View
253
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
1/28
LAPORAN TUTORIAL
BLOK THT SKENARIO 2
KENAPA PILEK TERUS MENERUS?
KELOMPOK 14
ARINA TSUSAYYA R G0013038
DYAH INASE SOBRI G0013080
EDWINA AYU DWITA G0013082IVAN NUH RASYAD G0013122
LAZUARDI SATRIA ARI G0013134
MARIA HELGA DIAH AYU M G00131!0
PETER YUSTIAN ATMA"A G0013188
PRITTA GRA#IA G00131$0
RIAH ROSYIDAH G0013202
SAIRA WIDYAPUTRI G0013210
TA%WATIN MA&RIAH G0013222
VAMMY BEVERLY V G0013228
TUTOR' ()* +,(-./,-
AKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
201!
BAB I
SKENARIO II
KENAPA PILEK TERUS MENERUS?
Seorang laki-laki 35 tahuun, datang dengan keluhan hidung meler denganlendri
berwarna kuning kehijauan kambuh-kambuhan, memberat sejak 3 bulan terakhir. Keluhan
disertai dengan keluar lendir di tenggorokan, bila pasien menunduk atau bersujud keluar
lendir kuning kental dari hidung. Pasien juga merasakan hidung terasabuntu, penciumannya
berkurang dan terasa agak nyeri di pipi kanan dan kiri. Pasien mempunyai riwayat bersin-
bersin di pagi hari atau bila terpapar debu. Dalam minggu terakhir keluhan bersin-bersin
kambuh lebih dari !" dalam seminggu, dan keluhan tersebut menyeb#abkan pasien seringkali
tidak masuk kerja. Pasien tidak mempunyai riwayat sakit di gigi rahang atas.
1
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
2/28
Pada pemeriksaan $isik didapatkan% kesadaran compos mentis, tekanan darah &'()'
mm*g, denyut nadi )'"(menit, respiration rate)"( menit, suhu 3+. Pada pemeriksaan
palpasi sinus paranasal didapatkan nyeri pada penekanan. Pemeriksaan hidung dengan
rhinoskopi anterior didapatkan mukosa ka#um nasi dekstra dan sinistra li#id edema, konka
hipertro$i (, tampak sekret kuning kental dari meatus medius dekstra et sinistra, de#iasi
septum nasi /0 ke kiri /spina septi0. Pemeriksaan rhinoskopi posterior tampak koanae lapang,
discharge mukopurulen (. Pada pemeriksaan tenggorok didapatkan tonsil 1(1, tampak
post nasala dripdi dinding $aring posterior.
Kemudian dokter merencanakan untuk melakukan pemeriksaan penunjang radiologi
dan tes cukit kulit.
BAB II
DISKUSI DAN TIN"AUAN PUSTAKA
Langkah 1 : Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam
skenario
Dalam skenario ini kami mengklari$ikasi istilah sebagai berikut %
. Skin Prick 1est adalah salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis yang banyak
digunakanoleh para klinisi untuk membuktikan adanya 2g spesi$ik yang terikat pada
sel mastosit kulit.
&. Post 4asal Drip adalah akumulasi lendir di belakang hidung dan tenggorokan yang
menjurus pada, atau memberikan sensasi dari, tetesan lendir yang menurun dari
belakang hidung. Salah satu dari karakteristik-karakteristik yang paling umum dari
rhinitis kronis adalah post-nasal drip. Post-nasal drip mungkin menjurus pada sakit
2
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
3/28
tenggorokan yang kronis atau batuk yang kronis. Post-nasal drip dapat disebabkan
oleh sekresi-sekresi yang berlebihan atau kental, atau gangguan dalam pembersihan
lendir yang normal dari hidung dan tenggorokan.
3. i#id edema adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada kondisi bengkak pada
jaringan lunak seperti kulit yang berwarna keunguan.
Langkah 2 : Menentukan/mendefinisikan permasalahan
a. 6agaimana $isiologi dan anatomi dari hidung7
b. Kenapa pada skenario disertakan tidak terdapatnya sakit gigi di rahang atas7
c. 6agaimana hubungan riwayat penyakit dahulu dengan riwayat penyakit sekarang7
d. 6agaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan7
e. 6agaimana pato$isiologi lendir yang keluar bewarna kuning kehijau-hijauan7
$. 6agaimana pato$isiologi hidung buntu, penciuman berkurang, dan nyeri pada pipi
kanan dan kiri pada skenario7
g. 6agaimana mekanisme posn nasal drip7
h. 6agaimana 2nterpretasi pemeriksaan $isik dan penunjang 7
i. 8pa sajakah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan7
j. 6agaimana mekanisme skin prick test7k. 6agaimana tatalaksana pada skenario7
l. 8pa sajakah komplikasi yang dapat terjadi7
m. 6agaimana pencegahan pada skenario7
Langkah 3 : Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai
permasalahan (tersebut dalam Langkah 2)
1* A,. H.(5a. Hidung luar terbentuk oleh tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan
ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan dan
menyempitkan rongga hidung. Struktur hidung luar dapat dibedakan
atas tiga bagian: yang paling atas, kubah tulang, yang tidak dapat
digerakkan; di bawahnya terdapat kubah kartilago, yang sedikit dapat
digerakkan; dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang paling
mudah digerakkan.b. ongga hidung !ca"itas nasi# berbentuk terowongan dari depan ke
belakang. $ubang depan ca"itas nasi disebut nares anteriror dan
%
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
4/28
lubang belakangnya disebut nares posterior !choanae# yang
menghubungkan ca"itas nasi dengan nasofaring. &epat di belakang
nares anterior terdapat "estibulum yang dilapisi rambut dan kelenjar
sebasea.
