View
1.214
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
legitim portie
Citation preview
1
LEGITIM PORTIE
I made jana kusuma,sh
Pada prinsipnya dalam kepemilikan atas suatu benda, pemilik berhak
bertindak atas apapun terhadap benda miliknya, termasuk berhak menentukan
kepada siapa saja benda miliknya itu akan diberikan. Demikian pula halnya
dengan pewaris sebagai pemilik barang, berhak untuk menentukan kepada siapa
saja akan diberikan harta peninggalan miliknya. Akan tetapi khusus dalam hal ini
“hak” pemilik harta yakni pewaris, dibatasi oleh undang-undang. Untuk ahli waris
tertentu yang dianggap mempunyai hubungan darah sangat dekat dengan
pewaris, sepanjang ahli waris ini tidak termasuk ahli waris yang tidak cakap,
berhak untuk memperoleh harta peninggalan dari pewaris meskipun pewaris
tidak menyisakan harta bendanya untuknya. Ahli waris tertentu ini disebut ahli
waris legitimaris dan bagian warisan yang menjadi hak ahli waris legitimaris,
disebut legitime portie. Yang dimaksud dengan legitime portie atau bagian mutlak
berdasarkan Pasal 913 BW, adalah :
suatu bagian dari harta peninggalan yang harus diberikan kepada para waris dalam garis lurus menurut undang-undang, terhadap bagian mana si yang meninggal tak diperbolehkan menetapkan sesuatu, baik selaku pemberian antara yang masih hidup, maupun selaku wasiat.
Berdasarkan Pasal 913 BW ini maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud
dengan ahli waris tertentu adalah para ahli waris dalam garis lurus menurut
undang-undang, yaitu :
2
- para ahli waris dalam garis lurus ke bawah adalah anak-anak dan
- para ahli waris dalam garis lurus ke atas adalah orang tua pewaris dan kakek
atau nenek pewaris.
Dari pasal ini maka dapat ditentukan bahwa ahli waris legitimaris hanya terdapat
dalam ahli waris :
1. Golongan 1, yaitu anak pewaris dan keturunannya, baik sah maupun yang
diakui sah, sedangkan pasangan hidup terlama pewaris
bukan merupakan ahli waris legitimaris.
2. Golongan 2, yaitu orang tua (ayah dan ibu) .
3. Golongan 3, yaitu nenek dan kakek dari pihak ibu maupun bapak pewaris.
Apabila legitime portie dari ahli waris legitimaris menjadi kurang disebabkan
adanya pemberian berdasarkan wasiat dari pewaris atau keadaan ini disebut
pula legitime portie terganggu maka pemberian berdasarkan wasiat tersebut
harus dikurangi untuk menutupi kekurangan legitime portie tersebut. Kekurangan
legitime portie ini dapat dituntut oleh dan untuk kepentingan para legitimaris dan
para ahli waris mereka atau pengganti mereka, sebagaimana ditetapkan dalam
Pasal 916a BW. Tuntutan hukum ini, dalam hal apa pun, hapus dengan
lampaunya waktu tiga tahun, terhitung dari hari legitimaris bersedia menerima
legitime portie dalam keadaan yang terganggu. Akan tetapi jika keluarga sedarah
dalam garis ke atas dan garis ke bawah, juga anak luar kawin yang diakui sah
tidak ada, maka hibah atau bagian dalam surat wasiat, dapat mencakup seluruh
harta peninggalan.
Selanjutnya dalam Pasal 914 BW mengatur besarnya legitime portie bagi
masing-masing ahli waris legitimaris, yakni :
Golongan I : anak dan keturunannya.
3
1.
Bila pewaris hanya meninggalkan :
a. 1 orang anak sah, maka legitime portie anak tersebut adalah ½ dari
bagiannya menurut undang-undang.
Misalnya :
.
A meninggal dunia, meninggalkan seorang anak, yaitu C dan
pasangan hidup terlamanya, yaitu B.
- Apabila dalam wasiatnya A memberikan kepada B seluruh harta
peninggalannya, maka C sebagai ahli waris legitimaris, mempunyai
hak atas bagian legitime portie, yang besarnya adalah : ½ dari
bagiannya menurut Undang-undang. Menurut Undang-undang,
bagian C adalah ½, oleh karena itu legitime portie C adalah ½ x ½ =
¼. Sisanya ¾ bagian menjadi milik pasangan hidup terlama A yaitu
B.
- Apabila dalam wasiatnya A memberikan kepada D seluruh harta
peninggalannya, maka C sebagai ahli waris legitimaris, mempunyai
hak atas bagian legitime portie, yang besarnya adalah : ½ dari
bagiannya menurut Undang-undang. Menurut Undang-undang,
bagian C adalah ½, oleh karena itu legitime portie C adalah ½ x ½ =
¼. Sisanya ¾ bagian menjadi milik D. Sedangkan pasangan hidup
terlama A yaitu B tidak mendapat warisan A.
A
C D
B
B
4
- Apabila dalam wasiatnya A memberikan kepada siapa saja warisan-
nya lebih dari ¾ bagian maka C selaku ahli waris legitimaris berhak
menuntut kekurangan bagian legitime portienya kepada pihak yang
menerima warisan berdasarkan wasiat A.
b. dua orang anak sah, maka legitime portie anak tersebut adalah 2/3
dari bagiannya menurut undang-undang.
Misalnya :
.
A meninggal dunia, meninggalkan dua anak, yaitu C dan D serta
pasangan hidup terlamanya, yaitu B.
- Apabila dalam wasiatnya A memberikan kepada B seluruh harta
peninggalannya, maka C dan D sebagai ahli waris legitimaris,
mempunyai hak atas bagian legitime portie, yang besarnya adalah :
2/3 dari bagiannya menurut Undang-undang. Menurut Undang-
undang, bagian C dan D masing-masing adalah 1/3, oleh karena itu
legitime portie C dan D masing-masing adalah 2/3 x 1/3 = 2/9.
Sisanya 5/9 bagian menjadi milik pasangan hidup terlama A yaitu B.
- Apabila dalam wasiatnya A memberikan kepada E seluruh harta
peninggalannya, maka C dan D sebagai ahli waris legitimaris,
mempunyai hak atas bagian legitime portie, yang besarnya adalah :
2/3 dari bagiannya menurut Undang-undang. Menurut Undang-
undang, bagian C dan D masing-masing adalah 1/3, oleh karena itu
A
C E
B
B D
5
legitime portie C dan D masing-masing adalah 2/3 x 1/3 = 2/9.
Sisanya 5/9 bagian menjadi milik E. Sedangkan pasangan hidup
terlama A yaitu B tidak mendapat warisan A.
- Apabila dalam wasiatnya A memberikan kepada siapa saja
warisannya lebih dari 4/9 bagian maka C dan D selaku ahli waris
legitimaris berhak menuntut kekurangan bagian legitime portienya
kepada pihak yang menerima warisan berdasarkan wasiat A.
Seandainya dalam wasiatnya A memberikan kepada D seluruh
warisannya maka D hanya dapat menerima warisan sebesar 7/9
bagian, karena sisanya 2/9 bagian adalah legitime portie C.
Sedangkan B tidak mendapat warisan A.
c. tiga orang anak sah atau lebih, maka masing-masing anak tersebut
adalah 3/4 dari bagiannya menurut undang-undang.
Misalnya :
.
A meninggal dunia, meninggalkan tiga anak, yaitu C, D dan E serta
pasangan hidup terlamanya, yaitu B.
- Apabila dalam wasiatnya A memberikan kepada B seluruh harta
peninggalannya, maka C, D dan E sebagai ahli waris legitimaris,
mempunyai hak atas bagian legitime portie, yang besarnya adalah :
3/4 dari bagiannya menurut Undang-undang. Menurut Undang-
undang, bagian C, D dan E masing-masing adalah 1/4, oleh karena
A
C F D
B
B E
6
itu legitime portie C, D dan E masing-masing adalah 3/4 x 1/4 =
3/16. Sisanya 7/16 bagian menjadi milik pasangan hidup terlama A
yaitu B.
