View
65
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
metodologi penelitian
Citation preview
MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengembangan Metodologi Penelitian
Yang dibina oleh Bapak Agus Wedi
Oleh:
Khofifa Najma Iftitah (130121613724)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
NOVEMBER 2015
1. PENDEKATAN PENELITIAN
Berdasarkan pendekatan yang mendasarinya, secara garis besar dapat dibedakan dua
macam penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Kedua pendekatan tersebut
memiliki asumsi, tujuan, karakteristik, dan prosedur yang berbeda. Namun demikian,
permasalahannya tidak terletak pada keunggulan atau kelemahan setiap pendekatan, tetapi
sejauh mana peneliti mampu bersikap responsif dengan mengembangkan desain yang tepat
untuk penelitiannya. Pembahasan berikut ini tidak bermaksud mempermasalahkan kebenaran
atau kekurangan kedua pendekatan penelitian melainkan untuk menguraikan perbedaan-
perbedaan mendasar antara penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif
dan kualitatif dengan penekanan pada penelitian kualitatif (mengingat pendekatan penelitian
kualitatif jarang dilakukan), serta kemungkinan untuk menggabungkan kedua pendekatan
penelitian tersebut.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif telah lama mendominasi tidak
hanya pada penelitian ilmu-ilmu alam tetapi juga ilmu ilmu sosial. Prinsip-prinsip teoretis
penelitian kuantitatif yang salah satunya adalah mengkonstruksikan pengetahuan pada
prosedur eksplisit, eksak, formal dalam mendefinisikan konsep serta mengukur konsep-konsep
dan variabel (Poerwandari, 1998). Namun, terdapat beberapa peneliti sosial yang melakukan
penelitian kualitatif berpendapat bahwa fenomena-fenomena sosial sangat unik sehingga sulit
dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu bahkan dapat menghilangkan makna yang
sesungguhnya.
A. Penelitian Kuantitatif
1. Hakikat Penelitian Kuantitatif
Beberapa penjelasan sebelumnya mengemukakan bahwa penelitian ilmiah
adalah proses yang sistematis. Maknanya penelitian dilakukan dengan urutan dan
prosedur tertentu yang bersifat tetap dan para peneliti mengikuti cara seperti itu dalam
penelitiannya. Prosedur penelitian merupakan pedoman peneliti untuk melakukan
penelitian dengan cara yang benar. Peneliti tidak dapat melakukan penelitian hanya
dengan cara mengumpulkan data dan menganalisisnya, tetapi penelitian harus berawal
dari penemuan permasalahan dan berlanjut kepada tahap-tahap selanjutnya. Proses
penelitian ilmiah secara umum harus memenuhi tahapan perumusan masalah, telah
teoretis, verifikasi data, dan kesimpulan. Tahap-tahap ini berlaku untuk pendekatan
kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah
(scientific inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical positivism)
yang beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-
hukum, dan prediksi (Watson, dalam Danim 2002). Fokus penelitian kuantitatif
diidentifikasikan sebagai proses kerja yang berlangsung secara ringkas, terbatas dan
memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau dinyatakan
dalam angka-angka. Penelitian ini dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji
hubungan antar variabel, menentukan kasualitas dari variabel, menguji teori dan
mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif (untuk meramalkan suatu
gejala).
Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen (alat pengumpul data) yang
menghasilkan data numerikal (angka). Analisis data dilakukan menggunakan teknik
statistik untuk mereduksi dan mengelompokan data, menentukan hubungan serta
mengidentifikasikan perbedaan antar kelompok data. Kontrol, instrumen, dan analisis
statistik digunakan untuk menghasilkan temuan-temuan penelitian secara akurat.
Dengan demikian kesimpulan hasil uji hipotesis yang diperoleh melalui penelitian
kuantitatif dapat diberlakukan secara umum.
Pendekatan kuantitatif seperti penjelasan di atas mementingkan adanya
variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus
didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Penelitian
kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan
menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula
statistik yang akan digunakan. Pendekatan ini lebih memberikan makna dalam
hubungannya dengan penafsiran angka.
Terdapat sejumlah situasi yang menunjukkan kapan sebaiknya penelitian
kuantitatif dipilih sebagai pendekatan antara lain:
a. Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah
adalah penyimpangan yang terjadi antara harapan dengan kenyataan, aturan
dengan pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan
impelementasi atau tantangan dengan kemampuan. Masalah ini harus
ditunjukkan dengan data, baik hasil pangamatan sendiri maupun pencermatan
dokumen. Misalnya penelitian kuantitatif untuk menguji efektivitas
pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, maka data prestasi
belajar siswa sebagai masalah harus ditunjukkan.
b. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi.
Penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan infomasi yang luas
tetapi tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Misalnya
penelitian tentang disiplin kerja guru di Kabupaten Bandung. Peneliti dapat
mengambil sampel yang representatif, tidak berarti harus semua guru di
kabupaten Bandung menjadi sumber data penelitian.
c. Bila ingin diketahui sejauh mana pengaruh perlakuan/ treatment terhadap
subyek tertentu. Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok
digunakan. Misalnya penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan
media pembelajaran audio-visual terhadap prestasi belajar siswa.
d. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian
dapat berbentuk dugaan mengenai hubungan antar variabel (hipotesis
asosiatif) ataupun perbedaan skor variabel antar kelompok (hipotesis
komparatif). Misalnya peneliti ingin mengetahui perbedaan antara disiplin
kerja guru laki-laki dengan guru perempuan. Hipotesis komparatif yang diuji
adalah: “Terdapat perbedaan disiplin kerja guru laki-laki dengan guru
perempuan”. Contoh lain misalnya peneliti ingin mengetahui hubungan antara
motivasi kerja dengan kinerja guru. Hipotesis asosiatif yang diuji dalam
penelitian ini adalah: “Terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan
kinerja guru”.
e. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang
empiris dan dapat diukur. Misalnya ingin mengetahui IQ guru pada sekolah
tertentu, maka dilakukan pengukuran melalui tes IQ terhadap guru-guru pada
sekolah yang bersangkutan.
f. Bila peneliti ingin menguji terhadap adanya suatu keraguan tentang kebenaran
pengetahuan, teori, dan produk atau kegiatan tertentu. Misalnya peneliti ingin
mengetahun variabel yang lebih efektif apakah pembelajaran menggunakan
metode diskusi atau penugasan. Dalam hal ini, peneliti harus mengukur hasil
belajar siswa yang menggunakan metode diskusi dan hasil belajar siswa yang
menggunakan metode penugasan. Pada tahap selanjutnya hasil pengukuran
tersebutdibandingkan.
2. Prosedur Penelitian Kuantitatif
Langkah-langkah penelitian kuantitatif adalah operasionalisasi metode ilmiah
dengan memperhatikan unsur-unsur keilmuan. Penelitian kuantitatif sebagai kegiatan
ilmiah berawal dari masalah, merujuk teori, mengemukakan hipotesis, mengumpulkan
data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Penelitian kuantitatif berawal dari
adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris dan teoretis, sebagai suatu
aktivitas penelitian pendahuluan (prariset). Agar masalah ditemukan dengan baik
memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori yang diperoleh
dari mengkaji berbagai literatur relevan. Penelitian dilakukan secara sistematis,
empiris, dan kritis mengenai fenomena-fenomena yang dipandu oleh teori serta
hipotesis sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.1.
Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasikan permasalahan atau
isu-isu yang penting, aktual dan menarik. Dan yang paling penting adalah manfaat
yang dihasilkan bila masalah itu diteliti. Masalah dapat digali dari berbagai sumber
empiris ataupun teoretis sebagai aktivitas penelitian pendahuluan (pra-penelitian).
Agar masalah ditemukan dengan baik diperlukan fakta-fakta empiris diiringi
penguasaan teori yang diperoleh melalui pengkajian berbagai literatur relevan. Pada
tahap selanjutnya, penelitian melihat tujuan sebagai suatu permasalahan. Masalah
yang telah ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah. Pada umumnya
rumusan masalah penelitian kuantitatif disusun dalam bentuk pertanyaan. Rumusan
masalah merupakan penentuan faktor-faktor atau aspek-aspek yang terkait dengan
lingkup kajian penelitian.
Gambar 3. 1 Proses (Siklus) Kegiatan Penelitian
Dalam praktiknya faktor-faktor serta aspek-aspek yang berkaitan dengan
kajian permasalahan sangat banyak dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan
pembatasan pada faktor atau aspek yang dominan saja. Penelitian membagi
permasalahan menjadi sub-sub permasalahan yang dapat dikelola dalam arti layak dan
terjangkau untuk diteliti. Setiap sub permasalahan dicari kemungkinan jawabannya
secara spesifik dalam bentuk hipotesis yang sesuai. Dalam hal inilah diperlukan studi
kepustakaan yaitu kegiatan untuk mengkaji teori-teori yang mendasari penelitian.
Dalam kegiatan ini juga dikaji hal-hal empiris yang bersumber dari penelitian-
penelitian terdahulu. Penelitian menahan sementara hipotesis atau pertanyaan sampai
semua data terkumpul dan diinterpretasikan.
Pada tahap selanjutnya, penelitian diarahkan untuk mencari data didasari oleh
rumusan masalah dan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya. Dalam hal ini
diperlukan desain penelitian yang berisi tahapan penelitian, metode penelitian, teknik
pengumpulan data, sumber data (populasi dan sampel), serta alasan mengapa
menggunakan metode tersebut. Sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan,
terlebih dahulu harus ditetapkan teknik penyusunan dan pengujian instrumen yang
akan digunakan untuk pengumpulan data. Data yang diperoleh kemudian di analisis
menggunakan teknik statistik. Hasil analisis data merupakan temuan yang belum
diberi makna.
Pemaknaan hasil analisis data dilakukan melalui interpretasi yang mengarah
pada upaya mengatasi masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Dalam tahapan
ini dikemukakan tentang penerimaan atau penolakan hipotesis. Interpretasi dibuat
dengan melihat hubungan antara temuan yang satu dengan temuan lainnya.
Kesimpulan merupakan generalisasi hasil interpretasi. Terhadap kesimpulan yang
diperoleh maka diciptakanlah implikasi dan rekomendasi serta saran dalam
pemanfaatan hasil penelitian.
B. Pendekatan Penelitian Kualitatif
1. Hakikat Penelitian Kualitatif
Membuat batasan atau definisi tentang penelitian kualitatif memang tidak
mudah, mengingat banyaknya perbedaan pandangan yang ada. Sebagaimana telah
dikemukakan bahwa dalam penelitian terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang
berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu (Sukmadinata, 2005).
Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan
hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi
sosial mereka (Danim, 2002). Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan
dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif
ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.
Dengan demikian penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci
(Sugiyono, 2005).
Pembahasan sebelumnya telah menjelaskan penelitian dengan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dimulai dengan proses berpikir deduktif untuk
mendapatkan hipotesis, kemudian melakukan verifikasi data empiris, dan menguji
hipotesis berdasarkan data empiris, serta menarik kesimpulan atas dasar hasil
pengujian hipotesis. Untuk itu, peranan statistika sangat diperlukan dalam proses
analisis data. Penelitian pendidikan akhir-akhir ini sudah mulai memusatkan perhatian
kepada konsep-konsep yang timbul dari data. Dengan demikian perhatian bukan
kepada angka-angka yang diperoleh melalui pengukuran empiris, namun pada konsep-
konsep yang terdapat di dalamnya. Suatu peristiwa empiris dapat menghasilkan suatu
konsep. Konsep-konsep yang timbul dari data empiris dicari hubungannya untuk
membentuk teori.
Atas dasar uraian di atas, dapat dikemukakan lima ciri pokok sebagai
karakteristik penelitian kualitatif yaitu:
1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
2. Memiliki sifat deskriptif analitik
3. Tekanan pada proses bukan hasil
4. Bersifat induktif
5. Mengutamakan makna
Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama
penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari
situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian. Peneliti
mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya dengan
peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh pada saat itu segera disusun
saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di
mana tingkah laku berlangsung. Misalnya peneliti ingin mengetahui peran kepala
sekolah dalam pembinaan guru. Peneliti harus mendatangi suatu sekolah kemudian
mengali informasi yang terkait dengan peran kepala sekolah dalam pembinaan guru
baik itu dari kepala sekolah, guru, maupun dokumen sekolah.
