View
260
Download
6
Category
Preview:
Citation preview
LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Atina Rahmawati
NIM: 1113034000160
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H./2017 M.
i
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman
pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.
1. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j je ج
h h dengan garis di bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r er ر
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
ii
s es dengan garis di bawah ص
ḏ de dengan garis di bawah ض
ṯ te dengan garis di bawah ط
ẕ zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
gh ge dan ha غ
f ef ف
q ki ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
apostrof ` ء
y ye ي
iii
2. Vokal Tunggal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A fathah
I kasrah
U ḏammah و
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai a dan i ي
au a dan u و
3. Vokal panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ā a dengan garis di atas ا
ī i dengan daris di atas ي
ū u dengan garis di atas و
4. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
iv
syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan asy-
syamsiyyah, al-rijāl bukan ar-rijāl.
5. Tasydīd
Huruf yang ber-tasydīd ditulis dengan dua huruf serupa secara berturut-
turut, seperti السنة = al-sunnah.
6. Ta marbūṯah
Jika ta marbūṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf
tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/, seperti أبو هريرة = Abū Hurairah.
7. Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,
bukan huruf awal atau kata sandangnya, seperti البخاري = al-Bukhāri.
v
ABSTRAK
ATINA RAHMAWATI
Literatur Hadis Qudsi di Indonesia
Skripsi ini menawarkan data filologi serta content analysis dari beberapa
karya hadis qudsi yang terbit di Indonesia mulai kurun waktu dekade 1980 sampai
dengan 2014. Penelitian ini menunjukkan bahwa karakeristik dari sembilan belas
karya hadis qudsi berbahasa Indonesia ini hanya ada dua literatur yang disusun
langsung oleh muslim Indonesia, diantaranya: 325 Hadis Qudsi karya K.H.
Firdaus A.N dan Hadis Qudsi karya Moh. Syamsi Hasan. Sisanya merupakan
bentuk terjemahan atas karya yang sudah ada. Hal ini menunjukkan kurangnya
kontribusi muslim Indonesia dalam kancah penulisan karya hadis.
Semua literatur hadis qudsi mengambil sumber dari kitab induk hadis yang
sama, yakni Saẖīẖ al-Bukhārī dan Saẖīẖ Muslim. Kemudian jumlah hadis qudsi
terbanyak dicapai oleh Saẖīẖ Hadīts Qudsi karya Syaikh Isamuddin al-Sababiṯi
dengan jumlah 524 hadis. Sedangkan paling sedikit dicapai oleh buku Mutiara
Hadis Qudsi karya Aẖmad ‘Abduh Iwadh dengan jumlah 30 hadis. Perbedaan
tersebut bergantung pada kemampuan masing-masing penyusun dalam
mengumpulkannya.
Sebelas dari sembilan belas literatur hadis yang penulis teliti dalam proses
penyusunannya terbagi kepada beberapa sub-tema, sedangkan sisanya disusun
secara musnadi dan diurut berdasarkan huruf hijaiyah. Di samping itu ada dua
karya hadis qudsi yang dalam penulisan matannya menggunakan tulisan tangan,
yakni Hadis Qudsi yang Shahih karya Imam Abi Hasan al-Qoriy dan 254 Hadis
Qudsi karya M. Tajuddin al-Munawi.
Ada tiga karya hadis qudsi yang dalam penyajiannya terdapat takhrij dan
penilaian derajat hadis, di antaranya: Himpunan Hadis Qudsi karya Lajnah Dārul
Fikr, Hadis Qudsi yang Shahih Imam Abi Hasan al-Qoriy, dan Kumpulan Hadis
Qudsi karya al-Nawawi & al-Qastlani. Hal ini memudahkan pembaca sebab
dengan upaya ini pembaca hanya tinggal mengkonsumsi tanpa harus meneliti
sanad ataupun matannya. Hanya ada satu karya hadis qudsi yang mencantumkan
glossaries atau daftar istilah pada bagian akhir buku, yaitu Mutiara Hadis Qudsi
karya Syekh Abd.Majid Al-Adawiy.
Terdapat empat karya hadis qudsi yang hanya menghimpun hadis-hadis
bernilai shahih dan hasan saja, di antaranya: Hadits Qudsi karya Dr. Ahmad
Asyibashi, Hadits Qudsi yang Shahih karya Imam Abi Hasan, 40 Hadis Qudsi
Pilihan karya Ezzeddin Ibrahim, dan Shahih Hadits Qudsi karya Isamuddin As-
Sababithi.
Dari keseluruhan literatur yang diteliti, hanya ada dua karya yang
mencantumkan indeks pada bagian akhir halaman, yakni: Hadits Qudsi yang
Shahih karya Imam Abi Hasan dan Mutiara Hadis Qudsi karya Aẖmad ‘Abduh
‘Iwadh. Kemudian karakteristik yang terakhir yaitu separuh dari jumlah literatur
yang ada, sang penyusun menyertakan syarah hadis dan biografi singkat para ahli
hadis yang menjadi sumber rujukan.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas
segala rahmat dan karunia-Nya serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad Saw. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Literatur Hadis Qudsi di Indonesia.”
Skripsi ini tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan,
dukungan dan kontribusi dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
saya ucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr Dede Rosyada, M.A Selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum selaku ketua Jurusan Tafsir Hadis yang
mensahkan proposal ini sehingga diterima dalam rapat persetujuan
proposal.
4. Ibu Banun Binaningrum, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis.
5. Bapak Drs. Maulana M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini berdasarkan cara
penulisannya, tujuannya, dan manfaatnya bagi masyarakat akademik.
6. Bapak Dr. Ahmad Fudhaili, M.Ag dan Rifqi Muhammad Fatkhi, MA
selaku dosen penguji yang telah memberi saya banyak saran atas
kekurangan skripsi ini.
7. Seluruh dosen pada program studi Tafsir Hadis (TH) atas segala motivasi,
ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan, dan pengalaman yang
vii
mendorong penulis selama menempuh studi, serta seluruh staff Fakultas
Ushuluddin.
8. Orang Tua di Rumah Ibu dan Bapak yang sudah mendukung dan berjuang
sehingga saya bisa sampai seperti sekarang ini.
9. Teman-teman Tafsir Hadis angkatan 2013 UIN Sarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya kelas TH-E yang telah bersama-sama berjuang selama bangku
kuliah.
10. Teman-teman kostan Ayha, Obi, Vira, Gety, Rusnul, Ci’la, Ilma yang
telah menemani perjalanan saya dalam mengerjakan skripsi ini, teman-
teman satu pondok Ummul Quro al-Islami Bogor seperti Mazidah, Rini,
Biya, Syifa, Aini Indah, Wulan, Kartika, sehingga perjalanan skripsi saya
ini sangat menyenangkan.
11. Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat penulis satu persatu.
Kemudian saya sadar bahwa keilmuan yang saya miliki masih sangat kurang
sehingga dalam penelitian ini tidak jauh dari kesalahan. Dengan demikian saya
memohon maaf atas segala kesalahan dalam penelitian ini.
Kepada Allah lah saya berharap ridla dan bersyukur. Semoga tulisan ini bisa
menjadi manfaat kepada para pembaca agar selalu berpegang pada ajaran-ajaran
Rasulullah Saw. Āmīn
Wassalamualaikum Wr.Wb
Ciputat, 31 Mei 2017
Atina Rahmawati
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................................
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9
E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 9
G. Metodelogi Penelitian ......................................................................... 15
H. Sistematika Penulisan ......................................................................... 18
BAB II PENGKAJIAN HADIS DI INDONESIA ............................................ 20
A. Sejarah Intelektual Islam di Indonesia ................................................ 20
B. Kajian Hadis di Indonesia ................................................................... 21
C. Eksistensi Hadis di Indonesia.............................................................. 25
D. Literatur Hadis di Indonesia ................................................................. 28
BAB III KAJIAN HADIS QUDSI ..................................................................... 32
A. Hadis Ditinjau Dari Sumber Berita ..................................................... 32
B. Pengertian Hadis Qudsi ....................................................................... 35
C. Bentuk-Bentuk Periwayatan Hadis Qudsi ........................................... 36
ix
D. Perbedaan Hadis Qudsi dengan al-Qur’an .......................................... 39
E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi ................................... 40
F. Khazanah Literatur Hadis Qudsi ......................................................... 41
BAB IV LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA ................................ 44
1. 272 Hadis Qudsi Karya Tajuddin al-Manawi, diterjemahkan oleh H.
Salim Bahreisy, Tahun 1984. .............................................................. 44
2. 325 Hadis Qudsi Pilihan Karya K.H. Firdaus A.N, Tahun 1990. ....... 47
3. Himpunan Hadis Qudsi Karya Lajnah Daarul Fikri Beirut,
diterjemahkan oleh H. Uthman Mahrus, Tahun 1993. ........................ 50
4. Hadits Qudsi karya Dr. Ahmad Asyibashi, diterjemahkan oleh K.H.
Ali Usman dkk, Tahun 1996. .............................................................. 51
5. Hadits Qudsi yang Shahih karya al-Imam Abi Hasan al-Qoriy,
diterjemahkan oleh Drs. M. Thalib, Tahun 1999. ............................... 53
6. Mutiara Hadis qudsi karya Syeikh Abdul Majied al-Adawy,
diterjemahkan oleh H. Nurullah, tahun 2000. ..................................... 55
7. 254 Hadis Qudsi karya Muhammad Tajuddin bin al-Mawawi al-
Haddadi, diterjemahkan oleh Drs. Zainuddin, Tahun 2000. ............... 56
8. Kumpulan Hadis Qudsi karya Imam al-Nawawi dan al-Qasṯalani,
diterjemahkan oleh Miftahul Khoiri, S. Ag dkk, Tahun 2003. ........... 59
9. 40 Hadis Qudsi Pilihan Karya Ezzeddin Ibrahim, diterjemahkan oleh
M. Quraish Shihab, Tahun 2007. ........................................................ 61
10. Mutiara Hadis Qudsi Karya Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh, diterjemahkan
oleh Dewi Ariyanti Lc, Tahun 2008. .................................................. 64
11. Hadis Qudsi Karya Kamil Uwaidah, diterjemahkan oleh M. Abd.
Mujib el-Zayyad dkk, Tahun 2008...................................................... 66
12. Kamus Hadis Qudsi Lengkap karya Syeikh ‘Ali Ibnu Salahuddin ibnu
‘Ali al-Yamani, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar Ihsan Lc, tahun
2009. .................................................................................................... 69
x
13. Himpunan Hadis Qudsi karya Syekh ‘Irfan Ibnu Sulaim al-‘Asysya
Hassuunah al-Dimasyqiy, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar, L.C
Tahun 2009. ........................................................................................ 70
14. Syarah Hadits Qudsi Karya Team Daar al-Bazz, diterjemahkan oleh
Wawan Djunaedi Soffandi, Tahun 2009. ............................................ 73
15. Kumpulan Hadis Qudsi Pilihan Karya Syaikh Fathi Ghanim,
diterjemahkan oleh Yasir Maqosid, Lc Tahun 2011. .......................... 75
16. Ensiklopedia Hadits Qudsi Karya Team Daar bin Baaz, diterjemahkan
oleh Imanuddin Kamil Lc, Tahun 2012. ............................................. 78
17. Shahih Hadits Qudsi Karya Syaikh Isamuddin Al-Sababiṯi,
diterjemahkan oleh Umar Mujtahid L.C, Tahun 2014. ....................... 80
18. Hadis Qudsi Karya Drs. Moh. Syamsi Hasan, M.Pd, Tanpa Tahun. .. 82
19. Kelengkapan Hadis Qudsi Karya Lembaga al-Qur’an dan al-Hadits,
Majlis Tinggi Urusan Agama Islam Kementrian Wakaf Mesir,
diterjemahkan oleh Muhammad Zuhri, Tanpa Tahun......................... 84
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 87
A. Kesimpulan ......................................................................................... 87
B. Saran-Saran ......................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 90
LAMPIRAN 1 ..................................................................................................... 94
LAMPIRAN 2 ..................................................................................................... 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia konsentrasi terhadap kajian hadis muncul sejak Islam masuk
wilayah Nusantara, namun perkembangannya belum begitu pesat. Ini dikarenakan
Islam masuk ke Indonesia mayoritas bukan dibawa oleh para ulama maupun
Syekh, melainkan oleh para pedagang. Minimnya peredaran literatur-literatur
hadis berbahasa Arab pada awal masuk Islam menyebabkan hanya Kyai, guru dan
ulama tertentu yang memiliki sejumlah literatur hadis yang cukup. Martin van
Bruinessen mengatakan bahwa perhatian ulama Indonesia terhadap kajian hadis
merupakan hal yang baru, maka wajar adanya bila keberadaan literatur hadis ini
menjadi sangat minim. 1
Kendati demikian, bukan berarti pada masa Islam awal hadis sama sekali
tidak dipelajari. Hal ini terbukti dengan adanya karya Ar-Rānirī 2(w. 1658)
Hidayah al-Habib fi Raghib wa Targhib yang berisi hadis-hadis tentang
penerapan syariat, diterjemahkan oleh Ar-Rānirī kedalam bahasa Melayu
kemudian dipadupadankan dengan penjelasan al-Qur’an. Selain itu, ada pula
1 Umaiyatus Syarifah, Lokalitas Tarjamah Hadis Bahasa Betawi, (Jurnal Studi Islam,
Vol.13, No.1: 2012), h. 2. 2 Nama lengkapnya Nūr al- Dīn Muhammad b. ‘Alī b. Hasan al-Hamīd al- Shāfi’ī al-
Aydarusī al-Rānirī, lahir di Ranir (sekarang Randir); sebuah pelabuhan tua di pantai Gujarat.
Mekipun singkat, selama tujuh tahun kiprahnya di tanah Aceh membuatnya dikenal sebagai ulama
Nusantara. Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi kemungkinan besar menjelang akhir abad
ke-16. Konon ibunya asli Melayu sedangkan ayahnya imigran Hadhrami (Hadramaut) yang
memiliki tradisi panjang berpindah ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Ada kemu ngkinan ia
keturunan Abū Bakr Abdullah b. Zubayr al-Asadī al-Humaydī (w. 219/834), ulama hadis dan
mufti terkemuka di Mekkah serta murid kenamaan Imam Syafii. Al-Rānirī wafat di Gujarat pada
tahun 1068/1658. Lihat: Mochamad Samsukadi, “Paradigma Studi Hadis di Dunia Pesantren”,
Jurnal Studi mengenai rendahnya minat kajian pesantren secara langsung dan kritis terhadap al-
Qur’an dan hadis, Vol. 06, No. 01, (April 2015), 49.
2
karya Abdur Rauf al-Sinkili,3 Syaraḥ Hadis Arba’in, dan al-Mawa’iz al-Badi’ah
yang ditulis atas permintaan kesultanan Aceh, Zakiyyah al- Din yang berkuasa
pada tahun 1678-1688 M. Kemudian setelah itu, kajian hadis mengalami
kemandegan dalam penerbitannya sampai awal abad ke-16, salah satu
penyebabnya ialah karena mayoritas masyarakat muslim pada saat itu lebih fokus
pada bidang tasawuf yang terlebih dahulu berkembang di Indonesia.4 Namun
sebenarnya bukan berarti hadis tidak berkembang sama sekali, karena kajian hadis
pada saat itu baru bersifat antologi atau berupa kumpulan-kumpulan dari berbagai
tema yang berkaitan dengan kajian fiqih, maka tampak masih tercampur-campur
dengan disiplin lain. 5
Melihat fenomena tersebut, para syekh, ulama, Kyai Indonesia tidak lantas
diam, upaya mereka dalam mendirikan madrasah-madrasah dan pesantren-
pesantren nampaknya memberi pengaruh penting dalam pengembangan kajian
hadis di Indonesia, ini dilihat dari kebutuhan santri akan literatur hadis sebagai
kurikulum yang digunakan sehingga proses penyebaran dan penggunaannya
semakin pesat. Martin Van Bruinessen menyebutkan dalam penelitiannya bahwa
pada masa ini hadis merupakan mata pelajaran yang relafif baru di pesantren.
Sebelumnya memang sudah banyak mempelajari karya ataupun kitab fiqih dimana
3 Nama lengkapnya Abdul Rauf Al-Singkili, lahir di Sinkel, Aceh pada 1024 H/1615 M,
nenek moyang Syekh Sinkel berasal dari Persia yang datang ke kesultanan Samudra Pasai pada
akhir abad ke-13. Nama Sinkel dinisbahkan pada daerah kelahirannya itu. Selain Hadis al-Arba’in
yang beliau tulis, beliau juga pernah menulis karya berjudul Mir’āt al-Thullāb yang membahas
masalah-masalah fiqh dan hukum. Di dalam karya ini dibahas tentang syarat-syarat dan aturan
menjadi hakim serta penegakan hukum Islam. Al-Singkili juga menulis tentang Fiqh Muamalat
dan menulis tafsir al-Qur’an berjudul Tarjuman al-Mustafid yang terbit untuk pertama kali justru
di Timur Tengah, bukan Indonesia. Lihat: Hasan Su’aidi, “Jaringan Ulama Hadis Indonesia,”
Pekalongan, Jurnal Penelitian oleh Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), (2013),
h. 3. 4 Umaiyatus Syarifah, Lokalitas Tarjamah Hadis Bahasa Betawi, h. 2. 5 Munandar, Perkembangan Hadis di Indonesia, Medan, Jurnal Penelitian Dosen Fakultas
Ushuluddin IAIN Sumatera Utara, Vol. 04, No. 1, Januari- Juni (2014), h. 113.
3
didalamnya menggunakan dalil-dalil hadis sebagai penguat argumen, namun
disini sudah mulai terdapat proses, penyeleksian dan mengutip hadis yang sesuai
dengan keperluan pengarangnya. Martin Van Bruinessen menyatakan bahwa pada
masa ini minat masyarakat terhadap kajian hadis menjadi lebih besar dibanding
sebelumya, lalu disebutkan pula bahwa kemajuan kajian hadis pada masa ini
disebabkan oleh dampak modernisme.6
Menurut Azyumardi Azra dalam penelitiannya tentang keadaan kajian
hadis di Indonesia menyebutkan bahwa perkembangan ilmu hadis di Indonesia
mengalami ketertinggalan, sebab dari 109 disertasi IAIN Jakarta pada tahun 1997
yang beliau teliti, terkumpul hanya tujuh skripsi yang membahas hadis.
Menurutnya pada masa itu para pengajar hadis pun bukan mereka yang menekuni
bidang tersebut.7
Berbeda dengan Azra, Muhammad Rifqi Fatkhi selaku dosen Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatakan bahwa kajian hadis di
Indonesia itu masih berkembang. Hal ini bisa dilihat dari skripsi yang ditulis oleh
Nurhidayah di Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta bahwa dari
85 skripsi yang diteliti, terdapat 37% dari 60 skripsi UIN Yogyakarta dan 48%
dari 25 skripsi UIN Jakarta membahas hadis.8 Perbedaan kesimpulan ini tentu
dipengaruhi oleh waktu penelitian yang mana penelitian azra terlebih dahulu
dilakukan, maka hasilnya pun berbeda dengan tahun-tahun berikutnya.
6 Za’im Kholilatul Ummi, Perkembangan Kajian Hadis di Indonesia, (Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, Academia.edu, 2015), h. 9. 7 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengakajian Hadis di Indonesia, (Medan:
IAIN Press, 2016), h. 2. 8 Nurhidayah, “Meretas Kesarjanaan Hadis di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2017), h. 68.
4
Kajian hadis di Indonesia mulai berkembang saat memasuki akhir abad ke-
20, hal ini di dipengaruhi oleh semakin banyaknya sarjana hadis Indonesia baik
yang mengejar ilmu di dalam negeri maupun di luar negeri. Perkembangannya
semakin hari semakin menggembirakan yang dengan keadaan ini melahirkan
optimisme masyarakat muslim di Indonesia dalam menciptakan karya-karya
dalam bidang hadis.9
Setiap karya-karya hadis tentunya memiliki pokok pembahasan masing-
masing, tergantung klasifikasi pembahasannya, apakah masuk ke dalam kategori
himpunan hadis atau ilmu hadis (‘ilmu musṯalaẖul ẖadīts). Di sini penulis
terdorong untuk melakukan penelitian yang membahas ilmu hadis khususnya
tinjauan hadis dari segi sumber berita yakni hadis qudsi. Mengingat hadis qudsi
memiliki kedudukan istimewa dibanding hadis-hadis nabawi lainnya yang
diakibatkan penisbatannya kepada Allah Swt. Serta mengungkap alasan para
penyusun mengapa memisahkan pembahasan terhadap hadis qudsi dan hadis
nabawi, padahal hadis-hadis qudsi sudah tentu termuat pula dalam kitab hadis
nabawi, pembaca hanya perlu melihat ciri-cirinya (hadis qudsi) dalam kitab-kitab
Induk hadis seperti Saẖīẖ al-Bukhāri, Saẖīẖ Muslim, sunan al-Tirmidzī, sunan al-
Nasa’i, sunan Abu Dawūd, Sunan Ibnu Mājah, Musnad al-Imam Aẖmad bin
Hanbal, Muwaṯṯā’ al-Malik, Sunan al-Darimy dsb.
Di samping itu, hingga saat ini belum ada penelitian yang secara spesifik
mengkaji karya-karya hadis qudsi di Indonesia sehingga kriteria yang digunakan
para ulama dalam menyusun maupun mengalih bahasakan karya-karya tersebut
9 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengakajian Hadis di Indonesia, (Medan:
IAIN Press, 2016), h. vi.
5
belum terungkap secara jelas. Penelitian ini sekaligus menepis pandangan tentang
perkembangan kajian hadis di Indonesia yang konon mengalami ketertinggalan.
Adapun khazanah literatur hadis qudsi jika dilihat dari segi penghimpunan
dan penelitiannya diperlakukan sebagaimanan hadis-hadis nabawi pada umumnya.
Beragam khazanah ini tentu memberi pengaruh terhadap karya-karya hadis di
Indonesia, sebab banyak dari para ilmuan Indonesia yang merujuk pada kitab-
kitab tersebut. Pengumpulan tersendiri dari hadis-hadis Qudsī terjadi setelah
penghimpunan hadis-hadis Nabāwī, di antara khazanah hadis qudsi yang perlu
diketahui yakni kitab Misykāt al- Anwār Fīmā Ruwiya ‘An Allāh Subẖānah Min
al- Akhbār di Halab (1346 H/ 1927 M) karya Muhyiddin Ibn al- Arabi (w. 638 H),
Jami’ al-Jawāmi’ (al-Jāmi’ al-Kabīr) karya Jalaluddin as- Sayuthi (w. 911 H), al-
Jāmi’ al-Shaghīr karya Jalaluddin as- Sayuthi (w. 911 H), al- Aẖādīts al-
Qudsiyyah al-Arba’īniyyah di Halab karya al- Mulla Ali al-Qari (w. 1016 H), al-
Ithāfāt al-Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah di Kairo Mesir karya Abdurrauf
al-Munawi (w. 1031 H), al- Ithāfāt al-Saniyyah Fī al-Aẖādīts al-Qudsiyyah di
Mesir karya Muhammad bin Mahmud ath- Tharabzuni al-Madani (w. 1200 H),
dan kitab yang telah terbit dalam dua jilid berjudul al- Aẖādīts al-Qudsiyyah
disusun oleh Lajnat al-Qur’an wa al-Hadīts al-Majlis al- A’lā asy- Syu’ūn
(Majelis Tinggi Urusan Ke-Islaman) di Mesir. Jumlah hadis yang terhimpun
dalam masing-masing khazanah nampak bermacam-macam, itu semua tergantung
pada pengulangan sanad dan kemampuan masing-masing ulama dalam
mengumpulkannya.10
10 M. Quraish Shihab, 40 Hadis Qudsi Pilihan, h. 10.
6
Dalam rentang waktu antara tahun 1984 sampai tahun 2014, penulis
menemukan sembilan belas karya hadis qudsi berbahasa Indonesia baik yang
orisinil maupun yang bersifat alih bahasa. Segelintir karya-karya tersebut penulis
temukan dalam beberapa perpustakaan di Jakarta seperti Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta,
Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’, dan adapun luar jakarta yakni
Perpustakaan Daerah Purbalingga Jawa Tengah.
