View
186
Download
6
Category
Preview:
Citation preview
CA BULI , RENAL , & STRIKTUR URETRA
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah KMB III
Oleh Kelompok I :
Damanti Novianda P.174201100
Siswinda Cahyani M. P.17420110061
PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2011/2012
1
KsATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt. sehingga dengan rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Fungsi Sistem Perkemihan : “Ca Buli,
Renal, & Striktur uretra” ini tanpa halangan suatu apa pun.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai penyakit yang sering
menjangkit di sistem perkemihan yaitu Ca Buli, Renal, & Striktur uretra. Di sini kami
juga berusaha memaparkan mengenai Nursing Care Plan yang dapat diterapkan pada
pasien dengan gangguan tersebut. Kami menyadari, penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak, antara lain:
1. Ibu Sri Utami D. selaku Koordinator Mata Kuliah KMB III
2. Para dosen pengampu mata kuliah KMB III
3. Segenap tim penyusun makalah
4. Pihak-pihak lain yang telah mendukung terselesaikannya makalah
Kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dan bantuan dari pihak-pihak
tersebut.
Tiada gading yang tak retak, kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf dan besar harapan kami menerima saran
berikut kritik yang membangun mengenai kekurangan tersebut.
Semarang, Januari 2012
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I – Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan 5
1.4 Tujuan Penulisan 5
1.5 Manfaat Penulisan 5
BAB II –Ca Buli, Renal, & Striktur uretra 6
2.1 Ca Buli 6
2.1.1 Pengertian Ca Buli 7
2.1.2 KlasifikasiCa Buli 8
2.1.3 Tanda & Gejala Ca Buli 11
2.1.4 Patofisiologi Ca Buli 11
2.1.5 Penatalaksanaan 12
2.1.6 Proses Keperawatan pada Klien dengan Ca Buli 15
2.2Renal..............................................................................................
2.2.1 Pengertian Renal 18
2.2.2 Tanda dan Gejala ................................................................ 18
2.2.3. Patofisiologi........................................................................ 19
2.2.4 Askep .................................................................................. 19
2.3 Striktur uretra
2.3.1 Pengertian Striktur uretra 23
2.3.2 PenyebabStriktur uretra 28
2.3.3 Patofisiologi Striktur uretra 28
2.3.4 Manifestasi Klinik & Komplikasi Striktur uretra 28
2.3.5 Proses Keperawatan pada Klien dengan Striktur uretra 31
BAB III – Penutup 34
3.1 Kesimpulan 34
3.2 Saran 34
Daftar Pustaka 36
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran kemih adalah keadaan dimana kuman tumbuh dan berkembang
biak dalam saluran kemih dalam jumlah yang bermakna. Infeksi saluran kemih ini
dapat berlangsung dengan gejala (simtomatis) atau tanpa gejala (asimtomatis). Infeksi
saluran kemih juga sering menjadi masalah dalam ilmu bedah.
Terdapat banyak sekali neoplasma yang dapat berkembang di saluran kemih,
diantaranya adalah renal karsinoma, karsinoma kandung kemih, atau karsinoma
prostat. Namun diantara ketiganya, yang paling sering dijangkiti kanker dari alat
perkemihan adalah kandung kemih. Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih
banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih
sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat
diagnosa.
Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih
dari 20 % sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang
diketahui dari kanker kandung kemih adalah karena bahan kimia betanaphytilamine dan
xenylamine, infeksi schistosoma haematobium dan merokok.
Dari data tersebut lah, kami merasa tertarik dan ingin membahas lebih lanjut mengenai
karsinoma kandung kemih tersebut mulai dari pengertian sampai dengan konsep asuhan
keperawatan yang nantinya akan menjadi dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
proses keperawatan pada pasien yang mengalami karsinoma kandung kemih.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang akan diungkap dalam makalah mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan : Ca Buli, Renal, &
Striktur Uretra adalah sebagai berikut:
4
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra?
1.2.2 Apa penyebab dari Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra?
1.2.3 Bagaimana proses patofisiologis dari Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra?
1.2.4 Apa manifestasi klinik dan komplikasi dari Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra?
1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan medis dari Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra?
1.2.6 Bagaimana proses keperawatan untuk pasien dengan Ca Buli, Renal, &
Striktur Uretra?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Pembahasan dalam makalah ini akan dilakukan secara lebih umum dan didapat dari
perpaduan berbagai macam saduran sumber. Ada pun ruang lingkup pembahasan
tersebut diuraikan sebagai berikut:
1.3.1 Definisi Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.3.2 Penyebab dari Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.3.3 Proses patofisiologis dari Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.3.4 Manifestasi klinik dan komplikasi dari Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.3.5 Penatalaksanaan medis dari Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.3.6 Proses keperawatan untuk pasien dengan Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.4 Tujuan Penulisan
Berikut ini adalah tujuan dari penulisan makalah asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem perkemihan: Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.2.1 Menjelaskan mengenai definisi Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.2.2 Menguraikan penyebab dari Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.2.4 Menjabarkan proses patofisiologis dariCa Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.2.5 Menjelaskan manifestasi klinik dan komplikasi dari Ca Buli, Renal, & Striktur
Uretra
1.2.6 Menjelaskan penatalaksanaan medis dari Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.2.7 Menguraikan proses keperawatan untuk pasien dengan Ca Buli, Renal, &
Striktur Uretra
1.5 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem perkemihan: Ca Buli, Renal, & Striktur Uretradisasarkan kepada
berbagai pihak yaitu manfaat bagi penyusun itu sendiri dan bagi pembaca.
