View
81
Download
9
Category
Preview:
DESCRIPTION
kitik
Citation preview
Laporan Praktikum Kimia Fisika dan Kimia Analitik
Semester Ganjil 2013/2014
Aisyah Nur Ridha (1306481991) Titen Pinasti (1306482054)
Kelompok 7
Laboratorium Proses Dasar Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN (PERCOBAAN-IV)
Oleh :
Kelompok 7
Aisyah Nur Ridha 1306481991
Titen Pinasti 1306482054
TUJUAN & PRINSIP DASAR
Tujuan
Untuk menentukan berat molekul suatu zat dengan metode kenaikan titik didih
Prinsip Dasar
Berdasarkan pada hukum Raoult, dimana kenaikan titik didih sebanding dengan jumlah zat terlarut.
TEORI DASAR
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya
zat terlarut tetapi semata - mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut.
TEORI DASAR
Sifat Koligatif Larutan
Kenaikan Titik Didih
Penurunan Titik Beku
Kenaikan Tekanan Uap
Tekanan Osmotik
PROSEDUR
Prosedur disamping dilakukan untuk mengukur titik didih pelarut murni (akuades) dan 3 macam zat, yaitu: 1. NaCl 2. KCl 3. Zat yang belum diketahui
massa molekul nya (diberikan oleh assisten)
DATA PENGAMATAN
NaCl
Percobaan 1 T0 101oC
T1 103oC
Percobaan 2 T0 100oC
T1 104oC
KCl
Percobaan 1 T0 104oC
T1 102oC
Percobaan 2 T0 100oC
T1 102oC
Zat X
Percobaan 1 T0 100oC
T1 101oC
Percobaan 2 T0 100oC
T1 101oC
PERHITUNGAN
Menghitung nilai Kb untuk NaCl Percobaan I
T= 103oC 101oC = 2oC
Massa NaCl = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
Molalitas = 0,6
58,5
1000
200= 0,0513
T = m.Kb. I
Kb = 2
0,05132= 19,49
PERHITUNGAN
Menghitung nilai Kb untuk NaCl Percobaan II
T= 104oC 100oC = 4oC
Massa NaCl = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
Molalitas = 0,6
58,5
1000
200= 0,0513
T = m.Kb. I
Kb = 4
0,05132= 38,99
PERHITUNGAN
Menghitung nilai Kb untuk KCl Percobaan I
T= 104oC 102oC = 2oC
Massa NaCl = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
Molalitas = 0,6
74,5
1000
200= 0,0403
T = m.Kb. I
Kb = 2
0,04032= 24,81
PERHITUNGAN
Menghitung nilai Kb untuk KCl Percobaan II
T= 104oC 102oC = 2oC
Massa NaCl = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
Molalitas = 0,6
74,5
1000
200= 0,0403
T = m.Kb. I
Kb = 2
0,04032= 24,81
PERHITUNGAN
Menghitung massa molekul senyawa yang belum diketahui Kb rata-rata = 27,025 T1= 101oC 100oC = 1oC, T2= 101oC 100oC = 1oC T rata-rata = 1oC Massa zat yang belum diketahui = 0,6 gram Massa H2O = 200 mL = 200 gram T = m.Kb. I
1 =27,025 0,6
1000
200 2
Mr = 162,15 gram/mol
ANALISIS PERCOBAAN
o Peralatan yang digunakan bersih dan kering bertujuan untuk menghindari kesalahan akibat kontaminan, karena kontaminan dapat mempengaruhi titik didih pelarut murni.
Akuades digunakan karena telah diketahui nilai Kb
NaCl dan KCl digunakan karena berupa elektrolit kuat dan faktor van hoff bernilai 1 sesuai dengan jumlah ion nya.
ANALISIS PERHITUNGAN
Penambahan zat terlarut menyebabkan kenaikan titik didih
Perhitungan untuk kenaikan titik didih: =
Perhitungan untuk Kb:
=
1000
ANALISIS KESALAHAN
Penggunaan termometer raksa sehingga kurang akurat dalam pengukuran suhu larutan
Kesalahan pembacaan skala pada termometer
Adanya penguapan pada pelarut murni akibat pendidihan sehingga massa akan berkurang dan menyebabkan kesalahan pada perhitungan
JAWABAN PERTANYAAN
1. Mengapa tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni?
Tekanan uap zat cair dipengaruhi oleh fraksi mol zat cair tersebut. Apabila zat tersebut murni, maka X=1 dan P=Po. Sedangkan jika terdapat zat terlarut maka akan mengurangi fraksi dan menurunkan nilai tekanan uap nya.
