View
162
Download
11
Category
Preview:
DESCRIPTION
Laporan Uji Bahan i.ok
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN BAHAN I
DITULIS OLEH
PENYUSUN : Kelompok II
LOKAL/SEMESTER : C2/III
PROGRAM STUDI : D-III
JURUSAN : TEKNIK SIPIL
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2014
LEMBARAN PENGESAHAN
Laporan praktikum Pengujian Bahan I disusun oleh Kelompok , kelas C2
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe. Praktikum ini
dilaksanakan selama 6 hari terhitung mulai tanggal 13 Oktober s/d 20 Oktober
2014 yang dilaksanakan di Laboratorium Uji Bahan Politeknik Negeri
Lhokseumawe.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat pada kurikulum
semester III program Diploma III Jurusan Teknik Sipil tahun ajaran 2014/2015
di Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Lhokseumawe, 13 Oktober 2014
penyusun,
Kelompok II
PLP
Pembimbing, Lab. Bahan Teknik Sipil
Aiyub , ST.MT Syukur Hidayat, ST
NIP: 19780102 200212 1 001 NIP: 19801103 200112 1 001
Mengetahui,
Ka. Lab Bahan Teknik Sipil
Faisal Rizal, ST.MT
NIP: 19740406 200003 1 002
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillahirabbil’alamin… Segala puji bagi Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat dan Karunianya sehingga penulisan laporan Pengujian
Bahan I dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat beserta salam kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW; sang teladan sepanjang masa yang telah
membawa kita dari alam jahiliyah kealam islamiyah.
Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
Khamistan,ST.MT selaku kepala jurusan Teknik Sipil
Khairul Miswar,ST.MT selaku kepala prodi D-III Teknik Sipil
Faisal Rizal,ST.MT selaku kepala Laboratorium
Aiyub,ST.MT selaku Pembimbing Praktikum
Syukur Hidayat,ST selaku PLP Lab Bahan Teknik Sipil
Kedua orang tua selaku pemberi dukungan dan semangat
Teman-teman selaku pemberi semangat ide dan motivasi.
Sehubung dengan selesainya laporan ini, saya menyadari bahwa laporan
ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca, sebagai bahan kajian untuk perbaikan
laporan yang baik dan benar. Harapan saya, semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Amin.
Lhokseumawe, 13 Oktober 2014
penyusun,
Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum pengujian bahan I merupakan praktikum yang sangat penting
dalam pembangunan untuk dapat mengetahui sifat-sifat material, menetukan
kekuatan, ketahanan, kualitas dan mutu dari masing masing material yang akan
dipakai dalam pembangunan yang berskala kecil maupun besar. Maka dari itu
perlu kita mengetahui bagaimana cara memilih material yang baik untuk
pembangunan yang akan dikerjakan nantinya, sebelum pelaksanaan ada baiknya
material harus diperiksa terlebih dahulu untuk mengetahui apakah material
tersebut dapat memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh SNI.
Dalam pengujian bahan I ini material yang diuji antara lain kayu, mortal
dan batu bata. Mortal merupakan campuran dari semen, air dan pasir sebagai
bahan pengikat pada konstruksi. Kayu merupakan salah satu bahan yang banyak
dipakai dalam konstruksi dan meubel. Sedangkan batu bata ialah salah satu bahan
utama dalam konstruksi yang terbuat dari tanah liat. Untuk itu perlu dilakukan
suatu penelitian di laboratorium dengan menggunakan alat yang memiliki
ketelitian sang sangat tinggi dan dengan metode yang telah ditetapkan.
Tujuan dari pada pembuatan laporan ini, salah satunya ialah sebagai
pemenuhan tugas sebagai dasar kepahaman kita terhadap proses praktikum
sebelumnya, selain itu laporan bisa menjadi wawasan bagi kita semua untuk bisa
mempelajari serta memahami dari hasil praktikum ini yang hasil akhirnya bisa
kita aplikasikan secara integritas atas dasar laporan ini
1.2 Tujuan pengujian
Tujuan dari pengujian bahan I ini ialah untuk menentukan kualitas,
ketahanan, serta daya tahan dari kayu, mortal dan batu bata. Setelah adanya hasil
pengujian bahan ini, maka dapat kita sesuaikan dengan letaknya pada suatu
konstruksi, dan bagaimana cara menggunakan alat dengan baik dan benar serta
melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur.
1.3.Jenis-jenis pengujian
Adapun jenis-jenis pengujian yang di lakukan dalam praktikum ini adalah:
1. Pengujian Kayu
a. Kadar Air Kayu
b. Berat Jenis Kayu
c. Keteguhan Tekan // Serat Kayu
d. Keteguhan Tekan ┴ Serat Kayu
e. Keteguhan Geser Sejajar Serat Kayu
2. Pengujian Mortal
a. Konsistensi Mortal Dengan Flow Table
b. Waktu Pengikatan Mortal (Setting Time)
c. Keteguhan Tekan Mortal
d. Keteguhan Lentur Mortal
3. Pengujian Batu-bata Merah
a. Pengujian Sifat Fisis Batu Bata Merah
b. Penentuan Kuat Tekan Batu Bata Merah
c. Pengujian Penyerapan Batu Bata Merah (Saction Rate)
BAB II
PELAKSANAAN PENGUJIAN
2.1 Pengujian Kayu
2.1.1 Kadar air kayu
a. Referensi
- Aiyub, ST Jobsheet Praktikum Uji Bahan I Politeknik Negeri
Lhokseumawe 2005
- Anni Susilowati dkk Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung 1996
- Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI NI-5 )
b. Tujuan pelaksanaan
o Dapat menentukan kadar air berbagai jenis kayu berbagai jenis
kayu pada keadaan/ kekeringan tertentu.
o Melakukan penentuan kadar air kayu pada berbagai keadaan baik
basah, kering, udara dan pada keseimbangan kadar air.