- Apabila dalam wasiatnya A memberikan kepada F seluruh harta
peninggalannya, maka C, D dan E sebagai ahli waris legitimaris,
mempunyai hak atas bagian legitime portie, yang besarnya adalah :
3/4 dari bagiannya menurut Undang-undang. Menurut Undang-
undang, bagian C, D dan E masing-masing adalah 1/4, oleh karena
itu legitime portie C, D dan E masing-masing adalah 3/4 x 1/4 =
3/16. Sisanya 7/16 bagian menjadi milik F. Sedangkan pasangan
hidup terlama A yaitu B tidak mendapat warisan A.
- Apabila dalam wasiatnya A memberikan kepada siapa saja
warisannya lebih dari 9/16 bagian maka C, D dan E selaku ahli waris
legitimaris berhak menuntut kekurangan bagian legitime portienya
kepada pihak yang menerima warisan berdasarkan wasiat A.
Seandainya dalam wasiatnya A memberikan kepada D seluruh
warisannya maka D hanya dapat menerima warisan sebesar 10/16
bagian, karena sisanya 6/16 bagian adalah legitime portie C dan E.
2.
Berdasarkan Pasal 915 BW ditentukan bahwa :
Dalam garis lurus ke atas bagian mutlak itu adalah selamanya setengah dari apa yang menurut undang-undang menjadi bagian tiap-tiap mereka dalam garis itu dalam pewarisan karena kematian.
Bila pewaris meninggal dan meninggalkan :
Golongan II : orang tua pewaris
7
a. 1 orang saudara, bapak dan ibunya maka legitime portie bapak dan ibu
pewaris masing-masing adalah ½ x 1/3 = 1/6. Sisanya sebesar 2/3
diberikan kepada orang yang ditunjuk dalam wasiat A. Jika dalam
wasiat A, memberikan seluruh hartanya untuk saudara pewaris maka
saudara pewaris ini hanya dapat mewaris sebesar 2/3 bagian.
Pembagian ini tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran atas
ketentuan Pasal 854 BW dan 855 BW, karena pembagian ini
merupakan legitime portie orang tua A atas adanya wasiat A yang
memberikan seluruh harta peninggalannya kepada saudaranya.
Sedangkan pembagian berdasarkan Pasal 854 BW dan 855 BW
adalah pembagian yang merupakan abintestato orang tua A tanpa ada
wasiat.
Misalnya :
.
Jika berdasarkan wasiat, A memberikan kepada F seluruh harta
warisannya maka B dan C selaku orang tua A tetap memperoleh
legitime portie, masing-masing sebesar 1/6 bagian dan sisanya 2/3
diberikan kepada F. D saudara A tidak mendapat warisan A.
b. 2 orang saudara, bapak dan ibunya maka legitime portie bapak dan ibu
pewaris masing-masing adalah ½ x 1/4 = 1/8.
Misalnya :
C
F
B
B A D
C B
B
8
.
- Seandainya dalam wasiat, A memberikan D ½ warisannya maka sisa
warisan ½ tersebut dibagikan kepada B dan C masing-masing ¼.
Sedangkan E yang juga saudara A tidak mendapat warisan A.
- Seandainya dalam wasiat, A memberikan F ½ warisannya maka sisa
warisan ½ tersebut dibagikan kepada B dan C masing-masing ¼.
Sedangkan D danE yang juga saudara A tidak mendapat warisan A.
c. 3 orang saudara, bapak dan ibunya maka legitime portie bapak dan ibu
pewaris masing-masing adalah ½ x 1/4 = 1/8.
Misalnya :
.
- Berhubung minimal bagian abintestato masing-masing orang tua
adalah ¼ warisan, maka minimal legitime portie masing-masing orang
tua pewaris adalah ½ x ¼ = 1/8. Kalau kedua orang tua pewaris
masih hidup maka legitime portie yang sebesar ¼ untuk kedua orang
tua, tidak boleh dikurangi oleh wasiat.
3. Golongan III : kakek dan nenek dari pihak bapak
maupun dari pihak ibu pewaris.
D F A E
D
C
F
B
B A E G
9
Bagian legitim dari ahli waris dalam golongan tiga ini adalah :
- Jika kakek dan nenek dari kedua belah pihak masih hidup, maka legitime
portie masing-masing ahli waris adalah ½ x ¼ = 1/8, sehingga sisa warisan
½ bisa dibagikan kepada orang yang ditunjuk dalam wasiat.
Disamping Pasal 916 Bgn Legitieme portie Anak Luar Kawin yang Diakui sah = ½ dari bagian menurut UU Pasal 916a
- Apabila bagian legitim ahli waris terganggu maka hibah wasiat atau wasiat harus dikurangi sampai dengan bagian legitim tidak terganggu.
- Tuntutan untuk itu harus dilancarkan oleh dan untuk kepentingan para legitimaris dan para ahli waris mereka atau pengganti mereka.
Pasal 917 Apabila keluarga sedarah dalam garis ke atas dan garis ke bawah dari anak luar kawin yang diakui sah tidak ada, maka hibah atau bgn dalam surat wasiat, dapat mencakup seluruh harta peninggalan Pasal 918 Bila ada hibah atau bgn dalam surat wasiat berupa hak pakai hasil atau berupa bunga cagak hidup, yang jumlahnya merugikan legitieme portie, maka para ahli waris legitimaris boleh memilih untuk melaksanakan penetapan itu atau melepaskan hak milik atas bagian yang dapat dikenakan penetapan kepada mereka yang memperoleh hibah atau legataris. Pasal 919 Bagian yang boleh digunakan secara bebas, boleh dihibahkan, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan akta antara yang masih hidup maupun dengan surat wasiat, baik kepada orang-orang bukan ahli waris maupun anak-anaknya atau kepada orang lain yang mempunyai hak atas warisan itu, tetapi tanpa mengurangi keadaan-keadaan di mana orang-orang tersebut terakhir inil sehubungan dengan Bab XVII buku ini berkewajiban untuk memperhitungkan kembali. Pasal 920 = Pasal 916a = Ahli waris legitimaris tidak boleh menikmati apa pun dari pengurangan atas kerugian kreditur
pewaris
10
Pasal 921 Untuk menentukan besarnya legitieme portie :
1. jumlahkan semua harta yang ada pada waktu si pemberi atau pewanis meninggal dunia; 2. Kemudian tambahkan jumlah barang2 yang telah dihibahkan semasa pewaris masih hidup.