Kontribusi penting intelektual muslim di Indonesia dalam kancah
perkembangan hadis khususnya karya hadis qudsi ini menjadi alasan penulis
untuk melakukan studi content analysis (analisis isi buku) terhadap literatur-
literatur yang sudah penulis sebutkan sebelumnya. Tujuannya tidak lain ialah
untuk mengetahui karakteristik dari literatur tersebut dan sebagai bentuk
sumbangan pemikiran dalam mengetahui judul bacaan berbahasa Indonesia
khususnya pembahasan tentang hadis qudsi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, apabila diidentifikasi maka masalah
yang timbul dari pemaparan di atas akan melahirkan beberapa poin dan
pertanyaan, antara lain:
a. Adanya pengaruh antara khazanah literatur hadis qudsi yang disusun oleh
ulama-ulama Timur Tengah dengan ulama-ulama Indonesia. di antara
khazanah tersebut meliputi: Kitāb Misykāt al- Anwār Fīmā Ruwiya ‘An
Allāh Subẖānah Min al- Akhbār di Halab (1346 H/ 1927 M) karya
Muhyiddin Ibn al- Arabi (w. 638 H), Jami’ al-Jawāmi’ (al-Jāmi’ al-Kabīr)
karya Jalaluddin as- Sayuthi (w. 911 H), al-Jāmi’ ash-Saghīr karya
Jalaluddin as- Sayuthi (w. 911 H), al- Aẖādīts al-Qudsiyyah al-
7
Arba’īniyyah di Halab karya al- Mulla Ali al-Qari (w. 1016 H), al- Ithāfāt
as-Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah di Kairo Mesir karya Abdurrauf
al-Munawi (w. 1031 H), al- Ithāfāt as-Saniyyah Fī al-Aẖādīts al-
Qudsiyyah di Mesir karya Muhammad bin Mahmud ath- Tharabzuni al-
Madani (w. 1200 H), dan kitab yang telah terbit dalam dua jilid berjudul
al- Aẖādīts al-Qudsiyyah disusun oleh Lajnat al-Qur’an wa al-Hadīts al-
Majlis al- A’lā asy- Syu’ūn (Majelis Tinggi Urusan Ke-Islaman) di Mesir,
Jāmi’ul Hadis al-Qudsiyyah karya ‘Isāmuddin as-Sabābatī.
b. Adanya 19 karya hadis qudsi berbahasa Indonesia yang penulis temukan
mulai tahun 1984 sampai tahun 2014.
c. Bagaimana karakteristik literatur hadis qudsi karya ulama Indonesia?
d. Apa tujuan para ulama Indonesia dalam menyusun atau menerjemahkan
kitab hadis qudsi?
e. Pokok ajaran Islam mana sajakah yang menjadikan matan hadis qudsi
mempunyai kesan tersendiri ketika di dengar sehingga timbul beberapa
perbedaan dengan hadis nabawi?
f. Sejauh mana kontribusi ulama Indonesia dalam penciptaan karya hadis
qudsi di Indonesia?
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam pembatasan masalah, penulis membaginya ke dalam beberapa hal,
pertama bahasa, kedua rentang waktu, ketiga materi yang terkandung dalam
masing-masing karya. Hal ini dilakukan agar pembahasan tidak terlalu meluas
sehingga penelitian ini menjadi lebih akurat.
Pertama, secara bahasa, secara bahasa yang dimaksud adalah sejumlah
karya yang penulis teliti ini merupakan karya berbahasa Indonesia, dengan
8
demikian, karya berbahasa asing walaupun terdapat di Indonesia tidak akan
dicantumkan dalam penelitian ini. Misalnya karya berjudul Nasihat dan
Bimbingan Hadis-Hadis Qudsi karya Imam al-Ghazali berbahasa melayu (Kuala
Lumpur), 110 Hadith Qudsi karya Syed Masood-ul-Hasan berbahasa Inggris,
Hadis Qudsi karya Syed Ahmad Semait berbahasa melayu (Singapore), Fourty
Hadith Qudsi karya Ezzeddin Ibrahim berbahasa Inggris dan karya-karya lainnya
berbahasa Arab yang terdapat di Indonesia.
Kedua, rentang waktu yang dimaksud adalah karya-karya hadis qudsi di
Indonesia yang terbit mulai tahun 1984 sampai tahun 2014, hal ini dikarenakan
karya-karya hadis qudsi yang penulis temukan hanya pada rentang tahun tersebut.
Ketiga, materi yang disajikan yaitu hanya karya-karya yang secara spesifik
membahas hadis qudsi, baik itu yang mengumpulkan, menerjemahkan, maupun
yang mensyarah hadis qudsi. Dengan demikian penulis tidak mencantumkan
karya hadis qudsi yang masih tercampur dengan kajian-kajian hadis nabawi
ataupun kitab-kitab fiqih.
Penelitian ini tidak selalu menjelaskan masing-masing biografi penyusun
secara khusus, melainkan langsung kepada penguraian data filologi, serta analisis
isi buku. Sehingga dengan kajian seperti itu penjelasan tentang karakteristik
literatur hadis qudsi karya ulama Nusantara bisa tersampaikan dengan mudah.
Dengan uraian di atas, secara garis besar, masalah yang akan penulis
angkat dalam skripsi ini adalah: “Bagaimana karakteristik literatur hadis
qudsi di Indonesia?”
9
D. Tujuan Penelitian
Subjek aktifitas yang ditulis oleh seseorang pasti memiliki tujuan
tersendiri, demikian pula halnya dalam pembahasan judul ini penulis mempunyai
tujuan tertentu pula. Adapun tujuan penulisan skripsi ini antara lain:
a. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik literatur hadis qudsi di Indonesia.
b. Sebagai bentuk sumbangan pemikiran kepada para pembaca yang ingin
mengetahui referensi bacaan berbahasa Indonesia khususnya pembahasan
tentang hadis qudsi.
E. Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini sekiranya dapat menjadi pilihan bagi para
pembaca dalam memilih bacaannya, khususnya buku-buku hadis qudsi yang terbit
di Indonesia, diantara manfaatnya yaitu:
a. Memudahkan pencarian karya-karya hadis qudsi yang terbit di Indonesia.
b. Menyajikan pengetahuan yang utuh dan komprehensif tentang perkembangan
kajian hadis di Indonesia melalui karya-karya hadis qudsi.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk membantu proses penulisan skripsi ini, penulis berupaya melakukan
penelusuran dengan mereview beberapa karya ilmiah seperti buku, skripsi dan
jurnal yang terkait dengan pembahasan yang sedang dikaji. Karya-karya tersebut
antara lain:
a. “Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia” ditulis oleh Prof. Dr. H. Ramli Abdul
Wahid seorang dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Sumatra Utara (SU). Dalam
penulisannya ini beliau melacak karya-karya para perintis ataupun pemikir hadis
di Indonesia yang memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam ranah
perkembangan kajian hadis di Indonesia. Seperti Ahmad Surkati, A. Hassan,
10
T.M. Hasbi al-Shiddieqy, Ali Hasan Ahmad, Fatchur Rahman, Muhammad
Syuhududi Ismail dan Ali Mustafa Yaqub. Dari literatur yang dibahas dalam
buku ini menunjukkan bahwa ketertinggalan kajian hadis di Indonesia mulai
memasuki masa yang menggembirakan, dimana mulai banyaknya sarjana-
sarjana muslim terlebih khusus dengan terbentuknya beberapa jurusan Tafsir
Hadis Fakultas Ushuluddin yang ada di Indonesia sehingga kebutuhan akan
bacaan hadis berbahasa Indonesia semakin membuncah, baik karya yang
bersifat orisinil maupun alih bahasa. Perbedaannya dengan skripsi yang penulis
buat ini terlihat jelas pada bidang yang dibahas yakni saya berfokus pada
literatur hadis qudsi saja.
b. “Kontribusi Ali Mustafa Yaqub dan Ahmad Lutfi Fatullah dalam Bidang Hadis
di Indonesia.” skripsi yang ditulis oleh Muliyana Sari mahasiswa tafsir hadis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ini membahas studi atas karya tulis
dalam bidang hadis dari tahun 1991-2012. Menurut Muliyana bahwa Ali
Mustafa Yaqub dan Ahmad Lutfi Fatullah merupakan seorang pemikir hadis
yang cukup produktif dalam menulis kajian khususnya dalam bidang hadis, hal
ini dibuktikan dengan banyaknya karya-karya yang beliau tulis sehingga
nantinya dengan karya tersebut orang akan bisa mengenal, mempelajari dan
merasakan manfaat hadis dan ilmu hadis tersebut. Di samping itu tujuan dari
penulisan skripsi ini juga agar kedua ulama tersebut lebih dikenal dan diakui
masyarakat sebagai seorang seorang ulama hadis yang berkualitas keilmuannya.
Perbedaannya dengan skripsi yang penulis buat ini terlihat jelas pada kategori
buku-buku yang dibahas dan tujuannya.
11
c. “Kontribusi Ali Mustafa Yaqub Terhadap Perkembangan Kajian Hadis
Kontemporer di Indonesia ” Skripsi yang ditulis oleh Ni’ma Diana Cholidah
Mahasiswi Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini membahas tentang
bagaimana pemikiran Ali Mustafa Yaqub dalam memahami hadis. Adapun
kesimpulan yang diberikan Ni’ma ialah anggapan bahwa Ali Mustafa sebagai
ahli hadis yang meneruskan pembelaan A’ẕamī secara akademis terhadap hadis,
dimana beliau menawarkan pemahaman tekstual karena hal tersebut mampu
dipahami oleh nalar manusia secara utuh. Perbedaannya dengan skripsi yang
penulis buat ini terlihat jelas pada objek penelitiannya dimana Atina
menggunakan studi atas literatur hadis di Indonesia bukan pemikiran ahli hadis
di Indonesia.
d. “Karakteristik Kitab Musnad Ibn Abī Syaibah karya Abū Bakr Ibn Abī
Syaibah.” Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Chaidoni mahasiswa Tafsir
Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini membahas tentang bagaimana ciri
khas dari kitab Musnad Ibn Abī Syaibah. Kesimpulan dalam skripsi ini
menyimpulkan bahwa kebanyakan kualitas sanad dalam kitab ini banyak yang
dijumpai lemah. Lalu penyusunannya berdasarkan alfabet hijaiyah, hadis-hadis
yang termuat adalah marfū’, mauqūf dan maqṯū’. Dalam Musnad Ibn Abī
Syaibah ini terdapat hadis-hadis Rasul Saw, atsar-atsar sahabat dan tabi’in.
Kemudian memiliki sistematika yang baik yankni terangkai dalam 279 musnad
(perawi pertama) serta dalam penulisan sanad dan matannya sempurna.
Perbedaannya dengan skripsi yang penulis buat ini terlihat jelas pada objek
penelitiannya, yang mana Atina menggunakan kitab hadis qudsi sedangkan
12
Chaidoni menggunakan kitab Musnad Ibn Abī Syaibah. Kendati demikian
tujuannya sama-sama ingin melacak bagaimana karasteristik kitab hadis.
e. “Kalimat Efektif Dalam Terjemahan 40 Hadits Qudsi Pilihan Karya Prof . Dr.
M. Quraish Shihab” skripsi yang ditulis oleh Zirly Ayu Humairoh mahasiswi
fakultas adab dan humaniora ini menjelaskan bahwa gaya bahasa hadis qudsi
sesuai dengan kandungan dan pokok bahasannya. Gaya bahasa ini memiliki ciri
umum dimana ia banyak bertumpu pada redaksi-redaksi yang bersifat langsung,
yakni dengan panggilan langsung dari Allah Swt kepada hamba-Nya, atau
berupa dialog antara Tuhan dan hamba-Nya dengan tujuan membimbing dalam
bentuk redaksi lain yang mengeratkan hubungan antara Tuhan dengan makhluk
ciptaan-Nya. Setelah dilakukan analisis secara keseluruhan pada buku
terjemahan 40 Hadits Qudsi Pilihan, maka saudari Zirly menyimpulkan bahwa
terjemahan yang baik ialah terjemahan yang menggunakan kalimat efektif.
Karena dengan begitu tanpa adanya kalimat efektif maka terjemahan tidaklah
berkualitas. Keefektifan kalimat sangat ditentukan oleh kesepadanan struktur,
kesamaan gagasan, dan kelogisan bahasa. Sedangkan kebakuan suatu kalimat
membutuhkan struktur kalimat yang tepat. Perbedaannya dengan skripsi yang
penulis buat ini terlihat jelas pada metode penelitiannya, yang mana Atina
menggunakan analisis data sedangkan Zirly menggunakan analisis sastra.
Persamaannya terletak pada objek penelitiannya yakni litertur hadis qudsi di
Indonesia.
f. “Kualitas Hadits Qudsi dalam Kitab al- Ba’tsu wa al-Nusyūr Karya al-
Baihaqī” ditulis oleh Muhammad Baghir, Skripsi ini membahas tentang
bagaimana kualitas hadis qudsi yang terdapat pada Kitab al- Ba’tsu wa al-
13
Nusyūr Karya al-Baihaqī. Penelitian ini bertolak belakang dari pemikiran bahwa
hadis bisa dijadikan hujjah apabila diriwayatkan oleh rawi yang memenuhi
kriteria hadis saẖiẖ dan hasan, sekalipun hadis tersebut disandarkan kepada
Allah Swt, namun hal tersebut tidak menunjukkan kualitas hadisnya, dalam
menentukan kualitas hadis seperti saẖiẖ, ẖasan dan da’if, maka dibutuhkan
metode kritik hadis untuk memberi informasi tentang tingkatan perawi-
perawinya. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upaya yang
dilakukan pada 16 hadis qudsi yang terdapat dalam kitab al- Ba’tsu wa al-
Nusyūr didalamnya terdapat 13 hadis qudsi yang berkualitas shaẖiẖ, 2 hadis
berkualitas ẖasan, dan 1 hadis berkualitas da’if.” Perbedaannya dengan skripsi
yang penulis buat ini terlihat jelas pada metode yang digunakan, dimana Atina
menggunakan metode konten analisis sedangkan Baghir menggunakan metode
kritik hadis. Persamaannya terletak pada jenis objek penelitian yakni literatur
hadis qudsi.
g. “Kayfiyyati an-Nafī wal itsbāt fī al-Hadīts al-Qudsī,” ditulis oleh Muhammad
Fikri al-Kaffa. Skripsi ini membahas tentang kandungan hadis qudsī khususnya
pokok ajarannya yakni “berdzikir”, dimana ahli makrifat berpendapat bahwa
dzikir itu memiliki manfaat berbeda-beda bagi pendzikir yang tulus, ikhlas, dan
benar. Buah dari dzikir “Lā ilaha illa Allah” adalah mukasyafah (terbukanya)
menuju jalan sucinya hati, adapun manfaatnya sebagai pensucian ruh,
maksudnya adalah hati akan dominan kepada Allah Swt dan kemudian roh
tersebut yang condong pada Allah Swt. Seyogyanya ketika kita berdzikir dengan
dzikir itsbat (menetapkan) dan nafī (meniadakan), maka itu semua terjadi di
dalam dada sebelah kiri, dan mampu memberikan efek kepada seluruh badan.
14
Begitulah skripsi ini menjelaskan akan hikmah dibalik dzikir, sehingga dzikir ini
mendarah daging dalam diri dan menjadi kebiasaan yang baik dengan
pertolongan Allah Swt. Perbedaannya dengan skripsi yang penulis buat ini
terlihat jelas pada tujuan penelitiannya dimana Atina bertujuan mengetahui
karateristik suatu hadis sedangkan al-Kaffa mengetahui pokok kandungannya,
serta pada literatur yang digunakan. Jika atina menggunakan literatur berbahasa
Indonesia, maka al-Kaffa menggunakan literatur berbahasa Arab. Persamaannya
terletak pada subjek yakni hadis qudsi.
h. “Implikasi Pendidikan dari Hadits Qudsi Riwayat Muslim Tentang
Kedermawanan Terhadap Pembinaan Sikap Dermawan,” ditulis oleh Ulfiyah.
Skripsi ini membahas tentang bagaimana pendapat para pensyarah hadis
menjelaskan hadis qudsī riwayat Muslim tentang kedermawanan, serta implikasi
dari riwayat tersebut, sehingga ditemukan kesimpulan bahwa para pensyarah
hadis menjelaskan hakikat dari dermawan sendiri ialah memberi suatu kelebihan
harta sesuai dengan kemampuannya dengan penuh keiklasan kepada yang
pantas menerimanya dengan tujuan mengharap keridhaan Allah Swt semata.
Selain itu implikasi pendidikan dari penerapan kedermawanan ini adalah
menumbuhkan suatu ikatan emosional mendalam. Perbedaannya dengan skripsi
yang penulis buat ini terlihat jelas pada metode yang digunakan, dimana Atina
menggunakan analisis data, sedangkan Ulfiyah menggunakan pemahaman
seorang pensyarah hadis. Persamaannya terletak pada kajian yang digunakan
yakni hadis qudsi.
15
G. Metodelogi Penelitian
Untuk menghasilkan kajian yang lebih utuh dan komprehensif, penulis
melakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Sumber Data
Untuk mendapatkan data dan fakta yang obyektif dalam penulisan skripsi ini,
penulis menggunakan data kepustakaan murni, dalam arti semua bersumber
pada kepustakaan seperti buku-buku, jurnal-jurnal, kitab-kitab klasik, serta
bacaan- bacaan yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, dengan
demikian, adapun sumber primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah “40 Hadits Qudsī Pilihan” karya Ezzeddin Ibrahim “325 Hadits Qudsī
Pilihan; Jalan ke Surga” karya K.H. Firdaus A.N (1973) “Hadits Qudsī;
Firman Allah Tabaraka wa Ta’ala selain al-Qur’an” karya Drs. Moh. Syamsi
Hasan, “272 Hadits Qudsī” karya H. Salim Bahreisy (1984), “254 Hadits
Qudsī” karya Drs. Zainuddin (1993), “Syaraẖ Hadits Qudsī” karya Wawan
Djunaedi Soffandi (2009), “Kelengkapan Hadits Qudsī” karya Drs.
Muhammad Zuhri (1982), “Himpunan Hadits Qudsī” karya Bahrun Abu
Bakar, Lc (2009), “Hadits Qudsi; Panduan dan Literasi Hadits Qudsi” karya
Kamil Uwaidah (2008), “Ensiklopedia Hadits Qudsī dan Penjelasannya”
karya Team Daar bin Baaz (2012), Mutiara Hadis Qudsi karya Aẖmad
‘Abduh ‘Iwadh diterjemahkan oleh Dewi Ariyanti Lc, Tahun 2008, Mutiara
Hadis Qudsi karya Syeikh Abdul Majied al-Adawiy (1987), Himpunan Hadis
Qudsi Karya Lajnah Daarul Fikri Beirut (1993), Hadits Qudsi karya Dr.
Ahmad Asyibashi (1996), Hadits Qudsi yang Shahih karya al-Imam Abi
Hasan al-Qoriy (1999), Kumpulan Hadis Qudsi karya Imam al-Nawawi dan
al-Qasṯalani (2003), dan Kamus Hadis Qudsi Lengkap karya Syeikh ‘Ali Ibnu
16
Salahuddin al-Yamani (2009), Sedangkan sumber bacaan sekunder yang
penulis gunakan meliputi buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini
meliputi kitab-kitab ‘Ulūmul Hadīts, Hadīts Qudsi, kajian ke-Islaman, jurnal,
artikel, skripsi dsb.
Dalam melihat adanya hubungan antara ulama hadis Indonesia dengan
ulama Timur Tengah, maka khazanah hadis qudsi yang biasa menjadi bahan
nukilan muslim Indonesia meliputi kitab Misykāt al- Anwār Fīmā Ruwiya ‘An
Allāh Subẖānah Min al- Akhbār di Halab (1346 H/ 1927 M) karya Muhyiddin
Ibn al- Arabi (w. 638 H), Jami’ al-Jawāmi’ (al-Jāmi’ al-Kabīr) karya
Jalaluddin al- Suyuthi (w. 911 H), al-Jāmi’ al-Saghīr karya Jalaluddin as-
Sayuthi (w. 911 H), al- Aẖādīts al-Qudsiyyah al-Arba’īniyyah di Halab karya
al-Mulla Ali al-Qari (w. 1016 H), al- Ithāfāt as-Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-
Qudsiyyah di Kairo Mesir karya Abdurrauf al-Munawi (w. 1031 H), al-
Ithāfāt as-Saniyyah Fī al-Aẖādīts al-Qudsiyyah di Mesir karya Muhammad
bin Mahmud ath- Tharabzuni al-Madani (w. 1200 H), dan yang kitab yang
telah terbit dalam dua jilid berjudul al- Aẖādīts al-Qudsiyyah disusun oleh
Lajnat al-Qur’an wa al-Hadīts al-Majlis al- A’lā asy- Syu’ūn (Majelis Tinggi
Urusan Ke-Islaman) di Mesir.
Informasi mengenai beberapa buku rujukan primer maupun sekunder
diatas sebagian besar penulis dapatkan dari koleksi buku yang ada di
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Umum Islam Iman
Jama’ Lebak Bulus, dan Perpustakaan Daerah (perpusda) Purbalingga Jawa
Tengah.
17
2. Analisis Isi Buku (Content Analysis)
Untuk mengetahui karakteristik dari suatu perkembangan ilmu terutama
menyangkut wilayah kajian dapat dicapai dengan berbagai cara, salah satunya
dengan melakukan studi content analysis yang mana nantinya akan
menghasilkan kesimpulan gaya bahasa buku, kecendrungan isi buku, tata tulis,
lay-out, ilustrasi, kelebihan, kekurangan dsb. Dalam langkah ini, maka hal
yang penulis upayakan adalah mendeskripsikan isi buku, dengan kata lain
mereview literatur hadis qudsi sesuai dengan ciri khas (karakteristik) yang
seorang penulis gunakan dalam menghimpun, meneliti ataupun mensyarakh
karyanya, disamping itu, penulis melakukan pembuatan daftar tabel atas hasil
penelitian mengenai karakteristik literatur hadis qudsi secara umum dan
berdasarkan sumber rujukan masing-masing literatur dalam kutub al-Tis’ah.
Hal ini dilakukan dengan tujuan memberi kemudahan kepada para pembaca
dalam melihat daftar kajian hadis qudsi. Barulah setelah itu penulis melakukan
analisa data demi pengembangan teori berdasarkan informasi yang diperoleh
sebelumnya sehingga argumestasi yang didapat menjadi akurat.
3. Teknik Penulisan
Secara teknis, penulisan ini mengacu pada buku Pedoman Akademik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012-2013. Pada bagian kata atau kalimat
dalam penulisan ini jika dirasa mengandung makna yang asing, maka penulis
berupaya menambahkan penjelasan tambahan pada bagian footnote.
18
H. Sistematika Penulisan
Dengan melihat tujuan dalam mempertahankan karya ilmiah yang
sistematis serta memudahkan pembaca untuk memahaminya, kajian ini ditulis
dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan atas studi ini, didalamnya
menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan yang terakhir sistematika penelitian.
Bab kedua akan menguraikan sekelumit sejarah intelektual Islam di
Indonesia, baru setelah itu kajian hadis di Indonesia, lalu eskistensi hadis di
Indonesia serta Literatur hadis di Indonesia.
