View
246
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
OLEH:
WIDYA WATI
DOSEN PEMBIMBING:
Prof. FESTIYED, MS
KONSENTRASI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2010
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
pendekatan pembelajaran yang dibimbing oleh ibu Prof. Dr Festiyed, M.Si.
Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai pendekatan
pembelajaran. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber
baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber
yang ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai
dihadapan pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih
banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah
yang lebih baik.
Padang, oktober 2010
Widya Wati
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KATA PENGENTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 3
BAB II PENDEKATAN PEMBELAJARAN ......................................................... 7
2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran ............................................................ 7
2.2 Tipe-tipe Pendekatan Pembelajaran ............................................................... 9
2.2.1 Pendekatan Kontekstual ........................................................................... 9
2.2.2 Pendekatan Konstruktivisme ................................................................. 13
2.2.3 Pendekatan Deduktif .............................................................................. 15
2.2.4 Pendekatan Induktif ............................................................................... 16
2.2.5 Pendekatan Konsep................................................................................. 17
2.2.6 Pendekatan Proses .................................................................................. 19
2.2.7 Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat ................................... 19
2.3 Implikasi Pendekatan Pembelajaran ............................................................ 20
2.3.1 Pendekatan Pembelajaran Individual ................................................... 20
2.3.3 Pendekatan Pembelajaran Klasikal ...................................................... 25
2.3.4 Posisi Guru-Siswa dalam Penyampaian Pesan ..................................... 26
2.3.5 Kemampuan yang akan Dicapai dalam Pembelajaran ............................ 27
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 31
Kesimpulan ................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 32
3
DAFTAR TABEL
Table 1 Perbedaan model, pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik
pembelajaran ........................................................................................................... 8 Table 2 Tujuan Pengajaran dengan didikan Ranah-Ranah kognitif, afektif, dan . 29
4
DAFTAR GAMBAR
Figure 1 Posisi Hierarkis Model Pembelajaran ....................................................... 8
Figure 2 Perkembangan kemampuan siswa dalam ranah Kognitif, Afektif, ....... 28
5
BAB I PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi sekolah pada
umumnya adalah rendahnya mutu pendidikan. Usaha peningkatan kualitas
pendidikan terus dilaksanakan secara sistematis. Pembaharuan pendidikan
tersebut merupakan upaya sadar yang sengaja dilakukan dengan tujuan
memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Upaya peningkatan
mutu pendidikan salah satunya adalah menciptakan kurikulum yang lebih
memberdayakan peserta didik. Untuk itu, perlu dirancang sebuah kurikulum yang
berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yakni menghasilkan
manusia yang berkualitas dan berkompeten.
Selain itu, mutu pendidikan juga sangat ditentukan oleh pendekatan-
pendekatan yang digunakan para guru dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pendidikan. Ketepatan dalam menggunakan pendekatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi dan
minat siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan, serta terhadap proses dan
hasil belajar siswa. Siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh guru
apabila pendekatan pembelajaran yang digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan
pembelajarannya. Adapun permasalahan yang dihadapi siswa antara lain
kemandirian dan kedewasaan yang lambat, ini dilihat dari perilaku siswa di kelas
yang sering ramai dan tidak merespon materi yang disampaikan oleh guru.
Selanjutnya motivasi siswa sangat rendah, ini dapat dilihat keinginan siswa dalam
mengikuti pelajaran sangat rendah. sehingga guru harus memotivasi terus menerus
saat kegiatan belajar mengajar. Menurut Muhibbin Syah (2004), pendekatan
6
pembelajaran yang baik adalah pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pembelajarannya.
7
BAB II PENDEKATAN PEMBELAJARAN
2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Menurut Akhmad Sudrajat dalam (http://akhmadsudrajat.wordpress.com)
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran, metode pembelajaran, serta teknik dan
taktik dalam pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun
dalam Akhmad Sudrajat, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap
usaha, yaitu : (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. (2) Mempertimbangkan dan
memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai
sasaran. (3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang
akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. (4) Mempertimbangkan dan
8
menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur
dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Hubungan antara pendekatan, strategi, metode, serta teknik dan taktik
dalam pembelajaran dapat divisualisasikan seperti pada Gambar 2.1.
