View
210
Download
34
Category
Preview:
DESCRIPTION
kista ovarium
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUANKISTA OVARIUM
OLEH :
MARCELLINA WAUPPN 15234
PROGRAM PROFESI NERSSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG2016
A. Pengertian
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul dibungkus oleh
semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.
(Smelzer and Bare. 2002: 1556).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan atau abnormal
pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Secara fungsional kista
ovarium merupakan kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal
dengan siklus menstruasi. (Lowdermik, dkk, 2005).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam
kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista
dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar
dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang – halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro,
2005).
Jadi, dapat disimpulkan kista ovarium adalah kantong abnormal yang
berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak
juga dapat menyebabkan keganasan.
B. Anatomi dan Fisiologi ( Bobak & Lowdermilk, 2004).
Ovarium
Ovarium atau indung telur merupakan organ yang berbentuk buah
almond,. Ukuran ovarium cukup bervariasi, selama masa reproduksi
panjang ovarium 2,5 cm sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm dan tebal 0,6
sampai 1,5 cm. Berat dari ovarium adalah 5 sampai 6 gram, ovarium
terletak di bagian atas rongga panggul dan bersandar pada lekukan dangkal
dinding lateral pelvis diantara pembuluh darah iliaka eksterna dan interna
yang divergen.
Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
Ligamentum utero-ovarika memanjang dari bagian lateral dan posterior
uterus, tepat di bawah insersi tuba, ke uterus atau kutub bawah ovarium.
Ovarium ditutupi oleh peritoneum dan terdiri dari otot serta jaringan ikat
yang merupakan sambungan dari uterus.
Ligamentum infundibulopelvikum atau ligamentum suspensorium ovarii
memanjang dari bagian atas kutub tuba ke dinding pelvis yang dilewati
pembuluh ovarika dan saraf.
Ovarium terdiri dari dua bagian, korteks dan medulla. Korteks, atau
lapisan luar, dalam lapisan ini terdapat ovum dan folikel de Graaf. Korteks
ovarium berbentuk kumparan yang diantaranya tersebar folikel primodial
dan folikel de Graaf dalam berbagai tahap perkembangan. Bagian paling
terluar dari korteks, yang kusam dan keputih-putihan, dikenal sebagai
tunika albugenia, pada permukaannya terdapat epitel kuboid yaitu epitel
germinal Waldeyer. Medulla, atau bagian tengah dari ovarium, terdiri dari
jaringan ikat longgar yang merupakan kelanjutan dari mesovarium.
Terdapat sejumlah besar arteri dan vena dalam medulla dan sejumlah kecil
serat otot polos yang berkesinambungan dengan yang berasal dari
ligamentum suspensorium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon yaitu hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan androgen)
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita
normal. Hormon estrogen bertanggung jawab atas pertumbuhan pola
rambut aksila serta pubik dan berperan dalam mempertahankan kalsium
dalam tulang. Progesteron dipengaruhi oleh estrogen sehingga dapat
menimbulkan retensi cairan dalam jaringan, juga dapat menyebabkan
penumpukkan lemak.
Gambar 1. Organ eksterna wanita( Prawirohardjo, Sarwono. 2008. 117 )
Gambar. 2. Organ Interna Wanita ( Bobak & Lowdermilk, 2004)
Gambar. 3. Ovarium Normal Dan Kista Ovarium
C. Etiologi (Wiknjosastro, 2005)
Etiologi dari kista ovarium sampai sekarang belum diketahui Penyebab
dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan disebabkan oleh
beberapa faktor pendukung, yaitu:
1. Ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen
2. Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol
3. Degenerasi ovarium
4. Gaya hidup tidak sehat yakni dengan:
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak, kurang serat dan
makanan berpengawet
b. Penggunaan zat tambahan pada makanan
c. Kurang berolah raga
d. Merokok dan mengkonsumsi alkohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
5. Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen – gen yang berpotensi memicu kanker
yaitu yang disebut protoonkgen, karena suatu sebab tertentu misalnya
karena makan makanan yang bersifat karsinogen, polusi atau terpapar
zat kimia tertentu atau atau karena radiasi, protoonkgen ini dapat
berubah menjadi onkgen yaitu gen pemicu kanker.
D. Patofisiologi (Smeltzer and Bare, 2001).
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan kompikasi tumor – tumor tersebut.
1. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat–alat disekitarnya
disebabkan oleh besarnya tumor atau posisisnya dalam perut. Apabila
tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan
miksi, sedang suatu kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di
rongga perut kadang – kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam
perut serta dapat juga mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur – angsur
menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala
gejala klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi
dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.
b. Putaran tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale
dan ini menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman patogen. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul pernanahan
.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering
pada saat persetubuhan. Jika, robekan kista disertai hemoragi
yang timbul secara akut, maka perdarahan berlangsung ke uterus
ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus
menerus disertai tanda – tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan.
Pathway keperawatan
Metastase ke ovarium dextra
Menekan alat/organ di sekitar ovarium dekstra
Menekan kandung Menekan Gaster Tekanan syarafKemih anus oleh tumor
Mual
VU tidak Intake ↓
kebutuhantubuh
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Penyebab :- Ketidakseimbangan estrogen+progesterone - Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol - Degenarasi ovarium - Gaya hidup tidak sehat (konsumsi alkohol, merokok,
kurang olahraga dll)
Kista ovarium
Pertumbuhan tumor ovarium
Membesar
Salpingo-ooforektomi
Peningkatan bebanTubuh
Pengaruh anestesiMengganggu aktivitas general
↓ peristaltik Relaksasi Kesadaran PenekananIntoleran otot menurun sarafAktivitas Absorbs air↓ polos vagus
di kolonHCl ↑ Resti Fungsi
cedera N.Vagus ↓Risikokonstipasi Mual Refleks menelan ↓
muntah
RestiGangguan aspirasi
pemenuhan [kebutuhan belajar]nutrisi kurang tentangkebutuhan prognosis,kondisi,tubuh pengobatan
(Doenges, 2000;Wiknjosastro, 2005)
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
E. Tanda Dan Gejala (Nugroho 2010: 104).
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala
sampai periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala
ini:
a. Nyeri saat menstruasi.
b. Nyeri di perut bagian bawah.
c. Nyeri saat berhubungan seksual.
d. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
e. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
f. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
Banyak
F. Pemeriksaan penunjang (Wiknjosastro, 2005).
Pemeriksaan penunjang yang dapat menolong dalam pembuatan diagnosi
yang tepat pada kista ovarium ialah :
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukkan sifat –
sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing,
apakah kistik atau solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang – kadang dapat dilihat
adanya gigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Telah disebut pada pungsi pada asites berguna untuk menentukan
Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari kavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
G. Penatalaksanaan (Nugroho, 2010: 105).
a. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor
(dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan
menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid.
Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker) .
b. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan
operasi harus dilakukan pada waktu itu juga,
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya
memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause
yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan
untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia
50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis ini.
Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian
cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk
tuba fallopi, maka disebut salpingo-oophorectomy.
H. Data Fokus
1. Pengakajian
a. Anamnesa
1. Identitas pasien
Nama, Umur, Agama, Pendidikan , Suku/bangsa, Pekerjaan,
Alamat
2. Keluhan Utama
Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk
mengetahui permasalahanutama yang dihadapi ibu mengenai
kesehatan reproduksi.
3. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan yang lalu : dikaji untuk mengetahui penyakit
yang dulu pernah diderita yang dapat mempengaruhi dan
memperparah penyakit yang saat ini diderita.
- Riwayat kesehatan sekarang : data ini dikaji untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang
berhubungan dengan gangguan reproduksi terutama kista
ovarium.
- Riwayat kesehatan keluarga : data ini dikaji untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gaangguan kesehatan pasien.
4. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah,
syah atau tidak, umur berapa menikah dan lama pernikahan.
5. Hubungan seksual
Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut
apakah menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau
sebaliknya.
6. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama
menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan warna darah,
disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan system reproduksi
sehubungan dengan menstruasi.
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka
perawat harus menggali lebih spesifik untuk memastikan
bahwa apa yang terjadi pada ibu adalah normal atau patologis.
8. Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat
ini digunakan ibu yang kemungkinan menjadi penyebab atau
berpengaruh pada penyakityang diderita saat ini.
9. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari.
Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan
makanan yang masih mentah dan apakah ibu suka minum
minuman beralkohol karena dapat merangsang pertumbuhan
tumor dalam tubuh.
10.Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
serta kebiasaan air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
b. Pemeriksaan fisik (head to toe)
Terlebih dahulu kaji : keadaan umum, apakah keadaan umum
pasien baik atau tidak, Kesadaran Dikaji untuk menilai kesadaran
pasien, Vital sign Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan
dengan kondisi yang dialaminya.