c. &iap ca"itas nasi memiliki ' dinding, yaitu dinding medial, lateral,
inferior dan superior. (inding medial adalah septum nasi. )agian
terluar dari septum dilapisi oleh kelenjar mukosa. (inding lateral
mempunyai empat buah concha yakni concha inferior, chonca media,
chonca superior, dan chonca suprema. (i antara concha dan dinding
lateral hidung terdapat meatus. (inding inferior merupakan dasar dari
rongga hidung dan dibentuk oleh os ma*illa dan os palatum. (inding
superior dibentuk oleh lamina kribriformis yang memisahkan rongga
tengkorak dari rongga hidung.d. )agian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid
anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika.
)agian bawah dari rongga hidung mendapat pendarahan dari a.
ma*ilaris interna. )agian depan hidung mendapat perdarahan dari
cabang+cabang a. fasialis. ena hidung memiliki nama yang sama dan
berjalan berdampingan dengan arterinya.e. )agian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris
dari n. etmoidalis anterior, sedangkan bagian lain mendapatpersarafan sensoris dari n. ma*illa.
f. ongga hidung dilapisi oleh dua jenis mukosa, mukosa olfaktori dan
mukosa respiratori.g. -anusia mempunyai sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian
lateral rongga udara hidung; jumlah, bentuk, ukuran, dan simetrinya
ber"ariasi. Secara umum diberi nama, sinus ma*illaris, sfenoidalis,
frontalis, dan ethmoidalis.
Histologi hidunga. pitel organ pernapasan biasanya berupa pseudokompleks toraks
bersilia, bertingkat palsu, berbeda+beda pada berbagai bagian hidung,
bergantung pada tekanan dan kecepatan aliran udara, demikian pula
suhu, dan derajat kelembaban udara. -ukoa pada ujung anterior konka
dan septum sedikit melampaui internum masih dilapisi oleh epitel
berlapis torak tanpa silia, lanjutan dari epitel kulit "estibulum.
Sepanjang jalur utama arus inspirasi epitel menjadi toraks bersilia
pendek dan agak ireguler. Sel+sel meatus media dan inferior yang
'
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
5/28
terutama menangani arus ekspirasi memiliki silia yang panjang dan
tersusun rapi.
$amina propria dan kelenjar mukosa tipis pada daerah dimana aliran
udara lambat atau lemah. /umlah kelenjar penghasil secret dan sel
goblet, yaitu sumber dari mucus, sebanding dengan ketebalan lamina
propria.
&erdapat dua jenis kelenjar mukosa pada hidung, yakni kelenjar
mukosa respiratori dan olfaktori. -ukosa respiratori berwarna merah
muda sedangkan mukosa olfaktori berwarna kuning kecoklatan.
Silia, struktur mirip rambut, panjangnya sekitar 0+ mikron, terletak
pada permukaan epitel dan bergerak serempak secara cepat ke arah
aliran lapisan, kemudian membengkok dan kembali tegak secara
lambat.
.6./5. 6.6 7,),,6,/ ,6.- 79)(9:,,; '
a. Sebagai pengatur kondisi udara
Sinus ber$ungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan atau melembaknan
udara inspirasi
b. Sebagai penahan suhu /bu$$er0
9elindungi orbita dan $ossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah
c. 9embantu keseimbangan kepala
Sinus sebagai rongga dapat mengurangi berat tulang muka
d. Sebagai peredam perubahan tekanan udara
:ungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan
mendadak,misalanya saat bersin atau membuang ingus
e. 9embantu produksi mucus
$ekti$ untuk membersihkan partake; yang turut masuk dengan udara inspirasi
keluar dari meatus medius
2* H:5,
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
6/28
disebabkan adanyasumbatan pada 5sura olfaktorius didaerah konka
media. 6leh karena itu "entilasi pada meatus superior hidung
terhalang, sehingga menyebabkan hilangnya indra penghindu . 7ada
kasus kronis, hal ini dapat terjadi akibat degenerasi 5lamentterminal ner"us olfaktorius, meskipun pada kebanyakan kasus, indra
penghindu dapat kembali normal setelah infeksi hilang
P9:95=,=, (, (9
/ika sinus yang berbatasan dengan kulit terkena secara akut,
dapat terjadi pembengkakan dan udem kulit yang ringan akibat
periostitis. 7alpasi dengan jari mendapati sensasi seperti pada
penebalan ringan atau seperti meraba beludru.