Keadaan barang hrs ditinjau berdasarkan ketika hibah diberikan akan tetapi dinilai menurut keadaan pada waktu meninggalnya si penghibah/pewaris;
3. Setelah itu dikurangkan dgn utang2 seluruh harta peninggalan itu, 4. Selanjutnya dihitunglah bgn legitieme portie yang dapat mereka tuntut, sebanding dengan
derajat para legitimaris, 5. Akhirnya, kemudian dari bagian itu dipotong apa yang telah mereka terima dari pewaris
meskipun mereka dibebaskan dari perhitungan kembali. Pasal 922 Pemindahtanganan suatu barang, baik dengan beban bunga cagak hidup maupun dengan beban memperjanjikan hak pakai hasil, kepada salah seorang ahli waris dalam garis lurus, harus dianggap sebagai hibah. Pasal 923
- Bila barang yang dihibahkan telah hilang di luar kesalahan penerima sebelum meninggalnya penghibah maka barang tsb tidak dimasukkan dalam penjumlahan harta untuk menentukan besarnya legitieme portie
- Akan tetapi jika barang yang dihibahkan hilang tsb tidak dapat diperoleh kembali karena ketidakmampuan si penerima hibah mk barang tsb dimasukkan dalam penjumlahan harta untuk menentukan besarnya legitieme portie
Pasal 924 Hibah tidak dapat dikurangi, kecuali harta benda yg telah diwasiatkan tidak cukup untuk menjamin legitieme portie. Bila hibah-hibah semasa hidup pewaris harus dikurangi, maka pengurangan harus dimulai dan hibah yang diberikan paling akhir, ke hibah-hibah yang dulu-dulu. Pasal 925 Pengembalian barang-barang yang tetap, yang harus dilakukan berkenaan dengan pasal yang lalu, harus terjadi dalam wujudnya, sekalipun ada ketentuan yang bertentangan. Namun bila pengurangan itu harus diterapkan pada sebidang pekarangan yang tidak dapat dibagi-bagi sebagaimana dikehendaki, maka penerima hibah, pun seandainya dia itu bukan ahli waris, berhak memberikan penggantian berupa uang tunai untuk barang yang sedianya harus diserahkan kepada legitimaris itu. Pasal 926 Pengurangan terhadap apa yang diwasiatkan, harus dilakukan tanpa membedakan antara pengangkatan ahli waris dan pemberian hibah wasiat, kecuali bila pewaris telah menetapkan dengan tegas bahwa harus diutamakan pelaksanaan pengangkatan ahli waris yang ini atau pemberian hibah wasiat yang itu; dalam hal itu, wasiat yang demikian tidak boleh dikurangi, kecuali bila wasiat-wasiat lainnya tidak cukup untuk memenuhi legitieme portie. Pasal 927 Penerima hibah yang menerima barang-barang Iebih daripada yang semestinya. harus mengembalikan hasil dari kelebihan itu, terhitung dari hari meninggalnya pemberi hibah bila tuntutan akan pengurangan itu diajukan dalam waktu satu tahun sejak hari kematian itu, dan dalam hal-hal lain terhitung dari hari pengajuan tuntutan itu.
11
Pasal 928 Barang-barang tetap yang atas dasar pengurangan harus kembali dalam harta peninggalan, karena pengembalian itu, menjadi bebas dan utang-utang atas hipotek-hipotek yang telah dibebankan kepada barang-barang itu oleh penerima hibah. Pasal 929
- Tuntutan hukum untuk pengurangan atau pengembalian, dapat diajukan oleh para ahli waris terhadap pihak ketiga yang memegang besit atas barang2 tetap yang merupakan bagian dari yang dihibahkan dan telah dipindahtangankan oleh penerima hibah itu;
- tuntutan itu harus diajukan dengan cara dan menurut urut-urutan yang sama seperti terhadap penerima hibah sendiri; diajukan menurut urutan hari pemindahtangannya, mulai dari pemindahtangan yang paling akhir.
- tuntutan hukum untuk pengurangan atau pengembalian terhadap pihak ketiga TIDAK BOLEH DIAJUKAN, jika :
a. penerima hibah tidak lagi mempunyai sisa barang-barang yang dihibahkan, dan b. barang-barang itu tidak cukup untuk memenuhi legitieme portie, atau c. bila harga dan barang2 telah dipindahtangankan tidak dpt ditagih dari barang2 kepunyaan
pihak ketiga sendiri. - Tuntutan hukum itu, dalam hal apa pun, hapus dengan lampaunya waktu tiga tahun, terhitung
dari hari legitimaris menerima warisan itu.
A. Penggolongan Ahli Waris Dan Bagiannya :
1.
Ahli waris dalam golongan ini disamping pasangan hidup terlama pewaris
yang merupakan isteri atau suami pewaris, juga anak pewaris. Anak-anak
yang dapat menjadi ahli waris dalam golongan satu ini hanyalah anak sah
yang merupakan anak kandung, anak angkat, anak luar kawin yang
disahkan dan anak luar kawin yang diakui sah. Sedangkan anak tiri tidak
termasuk ahli waris dalam golongan satu ini. Anak tiri hanya mewaris dari
orang tua kandungnya, tidak mewaris dari orang tua tirinya. Hubungan
pewarisan antara anak tiri dengan orang tua tirinya tidak ada. Demikian
pula sebaliknya, orang tua tiri bukan merupakan ahli waris dari anak tirinya.
Golongan I : Suami atau istri yang hidup terlama
serta anak dan keturunannya.
12
Apabila yang meninggal adalah suami maka ahli warisnya adalah isteri dan
anak-anaknya. Sebaliknya jika yang meninggal isteri, maka ahli warisnya
adalah suami dan anak-anaknya. Dalam golongan ini dikenal adanya :
- ahli waris legitimaris, terdiri atas anak-anak pewaris dan keturunannya
sedangkan pasangan hidup terlama pewaris bukan merupakan ahli waris
legitimaris.
- ahli waris pengganti, yaitu keturunan dari anak-anak pewaris.
C. Bagian AHLI WARIS LEGITIMATIE, adalah :
1. Garis Lurus Kebawah :
A. Bagian Anak Sah, adalah :
a. Jika satu anak; Lp nya = ½ x bagiannya menurut UU.
b. Jika dua anak; Lpnya = 2/3 x bagiannya menurut UU.
c. Jika tiga anak atau lebih; Lpnya = ¾ x bagiannya menurut
UU.
B. Bagian Anak Luar Kawin Yang Diakui Dengan Sah, adalah :
a. Mewaris dgn Golongan I; Lp nya = ½ x bagiannya menurut
UU.
b. Mewaris dgn Golongan II & Golongan III; Lpnya = ¼ x
warisan.
c. Mewaris dengan Golongan IV; Lpnya = ½ x ¾ x warisan.
2. Garis Lurus Keatas, yaitu orang tua atau nenek/kakeknya.
Bagian LP nya = ½ x bagian masing-masing menurut UU.
Bagaimana jika Ahli Waris Onterfd (ahli waris yang dikesampingkan oleh Pewaris) ingin menggugat hak legitime portie nya sebagai anak sah ? Harus diingat bahwa pemecatan sebagai ahli waris yang dilakukan oleh pewaris terhadap legitimaris akibatnya dibatasi, yaitu bahwa legitimaris dilindungi dengan UU menjamin haknya sebanyak bagian legitimnya saja tidak bisa lebih banyak lagi.
PEWARISAN BERDASARKAN SURAT WASIAT DAN
TENTANG LEGITIME PORTIE
13
Pewaris dengan surat wasiat dapat menyimpang dari ketentuan yang termuat
dalam UU tetapi para ahli waris dalam garis lurus baik ke atas maupun ke
bawah tidak dapat sama sekali dikecualikan karena menurut UU mereka
dijamin dengan adanya legitime partie (bagian mutlak). Yang berhak atas
legitime portie disebut legitimaris. Jadi legitimaris adalah ahli waris menurut
UU dalam garis lurus baik ke bawah maupun ke atas. Legitime Portie (Lp) baru
bisa dituntut kalau bagian mutlak itu berkurang sebagai akibat dari adanya
tindakan si pewaris sebelum ia meninggal.
Pewaris Berdasar Wasiat
Menurut Pasal 874, harta peninggalan seorang yang meninggal adalah
kepunyaan ahli waris menurut UU, sepanjang si pewaris tidak menetap lain
dengan surat wasiat.
Ada kemungkinan bahwa suatu harta peninggalan (warisan) diwaris berdasar
wasiat, sebagian lagi berdasar UU. Dengan surat wasiat si pewaris dapat
mengangkat seseorang atau beberapa orang ahli waris dan pewaris dapat
memberikan sesuatu kepada seseorang atau beberapa orang.
Contoh :
1. A meninggal dunia, meninggalkan dua anak B
dan C.
Dengan wasiat A, mengangkat D sebagai ahli
waris untuk ½ bagian warisan.
2. A meninggal dunia, meninggalkan dua anak B
dan C.
Dengan wasiat, A menghibahkan (legaat) kepada
D sebidang tanah.