o Menerangkan cara pelaksanaan penentuan kadar air kayu.
c. Dasar teori
Pada dasarnya pengeringan kayu bertujuan untuk mengeluarkan air
yang terdapat didalam kayu. Keuntungan dari pengeringan itu adalah untuk
menjaga kestabilan dimensi kayu dan menambah kekuatan kayu. Pengujian
kadar air diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan mutu kayu. Jadi, kadar air
adalah perbedaan antara berat kayu sebelum dikeringkan dengan berat kayu
sesudah dikeringkan yang dinyatakan dalam persentase. Dalam PKKI
dinyatakan bahwa kayu kering udara dengan kadar air maksimal 20%.
d. Peralatan dan bahan
Peralatan
- Timbangan, ketelitian 0,01 gram (kapasitas min 500 gram)
- Oven pengering, yang dapat diatur suhu tetap 103 ºC ± 2 ºC
(Dilengkapi Ventilator untuk mengeluarkan uap)
- Desikator (Volume ± 3 Liter)
Bahan:
Kayu ukuran 5x5x5 cm
e. Keselamatan kerja
- Memakai seragam praktek
- Fokuskan pikiran pada pekerjaan
- Memakai alat sesuai dengan fungsinya
- Ikutilah petunjuk instruktur
- Gunakan perlengkapan keselamatan kerja
- Simpan alat pada tempatnya
f. Langkah kerja
1. Penimbangan pertama/awal
Segera setelah dipotong, benda uji ditimbang beratnya dengan
ketelitian ± 0,2%. Catat berat awalnya.
2. Pengeringan dalam oven
Setelah penimbangan awal, keringkan benda uji dalam oven
pengeringan pada suhu tetap 103º ± 2ºC sampai tercapai berat
tetap. Untuk mengetahui tercapainya berat tetap. Setelah 2 jam,
sampai hasil penimbangan menunjukkan tidak ada pengurangan
berat. Hindarilah yang terlalu lama dalam mencapai berat benda
tersebut.
3. Penimbangan akhir
Timbanglah benda-benda uji yang telah dikeringkan, atau simpan
dahulu dalam desikator sampai dingin menunggu saat penimbangan
akhir. Catat hasil penimbangannya.
g. Perhitungan
Kadar Air=B−B ıB ı
×100 %
Dimana : B = Berat awal
B1 = Berat akhir (berat kering oven)
TABEL UJI KAYU UNTUK KADAR AIR DAN BERAT JENIS
No UKURAN (mm) LUAS B.AWAL B.KERING KADAR AIR B.BERAT JENISP L T A (kg) B (g) B1 (G) (%) (KAYU)
1 5 5 5 25 109.13 98.78 10.47782952 0.790242 5 5 5 25 110.02 99.66 10.39534417 0.797283 5 5 5 25 108.55 97.83 10.95778391 0.78264
31.8309576 2.37016
2.1.2 Berat jenis
a. Referensi
- Aiyub, ST Jobsheet Praktikum Uji Bahan I Politeknik Negeri
Lhokseumawe 2005
- Anni Susilowati dkk Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung 1996
- Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI NI-5 )
- SNI 03-3527-1994 Mutu Kayu Bangunan
g. Tujuan pelaksanaan
- Dapat menentukan berat jenis kayu pada berbagai keadaan kadar air,
dengan ketelitian yang cukup
- Menerangkan cara penentuan berat jenis kayu
- Menggunakan alat alat dengan terampil
h. Dasar teori
Berat jenis diperoleh dari berat pervolume benda tertentu dari suatu
bahan dibagi dengan berat air pada volume yang sama. Umumnya berat jenis
kayu ditentukan berdasarkan berat kayu kering oven atau kering udara dan
volume kayu pada posisi kadar air tersebut.
Kekuatan kayu bangunan dalam keadaan kering udara
Kelas Kayu Berat Jenis
I >0,9
II 0,6 – 0,9
III 0,5 – 0,6
IV 0,3 – 0,4
V < 0,3
Sumber: SNI 03-3527-1994, mutu kayu bangunan
i. Peralatan dan bahan
peralatan
- Timbangan, ketelitian 0,01 gram
- Alat ukur, ketelitian 0,1
- Bejana, tabung atau gelas ukur kapasitas ± 500 ml atau lebih
Bahan
- Kayu ukuran 5x5x5
j. Keselamatan kerja
o Memakai seragam praktek
o Fokuskan pikiran pada pekerjaan
o Memakai alat sesuai dengan fungsinya
o Ikutilah petunjuk instruktur
o Simpan alat pada tempatnya
k. Langkah kerja
Mempersiapkan benda uji, setelah itu timbang benda uji pada keadaan
kadar air aslinya. Tentukan kadar air dari contoh yang sama dengan membuat
benda uji kadar air dan lakukan penentuan seperti cara uji no. 1 (menentuan
kadar air). Ukur panjang, lebar dan tinggi benda uji dengan ketelitian 0,3 atau
kurang memakai alat ukur.