Figure 1 Posisi Hierarkis Model Pembelajaran
Perbedaan antara model, pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik
pembelajaran
Perbedaan model, pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik
pembelajaran dapat dilihat dari tebel 2.1 di bawah:
Table 1 Perbedaan model, pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik
pembelajaran
Model
Pembelajaran
Bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Pendekatan
Pembelajaran
Titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
9
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.
Strategi
Pembelajaran
Suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien
Metode
pembelajaran
Cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa
metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
(1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5)
laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming;
(8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Teknik
Pembelajaran
Cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan
suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada
kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Taktik
Pembelajaran
Gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan,
terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik
yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu
cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang
dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang
satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih
banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari
masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang
bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi
sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
2.2 Tipe-tipe Pendekatan Pembelajaran
2.2.1 Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada
tahun 1916,yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan
10
minat dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching
and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah
satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari
enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika
Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas.
Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di
Indonesia tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan
“pemaksaan” terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghapal.
Harus segera ada pilihan strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan
memberdayakan siswa.
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak
mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta
atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh
John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah
11
yang terjadi pada kelas-kelas di sekolah Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi
karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai
perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai
sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan pilihan utama strategi
mengajar. Karena itu, diperlukan :
(1) sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa
(2) kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang
siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa
(3) kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka, apa
manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari adalah
berguna bagi hidupnya.
(4) posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar
daripada pemberi informasi.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of
Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini
siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya
nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan
berusaha untuk menggapinya
12
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan
komponen-komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk
belajar yang penting, yaitu :
1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep
baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian,
mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat
memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian
yang aktif.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam
latihan yang realistic dan relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok
sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.
13
Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar,
tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar
dengan focus pada pemahaman bukan hapalan
2.2.2 Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran
yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide
baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam
peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa
keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik
dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai
pembibimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru
lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan unutk
meningkatkankemampuansiswasecarapribadi.
Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih
mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi
seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui
14
aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang
konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya
pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa
pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial
dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain
seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme
individu).
Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu,
kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut
konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi
manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif
dan strateginya
Konstruktivisme social
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk
secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan
buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan
akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat
budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual.
15
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
1. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan
bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan
penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan
ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang
sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan
pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang
mereka pelajari.
Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau
konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk
menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari
2.2.3 Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang
menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)
berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang
kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif
sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum
kesesuatuyangkhusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari
keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula
16
dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh contoh
khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus
2.2.4 Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai
sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.
Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan
khusus menuju keadaan umum
APB Statement No. 4 adalah contoh dari penelitian induksi, Statement ini
adalah suatu usaha APB untuk membangun sebuah teori akuntansi. Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan
(statement) dibangun berdasarkan observasi dari praktek yang ada.
Perbedaan Pendekatan Deduktif dan Induktif
Teori normatif (normative theory) menggunakan pertimbangan nilai (value
judgement) yang berisi satu atau lebih premis menjelaskan cara yang seharusnya
ditempuh. Sebagai contoh, premis yang menyatakan bahwa laporan akuntansi
(accounting reports) seharusnya didasarkan kepada pengukuran nilai aset bersih
yang bisa direalisasi (net realizable value measurements of assets) merupakan
premis dari teori normatif. Sebaliknya, teori deskriptif (descriptive theory)
berupaya untuk menemukan hubungan yang sebenarnya terjadi.
17
2.2.5 Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik
meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari
pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara
langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
a. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
b. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
c. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
d. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalarnan
e. Konsep yang benar membentuk pengertian
f. Setiap konsep berbeda dengan melihat „ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan pendekatan konsep adalah:
a. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur
lingkungan.
b. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah
dimengerti.
18
c. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula
sampai konsep yang komplek.
d. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
a. Tahap enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
Pengenalan benda konkret.
Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
Pengamatan, penafsiran tentang benda baru
b. Tahap simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan:
Simbol, lambang, kode, seperti angka, huruf. kode, seperti (?=,/) dll.
Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah
siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya.
Memberi nama, dan istilah serta defenisi.
c. Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti:
Menyebut nama, istilah, defmisi, apakah siswa sudah mampu
mengatakannya
19
2.2.6 Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan
hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai
proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan
kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan
proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan
bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses
yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam
bekerrja dan sebagainya.
