalan farmasi. Tujuan
penyimpanan :
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
19
Universitas Indonesia
a. Memelihara mutu barang dan menjaga kelangsungan persediaan.
b. Menjamin keamanan dari pencurian dan kebakaran.
c. Memudahkan dalam pencarian dan pengawasan persediaan barang
kadaluarsa.
d. Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.
Fungsi gudang farmasi adalah :
a. Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat. Menerima, menyimpan,
memelihara, dan mendistribusikan perbekalan farmasi.
b. Menyiapkan penyusunan rencana, pencatatan pelaporan mengenai persediaan
dan penggunaan perbekalan farmasi.
c. Mengamati mutu dan khasiat obat yang disimpan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, penyimpanan merupakan
kegiatan pengaturan perbekalan farmasi dengan ketentuan antara lain:
a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya.
b. Dibedakan menurut suhu dan kestabilannya.
c. Mudah tidaknya meledak/terbakar.
d. Tahan/tidaknya terhadap cahaya.
e. Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan
perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Ruang penyimpanan harus memperhatikan penempatan rak dan pallet untuk
kemudahan bergerak, suhu, sinar/cahaya, kelembaban, sirkulasi udara, pemisahan
untuk menjamin mutu produk, dan keamanan petugas. Umumnya, penyimpanan
dibagi berdasarkan :
a. Bentuk sediaan
b. Kelas terapi
c. Alfabetis
d. First in First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO)
e. Kestabilan sediaan.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
20
Universitas Indonesia
2.9.7 Pendistribusian
Kegiatan distribusi perbekalan farmasi di Rumah Sakit dilakukan untuk
menunjang pelayanan medis bagi pasien. Distribusi perbekalan farmasi di Rumah
Sakit dapat dilakukan dengan berbagai pilihan sistem. Sistem distribusi dirancang
atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan :
a. Efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada.
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.
c. Sistem total floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi
(Menteri Kesehatan RI, 2004).
Beberapa kategori sistem pendistribusian perbekalan farmasi adalah :
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Total Floor Stock)
Pada sistem total floor stock, sejumlah perbekalan farmasi disimpan dalam
ruang rawat untuk memenuhi kebutuhan di ruang tersebut. Pendistribusian
perbekalan farmasi menjadi tanggung jawab perawat ruangan. Perbekalan yang
disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh
petugas farmasi (Menteri Kesehatan RI, 2004). Sistem ini seharusnya
diminimalisasi tetapi dalam beberapa kondisi sistem ini dapat digunakan, yaitu :
1. Pada unit gawat darurat atau ruang operasi biasanya dibutuhkan obat atau alat
kesehatan dengan segera sehingga lebih baik disediakan stok. Akan tetapi, jika
terdapat satelit farmasi di dekat ruangan tersebut maka sistem ini bisa
dihindari.
2. Dalam keadaan gawat darurat, obat-obatan diharuskan tersedia di ruang
pelayanan pasien. Oleh sebab itu, umumnya disediakan stok obat-obat gawat
darurat di ruang rawat. Farmasi bertanggung jawab melakukan pengawasan
untuk obat-obat tersebut.
3. Untuk obat-obatan yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan biayanya
murah dapat dilakukan distribusi dengan sistem ini. Hal tersebut dilakukan
dengan pertimbangan risiko bahaya keamanan pasien atas obat tersebut rendah
(Quick, 1997).
Keuntungan dari sistem ini adalah :
1. Obat yang dibutuhkan cepat tersedia.
2. Meniadakan retur obat.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
21
Universitas Indonesia
3. Pasien tidak harus membayar obat berlebih.
4. Mengurangi jumlah personil farmasi.
Kelemahan dari sistem ini adalah :
1. Kesalahan obat tinggi (salah order dari dokter, salah peracikan oleh
perawat, salah etiket obat).
2. Persediaan obat di ruangan menjadi banyak.
3. Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar.
4. Menambah beban kerja bagi perawat.
b. Sistem Resep Perorangan (Resep Individual)
Pada distribusi dengan sistem resep individual, perbekalan farmasi
diberikan kepada pasien sesuai dengan yang tertulis di resep. Pendistribusian
perbekalan farmasi dengan sistem resep individual dilakukan melalui instalasi
farmasi (Departemen Kesehatan, 2004).
Keuntungan dari sistem ini adalah :
1. Resep dapat dikaji dulu oleh Apoteker.
2. Ada interaksi antara Apoteker, dokter, dan perawat.
3. Ada pengendalian persediaan.
Kelemahan dari sistem ini adalah :
1. Bila obat berlebih, pasien tetap harus membayar.
2. Obat dapat terlambat sampai ke pasien.
3. Masih memerlukan tenaga perawat untuk menyiapkan obat sebelum
diberikan ke pasien.
4. Kehilangan dan kesalahan penggunaan obat masih cukup besar karena
tidak adanya proses pengawasan ganda.
c. Sistem Unit Dosis
Pada sistem unit dosis, pendistribusian obat dilakukan melalui resep
perorangan yang disiapkan, diberikan/digunakan, dan dibayar dalam unit untuk
penggunaan satu kali dosis (Menteri Kesehatan RI, 2004). Penyiapan dan
pengendalian obat dilakukan oleh instalasi farmasi untuk tiap waktu penggunaan
dalam sehari. Selanjutnya, obat diserahkan kepada perawat untuk diberikan ke
pasien. Sistem unit dosis hanya dapat dilakukan untuk pasien rawat inap bukan
untuk pasien rawat jalan.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
22
Universitas Indonesia
Keuntungan dari sistem ini adalah :
1. Pasien hanya membayar obat yang telah dipakainya.
2. Tidak ada kelebihan obat/ yang tidak terpakai di ruang perawatan.
3. Semua obat dipersiapkan oleh farmasi sehingga perawat mempunyai
waktu yang lebih untuk merawat pasien.
4. Menciptakan sistem pengawasan ganda yaitu oleh farmasi ketika membaca
resep dokter, sebelum dan sesudah menyiapkan obat serta oleh perawat
ketika membaca formulir instruksi obat sebelum memberikan obat kepada
pasien. Hal ini akan mengurangi kesalahan pengobatan (medication error).
5. Memperbesar kesempatan komunikasi antara farmasi, perawat dan dokter
serta pasien.
6. Memungkinkan farmasi mempunyai profil farmasi penderita yang
dibutuhkan untuk Drug Use Review (pengkajian penggunaan obat).
7. Mempermudah pengendalian dan pemantauan penggunaan persediaan
farmasi.
Kelemahan dari sistem ini adalah :
1. Membutuhkan banyak tenaga farmasi.
2. Harus segera siap sebelum jam makan pasien.
3. Menggunakan lebih banyak bungkus obat
2.10. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit memiliki standar, berupa (Menteri
Kesehatan RI, 2004):
2.10.1. Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari skrinning resep
meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis.
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, tanggal lahir, nomor rekam medis, jenis kelamin dan berat badan
pasien
b. Nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter
c. Tanggal resep
d. Ruangan/unit asal resep
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
23
Universitas Indonesia
Kesesuaian farmasetik meliputi :
a. Bentuk dan kekuatan sediaan
b. Dosis dan jumlah obat
c. Stabilitas dan ketersediaan
d. Aturan, cara dan teknik penggunaan
Pertimbangan klinis meliputi :
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi, interaksi dan efek samping obat
d. Kontra indikasi
e. Efek aditif
2.10.2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada tenaga
kesehatan dan pasien. Tujuan PIO meliputi :
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
dilingkungan Rumah Sakit.
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi.
c. Meningkatkan profesionalisme Apoteker.
d. Menunjang terapi obat yang rasional.