JAWABAN PERTANYAAN
2. Mengapa titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni?
Karena partikel-partikel zat terlarut akan menghalangi terjadinya penguapan dan untuk memutuskan ikatan antara pelarut dengan zat terlarut membutuhkan energi yang didapatkan dari suhu. Sehingga dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk menguapkan larutan dibandingkan dengan pelarut murni.
JAWABAN PERTANYAAN
3. Bagaimana persamaan untuk menentukan kenaikan titik didih pada teori jika larutannya adalah larutan elektrolit (gunakan persamaan ini untuk menghitung hasil percobaan yang menggunakan larutan elektrolit).
Persamaan untuk menentukan kenaikan titik didih pada larutan elektrolit:
=
Dengan = 1 + ( 1), untuk elektrolit kuat =1 sedangkan elektrolit lemah 0
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan berat molekul senyawa sebesar 162,15 gram/mol
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika. Jilid I. Oxford.
Tim Dosen Kimia Fisika dan Kimia Analitik. 2012. Modul Praktikum Kimia Fisika dan Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Departemen Teknik Kimia.
KONDUKTOMETRI (PERCOBAAN-X)
Oleh :
Kelompok 7
Aisyah Nur Ridha 1306481991
Titen Pinasti 1306482054
1. Mengetahui titik akhir titrasi dengan metode konduktometri dengan alat
konduktometer dengan memanfaatkan kemampuan suatu larutan
elektrolit dalam menghantarkan arus listrik.
2. Melakukan analisis kuantitatif menggunakan teknik konduktometri.
Melakukan titrasi asam basa dengan buret, konduktometer sebagai alat acuan untuk menentukan titik akhir titrasi. Dimana konduktometer tersebut telah dikalibrasi dengan larutan yang cocok dengan larutan yang akan di titrasi.
Titrasi konduktometri merupakan metode untuk menganalisa larutan berdasarkan
kemampuan ion dalam menghantarkan muatan listrik di antara dua elektroda.Pengukuran konduktovitas (hantaran) dapat pula digunakan untuk penentuan
titik akhir titrasi.
Daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (l).
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya bergantung pada ionion yang ada, dan konsentrasi ionion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih
sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa arus.
Titrasi Konduktometri
Titrasi frekuensi rendah
Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan frekuensi arus rendah (maksimum 300Hz).
Titrasi frekuensi tinggi
Titrasi yang dilakukan dengan menggunakan frekuensi arus tinggi disebut titrasi frekuensi tinggi. Metode ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem kimia yang dibuat bagian dari atau di pasangkan dengan sirkuit osilator beresonasi pada frekuensi beberapa mega hertz.
TITRASI ASAM LEMAH DAN BASA KUAT
Mengkalibrasi alat konduktometri dengan
NaCl 0.1 N
Mengencerkan HCl 0.1 sebanyak 15 mL dengan 15 mL aquades hingga 0.05 M
25 mL HCl 0.05 M ke beaker glass lalu
menambahkan 150 mL
aquades
Mengukur konduktansi larutan sebelum dititrasi
dengan konduktometer
Melakukan titrasi larutan dengan NaOH 0.2 M (interval 0.2 mL)
Mencatat TE dari larutan tersebut dan mengukur
konduktansinya
Mengkalibrasi alat konduktometri dengan
NaCl 0.1 N
Mengencerkan 10 mL NaOH 0.1 dengan 30 aquades hingga 0.05 M
25 mL NaOH 0.05 M ke beaker glass lalu
menambahkan 150 mL aquades