2.2.7 Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,
Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan
konsep, keterampilan proses,CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan
lingkungan. (Susilo, 1999). Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam
bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS), Science Technology
Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan
Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu
Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi
Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu
yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah
20
menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga
mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam
masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah
diambilnya
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan
konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam
struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.
2.3 Implikasi Pendekatan Pembelajaran
2.3.1 Pendekatan Pembelajaran Individual
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang
menitikberatkan pada bantuan dan bimbngan belajar kepada masing-masing
individu. Pada pembelajaran ini, guru memberi bantuan pada masing-masing
pribadi. Contohnya, bantuan guru kelas tiga kepada siswa yang membaca dalam
hati dan menulis karangan. Pada membca dalam hati secara individual siswa
menemukan kesukaran sendiri-sendiri.
Ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi-
segi:
a. Tujuan pengajaran
Tujuan pengajaran yang menonjol adalah pemberian kesempatan dan
keleluasaan siswa untuk berlajar berdasarkan kemampuan sendiri serta
pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal.
b. Siswa sebagai subyek yang belajar
21
Siswa memiliki keleluasaan berupa : (1) kebebasan menggunakan waktu
belajar (2) keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas
belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. (3) siswa
melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar. (4) siswa dapat mengetahui
kemampuan dan hasil belajar sendiri (5) siswa memiliki kesempatan untuk
menyusun program belajarnya sendiri (6) jenis kedudukan siswa tersebut
berakibat pada adanya perbedaan tanggung jawab belajar-mengajar. Hal ini terkait
dengan perkembangan emansipasi diri siswa. Meskipun demikian pada tempatnya
sejak usia pendidikan dasar siswa dididik memiliki rasa tanggung jawab dalam
belajar sendiri.
c. Guru sebagai pembelajar
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu,
berkenaan dengan komponen pembelajaran berupa: (1) perencanaan kegiatan
belajar (2) pengorganisasian kegiatan belajar (3) penciptaan pendekatan terbuka
anatara guru dan siswa (4) fasilitas yang mempermudah belajar
Peranan guru dalam merencanakan kegiatan belajar siswa adalah sebagai berikut :
(1) membantu merencanakan kegiatan belajar siswa: dengan musyawarah guru
membantu siswa menetapkan tujuan belajar, membuat program belajar sesuai
kemampuan siswa. (2)membicarakan pelaksanaan belajar, mengemukakan kriteria
keberhasilan belajar, menentukan waktu dan kondisi belajar (3)berperan sebagai
penasihar atau pembimbing (4)membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan
kemajuan sendiri
Peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah mengatur
dan memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir. Peranan guru sebagai
22
berikut: (1) memberikan orientasi umum sehubungan dengan belajar topik tertentu
(2)membuat variasi kegiatan belajar agar tidak terjadi kebosanan 3)
mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, media,
dan sumber. (4) membagi perhatian pada sejumlah pelajar, menurut tugas dan
kebutuhan pelajar (5) memberikan balikan terhadap setiap pelajar (6)mengakhiri
kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil belajar
Peranan guru dalam penciptaan hubungan terbuka dengan siswa bertujuan
menimbulkan perasaan bebas dalam belajar, dilakukan dengan cara: (1) membuat
hubungan akrab dan peka terhadap kebutuhan siswa (2) mendengarkan secara
simpatik terhadap segala ungkapan jiwa siswa (3) membina suasana aman
sehingga siswa leluasa bereksplorasi, memberi kemungkinan penemuan-
penemuan dan mendorong terjadinya emansipasi dengan penuh tanggung jawab
Cara guru untuk menjadi fasilitator dalam belajar adalah: (1) Membimbing siswa
belajar (2)menyediakan media dan sumber belajar (3) Memberi penguatan belajar
(4) menjadi teman dalam mengevaluasi pelaksanaan, cara, dan hasil belajar (5)
memberi kesempatan siswa untuk memperbaiki
d. Program pembelajaran
Program pembelajaran individual merupakan usaha memperbaiki
kelemahan pengajaran klasikal. Dari segi kebutuhan pelajar, program ini lebih
efektif, sebab siswa belajar sesuai dengan programnya sendiri
Dari segi guru, kurang efisien jika jumlah siswa terlalu besar
Dari segi usia perkembangan belajar, program ini cocok untuk siswa SMP ke
atas, karena siswa dipandang telah dapat membaca dengan baik, mengerti dan
23
memahami dengan baik, serta dapat bekerja mandiri dan bekerjasama dengan
baik
Dari segi bidang studi, bidang studi yang cocok untuk program ini ialah
bahasa, matematika, IPA, dan IPS bagi ajaran tertentu, serta musik, kesenian,
dan olahraga yang bersifat perorangan
Program pembelajaran individual dapat berjalan efektif jika
mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan siswa (2) tujuan pembelajaran dibuat dan dimengerti oleh siswa (3)
prosedur dan cara kerja dimengerti oleh siswa (6)keterlibatan guru dalam evaluasi
dimengerti siswa
e. Orientasi dan tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran
Program pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan
kepada setiap siswa agar ia dapat belajar secara mandiri. Dalam pelaksanaan, guru
berperan sebagai fasilitator, pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar, dan
rekan diskusi.