l. Perhitungan
Berat Jenis Kering= B
(1+ M100 ) p ∙ l ∙ t
Dimana : M = Kadar air kayu, dalam %
( Berat jenis basah )
Bp ∙ l ∙ t
atauBV
Dimana : B = Berat benda uji pada kadar air asli/tertentu (gram)
p = Panjang benda uji (cm)
l = Lebar benda uji (cm)
t = Tinggi benda uji (cm)
TABEL UJI KAYU UNTUK KADAR AIR DAN BERAT JENIS
No UKURAN (mm) LUAS B.AWAL B.KERING KADAR AIR B.BERAT JENISP L T A (kg) B (g) B1 (G) (%) (KAYU)
1 5 5 5 25 109.13 98.78 10.47782952 0.790242 5 5 5 25 110.02 99.66 10.39534417 0.797283 5 5 5 25 108.55 97.83 10.95778391 0.78264
31.8309576 2.37016
2.1.3 Keteguhan tekan // serat kayu
Referensi
- Aiyub, ST Jobsheet Praktikum Uji Bahan I Politeknik Negeri
Lhokseumawe 2005
- Anni Susilowati dkk Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung 1996
- SNI 03-3527-1994 Mutu Kayu Bangunan
Tujuan pelaksanaan
- Dapat menentukan keteguhan tekan sejajar serat bebgai jenis kayu
- Menentukan keteguhan tekan kayu untuk dapat mengklasifikasikan
kekuatan dan kualitas kayu
- Menerangkan cara pengujian keteguhan tekan sejajar serat dengan
ketelitian yang cukup
- Mempergunakan alat dengan terampil
Dasar teori
Kayu mempunyai sifat dan bentuk yang berbeda beda
tergantung pada banyak factor lain seperti keadaan musim, ataupun
keadaan alam disekitar pohon. Berbeda dengan baja, kayu tidak
mempunyai batas elastisitas tetapi diagram σ/ϵ untuk suatu arah
mempunyai bagian yang lurus sebelum membengkok.
Nilai tegangan dasar kayu dalam keadaan basah
Kelas Kayu Kuat Tekan
Sejajar Serat
(kg/cm2)
I >432
II 282
III 182
IV 132
V < 132
Sumber: SNI 03-3527-1994, mutu kayu bangunan
Peralatan dan bahan Peralatan
- Mesin tekan 1000 KN
- Alat pengukur panjang
- Alat pengukur deformasi ketelitian 0,002 mm
Bahan
- Kayu ukuran 5x5x20 cm
Keselamatan kerja
o Memakai seragam praktek
o Fokuskan pikiran pada pekerjaan
o Memakai alat sesuai dengan fungsinya
o Ikutilah petunjuk instruktur
o Simpan alat pada tempatnya
Langkah kerja
1. Peletakan benda uji
Benda uji diletakkan ditengah – tengah dan diantara dua
pelat penekan mesin tekan sedemikian rupa sehingga arah
bekerja beban tekan // dengan arah serat kayu
2. Pemberian beban tekan dan deformasi
Mesin tekan dijalankan dan beban diberikan secara teratur
dengan kecepatan gerak menekan sebesar 0,008 cm panjang
benda uji (disini panjang benda uji 20 cm, maka kecepatan
gerak mesin 0,008 × 20 = 0,16 cm setiap menit. Deformasi
yang terjadi pada benda uji dicatat pada curva secara teratur.
Alat pengukur deformasi diletakkan ditengah – tengah arah
panjang benda uji.
Alat pengukur deformasi yang standar ialah
compressometer. Bila alat ini tidak ada, maka hanya dapat
diukur deformasi terbesar pada saat benda uji pecah/patah
untuk dapat menyesuaikan kecepatan gerak beban tekan.
Pada pengujian tekan, beban diberikan terus secara teratur
sampai tercapai deformasi sebesar 15 cm atau sampai benda
pecah/retak/belah dan tidak mampu menahan beban lebih
besar. Setelah hal ini dicapai beban dihentikan, benda uji
dikeluarkan dari mesin tekan lalu diamati retak-retak yang
terjadi. Catatlah beban maksimumnya.
3. Retak – retak setelah pengujian tekan
Retak yang timbul dapat berbentuk berikut:
Retak mendatar
Retak berbentuk baji
Retak geser
Belah memanjang
Retak kompresidan geser
Retak ujung
4. Penentuan kadar air
Segera setelah selesai pengujian keteguhan tekan, benda uji
sekitar tempat patah dipotong sepanjang 2,5 cm untuk
penentuan kadar airnya.
Perhitungan
Keteguhan tekan sejajar serat kayu = P
l. t kg/cm2
Dimana : P = Beban tekan maksimum (kg)
l = Lebar bendan uji (cm)
t = Tinggi (tebal) benda uji (cm)
2.1.4 Keteguhan tekan ┴ serat
a. Referensi
- Aiyub, ST Jobsheet Praktikum Uji Bahan I Politeknik Negeri
Lhokseumawe 2005
- Anni Susilowati dkk Petunjuk Praktikum Laboratorium
Pengujian Bahan, Bandung 1996
- Sumber: SNI 03-3527-1994, Mutu Kayu Bangunan
b. Tujuan pelaksanaan
- Dapat menentukan kuat tekan lurus serat berbagai jenis kayu
- Menentukan keteguhan kayu secara teliti
- Menerangkan cara pengujian kuat tekan lurus serat
- Menggunakan alat uji dengan terampil
c. Dasar teori
Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan
muatan jika kayu itu dipergunakan untuk penggunaan tertentu. Keteguhan tekan
tegak lurus serat menentukan ketahanan kayu terhadap beban.
Nilai tegangan dasar kayu dalam kaedaan basah
Sumber: SNI 03-3527-1994, mutu kayu bangunan
d. Peralatan dan bahan
Kelas Kayu
Kuat Tekan
Tegak Lurus
Serat (kg/cm2)
I >118
II 79
III 53
IV 40
V < 40
Peralatan
- Mesin tekan 1000 kN
- Alat pengukur panjang
- Alat pengukur deformasi ketelitian 0,002 mm
Bahan
- Kayu ukuran 15x5x5 cm
e. Keselamatan kerja
o Memakai seragam praktek
o Fokuskan pikiran pada pekerjaan
o Memakai alat sesuai dengan fungsinya
o Ikutilah petunjuk instruktur
o Simpan alat pada tempatnya
f. Langkah kerja
Peletakan contoh/benda uji
Benda uji diletakkan di atas pelat dudukan tekan mesin tekan, lalu
sebuah pelat baja tebal 2 – 3 mm dan lebar 5 cm, diletakkan diatas
permukaan benda uji sedemikian rupa sehingga pelat ini tepat
berada pada bagian bidang tekannya
Pemberian beban tekan.