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti
hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan
lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan
angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi,
mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak
ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai
situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan
data pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu
fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu
yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna
yang terkandung dalam data. Misalnya ketika peneliti ingin mengetahui peran kepala
sekolah dalam pembinaan guru, berdasarkan data/informasi yang ada peneliti harus
mampu menguraikan tujuan kepala sekolah dalam pembinaan guru, langkah-langkah
yang dilakukan kepala sekolah dalam pembinaan guru, serta bagaimana respon guru
terhadap pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan
informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang
dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan
pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapat dilakukan dengan ukuran
frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan,
prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana
dan pada saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa
intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan keadaan
yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data menjadi angka untuk
mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu proses
dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai suatu
temuan atau hasil penelitian tersebut. Misalnya ketika meneliti peran kepala sekolah
dalam pembinaan guru, peneliti tidak mengukur frekuensi pembinaan yang dilakukan
akan tetapi mengamati untuk apa pembinaan dilakukan serta bagaimana cara
pembinaan dilaksanakan.
Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari
deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke
lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami,
mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-
kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak
dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin
sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan
penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan
dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data yang
terpisah namun saling berkaitan. Misalnya ketika meneliti peran kepala sekolah dalam
membina guru, peneliti harus berusaha menemukan prinsip dan konsep-konsep atas
dasar fakta. Peneliti tidak berupaya menerapkan teori/konsep yang terkait dengan
pembinaan, akan tetapi berusaha menemukan konsep berdasarkan fakta dari lapangan.
Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar
pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran
kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti memusatkan perhatian pada pendapat
kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi dari kepala
sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina guru. Apa
yang dialami dalam membina guru, mengapa guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu
terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti mencari informasi dari guru agar dapat
diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan
kepala sekolah. Ketepatan informasi dari partisipan (kepala sekolah dan guru)
diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih
dan tepat.
Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak
dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan
berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan
konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan angka,
sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang alami.
Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks
dan situasi tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti
cukup lama berada di lapangan.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila
dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif Berikut ini dikemukakan kapan
sebaiknya pendekatan kualitatif digunakan, antara lain:
1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah
masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan pendekatan kualitatif,
karena peneliti kualitatif akan langsung masuk pada situasi, melakukan eksplorasi,
sehingga masalah ditemukan dengan jelas.
2. Bila peneliti ingin memahami makna di balik data yang tampak. Gejala sosial
sering tidak dapat dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang.
Misalnya persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah akan berbeda
dengan persepsi kepala sekolah. Data untuk mencari makna kepemimpinan kepala
sekolah tersebut hanya cocok diteliti dengan metode kualitatif misalnya melalui
wawancara mendalam, observasi, dan juga pencermatan dokumen.
3. Bila peneliti ingin memahami interaksi sosial. Interaksi sosial yang kompleks
hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan cara
berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut. Misalnya
pemahaman terhadap kepemimpinan kepala sekolah hanya dapat dilakukan
melalui kajian mendalam bukan hanya pengukuran sepintas. Dengan demikian
dapat ditemukan pola hubungan yang jelas sehingga dapat ditemukan hipotesis
yang berupa hubungan antar gejala. Bila hipotesis terbukti, maka akan menjadi
tesis atau menjadi teori.
4. Bila peneliti ingin memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan
kebenarannya. Melalui berbagai teknik pengumpulan data kualitatif, kepastian
data akan lebih terjainin. Melalui pendekatan kualitatif data yang diperoleh diuji
kredibilitasnya, penelitian berakhir setelah data itu jenuh sehingga kepastian data
dapat diperoleh. Misalnya untuk mencari gaya kepemimpinan seperti apa yang
sebaiknya diterapkan kepala sekolah dalam membina guru, sebelum ditemukan
gaya yang tepat maka penelitian belum dinyatakan selesai.
5. Bila ingin meneliti tentang sejarah atau perkembangan. Sejarah atau
perkembangan kehidupan seseorang atau kelompok orang dapat dilacak melalui
pendekatan kualitatif. Misalnya sejarah perkembangan sekolah sehingga sekolah
tersebut menjadi sekolah favorit dalam padangan masyarakat dan orang tua siswa.
Atas dasar penggunaanya, dapat dikemukakan bahwa penelitian kualitatif
dalam bidang pendidikan bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi
di lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk menemukenali kekurangan
dan kelemahan pendidikan sehingga dapat ditentukan upaya penyempurnaannya.
2. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa pendidikan yang
terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan waktu serta
situasi lingkungan pendidikan secara alami.
3. Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip pendidikan
berdasarkan data dan informasi yang terjadi di lapangan (induktif) untuk
kepentingan pengujian lebih lanjut melalui pendekatan kuantitatif.
Bidang kajian penelitian kualitatif dalam pendidikan antara lain berkaitan
dengan proses pengajaran, bimbingan, pengelolaan/manajemen kelas, kepemimpinan
dan pengawasan pendidikan, penilaian pendidikan, hubungan sekolah dan masyarakat,
upaya pengembangan tugas profesi guru, dan lain-lain.
2. Prosedur Penelitian Kualitatif
Prosedur penelitian kualitatif memiliki perbedaan dengan penelitian
kuantitatif. Penelitian kualitatif biasanya didesain secara longgar, tidak ketat, sehingga
dalam pelaksanaan penelitian berpeluang mengalami perubahan dari apa yang telah
direncanakan. Hal itu dapat terjadi bila perencanaan ternyata tidak sesuai dengan apa
yang dijumpai di lapangan. Meski demikian, kerja penelitian mestilah merancang
langkah-langkah kegiatan penelitian. Paling tidak terdapat tiga tahap utama dalam
penelitian kualitatif yaitu (Sugiyono, 2007):
1. Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa
yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang
informasi yang diperolehnya.
2. Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh
pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.
3. Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan
menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang fokus
masalah. Hasilnya adalah tema yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh
menjadi suatu pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru.
Secara spesifik, ketiga tahap di atas dapat djabarkan dalam tujuh langkah
penelitian kualitatif yaitu: identifikasi masalah, pembatasan masalah, penetapan fokus
masalah, pelaksanaan penelitian, pengolahan dan pemaknaan data, pemunculan teori,
dan pelaporan hasil penelitian (Sudjana, 2001). Keterkaitan antara tiga tahapan proses
dan tujuh langkah penelitian kualitatif ditunjukkan pada gambar 3.2 dan uraian
berikut.
Langkah pertama: mengidentifikasi masalah. Suatu masalah merupakan suatu
keadaan yang menyebabkan seseorang bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya
menemukan kebenaran yang ada. Fenomena masalah tersebut terjadi karena adanya
sesuatu yang diharapkan, dipikirkan, dirasakan tidak sama dengan kenyataan,
sehingga timbul “pertanyaan” yang menantang untuk ditemukan “jawabannya”. Atas
dasar prinsip masalah tersebut, dalam mengidentifikasi masalah dapat muncul
pertanyaan yang terkait dengan apakah, mengapa, dan bagaimana. Dari pertanyaan
yang muncul tergambar substansi masalah yang terkait dengan pendekatan atau jenis
penelitian tertentu. Dengan kata lain, jenis penelitian apa yang harus digunakan
peneliti bergantung pada masalah yang ada. Di dalam penelitian sebaiknya seorang
peneliti melakukan identifikasi masalah dengan mengungkapkan semua permasalahan
yang terkait dengan bidang yang akan ditelitinya.
Gambar 3. 2. Tahapan dan Langkah-langkah Penelitian Kualitatif
Langkah kedua: pembatasan masalah yang dalam penelitian kualitatif sering
disebut fokus penelitian. Sejumlah masalah yang diidentifikasi dikaji dan
dipertimbangkan apakah perlu direduksi atau tidak. Pertimbangannya antara lain atas
dasar keluasan lingkup kajian. Kajian yang terlalu luas memungkinkan adanya
hambatan dan tantangan yang lebih banyak. Kajian yang terlalu spesifik memerlukan
kemampuan khusus untuk dapat melakukan kajian secara mendalam. Pembatasan
masalah merupakan langkah penting dalam menentukan kegiatan penelitian. Meski
demikian, pembatasan masalah penelitian kualitatif tidaklah bersifat kaku/ketat.
Pembatasan masalah dapat dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan antara
lain:
1. Dapatkah masalah tersebut dikembangkan untuk diteliti?
2. Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk menemukan
3. jawaban atas masalah yang dipilih?
4. Apakah masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?
5. Apakah masalah tersebut baru dan aktual?
6. Sudah adakah orang yang melakukan pemecahan masalah tersebut?
7. Apakah masalah tersebut layak diteliti dengan melihat kemampuan
peneliti, akses memperoleh informasi, serta ketersediaan dana dan waktu?
Langkah ketiga: penetapan fokus penelitian. Penetapan fokus berarti
membatasi kajian. Dengan menetapkan fokus masalah berarti peneliti telah melakukan
pembatasan bidang kajian, yang berarti pula membatasi bidang temuan. Menetapkan
fokus berarti menetapkan kriteria data penelitian. Dengan pedoman fokus masalah
seorang peneliti dapat menetapkan data yang harus dicari. Data yang dikumpulkan
hanyalah data yang relevan dengan fokus penelitian. Peneliti dapat mereduksi data
yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Sebagai catatan bahwa dalam penelitian
kualitatif dapat terjadi penetapan fokus penelitian baru dilakukan dan dipastikan pada
saat peneliti berada di lapangan. Hal itu dapat terjadi bila fokus masalah yang telah
dirumuskan secara baik, namun setelah di lapangan tidak mungkin dilakukan
penelitian sehingga diubah, diganti, disempurnakan atau dialihkan. Peneliti memiliki
peluang untuk menyempurnakan, mengubah, atau menambah fokus penelitian.
Langkah keempat: pengumpulan data. Pada tahap ini yang perlu dipenuhi
antara lain rancangan atau skenario penelitian, memilih dan menetapkan setting (latar)
penelitian, mengurus perijinan, memilih dan menetapkan informan (sumber data),
menetapkan strategi dan teknik pengumpulan data, serta menyiapkan sarana dan
prasarana penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menemui sumber data. Hal-
hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengumpulan data adalah menciptakan
hubungan yang baik antara peneliti dengan sumber data. Hal ini terkait dengan teknik
pengumpulan data yang akan digunakan misalnya observasi, wawancara atau
pengamatan.
Langkah kelima: pengolahan dan pemaknaan data. Pada penelitian yang lain
pada umumnya pengolahan data dan pemaknaan data dilakukan setelah data
terkumpul atau kegiatan pengumpulan di lapangan dinyatakan selesai. Analisis data
kualitatif yang meliputi pengolahan dan pemaknaan data dimulai sejak peneliti
memasuki lapangan. Selanjutnya, hal yang samadilakukan secara kontinyu pada saat
pengumpulan sampai akhir kegiatan pengumpulan data secara berulang sampai data
jenuh (tidak diperoleh lagi informasi baru). Dalam hal ini, hasil analisis dan
pemaknaan data akan berkembang, berubah, dan bergeser sesuai perkembangan dan
perubahan data yang ditemukan di lapangan.
Langkah keenam: pemunculan teori. Peran teori dalam penelitian kualitatif
berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif teori tidak
dimanfaatkan untuk membangun kerangka pikir dalam menyusun hipotesis. Penelitian
kualitatif bekerja secara induktif dalam rangka menemukan hipotesis. Teori berfungsi
sebagai alat dan berfungsi sebagai fungsi tujuan. Teori sebagai alat dimaksudkan
bahwa dengan teori yang ada peneliti dapat melengkapi dan menyediakan keterangan
terhadap fenomena yang ditemui. Teori sebagai tujuan mengandung makna bahwa
temuan penelitian dapat dijadikan suatu teori baru. Langkah ketujuh: pelaporan hasil
penelitian. Laporan hasil penelitian merupakan bentuk pertanggungjawaban peneliti
setelah melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian dinyatakan selesai. Dalam
konteks yang seperti ini, pelaporan hasil penelitian secara tertulis memiliki nilai guna
setidaknya dalam empat hal, yaitu:
1. Sebagai kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi oleh para peneliti
dalam setiap kegiatan penelitian
2. Sebagai hasil nyata peneliti dalam merealisasi kajian ilmiah
3. Sebagai dokumen autentik suatu kegiatan ilmiah yang dapat dikomunikasikan
kepada masyarakat ataupun sesama peneliti
4. Sebagai hasil karya nyata yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan
bergantung pada kepentingan peneliti (Sukardi, 2003).