2.3.2 Pendekatan Pembelajaran berkelompok
Dalam pembelajaran ini, guru memberikan bantuan atau bimbingan
kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Hal ini terjadi karena: (1) hubungan
antarguru-siswa menjadi lebih sehat dan akrab (2)siswa memperoleh bantuan,
kesempatan, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan minat (3)siswa dilibatkan
dalam penentuan tujuan belajar
Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran secara kelompok dapat ditinjau
dari segi:
a. Tujuan pengajaran pada kelompok kecil
24
Tujuan pengajaran pada kelompok kecil adalah: (1)memberi kesempatan
kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
secara rasional. (2)mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong-royong
dalam kehidupan (3)mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga
tiap anggota merasa diri sebagai bagian dari kelompok yang bertanggung jawab.
(4)mengembangkan kemampuan kepemimpinan-keterpimpinan pada tiap anggota
kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.
b. Siswa dalam pembelajaran kelompok kecil
Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk
memecahkan masalah kelompok. Kelompok kecil merupakan satuan kerja yang
kompak dan kohesif.
Ciri-ciri kelompok kecil yang menonjol adalah: (1)tiap siswa merasa sadar
diri sebagai anggota kelompok. (2)tiap siswa merasa diri memiliki tujuan bersama
berupa tujuan kelompok (3)memiliki rasa saling membutuhkan dan saling
tergantung (4)ada interaksi dan komunikasi antar anggota (5)ada tindakan
berasama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok
Agar kelompok kecil berperan konstruktif dan produktif diharapkan:
(1)anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok (2)siswa sebagai
anggota kelompok memiliki tanggung jawab (3)tiap anggota kelompok membina
hubungan akrab (4)kelompok mewujud dalam satuan kerja yang kohesif
c. Guru sebagai pembelajar dan pembelajaran kelompok
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari:
Pembentukan kelompok
25
Dengan pertimbangan tujuan yang akan diperoleh siswa dalam
berkelompok, latar belakang pengalaman siswa, serta minat atau pusat perhatian
siswa
Perencanaan tugas kelompok
Tugas kelompok dapat paralel (semua kelompok memiliki tugas yang
sama) atau komplementer (kelompok saling melengkapi pemecahan masalah)
Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan, guru dapat berperan sebagai berikut: 1)pemberi
informasi umum tentang proses belajar kelompok 2)sebagai fasilitator,
pembimbing, dan pengendali ketertiban kerja 3)melakukan evaluasi
Evaluasi hasil belajar kelompok
Pada pembelajaran kelompok, orientasi dan tekanan utama pelaksanaan
adalah peningkatan kemampuan kerja kelompok.
2.3.3 Pendekatan Pembelajaran Klasikal
Pembelajaran klasikal merupakan kemampuan guru yang utama. Hal itu
disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang tergolong
efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas lebih murah. Jumlah siswa tiap kelas
pada umumnya berkisar dari 10-45 orang. Dengan jumlah siswa sebanyak itu,
guru masih dapat membelajarkan siswa secara berhasil.
Pembelajaran kelas berarti melaksanakan pengelolaan kelas, yaitu
penciptaan kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar dengan baik.
Dan juga melaksanakan pengelolaan pembelajaran yang bertujuan mencapai
tujuan belajar.
