View
1.140
Download
26
Category
Preview:
DESCRIPTION
Dalam hukum bisnis diatur bagaimana melakukan perjanjian terutama terkait hutang piutang. Dalam makalah ini ada contoh pasal-pasal dan ayat dalam perjanjian Hutang Piutang
Citation preview
Makalah Hukum Bisnis
“ Perjanjian Hutang-Piutang “
EKO SUDARMAKIYANTO 1M101535
Pendahuluan
Latar Belakang
Urusan utang-piutang ini seringkali menjelma menjadi urusan yang rumit. Hal ini terjadi
jika yang berhutang tidak ingin melunasi hutangnya ataupun jika yang memberi hutang tidak
enak untuk menagih hutangnya. Pada akhirnya, hal ini banyak menimbulkan masalah-masalah
yang semakin menumpuk kedepannya. Orang yang berhutang jadi semakin menumpuk hutang.
Yang memberi hutang pun semakin menumpuk harta bekunya dalam bentuk piutang. Oleh
karena itu, merupakan hal yang sangat bagus jika dalam setiap transaksi hutang-piutang ini selalu
disertai dengan surat perjanjian yang baik.Maka dari itu saya sebagai penulis mengambil judul “
Perjanjian Hutang piuntang “
Rumusan masalah
1. Apa pengertian perjanjian hutang-piutang ?
2. Apa hukum hutang piutang ?
3. Apa rukun hutang piutang ?
4. Apa manfaat dari hutang piutang ?
Tujuan masalah
1. Mengetahui pengertian dari perjanjian hutang piutang
2. Mengetahui hukum hutang piutang
3. Mengetahui rukun hutang piutang
4. Mengetahui manfaat dari hutang piutang
5. Mengetahui contoh surat perjanjian hutang piutang
ISI
Definisi dan Arti : Hutang Piutang adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi
pinjaman kepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian dengan
jumlah yang sama. Jika peminjam diberi pinjaman Rp. 1.000.000 maka di masa depan si
peminjam akan mengembalikan uang sejumlah satu juta juga. Contoh hutang piutang modern
yaitu kredit candak kulak, perum pegadaian, kpr BTN, Kredit investasi kecil / KIK, kredit modal
kerja permanen / KMKP, dan lain sebagainya.
Hutang Piutang adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi pinjaman kepada
peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian dengan jumlah yang sama.
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari alangkah baiknya ada semacam
MoU atau Surat Perjanjian Hutang Piutang. Surat perjanjian ini berisi tentang besarnya nilai
hutang, jangka waktu pelunasan dan cara pembayaran.
Hukum hutang piutang bersifat fleksibel tergantung situasi kondisi dan toleransi. Pada umumnya
pinjam-meminjam hukumnya sunah / sunat bila dalam keadaan normal. Hukumnya haram jika
meminjamkan uang untuk membeli narkoba, berbuat kejahatan, menyewa pelacur, dan lain
sebagainya. Hukumnya wajib jika memberikan kepada orang yang sangat membutuhkan seperti
tetangga yang anaknya sedang sakit keras dan membutuhkan uang untuk menebus resep obat
yang diberikan oleh dokter.
Dalam Hutang Piutang Harus Sesuai Rukun yang Ada :
Ada yang berhutang / peminjam / piutang / debitor
Ada yang memberi hutang / kreditor
Ada ucapan kesepakatan atau ijab qabul / qobul
Ada barang atau uang yang akan dihutangkan
Hutang piutang dapat memberikan banyak manfaat / syafaat kepada kedua belah pihak. Hutang
piutang merupakan perbuatan saling tolong menolong antara umat manusia yang sangat
dianjurkan oleh Allah SWT selama tolong-menolong dalam kebajikan. Hutang piutang dapat
mengurangi kesulitan orang lain yang sedang dirudung masalah serta dapat memperkuat tali
persaudaraan kedua belah pihak.