1. Kepala : dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan
rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.
2. wajah : dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau
tidak, pucat atau tidak.
3. Mata : dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik
atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.
4. Hidung : dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau
tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.
5. Telinga : dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan
sekret atau tidak.
6. Mulut : dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau
tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
7. Leher : dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.
8. Aksila : dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar limfe atau tidak.
9. Dada : dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak.
10.Abdomen : inspeksi serta palpasi dan dikaji untuk mengetahui
luka bekas operasi dan pembesaran perut.
11.Ekstermitas atas : dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik
atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.
12.Ekstermitas bawah : dikaji untuk mengetahui keadaan turgor
baik atau tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek
patella positif atau tidak.
13.Genitalia : untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses
ataupun pengeluaran yang tidak normal.
14.Anus : dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau
tidak.
2. Analisa data (Prawirohardjo, 2008).
No Data Etiologi Masalah1 Ds :
Do :- Prosedur infasif- Prosedur bedah- Kerusakan jaringan- Adanya tanda-tanda
infeksi - Pemeriksaan
penunjang : hasil lab- Terapi antibotik- Peningkatan
termoregulasi
Kista ovarium
Pertumbuhan tumor ovarium
Salpingo-
oopharektomi
post operasi
luka operasi
kerusakan jaringan
Reskio infeksi
Resiko infeksi
2 Ds :- pasien mengeluh
adanya nyeri pada luka operasi.
- Melaporkan skala nyeri (sedang-berat)
Do : - Pasien tampak
meringis kesakitan- Skala nyeri sedang-
berat- Respon autonom
(seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan nafsu makn dan minum
Kista ovarium
Pertumbuhan tumor ovarium
post operasi salpingo-
oopharektomi
luka operasi
diskontinutas jaringan
Nyeri
Nyeri
3 Ds : - Pasien sering
bertanya kapan akan sembuh
Do : - Pasien tampak
gelisah- Sering menanyakan
penyakit nya- Sering bertanya
tentang luka operasi- Cemas berlebihan
dalam melakukan mobilisasi
- Insomnia
Kista ovarium
Post operasi
Kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis, serta kondisi pengobatan
Ansietas
Ansietas
4 Ds : - pasien mengatakan
adanya penurunan berat bada yang signifikan sebelum dirawat di rumah sakit
Do : - terjadi penurun BB - BB 20 % atau lebih
dibawah ideal- Nyeri abdominal
dengan atau tanpa patologi
- Suara bising usus hiperaktif
- Rambut rontok- Membran mukosa
dan konjungtiva pucat
- Dilaporkan intake makan yang kurang
Kista ovarium
Rasa nyeri pada abdomen
Peningkatan HCL
Anoreksia
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
5 Ds : - Pasien sering
bertanya kapan akan sembuh
Do : - Pasien tampak
gelisah- Sering menanyakan
penyakit nya- Sering bertanya
tentang luka operasi- Pasien tidak dapat
menjelaskan saat dikaji sejauh mana pasien mengenal penyakitnya.
- Tidak mengetahui sumber-sumber informasi
Kista ovarium
Post operasi
Kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis, serta kondisi pengobatan
Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan
6 Ds : - pasien mengatakan
nyeri pada luka operasi saat bergerak .