Bab ketiga, dalam bab ini barulah penulis mendeskripsikan kajian hadis
qudsi seperti pengertian hadis qudsī, bentuk-bentuk periwayatan, perbedaan hadis
qudsī dengan hadis nabawi, perbedaan hadis qudsī dengan al-Qur’an, dan yang
terakhir khazanah literatur hadis qudsī berbahasa Arab.
Bab keempat, pada bagian ini akan berisi beberapa riview terhadap
literatur hadis qudsi mulai tahun 1984 sampai dengan tahun 2014, berikut literatur
yang akan dipaparkan: “40 Hadits Qudsī Pilihan” karya Ezzeddin Ibrahim “325
Hadits Qudsī Pilihan; Jalan ke Surga” karya K.H. Firdaus A.N (1973) “Hadits
Qudsī; Firman Allah Tabaraka wa Ta’ala selain al-Qur’an” karya Drs. Moh.
Syamsi Hasan, “272 Hadits Qudsī” karya H. Salim Bahreisy (1984), “254 Hadits
Qudsī” karya Drs. Zainuddin (1993), “Syaraẖ Hadits Qudsī” karya Wawan
Djunaedi Soffandi (2009), “Kelengkapan Hadits Qudsī” karya Drs. Muhammad
Zuhri (1982), “Himpunan Hadits Qudsī” karya Bahrun Abu Bakar, Lc (2009),
“Hadits Qudsi; Panduan dan Literasi Hadits Qudsi” karya Kamil Uwaidah
19
(2008), “Ensiklopedia Hadits Qudsī dan Penjelasannya” karya Team Daar bin
Baaz (2012), Mutiara Hadis Qudsi karya Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh diterjemahkan
oleh Dewi Ariyanti Lc, Tahun 2008, Mutiara Hadis Qudsi karya Syeikh Abdul
Majied al-Adawiy (1987), Himpunan Hadis Qudsi Karya Lajnah Daarul Fikri
Beirut (1993), Hadits Qudsi karya Dr. Ahmad Asyibashi (1996), Hadits Qudsi
yang Shahih karya al-Imam Abi Hasan al-Qoriy (1999), Kumpulan Hadis Qudsi
karya Imam al-Nawawi dan al-Qasṯalani (2003), dan Kamus Hadis Qudsi
Lengkap karya Syeikh ‘Ali Ibnu Salahuddin al-Yamani (2009)
Bab kelima, merupakan kesimpulan dari apa yang sudah penulis analisis,
kemudian saran-saran, daftar pustaka, lampiran tabel literatur hadis qudsi di
Indonesia menurut karakteristik dan berdasarkan sumbernya dalam kutun al-
Tis’ah.
20
BAB II
PENGKAJIAN HADIS DI INDONESIA
A. Sejarah Intelektual Islam di Indonesia
Di Indonesia, tradisi pemikiran Islam terbagi kepada dua periode. Pertama,
tradisi intelektual yang tumbuh sebelum terpengaruhi oleh paham-paham
pembaharun Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal dsb,
kedua, periode setelah bersentuhan dengan modernisme tersebut.111 Adanya dua
golongan periode tersebut tentu memiliki pengaruh pada wilayah dimana seorang
ilmuan mengemban ilmu. Hal ini bisa dilihat dengan jalinan intelektuan antara
kaum muslim di Nusantara dan kaum muslim Timur Tengah.
Hubungan intelektual antara kaum muslim di Nusantara dan Timur Tengah
telah terjalin sejak masa awal Islam. Mereka yang berasal dari Arab, Persia, dan
anak benua India berbondong-bondong mendatangi kepulauan Indonesia bukan
hanya untuk berdagang, melainkan juga menyebarkan agama Islam. Hal ini
berkaitan dengan semakin melejitnya kejayaan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia yang berbuah manis pada hasil perdagangan Internasional sehingga
peluang masyarakat Muslim-Melayu untuk melakukan perjalanan keilmuan ke
pusat-pusat keilmuan dan keagamaan di Timur Tengah. Jalinan erat antara
ekonomi, politik sosial-keagamaan antara Indonesia dengan Timur Tengah ini
mencapai tingkat kemakmurannya abad ke-14 dan ke-15.212
Pemikiran yang berkembang pada periode pertama meliputi Hamzah
Fansuri, Syamsuddin Sumatrani (W. 1630), Nuruddin al-Raniri (W. 1658), Abdul
1 Ahmad Rifa’i Hasan, Warisan Intelektual Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1987), h.
12. 2 Dr. Azyumardi Azra, Jaringan Ulama; Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII, (Bandung: Mizan, 1995), h. 17.
21
Ra’uf Singkel (W. 1694), Syaikh Nawawi Banten, Kyai Ihsan Kediri, Syaikh
Abdusahamad al-Palimbani (W. 1700), Mangkunegoro, R. Ronggowarsito dll.
Sedangkan pada periode setelahnya meliputi pemikiran H.O.S Cokroaminoto, H.
Agus Salim, K.H. Ahmad Dahlan, Syaikh A. Surkati, A. Hasan, M. Natsir dan
Abdullah bin Nuh. Di samping itu perkembangan selanjutnya dapat kita lihat
pemikiran-pemikiran modernisme orde baru yang termasuk di dalamnya
Nurcholish Majid, M. Dawam Rahardjo, Adi Sasono, Jalaluddin Rahmat,
Abdurrahman Wahid, A.M. Saefuddin, Kuntowijoyo, A. Syafi’i Ma’arif, Fachry
Ali dll.313
B. Kajian Hadis di Indonesia
Di Indonesia konsentrasi terhadap kajian hadis muncul sejak Islam masuk
wilayah Nusantara, namun perkembangannya belum begitu pesat. Ini dikarenakan
Islam masuk ke Indonesia mayoritas bukan dibawa oleh para ulama maupun
Syekh, melainkan oleh para pedagang. Dalam skripsi Nurhidayah disebutkan
bahwa perkembangan kajian hadis di Indonesia dimulai sejak abad ke -17
masehi.414 Minimnya peredaran literatur-literatur hadis berbahasa Arab pada awal
masuk Islam menyebabkan hanya Kyai, guru dan ulama tertentu yang memiliki
sejumlah literatur hadis yang cukup. Martin van Bruinessen mengatakan bahwa
perhatian ulama Indonesia terhadap kajian hadis merupakan hal yang baru, maka
wajar adanya bila keberadaan literatur hadis ini menjadi sangat minim.515
Seperti halnya yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, MA
dalam bukunya Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia bahwa di Indonesia
3 Ahmad Rifa’i Hasan, Warisan Intelektual Islam Indonesia, h. 12. 4 Nur Hidayah, “Meretas Kesarjanaan Hadis di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015), h. 15. 5 Umaiyatus Syarifah, “Lokalitas Tarjamah Hadis Bahasa Betawi,” Studi Islam 13, no. 1
(2012):, h. 2.
22
pengkajian hadis terkesan cukup tertinggal dibanding dengan kajian-kajian
keislaman lainnya seperti ilmu tafisr, fikih dan ilmu tasawwuf. Hal tersebut dapat
dilihat dari tercecernya ilmu hadis di bumi yang mayoritas penduduknya
beragama Islam ini.616
Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan pada masa Islam awal
hadis sama sekali tidak dipelajari. Hal ini terbukti dengan adanya karya seperti
“Kitab al-Hadis al-Musamma Syifā’ al-Qulūb” karya Syaikh Abdullah yang
ditulis pada tahun 1779 di Aceh dengan pengantar bahasa melayu, kitab ini
berbicara tentang kumpulan hadis dalam tinjauan tasawuf yang ditulis tidak
dengan sanad maupun periwayatnya, lalu “Kifāyah al-Mustafīd” dan “Manhaj
Zawi an-Nazhar” karya Syaikh Mahfuz at-Tarmasi yang ditulis kedalam bahasa
Arab.717
Kemudian karya yang cukup fenomenal yakni Ar-Rānirī 818(w. 1658)
dengan bukunya Hidayah al-Habib fi Raghib wa Targhib yang berisi hadis-hadis
tentang penerapan syariat, diterjemahkan oleh Ar-Rānirī ke dalam bahasa Melayu
kemudian dipadupadankan dengan penjelasan al-Qur’an. Selanjutnya karya Abdur
Rauf al-Sinkili919 Syaraẖ Hadis Arba’in, dan al-Mawa’iz al-Badi’ah yang ditulis
6 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia,
(Medan: IAIN Press, 2016), h. v. 7 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, h. vi. 8 Nama lengkapnya Nūr al- Dīn Muhammad b. ‘Alī b. Hasan al-Hamīd al- Sāfi’ī al-
Aydarusī al-Rānirī, lahir di Ranir (sekarang Randir); sebuah pelabuhan tua di pantai Gujarat.
Mekipun singkat, selama tujuh tahun kiprahnya di tanah Aceh membuatnya dikenal sebagai ulama
Nusantara. Tahun kelahirannya tidak diketahui, tetapi kemungkinan besar menjelang akhir abad
ke-16. Konon ibunya asli Melayu sedangkan ayahnya imigran Hadhrami (Hadramaut) yang
memiliki tradisi panjang berpindah ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Ada kemungkinan ia
keturunan Abū Bakr Abdullah b. Zubayr al-Asadī al-Humaydī (w. 219/834), ulama hadis dan
mufti terkemuka di Mekkah serta murid kenamaan Imam Syafii. Al-Rānirī wafat di Gujarat pada
tahun 1068/1658. Lihat: Mochamad Samsukadi, “Paradigma Studi Hadis di Dunia Pesantren”,
Jurnal Studi mengenai rendahnya minat kajian pesantren secara langsung dan kritis terhadap al-
Qur’an dan hadis 06, no. 01 (April 2015):, h. 49. 9 Nama lengkapnya Abdul Rauf Al-Singkili, lahir di Sinkel, Aceh pada 1024 H/1615 M,
nenek moyang Syekh Sinkel berasal dari Persia yang datang ke kesultanan Samudra Pasai pada
23
atas permintaan kesultanan Aceh yakni Zakiyyah al- Din yang berkuasa pada
tahun 1678-1688 M. Kemudian setelah itu, kajian hadis mengalami kemandegan
dalam penerbitannya sampai awal abad ke-16, salah satu penyebabnya ialah
karena mayoritas masyarakat muslim pada saat itu lebih fokus pada bidang
tasawuf yang terlebih dahulu berkembang di Indonesia.1020
Namun sebenarnya bukan berarti hadis tidak berkembang sama sekali,
karena kajian hadis pada saat itu baru bersifat antologi atau berupa kumpulan-
kumpulan dari berbagai tema yang berkaitan dengan kajian fiqih, maka tampak
masih tercampur-campur dengan disiplin lain.1121 dan sebagaimana diketahui
bahwa karya-karya yang penulis sebutkan sebelumya tidaklah berbahasa
Indonesia, sehingga mengurangi tujuan dari bacaan orang Indonesia yakni bacaan
yang seharusnya berbahasa dan beraksara Indonesia. Dengan kata lain, kajian
tersebut tidak diperuntukkan secara khusus bagi orang Indonesia, melainkan bagi
semua kalangan yang memahami bahasa tertentu. 1222
Melihat fenomena tersebut, para syekh, ulama, Kyai Indonesia tidak lantas
diam, upaya mereka dalam mendirikan madrasah-madrasah dan pesantren-
pesantren nampaknya memberi pengaruh penting terhadap perkembangan kajian
hadis di Indonesia, ini dilihat dari kebutuhan santri akan literatur hadis sebagai
kurikulum yang digunakan sehingga proses penyebaran dan penggunaannya
akhir abad ke-13. Nama Sinkel dinisbahkan pada daerah kelahirannya itu. Selain Hadis al-Arba’in
yang beliau tulis, beliau juga pernah menulis karya berjudul Mir’āt al-Thullāb yang membahas
masalah-masalah fiqh dan hukum. Di dalam karya ini dibahas tentang syarat-syarat dan aturan
menjadi hakim serta penegakan hukum Islam. Al-Singkili juga menulis tentang Fiqh Muamalat
dan menulis tafsir al-Qur’an berjudul Tarjuman al-Mustafid yang terbit untuk pertama kali justru
di Timur Tengah, bukan Indonesia. Lihat: Hasan Su’aidi, “Jaringan Ulama Hadis Indonesia,”
Penelitian oleh Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), (Pekalongan 2013):, h, 3. 10 Umaiyatus Syarifah, Lokalitas Tarjamah Hadis Bahasa Betawi, h. 2. 11 Munandar, “Perkembangan Hadis di Indonesia, Medan,” Penelitian Dosen Fakultas
Ushuluddin IAIN Sumatera Utara 04, no. 1 (Januari-Juli 2014): 113. 12 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, h. vi.
24
semakin pesat. Martin Van Bruinessen menyebutkan dalam penelitiannya bahwa
pada masa ini hadis merupakan mata pelajaran yang relafif baru di pesantren.
Sebelumnya memang sudah banyak mempelajari karya ataupun kitab fiqih dimana
didalamnya menggunakan dalil-dalil hadis sebagai penguat argumen, disamping
itu, sudah mulai terdapat proses, penyeleksian dan pengutipan hadis yang sesuai
dengan keperluan pengarangnya. Martin Van Bruinessen menyatakan bahwa pada
masa ini minat masyarakat terhadap kajian hadis menjadi lebih besar dibanding
sebelumya, lalu disebutkan pula bahwa kemajuan kajian hadis pada masa ini
disebabkan oleh dampak modernisme. 1323 hal ini sejalan dengan perkataan Prof.
Dr. H. Ramli M,A yang penulis kutip dari bukunya berjudul sejarah pengkajian
hadis di Indonesia :1424
“Pada saat ini, kajian hadis semakin hari semakin menggembirakan untuk
mengejar ketertinggalannya dari disiplin ilmu-ilmu ke-Islaman yang telah
mapan di Indonesia. Hal itu diperkuat lagi dengan ditambahnya sarjana
spesialis Hadis lulusan S3 dari dalam maupun luar negeri. Fajar Ilmu Hadis
yang telah menyingsing ini merupakan optimisme masyarakat muslim
Indonesia terhadap masa depan ilmu hadis di tanah air. Semoga mereka
berhasil menelurkan karya-karya dan bermanfaat dan orisinal, bukan sekedar
saduran dan alih bahasa.”
Dengan demikian, penulis menambahkan bahwa penting bagi kita sebagai
calon sarjana Islam mengetahui perkembangan kajian hadis di negri yang kaya
akan pemikiran baru, dan intelektual yang semakin maju. Kemudian
menggambarkan karakteristik dari literatur hadis yang disusun maupun
diterjemahkan oleh orang Indonesia. itu semua dimaksudkan untuk
menggambarkan pencarian dan mengumpulkan kajian bibliografi karya-karya
hadis sebagai referensi ilmiah khususnya di Indonesia.
13 Za’im Kholilatul Ummi, Perkembangan Kajian Hadis di Indonesia, (Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, Academia.edu, 2015), h. 9. 14 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, h. vii.
25
C. Eksistensi Hadis di Indonesia
Terbatasnya jumlah karya-karya literatur hadis menjadi faktor
ketertinggalannya kajian hadis di Indonesia. Namun untuk Indonesia yang
sekarang ini, hal tersebut sudah tidak menjadi sorotan yang penting. Mengapa
demikian? Lantaran semakin banyaknya sarjana-pascasarjana yang bergelut di
bidang hadis dari beberapa jurusan Tafsir Hadis di sejumlah Fakultas Ushuluddin
IAIN (sekarang UIN), sehingga optimisme intelektual muslim di Indonesia dalam
melahirkan karya-karya hadis semakin terlihat. Opini ini di dukung oleh skripsi
Nurhidayah yang menyebutkan bahwa IAIN (UIN) merupakan kampus
pembaharu pemikiran Islam, dimana mahasiswanya berasal bukan hanya dari
dalam negeri, bahkan luar Negeri pun seperti Malaysia, Thailand, Singapura,
Nigeria dsb turut mewarnai keanekaragaman intelektual di kampus UIN
sendiri.1525
Berikut eksistensi hadis di Indonesia yang perlu diketahui
perkembangannya yang penulis kutip dari penelitian yang dilakukan Prof. Dr. H.
Ramli Abdul Wahid, MA. Dalam bukunya Sejarah Pengkajian Hadis di
Indonesia, namun dari ke-empat poin yang disajikan, penulis hanya mengambil
tiga point, di antaranya: 1626
1. Buku-Buku dan Artikel Ilmiah
Buku-buku dan artikel ilmiah ke-Islaman yang ditulis oleh intelektual
muslim di Indonesia khususnya bidang hadis apabila mengutip hadis tidak
merujuk langsung kepada sumber premier, melainkan kepada sumber-sumber
sekunder. Hal ini terjadi karena kebanyakan dari penulis tidak menyebutkan
15 Nur Hidayah, “Meretas Kesarjanaan Hadis di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015), h. 2. 16 Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, h. 2-4.
26
nomor kitab, bab berapa, atau jilid dan halaman berapa dari kitab-kitab shahih
yang dimaksud. Biasanya para penulis juga da’i-da’i menyebutkan hadis
berikut nama periwayatnya yang sumbernya bukan dari kitab Saẖīẖ al-
Bukharī, Saẖīẖ Muslim dsb, melainkan dari buku-buku ke-Islaman.
Di samping itu, dalam pengamatan Ramli Abdul Wahid bahwa jarang
ditemukan kajian hadis yang membahas kritik sanad dan matan secara utuh,
sekalipun ditemukan, biasanya penilaian itu tidak didasarkan pada penelitian
mandiri, tetapi didasarkan pada pendapat al-Suyuṯi, al-Tirmidzī dan al-
Syaukani. Saya menambahkan opini saya terhadap permasalahan ini bahwa
pembahasan kritik sanad maupun matan yang secara mandiri biasanya akan
mudah dijumpai pada skripsi, tesis, disertasi dan jurnal-jurnal ilmiah
mahasiswa dan dosen-dosen hadis (bukan buku-buku).
2. Para Ulama dan Sarjana Hadis
Di antara para ulama dan sarjana hadis yang berperan dalam perjalanan
sejarah pengkajian hadis di Indonesia Dr. Atjeng Ahmad Kusairi (W.1999),
Prof. Dr. Syhudi Ismail (W.1995) seorang doktor pertama di bidang hadis di
Indonesia yang sangat aktif menulis kajian hadis, Prof. Daniel Djuneid
(W.2010), selain itu ada juga beberapa alumni luar Negeri seperti Dr. Sobron
Effendy (Universitas Ummul Qura Makkah), Dr. Dawud Rasyid, MA (Daarul
‘Ulum, Kairo), Dr. H. Syahbuddin (alumni Timur Tengah dan Barat) dan
masih banyak lagi sarjana-sarjana hadis yang ikut mewarnai perkembangan
ini, sebagian dari mereka kurang tersorot karena beberapa tidak mengabdikan
ilmunya di perguruan tinggi sehingga perkembangan keilmuannya kurang
terlihat, walaupun begitu, sejak akhir abad ke-20 kajian hadis di Indonesia
27
mulai mengalami magnetisasi sikap dan melalukan pendekatan yang lebih
mendalam, mulai dari pemikiran yang mudah sampai yang sulit dipahami.
3. Peran Ormas dan lembaga Fatwa
Peran ormas dan lembaga fatwa cukup memberi pengaruh dalam ranah
perkembangan kajian hadis. Ini bisa dibuktikan dengan adanya NU,
Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), al-Washilah, MUI Pusat dan
Daerah. Menurut pendapat yang disampaikan oleh Ramli Abdul Wahid
disebutkan bahwa agaknya yang lebih banyak memberikan pengaruhnya
adalah Muhammadiyah dan Persis. Hal ini terbukti dengan adanya tesis IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta yang menyimpulkan bahwa Himpunan Tarjih
Muhammadiyah kini tidak lagi berpegang pada paradigma barunya yaitu al-
Qur’an dan sunnah maqbullah melainkan juga terdapat di dalamnya hadis-
hadis dha’if.1727Adapun di kalangan Persis sudah mulai memperlihatkan
penelitiannya akan pendapat-pendapat hukumnya yang sudah sejak lama
berlaku, sehingga geliat SDM-nya dalam menghindari hadis-hadis dha’if
semakin terlihat. Obsesi kedua ormas ini harus diapresiasi walaupun
sebenarnya segala bentuk kekurangan ini juga diakibatkan oleh sedikitnya
SDM yang kompeten dalam bidang tersebut.
17 Dengan kenyataan ini, bukan berarti dengan mudahnya kita menilai bahwa Himpunan
Tarjih Muhammadiyah lemah, sebab benar tidaknya penilaian terhadap hadis tergantung
ulamanya, beda ulama bisa jadi beda penilaian, justri ini seharusnya menjadi perhatian SDM
Muhammadiyah khususnya bidang hadis agar melakukan peningkatan penelitiannya sehingga
tercantumnya hadis-hadis dha’if ini bisa terhindar. Lihat: Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A,
Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, h. 4-5.
28
D. Literatur Hadis di Indonesia
Buku-buku bertemakan kajian hadis yang ditulis dalam bahasa Indonesia,
baik yang berbentuk terjemahan atas karya yang sudah ada maupun yang susunan
asli oleh orang Indonesia penulis kategorikan kepada empat jenis, pembagian ini
penulis ambil dari pendapat Prof. Dr. Ramli Abdul Wahid dalam bukunya Sejarah
Pengkajian Hadis di Indonesia.1828
1. Buku- Buku Terjemah dan Nonterjemah
Di Indonesia yang sekarang ini, banyak sekali dijumpai buku-buku yang
membahas hadis, dari beberapa literatur yang ada, penulis memahami bahwa
sebagian besar dari karya tersebut merupakan kajian tematik, seperti
kumpulan hadis-hadis ekonomi, hadis-hadis pendidikan, hadis-hadis
Ramadhan dsb. dengan demikian, jarang dijumpai karya-karya hadis Induk
berbahasa Indonesia, sekalipun ada biasanya bersifat alih bahasa.
Adapun beberapa literatur hadis di Indonesia yang masuk dalam objek
penelitian Prof. Dr Ramli berjudul sejarah pengkajian hadis di Indonesia,
meliputi: al- Hadīts al-Nabawī Karya Drs. Fatchurrahman, 101 Hadits Budi
Luhur karya Ahmad Najieh, Hadis-Hadis Pendidikan karya Prof. Dr. Hasan
Asari, Hadis-hadis Ramadhan karya Abduh Zulfikar, 323 Hadis dan Syair
untuk Bekal Dakwah karya Ahmad Najieh., 1100 Hadits Terpilih karya A.
Aziz Salim Basyaril, 2002 Mutiara Hadis karya TM. Hasbi al-Shiddieqy, Al-
Hadits Sebagai Sumber Hukum Serta Latar Belakang Historisnya karya
Dja’far Abd. Muchith, Al-Hadits (Aqidah, Sosial, dan Hukum) karya Rahmat
Syafei, Al-Lu’lu’ wal Marjan karya Muhammad Fuad, Hadits Teladan Amal
karya Abujamin Roham, Hadits-Hadits Muttafaq ‘Alaih karya Achmad
18 Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, h. 112.
29
Mudjab Mahali, 40 Hadits Shahih Pedoman Membangun Toleransi karya
Khotimatul Husna, Himpunan Hadis Shahih Muslim karya Husein Bahresy,
Kelengkapan Hadis Qudsi dialih bahasakan oleh Muhammad Zuhri, Koleksi
Hadis-Hadis Hukum karya Hasbi al-Shiddieqy, Muwththa’ Imam Malik
diterjemahkan oleh Adib Bisri Mustafa, Shahih Muslim diterjemahkan oleh
Tim Penerbit Pustaka al-Husna Jakarta dsb.1929
Adapun Literatur yang penulis jumpai langsung meliputi Hadis-hadis
Penistaan Agama karya Muhammad Nabiel, Hadis-Hadis rukyah karya M.