Mengukur konduktansi larutan sebelum dititrasi
dengan konduktometer
melakukan titrasi larutan tersebut dengan
CH3COOH 0.2 M (interval 0.2 mL)
Mencatat TE dari larutan tersebut dan mengukur
konduktansinya
Mengkalibrasi alat konduktometri dengan
NaCl 0.1 N
Mengencerkan 15 mL CH3COOH 0.1 dengan 15 aquades hingga
0.05 M
25 mL CH3COOH 0.05 M ke beaker glass lalu
menambahkan 150 mL aquades
Mengukur konduktansi larutan sebelum dititrasi
dengan konduktometer
Melakukan titrasi larutan dengan NaOH 0.2 M (interval 0.2 mL)
Mencatat TE dari larutan tersebut dan mengukur
konduktansinya
Titrasi Asam kuat dan Basa kuat
Asam kuat : HCl 0.05 M + 150 mL aquades
Basa kuat (titran) : NaOH 0.2 M
Titrasi asam lemah dengan basa kuat
Asam lemah : CH3COOH 0.05 M
+ 150 aquades
Basa kuat (titran): NaOH 0.2 M
Volume NaOH (mL)
Konduktansi (ms)
0 3.26
0.2 3.10
0.4 2.85
0.6 2.70
0.8 2.51
1 2.42
1.2 2.28
Volume NaOH (mL)
Konduktansi (ms)
0 100.7
0.2 90.1
0.4 93.1
0.6 105.1
0.8 121.4
Titrasi basa kuat dengan asam lemah
Basa kuat : NaOH 0.05 M + 150 aquades
Asam lemah (titran): CH3COOH 0.2 M
V. CH3COOH (mL) Konduktansi (ms)
0 1170
0.2 1161
0.4 1161
0.6 1027
0.8 987
1 967
1.2 922
1.4 892
1.6 850
1.8 809
2 779
2.2 750
2.4 713
2.6 692
2.8 664
3 613
3.2 583
3.4 541
3.6 525
3.8 500
4 474
4.2 460
4.4 459
4.6 458
4.8 458
5 458
5.2 458
5.4 458
5.6 458
5.8 458
6 458
A. Titrasi asam kuat dan basa kuat (titrasi HCl oleh NaOH) L HCl awal = 3.26 mS V larutan = V HCl + V H2O = 25 mL + 150 mL = 175 mL L NaCl = titik ekivalen x faktor koreksi = titik ekaivalen x (v + V)/v = 9.98 x (173+3)/175 = 10.15 mS
Mol [H+ ] = mol [OH-] saat titrasi V1 x M1 = V2 x M2 saat titik ekivalen 175 x M1 = 3 x 0.2 175 x M1 = 0.6 M1 = 3.42 x 10-3 M konsentrasi HCl setelah pengenceran Konsentrasi HCl sebelum pengenceran : Mol [H+] = mol [OH-] V1 x M1 = V2 x M2 25 x M1 =175 x 3.42 x 10-3 25 M1 = 0.5985 M1 = 0.02394
B. Titrasi asam lemah dan asam kuat
(Titrasi CH3COOH oleh NaOH )
L CH3COOH awal = 100.7 S
Reaksi yang terjadi : CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
V larutan = V CH3COOH + V H2O
= 25 mL + 150 mL = 175 mL
L CH3COOH = TE x faktor koreksi
= titik ekaivalen x (v + V)/v
= 9.01 x (175+0.2)/175
= 9.01 x 1.001
= 90.20 S
Konsentrasi CH3COOH setelah pengenceran
Mol [H+ ] = mol [OH-]
V1 x M1 = V2 x M2
175 x M1 =0.2 x 0.2
175 M1 = 0.04
M1 = 2.28 x 10-4
Konsentrasi CH3COOH sebelum
pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
25 x M1 = 175 x 2.902 X 10-3
25 M1 = 0.507
M1 = 0.02
= 84, 93 %
C. Titrasi basa kuat dengan asam lemah
(titrasi NaOH oleh CH3COOH )
L NaOH awal = 1170 S
Reaksi yang terjadi : NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
V larutan = V NaOH + V HCl
= 25 mL + 150 mL = 175 mL
L CH3COOH = TE x faktor koreksi
= titik ekaivalen x (v + V)/v
= 458 x (175x 9.2)/175
= 458 x 1.05
= 482.077 S
Saat mencapai titik ekivalen
Karena titran merupakan asam lemah,
maka:
Konsentrasi NaOH setelah pengenceran
Konsentrasi NaOH sebelum pengenceran
A. Grafik konduktansi HCl vs NaOH 0.2 M
B. Grafik konduktansi CH3COONa vs NaOH 0.2 M
C. Grafik konduktansi NaOH vs CH3COOH 0.2 M
1. Analisis Percobaan
Bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari larutan titrat atau sampel dengan cara mengetahui titik ekivalen.