Perlu diperhatikan dalam kedua kasus diatas, baik pengangkatan sebagai ahli
waris maupun pemberian hibah dimuat dalam surat wasiat. Perbedaan antara
A
B C D
A
B C D
14
pengangkatan sebagai ahli waris dengan pemberian dengan wasiat
adalah :
1. Dalam hal pengangkatan sebagai ahli waris, belum tertentu bagian yang
diperoleh ahli waris yang diangkat itu. Hanya disebutkan berapa bagian
haknya. Sedangkan dalam hal pemberian (hibah) wasiat, bagian yang
menjadi hak orang yang dihibahi mudah ditentukan, misalnya sebidang tanah
tertentu.
2. Orang yang diangkat sebagai ahli waris, kedudukannya sama sebagai ahli
waris menurut UU dalam hal tentang hutang piutang si pewaris. Kalau
ternyata si pewaris meninggalkan hutang, maka ahli waris yang diangkat juga
turut bertanggung jawab atas hutang tersebut. Sedangkan orang yang
menerima hibah wasiat tidak sama kedudukannya dengan ahli waris menurut
UU terhadap utang piutang si pewaris. Ia tidak bertanggung jawab atas
hutang pewaris juga tidak pu- nya hak atas harta si pewaris kecuali yang
dihibahkan secara wasiat kepadanya.
Perbedaan antara Hibah dengan Hibah Wasiat
Hibah adalah pemberian semasa hidup.
Hibah wasiat adalah pemberian dengan wasiat dan baru berlaku sesudah yang
memberi meninggal dunia.
Legitimaris harus ahli waris menurut UU dalam garis lurus kebawah atau
ke atas.
Ada ahli waris yang menurut UU tetapi bukan legitimaris, misalnya suami atau
istri, saudara-saudara.
B sebagai istri A bukan legitimaris dari A
B dan C saudara dari A.
B dan C bukan legitimaris dari A.
Orang yang bukan legitimaris dapat dikesampingkan dengan wasiat.
Bagian mutlak (legitime Portie) harus selalu dituntut. Kalau tidak dituntut, tidak
diperoleh legitime portie tersebut. Jika ada 3 orang ahli waris legitimari dan
B C
B A
A
15
yang menuntut bagian legitime portie hanya seorang saja maka yang menuntut
saja itu yang memperoleh bagian legitime portienya (LP) sedangkan 2 orang
yang tidak menuntut itu tidak dapat.
Kalau si pewaris mengangkat seorang ahli waris dengan wasiat untuk seluruh
harta peninggalannya, maka bagian ahli waris yang tidak menuntut itu menjadi
bagian ahli waris menurut wasiat.
A meninggal dunia, meninggalkan tiga anak ,
yaitu B,
C dan D.
Dengan wasiat, A mengangkat E sebagai ahli
waris satu-satunya.
B menuntut LP sedangkan C dan D tidak menuntut LP. Dalam hal ini bagian
LP C dan D jatuh ke E.
Harus diperhatikan pula :
1. Orang yang dinyatakan onwaardig dan yang menolak warisan, kehilangan
legitime portienya.
2. Tetapi ahli waris yang onterfd (yaitu ahli waris yg dikesampingkan oleh
pewaris) tetap berhak atas legitime portienya. Karena memang LP diadakan
oleh pembuat UU untuk melindungi ahli waris legitimaris supaya bagian
mereka tidak sama sekali dirugikan oleh tindakan sewenang-wenang dari si
pewaris.
3. Menurut Pasal 902, suami atau istri kedua atau selanjutnya tidak boleh
dengan surat wasiat diberi hibah hak milik atau sejumlah barang yang lebih
besar dari bagian terkecil anak sah dari perkawinan pertama dan maksimum
sepermpat dari harta peninggalan seluruhnya.
BESARNYA BAGIAN LEGITIME PORTIE : (Psl. 914 sampai 916)
1. Ps. 914, mengatur bahwa dalam garis lurus ke bawah, apabila pewaris hanya
meninggalkan seorang anak sah saja maka bagian mutlak (legitime porite)
anak tersebut adalah setengah dari harta peninggalan, yang mana oleh si
anak itu dalam pewarisan sedianya harus diperoleh.
Jadi : 1 orang anak, LP nya adalah ½ x bagian yang seharusnya ia
peroleh.
C E
B D
A
A
16
A meninggal, meninggalkan B istrinya dan
seorang anak, yaitu C.
Bagian yang seharusnya C peroleh adalah
½.
Bagian Legitime portie C adalah ½ x ½ = ¼.
Bagian B adalah ¾.
Apabila tidak ada lagi ahli waris dalam golongan satu maka ahli waris
golongan dua yang mendapat sisa dari warisan tersebut. Jadi apabila B tidak
ada maka ¾ bagian warisan tersebut diatas dibagi untuk golongan ahli waris
ke dua.
2. Ps. 914 b mengatur bahwa apabila 2 orang anak yang ditinggalkannya, maka
bagian mutlak itu adalah masing-masing dua pertiga dari apa yang sedianya
harus diwariskan oleh mereka masing-masing dalam pewarisan.
Jadi : 2 orang anak, LP nya adalah 2/3 x bagian yang seharusnya ia
peroleh.
A meninggal, meninggalkan B istrinya dan
dua orang anak, yaitu C dan D.
Bagian yang seharusnya C dan D peroleh
adalah 1/3.
Bagian Legitime portie C sama dengan D adalah 2/3 x 1/3 = 2/9.
Bagian B adalah 9/9 – ( 2/9 + 2/9 ) = 5/9.
Seandainya hanya C yang merupakan onterfd (ahli waris yg dikesampingkan
oleh pewaris) mk bagian C sebesar 2/9 harus dikeluarkan terlebih dahulu dan
kemudian sisanya 7/9 dibagi dua untuk D dan B, masing-masing mendapat
7/18.
3. Ps. 914 c mengatur bahwa apabila 3 orang atau lebih anak yang
ditinggalkannya, maka bagian mutlak itu adalah masing-masing tiga perempat
dari apa yang sedianya harus diwariskan oleh mereka masing-masing dalam
pewarisan.
Jadi : 3 orang atau lebih anak, LP nya adalah ¾ x bagian yang seharusnya
ia peroleh.
B
C
B
C D
A
17
A meninggal, meninggalkan B
istrinya dan tiga orang anak, yaitu C,
D dan E.
Bagian yang seharusnya C, D dan E
peroleh adalah ¼.
Bagian Legitime portie C, D dan E masing-masing adalah ¾ x ¼ =
3/16.
Seandainya hanya C yang merupakan onterid (ahli waris yg dikesampingkan
oleh pewaris) maka bagian C sebesar 3/16 harus dikeluarkan terlebih dahulu
dan kemudian sisanya 13/16 dibagi tiga untuk D, E dan B, masing-masing
mendapat 1/3 x 13/16 =13/48.
Dalam hal mewaris menurut Psl. 914 ini maka dikenal adanya penggantian.
Ps. 915 mengatur bahwa dalam garis lurus keatas bagian mutlak itu adalah
selamanya setengah dari apa yang menurut UU menjadi bagian tiap-tiap
mereka dalam garis itu dalam pewarisan karena kematian.
A meninggal, meninggalkan ayahnya B dan
dua orang anak, yaitu C dan D.
Bagian yang seharusnya B peroleh adalah
1/3.
Bagian Legitime portie B adalah ½ x 1/3 =
1/6.
A meninggal, meninggalkan B kakek dari
pihak
Bagian LP B adalah ½ dari yang
seharusnya, adalah = ½ x 100 % = 50 %.
A meninggal, meninggalkan :
• B, kakek A dari pihak bapak.
• C, nenek A dari pihak bapak.
• D, nenek A dari pihak ibu.
B
C D E
C D
B B
C
D
B
A
A
A
B B
18
Lp B, C dan D masing-masing ½ x
bagian masing-masing menurut
UU.
Menurut UU, Bagian B = ½ x ½ = ¼. Jadi bagian LP B adalah ½ x ¼ = 1/8.
Menurut UU, Bagian C = ½ x ½ = ¼. Jadi bagian LP C adalah ½ x ¼ = 1/8.
Menurut UU, Bagian D = ½. Jadi bagian LP D adalah ½ x ½ = ¼.
