View
271
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
ehtvwbtbsvec
Citation preview
LAPORAN TUTORIALSKENARIO D BLOK 25
BIOSTATISTIK DAN EPIDEMIOLOGI
Tutor: dr. Ardehlia Arin
Kelompok B6Nur Suci Trendy Asih 04111401016Shelvia Chalista 04111401024Retno Tharra H 04111401029Eliya 04111401031M Ariama D Putra 04111401039Salsabil Dhia Adzhani 04111401041Lisa Yunita 04111401049 Niken Kasati 04111401065Mahardika Yantara 04111401078Kristian Sudana Hartanto 04111401085Sharanjit Kaur Autar Singh 04111401090
PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tugas
tutorial skenario D Blok 25 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim penyusun laporan ini tak lupa mengucapkan terima kasih kepada dr. Ardelia
selaku tutor kelompok 6 yang telah membimbing kami semua dalam pelaksanaan tutorial kali
ini. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini
Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan
sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan tim penyusun lakukan.
Palembang, Juni 2014,
Kelompok B6
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada laporan tutorial kali ini, laporan membahas blok IKM yang berada dalam blok
25 pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang.
Adapun maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem KBK di
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. Ardelia
Moderator : Shelvia Chalista
Sekretaris : Nur Suci Trendy Asih
: Mahardika Yantara
Hari, Tanggal : Senin, 2 Juni 2014
Rabu, 4 Juni 2014
Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan.
2. Dilarang makan dan minum.
SKENARIO BIOSTATISTIK DAN EPIDEMIOLOGI
BLOK 25
Di Puskesmas Maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr.Bagus bersama timnya tidak
melakukan surveilan epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami riwayat
alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB. Pada bulan Januari s/d
Maret tahun 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru disadari setelah terjdi
peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU Daerah, karena perawatan yang disiapkan di
puskesmas tidak bisa lagi menampung pasien yang indikasi dirawat. Puskesmas Maju
sebenarnya belum memiliki fasilitas untuk pasien rawat inap. Setelah mengalami peristiwa
tersebut dr.Bagus melakukan evaluasi dan manyadari bahwa stafnya belum memiliki
pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans. Dr.Bagus mulai menyusun perencanaan
supaya kegiatan surveilan bisa dilakukan secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan
bidannya memahami keterampilan penyedilikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan
statistika yang terkait dengan surveilan dan penyelidikan wabah.
Klarifikasi Istilah:
1. Surveilan : suatu kegiatan yang di lakukan terus menerus dan sistematis dalam
bentuk pengumpulan data analisis, interpretasi data dan dideminasi informasi hasil
interretasi data bagi mereka yang membutuhkan
2. Epidemiologi : ilmu yang mempelajari distribusi (yang bersifat dinamis dan
determinan dari masalah kesehatan dari penyakit-penyakit dalam populasi manusia
atau suatu komunitas)
3. KLB : kejadian yang melebihi keadaan biassa yang terjadi pada satu atau
sekelompok masyarakat tertentu
4. Wabah : peningkatan kejadian kesakitan atau kematian, yang meluas secara
cepat baik dalam jumlah kusus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan
mala petaka
5. Statistika : alat untuk mengukur data-data atau angka-angka untuk
mengumpulkan yang berfungsi untuk membuat suatu perencanaan dan membaca
gejala alam
6. Surveilan epidemiologi : kegiatan pengamatan secara sistematis yang terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi
kesehatan terjadi penyakit atau masala-masalah kesehatan tersebut
Identifikasi masalah
1. Di Puskesmas Maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr.Bagus bersama timnya tidak
melakukan surveilan epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami
riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB.
2. Pada bulan Januari s/d Maret tahun 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru
disadari setelah terjdi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU Daerah, karena
perawatan yang disiapkan di puskesmas tidak bisa lagi menampung pasien yang
indikasi dirawat. Puskesmas Maju sebenarnya belum memiliki fasilitas untuk pasien
rawat inap.
3. Setelah mengalami peristiwa tersebut dr.Bagus melakukan evaluasi dan manyadari
bahwa stafnya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans.
Dr.Bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan surveilan bisa dilakukan
secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan
penyedilikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan
surveilan dan penyelidikan wabah.
Analisis Masalah
1. Apa makna Puskesmas Maju dengan penduduk 30.000 jiwa ? Ideal atau tidak ?
Ideal ,karena berdasarkan konsep wilayah, yaitu 1 puskesmas dengan wilayah kerja
tingkat kecamatan terdapat 30.000 – 50.000 jiwa orang penduduk.
2. Apa riwayat alamiah penyakit ?
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang
perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya
paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan
atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik
(CDC, 2010c).
3. Apa saja tahap-tahap dari riwayat alamiah penyakit ?
Tahapan Riwayat alamiah perjalanan penyakit :
a. Tahap Pre-Patogenesa
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit.
Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit
berada di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu.
Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan daya
tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini
disebut sehat.
b. Tahap Patogenesa
1) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu, tetapi
gejala- gejala penyakit belum nampak.
Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat
seperti influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2 hari, penyakit
Polio mempunyai masa inkubasi 7 - 14 hari, tetapi ada juga yang bersifat
menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.
Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh.
Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya.
Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit
disebut dengan horison klinik.
2) Tahap Penyakit Dini
Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit,
pada tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan.
Umumnya penderita masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena
itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi yang datang berobat umumnya tidak
memerlukan perawatan, karena penyakit masih dapat diatasi dengan berobat
jalan.
Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan
masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh
masih kuat mereka tidak datang berobat, yang akan mendatangkan masalah
lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit yang di derita, sehingga saat datang
berobat sering talah terlambat.
3) Tahap Penyakit Lanjut
Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap
penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan
pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.
4) Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan
penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
1. Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara
sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum
menderita penyakit.
2. Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh.
Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena ditemukan cacat pada
pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat
fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat
fungsional, cacat mental dan cacat sosial.
3. Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala
penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu masih
ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika daya tahan tubuh
berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya
membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya, karena
dapat menjadi sumber penularan
4. Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak
berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan.
Keadaan yang seperti tentu saja tidak menggembirakan, karena pada dasarnya
pejamu tetap berada dalam keadaan sakit.
5. Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena
sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah
tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.
4. Apa fungsi dan manfaat mengetahui tentang riwayat alamiah penyakit ?
Untuk diagnostik : masa inkubasi dapat dipakai pedoman penentuan jenis
penyakit, misal dalam KLB (Kejadian Luar Biasa)
Untuk Pencegahan : dengan mengetahui rantai perjalanan penyakit dapat
dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan
penyakit.
Untuk terapi : terapi biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada tahap
perjalanan awal penyakit, adalah waktu yang tepat untuk pemberian terapi,
lebih awal terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan.
5. Apa tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB ?
a) Fase Rentan
Fase rentan adalah tahap berlangsungnya proses etiologi,dimana factor “penyebab
utama” unuk pertama kalinya bertemu dengan penjamu. Factor penyebab utama yang
disini adalah factor resiko. Faktor resiko adalah factor yang kehadirannya
meningkatkan probabilitas kejadian penyakit sebelum fase ireversibilitas. Suatu factor
yang mempunyai hubungan kausal dapat dikatakan factor resiko, meski hubungan itu
tidak langsung atau belum diketahui mekanismenya.
b) Fase Subklinis
Fase subklinis disebut juga fase presimptomatis,adalah tahap berlangsungnya proses
perubahan patologis yang diakhiri dengan keadaan ireversibel yaitu manifestasi
penyakit tak dapat dihindarkan.
c) Fase Klinis
Fase klinis merupakan tahap dimana perubahan patologis pada organ telah cukup
banyak,sehingga tanda dan gejala penyakit mulai dapat dideteksi. Disini telah terjadi
manifestasi klinis penyakit.
d) Fase Terminal
Fase terminal merupakan tahap dimana mulai terlihat akibat dari penyakit : sembuh
dengan terapi,kambuh,perubahan berat ringannya penyakit,cacat atau kematian
6. Apa syarat-syarat dikatakan KLB ?
7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun
2010 adalah :
1) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak adaatau tidak
dikenalpada suatu daerah.
2) Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktudalam
jam,hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
denganperiodesebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis
penyakitnya.
4) Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkankenaikan
duakali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlahper bulan dalam
tahunsebelumnya.
5) Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu)
tahunmenunjukkankenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah
kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6) Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)kurun
waktutertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih
dibandingkan denganangka kematian kasus suatu penyakit periodesebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.
7) Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.
7. Apa tujuan penyelidikan KLB ?
Tujuan Umum :
• Mencegah meluasnya (penanggulangan).
• Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).
Tujuan khusus :
• Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit .
• Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB,
• Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
• Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
• Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi
KLB (CDC, 1981; Bres, 1986).
8. Apa langkah-langkah penyelidikan KLB ?
Langkah-langkah Penyidikan KLB
1. Persiapan penelitian lapangan.
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB.
3. Memastikan diagnosis Etiologis.
4. Mengidentifikasi dan menghitung kasus atau paparan.
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat.
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan).
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran.
8. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB.
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis.
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan.
11. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikan.
12. Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepala sistim
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
9. Apa saja penyakit yang berpotensi KLB ?
Penyakit karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever.
Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/mempunyai
mortalitas tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi/eliminasi dan
memerlukan tindakan segera : DHF,Campak,Rabies, Tetanus neonatorum,
Diare, Pertusis, Poliomyelitis.
Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting :
Malaria, Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis,
Meningitis, Keracunan, Encephalitis, Tetanus.
Tidak berpotensi wabah dan atau KLB, tetapi Penyakit-penyakit menular
yang masuk program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis, Gonorrhoe,
Filariasis, dll.
10. Bagaimana cara pelaporan KLB ?
Laporan mingguan wabah/KLB (W2) dari puskesmas dan rumah sakit merupakan
salah satu komponen penting untuk deteksi dini terhadap kejadian luar biasa suatu
penyakit sehingga wajib dikirimkan seminggu sekali oleh puskesmas dan rumah sakit
ke dinas kesehatan. Laporan W2 memuat jumlah penderita dan kematian dari
penyakit-penyakit potensial KLB tertentu serta masalah kesehatan ibu/anak. W2
merupakan bahan baku utama untuk diolah secara rutin (seminggu sekali) menjadi
informasi yang dapat menunjukkan adanya indikasi KLB.
Laporan Kejadian luar biasa ( KLB)
•Formulir W1 : dilaporkan dalam 24 jam, digunakan untuk melaporkan kejadian luar
biasa atau wabah .Satu helai formulir hanya dapa digunakan untuk melapor satu jenis
tersangka penyakit, melaporkan dengan cara yang tercepat ; kurir, telpon, radio dll.
Laporan W1 masih memberikan gambaran KLB / wabah secara kasar, oleh karena itu
harus segra diikuti dengan ;
–Laporan penyelidikan sementara ( PE )
–Rencana penanggulangan
Formulir W2 : dilaporkan secara mingguan, yaitu laporan dari penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB atau wabah yang perlu dilaporkan secara rutin yaitu :
Kolera, Diare, Pes, DHF(DBD), Rabies, Difteri, Polio, Pertusis, Campak, dan
penyakit yang sedang menjadi wabah ( Sars )
Wabah / KLB : adalah peristiwa timbulnya penyakit yang mempunyai jumlah 2 kali
lipat dari biasanya, atau penyakit yang sebelumnya tidak ada , atau yang ditetapkan
oleh Pemerintah ->UU Wabah
11. Bagaimana teknik pencegahan dan penanggulangan KLB ?
Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan penyebaran KLB, termasuk
pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya
penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh
semua pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi
penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Depkes,
2000).
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB),
yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB
secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang
dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung
sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status
kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus
baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan
sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan
pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan
oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).