Kegiatan PIO meliputi :
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan
pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, dan label obat.
d. Menyediakan informasi bagi PFT sehubungan dengan penyusunan
formularium Rumah Sakit.
e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga
kesehatan lainnya.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
24
Universitas Indonesia
f. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.
2.10.3. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
Pemantauan dan pelaporan ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis
dan terapi. Tujuan monitoring ESO yakni menemukan ESO sedini mungkin
(terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang), menentukan frekuensi
dan insiden ESO, dan mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/
mempengaruhi timbulnya ESO. Kegiatan monitoring efek samping obat meliputi:
a. Menganalisa laporan ESO
b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami ESO
c. Mengisi formulir ESO
d. Melaporkan ke Panitia ESO Nasional
Faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring ESO yakni kerjasama
dengan PFT dan ruang rawat serta ketersediaan formulir monitoring ESO.
Apoteker yang ingin memulai atau menerapkan program tersebut, dapat
mengusulkan beberapa metode kepada PFT. Usulan ini mencakup pelaporan
sukarela oleh praktisi individu, mengkaji kartu pengobatan pasien, surveilan obat
individu dan surveilan unit pasien.
2.10.4. Pengkajian Penggunaan Obat (Drug Use Review)
Pengkajian penggunaan obat adalah alat untuk mengidentifikasi
permasalahan terkait penggunaan obat seperti dosis yang tidak benar, reaksi efek
samping yang bisa dihindari, pemilihan obat yang tidak tepat dan kesalahan dalam
penyiapan dan pemberian obat (Quick, 1997). Pengkajian penggunaan obat
merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan dari pengkajian penggunaan obat
adalah (Departemen Kesehatan, 2004):
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
25
Universitas Indonesia
a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada
pelayanan kesehatan/dokter tertentu.
b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu
dengan yang lain.
c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik
d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Instrumen yang digunakan dalam pengkajian penggunaan obat adalah (Quick,
1997):
a. Indikator peresepan, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
1) Rata-rata jumlah obat per pasien.
2) Persentase obat yang diresepkan menggunakan nama generik.
3) Persentase pasien yang diresepkan antibiotik.
4) Persentase pasien yang diresepkan injeksi.
5) Persentase obat yang diresepkan dari daftar obat esensial.
b. Indikator pelayanan pasien, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
1) Rata-rata waktu konsultasi.
2) Rata-rata waktu dispensing.
3) Persentase obat aktual yang disiapkan.
4) Persentase pelabelan yang benar.
5) Persentase pasien yang memiliki pemahaman yang benar tentang obat.
c. Indikator fasilitas, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
1) Ketersediaan daftar obat-obat esensial.
2) Ketersediaan obat-obat esensial.
2.10.5. Konseling
Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat pasien rawat jalan dan
rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat,
efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan interaksi
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
26
Universitas Indonesia
dengan penggunaan obat-obat lain. Konseling dapat dilakukan untuk pasien
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Pasien rujukan dokter,
b. Pasien dengan penyakit kronis,
c. Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi,
d. Pasien geriatrik, dan
e. Pasien pulang sesuai dengan kriteria diatas.
Konseling terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya:
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode open-ended question, mencakup:
1) Apa yang dikatakan dokter mengenai obat
2) Bagaimana cara pemakaiannya
3) Efek yang diharapkan dari obat tersebut
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
d. Melakukan verifikasi akhir yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
2.10.6. Ronde/Visite Pasien
Ronde merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim
dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk:
a. Pemilihan obat.
b. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapeutik.
c. Menilai kemajuan pasien.
d. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.
Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan
tersebut kepada pasien.
b. Untuk pasien yang baru dirawat, Apoteker harus menanyakan terapi obat
terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
27
Universitas Indonesia
c. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin
penggunaan obat yang benar.
d. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk
pemberian obat.
Setelah kunjungan, Apoteker membuat catatan mengenai permasalahan dan
penyelesaian masalah dalam buku yang digunakan bersama antara Apoteker
sehingga dapat menghindari pengulangan kunjungan.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
28 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
3.1. Profil RSIA SamMarie Basra
3.1.1. Sejarah Singkat
Pertama kali didirikan pada 2004 sebagai Klinik Fertilitas dan Menopause
SamMarie Basra dengan spesifikasi khusus pada bidang kesehatan reproduksi di
bawah naungan SamMarie Healthcare Group, Struktur Organisasi SamMarie
Health Care Group dapat dilihat pada Lampiran 1. Pendiriannya diprakarsai oleh
Prof. Dr. dr. T.Z. Jacoeb, SpOG-KFER beserta istrinya, dr. Tjut Nurul Alam
Jacoeb, SpKK dan iparnya Ir. Yusuf Effendi Pohan, MPA beserta istrinya Ir. Cut
Intan Djuwita, MSc, dengan tujuan membantu pasangan suami-istri untuk
mendapatkan keturunan. Pada tahun 2010, klinik tersebut dikembangkan menjadi
"Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie Basra", sehingga Klinik SamMarie tidak
saja memberikan layanan kesehatan reproduksi, melainkan juga untuk memelihara
kesehatan ibu dan anak. Pelayanan yang diberikan lebih lengkap dan terpadu
dimulai dari persiapan kesehatan untuk mendapatkan keturunan, kesehatan ibu
selama hamil dan saat melahirkan hingga kesehatan di ibu, bayi dan anak ke
depannya. Rumah Sakit SamMarie Basra terletak di Jl. Basuki Rachmat Pondok
Bambu No.31 Jakarta Timur 13430.
3.1.2. Visi dan Misi
RSIA SamMarie Basra memiliki visi “Meningkatkan kesehatan dan ikut
mengurangi kematian perempuan dan anak melalui layanan terpadu bermutu
internasional dengan unggulan fertilitas dan menoandropause” dengan misi
sebagai berikut:
a. Memenuhi standar mutu internasional dalam layanan kesehatan perempuan
dan anak.
b. Menyediakan tenaga terampil dengan pengetahuan terkini dalam layanan
kesehatan perempuan dan anak.
c. Menjadi pusat pendidikan dan pelatihan bagi dokter spesialis dan perawat
tingkat mahir.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
29
Universitas Indonesia
d. Menjadi pusat rujukan bagi pemberi layanan kesehatan lain terutama dalam
hal fertilitas dan menoandropause.
e. Menjadi pusat rujukan bagi pemberi layanan kesehatan untuk
kegawatdaruratan bayi dan anak.
3.1.3. Tujuan
RSIA SamMarie Basra memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kemampuan tenaga medis dan paramedis serta tenaga
kesehatan lainnya.
b. Mendekatkan pencapaian masyarakat untuk layanan kesehatan perempuan
dan anak terpadu dengan mutu terbaik, efisien, dan profesional.
3.1.4. Slogan
RSIA SamMarie Basra memiliki slogan, yaitu “Kesehatan dan Kepuasan
Pasien Adalah Kebahagian Rumah Sakit”
3.1.5. Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia
RSIA SamMarie Basra dipimpin oleh seorang Direktur yang membawahi
tiga bidang, yaitu Bidang Pelayanan Khusus, Bidang Pelayanan dan Bidang
Umum. Struktur organisasi RSIA SamMarie Basra dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.1.6. Klasifikasi
RSIA SamMarie Basra merupakan rumah sakit khusus swasta kelas C.