Berdasarkan uraian tentang hakikat dan prosedur penelitian kualitatif,
penelitian kualitatif mempunyai makna tersendiri untuk kepentingan bidang
pendidikan. Pentingnya penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan antara lain:
1. Pendidikan sebagai proses sosialisasi hakikatnya adalah interaksi manusia dengan
lingkungan yang membentuknya melalui proses belajar dalam konteks lingkungan
yang berubah-ubah.
2. Pendidikan senantiasa melibatkan komponen manusia yakni pendidik dan tenaga
kependidikan, siswa, kurikulum, lingkungan, waktu, serta sarana dan prasarana
pendidikan. Setiap komponen saling berinteraksi dalam satu proses
pendidikan/pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
3. Pendidikan sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga
berorientasi pada proses agar memperoleh hasil optimal.
4. Pendidikan dalam arti luas, terjadi pada setiap manusia dan berlangsung
sepanjang hayat, dalam lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat,
secara alami.
5. Tekanan utama pendidikan adalah pembinaan dan pengembangan manusia
mencakup aspek intelektual, moral, sosial dalam satu kesatuan utuh, serasi,
selaras dan seimbang. Pembinaan dan pengembangan tersebut melalui proses
belajar agar diperoleh perubahan-perubahan perilaku menyangkut pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
Proses dan hasil pendidikan tidak saja diukur secara numerik/angka dan
bilangan dalam bentuk indeks-indeks prestasi atau indeks-indeks lainnya secara
kuantitatif dan statistik. Lebih dari itu perlu pengkajian mendalam berkenaan dengan
kualitas proses, efisiensi dan efektivitas, serta daya guna terhadap perubahan perilaku
individu khususnya anak didik dan tenaga kependidikan. Data kualitatif dalam bidang
pendidikan sangat bermanfaat untuk menemukan hakikat dan makna yang terkandung
dalam proses pendidikan.
Bagaimana proses pendidikan itu berlangsung, bagaimana perubahan terjadi
dalam proses tersebut, bagaimana interaksi guru-siswa dan siswasiswa dalam
pembelajaran, bagaimana sumber belajar dioptimalkan penggunaannya, bagaimana
guru menangani kesulitan belajar siswa, dan pertanyaan lainnya memerlukan data
kualitatif dalam menjelaskannya. Pengukuran secara kuantitatif tersebut seringkali
menghilangkan makna yang sebenarnya, lebih dari data yang diperoleh secara
kuantitatif berdimensi tunggal, padahal dalam kenyataannya suatu proses yang terjadi
berkaitan erat dengan berbagai dimensi yang muncul dalam kondisi alamiahnya.
C. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Pemahaman yang benar dalam menggunakan pendekatan, metode ataupun teknik
untuk melakukan penelitian merupakan hal penting agar dapat dicapai hasil yang akurat
sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditentukan. Pendekatan yang mana sebaiknya
digunakan apakah pendekatan kualitatif atau kuantitatif? Pembahasan berikut memberikan
ulasan singkat mengenai perbedaan kedua pendekatan tersebut sebagai kesimpulan uraian
yang dikemukakan sebelumnya.
Pertama: pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu
situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif lebih mementingkan proses
dibandingkan hasil. Oleh karena itu urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung
kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya
berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis. Pendekatan kuantitatif mementingkan
adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian. Penelitian kuantitatif memerlukan
adanya hipotesa dan pengujiannya yang akan menentukan tahapan berikutnya seperti
teknik analisa dan teknik statistik yang akan digunakan. Pendekatan kuantitatif lebih
memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik.
Kedua: jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, dasar teori sebagai pijakan ialah
adanya interaksi dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsirkan berdasarkan sudut
pandang yang bersangkutan dengan cara mencari makna dari gejala yang sedang diteliti.
Lain halnya dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada hal-hal yang
bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata atau terukur.
Ketiga: tujuan utama penelitian kualitatif adalah mengembangkanpengertian, konsep-
konsep yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded theory
research”. Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, mengungkap
fakta, menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistik, serta
menaksir dan meramalkan hasilnya.
Keempat: melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan
berubah-ubah/berkembang sesuai dengan situasi lapangan. Desain hanya digunakan
sebagai asumsi dalam melakukan penelitan. Oleh karena itu, desain harus fleksibel dan
terbuka. Lain halnya dengan desain penelitian kuantitatif. Desainnya terstruktur, baku,
formal dan dirancang sematang mungkin. Desain penelitian kuantitatif bersifat spesifik
dan detil karena merupakan suatu rancangan yang akan dilaksanakan sebenarnya. Jika
desainnya salah, hasilnya menyesatkan.
Kelima: pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat
berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto,
dokumen, dan catatan-catatan lapangan saat penelitian dilakukan. Sebaliknya penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif/angka-angka.
Keenam: sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan
kualitatif penekanan pemilihan sampel didasarkan pada kualitasnya bukan jumlah.
Ketepatan dalam memilih sampel merupakan salah satu kunci keberhasilan penelitian
kualitatif. Sampel dipandang sebagai sampel teoretis dan tidak representatif. Pada
pendekatan kuantitatif, jumlah sampel besar karena aturan statistik mengatakan bahwa
semakin besar sampel akan merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya
pendekatan kuantitatif membutuhkan sampel yang besar maka stratafikasi sampel sangat
diperlukan.
Ketujuh: Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan
menggunakan teknik observasi terlibat langsung, seperti dilakukan oleh peneliti bidang
antropologi dimana peneliti terlibat langsung dengan yang diteliti. Jika pendekatan
kuantitatif diterapkan maka teknik yang digunakan berbentuk observasi terstruktur, survei
menggunakan kuesioner, dan eksperimen. Dalam melakukan interview biasanya
diberlakukan interview terstruktur untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Teknik
mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan untuk menguji hipotesis.
Kedelapan: dalam kualitatif, peneliti tidak mengambil jarak dengan yang diteliti.
Hubungan yang dibangun antara peneliti dengan sumber data didasarkan pada saling
kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara
intensif. Apabila sampelnya itu manusia, maka yang menjadi responden diperlakukan
sebagai partner bukan obyek penelitian. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif peneliti mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan tersebut seperti
hubungan antara subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat
obyektivitas yang tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu pendek.
Kesembilan: Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan
berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep
untuk membangunan teori baru. Analisa data penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji
empiris terhadap teori yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data
secara tuntas dengan menggunakan sarana statistik. Berdasarkan uraian di atas, kedua
pendekatan tersebut masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pendekatan
kualitatif banyak memakan waktu, reliabilitasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak baku,
desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar
dan pada akhirnya hasil penelitian terkontaminasi oleh subyektifitas peneliti. Pendekatan
kualitatif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variabel yang berpengaruh terhadap
proses penelitian baik langsung ataupun tidak langsung. Untuk menciptakan validitas yang
tinggi diperlukan kecermatan dalam proses penentuan sampel, pengambilan data dan juga
penentuan alat analisisnya.
D. Perpaduan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dalam Penelitian
Penelitian yang menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif belum banyak
dilakukan. Namun, perkembangan ilmu-ilmu sosial khususnya pendidikan telah membuka
kesempatan untuk memunculkan perrpaduan antara keduanya. Strauss & Corbin (1990)
menyatakan bahwa suatu penelitian dapat saja memakai metodologi yang menggabungkan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Salah satu jenis penelitian yang memerlukan
penggabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif adalah penelitian-penelitian kebijakan
(Brannen, 1997).
Brannen (1997) mencetuskan tiga acuan pokok dalam memadukan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Ketiga acuan itu adalah:
1. Penelitian kuantitatif sebagai fasilisator penelitian kualitatif; maksud dari acuan ini
adalah:
a. Penelitian kuantitatif memberikan data latar belakang yang terukur untuk
mengaitkannya dengan studi-studi skala kecil. Ini seringkali diambil dari data-
data statistik atau sensus.
b. Survei kuantitatif dapat memberikan landasan bagi data kasus dari kelompok-
kelompok tertentu yang akan melandasi studi intensif dalam penelitian kualitatif.
2. Penelitian kualitatif sebagai fasilitator penelitian kuantitatif; berarti penelitian
kualitatif berperan sebagai penunjang. Penelitian kualitatif mempunyai fungsi tertentu
yaitu: sebagai sumber hipotesis yang akan diuji secara kuantitatif; sebagai
pengembang dan pemandu instrumeninstrumen penelitian kuantitatif seperti
kuesioner, skala dan indeks pengukuran; serta sebagai pembanding temuan-temuan
kuantitatif.
3. Penelitian yang mempergunakan kedua pendekatan dengan bobot sama; kedua
pendekatan dilakukan untuk saling mengisi kesenjangan yang muncul pada saat survei
lapangan, analisis, atau pelaporan. Gabungan antara keduanya dapat berakhir dengan
pemisahan penelitian kualitatif dan kuantitatif tetapi tetap berhubungan.
Dalam penelitian pendidikan sering dijumpai dua pendekatan digunakan bersama-
sama terhadap masalah yang sama. Terkait dengan hal tersebut, Sudjana (2001)
berpendapat bahwa pendekatan tersebut sebenarnya bertolak dari asumsi yang berbeda,
sehingga untuk persoalan yang sama sulit menggunakan metode dengan asumsi yang
berbeda. Namun pemecahan masalah melalui studi yang berbeda cukup bermanfaat dalam
memperkaya alternatif pemecahan masalahnya, sehingga lebih komprehensif sifatnya.
Sering ditemukan pemaparan data kualitatif menggunakan statistik deskriptif serta temuan
kualitatif dan kuantitatif disajikan bersama-sama. Beberapa peneliti kadang-kadang
berusaha menggunakan kedua pendekatan tersebut untuk masalah yang sama, namun
seringkali mengalami kerancuan dalam penarikan kesimpulannya.
2. JENIS PENELITIAN
2.1. PENELITIAN PRIMER
2.1.1.STUDI KASUS
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif; Misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas atau
institusi. Meskipun jumlah subyek cenderung sedikit, jumlah variabel yang ditiliti sangat
luas. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui semua variabel yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen.
Deskripsi dari studi kasus tergantung dari keadaan kasus tetapi tetap mempertimbangkan
waktu. Keuntungan yang peling besar dari desain ini adalah pengkajian secara rinci
meskipun jumlah dari responden sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit
subyek secara jelas. Misalnya, studi kasus tentang asuhan keperawatan pasien dengan
typoid di RS. Peneliti akan mengkaji variabel yang sangat luas dari kasus diatas mulai
dari menemukan masalah bio-psiko-sosio-spiritual.
2.1.2.SURVEY
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1998).
Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala
suatu kelompok atau perilaku individu. Survey adalah suatu desain yang digunaan untuk
penyelidikan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan
antar variabel dalam suatu popilasi. Pada survey tidak ada intervensi, survey
mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang,pengetahuan, kemauan, pendapat,
perilaku, dan nilai.
Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen.
Penggalian data melalui kuisioner dapat dilakukan tanya jawab langsung atau melalui
telepon, sms, e-mail maupun dengan penyebaran kuisioner melalui surat. Wawancara
dapat dilakukan juga melalui telepon, video confeence maupun tatap muka-langsung.
Keuntungan dari survey ini adalah dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil
dapat dipergunkan untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat sering kali
cenderung bersifat superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan lebih baik
jika dilaksanakan analisa secara bertahap.
Pada umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data. Survei
menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample besar, semakin hasilnya
mencerminkan populasi. Penelitian survey dapat digunakan untuk maksud penjajakan
(eksploratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan (eksplanatory) yaitu untuk
menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, evaluasi, prediksi atau
meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan dating, penelitian operational dan
pengembangan indikaor-indikator social.