Adapun cara penanggulangan KLB :
Menghilangkan Sumber penularan
- Menjauhkan sumber penularan dari orang
- Membunuh bakteri pada sumber penularan
- Melakukan isolasi atau pengobatan pada orang yang diduga sebagai
sumber penularan
Memutus rantai penularan - Strelilisasi sumber pencemaran
- Mengendalikan vektor
- Peningkatan hygiene perorangan
Merubah respon orang terhadap penyakit
- Melakukan immunisasi
- Mengadakan pengobatan
12. Apa beda wabah dengan KLB ?
Perbedaan antara wabah dan KLB
Wabah : adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat
baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan
malapetaka.
Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian
dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.
Wabah harus mencangkup :
Jumlah kasus yang besar
Daerah yang luas
Waktu yang lebih lama
Dampak yang ditimbulkan lebih berat
Karakteristik Penyakit yang berpotensi KLB
1. Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
2. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
3. Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
4. Terjadi di daerah dengan padat hunian.
13. Apa tujuan dan manfaat melakukan surveilan epidemiologi secara rutin ?
Tujuan
Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit dalam masyarakat sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi
perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada
berbagai tingkat administrasi (Depkes RI, 2004).
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah
kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat
dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus
surveilans, antara lain:
1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini
outbreak;
3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden)
pada populasi;
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi,
monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
6. Mengidentifikasi kebutuhan riset (Giesecke, 2002).
Manfaat
Umum :
perencanaan,
implementasi,
evaluasi kegiatan kesehatan masyarakat.
Khusus :
Memperkirakan kuantitas masalah
Menggambarkan riwayat alamiah penyakit
Mendeteksi wabah/KLB
Menggambarkan distribusi masalah kesehatan
Memfasilitasi penelitian dan epidemiologis dan laboratoris
Membuktikan hipotesis
Menilai kegiatan pencegahan dan penanggulangan
Memonitor perubahan agen infeksius
Memonitor upaya isolasi
Mendeteksi perubahan kegiatan
Merencanakan kegiatan
14. Apa saja jenis-jenis dari surveilan epidemiologi ?
Terdapat lima jenis dari surveilans yaitu sebagai berikut :
1. Surveilans pasif, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari laporan bulanan
sarana pelayanan di daerah.
2. Surveilans aktif, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk
mempelajari penyakit tertentu dalam waktu yang relatif singkat dan dilakukan oleh
petugas kesehatan secara teratur seminggu sekali atau dua minggu sekali untuk
mencatat ada atau tidaknya kasus baru penyakit tertentu.
3. Surveilans menyeluruh, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dalam batas waktu
tertentu diberbagai bidang agar dapat mewakili populasi yang diteliti dalam sebuah
negara.
4. Surveilans sentinel, yaitu pengumpulan data yang dilakukan terbatas pada bidang-
bidang tertentu. Survei ini tidak dapat digunakan dalam sebuah populasi karena
dianggap tidak mewakili sebuah kelompok populasi, akan tetapi dapat digunakan
untuk memonitor tren penyakit dan dalam mengumpulkan informasi yang lebih
terperinci.
5. Surveilans berdasarkan kondisi masyarakat, sarana dan prasarana serta
laboratorium kesehatan termasuk pelaporan yang dilakukan oleh masyarakat, fasilitas
kesehatan dan laboratorium secara berturut-turut.
15. Apa saja langkah-langkah dari surveilan epidemiologi ?
Langkah-langkah dalam aktivitas survailens adalah tentukan masalah secara jelas
terlebih dahulu, tentukan populasi studi, tempat dan periode waktu observasi
kemudian tentukan unit observasi dan spesifikasi data apa yang ingin
dikumpulkan lalu tentukan strategi studi dan tentukan metode pengumpulan data.
Setelah itu, dilanjutkan dengan pelaksanaan pengumpulan data, analisa data dan
interpretasi data. Tentukan strategi pencegahan dan pemberantasan. Berikan
hasilnya kembali pemberi data dan orang lainnya yang membutuhkan. Selanjutnya
tentukan riset apa lagi yang dibutuhkan.
16. Apa saja sumber data surveilan epidemiologi ?
Macam-macam sumber data dalam surveilans epidemiologi (Kepmenkes RI
No.1116/Menkes/SK/VIII/2003) :
Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan
kantor pemerintah dan masyarakat.
Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan masyarakat
Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan geofisika
Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat.
Data kondisi lingkungan
Laporan wabah
Laporan penyelidikan wabah/KLB
Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
Studi epidemiology dan hasil penelitian lainnya
Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan dan masyarakat.
Laporan kondisi pangan.
17. Apa syarat puskesmas rawat inap ?
Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas
untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun
asuhan keperawatan sementara dengan kapasitas kurang lebih 10 tempat tidur. Rawat
inap itu sendiri berfungsi sebagai rujukan antara yang melayani pasien sebelum
dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu, atau dipulangkan kembali ke rumah.
Kemudian mendapat asuhan perawatan tindak lanjut oleh petugas perawat kesehatan
masyarakat dari puskesmas yang bersangkutan di rumah pasien.
Pendirian puskesmas harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
o puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit
o puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor dari puskesmas
sekitarnya
o puskesmas dipimpin oleh seorang dokter dan telah mempunyai tenaga yang
memadai
o jumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari
o penduduk wilayah kerja puskesmas dan penduduk wilayah 3 puskesmas
disekelilingnya minimal rata-rata 20.000 orang/Puskesmas
o pemerintah daerah bersedia untuk menyediakan anggaran rutin yang memadai
(Depkes RI, 2009)
18. Apa saja fasilitas yang harus dipenuhi untuk rawat inap ?
Standar sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pengembangan Puskesmas
Rawat Inap
1. Ruangan rawat tinggal yang memadai ( nyaman, luas dan terpisah antara
anak, wanita dan pria untuk menjaga privacy )
2. Ruangan operasi dan ruang post operasi
3. Ruangan persalinan (dan ruang menyusui sekaligus sebagai ruang
recovery)
4. Kamar perawat jaga
5. Kamar linen dan cuci
Sementara standar peralatan Medis yang dibutuhkan dalam pengembangan
Puskesmas Rawat Inap, antara lain:
1. Peralatan operasi terbatas
2. Peralatan obstetri patologis, peralatan vasektomi dan tubektomi
3. Peralatan resusitasi
4. Minimal 10 tempat tidur dengan peralatan perawatan
5. Alat Komunikasi dan Transportasi:
6. Telepon atau Radio Komunikasi jarak sedang
7. Satu buah ambulance (minimal)
19. Adakah keterkaitan antara peningkatan kasus DBD dengan tidak
dilakukannya surveilan epidemiologi secara rutin ?