S9=)9 ,6,/
-ukosa hidung jarang merupakan pusat fokus peradangan
supuratif, sinus+sinuslah yang merupakan pusat fokus peradangan
semacam ini.
8danya pus dalam rongga hidung seharusnya sudah
menimbulkan kecurigaan adanya suatu peradangan dalam sinus.
7us di meatus medius biasanya merupakan tanda terkenanya sinus
maksila, sinus frontal atau sinus etmoid anterior, karena sinus+sinus
ini bermuara ke dalam meatus medius.
P,+.6./5. -.(5 9),6, :
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
7/28
frontal dan maksila, tetapi kelainan dasarnya tidak pada sinus+sinus
itu sendiri melainkan pada dinding lateral rongga hidung.
4ompleks ostiomeatal !46-# atau celah sempit di etmoid
anterior yang merupakan serambi muka bagi sinus maksila danfrontal memegang peranan penting dalam terjadinya sinusitis. )ila
terdapat gangguan didaerah 46- seperti peradangan, udema atau
polip maka hal itu akan menyebabkan gangguan drainase sehingga
terjadi sinusitis. )ila ada kelainan anatomi seperti de"iasi atau spina
septum, konkabulosa atau hipertro5 konka media, maka celah yang
sempit itu akan bertambah sempit sehingga memperberat
gangguan yang ditimbulkannya.
3nfundibulum etmoid dan resesus frontal yang termasuk
bagian dari 46-, berperan penting pada pato5siologi sinusitis.
7ermukaan mukosa ditempat ini berdekatan satu sama lain dan
transportasi lendir pada celah yang sempit ini dapat lebih efektif
karena silia bekerja dari dua sisi atau lebih. 8pabila terjadi udema,
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak
dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan, maka akan terjadi
gangguan drainase dan "entilasi sinus maksila dan frontal. 4arena
gangguan "entilasi, maka akan terjadi penurunan pH dalam sinus,
silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi menjadi lebih
kental sehingga merupakan media yang baik untuk tumbuh kuman
pathogen.
7atogenesis dari rinosinusitis kronis berawal dari adanya suatu
inamasi dan infeksi yang menyebabkan dilepasnya mediator
diantaranya vasoactive amine, proteases, arachidonic acid metabolit,
immunecomplek, lipolisaccharide dan lain-lain.Hal tersebut menyebabkan
terjadinya kerusakan mukosa hidung dan akhirnya menyebabkan
disfungsi mukosiliar yang mengakibatkan stagnasi mukos dan
menyebabkan bakteri semakin mudah untuk berkolonisasi dan
infeksi inamasi akan kembali terjad. )akteri dapat berkembang
menjadi kuman patogen bila lingkungannya sesuai. )ila sumbatan
berlangsung terus akan terjadi hipoksia dan retensi lendir,
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
8/28
sehingga bakteri anaerob akan berkembang baik.
)akteri juga akan memproduksi toksin yang akan merusak
silia. Selanjutnya dapat terjadi perubahan jaringan menjadi
hipertropi, polipoid atau terbentuk polip dan kista. 4uman didalamsinus dapat berasal dari rongga hidung sebelum ostium tertutup
ataupun merupakan kuman komensal didalam rongga sinus.irus
dan bakteri yang masuk kedalam mukosa akan menembus ke dalam
submukosa, yang diikuti adanya in5ltrasi sel polimorfonuklear, sel
mast dan limfosit, kemudian akan diikuti lepasnya aktor predisposisi lokal antara lain: septum
de"iasi, udema?hipertro5 konka, rinitis alergi?rinitis "asomotor,
barotrauma, korpus alienum, rinolit dan sebagainya. Sedang faktor
predisposisi sistemik yang mempengaruhi adalah: infeksi saluran
nafas atas oleh karena "irus, keadaan umum yang lemah,
malnutrisi, (- yang tidak terkontrol dan iritasi udara sekitar. >aktor
yang lebih penting untuk diketahui dan merupakan dasar
pato5siologi terjadinya infeksi sinus adalah: adanya gangguan dari
mukosa sinus, mukosa osteum sinus dan sekitarnya !komplek
ostiomeatal# saluran nafas atas menyebabkan terjadinya reaksi
peradangan pada mukosa hidung, mukosa sinus termasuk juga
mukosa ostium sinus. 4eadaan ini akan mempersempit ostium sinus
yang secara keseluruhan sudahsempit dan letaknya tersembunyi
atau bahkan menyebabkan obstruksi ostium.
!* M95,7, 6,, 9(=6stium sinus ma"illa berada di superior dinding medial sinus dan bermuara ke
hiatus semilunaris melalui in$undibulum ethmoidalis ke matus nasi media /ostiumsinus lebih tinggi dari dasar sinus0.