Contoh Surat Perjanjian Hutang Piutang
PERJANJIAN UTANG PIUTANG
Perjanjian Utang Piutang ini dibuat pada hari ini _____ tanggal _____ tahun _____ oleh dan
antara:
Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas namanya sendiri yang selanjutnya disebut sebagai
PIHAK PERTAMA.
Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas namanya sendiri yang selanjutnya disebut sebagai
PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:
Bahwa PIHAK PERTAMA telah mempunyai utang dari PIHAK KEDUA sejumlah uang sebesar
Rp _____ (_____ Rupiah).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Para Pihak sepakat untuk mengikatkan diri dalam
Perjanjian Utang Piutang ini dengan syarat-syarat sebagai berikut:
Pasal 1
JUMLAH UTANG
PIHAK PERTAMA dengan ini telah berutang dari PIHAK KEDUA uang sejumlah Rp _____
(_____ Rupiah) untuk dapat membeli dalam keadaan kosong bangunan rumah tinggal berikut
dengan turutan yang terletak di _____ No. _____ berikut dengan segala hak-hak dan
kepentingan-kepentingan di atas bidang tanah tersebut.
Pasal 2
PENYERAHAN
PIHAK KEDUA telah menyerahkan uang sebagai pinjaman sebesar Rp _____ (_____ Rupiah)
tersebut secara tunai dan sekaligus kepada PIHAK PERTAMA pada saat Perjanjian ini
ditandatangani oleh kedua belah pihak, dan sekaligus Perjanjian ini sebagai tanda bukti
penerimaan yang sah.
Pasal 3
BUNGA
Atas utang sejumlah Rp _____ (_____ Rupiah ) tersebut, PIHAK PERTAMA tidak dikenakan
bunga apa pun juga oleh PIHAK KEDUA.
Pasal 4
CARA PEMBAYARAN
PIHAK PERTAMA wajib membayar kembali utangnya tersebut kepada PIHAK KEDUA
dengan cara pembayaran angsuran sebesar Rp _____ (_____ Rupiah ) per bulan selama _____
tahun.
Pasal 5
JANGKA WAKTU
Jangka waktu pinjaman ditetapkan selama _____ (_____) tahun sedemikian rupa, sehingga pada
akhir jangka waktu, yaitu pada bulan _____ seluruh pinjaman harus telah dilunasi oleh PIHAK
PERTAMA.
Pasal 6
BIAYA PENAGIHAN
1. Bilamana untuk pembayaran kembali atas segala sesuatu yang berdasarkan Perjanjian ini
diperlukan tindakan-tindakan penagihan oleh PIHAK KEDUA, maka segala biaya-biaya
penagihan itu baik di hadapan maupun di luar pengadilan semuanya menjadi tanggungan dan
wajib dibayar oleh PIHAK PERTAMA.
2. Apabila PIHAK PERTAMA lalai dalam membayar biaya-biaya penagihan-penagihan yang
dibayar pada Ayat (1) pasal ini, maka terhadap seluruh biaya-biaya tersebut juga dikenakan
bunga sebesar _____ % (_____ persen ) per hari sampai seluruh penagihannya tersebut lunas
terbayar.
Pasal 6
PENGEMBALIAN SEKALIGUS
1. Apabila PIHAK PERTAMA karena sebab apa pun juga lalai atau ingkar dari Perjanjian ini,
sedangkan masih ada utang yang belum lunas dibayar oleh PIHAK PERTAMA, maka selambat-
lambatnya dalam waktu dua bulan terhitung semenjak tanggal jatuh tempo, PIHAK PERTAMA
wajib membayar lunas seluruh tunggakan yang belum dilunasi oleh PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA.