Selain itu, RSIA SamMarie Basra juga merupakan rumah sakit pendidikan yang
bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan
Spesialis, Fakultas Farmasi UI, Telkom University, SMF IKIFA, Program Vokasi
Universitas Indonesia, Program S2 Kajian Administrasi Rumah Sakit FKM UI
dan lain sebagainya.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
30
Universitas Indonesia
3.2. Profil Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra
Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra didirikan pada Januari 2014,
sebelumnya pelayanan kefarmasian di RSIA SamMarie Basra dilakukan oleh
Apotek RSIA SamMarie Basra. Saat ini, operasional IFRS SamMarie Basra masih
dijalankan oleh tenaga kefarmasian yang sama dengan Apotek RSIA SamMarie
Basra.
3.2.1. Pelayanan IFRS
Pelayanan IFRS berdasarkan bagian – bagian yang dilayani meliputi :
1. Rawat Inap: Pemakaian alat kesehatan (RI alkes), obat oral pasien rawat inap
dan pemakaian bulanan.
2. OK, VK, NICU, HCU: Pemakaian alat kesehatan dan obat injeksi serta cairan
di unit
3. Lab Andrologi, IVF, CSSD: Pemakaian bulanan.
3.2.2. Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra adalah satuan kerja fungsional
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Manajer
Penunjang Medis. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker selaku
Kepala Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra.
Saat ini, operasional IFRS SamMarie Basra masih dijalankan oleh tenaga
kefarmasian yang sama dengan Apotek RSIA SamMarie Basra. Tenaga kerja di
Apotek dan Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra terdiri dari 2 orang
Apoteker, 5 orang Asisten Apoteker, dan 1 orang pekarya. Struktur organisasi
Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 3.
3.2.3. Operasional IFRS
IFRS diharapkan berjalan 24 jam tetapi saat ini operasional IFRS RSIA
SamMarie Basra oleh tenaga kerja khusus IFRS dilakukan pada 2 shift (07. 00 –
21.00). Di atas jam tersebut pelayanan rawat inap yang diberikan hanya alkes,
cairan dan injeksi, dan pelayanan dilakukan oleh AA Apotek, resep dari rawat
inap diserahkan ke IFRS keesokan harinya.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
31
Universitas Indonesia
3.3. Instalasi CSS – Linen RSIA SamMarie Basra
Kondisi steril melalui sterilisasi merupakan prinsip dasar untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial. Sterilisasi menjadi langkah awal untuk
terlaksananya patient safety melalui pemutusan mata rantai penyebaran
mikroorganisme. Pelaksanaan sterilisasi membutuhkan perangkat dan sistem yang
utuh dalam pelaksanaannya dengan petugas khusus dengan ketrampilan khusus
sebagai first step to quality. Oleh karena itu, Instalasi Sterilisasi menjadi unit yang
sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk memenuhi ketersediaan atas barang-
barang steril untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Alat kesehatan steril
menjadi produk akhir sterilisasi di ISP.
3.3.1 Definisi Instalasi Sterilisasi Pusat
ISP/CSSD disebut sebagai Instalasi Sterilisasi Pusat / Central Sterile
Supply Department merupakan unit kerja yang bertugas menyediakan barang-
barang dan peralatan steril yang dibutuhkan oleh departemen/instalasi/unit kerja
lainnya di RSIA SamMarie Basra.
3.3.2 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia
CSSD RSIA SamMarie Basra dikelola oleh Kepala CSSD yang
bertanggung jawab langsung kepada Manajer Penunjang Medis.
3.3.3 Ruang & Sarana Instalasi Sterilisasi Pusat SamMarie Basra
Ruang CSSD RSIA SamMarie Basra berada di Lantai 2 Gedung RSIA
SamMarie Basra, bersama dengan ruang operasi (OK) dan VK. Keseluruhan
lantai dilapisi dengan lapisan Epoksi. Alat yang digunakan untuk membantu
sterilisasi yaitu gas sterilisator dan autoclave sterilisator.
3.3.4 Kegiatan Instalasi Sterilisasi Pusat
a. Alur Perpindahan Barang Satu Arah
CSSD RSIA SamMarie Basra memiliki alur dalam perpindahan barang.
Barang non steril diterima serta dipilih dan disortir. Barang direndam,
dibersihkan, dibilas, dan dikeringkan, kemudian barang dikemas bersama dengan
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
32
Universitas Indonesia
indikator dalam. Barang yang dikemas lalu diberi label, disusun dan akhirnya
melalui proses sterilisasi. Setelah proses sterilisasi, barang akan masuk disimpan.
b. Proses Sterilisasi Barang Medis Ulang Pakai
Proses sterilisasi barang medis ulang pakai CSSD RSIA SamMarie Basra
harus melalui proses dekontaminasi terlebih dahulu. Barang yang didekontaminasi
dikeringkan dan dilakukan kontrol spesifikasi, lalu memasuki tahap pengemasan,
labeling dan penyusunan. Setelah penyusunan barang disterilisasi dengan suhu
tinggi atau suhu rendah. Barang diuji secara visual dan ditempatkan di bagian
penyimpanan barang steril untuk didistribusikan.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
33 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. IFRS
IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) SamMarie Basra baru saja berdiri
pada Januari 2014, dengan baru berdirinya instalasi ini maka fungsinya sebagai
suatu Instalasi belum sepenuhnya sempurna. IFRS memiliki tanggung jawab atas
beberapa Instalasi lainnya seperti rawat inap, OK & VK, NICU, PICU dan HCU.
Namun farmasi belum mendirikan satelit di setiap instalasi tersebut. Maka, semua
persediaan ke setiap instalasi dilakukan secara langsung dari instalasi farmasi
pusat di lantai 1. IFRS beroperasi selama 24 jam dibagi ke dalam 3 shift , yaitu :
shift pagi jam 07.00 – 14.00, jam midle 14.00 – 21.00, dan Shift malam 21.00 –
07.00 pagi. Letak dari IFRS sendiri masih bergabung dengan Apotek.
Pelayanan farmasi di instalasi rawat inap, OK, VK, NICU, PICU, dan
HCU dikelola oleh instalasi farmasi pusat, oleh satu orang apoteker yang
mengelola bidang manajemen. Apoteker bertanggung jawab pada perbekalan
farmasi, maka dari itu peran apoteker dalam pengelolaan perbekalan farmasi
kefarmasian mulai dari perencanaan, defakta obat, penerimaan, penyimpanan dan
pelaporan, distribusi perbekalan farmasi, pelayanan resep pasien rawat inap,
pemesanan dari instalasi terkait (HCU, OK, VK, NICU, dan PICU) serta resep
bersifat cito.
Hampir semua instalasi seperti OK, VK, HCU, NICU, dan PICU memiliki
prosedur pemenuhan persediaan yang sama dari instalasi farmasi pusat, yaitu :
perawat dibagian instalasi baik OK, VK, maupun HCU, NICU, dan PICU
memberikan surat pemesanan (SP) yang berisi stok obat dan perbekalan kesehatan
yang dibutuhkan, kemudian SP diberikan kepada asisten apoteker di instalasi
farmasi, kemudian dilakukan pemesanan ke PBF Tramedifa. Pemesanan
dilakukan sesuai dengan jam kerja PBF Tramedifa. Setelah pesanan datang,
Apoteker mengecek kesesuaian fisik, jumlah, ED pada barang datang dengan
yang terdapat pada faktur, kemudian Apoteker ataupun asisten yang melakukan
pemeriksaan pemesanan memberikan tanda tangan di faktur yang telah dicek.