Titik ekivalen didapat dari pengukuran konduktansi larutan titrat yang dititrasi oleh titran.
Percobaan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Titrasi HCl oleh NaOH (asam kuat basa kuat)
b. Titrasi CH3COOH oleh NaOH (asam lemah basa kuat)
c. Titrasi NaOH oleh CH3COOH (basa kuat asam lemah)
Nilai konduktansi dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:
a. Temperatur
Saat temperatur dinaikkan, kerapatan pelarut (dalam hal ini H2O) akan berkurang dan membuat ion-ion dapat bergerak bebas. Peningkatan suhu ini akan meningkatkan nilai konduktansi sebesar 1 2%.
b. Konsentrasi Larutan
Perbedaan konsentrasi larutan, baik dari segi jumlah, muatan, ukuran ion-ion yang berada dalam larutan dapat menyebabkan peningkatan konduktansi. Namun pengaruhnya berbeda untuk setiap jenis larutan yang berbeda.
c. Karakteristik pelarut, misal viskositas
Oleh karena itu, jika larutan mengandung ion-ion dalam jumlah banyak yang bergerak bebas, maka konduktivitas larutan tinggi. Sebaliknya, jika ion-ion berjumlah sedikit dan tidak dapat bergerak bebas, konduktivitasnya akan rendah. Pergerakan ion tersebut dinamakan mobilitas.
Langkah:
1. Pertama yang dilakukan pada setiap bagian adalah pengenceran larutan titrat.
2. 2 mL dari setiap larutan dipindahkan ke gelas ukur yang berbeda. Kemudian masing-masing ditambahkan aquades 150 mL.
* Pengenceran untuk meminimalisir interaksi ion dalam larutan. Sehingga ion dapat menghantarkan listrik sebagai partikel tunggal selain itu juga bertujuan untuk menimalkan faktor koreksi.
* Faktor koreksi adalah faktor penyesuaian dari kondisi ideal ke kondisi sebenarnya
3. Kalibrasi terlebih dahulu konduktometer dengan NaCl hingga nilai konduktansinya 1413 mS. Tujuannya agar pengukuran konduktansi tidak melenceng.
* Saat proses titrasi, larutan yang dititrasi diaduk dengan menggunakan magnetic stirer. Tujuannya untuk mempercepat proses difusi ion sehingga konsentrasi pada tiap bagian pada larutan akan merata.
4. Titrasi dilakukan pada interval yang sangat kecil, yakni 0,2 mL. Setiap penambahan 0,2 mL titran, konduktansi larutan sampel diukur.
* Penambahan sedikit titran ini bertujuan untuk meningkatkan keakuratan dari pembacaan grafik.
2. Analisis Hasil Perhitungan dan Grafik
a. Titrasi Konduktometri Asam Kuat oleh Basa Kuat
Pengukuan konduktansi (L) HCl awal adalah 3260 S. Nilai ini lebih besar daripada pengukuran L CH3COOH, karena HCl merupakan asam kuat yang memiliki derajat ionisasi = 1.
Setelah itu, menghitung nilai L NaCl yang diperoleh dari titik ekivalen pada kurva titrasi. Titik terendah berada pada L= 998 S, nilai L ini dikalikan dengan faktor koreksi, karena pengenceran cuplikan oleh titran menyebabkan nilai konduktansi yang terbaca lebih kecil dari yang sebenarnya. L NaCl setelah dikalikan dengan faktor koreksi adalah 1015 S. Setelah mendapatkan end point, diperoleh bahwa konsentrasi sampel setelah pengenceran (volume 175 mL) adalah 3,42 x 10-3 M dan konsentrasi sampel sebelum pengenceran (volume 25 mL) adalah 0,02394 M.
Grafik konduktometri asam kuat dan basa kuat menunjukkan bahwa koduktansi berkurang seiring dengan penambahan volume NaOH, lalu mecapai titik terendah pada 3 mL NaOH dan kembali naik setelah titik ekivalen. Pada titik titrasi asam kuat dan basa kuat
b. Titrasi Konduktometri Asam Lemah oleh Basa Kuat Larutan yang diamati konduktivitasnya adalah asam asetat (CH3COOH).