2.2. PENELITIAN DILIHAT DARI TUJUANNYA
2.2.1.EKSPLORATIF
Penelitian eksplorasi adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk menemukan ilmu
(pendidikan ) dan masalah masalah yang baru dalam bidang pendidikan.ilmu pendidikan
dan masalah masalah yang diperlukan melalui penelitian pendidikan benar benar baru
dan belum pernah diketahui sebelumnya. Misalnya,suatu penelitian telah menghasilkan
profil atau kriteria kepemimpinan efektif dalam manejemen berbasis sekolah,atau
penelitian tentang suatu metode atau prosedur baru dalam pembelajaran bahasa inggris
yang menyenangkan peserta didik.
2.2.2.VERIFIKATIF
Penelitian ini adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk menguji kebenaran ilmu-
ilmu (pendidikan) yang telah ada, baik berupa konsep, prinsip, prosedur, dalil maupun
praktek pendidikan itu sendiri. Data penelitian yang diperoleh digunakan untuk
membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau masalah-masalah ilmu
pendidikan.
Misalnya, suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh kecerdasan
emosional terhadap gaya kepemimpinan, atau penelitian yang dilakukan untuk menguji
efektifitas model-model pembelajaran yang telah ada dalam mata pelajaran tertentu.
2.2.3.PENGEMBANG
Penelitian pengembangan adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk
mengembangkan ilmu (pendidikan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk
mengembangkan, memperdalam atau memperluas ilmu (pendidikan) yang telah ada.
Misalnya, penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPS yang
sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran IPA atau penelitian tentang sistem
penjaminan mutu (Quality asurance) dalam organisasi/satuan pendidikan yang
sebelumnya telah berhasil diterapkan dalam organisasi bisnis atau perusahaan.
2.3. PENELITIAN DILIHAT DARI PENDEKATANNYA
2.3.1.KUANTITATIF
Penelitian kuantitatif ini adalah penelitian yang digunakan untuk menjawab
permasalahan melalui teknik pengukuraan yang cermat terhadap varaiabel-variabel
tertentu, sehingga mengasilkan simpulan simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas
dari konteks waktu dan situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data
kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak digunakan terutama untuk mengembangkan teori dalam
suatu disiplin ilmu. Penggunaan pengkuran disertai analisis secara statis di dalam
penellitian mengimplikasikan bahwa penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
2.3.2.KUALITATIF
Penelitian kualitatif ini adalah penelitian untk menjawab permasalahan yang
memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang
bersangkutan, dilakuukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif
dilapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data
kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap
orang dalam kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan berupaya dalam
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu, peneliti
harus terjun dalam lapangan dengan waktu yang cukup lama.
2.3.3.PERKEMBANGAN
Penelitian perkembangan ini adalah suatu kajian tentang pola dan urutan pertumbuhan
dan / atau perubahan sebagai fungsi waktu. Objek penelitiannya adalah perubahan atau
kemajuan yang dicapai oleh individu, seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, dan
unit-unit pendidikan lainnya. Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui
perkembangan individu dalam kurun waktu tertentu.
Penelitian perkembangan terdiri dari tiga jenis.
2.3.3.1. STUDI ALUR PANJANG
Studi ini mempelajari pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan individu
yang sama, perkembangan yang berbeda dalam waktu yang cukup lama
(jangka panjang)
2.3.3.2. STUDI SILANG SEKAT
Studi ini mengkaji tentang pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan yang
terjadi pada individu pada tingkat atau kelompok usia tertetu dengan waktu
yang cukup singkat (jangka pendek). Peneliti tidak perlu mengamati individu
teralu lama karena dapat diganti dengan subjek baru dari berbagai
kelompok/tingkat usia. Untuk menarik simpulan, peneliti tidak perlu
menunggu waktu yang cukup lama. Misalnya, meneliti tentang kemampuan
berbahasa Indonesia pada peserta didik di kelas satu saja atau di kelas dua
saja, dan seterusnya.
2.3.3.3. STUDI KECENDRUNGAN
Studi ini bertujuan untuk menentukan bentuk perubahan di masa lampau agar
dapat memprediksi bentuk perubahan di masa datang. Fungsi studi ini adalah
memprediksi kecenderungan yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
2.4. PENELITIAN DILIHAT DARI TEMPAT / LATARNYA
2.4.1.PENELITIAN KEPUSTAKAAN (LIBARARY RESEARCH)
Penelitian yang dilaksanakan di perpustakaan.
2.4.2.PENELITIAN LABORATRIUM (LABORATORY RESEARCH)
Penelitian yang dilaksanakan di laboratorium. Penelitian ini sering digunakan dalam
penelitian eksperimen.
2.4.3.PENELITIAN LAPANGAN (FIELD RESEARCH)
Penelitian ang dilaksanakan di suatu tempat, dan tempat itu diluar perpustakaan dan
laboratorium.
2.5. PENELITIAN DILIHAT DARI FUNGSINYA
2.5.1. Penelitian Dasar (basic/fundamental research)
Penelitian dasar adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menemukan dan
mengembangkan konsep-konsep, prinsip, generalisasidan teori baru. Tujuan penelitian
dasar adalah untuk menambah pengetahuan dengan prinsip dan hukum-hukum ilmiah,
meningkatkan penyelidikan dan metodologi ilmiah. Penelitian ini tidak diarahkan untuk
memecahkan masalah praktis, tetapi teori yang dihasilkan dapat mendasari pemecahan
masalah praktis.
2.5.2. Penelitian Terapan (applied research)
Penelitian terapan dilakukan berkenaan dengan pemecahan masalah dan kenyataan-
kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan
oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Fungsi penelitian ini adalah untuk
memecahkan masalah-masalah praktis. Tujuan penelitian terapan tidak semata-mata
untuk mengembangkan wawaasan keilmuan, tetapi juga untuk pemecahan masalah
praktis, sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan.
2.5.3. Penelitian Tindakan (action research)
Penelitian ini adalah suatu bentuk penelitian refleksi-diri melalui tindakan nyata dalam
situasi yang sebenarnya. Tujuannya adalah untuk memperbaiki proses dan peahaman
tentang praktik-praktik pendikan secara utuh, mengembangkan profesional, dan
meningkatkan hasil kegiatan. Tujuan penelitian ini menunjukkan implikasi yang harus
diperhatikan. Pertama, penelitian tindakan harus dilakukan secara ilmiah sesuai konsep
penelitian ilmiah. Kedua, harus meliatkan kelompok partsipan sehingga dapat dilakukan
kolaborasi. Ketiga, harus dilakukan untuk memperbaiki praktik pendidikan seperti
ketrampilan mengajar. Keempat, harus dilakukan untuk acuan melakukan refleksi diri.
Aspek pokok penelitian tindakan ini ada tiga, yaitu:
a. Untuk memperbaiki praktik
b. Untuk mengembangkan kemampuan profesional dalam arti mengembangkan
pemahaman dan ketrampilan baru para praktisi dalam praktik yang dilaksanakan
c. Untuk memperbaiki keadaan atau situasi tersebut dilaksanakan.
Inti dari penelitian tindakan ini adalah menekankan pada tindakan dalam praktik atau
situasi nyata yang terbatas, sehingga diharapkan dari tindakan tersebut dapat
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran.
2.5.4. Penelitian Penilaian (assessment research)
Penelitian penilaian adalah penelitian yang dilakukan untuk menentukan perubahan atau
perbaikan perilaku individu setelah menjalani suatu perlakuan dengan waktu dan
program tertentu.
2.5.5. Penelitian Evaluasi (evaluation research)
Penelitian evaluasi merupakan bagian dari penelitian terapan, tetapi tujuannya dapat
dibedakan dengan penelitian terapan. Penelitian evaluatif adalah penelitian yang
digunakan untuk penilaian keberhasilan, manfaat, kegunaan, sumbangan, dan kelayakan
suatu program, produk, atau kegiatan suatu lembaga berdasarkan kreteri tertentu.
Manfaat penelitian ini antara lain adalah dapat menambah waawasan tentang suatu
kegiatan dan dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut, serta
membantu para pimpinan untuk melakukan kebijakan.
Penelitian evaluatif menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi
terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dan rencana. Jadi bisa
dikatakan juga penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang apa yang terjadi, yang merupakan kondisi nyata mengenai
keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi.
2.5.6. Penelitian Komparatif
Studi komparatif (comparative study) atau studi kausal komparatif (causal comparative
studi) merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua
kelompok atau lebih dari suatu variable tertentu. Tujuan penelitian komparatif adalah
untuk melihat perbedaan dua atau lebih situasi, peristiwa, kegiatan, atau program yang
sejenis atau hampir sama yang melibatkan semua unsur atau komponennya. Analisis
penelitian dilakukan terhadap persamaan dan perbedaan dalam perencanaan,
pelaksanaan, factor-faktor pendukung hasil. Hasil analisis perbandingan dapat
menemukan unsure-unsur atau factor-faktor penting yang melatarbelakangi persamaan
dan perbedaan.
Jika suatu yang dibandingkan itu tentang situasi atau kejadian, maka unsure-unsur atau
komponen yang dianalisis sedikit berbeda, seperti deskripsi situasi atau kronologis
kejadian, kompleksitas situasi atau intensitas kejadian, factor-faktor penyebab dan
akibat-akibatnya. Dari analisis tersebut juga akan dapat ditemukan factor-faktor dominan
yang melatarbelakangi atau diakibatkan oleh suatu situasi atau kejadian.
Penelitian komparatif dapat digunakan jika: (a) metode eksperimental yang dianggap
lebih kuat tidak memungkinkan untuk dilakukan, (b) penelitian tidak mungkin memilih,
mengontrol, dan memanipulasi factor-faktor yang penting untuk mempelajari hubungan
sebab-akibat secara langsung, (c) pengontrolan terhadap seluruh variable (kecuali
variable bebas) sangat tidak realistis dan terlalu dibuat-buat, serta mencegah interaksi
secara normal dengan variabel-variabel lain yang berpengaruh, dan (d) pengontrolan di
laboratorium untuk beberapa tujuan penelitian dianggap tidak praktis, mahal, atau secara
etika dipertanyakan.
2.5.7. Penelitian Korelasional
Penelitian ini mempelajari hubungan dua variable atau lebih, yakni hubungan variasi
dalam satu variabel dengan variasi dalam variabel lain. Derajat hubungan variabel-
variabel dinyatakan dalam satu indeks yang dinamai koefisien korelasi. Penelitian
korelasional dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antarvariabel
atau untuk menyatakan besar-kecilnya hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian korelasional bertujuan untuk menguji hipotesis yang dilakukan dengan cara
mengukur sejumlah variabel dan menghitung koefisien kolerasi (r) antara variabel-
variabel tersebut, agar dapat ditentukan variabel-variabel mana yang berkolerasi.
Misalnya, peneliti ingin mengetahui variabel-variabel yang berhubungan dengan
kompetensi professional guru. Semua variabel yang ada kaitannya, seperti latar belakang
pendidikan, pengalaman mengajar, mata pelajaran yang diampu, dan lain-lain diukur,
lalu dihitung koefisien korelasinya untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat
hubungannya dengan kompetensi professional guru.
Karakteristik penelitian korelasional yaitu:
a. Adanya hubungan dua variabel atau lebih
b. Adanya koefisien korelasi, yang menunjukkan tinggi rendahnya hubungan
c. Tidak ada perlakuan (treatmean) khusus
d. Dan data yang diperoleh bersifat kuantitatif.
Penelitian korelasional memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (a) hanya
mengidentifikasi hubungan antar variabel, bukan mengidentifikasi hubungan sebab-
akibat, (b) kurang tertib dan ketat jika dibandingkan dengan metode eksperimental
karena kurang melakukan control terhadap variabel-variabel bebasnya, (c) cenderung
mengidentifikasi pola hubungan semu yang kurang reliable dan valid, (d) pola hubungan
sering tidak menentu dan kabur, (e) sering memberikan rangsangan penggunaannya
semacam pendekatan “shot gun”, yaitu memasukkan data tanpa pandang bulu dari
sumber yang beragam dan memberikan interprestasi yang bermakna atau yang berguna.