Ada, karena dengan tidak dilakukannya surveilan epidemiologi secara rutin dokter
atau tenaga kesahatan tidak mengetahui sudah sejauh mana penyebaran penyakit
DBD.
20. Apa saja kegiatan dari surveilan ?
Komponen-komponen kegiatan surveilans menurut Depkes. RI, (2004) seperti
dibawah ini:
1) Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat
dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan dari pengumpulan
data epidemiologi adalah untuk menentukan kelompok populasi yang mempunyai
resiko terbesar terhadap serangan penyakit; untuk menentukan reservoir dari infeksi;
untuk menentukan jenis dari penyebab penyakit dan karakteristiknya; untuk
memastikan keadaan yang dapat menyebabkan berlangsungnya transmisi penyakit;
untuk mencatat penyakit secara keseluruhan; untuk memastikan sifat dasar suatu
wabah, sumbernya, cara penularannya dan seberapa jauh penyebarannya.
2) Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya
dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat berupa
teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan informasi yang
akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat saran bagaimana
menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru.
3) Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi data
digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut dan
disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan kepada atasan atau kepada
lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjut.
Komponen-komponen dalam pelaksanaan sistem surveilans (WHO, 1999) adalah
sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan komponen yang sangat penting karena kualitas
informasi yang diperoleh sangat ditentukan oleh kualitas data yang dikumpulkan. Data
yang dikumpulkan harus jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang
bersangkutan. Oleh karena itu untuk dapat menjalankan surveilans yang baik
pengumpulan data harus dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus. Tujuan
pengumpulan data:
Menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko terbesar
terkena penyakit seperti jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan dan lain-lain.
Menentukan jenis agent atau penyebab penyakit dan karakteristiknya.
Menentukan reservoir infeksinya.
Memastikan keadaan yang menyebabkan kelangsungan transmisi penyakit.
Mencatat kejadian penyakit, terutama pada kejadian luar biasa.
b. Pengolahan Data.
Data yang terkumpul segera diolah, biasanya dilakukan secara manual atau dengan
komputerisasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki.
c. Analisa dan interpretasi data.
Analisa data dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Analisa Deskriptif. Analisa deskriptif dilakukan berdasarkan variabel orang,
tempat, dan waktu sehingga diperoleh gambaran yang sistematis tentang penyakit
yang sedang diamati. Visualisasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram yang disertai
uraian atau penjelasan.
2. Analisa Analitik. Analisa analitik dilakukan dengan cara uji komparasi, korelasi,
dan regresi. Uji komparasi untuk membandingkan kejadian penyakit pada kondisi
yang berbeda. Uji korelasi untuk membuktikan keterkaitan antara satu variabel
dengna variabel lainnya. Uji regresi untuk membuktikan pengaruh suatu variabel
(kondisi) terhadap kejadian penyakit.
Kunci keberhasilannya yaitu data lengkap, cepat, dan tahu cara memanfaatkannya.
Tahap-tahapnya meliputi coding (membuat kode-kode dari data yang ada), editing
(melengkapi dan memperjelas tulisan), entry (memasukkan dalam program
pengolahan data), dan pengolahan secara diskriptif dan analitik.
d. Penyebarluasan Informasi dan umpan balik. Hasil analisa dan interpretasi data selain
terutama dipakai sendiri oleh unit kesehatan setempat untuk keperluan penentuan
tindak lanjut, juga untuk disebarluaskan dengan jalan dilaporkan kepada atasan sehagai
infomasi lebih lanjut, dikirimkan sebagai umpan balik (feed back) kepada unit
kesehatan pemberi laporan. Umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada
sumber-sumber data (pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan
kegunaannya setelah diolah, merupakan suatu tindakan yang penting, selain
tindakan follow up. Sasaran penyebaran informasi adalah instansi terkait baik secara
vertikal maupun horizontal dengan tujuan untuk memperoleh kesepahaman dan
feedback dalam perumusan kebijakan. Manfaat penyebaran informasi adalah
mendapatkan respon dari instansi terkait sebagai feedback, tindak lanjut, dan
kesepahaman. Metode yang dapat digunakan dalam penyebaran informasi adalah
tertulis dan deseminasi laporan, verbal dalam rapat, media cetak dan elektronik.
21. Apa saja sasaran dari surveilan ?
Sasaran penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan meliputi
masalah-masalah yang berkaitan dengan program kesehatan yang ditetapkan
berdasarkan prioritas nasional, bilateral, regional dan global, penyakit potensial
wabah, bencana dan komitmen lintas sektor serta sasaran spesifik lokal atau daerah.