Mesin tekan dijalankan dan beban diberikan melalui pelat baja
secara teratur dengan kecepatan gerakan 0,3 mm/menit, ketelitian
0,002 mm. Alat pengukuran deformasi diletakkan sedemikian
rupa sehingga deformasi pada bidang tekan dapat diukur. Beban
tekan dihentikan apabila telah tercapai deformasi sebesar 2,5 mm.
Besarnya beban harus dicatat.
g. Perhitungan
Keteguhan tekan tegak lurus serat kayu = PA
kg/cm2
Dimana : P = Beban tekan (kg)
A = Luas bidang tekan, yaitu 5x5 cm
2.1.5 Keteguhan geser sejajar serat kayu
a. Referensi
- Aiyub, ST Jobsheet Praktikum Uji Bahan I Politeknik Negeri
Lhokseumawe 2005
- Anni Susilowati dkk Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung 1996
- Sumber: SNI 03-3527-1994, Mutu Kayu Bangunan
b. Tujuan pelaksanaaan
- Dapat menentukan kuat tekan geser sejajar serat berbagai jenis kayu
dengan ketelitian yang akurat.
- Menerangkan cara pelaksanaan pengujian kuat tekan geser kayu
- Mempergunakan alat uji dengan terampil.
c. Dasar teori
Yang dimaksud dengan keteguhan geser adalah suatu ukuran kekuatan
kayu dalam hal kemampuan menahan gaya gaya yang bekerja membuat suatu
bagian kayu tersebut bergeser atau tergelincir dari bagian lain di dekatnya.
Nilai tegangan dasar kayu dalam kaedaan basah
Kelas Kayu
Kuat Tekan
Geser Sejajar
Serat (kg/cm2)
I >77
II 49
III 31
IV 22
V < 22
Sumber: SNI 03-3527-1994, mutu kayu bangunan
d. Peralatan dan bahan
Peralatan
- Mesin tekan 50 kN
- Alat pengukur panjang
- Alat perlengkapan untuk penjepit benda uji
Bahan
- Kayu
e. Keselamatan kerja
Memakai seragam praktek
Fokuskan pikiran pada pekerjaan
Memakai alat sesuai dengan fungsinya
Ikutilah petunjuk instruktur
Simpan alat pada tempatnya
f. Langkah kerja
1. Benda uji diletakkan pada alat penjepit sedemikian rupa, hingga
tidak bergerak (tidak longgar) dengan mengencangkan skrup A.
Dengan demikian benda uji menjadi terjepit diantara bagian B
dan D
2. Benda uji beserta alat penjepitnya diletakkan pada mesin tekan
dan beban tekan diberikan pada bidang ujung atas benda uji.
3. Beban diberikan secara teratur sampai benda uji pecah pada
bidang gesernya.
4. Beban pada saat benda uji pecah dicatat sebagai beban
maksimum, dinyatakan dalam Kg, sampai ketelitian 1 kg.
5. Setelah selesai pengujian, sebagian benda uji dipotong sepanjang
2,5 cm untuk penentuan kadar air.
g. Perhitungan
Keteguhan geser : P
l. t kg/cm3
Dimana : P = Beban maksimum (kg)
p = Panjang bidang geser (cm)
l = Lebar bidang geser (cm)
h. Kesimpulan
Dalam hal ini dibedakan 3 macam keteguhan yaitu keteguhan geser
sejajar arah serat, keteguhan geser tegak lurus arah serat dan keteguhan
geser miring. Pada keteguhan geser tegak lurus arah serat jauh lebih
besar daripada keteguhan geser sejajar arah serat.
GAMBAR KERJA
20 cm
5 cm
Gambar 1 : contoh uji tekan // serat
Retak mendatar retak ujung ( broowing
( crushing ) and rolling )
Retak berbentuk baji retak geser ( shearing)
( widge aplit)
Retak kompresi geser belah memanjang
( compression and (splitting)
shearing parallel to grain )
2.2 Pengujian Mortal
2.2.1 Konsistensi mortal dengan flow table
a. Referensi
- Aiyub, ST Jobsheet Praktikum Uji Bahan I Politeknik Negeri
Lhokseumawe 2005
- Ir. Yunaefi – Ir. Puri Nurani, dkk, Petunjuk Praktikum Bahan
Bangunan I, Bandung 1996
- http://sartikahikaru.blogspot.com/2011/10/pengetahuan-bahan-
mortar.html
b. Tujuan pelaksanaan
- Dapat menentukan konsistensi mortal yang dibuat dari semen Portland,
air dan pasir
- Melakukan pengujian konsistensi mortal dengan teliti
- Menerangkan prosedur pelaksanaan penentuan
- Mempergunakan alat dengan terampil
c. Dasar teori
Mortar adalah bahan yang digunakan untuk konstruksi bangungan
yang terdiri dari campuran antara semen dan agregat halus. Campuran
antara semen dan agregat ini menggunakan perabandingan tertentu
sehingga daya tahan mortal terhadap tekanan maupun tarikan akan
semakin tinggi atau maksimal.
Penggunaan mortar sendiri memiliki keunggulan sebagai berikut :
a. Konsistensi Karena diproduksi masal dan juga dengan alat modern dan
oleh pabrikan, maka konsistensi bahan bakunya cukup seragam. Kita
tidak perlu pusing lagi akan stabilitasnya.
b Mudah Jelas, tinggal tambah air, langsung pakai.
Adanya additif yang sesuai akan memberikan sifat bahan yang lebih
baik dibanding hanya dengan menggunakan campuran semen biasa.
Terkadang dengan aplikasi semen biasa bisa menyebabkan beberapa
problem, antara lain lantai terangkat, dinding pecah-pecah / retak, dan lain-
lain. Penggunaan mortar yang tepat akan bisa menghindarkan problem ini
di kemudian hari. Kekurangannya otomatis dari sisi harga, karena mortar
dijual amat sangat jauh lebih mahal daripada semen.
