View
14
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Latar Belakang Konstruktivistik
Citation preview
LATAR BELAKANG
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana
pengetahuan disusun dalam minda manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah
lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan pembelajaran di peringkat
sekolah, maktab dan universiti tetapi tidak begitu ketara dan tidak ditekankan.
Menurut paham dari aliran konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak boleh
dipindahkan dari guru kepada siswa/anak didik dalam bentuk yang serba
sempurna. Murid perlu diberi binaan tentang pengetahuan menurut pengalaman
masing – masing.
Pembelajaran dalam konteks Konstruktivisme merupakan hasil dari usaha murid
itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid sesuai dengan prinsip Student
centered bukan teacher centered. Blok binaan asas bagi ilmu pengetahuan
sekolah ialah satu skema yaitu suatu aktifitas mental yang digunakan oleh murid
sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan dalam proses
pemikiran anak. Pikiran murid tidak akan menghadapi suatu realitas yang
berwujud secara terasing dalam lingkungan sekitar.
Kenyataan yang diketahui murid adalah realitas yang dia bina sendiri. Murid
sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang membentuk
struktur kognitif terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan pemikiran mereka.
Untuk membantu murid membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus
mengambil kira struktur kognitif yang sedia ada pada mereka. Apabila istilah baru
telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian dari pegangan kuat
mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat
dibina. Hal inilah yang biasa dinamakan dengan konstruktivisme.
TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISME
A. BEBERAPA TEORI BELAJAR YANG TERKAIT DALAM RUANG LINGKUP TEORI
BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Teori belajar pada dasarnya berupa suatu pemaparan tentang bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses dalam system kerja otak
(alam pikir) si anak sebagai objek didik. Berdasarkan suatu teori belajar,
diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih menignkatkan perolehan siswa dalam
hasil belajarnya sehingga pentingnya informasi akan menambah ilmu pada anak
secara signifikan.
Beberapa teori yang berkaitan dengan teori belajar Konstruktivisme, akan
dipaparkan antara lain sebagai berikut :
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori – teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam
teori pembelajaran konstruktivisme. Ini menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan – aturan lama dan merevisinya
bila aturan tersebut tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar – benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus benar –
benar bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk
dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide – ide. Teori ini
berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori pemrosesan inormasi, dan
teori psikologi kognitif lainnya, seperti teorinya Bruner.
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak
hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus
berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya.
Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini,
dengan membri kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar
dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawasiswa ke
tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang
mereka tulis dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.
2. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi
dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan dari tindakan,
Piaget yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting
bagi terjadinya perubahan perkembangan.
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang
memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak
didik secara aktif membangun system makna dan pemahaman realitas
melalui pengalaman dan interaksi mereka.
Menurut Piaget tiap – tiap individu mengalami 4 fase perkembangan
kognitif antara lain,
Tahap sensorimotor (0 – 2 tahun), mempunyai ciri pada terbentuknya
konsep kepermanenan objek dan kemajuan gradual dari perilaku
refleksif ke perilaku yang mengarah ada suatu tujuan.
Praoperasional (2 – 7 tahun), perkembangan pada kemampuan
menggunakan symbol untuk menyatakan objek – objek dunia. Dalam
masa ini pemikiran masih bevrsifat egosentris dan sentrasi.
Operasi konkret (7 – 11 tahun), perbaikan dalam kemampuan untuk
berpikir secara logis. Kemampuan – kemampuan baru termasuk
penggunaan operasi – operasi yang dapat-balik. Pemikiran tidak lagi
egosentris dan sentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu
dibatasi oleh keegosentrian.
Operasional formal (11 – dewasa), pemikiran abstrak dan murni
simbolis mungkin dilakukan.
3. Teori Pemrosesan Informasi
Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan
kembali pengetahuan dari otak. Peristiwa mental diuraikan sebagai
transformasi – transformasi informasi dari input (stimulus) ke output
(respon). Model pemrosesan informasi dapat digambarkan sebagai
kumpulan kotak – kotak yang dihubungkan dengan garis – garis. Kotak itu
menggambarkan fungsi / keadaan system, dan garis menggambarkan
transformasi yang terjadi dari suatu keadaan ke keadaan lain.
4. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky
Vygotsky berpendapat tidak jauh dengan Piaget, bahwa tiap siswa
membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pemikiran dan kegiatan siswa
itu sendiri melalui bahasa.
Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek social dari
pembelajaran. Menurutnya, proses pembelajaran akan terjadi bila anak
beekrja atau menangani tugas yang belum dipelajari, namaun tugas
tersebut masih dalam jangkauan anak yang disebut dengan zone of
proximal development (daerah tingkat perkembangan sedikit di atas
aerah perkembangan seseorang sendiri. Vygotsky yakin bahwa fungsi
mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan
kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap
dalam individu tersebut.
B. CIRI – CIRI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Beberapa ahli konstruktivisme terkemuka berpendapat bahwa pembelajaran
yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau pengalaman awal pada
murid.
Rutherford dan Ahlgren berpendapat bahawa murid mempunyai ide mereka
sendiri tentang semua hal, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika
pemahaman dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik,
pemahaman atau kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam
pemeriksaan mereka mungkin memberi jawapan seperti yang dikehendaki oleh
guru.
John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivisme ini dengan mengatakan
bahawa pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran
sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara lanjut/kontinyu.
Beliau juga menekankan kepentingan penyertaan murid di dalam setiap aktivitas
pengajaran dan pembelajaran.