Khoirul Huda, Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan karya Abdul Majid
Khon, Hadis Ahkam karya Mardani, Hadis-Hadis Bermasalah karya Ali
Mustafa Ya’qub, Ensiklopedia hadis karya Ibnu Qutaibah, Hadis Tarbawi
karya M. Bahri al-Ghazali, Kontroversi Hadis di Mesir karya Juynboll, Hadis-
Hadis Shahih Seputar Hukum karya al-Hafidz Taqiyuddin Abdul Ghaniy,
Bulughul Maram karya ‘Aidh al-Qarni, hadis-hadis ekonomi karya Ilfa Nur
Diana, Otentisitas Hadis karya Badri Khaeruman dll.
2. Buku- Buku ‘Ulūmul Hadīts
Beberapa literatur ilmu hadis di Indonesia yang masuk dalam objek
penelitian Prof. Dr Ramli berjudul sejarah pengkajian hadis di Indonesia,
meliputi: al-Imam al-Tirmidzi (Perananya dalam Pengembangan Hadits dan
Fiqih) karya Ahmad Sutarmadi, Cara Penyelesaian Pertentangan Hadis dn al-
Qur’an karya M.Tholib, Hadis Nabi Telaan Historis dan Metodologis karya
Muh.Zuhri, Ikhtisar Musthalah Hadis karya Fatchur Rahman, Ilmu Hadis
Karya Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis Kajian Riwayah dan Dirayah karya
19 Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, h. 112.
30
Endang Soetary, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya karya Prof. Dr.
M.M. Azami, Kaedah Keshahihan Sanad Hadis karya M.Syuhudi Ismail,
Kritik Matan Hadis karya Hasjim Abbas, Memahami Ilmu Hadis
diterjemahkan oleh Kiehera, Pengantar Ilmu Hadis karya Msjfuk Zuhdi,
Pengantar Ilmu Hadis karya M.Syhudi Ismail, Studi Kitab Hadis karya M.
Abdurrahman, Ushul al-Hadits diterjemahkan oleh Qadirun Nur dan Ahmad
Musyafiq dan masih banyak lagi.2030
Adapun literatur Ilmu hadis yang penulis jumpai sendiri antara lain:
Ulumul hadis karya abdul Majid Khon, studi hadis karya Idri, pengantar ilmu
hadis karya M. Abduh al-Manar, Ulumul Hadis karya Nuruddin ‘Itr, teori
hadis karya Maman Abdurrahman, dasar-dasar ilmu hadis karya Bustamin,
Ilmu hadis karya Suparta, dasar-dasar ilmu hadis karya Imam al-Nawawi,
Antologi Ilmu hadis karya Noor Sulaiman, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis
karya M. Hasbi ash-Shiddieqy, Ulumul Hadis karya Nawir Yuslem.
3. Buku-Buku Metode Takhrij dan Takhrij al- Hadīts
Beberapa literatur Metode Takhrij dan Takhrij al- Hadīts di Indonesia
yang masuk dalam objek penelitian Prof. Dr Ramli berjudul sejarah
pengkajian hadis di Indonesia, meliputi: Fiqih Sunnah Dalam Sorotan karya
Ramli Abdul Wahid, Hadis-Hadis Da’if dalam Riyadhush Shalihin
diterjemahkan oleh Abu Zuhdy Munir A. Badjeber, Hadis-Hadis Lemah dan
Palsu dalam kitab Durratun Nashihin karya Ahmad Luthfi Fatullah, Hadis
Lemah dan Palsu di Indonesia karya Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Yusuf,
Hadis-Hadis Palsu Seputar Ramadhan karya Ali Mustafa Ya’qub, Otentisitas
20 Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, h. 128.
31
Hadis Shalat Tarawih 20 rakaat karya Mahfud Hidayat dan Tamamul Minnah
diterjemahkan oleh Abi Abdirrahman.
Adapun literatur Metode Takhrij dan Takhrij al- Hadīts yang penulis
jumpai sendiri antara lain: Dha’if Adabul Mufrad diterjemahkan Herry
Wibowo, Hadis-Hadis Bermasalah karya Ali Mustafa Ya’qub, Metodologi
Penelitian Hadis karya Nawir Yuslem.
4. Buku-Buku Pemikiran Hadis dan Ilmu Hadis
Beberapa literatur pemikiran hadis dan ilmu hadis di Indonesia yang
masuk dalam objek penelitian Prof. Dr Ramli berjudul sejarah pengkajian
hadis di Indonesia, meliputi: Ummat Islam diterjemahkan oleh Bahruddin
Fannani, Amaliyah Sunnah yang dinilai Bid’ah karya Drs. KH. M. Sufyan
Raji Abdullah, Bahaya Inkar Sunnah karya M.Amin Djamaluddin, Debat
Terbuka Ahlu-Sunnah Versus Inkar Sunnah karya Abdul Zulfikar Akaha,
Evolusi Konsep Sunnah karya Musahadi HAM, Gerakan Inkaru al-Sunnah
dan Jawabannya karya Ahmad Husain, Hadis Daif karya Ahmad Sutarmadi,
Hadis Dalam Persoalan karya Moh. Thalib dsb. 2131
Adapun literatur pemikiran hadis dan ilmu hadis yang penulis jumpai
sendiri antara lain Interaksi Sosial dalam Periwayatan Hadis karya Nafriandi,
Metodologi Penyelesaian Hadis Kontradiktif karya M. Isom Yusqi,
Bagaimana Memahami Hadis Nabi karya Yusuf al-Qardhawi, Peta kajian
Hadis Ulama Banjar karya Saifuddin, Melacak Hadis Nabi Saw karya A.
Hasan asy’ari, Metode Kritik Hadis karya Abdurrahman, Menguji Kembali
Keakuratan Metode Kritik Hadis karya Kamaruddin Amin.
21 Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, h. 142-146.
32
BAB III
KAJIAN HADIS QUDSI
A. Hadis Ditinjau Dari Sumber Berita
Ditinjau dari segi bahasa hadis adalah “ اجلديد”yang berarti sesuatu yang
baru, jamaknya “ adapun pengertian secara istilah:132 ,”أحاديث
أوصفةريرت قصاممنق ولأوفعلأوماأ ضيفألالنب“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw, baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir (persetujuan), maupun sifatnya.”
Kemudian sebagaimana yang telah disebutkan dalam QS. Al-Thūr: 34 yang
berbunyi:
كان واف صادقي ليأت وابديثمثلهإن“Maka datangkanlah dengan berita yang sesamanya (al-Qur’an), jika mereka
benar.” (QS. Al-Thūr: 34)
Dalam ayat tersebut mengungkapkan makna lain secara bahasa dari hadis
yang berarti al-Khabar (berita) dimana dalam redaksinya selalu menggunakan
perkataan أن بأان و أخبان ثنا memberitakan kepada kami, mengabarkan“ حد
kepada kami, dan menceritakan kepada kami.” 233
Hadis merupakan sumber berita yang datang dari Nabi Saw dalam segala
bentuk, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun sikap persetujuan.334
Hadis jika ditinjau dari sumber berita, para ulama sepakat membaginya
kepada 4 kategori:
1. Hadis Qudsī
Ditinjau dari aspek bahasa, qudsi berasal dari kata yang dinisbahkan
kepada “الق دس” yang berarti suci, adapun menurut istilah:435
صممعأسناده ناعنالنب ه أه ومان قلألي وجلألربي هعز“Yakni hadis yang dinukilkan kepada kita dari Nabi Saw dengan sanadnya
yang disandarkan kepada Tuhannya ‘Azza wa Jalla.”
1 Dr. Maẖmūd Thahan, Taisīr Musṯalẖul Hadīts, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif Linnasyri
Wattauzī’, 1425 H), h. 17. 2 Dr. Bustamin, M. SI, Dasar-Dasar Ilmu Hadis, (Jakarta: Ushul Press, 2009), h. 1. 3 Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 3. 4 Dr. Maẖmūd Thahan, Taisīr Musṯalẖul Hadīts, h. 158.
33
K.H Firdaus A.N berkata dalam bukunya 325 Hadis Qudsi pilihan
bahwa Ali bin Muhammad bin Ali menjelaskan definisi hadis qudsi
sebagai hadis dengan makna yang datang dari Allah Swt dan lafadznya
dari Nabi Muhammad Saw, kemudian turun melalui ilham atau mimpi
Nabi ketika tidur.536Praktisnya hadis qudsi adalah hadis yang pada awal
matannya didahului dengan “Allah berkata...”637pembahasan mengenai
hadis qudsi akan dijelaskan secara gamblang pada sub berikutnya dalam
skripsi ini.
2. Hadis Marfū’
Ini merupakan bentuk isim maf’ūl dari kata kerja “رفع” yang berarti
‘tinggi’, adapun menurut istilah:738
صاممنق ولأوفعل صفةريرأووت قأه وماأ ضيفألالنب “Yakni sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw baik berupa
perkataan, perbuatan, persetujuan atau sifat Nabi.”
Dengan melihat definisi diatas, maka yang kemungkinan bisa
masuk dalam kategori hadis marfū’ adalah hadis muttasil, mu’allaq,
mursal, munqaṯi dan mu’ḏal, namun bukan berarti hadis selain yang baru
saja disebutkan tidak termasuk marfū’, karena itu kembali pada bukti yang
berpotensi menjadi marfū’.839 Adapun hukum dari hadis marfū’ bisa
dilihat atas ketersambungan sanad tersebut apakah masuk dalam sahīh,
ẖasan atau ḏa’īf. 940
5 K.H. Firdaus. A. N, 325 Hadis Qudsi Pilihan; Jalan ke Syurga, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1990), h. xvii. 6 Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadis, h.
306. 7 Dr. Maẖmūd Thahan, Taisīr Musṯalẖul Hadīts, h. 160. 8 Drs. M. Agus Solahudin, M.Ag & Agus Suyadi, Lc. M.Ag, Ulumul Hadis, 155. 9 Dr. Nawir Yuslem, Ma, Ulumul Hadis, (Jakarta: Mutiara Sumber Widia, 2001), h. 238.
34
3. Hadis Mauqūf
Ditinjau dari aspek bahasa mauqūf adalah bentuk isim maf’ūl dari
kata “الوقف” yang berarti berhenti, adapun menurut istilah:1041
منق ولأوفعل يرت قرأوه وماأ ضيفألالصحاب “Sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dari perkataan,
perbuatan, ataupun persetujuan.”
Hadis mauqūf baru bisa dijadikan hujjah ketika memenuhi kriteria hadis
marfū’,1142bila memenuhi maka bisa dikatakan berstatus sahīh atau
ẖasan,1243sebab pada hakikatnya hadis yang bukan disandarkan kepada
Nabi Saw kurang bisa diterima.
4. Hadis Maqṯū’
Makna maqṯū secara bahasa adalah bentuk isim maf’ūl dari “قطع”
yang berarti memutuskan, maksudnya adalah memutuskan sandaran hadis
hanya sampai pada tingkat tabi’in. Adapun makna secara istilah:1344
أومند ونه منه وماأ ضيفألالتا وفعللأق وبعي “Hadis yang disandarkan kepada tabi’in atau selain tabi’in dari
perkataan ataupun perbuatan.”
Perlu diketahu bahwa hadis maqṯū’ ini tidaklah sama dengan hadis
munqaṯi’, jika hadis maqṯū’ terjadi pada matan yang berbentuk perkataan
tabi’in, sedangkan hadis munqaṯī’ terjadi pada sanad yang berhenti pada
tingkatan sebelum sahabat, yakni tabi’in.1445 Kemudian hadis maqṯū’
walaupun ketika diteliti ternyata matannya shahih tetap tidak bisa
dijadikan hujjah, sebab penyandarannya bukan kepada Nabi Saw. Akan
tetapi pada akhirnya ditemukan tanda-tanda kemarū’annya, maka
hukumnya menjadi marfū’ mursal. 1546
10 Dr. Maẖmūd Thahan, Taisīr Musṯalẖul Hadīts, h. 162. 11 Drs. M. Agus Solahudin, M.Ag & Agus Suyadi, Lc. M.Ag, Ulumul Hadis, h. 155. 12 Dr. Nawir Yuslem, Ma, Ulumul Hadis, h. 288. 13 Dr. Maẖmūd Thahan, Taisīr Musṯalẖul Hadīts, h. 167. 14 Dr. Nawir Yuslem, Ma, Ulumul Hadis, h. 293. 15 Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadis, h. 263.
35
B. Pengertian Hadis Qudsi
Dalam beberapa kajian ‘Ulumul Qur’an, tidak jarang dijumpai beberapa
pembahasan yang mengkhususkan sub judul tentang perbedaan antara hadis
qudsi dengan al-Qur’an maupun hadis qudsi dengan hadis nabawi, mengapa
demikian? dari beberapa realitas yang penulis lihat, maka penulis berpendapat
bahwa alasan dari ‘pengkhususan’ ini ialah karena hadis qudsi memiliki
keistimewaan tersendiri baik dari sifat matan maupun sanadnya, ini berbeda
dengan sekian macam istilah hadis pada umumnya, kedudukannya suci seperti
halnya al-Qur’an namun sangat berbeda dengan al-Qur’an.
Kata ‘qudsi’ dinisbahkan pada makna “القدس” yang berarti ‘suci’,
dikatakan demikian karena sumbernya langsung dari Allah Swt dan
Rasulullah mendapatkannya dalam tidur/ilham kemudian beliau sampaikan
dengan bahasa Rasulullah yang mudah dipahami manusia,1647Adapun
pengertian secara istilah yakni:
وأعجازهالق رآىنونظمهغيالنسقعلىاله ومارواه النبصامعنربهت باركوت عىأشبه بوالن ولكنه فنظمهوا سل وبهبسائرالديث
“Hadis yang diriwayatkan oleh Nabi Saw dengan lafadz dari Nabi dan
makna dari Allah Swt.” 1748
Dengan kata lain, Nabi Muhammad Saw meriwayatkan perkataan Allah
Swt.1849 dan karena ini berupa wahyu dengan dari cara penyampaian yang
berbeda, maka hadis qudsi memiliki kedudukan tinggi disamping al-Qur’an,
lalu posisinya menjadi diantara al-Qur’an dan hadis nabawi yakni dibawah al-
Qur’an dan diatas hadis-hadis Nabi yang biasa.1950Perlu diketahui bahwa kata
qudsiyyah mengarah kepada sifat al-taqdīs, al-tanzīh, al-kamāl, al-‘uluww
yakni sifat Allah, maka alangkah terhormat sehingga Allah jauh dari
16 Kamil Uwaidah, Hadis Qudsi; Panduan dan Literasi Hadis Qudsi, terj. M. Abd. Mujib
el-Zayyad dkk (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008), xix. 17 ‘Isāmuddin al-Sabābitī, Jāmi’ul Hadis al-Qudsiyyah, (al-Qāhirah: Dārul Hadits, 2004),
h. 12. 18 M. Iqbal Damawi, Kamus Istilah Populer Islam; Kata-Kata yang Paling Sering
Digunakan di Dunia Islam, (Erlangga, 2013), h. 76. 19 K.H. Firdaus A.N, 325 Hadis Qudsi Pilihan; Jalan ke Surga, h. xvii.
36
penyerupaan ataupun wakil.2051 Dengan kata lain, hadis qudsi berasal dari
Nabi Saw, tetapi matannya bersifat firman Allah.2152
Jumlah hadis qudsi sangatlah terbatas, ada beberapa perbedaan pendapat
mengenai jumlah tersebut, di antaranya dalam buku 40 Hadis Qudsi Pilihan
karya M. Quriash Shihab menyebutkan bahwa jumlahnya sekitar 400 buah
hadis dengan sanad yang terulang-ulang, atau sekitar 100 buah hadis dengan
sanad yang tidak terulang,2253 menurut K.H Firdaus A.N dalam bukunya 325
Hadis Qudsi Pilihan disebutkan bahwa hadis qudsi konon jumlahnya tidak
sampai 500 buah,2354sedangkan dalam Kamus Ilmu Hadis karya Drs. Totok
Jumantoro dikatakan bahwa sebuah hasil penelitian menyatakan hadis qudsi
jumlahnya kira-kira 833 buah.2455Namun sebenarnya seperti yang dikatakan
oleh Syekh Ishamuddin ash-Shababithi dalam bukunya Shahih Hadits Qudsi
bahwa perbedaan jumlah hadis qudsi tersebut bergantung pada batas
kemampuan ulama tersebut dalam mengumpulkan hadis qudsi dalam
himpunannya tersebut.
C. Bentuk-Bentuk Periwayatan Hadis Qudsi
Pada umumnya, redaksi yang digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu
hadis merupakan hadis qudsi adalah yang secara gamblang menyebutkan
penisbatannya kepada Allah Swt, seperti sabda Rasulullah Saw: “Allah ta’ala
berfirman...”, “Allah mewahyukan...dstr”, namun jika diperhatikan lebih dekat
lagi, maka akan banyak kita jumpai macam-macam susunan kalimat hadis
qudsi yang sebenarnya memiliki arti sama yaitu adanya penisbatan kepada
20 Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh, Mutiara Hadis Qudsi; Jalan Menuju Kemuliaan dan Kesucian
Hati, (Bandung: Mizania, 2008),h. 8. 21 Drs. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 205. 22 M. Quraish Shihab, 40 Hadits Qudsi Pilihan, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), h. 4. 23 K.H. Firdaus A.N, 325 Hadis Qudsi Pilihan; Jalan ke Surga, h. xviii. 24 Drs. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.205.
37
Allah atau meriwayatkan dari Allah Swt.2556Ragam riwayat tersebut antara
lain:
1. Bagian ini adalah bentuk mayoritas dari periwatyatan hadis qudsi, sebelum
menyebut teks hadis, maka terlebih dahulu diawali dengan redaksi
“Rasulullah Saw bersabda., berfirman Allah Azza Wa Jalla.” Contoh:
صا عنه :عنالنب بنات قالهللا ال:)مقعنأبه ري رةرضيهللا كذ بن آدمعال:يف قول ه :لنأذي ب ه اتككفأميك نله ذلكوشتمنوليك نله ذل ول ي عيدني
اللقبهونعلي كمابدأن يف قول ه ماشتم هوأمنأعادتوليسأول :اتذهللا ه أي رواهالبخاري د(ك ف واأحنلدوليك األحد الصمد لألدولأ ول ولداوأان
“Dari Abu Hurairah, semoga ridha Allah tercurah atasnya, dari
Nabi Saw. Beliau bersabda: Allah berfirman: “Aku didustakan oleh putra
Adam, sedang ia tidak wajar melakukan itu, Aku dimaki sedang tidak
wajar (pula) ia melakukan itu. Adapun pendustaannya terhadap-Ku maka
inilah ucapannya: “Dia (Allah) tidak akan mengembalikanku
(membangkitkan setelah mati) seperti halnya Dia memulaiku
(menghidupkanku semula),” adapun makiannya, maka ucapannya: “Allah
mengangkat/memiliki anak,” sedang (sesungguhnya) Aku adalah Yang
Maha Esa, yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu, Aku tidak beranak
dan tidak pula diperanakkan, dan tidak sesuatu pun yang setara dengan-
Ku.” (HR. Al-Bukhārī)2657
2. Firman Allah pada bagian ini disampaikan dengan sandaran yang pasti,
hanya saja bentuknya orang pertama (Allah Swt), contoh:
هللاصام:أنهللا ماءفاتمالئكةالسهلعرهيبباي عنأبه ري رةأنرس ول :ا نظ ر واألعباديجاء ونش عثاغ بف ابنحبان()رواهاي ق ول
“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. Pernah bersabda,
“sesungguhnya Allah membanggakan Ahli Arafah (para hujjaj yang ada di
Arafah) pada malaikat, seraya berfirman, “lihatlah hamba-hamba-Ku,
mereka datang kepada-Ku (berhaji karena Aku) dalam keadaan rambutnya
acak-acakan dan berdebu (karena telah menempuh perjalanan jauh).” (HR.
Ibn. Hibban)2758
25 Syaikh Ishamuddin Ash-Shababithi, Shahih Hadits Qudsi, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’i, 2014), h. 11. 26 M. Quraish Shihab, 40 Hadits Qudsi Pilihan, h. 27. 27 Drs. Moh. Syamsi Hasan, M.Pd, Hadis Qudsi; Firman Allah Tabaraka Wa Ta’alla
Selain al-Qur’an, h. 440.
38
3. Adapula hadis qudsi yang secara dzahir jika dilihat bukan seperti riwayat
hadis qudsi, namun penisbahannya ini terlihat jelas hanya kepada Allah Swt,
pada bagian ini dimulai dengan sabda Rasulullah Saw yang menceritakan
situasi pembahasan. Contoh:
ث ناابن وهب ث ناهار ون بن معر وفحد نةثأنأبع شابنالارمروعنعحدثه عنع قبةبنعامرقالس رولهللاصرس عت املعافريحد ي عجب بك مامي ق ول
عزوي صليالةلصبسشظيةببلي ؤذن منراعيغنمفرأ هللا وجلف ي ق ول يانظ ر واألعبديهذاي ؤذن وي قيم الصالة قدغماف لعبديوأن دخلت ه فرت
اجلنة)رواهأبوداودوالنسائي( “Hārūn bin ma’rūf memberitahu kami, Ibnu Wahab memberitahu kami,
dan ‘Amr bin al-ẖārits, bahwa Aisyah Abu ‘Usysyanah al-Ma’afiri
memberitahunya, dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata, aku pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda, “Tuhanmu membanggakan seorang laki-laki
penggembala kambing mengumandangkan adzan shalat diatas batu besar di
puncak gunung, lalu shalat. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Lihatlah
hamba-Ku ini, dia adzan dan mendirikan shalat, karena takut kepada-Ku.
Sungguh Aku mengampuni pada hamba-Ku dan memasukkannya ke Surga.”
(HR. Abu Daud dan an-Nasā’i).2859
4. Penisbahan kepada Allah dalam riwayat hadis qudsi tidak selalu tekstual
alias terang-terangan, terkadang akan dijumpai beberapa bentuk yang perlu
dipahami secara konteks, bahkan bentuk ini tidak jauh berbeda dengan
bentuk yang tidak aktif (pasif), kendati demikian tetap mengandung redaksi
yang dinisbahkan kepada Allah Ta’ala. Contoh:
عنه انرس ولهللا وسلمقال:ت فعليههللا لىصعنأبه ري رةرضيهللا تح أب واب اجل وي ومالميسف ي غفر ئادالي شعبك للنةي وماألث ني بهللاشي رج الأرك ال
:أنظ نه وبيأخيهشحناء ف ي قال اهذر وكانتب ي ذينهصطلحاأنظر وايينحتمسلم(ظر واهذينحتيصطلحا)رواهأن حتيصطلحا
28 Drs. Moh. Syamsi Hasan, M.Pd, Hadis Qudsi; Firman Allah Tabaraka Wa Ta’alla
Selain al-Qur’an, h. 459.