Maka dari itu, pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan
kekuatan tekan mortal dengan contoh benda uji berbentuk silinder.
Kekuatan tekan mortal adalah beban tiap satuan luas permukaan yang
menyebabkan mortal hancur. Di dalam laboratorium, pengujian
konsistensi/kelecakan ini biasanya diukur dengan suatu alat tertentu yang
sering disebut dengan flow table, dimana mortar itu harus memiliki derajat
kecairan (flow) yang tertentu. Alat yang dipakai berupa suatu plat datar
dari logam, yang dapat diangkat dan dijatuhkan bebas setinggi kurang
lebih ½ inchi, sebanyak 25 kali dalam waktu 15 detik. Diameter mortar
sebelum dan sesudah plat dijatuhkan 25 kali diukur kembali. Di dalam
praktek, biasanya flow dari mortar yang dipakai berkisar antara 110%-
120%.
d. Peralatan dan bahan
Peralatan
- Gelas ukur
- Stopwatch
- Spatula
- Mesin pengaduk yang dapat mengaduk dalam tiga kecepatan
- Sarung tangan karet
- Flow table, cetakan, alat pemadat (ATSM C 230-80)
- Timbangan dengan ketelitian gram
- Cawan pengaduk
Bahan
- Semen portland
- Air
- Pasir
e. Keselamatan kerja
- Memakai seragam praktek
- Fokuskan pikiran pada pekerjaan
- Memakai alat sesuai dengan fungsinya
- Ikutilah petunjuk instruktur
f. Langkah kerja
1. Pembuatan mortal
Timbang: Semen Portland 500 gram
Pasir 1500 gram
Air sebanyak 0,5 kali berat semen (250 ml)
Letakkan bejana dan pengaduk pada posisinya dalam mesin
pengaduk
Masukkan semua air pengaduk ke dalam bejana
Tambahkan semen kedalam air dan jalankan mesin pengaduk
pada kecepatan rendah selama 30 detik
Masukkan perlahan – lahan semua pasir kedalam bejana sambil
diaduk pada kecepatan rendah (140 ± 5 rpm) selama 30 detik
Hentikan mesin pengaduk dan pindahkan ke kecepatan sedang
(285 ± 10 rpm) lalu aduk selama 30 detik
Hentikan mesin pengaduk, dan biarkan mortal dalam bejana
dan tunggu selama 1,5 menit sambil dorong ke bawah mortal
yang menempel pada dinding bejana dengan spatula
Aduk kembali dengan kecepatan sedang selama 1 menit,
kemudian mortal yang menempel pada dinding di dorong ke
bawah.
2. Penentuan konsistensi
a. Persiapkan flow table, cetakan dan penumbuk pada posisinya.
Cetakan diletakkan di tengah – tengah meja (pelat) dari flow
table sesuai dengan garis – garis yang yang telah tertera.
b. Segera setelah selesai mengaduk, mortal diisi ke dalam cetakan
dalam dua lapisan yang kira – kira sama tingginya, masing –
masing lapisan diratakan dengan alat pemadat/penumbuk
dengan cara ditusuk sebanyak 20 kali. Kemudian permukaan
mortal diratakan bidang atasnya dengan bibir atas cetakan.
c. Cetakan dilepas dari mortal dengan cara diangkat perlahan –
lahan.
d. Gerakkan flow table dengan cara memutar tuas penggerak,
sehingga terjadi ketukan sebanyak 25 kali dalam waktu 15
detik. Oleh ketukan ini mortal di atas meja akan bergerak
melebar mengisi permukaan meja sampai mencapai diameter
tertentu
g. Perhitungan
Flow = Dı−Do
Do x 100 %
Dimana : Do = Diameter mortal pada waktu dicetak
Diameter bawah cetakan (±10 cm)
D1 = Diameter mortal setelah selesai ketukan, diukur pada
posisi dan dihitung harga rata ratanya.
Pengukuran skala kaliper menunjukkan:
Pada posisi 1 = 29,5
Pada posisi 2 = 30,5
Pada posisi 3 = 31
Pada posisi 4 = 31
122%
2.2.2 Waktu Pengikatan Mortal (Setting Time)
a. Referensi
- Aiyub, ST Jobsheet Praktikum Uji Bahan I Politeknik
Negeri Lhokseumawe 2005
- Ir. Yunaefi – Ir. Puri Nurani, dkk, Petunjuk Praktikum
Bahan Bangunan I, Bandung 1996
b. Tujuan pelaksanaan
- Dapat menentukan pengikatan mortal dengan alat vikat.
- Menerangkan penentuan waktu pengikatan mortal dengan
teliti
- Menerangkan cara pelaksanaan penentuan waktu
pengikatan mortal
- Mempergunakan alat vikat dan perlengkapan dengan
terampil
c. Dasar teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan waktu
pengikatan permulaan adalah jangka waktu dari mulainya
pengukuran pasta konsistensi normal sampai asta kehilangan
sebagian sifat plastis (menjadi beku)
d. Peralatan dan bahan
Peralatan - Gelas ukur
- Stopwatch
- Spatula
- Mesin pengaduk
- Alat vikat, jarum berdiameter 17,5 ± 0,5 mm
- Mangkuk kuningan
- Kaca datar 15 × 15 cm, tebal 3 mm
- Alat pemadat
Bahan
- Semen portland
- Pasir
- Air
e. Keselamatan kerja
-Memakai seragam praktek
-Fokuskan pikiran pada pekerjaan
-Memakai alat sesuai dengan fungsinya
-Ikutilah petunjuk instruktur
-Simpan alat pada tempatnya
f. Langkah kerja
1. Aduk kembali mortal yang tersisa dalam bejana pengaduk
pada kecepatan sedang selama 30 detik, setelah pada
penentuan konsistensi yang diinginkan.