5
Ada pun uraian mengenai manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut
1.5.1 Manfaat bagi penyusun
1.5.1.1 Mendapatkan tambahan pengetahuan dalam teknik penulisan makalah
1.5.1.2 Mendapatkan ajang kesempatan untuk melakukan diskusi bersama
1.5.1.3 Mampu merangkum berbagai sumber untuk memberikan bahasan
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
perkemihan: Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra.
1.5.2 Manfaat bagi pembaca
1.52.1 Mengetahui pengertian secara umum tentang Ca Buli, Renal, &
Striktur Uretra
1.5.2.2 Mengetahui penyebab dari Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.5.2.3 Memahami proses terjadinya Ca Buli, Renal, & Striktur Uretra
1.5.2.4 Mengetahui manifestasi klinik berikut komplikasi dari Ca Buli, Renal,
& Striktur Uretra
.
***
6
BAB II
Tumor Buli, Tumor Renal dan Striktur uretra
2.1 Pengertian Karsinoma Buli
Karsinoma buli merupakan 2% dari seluruh keganasan,dan merupakan keganasan
kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinomaprostat. Tumor ini dua
kali lebih sering menyerang pria daripada wanita. Di daerah industri kejadian
tumor ini meningkat tajam.Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan
tumor superfisial.
Tumor inilama kelamaan dapat mengadakan inf i l t ras i ke lamina
propria , otot , dan lemakperivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan
sekitarnya.Di samping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun
hematogen.Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe, perivesika, obturator,
iliaka eksterna,dan iliaka komunis. Penyebaran hematogen paling sering ke
hepar, paru-paru dantulang.
2.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab-penyebab tumor buli semakin banyak dan rumit, dan
beberapasubstansi-substansi dalam industri kimia diyakini bersifat
karsinogenik (Hueper,1942). Salah satunya adalah sifat karsinogenisitas dari β-
naphthylamine yang telahditemukan. Substansi ini diyakini terbawa dalam urine dan
menyebabkan asal tumor dalam kaitannya dengan kontak dengan permukaan
mukosa vesika dalam waktul a m a . S u b s t a n s i k i m i a l a i n n y a y a n g
d i w a s p a d a i b e r s i f a t k a r s i n o g e n i k a d a l a h benzidine.Keganasan buli-buli
tejadi karena induksi bahan karsinogen yang banyakterdapat di seki tar ki ta .
Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma
buli-buli adalah:
1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik korek api ,
tekst i l , pabrik kul i t , dan pekerja salon/ pencukur rambut ser ing terpapar
oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2- naftilamin, benzidine,
dan 4-aminobifamil).
2. Perokok
7
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali lebihbesar
dibandingdengan bukan perokok. Rokok mengandung bahankarsinogen amin
aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi Saluran Kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.Coli dan proteus spp menghasilkan nitrosamin
yang merupakan zat karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika,
fenasetin, opium, dan obat anti tuberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapat
meningkatkan resiko timbulnya karsinoma buli-buli.
2.3 Bentuk Tumor
Tumor buli terdapat dalam bentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler (infiltratif)
atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
2.4 Jenis Histopatologi
Sebagian besar (± 90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel
transisional.Tumor ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang
epitelnya terdiriatas sel transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior.
Sedangkan jenisyang lainnya adalah karsinoma sel squamosa (± 10%) dan
adenokarsinoma (± 2%).
A. Karsinoma Sel Transisional
Sebagian besar dari seluruh tumor buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor
ini biasanya berbentuk datar (non papiler anaplastik), sel-sel membesar dan
nukleus tampak jelas. Dapat terjadi dekat atau jauh dari lesi oksofitik, dapat juga
fokal atau difuse. Karsinoma urotelial datar adalah tumor yang sangat agresif dan
bertumbuh lebih cepat dari tumor papilari.
B. Karsinoma Sel Non Transisional
Adenokarsinoma
Terdapat 3 kelompok adenokarsinoma pada buli-buli, diantaranya adalah :
1) Primer terdapat di buli-buli
Biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli. Pada beberapa aksus
sistitis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada perjalanan lebih lanjut
dapat mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma buli-buli.
8
2) Urakhus persisten
Adalah sisa duktus urakhus yang mengalami degenerasi maligna menjadi
adenokarsinoma.
3) Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain,
diantaranya adalah prostat, rektum, ovarium, lambung, mamma dan
endometrium.
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada buli-buli
sehingga sel epitelnya mengalami metaplasia berubah menjadi ganas.
Rangsangan kronis itu dapat terjadi karena infeksi saluran kemih kronis, batu
buli-buli, kateter menetap yang dipasang dalam jangka waktu lama, infestasi
cacing schistosomiasis pada buli-buli, dan pemakaian obat siklofosfamid secara
intravesika.
Karsinoma yang tidak berdiferensiasi
Merupakan tipe tumor yang jarang (kurang dari 2% dari seluruh tipe tumor buli).
Tumor ini tidak memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dari tumor
lain, dan kata undifferentiated merujuk kepada sifat alamiah sel-sel tersebut yang
bersifat anaplastik. Dalam karsinoma yang tidak terdiferensiasi, sel-selnya belum
matang sehingga diferensiasi ke arah pola yang jelas seperti papilari, epidermoid
atau adenokarsinoma tidak terjadi.