39
“Dari Abu Hurairah, semoga ridha Allah tercurah atasnya, Rasulullah Saw
bersabda: dibuka pintu-pintu surga pada hari Senin dan hari Kamis, (ketika
itu) diampuni setiap hamba yang tidak mempersekutukan Allah dengan
sesuatu, kecuali (yang tidak diampuni) seorang yang terdapat (dalam
hatinya) permusuhan terhadap saudaranya (seagama). (menyangkut mereka)
akan dikatakan (oleh Allah): “Tangguhkan (pengampunan) terhadap kedua
orang ini sampai mereka berdamai. Tangguhkan (pengampunan) terhadap
kedua orang ini sampai mereka berdamai. Tangguhkan (pengampunan)
terhadap kedua orang ini sampai mereka berdamai.” (HR. Muslim)2960
D. Perbedaan Hadis Qudsi dengan al-Qur’an
Ketika menyebut al-Qur’an adalah firman Allah, maka tidaklah berbeda
dengan ‘hadis qudsi’, lalu yang menjadi perbedaan antara keduanya para
ulama sepakat dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 3061
1. Jika al-Qur’an merupakan perkataan Allah Swt yang sudah tertulis di
Lauhul Mahfudz yang disampaikan kepada Nabi Saw dengan lafadz yang
mutlaq tidak terjadi perubahan, tambahan, maupun pengurangan walau
satu huruf pun, sedangkan hadis qudsi adalah perkataan dari pemahaman
Rasulullah atas firman Allah Swt yang hanya berbentuk makna kemudian
Rasulullah menyampaikan kepada umat dengan bahasa yang dipahami
manusia.
2. Membaca al-Qur’an adalah bentuk ibadah kepada Allah bahkan ini
menjadi rukun dalam bacaan shalat, sedangkan hadis qudsi tidak.
3. Menyentuh al-Qur’an dalam keadaan junub atau yang berhadas kecil
adalah sebuah larangan, sedangkan hadis qudsi tidak, sebagaimana firman
Allah dalam QS. Al-Waqi’ah ayat 79:
امل طهر ون اليسه اال
29 M. Quraish Shihab, 40 Hadits Qudsi Pilihan, h. 77 30 Muhammad Tajuddin bin al-Manawi al-Haddadi, 254 Hadis Qudsi, h. xiv.
40
“Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang
disucikan.”
4. Jika al-Qur’an turun hanya melalui perantara malaikat Jibril, maka hadis
qudsi terkadang melalui malaikat Jibril tapi juga adakalanya melalui
mimpi maupun ilham.
E. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi
Dalam melakukan pembedaan antara hadis Nabawi dengan dengan Hadis
qudsi para ahli hadis sepakat dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Bentuk periwayatan hadis Nabawi sebagaimana banyak kita jumpai yakni
menggunakan sebutan “Rasulullah Saw bersabda:......dstr”, sedangkan
hadis qudsi memiliki ungkapan khusus yakni “bersabda Rasulullah Saw
meriwayatkan dari Tuhannya......dstr” atau “Allah berfirman sebagaimana
diriwayatkan oleh Rasulullah Saw......dstr”3162titik perbedaan ini terletak
pada ‘nash’ tersebut.
2. Selain keduannya memiliki kemungkinan diberitahu secara tauqifi3263 tapi
kemungkinan juga disimpulkan secara taufiqi.3364 Karena itu dinamakan
masing-masing dengan nabawi sebagai nama yang pasti, apabila ada
31 H. Salim Bahreisy, 272 Hadis Qudsi; Firman-Firman Allah yang tidak tercantum
dalam al-Qur’an, h. 4. 32 Tauqifi adalah makna yang Rasulullah Saw terima dari wahyu dan beliau sampaikan
dengan bahasa beliau sendiri, perlu diingat, walaupun kandungannya ditunjukkan kepada Allah,
tapi tetap saja secara bahasa lebih pantas dikatakan bahwa ini ditunjukkan/ dinisbahkan kepada
Nabi Saw. lihat: Mannā’ Khalil al-Qaṯṯan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2013), h. 28. 33 Taufiqi adalah perkataan Rasul atas pemahamannya terhadap al-Qur’an dengan
mengerahkan ijtihad beliau dan diperkuat dengan wahyu, namun jika pemahamannya tersebut
salah maka turunlah wahyu lain sebagai pembenarannya. Perlu diingat bahwa jenis kalam ini
bukanlah kalam Allah secara pasti, lihat: Mannā’ Khalil al-Qaṯṯan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an,
(Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013), h. 28.
41
keterangan yang membedakan mana wahyu tauqifi, maka hadis nabawi
juga bisa disebut hadis qudsi.3465
F. Khazanah Literatur Hadis Qudsi
Khazanah literatur hadits qudsī dalam kajian hadis jika dilihat dari segi
penghimpunan, penelitian, dan penyusunannya diperlakukan sebagaimana
hadis Nabawi pada umumnya. Pengumpulan tersendiri dari hadis-hadis qudsī
terjadi setelah penghimpunan hadis-hadis Nabāwī, di antaranya: 3566
1. Misykāt al- Anwār Fīmā Ruwiya ‘An Allāh Subẖānah Min al- Akhbār di
Halab (1346 H/ 1927 M) karya Muhyiddin Ibn al- Arabi (w. 638 H).
2. Jami’ al-Jawāmi’ (al-Jāmi’ al-Kabīr) karya Jalaluddin al- Sayuthi (w. 911
H).
3. Al-Jāmi’ al-Saghīr karya Jalaluddin as- Sayuthi (w. 911 H).
4. Al- Ithāfāt al-Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah di Kairo Mesir karya
Abdurrauf al-Munawi (w. 1031 H).
5. Al- Ithāfāt al-Saniyyah Fī al-Aẖādīts al-Qudsiyyah di Mesir karya
Muhammad bin Mahmud al-Tharabzuni al-Madani (w. 1200 H). menurut
katalog perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyebutkan
bahwa kitab ini terdiri dari 350 halaman dengan panjang buku 22
cm.3767Adapun perbedaannya dengan kitab al- Ithāfāt as-Saniyyah Bi al-
Aẖādīts al-Qudsiyyah karya Abdurrauf al-Munawi adalah pada konten
materinya dimana Muhammad al-Madanī menuliskan banyak pengulangan
34 Mannā’ Khalil al-Qaṯṯan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2013), h.29. 35 M. Quraish Shihab, 40 Hadits Qudsi Pilihan, h. 10. 37 Muẖammad al-Madanī, al- Ithāfāt as-Saniyyah Fī al-Aẖādīts al-Qudsiyyah, (Beirut:
Dārul jīl, 1967).
42
dalam periwayatannya.3868Kemudian dalam kitab ini jumlah hadis yang
termuat berjumlah 864 hadis. Sebagaimana yang disampaikan penulis
dalam akhir pembahasannya bahwa sebagian besar rujukan beliau nukil
dari kitab Jam’ul Jawāmi’, adapun penulis mengutip perkataan yang
disampaikan Isāmuddin as-Sabābaṯī dalam kitab terjemahahannya Shahih
Hadits Qudsi mengenai dua kitab karya al-Manawi dan al-Madani
bahwa:3969
“Dua karya tersebut tidak mengumpulkan seluruh hadis qudsi,
sehingga masih banyak sehingga masih banyak hadis qudsi yang
belum tercantum, di samping itu hadis-hadis yang mereka nukilkan
tidak diteliti atau dikomentari, bahkan tidak tidak disebutkan sumber-
sumber aslinya sehingga agar mudah dirujuk. Urutan nukilannya tidak
pula disusun secara tematik sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal sejumlah hadis yang bertema sama tidak disatukan, namun
dibawakan secara terpisah dan berserakan. Inilah fakta yang ditemukan
dalam dua kitab ini.”
6. Al- Aẖādīts al-Qudsiyyah disusun oleh Lajnat al-Qur’an wa al-Hadīts al-
Majlis al- A’lā asy- Syu’ūn (Majelis Tinggi Urusan Ke-Islaman) di Mesir.
Kitab ini telah terbit dalam dua jilid dan jumlah hadits yang terhimpun
dalam masing-masing khazanah nampak bermacam-macam, itu semua
tergantung pada pengulangan periwayatan yang penyusun gunakan.
7. Jāmi’ul ẖādits al-Qudsiyyah di Qāhirah karya Isāmuddin as-Sabābaṯī,
terdiri atas 3 jilid.4070 Adapun terjemahan dari karya ini akan penulis bahas
pada bab empat dalam penelitian ini.
8. Al-Kalim ath-Thayyib lengkap dengan syarahnya karya al-Imam Ibnu
Taimiyah.
38 M. Quraish Shihab, 40 Hadits Qudsi Pilihan, h. 12. 39 Syaikh Ishamuddin al-Sababithi, Shahih Hadits Qudsi,h. i. 40 Isāmuddin al-Sabābaṯī, Jāmi’ul ẖādits al-Qudsiyyah, h. i.
43
9. al- Aẖādīts al-Qudsiyyah al-Arba’īniyyah di Halab karya al- Mulla Ali al-
Qari (w. 1016 H).4171
41 Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadis, h.
97.
44
BAB IV
LITERATUR HADIS QUDSI DI INDONESIA
Dalam kurun waktu tahun antara 1984 sampai 2014, penulis menemukan
sembilan belas karya hadis qudsi, baik karya orisinil maupun Alih bahasa.
Adapun hasil penemuan tersebut berdasarkan sistem katalogisasi yang penulis
lakukan dalam mencari karya-karya hadis qudsi di Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah,
Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ dan Perpustakaan Daerah (perpusda)
Purbalingga Jawa Tengah. Semua literatur yang penulis jumpai ini akan
dipaparkan sedemikian rupa sehingga karakteristik yang menonjol dalam masing-
masing dapat terungkap dengan tuntas. Berikut literatur hadis qudsi di Indonesiat:
1. 272 Hadis Qudsi Karya Tajuddin al-Manawi, diterjemahkan oleh H.
Salim Bahreisy, Tahun 1984.
Nama Kitab : 272 Hadis Qudsi
Penyusun : Moh. Tajuddin bin al-Manawi al- Haddadi
Penerjemah : H. Salim Bahreisy
Penerbit : Bina Ilmu, Surabaya
Halaman : 166 halaman
Cetakan ke- : III (tiga)
Ukuran : Panjang 20 cm, lebar 14,2 cm, tebal 1 cm
Warna Sampul : Biru Tua
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Buku ini merupakan terjemahan dari kitab al- Ithāfāt al-Saniyyah
Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah atau dalam bahasa Indonesia diartikan
“hidangan yang sangat berharga berupa hadis-hadis qudsi,” karya
45
Muhammad Tajuddin bin al-Manawi al-Haddadi (w. 1031) dan sudah
dicetak beberapa kali Kairo Mesir,172 kemudian diterjemahkan oleh H.
Salim Bahreisy ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “272 Hadis
Qudsi; Firman-Firman Allah yang Tidak Tercantum Dalam al-Qur’an”.
Dalam katalog online Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta disebutkan bahwa buku ini terbit pada tahun 1974 oleh penerbit
Bina Ilmu Surabaya.
Adapun perwajahan yang penulis temukan adalah model ketiga
yakni tahun 1984 oleh penerbit yang sama. Sangat disayangkan karena
upaya penulis menemukan edisi pertama dari buku ini belum berhasil.
Kendati demikian, dengan melihat tahun terbit yang disebutkan oleh
katalog Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut,
maka penulis menyimpulkan bahwa setidaknya sejak awal dekade 1980
karya ini sudah ada.
b. Sekilas Tentang Muhammad Tajuddin bin al-Manawi al-Haddadi
Pengarang asli karya ini bernama lengkap Muhammad Abdur Rauf
bin Taj al-Arifin bin Ali bin Zainal Abidin bin Yahya bin Muhammad bin
Makhluf bin Abdussalam al-Haddadiy al-Munawiy al-Qahiriy al-Misriy
al-Syafi’iy. Lahir di Kairo, 952 Hijriyah, dan salah satu karyanya yang
cukup fenomenal adalah al-Taisīr bi Syarẖ al-Jāmi’ al-Saghir yang isinya
berupa penjelasan dari kitab al-Jāmi’ al-Saghir karya Jalaluddin al-
Suyuṯi.273 Di samping itu, perlu diketahui pula bahwa karyanya yang
1 M. Quraish Shihab, 40 Hadis Qudsi Pilihan, h. 11. 2 H. Rizqi Dzulqornain al-Batawiy, “Biografi Imam Zainuddin Abdurrauf al-Munawiy”
artikel diakses pada 2 April 2017 dari http://yayasanalmuafah.blogspot.co.id/2016/02/biografi-
imam-abdurrauf-al-munawiy.html?m=1
46
berjudul al- Ithāfāt al-Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah ini menjadi
karya terlengkap tentang hadis qudsi dari kalangan Sunni,374 hal ini bisa
dilihat dari banyaknya para ulama yang merujuk kitabnya tersebut.
c. Berdasarkan Karakteristik
Kitab ini disusun secara musnadi walaupun tidak beraturan, dan
pada penyusunan matan diurut berdasarkan huruf hijaiyah. Jumlah hadis
yang tercantum dalam kumpulan ini sesuai dengan jumlah pada kitab
aslinya yakni 272 buah. Adapun pokok ajaran Islam yang terkandung
didalamnya meliputi aqidah, ibadah, dan akhlak. Kemudian pada
penyajian penulisan, buku ini terlebih dahulu memaparkan beberapa
catatan tentang hadis qudsi serta perbedaannya dengan al-Qur’an, setelah
itu barulah menyebutkan hadis-hadis qudsi lengkap dengan nomornya
sehingga memudahkan para pembaca dalam memisahkan atau
membedakan satu hadis dengan hadis yang lain.
Adapun ragam penulisan yang mewakili karakteristik karya ini
ialah tidak adanya penjelasan atau komentar atas hadis yang disajikan,
serta bentuk penyajiannya tidak terbagi ke dalam beberapa bab maupun
sub tema, melainkan langsung menerjemahkan matannya ke dalam Bahasa
Indonesia. Selanjutnya mencantuman sumber periwayatannya. Selain itu,
diakhir bagian buku ini, dapat kita jumpai biografi singkat para ahli hadis
yang menjadi sumber rujukan dalam karya ini, adapun jumlahnya tidak
kurang dari 30 ahli hadis.
maji
3 Kamil Uwaidah, Hadis Qudsi, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008), h. xviii.
47
2. 325 Hadis Qudsi Pilihan Karya K.H. Firdaus A.N, Tahun 1990.
Nama Kitab : 325 Hadis Qudsi Pilihan
Penyusun : K.H. Firdaus A.N
Penerbit : Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta
Halaman : 209 Halaman
Cetakan ke- : VII (Tujuh)
Ukuran : Panjang 21 cm, lebar 14 cm, tebal 1,3 cm.
Warna Sampul : Kombinasi Kuning dan Biru
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Buku ini merupakan karya hadis qudsi yang dihimpun langsung
oleh K.H. Firdaus A.N ke dalam judul “325 Hadis Qudsi; Jalan ke Surga.”
Edisi yang penulis temukan di Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah cetakan ke tujuh yang terbit pada tahun 1990,
di samping itu, penulis pun menemukan versi yang sama tentang karya ini
di Perpustakaan Daerah (perpusda) Purbalingga Jawa Tengah dan
Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ Lebak Bulus Jakarta. Perlu
diketahui bahwa dalam kata pengantar cetakan ke tujuh ini penyusun
menyatakan bahwa jilid pertama dari karya ini sudah terbit sejak tahun
1973. Dengan demikian bisa dipastikan kemunculan karya ini sudah ada
sejak awal dekade tujuh puluh.
Pada mulanya buku ini terbagi kepada tiga jilid dengan pokok
bahasan yang berbeda-beda, namun demi keperluan penerbitan, maka
disatukan menjadi sebuah buku dengan jilid satu dan dua yang terbagi ke
dalam tiga sub pembahasan. Dengan demikian, penyusunan hadis qudsi
dalam karya ini jumlahnya tidak kurang dari 325 hadis qudsi dari penerbit
48
yang berbeda-beda. Pernyataan atas berbedanya penerbit ini penulis
jumpai ketika mengunjungi situs web katalog online lajnah.kemenag.go.id
yang mana telah disebutkan bahwa buku ini pernah terbit di Jakarta oleh
penerbit al-Maarif tahun 1979, sedangkan perwajahan yang penulis
temukan ialah perwajahan dari penerbit Pedoman Ilmu Jaya Jakarta tahun
1990.
Kehadiran buku ini disambut gembira oleh kalangan masyarakat
sebagai suatu hidangan yang mampu memenuhi keinginan pembacanya,
penulis mengutip kisah menarik dibalik kehadiran buku ini yang
disampaikan oleh penyusun dalam prakatanya:
“Seorang tua yang melangkah berjalan dengan tongkatnya pelan-
pelan menuju toko buku penerbitnya untuk mendapakan buku “JALAN
KE SURGA” membuat sang penerbit cukup heran sambil bertanya:
“kenapa Bapak sendiri yang datang ke sini, apakah tidak ada anak yang
bisa disuruh?” Dijawab: “tentang buku yang satu ini memang penulis
sendiri yang harus datang membelinya,” sahut beliau. Tahukah pembaca,
siapakah gerangan orang tua kita itu? Dia tidak lain dari pada Prof. Dr.
Aulia (almarhum), seorang cendikiawan terkemuka ibu kota dan ahli
Psikosomatik terkenal.”
Harapan serta motivasi K.H. Firdaus sendiri dalam menulis karya
ini tidak lain agar para pembaca senantiasa lebih dekat kepada Allah
sehingga terhampar jalan yang lurus menuju surga, karena menurutnya
hadis qudsi adalah hadis yang mahal, dengan kata lain sulit dicari karena
ia belum terkumpul dalam sebuah kitab yang khusus, sebab para ulama
hadis yang terpandang seperti Imam Bukhāri, Imam Muslim, Abu Dāud,
al- Tirmidzī, al- Nasa’i, Ibnu Mājah, dsb masih mencampurkan hadis
qudsi diantara kitab hadisnya masing-masing, dengan demikian
“menghimpun hadis qudsi laksana mencari mutiara dalam lautan hadis.”
49
Keberadaannya yang masih tersebar diantara ratusan ribu hadis nabawi
tersebut menyebabkan jumlah hadis qudsi itu sendiri tidak sampai 500
buah.
b. Berdasarkan Karakteristik
Dengan melihat judul buku ini, maka itu mampu mendeskripsikan
jumlah hadis yang terhimpunan di dalamnya, yakni tidak lebih dari 325
buah hadis yang sumbernya berasal dari kitab-kitab ulama hadis
terkemuka seperti Imam Bukhāri, Muslim, Abū Dāud, al-Tirmidzī, al-
Nasā’i, Ibnu Mājah, dsb. Adapun pokok ajaran Islam yang dibahas dalam
himpunan ini ialah hadis-hadis qudsi yang bersangkutan dengan masalah
aqidah, ibadah dan akhlak. Di samping itu sistematika penulisan yang
mewakili karakteristik literatur ini antara lain bermula dengan terbaginya
himpunan ini kepada tiga bagian atau bab, yang pertama bertemakan
“Himbauan Ilahi Kepada Hambanya,” kedua “Ibadah dan Akhlak”, ketiga
“Bunga Rampai Nasihat dan Fatwa Keagamaan guna Pembinaan
Pribadi.” Tidak lupa pula di awal pembahasan penyusun menambahkan
sedikit tinjauan umum seputar hadis qudsi, setelah itu barulah
menyebutkan hadis-hadis qudsi sesuai dengan bagian-bagian yang sudah
disebutkan sebelumnya. Lalu gaya bahasa yang digunakan dalam
pengerjaan karya ini meggunakan bahasa yang tidak terlalu baku sehingga
meringankan pembaca dan mudah dipahami.
K.H Firdaus dalam karyanya ini tidak menyebutkan sanad dalam
hadis melainkan hanya mencantumkan sumber riwayat di akhir matan.
Selain itu beliau sengaja tidak mencantumkan penjelasan maupun
50
komentar terhadap hadis-hadis qudsi yang disajikan, alasannya adalah agar
para pembaca senantiasa berpikir, merenungkan dalam hati sehingga
hadis-hadis mahal yang telah disajikan ini mampu melekat dalam sanubari
mereka sekaligus menunjukkan jalan menuju surga.
3. Himpunan Hadis Qudsi Karya Lajnah Daarul Fikri Beirut,
diterjemahkan oleh H. Uthman Mahrus, Tahun 1993.
Nama Kitab : Himpunan Hadis Qudsi
Penyusun : Lajnah dārul Fikr Beirut
Penerjemah : H. Uthman dkk.
Penerbit : CV. Al-Syifa’
Halaman : 479 Halaman
Cetakan ke- : I (Satu)
Ukuran : Panjang 21 cm, lebar 14,5 cm, tebal 2,5 cm
Warna Sampul : Kombinasi Kuning dan Hijau
a. Berdasarkan Kronologis Kemunculan
Judul asli dari buku ini adalah al- Aẖādīts Al-Qudsiyyah karya
Lajnah Daarul Fikri Beirut, yang kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia untuk pertama kalinya oleh penerbit al-Syifa’ di
Semarang pada Oktober 1993. Keberadaan buku ini penulis temukan di
Perpustakaan Iman Jama’ Lebak Bulus.
b. Berdasarkan Karakteristik
Sumber karya ini merujuk pada kitab-kitab Imam hadis terkemuka
yakni kutub al-sittah dan al-Muwaṯṯa’ al-Malik. Penyusun tidak
mencantumkan hadis secara berulang, dan susnan periwayatnya sebagian
besar bersifat musnadi walaupun tidak berurutan, dengan kata lain hanya
51
menyebutkan satu periwayat sahabat. Adapun dalam melakukan syarah
terhadap hadis, penyusun merujuk pada kitab syarah dari Saẖīẖ al-bukhārī
yakni Imam al-Qastalani dan Saẖīẖ Muslim yakni Imam Nawawi. Selain
dari pada itu, untuk melengkapi penjelasannya pada hadis-hadis tertentu,
penyusun menambahkan beberapa dari kitab tafsir, kitab bahasa dsb.
Karya ini juga disusun berdasarkan sub tema, mencantumkan
sumber periwayatan lengkap keterangan dari halaman dan bab mana hadis
tersebut diambil. Singatnya, karya ini melakukan tahkrij walaupun tidak
banyak. Selain itu penyusun menambahkan penilaian akan derajat hadis
menurut Kemudian jumlah hadis yang tercantum sebanyak 400 buah.
Penyusun mencantumkan biografi singkat para ahli hadis yang menjadi
sumber rujukan dalam karya ini.
Pada halam mukaddimah akan dijumpai penjelasan atau tinjauan
umum tentang hadis qudsi yang dinukil dari kitab al-Ithāfātussiniah fil
ẖadīts al-Qudsiyyah karya al-Manawi dan Qawaid fi ‘Ulūmil Muṣṯalah al-
ẖadīts karya Sayyid Jamaluddin al-Qasimi al-Dimasyki.
4. Hadits Qudsi karya Dr. Ahmad Asyibashi, diterjemahkan oleh K.H. Ali
Usman dkk, Tahun 1996.
Nama Kitab : Hadits Qudsi
Penyusun : Dr. Ahmad Asyibashi
Penerjemah : K.H. Ali Usman dkk.
Penerbit : CV. Diponegoro, Bandung
Halaman : 426 Halaman
Cetakan ke - : XI (Dua Puluh Satu)
Ukuran : Panjang: 20,5cm, Lebar 14,3 cm, Tebal 2 cm
52
Warna Sampul : Merah
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Buku ini merupakan karya terjemahan dari Adabul Aẖaditsil
Qudsiyyah karya Dr. Ahmad Asyibashi, seorang dosen Universitas al-
Azhar Kairo. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh K.H. Ali
Usman, H.A.A. Dahlan dan Prof. Dr. H.M.D. Dahlan dengan judul Hadis
Qudsi; Pola Pembinaan Akhlak Muslim. Diterbitkan di Bandung oleh CV.