Secara rinci sasaran penyelenggaran sistem surveilans epidemiologi kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular. Prioritas sasaran penyelenggaraan
surveilans epidemiologi penyakit menular adalah :
a) Surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
b) Surveilans AFP
c) Surveilans penyakit potensial wabah atau kejadian luar biasa penyakit menular
dan keracunan
d) Surveilans penyakit demam berdarah dan demam berdarah dengue
e) Surveilans malaria
f) Surveilans penyakit-penyakit zoonosis, antraks, rabies, leptospirosis dan
sebagainya
g) Surveilans penyakit filariasis
h) Surveilans penyakit tuberkulosis
i) Surveilans penyakit diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya
j) Surveilans penyakit kusta
k) Surveilans penyakit frambosia
l) Surveilans penyakit HIV/AIDS
m) Surveilans penyakit menular seksual
n) Surveilans penyakit pnemonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat
(severe acute respiratory syndrome)
2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Prioritas sasaran
penyelenggaraan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular adalah:
a) Surveilans hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner
b) Surveilans diabetes mellitus
c) Surveilans neoplasma
d) Surveilans penyakit paru obstuksi kronis
e) Surveilans gangguan mental
f) Surveilans kesehatan akibat kecelakaan
3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku. Prioritas sasaran
penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku
adalah :
a) Surveilans sarana air bersih
b) Surveilans tempat-tempat umum
c) Surveilans pemukiman dan lingkungan perumahan
d) Surveilans limbah industri, rumah sakit dan kegiatan lainnya
e) Surveilans vektor penyakit
f) Surveilans kesehatan dan keselamatan kerja
g) Surveilans rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, termasuk
infeksi nosokomial.
4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan. Prioritas sasaran penyelenggaraan
surveilans epidemiologi masalah kesehatan adalah :
a) Surveilans gizi dan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)
b) Surveilans gizi mikro kurang yodium, anemia gizi besi, kekurangan vitamin A
c) Surveilans gizi lebih
d) Surveilans kesehatan ibu dan anak termasuk reproduksi.
e) Surveilans kesehatan lanjut usia.
f) Surveilans penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan
berbahaya
g) Surveilans penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisionil, bahan
kosmetika, serta peralatan
h) Surveilans kualitas makanan dan bahan tambahan makanan.
5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra. Prioritas sasaran penyelenggaraan
surveilans epidemiologi kesehatan matra adalah :
a) surveilans kesehatan haji
b) Surveilans kesehatan pelabuhan dan lintas batas perbatasan
c) Surveilans bencana dan masalah sosial
d) Surveilans kesehatan matra laut dan udara
e) Surveilans pada kejadian luar biasa penyakit dan keracunan
22. Siapa saja yang bisa menjadi surveilan P2M ?
Semua tenaga kerja kesehatan dan instansi yang terkait yang memahami surveilan.
23. Apa kegunaan dari kegiatan statistik dalam surveilan, wabah dan KLB?
Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit
dalam masyarakat sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan
dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai
tingkat administrasi (Depkes RI, 2004).
Tujuan Surveilans Epidemiologis ( menurutWHO, 2002 ) adalah sebagai berikut :
1. Memprediksi dan mendeteksi dini Epidemi ( Outbreak ).
2. Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan
pengendalian penyakit.
3. Sebagai sumber informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan,
perencanaan, implementasi, dan alokasi sumber daya kesehatan.
4. Monitoring kecenderungan penyakit Endemis dan mengestimasi dampak penyakit
di masa mendatang.
5. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.
24. Apa tujuan, alasan dan langkah-langkah dari penyelidikan wabah ?
Tujuan Penyelidikan Wabah
1. Tujuan umum penyelidikan KLB / wabah
a) Upaya penanggulangan dan pencegahan
b) Surveilans ( lokal, nasional, dan internasional )
c) Penelitian
d) Pelatihan
e) Menjawab keingintahuan masyarakat
f) Pertimbangan program
g) Kepentingan politik dan hokum
h) Kesadaran masyarakat
2. Tujuan khusus penyelidikan KLB / wabah
a) Memastikan diagnose
b) Memastikan bahwa terjadi KLB/ wabah
c) Mengidentifikasi penyebab KLB
d) Mengidentifikasi sumber penyebab
e) Rekomendasi : cepat dan tepat
f) Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan periode KLB, serta
tempat terjadinya KLB ( variabel orang, waktu dan tempat )
Langkah-langah Investigasi Wabah
Langkah melakukan investigsi wabah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
yang sistemik yang terdiri dari :
1. Persiapan Investigasi di Lapangan
Persiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu:
a. Investigasi : pengetahuan ilmiah perlengkapan dan alat
b. Administrasi :prosedur administrasi termasuk izin dan pengaturan perjalanan
c. Konsultasi :peran masing – masing petugas yang turun kelapangan
2. Pemastian Adanya Wabah
Dalam menentukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu
atau bulan sebelumnya.
b. Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang
diharapkan.
c. Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya
Catatan hasil surveilans
Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-lain.
Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau
data nasional.
Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit
yang biasanya ada.
d. Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu suatu wabah):
Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita
Adanya cara diagnosis baru
Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa
Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan
3. Pemastian Diagnosis
Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis wabah, hal yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut
b. Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang menyebabkan peningkatan
kasus yang dilaporkan
c. Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam distribusi frekuensi
d. Kunjungan terhadap satu atau dua penderita
4. Pembuatan Definisi Kasus
Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah
seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu,
tempat, dan orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti ( compirmed),
mungkin ( probable), meragukan ( possible ), sensivitasdan spefsifitas.
5. Penemuan dan Penghitungan Kasus
Metoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai dengan penyakit dan kejadian
yang diteliti di fasilitas kesehatan yang mampu memberikan diagnosis. Informasi berikut
ini dikumpulakan dari setiap kasus :
a) Data identifikasi ( nama, alamat, nomor telepon )
b) Data demografi ( umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan )
c) Data klinis
d) Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit
e) Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau memberi umpan
balik.
6. Epidemiologi Deskriptif
a. Gambaran waktu berdasarkan waktu
Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik histogram yang
berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu :
1) Memberi informasi samapai dimana proses wabah itu dan bagaimana
kemungkinan kelanjutannya
2) Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada
periode tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.
3) Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah
bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya.
Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan :
1) Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata
2) Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu
masa inkubasi rata-rata
3) Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendek
Masa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit sampai
timbulnya gejala pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat billa penyakit
belum diketahui sehingga mempersempit diagnosis diferensial dam memperikan periode
pemaparan. Cara menghitung median masa inkubasi :
a) Susunan teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya
b) Buat frekuensi kumulatifnya
c) Tentukan posisi kasus paling tengah
d) Tentukan kelas median
e) Median masa inkubasiditentukan dengan menghitung jarak antara waktu
pemaparan dan kasus median
b. Gambaran wabah berdasarkan tempat
Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik berbentuk
Spot map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu yang
menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis kejadian
namun mengabaikan populasi.
c. Gambaran wabah berdasarkan ciri orang
Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada
hubungannya dengan keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu penyakit.Misalnya
karakteristik inang ( umur, jenis kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau berdasarkan
pemaparan ( pekerjaan, penggunaan obat-obatan)
d. Pembuatan Hipotesis
Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas
memformulasikan hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan, dan
pemaparan yang mengakibatkan sakit.
1) Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:
Apa reservoir utama agen penyakitnya?
Bagaimana cara penularannya?
Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
2) Wawancara dengan beberapa penderita mencari kesamaan pemaparan.
3) Mengumpulkan beberapa penderita
4) Kunjungan rumah penderita
5) Wawancara dengan petugas kesehatan setempat
6) Epidemiologi diskriptif
e. Penilaian Hipotesis
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua
cara, yaitu:
1) Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau
2) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan
menyelidiki peran kebetulan.
3) Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.
f. Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan
Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini
1) Penelitian Epidemiologi (epidemiologi analitik),
2) Penelitian Laboratorium (pemeriksaan serum) dan Lingkungan (pemeriksaan
tempat pembuangan tinja).
g. Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya penanggulangan
biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya
pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya
pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.
h. Penyampaian Hasil Penyelidikan
Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan pada
pejabat setempat dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas
mengadakan pengendalian dan pencegahan dan yang kedua laporan tertulis.Penyampaian
penyelidikan diantaranya:
1) Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan
2) Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran
harus dapat dipertahankan secara ilmiah
3) Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan
tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi,
kesimpulan, dan saran)
4) Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan
5) Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan
rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang .
Susunan laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.
Pendahuluan
Latar Belakang
Uraian tentang penelitian yang dilakukan
Hasil penelitian
Analisis data dan kesimpulan
Tindakan penanggulangan
Dampak-dampak penting
Saran rekomendasi
25. Apa saja kemungkinan hambatan dari surveilan epidemiologi ?
1) Kerjasama lintas sektoral
Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor yang
berkaitan dengan kesehatan, kerjasama tersebut membutuhkan partisipasi yang penuh
untuk tecapainya pemecahan masalah kesehatan, kadang kala sektor yang lain
mempunyai pertisipasi yang rendah dalam kerjasama lintas sektoral tersebut.
2) Partisipasi masyarkat rendah
Surveillens epidemiologi yang memang menangani masalah kesehatan
masyrakat eharusnya benar-benar menggali informasi dari masyarakat dan
penanganannyapun hasrus dengan masyarakat, sering dijumpai partsipasi masyarakat
dalam pengambilan informasi dari petugas kesehatan berbelitbelit dan cenderung
enutup-nutupi.
3) Sumber daya
Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya
manusia. Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi renponden
adlah sebagai berikut ;
- Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE
- Banyaknya tugas rangkap.
- Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan tugas lain.
4) Ilmu pengetahuan dan teknologi
Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk
mempercepat deteksi din, analisis penanggulangan dan penanggulangan masalah
kesehaatan, kondisi di lapangan seringkali tenologi di laboratorium sering lambat
sehingga mengganggu tahap deteksi dini dan penanganan kasus akan terlambat.
5) Kebijakan
Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam
pelaksanaan surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila memang sudah
menjadi KLB. Birokrasi pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam
melakukan surveilans. Kebijakan yang belum dipahami petugas juga menjadi kendala
dalam pelaksanaan surveilans.
6) Dana
Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga. Sering kali
permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan surveilans.
7) Jarak dan Transportasi
Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan
surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat kegiatan surveilans berlangsung
berhari-hari karena transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan juga
mempengaruhi.
26. Bagaimana klasifikasi statistik dan jenis data statistik ?
Jenis-jenis Statistik
Secara umum, ilmu statistika dapat terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Statistika Deskriptif
Statistika deskriptif dapat disebut juga sebagai statistika deduktif atau statistika
sederhana. Staistika deskriptif adalah statistika yang tingkat pengerjaanya mencakup
cara-cara menghitung, menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan data agar
dapat memberikan gambaran yang ringkas mengenai suatu keadaan, seperti teknik
umum mencari rata-rata, median, modus, kuartil dan lain sebagainya.
b. Statistika Inferensial
Statistika inferensial adalah statistika yang berhubungan dengan analisis data untuk
penarikan kesimpulan dari data. Misalnya, teknik uji hipotesa, analisis varians, teknik
korelasi, regresi dan lain-lain.
Jenis-jenis Data
Secara garis besar, data-data olahan dibagi menjadi 3 jenis data, yaitu:
1. Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka. Informasi yang dikandung
data berupa data angka. Contoh: data jumlah penduduk, jumlah pendapatan nasional,
dan lain sebagainya. Data kuantitatif dapat berupa:
a. Data Kontinu adalah data yang angka-angkanya merupakan deretan angka yang
sambung-menyambung atau berkelanjutan.
Contoh: tinggi badan, berat badan, dan lain-lain.
b. Data diskrit adalah data statistik yang tidak berkelanjutan.
Contoh: Jumlah penduduk, Jumlah anak dan lain-lain.
2. Data Kualitatif, yaitu data non-angka. Informasi yang dikandung bukan berupa
angka. Contoh: data jenis kelamin penduduk, tingkat pendidikan dan sebagainya. Data
jenis ini harus diubah terlebih dahulu menjadi data kuantitatif sebelum diolah.