2. Yang digolongkan sebagai kelalaian atau ingkar janji PIHAK PERTAMA sebagai-mana
dimaksud pada Ayat (1) pasal ini, bilamana:
PIHAK PERTAMA tidak atau lalai memenuhi salah satu kewajibannya yang ditetapkan
dalam Perjanjian ini.
a) Terhadap PIHAK PERTAMA diajukan permohonan kepada instansi yang ber-wenang untuk
diletakan di bawah pengakuan atau untuk dinyatakan pailit.
b) Bilamana harta kekayaan dari PIHAK PERTAMA terutama bangunan rumah tinggal berikut
dengan bidang tanahnya disita atau bilamana terhadap PIHAK PERTAMA dilakukan tindakan
eksekusi untuk pembayaran kepada PIHAK KEDUA.
c) Bilamana PIHAK PERTAMA meninggal dunia.
Pasal 7
JAMINAN
Untuk menjamin pembayaran kembali yang tertib dan sebagaimana mestinya atas segala sesuatu
yang berdasarkan Perjanjian ini masih terutang oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA, berikut dengan ongkos-ongkos lainnya serta biaya-biaya penagihan, maka akan dibuat
sebuah perjanjian di mana PIHAK PERTAMA akan menyerahkan sebagaimana jaminan kepada
PIHAK KEDUA sebagai bangunan milik PIHAK PERTAMA terbuat dari dinding tembok lantai
ubin dan atap genteng terletak di Jalan _____ Didirikan di atas sebidang tanah seluas kurang
lebih _____ m2 (_____ meter persegi), persil No. _____ Tertanggal _____ berikut dengan
segala hak dan kepentingan yang sekarang atau di kemudian hari akan diperoleh PIHAK
PERTAMA atas sebidang tanah tersebut di atas.
Pasal 8
KUASA
1. PIHAK PERTAMA dengan ini memberikan kuasa kepada PIHAK KEDUA untuk
mengambil dan menguasai rumah dan tanah serta turutannya sebagaimana disebut pada Pasal 7
untuk menjual atau melakukan lelang atau memiliki sendiri atas benda jaminan tersebut dalam
rangka melunasi utang PIHAK PERTAMA.
2. Kuasa yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA di dalam atau
berdasarkan Perjanjian ini, merupakan bagian yang terpenting dan tidak terpisahkan dari
Perjanjian ini, kuasa mana tidak dapat ditarik kembali, dan juga tidak akan berakhir karena
meninggal dunianya PIHAK PERTAMA, atau karena sebab apa pun juga.
Pasal 9
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila ada hal-hal yang tidak atau belum diatur dalam Perjanjian ini, dan juga jika terjadi
perbedaan penafsiran atas seluruh atau sebagian dari Perjanjian ini, maka kedua belah pihak
sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.
2. Jika penyelesaian secara mesyawarah untuk mufakat juga ternyata tidak menyelesaikan
perselisihan tersebut, maka perselisihan tersebut akan diselesaikan secara hukum yang berlaku di
Indonesia, dan oleh karena itu kedua belah pihak memilih tempat tinggal yang tetap dan
seumumnya di Kepaniteraan Pengadilan Negeri _____ .
Demikian Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak pada hari dan tanggal
tersebut di atas, dibuat rangkap 2 (dua ) bermeterai cukup untuk masing-masing pihak yang
mempunyai kekuatan hukum yang sama.
PIHAK PERTAMA
PIHAK KEDUA
___________
___________
Penutup
Kesimpulan
Merujuk kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas
Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah (“UU 4/96”), terutama Pasal 10 ayat
(1), disebutkan bahwa pemberian hak tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan hak
tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di dalam dan merupakan
bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang yang bersangkutan atau perjanjian lainnya
yang menimbulkan utang tersebut. Hak tanggungan bersifat accessoir, dimana hal tersebut
berarti bahwa pemberian suatu hak tanggungan haruslah merupakan ikutan dari perjanjian
pokok, yaitu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum utang-piutang yang dijamin
pelunasannya. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa eksistensi atas suatu hak
tanggungan selalu diperjanjikan dan mengikuti (accessoir) perjanjian pokoknya, yaitu perjanjian
yang menimbulkan hubungan hukum utang-piutang.
Recommended