Karsinoma campuran
Terdapat 4-6% dari seluruh tipe tumor. Merupakan kombinasi anatara bentuk
transisional, glandular, skuamosa, dan tidak berdiferensiasi. Yang tersering
adalah campuran bentuk transisional dan skuamosa.
C. Karsinoma epitelian dan non epitelial
Karsinoma epitelia di buli ditemukan dengan adenoma villi, tumor
karsinoid. Karsinosarkoma, dan melanoma. Karsinoma nonepitelial
ditemukan bersama dengan feokromositoma, limfoma, koriokarsinoma dan
tumor mesenkim.
2.5 Stadium / derajat invasi tumor
9
Penentuan derajat invasi tumor berdasarkan sistem TNM dan stadium menurut
marshall.
Pembagian Grade berdasarkan derajat diferensiasi sel tumor :
a. Tumor berbentuk papiler, masih berdiferensiasi baik, ukuran relatif kecil dengan dasar
yang sempit. Tumor hanya menyebar di jaringan di bawah lamina propria, tidak ke
dalam dinding otot kantung kemih atau lebih. Tidak ada kelenjar limfe yang terlibat.
Dapat diatasi dengan cara transuretral, namun sudah radio-resistant.
b. Tumor berbentuk papiler dengan diferensiasi yang kurang baik, cenderung menginvasi
lamina propria atau otot detrusor. Ukuran tumor lebih besar dari grade 1, dan
berhubungan lebih luas dengan dinding vesika. Sering dapat diatasi dengan reseksi
transuretral. Kurang berespon dengan radio terapi.
c. Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai kedalam muscularis
propria, yang melibatkan jaringan-jaringan lunak disekitar kantung kemih, prostat,
uterus, atau vagina. Masih belum ada organ limfe yang terpengaruh hingga tahap ini.
10
TNM Marshall Uraian
Tis 0 Karsinoma in situ
Ta 0 Tumor Papilari invasif
T1 A Invasi submukosa
T2 B1 Invasi otot superfisial
T3a B2 Invasi otot profunda
T3b C Invasi jaringan lemak prevesika
T4 D1 Invasi ke organ sekitar
N1-3 D1 Metastasis ke limfonudi regional
M1 D2 Metastasis hematogen
Transuretral dan sistektomi tidak terlalu berpengaruh, namun masih sensitif terhadap
radio terapi.
d. Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah menyerang hingga
jaringan limfe . transuretral dan sistektomi tidak terlalu berpengaruh, namun masih
sensitif terhadap radio terapi.
Pembagian Stage berdasarkan derajat invasi tumor :
Stage 0 : menunjukkan tumor papilar, namun belum menginvasi lamina propria
Stage A : tumor sudah menginvasi lamina propria, namun belummenembus otot
dinding vesika.
Stage B1 :neoplasma sudah menyebar superficial sampai setengahdari otot detrusor.
Stage B2 : tumor ditemukan jauh di dalam lapisan otot.
Stage C : tumor menyebar sampai lapisan lemak perivesikal atauke peritoneum.
Stage D : tumor sudah bermetastasis.
2.6 Gejala Klinis
Gejala pada kanker buli-buli tidaklah spesifik. Banyak penyakit-penyakitlain, yang
termasuk kondisi inflamasi, melibatkan ginjal dan kandung
kemih,menunjukkan gejala yang sama. Gejala pertama yang paling umum
adalahadanya darah dalam urin (hematuria). Hematuria dapat terlihat dengan
matatelanjang, ataupun berada dalam level mikroskopik. Gejala seperti
adanyairitasi pada urinasi juga dapat dihubungkan dengan kanker kantung
kemih,seperti rasa sakit dan terbakar ketika urinasi, rasa tidak tuntas ketika
selesaiurinasi, sering urinasi dalam jangka waktu yang pendek. Iritabilitas
vesikaldengan atau tanpa sakit biasanya menandakan adanya infiltrasi,
walaupuntidak dalam semua kasus.
Waspadai bila pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat:
1. Tanpa disertai rasa nyeri (painless)
2. Kambuhan (intermitten)
3. Terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total)
11
Seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuri, tetapi pada karsinoma in
situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan
gejala iritasi bulu-buli.Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien
datangmeminta pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit yangtelah
lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edematungkai. Edema
tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau kelenjar
limfe yang membesar di daerah pelvis. Terdapat nyeri pinggang jika tumor menyumbat
saluran kemih sehingga terjadi hidronefrosis.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Bebrapa pemeriksaan tambahan perlu dilakukan untuk membantu mendiagnosis kanker buli,
diantaranya :
1. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukan dalam darah danurin.
Gejala anemia dapat dijumpai bila ada perdarahan dari tumor yangsudah lanjut.
Dapat juga ditemukan gejala gangguan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum
dan kreatinin dalam darah yang terjadi bila tumor tersebut menyumbat kedua muara
ureter. Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula :
Sitologi urine, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine.
Antigen permukaan sel dan flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan
kromosom sel-sel urotelium
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan foto polos abdomen dan pielografi intra vena (PIV) digunakan sebagai
pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki keganasan saluran kemih
termasuk juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya filling
defek pada buli-buli juga mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter
atau pielum dan dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran
kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut. Didapatkannya hidroureter atau
hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara
ureter. Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV, maka
dapat dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks juga perlu dilakukan untuk melihat bila
ada metastasis ke paru-paru.