Lalu menghubungi pihak instalasi terkait, mengenai pemesanan yang sudah
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
34
Universitas Indonesia
diantar. Kemudian, dilakukan serah terima yang sebelumnya perawat instalasi
terkait sudah mengecek barang pesanan,lalu Apoteker memberikan tanda tangan
pada surat pesanan. Untuk persediaan di ruang inap, memiliki cara distribusi,
yaitu secara unit dose. Cara distribusi unit dose ini dengan cara menyerahkan obat
atau perbekalan kesehatan pada pasien di setiap penggunaan obat. Distribusi unit
dose yang dikelola oleh IFRS pusat, dikarenakan hanya ada satu IFRS tanpa
adanya satelit IFRS lainnya. Pasien di ruang rawat inap dan telah didiagnosa
datanya dicantumkan dalam daftar dokumen pasien rawat inap yang di dalam
terdapat daftar obat yang diberikan sesuai dengan resep serta waktu obat diberikan
beserta tanda tangan perawat instalasi rawat inap yang menerima obat (contoh
daftar dokumen dapat dilihat pada Lampiran 4-5). Resep pasien dikirim ke bagian
instalasi farmasi untuk dicatat pada daftar dokumen pasien rawat inap. Farmasi
juga harus memeriksa resep untuk memungkinkan terjadinya interaksi obat dan
kerasionalan terapi, kemudian jadwal pemberian obat pasien dikoordinasikan
dengan perawat ruang rawat inap. Dan farmasi mengirimkan obat ke ruang rawat
inap sesuai dengan waktu pemakaian di jam-jam tertentu. selama proses
berlangsung farmasi dapat berkonsultasi pada dokter atau perawat untuk
memastikan penggunaan obat tepat pasien. Pada Lampiran 6 dapat dilihat alur
pelayanan IFRS pada rawat inap dan pada Lampiran 7 dapat dilihat alur pelayanan
IFRS pada OK, VK, HCU.
IFRS melakukan pemesanan setiap hari dengan mengecek jumlah stok
tiap pagi disesuaikan dengan penyakit atau endemi yang berkembang pada kurun
waktu saat itu dan dokter yang praktek pada hari tersebut. Kemudian dilakukan
data obat dan alkes apa saja yang sudah mencapai batas minimal dan yang paling
dibutuhkan, kemudian dilakukan pemesanan ke tramedifa di jam kerja tramedifa.
Untuk obat-obatan yang diperlukan dispensing sebelum pemakaian,
farmasi belum ikut terlibat, untuk hal ini perawat yang melakukan dispensing
untuk memenuhi kebutuhan pasien, fungsi farmasis secara klinis belum berjalan
seperti ronde ataupun visite.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
35
Universitas Indonesia
4.2. Sumber Daya Manusia
Satelit Farmasi Pusat terdiri dari 1 apoteker, 5 asisten apoteker dan 1
pekarya untuk mengurus gudang penyimpanan. Pelayanan dilakukan selama 24
jam, tetapi untuk sekarang pelaksanaanya dilakukan hanya 2 shift (07.00 – 21.00)
diatas jam tersebut tetap melayani khusus untuk rawat inap seperti: alkes, cairan,
injeksi dengan bantuan AA apotek, resep dari rawat inap diserahkan ke IFRS
keesokan harinya.
4.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
4.3.1. Perencanaan dan pengadaan
Perbekalan farmasi yang dipesan ke PBF Tramedifa dilakukan
berdasarkan jadwal praktik dokter. Stok diperiksa setiap harinya untuk
memastikan stok tidak mencapai jumlah minimum, khusus untuk obat-
obatan yang sering digunakan oleh dokter-dokter yang praktik pada hari
tersebut. dan pemesanan dari instalasi dilakukan setiap bulan. Setelah
barang siap, penerimaan dilakukan oleh asisten apoteker dan stok langsung
dimasukkan ke dalam rak penyimpanan.
4.3.2. Penyimpanan
Perbekalan farmasi disusun dengan sistem First Expired First Out
(FEFO)/First In First Out (FIFO). Beberapa jenis perbekalan farmasi
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1. Jenis Perbekalan Farmasi
No. Perbekalan
Farmasi
Keterangan
1. Obat 1. Obat disusun secara alfabetis.
2. Obat disusun berdasarkan bentuk sediaan:
oral, injeksi, cairan.
3. Obat dibagi menjadi obat generik dan merk
dagang.
4. Obat dengan penyimpanan khusus:
a. termolabil, disimpan dalam lemari
pendingin dengan suhu 2-80C,
b. obat narkotik, dalam lemari kayu khusus
dengan kunci ganda.
c. obat psikotropik dalam lemari kayu
khusus
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
36
Universitas Indonesia
2. Alat kesehatan Penyusunan berdasarkan fungsi dan cara
penggunaan alat kesehatan.
Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu dijaga dengan
cara:
a. Pengecekan suhu penyimpanan, dilakukan 3 kali sehari.
b. Pengecekan produk farmasi yang mendekati Expired Date (ED)
dalam jangka waktu 6 bulan.
c. Produk farmasi ditempel bila ED dekat (kurang dari 3 bulan).
c. Pelayanan resep
Resep yang datang, terutama untuk pasien jaminan, dilakukan
verifikasi terlebih dahulu. Verifikasi resep meliputi verifikasi
administrasi, farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya seperti syarat
jaminan khusus pasien pasien jaminan pemerintah, kwitansi pada semua
pasien. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui
IT dan diganti statusnya.
d. Distribusi
Jenis distribusi yang dilakukan di Satelit Farmasi Pusat adalah
resep individual harian. Resep yang telah disiapkan akan diambil oleh
petugas dari masing-masing unit kerja atau petugas instalasi farmasi
sendiri yang mengambil resep tersebut.
4.4. Gudang Perbekalan Farmasi (Gudang PF)
Gudang merupakan bagian dari proses pengelolaan perbekalan farmasi
dimana dalam struktur organisasi IFRS penanggung jawab gudang perbekalan
farmasi bertanggung jawab kepada kepala instalasi farmasi. Gudang perbekalan
farmasi terdiri dari Gudang alat kesehatan, Gudang obat oral, sediaan semisolid
dan injeksi. Tata ruang gudang pusat diatur berdasarkan arah arus penerimaan dan
pengeluaran perbekalan farmasi terdiri atas gudang obat-obatan yang diletakkan di
rak lemari di samping ruang racik (di ruangan paling depan), kemudian di ruang
selanjutnya terdapat gudang alat kesehatan, cairan infus, dan lemari pendingin
khusus untuk penyimpanan vaksin.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
37
Universitas Indonesia
Sebagai bagian dari pengelola perbekalan farmasi di SamMarie, gudang
perbekalan farmasi bertanggung jawab dalam menjaga ketersediaan perbekalan
farmasi yaitu dengan melakukan kegiatan utama penerimaan perbekalan farmasi
dari distributor, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ke seluruh
instalasi. Tenaga kerja di gudang perbekalan farmasi yang bertanggung jawab
terhadap gudang terdapat 1 orang asisten apoteker yang mengelola gudang.
4.5. Penerimaan Perbekalan Farmasi
Gudang melakukan permintaan perbekalan farmasi yang dibutuhkan
secara rutin berdasarkan jumlah stok dan dokter yang praktik pada hari tersebut.
Setelah defekta disusun, petugas pengadaan akan membuat surat pesanan dalam
sistem komputer. Petugas pemesanan akan menghubungi PBF Tramedifa. Pada
hari pesanan tersebut, perbekalan farmasi yang diminta akan dikirim ke gudang.
Penerimaan merupakan proses serah terima perbekalan farmasi yang
dilakukan oleh panitia penerimaan kepada pihak gudang. Saat penerimaan
dilakukan pemeriksaan dokumen dan fisik perbekalan farmasi yang dikirim.