@
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
9/28
>leh karena letak ostium di atas, sinus ma"illa tidak dapat menyalurkan sekret
melalui lubang ini sewaktu posisi tegak, kecuali dalam keadaan penuh. Saat posisi
sujud(menunduk, posisi ostium akan lebih rendah dari sinus dan lendir akan keluar
dari sinus ke ostium /Soepardi dkk, &'!0.
@* P)69() 6=. 7).= 96 '
a. 6agian #olar lengan bawah
b. Desin$eksi dengan alkohol pada ##olar
c. 1andai #olar lengan bawah
d. "trak alergen diteteskan satu tetes alergen /histamin(kontrol 0 dan larutan
kontrol /bu$$er(kontrol -0 menggunakan jarum ukuran &+,5 = atau &? = atau
blood lancet.
e. Dicukilkan dengan sudut kemiringan !5 derajat menembus lapisan epidermis
dengan ujung jarum menghadap ke atas tanpa menimbulkan perdarahan.
$. 1indakan ini mengakibatkan sejumlah alergen melalui kulit. 1es dibaca 5-&'
menit dengan menilai yang timbul.
* M95,7, (.69:=, 7,6.9 .(,= ,(, ).C,>, 6,=. 5.5. ),-,5 ,,6?
*al ini untuk menyingkirkan diagnosis sinusitis dentogen. Dasar sinus maksila adalah
prosesus al#eolaris tempat akar gigi rahang atas, sehingga rongga sinus maksila hanya
terpisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang
pembatas. 2n$eksi gigi rahang atas seperti in$eksi apikal akar gigi atau in$lamasi
jaringan periodontal mudah menyebar ke sinus.
8* A7, 799).=6,, ),(./5. >,5 (./,==,?
Pemeriksaan radiologik yang sering dilakukan adalah dengan posisi @aters, P-8, dan
lateral. Posisi @aters terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila,
$rontal, dan ethmoid. Posisi postero-anterior untuk menilai sinus $rontal, dan posisi
lateral untuk menilai sinus $rontal, sphenoid, dan ethmoid.
9etode yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus paranasal adalah pemeriksaan
1 Scan, yang sering dipakai adalah potongan koronal dan aksial. 2ndikasi utama 1
Scan hidung dan sinus paranasal adalah sinusitis kronik, trauma /$raktur $rontonasal0,
dan tumor.
Langkah 4: Menginentarisasi permasalahan!permasalahan secara sistematis dan
pernyataan sementara mengenai permasalahan!permasalahan pada langkah 3"
A
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
10/28
Langkah #: Merumuskan tu$uan pembela$aran
a. 6agaimana septum de#iasi dapat mempengaruhi keluhan 7
b. 6agaimana li#id edema bisa terjadi 7
c. 8pa sajakah diagnosis banding pada skenario 7
Langkah % : Mengumpulkan informasi baru"
angkah ini dilakukan mandiri di luar jadwal diskusi tutorial.
1B
Diagnosis 6anding %
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
11/28
Langkah & : melaporkan' membahas dan menata kembali informasi baru yang diperoleh"
a. De#iasi septum merupakan keadaan yang sering terjadi, ber#ariasi dari ringan
yang tidak mengganggu, hingga de#iasi septum berat yang dapat menyebabkan
penyempitan hidung sehingga mengganggu $ungsi $isiologis hidung dan
menyebabkan komplikasi /4iAar dkk., &''?0. 8danya de#iasi septum dapatmenyebabkan penyempitan pada satu ataupun kedua sisi hidung dan akan
terjadi perubahan pola aliran udara pada proses berna$as dan akhirnya
mengganggu $ungsi organ pernapasan lainnya termasuk sinus paranasal.
Perubahan pola aliran udara akibat de#iasi septum selain mempengaruhi sinus
paranasal juga dapat mempengaruhi $ungsi tuba ustachius. De#iasi septum
nasi yang merubah aliran udara dalam rongga hidung dapat mempengaruhi
$ungsi drainase dan #entilasi sinus paranasal dan tuba ustachius.
:ungsi mukosiliar secara lokal dapat terganggu akibat adanya kelainan
struktur ( anatomi hidung dan sinus. Bika permukaan mukosa yang saling
berhadapan menjadi lebih mendekat atau bertemu satu sama lain, maka akti#itas
silia akan terhenti. De#iasi septum, polip, konka bulosa atau kelainan strukturlain di daerah kompleks osteomeatal dan ostium sinus dapat menghalangi
transportasi mukosiliar /
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
12/28
3. Pato$isiologi rgan-orang yang membentuk kompleks osteomeatal /K>90 di telinga tengah
berdekatan. Sehingga jika terjadi edema, ostium dari sinus-sinus itu akan
tersumbat, menyebabkan tekanan menjadi negati$. 1ekanan negati$ ini
menyebabkan transudasi cairan ke luar. 1ransudat hasil transudasi ini si$atnya
serous sehingga disebut rhinosinusitis akut non-bacterial. Bika kondisi ini menetap
maka transudat tadi menjadi tempat yang sangat baik untuk multiplikasi bakteri
sehingga secret berubah menjadi purulen. Kondisi ini disebut dnegan
rhinosinusitis akut bacterial. /Soepardi, &'&0.