Diponegoro. Perwajahan yang penulis temukan adalah cetakan ke-21 yang
terbit pada tahun 1996. Sangat disayangkan karena penulis tidak
menemukan cetakan pertama tentang buku ini.
b. Berdasarkan Karakteristik
Ulasan dan analisa dalam kitab ini dilengkapi oleh para penulis
bersumberkan kitab-kitab standard lainnya. Pokok bahasan yang dibahas
meliputi akhlak budi pekerti dan pensucian bathin. Penyusun tidak lupa
menambahkan syarah hadis demi memudahkan para pembaca memahami
kandungan hadis. Dalam pendahuluannya penyusun mengatakan bahwa
penjelasan atas hadis-hadis yang dicantumkan selalu diperkuat oleh al-
Qur’an dan hadis-hadis nabawi sehingga kualitasnya tidak ada yang
dibawah hasan, alias hanya mengandung hadis shahih dan hasan saja.
Sistematika penulisan yang digunakan ialah dengan diawali
pengantar penerbit, daftar isi yang tersusun berdasarkan judul-judul
walaupun sebenarnya hadis-hadis dalam buku ini tidak tersusun tematik.
Kemudian pendahuluan yang berisi tinjauan umum sepeutar hadis qudsi
dan penjelasannya. Pada halaman selanjutnya langsung kepada poin inti
53
yakni pemaparan hadis-hadis qudsi lengkap dengan nomor hadis sehingga
memudahkan pembaca untuk mendapatkan hadis qudsi yang dibutuhkan.
Jumlah hadis yang terkandung sebanyak 74 hadis, hal ini sesuai dengan
nomor hadis yang paling terakhir tercantum dalam karya ini.
Tim penerbit berharap karyanya ini bisa mengajak para pembaca
untuk senantiasa mengukur dan bertanya pada pribadi dan kata hati
sebelum dihisab oleh Allah Swt. Adapun karya ini penulis temukan di
Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ Lebak Bulus Jakarta Selatan.
5. Hadits Qudsi yang Shahih karya al-Imam Abi Hasan al-Qoriy,
diterjemahkan oleh Drs. M. Thalib, Tahun 1999.
Nama Kitab : Hadits Qudsi yang Shahih
Penyusun : Imam Abi Hasan al-Qoriy
Penerjemah : Drs. M. Thalib
Penerbit : Gema Risalah Press, Bandung
Halaman : 424 halaman
Cetakan ke- : II (Dua)
Ukuran : Panjang 20,8 cm, lebar 14,8 cm, tebal 2,5 cm
Warna Sampul : Oranye
a. Berdasarkan Kronologis Kemunculan
Judul asli karya ini adalah al-Ahāditsul Qudsiyyah al-Saẖīẖ oleh
al-Imam Abi al-Hasan Nuruddin ‘Ali Bin Sulṯan Muhammad al-Qoriy
yang terbit di Kairo oleh penerbit al-Sunnah. Kemudian diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia oleh Drs. M. Thalib dengan judulnya Hadits
Qudsi yang Shahih; dan Penjelasannya. Terbit untuk pertama kalinya di
Indonesia pada Agustus 1996, lalu cetakan kedua pada Oktober 1999 dan
54
yang terakhir pada Juli 2000 oleh penerbit Gema Risalah Press di
Bandung. Karya ini penulis jumpai di Perpustakaan Umum Islam Iman
Jama’ Lebak Bulus Jakarta Selatan.
b. Berdasarkan Karakteristik
Pada sistematika penulisan terlebih dahulu penyusun memaparkan
tinjauan umum seputar hadis qudsi, perbedaannya dengan al-Qur’an dan
hadis nabawi, daftar isi yang di urut berdasarkan nomor hadis. Selanjutnya
dilengkapi dengan indeks aat-ayat mulia dan indeks beberapa hadis qudsi.
Dalam mukaddimahnya penyusun mengatakan bahwa beliau hanya
mencantumkan hadis-hadis qudsi bernilai shahih dan hasan saja. Adapun
apabila ditemukan hadis mauqūf maka itu berarti hanya sebagian dari
perkataan sahabat yang diberi nama Mu’jam Aẖāditsul Qudsiyyah al-
Saẖīẖah. Di samping itu penyusun melakukan penelitian terhadap hadis
atau sederhananya beliau melakukan kritik hadis, yang mana apabila
bersifat dibawah hasan maka beliau tidak akan mencantumkan dalam
karya ini. jumlah hadis dalam karya ini sebanyak 241 hadis seuai dengan
nomor hadis yang tertulis.
Ada yang unik dari karya ini, matan yang digunakan ditulis
menggunakan tulisan tangan. Penyusunanya tidak dibagi ke dalam
beberapa sub tema, melainkan langsung kepada penyebutan hadis lengkap
dengan judul pembahasan dan nomor hadisnya. Penulisan hadisnya
disusun secara musnadi walaupun tidak memiliki aturan khusus di
dalamnya. Sumber yang digunakan ialah kitab-kitab imam terkemuka
55
sampai dengan musnad Aẖmad. Kemudian karakter lain dalam karya ini
ialah dengan adanya takhrij hadis dan indeks buku.
6. Mutiara Hadis qudsi karya Syeikh Abdul Majied al-Adawy,
diterjemahkan oleh H. Nurullah, tahun 2000.
Nama Kitab : Mutiara Hadis Qudsi
Penyusun : Syeikh Abdul Majied al-Adawiy
Penerjemah : H. Nurullah
Penerbit : Pustaka Amani, Jakarta
Halaman : 144 halaman
Cetakan : II (Dua)
Ukuran : Panjang 20,8cm, lebar 14 cm, tebal 0,8 cm
Warna sampul : Kombinasi hijau dan abu-abu
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Judul asli karya ini adalah al-Tuẖfatul marḏiyyah fil akhbāril
qudsiyyah wal ẖadīts al- nabawiyyah karya Syeikh Abdul Majied al-
Adawiy yang merupakan salah seorang ulama Mesir abad 13 H. kitab ini
kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh H. Nurullah
dengan judul mutiara hadis qudsi; mengungkap isi firman Allah kepada
Nabi Musa as oleh penerbit Pustaka Amani Jakarta pada tahun 2000.
Dengan melihat kata pengantar penerbit yang ditulis pada tahu 1987, maka
dipastikan bahwa mulai awal dekade 80-an karya ini sudah ada.
b. Berdasarkan Karakteristik
Dalam judul Indonesianya, hadis-hadis qudsi yang termuat dalam
karya ini hanyalah berisikan firman-firman Allah Swt kepada Nabi Musa
bin Imran as. Di samping itu, dalam penyusunannya, penyusun biasanya
56
menyebutkan langsung “Rasulullah Saw bersabda:....” maka hal ini
menunjukkan kemuallaqan suatu hadis.
Hadis-hadis yang tercantum diurut berdasarkan tema. Jumlah hadis
yang disajikan sebanyak 40 buah. Kemudian dalam menjelaskan makna
hadis, penyusun banyak menggunakan ayat al-Qur’an yang ditulis dalam
catatan kaki sebagai penguat argumen. selanjutnya pada bagian akhir kitab
ini, akan kita jumpai glossaries atau daftar istilah yang digunakan
khususnya istilah-istilah di bidang tasawwuf. Buku ini terdapat dalam
koleksi Perpustakaan Iman Jama’ Lebak Bulus.
7. 254 Hadis Qudsi karya Muhammad Tajuddin bin al-Mawawi al-Haddadi,
diterjemahkan oleh Drs. Zainuddin, Tahun 2000.
Nama Kitab : 254 Hadis Qudsi
Penyusun : Muhammad Tajuddin bin al-Manawi al-Haddadi
Penerjemah : Drs. Zainuddin
Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta
Halaman : 136 halaman
Cetakan ke- : I (satu)
Ukuran : Panjang 21 cm, lebar 14,2 cm, tebal 1 cm
Warna Sampul : Hijau Lumut
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Seperti halnya buku berjudul 272 Hadis Qudsi yang telah penulis
sebutkan sebelumnya, buku ini juga merupakan bentuk terjemahan dari
kitab al-Ithāfāt al-Saniyyah Bil ẖādīts al-Qudsiyyah karya Muhammad
Tajuddin bin al-Manawi al-Haddadi, hanya saja dalam literatur yang terbit
pertama kali pada tahun 1993 ini memuat hadis qudsi tidak kurang dari
57
254 buah hadis, dengan kata lain jumlahnya lebih sedikit dari sebelumnya.
Jika H. Salim Bahreisy selaku penerjemah buku 272 Hadis Qudsi
menerjemahkan secara keseluruhan dari kitab al- Ithāfāt as-Saniyyah Bi
al-Aẖādīts al-Qudsiyyah, maka buku ini dikurangi delapan belas hadis
menjadi 254 Hadis Qudsi saja. Hal tersebut bisa saja terjadi karena sang
penerjemah tidak mencantumkan kembali hadis yang di dalamnya terdapat
pengulangan sanad maupun matan. Kemudian selang beberapa tahun
barulah cetakan kedua terbit tahun pada 2000 dengan penerbit yang sama
yakni Rineka Cipta di Jakarta.
b. Berdasarkan Karakteristik
Seperti halnya karya hadis pada umumnya, sumber yang menjadi
rujukan dalam karya ini adalah kitab-kitab para ulama hadis terkemuka
seperti kitab, Saẖīẖ Bukhārī, Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, dan Sunan
Abu Daud. Di samping itu, pokok ajaran Islam yang dibahas dalam karya
ini meliputi wilayah akidah, ibadah dan akhlak. Kemudian sistematika
penulisan yang mewakili karakteristik literatur ini tidak jauh berbeda
dengan literatur yang diterjemahkan oleh H. Salim Bahreisy, yakni dengan
diawali beberapa catatan akan tinjauan umum hadis qudsi serta
perbedaannya dengan al-Qur’an, kemudian memaparkan hadis-hadis qudsi
lengkap dengan nomornya sehingga memudahkan para pembaca dalam
memisahkan atau membedakan antara satu hadis dengan hadis lainnya.
Selain itu penyusun tidak menambahkan penjelasan maupun komentar
terhadap hadis yang disajikan.
58
Adapun ragam penulisan karya terjemahan ini ialah bentuk
penyajiannya, dimana penyusun tidak membagi hadis ke dalam beberapa
bab maupun sub tema, melainkan langsung menerjemahkan matannya
kedalam Bahasa Indonesia lengkap dengan sumber periwayatan dan
penyebutan sahabat di awal sanad. Kemudian ada hal menarik dari buku
ini sehingga menjadi perbedaan yang sangat signifikan dari buku-buku
hadis qudsi lainnya, yaitu aksara hadis yang menggunakan tulisan tangan
baik dalam cetakan pertama maupun kedua, namun penulis belum
mengetahui apa alasan penyusun melakukan hal ini, kendati demikian
tetap saja ini menjadi bentuk karakteristik tersendiri dari sebuah karya
ilmiah yang perlu diapresiasi. Selanjutnya di akhir bagian buku ini dapat
kita jumpai beberapa biografi singkat para ahli hadis yang jumlahnya tidak
kurang dari 21 ahli hadis sehingga menambah informasi kepada para
pembaca akan ulama yang menjadi sumber rujukan dalam kumpulan ini.
c. Eksistensi Sebuah Karya Hadis
Dalam katalog online onesearch.id disebutkan bahwa buku ini bisa
kita jumpai di perpustakaan-perpustakaan lain selain Perpustakaan Utama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan BPAD Daerah Yogyakarta,
perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, perpustakaan Nasional RI,
perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan, perpustakaan Universitas Islam
Negeri Alauddin, perpustakaan Politeknik Kesehatan Jogjakarta,
perpustakaan STAIN Pekalongan, perpustakaan IAIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, dan Perpustakaan Kota Bogor.
59
Adapun alasan Drs. Zainuddin menerjemahkan kitab al- Ithāfāt as-
Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah ini ialah karena adanya dorongan
untuk mengamalkan dan mendalami hadis-hadis qudsi, sehingga
harapannya karya ini bisa bermanfaat bagi orang banyak.
8. Kumpulan Hadis Qudsi karya Imam al-Nawawi dan al-Qasṯalani,
diterjemahkan oleh Miftahul Khoiri, S. Ag dkk, Tahun 2003.
Nama Kitab : Kumpulan Hadis Qudsi
Penyusun : Imam al-Nawawi dan Imam al-Qasṯalani
Penerjemah : Miftahul Khoiri, S. Ag dkk
Penerbit : al-Manar, Yogyakarta
Halaman : 799 halaman
Cetakan ke- : I (Satu)
Ukuran : Panjang 24,7 cm, Lebar 16,5 cm, Tebal 4 cm
Warna Sampul : Coklat
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Karya ini merupakan terjemahan dari al-Aẖāditsil al-Qudsiyyah
karya Imam al-Nawawi dan al-Qasṯalani yang terbit di Lebanon oleh
penerbit Muassah al-Rayyan pada tahun 2001 M. Kemudian
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Miftahul Khoiri, S.Ag dan
Muhammad Asmawi, S.Ag pada tahun 2003 lalu diterbitkan oleh penerbit
al-Manar Yogyakarta. Tidak perlu menunggu lama untuk menerbitkan
cetakan kedua, karena tahun 2006 karya ini kembali terbit dan 2007 karya
ini hadir dengan edisi revisi.
60
b. Berdasarkan Karakteristik
Dalam penyususnan hadis dikumpulkan berdasarkan tema, baru
setelah itu memaparkan syarah hadis dari dua kitab syarah terkenal yakni
kitab syarah al-Bukhārī dan Muslim, karena penyusun ingin para pembaca
mendapatkan penjelasan yang sudah di akui ketelitiannya, bahkan banyak
dari para ahli hadis yang menggunakan dua kitab ini sebagai sumber
rujukan. Selain dalam melakukan syarah, penyusun banyak memasukkan
tafsir al-Qur’an dan ayat suci-Nya sebagai penguat argumen.
Jumlah hadis yang termuat dalam karya ini sebanyak 400 hadis
yang sumbernya berasal dari kitab-kitab populer seperti Muwaṯṯā’ al-
Malik, Saẖīẖ al-Bukhārī, Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, Sunan Abu
Dāwūd, Sunan al-Nasā’i, Sunan Ibnu Mājah. Adapun pokok
pembahahasan yang terkandung meliputi masalah-masalah aqidah, ibadah,
muamalah, akhlak, adab, dan masalah lingkungan serta hal-hal yang
bersangkutan dengan akhirat. Kitab ini juga melakukan takhrij hadis guna
memudahkan siapa saja yang ingin melakukan pengecekan atau mengkaji
ulang hadis-hadis qudsi tersebut. Selain itu karya ini pula menyertakan
penilaian terhadap derajat hadis yang diambil dari pendapat imam-imam
hadis terkemuka.
Sistematika penulisan yang juga mewakili karakteristik sebuah
karya yakni di awali dengan pengantar penerbit, beberapa kaidah
Ahlussunnah waljama’ah dalam memahami nama-nama dan sifat-sifat
Allah, dilanjutkan dengan pendahuluan yang berisi tinjauan umum seputar
61
hadis qudsi, perbedaannya dengan al-Qur’an dan hadis Nabawi, sejarah
singkat perawi hadis yang menjadi sumber rukukan kitab ini. kemudian
penyusun langsung memaparkan hadis-hadis lengkap dengan nomor hadis
sehingga memudahkan pembaca dalam mencari hadis qudsi yang
dibutuhkan. Di samping itu penyusun menuliskan runtutan sanad,
kemudian matan dibarengi dengan terjemahannya.
Segala bentuk kesempurnaan penyajian yang penyusun upayakan
ini semata-mata penyusun berharap kumpulan ini bisa bermanfaat bagi
orang banyak begitu pula penerbit ingin karya ini mampu menghidupkan
kembali sunnah-sunnah Nabi di era modern seperti sekarang ini.
9. 40 Hadis Qudsi Pilihan Karya Ezzeddin Ibrahim, diterjemahkan oleh M.
Quraish Shihab, Tahun 2007.
Nama Kitab : 40 Hadis Qudsi Pilihan
Penyusun : Ezzeddin Ibrahim
Penerjemah : M. Quraish Shihab
Penerbit : Lentera Hati
Halaman : 132 halaman
Cetakan ke : III (Tiga)
Ukuran : Panjang 21 cm, lebar 13,6 cm, tebal 0,8 cm
Warna Sampul : kombinasi hitam dan kuning kunyit
a. Berdasarkan Kronologis Kemunculan
Buku ini pada mulanya adalah buku berbahasa Inggris berjudul
Forty Hadith Qudsi karya Ezzeddin Ibrahim yang terbit di Damaskus oleh
penerbit Dar al-Koran al-Kareem lalu diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia oleh Muhammad Quraish Shihab. Motivasi penyusun terhadap
62
kumpulan ini ialah sebagai bentuk perhatian kepada para pembaca yang
yang ingin mempelajari agama Islam dengan bahasa yang tidak selalu
berbahasa Arab sehingga mudah dipahami, selain itu sebagai upaya
pengembangan terhadap karya-karya lama baik dari sisi penghimpunan,
penelitian maupun penerjemahannya. Buku ini terbit pertama kali di
Indonesia pada tahun 2002 di Jakarta (Ciputat) oleh penerbit Lentera Hati,
kemudian kembali terbit pada tahun 2005 (cetakan kedua), 2007 (cetakan
ketiga) dan 2010 (cetakan keempat) dengan penerbit yang sama, namun
buku yang penulis jumpai di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
dan Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ merupakan versi cetakan ke
tiga. Sedangkan di Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah versi cetakan ke empat dengan hasil cetakan
yang lebih baik dan modern. Delain itu penulis juga menjumpai karya ini
di Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ Lebak Bulus Jakarta Selatan.
b. Berdasarkan Karakteristik
Melihat kumpulan ini, penyusun memiliki ketentuan tersendiri
dalam mengumpulkan hadis qudsi, di antaranya dengan melakukan
batasan jumlah hadis yang hanya kepada 40 hadis, alasannya yakni
keterbatasan jumlah ini bisa mempermudah para pelajar dalam
memahaminya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw “siapa yang
memelihara atas umatku empat puluh hadis yang menyangkut urusan
agama mereka, Allah akan membangkitkannya di hari kemudian dalam
kelompok ahli fiqh dan ulama-ulama.” Kemudian dalam kumpulan ini
pula penyusun hanya mencantumkan hadis-hadis yang bernilai shahih dan
63
hasan saja. Adapun sumbernya diambil dari dua ahli hadis terkemuka
yakni riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim berjumlah 34 hadis
kemudian sisanya dari kitab-kitab induk lain. Dengan pembatasan-
pembatasan yang disajikan dalam karya ini penulis anggap akan lebih
memudahkan para pembaca dalam menemukan hadis-hadis qudsi yang
bernilai saẖīh dan ẖasan saja.
Pokok ajaran Islam yang dibahas dalam kumpulan ini meliputi
aqidah, ibadah, akhlak, syahadat, istighfar dan taubat. Adapun sistematika
penulisan yang mewakili karakteristik literatur ini ialah dengan diawali
daftar isi, tinjauan umum seputar hadis qudsi, sumber-sumber hadis qudsi,
pokok bahasan hadis qudsi, kemudian dilanjut dengan untaian hadis qudsi
lengkap dengan nomor hadis sekaligus catatan kaki seringkas mungkin
guna mempermudah para pembaca dalam mengetahui sumbernya. Ketika
ditemukan hadis yang sumbernya lebih dari satu, maka penyusun terlebih
dahulu menyebut sumber yang redaksi riwayatnya dikutip baru setelah itu
menyebut sumber-sumber selainnya.
Dalam kumpulan ini secara redaksional penyusun hanya
mencantumkan hadis qudsi yang kandungannya dari awal sampai akhir
secara gamblang bersifat qudsiyah. Lalu dalam penyajiannya antara teks
hadis dengan terjemahan saling berhadapan, lengkap dengan nomor,
sumber periwayatan, serta judul atas kandungan matan hadis. Ini semua
bertujuan agar pembaca bisa lebih mudah dalam merujuknya.
64
c. Perbedaan Tahun Cetak
Adapun perbedaan yang penulis temukan antara cetakan ketiga dan
keempat adalah tidak adanya judul yang mendeskripsikan isi hadis pada
cetakan pertama sampai dengan ketiga, sedangkan cetakan selanjutnya
tidak demikian dan sampul wajah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Buku ini penulis jumpai di antaranya pada Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta
Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ Jakarta Selatan.
10. Mutiara Hadis Qudsi Karya Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh, diterjemahkan oleh
Dewi Ariyanti Lc, Tahun 2008.
Nama Kitab : Mutiara Hadis Qudsi
Penyusun : Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh
Penerjemah : Dewi Arianty, Lc
Penerbit : Mizania, Bandung
Halaman : 405 halaman
Cetakan : I (Satu)
Ukuran : -
Warna Sampul : Oranye
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Buku ini merupakan terjemahan dari kitab Fi Shuẖbah al-Aẖādits
al-Qudsiyyah karya Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh, terbit di Kairo pada tahun
2006 oleh penerbit Markaz al-Kitab li al-Nasyr. Kemudian diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dewi Ariyanti, Lc dan diterbitkan
pertama kali di Indonesia pada tahun 2008 oleh penerbit Mizania,
Bandung.
65
Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh selaku penyusun mengatakan bahwa
usahanya dalam menghimpun hadis qudsi merupakan sebagian cara untuk
meraih kefaqihan dalam Islam, dan beliau menganggap bahwa di masa
Islam yang kontemporer ini buku-buku yang membahas tema-tema hadis
qudsi sangatlah terbatas, dengan demikian karyanya ini hadir sebagai
pengisi keterbatasan tersebut sekaligus keutamaan dari Allah Swt.
b. Berdasarkan Karakteristik
Karakteristik yang paling menonjol dari karya ini menurut penulis
adalah penjabaran atas hadis yang disajikan, yang mana penyusun
memberikan banyak sekali ayat al-Qur’an dalam menganalogikan nash
hadis yang bersangkutan yang tujuannnya tidak lain ialah menghindari
adanya pertentangan dengan al-Qur’an, khususnya mengenai fadā’il al-
‘amāl, tanpa harus menghilangkan hukum-hukum yang telah ditetapkan
dalam Islam. Misalnya saja ketika menjelaskan hadis tentang Allah Swt
sebagai pemilik segala kekuasaan, di dalamnya penulis melakukan
pemisahan kalimat pada redaksi hadis lalu menjelaskan maksud dari
potongan kalimat tersebut dengan mencantumkan ayat suci al-Qur’an
sehingga argumen menjadi semakin kuat. Dalam satu hadis qudsi saja,
sang penulis bisa menjabarkannya hingga tiga belas lembar bahkan lebih.
c. Sistematika Penulisan
Adapun jumlah hadis yang tersaji dalam karya ini sebanyak 30
hadis qudsi dimana pada proses pemilahannya, penyusun hanya memilih
hadis qudsi yang mengandung tema-tema besar mengenai akhlak Islam
khususnya tentang ibadah. Dengan demikian dalam penyajiannya penulis
66
tidak membagi bagi hadis ke dalam beberapa sub bab tertentu. Penulis
menggunakan istilah “hadis kesatu” sampai dengan “hadis ketiga puluh,”
Kemudian sistematika penulisan yang diterapkan ialah dengan
diawali halaman sampul, daftar isi, kata pengantar lalu langsung kepada
poin pembahasan yakni menyajikan tiga puluh hadis qudsi lengkap dengan
penjelasannya sekaligus tema-tema penting seperti keutamaan bersabar
dalam meghadapi musibah, karakteristik hamba-hamba Allah yang shaleh,
kemuliaan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, keluhuran sikap syukur dan
ridha terhadap ketentuan Allah, keistimewaan ibadah kepada Allah dan
keluasan rahmat Allah. Tidak lupa pada bagian akhir buku ini, penyusun
mencantumkan indeks sehingga mempermudah pembaca dalam mencari
istilah-istilah penting dalam buku ini.
11. Hadis Qudsi Karya Kamil Uwaidah, diterjemahkan oleh M. Abd. Mujib
el-Zayyad dkk, Tahun 2008.