27. Bagaimana komponen epidemiologi ?
Komponen Epidemiologi
Frekuensi masalah kesehatan
Penyebaran masalah kesehatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan
28. Bagaimana ruang lingkup epidemiologi ?
Epidemiologi Penyakit Menular
Sebagai bentuk dan upaya manusia untuk mengatasi gangguan penyakit menular yang
saat ini hasilnya sudah tampak
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Upaya untuk mencegah penyakit yang tidak menular seperti : kanker, penyakit
sistemik, kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat, termasuk penyakit akibat
gangguan industri
Epidemiologi Klinik
Bentuk pengembangan para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi
tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi
Epidemiologi Kependudukan
Sistem pendekatan epidemiologi dalam menganalisa berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan berbagai bidang demografi serta faktor-faktor yang mempengaruhi
berbagai perubahan demografi yang terjadi di dalam masyarakat
Epidemiologi Pengolahan YanKes
Salah satu pendekatan manejemen dalam menganalisa masalah, mencari faktor
penyebab timbulnya masalah serta penyusunan rencana pemecahan masalah tersebut
secara menyeluruh dan terpadu
Epidemiolgi Lingkungan dan Kesehatan Kerja
Salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan
kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja baik yang
bersifat fisik, kimai, biologis, maupun sosial budaya serta kebiasaan hidup para
pekerja
Epidemiologi Kesehatan Jiwa
Salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat, baik
mengenai keadaan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis faktor yang
mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat
Epidemiologi Gizi
Pendekatan ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan erat dengan
timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis maupun yang
berkaitan dengan masalah sosial.
29. Apa tujuan dan kegunaan epidemiologi ?
Menurut dr. R.M. Suryadi Tjekyan dalam bukunya Pengantar Epidemiologi
mengatakan bahwa tujuan dan kegunaan epidemiologi adalah :
A. Menggambarkan dan menganalisa kejadian penyakit dan distribusi berhubungan
dengan berbagai variable seperti umur, ras, jenis kelamin, pekerjaan, frekuensi
kejadian temporal, fluktuasi periodic, tren jangka panjang (analisa tren waktu) dan
distribusi geografis, untuk membuat diagnosis komunitas dan memperkirakan
risiko morbiditas dan mortalitas
B. Untuk menganalisa secara teliti karakteristik dan interaksi agen, host dan faktor
lingkungan dalam rangka mencari kausa, menentukan seluruh detail asal usul
penyakit dan pencegahan serta ukuran control, dan menyingkap kesenjangan
dalam ilmu pengetahuan
C. Untuk meningkatkan pelayanan kedokteran dan menyediakan panduan
administrasi untuk pelayanan kesehatan komunitas
D. Merangsang penggunaan pendekatan sistematik dari riset ilmiah untuk
mempelajari masalah-masalah lain dalam kesehatan masyarakat bekerjasama
dengan lapangan ilmu lainnya seperti kedokteran gigi, kesejahteraan masyarakat,
pendidikan, administrasi dan bidang-bidang ilmu penting lainnya,.
Jadi, tugas epidemiologi adalah menemukan faktor yang berhubungan dengan
status kesehatan untuk perencanaan dan manajemen yang efektif.
30. Apa jenis-jenis epidemiologi ?
Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi
prevalensi atau survei.
Epidemiologi analitik, terdiri dari :
a. Non eksperimental:
- Studi kohort
- Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif.
- Studi ekologik.
b. Eksperimental.
Cross-Sectional Study (Studi Potong Lintang) merupakan studi yang
mempelajari prevalensi, distribusi maupun hubungan penyakit dan paparan dengan
mengamati status paparan, penyakit outcome lain secara serentak pada individu-
individu dari suatu populasi pada suatu waktu. Studi ini disebut juga sebagai studi
prevalensi atau survei, merupakan studi sederhana yang sering dilakukan. Karakter
dari Cross-Sectional Study yaitu status paparan dan penyakit diukur pada saat yang
sama.
Cross-Sectional Study atau juga disebut Studi Potong Lintang mempunyai 2
jenis studi, yaitu:
1. Studi potong lintang Deskriptif : meneliti prevalensi penyakit , paparan atau
keduanya, pada suatu populasi tertentu.
2. Studi potong lintang analitik : mengumpulkan data prevalensi paparan dan
penyakit untuk tujuan perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok
terpapar dan kelompok tak terpapar, dalam rangka meneliti hubungan antara paparan
dan penyakit.
31. Bagaimana melatih tenaga perawat dan bidan mengenai agar bisa memahami
tentang surveilan dan penyelidikan wabah ?
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan sistem surveilans di
puskesmas dan meningkatkan validitas data surveilans epidemiologi antara lain :
1. Pertemuan validasi data dan penyampaian umpan balik secara rutin setiap bulan
dengan petugas surveilans puskesmas
2. Pertemuan validasi data dan penyampaian umpan balik secara rutin setiap bulan
dengan petugas rekam medis rumah sakit
3. Pelatihan pengolahan data bagi petugas Surveilans Kelurahan.
4. Pelatihan penanggulangan KLB bagi petugas Surveilans Kelurahan
5. Pertemuan rutin bulanan pengolahan dan analisa data para petugas surveilans
puskesmas dan petugas surveilans kelurahan di tingkat zone puskesmas. Dalam hal ini
dari 18 puskesmas dibagi menjadi 4 zone untuk mengolah dan menganalisa data
surveilans setiap bulan.
6. Pengolahan dan analisa data serta penyebaran informasi di tingkat kota
dilaksanakan seminggu sekali.
7. Pertemuan pengolahan dan analisa data surveilans bagi ketua dan sekretaris
zona-zona di Dinas Kesehatan setiap tribulan.
Adapun untuk meningkatkan kemampuan petugas surveilans puskesmas akan
dilaksanakan juga pelatihan IT pada tribulan IV.
Learning Issue
1. Masalah Kesehatan
EPIDEMI
Adalah : Keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit ) yang
ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam
frekuensi yang meningkat.
PANDEMI
Adalah : Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit ) yang
ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat memperlihatkan
peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya telah mencakup suatu wilayah
yang amat luas.