12
3. Sistoskopi dan biopsi
Sitoskopi dilakukan oleh urologis, mengevaluasi kantung kemih dengan pemeriksaan visual
langsung dengan menggunakan sebuah alat khusus yaitu cytoscope. Banyak tumor yang
muncul dari bagian yang lebih tergantung darikantung kemih, seperti basal, trigonum,
dan daerah di sekitar orifisium vesika. Namun mereka juga dapat muncul dimana
saja.Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan pada
penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita
berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknyatumor di
buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi untuk menentukan derajatinfiltrasi tumor
yang menentukan terapi selanjutnya. Selain itu pemeriksaan inidapat juga digunakan
sebagai tindakan pengobatan pada tumor superfisial(permukaan).
4. CT scan atau MRI
Berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya. CT scanning merupakan
X-ray detail dari tubuh, yang menunjungan persimpangan-persimpangan dari organ-
organ yang mana tidak ditunjukan oleh sinar x-ray konvensioanl. MRI lebih sensitif dari
CT Scan, yang memberikan keuntungan dapat mendeteksi kelenjar limfe yang membesar
di dekat tumor yang menunjukan bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar limfe.
13
2.8 Komplikasi
Dapat terjadi infeksi sekunder kandung kemih yang parah bila terdapat ulserasi
tumor. Pada obstruksi ureter, jarang terjadi infeksi ginjal. Bila tumor menginvasi leher
buli, maka dapat terjadi retensi urine. Cytitis, yang mana sering kali berada dalam tingkat
yang harus diwaspadai, merupakan hasil dari nekrosis dan ulserasi dari permukaan
tumor. Ulserasi ini terkadang dapat dilihat dalam kasus tumor-tumor yang tidak
menembus, dari beberapa gangguan dengan aliran darah, tetapi muncul dalam 30
persen kasus dimana tumor menembus. Kantung kemihyang terkontraksi
dengan kapasi tas yang sangat keci l dapat mengikut i ulserasi dengan infeksi
dan infiltrasi ekstensif dalam dinding kantung kemih.
Kembalinya tumor dalam kantung kemih dapat menunjukkan tipe lain
darikomplikasi. Jika pertumbuhan tumor kembali terjadi di area yang sama,
kemungkinanhal tersebut adalah hasil dari perawatan yang kurang profesional
dan kurang layakpada tumor asalnya. Namun tumor, yang muncul di tempat
lain di dalam kandungkemih harus berasal dari asal yang berbeda.
Kematian tidak jarang terjadi dikarenakan oleh komplikasi yang timbul
karenadisebabkan oleh tumor itu sendiri atau perawatan atas tumor tersebut.
Hidroneprosisdan urosepsis , dengan gagal renal , toxemia, cachexia , dan
kelelahan f is ik dar i iritabilitas vesikal, sering kali menjadi suatu gambaran
yang harus diperhatikan.Hidronefrosis dapat disebabkan oleh oklusi ureter.
Bila terjadi bilateral, terjadilahuremia
2.9 Asuhan Kperawatan
14
I. Pengkajian Identitas
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah buli-buli. Kanker
Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-
tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi
pada satu kali dibuat diagnosa.
Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten,
merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari
dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan
dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena
hydronephrosis
Pemeriksaan fisik dan klinis Inspeksi , tampak warna kencing campur darah,
pembesaran suprapubic bila tumor sudah besar. Palpasi, teraba tumor masa suprapubic,
pemeriksaan bimanual teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general
anestesi baik waktu VT atau RT.
Pemeriksaan penunjang
Lihat konsep dasar
II. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi)efek samping
therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak
mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
b. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan
klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan
lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
III. Intervensi
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit
Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
15
Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien
dan keluarga tentang cara menghadapinya
Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti
mendengarkan musik atau nonton TV
Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi,
bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
b. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker
Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan
kebutuhannya.
Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat
badan.
Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake
cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan
yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman
atau keluarga
Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.
Amati studi laboratorium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
Berikan pengobatan sesuai indikasiPhenotiazine,antidopaminergic,
corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
16
TUMOR RENAL
III.1 Pengertian
Tumor renal karsinoma maligna terutama adenocarcinoma menduduki 2% dari
semua kanker. Tumor renal maligna yang kecil (adenoma) bisa timbul tanpa membawa
kerusakan yang jelas atau menimbulkan berbagai gejala. Carcinoma sel-sel ginjal jarang
timbul sebelum orang berusia 40 tahun, lebih sering berjangkit pada usia 50 tahun
samapi 70 tahun, terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita.
Hematuria merupakan gejala yang paling lumrah pada carcinoma sel-sel renal.
Hematuri yang intermitten mengurangi kepedulian orang untuk mencari pertolongan.
Setiap orang yang mengalami hematuria harus menjalani pemeriksaan urologi yang
lengkap, karena lebih dini diketahui maka peluang sembuh akan lebih bersih. Gejala-
gejala lain terdiri dari rasa nyeri tumpul pada bagian pinggir badan, berat badan turun,
demam, polycytemia. Mungkin timbul hipertensi karena dampak stimulasi sistem renin
angiotensin.
IVP akan memperlihatkan ketidakserasian tepi-tepi ginjal dan memberi gambaran
adanya dugaan tumor ginjal. Tumor kecil pada parenkhim tidak akan jelas, tapi bisa
diperjelas dengan CT scan. Ct scan juga penting untuk membuat diferensiasi carcinoma
sel-sel ginjal dan kista renal. Angiografi juga bisa dikerjakan untuk diferensiasi kista
dengan tumor.