Penelitian korelasi dapat digunakan jika: (a) variabel-variabel yang diteliti cukup rumit,
tidak dapat dimanipulasi dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental, (b)
ingin mengukur beberapa variabel yang saling berhubungan secara serentak dan
realistic, (c) ingin mengetahui eratnya hubungan atau tinggi rendahnya hubungan antar
variabel, dan (d) jumlah subjek tidak terlalu banyak.
Kekuatan korelasi antara berbagai variabel penelitian ditunjukkan oleh koefisien korelasi
yang angkanya bervariasi antara -1 sampai +1. Koefisien korelasi diperoleh melalui
perhitungan statistik berdasarkan kumpulan data hasil pengukuran dari setiap variabel.
Koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan yang berbanding lurus atau
kesejajaran, sedangkan koefisien korelasi negatif menunjukkan hubungan yang
berbanding terbalik atau ketidaksejajaran. Angka 0 (nol) untuk koefisien korelasi
menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel. Semakin besar koefisien korelasi
(positif ataupun negative), maka sekamin besar kekuatan hubungan antar-variabel.
Terdapat tiga makna penting dari suatu variabel, yaitu:
a. Kekuatan hubungan antar variabel
b. Signifikansi statistic hubungan kedua variabel tersebut
c. Dan arah korelasi
Kekuatan hubungan dapat dilihat dan besar kecilnya indeks korelasi.
2.5.8. Penelitian Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu, kelompok atau
lembaga yang dianggap memiliki atau mengalami kasus tertentu. Tujuan penelitian studi
kasus adalah untuk mempelajari secara mendalam dan sistematis dalam kurun waktu
cukup lama tentang sesuatu kasus sehingga dapat dicari alternatif pemecahannya.
Mendalam, artinya mengungkap dan menggali data secara mendalam dan menganalisis
secara intensif factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut. Tekanan
utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan itu? Apa yang dia lakukan
setiap harinya? Bagaimana hubungan sosial dia dengan teman-temannya? Factor-faktor
apa yang mempengaruhi tindakannya tersebut?
Karakteristik penelitian studi kasus: (a) menyelidiki suatu kasus atau masalah secara
mendalam dan sistematis, (b) menghasilkan suatu gambaran yang lengkap yang
terorganisasi dengan baik, (c) lingkup masalah dapat mencakup keseluruhan aspek
kehidupan atau hanya bagian-bagian tertentu dan factor-faktor yang spesifik saja,
tergantung tujuan studi, (d) sekalipun studi ini hanya menganalisis unit-unit kecil dan
spesifik tetapi dapat melibatkan variabel-variabel dan kondisi-kondisi yang besar, (e)
adanya suatu target, yaitu untuk memecahkan masalah, dan (f) pada umumnya
menggunakan pendekatan longitudinal.
Contoh isu-isu dalam suatu kasus yakni peserta didik jarang masuk sekolah, guru tidak
disiplin dalam mengajar, peserta didik tidak naik kelas, peserta didik sering tidur
didalam kelas, dan lain-lain. Disini, peneliti perlu mencari data berkenaan dengan
pengalaman subjek pada masa lalu, sekarang, lingkungan yang membentuknya, dan
factor-faktor penyebab munculnya kasus tersebut. Data diperoleh dari berbagai sumber
seperti teman, pimpinan (kepala sekolah), guru, orang tua, termasuk subjek itu sendiri.
Teknik memperoleh data sangat komprehensif seperti observasi perilakunya,
wawancara, studi dokumentasi, tes, dan lain-lain tergantung pada kasus yang dipelajari.
Setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, jika
perlu dibahas atau didiskusikan dengan peneliti lain sebelum menarik simpulan-
simpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang ditunjukkan oleh individu
tersebut. Studi kasus mengisyaratkan pada penelitian kualitatif.
Keunggulan yaitu: (a) peneliti dapat mempelajari subjek secara mendalam dan
menyeluruh, (b) hasil studi dapat dijadikan informasi awal untuk perencanaan penelitian
yang lebih besar dan luas, (c) karena dilakukan secara intensif, studi ini memberikan
penjelasan terhadap variabel-variabel penting, proses-proses, dan interaksi-interaksi
yang memerlukan perhatian lebih intensif, (d) hasil studi kasus dapat melengkapi
contoh-contoh yang berguna untuk mengilustrasikan penemuan-penemuan yang
digeneralisasikan secara statistik.
Kelemahan-kelemahan: (a) data yang diperoleh sifatnya subjektif, maksudnya hanya
berlaku untuk individu yang bersangkutan, (b) hasil studi tidak dapat digunakan untuk
kasus yang sama pada individu yang lain, (c) karena focus studi terbatas pada unit-unit
yang kecil, studi-studi kasus dibatasi dalam keterwakilannya, (d) generalisasi informasi
sangat terbatas penggunaannya, sehingga tidak berlaku terhadap populasi sampai ada
penelitian lanjutan yang melengkapi studi tersebut, (e) pemilihan kasus itu sendiri lebih
kepada sifat dramatiknya daripada sifat atau cirri kasus itu sendiri, atau dipilih karena
cocok dengan konsep peneliti sebelumnya, (f) jika hanya menempatkan data pada satu
konteks tertentu tanpa melihat konteks yang lain, maka penafsiran subjektif dari peneliti
dapat mempengaruhi hasil studi, dan (g) studi kasus tidak dapat menguji hipotesis,
tetapi dapat melahirkan hipotesis untuk penelitian lebih lanjut.
2.5.9. Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)
Penelitian dan pengembangan adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam
rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah
ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda
atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran dikelas
atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program
komputer untuk pengolahan data, pembelajaran dikelas, perpustakaan atau laboratorium,
ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem
manajemen, dan lain-lain. Metode penelitian ini dianggap cukup ampuh untuk
memperbaiki praktik.
Penelitian pendidikan pada umumnya jarang diarahkan pada pengembangan suatu
produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan dengan
fenomena-fenomena yang bersifat fundamental, serta praktik-praktik pendidikan.
Penelitian dan pengembangan merupakan metode penghubung atau pemutus
kesenjangan antara penelitian dasar dan penelitian terapan. Dalam pelaksanaan
penelitian dan pengembangan, terdapat beberapa metode yang digunakan, yaitu metode
deskriptif, evaluative, dan eksperimental.
Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang
kondisi yang ada. Kondisi yang ada mencakup: (a) kondisi produk-produk yang sudah
ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar (embrio) produk yang akan
dikembangkan, (b) kondisi pihak pengguna (dalam bidang pendidikan misalnya sekolah,
guru, kepala sekolah, siswa, serta pengguna lainnya), (c) kondisi factor-faktor
pendukung dan penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk yang akan
dihasilkan, mencakup unsure pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya,
pengelolaan, dan lingkungan pendidikan tempat produk tersebut akan diterapkan.
Metode evaluative, digunakan untuk mengevaluasi produk dalam proses uji coba
pengembangan suatu produk. Produk penelitian dikembangkan melalui serangkaian uji
coba dan pada setiap kegiatan uji coba diadakan evaluasi, baik itu evaluasi hasil maupun
evaluasi proses. Berdasarkan temuan hasil uji coba diadakan penyempurnaan (revisi
model).
Metode eksperimental, digunakan untuk menguji keampuhan produk yang dihasilkan.
Walaupun dalam tahap uji coba telah ada pengukuran, pengukuran tersebut masih dalam
rangka pengembangan produk, belum ada kelompok pembanding. Dalam eksperimen
telah diadakan pengukuran selain pada kelompok eksperimen juga pada kelompok
pembanding atau kelompok kontrol. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dilakukan secara acak atau random. Pembandingan hasil eksperimen pada kedua
kelompok tersebut dapat menunjukkan tingkat keampuhan dan produk yang dihasilkan.
2.6. PENELITIAN DARI TINGKAT EKSPLANASI
Tingkat eksplanasi adalah tingkat penjelasan. Jadi penelitian menurut tingkat eksplanasi
adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti
serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.
2.6.1.Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2005 : 234). Penelitian ini
bertujuan menjelaskan fenomena dengan menggunakan angka-angka untuk
mencandrakan karakteristik individu atau kelompok. Penelitian deskriptif menilai sifat
dari kondisi-kondisi yang tampak. Tujuan penelitian dibatasi untuk menggambarkan
karakteristik sesuatu sebagaimana adanya.
Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa
sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan
penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan
membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk
menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis
tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi,
penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain.
Dalam penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi
hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.
Memang ada kalanya dalam penelitian ini ingin juga membuktikan dugaan tetapi tidak
terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptf tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis.
Contoh : Peneliti mengamati bahwa di kelurahan tempat mereka tinggal terdapat
banayak sekali anak-anak kecil berjualan di terminal bus dan di stasiun. Peneliti yang
kebetulan seorang guru bertanya dalam hati kapan anak-anak ini sekolah karena menurut
perkiraanya mereka masih dalan usia sekolah dasar. Di dalam benak guru peneliti ini
berjejal pertanyaan mengenai nasib anak-anak kecil yang disangka terpaksa berjualan
seperti itu.
Penelitian yang dilakukannya merupaka penelitian deskriptif karena :
1. Penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tetapi hanya ingin
mengetahui keadaan tentang anak-anak kecil yang berjualan tersebut misalnya:
1. Apakan anak-anak kecil itu sekolah?
2. Jika tidak apa sebabnya, dan bagaimanakah masa depan mereka?
3. Jika bersekolah lalu kapan mereka ini belajar, atau bagaimana mereka
membagi waktu?
2. Peneliti tidak ingin menghubungkan variabel yang satu dengan variabel yang lain,
tetapi hanya ingin mengetahui keadaan masing-masing variabel secara lepas.
3. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini barangkali dapat digunakan untuk
merancang pendirian sekolah dengan pendekatan non tradisional, misalnya belajar
dengan modul. Dalam sistem modul; anak-anak dapat belajar dalam waktu yang tidak
terikat oleh jadwal waktu. Modul yang harus dipelajari dapat dipinjam dan dipelajari
kapan saja, di mana saja sehingga walaupun berjualan merea masih dapat belajar.
2.6.2. Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.
Variabelnya masih sama dengan penelitian variabel mandiri tetapi untuk sampel yang
lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda. Di dalam penelitian komparatif, peneliti
melakukan penyelidikan apakah terdapat perbedaan antara dua atau lebih kelompok
terhadap fenomena yang sedang dipelajai. Seperti dalam penelitian deskriptif, dalam
penelitian ini tidak ada manipulasi atau kontrol langsung terhadap hal yang diteliti.
Contoh : Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan jenis karangan antara
siswa laki-laki dan perempuan; perbandingan tingkat pemahaman wacana antara anak
yang membaca dengan menggunakan musik dan anak yang membaca tanpa
mendengarkan musik.
2.6.3. Penelitian Asosiatif
Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu
teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
3.1. PENGERTIAN TEHNIK PENGUMPULAN DATA.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling
tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliable.
Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap yang sangat
menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan dilaksanakan tersebut. Kesalahan
dalam melaksanakan pengumpulan data dalam satu penelitian, akan berakibat langsung
terhadap proses dan hasil suatu penelitian.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode
dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana,
pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk
mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian
sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang
dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi
tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan
proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif. Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti dalam upaya
mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian (untuk penelitian kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk penelitian kuantitatif).
Teknik pengumpulan data sangat ditentukan oleh metodologi penelitian, apakah
kuantitatif atau kualitatif. Dalam penelitian kualitatif dikenal teknik pengumpulan data:
observasi, focus group discussion (FGD), wawancara mendalam (indent interview), dan studi
kasus (case study). Sedangkan dalam penelitian kuantitatif dikenal teknik pengumpulan data:
angket (questionnaire), wawancara, dan dokumentasi.
3.2. Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif
3.2.1.WAWANCARA
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden
dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/ kecil.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti
dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:
· Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
· Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
· Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan dengan tatap muka maupun lewat telepon
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara :
a. Pedoman wawancara tidak terstruktur
Yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditayakan.
Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan. Pewawancaralah sebagai
pengemudi jawaban responden. Adapun contohnya adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah pendapat Saudara terhadap kebijakan-kebijakan Rektor terhadap
UKM-UKM yang ada di IAIN Syekh Nurjati Cirebon?dan bagaimana dampaknya
terhadap mahasiswa!”.
b. Pedoman wawancara terstruktur
Yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga
menyerupai chek list. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah disiapkan.
Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama,
dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai
pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat
bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat
membantu pelaksanaan wawancara berjalan lancar.
3.2.2.KUESINER (ANGKET)
Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden
(Iskandar, 2008: 77).
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan
angket yaitu sebagai berikut:
a. Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka
dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang
diteliti.
b. Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
c. Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka
atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan
bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
d. Pertanyaan tidak mendua
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa
f. Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring
pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
g. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang,
sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
h. Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum
menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit.
Ada beberapa jenis kuesioner yang dapat digunakan dalam proses pengumpulan data,
yaitu:
1. Kuesioner tertutup
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden sudah dalm bentuk pilihan
ganda. Jadi kuesioner jenis ini responden tidak diberi kesempatan untuk
mengeluarkan pendapat.
2. Kuesioner terbuka
Merupakan angket atau pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden yang
memberikan keleluasaan kepada responden untuk memberikan pendapat sesuai dengan
keinginan mereka.
Kelebihan teknik kuesioner, antara lain:
Jumlah responden dapat dalam jumlah yang besar dan cakupannya cukup luas,
karena kuesioner dapat dikirim melalui pos.
Biaya yang dibutuhkan dengan teknik ini relative murah.
Responden tidak perlu orang yang mempunyai keahlian dan wawasan yang luas,
cukup orang yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian.
Kekurangan teknik kuesioner, antara lain:
Tingkat pengembalian kuesioner rendah, jika dikirim melalui pos.
Teknik kuesioner hanya dapat diberikan kepada responden yang dapat membaca.
Bila pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ditafsirkan salah oleh responden, maka
hasil penelitian tidak akurat.
Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa dalam proses pembuatan
kuesioner sebagai berikut:
1. Gunakan bahasa atau kata-kata yang sederhana agar mudah dipahami oleh
responden.
2. Hindari penggunaan pertanyaan-pertanyaan spesifik.
3. Pertanyaan harus singkat.
4. Hindari pemilihan kata yang bermakna ganda.
5. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat.
6. Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknik cukup akurat.
3.2.3.OBSERVASI
Observasi atau pengamatan langsung adalah pengumpulan data dengan melakukan
penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung
kegiatan penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek
penelitian tersebut.
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan
format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian format
yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan.
Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi
bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian
mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya memperhatikan reaksi
penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai reaksi
tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki
(Arikunto, 2006: 229).
Ada beberapa komponen yang tercakup dalam proses pengumpulan data dengan
metode observasi, antara lain:
a. Pemilihan
b. Pengubahan
c. Pencatatan
d. Pengodean
e. Tujuan empiris
Teknik pengumpulan data dengan observasi dapat dibedakan berdasarkan keterlibatan
pengamat dan cara pengamatan.
a. Berdasarkan keterlibatan pengamatan dibagi dua, yaitu:
1. Observasi partisipasi
Di mana pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan subjek
yang diteliti atau yang sedang diamati.
2. Observasi tak partisipasi
Di mana pengamat berada di luar subjek yang sedang diteliti atau diamati.
b. Berdasarkan cara pengamatan dibagi dua, yaitu:
1. Observasi terstruktur
Dengan cara ini pengamat dalam proses pengumpulan data menggunakan
pedoman pengamatan.
2. Observasi tidak terstruktur
Dengan cara ini pengamat dalam proses pengumpulan data tidak menggunakan
pedoman pengamatan.
Kelebihan teknik observasi, antara lain:
- Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal, perilaku
pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut masih berlaku, atau
sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak menggantungkan data-
data dari ingatan seseorang.
- Pengamatan dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi
verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian. Sering subjek tidak
mau berkomunikasi secara verbal dengan peneliti karena takut, tidak punya waktu
atau enggan. Namun, hal ini dapat diatasi dengan adanya pengamatan (observasi)
langsung
o Kekurangan teknik observasi, antara lain:
- Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh pengamatan langsung
terhadap satu kejadian, misalnya adat penguburan suku Toraja dalam peristiwa
ritual kematian, maka seorang peneliti harus menunggu adanya upacara adat
tersebut.
- Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena yang
berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena perubahan suatu
masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, akan sulit atau tidak
mungkin dilakukan.
- Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi, seperti kita ingin
mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar, kita tidak mungkin
melakukan pengamatan langsung terhadap konflik keluarga tersebut karena
kurang jelas.
Manfaat Observasi
Menurut Patton sebagaimana dikutip Nasution, manfaat observasi adalah sebagai
berikut.
1. Dengan observasi dilapangan peneliti akan lebih mampu memahami konsteks
data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh padangan yang
holistik atau menyeluruh.
2. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif
membuka kemungkinan melakukan penemuan.
3. Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati
orang lain. Khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah
dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
4. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan
terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau
ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
5. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi
responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang komperhensif.
6. Melalui pengamatan dilapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang
kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana atau
situasi sosial yang diteliti.
Langkah-langkah Observasi
Dalam hal melaksanakan penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolabiratif, maka
secara umum pelaksanaan observasi perlu dilakukan dalam tiga fase kegiatan, yaitu
pertemuan perencanaan; pelaksanaan observasi kelas; dan pembahasan balikan.
3.2.4.TES
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau
alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok. Tes juga dapat
didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan yang
harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku tertentu dari orang yang
dikenai tes. Dapat disimpulkan bahwa Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku
peserta tes.
a. Fungsi tes
1. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik (tingkat perkembangan yang
dicapai)
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.
b. Pembagian Tes
a. Berdasarkan fungsinya:
1.Tes seleksi
2.Tes tes awal
3.Tes akhir
4.Tes diagnostik
5.Tes formatif
6.Tes sumatif
b. Berdasarkan aspek psikis:
1.Tes intelegensi
2.Tes kemampuan
3.Tes sikap
4.Tes kepribadian
5.Tes hasil belajar
c. Berdasarkan banyaknya orang:
1.Tes individu
2.Tes kelompok
d. Berdasarkan waktu:
1. Power test
2. Speed test
e. Berdasarkan bentuk respon:
1. Verbal test
2. Nonverbal test
f. Berdasarkan cara mengajukan pertanyaan dan jawaban:
1. Tes tertulis
2. Tes lisan
Bentuk tes yang sering dipakai dalam proses belajar mengajar pada hakikatnya dapat
dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1. Tes tertulis (written tes) : suatu tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara
tertulis .
2. Tes obyektif: tes tertulis yang menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan
atau memberikan jawaban singkat terbatas. Tes ini dibuat sedemikian rupa, sehingga
hasil tes tersebut dapat dinilai secara obyektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan
nilai yang sama. Tes objektif jawabannya ringkas dan pendek (short answer test).
Bentuk-bentuk tes subjektif ini adalah :
1). Essai bebas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan uraian secara
bebas. Sesuai dengan apa yang diketahuinya.
Kelemahan dalam bentuk ini adalah sukar menentukan standar jawaban yang benar
sebab jawaban siswa sifatnya beraneka ragam.
2). Essai terbatas, yakni yang soalnya menuntut jawaban dalam bentuk uraian yang
telah terarah. Tes uaraian ini lebih mudah memeriksanya, karena dapat lebih mudah
ditetapkan standar jawaban yang benar.
4. Tes Lisan (oral test) : Tes lisan sangat bermanfaat untuk mengukur aspek yang terkait
dengan kemampuan komunikasi. Tes lisan juga dapat digunakan untuk menguji siswa
baik secara individual ataupun kelompok.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes lisan :
a) Janganlah guru membentak siswa karena siswa itu memberikan jawaban
yang menurut penilaian guru merupakan jawaban yang salah.
b) Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seorang murid yang sedang
dites dengan memberikan kunci-kunci jawaban tertentu karena kita merasa
kasihan atau simpati pada murid itu.
3.2.5.DOKUMEN
Dokumentasi sering dicontohkan dengan foto-foto baik dalam acara tertentu maupun
dalam penelitian. Namun perlu dicermati bahwa yang dimasud dokumentasi tidak hanya
foto-foto saja. Contoh dokumentasi yang dimaksud dalam artikel kali ini adalah gambar,
tulisan, buku, monografi dan lain sebagainya.
Menurut Sugiyono (2011:329-330)
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan
lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film, dan lain-lain. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan
lebih kridibel atau dapat dipercaya kalau di dukung oleh sejarah pribadi kehidupan masa
kecil, sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobografi.
Kelemahan Dokumentasi
Perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi, sebagai
contoh banyak foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk
kepentingan tertentu. Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri,
sering subjektif.
4. VARIABEL PENELITIAN
4.1. PENGERTIAN VARIABEL
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007)
Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :
Hatch & Farhady (1981)
Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi
antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
Kerlinger (1973)
Variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya :
tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan gaji,
produktifitas kerja, dll.
Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda (different values).
Dengan demikian, Variabel itu merupakan suatu yang bervariasi.
Kidder (1981)
Variable adalah suatu kualitas qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik
kesimpulan darinya. Bhisma Murti (1996) Variable didefinisikan sebagai fenomena
yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau
kuantitatif.
Berdasarkan pengertian – pengertian di atas, maka dapat dirumuskan definisi Varibel
Penelitian Adalah :
“ Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya”
Kegunaan Variabel Penelitian
1. Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data.
2. Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data.
3. Untuk pengujian hipotesis
Variabel Penelitian yang baik :
1. Relevan dengan tujuan penelitian.
2. Dapat diamati dan dapat diukur.
Dalam suatu penelitian, variebel perlu Diidentifikasi, Diklasifikasi dan Didefinisikan secara
operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan
dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.
4.2. JENIS JENIS VARIABEL
4.2.1.Variabel independent
Variable ini sering disebut sebagai Variabel Stimulus, Variabel Pengaruh, atau Variable
Bebas. Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel Dependen (terikat). Dinamakan sebagai Variabel
Bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain.
Contoh : “Pengaruh Therapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan…”
Variable independent / bebas
4.2.2.Variabel Dependen
Sering disebut sebagai Variabel Efek, Variabel Terpengaruh, Variabel Terikat atau
Variabel Tergantung. Variabel Terikat merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut Variabel Terikat karena variabel
ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel independent.
Contoh :
“Pengaruh Therapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan…” Variable
dependen / terikat
4.2.3.Variable moderator
Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (Memperkuat dan
Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat.
Contoh: Hubungan Variabel Independen – Moderator – Dependen : Hubungan motivasi
dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan dosen dalam menciptakan
iklim/lingkungan belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan dosen
kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.
4.2.4.Variable intervening
Dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan “an intervening variable is that factor that
theoretically affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or
manipulate”. Variabel Intervening adalah Variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat, tetapi Tidak Dapat Diamati
dan Diukur. Variabel ini merupakan variabel Penyela/Antara yang terletak diantara
Variabel Bebas dan Variabel Terikat, sehingga Variabel Bebas tidak secara langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya Variabel Terikat.
Contoh :
Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap umur
harapan hidup. Di sini ada varaibel antaranya yaitu yang berupa Gaya Hidup seseorang.
Antara variabel penghasilan dan gaya hidup terdapat variabel moderator yaitu Budaya
Lingkungan Tempat Tinggal.
4.2.5.Variable control
Variabel Kontrol adalah Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh factor luar
yang tidak diteliti. Variabel Kontrol sering dipakai oleh peneliti dalam penelitian yang
bersifat membandingkan, melalui penelitian eksperimental.
Contoh :
Pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Penguasaan Keterampilan Pertolongan.
Variabel Bebasnya adalah Metode Pembelajaran, misalnya Metode Ceramah & Metode
Demonstrasi. Sedangkan Variabel Kontrol yang ditetapkan adalah sama, misalnya
Standard Keterampilan sama, dari kelompok mahasiswa dengan latar belakang sama
(tingkat/semesternya sama), dari institusi yang sama. Dengan adanya Variabel Kontrol
tersebut, maka besarnya pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Penguasaan
Keterampilan dapat diketahui lebih pasti.
4.3. CARA MENGUKUR VARIABEL
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu :
4.3.1.Skala Nominal
Skala Nominal Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang
mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan
yang lain.