2. Segera selesaikan pengadukan, isikan cetakan pada mortal
dan padatkan dengan cara seperti pada butir 2 diatas.
3. Simpan cetakan yang berisi air mortal ini dalam ruang
lembab dan selama penyimpanan tidak boleh terganggu oleh
gerakan atau tergoyang.
4. Lakukan penentuan waktu pengikatan dan jarum diameter 2
mm pada alat vikat sbb
- Letakkan cetakan berisi mortal di bawah jarum hingga
ujung jarum bersinggungan dengan permukaan mortal.
Setel jarum petunjuk skala pada titik nol atau ambil
pembaca awal pada skala
- Lepaskan fluyer dan jarum menembus mortal
- Pada saat permulaan, pengujian penembusan jarum
dilakukan setiap 15 menit sampai pada saat jarum tidak
sampai menyentuh dasar/alas cetakan. Kemudian
lakukan pada setiap 10 menit, sampai pada saat tercapai
penembusan sedalam 10 mm atau kurang.
5. Waktu pengikatan tercapai apabila pada pengujian ini jarum
diameter 2 mm hanya menembus mortal sedalam 10 mm
dalam waktu 30 detik setelah pelepasan beban fluyer dan
jarum. Waktu pengikatan mortal adalah waktu semen, air,
dan pasir di campur dan diaduk dalam alat pengaduk sampai
saat tercapai penembusan jarum sedalam 10 mm ke dalam
mortal dinyatakan dalam menit.
g. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Waktu pengikatan mortal dipengaruhi dipengaruhi oleh waktu dan
suhu. Uji waktu pengikatan mortal haruslah segera dilakukan setelah
uji bahan mortal (semen, pasir, dan air) sebelum terjadi penguapan.
Dari percobaan yang sudah dilakukan penurunan normal pada mortal
di dapat pada selang waktu ±1 jam dari mulainya uji pengikatan
mortal dilakukan.
2.2.3 Keteguhan Tekan Mortal
a. Referensi
- Aiyub, ST Jobsheet Praktikum Uji Bahan I Politeknik Negeri
Lhokseumawe 2005
- Ir. Yunaefi – Ir. Puri Nurani, dkk, Petunjuk Praktikum Bahan
Bangunan I, Bandung 1996
b. Tujuan pelaksanaan
- Menerangkan prosedur pelaksanaan kekuatan tekan mortal.
- Membuat contoh uji kekuatan tekan adukan mortal
- Menghitung kekuatan tekan dari adukan mortal
c. Dasar teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan mortal
dengan contoh benda uji berbentuk kubus berukuran 5x5x5 cm. Kekuatan tekan
mortal adalah beban tiap satuan luas permukaan yang menyebabkan mortal
hancur.
d. Peralatan dan bahan
Peralatan
- Mesin pengaduk
- Timbangan 0,01 gr
- Spatula
- Pisau
- Mesin penekan
- Tangki pemanas
- Cetakan kubus 5x5x5 cm
- Pemadat plastic
- Meja pengaduk
Bahan
- Semen portland
- Pasir
- Air
e. Keselamatan kerja
- Memakai seragam praktek
- Fokuskan pikiran pada pekerjaan
- Memakai alat sesuai dengan fungsinya
- Ikutilah petunjuk instruktur
- Simpan alat pada tempatnya
f. Langkah kerja
Persiapan pasta semen
1. Masukkan air pencampur, sebanyak 28% dari berat semen
kedalam teromol pengaduk
2. Masukkan semen sebanyak 500 gr kedalam teromol pengaduk
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 ± 5) putaran
permenit selama 30 detik.
4. Masukkan pasir sebanyak 1375 gr perlahan – lahan sambil
pengaduk dijalankan dengan kecepatan (140 ± 5) putaran
permenit selama 30 detik.
5. Hentikan mesin pengaduk, pindahkan ke kecepatan sedang
menjadi (285 ± 10) putaran permenit dan jalankan selama 30
detik.
6. Hentikan mesin pengaduk, segera bersihkan mortal yang
menempel pada dinding teromol selama 15 detik, selanjutnya
teromol ditutup selama 75 detik
7. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10)
putaran, selama 1 menit.
8. Adukan dibiarkan selama 90 detik
9. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10)
putaran, selama 25 detik
Peletakan benda uji
Mencetak benda uji dimulai paling lambat 2,5 menit setelah selesai.
1. 30 detik setelah selesai pengadukan, cetakan mortal dengan
cetakan kubus 5×5×5 cm. Cetakan diisi dalam 2 lapisan,
dimana setiap lapisan dipadatkan dengan menumbuk sebanyak
32 kali dalam waktu ±10 detik.
2. Ratakan permukaan mortal kemudian simpan cetakan ditempat
yang lembab selama 24 jam.
3. Bukalah cetakan dan rendam mortal dalam air bersih kemudian
periksalah kekuatan mortal dengan unsur yang biasanya 3 hari
dan 7 hari
g. Perhitungan
Kekuatan tekan mortal = Beban maksimum
luas permukaan bendauji kg/cm2
h. Kesimpulan
Uji keteguhan mortal diakukan untuk mengetahui kekuatan atau
kualitas mortal yang akan dipakai dalam sebuah konstruksi.