Pengukuran L CH3COOH awal adalah 100,7 S. Nilai ini lebih kecil daripada L HCl dan L NaOH, karena CH3COOH merupakan asam lemah yang mempunyai < 1. Setelah itu, menghitung nilai L CH3COONa yang diperoleh dari titik terrendah kurva titrasi. Titik terendah berada pada L= 90,10 S. Setelah dikalikan dengan faktor koreksi, nilai L = 90,20 S.
Ka yang digunakan adalah Ka literatur, yakni 1,8 x 10-5. Didapat bahwa konsentrasi sampel setelah pengenceran (volume 175 mL) adalah 2,902 x 10-3 M. Lalu konsentrasi sampel sebelum pengenceran (volume 25 mL) adalah 0,02 M.
Grafik memperlihatkan penurunan konduktansi yang landai seiring dengan penambahan volume NaOH 0,2 mL, namun hasil naik lagi dengan konstan setelah penambahan NaOH 0,4 mL.
CH3COOH tidak dapat terionisasi sempurna, sedangkan NaOH dapat terionisasi sempurna menjadi Na+ dan OH-. Oleh karena itu, percobaan (b) ini sangat dipengaruhi oleh NaOH dan sedikit sekali dipengaruhi oleh CH3COOH.
c. Titrasi konduktometri Basa Kuat oleh Asam Lemah Pengukuran L NaOH awal adalah 1170 S. Nilai ini lebih besar daripada
pengukuran L CH3COOH karena NaOH merupakan basa kuat yang mempunyai =1. Artinya NaOH dapat sepenuhnya terionisasi menjadi Na+ dan OH-.
End point berada pada L= 458 S, dan setelah dikalikan faktor koreksi menjadi L= 482,07 S. Karena titran merupakan asam lemah, maka untuk mencari nilai H+ juga diperlukan Ka (tetapan ionisasi). Nilai Ka ini bergantung pada derajat disosiasi () juga. Didapatkan bahwa konsentrasi sampel setelah pengenceran (volume 175 mL) adalah 9,936 x 10-5 M, dan konsentrasi sampel sebelum pengenceran (volume 25 mL) adalah 6,95 x 10-4 M.
Grafik titrasi konduktometri basa kuat oleh asam lemah ini menunjukkan bahwa konduktansi terus berkurang seiring dengan penambahan volume CH3COOH, lalu mencapai titik terrendah dan cenderung konstan mendatar sampai mencapai titik ekivalen. Setelah mencapai titik ekivalen, grafik hanya naik 1 S dari 458 S ke 459 S.
Larutan yang terbentuk dari reaksi ini merupakan larutan Buffer. Larutan buffer atau larutan penyangga mempunyai kecendrungan untuk mempertahankan pH-nya walaupun ditambahkan sedikit asam atau basa. Pada proses titrasi, CH3COOH ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan NaOH. Seiring dengan berjalannya titrasi, ion OH- tergantikan oleh ion CH3COO- sehingga menyebabkan konduktansinya menurun dan hampir konstan. Penurunan ini akan terus berlangsung sampai terjadinya pergantian ion-ion secara sempurna.
3. Analisis Kesalahan Terdapat beberapa penyimpangan dalam percobaan ini, diantaranya adalah
penyimpangan nilai konsentrasi awal titrat/ sampel dan penyimpangan literatur nilai tetapan disosiasi asam lemah (Ka). Kesalahan-kesalahan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Kesalahan pada saat pengenceran larutan titrat, sehingga pengukuran nilai konduktansi tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. Sel konduktivitas yang tidak dibilas dengan bersih sehingga terdapat ion-ion pengotonr yang menempel di sel konduktivitas yang berasal dari larutan sebelumnya. Hal ini mengakibatkan terkontaminasinya larutan yang akan diukur konduktansinya.
c. Tetesan larutan titrat menempel pada sel konduktivitas pada saat proses titrasi berlangsung, sehingga akan menyebabkan ketidaksesuaian nilai konduktansi.
1. Metode konduktometri dapat digunakan unutk menentukan konsentrasi suatu larutan elektrolit dengan cara menentukan titik ekivalen dari proses titrasi dengan pengukuran konduktivitas (daya hantar) larutan elektrolit tersebut.