LEGITIME PORTIE BAGI ANAK LUAR KAWIN
Menurut Pasal 916, bagian mutlak seorang anak luar kawin yang telah dikui
dengan sah adalah setengah dari bagian yang menurut UU sedianya harus
diwarisnya dalam pewarisan karena kematian.
A meninggal, meninggalkan 3 orang anak sah,
yaitu
B, C dan D serta seorang anak luar kawin yang
dia-
kui dengan sah, yaitu E.
Bagian Legitime portie E = ½ x bagian menurut
UU yaitu : ½ x 1/3 x ¼ = 1/24.
Perkawinan I Perkawinan II A meninggal, meninggalkan :
• Seorang anak luar kawin yang diakui
dengan sah dalam perkawinan II, yaitu E.
• Seorang anak dari perkawinan I, yaitu B
dan dua orang anak dari perkawinan II,
yaitu C dan D.
Bagian Legitime portie E adalah ½ x bagian menurut UU yaitu :
Bagian E menurut UU adalah :
Menurut Ps 285 bagian E tidak boleh merugikan bagian C dan D tetapi hanya
boleh merugikan bagian B. Bagian E menurut Ps. 863 seharusnya adalah 1/3 x
¼ = 1/12.
C D E B
C D E B
A
A
A
19
Tetapi jika jumlah itu E dapat merugikan C dan D sedangkan seharusnya E tidak
boleh merugikan C dan D maka untuk mendapat bagian E harus dicari terlebih
dahulu bagian B. Bagian B adalah 1/3 x (12/12 – Bagian E menurut Ps. 863
yaitu 1/12) = 11/36.
Bagian C dan D masing-masing adalah 1/3 (dibagi 3 karena 3 anak sah, B, C
dan D)
Jadi bagian E menurut UU adalah 36/36 – Bagian B, C dan D, yaitu :
36/36 – 11/36 – 12/36 -12/36 = 1/36.
Jadi LP E adalah : ½ X 1/36 = 1/72. Sisanya 71/72, dibagi rata antara B, C dan
D.
KESIMPULAN TENTANG LEGITIME PORTIE
Yang berhak atas LP adalah : keluarga garis lurus keatas dan kebawah.
1. Garis Lurus Kebawah, yaitu Anak Sah. Bagiannya adalah :
d. Jika satu anak; Lp nya = ½ x bagiannya menurut UU.
e. Jika dua anak; Lpnya = 2/3 x bagiannya menurut UU.
f. Jika tiga anak atau lebih; Lpnya = ¾ x bagiannya menurut UU.
Garis Lurus Kebawah berupa Anak Luar Kawin Yang Diakui Dengan Sah.
Bagiannya adalah :
d. Jika mewaris dengan Golongan I; Lp nya = ½ x bagiannya menurut
UU.
e. Jika mewaris dengan Golongan II & Golongan III; Lpnya = ¼ x
warisan.
f. Jika mewaris denngan Golongan IV; Lpnya = ½ x ¾ x warisan.
2. Garis Lurus Keatas, yaitu orang tua atau nenek/kakeknya.
Bagian LP nya adalah ½ x bagian masing-masing menurut UU.
Bagaimana jika Ahli Waris Onterfd (ahli waris yang dikesampingkan oleh
Pewaris) ingin menggugat hak legitime portie nya sebagai anak sah ? Harus
diingat bahwa pemecatan sebagai ahli waris yang dilakukan oleh pewaris
terhadap legitimaris akibatnya dibatasi, yaitu bahwa legitimaris dilindungi
20
dengan UU menjamin haknya sebanyak bagian legitimnya saja tidak bisa lebih
banyak lagi.
A meninggal dunia, meninggalkan B bapaknya
dan 2 orang saudaranya yaitu C dan D.
Dengan wasiat, A mengangkat E sebagai ahli
waris satu-satunya. Ini berarti A me-onterfd B, C
dan D.
Dalam hal ini, C dan D tidak berhak menuntut apa-apa dari harta peninggalan
A. Hanya B yang berhak menuntut Lp terhadap E dan bagian Lp. B adalah ½ x
bagian menurut UU dengan mengenyampingkan C dan D (Ps. 916 a), yaitu 1
maka Lp B adalah ½ x 1 = ½ . Ini berarti untuk E hanya mendapat sisanya
yaitu ½.
A meninggal, meninggalkan :
• Seorang anak luar kawin yg diakui
dengan sah, yaitu E.
• 3 orang anak kandung, yaitu B,C dan
D.
Dalam wasiatnya, A mengangkat F sebagai ahli waris satu-satunya.
Pembagian Warisannya A :
1. B, C, D dan E mempunyai Lp. Lp ini dapat dituntut oleh mereka masing-
masing.
2. Kalau mereka masing-masing menuntut Lp pada F maka bagian warisan
yang diperoleh F adalah sisa setelah warisan dipotong oleh Lp tersebut.
3. Menurut UU : -. Bagian E adalah 1/3 x ¼ = 1/12 dan
-. Bagian B, C dan D masing-masing 1/3 X (12/12-1/12) = 11/36.
4. Lp. E adalah ½ x bagian menurut UU, yaitu ½ x 1/12 = 1/24.
5. Lp. B = Lp. C = Lp. D = ¾ x bagian mereka menurut UU, yaitu :
¾ x 11/36 = 11/48.
6. Bagian Lp. B +Lp. C + Lp. D + Lp. E adalah : 35/48.
7. Jadi warisan yang diperoleh F adalah : 48/48 – 35/48 = 13/48.
8. Jadi Pembagian warisan A : Bagian B = C = D = 11/48, Bagian E = 1/24 dan
F = 13/48.
C
F B
D
B B
C D E
A
A
E
21
Contoh : A meninggal, meninggalkan :
• B, ibunya dan
• C, anak luar kawin yang diakui dengan sah
Dalam wasiatnya, A mengangkat F sebagai ahli
waris satu-satunya.
Pembagian warisan A, jika legitimaris menuntut bagiannya adalah sebagai
berikut :
1. F hanya memperoleh bagian warisan setelah dikurangi Lp. B dan Lp. C.
2. Lp. B dan Lp. C harus diketahui terlebih dahulu.
3. Lp. C adalah ½ x bagian menurut UU dan Lp. B adalah ½ x bagian menurut
UU.
4. Menurut UU : Bagian C adalah = ½ x harta warisan (anak luar kawin yang
diakui sah mewaris bersama golongan
III).
Sisanya untuk Bagian B adalah ½.
5. Bagian Lp. C adalah ½ X bagiannya menurut UU, yaitu ½ x ½ = ¼.
1. Bagian Lp. B adalah ½ X bagiannya menurut UU, yaitu ½ x ½ = ¼.
2. Bagian Lp. B + Lp. C adalah ¼ + ¼ = 2/4. Sisanya 2/4 menjadi bagian F
3. Jadi Bagian F = ½, Bagian B = ¼ dan Bagian C = ¼.
Untuk menentukan besarnya Lp. Tidak perlu diperhatikan adanya penolakan,
onwaardig atau pemecatan (onterfd).
Kalau D onwaardig, maka Lp. B dan C tetap
sebagaimana kalau D tidak onwaardig.
Bagian Lp. B dan Lp. C masing-masing = ¾ x 1/3 = ¼.
Bagian yang onwaardig, menolak warisan atau onterfd yang bukan legitimaris
jatuh kepada orang yang diangkat sebagai ahli waris dengan wasiat, jika Ia
diangkat sebagai ahli waris satu-satunya. Jika tidak ada yang diangkat sebagai
ahli waris oleh pewaris dalam wasiatnya maka onwaardig boleh mendapat
legitime portie.