Ditinjau dari sisi histology mukosa pada blanket sinus senantiasa berhubungan
dengan ca#um nasi. Badi jika ada in$lamasi pada salah satu area, maka secara
simultan akan mengalami proses in$lamasi bersama-sama. Secara klinis jarangditemukan pasien sinusitis tanpa gejala rhinitis.
!. Komplikasi
O69.9/..6 (, ,:696 6:79).6,/
7aling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya
ditemukan pada anak+anak. 7ada osteomielitis sinus maksila
dapat timbul 5stula oroantral.
K9/,., O):.,
(isebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata
!orbita#. Cang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian
sinusitis frontal dan maksila 7enyebaran infeksi terjadi melalui
tromboebitis dan perkontinuitatum. ariasi yang dapat timbul
ialah udema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses
orbita dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus ka"ernosus.
K9/,., I),=),.,/
(apat berupa meningitis, abses ektradural, abses otak dan
thrombosis sinus ka"ernosus.
K9/,., P,)
Seperti bronkitis kronis dan brokiektasis. 8danya kelainan sinus
paranasal disertai denga kelainan paru ini disebut sinobronkitis.
Selain itu dapat juga timbul asma bronchial.
0. 7enatalaksanaan
12
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
13/28
i. 8ntibiotik
ii. 2ndikasi second line antibiotic %
- high resistance /pemakaian antibiotik dalam 3 bulan terakhir0
- 1idak merespon setelah 3 E ! hari
- 2munosipressed patient
- :rontal or sphenoid sinusitis
S.6..6
1. Klasifkasi Sinusitis
4lasi5kasi secara klinis untuk sinusitis dibagi atas sinusitis akut,
subakut dan kronis !Hilger, 1AA#. Sedangkan berdasarkan
penyebabnya
sinusitis dibagi kepada sinusitis tipe rinogen dan sinusitis tipe
dentogen.
Sinusitis tipe rinogen terjadi disebabkan kelainan atau masalah di
hidung
dimana segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidungdapat
menyebabkan sinusitis. Sinusitis tipe dentogen pula terjadi
disebabkan
kelainan gigi serta yang sering menyebabkan sinusitis adalah infeksi
pada gigi
geraham atas yaitu gigi pre molar dan molar !-angunkusomo dan
Soetjipto,2BB#.
2* E./5.
1%
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
14/28
2SP8, rinitis, polip hidung, kelainan anatomi seperti de#iasi septum atau hipertrop$i
konka, sumbatan K>9, in$eksi tonsil, in$eksi gigi, kelainan imunologik, hipertro$i
adenoid, lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok.
Sinusitis Akut
)erdasarkan lokasinya, sinusitis akut dibagi menjadi :
a. Sinusitis -a*illaris
Sinusitis ma*illaris akut biasanya terjadi setelah adanya infeksi saluran
napas atas yang ringan. Selain itu faktor predisposisi lain yaitu alergi
hidung kronis, benda asing, dan de"iasi septum nasi. (eformitas rahang+
wajah seperti palatoskisis dapat menimbulkan sinusitis ma*illaris pada
anak+anak.
Dejala sinusitis ma*illaris akut ini berupa demam, malaise, nyeri kepala
yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian antibiotik biasa
seperti aspirin. 9ajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada
gerakan kepala mendadak misalnya pada saat naik dan turun tangga,
terdapat nyeri pipi yang khas seperti tumpul dan menusuk serta nyeri
pada palpasi dan perkusi. 7ada pemeriksaan 5sik didapatkan sekret
mukopurulen yang dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk,
terutama dari meatus nasi media, atau sekret mukopurulen dari
nasofaring. 7ada pemeriksaan transiluminasi, transiluminasi tampak
berkurang bila sinus sudah penuh dengan cairan.
Sinusitis ma*illaris akut umumnya diterapi dengan antibiotik spektrum
luas seperi amo*icillin, ampicillin, atau eritromycin. (ekongestan seperti
pseudoefedrin juga bermanfaat dapat digunakan selama beberapa hari
pertama infeksi lalu segera dihentikan. 4ompres hangat pada wajah
dengan pemberian aspirin dan asetaminofen bermanfaat dalam
meringankan gejala. )ila cairan sudah memenuhi sinus, maka terapi
bedah seperti irigasi anthrum perlu segera dilakukan.
b. Sinusitis >rontalis
Sinusitis >rontalis berkembang bersamaan dengan sinus ethmoidalis
anterior biasanya. Sinusitis ini lebih sering ditemukan pada orang dewasa,
dan memiliki gejala khas berupa nyeri supraorbita pada pagi hari dan
memburuk pada tengah hari, lalu mereda pada malam hari, dengan tandaseperti nyeri pada dahi ketika disentuh dan ada pembengkakan
1'
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
15/28
supraorbita. &anda patognomoniknya yaitu nyeri hebat pada palpasi atau
perkusi pada sinus yang mengalami infeksi. 7ada pemeriksaan,
transiluminasi dapat terganggu, radiogram sinus tampak adanya
penebalan periosteum atau kekeruhan sinus menyeluruh, atau suatu air-
fuidle"el.