Do : - aktivitas dibantu oleh
perawat/keluarga- pasien tampak diam
ditempat tidur- pasien tampak
meminimalkan dan takutmelakukan pergerakan
Post operasi salpingo-
oopharektomi
Luka operasi
Tirah baring/imobilisasi
Kelemahan umum
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik
3. Diagnosa keperawatan (Prawirohardjo, 2008)
- Resiko infeksi b/d Post operasi salpingo-oopharektomi
- Nyeri b/d pembedahan
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
pembatasan cairan, diit, dan hilangnya protein
- Ansietas
- Kurang pengetahuan b/d kurang keinginan untuk mencari
informasi
- Gangguan mobilitas fisik
4. Intervensi Keperawatan (NANDA, 2015)
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko infeksiNOC :
Immune Status Knowledge : Infection
control Risk control
Tupan : setelah diberikan
asuhan keperawatan selam 1
x 24 jam infeksi tidak terjadi
Tupen : setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 7
jam infeksi tidak terjasi
dengan kriteria hasil :
- Tidak terdapt patogen
yang terlihat dalam
kultur
NIC :Infection Control (Kontrol infeksi)
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Pertahankan teknik isolasi- Batasi pengunjung bila perlu- Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
- Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
- Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
- Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
- Tingktkan intake nutrisi- Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap
- Menjadi salah satu cara penularan patogen
- Melindungi pasien dari patogen di lingkungan
- Untuk membantu mencegah masuknya patogen kedalam tubuh
- Mencegah penyebaran patogen terhadap objek dan makanan lain
- Mengurangi kemungkinan infeksi
- Luka dan insisi
terlihat bersih
- Suhu dalam rentang
normal
- Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses
penularan penyakit,
factor yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya,
- Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
- Jumlah leukosit dalam
batas normal
- hidup sehat
infeksi)- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal- Monitor hitung granulosit, WBC- Monitor kerentanan terhadap infeksi- Batasi pengunjung- Saring pengunjung terhadap penyakit
menular- Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko- Pertahankan teknik isolasi k/p- Berikan perawatan kuliat pada area
epidema- Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase- Ispeksi kondisi luka / insisi bedah- Dorong masukkan nutrisi yang cukup- Dorong masukan cairan- Dorong istirahat- Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi- Ajarkan cara menghindari infeksi- Laporkan kecurigaan infeksi- Laporkan kultur positif
pada tempat masuk individual
- Intake nutrisi yang adekuat membantu meningkatkan berat badan dan tonus otot sehingga mempercepat penyembuhan luka
- Mengidentifikasi patogen dan menjjadi pedoman antibiotik
2 NyeriNOC :
Pain Level, Pain control, Comfort level
Tupan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama2 x 24 jam pasien melaporkan nyeri berkurang atau nyeri hilang.
Tupen : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7 jam nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
NIC : Pain Management- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri- Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Pengkajian berkeanjutan membantu meyakinkan bahwapenangan dapat membantu pasien dalm memgurangi nyeri
- Pesan verbal dan nonverbal dapat mewakuli nyeri yang dirasakan pasien
- Memfasilitasi pengkajian akurat tingkat nyeri yang di alami pasien.
- Peningkatan kesejahteraan, dan rasa nyaman membantu mengurangi nyeri
- Meminimalkan atau mengurangi nyeri
- Tindakan nonfarmakologi mengurangi ketegangan atau spasme otot, mendistribuskan kembali tekanan pada bagian tubuh
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri- Tingkatkan istirahat- Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil- Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat- Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi- Cek riwayat alergi- Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
dan membantu pasien memfokuskan pada subjek pengurangan nyeri
- Kolaboras pemberian analgetik untuk meyakinkan pengurangan nyeri yang adekuat.
3 Kurang pengetahuan NOC : Kowlwdge : disease
process Kowledge : health
Behavior
Tupan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Tupen : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 7 jam pasien dan keluarga mampu memahami informasi yang diberikan tentang penyakit dengan kriteria hasil :- Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
- Pasien dan keluarga
NIC :Teaching : disease Process- Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
- Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
- Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
- identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
- Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
- Hindari jaminan yang kosong - Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi atau penanganan- Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
- Untuk merencanakan topik pengajaran
- Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, meng-identifikasi kebutuhan belajar.
- Memberikan pengetahuan dimana klien dapat kooperatif dan memudahkan untuk mengingat informasi yang diberikan
- membantu penanganan dan perawatan pasien
mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
yang tepat atau diindikasikan - Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat - Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat- Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
4 Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
NOC : Nutritional Status : food
and Fluid Intake
Tupan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam nutrisi dapat terpenuhi
Tupen : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 7 jamkebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :- Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan- Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan- Mampu mengidentifikasi
NIC :Nutrition Management- Kaji adanya alergi makanan- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
- Berikan substansi gula- Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi- Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
-
kebutuhan nutrisi- Tidak ada tanda tanda
malnutrisi- Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi- Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring- BB pasien dalam batas normal- Monitor adanya penurunan berat badan- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan- Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan- Monitor lingkungan selama makan- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan- Monitor turgor kulit- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah- Monitor mual dan muntah- Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht- Monitor makanan kesukaan- Monitor pertumbuhan dan perkembangan- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva- Monitor kalori dan intake nuntrisi- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet.
5 Gangguan mobilitas fisik NOC :
Joint Movement : Active
Mobility Level Self care : ADLs Transfer performance
Kriteria Hasil : Klien meningkat dalam
aktivitas fisik Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas Memverbalisasikan
perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
NIC :Exercise therapy : ambulation Monitoring vital sign sebelm/sesudah
latihan dan lihat respon pasien saat latihan Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan Bantu klien untuk menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah terhadap cedera Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
-
Recommended