Dari perspektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme fungsi
guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran dan
pembelajaran, penilaian, penyelidikan dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai
contoh, perspektif ini akan mengubah kaedah pengajaran dan pembelajaran yang
menumpu kepada kejayaan murid meniur dengan tepat apa saja yang
disampaikan oleh guru kepada kaedah pengajaran dan pembelajaran yang
menumpu kepada kejayaan murid membina skema pengkonsepan berdasarkan
kepada pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan penyelidikan
daripada pembinaan model daripada kaca mata guru kepada pembelajaran
sesuatu konsep daripada kaca mata murid.
PENERAPAN TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISME
DALAM PEMBELAJARAN IPS
TENTANG PENGARUH CUACA TERHADAP MANUSIA
A. TOPIK
Pandangan kaum Kontruktivistik meyakinkan bahwa tiap individu mempunyai
modal dasar dalam pemikiran dan pengetahuan yang akan dikembangkan dalam
kegiatan pembelajaran. Tema yang diangkat mengenai “Pengaruh Cuaca
Terhadap Kehidupan Manusia”, hal ini dapat dilihat dengan membandingkan
pengalaman siswa sehari – hari sebagai contoh mengapa orang memakai kain
yang tipis pada waktu panas dan sebaliknya, serta berbagai contoh lainnya
mengenai hal ini.
Guna lebih memberikan warna dalam proses pembelajaran, metode
pembelajaran dibuat agar anak dapat meluapkan sebagian besar ide – ide dan
pengalamannya terutama dalam diskusi kelas dan metode demonstrasi.
B. SKENARIO PEMBELAJARAN
1. Indikator Ketercapaian
i. Menemutunjukan arti istilah cuaca
ii. Menemutunjukkan pengaruh cuaca bagi kehidupan manusia
iii. Menunjukan pengaruh cuaca bagi kehidupan manusia
2. Metode Pembelajaran
i. Ceramah
ii. Tanya jawab
iii. Demonstrasi
iv. Diskusi kelas
3. Skenario Pembelajaran
i. Kegiatan Awal
a. Apersepsi (siswa menjawab pertanyaan guru tentang pengaruh cuaca
terahadap proses kehidupan manusia)
ii. Kegiatan Inti
a. Siswa mengamati suasana lingkungan di tengah lapangan upacara
tentang suasana cuaca hari ini melalui jendela
b. Siswa mendengar penjelasan guru tentang pengaruh pengertian cuaca
c. Siswa menentukan penyebab mengapa cuaca dapat mempengaruhi
kehidupan manusia secara bergantian
d. Siswa memberikan contoh kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh
cuaca secara bergantian
e. Siswa melakukan teknik bermain peran tentang bagaimana cara orang
yang bertahan/beradaptasi di tengah cuaca dingin
f. Siswa melakukan teknik bermain peran tentang bagaimana cara orang
yang bertahan/beradaptasi di tengah cuaca yang panas
g. Siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini tentang pengaruh cuaca
terhadap kehidupan manusia
iii. Kegiatan Akhir
a. Siswa merangkum materi pembelajaran hari ini
b. Tindak lanjut berupa penugasan siswa untuk mencari sebuah artikel di
media cetak yang berhubungan dengan perubahan cuaca
KESIMPULAN DAN SARAN
Pembelajaran yang berhaluan pada pandangan Konstruktivisme menjadikan anak didik
sebagai objek pembelajaran aktif dan lebih berkembang dalam penambahan
pengatahuan pada anak.
Hal tersebut di atas dapat kita sadari karena dunia anak sebagaimana dicetuskan salah
satu tokoh pendidikan anak “play is children’s work”, guru secara alamiah akan ikut
terhanyut dalam suasana bermain anak. Materi pembelajaranpun harus disesuaikan
dengan kondisi anak bukanlah prinsip tabularasa yang memandang anak sebagai objek
kosong belaka.
Kurikulum Pendidikan di Indonesia rupaya sudah mulai dapat beradaptasi dengan
keadaan ini untuk mengembangkan dan mempraktekkan teori yang berhaluan pada
anak didik walaupun pada kenyataan di lapangan, teori ini kurang berhasil untuk
dilaksanakan, terutama untuk menyesuaikan keadaan fisik dan pengetahuan serta
media yang sesuai dengan prinsip ini.
Pemerintah melalui lembaga yang menaungi bidang pendidikan harus mulai terbuka
dengan keadaan yang terjadi saat ini. Dengan KTSPnya tidaklah dapat dilaksanakan
amanah yang berat kepada guru sebagai pelaksana pembelajaran yang secara
langsung bertatap muka dengan anak didik.
Dengan memperhatikan sarana dan prasarana yang memadai proses pembelajaran
akan berhasil tentunya dengan dukungan dari berbagai pihak demi tercapainya cita –
cita pendidikan yang luhur
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Linda. “Metode Praktis Pembelajaran-Berbasis Multiple Intelligences.”
Jakarta: Intuisi Press. 2005
De Porter, Bobbi dkk. “Quantum Teaching.” Bandung: Yayasan Kaifa. 2007
Mukhtar dkk. ” Metode Pembelajaran Yang Berhasil.” Jakarta: CV. Sasama Mitra
Suksesa. 2002
Purwanto, Ngalim. “Ilmu Pendidikan – Teoritis dan Praktis.” Bandung: Remaja
Rosdakarya. 1995
Rose, Collin dkk. “Accelerated Learning – for 21st Century.” London: Judy Piatkus
Press. 1997
Trianto. “Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.” Jakarta:
Prestasi Pustaka. 2007
www.dunia-pendidikan.com
www.tokoh-indonesia.com
www.wikipedia-indonesia.com
Recommended