Nama Kitab : Hadis Qudsi
Penyusun : Kamil Uwaidah
Penerjemah : M. Abd. Mujib el-Zayyad dkk
Penerbit : Pena Pundi Aksara, Jakarta
Halaman : 409 halaman
Cetakan : II (dua)
Ukuran : panjang 21 cm, lebar 15,2 cm, tebal 2,3 cm
Warna : kombinasi coklat dan hijau
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Judul utuh dari karya ini adalah Hadis Qudsi; Panduan dan
Literasi Hadis Qudsi. Karya ini merupakan terjemahan dari kitab al-
67
Aẖādīts al-Qudsiyyah karya Kamil Uwaidah yang terbit di Mansaura pada
tahun 2002 oleh penerbit Darul Gad al-Jadīd. Adapun penerjemah dari
kitab ini antara lain M. Abd. Mujib el-Zayyad, M. Miftahurrahman, dan
Musyarrofah. Kemudian terjemahan ini mulai terbit di Indonesia pada
tahun 2007 tepatnya bulan April oleh penerbit Pena Pundi Aksara Jakarta.
Tidak butuh waktu lama menuju cetakan kedua karena pada April 2008
buku ini kembali terbit dengan perwajahan yang sama.
b. Berdasarkan Karakteristik
Hadis qudsi yang tercantum dalam kumpulan ini berjumlah 292
buah, pernyataan atas jumlah tersebut merupakan ijtihad penulis dalam
menghitungnya sebab dalam terjemahan ini penyusun tidak
mencantumkan nomor hadis, melainkan langsung membaginya ke dalam
sub tema khusus sehingga pembahasannya lebih spesifik. Kemudian
sumber yang penyusun gunakan ialah kitab-kitab hadis para ulama
terkemuka seperti kitab Muwaṯṯa’ Malik, Saẖīẖ Bukhārī, Saẖīẖ Muslim,
Jāmi’ at-Tirmidzī, Sunan Abu Daud, Sunan an-Nasā’i dan Sunan Ibnu
Mājah serta dua kitab rujukan utama dari ulama terkemuka yakni al-
Ithāfāt as-Saniyyah Bi al-Aẖādīts al-Qudsiyyah karya al-Munawi dan
Qawāid al-Taẖdīts min Funūn Musṯalaẖ al-ẖadīts karya Sayyid
Jamaluddin al-Qasimy ad-Dimasqi. Melihat sumber yang digunakan, maka
nampaknya karya ini memiliki kesamaan dengan karya hadis qudsi lainnya
yakni 272 Hadis Qudsi dan 254 Hadis Qudsi.
Pokok ajaran Islam yang dibahas dalam buku ini tidak jauh
berbeda dengan buku-buku kumpulan hadis qudsi lainnya, yaitu meliputi
68
akidah, ibadah dan akhlak. Selanjutnya sistematika penulisan yang
mewakili karakteristik literatur ini antara lain dengan diawali prakata
penerbit, lalu mukaddimah sang penyusun kemudian dilanjut dengan
tinjauan umum seputar hadis qudsi serta perbedaannya dengan al-Qur’an
dan hadis nabawi. Tidak lupa penyusun juga mencantumkan biografi
singkat para perawi hadis. Di samping itu hal menarik yang penulis lihat
dalam kumpulan ini ialah adanya keterangan derajat nilai hadis sehingga
memudahkan para pembaca dalam mengetahui mana hadis qudsi yang
saẖīh, ẖasan dan ḏa’īf.
c. Metodologi dan Eksistensi Sebuah Karya
Metode yang digunakan ialah dengan meyebutkan satu hadis saja
ketika tidak terkandung didalamnya perbedaan dalam periwayatan.
Adapun catatan sumbernya adalah seorang dari kalangan sahabat
Rasulullah. Kemudian apabila ditemukan beberapa riwayat yang berbeda,
walaupun bersumber dari satu pebahasan, baik dengan penambahan
maupun pengurangan, atau penggunaan kalimat yang berbeda, atau karena
perawinya bukan dari kalangan sahabat generasi pertama, kemudian bisa
jadi memiliki tujuan tersendiri yakni sebagai penekanan, maka hadis yang
berbeda itu penyusun sebutkan kembali. Adapun dalam penyusunannya
terbagi ke dalam 42 bab dimana masing-masing bagiannya terdiri dari satu
sampai delapan hadis, bisa kurang bisa pula lebih tergantung kebutuhan.
Dengan demikian penerbit berharap buku ini dapat bermafaat bagi
siapa saja yang ingin mempelajari hadis qudsi, sebab apa yang dikupas
69
dalam kumpulan ini adalah sesuatu yang menjadi pegangan kedua umat
Islam setelah al-Qur’an.
12. Kamus Hadis Qudsi Lengkap karya Syeikh ‘Ali Ibnu Salahuddin ibnu ‘Ali
al-Yamani, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar Ihsan Lc, tahun 2009.
Nama Kitab : Kamus Hadis Qudsi Lengkap
Penyusun : Syeikh ‘Ali Ibnu Salahuddin al-Yamani
Penerjemah : Bahrun Abu Bakar Ihsan, Lc
Penerbit : Nuansa Aulia, Bandung
Halaman : 296 halaman
Cetakan ke- : I (Satu)
Ukuran : panjang 24 cm, lebar 15,2 cm, tebal 1,3 cm
Warna Sampul : Kombinasi hitam dan hijau
a. Berdasarkan Kronologis Kemunculan
Judul asli dari karya ini adalah simṯul la’āl fī mā jā’a min ẖadīts
min kalami dzil jalal karya ‘Ali Ibnu Salahuddin al-Yamani oleh penerbit
Maktabah Turātsul Islami yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia oleh Bahrun Abu Bakar Ihsan Lc dengan judul kamus hadis
qudsi lengkap. Terbit pertama kali di Indonesia pada Maret 2009 oleh
penerbit Nuansa Aulia Bandung. Karya ini penulis jumpai di Perpustakaan
Umum Islam Iman Jama’ Lebak Bulus Jakarta Selatan.
b. Berdasarkan karakteristik
Dalam penyusunannya, karya ini membedakan penulisan huruf
antara kalam Allah dengan sabda Nabi Saw, yang mana jika kalam Allah
baik dalam bahasa Arab maupun terjemahan, maka hurufnya ditebalkan,
sedangkan sabda Nabi Saw sebaliknya.
70
Hadis--hadis yang tercantum diurut berdasarkan huruf hijaiyah
dengan jumlah hadis 490 buah, dengan demikian, penyusun tidak
mencantumkan nama periwayat sahabat sebelum penulisan matan,
melainkan setelahnya dibarengi dengan sumber rujukan tanpa
menambahkan syarah.
Demi kemudahan para pembaca, pihak penerbit Nuansa Aulia ini
dalam daftar isinya memberikan judul pada setiap hadis yang
diterjemahkan. Adapun sumber yang digunakan ialah kitab imam hadis
terkemuka yakni kutub al-sittah maupun kutub al-tis’ah dan kitab-kitab
hadis lainnya.
13. Himpunan Hadis Qudsi karya Syekh ‘Irfan Ibnu Sulaim al-‘Asysya
Hassuunah al-Dimasyqiy, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar, L.C
Tahun 2009.
Nama Kitab : Himpunan Hadis Qudsi
Penyusun : Syekh ‘Irfan Ibnu Sulaim al-Dimasyqiy
Penerjemah : Bahrun Abu Bakar Lc
Penerbit : Sinar Baru Algesindo, Bandung
Halaman : 446 halaman
Cetakan ke- : II (Dua)
Ukuran : panjang 2,8 cm, lebar 14,5 cm, tebal 2,1 cm
Warna Sampul : kombinasi hijau dan kuning
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Karya Himpunan Hadis Qudsi ini merupakan bentuk terjemahan
dari kitab Majma’un Nurain Lil Aẖāditsil Qudsiyyah Minas saẖīẖain
bikhtilāfir Riwāyāti wa Alfāzhi karya Syekh ‘Irfan Ibnu Sulaim al-‘Asysya
71
Hassuunah ad-Dimasyqiy yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia oleh Bahrun Abu Bakar, L.C. setelah itu diterbitkan pertama
kali di Indonesia pada tahun 2008 oleh penerbit Sinar Baru Algesindo
Bandung. Tidak perlu waktu lama untuk menerbitkan cetakan kedua
karena pada tahun berikutnya yakni tahun 2009 buku ini kembali terbit
dengan perwajahan yang sama dan versi kedua inilah yang penulis
temukan dalam perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b. Sekilas Tentang Syekh ‘Irfan al-Dismasyqiy
Sebelum Syekh ‘Irfan ad-Dimasyqiy berhasil menyusun kitab ini,
beliau pun telah menyelesaikan karya tulis yang berjudul ‘Ensiklopedia
Hadis-Hadis Qudsi’ disertai dengan penjelasannya. Adapun sumbernya
berasal kitab Saẖīhain Imam al-Bukhārī dan Imam Muslim saja, dengan
tujuan memberi kemudahan kepada pembaca yang budiman untuk
mengikuti apa yang telah ditetapkan dan dinilai shahih dari Rasulullah
Saw dan tentang apa yang beliau riwayatkan dari Tuhannya. Lalu
dimaksudkan agar faedah yang diharapkan dapat terpenuhi secara lengkap
menyangkut pemahaman nash-nash hadis, yang sebagiannya melengkapi
sebagian yang lain.
c. Berdasarkan Karakteristik
Hadis yang dicantumkan dalam kumpulan ini berjumlah 133 buah,
hal ini bisa dilihat dengan jumlah penomoran pada setiap hadis yang
penyusun uraikan. Di samping itu, pokok ajaran Islam yang terkandung
dalam himpunan ini meliputi akidah, ibadah dan akhlak. Adapun
72
Pembahasan dalam himpunan ini terbagi kedalam beberapa sub bab,
lengkap dengan judul pada setiap hadisnya, diantara pembagian bab
tersebut antara lain bab tauhid, shalat, puasa, haji, jihad, dzikir, tobat,
khauf raha’, larangan, kisah Nabi-Nabi, raqaa’iq, mahabbah, bersabar, al-
Mantsurah, ihwal hari kiamat dan pasal akhir dari ahli Surga Neraka.
Berbeda dengan buku-buku himpunan hadis qudsi sebelumnya,
buku ini tidak mencantumkan tinjauan umum tentang hadis qudsi
melainkan langsung kepada poinnya yakni penyebutan hadis disertai
penjabaran kata-kata yang agaknya sulit dipahami. selain itu penyusun
juga memberikan komentar terhadap hadis sehingga memberi penjelasan
dan informasi mendalam kepada para pembaca tentang isi kandungan
hadis. Tidak lupa pula penyusun menambahkan beberapa ayat al-Qur’an
dalam melakukan syarah hadis sebagai penguat argumen. kemudian
perihal sistematika penulisannya penyusun menyebutkan sanad hadis
berikut sumber periwayatannya.
d. Eksistensi Sebuah Karya
Informasi akan keberadaan karya ini tidak penulis temukan dalam
katalog Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta maupun katalog online yaitu onesearch.id.
Melainkan jika dicari secara teliti, maka karya ini penulis jumpai di
Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
buu ini merupakan hibah Alumni UIN Jurusan Tafsir Hadis, sehingga
seringkali dijumpai kasus seperti ini yaitu adanya perbedaan antara isi
katalog dengan penempatan pada rak buku yg tidak selalu dicantumkan.
73
14. Syarah Hadits Qudsi Karya Team Daar al-Bazz, diterjemahkan oleh
Wawan Djunaedi Soffandi, Tahun 2009.
Nama kitab : Syarah Hadis Qudsi
Penyusun : Team Daar al-Baaz
Penerjemah : Wawan Djunaedi Soffandi
Penerbit : Pustaka Azam, Jakarta
Halaman : 868 halaman
Cetakan ke- : V (Lima)
Ukuran : panjang 25 cm, lebar 14 cm, tebal 1,3 cm
Warna Sampul : Biru
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Karya ini merupakan terjemahan dari kitab al-Aẖādīts al-
Qudsiyyah karya Team Daar al-Bazz yang kemudian diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia oleh Wawan Djunaedi Soffandi dengan judul
“Syarah Hadits Qudsi”. Cetakan kelima yang penulis temukan terbit pada
tahun 2009 tepatnya bulan September oleh penerbit Pustaka Azzam
Jakarta. Penulis tidak melihat adanya cetakan pertama dalam katalog
perpustakaan utama maupun perpustakaan Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Kendati demikian, dengan melihat cetakan kelima
ini maka bisa dipastikan bahwa setidaknya sampai dengan tahun 2009
buku ini masih terus dicetak.
b. Berdasarkan Karakteristik
Adapun kitab yang menjadi sumber rujukan dalam pengerjaan
karya ini meliputi kitab-kitab Imam hadis terkemuka seperti Muwaṯṯa’
Malik, Saẖīẖ Bukhārī, Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, Sunan Abu Daud,
74
Sunan al-Nasā’i dan Sunan Ibnu Mājah. Kemudian metode yang
digunakan ketika dijumpai hadis yang disebut berulang kali, maka
penyusun cukup menyebutkannnya sekali saja, ini pun dengan syarat hadis
yang diriwayatkan jalurnya sama atau yang hanya diriwayatkan oleh
seorang sahabat, namun jika sebaliknya, maka penyusun akan kembali
menyebutnya. Di samping itu untuk menjelaskan makna hadis, penjelasan
yang penyusun gunakan ialah dengan merujuk kitab syarah karya Ibnu
Hajar al-Qasṯalani dan Imam al-Nawawi, alasannya tidak lain karena
keilmuan dan ketelitian beliau senantiasa menjadi rujukan bagi banyak
para penyusun kitab. Kendati demikian, penyusun tidak menafikkan
bahwa dalam pengerjaan syarah ini pun membutuhkan beberapa kitab
rujukan lain seperti kitab tafsir, bahasa dsb.
Penghimpunan hadis dalam karya ini terbagi kedalam empat puluh
dua bab dengan penamaan berbeda-beda sesuai tema pada kitab aslinya,
tidak lupa pula diberi nomor sehingga memudahkan pembaca dalam
melacak hadis dalam bagian-bagian yang tidak terlalu meluas. Jumlah
hadisnya pun cukup banyak yakni mencapai 400 buah hadis yang
termasuk di dalamnya pengulangan penyebutan hadis. Setelah itu jika
ditinjau dari sisi sistematika penulisan, maka akan dijumpai dalam karya
ini pembahasan yang diawali dengan tinjauan umum seputar hadis qudsi,
lalu biografi singkat para Ahli Hadis yang menjadi sumber rujukan ini
kemudian berlanjut pada pokok inti yakni pembagian sub bab hadis yang
diawali dengan bab satu bertemakan “Keutamaan Dzikir kepada Allah
Ta’ala dan Kalimat Tauhid” dan diakhiri dengan tema “Orang Mukmin
75
Melihat Tuhannya dan Dialog Allah dengan Penghuni Surga”. Adapun
pokok ajaran Islam yang terkandung dalam kumpulan ini sebagaimana
disebutkan pada bab tinjauan umum hadis qudsi yakni meliputi bidang
akidah, ibadah dan akhlak.
c. Revisi Terhadap Kitab Asli
Dalam kitab versi bahasa Arab, penerjemah sering kali
menemukan kesalahan cetak. Misalnya hadis nomor 155 yang mengalami
kekeliruan asal riwayatnya dimana bukan berasal dari an-Nasā’i,
melainkan dari Ibnu Mājah. Lalu kesalahan pada redaksi surah Ali-‘Imran
ayat 120 yang ada pada halaman 184 (kitab Arab), seharusnya disebutkan
ittaqullāh tetapi justru disebut wattaqullāh. Dengan beberapa kekeliruan
ini penterjemah langsung membenarkannya dalam edisi terjemahan ini. Di
samping itu, penerjemah berani mengambil tindakan dengan menyebutkan
redaksi hadis secara lengkap sesuai kitab rujukannya ketika di dalam kitab
berbahasa Arab hanya disebutkan sebagian, tujuannya agar para pembaca
bisa membaca redaksi hadis secara utuh tanpa adanya pemotongan.
Dengan berbagai upaya penerjemah tersebut, beliau berharap karyanya ini
mampu memudahkan para pelajar muslim khususnya Indonesia dalam
memahami hadis-hadis qudsi yang diperlukan.
15. Kumpulan Hadis Qudsi Pilihan Karya Syaikh Fathi Ghanim,
diterjemahkan oleh Yasir Maqosid, Lc Tahun 2011.
Nama Kitab : Kumpulan Hadis Qudsi Pilihan
Penyusun : Syaikh Fathi Ghanim
Penerjemah : Yasir Maqosid, Lc.
Penerbit : Pustaka al-Kautsar, Jakarta
76
Halaman : 624 halaman
Cetakan ke- : I (Satu)
Ukuran : panjang 24,6 cm, lebar 15,8 cm, tebal 3 cm
Warna Sampul : Kombinasi hitam dan coklat
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Karya ini merupakan terjemahan dari kitab al-Aẖādīts al-
Qudsiyyah yang ditulis oleh Syaikh Fathi Ganim. Kitab ini pertama kali
muncul di Kairo pada tahun 2008 oleh penerbit al-Dirasah. Kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yasir Maqosid, Lc pada
tahun 2011 oleh penerbit Pustaka al-Kautsar Jakarta. Tidak perlu waktu
lama dalam menunggu cetakan kedua karena pada tahun selanjutnya yaitu
tahun 2012, buku terjemahan ini kembali terbit dengan perwajahan yang
serupa. Adapun karya yang penulis jumpai di perpustakaan Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah versi cetakan kedua dari
ensiklopedia ini.
Metode yang digunakan dalam pengerjaan karya ini penulis
mengutip perkataan penyusun di dalam mukaddimahnya:
Apabila ada hadis yang diulang-ulang, maka lajnah hanya
menyebutkan hadis tersebut sekali saja. Hal itu jika memang riwayat hadis
tersebut tidak berbeda-beda dan perawinya adalah satu sahabat. Akan
tetapi jika riwayatnya berbeda-beda (walaupun dari satu kitab) dengan
adanya penambahan, pengurangan maupun redaksi yang berbeda, ataupun
jika perawinya tidak sama, maka riwayat yang berbeda itu akan kami
sebutkan semuanya. Atau jika tidak, maka kami hanya memberi catatan
bahwa riwayat tersebut ada tambahan maupun pengurangan.
Selain itu, sumber yang digunakan dalam menjelaskan syarah hadis adalah
kitab syarah karya Imam al-Allamah al-Qasṯalani, Imam al-Nawawī,
77
alasannya karena para ulama sepakat dengan keilmuan dan ketelitian
mereka.
b. Berdasarkan Karakteristik
Buku ini dalam sistem penulisannya membagi hadis qudsi kedalam
41 sub tema lengkap dengan nomornya sehingga dalam mengetahui
kelompok yang bersangkutan dengan hadis yang diperlukan akan lebih
mudah menemukannya. Awal sub tema dari karya ini berjudul
“Keutamaan Berdzikir Mengingat Allah dan Kalimat Tauhid” kemudian
diakhiri dengan tema “Orang-Orang Mukmin Akan Melihat Tuhannya di
Akhirat.” Selanjutnya dalam rangka memberikan informasi yang
dibutuhkan pembaca, penyusun mengawali buku ini dengan mukaddimah
dan tinjauan umum tentang hadis qudsi, penyebutan hadis-hadis qudsi,
serta penuturan biografi singkat para imam yang hadisnya tercantum
dalam pembahasan ini. Adapun sumber yang penyusun gunakan dalam
menggumpulkan hadis-hadis qudsi ini meliputi kitab Muwaṯṯa’ Malik,
Saẖīẖ Bukhārī, Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, Sunan Abu Daud, Sunan
al-Nasā’i dan Sunan Ibnu Mājah.
Pokok ajaran Islam yang terkandung dalam buku ini meliputi
akidah, ibadah dan akhlak, sedangkan jumlah hadis dalam kumpulan ini
sebanyak 400 hadis, dalam cakupan ini termasuk didalamnya hadis-hadis
yang berulang-ulang riwayatnya, baik dari sisi sanad maupun matan.
Dengan demikian, dengan kehadiran karya ini penerbit berharap para
pembaca mampu menerapkan kebaikan yang terkandung dalam buku ini
dan dengan segala kemudahan yang penyusun sajikan tentunya penulis
78
kira ini karya cukup memudahkan para pembaca dalam menemukan hadis
qudsi yang diinginkan. Adapun keberadaan kitab ini penulis jumpai ini
merupakan hibah yang diberikan dari alumni kepada Perpustakaan
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
16. Ensiklopedia Hadits Qudsi Karya Team Daar bin Baaz, diterjemahkan
oleh Imanuddin Kamil Lc, Tahun 2012.
Nama Kitab : Ensiklopedia Hadits Qudsi
Penyusun : Team Daar bin Baaz
Penerjemah : Imanuddin Kamil Lc
Penerbit : Pustaka al-Sunnah, Jakarta
Halaman : 907 halaman
Cetakan : III (tiga)
Ukuran : panjang 20 cm, lebar 14 cm, tebal 1,3 cm
Warna Sampul : Hijau
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Karya satu ini merupakan terjemahan dari kitab al-Aẖādīts al-
Qudsiyyah karya Team Daar bin Baaz, yang kemudian di terjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia oleh Imanuddin Kamil Lc dengan judul
“Ensiklopedi Hadits Qudsi; dan Penjelasannya.” Diterbitkan pertama kali
di Indonesia pada tahun 2007, sebagaimana keterangan dalam cetakan
ketiga yang penulis jumpai di Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terbit pada Tahun 2012 oleh penerbit Pustaka as-
Sunnah Jakarta. Tujuan dari pembagian ini adalah adalah agar pembaca
cukup dengan mengenali kelompok yang berhubungan dengan hadis yang
79
dicari, kemudian menemukannya dalam ruang yang lebih sempit namun
efektif.
Sumber rujukan yang digunakan dalam penghimpunan buku ini
meliputi kitab-kitab Imam Hadis terkemuka seperti Muwaṯṯa’ Malik, Saẖīẖ
Bukhārī, Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, Sunan Abu Daud, Sunan al-
Nasā’i dan Sunan Ibnu Mājah. Dalam penyusunannya ketika ditemukan
riwayat hadis yang diulang, namun riwayatnya sama atau hanya
diriwayatkan oleh satu sahabat, maka penyusun cukup mencantumkannya
sekali, sedangkan apabila sebaliknya dan terjadi perbedaan redaksi barulah
penyusun menyebutkannya kembali.
b. Berdasarkan Karakteristik
Karya ini memuat penjelasan hadis yang sumber rujukannya
diambil dari kitab syarah karya al-Qasṯalani dan an-Nawawi. Mengapa
beliau? Karena keilmuan dan ketelitiannya banyak di pakai para ulama-
ulama penyusun kitab sebagai sumber yang terpercaya. Sedangkan metode
penulisan yang digunakan sebagai petunjuk panduan mencari hadis ialah
dengan pemberian nomor pada setiap hadis yang jumlahnya mencapai 400
buah. Pemberian nomor ini pun terbagi ke dalam 42 sub tema, judul tema
dalam karya ini diawali dengan “Keutamaan Dzikrullah Ta’ala dan
Kalimat Tauhid.” Kemudian diakhiri dengan tema berjudul “Orang-orang
Mukmin Melihat Tuhannya dan dialog Allah dengan Penghuni Surga.”
Seperti karya-karya hadis qudsi di Indonesia pada umumnya, di
bagian awal pembahasan buku ini mencantumkan tinjauan umum tentang
hadis qudsi, serta perbedaannya dengan al-Qur’an dan hadis Nabi.