MENETAPKAN DAN MEMENUHI LEGITIME PORTIE
F
B
C
D C
B
A
A
22
Ps. 921 menetapkan harta peninggalan apa saja yang dapat dijadikan bagian
harta peninggalan dalam menghitung legitime portie seorang ahli waris
legitimaris, yaitu :
“Untuk menentukan besarnya bagian mutlak dalam sesuatu warisan, hendaknya dilakukan terlebih dahulu suatu penjumlahan akan segala harta peninggalan yang ada di kala si yang menghibahkan meninggal dunia; kemudian ditambahkan jumlah barang-barang yang telah dihibahkan di waktu si meninggal masih hidup, barang-barang mana harus ditinjau dalam keadaan tatkala hibah dilakukan dengan harga pada waktu si penghibah meninggal dunia; dijumlahkan semua; setelah ini dikurangi dengan semua hutang si meninggal dalam keseimbangan dengan derajat para ahli waris mutlak, besarnya bagian mutlak mereka setelah mana bagian-bagian ini harus dikurangi dengan segala yang telah mereka terima dari si meninggal, pun sekiranya mereka dibebaskan dari wajib pemasukan.”
Jadi Lp dihitung dari harta peninggalan (Harta Peninggalan Massa) yang terdiri
dari :
(HP yang ada sewaktu pewaris meninggal atau seluruh milik harta pewaris
yang ditinggalkan waktu meninggal + barang/uang yang sudah dihibahkan
kepada ahli waris maupun bukan semasa hidupnya atau hibah-hibah baik
inbreng maupun tidak inbreng menurut keadaan pada waktu hibah itu
dilakukan, tetapi menurut harga pada waktu pewaris meninggal) dikurang
hutang-hutang pewaris.
HP utk perhitungan Lp = Harta Peninggalan Massa = HPM, yaitu (HP pewaris sewaktu meninggal + Hibah sewaktu pewaris hidup) – utang-utang pewaris.
Sedang cara untuk memenuhi Lp diatur dalam Ps. 924, yaitu :
“Segala hibah antara yang masih hidup, sekali-kali tidak boleh dikurangi, melainkan apabila ternyata bahwa segala barang-barang yang telah diwasiatkan tak cukup guna menjamin bagian mutlak dalam suatu warisan. Apabila kendati itu masihlah harus dilakukan pengurangan terhadap hibah-hibah antara yang masih hidup, mk pengurangan ini harus dilakukan mulai dari hibah-hibah yang terkemudian, lalu dari ini ke hibah yang lebih tua dan demikian selanjutnya.”
Untuk memenuhi kekurangan bagian Legitime portie, yang harus dilakukan
adalah :
1. Mula-mula buatlah perhitungan pelaksanaan wasiat. Sisa HP setelah
dikurangi bagian wasiat ini digunakan untuk menutup Lp.
23
Mis. HP = Rp. 50 jt,- Pelaksanaan wasiat Rp. 30 jt,- Bagian Lp Rp. 10 jt,-
Sisa HP = Rp. 50 jt - Rp. 30 jt = Rp. 20 jt,-, sudah bisa menutupi
bagian Lp yang hanya Rp. 10 jt,-. Sisanya Rp. 20 jt – Rp. 10 jt = Rp.
10 jt,-
Jadi : Sisa HP – bagian Lp = Rp. 10 jt,- adalah bagian bebas.
2. Jika sisa HP ini masih kurang untuk menutupi bagian Lp, maka
kekurangannya diambil dari pemberian dengan wasiat/legaat, tanpa
memperhatikan kapan wasiat tsb dibuat. Masing-masing legaat dipotong
menurut perbandingan keuntungan yang diperoleh melalui wasiat/legaat.
Mis. HP = Rp. 50 jt,- Pelaksanaan wasiat X + Y = Rp.15 jt + Rp.20 jt = Rp.
35 jt,- Bagian Lp Rp. 22 jt,-
Sisa HP = Rp.50 jt - Rp.35 jt = Rp.15 jt,-, sisa ini tidak cukup untuk
menutupi bagian Lp Rp. 22 jt ,- Kekurangan HP untuk menutupi Lp
adalah Rp. 7 jt,- (22-15). Kekurangan ini diambil dari bagian X dan Y
sebagai legaataris dengan perbandingan keuntungan, yaitu 15 : 20 = 3 : 4
Bagian X yang harus dikurangi untuk Lp adalah 3/7 x Rp. 7 = Rp. 3 jt,-
dan
Bagian Y yang harus dikurangi untuk Lp adalah 4/7 x Rp. 7 = Rp. 4 jt,-
dan
Pembagian warisan menjadi :
- Bagian X adalah Rp. 15 jt – Rp. 3 jt = Rp. 12 jt,-
- Bagian Y adalah Rp. 20 jt – Rp. 4 jt = Rp. 16 jt,-
- Bagian Lp adalah Rp. 22 jt,-
3. Bila bagian legaat/wasiat masih belum menutup kekurangan Lp maka
kekurangan tsb diambil dari hibah-hibah (pemberian pewaris sewaktu hidup).
Pemotongaan hibah yang pertama dilakukan adalah terhadap hibah yang
tanggal pemberiannya paling dekat dengan tanggal kematian pewaris.
Mis. HP = Rp. 50 jt,- Hibah I ke A = Rp. 34 jt,- dan Hibah II ke B = Rp. 30 jt,-
Pelaksanaan wasiat X+Y = Rp.15 jt + Rp.20 jt = Rp. 35 jt,- Bgn Lp Rp.
57 jt,-
- Sisa HP = Rp.50 jt - Rp.35 jt = Rp.15 jt,-, sisa ini tidak cukup untuk
menutupi bagian Lp Rp. 57 jt ,- Kekurangan HP untuk menutupi Lp
24
adalah Rp. 42 jt,- (57-15). Kekurangan ini diambil dari bgn X dan Y
sbg legaataris.
- Bagian X +Y = Rp. 35 jt,- sedang bgn Lp yang masih belum tertutupi
adalah Rp. 42 jt,- Ini berarti bagian legataris masih kurang Rp. 7 jt,-
(42-35). Karena bagian legaat masih tidak cukup untuk menutupi
kekurangan Lp maka semua bagain legaat langsung dikurangi tidak
perlu dengan perbandingan keuntungan. Kekurangan Lp seb. Rp. 7
jt,- ini akan diambil dari hibah yang telah diberikan oleh pewaris.
- Hibah B sebesar Rp. 30 jt,- ini yg harus dipotong lebih dulu dari hibah
A, karena tgl penghibahan B lebih dekat dengan tanggal kematian
pewaris dibandingkan dengan hibah A. Kekurangan Lp Rp. 7 jt,- ini
sudah tertutupi dengan bagian hibah B, oleh karena itu tidak perlu lagi
dipotong hibah A.
4. Jika pemotongan hibah yang terdekat tanggal pemberiannya dengan tanggal
kematian pewaris telah menutupi kekurangan Lp maka hibah-hibah lainnya
tidak perlu dipotong lagi. Tetapi jika belum menutupi kekurangan Lp, maka
hibah yang lain harus dipotong lagi dan pemotongannya berdasarkan tanggal
yang terdekat dengan tanggal kematian pewaris.
Contoh :
1. HPA dalam bentuk uang Rp. 1 jt,- Hutang Rp. 2 jt,- Hibah pada C Rp. 3 jt,-
A meninggalkan seorang anak, yaitu B.
Untuk menghitung Lp B = ½ x HPM = ½ x (1+3 –2) = Rp. 1 jt,-
Menurut Klassen dan Eggens :
- Kalau B menuntut Lp nya, maka HPA diterima oleh B dan utang A Rp. 2 jt,-
harus dibayar oleh ahli waris dan penerima hibah masing-masing Rp. 1 jt,-.
Jadi B tidak menerima apa-apa dan C menerima Rp. 3 – Rp. 1 = Rp. 2 jt,-
- Kalau B tidak menuntut Lp nya, maka HPA digunakan untuk membayar
utang A sebesar Rp. 2 jt ,- kekurangan dari utang A (Rp. 1 jt,-) tidak
ditanggung oleh B maupun C.