26
Tekanan utama pembelajaran adalah seluruh anggota kelas. Di samping
penyusunan desain instruksional yang dibuat, maka pembelajaran kelas dapat
dilakukan dengan: (1)penciptaan tertib belajar (2)penciptaan suasana senang
dalam belajar (3)pemusatan perhatian pada bahan ajar (4)Mengikutsertakan siswa
belajar aktif (5)Pengorganisasian belajar sesuai dengan kondisi siswa. Guru dapat
mengajar seorang diri atau bertindak sebagai tim pembelajar.
2.3.4 Posisi Guru-Siswa dalam Penyampaian Pesan
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berusaha menyampaikan sesuatu
hal yang disebut ”pesan”. Sebaliknya, dalam kegiatan belajar siswa juga berusaha
memperoleh sesuatu hal. Pesan atau sesuatu hal tersebut dapat berupa
pengetahuan, wawasan, ketrampilan, atau ”isi ajaran” yang lain.
1. Pembelajaran dengan strategi Ekspositori
Model pengajaran ekspositori merupakan kegiatan mengajar yang terpusat
pada guru. Peranan guru yang penting adalah: (1)penyusun program pembelajaran
(2)pemberi informasi yang benar (3)pemberi fasilitas belajar yang baik
(4)pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar 4)penilai perolehan
informasi
Peranan siswa yang penting adalah: (1)pencari informasi yang benar
(2)pemakai media dan sumber yang benar (3)menyelesaikan tugas sehubungan
dengan penilaian guru
2. Pembelajaran dengan strategi inkuiri
Model inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah
pesan sehingga memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai.
27
Peranan guru yang penting adalah: (1)mencipatakan suasana bebas berpikir
sehingga siswa berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah
(2)fasilitator dalam penelitian (3)rekan diskusi dalam klasifikasi dan pencarian
alternatif pemecahan masalah (4)pembimbing penelitian, pendorong keberanian
berpikir alternatif dalam pemecahan masalah
Peranan siswa yang penting adalah: (1)mengambil prakarsa dalam
pencarian masalah dan pemecahan masalah (2)pelaku aktif dalam belajar,
melakukan penelitian (3)penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan
4)penemu pemecahan masalah.
Evaluasi hasil belajar pada model inkuiri meliputi: (1)ketrampilan
pencarian dan perumusan masalah (2)ketrampilan pengumpulan data atau
informasi (3)ketrampilan meneliti tentang obyek, seperti benda, sifat benda,
kondisi, atau peristiwa dan pelaku (3)ketrampilan menarik kesimpulan 4)laporan
2.3.5 Kemampuan yang akan Dicapai dalam Pembelajaran
Siswa yang belajar akan mengalami perubahan. Bila sebelum belajar
kemampuannya hanya 25% misalnya, maka setelah belajar selama lima bulan
menjadi 100%. Hasil belajar tersebut akan meningkatkan kemampuan mental.
Pada umumnya hasil belajar tersebut meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.Kemampuan mental yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah
tujuan pembelajaran. Kondisi kemampuan prabelajar dan kemampuan yang
dicapai atau tujuan pembelajaran tersebut dapat dilukiskan dalam Gambar 2.2
28
Figure 2 Perkembangan kemampuan siswa dalam ranah Kognitif, Afektif,
Psikomotorik berkat pembelajaran
Dari Gambar 2.2 dapat diketahui hal berikut:
1) Guru melaksanakan tugas pembelajaran; tugas pembelajaran tersebut
dilakukan dengan pengorganisasian siswa, pengolahan pesan, dan evaluasi
belajar,
2) Siswa memiliki motivasi belajar dan beremansipasi sepanjang hayat,
3) Siswa yang bersangkutan memiliki kemampuan pra-belajar; kemampuan
tersebut berupa kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4) Berkat tindak pembelajaran ataupun motivasi intrinsiknya, siswa melakukan
kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar tersebut siswa mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan kognitif, afektifnya, dan psikomotoriknya menjadi
lebih baik.
5) Berkat evaluasi belajar dari guru, maka siswa digolongkan telah mencapai
suatu hasil belajar, wujud dari hasil belajar tersebut adalah semakin
bermutunya kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor; hasil belajar
tersebut dapat digolongkan sebagai,
6) Dampak pengajaran,dan
7) Dampak pengiring.