7engobatannya dengan pemberian antibiotik broad spectrum,
dekongestan, dan tetes hidung "asokonstriktor. )ila terapi medikamentosa
gagal dan menimbulkan komplikasi, maka drainase sinus perlu segera
dilakukan.
c. Sinusitis thmoidalis
Sinusitis ini seringkali bermanifestasi klinis sebagai selulitis orbita.
)iasanya terjadi bersama dengan sinusitis frontalis, dan gejalanya berupa
nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata serta sumbatan pada hidung.
&erapinya dengan pemberian antibiotik sistemik, dekongestan hidung,
obat semprot, atau tetes "asokonstriktor topikal.
d. Sinusitis Sphenoidalis
Sinusitis Sphenoidalis akut biasanya jarang terjadi, dan mempunyai tanda
khas yaitu nyeri kepala yang mengarah ke "erte* cranium
Sinusitis ipe Dentogen
(e5nisi
Sinusitis dide5nikan sebagai inamasi mukosa sinus paranasal.
Emumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut
rinosinusitis
!4umar dan Flark, 2BB0#. $apisan mukosa dari sinus paranasal
merupakan
lanjutan dari mukosa hidung. Hidung dan sinus paranasal
merupakan
bagian dari sistem pernapasan. 7enyakit yang menyerang bronkus
dan paruparu
juga dapat menyerang hidung dan sinus paranasal. 6leh karena itu,
10
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
16/28
dalam kaitannya dengan proses infeksi, seluruh saluran nafas
dengan
perluasan+perluasan anatomik harus dianggap sebagai satu
kesatuan
!Hueston,2BB2#.
b. !nsidens dan "pidemiologi
-enurut 9ald !1AAB# di 8merika menjumpai insiden pada orang
dewasa antara 1B+10G dari seluruh kasus sinusitis yang berasal dari
infeksi
gigi. amalinggam !1AAB# di -adras, 3ndia mendapatkan bahwa
rinosinusitis
maksila tipe dentogen sebanyak sepuluh persen kasus yang
disebabkan oleh
abses gigi dan abses apikal. -enurut )ecker et al. !1AA'# dari )onn,
/erman
menyatakan sepuluh persen infeksi pada sinus paranasal
disebabkan oleh
penyakit pada akar gigi. Dranuloma dental, khususnya pada
premolar kedua
dan molar pertama sebagai penyebab rinosinusitis maksiladentogen. Hilger
!1AA'# dari -innesota, 8merika Serikat menyatakan terdapat
sepuluh persen
kasus rinosinusitis maksila yang terjadi setelah gangguan pada gigi.
-enurut
1
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
17/28
>arhat !2BB'# di -edan mendapatkan insiden rinosinusitis dentogen
di
(epartemen &H&+4$?SE7 Haji 8dam -alik sebesar 1%.G dan
yang
terbanyak disebabkan oleh abses apikal !1.'%G#.
#. "tiologi dan $akto% P%edisposisi
tiologi sinusitis tipe dentogen ini adalah :
a. 7enjalanan infeksi gigi seperti infeksi periapikal atau abses apikal
gigi dari
gigi kaninus sampai gigi molar tiga atas. )iasanya infeksi lebih
sering
terjadi pada kasus+kasus akar gigi yang hanya terpisah dari sinus
oleh
tulang yang tipis, walaupun kadang+kadang ada juga infeksi
mengenai
sinus yang dipisahkan oleh tulang yang tebal !oss, 1AAA#.
b. 7rosedur ekstraksi gigi. 7encabutan gigi ini dapat menyebabkan
terbukanya dasar sinus sehingga lebih mudah bagi penjalanan
infeksi
!Saragih, 2BB#.
c. 7enjalaran penyakit periodontal yaitu dijumpai adanya penjalaran
infeksi
dari membran periodontal melalui tulang spongiosa ke mukosa sinus
!7rabhu; 7adwa; obsen; ahbar, 2BBA#.
1
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
18/28
d. &rauma, terutama fraktur maksila yang mengenai prosesus
al"eolaris dan
sinus maksila !oss, 1AAA#.
e. 8danya benda asing dalam sinus berupa fragmen akar gigi dan
bahan
tambahan akibat pengisian saluran akar yang berlebihan !Saragih,
2BB#.
f. 6steomielitis pada maksila yang akut dan kronis !-angunkusomo;
ifki,
2BB1#.
g. 4ista dentogen yang seringkali meluas ke sinus maksila, seperti
kista
radikuler dan folikuler !7rabhu; 7adwa; obsen; ahbar, 2BBA#.
h. (e"iasi septum ka"um nasi, polip, serta neoplasma atau tumor
dapat
menyebabkan obstruksi ostium yang memicu sinusitis
!-angunkusomo
dan Soetjipto,2BB#.
d. Patofsiologi
4esehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium+ostium sinus dan
lancarnya klirens mukosiliar !mucociliary clearance# di dalam
kompleks osteomeatal.
Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius. $apisan mukosa yang
melapisi sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan "iscous
super5cial dan
1@
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
19/28
lapisan serous profunda. Fairan mukus dilepaskan oleh sel epitel
untuk
membunuh bakteri maka bersifat sebagai antimikroba serta
mengandungi
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
20/28
infeksi bakteri !anaerob# menyebabkan terjadinya karies profunda
sehingga
jaringan lunak gigi dan sekitarnya rusak !7rabhu; 7adwa; obsen;
ahbar,
2BBA#. 7ulpa terbuka maka kuman akan masuk dan mengadakan
pembusukan
pada pulpa sehingga membentuk gangren pulpa. 3nfeksi ini meluas
dan
mengenai selaput periodontium menyebabkan periodontitis dan
iritasi akan
berlangsung lama sehingga terbentuk pus. 8bses periodontal ini
kemudian
dapat meluas dan mencapai tulang al"eolar menyebabkan abses
al"eolar.
&ulang al"eolar membentuk dasar sinus maksila sehingga memicuinamasi
mukosa sinus. (isfungsi silia, obstruksi ostium sinus serta
abnormalitas
sekresi mukus menyebabkan akumulasi cairan dalam sinus sehingga
terjadinya sinusitis maksila !(rake, 1AA#.
(engan ini dapat disimpulkan bahwa pato5siologi sinusitis ini
berhubungan dengan tiga faktor, yaitu patensi ostium, fungsi silia,
dan
kualitas sekresi hidung. 7erubahan salah satu dari faktor ini akan
merubah
sistem 5siologis dan menyebabkan sinusitis.
2B
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
21/28
e. &ejala Klinis
Dejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise, dan
nyeri
kepala yang tidak jelas yang biasanya reda dengan pemberian
analgetik
biasanya seperti aspirin. 9ajah terasa bengkak, penuh, dan gigi
terasa nyeri
pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik dan turun
tangga
!&ucker dan Schow, 2BB@#. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang
tumpul
dan menusuk, serta nyeri di tempat lain karena nyeri alih !referred
pain#.
Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau
busuk. )atuk iritatif non+produktif juga seringkali ada !Sobol,2B11#.
Sinusitis maksilaris dari tipe odontogen harus dapat dibedakan
dengan rinogen karena terapi dan prognosa keduanya sangat
berlainan. 7ada
sinusitis maksilaris tipe odontogenik ini hanya terjadi pada satu sisi
serta
pengeluaran pus yang berbau busuk. (i samping itu, adanya
kelainan apikal
atau periodontal mempredisposisi kepada sinusitis tipe dentogen.
Dejala
sinusitis dentogen menjadi lebih lambat dari sinusitis tipe rinogen
!-ansjoer,2BB1#.
21
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
22/28
'. Diagnosis dan Peme%iksaan Penunjang
(iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan 5sik,
dan pemeriksaan penunjang. 7emeriksaan dengan palpasi turut
membantu
menemukan nyeri tekan pada daerah sinus yang terkena !Saragih,
2BB#
7emeriksaan 5sik dengan rinoskopi anterior dan posterior,
nasoendoskopi
sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini
!-angunkusomo
dan Soetjipto,2BB#. inoskopi anterior memberi gambaran anatomi
dan
mukosa yang edema, eritema, dan sekret yang mukopurulen. $okasi
sekret
dapat menentukan sinus mana yang terkena. inoskopi posterior
dapat
melihat koana dengan baik, mukosa hipertro5 atau hiperplasia
!-ansjoer,
2BB1#.
7emeriksaan penunjang lain adalah transiluminasi. Hanya sinusfrontal
dan maksila yang dapat dilakukan transiluminasi. 7ada sinus yang
sakit akan
menjadi suram atau gelap !oss, 1AAA#. (engan nasal endoskopi
dapat
22
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
23/28
diketahui sinus mana yang terkena dan dapat melihat adanya faktor
etiologi
lokal. &anda khas ialah adanya pus di meatus media pada sinusitis
maksila,
etmoidalis anterior dan frontal atau pus di meatus superior pada
sinusitis
etmoidalis posterior dan sfenoidalis !-ehra dan -urad, 2BB';
-angunkusomo
dan Soetjipto,2BB#. Selain itu, nasal endoskopi dilakukan untuk
menegakkan
diagnosis sinusitis akut dimana pus mengalir ke bawah konka media
dan akan
jatuh ke posterior membentuk post nasal drip !oss, 1AAA#.
7emeriksaan pembantu yang penting adalah foto polos posisi atau
F&scan.
>oto polos posisi 9aters, posteroanterior, dan lateral umumnya
hanya
mampu menilai kondisi sinus+sinus besar seperti sinus maksila dan
frontal.