Kemudian asisten penerimaan membubuhkan tanda tangan, nama jelas dan
stempel serta tanggal penerimaan pada faktur penjualan, dan salinan faktur yang
diserahkan kepada petugas administrasi untuk diproses lebih lanjut. Kemudian
petugas menginput data perbekalan farmasi yang diterima kedalam sistem
komputer dan kartu stok manual yang meliputi spesifikasi produk, asal distributor,
jumlah dan waktu kadaluarsa.
Pemeriksaan fisik perbekalan farmasi yang diterima meliputi keadaan fisik
produk, waktu kadaluarsa, spesifikasi dan kesesuaian penanganan obat termolabil.
Pengiriman obat termolabil disyaratkan menggunakan cool box yang dilengkapi
dengan termometer penunjuk suhu dan dipastikan berada pada rentang 2-8°C, jika
pengiriman tersebut tidak sesuai dengan yang disyaratkan maka petugas gudang
akan melakukan penukaran produk yang baru.
4.5.1 Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Pengaturan tata ruang gudang perlu dilakukan untuk memudahkan
penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
38
Universitas Indonesia
Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan dengan sistem First In First Out
(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan perbekalan farmasi di
tempatkan pada beberapa tempat yang terpisah, yaitu obat luar maupun dalam di
gudang depan, kemudian vaksin, cairan infus, alat kesehatan, disimpan di gudang
belakang. Pengaturan penyimpanan perbekalan farmasi di gudang I dilakukan
berdasarkan kategori berikut :
a. Obat penyimpanannya disusun berdasarkan beberapa kategori. Kemudian tiap
kategori disusun berdasarkan alfabetis dengan penyimpanan dipisah. Kategori
penyusunan obat :
Tujuan penggunaan : obat oral dan obat luar
Bentuk sediaan : sediaan padat dan cair (untuk obat dalam) dan semi solid
dan injeksi (obat luar)
Penyimpanan khusus : narkotika dan psikotropika
Stabilitas : obat termolabil disimpan di dalam kulkas dengan suhu yang
sesuai
Generik dan Nama dagang
b. Alat kesehatan
Khusus yaitu berdasarkan unit kerja
Penggunaan/ fungsi, misal: dressing
Volumenious yaitu berdasarkan volume perbekalan farmasi
Dalam rangka menjaga mutu perbekalan farmasi yang disimpan, gudang
melakukan langkah-langkah berikut ini:
1. Melakukan stock opname tiga bulan sekali
Stock opname di gudang berguna untuk mengetahui perbekalan farmasi yang
memiliki waktu kadaluarsa singkat dan tidak memenuhi persyaratan. Produk
yang akan kadaluarsa kurang dari tiga bulan diberi label kadaluarsa.
2. Melakukan pemantauan suhu kulkas dan suhu ruangan setiap hari
Pemantauan suhu kulkas dan ruangan dilakukan tiga kali sehari pada pukul
07.00, 14.00 dan 21.00 WIB, dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat.
3. Memisahkan produk bermasalah
Gudang juga bertanggung jawab atas perbekalan farmasi yang tidak
memenuhi persyaratan dan telah kadaluarsa. Untuk perbekalan farmasi yang
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
39
Universitas Indonesia
tidak memenuhi persyaratan akan dilakukan penukaran ke distributor,
sedangkan yang telah kadaluarsa akan dilakukan penukaran ke distributor bila
disetujui atau akan dimusnahkan.
4.5.2 Pendistribusian Perbekalan Farmasi
Pendistribusian merupakan proses penyaluran perbekalan farmasi dari
gudang yang dilakukan berdasarkan permintaan yang disertai bukti serah terima.
Gudang melayani permintaan rutin yang telah dijadwalkan untuk setiap unit kerja
serta permintaan mendesak/cito setiap hari. Sistem manual dilakukan oleh unit
kerja dengan menggunakan surat permintaan perbekalan farmasi yang harus
diantar langsung oleh petugas dari unit kerja ke instalasi farmasi sebelum
pengambilan perbekalan farmasi.
Setelah permintaan diterima, petugas akan menyetujui permintaan sesuai
dengan persediaan yang ada di gudang. Selanjutnya, petugas gudang akan
menyiapkan perbekalan farmasi yang disetujui serta melakukan pencatatan jenis
dan jumlah perbekalan farmasi yang tertera pada formulir permintaan. Petugas
administrasi akan memproses formulir permintaan tersebut untuk mendapatkan
Form Distribusi Obat/Alkes bagi tiap satelit/unit/departemen terkait.
Setelah perbekalan farmasi disiapkan, petugas gudang akan menghubungi
satelit/unit kerja terkait untuk memberitahukan bahwa perbekalan farmasi sudah
siap diambil. Pada saat penyerahan dilakukan pengecekan kembali oleh petugas
gudang dan pihak satelit/departemen dengan membaca ulang dan memeriksa
perbekalan farmasi yang telah disiapkan serta mencatat di buku serah terima
gudang yang dilakukan di ruang pendistribusian. Sedangkan untuk unit kerja yang
tidak memiliki petugas untuk mengambil perbekalan farmasi, petugas farmasi
yang akan mengantarkannya.
Khusus untuk permintaan cito pendistribusiannya dapat dilakukan setiap
hari hal ini karena permintaan cito berasal kekosongan perbekalan farmasi di
satelit/unit kerja serta gudang pusat atau dari permintaan obat yang bukan
termasuk kontrak tender. Perbekalan farmasi yang diambil tersebut kemudian
dicatat pada buku cito di gudang dan unit terkait. Untuk memenuhi permintaan
perbekalan farmasi di luar jam operasional gudang, petugas harus menghubungi
penanggung jawab farmasi untuk mengambil perbekalan farmasi di gudang.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
40
Universitas Indonesia
Dalam pelaksanaan PKPA, mahasiswa berkesempatan untuk mengamati
dan membantu melaksanakan kegiatan penyimpanan dan pendistribusian
perbekalan farmasi di gudang pusat diantaranya :
1. Membantu memeriksa stok barang yang datang dari PBF tramedifa.
2. Membantu merapikan susunan sediaan obat oral dengan menyusunnya secara
FEFO dan memeriksa waktu kadaluarsa dari tiap obat.
3. Memeriksa kesesuaian jumlah obat oral yang tertera pada kartu stok dengan
jumlah fisik yang ada.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
41 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Instalasi farmasi di rumah sakit berperan sebagai bagian fungsional dari
organisasi rumah sakit yang menjamin terselenggaranya pelayanan kefarmasian
yang komprehensif. Apoteker di rumah sakit bertanggung jawab melaksanakan
pelayanan kefarmasian yaitu pengelolaan perbekalan kefarmasian dan
pelaksanaan kegiatan farmasi klinis. Apoteker juga berperan sebagai seorang
manajer yang berperan dalam mengelola sumber daya manusia (SDM), sarana dan
prasarana, serta upaya peningkatan pendapatan rumah sakit.
Pelaksanaan pelayanan kefarmasian IFRS di RSIA SamMarie Basra baru
saja berdiri dan masih dalam tahap awal proses berfungsinya kegiatan pelayanan
kefarmasian di IFRS. Sumber daya manusia, fasilitas, serta sistem yang
mendukung dalam hal klinis. IFRS berperan banyak dalam penetapan prosedur
untuk memastikan suatu kegiatan berjalan sesuai standar, memantau berjalannya
program IFRS yang sedang berlangsung, mengelola pendistribusian obat ke
instalasi-instalasi di rumah sakit agar pasien mendapatkan pelayanan kesehatan
yang optimal.