29
Secara umum kegiatan belajar meliputi fase-fase sebagai berikut:
i) Motivasi ,yang berarti siswa sadar mencapai tujuan dan bertindak mencapai
tujuan belajar.
ii) Konsentrasi, yang berarti siswa memusatkan perhatian pada bahan ajar.
iii) Mengolah pesan, yang berarti siswa mengolah informasi dan mengambil
makna tentang apa yang dipelajari
iv) Menyimpan, yang berarti siswa menyimpan dalam ingatan, perasaan, dan
kemampuan motoriknya
v) Menggali, dalam arti menggunakan hal yang dipelajari yang akan
dipergunakan untuk suatu pemecahan-pemecahan
vi) Prestasi dalam arti menggunakan bahan ajar untuk kerja
vii) Umpan balik dalam arti siswa melakukan pembenaran tentang hasil
belajarnya atau prestasinya.
Kegiatan belajar di sekolah, menurut Biggs dan Telfer, pada umumnya
dapat dibedakan menjadi empat hal berkenaan dengan
i) Belajar yang kognitif seperti pemerolehan pengetahuan
ii) Belajar yang afektif seperti belajar tenteng perasaan, nilai-nilain dan emosi.
iii) Belajar yang berkenaan dengan isi ajaran, seperti yang ditentukan dalam
silabus semacam pokok-pokok bahasan, dan
iv) Belajar yang berkenaan dengan proses, seperti bagaimana suatu hasil dapat
diperoleh
Dengan kata lain menurut Biggs dan Tefler belajar di sekolah dapat
dilukiskan dalam Tabel 1 sebagai berikut:
Table 2 Tujuan Pengajaran dengan didikan Ranah-Ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik
30
Tujuan
pengajaran
Isi Proses
Ranah kognitif Mata pelajaran sekolah
dan disiplin pengetahuan
Pendekatan pemerolehan seperti
pemecahan masalah, penemuan, dan
sebagainya
Ranah Afektif Pendidikan nilai dengan
sengaja
Kejelasan nilai berkenaan dengan
perasaan dan sikap
Ranah
Psikomotorik
Pendidikan ketrampilan
dengan sengaja
Kejelasan kecekatan psikotorik
dengan gerak
31
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha
meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa
dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang
pendekatan pembelajaran tersebut,orang dapat melihat (i)pengorganisasian siswa
(ii)posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, dan (iii)pemerolehan kemampuan
dalam pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dengan pengorganisasian siswa dapat dilakukan
dengan (i)pembelajaran secara individual (ii)pembelajaran secara kelompok.
(iii)pembelajaran secara klasikal. Pada ketiga pengorganisasian siswa tersebut
selaginya digunakan untuk pembelajaran siswa menghadapi kecepatan informasi
pada masa kini.
Tipe-tipe pendekatan pembelajaran:
1. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
2. Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
3. Pendekatan Pembelajaran Deduktif
4. Pendekatan Pembelajaran Induktif
5. Pendekatan Pembelajaran Proses
6. Pendekatan Pembelajaran Konsep
7. Pendekatan Pembelajaran Sains, Teknologi dan Masyarakat
32
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
Remaja
Anonim. 2010. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran. ..\BAHAN\03
Pendekatan Pembelajaran\MAcam -Macam Pendekatan PeMBELajaRan «
chotem.htm
Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Junahaini. 2010. Pendekatan Pembelajaran. D:\Pasca sarjana UNP\Strategi
pembelajaran fisika\BAHAN\03 Pendekatan Pembelajaran\Pendekatan
Pembelajaran Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Bandung: San Grafika
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pendekatan, Strategi, Metode,
Teknik, dan Model Pembelajaran. ..\BAHAN\03 Pendekatan
Pembelajaran\Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik,
dan Model Pembelajaran _ AKHMAD SUDRAJAT TENTANG
PENDIDIKAN.htm
Sulistyanto. 2009. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And
Learning (Ctl) Disertai Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Proses
Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Vii A Smpn 1 Kemusu Boyolali
Tahun Pelajaran. D:\Pasca sarjana UNP\Strategi pembelajaran
fisika\BAHAN\03 Pendekatan Pembelajaran\A420050010
Suryati, Atit. 2008. Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Kemampuan Kreativitas Siswa. ..\BAHAN\03 Pendekatan
Pembelajaran\Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan
Kemampuan Kreativitas Siswa « . Peta Konsep Anak Bangsa.htm
.
Wicaksono, Dirgantara. 2008. Pendekatan Langsung dalam Pembelajaran.
..\BAHAN\03 Pendekatan Pembelajaran\pendekatan-langsung-dalam-
pembelajaran.html
Recommended