III.2 Etiologi
a. Genetic
b. Paparan bahan kimia : asbes dan petrokimia
c. Kegemukan
d. Sosioekonomi rendah
e. Minum kopi dalam jangka lama
f. Penggunaan diuretik kronik
III.3Tanda dan Gejala
Keluhan klinis ditentukan oleh besar dan invasi terhadap jaringan sekitar seperti kelenjar
getah bening, serta invasi ke dalam pembuluh darah terutama pada vena renalis dan pada
17
gilirannya memberikan keluhan dan gejala metastasis tumor tersebut. Tiga gejala khas
dari tumor ginjal yang didapatkan 10-15% pasien pada stadium lanjut :
1. hematuria
dibuktikan dengan diagnosis bukan karena batu, infeksi tuberkulosa, dan kista
2. nyeri pinggang
nyeri ini bisa diakibatkan oleh tekanan balik yang oaleh kompresi ureter perluasan
tumor ke daerah perineal atau perdarahan ke dalan jaringan ginjal. Nyeri kronik
terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor bergerak melalui ureter.
3. massa didaerah ginjal.
Gejala lain tumor menimbulkan kelainan neoplasmatik dan eritrositosis. Hipertensi
dan kelainan hati, muncul juga sindrom cushing hipoglikemia, genekomastia,
anemia, hematuria dan peningkatan laju endap darah, kelainan tulang yang diikuti
hiperkalsemia dan peningkatan hormon paratiroid.
III.4Patofisiologi
Tumor ini berasal dari sel tubulus ginjal yang dapat dimulai dari korteks maupun
daerah medulla. Tumor dari daerah korteks cenderung meluas kedarah sekitar ginjal.
Tumor ini mempunyai pseudo kapsul yang terdiri dari jaringan parenkim yang tertekan
serta jaringan fibrous dan sel-sel inflamasi. Infiltrasi tumor ke daerah luar menyebabkan
tonjolan yang dapat digunakan sebagai tanda diagnostik pada pemeriksaan USG atau CT
scan.
Ukuran sangat bervariasi mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran 8-9 cm.
Secara makroskopik akan terlihat pewarnaan kekuningan atau orange oleh karena
mengandung banyak lemak. Permukaan tumor yang lebih kecil tampak homogen sedang
yang besar biasanya disertai kista sekunder di dalamnya dengan daerah perdarahan dan
daerah nekrosis serta kadang ditemukan kalsifikasi didaerah perifer
III.5 Askep pada Tumor Renal
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf,
inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan pasien mengatakan
18
nyeri, pasien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri,
kelemahan.
b. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap,
nausea).
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur
invasif
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf,
inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan pasien mengatakan
nyeri, pasien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri,
kelemahan.
Tujuan :
Pasien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
Melaporkan nyeri yang dialaminya
Mengikuti program pengobatan
Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui
aktivitas yang mungkin
Tindakan :
Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
Evaluasi therapi : pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi,
ajarkan pasien dan keluarga tentang cara menghadapinya
Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti
mendengarkan musik atau nonton TV
Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi,
bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
Kolaboratif
Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan pasien
19
Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narcotik
dll
b. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap,
nausea).
Tujuan :
Pasien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan
tidak ada tanda malnutrisi
Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
Tindakan :
Monitor intake makanan setiap hari, apakah pasien makan sesuai
dengan kebutuhannya
Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan
berat badan
Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar
parotis
Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan
intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk pasien.
Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan
makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur
invasif
Tujuan :
Pasien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan
pecegahan infeksi
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka
berlangsung normal
Tindakan :
20
Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan
melakukan hal yang sama
Jaga personal hygine pasien secara baik
Monitor temperatur
Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi
Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur
2.3 STRIKTUR URETRA
21
2.3.1 PENGERTIAN
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan
perut dan kontraksi. (C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)
Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita terutama karena
perbedaan panjangnya uretra. (C. Long , Barbara;1996 hal 338)
Urine di keluarkan melalui uretra. Uretra wanita jauh lebih pendek dari
pada uretra pria hanya 4 cm panjangnya di bandingkan dengan panjang sekitar
20 cm pada pria. Perbedaan anatomis menyebabkan insiden infeksi saluran
kemih asendens lebih tinggi pada wanita. dengan demikian hitung koloni yang
lebih dari 100.000 sel bakteri permililiter urin di anggap bermakna patologis.
Sfingter internal bagian atas di tempat keluar dari kandung kemih, terdiri atas
otot polos dan dibawah pengendalian otonom. Sfingter eksternal adala otot
rangka dan berada di bawah pengendalian folunter. Uretra pada pria memiliki
fungsi ganda sebagai saluran untuk urin dan spermatozoa melalui koitus. Striktur
urethra merupakan penyakit atau kelainan yang berupa penyempitan atau
konstriksi dari lumen urethra akibat adanya obstruksi . Striktur urethra di sebut
juga penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik (jaringan
parut) pada urethra atau daerah urethra.