80
Kemudian memberi penjelasan singkat mengenai biografi para ulama
hadis yang menjadi sumber rujukan dalam karya ini. Kemudian dalam
beberapa tema tertentu penyusun menyebutkan keterangan sanad dan
perawi mengenai identitas aslinya. Kemudian pokok ajaran Islam yang
terkandung dalam kumpulan ini meliputi kajian akidah, ibadah dan akhlak.
Di antara karya yang lain, ensiklopedia hadis qudsi merupakan karya hadis
qudsi tertebal yang pernah penulis temukan dan dapat dijumpai di
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
17. Shahih Hadits Qudsi Karya Syaikh Isamuddin Al-Sababiṯi,
diterjemahkan oleh Umar Mujtahid L.C, Tahun 2014.
Nama Kitab : Shahih Hadis Qudsi
Penyusun : Syaikh Isamuddin Al-Sababithi
Penerjemah : Umar Mujtahid, Lc
Penerbit : Pustaka Imam al-Syafi’i, Jakarta
Halaman : 759 halaman
Cetakan ke- : I (Satu)
Ukuran : panjang 24,8 cm, lebar 17,4 cm, tebal 3,5 cm
Warna Sampul : Coklat
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Karya yang satu ini merupakan bentuk terjemahan dari kitab Saẖīẖ
al-Aẖādīts al-Qudsiyyah yang ditulis oleh Syaikh Iṣamuddin Al-Sababiṯi
dan terbit di Mesir pada tahun 2005 dengan penerbit Dārul Hadits.
Kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh Umar Mujtahid,
Lc. pada tahun 2014 tepatnya bulan November oleh penerbit Pustaka
81
Imam al-Syafi’i Jakarta. Adapun perwajahan yang penulis jumpai ini
merupakan versi cetakan pertama.
Dalam mukaddimahnya, Iṣamuddin Al-Sababiṯi menjabarkan
beberapa gambaran umum proses pengerjaan karyanya ini, beliau
mengatakan bahwa dalam penyusunannya ia menyertakan bab-bab sesuai
dengan topik pembahasan sekaligus mencantumkan sanad hadis walaupun
tidak detail. Terdapat pula di dalamnya ktitik atau penilaian dan penjelasan
ringkas atas hadis baik dari segi kata maupun maknanya sehingga buku ini
sangat mudah dipahami. selain itu beliau berupaya membuat suatu
kumpulan yang saẖīẖ dengan melakukan kritik sanad dan matan atas
hadis-hadis yang berhasil dikumpulkan. Tidak lupa guna menambah
pengetahuan, penyusun memberikan indeks yang berisikan penggalan
hadis yang sama pokok-pokok pembahasannya.
b. Berdasarkan Karakteristik
Sistematika penulisan yang mewakili kharakteristik dari buku ini
adalah dengan diawali pengantar dari penerbit, daftar isi, lalu persembahan
karya kepada seseorang yang bernama Izzuddin, penulis belum bisa
memastikan siapakah Izuudin yang beliau maksud, sebab tidak ada
keterangan selebihnya. Kemudian beranjak pada pendahuluan cetakan
pertama dan keempat, tinjauan umum tentang hadis qudsi, setelah itu
masuk kepada penyebutan hadis-hadis qudsi dengan bab satu yang diberi
judul “Tauhid dan Keimanan” sampai dengan bab sembilan belas.
Terakhir sebagai penutup penyusun mencantumkan daftar isi serta
glossarium yang berisikan istilah-istilah umum dalam hadis.
82
Jumlah hadis qudsi dalam buku ini sebanyak 545 buah sesuai
dengan nomor yang penyusun cantumkan. Tidak lupa pula penyusun
memberikan penilaian akhir tentang derajatnya, dengan catatan beliau
hanya mencantumkan hadis qudsi yang bernilai shahih dan hasan saja.
Adapun sumber yang menjadi rujukan utama kumpulan ini ialah kitab-
kitab Imam hadis terkemuka seperti Muwaṯṯa’ Malik, Saẖīẖ Bukhārī,
Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, Sunan Abu Daud, Sunan al-Nasā’i dan
Sunan Ibnu Mājah. Kemudian pokok ajaran Islam yang terkandung dalam
pembahasan buku ini meliputi bidang akidah, ibadah dan akhlak, hal ini
sebagaimana yang penyusun katakan dalam pendahulunnya. Dengan
kemudahan-kemudahan yang penyusun upayakan dalam pengerjaan buku
ini, maka harapannya karya ini mampu memberi manfaat bagi kalangan
pelajar dan peneliti ilmu khususnya bidang hadis.
18. Hadis Qudsi Karya Drs. Moh. Syamsi Hasan, M.Pd, Tanpa Tahun.
Nama Kitab : Hadis Qudsi
Penyusun : Drs. Moh. Syamsi Hasan, M.Pd
Penerbit : Amelia, Surabaya
Halaman : 624 halaman
Cetakan ke- : -
Warna Sampul : Hitam
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Judul lengkap dari karya ini adalah Hadis Qudsi; Firman Allah
Tabaraka Wa Ta’alla Selain al-Qur’an, ditulis oleh Drs. Moh. Syamsi
Hasan, M.Pd dan terbit di Surabaya oleh penerbit Amelia. Penyusun tidak
mencantumkan tahun terbit dari karya ini, sehingga penulis sedikit
83
kesulitan dalam mengetahui kapan pertama kali buku ini hadir, meskipun
begitu, jika dilihat dalam katalog online onesearch.id atau melalui
penelusuran onesearch.id, maka akan dijumpai tahun terbit dari karya ini
yakni tahun 2014, dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa
setidaknya di tahun tersebut buku ini sudah ada, terlepas dari pengulangan
dalam pencetakannya.
Di samping itu, penulis belum bisa memastikan jumlah hadis yang
tercantum dalam kumpulan ini, sebab penyusun tidak memberi nomor
pada setiap hadisnya, melainkan hanya memberi judul besarnya saja.
Kendati demikian dengan melihat judul hadis dalam daftar isi yang tertera
dalam buku ini, maka penulis simpulkan bahwa jumlah hadis qudsi yang
ada sebanyak 158 buah (belum termasuk pengulangan periwayatan jika
terjadi pengulangan).
b. Berdasarkan Karakteristik
Pokok ajaran Islam yang dibahas dalam kumpulan ini meliputi
akidah, ibadah dan akhlak dalam Islam. Dalam pengantarnya disebutkan
bahwa materi yang terkandung di dalamnya mencerminkan bagaimana
seorang muslim seharusnya membangun kehidupan, baik secara vertikal
maupun horizontal atas ridho Allah Swt agar bahagia dunia akhirat. Di
samping itu sumber yang diambil dalam penyusunan buku ini meliputi
sembilan kitab hadis (al-Kutub al-Tis’ah), antara lain Saẖīẖ al-Bukhāri,
Saẖīẖ Muslim, Sunan al-Tirmidzi, Sunan al-Nasa’i, Sunan Abi Dawud,
Sunan Ibnu Mājah, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Muwatha’ al-
Imam Malik, dan Sunan al-Darimy.
84
Pada sistematika penulisan, penyusun tidak mencantumkan
tinjauan umum tentang hadis qudsi, melainkan langsung kepada pokok
pembahasan yaitu penyebutan hadis-hadis qudsi lengkap dengan judul,
sanad dan sumber periwayatannya. Selain itu Penyusun tidak
menambahkan komentar maupun penjelasan atas hadis qudsi yang
disebutkan. Kendati demikian, penyusun tetap berharap karyanya ini bisa
memudahkan para pelajar muslim, muballigh, dan para pecinta ilmu,
utamanya di bidang hadis, dalam upayanya mendapatkan hadis qudsi yang
diperlukan.
19. Kelengkapan Hadis Qudsi Karya Lembaga al-Qur’an dan al-Hadits,
Majlis Tinggi Urusan Agama Islam Kementrian Wakaf Mesir,
diterjemahkan oleh Muhammad Zuhri, Tanpa Tahun.
Nama Kitab : kelengkapan Hadis Qudsi
Penyusun : Lembaga Wakaf Mesir
Penerjemah : Muhammad Zuhri
Penerbit : Toha Putra, Semarang
Halaman : 471 halaman
Cetakan ke- : -
Ukuran : panjang 20 cm, lebar 14 cm, tebal 1,3 cm
Warna Sampul : Merah
a. Berdasarkan Kronologi Kemunculan
Judul asli dari karya ini adalah al-Aẖāditsul Qudsiyyah, disusun
oleh Lembaga al-Qur’an dan al-Hadits, Majlis Tinggi Urusan Agama
Islam Kementrian Wakaf Mesir, yang kemudian diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh Muhammad Zuhri dengan penerbit Toha Putra
85
Semarang, penulis tidak menemukan tanggal terbit dalam karya ini, namun
dengan melihat katalog Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta bahwa telah disebutkan tahun terbitnya yakni tahun 1982, maka
dengan kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa setidaknya pada
awal dekade delapan puluhan buku ini sudah ada. sebagaimana pula
tanggal penulisan kata pengantar yang ditulis oleh penterjemah yang
bertepatan pada tanggal 15 Mei 1982. Akan tetapi tetap saja penulis tidak
mencantumkan tahun terbit dalam judul besar karya ini, sebab penulis
hanya mendeskripsikan karya hadis qudsi seseuai keadaan yang tercantum
pada informasi buku tersebut.
b. Berdasarkan Karakteristik
Sumber dari pengkodifikasian hadis-hadis qudsi ini meliputi kitab-
kitab Imam hadis terkemuka seperti Muwaṯṯa’ Malik, Saẖīẖ Bukhārī,
Saẖīẖ Muslim, Jāmi’ al-Tirmidzī, Sunan Abu Daud, Sunan al-Nasā’i dan
Sunan Ibnu Mājah. Kemudian dalam pembahasannya penyusun membagi
hadis kedalam 43 bab dengan sub tema yang berbeda-beda, yaitu diawali
dengan tema “Keutamaan Dzikir dan Kalimat Tauhid” kemudian tema di
akhiri dengan “Orang-Orang Mu’min Melihat Tuhan dan Allah Berfirman
Kepada Penghuni Surga”. Keseluruhan jumlah hadis yang tercantum
dalam himpunan ini sebanyak 400 buah (termasuk pengulangan
periwayatan) lengkap dengan nomor sekaligus komentar atau penjelasan
atas hadis sehingga memudahkan para pembaca dalam mengetahui bagian
hadis yang berhubungan dengan hadis dalam satu kelompoknya, serta
86
mengupas makna yang tersirat walaupun penyusun mengatakan dalam
mukaddimahnya dengan kalimat “sekedarnya” saja.
Ketika di dalamnya terjadi pengulangan dalam periwayatan hadis,
maka penyusun hanya mencantumkannya sekali bilamana hadis itu tidak
berbeda riwayat, dan dari seorang sahabat. Jika riwayatnya berlainan
dengan pengurangan ataupun penambahan dalam redaksinya maupun
sanadnya, maka penyusun kembali sebutkan hadisnya. Kemudian dalam
memberi penjelasan atas hadis, penyusun merujuk kepada kitab Syarah
Imam Bukhārī, dan Imam Muslim, sebagaimana diketahui bahwa banyak
ulama sepakat dengan keilmuan dan kredibilitas mereka dalam bidang
hadis dan menjadikannya sumber rujukan.
Pada sistematika penulisan, buku ini diawali dengan pendahuluan
yang membahas tinjauan umum seputar hadis qudsi, dilanjut dengan
penjelasan biografi singkat para imam hadis yang menjadi sumber rujukan
dalam kumpulan ini. Adapun pokok ajaran Islam yang terkandung dalam
karya terjemahan ini meliputi bidang akidah, ibadah dan akhlak. Dengan
demikian, penyusun berharap karyanya ini dapat bermanfaat untuk para
pelajar muslim khususnya yang ingin mempelajari bidang hadis.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam meneliti literatur hadis
qudsi di Indonesia, maka karakteristik yang dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hanya ada dua literatur yang disusun langsung oleh penulis Indonesia,
diantaranya: 325 Hadis Qudsi karya K.H. Firdaus A.N dan Hadis Qudsi
karya Moh. Syamsi Hasan. Sisanya merupakan bentuk terjemahan atas
karya yang sudah ada. Hal ini menunjukkan kurangnya kontribusi muslim
Indonesia dalam kancah penulisan orisinil karya hadis.
2. Semua literatur hadis qudsi mengambil sumber dari kitab induk hadis yang
sama, yakni Saẖīẖ al-Bukhārī dan Saẖīẖ Muslim.
3. Jumlah hadis qudsi terbanyak dicapai oleh Saẖīẖ Hadīts Qudsi karya
Syaikh Isamuddin al-Sababiṯi dengan jumlah 524 hadis. Sedangkan paling
sedikit dicapai oleh buku Mutiara Hadis Qudsi karya Aẖmad ‘Abduh
Iwadh dengan jumlah 30 hadis. Perbedaan tersebut bergantung pada
kemampuan masing-masing penyusun dalam mengumpulkannya.
4. Sebelas dari sembilan belas literatur hadis yang penulis teliti, dalam
penyusunannya hadis qudsi terbagi kepada beberapa sub-tema, sedangkan
sisanya disusun secara musnadi atau diurut berdasarkan huruf hijaiyah.
5. Ada dua karya hadis qudsi yang dalam penulisan matannya menggunakan
tulisan tangan, yakni Hadis Qudsi yang Shahih karya Imam Abi Hasan al-
Qoriy dan 254 Hadis Qudsi karya M. Tajuddin al-Munawi.
88
6. Ada tiga karya hadis qudsi yang dalam penyajiannya menyertakan takhrij
dan penilaian derajat hadis, di antaranya: Himpunan Hadis Qudsi karya
Lajnah Dārul Fikr, Hadis Qudsi yang Shahih Imam Abi Hasan al-Qoriy,
dan Kumpulan Hadis Qudsi karya al-Nawawi & al-Qastlani. Dengan
adanya upaya tersebut, maka pembaca hanya tinggal mengkonsumsi tanpa
harus meneliti sanad ataupun matannya.
7. Hanya ada satu karya hadis qudsi yang mencantumkan glossaries atau
daftar istilah pada bagian akhir buku, yaitu Mutiara Hadis Qudsi karya
Syekh Abd.Majid Al-Adawiy.
8. Terdapat empat karya hadis qudsi yang hanya menghimpun hadis-hadis
bernilai shahih dan hasan saja, di antaranya: Hadits Qudsi karya Dr.
Ahmad Asyibashi, Hadits Qudsi yang Shahih karya Imam Abi Hasan, 40
Hadis Qudsi Pilihan karya Ezzeddin Ibrahim, dan Shahih Hadits Qudsi
karya Isamuddin Al-Sababiṯi.
9. Dari keseluruhan literatur yang diteliti, hanya ada dua karya yang
mencantumkan indeks pada bagian akhir halaman, yakni: Hadits Qudsi
yang Shahih karya Imam Abi Hasan dan Mutiara Hadis Qudsi karya
Aẖmad ‘Abduh ‘Iwadh.
10. Separuh dari jumlah literatur yang ada, sang penyusun menyertakan syarah
hadis dan biografi singkat para ahli hadis yang menjadi sumber rujukan.
B. Saran-Saran
Dalam skripsi ini belum banyak membahas karya-karya hadis qudsi yang
disusun langsung oleh ulama hadis Indonesia seperti 325 Hadis Qudsi Pilihan;
karya K.H. Firdaus A.N dan Hadis Qudsi; karya Drs. Moh. Syamsi Hasan, M.Pd.
89
Dengan demikian perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam penelitian
ini, sebab keterbatasan penulis dalam mencari buku-buku hadis qudsi yang hanya
di perpustakaan-perpustakaan tertentu saja, sehingga kesimpulan yang penulis
sampaikan ini bisa saja berubah apabila dijumpai penemuan-penemuan baru dan
hal ini sangat penulis sadari betul.
Penulis harap akan ada mahasiswa lainnya yang melanjutkan penelitian
ini sampai dengan karya-karya hadis qudsi keluaran terbaru, sebab karya ter-
update yang penulis jumpai adalah karya hadis qudsi tahun terbit 2014 saja, dan
ingin penulis tekankan ialah karya-karya hadis qudsi yag disusun langsung oleh
orang Indonesia.
90
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kaffa, Muhammad Fikri. “Kayfiyyati an-Nafī wal itsbāt fī al-Hadīts al-Qudsī.”
Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011.
Asyur, Musṯafā dan al-Hadīts, Lajnat al-Qur’an wa. al-Majlis al- A’lā asy- Syu’ūn
Al- Aẖādīts al-Qudsiyyah. Mesir: al-Qāhirah, 1969.
Asyibashi, Ahmad. Hadits Qudsi. Bandung: Diponegoro, 1996.
Al-Batawiy, H. Rizqi Dzulqornain “Biografi Imam Zainuddin Abdurrauf al-
Munawiy” artikel diakses pada 2 April 2017 dari
http://yayasanalmuafah.blogspot.co.id/2016/02/biografi-imam-abdurrauf-
al-munawiy.html?m=1
Al-Adawy, Abdul Majied. Mutiara Hadis Qudsi. Jakarta: Pustaka Amani, 2000.
Al-Khathib, Muhammad ‘Ajaj. Ushul al-Hadis; Pokok-Pokok Ilmu Hadis. Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2013.
As-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.
Al-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah & Pengantar Ilmu Hadis.
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012.
Al-Haddadi, Muhammad Tajuddin bin al-Manawi. 272 Hadits Qudsi; Firman-
Firman Allah yang tidak Tercantum dalam al-Qur’an. Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1984.
Al-Haddadi, Muhammad Tajuddin bin al-Manawi, 254 Hadits Qudsi; Firman-
Firman Allah Yang Tidak Tercantum Dalam al-Qur’an. Jakarta: Rineka
Cipta, 2000.
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama; Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan, 1995.
Baghir, Muhammad. “Kitab al- Ba’tsu wa al-Nusyūr Karya al-Baihaqī.” Skripsi
S1 Fakultas Dirasat Islamiah, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2012.
Bustamin. Dasar-Dasar Ilmu Hadis. Jakarta: Ushul Press, 2009.
Cholida, Ni’ma Diana. “Kontribusi Ali Mustafa Yaqub Terhadap Perkembangan
Kajian Hadis Kontemporer di Indonesia.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Chaidoni, Muhammad. “Karakteristik Kitab Musnad Ibn Abī Syaibah karya Abū
Bakr Ibn Abī Syaibah.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
Daradjat, Zakiah. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
91
Darmawi, M. Iqbal. Kamus Istilah Popoler Islam; kata-kata yang paling sering
digunakan di dunia Islam. Jakarta: Erlangga, 2013.
Al-Dimasiyqy, Syekh ‘Irfan Ibnu Sulaiman. Himpunan Hadits Qudsī. Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2009.
Firdaus. 325 Hadits Qudsi Pilihan Jalan ke Syurga. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1990.
Fikr, Lajnah Dārul. Himpunan Hadis Qudsi. Semarang: al-Syifa’, 1993.
Gazalba, Sidi. Pola Ajaran dan Amal Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
Hasan, Moh. Syamsi. Hadits Qudsi; Firman Allah Tabaraka Wa Ta’ala selain al-
Qur’an. Surabaya: Amelia, t.t.
Hasan, Ahmad Rifa’i. Warisan Intelektual Islam di Indonesia. Bandung: Mizan,
1987.
Hidayah, Nur. “Meretas Kesarjanaan Hadis di Indonesia.” Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Humairoh, Zirly Ayu. “Kalimat Efektif Dalam Terjemahan 40 Hadits Qudsi
Pilihan Karya Prof . Dr. M. Quraish Shihab.” Skripsi S1 Fakultas Adab dan
Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
‘Iwadh, Aẖmad ‘Abduh. Mutiara Hadis Qudsi;Jalan Menuju Kemuliaan dan
Kesucian Hati. Bandung: Mizania, 2008.
‘Itr, Nuruddin. ‘Ulumul Hadis. Bandung: Rosda, 2014.
Jumantoro, Totok. Kamus Ilmu Hadis. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Khon. Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2012.
Al-Madani, Muhammad bin Mahmud ath-Tharabzuni. al- Ithāfāt as-Saniyyah Fī
al-Aẖādīts al-Qudsiyyah. Beirut: Dārul Jīl, 1967.
Maẖfūẕah dan at- ṯab’i, Jamī’ ẖuqūqi i’āratu. Al- Aẖādīts al-Qudsiyyah. Mesir:
Dārul Fikr, 1997.
Mudasir. Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 1999.
Munandar. “Perkembangan Hadits di Indonesia, Medan,” Penelitian Dosen
Fakultas Ushuluddin IAIN Sumatera Utara 04, no. 1 (Januari-Juli 2014):
113.
Al-Nawawi, al-Qasṯalani. Kumpulan Hadis Qudsi. Yogyakarta: al-Manar, 2003.
92
Al-Qoriy, al-Imam Abi al-Hasan Nuruddin ‘Ali Bin Sulṯan Muhammad. Hadits
Qudsi yang Shahih. Bandung: Gema Risalah Press, 1999.
Al-Qaṯṯan, Mannā’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an. Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2013.
Al-Sabābiṯī, ‘Isāmuddin. Jāmi’ul Hadis al-Qudsiyyah. al-Qāhirah: Dārul Hadits,
2004.
_______. Shahih Hadits Qudsi. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i: 2014.
Samsukadi, Mochamad. “Paradigma Studi Hadits di Dunia Pesantren”, Jurnal
Studi mengenai rendahnya minat kajian pesantren secara langsung dan
kritis terhadap al-Qur’an dan hadits 06, no. 01 (April 2015): h. 49.
Sari, Muliyana. “Kontribusi Ali Mustafa Yaqub dan Ahmad Lutfi Fatullah dalam
Bidang Hadis di Indonesia.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
Su’aidi, Hasan. “Jaringan Ulama Hadits Indonesia,” Penelitian oleh Dosen
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) t.v, t.n (Pekalongan 2013)
Syarifah, Umaiyatus. “Lokalitas Tarjamah Hadits Bahasa Betawi.” Studi Islam 13,
no, 1 (T.tp 2012)
Solahudin, Agus dan Suyadi, Agus. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 2015.
Shihab, M. Quraish, 40 Hadits Qudsi Pilihan. Jakarta: Lentera Hati, 2010.
Soffandi, Wawan Djunaedi. Syaraẖ Hadits Qudsi. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
Team Daar bin Baaz. Ensiklopedi Hadits Qudsī. Jakarta: Pustaka as-Sunnah,
2012.
Thahan, Maẖmūd. Taisīr Musṯalẖul Hadīts. Riyadh: Maktabah al-Ma’arif
Linnasyri Wattauzī’, 1425 H.
Ulfiyah. “Implikasi Pendidikan dari Hadits Qudsi Riwayat Muslim Tentang
Kedermawanan Terhadap Pembinaan Sikap Dermawan.” Skripsi S1
Fakultas Pendidikan, Universitas Islam Bandung, 2010
Ummi, Za’im Kholilatul. Perkembangan Kajian Hadits di Indonesia. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga, Academia.edu, 2015.
Uwaidah, Kamil. Hadis Qudsi; Panduan dan Literasi Hadis Qudsi. terj. M. Abd.
Mujib el-Zayyad. dkk. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008.
93
Wahid, Ramli Abdul, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia. Medan: IAIN
Press, 2016.
Al-Yamani, Syeikh ‘Ali Ibnu Salahuddin. Kamus Hadis Qudsi Lengkap.
Bandung: Nuansa Aulia, 2009.
Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis. Jakarta: Mutiara Sumber Widia, 2001.
Zuhri, Muhammad. Kelengkapan Hadits Qudsi. Semarang: CV. Toha Putra, 1982.
_______. Hadis Nabi; Telaah Historis & Metodologis. Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2011.
94
95
96
Recommended