5.2. Saran
Berdasarkan pengamatan kami selama PKPA, berikut adalah beberapa
saran yang dapat kami sampaikan:
A. Tenaga Kerja
1. Penambahan jumlah Asisten Apoteker di Sub Instalasi Produksi dan
didirikan satelit farmasi pada instalasi inap, HCU, NICU, PICI, OK, dan
VK
2. Pemberian pelatihan dan pendidikan lanjutan bagi para Apoteker dan
Aisten yang telah ada untuk meningkatkan kualitas sehingga dapat
mengoptimalisasikan pelaksanaan pelayanan kefarmasian. Dan diberikan
pelatihan serta seminar untuk para pekerja bagian farmasi yang beru
datang supaya dapat mengetahui apa beban kerja masing-masing jabatan
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
42
Universitas Indonesia
3. Setiap kejadian yang terjadi di instalasi farmasi sebaiknya ditulis di dalam
buku komunikasi dan dilakukan briefieng, sehingga jika terjadi pergantian
shift akan dapat diketahui oleh seluruh pegawai
B. Fasilitas
1. Pengadaan buku komunikasi untuk instalasi farmasi
2. Penggunaan sistem barcode untuk mengurangi terjadinya selisih jumlah
stock sediaan farmasi dengan jumlah fisik aslinya.
3. Penyimpanan B3 seharusnya pada ruangan yang disertai sistem
pengamanan dini seperti smoke detector serta rak khusus B3 yang terbuat
dari logam yang tidak mudah terbakar, selain itu distributor diminta untuk
menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS) saat mengirimkan B3
dan sebaiknya yang sudah diterjemahkan bila tidak tersedia, maka petugas
gudang harus menerjemahkannya untuk menghindari terjadinya
kecelakaan kerja.
4. Pemindahan lokasi gudang ke tempat yang lebih strategis dan ideal
sehingga dapat diakses oleh pihak internal maupun eksternal. Bila lokasi
sudah pemanen maka pembuatan jadwal rutin penerimaan perbekalan
farmasi oleh petugas gudang perbekalan farmasi
5. Pengadaan brosur dan booklet informasi obat untuk mempermudah
penyampaian informasi terkait obat kepada seluruh tim medis di rumah
sakit serta pasien sendiri.
C. Manajemen pengelolaan perbekalan farmasi
1. Pelatihan khusus bagi seluruh pegawai instalasi farmasi untuk
meningkatkan kompetensi sehingga dapat menyediakan sediaan farmasi
yang lebih berkualitas serta meningkatkan keamanan mereka dalam
bekerja.
2. Pendataan jumlah konsumsi rata-rata/hari perbekalan farmasi di tiap
instalasi sebagai dasar perencanaan pemesanan defekta barang di instalasi
farmasi.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
43 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2010). Materi
Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 1197/ Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 Tentang Klasifikasi
Rumah Sakit. Jakarta
Presiden Republik Indonesia. (1996). Peraturan Pemerintah RI No.32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang
Kesehatan. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang No.44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit. Jakarta.
Quick, J.D. [ed]. (1997). Managing Drug Supply: The Selection, Procurement,
Distribution, and Use of Pharmaceuticals 2nd ed. Connecticut: Kumarin
Press Inc.
Siregar, Charles J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
44
SamMarie Healthcare
Group SMHG
SamMarie Purnafiat, PT
2003
SamMarie Family Healthcare,
Wijaya 2004
SamMarie Tramedifa, PT
2007
Tramedifa GTPD
2007
Tramedifa IT Solutions
2011
Rucitra Salon
2008
Tebet
2008
Basra
2011
SamMarie Primafiat, PT
2009
RSIA SamMarie Basra
2010
Klinik Fertilitas & Bayi Tabung
SamMarie 2011
SamMarie Pharma, PT
2014
Apotek, Tebet
2008
Lampiran 1. Struktur Organisasi SamMarie Healthcare Group
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
45
Lampiran 2. Struktur Organisasi RSIA SamMarie Basra
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
46
Lampiran 3. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
44
Lampiran 4 Contoh Formulir Resep dan Telaah Resep
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
45
Lampiran 5 Formulir Catatan Medisinal IFRS untuk Pasien Rawat Inap
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
46
Lampiran 6 Alur Pelayanan Resep dari Farmasi ke Rawat Inap
Resep
1. Obat oral:
Dibeli ke
Apotek
untuk unit
dose dan
dibuatkan
copy resep.
2. Injeksi,
cairan,
alkes
disiapkan
untuk satu
kali
pemakaian
Asisten
Apoteker
menginput
pemakaian
obat, injeksi,
cairan, alkes
ke komputer
Obat Injeksi,
cairan, alkes
sesuai dengan
resep
diserahkan
kepada
perawat untuk
diberikan pada
pasien
Asisten
Apoteker
menginput
pemakaian
obat injeksi,
cairan, alkes
ke dalam
lembar
pemakain
obat pasien
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
47
Lampiran 7 Alur Pelayanan Resep ke Instalasi OK, VK, NICU, HCU
Resep
Asisten Apoteker
menginput
pemakaian
injeksi, cairan,
alkes ke
komputer
Print Kuitansi
sebanyaak
rangkap 2,
untuk kasir
dan farmasi
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
KESESUAIAN PENULISAN RESEP OLEH DOKTER TERHADAP
FORMULARIUM RUMAH SAKIT DI RSIA SAMMARIE BASRA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PUTRI SYAHIDA AGUSTINA, S.Farm.
1306344072
ANGKATAN LXXVIII
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2. Tujuan ...................................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................2
2.1. Peraturan Terkait Kefarmasian di Rumah Sakit ....................................2
2.2. Formularium Rumah Sakit ....................................................................2
2.3. Resep .....................................................................................................4
BAB 3 METODE PENGKAJIAN ...........................................................................5
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................5
3.2. Obyek Penelitian ...................................................................................5
3.3. Metode Pengumpulan Data ...................................................................5
3.4. Cara Kerja .............................................................................................5
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................6
4.1. Hasil ......................................................................................................6
4.2. Pembahasan ...........................................................................................6
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................9
5.1. Kesimpulan ...........................................................................................9
5.2. Saran ......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................11
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4. 1. Grafik Kesesuaian Resep Dengan Formularium RSIA SamMarie Basra
2013 ............................................................................................................... 7
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4. 1. Perbandingan Obat-obat Dalam Resep Terhadap Obat-obat yang Tercantum
Dalam Formularium RSIA SamMarie Basra 2013 ........................................... 6
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Obat yang Dituliskan oleh Dokter dalam Resep Tetapi Tidak
Tercantum dalam Formularium RSIA SamMarie Basra 2013 .........12
Lampiran 2. Rancangan Formularium RSIA SamMarie Basra 2014 ....................15
Lampiran 3. Telaah Resep .....................................................................................21
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Formularium sebagai salah satu bentuk tertulis hasil kerja Panitia Farmasi
Terapi memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pasien. Formularium
digunakan secara terbatas, di lingkungan rumah sakit yang membuat formularium,
untuk menunjang kebutuhan pasien. Instalasi farmasi menggunakan formularium
dalam merencanakan pengadaan sediaan farmasi. Dokter menggunakan
formularium dalam penulisan resep agar obat yang dicantumkan dalam resep
terjamin ketersediaannya.
Formularium digunakan dengan sistem proses berkelanjutan,
memungkinkan pengembangan dan revisi formularium bersesuaian dengan
kebutuhan pasien. Pada beberapa kasus, farmasis akan meminta persetujuan
dokter sebelum melakukan dispensing jika obat yang dicantumkan dalam resep
tidak tersedia di IFRS. Hal tersebut dapat menurunkan efisiensi kerja farmasis dan
dapat dihindari jika obat-obatan yang dituliskan dalam resep tersedia di IFRS.