2.3.2 ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi dan fisiologi kandung kemih, prostat da. (Pearce,1999)
2.3.2.1 Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria atau yang sering disebut kandung kemih
merupakanviscera pelvis berongga yang tersusun oleh otot polos, lamina
promina, submukosa dan mukosa. Kandung kemih memiliki bentuk
menyerupai buah pir(kendi) dan dilapisi oleh lapisan mukosa sel epitel
transional, muskulus yang tebal (detrusor muscle), jaringan fibrous (kecuali
pada bagian superior dibentuk oleh peritoneum parietal). Kandung kemih
terletak di dalam panggul besar, sekitar bagian posterosuperior dari simpisis
pubis.Pada laki-laki terletak dibagian anterior dari rectum sedangkan pada
wanita terletak disebelah anterior vagina dan uterus.Kandung kemih memiliki
tiga bentuk membuka pada daerah triangular yang disebut sebagai trigone.
Pada saat kosong, vesika urinaria akan terlihatkolaps dan akan tampak rugae-
22
rugae. Apabila terisi penuh kandung kemih akan menegang dan rugae akan
menghilang. Bentuk, ukuran dan posisi vesika urinaria bervariasi tergantung
dari jumlah urine yang terdapat di dalamnya. Secara umum volume kandung
kemih berkisar antara 350 – 500 ml. Fungsi dari kandung kemih ialah
menampung urine yang dialirkan oleh
ureter dari ginjal dan dibantu uretra kandung kemih berfungsi mendorong
kemih keluar tubuh.
2.3.2.2. Prostat
Ukuran prostate kecil dan letaknya agak ke posterior dan inferior dari
simfisis pubis.Selain bentuknya yang kecil, kelenjar prostat juga menyerupai
kerucut dengan bagian dorsalnya berhimpit dengan kandung kemih serta
bagian apeksnya berhubungan dengan bagian bawah pelvis. Ukuran baguian
tranversalnya ialah sekitar 1,5 inchi (3,75 cm) serta bagian anteroposterior
sepanjang 1 inchi (2,5 cm). Prostate hanya ditemukan pada laki-laki dan
berfungsi untuk motalitas semen selama reproduksi.
2.3.2.3. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang terdiri dari mukosa membrane
dengan muskulus yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari kandung
kemih.Pada vesikouretra junction terdapat penebalan dari muskulus detrusor
yang disebut internal urethral sphincter (involuntary).Sedangkan
eksternalurethral sphincter (voluntary) dibentuk oleh muskulus skeletal yang
mengelilingi uretra melalui diafragma urogenital. Dindingnya terdiri dari tiga
lapisan yaitu:
epitel transional, columnair pseudostratified dan squamous stratified.
Letak uretr di atas dari orivisium internal uretra pada kandung kemih dan
terbentang sepanjang 1,5 inchi ( 3,75 cm) pada wanita dan 7-8 inchi (18,75
cm) pada pria.
Uretra pria dibagi atas :
1. Uretra Posterior, dibagi menjadi:
a. Pars prostatika : dengan panjang sekitar 2,5 cm, berjalan melaluinkelenjar
prostate.
b.Pars membranacea : dengan panjang sekitar 2 cm, berjalan melalui
diafragma urogenital antara prostate dan penis
23
2. Uretra Anterior, dibagi menjadi:
a. Pars bulbaris : terletak di proksimal,merupakan bagian uretrayang melewati
bulbus penis.
b. Pars pendulum /cavernosa/spongiosa: dengan panjang sekitar 15cm,
berjalan melalui penis (berfungsi juga sebagai transportsemen).
c. Pars glandis: bagian uretra di gland penis. Uretra ini sangat pendek dan
epitelnya sangat berupa squamosa ( squamouscompleks noncornificatum)
Uretra berfungsi untuk transport urine dari kandung kemih ke meatus eksterna,
uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kemih
hingga lubang air. (Pearce,1999).
Tanda dan Gejala
Pancaran air kencing lemah
Pancaran air kencing bercabang
Pada pemeriksaan sangat penting untuk ditanyakan bagaimana
pancaran urinnya. Normalnya, pancaran urin jauh dan diameternya
besar. Tapi kalau terjadi penyempitan karena striktur, maka
pancarannya akan jadi turbulen. Mirip seperti pancaran keran di
westafel kalau ditutup sebagiSdr.
Frekuensi
Disebut frekuensi apabila kencing lebih sering dari normal, yaitu lebih
dari tuiuh kali. Apabila sering krencing di malam hari disebut nocturia.
Dikatakan nocturia apabila di malam hari, kencing lebih dari satu kali,
dan keinginan kencingnya itu sampai membangunkannya dari tidur
sehingga mengganggu tidurnya.
Overflow incontinence (inkontinensia paradoxal)
Terjadi karena meningkatnya tekanan di vesica akibat penumpukan
urin yang terus menerus. Tekanan di vesica menjadi lebih tinggi
daripada tekanan di uretra. Akibatnya urin dapat keluar sendiri tanpa
terkontrol. Jadi disini terlihat adanya perbedaan antara overflow
inkontinensia (inkontinesia paradoksal) dengan flow incontinentia.
24
Pada flow incontinenntia, misalnya akibat paralisis musculus
spshincter urtetra, urin keluar tanpa adanya keinginan untuk kencing.
Kalau pada overflow incontinence, pasien merasa ingin kencing
(karena vesicanya penuh), namun urin keluar tanpa bisa dikontrol.
Itulah sebabnya disebut inkontinensia paradoxal.