2.2.4 Keteguhan Lentur Mortal
a. Referensi
- Aiyub, ST Jobsheet Praktikum Uji Bahan I Politeknik
Negeri Lhokseumawe 2005
- Anni Susilowati dkk Petunjuk Praktikum Laboratorium
Pengujian Bahan, Bandung 1996
b. Tujuan pelaksanaan
Dapat mengetahui besarnya kekuatan lentur mortal yang
dibuat, memakai benda uji yang berbentuk prisma
Melaksanakan dan menerangkan pengujian keteguhan
lentur mortal
Menggunakan peralatan yang dipakai dengan benar
c. Dasar teori
Kekekuatan lentur di Indonesia sampai saat ini belum ada
persyaratannya. Tetapi ada baikya kekuatan lentur ini diuji. Karena
hubungan nya antara daya rekat antara bahan yang terdapat dalam
adukan. Untuk itulah dari pengujian lentur ini dapat diketahui
susunan bahan yang baik serta jenis bahan yang mempunyai ikatan
yang baik.
d. Peralatan dan bahanPeralatan
- Mesin pengaduk ( kapasitas 5 liter )
- Gelas ukur ( isi 500-1000 ml)
- Timbangan ketelitian 1 gram
- Stopwatch
- Mesin uji takan lentur ( ketelitian ± 1,0 % )
- Cetakan prisma dari baja
- Flow table berikut perlengkapannya
- Jamgka sorong
- Pisau perata
- Alat peletakan benda uji
Bahan
- Semen
- Pasir
- Air
e. Keselamatan kerja
- Memakai seragam praktek
- Fokuskan pikiran pada pekerjaan
- Memakai alat sesuai dengan fungsinya
- Ikutilah petunjuk instruktur
f. Langkah kerjaMempersiapkan prisma dibasahi permukaannya dengan minyak
mineral. Susunan campuran mortal sesuai dengan susunan untuk
pengujian keteguhan tekan. Pembuatan mortal sesuai dengan cara
untuk pengujian keteguhan tekan mortal. Menentukan konsistensi
mortal dengan cara penentuan konsistensi mortal dengan flow
table. Cetak adukan mortal kemudian padatkan dengan alat
penumbuk seluruh permukaan mortal sebanyak 3 kali pemadatan.
Selesaikan pemadatan ini dalam waktu 15 detik. Ratakan mortal
dalam cetakan dengan perata. Lepaskan benda uji dari cetakan
kemudian rendam dalam air sampai saat pengujian. Setelah selesai
letakkan benda uji diatas kedua penumpu , kemudian hidupkan
mesin tekan/lentur dan beri beban dengan kecepatan 4-5 kg/detik
secara merata sampai benda uji patah.
g. Perhitungan
Tegangan lentur = 3 P L2b h2
kg / cm²
Dimana : P = Beban Lentur Maksimum
L= Jarak Tumpuan
b = Lebar Benda Uji
h = Tinggi Benda Uji
*hasil perhitungan pengujian dapat dilihat pada lampiran halaman
h. Kesimpulan
Pengujian lentur dapat diketahui susunan bahan yang baik serta jenis
bahan yang mempunyai ikatan yang baik antara bahan perekat hidrolis dengan
bahan pengisi akan menghasilkan kuat lentur yang tinggi.
2.3 Pengujian Batu Bata Merah2.3.1 Pengujian Sifat Fisis Batu Bata Merah
a. Referensi
- Aiyub, ST Jobsheet Praktikum Uji Bahan I Politeknik Negeri
Lhokseumawe 2005
- Ir. Yunaefi – Ir. Puri Nurani, dkk, Petunjuk Praktikum Bahan
Bangunan I, Bandung 1996
b. Tujuan pelaksanaan
- Dapat menentukan mutu dari batu bata berdasarkan ukuran dan
tampak luar dari batu bata
- Menerangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan ukuran dan
tampak luar dari batu bata
c. Dasar teori
Uji warna dan retak-retak adalah mengambil warna dan permukaan bata
serta keretakan yang terdapat pada penampang potongan batu bata.warna pada
belahan merata atau tidak, mengandung butir butir kasar atau tidak, serta rongga
rongga di dalamnya.
d. Peralatan dan bahan
Peralatan
- Jangka sorong / mistar
- Timbangan
- Penyiku
Bahan
- Batu bata
e. Keselamatan kerja
- Memakai seragam praktek
- Fokuskan pikiran pada pekerjaan
- Memakai alat sesuai dengan fungsinya
- Ikutilah petunjuk instruktur
f. Langkah kerja
Pemeriksaan ukuran batu bata, panjang lebar dan tinggi. Setelah itu
amati keadaan permukaan batu bata yaitu; bidang datar, kesikuan rusuk
rusuk nya serta keretakannya. Timbang brat batu bata utuh dengan ketelitian
10 gr. Hitung berat rata-rata batu bata dan nyatakan bedar batu bata dalam
kg. Ukur sisi panjang batu bata , beri tanda pada ½ panjang batu bata dan
kemudian dipotong sama panjangnya. Perhatikan warna dari penampang
batu bata pada bekas potong.
g. Kesimpulan
Batu bata yang baik ialah batu bata yang tidak banyak keretakannya,
warnanya merata dan juga tidak banyak terdapat butiran yang kasar dan
tidak berongga. Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh banyak bata
yang tidak siku. Keretakan yang parah serta permukaan yang tidak rata.
Akibatnya bata tersebut dinyatakan kurang baik untuk digunakan dalam
suatu konstruksi, karena teidak emenuhi standard.
2.3.2 Penentuan Kuat Tekan Batu Bata Merah
a. Referensi
- Aiyub, ST Jobsheet Praktikum Uji Bahan I Politeknik Negeri
Lhokseumawe 2005
- Anni Susilowati dkk Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung 1996
b. Tujuan pelaksanaan
- Dapat menentukan klasifikasi dari batu bata berdasarkan kuat tekan
nya.
- Menerangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan kuat tekan batu
bata
- Mempraktekkan pemeriksaan kuat tekan batu bta dengan cara yang
benar
c. Dasar teori
Kuat tekan batu bata dinyatakan dengan berapa besar kemampuan bata
menerima beban maksimum sampai bata pecah. Kuat tekan bata
menunjukkkan mutu dari bata.
Sesuai dengan peraturan maka mutu bata disetarakan dengan kekuatan
tekanan rata-rata sebagai berikut :
No.