ENDEMI
Adalah : suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit ) yang
frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.
SPORADIK
Adalah : suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit ) yang
ada di suatu wilayah tertentu frekwensinya berubah – ubah menurut perubahan waktu.
2. Biostatistik
Definisi
Alatuntuk analisis, dan alat untuk membuat keputusan. Statistik digunakan
untuk membatasi cara-cara ilmiah untuk mengumpulkan, menyusun, meringkas, dan
menyajikan data penyelidikan.
Ruang lingkup statistik
a. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk mengambarkan atau
menganalisis suatu statistik hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas (generalisasi/inferensial). Penelitian tidak bermaksud
untuk membuat suatu kesimpulan terhadap populasi dari sampel yang diambil,
statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif.
b. Statistik inferensial
Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
sampel, dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel diambil.
Terdapat dua jenis statistik inferensial yaitu statistik parametrik dan statistik non
parametrik. Statistik parametrik digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk
interval dan rasio sedangkan statistik non parametrik biasanya digunakan untuk
menganalisis data yang berbentuk nominal dan ordinal.
Statistik parametrik mensyaratkan bahwa distribusi data normal dan variansi data
harus sama sedangkan statistik non parametrik tidak memerlukan syarat distribusi
data normal dan variansi sama.
Tipe Variabel
Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau suatu nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan.
Berdasarkan jenisnya variabel penelitian antara lain:
a. Variabel Independent
Variabel independent sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependent.
b. Variabel Dependent
Variabel dependent sering disubut sebagai variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas.
c. Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel yang mempengaruhi (memperkuat
atau memperlemah) hubungan antara variabel infependent dengan dependent.
Variabel ini disebut juga sebagai variabel independent ke dua.
d. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independent dan variabel depandent, tetapi tidak dapat
diamati atau diukur.
e. Variabel Kontrol
Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstant sehingga
hubungan variabel dependent dan independent tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang
tidak diteliti.
Sumber Data Kesehatan
Data primer : merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti yang digunakan
untuk menjawab tujuan dari penelitian secara spesifik. Data primer dapat diperoleh
dari kegiatan survei, penelitian dilapangan.
Data skunder : merupakan data yang telah tersedia atau telah dikumpulkan
oleh orang atau lembaga tertentu, misal biro pusat statistic. Data sekunder dapat
diperoleh dari catatan laporan dinas kesehatan sebagai kegiatan surveilans di dinas
kesehatan.
Skala Pengukuran
Untuk menentukan teknik statistik mana yang akan digunakan untuk menguji
hipotesis maka harus diketahui terlebih dulu macam-macam data dan bentuk
hipotesis. Macam data dalam penelitian seperti pada gambar berikut:
Skala pengukuran:
a. Skala deskrit / Nominal
Skala deskrit atau nominal adalah data yang hanya dapat digolongkan secara
terpisah atau secara kategorik.
Contoh : Jenis kelamin (laki-laki-perempuan)
b. Skala Ordinal
Data ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat. Dimana
jarak antara satu rangking dengan rangking yang lainnya belum tentu sama.
Contoh : Tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA, PT)
c. Skala Interval
Data interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nilai nol
(0) absolut/mutlak. ContohSuhu
d. Skala Rasio
Data rasio adalah data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol mutlak.
Contoh : Berat badan
Metode Pengumpulan Data
Menurut Nan Lin, ada 4 metode pengumpulan data antara lain;
a. Metode observasi
Metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti untuk mencatat kejadian atau peristiwa dengan menyaksikannya.
b. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan jika tidak mungkin bagi peneliti untuk
melakukan kontak dengan pelaku atau subjek penelitian.
c. Metode survei
Survei merupakan suatu metode pengumpulan data yang mengunakan
instrumen kuesioner atau wawancara untuk mendapatkan tanggapan dari responden
yang disampel.
d. Metode eksperimen
Merupakan metode dengan melakukan perlakuan.
Syarat Alat Ukur
Syarat alat ukur yang baik seharusnya memenuhi validitas dan reliabilitas dari
pengukuran.
Validitas
Validitas merupakan kesesuaian antara alat dan apa yang di ukur.
Reliabilitas
Reliabilitas merupakan hasil beberapa kali pengukuran tetapi hasil tetap sama.
Kerangka Konsep
Kesimpulan
Terjadi peningkatan kasus DBD di Puskesmas Maju karena surveilan epidemiologi tidak
dilakukan secara rutin dan kurangnya pemahaman serta keterampilan petugas.
Daftar Pustaka
Kurangnya pemahaman dan keterampilan petugas Puskesmas Maju mengenai surveilan
Terjadi peningkatan Kasus DBD di Puskesmas Maju
Tidak melakukan surveilan epidemiologi rutin
Tidak mengetahui riwayat penyakit alamiah dan tahap perjalanan penyakit berpotensi KLB
1. Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi, Edisi 2. Jakarta:EGC.
2. Azwar,Azrul.1998.Pengantar Epidemiologi.Edisi Pertama.Jakarta: Binarupa Aksara
3. Noor, Nasri. 2008. Dasar Epidemiologi. Jakarta:Rineka Cipta
4. Pusdiklat Pegawai Depkes. RI, Modul Surveilans Epidemiologi, untuk Pelatihan
Fungsional bagi Tenaga Surveilans di Puskesmas, Jakarta, 1997.
5. Junadi Purnawan, Pengantar Analisis Data, Edisi Pertama, Depok, Agustus 1993,
6. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 395/Menkes-Kesos/SKB/V/
2001 < Nomor 19 tahun 2001, tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Epidemiologi Kesehatan dan Angka Kredit.
7. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara nomor: 17/KEP/M.PAN/II/ 2000 Jabatan Fungsional Epidemiologi Kesehatan
dan Angka Kredit.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1116/Menkes/SK/VIII/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Kesehatan
9. WHO. 2004. WHO Comprehensive Assessment of The National Disease Surveilans in
Indonesia. Washington DC: WHO.
Recommended