Pengadaan obat-obatan di IFRS dan pencantuman obat di resep dapat
disinkronisasi dengan keberadaan formularium dan sistem proses
berkelanjutannya. Keberadaan formularium yang berkelanjutan memerlukan
dukungan dokter yang berhadapan langsung dengan pasien dan farmasis yang
mengatur persediaan obat di IFRS sekaligus memberikan informasi obat kepada
pasien.
1.2. Tujuan
Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui nilai kepatuhan penulisan
resep oleh dokter dibandingkan dengan Formularium RSIA SamMarie 2013.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
2 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peraturan Terkait Kefarmasian di Rumah Sakit
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menjelaskan
tentang kefarmasian di rumah sakit, meliputi:
a. Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau.
b. Pelayanan sediaan farmasi di rumah sakit harus mengikuti standar pelayanan
kefarmasian.
c. Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di rumah
sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu.
d. Besaran harga perbakalan farmasi pasa instalasi darmasi rumah sakit harus
wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang ditetapkan pemerintah.
Instalasi Farmasi sebagai bagian dari rumah sakit bertugas
menyelenggarakan, mengkoordinasikan. Mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan kefarmasian di rumah sakit
(Presiden RI, 2009).
Sistem satu pintu yang dilaksanakan oleh instalasi farmasi adalah sistem
bahwa rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan kefarmasian termasuk
pembuatan formularium pengadaan, dan pendistribusian alat kesehatan, sediaan
farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk menngutamakan
kepentingan pasien (Presiden RI, 2009)
2.2. Formularium Rumah Sakit
2.2.1. Definisi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
Formularium Rumah Sakit adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh
Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi
pada setiap batas waktu yang ditentukan (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
3
Universitas Indonesia
2.2.2. Komposisi Formularium
Formularium Rumah Sakit terdiri dari (Departemen Kesehatan RI, 2004):
a. Halaman judul
b. Daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi
c. Daftar isi
d. Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat
e. Produk obat yang diterima untuk digunakan
f. Lampiran
Pengembangan dan revisi formularium didukung oleh sistem yang
prosesnya terus berjalan. Dengan kata lain, saat Formulariun itu digunakan oleh
staf medis, Panitia Farmasi Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan
terhadap produk obat yang ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan
kesejahteraan pasien (Departemen Kesehatan RI, 2004).
2.2.3. Pedoman Penggunaan Formularium
Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan petunjuk kepada
dokter, apoteker, perawat serta petugas administrasi di rumah sakit dalam
menerapkan sistem formularium, meliputi (Departemen Kesehatan RI, 2004):
a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan
Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan,
organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung Sistem
Formularium yang diusulkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan
tiap–tiap institusi.
c. Staf medis harus menerima kebijakan–kebijakan dan prosedur yang ditulis
oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk menguasai sistem Formularium yang
dikembangkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
d. Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama generik.
e. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi
Farmasi.
f. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek
terapinya sama, seperti:
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Apoteker yang bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik
yang sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang
diminta.
Dokter mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus didasarkan
pada pertimbangan farmakologi dan terapi.
Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber
obat dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh
dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien.
2.3. Resep
Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
5 Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENGKAJIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Apoteker di RSIA
SamMarie Basra. Pengambilan data dilakukan pada 19 – 21 Maret 2014.
3.2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian merupakan dokumentasi berupa resep yang ditulis oleh
dokter yang membuka praktek di RSIA SamMarie Basra. Jumlah obyek penelitian
yang digunakan adalah 444 resep dengan kriteria:
a. Inklusi:
Resep ditulis oleh dokter yang membuka praktek di SamMarie Basra.
Resep ditulis dalam selama bulan Februari 2014.
Resep yang mencantumkan satu atau lebih jenis obat dengan atau
tanpa alat kesehatan habis pakai.
b. Eksklusi:
Resep yang hanya mencantumkan alat kesehatan habis pakai seperti
spuit dan vasofix. (Departemen Kesehatan RI, 2008)
3.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membandingkan obat–obat yang
tercantum diresep terhadap Formularium RSIA SamMarie 2013 dan mencatat
obat–obatan yang tidak tercantum di dalam Formularium RSIA SamMarie 2013.
3.4. Cara Kerja
Setiap data yang diperoleh diolah menggunakan Microsoft Excel, dihitung
presentasenya kemudian diubah ke dalam bentuk grafik. Analisis data dalam
survei ini menggunakan analisis deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedur
untuk menjawab tujuan dari tugas khusus ini, dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan obyek penelitian, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
6 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil perbandingan obat – obat yang dicantumkan dalam resep terhadap
obat – obatan yang tercantum dalam Formularium RSIA SamMarie Basra 2013
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1. Perbandingan Obat-Obat Dalam Resep Terhadap Obat-Obat yang
Tercantum Dalam Formularium RSIA SamMarie Basra 2013
No. Kategori Jumlah Persentase (%)
1. Total resep yang dianalisis 444 100
2. Jumlah resep yang dilayani oleh IFRS
SamMarie Basra 232 52,25
3. Jumlah resep yang dilayani oleh Apotek
RSIA SamMarie Basra 212 47,75
4. Jumlah resep yang mencantumkan obat-
obatan 369 83,11
5. Jumlah resep yang mencantumkan obat-
obatan dan alkes habis pakai 75 16, 89
6. Jumlah resep yang tidak sesuai dengan
Formularium RSIA SamMarie Basra
2013
259 58,33
7. Jumlah resep yang sesuai dengan
Formularium RSIA SamMarie Basra
2013
185 41,67
4.2. Pembahasan
Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di
Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Instalasi
farmasi bertugas dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan
mengawasi seluruh kegiatan pelayan farmasi serta pembinaan teknis kefarmasian
di Rumah Sakit.. Tugas khusus ini menganalisis kesesuaian obat – obat yang
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
7
Universitas Indonesia
diresepkan oleh dokter terhadap Formularium RSIA SamMarie Basra 2013 agar
dapat memenuhi kebutuhan pasien. Tugas khusus ini menggunakan Formularium
RSIA SamMarie 2013 karena Formularium RSIA SamMarie 2014 belum tersedia.
Penelitian dilakukan dengan menganalisis 444 resep dari 1337 resep yang
dilayani selama bulan Februari 2014 di RSIA SamMarie Basra. Berdasarkan hasil
pencatatan 444 resep yang tidak termasuk kriteria eksklusi diketahui bahwa 259
resep (58,33%) tidak sesuai dengan Formularium RSIA SamMarie Basra 2013.
Grafik kesesuaian resep terhadap Formularium RSIA SamMarie Basra 2013 dapat
dilihat pada Gambar 4.1. (RSUP Fatmawati, 2012)
Gambar 4. 1. Grafik Kesesuaian Resep Dengan Formularium RSIA SamMarie Basra 2013
Peresepan obat – obatan yang tidak tercantum dalam formularium biasanya
dilayani dengan mengganti merek obat selama zat aktif yang dikandung produk
obat sama. Daftar obat yang dituliskan oleh dokter dalam resep tetapi tidak
tercantum dalam Formularium RSIA SamMarie Basra 2013 dapat dilihat pada
Lampiran 1. Ketidaksesuaian penulisan resep dengan formularium disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu sosialisasi penggunaan formularium kepada dokter yang
dirasa masih kurang, tidak adanya Panitia Farmasi dan Terapi yang secara mandiri
dan independen memantau kinerja penggunaan formularium dari waktu ke waktu,
dan kasus-kasus pasien yang semakin bertambah di mana persediaanya belum
Tidak Sesuai 58.33%
Sesuai 41.67%
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
8
Universitas Indonesia
tertera di Formularium RSIA SamMarie 2013 sehingga IFRS tidak menyediakan
obat-obatan sesuai kebutuhan dokter.