Misalnya :
Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan.
Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang.
Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB.
Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap
variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan
apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori
yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain:
4.3.2.Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan.
Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat
atau jabatan.
Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai
yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih
tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.
Contoh :
o Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT.
o Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah.
o Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini
dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium
III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti
besarnya perbedaan keparahan itu.
o Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju.
4.3.3.Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang
lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval
bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya
dapat diketahui secara pasti. Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan
seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil..dsb); tetapi Nilai
Mutlaknya TIDAK DAPAT DIBANDINGKAN secara Matematis, oleh karena itu batas
– batas Variasi Nilai pada Skala Interval bersifat ARBITRER (ANGKA NOL-nya
TIDAK Absolut).
Contoh :
Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360Celcius jelas lebih panas
daripada suhu 240Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360Celcius 1½ kali
lebih panas daripada suhu 240Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00Celcius Tidak
Absolut (=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu/Temperatur sama sekali). Tingkat
Kecerdasan, Jarak, dsb.
4.3.4.Skala Ratio = Skala Perbandingan.
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya
memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT )
Misalnya :
o Tinggi Badan : sebagai Skala Ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan
mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini JUGA dapat
dikatakan Bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
o Denyut Nadi : Nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan Tidak Ada Sama Sekali
denyut nadinya.
o Berat Badan.
o Dosis Obat, dsb.
Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal berturut –
turut memiliki nilai kuantitatif dari yang Paling Rinci ke yang Kurang Rinci. Skala Ratio
mempunyai sifat – sifat yang dimiliki Skala Interval, Ordinal dan Nominal. Skala
Interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki Skala Ordinal dan Nominal, sedangkan Skala
Ordinal memiliki sifat yang dimiliki Skala Nominal.
Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya Transformasi Skala
Ratio dan Interval menjadi Ordinal atau Nominal. Transformasi ini dikenal sebagai Data
Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan metode
statistic tertentu, terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk Ordinal atau
Nominal.
Sebaliknya, Skala Ordinal dan Nominal tidak dapat diubah menjadi Interval atau Ratio.
Skala Nominal yang diberi label 0, 1 atau 2 dikenal sebagai Dummy Variable (Variabel
Rekayasa). Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki – laki dan 2 untuk perempuan tidak
mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan demikian,
perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari laki – laki. Pemberian label
tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka
(Numerik), sehingga memudahkan analisis data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q
Cochran pada Pengujian Hipotesis).
4.4. KORELASI ANTAR VARIABEL
4.4.1.Korelasi Simetris
Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan, tetapi tidak ada
mekanisme pengaruh – mempengaruhi ; masing – masing bersifat mandiri.
Korelasi Simetris terjadi karena :
a. Kebetulan.
Misalnya : Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.
b. Sama – sama merupakan akibat dari factor yang sama (Sebagai akibat dari Variabel
Bebas)
Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan
variable terikat dari variable bebas yaitu “Pertumbuhan”.
c. Sama – sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama.
Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan kontraksi
otot; Keduanya merupakan indicator “Kemampuan” Kontraksi Otot.
4.4.2.Korelasi Asimetris
Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variable dimana variable yang satu bersifat
mempengaruhi variable yang lain ( Variable Bebas dan Variable Terikat )
Contoh: Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan arterosklerosis.
4.4.3.Korelasi Timbal – Balik
Korelasi Timbal Balik adalah Korelasi antar dua variable yang antar keduanya saling
pengaruh – mempengaruhi.
Contoh :
Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi. Malabsorbsi akan mengakibatkan
Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan atrofi selaput lendir usus yang
akhirnya menyebabkan malabsorbsi.
“Korelasi antar Variabel ini akan Lebih Jelas maknanya pada saat Pembahasan tentang
Hipotesis”.
5. INSTRUMEN PENELITIAN
A. PENGERTIAN INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah. Instrumen penelitian dapat diartikan pula sebagai
alat untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara
sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen
penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan di permudah olehnya.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel
secara objektif. Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah
alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan
aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya
digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan
bahwa untuk atribut kognitif,perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut
non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif
tentang variabel yang sedang diteliti.
B. INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUALITATIF
Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu
sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti
tape recorder, video kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini
sangat tergantung pada peneliti itu sendiri. Oleh karena dalam penelitian kualitatif yang
menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus
“divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian
kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya- (Sugiono,2009:305).
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan
yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
2. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3. tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau
angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
4. suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
5. peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah
pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika,
6. hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data
yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009: 308).
Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping memiliki
kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain:
1. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada
subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat laut "memahami"
makna-makna apa saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen).
Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.
2. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data
telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi
penelitian pada variabel-variabel tertentu saja.
3. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisanya, melakukan
refleksi secara terus menerus, dan secara gradual "membangun" pemahaman yang
tuntas tentang sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang
"mengkonstruksi" realitas yang tersembunyi (tacit) di dalam masyarakat.
Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah
1. Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti.
Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif, tetapi jika tidak hati-
hati, peneliti akan secara tidak sadar mencampuradukkan antara data lapangan hasil
observasi dengan pikiran-pikirannya sendiri.
2. Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen utama ini
sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis, menganalisis, dan
melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus memiliki sensitifitas/kepekaan dan
"insight" (wawasan) untuk menangkap simbol-simbol dan makna-makna yang
tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan "lantaran pengalaman belajar ini sifatnya
sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya
dalam bentuk tertulis".
3. Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat perubahan-
perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif,
penelitian dianggap selesai jika kesimpulan telah diambil dan hipotesis telah
diketahui statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti kualitatif harus siap dengan
hasil penelitian yang bersifat plural (beragam), sering tidak terduga sebelumnya, dan
sulit ditentukan kapan selesainya. Ancar-ancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi
ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif tidak mungkin dicapai seperti
dalam penelitian kuantitatif.
C. INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUANTITATIF
Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah penelitinya sendiri, maka
dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus dibuat dan menjadi perangkat yang
"independent" dari peneliti. Peneliti harus mampu membuat instrumen sebagus mungkin,
apapun instrumen itu.
Pada umumnya instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif terbagi dua yakni
tes dan non tes. Tes sebagai instrument penelitian adalah suatu alat yang berisi
serangkaian soal-soal yang harus dijawab oleh responden untuk mengukur suatu aspek
tertentu, sesuai dengan tujuan penelitian. Selain tes, terdapat instrumen berupa nontes,
seperti skala sikap atau daptar pernyataan untuk digunakan bagi peneliti yang
menggunakan teknik pengumpulan data jenis angket, pedoman wawancara untuk peneliti
yang menggunakan teknik intervieu atau wawancara, pedoman observasi untuk peneliti
yang menggunakan teknik observasi, dan lainnya.
Skala bertingkat (ratings) adalah suatu ukuran subyaktif yang dibuat berskala.
Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan
informasi tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini dapat dengan mudah
menberikan gambaran penampilan, terutama panampilan di dalam orang menjalankan
tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat.
Pedoman wawancara berisi sebuah daftar pertanyaan yang mungkin akan diajukan
kepada responden.Sedangkan pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang
mungkin timbul dan akan diamati.
D. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN INSTRUMEN
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen
penelitian, yaitu :
1. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2. Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3. Mencari indikator dari setiap dimensi.
4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6. Petunjuk pengisian instrumen.
E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaitu
Valid dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus
diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria
utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya menunjukkan
seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas
menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.
Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan
sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk
direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil
perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok
orang yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang
atau kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang
berlainan.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur
terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana. Sedangkan
reliabilitas alat ukur menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur,
sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang
beras dengan timbangan beras, mengukur panjang kain dengan meter, dan
sebagainya.
Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan Konsistensi
Internal (O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu pada kemampuan instrumen
untuk menghasilkan data yang sama dari waktu ke waktu (dengan asumsi objek yang
diukur tidak berubah)
Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen yang dibuat
dua atau lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama. Misalnya, dua peneliti
mengukur penggunaan listrik di suatu aula. Dua peneliti ini menggunakan dua instrumen
yang berbeda. Tetapi jika temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen mereka
memilki sifat "ekivalen".
Konsistensi internal tercapai jika semua item dalam instrumen mengukur satu hal
yang sama. Jika terdapat 10 pertanyaan tentang motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu
mengukur hal yang sama (motivasi).
F. PENGUJIAN VALIDITAS INSTRUMEN
Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
1. Pengujian Validitas Konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan.
Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu
apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk
mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli.
Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli
diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli
yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor
sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba
instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan
dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.
2. Pengujian Validitas Isi (Content)
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan
untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan
tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi,
maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan.
Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka
instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang
telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan,
berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu
dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang
diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau
pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka
pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta
empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja
sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan
dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah
terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka
dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.
G. PENGUJIAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara
eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest
(stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan
dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-
teknik tertentu.
1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama
dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari
koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien
korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda,
tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di
lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja
di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua
dan berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara
mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan
ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan
reliabel.
3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen
beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest
(stability) dan ekuivalen.
Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen,
setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara
silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat
dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya
positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
4. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan
teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas
instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua
dari Spearman Brown (Sp lit half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.
6. TEKNIK ANALISIS DATA PENELITIAN
6.1. JENIS-JENIS ANALISIS DATA
Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka memperoleh
temuan-temuan hasil penelitian. Hal ini disebabkan, data akan menuntun kita ke arah temuan
ilmiah, bila dianalisis dengan teknik-teknik yang tepat. Data yang belum dianalisis masih
merupakan data mentah. Dalam kegiatan penelitian, data mentah akan memberi arti, bila
dianalisis dan ditafsirkan.
Dalam rangka analisis dan interpretasi data, perlu dipahami tentang keberadaan data
itu sendiri. Secara garis besar, keberadaan data dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu :
1. Data bermuatan kualitatif
Data bermuatan kualitatif disebut juga dengan data lunak. Data semacam ini diperoleh
melalui penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, atau penilaian kualitatif.
Keberadaan data bermuatan kualitatif adalah catatan lapangan yang berupa catatan
atau rekaman kata-kata, kalimat, atau paragraf yang diperoleh dari wawancara
menggunakan pertanyaan terbuka, observasi partisipatoris, atau pemaknaan peneliti
terhadap dokumen atau peninggalan. Untuk memperoleh arti dari data semacam ini
melalui interpretasi data, digunakan teknik analisis data kualitatif, seperti yang telah
diuraikan pada bab di atas.
2. Data bermuatan kuantitatif
Keberadaan data bermuatan kuantitatif adalah angka-angka (kuantitas), baik diperoleh
dari jumlah suatu penggabungan ataupun pengukuran. Data bermuatan kuantitatif
yang diperoleh dari jumlah suatu penggabungan selalu menggunakan bilangan cacah.
Contoh data seperti ini adalah angka-angka hasil sensus, angka-angka hasil tabulasi
terhadap jawaban terhadap angket atau wawancara terstruktur. Adapun data
bermuatan kuantitatif hasil pengukuran adalah skor-skor yang diperoleh melalui
pengukuran, seperti skor tes prestasi belajar, skor skala motivasi, skor timbangan, dan
semacamnya.
6.2. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data ada dua, yaitu teknik analisis data kuantitatif dan teknik analisis data
kualitatif. Teknik analisis data kuantitatif berbeda dengan kualitatif.
6.2.1.Teknik Analisis data kuantitatif
Analisis data dalam kuantitatif menggunakan pendekatan statistik. Dalam teknik analisis
data menggunakan statistik, terdapat dua macam statistik yang digunakan yaitu statistik
deskriptif dan inferensial. Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan non
parametris.
a. Statistik deskriptif
Statistik deskreptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Yang
termasuk dalam statistik deskriptif antara lain distribusi frekuensi, distribusi persen
dan pengukuran tendensi sentral.
Tabel distribusi frekuensi yaitu menggambarkan pengaturan data secara teratur
didalam suatu tabel. Data diatur secara berurutan sesuai besar kecilnya angka atau
digolongkan didalam kelas-kelas yang sesuai dengan tingkatan dan jumlah yang
sesuai didalam kelas.
b. Frekuensi kumulatif
Adalah frekuensi yang dihitung secara meningkat kaeatas dari frekuensi yang
paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.