4elainan yang akan terlihat adalah perselubungan, batas udara+
cairan !airuid
le"el# pada sinusitis maksila atau penebalan mukosa !-ehra dan
-urad,
2BB'#. F&+scan sinus merupakan gold standard karena mampu
menilai
anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus
secara
2%
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
24/28
keseluruhan dan perluasannya. amun karena mahal hanya
dikerjakan sebagai
penunjang diagnosis sinusitis kronik yang tidak membaik dengan
pengobatan
atau pra+operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi
sinus
!-angunkusomo dan Soetjipto,2BB#.
7emeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan
mengambil sekret dari meatus media atau superior, untuk
mendapat antibiotik
yang tepat guna. $ebih baik lagi bila diambil sekret yang keluar dari
pungsi
sinus maksila !-angunkusomo dan Soetjipto,2BB#. 4ebanyakan
sinusitis
disebabkan infeksi oleh Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
inuen
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
25/28
Pembengkakan di kelopak mata atas mungkin menunjukkan sinusitis $rontal akut.
Sinusitis etmoid jarang menyebabkan pembengkakan di luar, kecuali bila telah
terbentuk abses /Soetjipto F 9angunkusumo, &''?0.
&0 Palpasi
4yeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya sinusitis maksila.
Pada sinusitis $rontal terdapat nyeri tekan di dasar sinus $rontal terdapat nyeri tekan di
dasar sinus $rontal, yaitu pada bagian medial atap orbita. Sinusitis etmoid
menyebabkan rasa nyeri tekan di daerah kantus medius /Soetjipto F 9angunkusumo,
&''?0.
30 1ransiluminasi
*anya dapat digunakan untuk memeriksa sinus maksila dan sinus $rontal, bila $asilitas
pemeriksaan radiologic tidak tersedia. 6ila pada pemeriksaan transiluminasi tampak
gelap di daerah in$raorbita, mungkin berarti antrum terisi oleh pus atau mukosa
antrum menebal atau terdapat neoplasma di dalam antrum /Soetjipto F
9angunkusumo, &''?0.
Pemeriksaan ini sudah jarang dilakukan karena terbatas kegunaannya.
!0 Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi
Dilakukan dengan mengambil sekret dari meatus medius atau superior, untuk
mendapat antibiotik yang tepat guna. ebih baik lagi bila diambil sekret yang keluar
dari pungsi sinus ma"illa /9angunkusumo F Soetjipto, &''?0.
50 Sinuskopi
Dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus ma"illa melalui meatus
in$erior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus ma"illa yang sebenarnya,
selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi 9angunkusumo F Soetjipto,
&''?0.
+0 Pemeriksaan
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
26/28
9erupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi hidung
dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan
perluasannya. 4amun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis
sinusitis kronik yang tidak membaik dengan pengibatan atau pra-operasi sebagai
panduan operator saat melkaukan operasi sinus.
4* D.,56.6
- Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan $isik
- 8spirasi cairan sinus jarang dilakukan karena in#ati$
- 6edanya #iral dan bacterial dari durasi se#erity
!* P9,,/,=6,,,
1indakan operasi
6edah sinus endoskopi $ungsional /6S:(:SS0 merupakan oprasi untuk sinusitis
kronik yang memerlukan operasi. 1indakan ini telah menggantikan hampir semua
jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan
tindakan lebih ringan dan tidak radikal.
2ndikasiberupa sinusitis kronisyang tidak membaik setelah terapi setelah terapi
adekuat, sinusitis kronik disertai kista atau kelainan ire#ersibel, polip ekstensi$,
adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur /Soepardi dkk, &'!0.
R-...6 A/9)5.
9enurut @*>, alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore,
rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh
2g.
.G9
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
27/28
- Dengan menggunakan rhinoskopi anterior. Dari pemeriksaan akan didapat hasil
mukosa edema, basah, berwarna pucat(li#id, sekret encer dan banyak. Pada rinitis
alergi yang persisten akan ditemui mukosa hidung in$erior hipertro$i
3. Pemeriksaan penunjang
a. 2n #itro
- *itung eosino$il darah tepi- 2g total
- Pemeriksaan 2g spesi$ik seperti titis media e$usi yang sering residi$ terutama pada anak-anak.
c.
7/25/2019 Laporan Sken 2 THT
28/28
D,+,) P6,=,
8dams =., 6oies ., *igler P., CC?.Buku Ajar Penyakit THT.disi ke enam. Penerbit 6uku
=uyton 8. 6uku 8jar :isiologi Kedokteran disi . Bakarta% =
Harar ., Fhadha 4., ogers D. !2BB'#. &he role of septal de"iation inadult chronicrhinosinusitis. hinology '2. 12+1%B.
*armadji S, CC3. =ejala dan Diagnosa Penyakit 8lergi 1*1.Dalam : umpulan !akalah
ursus Penye"ar Aler"i #munolo"i di Bidan" THT, 6ukit 1inggi.
iakultas4edokteran Eni"ersitas 3ndonesia. Daya )aru 7ress. /akarta. 12+2.
Soepardi $iaty 8rsyad, 2skandar 4urbaiti, 6ashiruddin Benny,
Recommended