Menurut MOLL :
Utang pewaris A diambil dari C, sebagai penerima hibah sehingga
pembagian warisan adalah : - B, mendapat Lpnya sebesar Rp. 1 jt,-
- Kreditur Rp. 2 jt,-
25
- C, sebagai penerima hibah : Rp. 3 jt - Rp. 2 jt = Rp. 1 jt,-
Menurut LAND :
Pelunasan utang pewaris A diambil dari C Rp. 1 jt,- dan dari HPA Rp. 1 jt,-.
Bagian Lp B diambil dari C sebesar Rp. 1 jt,- , jadi pembagian warisan
adalah :
- B, mendapat Lpnya sebesar Rp. 1 jt,-
- Kreditur Rp. 2 jt,-
- C, sebagai penerima hibah : Rp. 3 jt - Rp. 1 jt - Rp. 1 jt = Rp. 1 jt,-
Namun menurut penulis lebih baik diselesaikan dengan cara Klassen dan
Eggens.
2. A kawin dengan B diluar harta persatuan dalam bentuk apapun. A meninggal,
meninggalkan istrinya B dan dua orang anak, yaitu C dan D. A telah
menghibah kepada C Rp.1 jt,- kemudian ke D Rp. 1 jt,- dan hibah yang
terakhir ini dibebaskan dari pemasukan (inbreng). Selanjutnya A juga
menghibahkan ke X Rp. 1 jt,- Dalam wasiatnya A memberi hibah wasiat
(legaat) kepada B, X dan Y masing-masing Rp. 1 jt,-. HPA Rp. 6 jt,- dan
masing-masing menuntut haknya.
Jawab :
Pelaksanaan wasiat : B = X = Y = Rp. 1 jt,-
HPA = Rp. 6 jt,- Sisa HPA = Rp. 6 jt - Rp. 3 jt = Rp. 3 jt,-
Sisa HPA dibagi ke B, C dan D masing-masing = 1/3 x Rp. 3 jt,- = Rp. 1 jt,-
Lp. C = Lp D = 2/3 x 1/3 x HPM = 2/9 x (6 + 3) = Rp. 2 jt,-
Bagian C = Hibah + ahli waris = Rp. 1 jt,- + Rp. 1 jt,- = Rp. 2 jt,-
Bagian D = Hibah + ahli waris = Rp. 1 jt,- + Rp. 1 jt,- = Rp. 2 jt,-
Bagian C dan Bagian D ini sudah sama dengan bagian Lp mereka, sehingga
dalam sisa HPA, B sebagai ahli waris non legitimaris tetap mendapat Rp. 1jt,-
Bagian Lp C dan D Terhadap X dan Y
- Lp C dan D terhadap X masing-masing = 2/3 x ½ x (HPM) Rp. 9 jt = Rp. 3
jt,-
Lp. C + Lp. D terhadap X = Rp. 6 jt,-
Bagian C dan D karena pelaksanaan wasiat masing-masing Rp. 2 jt,-
Ini berarti ada kekurangan bagian Lp sebesar Rp. 2 jt,- (6-4)
26
Kekurangan ini harus ditutupi terlebih dulu dengan bagian B yang
merupakan sisa HPA, yaitu Rp. 1 jt,- sehingga bgn Lp yang masih kurang
adalah Rp. 1 jt,- (2-1). Kekurangan Rp. 1 jt,- ini yang harus ditutupi oleh X
dan Y dengan perbandingan : X : Y = 1 : 1
Bagian X yang harus dikurangi = ½ x Rp. 1 jt,- = Rp. 0,5 jt,-
Jadi X hanya boleh menerima : Rp. 1 jt – Rp. ½ jt = Rp. 0,5 jt,-
Bagian Y yang harus dikurangi = ½ x Rp. 1 jt,- = Rp. 0,5 jt,-
Jadi Y hanya boleh menerima : Rp. 1 jt – Rp. ½ jt = Rp. 0,5 jt,-
Jadi : Bagian B = ahli waris (1) + wasiat (1) = Rp. 2 jt,-
Bagian C = hibah (1) + ahli waris (1) + wasiat (0,5) = Rp. 2,5 jt,-
Bagian D = hibah (1) + ahli waris (1) + wasiat (0,5) = Rp. 2,5 jt,-
Bagian X = dari hibah (1) + dari wasiat (0,5) = Rp. 1,5 jt,-
Bagian Y = dari wasiat (0,5 ) = Rp. 0,5 jt,-
Kalau Lp belum terpenuhi dengan sisa HP, maka diambilkan dari wasiat
(legaat) dengan tidak memperhatikan kapan wasiat itu dibuat. Masing2 legaat
dipotong menurut perbandingan. Misalnya Lp.masih kurang Rp. 3 jt,- dan HP
sudah habis maka legaat kepada C adalah Rp. 6 jt,- dan legaat kepada D
adalah Rp. 6 jt,- yang harus dikurangi untuk memenuhi Lp dengan
perbandingan C : D = 6 Jt : 4 Jt = 3 : 2. Jadi bagian C dikurangi 3/5 x Rp. 3
jt,- = Rp. 1,8 jt,- dan
bagian D dikurangi 2/5 x Rp. 3 jt,- = Rp. 1,2 jt,-
Jika dari legaat, Lp belum juga tertutupi maka hibah mulai dipotong dengan
terlebih dahulu dipotong dari hibah yang tanggal pemberiannya lebih dekat
dengan tanggal saat pewaris meninggal dunia.. Jika dengan pemotongan
hibah tersebut Lp sudah tercukupi maka hibah yang lain tidak perlu dikurangi.
Misalnya : Legaat sudah habis menutupi Lp, tetapi Lp masih kurang Rp. 5 jt,-
dan ada : 1). Hibah tanggal 02-09-1976, Rp. 15 jt,-
2). Hibah tanggal 06-03-1976, Rp. 20 jt,-
Jika dari hibah 1, Lp sudah tercukupi maka hibah ke 2 tidak perlu dipotong
lagi.
Contoh :
27
A meninggal, meninggalkan dua orang anak, yaitu
B dan C serta Harta warisan (HP) sebesar Rp. 12
jt,--
Dalam wasiat A mengangkat X sebagi ahli waris
satu-
satunya dan memberi legaat kepada Y sebesar
Rp. 3
juta,-
Pembagian Warisan :
Legaat kepada Y = Rp. 3 jt,-
Sisanya Rp. 12 jt,- - Rp. 3 jt,- = Rp. 9 jt,- jatuh menjadi milik X.
Catatan : Kalau dalam suatu soal, tidak disebutkan bahwa legitimaris menuntut
atau tidak maka dianggap semua legitimaris menuntut LP nya. Jika
salah satu disebut menuntut, maka yang lain tidak disebut maka
dianggap tidak menuntut.
Karena itu B dan C dianggap menuntut bagian legitime portienya.
Lp. B dan C terhadap Y masing-masing: 2/3 x ½ x Rp. 12 jt,- = Rp. 4 jt,-
Lp. B + Lp. C = 8 jt,-
Sebagian Lp ini harus diambil dari bagian Y menurut perbandingannya
terhadap X dalam menerima keuntungan karena wasiat, yaitu X : Y = 3 : 1
Bagian Y yang harus dikurangi u/ Lp. B dan Lp. C adalah = ¼ x Rp. 8 jt,- = Rp.
2 jt,-
Jadi Y hanya boleh menerima : Rp. 3 jt,- - Rp. 2 jt,- = Rp. 1 jt,-
Lp. B dan C terhadap X masing-masing: 2/3 x ½ x Rp. 12 jt,- = Rp. 4 jt,-
Lp. B + Lp. C = 8 jt,-
Bagian X yang harus dikurangi u/ Lp. B dan Lp. C adalah = ¾ x Rp. 8 jt,- = Rp.