Dysuria dan hematuria
PATHWAYS
25
Kongenital DidapatInfeksi
Anomali saluran kemih yang lain Spasmus otot
Tekanan dari luar:tumor
Cedera uretral
Cedera peregangan
Uretritis Gonorhea
Jaringan parutpenyempitan lumen uretra
Kekuatan pancaran & jumlah urin berkurang
Total tersumbat
Obstruksi saluran kemih yg bermuara ke Vesika Urinaria
Peningkatan tekanan vesika urinaria refluk urin
hidroureter
Penebalan dinding VU
hidronefrosis
penurunan kontraksi otot VU pyelonefritis
kesulitan berkemih GGK
retensi urin
sistostomi luka insisi
26
Gg.rs nyamannyeri
Resiko
Perubahan
polaeliminasi
Perubahan pola
berkemih
Gg .rs nyaman
nyeri
2.3.3 PENYEBAB
1. Struktur urethra kongenital
Striktur ini biasanya sering terjadi di fossa navikularis dan pars
membranase, sifat striktur ini adalah stationer dan biasanya timbul terpisah
atau bersamaan dengan anomalia sakuran kemih yang lain.
2. Struktur urethra traumatic
Trauma ini akibat trauma sekunder seperti kecelakaan, atau karena
instrumen, infeksi, spasmus otot, atau tekanan dari luar, atau tekanan oleh
struktur sambungan atau oleh pertumbuhan tumor dari luar serta biasanya
terjadi pada daerah kemaluan dapat menimbulkan ruftur urethra, Timbul
striktur traumatik dalam waktu 1 bulan. Striktur akibat trauma lebih
progresif daripada striktur akibat infeksi. Pada ruftur ini ditemukan adanya
hematuria gross.
Cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi
transuretral, kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi)
3. Struktur akibat infeksi
Struktur ini biasanya disebabkan oleh infeksi veneral. Timbulnya lebih
lambat daripada striktur traumatik
2.3.4 MANIFESTASI KLINIS
Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang
Gejala infeksi
27
Retensi urinarius
Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis
(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)
Derajat penyempitan uretra:
a. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
b. Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.
c. Berat: oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.
Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang
dikenal dengan spongiofibrosis.
(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 )
Patofisiologi
Proses radang akibat trauma atau infeksi pada uretra akan menyebabkan
terbentuknya jaringan sikatrik pada uretra. Rangkaian patologi yang terjadi di
sekitar uretra adalah:
proses radang akibat trauma dan infeksi pada uretra
jaringan sikatriks dinding uretra (striktur uretra)
hambatan aliran urine-urine mencari jaln lain untuk keluar
mengumpul di suatu tempat di luar uretra (peri uretra)
jika terinfeksi timbul abses uretra, yang kemudian pecah
fistula uretro kutan-fistula multiple
2.3.5 PENCEGAHAN
Elemen penting dalam pencegahan adalah menangani infeksi uretral
dengan tepat.Pemakaian kateter uretral untuk drainase dalam waktu lama harus
dihindari dan perawatan menyeluruh harus dilakukan pada setiap jenis alat uretral
termasuk kateter.
(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)
28
2.3.6 PENATALAKSANAAN
2.3.6.1 Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan
kateter
2.3.6.2 Medika mentosa
2.3.6.3 Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri.
2.3.6.4 Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.
2.3.6.5 Pembedahan
a. Sistostomi suprapubis
b. Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.
c. Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau
otis/sachse. Otis dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jika striktur
belum total. Jika lebih berat dengan pisau sachse secara visual.
d. Uretritimi eksterna: tindakan operasi terbuka berupa pemotonganjaringan
fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih
baik.
(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
2.3.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pada kasus pasien mengalami kesulitan untuk miksi ditegakkan
pertama kali berdasarkan pemeriksaan fisik, yang meliputi pemeriksaan penis
dan uretra yang kemungkinan adanya meatus uretra yang sempit, vesica dapat
teraba menonjol diatas simpisis pubis karena adanya retensi urine. Untuk
membantu jalannya pengeluaran urine yaitu dipasang kateter melalui saluran
uretra. Jika dalam masa terapi pasien masih mengalami retensi urine, maka
dilakukan operasi pembedahan Sebelum dilakukan pembedahan yaitu dilakukan
diagnosa untuk mengetahui panjang dan lokasi striktur yaitu dengan pemeriksaan
radiologi bipolar uretrocystografi. Kontras bisa lewat atas (pool atas lewat vesica
urinaria) ataupun lewat bawah (pool bawah lewat uretra), sehingga panjang dan
ketebalan striktur dapat diketahui.Dikatakan striktur kontras tidak bisa mengisi
seluruh saluran pada uretra.
29
a. Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan
keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.
b. Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas,
e. coli.
c. BUN/kreatin : meningkat
d. Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui
panjangnya penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto) uretrografi.
e. Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi
f. Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra
(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
2.3.8 PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD ( efek pembesaran ginjal)
b. Eliminasi
Gejala: penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk mengosongkan
kandung kemih dengan lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih
Tanda: adanya masa/sumbatan pada uretra
c. Makanan dan cairan
Gejala; anoreksia;mual muntah, penurunan berat badan
d. Nyeri/kenyamanan
Nyeri suprapubik
e. Keamanan : demam
f. Penyuluhan/pembelajaran
(Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
2.3.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL
1. Nyeri b.d insisi bedah sitostomi suprapubik
Tujuan : nyeri berkurang/ hilang
Kriteria hasil:
a. Melaporkan penurunan nyeri
b. Ekspresi wajah dan posisi tubuh terlihat relaks
30
Intervensi:
Kaji sifat, intensitas, lokasi, lama dan faktor pencetus dan penghilang nyeri
Kaji tanda nonverbal nyeri ( gelisah, kening berkerut, mengatupkan rahang,
peningkatan TD)
Berikan pilihan tindakan rasa nyaman
Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman
Ajarkan tehnik relaksasi dan bantu bimbingan imajinasi
Dokumentasikan dan observasi efek dari obat yang diinginkan dan efek
sampingnya
Secara intermiten irigasi kateter uretra/suprapubis sesuaiadvis, gunakan salin
normal steril dan spuit steril
Masukkan cairan perlahan-lahan, jangan terlalu kuat.
