View
238
Download
14
Category
Preview:
DESCRIPTION
kimia analitik, percobaan 3 uji anion.
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN 3
UJI ANION
Disusun Oleh :
Nama : Ade Muhammad Satelit Manata
Stambuk : F1C1 14 053
Kelompok : III (Tiga)
Nama Asisten : Nur Isma wati
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari
susunan persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel. Dua
langkah utama dalam analisisa kimia adalah identifikasi dan estimisi komponen-
komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis kualitatif
sedangkan langkah estimasinya adalah analisis kuantitatif. Analisis kualitatif
berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia, mengenali unsur atau senyawa apa
yang ada dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penentapan
berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandunng dalam sutu sampel. Analisis
kualitatif terdapat dua aspek penting yaitu, identifikasi dan pemisahan, aspek ini
didasari oleh kelarutan, keasaman, kebasaan, pembentukan senyawa kompleks,
oksidasi-reduksi, sifat penguapan dan ekstraksi. Analisi kualitatif biasanya
diguakan dalam identifikasi kation dan anion dengan melakukan uji sesifik. Uji
spesifik dilakukan dengan penambahan reagen (pereaksi) tertentu yang akan
memberikan larutan atau endapan warna yang merupakan karakteristik (khas)
untuk ion-ion tertentu.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana proses
mengidentifikasi anion-anion secara kuantitatif yang menggunakan sampel Air ?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengidentifikasi anion secara
kuantitatif.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh ketika mengikuti praktikum dan melakukan
percobaan ini adalah memberikan pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi
atau menguji anion dalam suatu larutan Sampel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel.
Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat
tertentu yang ada dalam sampel (A.L. Underwood : 1993).
Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion
(kation/anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik.
Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis
kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan
terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya terbentuk
endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas (G. Svehla, 1985).
Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik
untuk golongan tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah
AgNO3 yang hasilnya adalah endapan coklat merah bata (Ismail Besari : 1982).
Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4
atom oksigen yang terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret. Namun
demikian, mungkin hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan menghasilkan ion
dengan jembatan oksigen seperti ion bikarbonat yang terbentuk dari CrO4 yang
diasamkan (Ismail Besari : 1982).
Pada anion, istilah yang perlu dipakai adalah gugus lain yang terikat pada
ion logam, yang dikelompokkan sebagai berikut :
1. Anion sederhana seperti O2, F2, CN-
2. Anion okso diskret seperti NO3- dan SO4
2-
3. Anion polimer okso seperti silikat atau fosfat kondensi
Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti oksalat
misalnya (CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen (Ismail Besari : 1982).
Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode
untuk mendeteksi kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema
yang benar-benar memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang
umum ke dalam golongan utama, dan dari masing-masing golongan menjadi
anggota golongan tersebut yang berdiri sendiri. Pemisahan anion-anion ke dalam
golongan utama tergantung pada kelarutan garam pelarutnya. Garam kalsium,
garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi
indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion
bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub
golongan (G. Svehla : 1985).
Halcom dan Yanberry (2002) menyatakan bahwa kapasitas penukar anion
juga merupakan hal yang penting karena menunjukkan jumlah anion yang mampu
diganti oleh anion pengganti tetapi bisa juga diartikan sebagai ukuran jumlah
anion yang mampu mengganti anion awal. Nilai kapasitas pertukaran anion yang
besar menunjukkan bahwa anion tersebut mudah untuk menggantikan anion lain
atau dengan kata lain, anion tersebut merupakan penukar anion yang baik. Urutan
kekuatan dalam pertukaran ion dipengaruhi oleh muatan ion, densitas elektron,
dan ikatan hidrogen. Miyata (1983) mengusulkan selektivitas ion untuk anion
monovalen yaitu OH– > F– > Cl– > NO3– > I– dan untuk aniondivalen CO32– >
C10H4N2O8S2- > SO42– serta untuk oxoanion HPO42– > HAsO42– >SO42–. Kanezaki
1998) telah mempelajari pengaruh rasio mol hidrotalsit Mg/Al dengan rasio mol
yang digunakan yaitu 2:1, 3:1 dan 4:1, meskipun dalam penelitiannya besar
kapasitas pertukaran anion belum dipelajari namun dalam penelitiannya
dilaporkan bahwa stabilitas dari stuktur hidrotalsit dipengaruhi oleh temperatur.