Contoh
Penghasilan perbulan frekuensi Frekuensi kumulatif
Rp 500.000-1.000.000 10 50
>1.000.000-1.500.000 15 40
>1.500.000-2.000.000 20 25
>Rp 2.000.000-2.500.000 5 5
Jumlah 50 120
Pengukuran Tendensi sentral
Cara lain menggambarkan statistik deskriptif ialah dengan menggunakan tendensi
sentral. Contoh bilangan tendensi sentral ialah mean (rata-rata), median dan mode.
Tendensi sentral berguna untuk menggambarakan bilangan yang dapat mewakili
suatu kelompok bilangan tertentu.
o Mean
Dapat dicari dengan menjumlahkan semua nilai kemudian dibagi dengann
banyaknya individu. Rumusnya Dimana M = mean; X = jumlah data dan N
= jumlah individu
o Mode
Mode merupakan nilai yang jumlah frekuensinya paling besar. Untuk
mencari nilai mode dapat dilihat pada jumlah frekuensi yang paling besar.
o Median
merupakan nilai tengahyang membatasi setengah frekuensi bagian bawah
dan setengah frekuensi bagian atas.
c. Statistik inferensial
Statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif atau statistik
probabolitas ) adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data
sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok
digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas dan teknik pengambilan
sampel dari populasi itu dilakukan secara random.
Statistik ini disebut statistik probabilitas, karena kesimpulan yang
diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat
peluang (probability). Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan
untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenarannya (kepercayaan)
dan yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Bila peluang kesalahan 5% maka
taraf kepercayaan 95%, bila peluang kesalahan 1%, maka taraf kepercayaan 99%.
Peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan taraf signifikansi.
d. Statistik Parametris dan Nonparametris
Pada statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui
statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Dalam ststistik
hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol, karena tidak dikehendaki adanya
perbedaan antara parameter populasi dan statistik (data yang diperoleh dari
sampel). Statistik nonparametris tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji
distribusi.
Penggunaan statistik parametris dan nonoparametris tergantung pada asumsi
dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris kebanyakan digunakan
untuk menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris
kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal. Dalam tabel
terlihat bahwa statistik parametris digunakan untuk menganalisis data interval dan
rasio, dan nonparametris digunakan untuk data nominal dan ordinal. Jadi untuk
menguji hipotesis dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan statistik, ada dua
hal utama yang harus diperhatikan yaitu macam data dan bentuk hipotesis yang
diajukan.
o Teknik analisis statistik parametrik
Teknik analisis statis meliputi korelasi pearson (Pearson Product Moment
Correlation), korelasi spearman, dan uji T.
1.Korelasi Pearson (Pearson Product Moment Correlation)
Kegunaan : menentukan hubungan antara dua variable yang berskala
interval (skala yang menggunakan angka sebenarnya), korelasi ini
termasuk kedalam uji statistik parametrik. Besarnya korelasi 0-1.
korelasi dapat berupa positif yang artinya searah jika variabel besar
maka variabel kedua juga besar pula. Korelasi negatif (berlawanan
arahj ika variabel pertama besar maka variabel kedua kecil). Patokan
hasil perhitungan korelasi sbbg :
< 0,20 : hubungan dapat dianggap tidak ada
< 0,20-0,40 : hubungan ada tetapi rendah
< 0,40-0,70 : hubungan cukup
> 0,70-0,90 : hubungan tinggi
> 0,90-1,00 : hubungan sangat tinggi
o Uji T
Kegunaan : Uji T digunakan untuk membandingkan rata-rata dua populasi
dengan data yang berskala interval.
o Teknik analisis statistik non parametrik
a. Korelasi Spearman (Spearman Rank Order Correlation)
Kegunaan : korelasi spearman berfungsi untuk menentukan besarnya
hubungan dua variable (gejala) yang berskala ordinal atau tata jenjang.
Biasanya data yang dianalisis adalah angka yang berjenjang misalnya 1,
2, 3, 4, 5. Angka tersebut hanya simbol saja. Oleh karena itu, korelasi
ini termasuk uji statistik non parametrik.
b. Chi Square
Kegunaan : untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variable
bebas dengan variable tergantung, Syarat untuk menggunakan chi
square maka data harus berskala nominal.
Contoh kasus :
Sebuah perusahaan baju wanita ingin melakukan penelitian mengenai
hubungan antara kontras suara dan keputusan membeli baju. Kita akan
mencari apakah ada hubungan atau tidak antara variabel kontras warna
dengan keputusan membeli baju.
6.2.2.Teknik Analisis data kualitatif
Teknik analisis data kualitatif dilakukan dari sebelum penelitian, selama penelitian, dan
sesudah penelitian.
a. Teknik analisis sebelum di lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki
lapangan. Focus penelitian ini masih bersifat sementara dan berkembang setelah
memasuki dan selama di lapangan.
b. Teknik analisis selama di lapangan model Miles dan Huberman
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisis
data ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas hingga datanya sudah jenuh.
Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada
hal yang penting, dicari pola dan temanya.
Misal pada bidang pendidikan, setelah peneliti memasuki setting sekolah sebagai
tempat penelitian, maka dalam meraduksi data peneliti akan memfokuskan pada
murid yang memiliki kecerdasan tinggi dengan mengkatagorikan pada aspek gaya
belajar, perilaku social, interalsi dengan keluarga dan lingkungan.
2. Data Display (penyajian data)
Data display berarti mendisplay data yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar katagori, dsb. Menyajikan data yang sering
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan
untuk memahami apa yangterjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang dipahami.
3. Conclusion Drawing / Verification
Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah
peneliti ada di lapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang
sebelumnya belum jelas menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal / interaktif
dan hipotesis / teori.
c. Teknik analisis data menurut Spradley
Spradley 91980) membagi analisis data penelitian kualitatif berdasarkan tahapan
dalam penelitian kualitatif.
Tahapan penelitian ini adalah :
1) Memilih situasi sosial
2) Melaksanakan observasi partisipan
3) Mencatat hasil observasi dan wawancara
4) Melakukan onbservasi deskriptif
5) Melakukan analisis domain
6) Melakukan observasi terfokus
7) Melaksanakan analisis taksonomi
8) Melakukan observasi terseleksi
9) Melakukan analisis komponensial
10) Melakukan analisis tema
11) Temuan budaya
12) Menulis laporan penelitian kualitatif
Tahapan dalam analisis data penelitian kualitatif ini berangkat dari luas,
memfokus dan meluas lagi. Analisis domain adalah langkah pertama yaitu
memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek penelitian / situasi social.
Analisis taksonomi adalah mencari bagaimana domain yang dipilih itu dijabarkan
menjadi rinci. Selanjutnya analisis komponensial adalah mencari perbedaan yang
spesifik setiap rincian yang dihasilkan dari analisis taksonomi. Dan terakhir adalah
analisis tema, yaitu mencari hubungan anatara domain dan bagaimana hubungannya
dengan keseluruhan selanjutnya dirumuskan dalam tema / judul penelitian.
6.3. LANGKAH-LANGKAH ANALISIS DATA
Secara garis besar, analisis data meliputi 3 langkah, yaitu :
1. Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain :
a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi.
b. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrument pengumpulan data
(termasuk pula kelengkapan lembarann instrument barangkali ada yang terlepas
ataupun sobek)
c. Mengecek macam isian data. Jika didalam instrument termuat atau beberapa item
yang diisi “tidak tahu” atau isian lain bukan yang dikehendaki peneliti, padahal
isian yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok, maka item perlu
didrop.
Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih data sedemikian rupa
sehingga data yang terpakai saja yang ditinggal. Langkah persiapan ini dimaksudkan
untuk merapikan data agar bersih, rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan atau
menganalisis.
2. Tabulasi
Tabulasi merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden dengan cara tertentu.
Tabulasi juga dapat digunakan untuk menciptakan statistik deskriptif variabel-variabel
yang diteliti.
G.E.R. Burroughas mengemukakan klasifikasi analisis data sebagai berikut :
a. Tabulasi data (the tabulation of the data).
b. Penyimpulan data (the summarizing of the data).
c. Analisis data untuk tujuan testing hipotesis.
d. Analisis data untuk tujuan data penarikan kesimpulan.
Termasuk kedalam kegiatan tabulasi ini antara lain :
Memberikan skor (scoring)terhadap item-item yang perlu diberi skor.
Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.
Banyaknya penataran yang pernah diikuti dikelompokkan dan diberi kode atas :
Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasikan dengan teknik analisis yang akan
digunakan yaitu, Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengelolaan data
jika akan menggunakan computer. Dalam hal ini pengolahan data memberikan kode pada
semua variabel, kemudian mencoba menentukan tempatnya di dalam coding sheet
(coding form), dalam kolom beberapa baris ke berapa. Apabila akan dilanjutkan, sampai
kepada petunjuk penempatan setiap variabel pada kartu kolom (punc cord)
3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Maksud rumusan yang dikemukakan dalam bagian bab ini adalah pengolahan data
yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai
dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil. Untuk mempermudah cara
mengikuti uraian pengolahan data, akan disajikan dengan sistematika yang te;lah
disajikan dengan sistematika yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, mengenai
jenis-jenis permasalahan.Sebagai tambahan penjelasan, yang dimaksud dengan cara yang
dterapkan dalam perhitungan adalah data yang disesuaikan dengan jenis data yakni
diskrit, ordinal, interval, dan ratio.
Bagi peneliti yang menyukai statistik, bab ini menyajikan barbagai rumus yang dapat
digunakan untuk mengolah data. Apabila peneliti berkeinginan untuk menggunalan jasa
computer, dan tinggalmenunggu hasilnya. namun meskipun eneliti harus tetap
mencermati rumus-rumus yang disajikan, sehunga apabila akan maju tidak ragu-ragu.
Analisis data penelitian deskriptif Data kuantitatif yang dikumpulkan dalam penelitian
korelasional, komparatif , atay eksperimen diolah dengan menggunakan rumus-rumus
statistik yang sudah disediakan ,baik secara menual maupun menggunakan jasa computer.
Apapun jenis penelitianya, riset deskriptif yang bersifat eksploratif caranya dapat sama
saja karena data yang diperoleh wujudnya sama. Yang berbeda adalah cara
menginterpretasikan data dan mengambil kesimpulan. Apabila datanya telah terkumpul,
maka diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif (angka-angka)
dan kualitatif (kata-kata atau simbol).
6.4. MENGINTERPRETASIKAN HASIL ANALISIS DATA
Penafsiran atau interpretasi tidak lain dari pencarian pengertian yang lebih luas tentang
penemuan-penemuan. Penafsiran data tidak dapat dipisahkan dari analisis, sehingga
sebenarnya penafsiran merupakan aspek tertentu dari analisis, dan bukan merupakan bagian
dari analisis.
Stringer (dalam Sukmadinata, 2009) mengemukakan beberapa teknik menginterpretasikan
hasil analisis data kualitatif.
1) Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan. Hasil analisis mungkin masih
miskin dengan makna, dengan pengajuan beberapa pertanyaan hasil tesebut bisa
dilihat maknanya. Pertanyaan dapat berkenaan dengan hubungan atau perbedaan
antara hasil analisis, penyebab, aplikasi dan implikasi dari hasil analisis.
2) Hubungan temuan dengan pengalaman pribadi. Penelitian tindakan sangat erat
kaitanya dengan pribadi peneliti. Temuan hasil analisis bisa dihubungkan engan
pengalaman-pengalaman pribadi peneliti yang cukup kaya.
3) Minat nasihat dari teman yang kritis. Bila mengalami kesulitan dalam
menginterpretasikan hasil analisis, mintalah pandangan kepada teman yang seprofesi
dan memiliki pandangan yang kritis.
4) Hubungkan hasil-hasil analisis dengan literatur. Factor eksternal yang mempunyai
kekuatan dalam memberikan interpretasi selain teman, atau kalau mungkin ahli adalah
literature. Apakah makna dari temuan penelitian menurut pandangan para ahli, para
peneliti dalam berbagai literature.
5) Kembalikan pada teori. Cara lain utuk menginterpretasikan hasil dari analisis data
adalah hubungkan atau tinjaulah dari teori yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Recommended