2. Konduktivitas bergantung pada temperatur, karakteristik pelarut, dan konsentrasi ion-ion dalam larutan (jumlah, ukuran, muatan)
3. L elektrolit lemah < L elektrolit kuat
4. Elektrolit lemah mempunyai < 1, sedangkan elektrolit kuat mempunyai = 1. 5. Kurva konduktansi menunjukkan penurunan konduktansi seiring dengan
penambahan volume titran, kemudian mencapai titik ekivalen pada volume tertentu dan kembali naik setelah end point.
6. Nilai konsentrasi sampel yang didapat setelah pengenceran adalah; M HCl= 3,42 x 10-3 M; M CH3COOH = 2,28 x 10-4 M; M NaOH = 9,936 x 10-5 M
7. Nilai konsentrasi sampel yang didapat sebelum pengenceran adalah; M HCl = 0,02394; MCH3COOH = 0,02 M; M NaOH = 6,95 x 10-4 M.
1. Jelaskan apa yang menyebabkan perbedanan kurva titrasi asam lemah
atau asam kuat dititrasi dengan basa kuat? (membandingkan percobaan a dan b) !
Jawab: Pada kurva terlihat bahwa penurunan konduktivitas pada percobaan b
membutuhkan volume NaOH yang jauh lebih sedikit daripada percobaan a. Hal ini dikarenakan pengaruh derajat disosisasi. Pada percobaan a, HCl terdisosiasi secara sempurna sehingga konsentrasi ion H+ besar. Mobilitas Na+ lebih rendah daripada mobilitas H+ sehingga konduktivitas akan menurun seiring dengan penambahan NaOH, kemudian naik lagi setelah titik end point. Pada percobaan b, asam asetat tidak dapat terdisosiasi secara sempurna, sehingga konsentrasi ion H+ kecil. Kecilnya konsentrasi H+ membuat ion ini dengan cepat tergantikan oleh Na+. Pergantian yang cepat ini menyebabkan konduktivitas ini hanya turun sampai volume NaOH 0,2 mL dan kembali naik pada volume NaOH 0,4 mL. Untuk membandingkan hasil, pada percobaan a konsentrasi ion H+ besar sehingga konduktivitas menurun hingga volume NaOH 3 mL dan kembali naik pada konsentrasi NaOH 3,2 mL.
2. Jelaskan apa yang menyebabkan perbedaan kurva titrasi asam asetat dititrasi dengan NaOH atau NaOH dititrasi dengan asam asetat? (membandingkan percobaan b dan c) !
Jawab:
Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat, kurva titrasi menrun dengan landai kemudian pada suatu titik meningkat dengan landai pula.
Pada titrasi basa kuat dengan asam lemah, kurva titrasi menurun secara tajam kemudian mencapai titik terendah dan terlihat konstan mendatar pada nilai konduktansi terrendah tersebut, lalu meningkat dengan sangat tidak signifikan.
Perbedaan ini terjadi karena pengaruh ionisasi dan mobilitas ion. Pada percobaan b, ion H+ akan sedikit terionisasi dalam air, sehingga OH- yang diperlukan untuk menetralisir H+ lebih sedikit. Akibatnya, proses titrasi berlangsung dengan cepat dan volume NaoH yang dibutuhkan juga lebih sedikit. Berbeda dengan percobaan c yang membutuhkan waktu lama untuk mencapai titik ekivalen. Ion OH- dari NaOH berada dalam jumlah besar sehingga sulit untuk dititrasi oleh H+ dari CH3OOH yang jumlahnya sedikit.
Setelah titik akhir, konduktansi percobaan b cenderung bertambah. Hal ini dikarenakan ion OH- mempunyai mobilitas yang lebih tinggi daripada CH3COO-, sehingga mobilitas yang rendah digantikan oleh mobilitas yang tinggi. Berbeda dengan percobaan c yang cenderung konstan. Hal ini dikarenakan setelah titik ekivalen, larutan menjadi larutan buffer sehingga cenderung mempertahankan pH-nya.
Buku Panduan Praktikum Kimia Analitik
Braun, Robert D. 1985. Introduction to Chemical Analysis. Mc Graw Hill.
Day, Jr, R.A., Underwood, A.L. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Recommended