Rasio Mg/Al semakin kecil maka strukturnya akan semakin stabil, hal tersebut
ditunjukkan dengan meningkatnya gaya elektrostatik antara kelebihan muatan
positif pada Al3+, PO3- > CrO42– dan negatif satu pada interlayer (Retnaningsih,
2013).
Kadar anion dan kation (ppm) pada tabel 1a dan 1b diubah menjadi
eqivalen permillion (epm) dengan cara membagi kadar (ppm) dengan bobot
ekivalen masing-masing kation dan anion tersebut, setelah itu data hasil dari
kation dan anion dalam satuan epm kemudian diubah dalam bentuk persentase.
Persentase anion dan kation diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh anion
dan kation lalu dibandingkan masing-masing anion dan action tersebut dengan
total anion dan kation seluruhnya (Hendrawati, 2008).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 29 september 2015 pukul
07.30 – 10.00 WITA di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan uji anion ini terdiri dari pipet tetes, gelas
kimia, tabung reaksi, kertas saring, hot plate (penangas), gegep, dan botol gelap.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan uji anion adalah larutan sampel (Air
galon, air sumur, dan air keran), HNO3 6 M, ammonium molibdat, H2SO4 pekat,
H2SO4 1 M, FeCl3, dan metanol.
C. Prosedur Kerja
1. Uji anion PO43-
a. Untuk Sampel air Sumur
- Dipipet 5 tetes
- Ditambah HNO3 6 M
- Ditambah Ammonium Molibdat
- Dipanaskan
- Diamati
b. Untuk Sampel A1
- Dipipet 5 tetes
- Ditambah H3PO4 6 M
- Ditambah HNO3 6 M
- Ditambah Ammonium Molibdat
- Dipanaskan
- Diamati
c. Untuk sampel B1
Sampel Air Sumur
Tidak terdapat endapan kuning
Sampel A1
Terbentuk endapan kuning
- Dipipet 5 tetes
- Ditambah H3PO4 6 M
- Ditambah HNO3 6 M
- Ditambah Ammonium Molibdat
- Dipanaskan
- Diamati
d. Untuk Sampel C1
- Dipipet 5 tetes
- Ditambah H3PO4 6 M
- Ditambah HNO3 6 M
- Ditambah Ammonium Molibdat
- Dipanaskan
- Diamati
2. Uji Anion BO33- Untuk Sampel Air keran
a. Perlakuan 1
Sampel B1
Terbentuk endapan kuning
Sampel C1
Terbentuk endapan kuning
- Dipipet 5 tetes
- Ditambah 3 tetes H2SO4 pekat
- Ditambah 15 tetes Metanol
- Dibakar
- Diamati
b. Perlakuan 2
- Dipipet 5 tetes
- Ditambah H3BO3
- Ditambah 3 tetes H2SO4 pekat
- Ditambah 15 tetes Metanol
- Dibakar
- Diamati
3. Uji Anion OAc-
a. Pada Sampel Air Galon
Sampel Air Keran
Terbentuk api dengan pinggirannya warna hijau
Sampel Air Keran
Terbentuk api dengan pinggirannya warna hijau
- Dipipet 5 tetes
- Ditambah H2SO4 1 M
- Dipanaskan
- Diamati
b. Pada Sampel Air Galon
- Dipipet 5 tetes
- Ditambah CH3COOH 0,1 M
- Ditambah H2SO4 1 M
- Dipanaskan
- Diamati
Sampel Air Galon
Tidak terdapat bau asam cuka
Sampel Air Galon
Terdapat bau asam cuka
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Uji anion PO43-
a. Sampel Air Sumur + HNO3 6
M + Ammonium Molibdat 3
tetes , Dipanaskan
Tidak Terdapat
endapan Kuning
b. Sampel A1 + 3 tetes H3PO4 +
HNO3 6 M + Ammonium
Molibdat 3 tetes , Dipanaskan
Terbentuk endapan
kuning
Sampel B1 + 3 tetes H3PO4 +
HNO3 6 M + Ammonium
Molibdat 3 tetes , Dipanaskan
Terbentuk endapan
kuning
Sampel C1 + 3 tetes H3PO4 +
HNO3 6 M + Ammonium
Molibdat 3 tetes , Dipanaskan
Terbentuk endapan
kuning
2. Uji anion BO33-
a. Sampel Air Keran + 3 tetes