Terdapat beberapa alasan lain yang menyebabkan tingginya
ketidaksesuaian obat – obat yang dicantumkan dalam resep terhadap formularium.
Pertama, formularium yang digunakan sebagai pembanding adalah Formularium
RSIA SamMarie Basra 2013, sedangkan resep yang ditelaah adalah resep yang
dilayani pada 2014 sehingga ada kemungkinan terjadi perubahan pola peresepan
dan produsen penyedia obat. Kedua, formularium belum digunakan secara aktif
oleh dokter – dokter yang praktek di SamMarie Basra dan tenaga kefarmasian.
Ketiga, dokter tidak berperan aktif dengan mengisi lembar survei kebutuhan obat.
Keempat, Formularium RSIA SamMarie Basra 2013 mencantumkan obat – obat
yang juga digunakan di fasilitas kesehatan lain yang berada di bawah naungan
SamMarie Health Group sehingga terdapat banyak pencantuman obat dengan
senyawa aktif yang sama tetapi merek dagang yang berbeda. Kelima, Tramedifa
sebagai distributor yang menangani pengadaan obat RSIA SamMarie Basra tidak
menyediakan obat sesuai dengan formularium. Keenam, analisis resep dilakukan
terhadap setiap lembar resep yang keluar, bukan terhadap satuan obat yang
dicantumkan.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
9 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pengadaan obat di rumah sakit dilakukan oleh instalasi farmasi dengan
sistem satu pintu. Pengadaan obat disesuaikan dengan formularium rumah sakit
yang penyusunan dan pengembangannya dilakukan oleh Panitia Farmasi dan
Terapi. Saat ini 41,67% penulisan resep oleh dokter sudah sesuai dengan
Formularium RSIA SamMarie 2013, sedangkan menurut Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit kesuaian resep dengan formularium yang harus dipenuhi
adalah 100%.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan perundang-undangan yang berlaku, terdapat
beberapa saran yang dapat diberikan:
a. RSIA SamMarie Basra membentuk kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi.
PFT dapat dibuat dalam lingkup RSIA SamMarie Basra ataupun
SamMarie Health Group.
b. Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya
dua bulan sekali.
c. Pemilihan obat untuk dimasukkan dalam formularium didasarkan pada
evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat
dan juga harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan
produk obat yang sama.
d. Dokter praktek di RSIA SamMarie Basra turut berpartisipasi dalam
mengusulkan pengadaan dan atau penghapusan obat yang tercantum dalam
formularium dengan mengisi Formulir Usulan Obat Baru (Lampiran 2).
e. Apoteker dan tenaga kefarmasian yang melayani resep mengisi halaman
Telaah Resep (Lampiran 3) terutama jika melakukan penggantian obat.
f. Mengubah bentuk cetak formularium agar lebih memadai untuk dibawa
oleh dokter.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
g. Mensosialisasikan formularium terbaru dan perubahannya kepada petugas
medis rumah sakit, serta menyebarkan bentuk cetaknya kepada dokter
praktek, di instalasi-instalasi pelayanan medis dan Tramedifa (distributor).
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
11
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/
Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Direktorat Jendral Bina Pelayanan Klinik (p. 87).
Presiden RI. (2009). Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
Jakarta.
RSUP Fatmawati. (2012). Formularium RSUP Fatmawati (4th ed.). Jakarta.
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
12
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Daftar Obat yang Dituliskan oleh Dokter dalam Resep Tetapi Tidak
Tercantum dalam Formularium RSIA SamMarie Basra 2013
No. Produk Farmasi Jumlah
Permintaan
1 Actifed Plus Expectorant 1
2 Cefila 13
3 Combivent 7
4 Claneksi 5
5 Curvit CL Emulsion 1
6 Duvadilan 14
7 Daktarin Diaper Rash 3
8 Diazepam 1
9 Ezerra 3
10 Emla 5% 1
11 Futrolit 10
12 Fentanyl 3
13 Ferospat 13
14 Golmun 2
15 Glomethyl 2
16 Imboost Force 20
17 Inviclot 3
18 Kalnex 1
19 Levofloxacin 8
20 Lapixime 12
21 Lapimuc 13
22 L-Zinc 5
23 Meptin 2
24 Meronem 2
25 Noroid Derma Rash 3
26 Pulmicort 4
27 Pregnyl 1500 10
28 Pepzol 2
29 Ranitidin 2
30 Rhinos Neodrop 6
31 Spirasin 3
32 Oralit 1
33 Triaminic Pilek 8
34 Vitamin C 10
35 Ventolin 9
36 Vibramicyn 1
37 Vitamin K 5
38 OMZ 9
39 Folavit 5
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
13
Universitas Indonesia
40 Becom-Zet 5
41 Bactrigas 1
42 Betason-N 2
43 Sanadryl DMP 2
44 Candistin 1
45 Lasal 7
46 Gravimin + DHA 2
47 Pectocil 2
48 Oligocare 3
49 Maltofer 1
50 Prospan 1
51 Neo Triaminic 3
52 Pedialyte 1
53 Proza 1
54 Femara 2
55 Stesolid 1
56 Mercilon 28 1
57 Trichodazol 1
58 Levocin 1
59 Recustein 1
60 Rotarix 2
61 Rantin 1
62 Sanadryl 1
63 Pantofrazol 1
64 Otsu-KCl 7,46 vial 25 mL 3
65 NaCl infus 3% 500 mL (Otsuka) 7
66 MgSO4 20% 25 mL (MgSO4) (Otsuka) 5
67 Bruskin 1
68 Becombion 1
69 Imunocal 2
70 Laminaria 1
71 HP-Pro 2
72 Melatonin 1
73 Properan 1
74 Stulac 2
75 Meferfin 1
76 Agny-gyne 2
77 Vaksin Measles 1
78 Anti Stries 1
79 Vaksin Campak 1
80 Endopect 1
81 Cornico 1
82 Prohealth 1
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
14
Universitas Indonesia
83 Torrex 6
84 Colostrum 1
85 Carbogliserin 2
86 Antasida 1
87 Biovale 1
89 Cytarix 1
90 Paramycin 1
91 Tramenza 2
92 Xendo Citrol 1
93 Cycatric 1
94 Camidexon 1
95 Cortidex 2
96 Oradexon 1
97 Medrol 1
98 Methylprednisolon 3
99 Pyrexin 1
100 Sanmol 8
101 Tempra 5
102 Tempra 7
103 Parasetamol 2
104 Dumin 3
105 Dominal 3
106 Narfoz 1
107 Ondansentron 1
108 Tiriz 11
109 Histrine 2
110 Kenacort 2
111 Ketricin 5
112 Tarivid 1
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
15
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Rancangan Formularium RSIA SamMarie Basra 2014
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
16
Universitas Indonesia
Lanjutan Lampiran 2. Rancangan Formularium RSIA SamMarie Basra 2014
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
17
Universitas Indonesia
Lanjutan Lampiran 2. Rancangan Formularium RSIA SamMarie Basra 2014
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
18
Universitas Indonesia
Lanjutan Lampiran 2. Rancangan Formularium RSIA SamMarie Basra 2014
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
19
Universitas Indonesia
Lanjutan Lampiran 2. Rancangan Formularium RSIA SamMarie Basra 2014
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
20
Universitas Indonesia
Lanjutan Lampiran 2. Rancangan Formularium RSIA SamMarie Basra 2014
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
21
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Telaah Resep
Laporan praktek…, Putri Syahida Agustina, FFar UI, 2014
Recommended