6 jt,-
Jadi X hanya boleh menerima : Rp. 9 jt,- - Rp. 6 jt,- = Rp. 3 jt,-
Bagian B dan C masing-masing : ½ x (Rp. 2,-+ Rp. 6,- ) = Rp. 4 jt,-
Bagian X adalah Rp. 3 Jt,- dan
Bagian Y adalah Rp. 1 jt,-
C
A
B
X
Y
28
2
Dalam golongan kedua ini yang menjadi ahli waris adalah :
- kedua orang tua pewaris dan
- Saudara kandung pewaris dan keturunannya serta
- Saudara tiri pewaris dan keturunannya.
Orang tua tiri tidak mewaris dari anak tirinya. Ahli waris dalam golongan ini
terdiri dari :
- ahli waris legitimaris, yaitu kedua orang tua. Saudara kandung
maupun saudara tiri bukan merupakan ahli waris legitimaris.
- ahli waris pengganti, yaitu keturunan dari saudara kandung maupun
suadara tiri pewaris.
Besarnya bagian ahli waris dalam golongan ini TIDAK SELALU SAMA, hal
ini tergantung dari banyaknya ahli waris yang ada dalam golongan tersebut.
Berdasarkan Pasal 854 BW dan 855 BW ditentukan bahwa bagian setiap
orang tua pewaris (bapak atau ibu) adalah :
- MINIMAL ¼ (sepermpat) bagian dari warisan dan
Golongan II : Orang tua (ayah dan ibu) dan saudara-saudara serta keturunan saudara-saudara.
29
- TIDAK BISA LEBIH KECIL DARI BAGIAN anaknya.
Dari kedua pasal ini nampak bahwa bagian orang tua pewaris akan sama
besarnya dengan bagian anaknya (dalam hal ini saudara kandung pewaris)
jika total semua ahli warisnya (orang tua dan saudara pewaris) tidak lebih
dari 4 (empat) orang. Akan tetapi jika total semua ahli warisnya lebih dari 4
(empat) orang maka besarnya bagian orang tua tidak akan sama dengan
anaknya (dalam hal ini saudara kandung pewaris).
A orang yang meninggal (pewaris)
B dan C adalah bapak dan ibu A. D dan E saudara-saudara kandung A.
H adalah saudara tiri (saudara seibu) A. F dan G anak-anak E, adalah
keponakan A. Anak-anak D, E dan H (kalau ada) serta keturunannya
adalah termasuk ahli waris golongan II.
Ayah A, ibu A dan semua saudara-saudara A baik yang kandung maupun tiri
beserta keturunan mereka adalah ahli waris golongan II.
Apabila dalam golongan II ini, hanya orang tua pewaris yang hidup
sedangkan semua saudara-saudara pewaris sudah meninggal dunia atau
pewaris tidak mempunyai saudara maka warisan semuanya menjadi milik
orang tua pewaris (Pasal 859 BW).
D D F
A E
G
B C
H D
30
Legitime Portie untuk Orang Tua :
Contoh : (1)
A meninggal, meninggalkan :
- Bapaknya, yaitu B dan
- 3 orang saudara, yaitu C, D dan E.
- Harta Peninggalan Rp. 16 jt,-
Dalam wasiat A memberi legaat kepada C sebesar Rp. 8 jt,-
Pelaksanaan Wasiat :
- C mendapat Rp. 8 jt,-
- Bagian Bapak (B) = ¼ x Rp. 16 jt,- = Rp. 4 jt,- (berdasarkan Ps. 855)
Sisanya Rp. 4 jt,- (16-8-4) masing-masing untuk E dan D yaitu ½ x Rp.4 jt =
Rp. 2 jt,-
Apakah pelaksanaan wasiat ini menyinggung Lp. B atau tidak, mari kita lihat.
Lp B adalah ½ x menurut UU, yaitu ½ x ¼ x Rp. 16 jt,- = Rp. 2 jt,-
Karena Bagian yg diperoleh B lebih besar dari pada Bagian Lpnya maka
pembagian diatas yang tetap digunakan.
(2) Soalnya sama dengan (1) diatas, tetapi
dalam
wasiatnya A memberi legaat kepada C
sebesar
Rp. 13 jt,-
Pelaksanaan wasiat :
- C mendapat Rp. 13 jt,-
- Sisanya Rp. 3 jt,- (16-13), dibagi masing2 untuk B, E & D = 1/3 x Rp. 3 = Rp.
1 jt,-
Apakah pelaksanaan wasiat ini menyinggung Lp. B atau tidak, mari kita lihat.
Lp B adalah ½ x menurut UU, yaitu ½ x ¼ x Rp. 16 jt,- = Rp. 3 jt,-
Karena Bagian Lp B tersinggung sebesar Rp. Rp. 3 jt - Rp. 1 jt = Rp. 2 jt,-
maka kekurangan Lp ini diambil dari sisa HP A setelah dikurangi legaat, yaitu
Rp. 3 jt,- Jadi Bagian B = Rp. 3 jt,- dan Bagian C = Rp. 13 Juta,- . E dan D
C
A
E C
D
B
C
A
E C D
B
31
tidak mendapat apa-apa. Tetapi kalau sisa HP masih kurang, maka diambil
dari legaat.
(3) Soalnya sama dengan (1), tetapi dalam
wasiat A
beri legaat ke C Rp.10 jt,- dan untuk B, C, D
dan
E diangkat sebagai ahli waris untuk bagian ¼.
Pelaksanaan Wasiat :
Legaat C = Rp. 10 jt,-
Sisa HP A = Rp. 6 jt,- (16-10), masing2 untuk B, C, D dan E = ¼ x Rp.6 jt =
Rp.1,5 jt,-
Lp. B = ½ x ¼ x Rp. 16 jt,- = Rp. 2 jt,-
Lp. B tersinggung sebesar Rp. 0,5 jt,- Kekurangan ini diambil dari
perbandingan keuntungan yang diperoleh ahli waris yaitu C:D:E = (10+1,5) : 1,5
: 1,5 = 23 : 3 : 3
Bagian C yang dikeluarkan untuk Lp. B = 23/29 x Rp. 0,5 jt,- = Rp. 397 ribu,-
Bagian D = E yang dikeluarkan untuk Lp. B = 3/29 x Rp. 0,5 jt,- = Rp. 52 ribu,-
Jadi bgn B = Rp. 2 jt,- & C = Rp.10 jt + Rp. 1,103 rb (1,5 jt – 397 rb)= Rp.11,
103 rb,-
Bagian D = E = Rp. 1,5 jt – Rp. 52 ribu = Rp. 1,448 rb,-
(4)
A meninggal, meninggalkan B anaknya dan Hp Aktif
(uang)
Rp. 1 jt,- dan HP pasif (utang) Rp. 2 jt,-
A memberi hibah ke C Rp. 3 jt ,-
Pelaksanaan Wasiat :
Untuk menghitung Lp. B maka total HP A = Rp. 1 jt + Rp.3 jt – Rp. 2 jt = Rp. 2
jt,-
Lp. B = ½ x Rp. 2 jt = Rp. 1 jt,-
C
A
B
C A
E C D
B
32
Pembagian Warisan :
1. menurut Klassen dan Eggens.
- Kalau B menuntut Lp, maka HP aktif sebesar Rp. 1 jt,- menjadi miliknya,
tetapi karena A mempunyai hutang Rp. 2 jt,- maka utang tersebut harus
diambil dari B sebagai ahli waris dan C sebagai penerima hibah, masing-
masing Rp. 1 jt,-
- Kalau B tidak menuntut Lp, maka utang yang Rp. 2 jt,- hanya dibayar dari
HP aktif dan C sebagai penerima hibah tidak wajib untuk membayar
sisanya.
- Menuntut atau tidak Lp., B tetap tidak memperoleh HP aktif A yang Rp. 1 jt,-
2. menurut MOLL dan LAND
Inkorting harus dilakukan dari hibah ke C sebesar Rp. 2 jt,- sehingga bagian :
Untuk B (sesuai dengan Lp nya) = Rp. 1 jt,-
Untuk kreditur = HP aktif (1) + inkorting dari C (1) = Rp. 2 jt,-
Untuk C = hibah (3) – inkorting (2) = Rp. 1 jt,-
Recommended