H2SO4 pekat + 15 Tetes
Metanol, Kemudian dibakar
Terbentuk Api
dengan pinggirannya
Warna Hijau
b. Sampel Air Keran +
Ditambah H3BO3 + 3 tetes
H2SO4 pekat + 15 Tetes
Metanol, Kemudian dibakar
Terbentuk Api
dengan pinggirannya
Warna Hijau
a. Sampel Air Galon + H2SO4 1 Tidak terdapat bau
3. Uji Anion OAc- M, dipanaskan asam cuka
b. Sampel Air Galon +
CH3COOH 0,1 M + H2SO4 1 M,
dipanaskan
terdapat bau asam
cuka
B. Pembahasan
Anion merupakan ion yang bermuatan negatif. Anion yang diuji pada
praktikum ini adalah anion phospat (PO43-), borit (BO3
3)-, dan OAc-. Hasil
pengamatan yang dilakukan menunjukan bahwa pada perlakuan pertama Uji anion
phospat untuk sampel air sumur yang tidak diberikan larutan H3PO43- yang
dilakukan pemanasan, tidak terdapat endapan kuning. Sedangkan pada sampel A1,
B1, dan C1 membentuk endapan kuning. Hal ini menandakan bahwa pada sampel
air sumur tidak terdapat Anion PO43-. Karena pada sampel A1, B1, dan C1
diberikan larutan H3PO43- sehingga terbentuk endapan kuning.
Hasil pengamatan pada sampel perlakuan kedua untuk uji anion BO33-,
untuk sampel air keran yang direaksikan dengan asam sulfat pekat dan metanol
yang kemudian dilakukan pembakaran pada sampel tersebut menunjukan
terbentuknya api dengan pinggiran warna hijau. Begitu pula dengan sampel yang
ditambahkan dengan asam borit padatan. Ini menunjukan bahwa sampel air keran
tersebut mengandung ion borit.
Hasil pengamatan pada sampel air galon, dilakukan uji anion asetat (Oac-).
Pada perlakuan pertama sampel ini hanya direaksikan dengan asam sulfat 1M
kemudian dipanaskan. Sehigga yang terjadi hasilnya tidak terdapat bau asam
cuka. Sedangkan padsa perlakuan kedua direaksikan dengan asam cuka sehingga
setelah dipanaskan air tersebur menimbulkan bau asam cuka. Hal ini menandakan
bahwa pada sampel perlakuan pertama tidak tercemari ion asetat. Sedangkan
sampel pada perlakuan kedua terdapat ion asetat karena dimasukan asam asetat
atau asam cuka.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum serta hasil pengamatan yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa Semua sampel yang diujikan, ada beberapa
sampel yang mengalami perubahan dan ada juga sampel yan tidak terdapat
perubahan. Sampel yang terjadi perubahan itu adalah sampel yang diberi
perlakuan tambahan, dalam hal ini ditambahkan larutan – larutan seperti asam
fosfat, asam borit dan asam asetat. Sehingga sampel yang diuji itu tdak terdapat
anion yang diuji atau tdak terdapat ion fosfat, borit dan asetat.
DAFTAR PUSTAKA
Besari, Ismail, dkk., (1982), Kimia Organik untuk Universitas, Edisi I,
Armico Bandung : Bandung.
Svehla, G. (1985). VOGEL : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro , Bagian 1, Edisi V, PT. Kalma Media Pustaka :
Jakarta.
Retnaningsih. N.I., dkk., 2013. Pengaruh Rasio Molar Zn/Al Terhadap Sifat
Pertukaran Anion [Fe(CN)6]4– Pada Hidrotalsit Zn-Al-NO dan Zn-Al-C.
Berkala MIPA, 23(3).
Annisa D., Dkk., 2015. Pembuatan Kolom Monolitik Berbasis Polimer Organik
Untuk Pewmisahan Anion Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja.
Natural B. 3(1).
Hendrawati, Maryam S., 2008. Analisis Kation dan Anion Air Tanah di Daerah
Sukabumi Jawa Barat. Valensi, 1 (2).
Recommended