Mutu Bata Kuat Tekan Rata-rata
( kg/cm²)1 I < 1002 II 100 - 803 III 80 - 60
Sumber : Anni Susilowati dkk Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung 1996
d. Peralatan dan bahan
Peralatan
- Cetakan benda uji
- Spatula
- Cawan
- Kotak plastic
- Tangki
Bahan
- Pasir - Semen- Batu bata
e. Keselamatan kerja
- Memakai seragam praktek
- Fokuskan pikiran pada pekerjaan
- Memakai alat sesuai dengan fungsinya
- Ikutilah petunjuk instruktur
f. Langkah kerja
Ambil batu bata yang telah dipotong-potong pada sisi panjang menjadi
dua bagian yang sama besar, dari hasil pemeriksaan tampak luar batu bata.
Letakkan kedua potongan tersebut kedalam cetakan, jarak antara bidang
cetakan dengan bidang batu bata lainya diberi jarak ± 1 cm. Isi ruang antara
tersebut dengan adukan spesi hingga padat dan menutupi seluruh bibang
permukaan batu bata yang vertical. Diamkan selama ± 1 hari, kemudian
benda uji dilepas dari cetakan. Setelah itu keluarkan benda uji kemudian
tekan benda uji dengan mesin penekan hingga tercapai kekuatan
maksimumnya. Kecepatan penekan diatur sama dengan 2 kg / cm2 / detik.
g. Perhitungan
Kuat tekan batu bata = PA
kg/cm²
Dimana : P = Beban Maksimum (kg)
A = Luas Bidang Tekan (cm2)
*hasil perhitungan pengujian dapat dilihat pada lampiran halaman
h. Kesimpulan
Berdasarkan pada teori dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
kemampuan bata dalam menerima beban semakin baik kualitas dari suatu
bata. Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh kuat tekan batu bata
rata-rata
2.3.3 Pengujian Penyerapan Batu Bata Merah (Section Rate)
a. Referensi
- Aiyub, ST Jobsheet Praktikum Uji Bahan I Politeknik Negeri
Lhokseumawe 2005
- Anni Susilowati dkk Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung 1996
b. Tujuan pelaksanaan
- Dapat mengetahui besar daya serap ( ection rate ) dari batu bata
yang diperiksa
- Mempraktekkan pemeriksaan section rate (daya serap) batu bata
dengan benar
- Menyimpulkan hasil pemeriksaan dari section rate batu bata
tersebut di dalam pelaksanaan pembuatan pasangan batu bata
c. Dasar teori
Daya hisap bata berbeda-bedaakan menimbulkan tegangan diferensial
dan retak-retak. Sifat bata yang sangat berpengaruh dalam kekuatan dan
mutu pekerjaan pasangan bata adalah tentang daya hisapnya. Oleh sebab
itu, penting sekali untuk menyamakan daya hisap sebelum dipasang.
d. Peralatan dan bahan
Peralatan
- Kaki penyangga
- Bak air kecil
- Timbangan
- Kain lap
- Oven
- Stopwacht
Bahan
- Air
- Batu bata
e. Keselamatan kerja
- Memakai seragam praktek
- Fokuskan pikiran pada pekerjaan
- Memakai alat sesuai dengan fungsinya
- Ikutilah petunjuk instruktur
f. Langkah kerja
Keringkan batu bata dalam oven yang suhunya tetap konstan, hingga
berat tetap. Masukkan kaki penyangga dari baja kedalam bak dan atur
jarak as ke as ± ¼ panjang batu bata. Tuangkan air kedalam bak mencapai
ketingggian 1 cm diatas permukaan kaki penyangga. Masukkan batu bata
kedalam bak, dengan meletakkannya pada kaki. Biarkan batu bata selama
1 menit. Angkat perlahan-lahan, lap bidang pemukaan batu bata dari
kelebihan air, lalu timbang berat batu bata tersebut. Hitung section rate.
g. Perhitungan
Section rate = B−A
F ( gr/dm²/menit)
Keterangan : A = Berat batu bata kering oven
B = Berat batu bata setelah perendaman 1 menit
F = luas bidang dasar batu bata yang berhubungan
dengan air
*hasil perhitungan pengujian dapat dilihat pada lampiran halaman
h. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan sebagai berikut:
kuat hisap menit pertama dinyatakan olehberapa gram air yang terhisap
persatuan luas pada satu menit pertama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari praktek pengujian bahan I yang telah kami dilakukan, penulis dapat
menarik beberapa simpulan :
1. Lembaran kerja (job sheet) harus dipelajari dengan baik sebelum
memulai pekerjaan.
2. Pada saat pengujian kuat tekan kayu, batu bata dan mortal harus
mengetahui dulu berapa ukuran benda uji tersebut, sehingga tidak
terjadi masalah pada saat perhitungannya.
3. Untuk memperoleh hasil yang sempurna, ketelitian dan kesabaran
yang harus diutamakan dalam pekerjaan.
4. Pengujian bahan sangat penting dalam sebuah bangunan untuk
menjaga konstruksi agar tidak mudah mengalami kepatahan dan
kehancuran pada bangunan.
3.2 Saran
Dari pengalaman yang telah kami lakukan pada pengujian bahan I, penulis
mengharapkan kepada instruktur / dosen pembimbing beberapa hal :
1. Kami mengharapkan pembimbing dapat selalu mengawasi kami pada
saat pengujian berlangsung.
2. Bila instruktur dalam keadaan sibuk dan tidak bisa mendampingi kami
pada saat bekerja, kami mengharapkan supaya instruktur dapat
melakukan pengecekan beberapa kali, sehingga bila dapat kesalahan
kami dapat memperbaikinya dengan cepat.
3. Kami berharap peralatan yang ada di laboratorium harus layak dipakai
semua, dan peralatannya tidak terbatas agar tidak terjadi kesalahan
dan terburu-buru pada waktu pengerjaannya.
Recommended