Lanjutkan irigasi sampai urin jernih tidak ada bekuan.
Jika tindakan gagal untuk mengurangi nyeri, konsultasikan dengan dokter
untuk penggantian dosis atau interval obat.
Perubahan pola eliminasi perkemihan b.d sitostomi suprapubik
Kriteria hasil:
a.kateter tetap paten pada tempatnya
b.Bekuan irigasi keluar dari dinding kandung kemih dan tidak menyumbat
aliran darah melalui kateter
c.Irigasi dikembalikan melalui aliran keluar tanpa retensi
d.Haluaran urin melebihi 30 ml/jam
e.Berkemih tanpa aliran berlebihan atau bila retensi dihilangkan
Intervensi:
Kaji uretra dan atau kateter suprapubis terhadap kepatenan
Kaji warna, karakter dan aliran urin serta adanya bekuan melalui kateter tiap
2 jam
Catat jumlah irigan dan haluaran urin, kurangi irigan dengan haluaran ,
laporkan retensi dan haluaran urin <30 ml/jam
Beritahu dokter jika terjadi sumbatan komplet pada kateter untuk
menghilangkan bekuan
Pertahankan irigasi kandung kemih kontinu sesuai instruksi
Gunakan salin normal steril untuk irigasi
31
Pertahankan tehnik steril
Masukkan larutan irigasi melalui lubang yang terkecil dari kateter
Atur aliran larutan pada 40-60 tetes/menit atau untuk mempertahankan urin
jernih
Kaji dengan sering lubang aliran terhadap kepatenan
Berikan 2000-2500 ml cairan oral/hari kecuali dikontraindikasikan
Resiko terhadap infeksi b.d adanya kateter suprapubik, insisi bedah sitostomi
suprapubik
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Hasil yang diharapkan:
f.Suhu tubuh pasien dalam batas normal
g. Insisi bedah kering, tidak terjadi infeksi
h. Berkemih dengan urin jernih tanpa kesulitan
Intervensi:
Periksa suhu setiap 4 jam dan laporkan jikadiatas 38,5 derajat C
Perhatikan karakter urin, laporkan bila keruh dan bau busuk
Kaji luka insisi adanya nyeri, kemerahan, bengkak, adanya kebocoran urin, tiap 4
jam sekali
Ganti balutan dengan menggunakan tehnik steril
Pertahankan sistem drainase gravitas tertutup
Pantau dan laporkan tanda dan gejala infeksi saluran perkemihan
Pantau dan laporkan jika terjadi kemerahan, bengkak, nyeri atau adanya
kebocoran di sekitar kateter suprapubis.(M. Tucker, Martin;1998)
32
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Karsinoma buli merupakan 2% dari seluruh keganasan,dan merupakan
keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinomaprostat.
Tumor ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada wanita.
Tumor renal karsinoma maligna terutama adenocarcinoma menduduki 2% dari semua
kanker. Tumor renal maligna yang kecil (adenoma) bisa timbul tanpa membawa
kerusakan yang jelas atau menimbulkan berbagai gejala
Striktur urethra merupakan penyakit atau kelainan yang berupa penyempitan atau
konstriksi dari lumen urethra akibat adanya obstruksi . Striktur urethra di sebut juga
penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada
urethra atau daerah urethra.
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari buli-buli melalui proses
miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani.
Berdasarkan penyebab/etiologinya striktur dibagi menjadi 3 jenis : Struktur urethra
congenital, Struktur urethra traumatic dan Struktur akibat infeksi
B. SARAN
Pendidikan kesehatan mengenai cara pencegahan dari gangguan penyakit
perkemihan penting untuk mulai diberikan kepada masyarakat umum sehingga
masyarakat bisa lebih berhati-hati untuk tidak terjadi trauma dan agar tidak terkena
gangguan perkemihan
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Wim de, Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat Penerbit
Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997
2. Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Bandung, Yayasan IAPK
pajajaran, 1996
3. M. Tucker, Martin, Standart Perawatan Pasien : Proses keperawatan, Diagnosis dan
Evaluasi, Edisi V, Volume 3, Jakarta, EGC,1998
4. Susanne, C Smelzer, Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &Suddart) , Edisi VIII,
Volume 2, Jakarta, EGC, 2002
5. Basuki B. purnomo, Dasar-Dasar Urologi, Malang, Fakultas kedokteran Brawijaya,
2000
6. Doenges E. Marilynn, Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta. EGC. 2000
7. C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468 dan C. Long , Barbara;1996 hal 338
8. Get this at widgia.com
9. Elizabeth. J.C. 2000.Patofisiologi. EGC. Jakarta
10. Linda Jual. 2000. Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC. JakartaSoelarso. Urologi. EGC. Jakarta
34
35
Recommended